Bimbingan Konseling

95
1 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar Satu Untuk UNM PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Modul disusun dengan maksud utama: memberi manfaat yang optimal bagi kelancaran dan efektivitas pelaksanaan PLPG Bimbingan Konseling. Guna mencapai maksud tersebut, penggunaan modul perlu memperhatikan beberapa karakteristik penting dari modul ini. Pertama, uraian materi dalam modul ini disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2008 tentang Kualifikasi Akademik dan Standar Kompetensi Konselor. Dua kompetensi utama yang menjadi fokus kajian dalam modul adalah kompetensi pedagogik dan komptensi profesional. Modul terdiri atas 10 Kegiatan Belajar (KB). Uraian materi pada Kegiatan Belajar (KB) 1, 2, 3, dan 4 didasarkan terutama pada Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan Formal (Depdiknas, 2009), sedangkan uraian materi pada KB 5, 6, 7, dan 8 dikembangkan berdasarkan referensi terkait yang tersedia. Uraian materi pada setiap kegiatan belajar diusahan sesimpel mungkin sehingga bahan yang ada dalam modul hanya memenuhi standar minimum dari apa yang seharusnya dipelajari dan dikaji. Oleh karena itu, fasilitator dan peserta perlu memperkaya dengan bahan lain dari sumber referensi terkait lainnya. Kedua, modul ini berisi lesson plan berbasis active-learning. Pelaksanaan pelatihan terutama berpusat pada peserta (trainee-centered). Keaktifan dan keterlibatan penuh setiap peserta adalah kondisi esensial yang harus menyertai pelaksanaan setiap sesi pelatihan. Walaupun sesi pelatihan banyak menggunkan format kelompok dan klasikal, namun perhatian terhadap kondisi, keunikan, dan kebutuhan khas setiap peserta merupakan faktor penentu keberhasilan pelatihan. Oleh karena itu, fasilitator perlu mengupayakan agar pada setiap sesi yang dilakukan, setiap peserta didorong untuk mampu mengeksplorasi permasalahan, pemikiran, ataupun pengalaman individualnya masing-masing. Di samping itu, model prosedur, langkah-langkah, ataupun format-format yang ada pada setiap aktivitas bersifat opsional. Fasilitator dapat meramu, mengkombinasi, atau bahkan menggantinya dengan metode/format lain yang dirasa lebih cocok, sejauh tidak menyimpang dari tujuan- tujuan yang ingin dicapai pada unit KB yang bersangkuitan dan tetap menggunakan prinsip active-learning. Ketiga, struktur modul disusun dan dengan memperhatikan urutan logis penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional konselor. Unit Kegiatan Belajar 1, 2, 3, dan 4 dimaksudkan menjadi bahan pengganti pelatihan pada bagian Pendalaman Materi dalam PLPG, sementara Unit Kegiatan Belajar 5, 6, 7, dan 8 dimaksukan untuk menjadi bahan pelatihan pada bagian Model-Model Bimbingan Konseling. Masing-masing unit KB

Transcript of Bimbingan Konseling

Page 1: Bimbingan Konseling

1 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Modul disusun dengan maksud utama: memberi manfaat yang optimal bagi

kelancaran dan efektivitas pelaksanaan PLPG Bimbingan Konseling. Guna mencapai maksud

tersebut, penggunaan modul perlu memperhatikan beberapa karakteristik penting dari modul

ini.

Pertama, uraian materi dalam modul ini disusun dengan mengacu pada Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2008 tentang Kualifikasi Akademik dan Standar

Kompetensi Konselor. Dua kompetensi utama yang menjadi fokus kajian dalam modul adalah

kompetensi pedagogik dan komptensi profesional. Modul terdiri atas 10 Kegiatan Belajar

(KB). Uraian materi pada Kegiatan Belajar (KB) 1, 2, 3, dan 4 didasarkan terutama pada

Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan Formal

(Depdiknas, 2009), sedangkan uraian materi pada KB 5, 6, 7, dan 8 dikembangkan

berdasarkan referensi terkait yang tersedia. Uraian materi pada setiap kegiatan belajar

diusahan sesimpel mungkin sehingga bahan yang ada dalam modul hanya memenuhi

standar minimum dari apa yang seharusnya dipelajari dan dikaji. Oleh karena itu, fasilitator

dan peserta perlu memperkaya dengan bahan lain dari sumber referensi terkait lainnya.

Kedua, modul ini berisi lesson plan berbasis active-learning. Pelaksanaan pelatihan

terutama berpusat pada peserta (trainee-centered). Keaktifan dan keterlibatan penuh setiap

peserta adalah kondisi esensial yang harus menyertai pelaksanaan setiap sesi pelatihan.

Walaupun sesi pelatihan banyak menggunkan format kelompok dan klasikal, namun

perhatian terhadap kondisi, keunikan, dan kebutuhan khas setiap peserta merupakan faktor

penentu keberhasilan pelatihan. Oleh karena itu, fasilitator perlu mengupayakan agar pada

setiap sesi yang dilakukan, setiap peserta didorong untuk mampu mengeksplorasi

permasalahan, pemikiran, ataupun pengalaman individualnya masing-masing. Di samping

itu, model prosedur, langkah-langkah, ataupun format-format yang ada pada setiap aktivitas

bersifat opsional. Fasilitator dapat meramu, mengkombinasi, atau bahkan menggantinya

dengan metode/format lain yang dirasa lebih cocok, sejauh tidak menyimpang dari tujuan-

tujuan yang ingin dicapai pada unit KB yang bersangkuitan dan tetap menggunakan prinsip

active-learning.

Ketiga, struktur modul disusun dan dengan memperhatikan urutan logis penguasaan

kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional konselor. Unit Kegiatan Belajar 1, 2, 3,

dan 4 dimaksudkan menjadi bahan pengganti pelatihan pada bagian Pendalaman Materi

dalam PLPG, sementara Unit Kegiatan Belajar 5, 6, 7, dan 8 dimaksukan untuk menjadi

bahan pelatihan pada bagian Model-Model Bimbingan Konseling. Masing-masing unit KB

Page 2: Bimbingan Konseling

2 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

berdurasi waktu 5 x 50 menit (kecuali unit KB 5 dan 8 yang berdurasi 6 x 50 menit). Urutan

penyajian unit KB dalam modul diharapkan dapat diikuti secara konsisten agar tidak

mengacaukan pemahaman peserta terhadap keseluruhan isi modul. Begitu pula,

pelaksanaan pelatihan pada setiap unit KB perlu memperhatikan alokasi waktu yang

disediakan untuk unit tersebut agar tidak mengganggu pelaksanaan pelatihan pada unit-unit

KB berikutnya.

Deskripsi isi dan alokasi waktu setiap unit Kegiatan Belajar diuraikan pada Matrik

berikut.

No Kode Unit

Judul Kegiatan Belajar Durasi Waktu

1. KB 1 Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling 5 x 50 menit

2. KB 2 Program Bimbingan dan Konseling 5 x 50 menit

3. KB 3 Asesmen dan Perencanaan Bimbingan Konseling 5 x 50 menit

4. KB 4 Organisasi, Fasilitas, dan Evaluasi Bimbingan Knbseling 5 x 50 menit

5. KB 5 Konseling Behavioristik 6 x 50 menit

6. KB 6 Konseling Rational Emotive Behavior Therapy 5 x 50 menit

7. KB 7 Konseling Humanistik 5 x 50 menit

8. KB 8 Keterampilan Dasar Konseling 6 x 50 menit

Page 3: Bimbingan Konseling

3 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

PENGANTAR

Pendahuluan

Keberadaan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam sistem pendidikan

nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru,

dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal

1 ayat 6). Kesejajaran posisi antara kualifikasi tenaga pendidik satu dengan yang lainnya

tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks

tugas, ekspektasi kinerja, dan seting pelayanan spesifik yang satu dan yang lainnya

mengandung keunikan dan perbedaan. Oleh sebab itu, di dalam naskah ini konteks dan

ekspektasi kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor mendapatkan penegasan

kembali dengan maksud untuk meluruskan konsep dan praktik bimbingan dan konseling ke

arah yang tepat.

Merujuk pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, tenaga

pendidik di bidang bimbingan dan konseling disebut dengan Guru Bimbingan dan Konseling

atau Konselor. Meskipun sama-sama berada dalam jalur pendidikan formal, perbedaan

rentang usia peserta didik pada tiap jenjang memicu tampilnya kebutuhan pelayanan

bimbingan dan konseling yang berbeda-beda pada tiap jenjang pendidikan. Batas ragam

kebutuhan antara jenjang yang satu dengan jenjang yang lainnya tidak terbedakan sangat

tajam. Dengan kata lain, batas perbedaan antar jenjang tersebut lebih merupakan suatu

wilayah. Di pihak lain, perbedaan yang lebih signifikan tampak pada sisi pengaturan

birokratik, seperti misalnya di Taman Kanak-kanak sebagian besar tugas guru bimbingan dan

konseling atau konselor ditangani langsung oleh guru kelas taman kanak-kanak. Sedangkan

di jenjang Sekolah Dasar, meskipun memang ada permasalahan yang memerlukan

penanganan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor, namun cakupan

pelayanannya belum menjustifikasi untuk ditempatkannya guru bimbingan dan konseling

atau konselor di setiap Sekolah Dasar, sebagaimana yang diperlukan di jenjang sekolah

menengah (SMP/MTs, SMA/MA, SMK). Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan siswa

didik secara utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus

dilaksanakan oleh guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling atau konselor, dan

tenaga pendidik dan kependidikan lainnya sebagai mitra kerja. Sementara itu masing-masing

pihak tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan

pencapaian kompetensi peserta didik. Dalam hubungan fungsional kemitraan antara guru

bimbingan dan konseling atau konselor dengan guru mata pelajaran, antara lain dapat

dilakukan melalui kegiatan rujukan (referral). Masalah-masalah perkembangan peserta didik

Page 4: Bimbingan Konseling

4 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

yang dihadapi guru pada saat pembelajaran dirujuk kepada guru bimbingan dan konseling

atau konselor untuk penanganannya, demikian pula masalah yang ditangani guru bimbingan

dan konseling atau konselor dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya apabila itu

terkait dengan proses pembelajaran mata pelajaran atau bidang studi. Masalah kesulitan

belajar peserta didik sesungguhnya akan lebih banyak bersumber dari proses pembelajaran

itu sendiri. Ini berarti di dalam pengembangan dan proses pembelajaran bermutu, fungsi-

fungsi bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian guru, dan sebaliknya, fungsi-

fungsi pembelajaran bidang studi perlu mendapat perhatian guru bimbingan dan konseling

atau konselor.

Berdasarkan keunikan pelayanan bimbingan dan konseling oleh guru bimbingan dan

konseling atau konselor, maka sosok kompetensi utuh seorang Guru Bimbingan dan

Konseling atau Konselor adalah sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No 27 tahun

2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Sosok utuh

kompetensi guru bimbingan dan konseling atau konselor mencakup kompetensi akademik

dan profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah

dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik

merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi: (1)

memahami secara mendalam konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka

teoretik bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan

konseling yang memandirikan, dan (4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas guru

bimbingan dan konseling atau konselor secara berkelanjutan. Unjuk kerja guru bimbingan

dan konseling atau konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke empat

kompetensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang

mendukung. Kompetensi akademik dan profesional guru bimbingan dan konseling atau

konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian,

sosial, dan profesional.

Pembentukan kompetensi akademik guru bimbingan dan konseling atau konselor ini

merupakan proses pendidikan formal jenjang strata satu (S-1) bidang Bimbingan dan

Konseling, yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd)

bidang Bimbingan dan Konseling. Sedangkan kompetensi profesional merupakan

penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang

ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah

diperoleh dalam konteks otentik Rumusan Standar Kompetensi Lulusan telah dikembangkan

dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi

kinerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor. Namun bila ditata ke dalam empat

Page 5: Bimbingan Konseling

5 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP RI 19/2005, maka rumusan

kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dapat dipetakan dan dirumuskan

ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagaimana

termaktub dalam Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik

dan Kompetensi Konselor. Merujuk pada Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

menyatakan guru adalah pendidik professional, termasuk guru bimbingan dan konseling atau

konselor dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas. Untuk itu guru dipersyaratkan

memiliki kualifikasi akademik yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya dan

menguasai kompetensi sebagaimana yang dituntut oleh UU Guru dan Dosen. Pengakuan

professional bagi guru dibuktikan melalui sertifikasi pendidik. Sertifikasi pendidik bagi guru

prajabatan diperoleh melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG), sedangkan bagi guru dalam

jabatan diperoleh melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio atau pemberian

sertifikat secara langsung. Sertifikasi sebagai upaya peningkatan mutu guru diharapkan

dapat meningkatkan mutu layanan bimbingan dan konseling. Peserta sertifikasi melalui

penilaian portofolio yang belum mencapai skor minimal kelulusan, diharuskan (a) melengkapi

kekuarangan portofolio atau (b) mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang

diakhiri dengan ujian.

Kebijakan pemerintah untuk melakukan standarisasi penyelenggaraan dan pengujian

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) merupakan upaya peningkatan kualitas guru

(termasuk di dalamnya guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor) perlu diapresiasi dan

dipandang sebagai salah satu proses profesionalisasi guru Bimbingan dan Konseling atau

Konselor. Oleh karena itu, standar kompetensi lulusan PLPG guru BK atau Konselor mengacu

pada Permendiknas Nomor 27 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi konselor. PLPG diselenggarakan sebagai salah satu upaya ―menambal‖

(melengkapi) kompetensi-kompetensi guru Bimbingan dan Konseling yang dinilai masih perlu

ditingkatkan. Peningkatan guru bimbingan dan konseling atau konselor melalui PLPG

ditunjukkan oleh hasil uji kompetensi meliputi uji tulis dan uji praktik, yang dilaksanakan

pada akhir PLPG. Pada uji tulis, yang diuji kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional

BK. Sedangkan kompetensi kepribadian dan sosial diuji melalui uji praktik dan atau penilaian

sejawat. Oleh karena itu tidak semua kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling atau

Konselor sebagaimana diamanatkan dalam Permendiknas 27 tahun 2008 dilatihkan dalam

PLPG yang berdurasi hanya 90 jam pelajaran.

Page 6: Bimbingan Konseling

6 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

KEGIATAN BELAJAR 1

A. Judul : Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling

B. Indikator

1. Menjelaskan konteks tugas konselor di sekolah

2. Menjelaskan urgensi pelayanan bimbimbingan konseling di sekolah

3. Menilai ketercapaian tujuan-tujuan tiga bidang pelayanan bimbingan konseling di

sekolah

4. Menjelaskan dengan contoh keterlaksanaan ketujuh fungsi bimbingan konseling di

sekolah

5. Menyebutkan contoh pelaksanaan enam prinsip bimbingan dan konseling

6. Menyebutkan minimal tiga contoh pelaksanaan azas bimbingan konseling yang telah

dilakukan di sekolah.

7. Membedakan fokus pelayanan konseling di SD, SMP, SMA, SMK, dan PT.

C. Waktu : 5 x 50 menit

D. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesi ini serta ruang

lingkup materi yang akan dikaji.

2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk enam kelompok. Setiap kelompok

menilai sejauhmana butir-butir yang diuraikan dalam bahan tersebut telah terlaksana

dan apa saja hambatan dalam mengimplementasikannya di lapangan. Bagilah tugas

membuat evaluasi ini dengan rincian sebagai berikut:

Kelompok Bahan yang dievaluasi

I Konteks Tugas Konselor & Urgensi pelayanan BK

II Tujuan Bimbingan dan Konseling

III Fungsi Bimbingan dan Konseling

IV Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

V Azas Bimbingan dan Konseling

VI Pelayanan BK di Berbagai Jenjang Pendidikan

3. Wakil setiap pasangan kelompok secara bergantian menyajikan hasil kerja

kelompok mereka di depan kelas

4. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan tanggapan

atas hasil kerja kelompok lain atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami

Page 7: Bimbingan Konseling

7 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

dan memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan

topik diskusi pada butir 3.

5. Fasilitatir mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan

mengungkapkan ketercapaiannya

E. URAIAN MATERI

1. Konteks Tugas Konselor

Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur Pendidikan formal telah dipetakan

secara tepat dalam Kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan pelayanan

Bimbingan dan Penyuluhan, yang diposisikan sejajar dengan pelayanan Manajemen

Penidikan, dan pelayanan di bidang pembelajaran yang dibingkai dalam Kurikulum,

sebagaimana tampak pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal

Akan tetapi, dalam Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, pelayanan

Bimbingan dan Konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah

menjadi (a) kelompok mata pelajaran, (b) muatan lokal, dan (c) Materi Pengembangan Diri,

yang harus ―disampaikan‖ oleh Konselor kepada peserta didik, sebagaimana dapat

dilukiskan seperti Gambar 1.2

Page 8: Bimbingan Konseling

8 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Gambar 1.2 Kerancuan Wilayah Pelayanan Konselor dengan Wilayah Pelayanan Guru dalam KTSP

Haruslah dihindari dampak yang membawa Konselor yang tidak menggunakan materi

pelajaran sebagai konteks layanan, ke dalam wilayah pelayanan Guru yang menggunakan

mata pelajaran sebagai konteks pelayanan.

Dengan kata lain, sesungguhnya penanganan pengembangan diri lebih banyak terkait

dengan wilayah pelayanan guru, khususnya melalui pengacaraan berbagai dampak

pengiring (nurturant effects) yang relevan, yang dapat dan oleh karena itu perlu, dirajutkan

ke dalam pembelajaran yang mendidik yang menggunakan mata pelajaran sebagai konteks

pelayanan. Meskipun demikian, Konselor memang juga diharapkan untuk berperan serta

dalam bingkai pelayanan yang komplementer dengan layanan guru, bahu-membahu dengan

Guru termasuk dalam pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler. Persamaan, keunikan, dan

keterkaitan antara wilayah layanan, konteks tugas dan ekspektasi kinerja guru dengan

wilayah pelayanan, konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor dapat digambarkan seperti

tampak pada Gambar 1.3, di mana Materi Pengembangan Diri berada dan merupakan

wilayah komplementer antara guru dan konselor.

Gambar 1.3 Keunikan Komplementaritas Wilayah Pelayanan Guru dan Konselor

Page 9: Bimbingan Konseling

9 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

2. Urgensi Bimbingan dan Konseling

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah,

bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-

undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya

memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai

tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan

moral-spiritual).

Peserta didik sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses

berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau

kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan

karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan

lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu

terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan peserta didik tidak selalu

berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses

perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi,

harapan dan nilai-nilai yang dianut.

Perkembangan peserta didik tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis

maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang

terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat.

Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka

akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku peserta didik, seperti terjadinya

stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan

perilaku. Perubahan lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan

perkembangan tersebut, di antaranya: pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat,

pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi teknologi

informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat dari

agraris ke industri.

Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti: maraknya tayangan

pornografi di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-

obat terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga;

dan dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup

peserta didik (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah

moral (akhlak yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran,

meminum minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika,

Page 10: Bimbingan Konseling

10 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

dan Zat Adiktif lainnya, seperti: ganja, narkotika, ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas,

dan pergaulan bebas (free sex).

Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak

sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam

tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan bertaqwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan

keterampilan, (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang

mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi

semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses pendidikannya

secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti

disebutkan, adalah mengembangkan potensi peserta didik dan memfasilitasi mereka secara

sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini

merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif

dan berbasis data tentang perkembangan peserta didik beserta berbagai faktor yang

mempengaruhinya.

Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang

mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif

dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan

konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional

dengan mengabaikan bidang bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan peserta

didik yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan

atau kematangan dalam aspek kepribadian.

Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan

konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat

pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif.

Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and

Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and

Counseling). Pepepelayanani bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada

upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan

masalah-masalah peserta didik. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar

kompetensi yang harus dicapai peserta didik, sehingga pendekatan ini disebut juga

bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling).

Page 11: Bimbingan Konseling

11 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor

dengan para personal Sekolah/Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru,

dan staf administrasi), orang tua peserta didik, dan pihak-pihak terkait lainnya (seperti

instansi pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi

dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu

para peserta didik agar dapat mengembangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara

penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.

Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah

diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik, yang

meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi

peserta didik sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial,

dan spiritual).

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar peserta didik dapat: (1) merencanakan

kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan

datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal

mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta

lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,

penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan

untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya,

(2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3)

mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan

tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan

kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan

masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan

(7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik

atau peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek

pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.

a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial peserta

didik adalah sebagai berikut.

1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,

Page 12: Bimbingan Konseling

12 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja,

maupun masyarakat pada umumnya.

2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling

menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara

yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta

dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang

dianut.

4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik

yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.

5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat

7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain,

tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

8) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen

terhadap tugas atau kewajibannya.

9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan

dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan

sesama manusia.

10) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat

internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain..

11) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar)

adalah sebagai berikut.

1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami

berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.

2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca

buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran,

dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.

3) Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.

4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan

membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan

diri menghadapi ujian.

5) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,

Page 13: Bimbingan Konseling

13 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri

dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi

tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.

6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah sebagai

berikut.

1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait

dengan pekerjaan.

2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang

kematangan kompetensi karir.

3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang

pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan

sesuai dengan norma agama.

4) Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran)

dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi

citra-cita karirnya masa depan.

5) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali

ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan

sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.

6) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan

secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,

kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.

7) Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila

seorang peserta didik bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa

harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir

keguruan tersebut.

8) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan

dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.

Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya,

dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap

pekerjaan tersebut.

9) Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.

4. Fungsi Bimbingan dan Konseling

a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik

(peserta didik) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan

Page 14: Bimbingan Konseling

14 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan

pemahaman ini, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan potensi

dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara

dinamis dan konstruktif.

b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk

senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya

untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini,

konselor memberikan bimbingan kepada peserta didik tentang cara

menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan

bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para

peserta didik dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak

diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan

obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).

c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari

fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan peserta

didik. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai

teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan

program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya

membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik

bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial,

diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan

karyawisata.

d. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini

berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang telah

mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun

karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik

memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan

penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan

ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu

bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga

pendidikan.

Page 15: Bimbingan Konseling

15 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala

Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program

pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan

kebutuhan peserta didik (peserta didik). Dengan menggunakan informasi yang

memadai mengenai peserta didik, pembimbing/konselor dapat membantu para

guru dalam memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam memilih dan

menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran,

maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan

peserta didik.

g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik

agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan

konstruktif.

5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi

pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang

kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan,

baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah

sebagai berikut.

a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua peserta didik). Prinsip

ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua peserta didik atau peserta didik,

baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik

anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan

dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan

(kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).

b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap peserta didik

bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan peserta didik

dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga

berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah peserta didik, meskipun

pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada peserta

didik yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan

dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan

pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang

menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk

Page 16: Bimbingan Konseling

16 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan,

dan peluang untuk berkembang.

d. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya

tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala

Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja

sebagai teamwork.

e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan

dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu peserta didik agar dapat

melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk

memberikan informasi dan nasihat kepada peserta didik, yang itu semua sangat

penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan peserta didik diarahkan

oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi peserta didik untuk memper-

timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan

keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan

kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama

bimbingan adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan

masalahnya dan mengambil keputusan.

f. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan)

Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di

Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-

lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan

bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan,

dan pekerjaan.

6. Asas Bimbingan dan Konseling

Keterlaksanaan dan keberhasilan pepelayanan bimbingan dan konseling sangat

ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.

a. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut

dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang

menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak

layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh

memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya

benar-benar terjamin.

b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya

kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalani

Page 17: Bimbingan Konseling

17 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing

berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan

tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri

maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi

pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban

mengembangkan keterbukaan peserta didik (konseli). Keterbukaan ini amat terkait

pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta

didik yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka,

guru pembimbing terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta

didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam

penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing

perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan

bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

e. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan

umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli) sebagai sasaran

pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi peserta didik-peserta didik

yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,

mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru

pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan

konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.

f. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek

sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik

(konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan ―masa

depan atau kondisi masa lampau pun‖ dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan

kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

g. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi

pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu

bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai

dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

h. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh

guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.

Page 18: Bimbingan Konseling

18 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam

penyelenggaraan pepelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.

Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

i. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak

boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama,

hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.

Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat

dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan

norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan

konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (konseli)

memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

j. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar

pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-

kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan

dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan

konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam

penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam

penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

k. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki

agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan

konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (konseli)

mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing

dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan

demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata

pelajaran/praktik dan lain-lain.

7. Pelayanan Bimbingan Konseling di Berbagai Jenjang Pendidikan

Meskipun sama-sama berada dalam jalur pendidikan formal, namun perbedaan

rentang usia peserta didik pada tiap jenjang memicu tampilnya kebutuhan layanan

Bimbingan dan Konseling yang berbeda-beda pada tiap jenjang pendidikan, namun batas

ragam kebutuhan antara jenjang yang satu dengan jenjang yang lain tidak terbedakan

sangat tajam yang tergambar sebagai gair. Dengan kata lain, batas perbedaan antar

jenjang tersebut lebih merupakan suatu wilayah. Di pihak lain, perbedaan yang lebih

Page 19: Bimbingan Konseling

19 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

signifikan, juga nampak pada pada sisi pengaturan birokratik, seperti misalnya di Taman

Kanak-kanak sebahagian besar tugas Konselor ditangani langsung oleh Guru Kelas

Taman Kanak-kanak. Sedangkan di jenjang Sekolah Dasar, meskipun memang ada

permasalahan yang memerlukan penanganan oleh Konselor, namun cakupan

pelayanannya belum menjustifikasi untuk ditempatkannya posisi struktural Konselor di

tiap Sekolah Dasar, sebagaimana yang diperlukan di jenjang Sekolah Menengah. Berikut

ini, digambarkan secara umum perbedaan ciri khas ekspektasi kinerja Konselor di tiap

jenjang pendidikan.

a. Jenjang Taman Kanak-kanak.

Di jenjang Taman Kanak-kanak di tanah air tidak ditemukan posisi struktural bagi

Konselor. Pada jenjang ini fungsi bimbingan dan konseling lebih bersifat preventif dan

developmental. Secara programatik, komponen kurikulum bimbingan dan konseling

yang perlu dikembangkan oleh konselor jenjang Taman Kanak-kanak membutuhkan

alokasi waktu yang lebih besar dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh siswa

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya, pada jenjang TK komponen

individual student planning (yang terdiri dari: pelayanan appraisal, advicement,

transition planning) dan responsive services (yang berupa pelayanan konseling dan

konsultasi) memerlukan alokasi waktu yang lebih kecil. Kegiatan konselor di jenjang

Taman Kanak-kanak dalam komponen responsive services, dilaksanakan terutama

untuk memberikan pelayanan konsultasi kepada guru dan orang tua dalam mengatasi

perilaku-perilaku disruptive siswa Taman Kanak-kanak.

b. Jenjang Sekolah Dasar.

Sampai saat ini, di jenjang Sekolah Dasar pun juga tidak ditemukan posisi struktural

untuk Konselor. Namun demikian, sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

usia Sekolah Dasar, kebutuhan akan pelayanannya bukannya tidak ada, meskipun

tentu saja berbeda dari ekspektasi kinerja Konselor di jenjang Sekolah Menengah dan

jenjang perguruan tinggi. Dengan kata lain, konselor juga dapat berperan serta

secara produktif di jenjang Sekolah Dasar, bukan dengan memosisikan dari sebagai

fasilitator pengembangan diri peserta didik yang tidak jelas posisinya, melainkan

mungkin dengan memosisikan diri sebagai Konselor Kunjung yang membantu guru

Sekolah Dasar mengatasi perilaku mengganggu (disruptive behavior), antara lain

dengan pendekatan Direct Behavioral Consultation.

c. Jenjang Sekolah Menengah.

Secara hukum, posisi konselor di tingkat sekolah menengah telah ada sejak tahun

1975, yaitu sejak diberlakukannya Kurikulum Bimbingan dan Konseling. Dalam sistem

Page 20: Bimbingan Konseling

20 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

pendidikan di Indonesia konselor di sekolah menengah mendapat ‖tempat yang

cukup leluasa‖. Peran konselor, sebagai salah satu komponen student support

services, adalah men-support perkembangan aspek-aspek pribadi-sosial, karier, dan

akademik siswa, melalui pengembangan menu program bimbingan dan konseling,

pembantuan kepada siswa dalam individual student planning, pemberian layanan

responsive, serta pengembangan system support. Pada jenjang ini, konselor

menjalankan semua fungsi bimbingan dan konseling, yang meliputi fungsi preventif,

developmental, maupun fungsi kuratif.

d. Jenjang Perguruan Tinggi.

Meskipun secara struktural posisi konselor perguruan tinggi belum tercantum dalam

sistem pendidikan di tanah air, namun bimbingan dan konseling dalam rangka

men‖support‖ perkembangan personal, sosial, akademik, dan karier mahasiswa

dibutuhkan. Sama dengan konselor pada jenjang pendidikan TK, SD, dan SM;

konselor perguruan tinggi juga harus mengembangkan dan mengimplementasikan

kurikulum bimbingan dan konseling, individual student planning, dan responsive

services, serta system support. Namun, alokasi waktu yang digunakan konselor

perguruan tinggi lebih banyak pada pemberian bantuan dalam individual student

career planning dan penyelenggaraan responsive services.

Page 21: Bimbingan Konseling

21 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

KEGIATAN BELAJAR 2

A. Judul : Program Bimbingan dan Konseling

B. Indikator

1. Menguraikan peran bimbingan konseling dalam program pengembangan diri siswa di

sekolah

2. Membandingkan komponen program pada pola 17, pola 17 plus, dan pola

komprehensif

3. Menjelaskan bagan kerangka utuh layanan bimbingan konseling komprehensif

4. Menjelaskan perbedaan strategi pelayanan dasar dan pelayanan responsif bimbingan

konseling di sekolah

5. Menguraikan langkah umum pelaksanaan layanan perencanaan individual dalam

bimbingan konseling

6. Menjelaskan dengan contoh kegiatan pokok dalam komponen program dukungan

sistem dalam pelayanan BK di sekolah

C. Waktu : 5 x 50 menit

D. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesis ini serta ruang

lingkup materi yang akan dikaji.

2. Lakukan curah pendapat dengan peserta bagaimana pendapat mereka mengenai

program bimbingan konseling dan pengembangan diri siswa di sekolah.

3. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang)

4. Dengan menggunakan bahan bacaan pada Uraian Materi sesi ini, setiap kelompok

melakukan curah pendapat dan menyepakati butir-butir tentang:

Peran konselor dalam program pengembangan diri siswa

Perbedaan pokok dalam Pola 17, Pola 17 plus, dan Pola Komprehensif

Tantangan dalam melaksanakan empat komponen utama dalam program BK pada

Pola Komprehensif

Usaha mengatasi hambatan pelaksanaan program BK di sekolah

5. Setiap kelompok menuliskan hasil curah pendapat pada kertas plano atau kartun

manila dan memajang hasil kerja di dinding atau tempat yang disediakan;

6. Setiap kelompok diminta berjalan berkeliling rungan untuk membaca pajangan hasil

kerja kelompok lain dan memberi tanggapan atau membuat catatan untuk dibahas;

Page 22: Bimbingan Konseling

22 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

7. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan tanggapan

atas hasil kerja kelompok lain atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami

8. Fasilitator memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan

topik diskusi pada butir 4.

9. Fasilitatir mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan

mengungkapkan ketercapaiannya.

D. URAIAN MATERI

1. Posisi Pengembangan Diri dalam Bimbingan dan Konseling

Seperti ditegaskan di muka bahwa Pengembangan Diri sebagaimana dimaksud

dalam KTSP merupakan wilayah komplementer antara guru dan konselor.

Penjelasan tentang Pengembangan Diri yang tertulis dalam Struktur Kurikulum

dijelaskan bahwa:

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan

minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi Sekolah/Madrasah. Kegiatan

pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga

kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pepelayanan konseling

yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan

pengembangan karir peserta didik.

Dari penjelasan yang disebutkan itu ada beberapa hal yang perlu memperoleh

penegasan dan reposisi terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur

pendidikan formal, sehingga dapat menghindari kerancuan konteks tugas dan ekspektasi

kinerja konselor.

a. Pengembangan diri bukan sebagai mata pelajaran, mengandung arti bahwa bentuk,

rancangan, dan metode pengembangan diri tidak dilaksanakan sebagai sebuah

adegan mengajar seperti layaknya pembelajaran bidang studi. Namun, manakala

masuk ke dalam pelayanan pengembangan minat dan bakat tak dapat dihindari akan

terkait dengan substansi bidang studi dan/atau bahan ajar yang relevan dengan

bakat dan minat peserta didik dan disitu adegan pembelajaran akan terjadi. Ini

berarti bahwa pelayanan pengembangan diri tidak semata-mata tugas konselor, dan

tidak semata-mata sebagai wilayah bimbingan dan konseling.

Page 23: Bimbingan Konseling

23 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

b. Pelayanan pengembangan diri dalam bentuk ekstra kurikuler mengandung arti bahwa

di dalamnya akan terjadi diversifikasi program berbasis minat dan bakat yang

memerlukan pelayanan pembina khusus sesuai dengan keahliannya. Inipun berarti

bahwa pelayanan pengembangan diri tidak semata-mata tugas konselor, dan tidak

semata-mata sebagai wilayah bimbingan dan konseling.

c. Kedua hal di atas menunjukkan bahwa pengembangan diri bukan substitusi atau

pengganti pelayanan bimbingan dan konseling, melainkan di dalamnya mengandung

sebagian saja dari pelayanan (dasar, responsif, perencanaan individual) bimbingan

dan konseling yang harus diperankan oleh konselor.

Telaahan di atas menegaskan bahwa bimbingan dan konseling tetap sebagai bagian

yang terintegrasi dari sistem pendidikan (khususnya jalur pendidikan formal). Pelayanan

pengembangan diri yang terkandung dalam KTSP merupakan bagian dari kurikulum.

Sebagian dari pengembangan diri dilaksanakan melalui pelayanan bimbingan dan konseling.

Dengan demikian pengembangan diri hanya merupakan sebgian dari aktivitas pelayanan

bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Jika dilakukan telaahan anatomis terhadap

posisi bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dapat terlukiskan seperti

tampak pada Gambar 2.1

Muatan Lokal

Mata Pelajaran/ Bidang Studi

Pengembangan Diri

Manajemen

Perkembangan

Optimum

Peserta Didik

Bimbingan. dan Konseling

Konselor, MenyelenggarakanBimbingan dan KonselingYang Memandirikan

Guru, MenyelenggarakanPembelajaran yangMendidik

Pimpinan Satuan Pendidikan

WilayahKomplementer

KURIKULUM(KTSP)

Gambar 2.1 Posisi Bimbingan dan Konseling dan Kurikulum (KTSP)

dalam Jalur Pendidikan Formal

Dapat ditegaskan di sini bahwa KTSP adalah salah satu subsistem pendidikan formal

yang harus bersinergi dengan komponen/subsitem lain yaitu manajemen dan bimbingan dan

konseling dalam upaya memfasilitasi peserta didik mencapai perkembangan optimum yang

diwujudkan dalam ukuran pencapaian standar kompetensi. Dengan demikian pengembangan

diri tidak menggantikan fungsi bimbingan dan konseling melainkan sebagai wilayah

Page 24: Bimbingan Konseling

24 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

komplementer dimana guru dan konselor memberikan kontribusi dalam pengembangan diri

peserta didik.

2. Komponen Program BK

Program bimbingan konseling di sekolah mengalami pasang surut sejalan dengan

perkembangan profesionalisasi dan upaya aktualisasi profesi bimbingan konseling di

Indonesia. Pada sekitar akhirt tahun 1990an dikenalkan apa yang disebut dengan POLA 17.

Di sebutkan demikian, karena komponen program digambarkan dalam suatu skema yang

terdiri atas 17 kotak. Ini terdiri atas empat bidang layanan (pribadi, sosial, belajar, dan

karir), tujuah jenis layanan (orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, konseling

perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok), serta lima layanan pendukung

(Instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan pelimpahan kasus).

Program bimbingan konseling Pola 17 digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Program Bimbingan Konseling Pola 17

Selanjutnya, dikembangkan Program bimbingan konseling Pola 17 Plus, di mana

program bimbingan konseling disempurnakan dengan menambahkan bidang bimbingan

keberagamaan dan bimbingan keluarga, serta tamnbahan layanan mediasi dan layanan

konsultasi.

Terakhir dikembangkan lagi pola program bimbingan konseling yang lebih utuh,

yang dikenal dengan Pola Kompreghensif Program bimbingan dan konseling. Dalam pola ini,

program bimbingan konseling terdiri atas empat komponen pelayanan, yaitu: (1) pelayanan

dasar bimbingan; (2) pelayanan responsif, (3) perencanaan indiviual, dan (4) dukungan

sistem. Keempat komponen program tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Page 25: Bimbingan Konseling

25 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Gambar 2.3

Komponen Program Bimbingan dan Konseling

Di samping empat komponen program tersebut, dalam Pola Komprehensif ini

dikemukakan 16 strategi layanan bimbingan konseling (orientasi, informasi, bimbingan

kelompok, konseling individual, konseling kelompok, referal, konseling sebaya, konsultasi,

penempatan & penyeluran, kunjungan rumah, konferensi kasus, kolaborasi, akses TIK,

sistem najemen, akuntabilitas, dan pengembangan profesi). Secara utuh keseluruhan proses

kerja bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal dapat digambarkan pada

gambar 2.4.

Gambar 2.4. Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling Pola Komprehensif

Page 26: Bimbingan Konseling

26 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Gambar 2.4 menunjukkan bahwa seluruh pelayanan bimbingan dan konseling yang

selama ini dilaksanakan di Sekolah/Madrasah bisa dipayungi oleh dan terakomodasi ke dalam

kerangka kerja tersebut. Berdaarkan kerangka kerja utuh dimaksud pelayanan bimbingan

dan konseling harus dikelola dengan baik sehingga berjalan secara efektif dan produktif.

Fungsi manajemen yang penting dijalankan dalam pelayanan bimbingan dan konseling

meliputi: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis dan tindak lanjut.

3. Uraian Program Bimbingan Konseling

a. Pelayanan Dasar

Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh

peserta didik melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau

kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku

jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan

sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan

kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.

Penggunaan instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di

kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini. Asesmen

kebutuhan diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan pengalaman tersetruktur

yang disebutkan.

Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua peserta didik agar memperoleh

perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan

dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu peserta didik agar mereka dapat

mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat

dirumuskan sebagai upaya untuk membantu peserta didik agar (1) memiliki kesadaran

(pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan

agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung

jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan

lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan

(4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut

aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya

membantu peserta didik dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya (sebagai

standar kompetensi kemandirian). Materi pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas

dasar standar kompetensi kemandirian antara lain mencakup pengembangan: (1) self-

esteem, (2) motivasi berprestasi, (3) keterampilan pengambilan keputusan, (4)

Page 27: Bimbingan Konseling

27 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

keterampilan pemecahan masalah, (5) keterampilan hubungan antar pribadi atau

berkomunikasi, (6) penyadaran keragaman budaya, dan (7) perilaku bertanggung

jawab. Hal-hal yang terkait dengan perkembangan karir (terutama di tingkat SLTP/SLTA)

mencakup pengembangan: (1) fungsi agama bagi kehidupan, (2) pemantapan pilihan

program studi, (3) keterampilan kerja profesional, (4) kesiapan pribadi (fisik-psikis,

jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (5) perkembangan dunia kerja, (6)

iklim kehidupan dunia kerja, (7) cara melamar pekerjaan, (8) kasus-kasus kriminalitas,

(9) bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan (10) dampak pergaulan bebas.

Pelayanan Dasar dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, sebagai berikut:

1) Bimbingan Kelas

Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung

dengan para peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan

bimbingan kepada para peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa

diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat).

2) Pelayanan Orientasi

Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat

memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan

Sekolah/Madrasah, untuk mempernudah atau memperlancar berperannya mereka di

lingkungan baru tersebut. Pelayanan orientasi ini biasanya dilaksanakan pada awal

program pelajaran baru. Materi pelayanan orientasi di Sekolah/Madrasah biasanya

mencakup organisasi Sekolah/Madrasah, staf dan guru-guru, kurikulum, program

bimbingan dan konseling, program ekstrakurikuler, fasilitas atau sarana prasarana,

dan tata tertib Sekolah/Madrasah.

3) Pelayanan Informasi

Yaitu pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi

peserta didik. melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media

cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet).

4) Bimbingan Kelompok

Konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok-

kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan

dan minat para peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini,

adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti :

cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress.

Page 28: Bimbingan Konseling

28 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

5) Pelayanan Pengumpulan Data (Aplikasi Instrumentasi)

merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi

peserta didik, dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan

dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.

b. Pelayanan Responsif

Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang

menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera,

sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian

tugas-tugas perkembangan. Konseling indiviaual, konseling krisis, konsultasi dengan

orangtua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat

dilakukan dalam pelayanan responsif.

Tujuan pelayanan responsif adalah membantu peserta didik agar dapat

memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu

peserta didik yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas

perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk

mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi peserta didik yang muncul

segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau

masalah pengembangan pendidikan.

Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan peserta

didik. Masalah dan kebutuhan peserta didik berkaitan dengan keinginan untuk

memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara

positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi antara lain tentang

pilihan karir dan program studi, sumber-sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman

keras, narkotika, pergaulan bebas.

Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan

mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri peserta didik,

karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas

perkembangan. Masalah peserta didik pada umumnya tidak mudah diketahui secara

langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.

Gejala perilaku bermasalah yang mungkin dialami peserta didik diantaranya: (1)

merasa cemas tentang masa depan, (2) merasa rendah diri, (3) berperilaku impulsif

(kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan-nya secara

matang), (4) membolos dari Sekolah/Madrasah, (5) malas belajar, (6) kurang memiliki

kebiasaan belajar yang positif, (7) kurang bisa bergaul, (8) prestasi belajar rendah, (9)

Page 29: Bimbingan Konseling

29 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

malas beribadah, (10) masalah pergaulan bebas (free sex), (11) masalah tawuran, (12)

manajemen stress, dan (13) masalah dalam keluarga.

Pelayanan responsif dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut:

1) Konseling Individual dan Kelompok

Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk membantu peserta didik yang

mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas

perkembangannya. Melalui konseling, peserta didik (konseli) dibantu untuk

mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan

masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat

dilakukan secara individual maupun kelompok.

2) Referal (Rujukan atau Alih Tangan)

Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah

konseli, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak

lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Konseli

yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi,

tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.

3) Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas

Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh

informasi tentang peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya),

membantu memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek

bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di

antaranya: (1) menciptakan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar

peserta didik; (2) memahami karakteristik peserta didik yang unik dan beragam; (3)

menandai peserta didik yang diduga bermasalah; (4) membantu peserta didik yang

mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching; (5) mereferal

(mengalihtangankan) peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan

konseling kepada guru pembimbing; (6) memberikan informasi yang up to date

tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati peserta didik; (7)

memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat

memberikan informasi yang luas kepada peserta didik tentang dunia kerja (tuntutan

keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja); (8)

menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun

moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan ―figur central‖ bagi peserta

didik); dan (9) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran

yang diberikannya secara efektif.

Page 30: Bimbingan Konseling

30 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

4) Kolaborasi dengan Orang tua

Konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua peserta didik. Kerjasama

ini penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di

Sekolah/Madrasah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini

memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran

antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik

atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi peserta didik. Untuk melakukan

kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti: (1) kepala

Sekolah/ Madrasah atau komite Sekolah/Madrasah mengundang para orang tua

untuk datang ke Sekolah/Madrasah (minimal satu semester satu kali), yang

pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2) Sekolah/Madrasah

memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar

atau masalah peserta didik, dan (3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan

anaknya di rumah ke Sekolah/Madrasah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan

perilaku sehari-harinya.

5) Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar Sekolah/Madrasah

Yaitu berkaitan dengan upaya Sekolah/Madrasah untuk menjalin kerjasama dengan

unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu

pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi

pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi

Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang

terkait, seperti psikolog, psikiater, dan dokter, (5) MGP (Musyawarah Guru

Pembimbing), dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan

pekerjaan).

6) Konsultasi

Konselor menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan

Sekolah/Madrasah yang terkait dengan upaya membangun kesamaan persepsi dalam

memberikan bimbingan kepada para peserta didik, menciptakan lingkungan Sekolah/

Madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, melakukan referal, dan

meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.

7) Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)

Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh peserta didik

terhadap peserta didik yang lainnya. Peserta didik yang menjadi pembimbing

sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Peserta didik yang

menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu peserta

Page 31: Bimbingan Konseling

31 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

didik lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun

non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu

konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau

masalah peserta didik yang perlu mendapat pelayanan bantuan bimbingan atau

konseling.

8) Konferensi Kasus

Yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan

yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan

komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik itu. Pertemuan konferensi

kasus ini bersifat terbatas dan tertutup.

9) Kunjungan Rumah

Yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik

tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya menggentaskan masalahnya, melalui

kunjungan ke rumahnya.

c. Perencanaan Individual

Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada peserta didik agar

mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa

depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta

pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman

peserta didik secara mendalam dengan segala karakteristiknya, penafsiran hasil

asesmen, dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi

yang dimiliki peserta didik amat diperlukan sehingga peserta didik mampu memilih dan

mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal,

termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus peserta didik. Kegiatan orientasi,

informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi diperlukan di dalam

implementasi pelayanan ini.

Perencanaan individual bertujuan untuk membantu peserta didik agar (1)

memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan,

perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek

pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan

pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.

Tujuan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya

memfasilitasi peserta didik untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana

pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi layana

Page 32: Bimbingan Konseling

32 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan peserta didik untuk

memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian

meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh peserta didik,

pelayanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan,

tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing peserta didik. Melalui

pelayanan perencanaan individual, peserta didik diharapkan dapat:

1) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan

mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan

akan dirinya, informasi tentang Sekolah/Madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya.

2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya.

3) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.

4) Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.

Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan

aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci cakupan fokus tersebut antara lain

mencakup pengembangan aspek (1) akademik meliputi memanfaatkan keterampilan

belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus

atau pelajar-an tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang hayat; (2)

karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan

pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-

pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan

keterampilan sosial yang efektif.

Konselor membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya

berdasarkan data atau informasi yang diperoleh, yaitu yang menyangkut pencapaian

tugas-tugas perkembangan, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui

kegiatan penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan

pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif. Pelayanan perencanaan individual ini

dapat dilakukan juga melalui pelayanan penempatan (penjurusan, dan penyaluran),

untuk membentu peserta didik menempati posisi yang sesuai dengan bakat dan

minatnya.

Konseli menggunakan informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang

diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif

kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk

memperbaiki kelemahan dirinya; (2) melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau

perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3) mengevaluasi kegiatan yang telah

dilakukannya.

Page 33: Bimbingan Konseling

33 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

d. Dukungan Sistem

Ketiga komponen diatas, merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada

peserta didik secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen

pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur (misalnya Teknologi

Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara

berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik

atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik.

Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memper-lancar

penyelenggaraan pelayanan diatas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah

untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di Sekolah/Madrasah.

Dukungan sistem ini meliputi aspek-aspek: (a) pengembangan jejaring (networking), (b)

kegiatan manajemen, (c) riset dan pengembangan.

1) Pengembangan Jejaring (networking)

Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi (1)

konsultasi dengan guru-guru, (2) menyelenggarakan program kerjasama dengan orang

tua atau masyarakat, (3) berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan

kegiatan-kegiatan Sekolah/Madrasah, (4) bekerjasama dengan personel

Sekolah/Madrasah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah

yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, (5) melakukan penelitian tentang

masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling, dan (6)

melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayanan

bimbingan dan konseling.

2) Kegiatan Manajemen

Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan,

memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui

kegiatan-kegiatan (1) pengembangan program, (2) pengembangan staf, (3)

pemanfaatan sumber daya, dan (4) pengembangan penataan kebijakan.

a) Pengembangan Professionalitas.

Konselor secara terus menerus berusaha untuk memutakhirkan pengetahuan

dan keterampilannya melalui (a) in-service training, (b) aktif dalam organisasi profesi,

(c) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah; seperti seminar dan workshop (lokakarya),

atau (d) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana).

b) Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi

Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf

Sekolah/Madrasah lainnya, dan pihak institusi di luar Sekolah/Madrasah (pemerintah,

Page 34: Bimbingan Konseling

34 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

dan swasta) untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang pelayanan

bantuan yang telah diberikannya kepada para peserta didik, menciptakan lingkungan

Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, melakukan

referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata

lain strategi ini berkaitan dengan upaya Sekolah/Madrasah untuk menjalin kerjasama

dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu

pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi

pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi

Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang

terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua peserta didik, (5) MGBK

(Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (6) Depnaker (dalam rangka

analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).

c) Manajemen Program

Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan

terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan

(manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan

terarah.

Page 35: Bimbingan Konseling

35 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

KEGIATAN BELAJAR 3

A. Judul : Asesmen dan Perencanaan Program BK

B. Indikator

1. Menguraikan pokok-pokok langkah kegiatan dalam perencanaan program bimbingan

konseling

2. Menguraikan tanggung jawab persenil sekolah dalam pelaksanaan program BK di

sekolah

3. Merancang denah ruang BK yang sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing

4. Menyusun alokasi anggaran untuk pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah

C. Waktu : 5 x 50 menit

D. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Fasilitator menjelaskan secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesis ini serta

ruang lingkup materi yang akan dikaji.

2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang).

Dengan menggunakan bahan bacaan pada Uraian Materi sesi ini, setiap kelompok

menyusun rancangan program dan pengembangan layanan BK di sekolah, mencakup:

Analisis dan deskripsi kebutuhan

Rumusan tujuan

Komponen program

Rencana operasional

Organisasi pelaksana dan tanggung jawab

Anggaran

3. Setiap kelompok menuliskan hasil curah pendapat pada kertas plano atau kartun

manila dan memajang hasil kerja di dinding atau tempat yang disediakan;

4. Setiap kelompok diminta berjalan berkeliling rungan untuk membaca pajangan hasil

kerja kelompok lain dan memberi tanggapan atau membuat catatan untuk dibahas;

5. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan tanggapan

atas hasil kerja kelompok lain atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami

6. Fasilitatir mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan

mengungkapkan ketercapaiannya.

Page 36: Bimbingan Konseling

36 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

E. Uraian Materi

1. Asesmen Kebutuhan Bimbingan Konseling

Menurut Kubinski (1999), asesmen kebutuhan (need assessment) di sekolah adalah

proses sistematik untuk memperoleh gambaran akurat dan menyeluruh mengenai kekuatan

dan kelemahan suatu komunitas sekola yang dapat digunakan untuk merespon kebutuhan

akademik semua siswa guna meningkatkan prestasi siswa dan memenuhi standar akademik

yang dihadapi. Asesmen kebutuhan melibatkan proses mengumpulkan dan menguji

informasi tentang isu-isu persekolahan dan selanjutnya menggunakan data itu untuk

menentukan prioritas tujuan, menyusun suatu rencana, dan mengalokasikan anggaran dan

sumber yang diperlukan. Dalam pengumpulan data perlu melibatkan siswa, orangtua, guru,

staf administrasi, dan anggota masyarakat lainnya.

Kegiatan asesmen ini meliputi (1) asesmen lingkungan, yang terkait dengan kegiatan

mengidentifikasi harapan Sekolah/Madrasah dan masyarakat (orangtua peserta didik),

sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, dan

kebijakan pimpinan Sekolah/Madrasah; dan (2) asesmen kebutuhan atau masalah peserta

didik, yang menyangkut karakteristik peserta didik, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan

keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya

(pekerjaan, jurusan, olahraga, seni, dan keagamaan), masalah-masalah yang dialami, dan

kepribadian; atau tugas-tugas perkembangannya, sebagai landasan untuk memberikan

pelayanan bimbingan dan konseling.

Asesmen mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam

pelaksanaan bimbingan dan konseling. Konselor di sekolah mempunyai tanggung jawab

untuk membantu siswa atau konseli agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya

secara optimal. Membantu perkembangan para siswa atau konseli berarti melakukan sesuatu

untuk siswa tersebut. Agar konselor dapat melakukan sesuatu untuk siswa maka seorang

konselor perlu mengetahui keadaan siswa yang dibimbing. Untuk itu sangat diperlukan

berbagai informasi/data-data yang akurat dan relevan. Dalam hal ini pengukuran dan

penilaian psikologis merupakan sarana dan wahana terbaik untuk mendapatkan

informasi/data-data yang akurat dan relavan mengenai keadaan siswa atau konseli.

a. Fungsi Asesmen Kebutuhan

Hasil-hasil yang diperoleh dalam asesmen berfungsi sebagai dasar dalam

mengambil keputusan. Berdasarkan atas keputusan yang diambil dalam asesmen

psikologis mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi seleksi yaitu untuk memutuskan individu-individu yang akan dipilih. Misalnya

tes masuk suatu lembaga pendidikan atau suatu jenis jabatan tertentu. Berdasarkan

Page 37: Bimbingan Konseling

37 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

hasil-hasil asesmen psikologis yang telah dilakukan pimpinan lembaga dapat

memutuskan calon-calon pelamar yang diterima dan menolak calon-calon yang

lainnya.

b. Fungsi klasifikasi yaitu mengelompokan individu dalam kelompok sejenis. Misalnya

mengelompokkan siswa yang mempunyai maslah yang sejenis sehingga dapat

diberikan bantuan yang sesuai masalahnya. Atau pengelompokkan siswa ke dalam

program khusus.

c. Fungsi deskripsi yaitu menyuguhkan hasil asesmen psikologis yang telah dilakukan

tanpa klasifikasi tertentu. Misalnya melaporkan profile minat dan bakat seseorang

yang telah dites dengan tes minat dan bakat.

d. Mengevaluasi suatu treatment yaitu untuk mengetahui apakah suatu tindakan

tertentu yang dilakukan terhadap seseorang atau kelompok individu telah mencapai

hasil atau belum, atau beberapa hasil yang ditimbulkan oleh suatu tindakan tertentu

terhadap seorang atau kelompok orang. Misalnya, seorang siswa yang mengalami

kesulitan belajar diberikan remedial. Setelah pemberian remedial tersebut lalu

diadakan tes untuk mengetahui apakah remedial yang diberikan sudah berhasil atau

belum.

b. Tujuan Asesmen Kebutuhan

Tujuan asesmen psikologis khususnya dlam layanan bimbingan dan konseling di

sekolah dapat dikemukakan sebagai beriktu:

a. Membantu siswa untuk mengenal dirinya sendiri, yaitu agar siswa mengerti apa

kelebihan dan apa kekurangannya. Berdasarkan pemahaman diri tersebut siswa

diharapkan dapat merencanakan masa depannya secara realistis.

b. Membantu orangtua mengenal anaknya. Sama hal dengan yang disebutkan diatas,

yaitu agar orang tua memahami segala kelebihan dan kelemahan putra putrinya. Dan

dengan pemahaman tersebut pula orang tua diharapkan dapat membuat

perencanaan yang realistis sehubungan dengan masa depan putra-putrinya.

c. Membantu kepala sekolah dalam menetapkan suatu kebijakan. Kepala sekolah perlu

mendapatkan pandangan umum tentang keadaan siswa pada masing-masing kelas.

Kelas mana yang berprestasi baik, kelas mana yang menunjukkan kinerja akademik

rendah, dan sebagainya. Gambaran tentang masing-masing kelas kita disebut peta

kelas. Berdasarkan peta kelas tersebut kepala sekolah akan dapat mengambil

kebijakan-kebijakan yang tepat yang berhubungan dengan pengembangan

pendidikan dan pengajaran di sekolah tersebut.

Page 38: Bimbingan Konseling

38 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

d. Untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling, seperti bahan-bahan diagnostik

(baik diagnostik kesulitan belajar maupun diagnostik kesulitan pribadi lainnya) bahan

informasi dalam layanan penempatan (pemilihan program khusus, pemilihan

kelanjutan studi, pemilihan lapangna kerja dan penempatan lainnya).

e. Membantu guru dalam merencanakan dan mengelola program pembelajaran agar

lebih sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Guru akan dapat

melaksanakan tugas dengan baik apabila ia mengenal siswa-siswanya dengan baik

pula. Guru perlu mengetahui mana siswa yang mempunya kemampuan yang tinggi,

mana yang memiliki kemampuan yang rendah atau lemah, mana siswa yang selalu

antusias dalam mengikuti pelajaran, mana siswa yang loyo, mana siswa yang suka

mengganggu teman-temannya dan sebagainya. Berdasarkan peta siswa tersebut

guru dapat merencanakan dan mengelola proses pembelajaran dengan tepat.

c. Langkah-langkah dalam Asesmen Kebutuhan

Pelaksanaan asesmen kebutuhan dilakukan dalam tujuah langkah utama, yaitu:

1) Mengklarifikasi maksud asesmen kebutuhan.

Ada beberapa pertanyaan yang perlu diklarifikasi sebelum melakukan asesmen

kebutuhan, antara lain:

Apa yang anda telah ketahui? Apa yang anda pikirkan tentang yang diketahui itu?

Apa yang anda ingin ketahui lagi?

Mengapa anda perlu melakukan asesmen kebutuhan?

Apa yang anda ingin ukur?

Apa yang anda ingin lakukan dengan informasi yang anda kumpulkan?

Bagaimana anda akan melaporkan informasi itu? Apakah informasi itu dimengerti

dan mudah dipahami?

Apakah semua kelompok peminat terlibat dala perencanaan dan pelaksanaan

asesmen kebutuhan?

Siapa yang bertanggung jawab pada setiap tahap kegiatan?

Jawaban-jawaban atas berbagai pertanyaan tersebut akan membantu dalam

memutuskan apa yang perlu dilakukan, bagaimana itu dilakukan, dan siapa saja yang

perlu terlibat dalam asesmen kebutuhan.

2) Mengidentifikasi populasi

Siapa yang akan menjadi sasaran asesmen kebutuhan: siswa, guru, pimpinan, staf

administrasi, staf sekolah lainnya, orangtua, warga masyarakat, tenaga bantu,

penyedia layanan, atau lainnya?

3) Menentukan bagaimana anda akan melakukan asesmen kebutuhan.

Page 39: Bimbingan Konseling

39 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Kembangkan desain dan mekanisme yang akan ditempuh dalam pelaksanaan

kegiatan pengumpulan data dan analisis data. Termasuk menentukan skedul kegiatan

serta organisasi pelasana yang terlibat beserta tanggung jawab masing-masing.

Diskusikan desain dan prosedur ini dengan semua pihak yang akan terlibat langsung

dalam kegiatan lapangan.

4) Menyusun instrumen survey atau mengadopsi instrumen yang telah tersedia.

Beberapa pertanyaan penting yang perlu dijawab, antara lain: apakah instrumen yang

diperlukan tersedia? Apakah instrumen itu mudah digunakan? Apakah format

instrumennya mudah diorganisasi dan dianalisis? Jika tersedia, bagaimana instrumen

itu diadakan, disusun sendiri atau mengadopsi dari yang sudah ada? Lembaga apa

saja yang dapat diajak bekerjasama dalam mengukuran psikologis siswa di sekolah?

Dalam pelaksanaan asesmen kebutuhan, konselor dapat menggunakan instrumen

berbentuk tes ataupun non-tes. Instrumen tes dapat berbentuk tes intelegensi, tes

bakat, tes minat, tes kepribadian, ataupun tes hasil belajar. Untuk penggunaan teknik

tes, khususnya tes psikologi, sekolah/konselor dapat bekerja sama dengan lembaga

penyedia layanan pengukuran psikologis yang berwenang untuk melaksanakannya.

Yang tergolong jenis instrumen non-tes adalah: observasi, interview (langsung dan

tak langsung), angket (langsung dan tak langusng), sosiometri, daftar cek masalah

(problem check-list), pengumpulan bahan/portofolio siswa (bahan permainan dan

hasil karya), bogragfis (biografi, otobiografi, buku harian, kenang-kenangan masa

muda dan case history), dan sebagainya. Konselor diharapkan mampu menyusun

sendiri bentuk-bentuk instrumen non-tes sesuai kebutuhan sekolah.

5) Mengumpulkan data

Pengumpulan data diarahkan, antara lain untuk mendapatkan infomasi tentang:

kebutuhan sekarang dan masa depan dari sekolah siswa, guru, orangtua, guru,

dan warga masyarakat

sebarapa baik proses yang ada sekarang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan

sasaran-sasaran tersebut

pola perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat

akar terjadinya problem yang dihadapi siswa/sekolah

bentuk program dan keahlian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan di

masa depan

Guna memudahkan proses analisis data, proses pengumpulan data perlu

memperhatikan kegiatan berikut:

Kembangkan sistem pengelolaan dalam mengumpulkan dan mengorganisasi data

Page 40: Bimbingan Konseling

40 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Tentukan data dasar (baseline data)

Pikirkan bagaimana anda menindaklanjuti mereka yang tidak merespon dan

menjawab/mengisi alat pengumpulan data yang diberikan.

Organisasi data dengan membuat kategori-kategoti kunci guna memudahkan

untuk menemukan makna dan kesimpulan.

Gunakan lembar/format ringkasan data untuk membantu menentukan pola-pola

informasi dan untuk mempermudah analisis data

6) Menganalisis data

Analisis data diarahkan terutama untuk menjawab menjawab pertanyaan yang

diajukan dan untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan bagi pelaksanaan analisis

kebutuhan yang dilakukan. Secara umum, analisis data diarahkan untuk memetakan

kedaan (kelemahan dan kekuatan) dalam rangka meningkatkan kualitas program dan

layanan, menyediuakan balikan mengenai kinerja dan capaian siswa, serta

memperoleh pemahaman mengenai bagaimana kualitas kinerja yang telah dicapai dan

seberapa jauh kita telah mencapainya

7) Memanfaatkan hasil

Pelajari kembali tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang telah dirumuskan—

gunakan setidaknya 3 sumber data untuk menjelaskan (menjustifikasi) pencapaian

setiap tujuan atau area target.

Berdasarkan hasil analisis data, kembangkan suatu draf rencana tentang apa yang

harus dilakukan. Identifikasi dan alokasikan sumber-sumber yang diperlukan bagi

pelaksanaan rencana. Terakhir, buat kesimpulan mengenai temuan analisis

kebutuhan.

2. Perencanaan Program

Program pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun berdasarkan

kebutuhan peserta didik (hasil need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi

instrumentasi. Struktur program pelayanan bimbingan konseling mencakup: (1) empat

bidang layanan, (2) jenis layanan dan kegiatan pendukung, (3) format kegiatan, (4) sasaran

pelayanan, dan (5) volume/beban tugas konselor. Program bimbingan dan konseling di

Sekolah/Madrasah dapat disusun secara makro untuk 3-5 tahun, meso 1 tahun dan mikro

sebagai kegiatan opersional dan untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan khusus.

Berikut adalah struktur pengembangan program berbasis tugas-tugas perkembangan

sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam merumuskan program,

Page 41: Bimbingan Konseling

41 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

struktur dan isi/materi program ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan kondisi atau

kebutuhan peserta didik berdasarkan hasil penilaian kebutuhan di masing-masing Sekolah.

b. Rasionel

Rumuskan dasar pemikiran tentang urgensi bimbingan dan konseling dalam

keseluruhan program Sekolah/Madrasah. Ke dalam rumusan ini dapat menyangkut

konsep dasar yang digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan

pembelajaran/implementasi kurikulum, dampak perkembangan iptek dan sosial budaya

terhadap gaya hidup masyarakat (termasuk para peserta didik), dan hal-hal lain yang

dianggap relevan.

c. Visi dan Misi

Secara mendasar visi dan misi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan ulang

ke dalam fokus isi: Membangun iklim Sekolah/Madrasah bagi kesuksesan seluruh peserta

didik. Misi: Memfasilitasi seluruh peserta didik memperoleh dan menguasai kompetensi di

bidang akademik, pribadi-sosial, karir berlandasakan pada tata kehidupan etis normatif

dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

d. Deskripsi Kebutuhan

Rumuskan hasil needs assessment (penilaian kebutuhan) peserta didik dan

lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai peserta

didik. Rumusan ini tiada lain adalah rumusan tugas-tugas perkembangan, yakni Standar

Kompetensi Kemandirian yang disepakati bersama.

e. Tujuan

Rumuskan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus dikuasai

peserta didik setelah memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling. Tujuan

hendaknya dirumuskan ke dalam tataran tujuan:

1) Penyadaran, untuk membangun pengetahuan dan pemahamsan peserta didik

terhadap perilaku atau standar kompetensi yang harus dipelajari dan dikuasai

2) Akomodasi, untuk membangun pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan perilaku

atau kompetensi baru sebagai bagian dari kemampuan dirinya, dan

3) Tindakan, yaitu mendorong peserta didik untuk mewujudkan perilaku dan kompetensi

baru itu dalam tindakan nyata sehari-hari.

f. Komponen Program.

Komponen program meliputi: (a) Komponen Pelayanan Dasar, (b) Komponen Pelayanan

Responsif, (c) Komponen Perencanaan Individual, dan d) Komponen dukungan sistem

(manajemen)

Page 42: Bimbingan Konseling

42 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

g. Rencana Operasional (Action Plan)

Rencana kegiatan (action plans) diperlukan untuk menjamin peluncuran program

bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien. Rencana

kegiatan adalah uraian detil dari program yang menggambarkan struktur isi program,

baik kegiatan di Sekolah/Madrasah maupun luar Sekolah/Madrasah, untuk memfasilitasi

peserta didik mencapai tugas perkembangan atau kompetensi tertentu.

Atas dasar komponen program di atas lakukan:

1) Identifikasikan dan rumuskan berbagai kegiatan yang harus/perlu dilakukan. Kegiatan

ini diturunkan dari perilaku/tugas perkembangan/kompetensi yang harus dikuasai

peserta didik

2) Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan di

atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu tertentu atau terus menerus.

Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan

konseling dalam setiap komponen program perlu dirancang dengan cermat. Peren-

canaan waktu ini didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen yang

harus dilakukan oleh konselor. Berikut dikemukakan tabel alokasi waktu, sekedar

perkiraan atau pedoman relatif dalam pengalokasian waktu untuk konselor dalam

pelaksanaan komponen pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah.

Tabel 3.1 Perkiraan Alokasi Waktu Pelayanan

KOMPONEN PELAYANAN JENJANG PENDIDIKAN

SD/MI SMP/MTs SMA/MAN/SMK

1. Pelayanan Dasar 45 – 55 % 35 – 45 % 25 – 35 %

2. Pelayanan Responsif 20 – 30 % 25 – 35 % 15 – 25 %

3. Pelayanan Perencanaan Individual dan keluarga

5 – 10 % 15 – 25 % 25 – 35 % (Porsi untuk SMK lebih besar

4. Dukungan Sistem 10 – 15 % 10 – 15 % 10 – 15 %

3) Inventarisasi kebutuhan yang diperoleh dari needs assessment ke dalam tabel

kebutuhan yang akan menjadi renana kegiatan. Rencana kegiatan dimaksud

dituangkan ke dalam rancangan jadwal kegiatan untuk selama satu tahun.

Rancangan ini bisa dalam bentuk matrik; Program Tahunan dan Program semester.

4) Program bimbingan dan konseling Sekolah/Madrasah yang telah dituangkan ke dalam

rencana kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam bentuk kalender kegiatan. Kalender

kegiatan mencakup kalender tahunan, semesteran, bulanan, dan mingguan.

Page 43: Bimbingan Konseling

43 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

5) Program bimbingan perlu dilaksanakan dalam bentuk (a) kontak langsung, dan (b)

tanpa kontak langsung dengan peserta didik. Untuk kegiatan kontak langsung yang

dilakukan secara klasikal di kelas (pelayanan dasar) perlu dialokasikan waktu

terjadwal 2 (dua) jam pelajaran per-kelas per-minggu. Adapun kegiatan bimbingan

tanpa kontak langsung dengan peserta didik dapat dilaksanakan melalui tulisan

(seperti e-mail, buku-buku, brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah (home

visit), konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referal).

h. Pengembangan Tema/Topik (bisa dalam bentuk dokumen tersendiri)

Tema ini merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasikan yang terkait

dengan tugas-tugas perkembangan. Tema secara spesifik dirumuskan dalam bentuk

materi untuk setiap komponen program.

i. Pengembangan Satuan Pelayanan (bisa dalam bentuk dokumen tersendiri)

Ini dikembangkan secara bertahap sesuai dengan tema/topik.

j. Evaluasi

Rencana evaluasi perkembangan peserta didik dirumuskan atas dasar tujuan yang ingin

dicapai. Sejauh mungkin perlu dirumuskan pula evaluasi program yang berfokus kepada

keterlaksanaan program, sebagai bentuk akuntabilitas pelayanan bimbingan dan

konseling.

k. Anggaran

Rencana anggaran untuk mendukung implementasi program dinyatakan secara cermat,

rasional, dan realistik.

Secara operasional, program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masing-

masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan

kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan

program pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran

dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan

fasilitas sekolah/ madrasah.

Dilihat dari jenisnya, program Bimbingan dan Konseling terdiri 5 (lima) jenis program,

yaitu:

1. Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi

seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.

2. Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi

seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.

3. Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi

seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.

Page 44: Bimbingan Konseling

44 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

4. Program Mingguan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi

seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.

5. Program Harian, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang

dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan

jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau

satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) Bimbingan dan Konseling.

3. Peyusunan Silabus Bimbingan Konseling

Guna manjamin pelaksanaan layanan bimbingan konseling dapat berjalan secara

sistematis, terencana, dan terarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan, perlu disusun

silabus bimbingan konseling. Silabus menjadi pemandu bagi konselor dalam melaksanakan

semua layanan dasardalam program bimbingan konseling.

Dalam pelaksanaan program bimbingan konseling berbasis perkembangan,

penyusunan silabus mengacu pada butir-butir tugas perkembangan individu menurut

kelompok usia peserta didik yang dilayani. Aspek dan rumusan tugas perkembangan dapat

mengacu pada salah satu sumber yang tersedia, yang biasanya diuraikan dalam buku

psikologi perkembangan. Dalam Panduan Pelayanan Bimbingan Konseling Sekolah Menengah

Umum/Kejuruan, Madrasah Aliyah, dan Sederajat yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum

Balitbang Depdiknas (2004), dikemukakan sembilan asepek tugas perkembangan yang

menjadi acuan dalam merumuskan tujuan kompetensi pelayanan bimbingan konseling.

Tugas perkembangan tersebut, meliputi:

1) Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2) Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam

perannya sebagai pria atau wanita

3) Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat

4) Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan program

kurikulum, persiapan karir dan melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam

kehidupan masyarakat yang lebih luas

5) Mencapai kematangan dalam pilihan karir

6) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional,

sosial, intelektual dan ekonomi

7) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

8) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni

9) Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai

Page 45: Bimbingan Konseling

45 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Gunan membantu peserta didik mampu merealisasi dengan optimal tugas-tugas

perkembangan tersebut, maka konselor perlu menjabarkan setiap aspek tugas

perkembangan tersebut ke dalam suatu silabus. Salah satu format silabus yang dapat

digunakan adalah sebagai berikut:

Silabus Pelayanan BK Berbasis Kompetensi

Nama Sekolah : SMA X

Sub Tugas Perkembangan:

Bidang Bimbingan

Rumusan Kompetensi

Materi Pengembangan

Kompetensi Kelas

Kegiatan Layanan

Kegiatan Pendukung

Penilaian Ket.

Contoh silabus untuk tugas perkembangan 1: Mencapai kematangan dalam beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Bidang Bimbingan

Rumusan Kompetensi

Materi

Pengembangan Kompetensi

Kelas Kegiatan Layanan

Kegiatan Pendukung

Penilaian

Ket.

Bimbingan Pribadi

1. Memiliki

kemantapan

keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa sesuai agama

yang dianut

Kaidah-kaidah

keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa

1, 2, 3

ORIN

INP

PBLJ

APIN HPDT

Laijape

n Laijapa

ng

Bekerja sama

dengan

Guru Agama

2. Memiliki

kemantapan dalam

melaksanakan kaidah-kaidah

ajaran agama

yang dianut

Cara dan penerapan

kaidah-kaidah keimanan dan

ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Bimbingan Sosial

1. Memiliki

kemantapan

keyakinan tentang aspek-

aspek sosial

kehidupan beragama

Pendalaman

aspek-aspek sosial dalam

kehidupan

beragama.

1, 2, 3 ORIN INP

PBLJ

APIN

HPDT

Laijape

n

Laijapang

Bekerja

sama dengan

Guru Agama

2. Melaksanakan

secara mantap aspek-aspek

sosial

kehidupan beragama

Praktik bagi terwujudnya

aspek-aspek

sosial dalam kehidupan

beragama.

Page 46: Bimbingan Konseling

46 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Bidang Bimbingan

Rumusan Kompetensi

Materi

Pengembangan Kompetensi

Kelas Kegiat-an La-yanan

Kegiatan Pendukung

Penilaian

Ket.

Bimbingan

Belajar

1. Memiliki kemantapan

keyakinan

bahwa belajar merupakan

perintah Tuhan Yang Maha Esa

Pendalaman aspek-aspek

belajar dalam kehidupan

beragama

1, 2, 3 ORIN INP

PBLJ

APIN

HPDT

Laijapen

Laijapang

Bekerja

sama dengan

Guru

Agama

2. Memiliki

kemantapan

keyakinan bahwa

kegiatan belajar yang

sebaik-baiknya

akan meningkatkan

mutu kehidupan

beragama

Contoh-contoh

bahwa belajar keras akan

meningkatkan mutu kehidupan

beragama

3. Mampu

mewujudkan secara efektif,

efisien dan produktif

tentang

kegiatan belajar sesuai

dengan ajaran agama

Praktik terwujudnya

aspek-aspek belajar dalam

kehidupan

beragama.

Bimbingan Karir

1. Memiliki

kemantapan

keyakinan bahwa bekerja

dan pengemba-

ngan karir merupakan

perintah Tuhan

Yang Maha Esa

Pendalaman

aspek-aspek bekerja dan

pengembangan karir dalam

kehidupan

beragama.

1, 2, 3 ORIN INP

PBLJ

APIN

HPDT

Laijape

n

Laijapang

Bekerja

sama dengan

Guru Agama

2. Memiliki

kemantapan

keyakinan bahwa bekerja

dan

pengemba-ngan karir

dapat meningkatkan

kehidupan

beragama

Contoh-contoh

bahwa bekerja

dan pengemba-ngan karir akan

dapat mening-katkan

kehidupan kehidupan

beragama.

Page 47: Bimbingan Konseling

47 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

3. Mampu

mewujudkan

secara efektif, efisien dan

produktif

tentang pengembanga

n persiapan karir sesuai

dengan ajaran agama

Praktik bagi

terwujudnya pengembangan

persiapan karir

sesuai dengan ajaran agama

4. Implementasi Kegiatan Bimbingan Konseling

Bersama pendidik dan personil sekolah/madrasah lainnya, konselor berpartisipasi

secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan

keteladanan. Program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang direncanakan dalam bentuk

renacan kegiatan bimbingan (Satlan dan Satkung) dilaksanakan sesuai dengan sasaran,

substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait.

Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan di dalam

dan di luar jam pelajaran, yang diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan

sekolah/madrasah.

Pelaksanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di dalam jam

pembelajaran sekolah/madrasah dapat berbentuk:

a. Kegiatan tatap muka, yaitu kegiatan bimbingan konseling yang dilakukan dengan

berinteraksi langsung dengan peserta didik, baik secara individual, kelompok, maupun

klasikal. Ini dapat dilakuan dalam bentuk layanan konseling, pemberian informasi,

penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta

layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di ruang bimbingan konseling ataupun di

dalam kelas. Untuk kegiatan tatap muka secara klasikal, volume kegiatan membutuhkan

alokasi waktu 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal.

b. Kegiatan non-tatap muka, adalah kegiatan bimbingan konseling yang tidak berhadapan

langsung dengan peserta didik. Bentuk kegiatan yang termasuk dalam kategori ini,

antara lain: layanan konsultasi (dengan guru atau orangtua), kegiatan konferensi kasus,

himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.

Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilaksanakan di luar jam

pembelajaran sekolah/madrasah. Ini dapat berbentuk kegiatan tatap muka maupun non

tatap muka dengan peserta didik, untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling

perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya

yang dapat dilaksanakan di luar kelas. Satu kali kegiatan layanan/pendukung Bimbingan dan

Page 48: Bimbingan Konseling

48 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran

tatap muka dalam kelas. Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di luar jam

pembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan Bimbingan

dan Konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah. Setiap kegiatan

pelayanan Bimbingan dan Konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program

(LAPELPROG).

Page 49: Bimbingan Konseling

49 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

KEGIATAN BELAJAR 4

A. Judul : Organisasi, Fasilitas, dan Evaluasi Bimbingan Konseling

B. Indikator

1. Menjelaskan peran dan fungsi setiap persenol sekolah dalam pelayanan bimbingan

konseling

2. Menguraikan kebutuhan fasilitas bagi kelancaran pelayanan bimbingan konseling

3. Menjelaskan pentingnya penilaian dan evaluasi dalam bimbingan konseling

4. Menyebutkan dengan contoh aspek-aspek yang dievaluasi dalam bimbingan konseling

5. Menyusun rancangan program evaluasi bimbingan konseling di sekolah

C. Waktu : 4 x 60 menit

D. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Fasilitator menjelaskan secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesis ini serta

ruang lingkup materi yang akan dikaji.

2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang).

Dengan menggunakan bahan bacaan pada Uraian Materi sesi ini, setiap kelompok

melakukan evaluasi/penilaian terhadap program bimbingan konseling di sekolah,

khususnya pada aspek-aspek berikut:

pelaksanaan peran dan tanggung jawab persenil sekolah dalam pelayanan

bimbingan konseling

ketersediaan fasilitas dalam pelayanan bimbingan konseling

ketersediaan anggaran dalam pelayanan bimbingan konseling.

keterlaksanaan layanan bimbingan konseling

3. Setiap kelompok menuliskan hasil curah pendapat pada kertas plano atau kartun

manila dan memajang hasil kerja di dinding atau tempat yang disediakan;

4. Setiap kelompok diminta berjalan berkeliling rungan untuk membaca pajangan hasil

kerja kelompok lain dan memberi tanggapan atau membuat catatan untuk dibahas;

5. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan tanggapan

atas hasil kerja kelompok lain atau menanyakan hal-hal yang kurang dipahami

6. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan

mengungkapkan ketercapaiannya.

Page 50: Bimbingan Konseling

50 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

E. URAIAN MATERI

a. Organisasi Personel Bimbingan dan Konseling

Personil pelaksana pepelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap unsur yang

terkait di dalam organigram pepelayanan bimbingan dan konseling, dengan Koordinator dan

Guru Pembimbing sebagai pelaksana utamanya. Uraian tugas masing-masing personil

tersebut, khusus dalam kaitannya dengan pepelayanan bimbingan dan konseling, adalah

sebagai berikut.

a. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah

Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di Sekolah/Madrasah secara

menyeluruh, khususnya pepelayanan bimbingan dan konseling. Tugas kepala

Sekolah/Madrasah dan wakil kepala Sekolah/Madrasah adalah:

1) Mengkoordinir segenap kegiatan yang direncanakan, diprogramkan dan berlangsung

di Sekolah, sehingga pepelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling

merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis.

2) Menyediakan sarana dan prasarana, tenaga, dan berbagai fasilitas lainnya untuk

kemudahan bagi terlaksananya pepelayanan bimbingan dan konseling yang efektif

dan efisien.

3) Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan

program, penilaian dan upaya tindak lanjut pepelayanan bimbingan dan konseling.

4) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pepelayanan bimbingan dan konseling di

Sekolah/Madrasah kepada pihak-pihak terkait, terutama Dinas Pendidikan yang

menjadi atasannya.

5) Menyediakan fasilitas, kesempatan dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan

yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Madrasah Bidang Bimbingan dan Konseling.

b. Koordinator Bimbingan dan Konseling

Koordinator Bimbingan dan Konseling adalah pembantu kepala

Sekolah/Madrasah bidang pelayanan bimbingan dan konseling yang bertugas:

1) Mengkoordinasikan para konselor dalam :

2) memasyarakatkan pepelayanan bimbingan dan konseling kepada segenap warga

Sekolah/Madrasah (peserta didik, guru, dan personil Sekolah/Madrasah lainnya),

orang tua peserta didik, dan masyarakat.

3) menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling (program pelayanan dan

kegiatan pendukung, program mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan)

4) melaksanakan program bimbingan dan konseling

5) mengadministrasikan program kegiatan bimbingan dan konseling

Page 51: Bimbingan Konseling

51 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

6) menilai hasil pelaksanaan program kegiatan bimbingan dan konseling

7) menganalisis hasil penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling

8) memberikan tindak lanjut terhadap analisis hasil penilaian bimbingan dan konseling

9) Mengusulkan kepada Kepala Sekolah/Madrasah dan mengusahakan bagi

terpenuhinya tenaga, prasana dan sarana, alat dan perlengkapan pepelayanan

bimbingan dan konseling.

10) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pepelayanan bimbingan dan konseling

kepada Kepala Sekolah/Madrasah.

11) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan oleh Pengawas Sekolah/Madrasah

Bidang Bimbingan dan Konseling.

c. Konselor

Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, konselor bertugas:

1) Melakukan studi kelayakan dan needs assessment pepelayanan bimbingan dan

konseling.

2) Merencanakan program bimbingan dan konseling untuk satuan-satuan waktu

tertentu. Program-program tersebut dikemas dalam program harian, mingguan,

bulanan, semesteran, dan tahunan.

3) Melaksanakan program pelayanan bimbingan dan konseling.

4) Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.

5) Menganalisis hasil penilaian pelayanan bimbingan dan konseling.

6) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pelayanan bimbingan dan

konseling.

7) Mengadministrasikan kegiatan program pelayanan bimbingan dan konseling yang

dilaksanakannya.

8) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dalam pepelayanan bimbingan dan

konseling secara menyeluruh kepada Koordinator Bimbingan dan Konseling serta

Kepala Sekolah/Madrasah.

9) Mempersiapkan diri, menerima dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan

kepengawasan oleh Pengawas Sekolah/Madrasah Bidang Bimbingan dan Konseling.

10) Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas serta pihak terkait dalam

pelaksanaan program bimbingan dan konseling.

d. Guru Mata Pelajaran/Praktik

Sebagai pengampu mata pelajaran dan/atau praktikum, guru dalam pepelayanan

bimbingan dan konseling memiliki peran sebagai berikut:

Page 52: Bimbingan Konseling

52 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

1) Membantu konselor mengidentifikasi peserta didik-peserta didik yang memerlukan

pelayanan bimbingan dan konseling, serta membantu pengumpulan data tentang

peserta didik.

2) Mereferal peserta didik yang memerlukan pepelayanan bimbingan dan konseling

kepada konselor.

3) Menerima peserta didik alih tangan dari konselor, yaitu peserta didik yang menurut

konselor memerlukan pepelayanan pengajaran/ latihan khusus (seperti

pengajaran/latihan perbaikan, program pengayaan).

4) Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peserta didik yang memerlukan

pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani

pelayanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.

5) Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah peserta didik, seperti

konferensi kasus.

6) Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian

pelayanan bimbingan konseling dan upaya tindak lanjutnya.

e. Wali Kelas

Sebagai pembina kelas, dalam pepelayanan bimbingan dan konseling Wali Kelas

berperan :

1) Melaksanakan peranannya sebagai penasihat kepada peserta didik khususnya di

kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

2) Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik, khususnya

di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk menjalani pelayanan dan/atau

kegiatan bimbingan dan konseling.

3) Berpartisipasi aktif dalam konferensi kasus.

4) Mereferal peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling

kepada konselor.

f. Staf Administrasi

Staf administrasi memiliki peranan yang tidak kecil dalam memperlancar pelaksanaan

program bimbingan dan konseling. Mereka diharapkan membantu menyediakan format-

format yang diperlukan dan membantu para konselor dalam memelihara data dan serta

sarana dan fasilitas bimbingan dan konseling yang ada.

b. Ruang Bimbingan dan Konseling

Ruang bimbingan dan konseling merupakan salah satu sarana penting yang turut

mempengaruhi keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, pengadaan ruang

Page 53: Bimbingan Konseling

53 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

bimbingan dan konseling perlu mempertimbangkan letak atau lokasi, ukuran, jenis dan

jumlah ruangan, serta berbagai fasilitas pendukung lainnya.

Letak atau lokasi ruang bimbingan dan konseling di suatu Sekolah/Madrasah dipilih

lokasi yang mudah diakses oleh peserta didik (strategis) tetapi tidak terlalu terbuka. Dengan

demikian seluruh peserta didik bisa dengan mudah dan tertarik mengunjungi ruang

bimbingan dan konseling, dan prinsip-prinsip convidential tetap terjaga.

Ukuran ruang bimbingan dan konseling harus disesuaikan dengan kebutuhan akan

jenis dan jumlah ruangan. Antar ruangan sebaiknya tidak tembus pandang. Jenis ruangan

yang perlu ada antara lain (1) ruang kerja staf dan administrasi, (2) ruang tamu, (3) ruang

konseling individual (4) ruang data, dan (5) ruang bimbingan dan konseling kelompok.

Jumlah ruang kerja staff, dan ruang konseling individual, serta ruang bimbingan dan

konseling kelompok disesuaikan dengan jumlah peserta didik dan jumlah konselor yang ada

di suatu Sekolah/Madrasah.

Berikut dikemukakan gambar contoh minimal ruangan Bimbingan dan konseling di

Sekolah/Madrasah.

Gambar 4.1: Contoh Minimal Ruangan Bimbingan dan Konseling

Fasilitas ruangan yang diharapkan tersedia ialah ruangan tempat bimbingan yang

khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses

Page 54: Bimbingan Konseling

54 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu. Ruangan itu hendaknya sedemikian rupa

sehingga di satu segi para peserta didik yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa

nyaman, dan segi lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan pelayanan dan kegiatan

bimbingan lainnya sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling. Khusus

ruangan konseling individual harus merupakan ruangan yang memberi rasa aman, nyaman

dan menjamin kerahasiaan konseli.

Di dalam ruangan hendaknya juga dapat disimpan segenap perangkat instrumen

bimbingan dan konseling, himpunan data peserta didik, dan berbagai data serta informasi

lainnya. Ruangan tersebut hendaknya juga mampu memuat berbagai penampilan, seperti

penampilan informasi pendidikan dan jabatan. Yang tidak kalah penting ialah, ruangan itu

hendaklah nyaman yang menyebabkan para pelaksana bimbingan dan konseling betah

bekerja. Kenyamanan itu merupakan modal utama bagi kesuksesan program pelayanan yang

disediakan.

c. Fasilitas Lain

Selain ruangan, fasilitas lain yang diperlukan untuk penyelenggaraan bimbingan dan

konseling antara lain:

a. Dokumen program Bimbingan dan Konseling (buku program tahunan, buku program

semesteran, buku kasus, dan buku harian)

b. Instrumen pengumpul data dan kelengkapan administrasi seperti:

1) Alat pengumpul data berupa tes yaitu: tes inteligensi, tes bakat khusus, tes bakat

Sekolah/Madrasah, tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi

belajar.

2) Alat pengumpul data teknik non-tes yaitu: biodata peserta didik, pedoman

wawancara, pedoman observasi (seperti pedoman observasi dalam kegiatan

pembelajaran, pedoman observasi dalam bimbingan dan konseling kelompok),

catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian, angket (angket peserta didik dan orang

tua), biografi dan autobiografi, sosiometri, AUM, ITP, format satuan pelayanan,

format-format surat (panggilan, referal), format pelaksanaan pelayanan, dan format

evaluasi.

3) Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data. Alat penyimpan data

itu dapat berbentuk kartu, buku pribadi, map dan file dalam komputer. Bentuk kartu

ini dibuat sedemikian rupa dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga

mudah untuk disimpan dalam filling cabinet. Untuk menyimpan berbagai keterangan,

informasi atau pun data untuk masing-masing peserta didik, maka perlu disediakan

map pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek data peserta didik yang perlu dan

Page 55: Bimbingan Konseling

55 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu alat yang dapat menghimpun data

secara keseluruhan yaitu buku pribadi.

4) Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu

bimbingan perlengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, blanko surat, kartu

konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan agenda surat, buku-buku

panduan, buku informasi tentang studi lanjutan atau kursus-kursus, modul

bimbingan, atau buku materi pelayanan bimbingan, buku hasil wawancara, laporan

kegiatan pelayanan, data kehadiran peserta didik, leger Bimbingan dan Konseling,

buku realisasi kegiatan Bimbingan dan Konseling, bahan-bahan informasi

pengembangan keterampilan pribadi, sosial, belajar maupun karir, dan buku/ bahan

informasi pengembangan keterampilan hidup, perangkat elektronik (seperti

komputer, tape recorder, film, dan CD interaktif, CD pembelajaran, OHP, LCD, TV);

filing kabinet/lemari data (tempat penyimpanan dokumentasi dan data peserta didik),

dan papan informasi Bimbingan dan Konseling.

Dalam kerangka pikir dan kerangka kerja Bimbingan dan Konseling terkini, para

konselor Sekolah/Madrasah perlu terampil menggunakan perangkat komputer, perangkat

komunikasi dan berbagai software untuk membantu mengumpulkan data, mengolah data,

menampilkan data maupun memaknai data sehingga dapat diakases secara cepat dan secara

interaktif. Perangkat tersebut memiliki peranan yang sangat strategis dalam pelayanan

Bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah dewasa ini. Dalam konteks ini, para konselor

dituntut untuk menguasai sewajarnya penggunaan beberapa perangkat lunak dan perangkat

keras komputer. Banyak sekali perangkat lunak yang dapat dimanfaatkan oleh konselor

dalam upaya memberikan pepelayanan terbaik kepada para peserta didik. Selain itu dengan

menggunakan perangkat lunak komputer, konselor dapat memberikan pelayanan Bimbingan

dan konseling secara lebih efisien, dan dengan daya jangkau pelayanan yang lebih luas.

Sebagai contoh perangkat lunak itu antara lain, program database peserta didik, perangkat

ungkap masalah, analisis tugas dan tingkat perkembangan peserta didik, dan beberapa

perangkat tes tertentu.

Komputer yang disediakan di ruang Bimbingan dan Konseling hendaknya memiliki

memori yang cukup besar karena akan menyimpan semua data peserta didik, memiliki

kelengkapan audio agar dapat dimanfaatkan setiap peserta didik untuk menggunakan

berbagai CD interaktif informasi maupun pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan masalah,

serta kelengkapan akses internet agar dapat mengakses informasi penting yang diperlukan

peserta didik maupun dimanfaatkan peserta didik untuk melakukan e-counseling.

Page 56: Bimbingan Konseling

56 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Salah satu perangkat lunak yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi kebutuhan

pelayanan bimbingan dan konseling adalah Inventori Tugas Perkembangan (ITP).

Pengolahan data secara komputerisasi memungkinkan kebutuhan peserta didik terdeteksi

secara rinci sehingga dapat diturunkan manjadi program umum sekoloha, program untuk

tingkatan kelas maupun program individual setiap peserta didik. Kondisi ini memungkinkan

karena data setiap peserta didik, data peserta didik dalam kelompok kelas, data peserta didik

sebagai bagian dari tingkatan kelas maupun data seluruh Sekolah/Madrasah dapat

tertampilkan.

Berbagai film dan CD interaktif sebagai bahan penunjang pengembangan

keterampilan pribadi, sosial, belajar dan karir juga harus tersedia, sehingga para peserta

didik tidak hanya memperoleh informasi melalui buku ataupun papan informasi. Media

bimbingan merupakan pendukung optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling.

d. Pembiayaan: Sumber dan Alokasi

Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari manajemen bimbingan

dan konseling. Perlu dirancang dengan cermat berapa anggaran yang diperlukan untuk

mendukung implementasi program. Anggaran ini harus masuk ke dalam Anggaran dan

Belanja Sekolah/Madrasah.

Memilih strategi manajemen yang tepat dalam usaha mencapai tujuan program

bimbingan dan konseling memerlukan analisa terhadap anggaran yang dimiliki. Strategi

manajemen program yang dipilih harus disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki. Strategi

yang dipilih tanpa mempertimbangkan anggaran yang dimiliki mungkin hanya akan menjadi

angan-angan yang mungkin sulit untuk sampai mencapai tujuan program.

Kebijakan lembaga yang kondusif perlu diupayakan. Kepala Sekolah/Madrasah harus

memberikan dukungan yang serius dan sistematis terhadap penyelenggaraan program

bimbingan dan konseling. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus diperlakukan

sebagai kegiatan yang utuh dari seluruh program pendidikan.

Komponen anggaran meliputi:

a. Anggaran untuk semua aktivitas yang tercantum pada program

b. Anggaran untuk aktivitas pendukung (seperti untuk home visit, pembelian buku

pendukung/sumber bacaan, mengikuti seminar/ workshop atau kegiatan profesi dan

pengembangan staf, penyelenggaraan MGMP, pembelian CD pelayanan bimbingan dan

konseling)

Page 57: Bimbingan Konseling

57 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

c. Anggaran untuk pengembangan dan peningkatan kenyamanan ruang atau pepelayanan

bimbingan dan konseling (seperti pembenahan ruangan, pengadaan buku-buku untuk

terapi pustaka, penyiapan perangkat konseling kelompok).

Sumber biaya selain dari RABS (rencana anggaran belanja Sekolah), dengan

dukungan kebijakan kepala Sekolah/Madrasah jika memungkinkan dapat mengakses dana

dari sumber-sumber lain melalui kesepakatan lembaga dengan pihak lain, atau

menggunakan sumber yang dialokasikan oleh komite Sekolah/Madrasah.

e. Evaluasi Bimbingan Konseling

a. Konsep Dasar dan Fungsi Evaluasi

Evaluasi atau penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program

bimbingan. Tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi

keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah direncanakan. Penilaian program

bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program dalam

pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian.

Menurut Shertzer dan Stone (1966), evaluasi melibatkan kegiatan pembuatan

penilaian sistematis mengenai keefektifan program dalam mencapai tujuan berdasarkan

standar khusus tertentu. Evaluasi dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan

informasi (data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-

kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain dari

evaluasi ini adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala,

berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan

perilaku, atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program kegiatan yang telah

dilaksanakan.

Penilaian kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau proses

untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan

program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu

sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.

Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program

layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi atau tidak

terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan siswa dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung

maupun tidak langsung berperan membantu siswa memperoleh perubahan perilaku dan

pribadi ke arah yang lebih baik.

Page 58: Bimbingan Konseling

58 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan

untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektivan layanan bimbingan yang telah

dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan

kegiatan layanan bimbingan. Berdasarkan informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah

tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program selanjutnya. Kegiatan

evaluasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian tujuan dari

program yang telah ditetapkan.

Adapun fungsi evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah adalah:

1. Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing konselor) untuk

memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan konseling.

2. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, dan

orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat ketercapaian

tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi

meningkatkan kualitas implementasi program BK di sekolah.

b. Aspek-aspek yang Dievaluasi

Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu penilain

proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh

mana keefektivan layanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil

dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektivan layanan bimbingan dilihat dari

hasilnya. Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:

1) Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;

2) Keterlaksanaan program;

3) Hambatan-hambatan yang dijumpai;

4) Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar;

5) Respon siswa, personil sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan

bimbingan;

6) Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan,

pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar; dan keberhasilan siswa

setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan ataupun pada kehidupannya di

masyarakat.

Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya berbentuk angka

atau skor, maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling berupa deskripsi tentang aspek-

aspek yang dievaluasi (seperti partisipasi/aktivitas dan pemahaman siswa; kegunaan

layanan menurut siswa; perolehan siswa dari layanan; dan minat siswa terhadap layanan

lebih lanjut; perkembangan siswa dari waktu ke waktu; perolehan guru pembimbing;

Page 59: Bimbingan Konseling

59 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

komitmen pihak-pihak terkait; serta kelancaran dan suasana penyelenggaraan kegiatan).

Deskripsi tersebut mencerminkan sejauh mana proses penyelenggaraan

layanan/pendukung memberikan sesuatu yang berharga bagi kemajuan dan

perkembangan dan/atau memberikan bahan atau kemudahan untuk kegiatan layanan

terhadap siswa.

c. Langkah-langkah Evaluasi

Dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh langkah-langkah berikut.

1) Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan. Karena tujuan evaluasi adalah

untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mengambil keputusan, maka

konselor perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan hal-

hal yang akan dievaluasi. Pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya terkait

dengan dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu : (1) tingkat keterlaksanaan

program (aspek proses), dan (2) tingkat ketercapaian tujuan program (aspek

hasil).

2) Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk memperoleh

data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian

program, maka konselor perlu menyusun instrumen yang relevan dengan kedua

aspek tersebut. Instrumen itu diantaranya inventori, angket, pedoman

wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.

3) Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data itu

dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum

dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.

4) Melakukan tindak lanjut (Follow Up). Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka

dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan,

yaitu (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang

relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (2) mengembangkan program,

dengan cara merubah atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat

meningkatkan kualitas atau efektivitas program.

Penilaian di tingkat sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah yang

dibantu oleh pembimbing khusus dan personel sekolah lainnya. Di samping itu penilaian

kegiatan bimbingan dilakukan juga oleh pejabat yang berwenang (pengawas bimbingan

dan konseling) dari instansi yang lebih tinggi (Departemen Pendidikan Nasional Kota atau

kabupaten).

Sumber informasi untuk keperluan penilaian ini antara lain siswa, kepala sekolah,

para wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, tokoh masyarakat, para pejabat

Page 60: Bimbingan Konseling

60 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

depdikbud, organisasi profesi bimbingan, sekolah lanjutan, dan sebagainya. Penilaian

dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan alat seperti wawancara, observasi,

studi dokumentasi, angket, tes, analisis hasil kerja siswa, dan sebagainya.

Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu. Kegiatan penilaian

perlu dianalisis untuk kemudian dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan

pengembangan program layanan bimbingan. Dengan dilakukan penilaian secara

komprehensif, jelas dan cermat maka diperoleh data atau informasi tentang proses dan

hasil seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Data dan informasi ini dapat dijadikan

bahan untuk pertanggungjawaban (akuntabiltas) pelaksanaan program bimbingan dan

konseling. Secara skematis evaluasi program bimbingan dan konseling tersebut dapat

digambarkan pada bagan 4.2.

Bagan 4.2 Skema Evaluasi Program

FUNGSI

1. Memberikan umpan balik bagi konselor

2. Memberikan

informasi kepada pihak lain tentang

perkembangan siswa

LANGKAH-LANGKAH

1. Memberikan umpan balik bagi konselor

2. Memberikan informasi kepada pihak lain tentang perkembangan siswa

TUJUAN

Mengetahui keterlaksanaan

dan ketercapaian

tujuan program

EVALUASI PROGRAM

ASPEK YANG DIEVALUASI

PROSES

1. Kesesuaian pelaksanaan dan rancangan program

2. Tingkat partisipasi personel

3. Keberhasilan dan hambatan yang

dialami

4. Respons stakeholder (siswa, kepala sekolah, guru, orangtua)

HASIL

1. Kualitas ketaqwaaan dan akhlak siswa

2. Kualitas pemahaman, penerimaan, dan pangarahan diri siswa

3. Sikap dan kebiasaan belajar siswa

4. Prestasi belajar siswa

5. Kualitas kedisiplinan siswa

6. Kualitas sikap sosial siswa

7. Pemahaman dan persiapan karir siswa

8. Sikap siswa terhadap program BK

Page 61: Bimbingan Konseling

61 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Pengawas melakukan pembinaan dan pengawasan dalam bentuk mendorong

konselor dan personil layanan bimbingan dan konseling untuk melakukan evaluasi program

dan keterlaksanaan program. Minimal evaluasi dilakukan pada akhir tahun ajaran dan

menjadi slaah satu dasar pengembangan program untuk tahun ajaran berikutnya. Evaluasi

proses sebaiknya dilakukan setiap bulan melalui forum pertemuan staf (MGBK di sekolah)

dan dapat dihadiri oleh unsur pimpinan sekolah. Konselor dapat mengembangkan instrumen

yang dapat menjaring umpan balik secara triangulasi yaitu dari siswa sebagai objek dan

subjek bimbingan, dari pendidik di sekolah sebagai person yang terlibat dan berinteraksi

langsung dengan siswa, pimpinan sekolah terkait dengan ketercapaian tujuan dan dukungan

terhadap program sekolah, orang tua terkait dengan perubahan perilaku dan perkembangan

siswa. Dokumen pelaksanaan evaluasi menjadi salah satu indikator unjuk kerja konselor.

d. Penilaian Proses Kegiatan

Penilaian proses dimaksudkan untuk menilai keterlaksanaan berbagaai proses dan

pengelolaan dalam bimbingan dan konseling. Ini dapat mencakup penilaian terhadap:

1) layanan bimbingan dan konseling

2) kegiatan pendukung bimbingan dan konseling

3) mekanisme dan instrumentasi yang digunakan dalam layanan

4) pengelolaan dan administrasi layanan

Penilaian proses dalam bimbingan konseling dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

1) Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan layanan bimbingan.

2) Mengungkapkan pemahaman siswa atas bahan-bahan yang disajikan atau

pemahaman/pendalaman siswa atas masalah yang dialaminya.

3) Mengungkapkan kegunaan layanan bagi siswa dan perolehan siswa sebagai hasil dari

partisipasi/aktivitasnya dalam kegiatan layanan bimbingan.

4) Mengungkapkan minat siswa tentang perlunya layanan bimbingan lebih lanjut.

5) Mengamati perkembangan siswa dari waktu ke waktu (butir ini terutama dilakukan

dalam kegiatan layanan bimbingan yang berkesinambungan).

6) Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan layanan.

e. Penilaian Hasil Layanan

Penilaian hasil layanan dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan layanan

dilakukan penilaian. Dengan penilaian ini dapat diketahui apakah layanan tersebut efektif

dan membawa dampak positif terhadap siswa yang mendapatkan layanan.

Penilaian ditujukan kepada perolehan siswa yang menjalani layanan. Perolehan ini

diorientasikan pada:

Page 62: Bimbingan Konseling

62 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

a. Pengentasan masalah siswa: sejauh manakah perolehan siswa menunjang bagi

pengentasan masalahnya? Perolehan itu diharapkan dapat lebih menunjang

terbinanya tingkah laku positif, khususnya berkenaan dengan permasalahan dan

perkembangan diri siswa.

b. Perkembangan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, motivasi, kebiasaan,

keterampilan dan keberhasilan belajar, konsep diri, kemam-puan berkomunikasi,

kreatifitas, apresiasi terhadap nilai dan moral.

Secara khusus fokus penilaian bimbingan konseling diarahkan kepada

berkembangnya:

1) Pemahaman baru yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitannya dengan masalah

yang dibahas.

2) Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui

layanan.

3) Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan

dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.

Semua fokus penilaian tersebut mengacu kepada kompetensi yang ditunjukkan dan

mampu aplikasikan oleh p[eserta didik untuk pengentasan permasalahan yang dihadapinya

dalam rangka kehidupan sehari-hari yang lebih efektif.

Penilaian dapat dilakukan dalam bentuk: (1) format individual, kelompok, dan/atau

klasikal; (2) media, lisan dan/atau tulisan; ataupun (3) penggunaan panduan dan/atau

instrumen baku dan/atau yang disusun sendiri oleh guru pembimbing.

Dilihat dari jenisnya, penilaian bimbingan konseling dapat dibedakan atas:

1) Penilaian segera (laiseg), merupakan penilaian tahap awal, yang dilakukan segera

setelah atau menjelang diakhirinya layanan yang dimaksud.

2) Penilaian jangka pendek (laijapen), merupakan penilaian lanjutan yang dilakukan

setelah satu (atau lebih) jenis layanan dilaksanakan selang beberapa hari sampai

paling lama satu bulan.

3) Penilaian jangka panjang (laijapang), merupakan penilaian lebih menyeluruh setelah

dilaksanakannya layanan dengan selang satu unit waktu tertentu, seperti satu

semester.

f. Analisis Hasil Evaluasi Program dan Tindak Lanjut

Hasil evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan

peserta didik yang belum terlayani, kemampuan personil dalam melaksanakan program,

serta dampak program terhadap perubahan perilaku peserta didik dan pencapaian prestasi

akademik, peningkatan mutu proses pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.

Page 63: Bimbingan Konseling

63 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Hasil analisa harus ditindaklanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai

kesinambungan program, mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan bimbingan

dan konseling lebih optimal, melakukan referal bagi peserta didik-peserta didik yang

memerlukan bantuan khusus dari ahli lain, serta mengembangkan komitmen baru kebijakan

orientasi dan implementasi pelayanan bimbingan dna koseling selanjutnya.

Hasil evaluasi proses juga digunakan untuk meningkatkan kualitas kegiatan

bimbingan dan konseling secara menyeluruh. Laporan hasil penilaian dalam bentuk

‗portofolio‘ dituangkan berbentuk profil laporan siswa berisi prestasi kegiatan akademik,

psikologis, bakat dan minat siswa yang ditandatangani guru pembimbing, koordinator dan

kepala sekolah. diketahui orang tua

Page 64: Bimbingan Konseling

64 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

KEGIATAN BELAJAR 5

A. Judul : Konseling Behavioristik

B. Indikator:

1. Menjelaskan konsep kunci dalam konseling Behavioristik

2. Menyebutkan dengan contoh penyebab individu mengalami problem menurut

pandangan Behavioristik

3. Menjelaskan fokus yang menjadi tujuan utama dalam konseling Behavioristik

4. Menjelaskan prosedur pokok dalam proses konseling Behavioristik

5. Menentukan teknik konseling Behavioristik yang sesuai pada kasus tertentu.

C. Waktu : 6 x 50 menit

D. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesi ini serta ruang

lingkup materi yang akan dikaji.

2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang).

3. Mintalah setiap kelompok membaca bahan pada Uraian Materi sesi ini dan membuat

rangkuman mengenai karakteristik konseling behavioristik, khususnya mengenai:

Asumsi dasar tentang perilaku bermasalah

Tujuan konseling

Proses konseling

Peran konselor

Teknik-teknik konseling yang digunakan

4. Bentuk tim perumus yang merupakan wakil dari setiap kelompok. Tim perumus

selanjutnya membuat resume hasil diskusi kelas mengenbai karakteristik konseling

behavioristik. Hasil rumusan Tim Perumus dibacakan di depan kelas.

5. Fasilitator memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan

topik diskusi dan hasil kerja kelompok.

6. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan

mengungkapkan ketercapaiannya.

E. Uraian Materi

1. Konsep Dasar

Terapi behavioral yang modern tidak mempunyai asumsi deterministik tentang manusia

yang menganggap manusia hanya sebagai produk dari kondisioning sosiokultural (Corey,

2005). Individu adalah hasil produksi dan juga yang memproduksi lingkungannya. Modifikasi

Page 65: Bimbingan Konseling

65 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

perilaku bertujuan meningkatkan keterampilan individu sehingga mereka mempunya lebih

banyak pilihan dalam memilih suatu perilaku.

Bagi para ahli modifikasi perilaku, penting untuk menemukan bukti empirik dan

dukungan ilmiah bagi teknik yang mereka pakai. Beberapa ahli yang menyikapi pembelajaran

sosial-kognitif menekankan bahwa orang memperoleh pengetahuan dan perilaku baru

dengan cara mengamati orang lain dan berbagai macam kejadian tanpa mereka sendiri

harus melakukan perilaku tersebut dan tanpa konsekuensi langsung kepada diri mereka

(misalnya modeling). Tipe belajar ini tidak memerlukan partisipasi aktif.

Berikut dikemukakan berapa konsep kunci yang mendasari pemikiran konseling

behavioristik, yaitu:

a. Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari

luar.

b. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan

interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.

c. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima

dalam situasi hidupnya.

d. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-

hukum belajar: (a) pembiasaan klasik, (b) pembiasaan operan, dan (c) peniruan.

e. Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak puasan yang

diperolehnya.

f. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar,

sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi

pembentukan tingkah laku.

g. Karakteristik konseling behavioral adalah: (1) berfokus pada tingkah laku yang tampak

dan spesifik, (2) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling, (3)

mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah konseli, dan (4)

penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.

2. Asumsi Dasar mengenati Perilaku Bermasalah

a. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau

tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan

lingkungan.

b. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang

salah.

Page 66: Bimbingan Konseling

66 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

c. Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif

dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman

dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.

d. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku

tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

3. Tujuan Konseling

Konseling behavioral mengarahkan proses konseling pada pencapaian tujuan-tujuan

berikut:

a. Mengahapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk digantikan

dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan konseli.

b. Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik: (1)

diinginkan oleh konseli; (2) konselor mampu dan bersedia membantu mencapai

tujuan tersebut; (3) konseli dapat mencapai tujuan tersebut; (4) dirumuskan secara

spesifik

c. Konselor dan konseli bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/ merumuskan

tujuan-tujuan khusus konseling.

4. Deskripsi Proses Konseling

Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar

tersebut. Langkah utama yang dilakukan dalam proses konseling mencakup:

a. Assesment, yaitu langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika

perkembangan konseli (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya,

kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku

penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong konseli untuk

mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment

diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai

dengan tingkah laku yang ingin diubah.

b. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan

informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan konseli menyusun

dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan

konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (1) Konselor dan konseli

mendifinisikan masalah yang dihadapi konseli; (2) Konseli mengkhususkan perubahan

positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling; (3) Konselor dan konseli

mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan konseli: apakah merupakan tujuan yang

benar-benar dimiliki dan diinginkan konseli; apakah tujuan itu realistik; kemungkinan

manfaatnya; atau kemungkinan kerugiannya; (4) konselor dan konseli membuat

Page 67: Bimbingan Konseling

67 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

keputusan apakah melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan

dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan

referal.

c. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling

yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan

konseling.

d. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan

konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan

tujuan konseling.

e. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan

meingkatkan proses konseling.

5. Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral

a. Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah

dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan

demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.

b. Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar konseli terdorong

untuk merubah tingkah lakunya, penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya

yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan

melalui tingkah laku konseli.

c. Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.

d. Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan dapat mengakibatkan

terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.

e. Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model

(film, tape recorder, atau contoh nyata langsung).

f. Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan

dengan sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran yang berbentuk

materi maupun keuntungan sosial.

6. Peran Konselor

Pada umumnya konselor yang berorientasi behavioral bersikap aktif dalam sesi-sesi

konseling. Konseli belajar menghilangkan atau belajar kembali berperilaku tertentu.

Dalam proses ini, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, penasihat, pemberi

dukungan dan fasilitator. Ia bisa juga memberi instruksi atau mensupervisi orang-orang

pendukung yang ada di lingkungan konseli yang membantu dalam proses perubahan

tersebut

Dalam konseling behavioristik, peran utama konselor adalah:

Page 68: Bimbingan Konseling

68 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

a. Merumuskan masalah yang dialami konseli dan menetapkan apakah konselor dapat

membantu pemecahannya atu tidak

b. Memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya

tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling

c. Mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.

7. Teknik Konseling

Pelaksanaan konseling behavioral menggunakan teknik-teknik umum modofikasi

perilaku seperti:

a. Skedul penguatan. Bila suatu perilaku baru saja dipelajari, maka perilaku itu harus

diperkuat setiap kali muncul-dengan perkataan lain penguatan yang berlangsung

terus. Setelah terbentuk, frekuensi penguat dapat dikurangi, dengan perkataan lain

memakai penguat intermiten, supaya perilaku tetap bertahan

b. Shaping. Perilaku yang dipelajari secara bertahap dengan pendekatan suksesif,

disebut sebagai shaping. Untuk mempelajari keterampilan baru, konselor dapat

memecah-mecah perilaku ke dalam unit-unit, dan mempelajarinya dalam unit-unit

kecil.

c. Ekstingsi. Eliminasi dari perilaku karena penguat tidak diberikan lagi. Hanya sedikit

individu yang mau melakukan sesuatu yang tidak memberi keuntungan.

Selain teknik-teknik umum tersebut, sering pula digunakan beberapa teknik-teknik

khusus, sebagai berikut:

a. Desensitisasi sistematik. Desensitisasi sistematik dirancang untuk membantu

konseli mengatasi anxietas dalam situasi-situasi tertentu. Konseli diminta supaya

menggambarkan situasi yang menimbulkan kecemasan dan kemudian harus

membuat urutan situasi yang paling menimbulkan kecemasan (100), sampai yang

tidak menimbulkan keprihatinan (0). Konselor mengajar konseli untuk rileks secara

fisik dan mental. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat

secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang

akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak

dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.

b. Time-out. Time-out adalah teknik aversif yang sangat ringan. Konseli dipisahkan

dari kemungkinan mendapatkan penguat positif. Sangat efektif bila digunakan untuk

waktu yang singkat, misalnya dalam menit.

c. Implosion dan flooding. Gladding (2004) menjelaskan terapi implosif sebagai

suatu teknik yang sudah lanjut (advanced) yang mencakup mendesensitisasi konseli

Page 69: Bimbingan Konseling

69 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

dengan cara meminta konseli membayangkan suatu situasi penimbul anxietas yang

bisa berakibat parah. Konseli tidak diajarkan untuk rileks terlebih dahulu (seperti

dalam desensitisasi sistematik). Flooding lebih ringan sifatnya, karena situasi

penimbul anxietas yang dibayangkan tidak menimbulkan konsekuensi yang parah

d. Latihan Asertif. Teknik ini dugunakan untuk melatih konseli yang mengalami

kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan

ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu

mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan

afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan

peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan

dalam latihan asertif ini.

e. Pengkondisian Aversi. Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan

buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan konseli agar

mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus

tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan

secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki

kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku

yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

f. Pembentukan Tingkah laku Model. Teknik ini dapat digunakan untuk

membentuk tingkah laku baru pada konseli, dan memperkuat tingkah laku yang

sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada konseli tentang

tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau

lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh.

Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran

dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial

F. Tugas Latihan

1. Tetapkan satu kasus dan deskripsikan kasus tersebut menggambarkan permasalahan

konseli dari sudut pandang Konseling Behavioral.

2. Buat rencana tindakan dalam bentuk satuan layanan Konseling Behavioral.

3. Lakukan wawancara konseling secara tertulis yang menggambarkan proses

pelaksanakan Konseling Behavioral.

4. Buat laporan program pelaksanaan konseling dengan melampirkan skenario

wawancara Konseling Behavioral.

Page 70: Bimbingan Konseling

70 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

KEGIATAN BELAJAR 6

A. Judul : Konseling Rational Emtove Behavior Therapy

B. Indikator:

1. Menjelaskan konsep kunci dalam konseling REBT

2. Menyebutkan dengan contoh penyebab individu mengalami problem menurut

pandangan REBT

3. Menjelaskan fokus yang menjadi tujuan utama dalam konseling REBT

4. Menjelaskan prosedur pokok dalam proses konseling REBT

5. Menentukan teknik konseling REBT yang sesuai pada kasus tertentu.

C. Waktu : 5 x 50 menit

D. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesi ini serta ruang

lingkup materi yang akan dikaji.

2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang).

3. Mintalah setiap kelompok membaca bahan pada Uraian Materi sesi ini dan membuat

rangkuman mengenai karakteristik konseling REBT, khususnya mengenai:

Asumsi dasar tentang perilaku bermasalah

Tujuan konseling

Proses konseling

Peran konselor

Teknik-teknik konseling yang digunakan

4. Bentuk tim perumus yang merupakan wakil dari setiap kelompok. Tim perumus

selanjutnya membuat resume hasil diskusi kelas mengenbai karakterstik konseling

REBT. Hasil rumusan Tim Perumus dibacakan di depan kelas.

5. Fasilitator memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan

topik diskusi dan hasil kerja kelompok.

6. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan

mengungkapkan ketercapaiannya.

E. Uraian Materi

1. Konsep Dasar

Manusia pada dasarnya adalah unik dan memiliki kecenderungan untuk berpikir

rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif,

bahagia, dan kompeten. Sebaliknya, ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional, individu

Page 71: Bimbingan Konseling

71 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

akan menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang terhadap suatu situasi/kejadian

sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun

tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang

tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka,

sangat personal, dan irasional. Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis

yang diperoleh dari orangtua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan

tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara

berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat.

Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang

rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara

verbalisasi yang rasional.

Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-

konsep kunci teori Albert Ellis: ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu

Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional Consequence (C). Kerangka pilar ini yang

kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.

Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu.

Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain.

Perceraian dalam keluarga, kelulusan bagi siswa, dan putus hubungan merupakan contoh

antecendent event bagi seseorang.

Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu

peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational

belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang

rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana,

dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau

system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak

produktif.

Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi

individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan

antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi

disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun

yang iB.

2. Asumsi Dasar mengenati Perilaku Bermasalah

Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah

adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Menurut

Gladding (2004), REBT berasumsi bahwa orang secara inheren adalah rasional dan irasional,

Page 72: Bimbingan Konseling

72 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

masuk akal (sensible) dan gila. Dualitas ini sifatnya inheren secara biologis dan akan

menjadi menetap kecuali bila dipelajari cara berpikir yang baru. Menurut Ellis (1973) anak-

anak lebih rentan terhadap pengaruh luar dan pemikiran irasional dibandingkan dengan

orang dewasa. Ia percaya bahwa manusia mudah dipengaruhi, sangat sugestif dan mudah

terganggu. Tetapi, manusia mempunyai sarana yang berasal dari dalam dirinya sendiri untuk

mengendalikan pikiran, perasaan dan tindakannya, tetapi ia harus menyadari dulu apa yang

dia katakan pada dirinya sendiri (self-talk), supaya ia dapat menguasai hidupnya sendiri.

Ellis (1995) mendeskripsikan proposisi utama REBT sebagai berikut:

a. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk rasional (self-constructive) dan irasional (self-

defeating). Mereka mempunyai potensi melakukan preservasi-diri, untuk berpikir, untuk

kreatif, untuk berminat terhadap orang lain, belajar dari kesalahan, rnengaktualisasi

potensinya untuk berkembang. Tetapi, mereka juga mempunyai kecenderungan untuk

destruksi-diri, menyukai kesenangan sesaat, rnenghindar berpikir panjang, untuk

melakukan kesalahan yang sama, untuk percaya tahayul, tidak toleran, perfeksionistik

dan memikir yang besar-besar dan menghindar rnengaktualisasikan potensinya untuk

berkembang.

b. Kecenderungan orang untuk berpikir irasional, kebiasaan yang merugikan diri sendiri,

wishful thinking, dan tidak toleran seringkali dipertebal oleh budaya mereka dan

kelompok keluarga mereka.

c. Orang mempersepsi, berpikir, merasa dan berperilaku secara simultan. Dengan

demikian, pada saat yang bersamaan mereka kognitif, konatif, dan motorik. Sensasi dan

tindakan dipandang dengan kerangka pengalaman, dengan memori yang terdahulu.

Orang jarang melakukan tindakan tanpa mempersepsi, berpikir dan merasa, karena

proses-proses ini memberikan alasan untuk bertindak. Dalam hal perilaku yang

terganggu, berlaku proses yang sama, karena itu harus diubah dengan metode-metode

yang sifatnya perseptual-kognitif, emotif-evokatif dan behavioristik-reedukatif.

d. Memperoleh wawasan (insight) tidak membawa kepada perubahan kepribadian yang

besar. Bukan activating events (A) dalam kehidupan seseorang yang "menyebabkan"

konsekuensi emosi yang disfungsional (C), tetapi fakta bahwa orang menginterpretasi

peristiwa ini secara tidak realistik dan karena itu mempunyai keyakinan yang self-

defeating (B) tentang hal itu. Dengan demikian, penyebab "sesungguhnya" terletak di

dalam diri orang itu sendiri dan bukan apa yang terjadi pada diri mereka.

Penyebab sehingga individu tidak mampu berpikir secara rasional, adalah: (1) tidak

mampu membedakan dengan jelas tentang saat ini dan yang akan datang, atau antara

kenyatan dan imajinasi; (2) tunduk dan menggantungkan diri pada perencanaan dan

Page 73: Bimbingan Konseling

73 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

pemikiran orang lain; (3) mengadopsi kecenderungan cara berpikir irasional dari orangtua

atau masyarakat yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.

3. Tujuan Konseling

Menurut REBT, kebanyakan problem nerotik menyangkut pemikiran magis, pemikiran

yang secara empirik tidak dapat divalidasi, dan bila ide-ide yang menimbulkan gangguan ini

ditantang habis-habisan melalui pemikiran logis-empiris, pemikiran-pemikiran ini dapat

dikenali sebagai sesuatu yang palsu atau salah dan kemudian diminimalisasi. Tidak peduli

seberapa defektifnya hereditas seseorang, dan tidak peduli bagaimana traumatiknya

pengalaman seseorang, alasan utama mereka sekarang ini bereaksi berlebih atau tak

bereaksi adalah karena mereka sekarang ini mempunyai keyakinan yang dogmatik, irasional

dan yang tidak ada buktinya

Tujuan konseling REBT adalah memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir,

keyakinan serta pandangan konseli yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang

rasional dan logis agar dia dapat mengembangkan diri, meningkatkan aktualisasi dirinya

seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. Di samping itu,

dalam konseling REBT, konseli dibantu untuk menghilangkan gangguan-gangguan emosional

yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas,

merasa was-was, rasa marah.

Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai konseli dalam konseling dengan pendekatan

rasional-emotif:

Pertama, insight dicapai ketika konseli memahami bahwa tingkah laku penolakan diri

berhubungan dengan penyebab yang sebagian besar berkaitan dengan keyakinannya

tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang lalu.

Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu konseli untuk memahami bahwa apa yang

menganggu konseli pada saat ini adalah keyakinan irasional yang dipelajari dari dan

diperoleh sebelumnya.

Ketiga, insight dicapai pada saat konselor membantu konseli untuk mencapai pemahaman

ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan emosional kecuali dengan

mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional itu.

Konseli yang telah memiliki keyakinan rasional akan memiliki peningkatan dalam hal: (1)

minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi terhadap pihak

lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu di luar

dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10) menerima kenyataan.

Page 74: Bimbingan Konseling

74 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

4. Deskripsi Proses Konseling

Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan

sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-

batas tujuan yang disusun secara bersama oleh konselor dan konseli.

Proses Konseling REBT memiliki karakteristik, sebagai berikut:

a. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu

mengarahkan konseli dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.

b. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek

kognitif dari konseli dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.

c. Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga

memfokuskan pada aspek emosi konseli dengan mempelajari sumber-sumber gangguan

emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari

gangguan tersebut.

d. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya

menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku konseli.

5. Peran Konselor

Dalam pendekatan REBT, konselor adalah aktif dan direktif. Mereka adalah instruktur

yang mengajari dan membetulkan kognisi konseli. Menentang keyakinan yang sudah berakar

mendalam memerlukan lebih daripada sekadar logika. Perlu repetisi konsisten. Karena itu

konselor harus mendengarkan dengan hati-hati pernyataan-pernyataan konseli yang tidak

logis atau salah dan menantang keyakinan ini. Seorang konselor REBT hams mempunyai ciri-

ciri berikut: pandai, berpengetahuan luas, empatik, menambah respek, genuine, konkret,

persisten, ilmiah, berminat membantu orang lain dan ia sendiri) menggunakan REBT.

Dalam Konseling REBT, tugas konselor adalah menunjukkan kepada konseli bahwa:

(1) masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak

rasional; (2) bahwa usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-

sebab permulaan.

Operasionalisasi tugas konselor, mencakup fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. lebih edukatif-direktif kepada konseli, dengan cara lebih banyak memberikan cerita dan

penjelasan, khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan masalah konseli secara

langsung;

b. menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara

berpikir konseli, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri

Page 75: Bimbingan Konseling

75 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah yang

menyebabkan hambatan emosional pada dirinya;

c. mendorong konseli menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya;

d. menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis dengan menggunakan humor dan

―menekan‖ sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.

6. Teknik Konseling

Dalam konseling REBT konselor menggunakan berbagai macam teknik, bermain-

peran, pelatihan asertivitas, desensitisasi, humor, sugesti, dukungan dan lain-lain, atau apa

saja yang efektif untuk membantu konseli mengubah keyakinan yang sudah begitu menetap

dalam. REBT tidak hanya bertujuan menghilangkan simtom, tetapi juga membantu orang

untuk memeriksa dan mengubah beberapa nilai dasar mereka - terutama yang menimbulkan

gangguan.

Pendekatan konseling REBT menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif,

afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi konseli. Beberapa teknik dimaksud

antara lain adalah sebagai berikut.

a. Teknik-Teknik Emotif (Afektif)

1) Assertive adaptive

Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan konseli untuk

secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan.

Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri konseli.

2) Bermain peran

Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-

perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga

konseli dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

3) Imitasi

Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu

dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang

negatif.

b. Teknik-teknik Behavioristik

1) Reinforcement

Teknik untuk mendorong konseli ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis

dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment).

eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional

pada konseli dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif.

Page 76: Bimbingan Konseling

76 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka konseli akan

menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.

2) Social modeling

Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada konseli. Teknik ini

dilakukan agar konseli dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan

dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan

menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah

tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.

c. Teknik-teknik Kognitif

1) Home work assigments

Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih,

membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola

tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, konseli

diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan

yang tidak dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk

mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu

berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan homework assigment yang diberikan

konselor dilaporkan oleh konseli dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor

Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung

jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri,

pengelolaan diri konseli dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.

2) Latihan assertive

Teknik untuk melatih keberanian konseli dalam mengekspresikan tingkah laku

tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model

sosial.

Maksud utama teknik latihan asertif adalah: (a) mendorong kemampuan konseli

mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b)

membangkitkan kemampuan konseli dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri

tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong konseli untuk

meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan

untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.

Page 77: Bimbingan Konseling

77 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

F. Tugas Latihan

1. Tetapkan satu kasus dan deskripsikan kasus tersebut menggambarkan permasalahan

konseli dari sudut pandang REBT

2. Buat rencana tindakan dalam bentuk satuan layanan Konseling REBT

3. Lakukan wawancara konseling secara tertulis yang menggambarkan proses

pelaksanakan konseling REBT.

4. Buat laporan program pelaksanaan konseling dengan melampirkan skenario

wawancara konseling REBT.

Page 78: Bimbingan Konseling

78 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

KEGIATAN BELAJAR 7

A. Judul : Konseling Humanistik (Berpusat Pada Pribadi)

B. Indikator:

1. Menjelaskan konsep kunci dalam konseling humanistik

2. Menyebutkan dengan contoh penyebab individu mengalami problem menurut

pandangan humanistik

3. Menjelaskan fokus yang menjadi tujuan utama dalam konseling humanistik

4. Menjelaskan prosedur pokok dalam proses konseling humanistik

5. Menejelaskan peran konselor dalam konseling humanistik

C. Waktu : 5 x 50 menit

D. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesi ini serta ruang

lingkup materi yang akan dikaji.

2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang).

3. Mintalah setiap kelompok membaca bahan pada Uraian Materi sesi ini dan membuat

rangkuman mengenai karakteristik konseling humanistik, khususnya mengenai:

Asumsi dasar tentang perilaku bermasalah

Tujuan konseling

Proses konseling

Peran konselor

Teknik-teknik konseling yang digunakan

4. Bentuk tim perumus yang merupakan wakil dari setiap kelompok. Tim perumus

selanjutnya membuat resume hasil diskusi kelas mengenai karakteristik konseling

humanistik.

5. Anggota tim perumus dari setiap kelompok kembali ke kelompk masing-masing untuk

menjelaskan hasil rumusan Tim Perumus.

6. Fasilitator memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan

topik diskusi dan hasil kerja kelompok.

7. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan

mengungkapkan ketercapaiannya.

Page 79: Bimbingan Konseling

79 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

E. Uraian Materi

1. Konsep Dasar

Konseling humanistik berakar dari aliran pemikiran humanistik dalam psikologi.

Pemikiran humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai

reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan

perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan

teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari

James Bugental (1964), sebagai berikut:

a. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.

b. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.

c. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.

d. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.

e. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.

Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan

tokoh-tokohnya seperti Kierkegard, Nierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.

Konseling humanistik seringpula disebut konseling berpusat pada pribadi

dikembangkan oleh Carl Rogers. Konseling ini memfokuskan perhatian pada potensi individu

untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

dirinya sendiri dan lingkungannya. Para konselor yang memakai Konseling berpusat pada

pribadi membantu konseli untuk meningkatkan pemahaman diri melalui mengalami

perasaan-perasaan mereka.

Pendekatan konseling ini memandang manusia sebagai individu yang unik. Manusia

merupakan seseorang yang ada, sadar dan waspada akan keberadaannya sendiri. Setiap

orang menciptakan tujuannnya sendiri dengan segala kreatifitasnya, menyempurnakan

esensi dan fakta eksistensinya. Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan

sendiri apa yang ia kerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang

ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya. Manusia tidak pernah

statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti berani

menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi diri. Setiap orang memiliki

potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan fungsi universal

kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self expression.

Konseling humanistik berpandangan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik

Karakteristik manusia adalah positif, ingin berkembang kearah yang lebih baik, konstruktif,

realistik, and trustworthy (Rogers, 1980). Setiap pribadi adalah orang yang sadar, terarah

dari dalam (inner directed) dan bergerak ke arah aktualisasi diri. Menurut Rogers, aktualisasi

Page 80: Bimbingan Konseling

80 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

diri adalah dorongan yang paling menonjol dan memotivasi eksistensi dan mencakup

tindakan yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian.

2. Asumsi Dasar mengenati Perilaku Bermasalah

Kemunculan diri (self) yang sehat, memerlukan penghargaan positif, kasih sayang,

perhatian, dan penerimaan. Tetapi, pada masa kanak-kanak, orang biasanya menerima

conditional regards dari orangtua dan orang lain. Perasaan berharga berkembang bila

seseorang berperilaku dengan cara tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh orang

yang persetujuannya diharapkan, karena akseptansi kondisional mengajarkan orang untuk

merasa berharga hanya bila ia konform dengan keinginan orang lain. Kalau orang tidak

melakukan seperti yang dikehendaki orang lain, ia tidak akan diterima atau dihargai. Tetapi,

bila ia konform, ia akan membuka jurang antara ideal self (apa yang orang inginkan dirinya

untuk menjadi) dan real self (apa adanya dirinya). Makin jauh jurang antara keduanya,

orang akan menjadi makin maladjusted.

Dalam pandangan pendekatan humanistik, gangguan jiwa disebabkan karena individu

yang bersangkutan tidak dapat mengembangkan potensinya. Dengan perkataan lain,

pengalamannya tertekan.

3. Tujuan Konseling

Konseling humanistik mengarahkan proses konseling pada pencapaian tujuan-tujuan

berikut:

a. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya

menurut apa adanya—―Saya adalah saya‖.

b. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta

pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan

dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization

seoptimal mungkin.

c. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam

proses aktualisasi dirinya.

d. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat

dijangkau menurut kondisi dirinya.

4. Deskripsi Proses Konseling

Proses konseling humanistik ditandai beberapa karakteristik, antara lain:

a. Adanya hubungan yang akrab antara konselor dan konseli.

b. Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan

apa yang diinginkannya.

Page 81: Bimbingan Konseling

81 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

c. Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku

individu dengan tanpa memberikan sanggahan.

d. Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu dan keyakinan akan

kemampuan individu merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalam

hubungan konseling.

e. Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya beserta lingkungannya sangat

diperlukan oleh konselor.

5. Peran Konselor

Peran konselor bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap-sikap

mereka, tidak pada teknik-teknik yang dirancang agar konseli melakukan sesuatu. Konselor

menggunakan dirinya sendiri, sebagai instrumen perubahan. Fungsi mereka menciptakan

iklim terapeutik yang membantu konseli untuk tumbuh. (Rogers,1980). Konselor menyadari

bahasa verbal dan nonverbal konseli dan merefleksikannya kembali. Konselor dan konseli

tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan dicapai. Konselor percaya

bahwa konseli akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin dicapainya. Konselor

hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.

6. Teknik Konseling

Pendekatan ini menganggap kualitas hubungan konseling jauh lebih penting daripada

teknik. Ada tiga kondisi yang dibutuhkan dalam konseling, yaitu 1) empathy; (2) positive

regard (acceptance), dan (3) congruence genuineness. Empati adalah kemampuan konselor

untuk merasakan bersama dengan konseli dan menyampaikan pemahaman ini kembali

kepada mereka. Empati dalam hubungan konseling adalah faktor yang paling berpengaruh

dan membawa perubahan dan pembelajaran. Positive regard atau akseptansi adalah

penerimaan yang tulus dan penghargaan yang mendalam terhadap konseli. Kongruensi

adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik dengan tidak memakai topeng.

Teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik client

centered counseling, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi:

a. acceptance (penerimaan);

b. respect (rasa hormat);

c. understanding (pemahaman);

d. reassurance (menentramkan hati);

e. encouragement (memberi dorongan);

f. limited questioning (pertanyaan terbatas; dan

g. reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan).

Page 82: Bimbingan Konseling

82 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Teknik-teknik tersebut sesungguhnya mendasari dan diterapkan pada pelaksanaan

proses konseling pada hampir semua pendekatan konseling. Melalui penggunaan teknik-

teknik tersebut diharapkan konseli dapat:

a. memahami dan menerima diri dan lingkungannya dengan baik;

b. mengambil keputusan yang tepat;

c. mengarahkan diri; dan

d. mewujudkan dirinya.

F. Tugas Latihan

1. Tetapkan satu kasus dan deskripsikan kasus tersebut menggambarkan permasalahan

konseli dari sudut pandang konseling humanistik (Berpusat pada Pribadi).

2. Buat rencana tindakan dalam bentuk satuan layanan Konseling Berpusat pada

Pribadi.

3. Lakukan wawancara konseling secara tertulis yang menggambarkan proses

pelaksanakan Konseling Berpusat pada Pribadi.

4. Buat laporan program pelaksanaan konseling dengan melampirkan skenario

wawancara Konseling Berpusat pada Pribadi.

Page 83: Bimbingan Konseling

83 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

KEGIATAN BELAJAR 8

A. Judul : Keterampilan Dasar dalam Konseling

B. Indikator:

1. Menjelaskan pentingnya setiap keterampilan dasar konseling

2. Memperagakan contoh pelaksanaan setiap keterampilan dasar konseling

3. Menentukan letak ketidakefektifan suatu respons konselor dalam percakapan

konseling

4. Menjelaskan keterampilan komunikasi yang terlibat dalam prosedur pemecahan

masalah

C. Waktu : 6 x 50 menit

D. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesi ini serta ruang

lingkup materi yang akan dikaji.

2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang).

Mintalah setiap kelompok membaca bahan pada Uraian Materi sesi ini dan kemudian

melakukan permainan peran secara bergantian, yaitu bertindak sebagai konselor,

konseli, dan pengamat.

3. Praktikkan setiap keterampilan komunikasi secara bertahap. Ikuti prosedur berikut:

a. Fasilitator memberi penjelasan singkat tetntang keterampilan yang akan

dipraktikkan. Disarankan fasilitator dapat memeragakan langsung keterampilan

yang dimaksud

b. Pemeran konselor dan pemeran konseli diminta memerankan suatu dialog

konseling. Pemeran konseli mengungkapkan suatu problem hipotetik dan

pemeran konselor mempraktikkan keterampilan dasar konseling yang telah

dipelajari.

c. Selama simulasi dialog konseling, anggota kelompok lainnya bertindak sebagai

pengamat yang bertugas mengamati dan mencatat perilaku keterampilan dari

pemeran konselor.

d. Setelah sesi dialog, lakukan revie dan refleksi atas pelaksanaan simulasi dialog

konseling tersebut.

e. Lanjutkan simulasi dialog konseling kepada peserta lainnya sampai semua

anggota berkesempatan melakukan peran konselor.

Page 84: Bimbingan Konseling

84 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

4. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan

mengungkapkan ketercapaiannya.

E. Uraian Materi

Setiap kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan menolong orang lain (helping job)

pasti melibatkan proses komunikasi. Bahkan, pada sejumlah pekerjaan menolong, seperti

guru, psikolog, konselor, dan semacamnya, proses komunikasi ini menjadi wahana utama

kegiatan kerjanya. Mereka menolong orang lain—mengajar, mengkonseling, mengarahkan,

menasehati, dan sebagainya—dengan menerapkan keterampilan mereka dalam

berkomunikasi. Karena itu, terampil berkomunikasi menjadi salah satu prasyarat penting

yang harus dimiliki oleh siapa saja yang ingin bekerja secara efektif dalam peranan dan

tugas menolong orang lain.

Kegiatan menolong seperti yang dilakukan oleh konselor sekolah juga melibatkan dan

mempersyaratkan keterampilan berkomunikasi. Untuk bisa menolong orang lain, konselor

harus bisa berkomunikasi secara efektif. Dengan menerapkan kemampuan berkomunikasi

yang efektif, konselor dapat menciptakan suasana yang kondusuf bagi pelaksanaan proses

konseling. Konseli yang dibantu dapat merasa aman dan merasa diterima sehingga mereka

bisa lebih percaya dan terbuka untuk mengungkapkan persoalan yang dihadapinya.

Konselor membutuhkan sejumlah keterampilan komunikasi. Dalam uraian ini

dikemukakan sebagian dari keterampilan komunikasi dasar yang dimaksud, yaitu:

1. Keterampilan penampilan dalam penerimaan.

2. Keterampilan bertanya dan membuka percakapan

3. Keterampilan membuat paraprase

4. Keterampilan mengempati perasaan

5. Keterampilan membuat ringkasan

6. Keterampilan pemecahan masalah

Keenam keterampilan tersebut hanyalah sebagian dari keseluruhan keterampilan

komunikasi yang diperlukan dalam kegiatan menolong orang lain. Namun demikian, keenam

keterampilan tersebut merupakan unsur keteram[ilan penting yang perlu dikuasai guna

melaksanakan suatu proses konseling yang efektif.

Berikut dikjelaskan secara ringkat keenam keterampilan dasar tersebut.

1. Keterampilan Attending (Penampilan Dalam Penerimaan)

Perhatian yang baik adalah komponen penting dalam menjalin komunikasi yang baik.

Perilaku penampilan yang tepat dapat menunjukkan kepada orang yang anda ajak

berbicara bahwa anda menghormatinya sebagai pribadi, bahwa anda bersedia

menerimanya, dan bahwa anda bersungguh-sungguh ingin menolongnya.

Page 85: Bimbingan Konseling

85 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Sebagai suatu keterampilan, penampilan melibatkan berbagai proses dan pengelolaan

diri. Yang penting diingat, jika ingin menjadi seorang penolong, anda harus menunjukkan

diri secara fisik bahwa anda memiliki keinginan dan kesediaan menolong orang yang

datang kepada anda.

Unsur keterampilan yang terlaku dengan attending, meliputi:

a. Penampilan badaniah, meliputi posisi tubuh, ekspresi wajah, dan gerakan anggota

badan.

Penampilan badaniah yang baik, antara lain:

1) Duduk dengan badan menghadap ke arah konseli.

2) Posisi tangan di atas pangkuan

3) Gerakan tangan yang sesuai mengikuti komunikasi verbal.

4) Ekspresi wajah yang responsif, misalnya tersenyum spontan atau anggukan kepala

sebagai tanda persetujuan dan mengerutkan dahi sebagai tanda kurang mengerti.

5) Duduk dengan kepala tegak dan dengan badan yang agak condong ke arah

konseli

Penampilan badaniah yang kurang baik:

1) Duduk dengan badan dan kepala tidak menghadap ke arah konseli

2) Kepala selalu menunduk atau duduk terpaku dalam posisi yang kaku tanpa gerak

3) Penampilan badan ekspresi wajah yang gelisah atau tidak tenang

4) Mempermainkan tangan atau benda tertentu yang dipegang atau menggigit kuku

5) Tangan tidak memperlihatkan gerakan isyarat yang menyertai komunikasi verbal

6) Muka tampak kaku, tegang, tanpa senyum

7) Senyum yang dibuat-buat, tidak spontan, atau dilakukan pada saat yang tidak

tepat.

b. Kontak Mata (Eye Contact), yaitu keterampilan menggunakan mata dalam

berkomunikasi.

Kontak mata yang baik, antara lain:

1) Pandangan mata yang diarahkan langsung ke konseli

2) Kontak pandangan dengan gerakan mata yang spontan.

3) Pandangan mata yang berbinar, pupil mata agak terbuka

Kontak mata kurang baik, antara lain:

1) Memandang ke arah lain saat berbicara

2) Menghindari memandang konseli

3) Pandangan kosong dan kaku

4) Pandangan terlalu tajam atau melotot

Page 86: Bimbingan Konseling

86 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

c. Pengelolaan Suara, yaitu keterampilan menglola nada dan intonasi suara saat

berbicara.

Pengelolaan suara yang baik, antara lain:

1) Nada suara yang hangat dan lembut

2) Kecepatan suara yang sedang dan diatur sesuai isi pembicaraan

3) Intonasi dan kekerasan (lodness) suara yang tepat yang tepat sesuai materi

pembicaraan

4) Gaya bicara (diction) yang cermat dan teratur.

Pengelolaan suara yang kurang baik, antara lain:

1) Nada suara yang monoton

2) Cara bicara terlalu cepat atau sebaliknya terlalu pelan.

3) Intonasi suara yang terlalu tinggi atau sebaliknya terlalu rendah

4) Gaya bicara ceplas-ceplos, tidak teratur, atau berbelit-belit.

d. Pendengaran (listening), yaitu keterampilan badaniah saat mendengar orang lain

berbicara.

Pendengaran yang baik, antara lain:

1) Menunjukkan perhatian penuh pada isi pembicaraan konseli

2) Mendengarkan semua apa yang disampaikan oleh konseli

3) Menyimak secara utuh pesan yang disampaikan—kata-kata, perasaan, dan

perilakunya.

4) Menggunakan ransangan minimal (seperti hmm, ya, lalu, dsb)

5) Menunjukkan minat mendengarkan melalui penerapan keterampilan penampilan

badaniah, kontak mata, dan penglolaan suara.

Pandengaran yang kurang baik, antara lain:

1) Perhatian terbagi atau melakukan kegiatan lain saat mendengarkan konseli

2) Cepat membuat penilaian dan tanggapan sebelum mendengarkan semua yang

disampaikan oleh konseli

3) Memotong pembicaraan ketika konseli masih ingin berbicara

4) Melompat dari satu topik ke topik yang lain, tanpa sistematika yang jelas.

2. Keterampilan Bertanya dan Membuka Percakapan

Konseli yang datang meminta bantuan kepada anda membawa sejumlah perasaan yang

merupakan masalah baginya. Agar anda dapat memahami bagaimana konseli melihat

situasi permasalahannya, maka anda memerlukan alat yang disebut ―pertanyaan

terbuka,‖ suatu jenis pertanyaan yang membuka kemungkinan jawaban baru namun

tidak menyimpang dari konteks permasalahan yang sedang dibicarakan.

Page 87: Bimbingan Konseling

87 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Unsur keterampilan yang terlibat dalam bertanya dan membuka percakapan, meliputi:

a. Keterampilan Bertanya

Pertanyaan yang baik bercirikan antara lain:

1) Menggunakan pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan yang membutuhkan jawaban

yang bersifat mengurai dan menjelaskan

2) Menggunakan kata tanya: apa?, bagaimana?, atau dapatkah?

3) Bersifat spesifik dan jelas maksudnya

4) Menanyakan hanya satu topik untuk satu pertanyaan yang diajukan.

Di samping itu, pertanyaan dalam proses bantuan mempunyai empat macam, yaitu:

1) Pertanyaan untuk membuka percakapan, contoh:

―Apa yang anda ingin kemukakan sekarang?‖

―Bagaimana keadaan anda sesudah pertemuan kita yang terakhir?‖

2) Pertanyaan untuk memnacing konseli berbicara lebih jauh tentang masalahnya.

Contoh:

―Dapatkah anda mengemukakan lebih jauh tentang hal tersebut?‖

―Saya ingin tahu lebih jauh tentang apa yang menyebabkan anda bereaksi

seperti itu?‖

3) Pertanyaan untuk memberi contoh untuk membantu konseli memahami

perilakunya dengan lebih baik. Contoh:

―Dapatkah anda mengatakan apa yang anda lakukan ketika sedang marah?‖

4) Pertanyaan untuk memokuskan perasaan konseli. Contoh:

‖Anda tampaknya sangat mencemaskan hal itu. Coba jelaskan lebih jauh hal

tersebut?‖

―Bagaimana perasaan anda terhadap perlakuan teman anda itu?‖

Pertanyaan yang kurang baik, mancakup:

1) Banyak menggunakan pertanyaan tertutup, seperti:

―Apakah anda merasa kecewa dengan keadaan tersebut?‖

2) Menggunakan pertanyaan-pertanyaan beruntun dan membutuhkan jawaban yang

beruntun pula, seperti:

―Dapakah anda mengemukakan hal itu kepada saya? Di manakah terjadinya?

Kapan itu terjadi? Bagaimana perasaan anda atas kejadian itu?‖

3) Menggunakan kata tanya mengapa (sehingga menyulitkan konseli untuk memberi

jawaban yang diinginkan), misalnya:

―Mengapa anda melakukan hal itu?‖

Page 88: Bimbingan Konseling

88 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

4) Mengajukan pertanyaan yang jawabannya sebenarnya sudah inklusif dalam

pertanyaan itu, misalnya:

―Apakah anda tidak menyenanginya, lalu anda tidak mau lagi berbicara

kepadanya?‖

b. Ransangan Minimal (Minimal Encourages)

Ransangan minimal yang baik, mencakup:

1) mengelaborasi aspek-aspek non-verbal dari perlaku penampilan yang baik,

misalnya:

memelihara kontak mata

badan yang condong ke depan sebagai tanda penuh perhatian

gerakan-gerakan anggota badan yang wajar

gerakan isyarat yang memadai

anggukan kepala

2) ucapan-ucapan verbal yang singkat, seperti:

―Oh?‖ ―dan?‖ ―lalu?‖ ―terus?‖

―Coba anda teruskan?‖

―Umm-mmm‖, ―Uh-huh‖, ―Yaaah‖

Ransangan minimal yang kurang baik, mencakup:

1) Posisi badan yang kaku

2) Gerakan badan yang berlebihan (overacting)

3) Malu dan diam

4) Bermasa bodoh dan kebingungan.

3. Keterampilan Membuat Paraprhase

Paraphrase adalah suatu kerampilan dasar komunikasi untuk memperbaiki hubungan

interpersonal dengan konseli. Keterampilan ini membutuhkan kemampuan untuk

―menangkap‖ esensi isi pembicaraan dan ―menyatakannya kembali‖ kepada lawan bicara.

Paraphrase mempunyai tiga tujuan, yakni: (1) menyatakan kepada konseli bahwa kita

ada bersamanya, dan bahwa kita berusaha memahami apa yang dikatakannya, (2)

mengendapkan apa yang dibicarakan konseli tentang dirinya dengan membuat ringkasan

yang berguna untuk memberi arah wawancara yang dilakukan; dan (3) mengecek

kembali mengenai persepsi kita terhadap masalah yang diajukan oleh konseli.

a. Paraphrase yang baik, mencakup pernyataan kembali pesan dasar konseli dengan

kata-kata yang lebih sederhana tanpa mengurangi esensi makna yang terkandung

Page 89: Bimbingan Konseling

89 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

dalam pernyataan tersebut. Paraphrase yang baik ditandai dengan suatu kalimat

awal, seperti:

―Apakah yang anda katakan adalah bahwa…………….‖

―Tampaknya yang anda katakan adalah ……………….‖

Misalnya:

Konseli : ―Biasanya ia selalu senang dengan saya, tapi kok tiba-tiba saja ia

memusuhi saya.‖

Konselor: ―Apakah yang anda katakan adalah bahwa perilakunya tidak konsisten lagi

terhadap anda.‖

b. Pokok-pokok yang disarankan untuk membuat paraphrase yang baik, antara laian:

1) Dengarkan secara teliti pesan dasar yang disampaikan oleh klein

2) Nyatakan kembali kepada konseli kesimpulan atau ringkasan singkat pesan dasar

tersebut.

3) Amatilah apakah perilaku konseli menunjukkan respon yanbg tegas terhadap

paraphrase yang anda buat. Aatau mintalah konseli menanggapi paraphrase

tersebut.

c. Paraphrase yang kurang baik, meliputi:

1) Memasukkan respon yang bersifat analisis, interpretasi atau penilaian terhadap

pesan yang disampaikan oleh konseli.

2) Memberikan respon terhadap hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan pesan

yang disampaikan konseli

3) Menggunakan kata-kata atau phrase yang sifatnya tidak cocok terhadap

wawancara, misalnya kata-kata teknis, kata-kata jargon (istilah khusus pada

bidang tertentu).

4. Mengempati Perasaan

Empati berarti memahami individu secara penuh, bahwa perasaan, pikiran, dan

motive mereka bisa dimengerti. Empati berarti menyelam ke dalam diri individu dan

mencoba melihat dunia melalui mata mereka, mencoba mengalami dunia individu seolah-

olah anda adalah mereka.

Empati merupakan unsur terpenting dalam berhubungan dengan orang lain.

Keterampilan ini sangat vital dalam menjalankan peranan sebagai seorang penolong.

Keterampilan ini juga merupakan sentral di hampir semua teori bantuan terapi. Empati

seringkali disebutkan dan dikaitkan dengan istilah lain seperti: kehangatan (warmth),

kepedulian (compasion), dan pemahaman (understanding), atau istilah lain yang memiliki

makna yang sama. Berbagai hasil penelitian menunjukkan, keterampilan ini dapat

Page 90: Bimbingan Konseling

90 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

dipelajari, dan bahwa sebagian besar orang, melalaui latihan yang efektif, dapat belajar

menjadi empatik.

a. Mengenal berbagai kata-kata perasaan.

Untuk menangkap perasaan orang lain, anda perlu mengetahui banyak kata-kata

perasaan. Anda perlu mengembangkan satu daftar kosa-kata perasaan. Untuk

latihan, lakukan langkah-langkah berikut:

b. Bacalah daftar kosa kata perasaan, seperti contoh berikut:

Tersinggung Terkekang Dihargai Terganggu Intim Sedih

Diterima Gagal Gelisah Disaingi Gembira Puas

Ditolak Tertekan Sakit hati Disayangi Curiga Takut

Dimarahi Rendah diri Bodoh, tolol Bebas Kesepian Kalah,

―down‖ Cemas Malu Cemburu Frustrasi Mencintai Dipercaya

Diperhatikan Gugup Bingung Berdosa Ditinggalkan Hebat

Bosan Bersemangat

Tegang Terbuka Terpukul Bangga

c. Cobalah gambarkan diri anda jika berada situasi mengalami perasaan atau emosi

tersebut. Contoh, ―Bila saya merasa tersinggung‖, maka:

d. Menggambarkan perasaan

Perasaan yang terkandung dalam pernyataan konseli dapat dikelompokkan menadi

dua bagian. Pertama, perasaan yang tampak atau perasaan permukaan, yaitu

perasaan yang dinyatakan langsung oleh konseli. Kedua, pernyataan tersembunyi,

yaitu perasaan yang tersirat di balik kata-kata dan pernyataan konseli. Perhatikan

contoh berikut:

Konseli : ―Saya sangat marah pada diri sendiri. Setiap kali saya mencoba berbuat

sesuatu yang benar, selalu saja berakhir dengan kekacauan. Sungguh berat

dan mengecewakan untuk tetap berbuat sesuatu.‖

Perasaan permukaan: jengkel, marah, kecewa, kacau.

Perasaan tersembunyi: kasihan pada diri sendiri, kurang berharga, kurang percaya

diri.

Saya merasa tidak berharga Saya merasa seperti badan teriris-iris Saya merasa seperti ingin menangis Saya merasa malu sekali Saya merasa hancur Saya merasa terpojok

Saya merasa tidak berguna apa-apa Saya merasa seperti binatang saja Saya merasa terpukul Saya merasa divonis Saya merasa dilimpari kotoran Saya merasa seperti ditampar saja

Page 91: Bimbingan Konseling

91 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

e. Mengenali bentuk pengungkapan perasaan

Individu dalam mengungkapkan perasaannya dapat menggunakan salah satu dari

empat bentuk, yaitu dengan kata tunggal, dengan phrase, dengan pernyataan

eksperiensial, dan dengan pernyataan verbal. Berikuit dikemukakan contoh ekspresi

perasaan gembira dengan menggunakan keempat cara tersebut:

1) Dengan kata tunggal : ―Saya merasa marah.‖

2) Menggunakan kiasan : ―Saya merasa seperti di surga.‖

3) Pernyataan eksperiensial: ―Saya merasa ia menyukai pekerjaan saya.‖

4) Pernyataan behavioral : ―Saya merasa seperti pergi ke acara resepsi yang

meriah.‖

f. Menanggapi dan merefleksi perasaan

Anda perlu belajar menanggapi isi perasaan yang terkandung dalam pernyataan

konseli dan kemudiaan menyatakannya kembali kepada konseli. Untuk maksud ini,

disarankan melakukan perilaku berikut:

1) Menyimak semua kata-kata yang mengungkapkan perasaan, saat anda

mendengar pembicaraan konseli.

2) Mengatur waktu yang tepat dalam memberi komentar. Jangan mengulang setiap

pertanyaan

3) Memparaphrasa kata-kata perasaan dan maksud pesan yang diungkapkan, baik

positif maupun negatif. Gunakan kata-kata kunci pendahuluan, berikut:

―Tampaknya yang anda katakan adalah………..‖

―Barangkali anda merasa…………………………‖

―Kalau begitu, rupanya yang anda alami adalah…………..‖

―Adakah kamu mengatakan bahwa anda………………….‖

Contoh:

Konseli : ―Guru itu jahanam, Saya membencinya. Saya tidak akan mengerjakan

tugas PR yang diberikannya. Saya tidak akan mengerjkan tugas-tugas

darinya‖

Penolong : ―Tampaknya anda merasa sungguh-sungguh marah.‖

5. Keterampilan Membuat Ringkasan

Biasanya dalam setiap wawancara banyak bermunculan ide dan perasaan.

Keterampilan membuat ringkasan diperlukan untuk membantu anda mengklarifikasikan

dan memfokuskan serangkaian ide yang agak berkepanjangan dan leboh menjelaskan

cara bagaimana suatu ide akan dibicarakan lebih lanjut. Keterampilan ini juga membantu

Page 92: Bimbingan Konseling

92 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

memberi konseli kemungkinan hasrat untuk mengungkapkan berbagai ide dan perasaan,

serta memberi kesadaran akan kemajuan dalam pemahaman diri dan proses pemecahan

masalah. Di samping itu, keterampilan ini juga memberi efek ―jaminan‖ kepada konseli

bahwaanda berada bersama-sama dengannya, bahwa anda tetap mengikuti semua pokok

pembicaraannya.

Keterampilan meringkas melibatkan perilakumendengar secara penuh problem

konseli dan kemudian meringkas pernyataan-pernyataan tentang problem itu dengan

memberi sorotan baru kepada konseli.

Unsur keterampilan yang terkait dengan keterampilan membuat kesimpilan, meliputi:

a. Keterampilan meringkas, melibatkan perhatian terhadap:

1) Apa yang dikatakan konseli---yang selanjutnya merupakan perluasan dari

keterampilan paraphrase.

2) Bagaimana konseli mengemukakan perasaan dan berbibicara---yang selanjutnya

merupakan perluasan dari keterampilan merefleksi perasaan.

3) Tujuan, waktu, dan efek dari pernyataan-pernyatan konseli (proses)—suatu

pernyataan dari mana proses bantuan itu dimulai dan berlangsung hingga ankhir.

b. Pembuatan ringkasan yang memadai hanya terbatas pada suatu aspek saja atau

dapat pula merupakan kombinasi dua atau tiga aspek lainnya. Beberapa petunjuk

untuk membuat ringkasan, antara lain:

1) Mencerminkan bermacam-macam tema dan dengan nada suara emosional

sebagaimana konseli mengucapkannya.

2) Ambillah perasaan dan ide-ide kunci yang dinyatakan konseli ke dalam

pernyataan umum dari pengertian dasarnya.

3) Jangan menambahkan ide baru dalam ringkasan yang dibuat

4) Putuskan membuat ringkasan jika itu sangat membantu anda sebagai penolong,

dan nyatakan rumusan ringkasan anda kepada konseli.

5) Dalam proses pembuatan keputusan ini, pertimbangkan tujuan anda, apakah

karena didasari oleh pertimbangan berikut:

Adakah hal itu menghangatkan konseli pada permulaan wawancara?

Adakah hal itu berpusat pada pemikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh

konseli?

Adakah itu merupakan pembahasan yang intensif terhadap topik/tema

pembicaraan?

Adakah hal itu mengecek pemahaman anda?

Page 93: Bimbingan Konseling

93 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

Adakah hal itu mendorong konseli mengeksplorasi topik/tema secara lebih

mendalam?

Adakah hal itu merupakan terminasi hubungan dengan suatu ringkasan

kemajuan (summary of progress)?

Adakah hal itu menjamin kelangsungan wawancara?

6) Kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk membuat ringkasan, antara lain:

―Apa yang saya dengar, yang anda katakan adalah……………….‖

―Tampak bagi saya bahwa yang anda katakan adalah…………..‖

―Makna yang sebenarnya di balik semua yang anda katakan

adalah……………..‖

―Maksud utama di balik yang anda rasakan adalah…………………‖

6. Keterampilan Pemecahan Masalah

Konseli yang datang mengemukakan masalahnya kepada anda, akan mengharapkan

anda untuk membantunya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Proses

pemberian bantuan seperti ini akan melibatkan keterampilan pemecahan masalah

(problem solving). Karena itu, anda perlu melengkapi diri dengan keterampilan

pemecahan masalah ini. Berbagai keterampilan komunikasi dasar yang telah anda

pelajari juga akan digunakan dalam tindakan dan pelaksanaan pemecahan masalah

konseli.

Keterampilan pemecahan masalah melibatkan tujuh tahap. Ke dalam setiap tahap,

akan digunakan keterampilan komunikasi tertentu sebegaimana yang sudah anda

pelajari. Berikut dikemukakan ketujuh tahap dalam pemecahan masalah tersebut, disertai

gambaran mengenai peran konseli dan peran anda sebagai penolong.

Tujuh Tahap Dalam Pemecahan Masalah

TAHAP PERAN KONSELI PERAN KONSELOR 1. Mengukap-kan

Problem Mengemukakan dan menjelaskan as-pek permukaan problem yang

dihadapi dalam bahasa yang sangat umum

Menggunakan keterampilan penam-pilan, pertanyaan terbuka, serta

mengenal dan merefleksi perasaan.

2. Memahami

Problem

Melihat semua aspek problem, alasan

sehingga membutuhkan perhatian dan menggarisbawahi perasaan

terhadap berbagai aspek problem tersebut.

Menggunakan keterampilan penam-

pilan, mengenal dan merefleksi perasaan, pertanyaan terbuka

ketulusan, dan paraprase

3. Membatasi

Problem

Menyatakan secara jelas problem

yang dihadapi dalam ungkapan yang lebih spesifik. Pembatasan

dibutuhkan tidak hanya pada dimensi problem, tapi juga pada tujuan yang

ingin dicapai oleh konseli dengan

mengatasi problemnya.

Mendapatkan persetujuan

mengenai problem konseli yanng sebenarnya melalui penggunaan

keterampilan paraprase dan meringkas.

Page 94: Bimbingan Konseling

94 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

4. Mengung-

kapkan Aternatif

Pemecahan

Memikirkan dan mengungkapkan

semua alternatif pemecahan masalah yang mungkin ditempuh tanpa

mengevaluasinya. Tujuannya adalah mendapatkan sebanyak mungkin

alternatif yang bisa dibayangkan.

Bersama konseli mengungkapkan

semua jalan tindakan (alternatif) yang bisa ditempuh untuk

mengatasi problem konseli. Anda dapat meng-usulkan alternatif

tertentu jika konseli mengalami kesulitan atau mengaju-kan

pertanyaan terbuka untuk men-

dorong konseli memikirkan alternatif.

5. Mengevaluasi

Alternatif

Menguji setiap alternatif sehubungan

dengan nilai yang dianut. (Nilai adalah sesuatu yang dipandang sangat penting oleh konseli. Nilai ini membantu untuk membuat priorotas dan menentukan pilihan alternatif). Konseli juga menguji kekuatan dan

kelemahan setiap alternatif yang

diidentifikasi.

Membuat daftar nilai yang

berkaitan dengan problem konseli dan menggaris-bawahi nilai paling

penting yang dianut konseli. Kemudian mencatat kekuatan dan

kelemahan konseli dalam menerapkan setiap alternatif. Kete-

rampilan yang digunakan meliputi

memahami dan merefleksi perasaan, pertanyaan terbuka,

paraprase, dan membuat ringkasan.

6. Memutuskan

Alternatif Terbaik

Memutuskan alternatif terbaik sesuai

nilai yang dianut. Konseli menguji keku-atan yang dimiliki untuk

menerapkan alternatif itiu. Konseli perlu menguji alternatif pilihan

dengan menjawab beberapa

pertanyaan berikut: a. Apakah saya memililiki data yang

diperlukan? b. Apakah alternatif itu cukup

sfesifik?

c. Apakah alternatif itu meyakinkan dan sesuai dengan nilai yang

saya anut? d. Apakah alternatif itu membantu

saya bertumubh sebagai pribadi?

e. Apakah alternatif itu adalah sesuatu yang saya inginkan?

Mencatat solusi terbaik dan nilai

yang terlibat dalam membuat keputusan. Kemudian membuat

daftar kekuatan konseli dalam menerapkan alternatif, dengan

mengajukan pertanyaan berikut:

a. Apakah anda memililiki data yang diperlukan?

b. Apakah alternatif itu cukup spesifik?

c. Apakah alternatif itu

meyakinkan dan sesuai dengan nilai yang anda anut?

d. Apakah alternatif membantu an-da bertumbuh sebagai

pribadi?

e. Apakah alternatif itu adalah sesuatu yang anda inginkan

7. Menerapkan Alternatif

Mengembangkan rencana tindakan untuk menerapkan alternatif terbaik,

dengan menjawab pertanyaan

berikut: a. Apa tujuan saya sayang perlu

dipenuhi dengan mengatasi problem ini?

b. Apa tindakan pertama yang

diperlukan untuk menjalankan rencana?

c. Apa saja rencana kegiatan berikutnya yang akan dilakukan

guna mencapai tujuan yang saya harapkan?

d. Apa kendala yang akan saya

tempui untuk mencapai tujuan? e. Apa kekuatan yang saya miliki

Membantu konseli membuat rencana tindakan yang masuk akal,

dengan mengajukan pertanyaan

berikut: a. Apa tujuan anda sayang perlu

dipenuhi dengan mengatasi problem ini?

b. Apa tindakan pertama yang

anda perlukan untuk menjalankan rencana?

c. Apa saja rencana kegiatan berikutnya yang akan anda

lakukan guna mencapai tujuan yang saya harapkan?

d. Apa kendala yang akan anda

tempuh untuk mencapai tujuan?

Page 95: Bimbingan Konseling

95 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Satu Untuk UNM

untuk mengatasi kendala itu?

f. Apa lagi yang dibutuhkan untuk menjalankan alternatif yang

dipilih? g. Berapa lama waktu yang dibu-

tuhkan untuk mencapai tujuan? h. Di manakah alternatif dan

rencana tindakan akan

dilaksanakan? i. Kapan saya memulai melaksakan

tindakan pertama?

e. Apa kekuatan yang anda miliki

untuk mengatasi kendala itu? f. Apa lagi yang dibutuhkan untuk

menjalankan alternatif yg dipilih?

g. Berapa lama waktu yang dibu-tuhkan untuk mencapai tujuan?

h. Di manakah alternatif dan

renca-na tindakan akan dilaksanakan?

i. Kapan anda mulai melaksakan tindakan pertama?