BIOGRAFI KYAI HAJI CHUMAIDI MI’ROJ 1942-2014...
Transcript of BIOGRAFI KYAI HAJI CHUMAIDI MI’ROJ 1942-2014...
BIOGRAFI KYAI HAJI CHUMAIDI MI’ROJ
1942-2014
SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT
GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUMANIORA
OLEH:
SOLEH RUBIYANTO
NIM:21613026
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS USULUDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Setiap detik adalah kesempatan, maka laukaknlah dengan maksimal.
(Soleh Rubiyanto)
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tuaku,
Para dosenku, kakaku, sahabat seperjuangan Serta Mapala Mitapasaku
Dan orang yang selelu menyebut namaku dalam do‟a
v
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi Wawancara
2. Silsilah Mursyid Tarekad Naksabandiah Kholidiyah
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT tuhan semesta alam
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi
ini dengan lancar. sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabiyullah Nabi SAW beserta keluarganya, sahabat – sahabatnya dan
tabi‟in – tabi‟in. sungguh suatu pekerjaan yang tidak mudah bagi penulis
dalam mencari, mengumpulkan, menyeleksi menganalisis dan menulis data
– data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. namun berkat usaha
dan do‟a akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan
Skripsi ini penulis susun dalam memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar sarjana humaniora. adapun judul skripsi ini
adalah “BIOGRAFI KYAI HAJI CHUMAIDI MI‟ROJ 1942 – 2014”.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini dapat terselsaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak. oleh karena itu, perkenankanlah penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
besertajajaranya.
2. Bapak Dr.Benny Ridwan,M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Ushuludin, Adab dan Humaniora beserta jajarannya.
3. Bapak Haryo Aji Nugroho,S.Sos,M.A.,Selaku Ketua Jurusan
Sejarah peradaban islam serta pembimbing penulis. yang tidak
pernah berhenti dalam memotivasi saya.
4. Segenap dosen fakultas ushuludin, Adab, dan Humaniora Jurusan
Sejarah Peradaban Islam yang telah berkenan memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini
dapat selesai.
5. Kedua orang tua saya Ibu Ndumi dan Bapak Sagiman serta
segenap keluarga di rumah yang selalu memberikan dorongan,
motivasi dan do‟a yang tak pernah henti demi lancarnya studi
penulis dan kesuksesan penulis.
vii
6. Sahabat – sahabat seperjuangan yang senantiasa memberikan
motivasi, dorongan dan semangat kepada penulis selama masa
perkuliahan di IAIN Salatiga hingga akhir studi. Serta seseorang
yang selalu menyebut nama saya dalam doanya.
7. Keluarga besar Mapala MITAPASA yang selalu memberikan
kehidupan saya di Salatiga dan selamanya.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam penulisan ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga orang – orang yang
telah memberikan bantuan selama ini, mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan dan kelebihan
Oleh karena itu, penyulis mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan penulis skripsiini. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat
dan dapat dijadikan pengetahuan.
Salatiga,03 September 2018
Yang menyatakan,
Soleh Rubiyanto
viii
ABSTRAK
Soleh Rubiyanto, B i o g r a f i K ya i H a j i C h u m a i d i
M i ‟ r o j 1 9 4 - 2 0 1 4 . Skripsi. Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas
Ushuluddin Adab, dan Humaniora. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
2018. Pembimbing: Haryo Aji Nugroho,S.Sos, M.A.
KH. Chumaidi Mi‟roj adalah seorang kyai yang memiliki peran
besar terhadap masyarakat dusun gading desa candisari. Kepeduliannya
terhadap dunia pendidikan membawanya terlibat dalam pendirian sekolah
yang ada di Desa Candisari. Dan memiliki murid sangat banyak. Sehingga
wajar jika ia dijulukki sebagai maha guru. KH. Chumaidi Mi‟roj di
tengah-tengah masyarakat menjadi sosok yang dituakan. Baik karena
kekharismaan beliau, maupun keilmuam beliu yang mumpuni. Lebih jauh
KH. Chumaidi Mi‟roj adalah sosok yang sangat berperan aktif dalam
masyarakat. Bukan saja dalam bidang keagamaan saja tetapi lebih dari itu
beliau juga aktif dalam organisasi kemasyarakatan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan biografi,
yaitu pendekatan yang berusaha memahami dan mendalami kepribadian
tokoh berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultural tempat tokoh
tersebut lahir dan tumbuh dewasa. Untuk mempermudah penelitian,
penulis menggunakan teori peranan sosial yang dikemukakan oleh Erving
Goffman. Penelitian ini mengungkap sejarah perjalanan hidup KH.
Chumaidi Mi‟roj sejak lahir hingga wafat sehingga dalam penulisanya,
penulis menggunakan metode historis. Dalam metode historis ini ada
empat tahapan yang meliputi pengumpulan data, kritik sumber, penafsiran,
dan penulisan sejarah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap
penulisan biografi tokoh yang memiliki peran besar terhadap daerahnya.
Penelitian ini juga bisa menambah koleksi pustaka bagi pondok pesantren
Kyai Gading, tempat tokoh tersebut tinggal, kalangan masyarakat dan
mahasiswa khususnya yang mempelajari sejarah.
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUANPEMBIMBING………………..………………………………....i
PENGESAHAN………………..…………………………….……………..……..ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISA………………………………………………..……..…….iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..............………………………………iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... …v
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… vi
ABSTRAK……………….…………………………………………………… ... viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………..……….ix
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….. . 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Batasan dan rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
D. Tinjaun Pustaka ...................................................................................................... 7
E. Metode Penelitian ................................................................................................... 9
F. Kerangka Konseptual ........................................................................................... 12
G. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 14
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI GEOGRAFIS DAN SOSIAL
EKONOMI DUSUN GADING…………………………………………………..16
A. Sejarah Lisan Tentang Dusun Gading ............................................................ 16
B. Kondisi geografis Dusun Gading ..................................................................... 20
C. Kondisi Sosial Dusun Gading .......................................................................... 21
1. Pendidikan. ..................................................................................................... 22
2. Keagamaan ..................................................................................................... 24
D. Kondisi Ekonomi DusunGading ...................................................................... 26
BAB III BIOGRAFI KH. CHUMAIDI MI’ROJ..........................……………….28
A. Latar Belakang Keluarga .................................................................................. 28
x
1. Orang tua KH. Chumaidi Mi’roj dan asal usul keluarga ........................... 28
2. Rumah tangga KH. Chumaidi Mi’roj .......................................................... 30
B. Pendidikan KH. Chumaidi Mi’roj ................................................................... 31
C. KH. Chumaidi Mi’roj Wafat ............................................................................ 37
D. Kepribadian KH. Chumaidi Mi’roj ................................................................. 41
BAB IV PERAN KH. CHUMAIDI MI’ROJ DALAM MASYARAKAT
CANDISARI……………………………………………………………………...48
A. KH. Chumaidi Mi’roj Menjadi Mursyid Tarekat........................................... 48
B. Mendirikan Pondok Pesantren ......................................................................... 57
C. Menjalin Jaringan Di luar Candisari............................................................... 65
D. KH. Chumaidi Mi’roj Dan NU ....................................................................... 69
BAB V PENUTUP………………………………………………………………. 71
A. kesimpulan ......................................................................................................... 71
B. Saran-Saran ........................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kyai1 adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang yang
ahli agama islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar
kitab-kitab klasik kepada santri-santrinya. Seorang kyai berikut institusi sosial
budayanya (pondok2 atau pesantrennya) sedikit banyak mempengaruhi pola
perkembangan kondisi sosial pada pasca kemerdekaan. Meskipun demikian
pesantren jauh sebelumnya sudah terlibat dalam pengembangan kebudayaan
Islam tradisional. Oleh karna itu sangatlah tidak mudah untuk menutup mata dari
perjalanan historis islam pribumi tanpa mengaitkanya dengan institusi pesantren
Indonesia.3
Seorang kyai tidak saja sebagai sosok yang di agungkan di kalangan para
santri4. tetapi posisi kyai juga sangat berpengaruh pada pengembangan tradisi
masyarakat sebagai identitas kulturalnya. Dalam prosesnya, pengembangan ini
1 Zamakhsyari Dhofier, tradisi pesantren (jakarta:LP3ES, 1985), hlm. 55.
2 Istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal
yang dibuat dari bambu. Ibib. Hal 18
3 Ibid. Hal 13
4 Santri merupakan sebutan seorang yang sedang menempuh jenjang pendidikan dalam
pesantren. Sisitem pendidikan islam. Bandung. PT Al- Ma‟ruf. 1988. Hal. 48
2
bersamaan dengan dimulainya gerakan dakwah kecil-kecilan, hingga pengajian-
pengajian kitab yang melibatkan khalayak umum serta institusi pesantren yang
dibuatnya untuk pengembangan keilmuan,5 dalam artian seluruh lapisan
masyarakat ikut dalam proses ini. Dalam konteks masyarakat Islam tradisional,
KH. Chumaidi Mi‟roj atau sering di panggil Mbah6 Chumaidi sangat
berpengaruh dalam pengembangan tersebut, baik yang terkait dengan pesantren
maupun masyarakat pada umumnya.
KH. Chumaidi Mi‟roj sebagai seorang kyai atau ulama senantiasa
ditantang oleh kebutuhan masyarakat yang mengalami pergeseran-pergeseran
sistem nilai, disamping pergeseran kebutuhan zaman. Kemampuan dalam syiar
dan dakwah harus memenuhi kebutuhan masyarakat pendukungnya yang menjadi
batu ujian bagi kelangsungan eksistensinya7, sehingga transformasi kultural yang
ditempuhnya senantiasa memperhatikan perubahan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat. Bagi masyarakat Mranggen pada umumnya dan dusun candisari pada
khususnya, dimana pesantren banyak berdiri dalam lingkunagan tersebut.
5 Suismanto, Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta. Alif Press. 2004. Hal. 53
6 Sebutan mbah seperti kyai adalah panggilan kehormatan, yang dapat diartikan sebagai
“kake atau nenek”, panggilan ini sering digunakan apabila sang kyai telah uzur usianya. Denys
Lombard, nusa jawa silang budaya, kajian sejarah terpadu, bagian II: jaringan asia (Jakarta: PT
Gramedia, 1996), hlm. 146.
7. Purwo santoso, “kiprah pesantren dalam transformasi, pesantren, edisi 5 tahun 1988
(Jakarta: perhimpunan pengembangan pesantren dan masyarakat), hlm. 82
3
Eksistensi KH. Chumaidi Mi‟roj, menjadi Kyai sekligus pengasuh pondok
pesantren telah menjadi mahnet tersendiri bagi masyarakat dusun gading.
Pondok Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para
siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal
dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri
tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah,
ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya
dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri
sesuai dengan peraturan yang berlaku8. Pondok Pesantren merupakan dua istilah
yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah
tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal
sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari
Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan
Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh
dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di
Minangkabau disebut surau9. Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga
pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana
seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan
8 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S,
Jakarta, 1983, hlm.18. 9 Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:
Paramadina, 1997), hal. 5
4
kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan
para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut10
KH. Chumaidi mi‟roj adalah seseorang yang berpendirian tegak tidak
mudah goyah. selain peduli terhadap bidang pendidikan, mbah chumaidi juga
sangat tekun dalam bidang keagamaan.11
Ia juga menjadi pengisi pengajian
dibeberapa tempat di wilayah mranggen. Mbah chumaidi juga menjadi penerus
sekaligus Mursyid12
di Tarekat Naksyabandiyah kholidiyah selepas ayahnya
meninggal. Tarekat Naksyabandiyah Kholidiah yang ia pimpin adalah tarekat
yang didirikan oleh KH. Abu Mi‟roj yang tak lain ayahnya sendiri. Tarekat ini
dibawa dari pondok pesantren giri kusuma13
tempat dimana KH. Abu Mi‟roj
dulu menimba ilmu.
Berdasarkan dari uraian-uraian di atas peneliti tertarik meneliti proses
perjalanan hidup KH. Chumaidi mi‟roj. KH. Chumaidi mi‟roj sosok yang sangat
10
Sudjono Prasodjo, Profil Pesantren, (Jakarta: LP3S, 1982), hlm. 6.
11
Wawancara dengan dhoiriyah di candisari, mranggen demak pada hari sabtu 29 juli
2018 pukul 08:12 wib 12
Mursyid adalah sebutan untuk seorangguru pembimbing daam dunia tarekat, yang telah
memperoleh izin dan ijazah dari guru mursyid diatasnya yang terus bersambug sampai kepada
guru mursyid shohibuth tarekat yang musalsal dari rasullallah SAW untuk mentalqin dzikir/wirid
tarekat kepada orang-orang yang datang meminta bimbingan (murid).
http://wikipedia.org/wiki/mursyid diakses pada 11 september 2018. Jam 20:11 Wib. 13
Pondok Pesantren Girikusumo, Banyumeneng Mranggen Demak Jawa Tengah
didirikan oleh Syeikh Muhammad Hadi bin Thohir bin Shodiq bin Ghozali bin
Abu Wasidan bin Abdul Karim bin Abdurrasyid bin Syaifudin Tsani (Ky Ageng
Pandanaran II) bin Syaifudin Awwal (Ky Ageng Pandanaran I) pada tahun 1288 H
bertepatan dengan tahun 1868 M. Pondok pesantern yang kini telah berusia
kurang lebih 137 tahun itu merupakan perwujudan gagasan Syeikh Muhammad Hadi.
5
tegas, disiplin serta peduli terhadap pendidikan agama ia wafat pada 27 agustus
2014.
B. Batasan dan rumusan Masalah
Judul yang akan diajukan adalah Biografi Kyai Haji Chumaidi Mi‟roj
1942–2014. fokus kajian dalam penelitian ini adalah biografi. Dalam kajian
biografi ini dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh mulai dari sejak
kecil sampai tua dan meninggalnya. Tidak hanya itu, semua jasa, karya dan
semua hal yang dilakukan oleh tokoh tersebut juga dijelaskan. Penelitian ini
menjelaskan tentang KH. Chumaidi mi‟roj sejak masa kecil, meninggal dan juga
segala perjuanganya dalam bidang sosial, pendidikan dan juga keagamaan serta
sebagai pengasuh pondok pesantren Kyai Gading. Penelitian ini dibatasi dari
tahun 1942 M sampai 2014. Pengambilan batasan ini didasarkan pada tahun
kelahiran KH. Chumaidi Mi‟roj yaitu tahun 1942. Pengambilan 2014 M sebagai
batasan ahir penelitian ini dikarenakan tahun wafatnya KH. Chumaidi mi‟roj.
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan terencana serta
mengacu pada uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut,
yaitu:
1. Bagaimana latar belakang kehidupan dan kepribadian K.H. Chumaidi
Mi‟roj?
6
2. Bagaimana Peran K.H. Chumaidi Mi‟roj di masyarakat Candisari
Mranggen Demak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sejarah hidup dan perjuangan K.H. Chumaidi Mi‟roj dalam
berbagai bidang sangat menarik untuk dikaji, mengingat bahwa K.H. Chumaidi
Mi‟roj merupakan kyai yang memiliki peran penting dalam bidang sosial,
pendidikan dan agama. dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai oleh penulis, yang mendiskripsikan biografi KH.. Chumaidi Mi‟roj
adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan KH. Chumaidi Mi‟roj
2. Untuk mengetahui peran serta perjuangan KH. Chumaidi Mi‟roj dalam
kemasyarakatan desa Candisari Mranggen Demak
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Menambah pengetahuan dan infomasi dalam bidang sejarah, khususnya
sejarah biografi serta memberikan informasi bagi pihak-pihak yang
melakukan penelitian serupa
2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat, khususnya masyarakat
candisari mengenai sosok K.H. Chumaidi Mi‟roj dan aktifitasnya.
7
3. Dengan mengetahui latar belakang kehidupan dari seluk beluk
kehidupan K.H. Chumaidi Mi‟roj dan semangat menuntut ilmu, sikap
dan ahklak, serta perjuangannya diharapkan dapat menjadi suri
tauladani yang patut dijadikan panutan.
D. Tinjaun Pustaka
Kepustakaan merupakan bahan-bahan yang dapat dijadikan acuan dan
berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas pada sebuah
penulisan skripsi maupun karya tulis. Pada tema diatas, pembicaraan mengenai
seluk beluk KH. Chumaidi Mi‟roj hanya sebatas dalam masyarakat saja. Akan
tetapi karya tulis yang meneliti tentang KH. Chumaidi Mi‟roj sejauh ini belum
ditemukan.
Kehadiran seorang tokoh selalu menarik untuk dibahas biografinya
atau untuk dikaji, sebab yang menjadi kajian itu sendiri adalah manusia sebagai
permasalahannya. Dengan demikain biografi dapat mendekatkan dari pada
gerak sejarah yang sebenarnya dan membuat kita lebih mengerti tentang
pergumulanya seseorang dengan zamannya yang dituntut oleh pandangan
hidupnya maupun harapan masyarakat. sampai dimanapun tujuan ini berhasil
diraih, penilaian terahir diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat.
8
Sebuah kajian sejarah tidak akan pernah membuahkan satu hasil final,
maka disinilah letak kekuatan atau kelemahannya. analisis sejarah dari fakta
yang sama dapatmemberikan tafsiran yang berbeda. perbedaaan penilaian
terhadap peristiwa masa ampau banyak ditemukan oleh pebedaan prinsip moral
yang dianut para sejarwan. 14
Para penulis sejarah biografi kebanyakan memilih atau menitik beratkan
kajiannya pada tokoh-tokoh terkenal baik dari barat maupun dari timur.
disinilah kiranya perluh adanaya penelitian sejarah tokoh local, dalam hal ini
KH. Chumaidi mi‟roj dan perannya dalam kemasyarakatan cukup menarik
untuk ditelitik. hal ini paling tidak karna ia seorang tokoh yang berperan
penting dalam segi keagamaan, pendidikan maupun sosial dalam masyarakat
Candisari sekaligus menjadi mursyidthariqoh dan pendiri pondok pesantren
kyai gading di candisari mranggen demak.
Sejauh ini penulis belum menemukan tulisan-tulisan yang secara rinci
yang membahas tentang K.H. Chumaidi mi‟roj. tulisan-tulisan yang ada
selama ini hanya penggalan-penggalan dalam beberapa literature, di antaranya:
catatan keluarga KH. Chumaidi Mi‟roj, serta catatan-catatan tentang K.H.
14
Syafii Maarif, islam dan politik Di Indonesia pada masa demokrasi terpimpin (1959-
1965) (Yohyakarta: IAIN Suka Press, 1998, ) hlm. 6-7.
9
Chumaidi mi‟roj selama menjadi kepala sekolah dan juga menjadi mursyid
tarekat nashabandiyah kholidyah.
E. Metode Penelitian
Penulisan sejarah adalah suatu rekonstruksi masalalu yang terikat pada
prosedur ilmiah.15
Sejarah sebagai ilmu mempunyai metode dalam
menghimpun data sampai menjadikan dalam bentuk cerita ilmiah, karena
bentuk studi dan bentuk penelitian ini bersifat sejarah, maka metode yang
digunakan adalah metode sejarah yaitu proses pengumpulan data kemudian
menafsirkan suatu gejala peristiwa atau gagasan yang timbul di masa lampau.16
Penulisan ini berusaha mengungkap kehidupan tokoh meliputi latar
belakah tokoh dan perannya dalam kemasyarakatan. Maka dari itu penulisan
ini merupakan penulisan sejarah lokal.17
Metode sejarah ini meliputi empat
tahapan:
1. Heuristik yaitu teknik pengumpulan sumber baik lisan maupun tulisan.
Sumber sejarah dapat berupa bukti yang ditinggalkan manusia yang
menunjukkan segala aktifitasnya di masa lampau baik berupa peninggalan-
15 kuntowijoyo pengantar ilmu sejarah, (yogyakarata:Kurnia Alam Semesta, 2013), hlm.
18.
16
luisgotschalk, mengerti sejarah, terj, Nugroho Notosusanto (Jakarta: penerbit
Universitas Indonesia (UI Press), 1985) hlm. 32.
17
Taufik Abdulah, sejarah local (Jakarta: Gema Press, 1979) hlm.20
10
peninggalan maupun catatan-catatan. Sumber sejarah disebut juga data
sejarah. Sumber sejarah menurut bahanya dapat dibagi menjadi dua yaitu
tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan artefak.18
Penulisan ini
ditekankan pada sumber lisan dan sumber tertulis. Sumber lisan diperoleh
dari serangkaian wawancara (interview) yakni mendapatkan informasi
dengan cara wawancara langsung kepada responden atau informan.19
Wawancara dilakukan dengan menggunakan dua cara yakni wawancara
bebas dan terstruktur. Wawancara bebas adalah wawancara yang
dilaksanakan tanpa aturan atau kerangka-kerangka tertentu yang telah
disiapkan sebelumnya. Wawancara dilaksanakan dengan cara spontan
dengan tanpa disadari oleh informan atau seperti pembicaraan biasa.20
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data
data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun penelitian ini yakni:
Lokasi atau tempat penelitian berada di desa Candisari, Mranggen Demak.
peneliti menjadikan lokasi tersebut dikarenakan tempat tersebut merupakan
tempat lahirnya KH. Chumaidi mi‟roj. Alasan lain peneliti mengadakan
18 kuntowijoyo, pengantarilmu sejarah (Yogyakarta: yayasan bentang budaya, 2001)
19
masri singarimbun dan Sofyan efendim (edt),metode penelitian survai(jakarta:
LP3ES,1989) hlm. 192
20
Dudung Abdurahman, Metode penelitian (Yogyakarta: kurnia kalam semesta, 2003),
hlm. 62
11
penelitian di daerah tersebut adalah dikarenakan sumber-sumber yang
berkaitan dengan penelitian berada di daerah tersebut.
2. Verifikasi
Verifikasi adalah kritik terhadap sumber. Upaya untuk mendapatkan
otentisitas dan kredebilitas sumber dengan cara kritik. Kritik yang dimaksud
adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah
guna mendapatkan objektivitas suatu kejadian.21
Guna mendapatkan fakta-fakta sejarah dalam tahap kedua ini dibagi
menjadi:
a. Kritik Ekstern
Kritik ekstern adalah usaha mendapatkan otentisitas sumber dengan
melakukan penelitian fisik terhadap sumber-sumber.22
b. Kritik intern
Kritik intern adalah kritik yang mengacu pada kredebilitas sumber,
artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi,
mengandung bias atau dikecohkan. Kritik intern ditunjukan untuk
memahami isi teks.23
3. Interpretasi
21
Suhartono, w. Pranoto. Teori dan metodologi sejarah (Yogyakarta: graha ilmu, 2010)
hlm.35
22 Ibd. Hlm 36
23
Ibd, hlm 37
12
Suatu peristiwa agar menjadi cerita sejarah yang baik maka perluh
diinterpretasikan berbagai fakta yang saling terpisah antara satu dengan
yang lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan bermakna. Interpretasi atau
tafsir sebenarnya sangat individual, artinya siapa saja dapat menafsirkan.
Terjadi perbedaan dalam pengintepretasian hal itu dipengaruhi oleh
perbedaan latar belakang, pengaruh, mptivasi, pola pikir, dan lain-lain yang
mempengaruhi interpretasinya.
4. Historiografi
Setelah melakukan proses analisis dan sintensi, proses kerja mencapai
tahap ahir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses penulisan
dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas satu sama lain dapat
disatukan, sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis dalam
bentuk narasi kromnologis. Menulis sejarah merupakan suatu kegiatan
intelektuan dan ini suatu cara utama untuk memahami sejarah.
Penulisan sejarah (historiografi) menjadi sarana mengkomunikasikan
hasil-hasil penelitian yang diungkap, diuji (verifikasi), dan diinterpretasi.
Setelah menyelesaikan secara tuntas setiap tahap penelitiannya, langkah
selanjutnya adalah menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil-hasil
penelitianya.
13
F. Kerangka Konseptual
Dalam mengetahui kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian
sejarah ini, penulis mengunakan pendekatan biografi, yaitu pendekatan yang
berusaha memahami dan mendalami kepribadian KH. Chumaidi Mi‟roj
berdasarkan latar belakang lingkungan sosial kultural di mana tokoh tersebut
dibesarkan, bagaimana proses yang dialami, watak-watak yang ada
disekitarnya.24
Selain menggunakan pendekatan biografi penulis juga menggunakan teori
sosial sebagai ilmu bantu. menurut penulis teori sosial yang palng relevan
digunakandalam penelitian ini yaitu teori peranan sosial yang dikemukakan
Erving Goffman. Menurut teori ini, peranan sosial adalah salah satu konsep
sosiologi yang paling sentral yang didefinisikan dalam penegertian pola-pola
atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki posisi
tertentu dalam struktur sosial.25
Banyak yang dapat diperoleh para sejarawan
dengan konsep peranan secara lebih luas, lebih tepat dan lebih sistematis. Hal
itu akan mendorng mereka untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengkaji
24 Tufik abdulah dkk, manusia dalam kemelut sejarah (Jakarta: LP3ES), hlm. 4.
25
Peter burke, sejarah dan teori sosial, teej. Mestika Zed dan zulfami (Jakarta: yayasan
obor Indonesia. 2001) hlm. 69
14
bentuk-bentuk perilaku yang telah umum mereka bicarakan dalam arti
individual atau moral ketimbang sosial.26
Peranan yang dilakukan seseorang dapat dikatakan berhasil apa bila
memenuhi unsur-unsur yang meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat sebagai organisasi, dan dapat
dikatakan sebagai individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.27
teori
tersebut dapa digunakan penulis dalam mengungkapkan peranan yang
dilakukan oleh KH. Chumaidi mi‟roj sebagai tokoh agama yang memimpin
thariqat dalam mempertahankan tradisi dan peranan dalam bidang-bidang
lainya.
Berdasarkan pendekatan biografi dan teori peranan sosial tersebut, penulis
berusaha menjelaskan secara rinci perjalanan hidup KH. Chumaidi mi‟roj dan
perannya dalam masyarakat sekitar dan candisari khususnya sehingga tujuan-
tujuan yag ingin dicapai dalam penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
26
ibd, hlm 69
27
Sarjono Soekanto, sosiologi suatu pengantar (Jakarta:raja grafindo persada 2010),hlm
213.
15
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai keseluruhan isi penelitian
ini, maka perluh dikemukakan secara garis besar pembahasan melalui
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I: Berisi pendahuluan yang memberikan gambaran mengenai latar
belakang masalah penelitian, selanjutnya diberikan batasan dan rumusan
masalah agar penelitian yang dikaji lebih fokus dan penjelasannya lebih
mendetail, kemudian dirumuskan tujuan dari penelitian, selanjutnya sumber-
sumber penelitian ditinjau dalam tinjauan pustaka dan dijabarkan dengan
beberapa konsep dalam kerangka konseptual, lalu metode penelitian dan terahir
sistematika penulisan.
Bab kedua membahas gambaran masyarakat Candisari.dalam bab ini
dibahas tentang kondisi desa candisari. kondisi keagamaan. kondisi
pendidikan, kondisi ekonomi, kondisi budaya dan kondisi social masyarakat.
pembahasan dalam bab ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi
masyarakat candisari secara umum yang mempengaruhi kehidupan KH.
Chumaidi mi‟roj.
16
Bab Tiga membahas tentang latar belakang atau riwayat hidup dan
pendidikan, . pada bab ini dibahas latar belakang keluarga dan masa kecil KH.
Chumaidi Mi‟roj, perjalanan pendidikannya sampai wafat serta kepribadian
yang terbenyuk pada dirinya baik itu pengaruh dari keluarga dan lingkungan
sekitar maupun pengaruh tempat dia pelajar. Berdasarkan bab dua dan bab tiga
ini dapat dipahami beberapa latar belakang yang mempengaruhi pemikirandan
aktifitas KH. Chumaidi Mi‟roj.
Bab empat membahas peran KH. Chumaidi mi‟roj dalam bidang
kemasyarakatan. pembahasan dalam bab ini memuat tentang tulisan-tulisan
hasil karya dan perannya dalam masyarakat mulai dari menjadi kepala sekolah
madrasah ibtida‟iyah, menjadi mursyid thariqat, memimpin pondok pesantren,
mengisi pengajian-pengajian, dan juga peran aktifnya dalam organisasi
Nahdhatul Ulama mranggen demak.
Bab lima merupakan penutup yang meliputi dua sub bab, bab pertama
berisi kesimpulan apa yang telah dibahas dalam bab yang sebelumnya.
kesimpulan tersebut berisi jawaban atas rumusan-rumusan masalah dalam
peneltian. dan yang kedua berisi saran-saran sebagai bagian akhir dari skripsi.
17
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI GEOGRAFIS DAN SOSIAL EKONOMI
DUSUN GADING
A. Sejarah Lisan Tentang Dusun Gading
Gading merupakan salah satu nama dusun28
kecil yang berada di Desa29
Candisari kecamatan Mranggen. Meskipun hanya sebuah dusun, namun
memiliki arti penting bagi masyarakat Desa Candisari. Dusun gading
memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan Desa
Candisari. Karna di Dusun Gading inilah lahir seorang figure tokoh agama yang
sangat disiplin, tegas dan peduli terhadap masyarakat yang membawa
perubahan bagi Desa Candisari
Menurut cerita, zaman dahulu kala ada seorang anak Punggawa Kerajaan
Majapahit untuk berkelana dan pengembara mematangkan ilmu hikayat
hidupnya. Berasal dari Kerajaan Majapahit30
untuk mendalami ilmu hikmah dan
28
Dusun atau dukuh merupakan bagian wilayah desa dan ditetapkan dengan
menggunakan peraturan desa, lihat Pasal 3 ayat (1) dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 72 Tahun 2005
29 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. lihat Pengertian Desa
menurut UU RI No 6 Tahun 2014 tentang Desa.
30. Majapahit adalah Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang
menguasai Nusantara dan dianggap sebagai kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia. Ricklefs
(1991), halaman 19,
18
mengasah ilmu dan kadigdayaan, dia adalah Ki Murtonggolo seorang pendekar
persilatan yang memiliki ilmu linuwih. Sampailah di sebuah tempat yang
bernama Kadempel. Ki Murtonggolo memiliki kebiasaan melakukan menditasi
dibawah pohon kelapa Gading, Beliau mendirikan sebuah Gubug dibawah
pohon kepala Gading untuk mengasah kemampuan ilmunya. Karena sifatnya
yang santun dan ramah serta pandainya bersosialisasi maka banyaklah teman
dan murid untuk belajar ilmu persilatan pada Beliau. Maka Beliau mendirikan
sebuah perguruan Persilatan diberi nama “Gading sari”31
.
Ilmu yang sudah Kawentar dan terkenal kemana-mana mendorong
begal32
untuk menjajal ilmu Ki Murtonggolo. Pada suatu hari ada sebanyak 17
begal dan begundal yang ingin mengobrak-abrik Padepokan Gading Sari, namun
baru sampai suatu tlatah 17 begal yang ingin menyerang Padepokan Gading
Sari itu merasa di intai seseorang. Salah satu begal merasa melihat seseorang
yang lari dan ketika dicari dan di dekati selalu terlihat sepi dan ilang. Setiap
dilihat ada orang berkelebat lari jika dicari selalu terlihat sepi dan hilang. Maka
oleh para begal itu merasa aneh. Setiap melihat sekilas orang jika dicari Sepi
terus Ilang maka oleh Begal tersebut dinamakan “ Ini Kampung Pilang”.
Orang yang mengintai itu adalah murid dari perguruan Padepokan Gading
Sari di Kadempel yang dipimpin oleh Ki Murtonggolo. Dengan ilmunya yang
bisa menghilang itu sampailah pada Gubug Ki Murtonggolo. Kemudian murid
dari Ki murtonggolo Melaporkan bahwa ada 17 Begal yang akan mengobrak-
31
Wawancara dengan bapak Choiron putra pertama KH. Chumaidi Mi‟roj. Tanggal 24
agustus 2018 jam 14:05
32 Sebutan bagi orang yang suka merampas atau merampok dijalan liat KBBI
19
abrik padepokan Gading Sari. Ki Murtonggolo tidak ingin Begal itu
menginjakkan kakinya Ketanah Pedepokan Gading Sari di Kadempel. Maka Ki
Murtonggolo lari menuju Begal di tlatah Pilang. Dalam Larinya KI
Murtonggolo berteriak “ Awas ono beboyo, awas ana beboyo, Minggiro Karang
ono beboyo. Ayo Karang ono beboyo ayo Doh Minggiro” yang artinya awas ada
buaya, awas ada buaya, minggirlah. Maka sepanjang larinya Ki Murtonggolo
dari Padepokan Gading Sari di Kampung Kadempel, disebut dusun Karangboyo.
sSampailah Ki Murtonggolo pada para pembegal pimpinan begal mengutarakan
maksud kedatangannya bersama 17 orang begal lainnya. Bahwa mereka ingin
menantang Guru dari Padepokan Gading Sari, Fitrah dari Perguruan Padepokan
Gading Sari dengan satu syarat, jika Ki Murtonggolo kalah maka dia harus
pindah atau menjadi anak buah para begundal. Maka Ki Murtonggolo mau tak
mau menanggapi tantangan para begundal, maka di digerakkan tangan ke atas
dan diputar untuk menyatu pada dadanya dan dihentakkan pada 17 orang
tersebut, Ilmu Tunggul sekti, dihentakkan dan meledaklah 17 orang tersebut dan
berpencar kesegala penjuru.
Setelah Ki Murtonggolo Meninggal, Ia dimakamkan dibekas Padepokan
nya kemudian orang lebih mengenal dengan nama Mbah gading. Maka
Perkampungan Kadempel lebih di kenal dengan nama Dusuh Gading.
Dusun gading yang tergabung dalam kelurahan Candisari ini dulunya
merupakan sebuah desa yang memiliki tiga dusun dusun Dempel, Ngemplik dan
20
Sili. Pada jaman Penjajahan Hindia Belanda desa gading digabungkan menjadi
satu dengan desa karangboyo yang saat itu dengan lurah33
mbah Merto Suwito.
Karena Situasi dan kondisi yang tidak menentu warga di kedua Desa itu
banyak yang mengungsi keluar desa dikarenakan kedua Desa tersebut menjadi
ajang Peperangan Agresi Hindia Belanda dan banyaknya perampokan yang
menjarah harta benda, Atas Prakarsa Penjajah Hindia Belanda tahun 1924 maka
terjadilah Blengketan ( digabung ) dari dua Desa itu menjadi satu Desa, oleh
Mbah Sudarmin bin Koso beserta Punggawa Desa memberi nama dua Desa
Blengketan menjadi Desa “Candisari”.
Desa “Candisari” berasal dari 2 suku kata yaitu Candi artinya
“Suatu Bangunan” dan SARI artinya “Sugreng” ( Ramai atau Asri ), dengan
harapan Desa Candisari menjadi sebuah desa yang dapat membangun menjadi
desa yang Sugreng( Ramai atau Asri )
Selama perjalanannya desa candi sari dipimpin oleh beberapa orang
secara bergantian yaitu:
1. Sudarmin bin Koso tahun ( 1924-1946 )
33
Lurah merupakan kepala pemerintahan daerah tingkat kelurahan.Lurah berbeda
dengan Kepala Desa.Kepala Desa merupakan unsurpenyelenggara pemerintah desa dan dipilih
dari penduduk yang berasal dan tinggal di desa tersebut, lihat Pasal 203 ayat (1) UU Nomer 32
Tahun 2004
Pemerintah Daerah.Lurah adalah pegawai negeri sispil yang menguasai pengetahuan teknis
pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
diangkat Bupati atau Walikota atas usul Camat, lihat Pasal 127 ayat (4) UU Nomer 32 Tahun
2004 Pemerintah Daerah.
21
2. Dasno Tahun 1946-1952
3. Suprat tahun 1952-1989,
4. Eko Suyatno tahun 1989-1999,
5. Sungatman tahun 1999-2009
6. Supiyan tahun 2009-2015, yang selanjutnya dijabat oleh
7. Supiyanto sebagai Pj.Kepala Desa tahun 2015-2016,
8. Suratman tahun 2017 – Sekarang
B. Kondisi Geografis Dusun Gading
Dusun gading memiliki sekitar 50 % dari luas wilayah kelurahan
Candisari, wilyah kelurahan candisari memiliki luas sekitar kurang lebih 358 ha.
dan secara geografis berada di 110.5521 Koordinat Bujur dan -7.004824
Koordinat Lintang. Wilayah dari dusun gading digunakan untuk usaha serta
penggerak ekonomi yang terdapat pasar dan sebagai pusat pendidikan. Serta
daerah gading yang penduduknya lebih banyak bermata pencarian sebagai petani
sering mengandalkan hasil pertanian, mereka pada iklim. Iklim diyakini oleh
para petani karena mempengaruhi jenis tanaman yang akan ditanam, dan untuk
mengetahui waktu yang cocok untuk menanam.
Secara umum dilihat dari keadaan geografisnya, wilayah Dusun gading
merupakan wilayah yang subur dengan sistem irigasi yang cukup baik. Keadaan
demikian cocok sekali untuk usaha pertanian baik padi maupun palawija,
namun sebelum tahun 1946, keadaan irigasi masih belum tertata rapi dan
sangat bertolak belakang dari keadaan yang sebenarnya bisa
dimanfaatkan secara maksimal untuk keperluan irigasi sawah. Model irigisasi
22
yang diterapkan oleh masyarakat Dusun gading masih sangat sederhana dan
belum ada pengelolaan yang rapi. Hal itu dipengaruhi karena masih terbatasnya
pengetahuan mereka mengenai irigasi.
C. Kondisi Sosial Dusun Gading
Membicarakan mengenai kondisi sosial suatu daerah tentunya tidak
akan terlepas dari keadaan masyarakatnya. Hal ini karena masyarakat selalu
mempengaruhi keadaan sosial suatu daerah. Masyarakat menurut Mac Iver dan
Page merupakan suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan
kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan
tingkah laku dan kebebasan-kebebasan manusia serta keseluruhan yang selalu
berubah ini dinamakan masyarakat.34
Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial yang bersifat dinamis.Menurut
Ralp Linton dalam bukunya yang berjudul The Study of Man, masyarakat
merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan
dengan jelas.35
Kedua penjelasan mengenai masyarakat dapat disimpulkan
bahwa masayarakat merupakan suatu sekelompok manusia yang hidup dan
bekerja bersama dalam waktu yang cukup lama dan berada di wilayah tertentu,
bersifat dinamis, dan membentuk jalinan hubungan sosial.
34
Lihat Mac Iver & Page, “ Society: An Introductory Analysis”, dalam Dadang Suparlan,
Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bhumi Aksara, 2011, hlm.
27-28. 35
Lihat Ralph Linton, “The Study of Man”, dalam Dadang Suparlan, Pengantar Ilmu
Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bhumi Aksara, 2011, hlm. 28
23
Seiring berjalannya waktu masyrakat dusun gading telah mengalami
banyak perubahan dalam segi pendidikan, keagaman serta dalam segi ekonomi
dan budaya.
1. Pendidikan.
Pendidikan merupakan hal yang penting dan menjadi penentu agar suatu
bangsa dapat melangkah lebih maju dan dapat bersaing dengan negara-
negara lainnya. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang
layak bagi seluruh lapisan masyarakat.36
Hal ini dikarenakan pendidikan
bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai alat
ukur maju mundurnya suatu negara.
Pada tahun 1948, pemerintah Indonesia sudah membagi empat tingkatan
yani pendidikan rendah, pendidikan menengah pertama, pendidikan
menengah atas dan pendidikan tinggi.37
Pendidikan yang ada di Dusun Gading
paling tinggi jenjang sekolah yang ada hanyalah setingkat Sekolah Rakyat.
Terdapat dua Sekolah Rakyat yang berada di sekitar wilayah Dusun gading.
Keadaan pendidikan di dusun gading juga masih sangat rendah karena
sebagian besar warga di Dusun gading hidup dalam kemiskinan. Warga Dusun
Gading pada waktu itu masih belum mempunyai ketrampilan yang tinggi dan
masih banyak yang buta huruf.38
Hal ini dikarenakan minimnya dorongan
orangtua yang tidak bisa membiayai anaknya untuk sekolah.
Kebanyakan orangtua di pedesaan pada waktu itu lebih memilih anaknya
tidak bersekolah. Para orangtua berpikir bahwa anak-anak mereka lebih baik
36
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka, 2008, hlm. 289 37
Ibid., hlm. 285. 38
ibid
24
membantu pekerjaan orangtua, seperti yang laki-laki mengerjakan sawah,
merumput, dan yang perempuan membantu pekerjaan di dapur, daripada
sekolah. Mereka tetap bisa hidup walaupun tidak sekolah, tetapi mereka tidak
bisa hidup kalo tidak bekerja.
Baru pada tahun 1968 dusun gading memiliki sekolah sendiri yaitu
Madrasah ibtida‟iyah jaurotul ulum (MI) yang didirikan oleh KH. Abu Mi‟roj.
Berdirinya MI ini mampu-mengerakkan para orang tua untuk menyekolahkan
anak-anaknya, disamping biaya sekolah yang murah, MI lebih mengedepankan
kepedulian terhadap masyarakat dusun gading untuk bersekolah menuntut ilmu.
Pada tahun 1979 KH. Abu mi‟roj juga mendirikan madrasah tsanawiyah.
Sebagai jenjang lanjutan sekolah MI. Berdirinya dua sekolah ini benar-benar
mampu mengubah pola pikir masyarakat Dusun Gading, yang semula enggan
menyekolahkan anaknya menjadi sangat seng untuk menyekolahkan anaknya.
Berdirinya MI dan MTS ini menjadi titik awal dusun gading menjadi
pusat pendidikan dikelurahan Candisari. Hal ini bisa dilihat dari berdirinya
sekolah-sekolah di Dusun Gading, diantaranya, taman kanak-kanak (TK)
kalsumiah, Smp dan MA al-Ma‟ruh serta Smp dan SMK Ma‟arif Kyai Gading.
Yang memiliiki siswa dan siswi tidak hanya dari dusun gading melainkan
2. Keagamaan
Menurut Daradjat (2005) agama adalah proses hubungan manusia yang
dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi dari
pada manusia. Sedangkan Glock dan Stark mendefinisikan agama sebagai
sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan system perilaku yang
terlembaga, yang kesemuanya terpusat pada persoalan- persoalan yang dihayati
25
sebagai yang paling maknawi (ultimate Mean Hipotetiking).39
Agama disebut Hadikusuma dalam Bustanuddin Agus sebagai ajaran
yang diturunkan oleh Tuhan untuk petunjuk bagi umat dalam menjalani
kehidupannya.31
Ada juga yang menyebut agama sebagai suatu ciri kehidupan
sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai
cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi untuk disebut
“agama” yang terdiri dari tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai
spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka
yang di dalamnya juga mengandung komponen ritual.40
Meneurut cerita, Sebelum tahun 1916 Dusun Gading yang kala itu desa
gading memiliki penduduk yang mayorutas beragama Hindu. Hal ini juga
dikuatkan ditemukannya batu Yang mirip dengan pecahan candi. Yang terdapat
dipinggiran desa gading kala itu. Akan tetapi setelah tahun 1916 masyarakat
dusun gading berangsur-ansur memeluk islam. Hal ini dikarenakan penyebaran
agama islam yang dibawa oleh KH. Chumaidi Mi‟roj. Yaitu bapak dari KH.
Chumaidi Mi‟roj.
PadaPada tahun 1942, perkembangan agama di dusun gading sudah
cukup berkembang hal ini dibuktikan adanya tarekat Kholidiyah
Naqsabandiyah yang dibawa oleh KH. Abu Mi‟roj dari Giri kusumo. Ajaran-
ajaran islam yang santun yang di praktekkan oleh KH. Abu Mi‟roj dalam
berdakwah mampu menarik orang-orang yang dulunya sesat, menjadi orang
yang kembali menuju jalan Allah. hingga kini tarekat kholidiyah
39
Daradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama.Jakarta : Bulan Bintang. 2005. Hlm. 10
40
shomuddin.Pengantar SosiologiAgama.(Jakarta: Ghalia Indonesia: 2002).Hal. 29
26
naksabandiyah telah memiliki pengikut yang tidak hanya dari dusun gading
melainkan dari desa sekitar.
D. Kondisi Ekonomi Dusun Gading
Kegiatan perekonomian masyarakat Dusun gading pada tahun 1942
didukung oleh kegiatan pertanian sehingga mata pencarian pokok warga di
Dusun Gading ialah petani. Kehidupan pertanian ini sangat dipengaruhi oleh
keadaan alam di Dusun gading. Banyak petani di Dusun Gading yang
mengandalkan pada iklim. selain petani ada pula pengrajin batu bata yang
terdapat di dusun Gading, Hal ini dikarenakan tekstur tanah yang mendukung.
Selain itu ada pula peternak ayam, dan kambing.
Di Dusun Gading juga terdapat orang yang bermata pencaharian
sebagai buruh. Hal ini karena sebagian wilayah di Dusun Gading terdiri dari
lahan pertanian sehingga ada orang yang bekerja sebagai buruh tani. Buruh
dibedakan menjadi tiga yakni buruh tetap atau buruh tahunan, buruh harian,
dan buruh borongan41
Penduduk yang bekerja sebagai petani biasanya menanam padi maupun
palawija. Petani padi biasanya dalam satu tahun bisa panen dua kali. Begitu
juga dengan petani palawija yang biasanya menanam ubi kayu dan jagung.
Pengairan sawah yang hanya mengandalkan hujan yang jatuh
sepanjang tahun dan sistim irigasi yang memanfaatkan aliran sungai kenteng
menjadikan pasokan air terbatas. Selain itu lahan pertanian yang mereka miliki
tidak luas, sehingga hasil panen hanya sedikit. Hal tersebut yang menyebabkan
41
Kaslan A. Tohir, op. cit, hlm. 80-81
27
kebutuhan para warga di Dusun gading masih belum cukup terpenuhi
dikarenakan hasil panen hanya dikonsumsi untuk kebutuhan keluarga sendiri.
Jika keadaan ekonomi keluarga sudah parah, hasil panen dapat
dijadikan sebagai komoditas perdagangan dengan sistem ijon yaitu menjual
tanaman padi untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
28
BAB III
BIOGRAFI KH. CHUMAIDI MI’ROJ
A. Latar Belakang Keluarga
1. Orang tua KH. Chumaidi Mi’roj dan asal usul keluarga
Gading, tempat kelahiran KH.Chumaidi Mi‟roj adalah sebuah
dusun kecil yang terletak di desa Candisari Mranggen, yang berbatasan
dengan ibu kota propinsi Jawa Tengah yaitu semarang. Dan masih
termasuk dalam wilayah Kabupaten Demak. Di kecamatan Mranggen
nama Dusun Gading tidak begitu dikenal, akan tetapi di Dusun Gading
inilah terlahir seorang kyai yang sangat peduli terhadap masyarakat akan
pentingnya pendidikan dan juga keagamaan beliaulah KH. Chumaidi
Mi‟roj putra bungsu dari KH. Abu Mi‟roj.
KH. Abu Mi‟roj adalah murid dari Mbah Hadi pengasuh pondok
pesantren Giri Kusumo. Karna di anggap murid paling baik di antara
ratusan murid laianya dan juga paling pintar serta taat, maka Mbah Hadi
memilih Mbah Abu Mi‟roj sebagai calon menantunya untuk dinikahkan
dengan puteri mbah Hadi yang bernama Umi Kalsum. Mbah abu adalah
menantu yang sangat baik bagi mbah hadi sehingga mbah hadi mengirim
mbah abu mi‟roj ke Dusun Gading yang dulunya tanah kosong dan rimbun
tanpa penghuni (angker). Dikirimkan mbah Abu mi‟roj ke Gading bukan
tanpa alasan, memiliki ilmu yang mumpuni tentang agama dan ilmu dalam
juga menjadi salah satu faktor mbah abu mi‟roj dikirim ke tanah gading.
29
Mbah Abu mi‟roj ditugaskan untuk menyebarkan Agama Islam di tanah
gading yang dulunya juga terdapat banyak orang-orang jahat. Perjalanan
Mbah Abu Mi‟roj dalam membersihkan tanah Gading tidak berjalan begitu
lancar, banyak gangguan dari makluk-makluk halus penghuni tanah
gading. Ahirnya setiap malam Jum‟at Mbah Abu Mi‟roj melakukan
istikharoh dengan menggunakan tanah lempung42
. Setiap tanah lempung
yang dibulatkan berisi satu jin, lalu di taruh di tempat rinjing43
yang
kemudian dibuang ditempat lain. Mbah abu mi‟roj kemudian medirikan
masjid ditanah gading sebagai tempat penyebaran agama islam. Lalu
mendirikn rumah sederhana sebagai tempat tinggalnya.
KH. Chumaidi mi‟roj dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1942
di Dusub Gading Desa Candisari Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak
Jawa Tengah dari pasangan KH. Abu Mi‟roj dengan Hj. Umi Kalsum.
Pasangan ini dikaruniai delapan orang anak, lima putra dan tiga putri. Hj.
Badriyyah sebagai puteri sulung dan menikah dengan H. Ahmad Qomari.
Hj.Romah sebagai puteri ke dua menikah dengan KH. Masyuri. H. Abdul
Fattah sebagai putra ketiga menikah dengan Hj. Kursiyah. Putera ke empat
yaitu H. Kholil yang menikah dengan Hj. Istirohah. Putera kelima yaitu H.
Masyadi yang menikah dengan Khoiriyatun. H. Rifai sebagai putera
keenam menikah dengan Hj. Masturiah. Hj. Chumairoh sebagai puteri
42 Wawancara dengan bapak Choiron putra pertama KH. Chumaidi Mi‟roj. Tanggal 24
agustus 2018 jam 14:05
43
Rinjing adalah belahan bambu yang sudah di anayam melingkar sedemikian rupa,
masyarakat Indonesia lebih sering menyebutnya dengan sebitan wakul
30
ketuju menikah dengan KH. Bahri dan yang terahir adalah KH. Chumaidi
Mi‟roj yang menikah dengan Hj. Dhoiriyah.44
2. Rumah tangga KH. Chumaidi Mi‟roj
KH. Chumaidi mi‟roj menikah denga Hj. Dhoiriyah pada tahun
1968 M. Pernikahan KH. Chumaidi mi‟roj dan Hj. Dhoiriyah karna
dijodohkan kedua orang tuanya yang juga sama-sama seorang Guru dan
kyai. Ketika itu Hj. Dhoiriyah masih mondok di pondok Lasem. Sehingga
Hj. Dhoiriyah belum tahu sama sekali siapa KH. Chumaidi Mi‟roj. Hj
Dhoiriyah adalah anak yang sangat taat kepada orang tuanya sehingga
meskipun belum tahu Hj. Dhoiriyah tetap menerima tawaran ayahnya
untuk di jodohkan dengan KH. Chumaidi Mi‟roj.
Pernikahan KH. Chumaidi mi‟roj dan Hj. Dhoiriyah di karuniai
tuju orang anak, empat putera dan tiga puteri. Anak yang pertama adalah
Ahmad Choiron menikah dengan Dewi Ariatun. Anak kedua Ahmad
Choiri(alm) menikah dengan Evi Muflihati. Anak ketiga Abdul Kholiq
menikah dengan Muslikhah. Anak ke empat yaitu Khabibullah. Anak
kelima adalah Kholisotus Sa‟adah yang menikah dengan Yusuf wahab.
Anak yang keenam khoridatul khosiah menikah dengan Moh Rohman.
Sementara anak yang terahir Kholifatul Ummah yang menikah dengan
Fahsin M. Fa‟al yang tak lain adalah dosen Sejarah Peradaban Islam di
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.45
44. Drs. Mas‟ud Kholil dkk. Silsilah keluarga besar KH. Abdul Ghofur.(keluarga besar
abdul ghofur 1431H/ 2010 M) hlm. 09.
45 Ibid Hlm.
31
B. Pendidikan KH. Chumaidi Mi’roj
Kedalaman ilmu agama dari orang tua KH.Chumaidi Mi‟roj itulah
merupakan sebuah dasar pendidikan agama yang membentuk
KH.Chumaidi Mi‟roj seperti sekrang ini. KH.Chumaidi Mi‟roj dilahirkan
dalam lingkungan yang sangat religius, olehnya tidak heran jika KH.
Chumaidi Mi‟roj terkenal sangat keras dalam mendidik anak-anaknya
maupun mendidik murid-muridnya disekolah maupun santri-satrinya
ketika dipondok dalam hal agama. Tentu saja hal itu bertujuan agar murid-
murid dan santrinya taat terhadap agama, seimbang dalam menjalankan
hidup serta berguna dalam masyarakatnta masing-masing.
KH. Chumaidi Mi‟roj mengawali pendidikanya di sekolah rakyat46
pada tahun 1949 dan lulus pada ahun 1955. Setelah lulus dari sekolah
rakyat kemudian KH. Chumaidi Mi‟roj melanjutkan sekolahnya di
Madrasah Futuiyyah47
atau biasa disebut MTS Futuiyyah pada tahun 1955.
46
Di zaman penjajahan Belanda, jenjang yang setara dengan SD adalah Hollandsch-
Inlandsche School (HIS) dan Europeesche Lagere School (ELS) yang masing-masing didirikan
sejak 1914 dan 1817. Bila kini waktu mengenyam pendidikan di SD hanya sampai enam tahun, di
HIS dan ELS, murid harus menempuhnya selama tujuh tahun. Kemudian di masa penjajahan
Jepang, disebut Sekolah Rakyat (SR). Barulah pasca-kemerdekaan, sebutan sekolah dasar (SD)
diresmikan pada 13 Maret 1946.
47
Futuiyah adalah pondok pesantren dan juga yayasan yang didirikan oleh KH.
Abdurrahman ibn Qosidi Haq pada tahun 1901 ini telah memainkan peran penting dalam
memajukan dunia pendidikan masyarakat yang pada gilirannya turut berdampak pada perubahan
sosial, politik ekonomi, hukum dan bidang strategis lainnya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. esantren Futuhiyyah pada awalnya lebih masyhur dengan sebutan
Pondok Suburan Mranggen. Hal ini disebabkan pada zaman dahulu pesantren umumnya didirikan
tanpa diberi nama, kecuali disesuaikan dengan nama kampung atau desa di mana pesantren
tersebut berdiri, seperti Pondok Serang, Pondok Lasem, Pondok Termas, dan tidak terkecuali
32
MTS Futuhiyyah juga memiliki pondok pesantren, sehingga KH.
Chumaidi Mi‟roj juga mondok di pesantren ini. Di pondok pesantren ini
KH. Chumaidi Mi‟roj bertemu dengan banyak muridd dari berbagai
kalangan dan juga dari berbagai daerah di Indonesia. Tidaklah heran
karana pondok pesantren Futuhiyyah sangatlah terkenal di Mranggen
dengan alumni-alumninya dan juga kontribusi pondok terhadap
masyarakat Mranggen kusunya. KH. Chumaidi Mi‟roj menyelesaikan
pendidikan Mtsnya selama 3 tahun dan lulus pada tahun 1958.
KH. Chumaidi Mi‟roj terlihat sangat menonjol dalam sisi ke
ilmuanya dari pada teman-temannya yang lain. Kecerdasan KH. Chumaidi
berkembang sangat pesat sehingga KH. Chumaidi Mi‟roj menjadi murid
yang sangat disayang oleh guru-gurunya karna kecerdasanya dan juga
ketekunannya. Karna ketekunannya inilah KH. Chumaidi Mi‟roj sudah
bisa membaca kitab-kitab kuning. Setelah menyelesaikan sekolah
Madrasah tsanasiyah KH. Chumaidi Mi‟roj melanjutkan pendidikanya di
Pesantren Futuhiyyah yang terletak di Desa Suburan Mranggen. Nama Futuhiyyah sendiri baru
muncul sekitar tahun 1927 atas usul K.H Muslih Abdurrahman saat kakaknya yakni K.H Ustman
Abdurrahman mendirikan madrasah atas perintah dan persetujuan dari K.H Abdurrahman selaku
ayahnya yang sekaligus sebagai pengasuh utama. Sebelum KH. Muslih wafat, beliau sempat pula
memperbaiki manajemen Pesantren Futuhiyyah dengan membentuk Badan Penyelenggaraan
Pesantren Futuhiyyah, termasuk madrasah dan sekolah, dengan bentuk yayasan. Adapun kegiatan
pendidikan yang dikelola Pesantren Futuhiyyah meliputi pendidikan keagamaan dan umum,
pendidikan itu antara lain sebagai berikut: 1). Taman Pendidikan al-Quran (TPA); 2). Taman
Kanak-Kanak (TK) masyitoh; 3). Madrasah Ibtidaiyah (MI); 4). Madrasah Tsanawiyah 1 (MTS 1)
(putra) dan MTS 2 (putri); 5). Madrasah Aliyah 1 (MA 1) (putra) dan MA 2 (putri); 6). Sekolah
Lanjutan Pertama (SLTP); 7). Sekolah Menengah Umum (SMU); 8). Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)
33
sekolah Pendidikan Guru Agama atau PGA.48
Hal yang melatar belakangi
KH. Chumaidi Mi‟roj adalah kurangnya guru di Indonesia paska
kemerdekaa. Sehingga KH. Chumaidi Mi‟roj mengambil pedidikan guru
agama dengan tujuan agar menjadi seorang guru agama sesui dengan
proyeksi departemen agama dan di angkat menjadi PNS atau pegawai
negeri sipil49
.
KH. Chumaidi Mi‟roj menyelesaikan pendidikan PGA dalam
waktu lima tahun sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pemerintah
dan lulus pada tahun 1962. Setelah lulus dari PGA KH. Chumaidi Mi‟roj
meneruskan pendidikanya di pondok pesantren saranng untuk menimba
ilmu agama lebih banyak lagi, selama di pondok pesantren sarang KH.
Chumaidi Mi‟roj belajar sangan rajin tentang agama, sama seperti yang ia
lakukan ketika masih dipondok pesantren Futuhiyyah. Setelah merasa
cukup dengan ilmu agama yang ian pelajari selama dipondok pesantren
sarang, KH. Chumaidi Mi‟roj lalu pulang kerumah dan mulai membantu
48
PGA atau pendidikan gru agama adalah sekolah yang didirikan karna kurangnya guru
di Indonesia pasca kemerdekaan. Awal Sejarah Pendidikan Guru (Pasca Kemerdekaan).
Kekurangan guru awal kemerdekaan (setelah pengakuan kedaulatan 1949) ditutup dengan tenaga
PTM (Pengerahan Tenaga Mahasiswa), di samping merekrut mahasiswa sebagai guru di
Indonesia, mereka juga mengajar di Malaysia. Tahun 1954 Mohamad Yamin selaku menteri P&K
saat itu menciptakan lembaga pendidikan guru pada tingkat Pendidikan Tinggi (di samping SGB/
SGA/ SGO untuk tingkat SD, SMP). Lembaga ini disebut Perguruan Tinggi Pendidikan Guru.
http://www.smkn1bjs.sch.id/pengajaran/item/3-sejarah-singkat-pendidikan-guru.html. Diakses
pada 2 september 2018.
49https://id.wikipedia.org/wiki/Pegawai_negeri di akses pada 1 september 2018
Pegawai negeri sipil adalah pegawai yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri
atau diserahi jabatan tugas lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang undangan yang
berlaku
34
ayahnya mengajar anak-anak kampung dusun gading setiap habis mahrib.
Ilmu-ilmu yang di ajarkan KH. Chumaidi Mi‟roj adalah ilmu-ilmu dasar
dalam berwudhu,melakukan gerakan-gerakan sholat serta dalam membaca
Al-Quran atau dalam hal ini Tajwid50
.
Pada tahun 1966 KH. Chumaidi Mi‟roj mengikuti ujian UGA51
yang diadakan oleh kementrian agama. Karenan kecerdasanya KH.
Chumaidi Mi‟roj lulus dalam ujian ini lalu KH. Chumaidi Mi‟roj di
angkat menjadi pegawai negeri sipil, dan menjadi guru di sekolah
madrasaha ibtida‟iyah jauharotul ulum yang ada di Mranggen. Setelah
menjadi guru agama KH. Chumaidi Mi‟roj masih ingin melanjutkan
pendidikanya yang lebih tinggi, kemudian ia masuk di Universitas
Nahdlatul Ulama, yang saat itu masih bercabang di Futuhiyyah
mranggen.akan tetapi KH. Chumaidi Mi‟roj dalam perjalannannya
mengenyam pendidikan di UNU hanya sampai pada semester enam saja.
Hal ini disebabkan KH. Chumaidi Mi‟roj harus lebih fokus dalam
Mengemban tugas mengajar di Madrsah Ibtida‟iyah52
Jauharotul Ulum
dusun Gading, yang saat itu KH. Chumaidi Mi‟roj menjabat sebagai
kepala sekolah Madrsah Ibtida‟iyah atau sekarang yang biasa disebut
50
https://belajar-tobat.blogspot.com/2014/12/pengertian-tajwid-dan-macam-macam-
tajwid.html diakses pada 3 september 2018
Tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau
mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran
51. UGA atau Ujian Guru Agama adalah satu ujian masuk menjadi guru yang diadakan
kementrian agama guna menambah kekurangan guru paska kemerdekaan 1945
52
Madrasah ibtida‟iyah adalah jejang sekolah dasar yang setara dengan sekolah dasar
(SD) hanay saja perbedaan terletak pada mata pelajaran agama yang jauh lebih banyak terdapat di
maddrasaha ibtida‟iyah (MI) dari pada di sekolah dasar atau SD.
35
dengan MI. Selain menjadi kepala sekolah KH. Chumaidi Mi‟roj juga
mengabdikan dirinya dipondok pesantren yang diasuh oleh bapakya yang
terletak tidak jauh dari lokasi sekolah ia mengajar.
Sepeninggal ayahnya, disela-sela ia menjadi guru madrasah
ibtida‟iyah, KH. Chumaidi Mi‟roj juga menjadi pemimpin penerus pondok
pesantren tareqat yang dibangun oleh ayahnya. KH. Chumaidi Mi‟roj juga
menjadi imam masjid dan imam dalam ibadaah tareqat. Berkat santri-santri
yang banyak dari berbagai daerah, menjadikan KH. Chumaidi Mi‟roj
semakain terkenal diluar kecamatan mranggen. Hingga ahirnya KH.
Chumaidi Mi‟roj juga menerima tawaran untuk mengisi pengajian-
pengajian diluar desa candisari, maupun diluar kecamatan mranggen.
Dalam satu kesempatan ketika KH. Chumaidi Mi‟roj mengisi
pengajian di dusun Karangboyo53
kecamatan marnggena. KH. Chumaidi
Mi‟roj lebih sering membawakan materi-materi tengtang ketauhitan54
.
Yaitu tentang keyakinan dalam bertuhan, hal ini didasari karena
masyarakat setempat yang saat itu banyak yang baru memeluk agama
islam. Sehingga dengan materi-meteri ketauhidtan yang ia bawakan
diharapkan mampu menambah semangat dalam keyakinan, beribadah serta
menjalankan kewajiban agamannya. Masyarakatpun sangat antusias dalam
53. Wawancara dengan ahmad solikun pada tanggal 23 agustus 2018 jam 07:15 WIB
Karangboyo adalah salah satu dusun yang terdapat di desa cadisari, yang kebanyakan
masyarakatnya baru memeluk agama islam.
54
https://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid diakses pada 2 september 2018
Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Dalam
pengamalannya ketauhidan dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma
wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari
kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.
36
mengikuti pengajian, hal ini terlihat dalam setiap pengajian masyarakat
yang datang begitu banyak.55
C. KH. Chumaidi Mi’roj Wafat
Pada tanggal 19 agustus 2014. KH. Chumaidi Mi‟roj meninggal
dunia dikarenakan sakit. Sebelum meninggal KH. Chumaidi Mi‟roj sempat
dirawat beberapa kali di rumah sakit Karyadi Semarang, karna sakit yang
cukup parah dan usia yang sudah tua, membuat KH. Chumaidi Mi‟roj
tidak tertolong lagi. Semasa sakit KH. Chumaidi Mi‟roj masih gagah
dalam mengajar di sekolah, dan di pondok. Meskipun saat itu ia dalam
berjalan menggunakan bantuan kursi roda, tapi hal itu tidak menyurutkan
semangat KH. Chumaidi Mi‟roj dalam mengajarkan ilmu-ilmunya
terhadap murid-muridnya, dan ketika waktu shalat tiba KH. Chumaidi
Mi‟roj masih menjadi imam shalat.
Dalam prosesi pemakaman Diiringi hiruk piruk tangis dari
keluarga, masyarakat dan juga murid-muridnya . KH. Chumaidi
Mi‟rojd di makamkan di belakang masjid Candisari, diamana di belakang
masjid itu juga terdapat makam ayahnya. Dimakamkanya KH. Chumaidi
Mi‟roj di samping ayahnya adalah permintaan KH. Chumaidi Mi‟roj
semasa masih hidup. Beliau berpesan agar nantinya ketika ia meninggal
untuk dimakamkan di sebalah ayahnya, yaitu KH. Abu mi‟roj.
KH. Chumaidi Mi‟roj merupakan sosok yang sentral dalam
masyarakat desa Candisari dan Dusun Gading kususnya, laksana jatung
55
. Wawancara dengan ahmad solikun pada tanggal 23 agustus 2018 jam 07:15 WIB.
37
bagi kehidupan manusia. Begitu sangat penting kedudukan KH. Chumaidi
Mi‟roj dalam masyarakat sehingga ketiadaannya sangat sulit untuk
diterima masyarakat Candisari. Kehilngan sosok yang tegas dan penuh
kepedulian seperti KH. Chumaidi Mi‟roj Tentu hal ini menimbulkan
kesedihan di antara santri-santri, murid-murid sekolahnya juga masyarakat
Candisari khusunya. Masyarakat Candisari kehilangan sosok yang begitu
di cintai dan dihormati. KH. Chumaidi Mi‟roj sosok yang mengajarkan
tentang agama, juga tentang kehidupan bermasyarakat. KH. Chumaidi
Mi‟roj adalah orang yang telah mengubah perilaku masyarakat Desa
Candisari yang dulunya keras dan tidak bisa didik hingga ahirnya menjadi
santun dan berahlak dalam bermasyarakat.
Sepeninggal KH. Chumaidi Mi‟roj tidak lantas membuat
masyarakat Desa Candisari lupa akan jasa-jasa KH. Chumaidi Mi‟roj
terhadap masyarakat Desa Candisari. Untuk menghormati dan juga
mengenang KH. Chumaidi Mi‟roj, pada setiap tahunnya diadakan tradisi
Haul56
KH. Chumaidi Mi‟roj oleh masyarakat candisari. Haul KH.
Chumaidi Mi‟roj dikemas dengan runtutan acara seperti kirab budaya,
pembacaan al-Quran, Tahlil kenduren serta biasanya ditutup dengan
pengajian akbar yang dihari berbagai masyarakat sekitar desa candisari.
Tradisi haul di Indonesia umumnya berkembang kuat di kalangan
nahdhiyin atau masyarakat yang tergabung dalam wadah organisasi NU
56. Tradisi hau di anggap atau dimaknai sebagai bentuk peringatan meninggalanya
seseorang setiap tahun, yang biasanya diaksanakan tepat pada hari, tanggal dan psaran
meninggalnya seseorang. Peringatan ini biasaya berlaku pada siapa saja, tidak terbatas hanya
orang-orang NU. Haul lebih bernuansa sacral, dibandingkan orang jawa biasa yang
menyelenggarakannya. Fadeli dan subhan 2017:119.
38
(Nahdhotul ulama). Tradisi haul adalah tradisi yang dilaksanakan setiap
tahun sekali. Begitu juga tradisi haul KH. Chumaidi Mi‟roj.
Tradisi khaul KH. Chumaidi Mi‟roj berakar pada sosok almarhum
KH. Abu Mi‟roj yang tak lain adalah ayahnya sen diri. Haul dilaksanakan
di makam KH. Abu Mi‟roj dan juga KH. Chumaidi Mi‟roj yang terletak
dibelakang masjid jami‟ Al-Mi‟roj, kemudian acara dibuka dengan kirab
budaya pusaka dimana kirab pusaka ini di ikuti oleh masyarakat desa
candisari. Para pejabat sekolah, serta diikuti oleh siswa-siswi sekolah
mulai dari Sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah ahir yang
terletak tidak jauh dari rumah KH. Chumaidi Mi‟roj. Setelah kirab budaya,
acara dilanjutkan dengan pembacaan Al-quran secara bil ghoib (dengan
hafalan) yang dilakukan oleh hafidz dan juga santri yang telah di tunjuk
pihak pesantren yang dilakasanakan dihalaman masjid jami‟ Al-Mi‟roj
desa Candisari.
Dalam pembacaan al-Qur‟an ini biasanya dalam satu hari 30 juz
selesai. Dalam masa pembacaan al-quran ini masyarakat desa candisari
juga banyak yang mengikuti meskipun tidak diwajibkan. Adakalanya
mereka hanya mengikuti sebentar saja dengan cara menyimak pembaca al-
Qur‟annya atau cukup sekedar dating dan cukup membaca tahlil saja di
makam KH. Chumaidi Mi‟roj. Setelah itu langsung pulang. Jadi pembaca
al-Qur‟an dimakan ini bagi masyarakat Desa Candisari atau orang lain
yang bukan satri tetapi pesantren kyai gading sifatnya hanya menghormati.
Beda dengan santri yang setiap hari dan terjadwal atau giliran untuk
datang kemakam.
39
Kemudian setelah pembacaan al-Qur‟an bil ghoib selama satu hari
selesai pada malam sebelum acara puncak dilanjutkan dengan acara
kenduri atau semacam selametan yang bertempat dihalaman rumah
keluarga KH. Chumaidi Mi‟roj. Acara ini dihadiri oleh masyarakat Desa
Caandisari dan sekitarnya. Dalam acara kenduri tersebuat biasanya diisi
dengan pembacaan tahlil dan doa-doa yang pahalanya diberikan kepada
ahli kubur, kepada warga Desa Candisari yang sudah mennggal dan
khususnya kepada almarhum KH. Chumaidi Mi‟roj.
Setelah acara selesai para tamu kemudiam diberi berkat yaitu
bingkisan yang didalamnya berisi nasi dan beberapa lauk. Pemberian
berkat ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat desa candisari. Bahwa
setiap masyarakat atau warga Desa Candisari yang memiliki hajat atau
sebuah acara ketia acara selesai pasti akan memberikan berkat keda para
tamu ayau undangan yang dating ke acara tersebut. Bahkan pada kasus
tertentu ketika tamu undangan tidak datang ke acara shohibul hajat57
atau
yang mempunyai acara itu tetap mengirimkan binkisan tersebut
kerumahnya. Hal ini menunjukan bahwa pada dasarnya masyarakat Desa
Candisari mempunyai tradisi yang cukup membentuk solidaritas sosial
yang cukup tinggi antar warganya.
Pada esok harinya setelah selesai acara kenduren tersebut,
dilanjutkan dengan acara inti atau acara puncak dari haul. Adapun acara
57. Pengertian dan arti dari shohibul hajat dari kata tersebut berhubungan dengan
selametan, yaitu dimana suatu acara yang diadakan untuk memenuhi hajat, yang berkaitan dengan
sesuatu kejadian atau peristiwa tertentu seperti pernikahan, kehamilan, khitanan dan kematian,
dimana yang diselenggarakan dengan tujuan memperoleh keselamatan dan perlindungandari
Tuhan Yang Maha Esa. http://definisi.org/pengertian-dan –arti-dari-shohibul-hajat.
40
haul bertepat di pondok pesantren Kyai Gading. Dalam acara haul ini
biasanya ditutup dengan pengajian akbar. Dalam acara pengajian ini
dihadiri oleh para tamu undangan, biasanya yang menhadiri adalah para
tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, para pejabat pemerintahan, para
alumni pesantren, dan khususnya masyarakat Desa Candisari dan
masyarakat desa sekitar.
D. Kepribadian KH. Chumaidi Mi’roj
Bagi KH. Chumaidi Mi‟roj mejadi figure masyarakat adalah
suatu tantangan sendiri, dimana agar selalu berbuat kebaikan agar menjadi
contoh yang baik bagi masyarakat Desa Candisari dan desa sekitarnya.
KH. Chumaidi Mi‟roj adalah figur yang disiplin, tegas terhadap keluarga,
dan sangat peduli terhadap lingkungan masyarakat Desa Candisari.
Di dalam keluarga KH. Chumaidi Mi‟roj adalah sosok ayah yang
sangat tegas, disiplin dan juga keras. Terutma dalam pendidikan agama, ia
selali menomer satukan dibandingkan dengan yang lain. Sejak kecil anak-
anak KH. Chumaidi Mi‟roj selalu mendidik anak-anaknya dengan tegas,
disiplin dan tanggung jawab. Sehingga ada kata-kata yang tidak pernah
terlupakan oleh anak-anaknya. Yaitu, KH. Chumaidi Mi‟roj tidak ingin
anak-anaknya menjadi orang kayak, tetapi KH. Chumaidi Mi‟roj hanyak
ingin anak-anaknya menjadi orang baik, dan berguna bagi masyarakat58
.
58 Wawancara dengan bapak Choiron putra pertama KH. Chumaidi Mi‟roj. Tanggal 24
agustus 2018 jam 14:05
41
Saking kerasnya KH. Chumaidi Mi‟roj dalam mendidik anak-
anaknya, kadang ada anak-anaknya yang protes dan tidak terima dengan
cara mendidik KH. Chumaidi Mi‟roj akan tetap setelah dijelaskan kenapa
KH. Chumaidi Mi‟roj mendidik begitu keras terhadap anak-anaknya tidak
lain adalah KH. Chumaidi Mi‟roj hanya ingin anak-anaknya menjadi baik
kelak ketika tumbuh dewasa dan hidup didalam masyarakat. Sikap KH.
Chumaidi Mi‟roj yang ditunjukandalam mendidik anak-anaknyapun
terbukti. Sekarang hampir semua anak-anak KH. Chumaidi Mi‟roj menjadi
guru seperti anak pertamanya yaitu Ahmad Choiron, Abdul Choliq,
Khoridatul Khosi‟ah Kholifatul Ummah Dan yang lainnya menjadi
pegawai swata dan memiliki usaha sendiri.
Selain menjadi orang tua yang tegas disiplin dan juga keras. KH.
Chumaidi Mi‟roj juga memiliki jiwa sosial terhadap masyarakat yang
sangat tinggi apa lagi dalam hal pendidikan. Tentunya jiwa seperti inilah
yang wajib kita tiru dan kita jadikan contoh dalam bernasyarakat. KH.
Chumaidi Mi‟roj adalah sosok yang sangat peduli terhadap lingkungan
Desa Candisari dan memiliki cita-cita agar Desa Candisari dusun Gading
menjadi pusat pendidikan di kecamatan Mranggen.
Dusun Gading adalah dusun yang dimana terdapat sekolah
pendidikan anak usia dini (PAUD). Dan Madrasah ibtida‟iyah (MI).
Pernah suatu peristiwa pada tahun 1983. Ketika pemerintah mencari lokasi
untuk pembangunan sekolah Madrasah tsanawiyah negeri. Pemerintah
mencari tanah atau lokasi dimana bisa dibangun madrasa tsanawiyah
42
negeri. Di kecamatan mranggen sebenarnya sudah ada madrasah
tsanawiyah milik yayasan Futuhiyyah yang sudah besar. Sehingga tidak
mungkin untuk dialihkan menjadi madrasah tsanawiyah negeri. Kenudian
KH. Chumaidi Mi‟roj mengajukan kepemerintah agar pembangunan
Madrasah Tsanawiyah negeri di bagun di Dusun gading Desa Candisari
yang saat sebenarnya sudah ada Madrasah Tsanawiyah swasta akan tetapi
dengan kondisi sekolah yang sangat meprihatinkan. Ahirnya pemerintah
menyetujui untuk pembangunan Madrasah Tsanawiyah negeri Mranggen
di Dusun Gading Desa Candisari dengan mengubah Madrasah Tsanawiyah
swasta yang sudah ada menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri Mranggen.
Lalu pemerintah menanyakan bagaimana dengan tanah yang akan dibagun
untuk pembangunan sekolah, tanah siapa yang akan dipakai, tentu ini
menjadi pertanyaan bagi pemerintah59
.
KH. Chumaidi mi‟roj adalah anak dari KH. Abu Mi‟roj yang tak lain
adalah pembukak tanah gading. Sehingga KH. Chumaidi mi;roj memiliki
lahan tanah yang cukup banyak di dusun gading. Karna cita-cita yang
sangat kuat dari KH. Chumaidi Mi‟roj agar Desa Candisari Dusun gading
menjadi pusat pendidikan, maka KH. Mi‟roj merelakan pembangunan
madrasah Tsanawiyah negeri mranggen di atas tanahnya tanpa harus
dibeli ataupun ganti rugi tanah yang dipakai untuk pembangunan sekolah.
Maka berdirilah madrsah tsanawiyah negeri mranggen didusun Gading
59. Wawancara dengan bapak Choiron putra pertama KH. Chumaidi Mi‟roj. Tanggal 24
agustus 2018 jam 14:05
43
Desa Candisari, yang saat ini berganti nama menjadi Madrasah
Tsanawiyah Negeri Satu Mranggen.
Pengorbanan dan juga kepedulian KH. Chumaidi Mi‟roj inilah yang
menjadikan Dusun Gading Desa Candisari menjadi benar-benar hidup di
bidang pendidikan, meskipun setelah berdirinya Madrasah tsanawiyah
negeri satu mranggen KH. Chumaidi M‟roj tidak bisa ikut campur tangan
lagi terhadap madrasah tsanawiyah negeri satu mrangen. Hal ini
dikarenakan peralihan sekolah swasta menjadi negeri sudah menjadi
otoritas pemerintah sehingga apapun yang berkaitan dengan sekolah
seperti menjadi kepala sekolah, guru hingga menjadi penjaga sekolah
sudah menjadi hak bagi pemerintah untuk menentukannya.
Tidak hanya itu, dalam kehidupan sosial kemasyarakatan KH.
Chumaidi Mi‟roj sangat perhatian dan punya andil besar. Setiap orang
yang datang ke rumah KH. Chumaidi Mi‟roj pasti diberikan solusi entah
itu terkai soal ekonomi ataupun masalah-masalah lain dalam rumah
tangga. KH. Chumaidi Mi‟roj senantiasa memberikan solusi serta arahan
yang terbaik bagi setiap orang yang datang kepadanya. KH. Chumaidi
Mi‟roj juga disebut sebagai orang tua asuh, hal ini dikarenakan, karna
selama hidupnya KH. Chumaidi Mi‟roj juga membiayai kehidupan banyak
orang dan juga membiayai pendidikan orang-orang yang datang kepada
KH. Chumaidi Mi‟roj. Olehnya ia juga disebut orang tua asuh. KH.
Chumaidi Mi‟roj juga pernah menjabat sebagai kepala sekolah di
Madrasah Ibtida‟ iyah Candisari. faktor inilah yang juga mendasari KH.
44
Chumaidi Mi‟roj sangat peduli terhadap masyarakat Dusun Gading Desa
Candisari terlebih dalam hal pendidikan.
KH. Chumaidi Mi‟roj adalah sosok yang hanya ingin menjadi
seorang pengajar. KH. Chumaidi Mi‟roj tidak ingin menjadi apa-apa
selain menjadi pengajar. Olehnya keseharian KH. Chumaidi Mi‟roj dari
muda sampai meninggal tidak pernah lepas dari yang namanya mengajar.
Menjadi seorang pengajar baginya adalah suatu profesi yang sangat
membanggakan.
Menjadi seoarang pengajar yang memiliki kepribadian yang tegas,
disiplin dan juga keras menjadikan KH. Chumaidi Mi‟roj mendapatkan
julukan “Maha Guru‟ di sekolah-sekolah tempat dimana KH. Chumaidi
Mi‟roj pernah mengajar. Diketahui KH. Chumaidi Mi‟roj pernah mengajar
di beberapa sekolah yaitu, di Madrasah ibtida‟iyah (MI) tahun 1966,
Madrasah Tsanawiyah (MTS) Futuhiyyah tahun 1969, Madrasah Aliyah
(MA) Nurul Ulum tahun 1969, Sekolah Menegah Pertama (SMP) Ma‟arif
Kyai Gading tahun 2013, serta di Sekolah Menengah Kejuruan Ma‟arif
(SMK) Kyai Gading tahun 2013. Julukan Maha Guru yang disematkan
kepada KH. Chumaidi Mi‟roj bukan tanpa alasan. Disamping mengajarkan
tentang pelajaran, KH. Chumaidi Mi‟roj juga mengisi dengan nasihat-
nasihat yang menenagkan hati. Dengan syariat dan hakikat kuat yang
KH. Chumaidi Mi‟roj miliki menjadikan KH. Chumaidi Mi‟roj sebagai
guru panutan. Seperti ketika muritnya ada masalah KH. Chumaidi
Mi‟roj lebih sering bisa menyelesaikan masalah dengan diselesaikan
45
secara zhahir (fisik) maupun bhatin (hati) Memberikan amalan-amalan
atau ijazah untuk dilaksanakan. Tidak seperti guru-guru sekarang yang
hanya memeberikan pembelajaranya saja. KH. Chumaidi Mi‟roj lebih
sering memberikan nasihat-nasihat yang menenagkan hati, dari sinilah KH.
Chumaidi Mi‟roj mendapatkan julukan Maha Guru, tidak hanya
mengajarkan tentang pembelajaran saja tetapi mengajarkan tentang
kehidupan sehari-hari, juga tentang masalah-masalah yang dihadapi
didunia nyata.
46
BAB IV
PERAN KH. CHUMAIDI MI’ROJ DALAM MASYARAKAT CANDISARI
A. KH. Chumaidi Mi’roj Menjadi Mursyid Tarekat.
Pada usia ke 48 KH. Chumaidi Mi‟roj di beri amanah menjadi
seorang Mursyd tarekat yang didirikan oleh ayahnya yaitu tarekat
Kholidiyyah Naqsabandiyyah. Tarekat ini didirikan KH. Abu Mi‟roj
ketika beliau dikirim ketanah gading kemudian beliau mendirikan rumah,
masjid dan ritual keagamaan yaitu tarekat Kholidiyyah Naqsabandiyyah
yang bercabang dari pondok pesantren Girikusumo yang tak lain tempat
KH. Abu mi‟roj menimba ilmu yang saat itu diasuh oleh KH. Muhammad
Hadi yang sekaligus menantu KH. Abu Mi‟roj.
Tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi dan digambarkan
sebagai jalan yang berpangkat dari syariat, sebab jalan utama disebut syar‟
sedangkan anak jalan dinamakan tariq. Kata turunan ini menunjukan
bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang
dari jalan utama yang terdiri atas hukum ilahi, tempat berpijak bagi setiap
muslim. Oleh karena tidak mungkin ada jalan tanpa adanya jalan utama
tempat ia berpangkat: pengalaman mistik tidak mungkin ditemukan bila
perintah syariat yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahulu dengan
seksama60
.
Jika merujuk kembali darisisi etimologi, kata tarekat itu sendiri
merupakan kata serapan yang bersumber dari bahasa arab yaitu: tariq atau
60. Supardi Djoko Damono (et al.) Dimendi mistik dalam Islam (cet. 1: Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2009), hal 123.
47
tariqah dan bentuk jamaknya adalah taraiq atau turuq. Secara etimologis
bermakna system atau metode (uslub), jalan atau cara (maslak),61
kata
tariq juga bersinonim dengan beberapa katayang lain, seperti: sirat, sabil,
minhaj, syari‟, syari‟ah, syir‟ah, mahajjah, dan sunnah.62
Abdul halim Mahmud memandang, tarekat sebagai metode
penyusian,63
dan pelatihan jiwa yang bertujuan untuk mencapai kedudukan
„ubudiyah (pengabdian) sesuai dengan hukum hukum ketuhanan. Ketiak
manusia mampu mewujudkan kondisi tersebut maka allah akan
memberikan anugrah keluasaan ilmu Ma‟rifat.
Abu al-wafa‟ al-ganimi memandang penggunan kata tarekat pada
periode pasca Al-Ghozali dipergunakan hanya sebatas kepada kelompok
pribadi sufi yang bergabung dengan seorang guru (Syekh) dan tunduk
dibawah aturan-aturan terinci dalam jalan rohaniyah, yang hidup secara
kolektif diberbagai zawiyah, rabat, dan khanahah atau berkumpul secara
periodic dalam acara-acara tertentu, serta mengadakan berbagai pertemuan
imiah maupun rohaniyah tertentu.64
Pada masa tersebut mulai
bermunculan didunia islam berbagai nama tarekat berselaras dengan nama
pendirinya.65
Karena itu, tarekat telah menjadi salah satu filsafat
61 Jama‟ah min kibar al-Lugawiyyin al-„arab, al-muj‟am al-arabi al-asasi (t.:c: kairo: al-
Munazzamah al-„Arabiyah LI al-tarbiuah wa al-Siqafah wa al-„Ulum, T.TH), Hlm. 792
62
Muhammad ibn „Abdul al-Karim al-Kiznazan al-Husaini, mausuk‟ al kisnazan fi ma
istalaha „alaih ahl al-tasawwul aw al-irfan, Jil. XIV (t, c: Suriah, Dar al-Mahabbah, 2005) hlm. 78
63
Muhammad ibn „abdul al- Karim al-Kisnazan al-husaini, mausu‟ah al-kisnazan fi ma
istalaha „alaih ahl al- tasawwul wa al-„irfan hlm. 73
64 Al-Wafa‟ al-Gamini al-Taftazani, Madkhal ilaal-Tasawwufal-Islami (Cet. III; Cairo:
Dar al-siqafah li al-nasri wa al-Tauzi‟, 1979), h.235
65
Ibid. Hlm. 236
48
kehidupan dalam masyarakat islam, sehingga mereka lebih meminati
kehiduan rohaniyah, sehingga terbentuk menjadi kelompok tersendiri
dalam majelis keilmuan. Sehingga Fazlu Rahman melihat tarekat
merupakan suatu Mazhab atau lembaga ahli mistik sebagai wahana untuk
mengajarkan ajaran mereka yang merupaka bentuk refkeksi dari
perkembangan ajaran sufi pada abad ke-V Hijriyah.66
Tarekat Kholidiyyah Naqsabandiyyah merupakan tarekat yang
sungguh-sungguh menghindari pertunjukkan seni, musik dan samak.67
Namun, Abu Bakar Aceh melirik buku The Darvishes, karangan J.P
Brown dan ia melihat bahwa kata Naqsabandiyah bermakna lukisan,
karena konon ia ahli dalam memberikan lukisan kehidupan yang ghoib-
ghoib.68
Mohammad Ahmad Darniqah menyatakan bahwa kata
naqsabandiyah tersusun dari dua katayaitu : naqsy bermakna lukisan
timbul yang dibentuk pada lilin atau sesuatu yang serupa, sedangkan band
bermakna terikat dan tetap tidak terhapus. Oleh karena itu kata tersebut
mengisyaratkan pengaruh dzikir dalam hati dan timbulnya dzikir dalam
hati. Begitupun Abdullah Majid Ibn Mohammad Al-Khani
66
Faslu Rahman, Islam, diterjemahkan oleh Seonaji Saleh dengan judul Islam (Cet. II:
Jakarta: Bumi aksara, 1192) hlm 238.
67
Annemarie Schimmel, Mistical Dimention of Islam, hlm 366.
68
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat; Uraian tentang Misti (Cet: III: Solo:
Ramadhani, 1985, hlm 319)
49
mengungkapkan bahwa makna yang tersirat dari Naqsyaban adalah bentuk
kesempurnaan haqiqi hati dari murid.69
Berdasarkan dari definisi tarekat dan naqsyabandi yang telah
diungkapkan maka tarekat naqsyabandiyah adalah sebuah persaudaraan
rohani didunia islam yang lebih mengutamakan dzikir khafi dalam upaya
penanaman dalam hati untuk mencapai kesempurnaan yang haqiqi dalam
hati murid.
Beberapa kalangan seperti Abu Bakar Aceh,70
Muhammad ahmad
darniqah71
mengungkapkan bahwa pendiri naqsyabandiyah adalah
Mohammad Ibn Bahaq‟al-din al-naqsyabandiyah al-Uwaisi. Akan tetapi
berbeda dengan yang dilihat oleh Muhammad ibn „Abdul al-Karim al-
Husaini72
dan J. Spencer Trimingham,73
menyatakan bahwa tradisi tarekan
naqsyabandiyah tidak menganggap Muhammad ibn baha‟ al-Din al-
Naqsyabandiyah al-;Uwaisi sebagai pendiri. Ungkapan mereka ini
dikuatkan dengan pernyataan Fakhru al-Din „ali ibn al-husain, seorang ahli
sejarah, menyatakan dalam bukunya Rasyahat „Ain al- Hayah bahwa
pendiri tarekat Naqsyabandiyah adalah Abu Ya‟qup Yusuf al-Hamdani.
69 Abdul Al-Majid Ibn Mohammad Al-Kani, Al-Hadaik Al-Wardiyah Fii Haqoik Ajlay Al-
naqsyabandiyah, (Cet: II: Irak: Warah:al-Tarbiyah: 2002), hlm 12
70
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat: uraian tentang mistik, hlm.319. kemudian
ia mengutip dalam bukunya, Tarekat dalam Tasawwuf (Cet: VI: Kelantan: Pustaka Aman: 1993.
Hlm 59)
71
Muhammad ahamda darniqah , al-tasawuf al-islami –al tariqoh al-naksabandiyan wa
A‟lamuh, hlm. 18
72
Muhammad ibn „Abdul al-Karim al-Kisnazan al-Husaini, Mausu‟ah al-Kisnazan fi ma
Istalaha „alaih Ahl al-Tasawwuf wa al-„irfan. Hlm 133
73
J.Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam,hlm 62
50
Meskipun demikian Ahmad Darniqah melihat bahwa Muhammad
Baha‟ al-Din merupakan Syekh Tarekat Naqsyabandi yang tidak
diperdebatkan lagi karena penamaan tarekat ini terambil dari namanya.74
Muhammad Baha‟ al-Din dianggap sebagai pendiri tarekat
Naqsyabandiyah karena beliaulah yang merumuskan pertama kali
sistematika zikir diam. Ia memperoleh ijazah sikir Khafi ini melalui bentuk
barzakhi, sebab Baha‟ al-Din lahir setelah Abdul Khaliq meninggal,
dengan jarak sekitar 100 tahun.75
Disamping itu tarekat ii ditemukan
beberapa penisbaan nama yang lain sesuai dengan zaman pewaris silsilah.
Pada zaman Abu Bakar al-Siddiq hingga zaman Abu Yazid al-
Bistami dinamakan Tarekat Siddiqiyah. Pada zaman Abu Yazid al-Bistami
hingga Abdul Khaliq al-Ghujdwanidinamakan Tarekat Taifuriyyah. Pada
zaman Muhammad Baha‟ al-Dinlebih dikenali dengan Tarekat
Naqsyabandiyah.76
Merujuk dari ungkapan sebelumnya bahwa peristilahan
tarekat yang dinisbahkan kepada tokoh pendirinya itu muncul abad kedua
hijriyah sehingga anggapan bahwa Tarekat Shiddiqiyah dizaman Abu
Bakar al-Siddiq masih perlu ditanyakan kebenaran penamaannya.
Di Indonesia, Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah pertama kali
msuk melalui Syekh Isma‟il Minangkabawi dari Mekkah pada permulaan
tahun 1850-an, dan menjadi kekuatan sosial keagamaan di Nusantara.
74
Muhammad Ahmad Darniqah, al-Tasawwuf al-Islami – al-Tariqah al-Naqsyabandiyah
wa A‟lamuh. Lm 18
75
Mustamin Arsyad, Islam Moderat: Refleksi Pengalaman Ajaran Tasawuf (Cet.I;
Makassar; Baji Bicara Press, 2012), hlm 113.
76 Muhammad Ahmad Darniqah, al-Tasawuf al-Islami – al-Tariqah al-Naqsyabandiyah
wa A‟lamuh, hlm
51
Isma‟il berasal dari Simaburdi Sumatera Barat, dan telah menjalani hampir
seluruh paruh pertama abad kesembilan belas untuk belajar dan mengajar
di Mekkah.77
Antara tahun 1985-an, ketika pertama kali diperkenalkan di
Indonesia. Tahun 1880-an, ketika ia mulai menarik perhatian Belanda,
tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah telah tumbuh dan berkembang pesat
dibeberapa daerah di Nusantara.78
Perkembangan dapat dilihat di Jawa
melalui Abd Qadir Semarang, yang telah diangkat oleh Sulaiman al-Zuhdi
menjadi seorang Khalifah pada than 1878, dan dengan cepat berhasil
menarik pengikut dalam jumlah besar didaerah asalnya, terutama dari
kalangan bawah.79
Jaringan serupa di daerah Banyumas, Jawa Tengah,
Jawa Barat, Begitupun juga di Sumatera.
Awal mula lahirnya tarekat di Dusun Gading merupakan titipan
dari guru KH. Abu Mi‟roj yaitu KH. Muhammad Hadi. Setelah islam
yang dibawa KH. Abu Mi‟roj ke dusun gading mulai berkembang dan
orang-orang dusun gading sudah mau untuk menjalankan ibadah maka
didirikanlah tarekat kholidiyah Naksyabandiyah pada tahun 1912. Pada
saat itu tarekat ini sudah mulai maju dan memilik murid yang cukup
banyak dari dusun gading maupun desa sekitarnya. Setelah KH. Abu
77
Martin Van Bruinessen, The Tarecat Naqsyabandiyah in Indonesia – a historical,
geographical, and sosiological survey, hlm 99
78
Ibid. hlm 103
79 Ibid 106
52
Mi‟roj meninggal pada tahun 1982. Kemudian digantikan oleh KH. Kholil
yang tak lain adalah anaknya sendiri dan kaka dari KH. Chumaidi Mi‟roj.
KH. Kholil meneruskan kepemimpinan tarekat selama 6 tahun saja, pada
tahun 1987 beliau meninggal. lalu diteruskan oleh Mbah Hadi selama 2
tahun. Selama 2 tahun dipimpin oleh Mbah Hadi, berangsur-angsur murid
tarekat mulai sepi hinga fakum. Hal ini disebabkan karna kerasnya Mbah
Hadi dalam memimpin tarekat sehingga banyak murid tarekat yang
membubarkan diri karna tidak kuat akan kepemimpinan Mbah Hadi.
Setelah fakum selama 1 tahun kemudian dihidupkan lagi oleh KH.
Chumaidi Mi‟roj pada tahun 1990. Dengan mursyid dirinya sendiri.
Sebelum menjadi mursyid KH. Chumaidi Mi‟roj sempat tidak percaya
diri, karna beliau masih muda serta masih menjadi guru pengajar
dibeberap sekolah yang ada di kecamatan Mranggen. Hal yang
dikhawatirkan oleh beliau adalah jikalau beliau tidak bisa melaksanan
tugas mursyid dengan maksimal. Ternyata kekhawatiran di awal menjadi
mursyid tidaklah terjadi, selama perjalanannya menjadi mursyid tarekat
Kholidiyah Naqsabandiyah banyak murid-murid yang kembali mengikuti
tarekat ini yang semulanya membubarkan diri semasa kepemimpinan
mursyid Mbah Hadi. Kepemimpinan Mursyid yang santun, lugas juga
53
peduli terhadap murid yang dimiliki oleh KH. Chumaidi Mi‟roj mampu
menghidupkan kembali tarekat ini hingga memiliki murid yang sangat
banyak.
Ajaran tarekat kholidiyah Naqsyabandiyah di Dusun Gading ini
juga mengaplikasikan prinsip sendi-sendi ajaran tarekat Naqsyabandiyah
yang dirumuskan oleh Syekh Abdul Khaliq al-Ghujdwani:80
prinsip
tersebut adalah:
a. Yad kard (mengingat atau menyebut), baik zikir asma atau zat,
baik zikir nafi maupun zikir isbat. Ulangilah zikir yang ditanamkan kepada
diri anda, supaya anda mencapai visi yang penuh kegembiraan. Baha' al-
Din mengatakan:Tujuan dalam zikir adalah bahwa hati selalu sadar akan
al-Haq, sebab prakteknya menghapuskan kelalaian."
b. Baz gasyt (pengendalian). Sang zakir, ketika menunjukkan
pengulangan dalam hati rasa yang penuh berkah, menyelanya dengan rasa-
rasa serupa, Tuhanku, Engkau adalah Tujuanku dan keridaan-Mu adalah
tujuanku, untuk menjaga pikiranpikiran seseorang dari tersesat. Guru-guru
lain mengatakan bahwa ia berarti kembali, bertaubat, yakni kembali
kepada al-Haq
dengan cara penyesalan mendalam akibat dosa .
80 Mustamin Arsyad, Islam Moderat: Refleksi Pengamalan Ajaran Tasawuf , hlm. 112.
54
c. Nigbab dasyt (kewaspadaan) atas pikiran-pikiran yang
menyimpang ketika mengulangi rasa yang penuh berkah.
d. Yad dasyt (zikir), konsentrasi atas kehadiran Ilahi dalam
kondisiz\awq, rasa pendahuluan, antisipasi atau kepekaan intuitif, tanpa
alat-alat bantu dari luar.
e. Hosb dor dam (kesadaran sewaktu bernafas). Teknik
pengendalian nafas. Sa'id Baha' al-Din;' Landasan eksternal tarekatini
adalah nafas. Orang hendaknya jangan menghembuskan nafas dalam
kealpaan dan menghirup nafas dalam kealpaan.
f. Safar dor watban (melakukan perjalanan di tanah air seseorang).
Ini adalah perjalanan batin, gerakan dari sifat-sifat tak terpuji menuju sifat-
sifat terpuji. Orang lain merujuknya sebagai visi atau penyingkapan sisi
tersembunyi.
g. Nazbar bar qadam
(mengamati langkah-langkah seseorang). Sa>lik (peziarah) hendaknya
waspada selama perjalanannya, bentuk apapun negeri yang dilaluinya
supaya pandangannya tidak disampingkan dari tujuan perjalanannya.
h. Khalwat dor anjuman (kesepian dalam keramaian). Perjalanan
sa>lik, sekalipun secara nyata ia didunia, tetapi batin ia bersama Tuhan.
55
Para pemimpin tarekat telah mengatakan, “Dalam tarekatini kebesertaan
adalah keramaian dalam majelis dan kesendirian dalam khalwat”
B. Pondok Pesantren
Kecintaan KH. Chumaidi Mi‟roj terhadap dunia pendidikan tidak
perluh diragukan lagi, ikut andil dalam mendirikan sekolah madrsah
Tsanawiyah Negeri Mranggen menjadi salah satu bukti bagaimana iya
begitu mencintai dunia pendidikan. Sampai ahirnya ia berinisiatif
mendirikan Yayasan sendiri yang diberi nama Yayasan Kyai Gading.
Yayasan ini berisikan pondok pesantren dan sekolah umum yang
diberinama Kyai Gading untuk Pondok Pesantrennya, dan Ma‟arif Kyai
Gading untuk sekolah SMP dan SMKnya berdirinya yayasan ini tidak lain
adalah sebagai wadah bagi masyarakat untuk menuntut ilmu agama.
Pada dasarnya pondok pesantren kyai gading sudah ada sejak tahun
1916 yang didirikan KH. Abu Mi‟roj ayah dari KH. Chumaidi Mi‟roj.
Akan tetapi pada zaman KH. Abu mi‟roj pondok pesantren Kyai gading
hanya diperuntukan bagi orang-orang tua saja atau yang biasa disebut
podok pesantren tarekat. Hal ini dimaksutkan, pada zaman KH. Abu
Mi‟roj masih sangat gencar dalam menyiarkan agama Islam, sehingga
dibuatlah pondok pesantren tarekat ini sebagai tempat beribadah yang
56
khusuk dan menyerahkan diri terhadap sang pencipta yaitu Allah
Subhanahuwata‟ala. Tidaklah mudah bagi KH. Abu Mi‟roj dalam
mengelola pondok tarekat ini, berbagai rintanganpun ia alami. Setelah
mengalami pasang-surut dalam perkembangannya, Hingga waktu terus
berjalan pondok tarekat kyai gading ini semakin berkembang, dan
terwujutlah lembaga formal madrsah ibtidaiyyah (MI 1968), Madrasah
Tsanawiyah (MTS, 1979-selanjutnya berubah menjadi Mts N Mranggen)
oleh kyai KH. Chumaidi Mi‟roj, yaitu putra terahir dari KH. Abu Mi‟roj.
KH. Chumaii Mi‟roj menginisiasi berdirinya lembaga pendidikan formal
MI dan Mts untuk santri muda. sementara itu santri tua (sepuh)nya
mengikut kegiatan tarekat.
Setelah hampir satu aba mengelola pesantren sepuh (dinisbadkan
pada para santri tarekat), maka dibukaklah pesantren enom (dinisbadkan
pada para santri muda) melalui musyawarah keluarga yang diinisisi oleh
Fahsin M Faal yang tak lain adalah menantu dari KH. Chumaidi Mi‟roj
maka dengan mengucap Bismillah muncullah hasil yaitu berdirinya
Yayasan pondok pesantren putra putri Kyai Gading. Pada saat yang
bersamaan pula didirikan SMP Ma‟arif Kyai Gading (2010) dan SMK
Ma‟arif kyai gading (2010).
57
Nama Kyai Gading diambil dari latar belakang KH. Abu Mi‟roj.
KH. Abu Mi‟roj adalah seorang penyebar agama islam pertama di gading,
olehnya sebagai bentuk penghormatan diambilah nama Kyai. Untuk nama
Gading sendiri diambil dari tempat penyebaran agama Islam yang dibawa
oleh KH. Abu Mi‟roj. Sehingga nama Kyai Gading dimabil sebagai nama
pondok pesantren dan sekolah sebagai bentuk penghormatan terhadap KH.
Abu Mi‟roj dalam penyebarannya di tanah Gading.
Yayasan Kyai Gading merupakan bagian dari keluarga besar
pesantren di Indonesia, yang berusaha mengambil peran strategis dalam
mengembangkan dan melakukan pemberdayaan masyarakat. Berdirinya
Yayasan Kyai Gading juga tidak lepas dari keprihatinan dan kegelisahan
terhadap situasi yang terjadi terhadap anak-anak sekolah. Dimana anak-
anak sekolah kegiatannya dari jam 07: 00 Wib sampai jam 01:00 Wib
yang artinya setelah pulang sekolah anak-anak bisa bermain bebas kemana
saja, sedangkan tuntutan ilmu keagamaan semakin berkurang, padahal
semakin banyak tantangan Era global seperti ini ilmu agama justru harus
dikuati. Olehnya kemudian dengan berlatar belakang kegelisan dan
keprihatinan yang ahirnya mendirikan sekolah SMP dan SMK Ma‟arif
Kyai Gading dan pesantren Kyai Gading yang intregratif dan juga ingin
58
menjaga salah satu yang pernah dibangun mbah Chumaidi, hendaknya bisa
dilanjutkan estafet kepesantrenan digading sehingga muncullah pondok
pesantren yang tidak hanya mewadahi orang-orang tua atau tarekat tetapi
juga anak-anak81
.
Berdirinya yayasan Kyai Gading ini tidaklah berjalan dengan
mulus, hambatan-hambatanpun juga dialami. Ketika tahun-tahun pertama
ketika pendirian yayasan Kyai Gading sangat luar biasa. Begitu banyak
tantangan yang dialami. Hal ini lantaran pembangunan yayasan dimulai
dari nol yang hapir di semua lini, mulai gedung yang sangat minim, sarana
prasaran yang seadanya, dari pendanaan yang juga minim. Akan tetapi atas
tekat bulat dari kawan-kawan pengurus semua yang seacara umum
keseluruan dari pengajar-pengajar masih berusia muda dan memiliki
semangat yang tinggi. Hal inilh yang kemudian tidak mematahkan
semangat murid-murid dalam menuntut ilmu.
Pada tahun-tahun awal yayasan Kyai Gading berdiri, tidak lepas
dari pengasuh dan pengajar yang masih berusia muda. Dengan
pengalaman pait manisnya organisasi yang didapat oleh pengasuh dan juga
pengajar-pengajar dikampusnya dulu, berbagai ide-ide kreatif selalu
81. Wawancara dengan pak agus, yaitu salah satu pengurus dan Guru di pondok Pesantren
Kyai Gading. Pada 1 september 2018 jam 14:58 Wib.
59
dimunculkan untuk mengembangkan dan memajukan yayasan Kyai
Gading. Prinsip dari pengasuh dan juga pengajar adalah “hambatan itu
tidak justru menghambat kami tetapi itu sebagai tantangan sehingga mau
tidak mau apa yang sudah diniatkan dari awal harus bisa diistikhomahkan
untuk diwujudkan”. Prinsip yang dimiliki para pengasuh dan pengajar
inilah yang mengantarka Yayasan Kyai Gading semakin maju, memiliki
gedung pondok dan juga sekolah yang layak sendiri, memiliki keungulan-
keungguan seperti sekolah-sekolah yang lainnya. Karna tantangan-
tantangan yang dihadapkan diawal yang bisa diselesaikan oleh pengasuh
juga pengajar menjadikan ilmu baru sehingga yayasan kyai gading seperti
sekarang yang memiliki ratusan santri dari berbagai daerah di Indonesia
serta ratusan siswa siswi SMP dan SMK.
Dalam aktifitasnya pondok pesantren Kyai Gading sama seperti
pondok-pondok pesantren lainnya, dimana dalam pondok pesantren ini
juga mengajarkan kitab-kitab dasar kepada santrinya seperti kitab Ta‟lim
Mutalalim. yaitu kitab yang membahas tentang manusia dalam berahlak.
Kitab Aqidatul Awam yang menjelaskan tentang Aqidah, serta kitab-kitab
dasar lainnya. Pesantren kyai gading menerapkan system pengajaran
dengan metode tradisional yaitu metode Sorogan dan Bandongan. Sorogan
60
berasal dari kata jawa “sorog” yang artinya menyodorkan. Dengan metode
ini, berarti santri dapat menyodorkan materi yang ingin dipelajari sehingga
mendapatkan bimbingan secara individual atau secara khusus. Sedangkan
bandongan berasal dari bahasa sunda “ngabandungan” yang berarti
memperhatikan secara seksama atau menyimak. Dengan metode ini para
santri akan belajar dengan menyimak secara kolektif. Namun dalam
bahasa jawa, “bandongan” disebutkan juga dari kata “banding”, yang
artinya pergi berbondong-bondong. Hal ini karena bandongan
dilangsungkan dengan peserta dalam jumlh yang relative besar. Kedua
metode ini kerap digunakan santri untuk menggali ajaran-ajaran Islam
melalui kitab-kita kuning82
.
Selama jadi pengasuh, KH. Chumaidi Mi‟roj sangatlah aktif dalam
berinteraksi dengan muridnya. Tidak hanya ketika mengajarkan kitab-
kitab, tetapi dalam keseharianpun KH. Chumaidi Mi‟roj juga berinteraksi
dengan santri-santrinya. Seperti setiap hari minggu pada saat pelaksanaan
82 Kitab kuning, dalam pendidikan agama islam, merujuk kepada kitab-kitab tradisional
yang berisi pelajaran-pelajaran agama islam yang diajarkan pada Pondok-pondok Pesantren, mulai
dari fiqh, aqidah, akhlaq/tasawuf, tata bahasa arab, hadits, tafsir, `ulumul qur'aan, hingga pada
ilmu sosial dan kemasyarakatan. Bruinessen, Martin van. Kitab kuning, pesantren dan tarekat :
tradisi-tradisi Islam di Indonesia, Mizan, Cet. 1, Bandung, 2010
61
jadwal piket bersama atau biasa disebut roan83
. KH. Chumaidi Mi‟roj
juga turut terlibat dalam aktifitas ini, seperti menyapu, dan sesekali
mengangkat batu bata ketika dalam pelaksanaan pembangunan gedung
pesantren dan gedung sekolah. “Proses komunikasi di pesantren antara kyai,
ustadz, dan santri melahirkan sebuah budaya pendidikan yang khas di
kalangan pesantren. Hubungan di antara mereka sangat erat, bahkan
hubungan mereka diibaratkan dengan seorang anak dengan bapaknya”.84
Kedekatan KH. Chumaidi Mi‟roj dengan santrinya ini memprlihatkan
begitu harmonisnya hubungan antara Kyai dan santrinya. Meskipun
masing-masing mempunyai etika sendiri yang harus ditaati.
Untuk Sekolah menengah kejuruan di SMK ini terdapat dua
jurusan yang berkonsentrasi pada Usaha Perjalan Wisata85
dan Pekerja
Sosial86
Diambilnya dua jurusan ini tidak hanya semata-mata tanpa alasan.
83 Roan adalah kerjabakti bersama atau yang lebih dikenal sebagai kerjabakti bersama-
sama dilingkungan pesantren. https://suarapesantren.net/2016/03/01/roan/ diakses pada 2 oktober
2018 pikul 23;26 Wib. 84
M. Baiqun Isbahi-Novy Setia Yunas: Budaya “Pakewuh” Santri pada Kyai: Relevansi
Budaya Pendidikan Pesantren terhadap Tantangan Dunia Islam di Era Globalisasi. Vol. 3,
No. 1, Millati Journal Of Islamic Studies And Humanities 2018, hal 110
85
. Usaha Perjalan Wisata adalah kompetensi keahlian dibawah progam studi keahlian
pariwisata yang menekankan keahlian pada bidang pengelolaan perjalanan wisata, pemandu
wisata, maupun pelayanan kehumasan. www.smkbaranangsiang.sch.id (diakses pada 10 september
2018 jam 23:25 Wib.)
86
. Pekerja sosial adalah keahlian yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan
berbagai upaya guna meningkatkan kemampuan orang dalam melaksanakan fungsi-fungsi
sosialnya melalui interaksi, agar orang dapat menesuaikan diri dengan situasi kehidupan secara
memuaskan. Kekhasan pekerja sosial adalah pemahaman dan keterampilan dalam memanipulasi
62
tetapi juga melalui kegelisahan terhadap wilayah kabupaten demak.
Kegelisahan yang melanda pada saat itu iyalah, minimnya pengeloan
tempat wisata yang terdapat di Demak. Demak sebagai kota yang
memiliki asset luar biasa yaitu Masjid Agung Demak87
peninggalan para
Wali88
dan Makam Kadilangu dimana dimakam ini terdapat makam sunan
kalijaga salah satu wali penyebar agama islam di wilayah Demak.
Kedatangan turis asing yang begitu luar biasa kedemak
membuktikan bahwa demak memiliki dayak Tarik wisata yang sangat
besar dalam hal ini sektor wisata religi yang paling di unggulkan yaitu
masjid agung demak dan makam sunan kalijaga. Tetapi minimnya
pengeloaan tempat wisata inilah yang menjadi perhatian oleh SMK
Ma‟arif Kyai Gading. Sehingga dimunculkanlah SMK Ma‟arif Kyai
perilaku manusia sebagai makhluk sosial. https:id.m.wikipedi.org/wiki/pekerja_sosial (diakses
pada tanggal 10 september 2018 jam 23:34 Wib.) 87
Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini
terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa
Tengah. Masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang disebut dengan Walisongo. Pendiri masjid ini
diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad ke-15
Masehi.
"Rumah Jawa". Bangunan dengan atap bertingkat dalam arsitektur Jawa menunjukan strata
sosial. (Diakses pada tanggal 11 september 2018 jam 10:11 Wib)
88 wali. dalam bahasa Arab berarti adalah 'seseorang yang dipercaya' atau 'pelindung',
makna secara umum menjadi 'Teman Allah' dalam kalimat walīyu 'llāh. Al Qur'an menjelaskan
Waliallah memiliki arti orang yang beriman dan bertakwa. https://id.wikipedia.org/wiki/Wali
(diakses pada tanggal 11 september 2018 jam 10:30)
63
Gading dengan jurusan Usaha Perjalan Wisata. Harapannya dengan
melibatkan orang-orang yang kompeten serta menyiapkan generasi yang
paham dengan kepariwisataan nantinya mampu menjadi sumbangsih untuk
kota Demak. Dan jurusan usaha perjalanan wisata di SMK Ma‟arif Kyai
gading ini menjadi jurusan Usaha perjalanan Wisata satu-satunya yang
ada di kota wilayah Demak.
Untuk SMK jurusan Pekerja Sosial hal yang melatar belakangi
adalah minimnya keterampilan yang dimiliki oleh kaum muda sekarang.
Padahal pada setiap lingkup lini kehidupan masyarakat membutuhkan
keterampilan. Perluh diketahui pengelolaan-pengelolaan yang terkait
dengan kegiatan sosial masih sangat minim,olehnya dimunculkan SMK
dengan jurusan Pekerja Sosial. SMK Pekerja Sosial Ma‟arif Kyai Gading
juga menjadi satu-satunya SMK dengan jurusan Pekerja Sosial yang ada di
Demak.
Jika ditarik kedalam masyarakat kususnya dusun gading, hadirnya
Yayasan Kyai Gading memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
perkembangannya. Dusun gading merupakan dusun yang cukup terisolir.
Tetapi dengan adanya Yayasan Kyai Gading yang memiliki pondok dan
sekolah SMP SMK yang kemudian meramaikan dusun ini. Dapat dilihat
64
dimana kehidupan sosial interaksi antar masyarakat Dusun Gading terjadi.
Jadi, masyarakata yang semula ketika mereka ingin berintaksi dengan
orang-orang luar Dusun Gading meraka harus keluar dari dusun gading,
setelah munculnya yayasan Kyai Gading ini mereka tidak perluh keluar
lagi, karana dusun gading sudah didatangi orang-orang dari luar gading
dengan masksut menuntut ilmu dan sebagainya. Secara langsung pengaruh
yang ditimbulkan Yayasan Kyai Gading adalah tentang ekonomi
masyarakat, hadirnya yayasan Kyai Gading memunculkan banyaknya
warung-warung makan yang mulai didirikan masyarakat yang tak lain
sebagai pemasukan tersendiri bagi masyarakat dusun Gading dengan
sasaran siswa-siswi pendatang yang mondok di Yayasan Kyai Gading.
Awal berdirinya Yayasan Kyai Gading dipimpin oleh KH.
Chumaidi Mi‟roj, setelah beliau meninggal Yaysan Kyai Gading
diteruskan oleh menentunya yaitu Fahsin M fa‟al. untuk SMP kepala
sekolah yang pertama kali menjabat adalah bapak Mustajab Sujono dari
Desa Pidodo Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. lalu pada
tahun 2013 diganti dengan Bapak Muhammad Farek dari Kecamatan
Karangawen sampai sekarang. Untuk SMKnya dipimpin oleh bapak
65
Fahrozi sebgai kepala sekolah yang kemudian diganti oleh Bapak Fahsin
M Fa‟al pada 2015 sampai sekarang.89
C. Menjalin Jaringan Di luar Candisari
1. KH. Chumaidi Mi‟roj dengan Madrasah Nurul Nurul Ulum
KH. Chumaidi Mi‟roj adalah seorang kyai yang memiliki nama
cukup terkanal, sehingga beliau memiliki relasi jaringan yang cukup
banyak. Selain menjadi Mursyid dan Guru pengajar, KH. Chumaidi Mi‟roj
juga menjalin jaringan diluar Dusun Gading salah satunya ialah
keterlibatan KH. Chumaidi Mi‟roj terhadap pendirian sekolah Madrasah
Aliyah Nurul Ulum Mranggen serta ikut andil dalam kemajuan Madrasah
Nurul Ulum yang sebelumnya bernama Madrasah Aliyah Nahdlatul
Ulama.90
Madrsah Aliyah Nurul Ulum adalah salah satu madrasah yang
terdapat di Desa Batursari kecamatan Mranggen kabupaten Demak. Awal
mula berdirinya Madrasah Aliyah Nurul Ulum Desa Batursari kecamatan
Mranggen kabupaten Demak diprakarsai oleh keberadaan Madrasah
Aliyah Nahdatul „Ulama (MA NU), yakni pada tahun ajaran 1991/1992
89
Wawan cara denga pak agus Pada 1 september 2018 jam 14:58 Wib.
90Wawancara dengan pak zamil. Pada tanggal 2 september 2018. Jam 15:34 Wib.
66
MA-NU mengalami perkembangan siswa yang sangat pesat hingga lokal
(ruangan) yang tersedia tidak mencukupi untuk menampung siswa/siswi
pada tahun ajaran waktu itu.
Melihat keadaan yang demikian, akhirnya KH. Chumaidi Mi‟roj
yang seorang guru di Madrasah Aliyah Nahdatul „Ulama menemui KH.
Nur Hadi di rumahnya. Beliau menyampaikan tentang permasalahan tadi
secara rinci, terkait gedung yang minim, cara pengajaran dan lain
sebagainya. Dari pertemuan itu oleh KH. Nur Hadi yang semula
mempunyai gagasan untuk membeli 10 buah bus dananya di alihkan untuk
membeli bus akhirat saja (tutur beliau) dan sekaligus siap untuk
membangun gedung dengan tujuan untuk diberikan kepada Madrasah
Aliyah Nahdatul Ulama pada waktu itu.91
akan tetapi setelah dibangunnya
gedung tersebut, pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan
Mranggen tidak menyetujuinya bahkan marah-marah hingga akhirnya
siswa yang sudah dipindahkan ditempat KH. Nur Hadi agar di tarik
kembali ke gedung Madrasah Aliyah Nahdatul Ulama.
Terhadap sikap dan tindakan pengurus Majelis Wakil Cabang
(MWC) NU Kecamatan Mrangggen Kabupaten Demak yang menarik
91
Wawancara dengan zamil. Pada tanggal 2 september 2018. Jam 15:34 Wib.
67
siswa yang menempati gedung baru ke tempat semula, tidak mematahkan
semangat KH. Chumaidi Mi‟roj dan KH. Nur Hadi untuk membangun
gedung pendidikan. Setelah gedung tersebut selesai dibangun pada tahun
itu juga beliau mendirikan Yayasan Pindidikan Islam (YPI) yang diberi
nama “Nurul Ulum.”
Adapun lembaga yang di kelolanya meliputi: Pondok Pesantren,
Madrasah Diniyah (MADIN), Mdrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah
Aliyah (MA). Lembaga-lembaga tersebut telah syah berdiri pada hari
Senin tanggal 1 April 1991 dengan ijin operaasional No.
7/Yay/1991/PN/DMK, sesuai dengan Akta Notaris dan P.P.A.T Yayasan
Islam (YPI) Nurul Ulum Desa Batursari Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak.
Kemudian untuk Madrasah Aliyah Nurul Ulum yang dikelola oleh
Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nurul Ulum tepatnya berdiri pada
tanggal 15 Juli 1991 dengan Nomer piagam: WK/5.d/234/Pgm/MA/1992
Piagam Madrasah Aliyah tanggal 26 September 1992, dan status terdaftar.
Untuk tahun ajaran yang pertama yaitu tahun 1991/1992 memiliki siswa
sebanyak 200 orang dan menempati lokal di lantai dua yang dibangun di
atas bengunan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Ulum.
68
Pada perkembangan selanjutnya selanjutnya madrasah nurul ulum
cukup menggembirakan. meskipun termasuk lembaga pendidikan yang
relatif muda dan terbilang baru namun banyak diminati dan mendapat
perhatian yang cukup baik dari masyarakat. Sehingga dari tahun ajaran
pertama ke tahun ajaran berikutnya berjalan stabil tanpa ada hambatan
yang berarti dan saat ini statusnya telah meningkat yaitu terakreditasi A.92
Hadirnya madrasah nurul ulum memberikan pengaruh yang positif
terhadap Desa Batursari kususnya dan kecamatan Mranggen pada
umumnya. Pengajaran yang mengedepankan aqidah adalah tujuan
utamanya dengan visi sekolah Unggul Dalam Berprestasi, Terampil,
Berilmu Amaliah, dan Berakhlakul Karimah "
D. KH. Chumaidi Mi’roj Dan NU
Selain menjadi mursyid dan guru pengajar, KH. Chumaidi Mi‟roj
juga bergabung dengan organisasi kemasyarakatan yaitu Nahdlatul Ulama.
Ormas besar yang muncul pada masa pra-kemerdekaan di Jawa ini
merupakan sebuah perkumpulan besar yang dianut mayoritas umat
Islam di Jawa dari kalangan tradisional. NU didirikan di Surabaya pada
tanggal 31 Januari 1926. Dua tokoh yang berpengaruh dalam pendirian
92
Wawancara dengan rohmad pada tanggal 3 september 2018. Jam 16:24 Wib.
69
perkumpulan ini adalah KH. Hasyim Asy‟ari dan KH. Wahab
Hasbullah.93
Berbicara mengenai awal keterlibatan KH. Chumaidi Mi‟roj dalam
organisasi NU tidak bisa dilepaskan dari KH. Chumaidi Mi‟roj ketika
menjadi guru di Futuhiyyah, karena disitulah KH. Chumaidi Mi‟roj mi‟roj
secara resmi menerjunkan diri kedalam organisasi kemasyarakan ini.
Secara formal KH. Chumaidi Mi‟roj aktif dalam jam‟iyah itu tepatnya
pada tahun 1971. Didalam NU KH. Chumaidi Mi‟roj aktif dalam
melaksanakan pendidikan kader-kader NU serta mengadakan pengajian-
pengajian umum bagi masyarakat. Hal ini dimaksutkan untuk
memperbaiki moral masyarakat yang pada saat itu masih sangat
meprihatinkan.94
Kegigihan KH. Chumaidi Mi‟roj dalam melaksanakan tugas seorang
kader NU patut mendapat apresiasi. Hal ini lantaran keaktifannya dalam
menyebarkan kedamain terhadap masyararat. Sertam mampu mengakat
moral masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan mampu
menjadi tokoh panutan bagi masyarakat kecamatan Mranggen dan desa
Candisari kususnya.
93
Aceng Abdul Azis Dy dkk. Islam Ahlussunnah Waljama‟ah di Indonesia; Sejarah,
Pemikiran dan Dinamika Nahdlatul Ulama, Pustaka Maarif NU, Jakarta, 2007, h. 112.
94 Wawancara dengan zamil. Pada tanggal 2 september 2018. Jam 15:34 Wib.
70
.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, KH. Chumaidi Mi‟roj adalah seorang tokoh pejuang keagamaan
yang lahir pada tahun 1942 M dari keluarga santri. Transformasi ilmu ia
peroleh dari ayahnya serta dari ulama-ulama terkemuka pada zamannya di
Jawa Tengah dan Jawa Timur. KH. Chumaidi mi‟roj memiliki kepribadian
yang patut kita jadikan teladan. Sikapnya yang begitu peduli terhadap
masyarakat dan lingkungan sekitar, tidak membeda-bedakan satutus sosial,
pedirian dan kedisiplinan yang kuatnilah yang ahirnya menjadikannya sebagai
tokoh masyarakat yang dikenal dan juga dikenang banyak orang.
Kedua, KH. Chumaidi Mi‟roj tidak hanya konsisten dalam satu bidang
saja, melainkan dia memiliki beberapa bidang yang ditekuninya diantaranya
yaitu bidang pendidikan, social, dan keagamaan. Dalam bidang pendidikan
KH. Chumaidi Mi‟roj mengabdikan dirinya dari muda sampai tua menjadi
72
seorang pengajar atau guru di beberapa sekolah dari Madrasah diniyah hingg
madrasah Aliyah. Karena kepaduliannya terhadap pendidikan inilah yang
membuat KH. Chumaidi mi‟roj tidak segan untuk penjadi seoarang pengajar,
karena baginya menjadi seorang pengajar adalah suatu kebanggaan tersendiri.
Dalam bidang sosial KH, Chumaidi Mi‟roj ikut andil dalam membangun
sekolah yang ada di Desa Candisari yaitu Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Mranggen. Selain itu KH. Chumaidi Mi‟roj juga membangun sekolah sendiri
yaitu Sekolah menengah pertama dan sekolah menengah kejuruan. Serta
mendirikan pondok pesantren untuk mendidik masyarakat sekitar dan putera
putrinya. Mengisi pengajian–pengajian di Desa Candisari dan desa sekitar.
KH. Chumaidi Mi‟roj juga bergabung dalam organisasi kemasyarakat yang
memiliki peran penting terhadap masyarakat dan Negara yaitu Nahdlatul
Ulama Majelis Wakil Cabang kecamatan Mranggen kabupaten Demak.
Dalam bidang keagamaan berakar dari ayahnya yang juga seorang kyai
terkenal, KH. Chumaidi Mi‟roj dari seorang guru pengajar berubah menjadi
seorang kyai meneruskan perjuangan ayahnya menjadi pengasuh pondok
pesantren Kyai Gading serta memiliki peran yang sangat penting terhadap
masyarakat. Semangat dalam menyebarkan agama islam tidak pernah redup
dalam diri KH. Chumaidi Mi‟roj. Masa-masa awal tidaklah mudah bagi KH.
Chumaidi Mi‟roj karena ia harus menjadi pengasuh bagi santri-santri tarekat
73
yang dipimpin ayahnya, yang tentu secara umur KH. Chunaidi Mi‟roj lebih
mudah dari pada santrinya. Tetapi dengan semangat dan kegigihan dalam
belajar menjadikan KH. Chumaidi Mi‟roj sebagai seorang kyai dan pengasuh
yang patut untuk di contoh
B. Saran-Saran
Setelah penulis menyelesaikan tulisan ini maka penulis perluh
memberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya agar hasil yang
dihasilkan lebih berkembang dan bermanfaat bagi pembaca. Penulis
mengharapkan agar masyarakat pesantren dapat mengetahui dan mengambil
hikmah ari keteladanan seorang KH. Chumaii Mi‟roj. Mengetahui dan
mengambil hikmah atas perjuangan perjuangnya didunia islam khususnya
pesantren.
Dengan keterbatasan dalam penelitian ini sangat penting untuk diadakan
kajian yang lebih mendalam, mengenai pemikiran-pemikiran dalam bidang
pendidikan, sosial dan keagamaan.
Tulisan terhadap tokoh ulama, terutama yang berkaitan dengan biografi
seorang tokoh local maupun nasional secara utuh memang penting untuk
ditindak lanjuti yang bisa berupa biografi, pemikiran dan kiprah perjuangannya
mereka. Demikian juga penelitian terhadap tokoh ulama tertentu dapat
dikhususkan terhadap pemikiran meraka sehingga menjangkau lebih dalam
upaya yang mereka pikirkan.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Taufik, Adullah, Dkk. Manusia Dan Kemelut Sejarah. Jakarta LP3ES,
1978
Santoso, Purwo. Kiprah Pesantern Dalam Transformasi, Pesantren, edisi
5 Tahun 1988
Dhofier, Zumakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Padangan Hidup
Kyai, LP3S, jakarta, 1983
Madjid, Nurcholis. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan,
(Jakarta:Paramadina,1997)
Maarif, Syafii. Islam Dan Politik Di Indonesia Pada Masa Demokrasi
Terpimpin (1959-1965) (Yohyakarta: IAIN Suka Press, 1998, )
Kuntowijoyo. Pengantarilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya, 2001)
Abdurahman, Dudung. Metode Penelitian (Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta, 2003),
Pranoto, W. Suhartono. Teori Dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010)
Soekanto, Sarjono. Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta:raja Grafindo
Persada 2010),
Daradjat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama.Jakarta : Bulan Bintang. 2005.
Shomuddin. Pengantar Sosiologi Agama.(Jakarta: Ghalia Indonesia:
2002).
Mas‟ud Kholil dkk. Silsilah Keluarga Besar KH. Abdul Ghofur.(keluarga
besar abdul ghofur 1431H/ 2010 M)
Djoko Damono, Supardi. (et al.) Dimensi mistik dalam Islam (cet. 1:
Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009)
Burke, Peter. Sejarah dan Teori Sosialj. Mestika Zed dan Zulfami
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2001)
Azis, Abdul Aceng. Dy dkk. Islam Ahlussunnah Waljama‟ah di Indonesia;
Sejarah, Pemikiran dan Dinamika Nahdlatul Ulama, Pustaka
Maarif NU, Jakarta, 2007
Isbahi M. Baiqun-Yunas, Setia N. Jurnal Budaya “Pakewuh” Santri pada
Kyai: Relevansi Budaya Pendidikan Pesantren terhadap
Tantangan Dunia Islam di Era Globalisasi. Vol.3 No.1 Millati
Journal Of Islamic Studies And Humanities 2018
B. MEDIA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pegawai_negeri di akses pada 1 september
2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid diakses pada 2 september 2018
https://belajar-tobat.blogspot.com/2014/12/pengertian-tajwid-dan-macam-
macam-tajwid.html diakses pada 3 september 2018
www.smkbaranangsiang.sch.id (diakses pada 10 september 2018 jam
23:25 Wib.)
https:id.m.wikipedi.org/wiki/pekerja_sosial (diakses pada tanggal 10
september 2018 jam 23:34 Wib.)
C. INTERVIEW
Wawancara dengan ibu Dhoiriyah, (istri dari KH. Chumaidi Mi‟roj).
Dirumah KH. Chumaidi Mi‟roj Dusun Gading desa candIsari
kecamatan Mranggen kabupaten Demak pada 29 Juli 2018
Wawancara dengan Choiron, (anak pertama KH. Chumaidi Mi‟roj)
Dirumah KH. Chumaidi Mi‟roj Dusun Gading desa Candisari
kecamatan Mranggen kabupaten Demak pada 29 Juli 2018
Wawancara dengan Agus (Salah satu pengajar dan pengasuh pondok
pesantren Kyai Gading). Di SMK Ma‟arif Kyai gading pada 1
September 2018
Wawancara dengan Solikhul masyarakat gading serta anak asuh dari KH.
Chumaidi Mi‟roj. Di rumah beliau dusun Gading desa Candisari
kecamatan Mranggen kabupaten Demak pada23 agustus 2018 jam
07:15. Wib.
Riwayat Hidup
Nama :SolehRubiyanto
Tempattanggallahir :Demak30 Juli1995
Jeniskelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat :KotakanRt/w 02/04 KaranganyarDemak
ProgamStudi :SejarahPeradaban Islam
Hp :0895326884783
Biografipendidikan
TK Rahayu :LulusTahun 2001
SD N Kotakan 1 : Lulus Tahun 2007
MTS Miftahuddin : Lulus Tahun 2010
SMK Ma‟arifKyaiGading : Lulus Tahun 2013
Prestasi
1. Runer Up LombaPanjatDinding Se-Jawa Madura Bali 2016
2. Juara 2 LombaPanjatDindingTinggkat Nasional (PTKIN) Pionir Aceh
2017
3. Juara 2 LombaPanjatDinding TingkatJawa,Kalimantan danSumatra
(IPPBMM) Purwokerto2018
Lampiran:
1. Wawancara dengan ibu dhoiriyah istriodari KH. Chumaidimi‟roj
2. Wawancara dengan bapak choiron, anak pertama dari KH. Chumaidi
Mi‟roj
3. Wawancara dengan Agus. Salah satu guru di SMP Ma‟arif Kyai Gading
4. Gedung Tarekat Pondok Pesantren Kyai Gading
5. Arsip silsilah mursyd tarekat naqsabandiyyah kholidiyah dusun gading
6. GedungsekolahSMpdan SMK M‟arigKyaigading