BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN BAKAT ANAK...
Transcript of BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN BAKAT ANAK...
i
BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN
BAKAT ANAK TUNAGRAHITA SLB C NEGERI 1
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Oleh :
Nisa Bella Hida Nurfahma
NIM. 12220104
Pembimbing :
Muhsin Kalida, S.Ag., MA.
NIP. 19700403 200312 1 001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274) 515856 Yogyakarta 55281
PENGESAHAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Nomor : UIN.02/DD/PP.009/ /2016
Skripsi/Tugas Akhir dengan judul :
BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN BAKAT
ANAK TUNAGRAHITA SLB C NEGERI 1 YOGYAKARTA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : Nisa Bella Hida Nurfahma
Nomor Induk Mahasiswa : 12220104
Telah dimunaqosyahkan pada` : 01 April 2016
Dengan Nilai : A
Dan dinyatakan diterima oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Kalijaga
TIM MUNAQOSYAH
Ketua Sidang/Pembimbing I
Muhsin Kalida, S.Ag., MA.
NIP.19700403 200312 1 001
Penguji I Penguji II
Drs. Abror Sodiq, M.Si. Nailul Falah, S.Ag., M.Si.
NIP. 19580213 198903 1 001 NIP. 19721001 199803 1 003
Yogyakarta, 01 April 2016
Dekan
Dr. Nurjannah, M. Si.
NIP. 19600310 198703 2 001
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274) 515856 Yogyakarta 55281
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI
Kepada :
Yth. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga
Di Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr.wb
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk, dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudara :
Nama : Nisa Bella Hida Nurfahma
NIM : 12220104
Judul Skripsi : Bimbingan dan Konseling Dalam Pengembangan Bakat
Anak Tunagrahita SLB C Negeri 1 Yogyakarta
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu dalam bidang Bimbingan dan Konseling Islam
Dengan ini kami mengharap agar skripsi tersebut di atas dapat segera
dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 01 April 2016
Mengetahui :
Ketua Prodi BKI Pembimbing
A.Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si., Muhsin Kalida , S.Ag., MA.
NIP. 19750427 200801 1 008 NIP. 19700404 200312 1 001
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : NISA BELLA HIDA NURFAHMA
NIM : 12220104
Jurusan : Bimbingan Dan Konseling Islam
Fakultas : Dakwah Dan Komunikasi
Menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi yang berjudul : Bimbingan dan
Konseling Dalam Pengembangan Bakat Anak Tunagrahita SLB C Negeri 1
Yogyakarta, adalah hasil karya pribadi dan sepanjang pengetahuan penulis tidak
berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali bagian-bagian
tertentu yang penulis ambil sebagai acuan.
Apabila terbukti pernyataan ini tidak benar, maka sepenuhnya akan menjadi
tanggung jawab penulis.
Yogyakarta, 01 April 2016
Nisa Bella Hida Nurfahma
NIM : 12220104
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Ayahanda dan Ibunda Tercinta, Sihana dan Sugiarti yang telah mencurahkan
kasih sayang, do’a, dan semangat yang tiada henti.
vi
MOTTO
Artinya:
Katakanlah:”Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
(Al-Qur’an Al Isra’ 84)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahanya, Al Isra’ ayat 84, (Bandung:
J-Art), hlm. 290.
vii
KATA PENGANTAR
بسماهللالرحٻمنالرحيم
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada kehadirat Allah
SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, serta shalawat dan salam
semoga selalu senantiasa dalam junjungan Nabi Agung Muhammad SAW atas
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai kendala
dan kesulitan, namun berkat dorongan dan pengarahan dari berbagai pihak, maka
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada :
1. Prof. Dr. H. Muchasin, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menimba ilmu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Nurjannah, M.Si selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta atas dukungannya dan
yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Bapak A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si selaku Ketua Program Studi
Bimbingan dan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
4. Bapak Muhsin Kalida, S.Ag., MA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya Program Studi
Bimbingan dan Konseling Islam yang telah membagikan ilmunya selama
penulis belajar di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
viii
6. Seluruh staff bagian akademik yang telah mengakomodir segala keperluan
penulis dalam urusan akademik dari penulisan skripsi ini.
7. Seluruh guru SLB C Negeri 1 Yogyakarta, khususnya Bapak Ngatna M.Pd.,
Bapak Suyanto, S.Pd., Bapak Bekti Winoto, S.Pd., Ibu Agustin S.Psi., Ibu
Nurul, Ibu Fathohah, Ibu Mardiyah, Ibu Endah, Ibu Suprihartini, Ibu Ashna,
Ibu Mulad Pak Agus, Pak Maryono, dan Pak Supriyadi.yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis dalam mendapatkan informasi dan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian penulis.
8. Orang tua keduaku Bapak Ngatijan dan Ibu Endang yang senantiasa
memberikan doa, nasehat dan dukungannya.
9. Kakak kandungku Muklas Hida Cahya Putra yang selalu memberikan
semangat, doa dan selalu jadi panutan.
10. Masku Heru Catur Prasetyo, yang tak pernah lelah selalu memberikan
semangat,dukungan, doa dan selalu jadi panutan.
11. Kedua adikku Amri Faqih Hida Kurniawan dan Hanifa Rahma Hida Fisabilla
canda tawanya yang selalu membuatku selalu semangat.
12. Mbak-mbakku Mbak Ade, Mbak Nunik dan Mbak Anggi atas doa dan
semangatnya.
13. Sahabat SMA “Zomplak Fams” (Yuana, Mpih”, Dina, Tebok, Montic, Riska,
Ervina, Sinta ).
14. Sahabat seperjuangan dan seluruh sahabat Program Studi BKI 2012
seluruhnya dan khususnya sahabat terbaik “Princess” (Arinta W, Ambar, Susi
Arum, Yudiana, Jundha, dan juga Nurina) yang senantiasa memberikan
semangat dan kebersamaan dikala suka dan duka.
ix
15. Seluruh sahabat seperjuangan KKN kelompok 5 (Merlinda, Alipah, Retno,
Heni, Ismah, Fitri, Hilma, Wildan, Sufi)
16. Sahabat kecilku Belinda Putri Dirgantari dan Astuti Noviani yang sampai saat
ini senantiasa selalu jadi sahabat terbaik memberikan motivasi dan semangat.
17. Sahabat-sahabat Tercinta (Nopi, Mbak Ido, Mbak Anif, Lia, Anna, Mbak
Pratiwi) yang senantiasa selalu memberi motivasi dan dukungan.
18. Serta rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan motivasi dan do’a demi terselesaikannya
skripsi ini.
Semoga semua bantuan, dorongan, do’a, saran, dan bimbingan yang
diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Yogyakarta,01 April 2016
Penulis
Nisa Bella Hida Nurfahma
12220104
x
ABSTRAK
NISA BELLA HIDA NURFAHMA (12220104), Bimbingan dan
Konseling Dalam Pengembangan Bakat Anak Tunagrahita SLB C Negeri 1
Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2016.
Latar belakang penelitian ini bahwa anak tunagrahita memiliki
keterbatasan IQ yang rendah sehingga berpengaruh terhadap kemampuan
intelektualnya maka dari itu pendidikan anak tunagrahita lebih difokuskan pada
pendidikan non akademiknya yaitu dengan melihat bakat yang bisa dikembangkan
dari anak tunagrahita tersebut sehingga dalam pengembangkan bakat perlu adanya
langkah-langkah khusus, tidak bisa disamakan dengan anak normal pada
umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah
pengembangan bakat yang dilakukan guru pembimbing pada anak tunagrahita
SLB C Negeri 1 Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil tempat
penelitian di SLB C Negeri 1 Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan
dengan mengorganisasikan data yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisia
dan ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Langkah-langkah pengembangan
bakat anak tunagrahita SLB C Negeri 1 Yogyakarta meliputi identifikasi,
diagnosa, prognosa, terapi, evaluasi dan follow up.
Kata kunci : Pengembangan Bakat, Anak Tunagrahita.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Penegasan Judul ....................................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah ........................................................... 4
C. Rumusan Masalah .................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
E. Kegunaan Penelitian ................................................................ 9
F. Kajian Pustaka .......................................................................... 9
G. Landasan Teori ......................................................................... 14
H. Metode Penelitian .................................................................... 33
BAB II GAMBARAN UMUM DAN PROGRAM PENGEMBANGAN
BAKAT SLB C NEGERI 1 YOGYAKARTA .............................. 39
A. Profil Sekolah ........................................................................... 39
B. Profil Bimbingan dan Konseling ............................................. 41
C. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah ................................... 45
D. Identitas Sekolah ...................................................................... 48
E. Struktur Organisasi, Keadaan Guru dan Siswa ....................... 49
F. Sarana dan Prasarana ................................................................ 53
xii
G. Rencana Pengembangan Sekolah ............................................. 53
H. Bentuk-Bentuk Kegiatan Pengembangan Bakat Anak
Tunagrahita di SLB C Negeri 1 Yogyakarta ............................ 54
BAB III LANGKAH-LANGKAH BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM PENGEMBANGAN BAKAT ANAK
TUNAGRAHITA SLB C NEGERI 1 YOGYAKARTA ............... 60
A. Langkah Identifikasi ................................................................. 61
B. Langkah Diagnosa .................................................................... 63
C. Langkah Prognosa .................................................................... 63
D. Langkah Terapi ........................................................................ 65
E. Langkah Evaluasi ..................................................................... 78
F. Follow Up ................................................................................. 80
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 82
A. Kesimpulan .............................................................................. 82
B. Saran-saran ............................................................................... 82
C. Kata Penutup ............................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I Daftar Kepala Sekolah ................................................................... 41
Tabel II Daftar Guru .................................................................................... 50
Tabel III Pengelompokan Rombel ................................................................ 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami istilah yang
terdapat di dalam skripsi yang berjudul “Bimbingan dan Konseling dalam
Pengembangan Bakat Anak Tunagrahita SLB C Negeri 1 Yogyakarta”, maka
penulis merasa perlu memberikan penjelasan istilah-istilah yang terkandung
pada judul tersebut sebagai berikut :
1. Bimbingan dan Konseling
Bimbingan secara bahasa berarti menunjukkan, menentukan,
mengatur, mengemudikan, memimpin, mengadakan mengintruksikan,
member sran, dan mengatur. Sedangkan secara istilah adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
kehidupannya agar individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan
hidupnya.1
Konseling secara bahasa berasal dari kata counsel yang berarti
menasehati atau menganjurkan kepada seseorang secara face to face. Jadi
kata counseling dapat diartikan pemberian anjuran kepadaa seseorang
secara face to face.2 Kemudian secara istilah konseling adalah proses yang
1 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakkarta: 1989), hlm. 4.
2 Tidjan SU, dkk, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: UPP IKIP. 1993),
hlm. 7.
2
hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu karena
masalah-masalah yang tidak dapat di atasi sendiri.3
Berdasarkan dari pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan
bimbingan dan konseling di sini adalah langkah-langkah bimbingan
konseling dalam pengembangan bakat anak tunagrahita.
2. Pengembangan Bakat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan berasal dari
kata “kembang” yang berarti tambah sempurna (tentang pribadi, pikiran,
pengetahuan, dan ssbagainya). Kemudian mendapat awalan “pe” dan
akhiran “-an” menjadi pengembangan yang berarti proses, perbuatan/ cara
mengembangkan.4 Dalam pengertian lain pengembangan adalah proses,
cara, atau perbuatan mengembangkan.5
Adapun bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi
yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.6
Pengembangan bakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
proses mengembangkan potensi bawaan yang dimiliki seseorang agar
dapat terwujud. Dalam pengembangan bakat ini penulis membatasi
pengembangan bakat melalui keterampilan tata boga, tata busana,
3 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: 1998),
hlm. 100.
4 J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994), hlm. 655.
5 Peter Salim & Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Intemporer, (Jakarta:
Modern English Press, 1991), hlm. 1193. 6 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta:
Grasindo, 1992), hlm. 17.
3
rekayasa/pertukangan, cuci motor, tata rias, membatik, meronce,
pertanaman dan laundry.
3. Anak Tunagrahita
Sutjiharti Soemantri mengatakan anak tunagrahita adalah istilah
yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan
intelektual di bawah rata-rata memiliki IQ 50-70. Dalam kepustakaan
bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally
retarded, mental deficiency, mental defective, dan lain-lain. Istilah tersebut
sesungguhnya memiliki arti yang sama yaitu menjelaskan bahwa anak
yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata ditandai oleh keterbatasan
intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita
atau dikenal juga dengan istilah keterbelakangan mental karena
keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti
program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak
keterbelakangan mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus
yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.7
Dari pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan anak
tunagrahita dalam skripsi ini adalah anak tunagrahita mampu didik yang
mengalami keterbelakangan mental yang memiliki IQ 50-70 yang tidak
mampu mengikuti program sekolah biasa, tetapi memiliki kemampuan
yang masih dapat dikembangkan.
7 Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007),
hlm. 103.
4
4. SLB C Negeri 1 Yogyakarta
Sekolah Luar Biasa kategori C biasa disingkat dengan istilah SLB
C Negeri 1 Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan formal bagi anak
tunagrahita Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) yang berada di
bawah naungan Dinas Pendidkan Yogyakarta yang berlokasi di Jalan
Bintaran Tengah No. 3 Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta.
Berdasarkan penegasan istilah-istilah tersebut, maka yang
dimaksud secara keseluruhan dengan judul “Bimbingan dan Konseling
Dalam Pengembangan Bakat Anak Tunagrahita SLB C Negeri 1
Yogyakarta” adalah suatu penelitian tentang langkah-langkah pemberian
bantuan yang dilakukan oleh guru pembimbing dalam membantu
mengembangkan bakat melalui keterampilan seperti tata boga, tata busana,
rekayasa/pertukangan, cuci motor, tata rias, membatik, meronce,
pertanaman dan laundry. Bagi anak tunagrahita SLB C Negeri 1
Yogyakarta.
B. Latar Belakang Masalah
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), merupakan istilah lain untuk
menggunakan kata “Anak Luar Biasa” (ALB) yang menandakan ada kelainan
khusus.8 Masyarakat pada umumnya masih minim dalam memahami anak
berkebutuhan khusus, karena kebanyakan orang menganggap bahwa anak
berkebutuhan khusus merupakan anak yang tidak memiliki kemampuan
8 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu Pengantar dalam Pendidikan
Inklusi (Child with developmental impairment), (Bandung: Refika Aditama, 2006), hal. 1.
5
apapun. Pandangan masyarakat tentang ketidaksempurnaan anak
berkebutuhan khusus, dapat menyudutkan keberadaanya untuk melakukan
fungsi kehidupan.9
Walaupun masyarakat memandang sebelah mata keberadaan anak
berkelainan, amanat hak atas pendidikan bagi penyandang kelainan atau
ketunaan ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa pendidikan khusus
(pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial. Ketetapan dalam Undang-Undang
No.20 Tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti
karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu
memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak
normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran.10
Manusia di anugerahi otak dasar untuk senantiasa memperoleh ilmu
pengetahuan. Di dalam otaklah, manusia menangkap semua informasi, otak
juga sebagai alat untuk bertafakur. Lalu bagaimana dengan manusia yang
diberi kekurangan fisik, dimana organ terpentingnya mengalami kelainan. Di
dalam dunia pendidikan, manusia yang mengalami kelainan otak disebut
tunagrahita. Maksudnya. Meski berada dalam keterbatasan secara mental,
bukan berarti anak tunagrahita kehilangan hak untuk mendapatkan pengajaran
dan pembelajaran yang semestinya.
9 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta; Bumi
Aksara, 2006), hal. 15.
10
Ibid, hlm. 1.
6
Seperti anak normal pada umumnya anak tunagrahita juga memiliki
hak yang sama untuk mengenyam pendidikan. Tidak sepatutnya mereka
dikucilkan, mereka berhak mendapatkan layanan pendidikan, di mana mereka
mendapat fasilitas yang dapat memudahkan proses pembelajarannya dan dapat
berbaur dengan anak normal lainnya.
Maka dari itu dengan adanya wadah pendidikan tersebut bakat yang
ada pada diri mereka bisa mulai dikembangkan agar bisa terlihat dan bisa
menjadi pegangan mereka ketika sudah selesai sekolah dan bisa mendapat
pekerjaan tanpa harus bergantung pada orang lain.
Islam mengajarkan, apapun masalahnya harus dapat menghadapinya
dan merubahnya. Seperti yang tercantum dalam Q.S Ar-Rad ayat 11 :
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suau kaum sehingga
mereka sendiri yang mengubahnya. (Q.S ar-Rad: 11)11
Dalam ayat tersebut membuktikan bahwa dalam kehidupan beragama
juga dikenal dengan istilah motivasi, bahwa Allah SWT tidak akan merubah
keadaan suatu kaum, melainkan kaum itu sendiri yang berusaha merubah
keadaannya dengan berusaha yang didasari motivasi dan semangat. Anak
tunagrahita dengan kecerdasan yang rendah memerlukan bantuan dan
bimbingan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengatasi masalah yang
dihadapinya. Sesuai ayat di atas, sebagai seorang konselor Islam atau
pembimbing hendaknya mampu memberikan motivasi, membantu
11
Hasbi Ash-Shiddiqi (dkk), Al-Quran dan terjemahannya (Jakarta: PT. Bumi Aksara
Restu), hlm. 670
7
mengembangkan keterampilan dengan langkah-langkah yang kreatif terhadap
anak tunagrahita.
Di sinilah para guru pembimbing memiliki peran yang sangat penting
dalam mengembangkan bakat anak tunagrahita. Guru adalah pendidik
sekaligus sebagai orang tua kedua bagi anak tunagrahita di sekolah untuk
membantu mengembangkan bakat anak tunagrahita.
Demikian juga dengan SLB C Negeri 1 Yogyakarta, sekolah ini
diperuntukkan untuk anak tunagrahita. Anak tunagrahita yang bersekolah di
SLB C Negeri 1 Yogyakarta, dimulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA.
Sistem pembelajarnnya lebih menekankan pada keterampilan. Keterampilan
yang diajarkan di SLB tersebut beranekaragam, mulai dari tata busana, tata
boga, laundry, membatik, cuci motor, rekayasa/ pertukangan, meronce.
Beranekaragaman keterampilan tersebut dibagi ke dalam beberapa kelas
sesuai tingkat kemampuan anaknya. Adapun bentuk pengklasifikasian kelas di
SLB C Negeri 1 Yogyakarta juga disesuaikan dengan IQ dan kemampuan
yang dimiliki.
Melihat berbagai keterampilan yang dihasilkan oleh anak tunagrahita,
maka terlihat pula potensi yang luar biasa dibalik kekurangannya. Apabila
potensi atau kemampuan yang mereka miliki terus dikembangkan maka
mereka dapat hidup mandiri tanpa tergantung pada orang lain.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti anak tunagrahita,
karena keterbatasan IQ pada anak tunagrahita yang rendah sehingga
berpengaruh terhadap kemampuan intelektualnya maka dari itu pendidikan
8
anak tunagrahita lebih difokuskan pada pendidikan non akademiknya dengan
melihat bakat yang bisa dikembangkan dari anak tunagrahita tersebut. Dengan
tujuan gar anak tunagrahita mampu berinteraksi di masyarakat, mampu
mandiri, bisa menjadi bekal dalam kehidupan kelak dan tidak bergantung pada
orang lain. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Bimbingan dan Konseling Dalam Pengembangan Bakat Anak Tunagrahita
SLB C Negeri 1 Yogyakarta.”
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di SLB C Negeri 1
Yogyakarta, karena merupakan salah satu sekolah luar biasa yang
menyelenggarakan dan mengfokuskan keterampilan pada anak tunagrahita
untuk memberi bekal pada mereka.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini, yaitu bagaimana langkah-langkah
bimbingan dan konseling dalam pengembangan bakat pada anak tunagrahita
SLB C Negeri 1 Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui langkah-langkah bimbingan dan konseling dalam
pengembangan bakat pada anak tunagrahita SLB C Negeri 1 Yogyakarta.
9
E. Kegunaan Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian yang telah dikemukakan
tersebut, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Secara Teoritik untuk memberikan sumbangan keilmuan bimbingan
konseling islam mengenai langkah-langkah bimbingan dan konseling
dalam pengembangan bakat pada anak tunagrahita SLB C Negeri 1
Yogyakarta.
2. Secara Praktis untuk menjadi bahan referensi maupun bahan acuan bagi
para pembimbing dan lembaga-lembaga pendidikan yang berhubungan
dengan langkah-langkah bimbingan dan konseling dalam pengembangan
bakat anak tunagrahita.
F. Kajian Pustaka
Sepanjang pengamatan penulis hingga saat ini, ada beberapa hasil
penelitian yang membahas tentang bakat, akan tetapi menekankan pada titik
fokus atau obyek penelitian yang berbeda, dan berikut beberapa literatur yang
digunakan penulis yaitu:
Pertama penelitian dari Aimmatul Chosyi’ah dengan judul
Pengembangan Bakat dan Keterampilan Siswa Berdasarkan School Based
Management di MAN Yogyakarta III. Fakultas Tarbiyah, Jurusan
Kependidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004. Skripsi ini
memaparkan tentang pelaksanaan pengembangan bakat dan ketrampilan
10
siswa, pelaksanaan lima prinsip School Based Management yang mendukung
pendidikan keterampilan dan untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambatnya yaitu :12
1. Transparasi manajemen maksudnya, sekolah memiliki transparasi/
keterbukaan manajemen, yaitu dalam hal pengambilan keputusan,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagainya.
2. Team Work/ Kerjasama, sekolah memiliki “Team Work” atau kerjasama
yang kompak, cerdas dan dinamis. Hal ini sangat dituntut dalam MPMBS,
mengingat output pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah,
bukan individual. Sehingga ”Team Work” atau kerjasama harus
merupakan kebiasaan hidup sehari-hari warga sekolah.
3. Kemandirian/ Otonomi diartikan sebagai kewenangan/ kemandirian yaitu
kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri dan tidak
bergantung. Maksudnya, sekolah memiliki kewenangan/ kemadirian untuk
melakukan yang terbaik bagi sekolahnya.
4. Akuntabilitas adalah bentuk pertanggung jawaban yang harus dilakukan
sekolah kepada publik terhadap keberhasilan maupun ketidakberhasilan
program yang telah dilaksanakan sekolah selama ini.
5. Sustanbilitas artinya sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara
berkelanjutan. Evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka
meningkatkan mutu peserta didik dan mutu sekolah secara keseluruhan
dan secara terus menerus.
12
Aimmatul Chosyi’ah. Pengembangan Bakat dan Keterampilan Siswa Berdasarkan
School Based Management di MAN Yogyakarta III. Skripsi (tidak diterbitkan). (Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2004 ).
11
Kedua penelitian dari Udin dengan judul Fungsi Bimbingan Sekolah
Dalam Mengembangkan Bakat Siswa di SMU N 1 Pagaden Subang Jawa
Barat. Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan dan Konseling. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2005. Skripsi ini memaparkan tentang fungsi konseling
dalam mengembangkan bakat kepemimpinan, akademik khusus serta seni
visual siswa kelas 2 di SMU N 1 Pagaden yaitu :13
1. Fungsi pencegahan yaitu merupakan usaha pencegahan terhadap
timbulnya masalah.
2. Fungsi penyaluran yaitu bimbingan konseling membantu siswa
mendapatkan kesempatan penyaluran pribadi masing-masing.
3. Fungsi penyesuaian yaitu bahwa bimbingan konseling membantu
tercapainya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya.
4. Fungsi perbaikan yaitu bimbingan konseling sekolah berusaha untuk
memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
5. Fungsi pengembangan yaitu pelayanan yang diberikan dapat membantu
siswa dalam mengembangkan keseluruhan prestasinya secara lebih
terarah.
Ketiga penelitian dari Wanda Meirita, dengan judul Upaya Guru
Bimbingan Konseling Dalam Membina Minat dan Bakat Siswa di MAN
Yogyakarta II, Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam.
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011. Skripsi ini memaparkan tentang upaya
13
Udin. Fungsi Bimbingan Konseling Sekolah Dalam Mengembangkan Bakat Siswa di
SMU N 1 Padagen Subang Jawa Barat. Skripsi (tidak diterbitkan). (Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2005).
12
yang dilakukan guru bimbingan konseling dalam membina minat dan bakat
siswa di MAN Yogyakarta II dan metode-metode yang digunakan guru
bimbingan konseling dalam membina minat dan bakat siswa di MAN
Yogyakarta II yaitu :14
1. Metode pengamatan yaitu sering memperhatikan kegiatan yang dilakukan
anak di manapun dia melakukannya.
2. Metode Angket, membuat pertanyaan yang berbentuk angket.
3. Metode Himpunan data hasil dari tes bakat dan minat yang telah
dilaksanakan.
Keempat penelitian dari Misbakhudinmunir, dengan judul Peranan
Guru BK Dalam mengembangkan Diri Siswa, Bakat, Minat dan Potensi yang
dimilikinya, Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan Konseling Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. Skripsi ini memaparkan pengembangan diri
peserta didik dalam bakat dan minat yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan
Konseling yang dituangkan dalam bentuk ekstrakulikuler dan pelayanan
konseling, dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.15
Kelima penelitian dari Abbas Rosadi dengan judul Peran Guru Dalam
Meningkatkan Kreatifitas Anak Di TK Terpadu Budi Mulia Dua Yogyakarta.
14
Wanda Meirita. Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Membina Minat dan Bakat
Siswa di MAN Yogyakarta II. Skripsi (tidak diterbitkan). (Yogyakaarta: UIN Sunan Kalijaga,
2011).
15
Misbahkudinmunir. Peranan Guru BK Dalam Mengembangkan Diri Siswa, minat,
bakat dan potensi yang dimilikinya, Skripsi (tidak diterbitkan). (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2010).
13
Fakultas Tarbiyah, Jurusan Kependidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2005. Skripsi ini memaparkan tentang langkah-langkah yang
digunakan guru dalam meningkatkan kreativitas anak didiknya di TK Terpadu
Budi Mulia Dua Yogyakarta, dengan langkah pembelajaran “Happy
Learning”. Di mana, dengan Happy Learning ini diharapkan anak-anak dapat
belajar dengan enjoy, hingga membuat anak tidak merasa ada beban selama
proses belajar. Kemudian dengan langkah “Fun Learning” (anak belajar
dengan riang). Dengan asumsi bahwa dengan diajarkannya hal tersebut guru
dapat menciptakan suasana yang menarik dan dapat memberikan tantangan
serta motivasi pada anak untuk belajar aktif, mempunyai rasa ingin tahu dan
kreatif.16
Dari tinjauan puataka di atas, masih belum ada yang mencoba untuk
meneliti tentang langkah-langkah bimbingan dan konseling dalam
pengembangan bakat anak tunagrahita. Skripsi ini lebih menekankan pada
langkah-langkah nyata yang dilakukan guru pembimbing dalam
pengembangan bakat anak tunagrahita melalui keterampilan-keterampilan.
Dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan di atas terlihat jelas
bahwa fokus pembahasan penelitian tersebut berbeda dengan fokus
pembahasan pada penelitian yang berjudul “Pengembangan Bakat dan
Ketrampilan Siswa Berdasarkan School Based Management di MAN
Yogyakarta III”, menjelaskan tentang pelaksanaan pengembangan bakat dan
keterampilan siswa, dengan pelaksanaan lima prinsip School Based
16
Abas Rosadi, Peran Guru Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak di TK Terpadu Budi
Mulia Dua Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2004).
14
Management yang mendukung pendidikan keterampilan dan untuk
mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya untuk siswa SMA.
G. Landasan Teori
1. Tinjauan Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah secara bahasa berarti menunjukkan,
menentukan, mengatur, mengemudikan, memimpin, mengadakan,
mengintruksikan, memberi saran, dan mengatur. Sedangkan secara
istilah bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan
kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau
mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya agar individu
tersebut dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.17
Dewa Ketut
Sukardi memaparkan bahwa bimbingan adalah pemberian bantuan
yang diberikan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus-
menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau kelompok
individu menjadi pribadi yang mandiri.18
Konseling secara bahasa berasal dari kata counsel yang berarti
menasehati atau menganjurkan kepada seseorang secara face to face.
Jadi kata counseling dapat diartikan pemberian anjuran kepada
17
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyulihan di Sekolah, hlm. 4.
18
Dewa Ketut dan Nila Kusumawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta), hlm. 2.
15
seseorang secara face to face.19
Kemudian secara istilah konseling
adalah proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang
individu yang terganggu karena masalah-masalah yang tidak dapat
diatasi sendiri.20
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa agar
memiliki potensi diri seoptimal mungkin dan menguasai nilai-nilai
yang terkandung dalam tugas-tugas pengembangannya. Pengembangan
potensi meliputi tiga tahapan yaitu: pertama, pemahaman dan
kesadaran. Kedua, sikap dan penerimaan. Ketiga, keterampilan atau
tindakan melaksanakan tugas-tugas perkembangannya. Sedangkan
menurut Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto menjelaskan
bahwa tujuan bimbingan dan konseling membantu individu dalam
mencapai kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan,
kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, hidup
bersama-sama dengan individu lain dan harmonis antara cita-cita
mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.21
19
Tidjan SU, dkk, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, hlm. 7.
20
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta:
1998), hlm. 100.
21
Endang Ertiati Suhesti, Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar), hlm. 7.
16
c. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Sukisman menjelaskan bahwa fungsi bimbingan dan konseling
itu ada lima yaitu :22
1) Fungsi Pemahaman, selain konseli perlu memahami tentang
dirinya sendiri, pihak-pihak lain seperti orangtua, guru, dan
konselor yang perlu terlebih dahulu memahami diri konseli yang
akan dibantu, dan pemahaman selanjutnya yaitu pemahaman yang
berkaitan dengan masalah konseli.
2) Fungsi Pencegahan, yaitu mengupayakan terhindarnya individu
atau konseli dari akibat yang tidak menguntungkan yang berasal
dari permasalahan.
3) Fungsi Pengentasan yaitu sebagai upaya teratasinya berbagai
permasalahn konseli sehingga masalah tersebut tidak menjadi
hambatan bagi perkembangan konseli.
4) Fungsi Pemeliharaan dan pengembangan yaitu memelihara dab
mengembangkan potensi individu dalam dimensi keindividuan,
kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan.
5) Fungsi Advokasi yaitu membantu konseli memperoleh pembelaan
atas hak yang kurang diperhatikan.
d. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling
Dalam pemberian bimbingan dikenal dengan adanya langkah-
langkah sebagai berikut : 23
22
Ibid, hlm. 7-9.
17
1) Langkah Identifikasi
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal bakat beserta
gejala-gejala yang nampak. Dalam cara ini pembimbing mencatat
bakat-bakat yang perlu mendapat bimbingan dan memilih bakat
mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
2) Langkah Diagnosa
Langkah diagnosa yaitu langkah untuk menetapkan bakat
beserta latar belakangnya. Diagnosa terdiri dari penafsiran yang
telah dikenali gejalanya serta kekuatan dan kelemahan.
3) Langkah Prognosa
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis
bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan untuk
membimbing bakat.
4) Langkah Terapi
Langkah terapi yaitu langkah untuk pelaksanaan bantuan
atau bimbingan. Cara ini merupakan pelaksanan apa-apa yang
ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu
memakan banyak waktu dan proses yang continue dan sistematis
serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
5) Langkah Evaluasi dan Follow up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui
sampai sejauh manakah cara terapi yang telah dilakukan telah
mencapai hasilnya.
23
I. Djumhur & Moh Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung:
CV.Ilmu,1975), hlm. 104-106.
18
2. Tinjauan Pengembangan Bakat
a. Pengertian Pengembangan Bakat
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa depan yang
akan datang.24
Bakat (aptitude) bermakna kemampuan bawaan yang
merupakan potensi (petencial ability) yang masih perlu pengembangan
dan latihan lebih lanjut. Bakat merupakan kemampuan alamiah untuk
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Dengan bakat yang
dimiliki, memungkinkan individu untuk mencapai prestasi dalam
bidang tertentu. Untuk mewujudkan bakat dalam prestasi diperlukan
latihan, pengetahuan, pengalaman dan motivasi.25
Struktur otak yang
secara genetik bawaan sejak lahir terkait erat dengan bakat manusia,
dan berfungsinya otak dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang
berinteraksi dengan manusia. Sebagai aspek bawaan akal merupakan
potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat
terwujud.26
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bakat
kemampuan bawaan potensial yang dimiliki seseorang sejak lahir
memerlukan pengembangan optimal agar semua potensi yang
dimilikinya dapat terwujud.
24
Syaiful Bahri, Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008 ), hal. 104.
25
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta
Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 78-79.
26
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, hlm. 17.
19
Pengembangan bakat dipengaruhi faktor-faktor tertentu. baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor
yang berasal dari dalam diri individu yang mempengaruhi bakatnya
adalah minatnya, motif berprestasi, keberanian mengambil resiko,
keuletan dalam menghadapi tantangan, dan kegigihan atau daya juang
dalam menghadapi masalah yang muncul. Sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor yang muncul dari lingkungan individu dimana ia tumbuh
dan berkembang yang mempengaruhi bakatnya adalah kesempatan
maksimal untuk mengembangkan diri, sarana dan prasarana, dukungan
serta dorongan keluarga/ orang tua, lingkungan tempat tinggal, dan
pola asuh orang tua.
Salah satu teori yang bisa membantu dalam mengembangkan
bakat anak diantaranya yaitu teori kecerdasan majemuk (multiple
intelligences) yang dipelopori oleh Howard Gardner dalam bukunya
Thomas Amstrong. Kecerdasan majemuk adalah suatu teori yang
menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat delapan kecerdasan
atau kemampuan dasar yang memiliki fungsi masing-masing dan
berdiri sendiri serta saling berhubungan satu sama lain. Kedelapan
jenis kecerdasan itu adalah :27
1) Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan berbahasa dengan baik
secara lisan.
2) Kecerdasan Matematis-Logis adalah kemampuan menggunakan
angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar.
27
Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara (Menerapkan Teori Multiple Intelligences di
Dunia Pendidikan), ( Bandung: Kaifa, 2003), hlm.2-4.
20
3) Kecerdasan Spasial adalah kemampuan mempersepsi dunia spisal-
visual secara akurat dan mentransformasikan persepsi dunia
tersebut.
4) Kecerdasan Kinestetik adalah keahlian menggunakan seluruh
tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan keterampilan
menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu.
5) Kecerdasan Musikal adalah kemampuan menangani bentuk-bentuk
musikal, dengan cara mempersepsi, membedakan dan
mengekspresikan.
6) Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan mempersepsi dan
membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang
lain.
7) Kecerdasan Intrapersonal adalah kemampuan memahami diri
sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
8) Kecerdasan Naturalis adalah keahlian mengenali dan
mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungan sekitar.
b. Macam-Macam Bakat
Bakat manusia atau individu diberikan oleh Allah berbagai
macam bakat. Bakat-bakat itu sebagai perisai manusia untuk
menjalankan kehidupannya. Bakat-bakat tersebut meliputi : 28
1) Bakat akademik khusus, contohnya bakat untuk bekerja dalam
angka-angka, logika bahasa dan sejenisnya.
28
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2006), hlm. 79.
21
2) Bakat kreatif-produktif, artinya dalam menciptakan sesuatu yang
baru yang kreatif, inovatif, dan lebih jauh bisa diproduksi dan
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum.
3) Bakat seni, contohnya dalam seni musik mampu menciptakan lagu
dan lain-lain.
4) Bakat kinestestik atau psikomotorik, contohnya sepak bola, bulu
tangkis, dan lain-lain.
5) Bakat sosial, dalam hal ini adalah bakat yang erat kaitannya dengan
hubungan sosial seperti bakat menawarkan produk, bakat
bernegosiasi dan lain-lain.
c. Tujuan Pengembangan Bakat
1) Mengembangkan kemampuan akademik yang kondusif untuk
meningkatkan prestasi siswa.
2) Meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
3) Mengembangkan bakat dan minat dalam upaya pembinaan pribadi
menuju manusia seutuhnya yang positif.
4) Untuk menyalurkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki oleh
siswa.
Adapun dalam pengembangan bakat siswa, meliputi : segi kognitif,
afektif dan psikomotorik.
2) Pengembangan kognitif antara lain dilakukan dengan merangsang
kelancaran, kelenturan, dan keaslian dalam berfikir.
22
3) Pengembangan afektif dilakukan dengan memupuk sikap dan
minat untuk secara kreatif.
4) Pengembangan psikomotorik dilakukan dengan menyediakan
sarana dan prasarana pendidikan yang memungkinkan
mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya
yang produktif-inovatif.
d. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Bakat
1) Faktor Pendukung Pengembangan Bakat Siswa meliputi :29
a) Faktor Motivasi
Bakat sangat memerlukan motivasi yang kuat agar
mampu menunjang terwujudnya pengembangan bakat tersebut.
Bakat tidak akan terlihat dan berkembang secara wajar bila
tidak ada usaha mengembangkannya. Motivasi inilah yang
akan mengajak dan mendasari orang tersebut untuk turut
mengembangkan bakat yang dimilikinya.
b) Faktor Nilai
Faktor ini dapat menentukan berkembangnya bakat atau
tidak. Misalnya, seseorang memiliki bakat seni tari tetapi
karena dirinya menilai bahwa seni tari kurang baik maka bakat
seni tari kurang mendapat perhatian yang cukup apalagi
berkembang dengan baik sehingga bakat tersebut seolah tidak
berguna. Oleh karena itu, sebelum memutuskan bidang apa
29
Harun Iskandar, Tumbuhkan Minat Kembang Bakat, ( ST Book, 2010), hlm. 47.
23
yang akan ditekuni seharusnya seseorang sudah mempunyai
gambaran tentang bidang yang akan ditekuni tersebut.
c) Faktor Minat
Minat atau perhatian merupakan salah satu faktor yang
turut mempengaruhi bakat. Dengan minat terhadap suatu obyek
maka berarti ada kesempatan memunculkan prestasi. Karena
minat itulah mereka berusaha untuk menggalinya. Dengan
upaya semacam itu, bukan tidak mungkin apa yang diminati
juga menjadi bakatnya.
d) Faktor Kepribadian
Kepribadian seseorang memang berbeda-beda, banyak
faktor yang mempengaruhi kepribadiannya diantaranya adalah
faktor biologis, faktor sosial, dan faktor kebudayaan.
2) Faktor Penghambat Pengembangan Bakat meliputi : 30
a) Kurang atau tidak adanya minat siswa untuk mengembangkan
bakatnya.
b) Tidak adanya kesempatan yang maksimal untuk
mengembangkan bakatnya.
c) Kurang atau tidaknya sarana prasarana.
d) Tidak adanya perhatian dan dukungan dari orang tua.
e) Pola asuh yang salah dari orang tua.
30
Mohammad Ali dan Mohmmad Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), hlm. 81.
24
3. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita
a. Pengertian Anak Tunagrahita
Abdurahman mengemukakan pengertian tunagrahita yang
dikutip oleh Maria J. Wantah, yaitu: secara harfiah kata tuna adalah
merugi, sedangkan grahita adalah pikiran. Dengan demikian ciri utama
anak tunagrahita adalah lemah dalm berfikir dan bernalar yang
mengakibatkan kemampuan belajar, dan adaptasi sosial berada
dibawah rata-rata.31
Menurut Maramis cacat mental adalah keadaan dengan
intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak
lahir dan masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang
kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama (yang menonjol) ialah
intelegensi yang terbelakang.32
Seorang anak dikatakan meyandang cacat mental bila
perkembangan dan pertumbuhan mentalnya dibawah normal bila
dibandingkan dengan anak-anak normal sebaya, membutuhkan
pendidikan khusus, latian khusus, supaya dapat berkembang dan
tumbuh sampai optimal.33
31
Maria J. Wantah, Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita Mampu Latih,
(Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagaan, 2007), hlm. 1.
32
Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya: Erlangga, University Press, 1995, 1995),
hlm. 48.
33
Sri Sumarini, Pengetahuan Subnormalitas Mental, (Yogyakarta: FIB-IKIP, 1980), hlm. 4.
25
b. Karakteristik anak tunagrahita
Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi di
mana perkembangan kecerdasan mengalami hambatan sehingga tidak
mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa
karakteristik umum tunagrahita yang dapat kita pelajari, yaitu : 34
1) Keterbatasan Inteligensi
Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan
keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-dan
situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu,
berfikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari
kesalahan-kesalahan, mengalami kesulitan-kesulitan, dan
kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita
memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut. Kapasitas belajar
anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan
berhitung, menulis dan membaca juga terbatas. Kemampuan
belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar
dengan membeo.
2) Keterbatasan Sosial
Disamping memiliki keterbatasan inteligensi. Anak
tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri
dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan.
34
Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Bisa, hlm. 105-106
26
Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda
usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak
mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga
mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah
dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan
akibatnya.
3) Keterbatasan Fungsi-Fungsi Mental Lainnya
Anak tunagrhita memerlukan waktu lebih lama untuk
menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka
memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin
dan secara konsisen dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita
tidak dapat menghadapi suatu kegiatan atau tugas dalam jangka
waktu yang lama.
c. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Pengelompokan pada umumnya didasari pada taraf inteligensi,
yang tebagi menjadi tiga yaitu : .35
1) Tunagrahita ringan atau mampu didik IQ 50-70 (debil)
Anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti program
sekolah biasa, tapi ia memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak dapat
maksimal. Kemampuan yang bisa dikembangkan pada anak
tunagrahita mampu didik ini adalah
35
Ibid, hlm. 106-108.
27
a) Membaca, menulis, mengeja, dan menghitung.
b) Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang
lain.
c) Ketrampilan sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian
hari.
Kesimpulannya anak tunagrahita mampu didik berarti anak
tunagrahita yang mampu dididik secara minimal dalam bidang-
bidang akademis, sosial maupun pekerjaan.
2) Tunagrahita sedang atau mampu didik IQ 30-50 (imbecil)
Anak tunagrahita yang memiliki kemampuan sedemikian
rendahnya sehingga tidak mungkin mengikuti program yang
diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik. Oleh karena itu,
beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu
diberdayakan yaitu :
a) Belajar mengurus diri sendiri, misalnya: makan, berpakaian,
tidur dan mandi sendiri. Belajar menyesuaikan diri dilingkungan
rumah atau sekitarnya.
b) Mempelajari kegunaan ekonomi atau benda di rumahnya, di
bengkel kerja atau lembaga khusus.
3) Tunagrahita berat atau mampu rawat IQ kurang dari 30 (idiot atau
sangat rendah).
Anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah ia
tidak bisa mengurus dirinya sendiri atau bersosialisasi. Untuk
mengurus diri sendiri ia sangat bergantung pada orang lain
28
d. Ciri-Ciri Anak Tunagrahita
Ciri-ciri anak tunagrahita menurut Geniofam, yaitu : 36
1) Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu besar atau
kecil.
2) Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia.
3) Perkembangan bicara atau bahasa lambat.
4) Tidak ada atau kurang perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan
kosong).
5) Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkontrol).
6) Sering keluar ludah atau cairan dari mulut.
e. Penyebab Terjadinya Cacat Mental
Secara garis besar penyebab terjadi kecacatan dapat disebabkan
karena faktor dari luar (lingkungan) dan faktor dari dalam (keturunan).
1) Faktor Lingkungan
a) Pranatal adalah masa sebelum anak dilahirkan sebelum
dilahirkan atau selama anak dalam kandungan, penyebabnya
anatara lain, pada saat ibu mengandung mempunyai penyakit,
keracunan dan terlalu banyak mengkonsumsi obat dari dokter.
b) Masa natal (masa kelahiran) sebab cacat mental pada saat
dilahirkan.
c) Post natal (segera setelah lahir) penyebabnya karena tumor
didalam otak dan sakit yang lama pada anak.
36
Geniofam, Mengasuh & Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta:
Garailmu,2010), hlm. 25
29
d) Faktor kultur, faktor yang berlagsung dalam lingkungan hidup
manusia yang secara keseluruhan meliputi segi-segi kehidupan
sosial, psikologis, religius, dan sebagainya.
2) Faktor Keturunan
Pewaris sifat-sifat induk berlangsung melalui kromosom. Jadi
terjadi cacat karena faktor keturunan. Penyebab terjadinya cacat
yaitu, akibat infeksi, rudapaksa, gangguan metabolisme, penyakit
atau pengaruh pranatal yang tidak jelas, prematuritas, gangguan jiwa
berat dan deprevasi psikososial.
f. Dampak Kelainan
Anak yang memiliki kemampuan kecerdasan di bawah rata-rata
atau tunagrahita dalam meraih prestasi sangat lemah ingatannya
dibandingkan dengan anak normal. Oleh karena itu, kelemahan
kecerdasan di samping berakibat pada kelemahan fungsi kognitif juga
berpengaruh pada sikap dan keterampilan lainnya.37
Kelainan atau ketunaan yang dialami oleh seseorang akan
membawa konsekuensi tersendiri bagi penyandangnya, baik secara
keseluruhan atau sebagian, baik bersifat obyektif maupun bersifat
subyektif. Kondisi kelainan yang di sandang seseorang ini bisa memberi
dampak kurang menguntungkan pada psikologis maupun
psikososialnya. Pada gilirannya kondisi tersebut akan menjadi hambatan
37
T. Soemantri, Psikologi Luar Biasa, (Jakarta: Refika Aditama, 2002), hal 96.
30
tersendiri bagi penyandang kelainan dalam meniti tugas
perkembangannya. Hambatan yang dialami dalam melakukan berbagai
aktivitas menimbulkan reaksi-reaksi emosional. Misalnya reaksi
emosional yang berupa rendah diri, minder, mudah tersinggung, kurang
percaya diri, frustasi, menutup diri dan lainnya. Kondisi kejiwaan juga
semakin tidak menguntungkan, baik lingkungan keluarga dan
masyarakat yang tidak memberikan respon positif dalam menyikapi
anak berkebutuhan khusus, sehingga sering kali menimbulkan masalah
bagi lingkungannya.38
g. Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita
1) Tujuan pendidikan anak tunagrahita dikemukakan oleh Suhaeri HN
dalam buku karangan Wardani, adalah sebagai berikut: Tujuan
pendidikan anak tunagrahita ringan adalah agar dapat mengurus dan
membina diri sendiri agar dapat bergaul di masyarakat dan dapat
mengerjakan sesuatu untuk bekal hidupnya mendatang.
2) Tujuan pendidikan anak tunagrahita sedang adalah agar dapat
mengurus dirinya sendiri (makan, minum, berpakaian dan kebersihan
badan), agar dapat bergaul dengan anggota keluarga, dan tetangga,
serta dapat mengerjakan sesuatu secara rutin dan sederhana.
3) Tujuan pendidikan anak tunagrahita berat dan sangat berat adalah
agar dapat mengurus diri sendiri secara sederhana (memberi tanda
atau kata-kata apabila menginginkan sesuatu), agar dapat melakukan
38
Ibid, hal 14-15
31
kesibukan yang bermanfaat (misalnya: mengisi kotak-kotak dengan
paku), dan agar dapat bergembira (misalnya: berlatih mendengar
nyanyian, menonton tv, menatap mata orang yang mengajak bicara).
Perbedaan pencapaian tujuan yang telah ditentukan, disesuaikan
dengan karakteristik atau tingkatan ketunagrahitaan yang dialami anak,
karena tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan akan sulit dicapai oleh
anak tunagrahita sedang dan berat. Hal ini memang harus diperhatikan
dengan cara penuh kesabaran dalam nenangani anak tunagrahita.
4. Pandangan Islam Terhadap Anak Tunagrahita
Allah SWT berfirman:
Dialah Allah yang membentuk kamu dari rahim menurut yang Allah
kehendaki. Tidak ada Tuhan selain Dia yang maha perkasa dan maha
bijaksana (Q.S Ali Imron: 6). 39
Allahlah yang menciptakan hidung mancung, kulit itu hitam, putih,
kuning langsat atau bahkan seluruh tubuhnya kuning (menurut ilmu
kedokteran sel-sel yang mengalami masalah dengan kromosom “Albino”).
Allah pula yang menciptakan anak-anak sempurna dan anak-anak yang
memiliki keterbatasan. Namun, Allah sangat bijaksana terhadap segala
sesuatu yang telah diciptakan. Allah memberi keterbatasn dalam satu sisi,
namun Allah memberi kekuatan pada sisi lain. Banyak kita jumpai anak-
anak yang dengan keterbatasan melihat namun intuisi dan nilai seninya
39
Al-Aliyy, Al-Quran Dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2006 ),
hlm. 50.
32
sangat baik, dan banyak diantara mereka yang menjadi penyanyi bahkan
mampu membaca Al-Quran dengan suara yang baik. Sehingga dengan
keterbatasan mereka mampu mengaktualisasikan diri mereka tidak hanya
bermanfaat untuk dirinya sendiri namun juga kepada masyarakat untuk
berdakwah.
Begitu juga anak-anak yang memiliki keterbatasan IQ dan mental yang
biasa disebut dengan Downsyndrome. Di balik keterbatsan mereka mampu
mengaktualisasikan diri dengan mengikuti berbagai bidang olah raga untuk
anak-anak khusus. Bahkan diantara mereka mengikuti mengikuti
perlombaan di tingkat dunia dan mengharumkan negara Indonesia dengan
membawa pulang medali emas. Kesuksesan mereka adalah karena maha
bijaksananya Allah yang memberikan rasa optimis dalam diri dan hati orang
tua mereka, sehingga tidak hanya bersedih dengan keadaan anak mereka.
Namun bergerak untuk mencari dan menggali potensi yang tersembunyi
pada anak mereka yang hanya titipan sementara dari Allah. Allah SWT
berfirman:
Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami
angkat mereka di daratan dan lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan (Q.S Al-Isra’: 70).40
40
Al-Aliyy, Al-Quran Dan Terjemahannya, hlm. 289.
33
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan jenis
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang
dimaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh banyak
penelitian secara holistik dan dengan cara diskripsi pada suatu konteks
khusus yang dialami serta memanfaatkan berbagai metode ilmiah.41
2. Subyek dan Obyek Penelitian
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
a. Subyek Penelitian
Yang dimaksud subyek penelitian adalah orang yang merespon
atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
,maupun lisan.42
Dalam penelitian ini, yang penulis jadikan subyek penelitian
yaitu : Kepala Sekolah yaitu Pak Ngatna, Guru Bimbingan Konseling
yaitu Ibu Agustin, Waka Kurikulum yaitu Pak Bekti Winoto, Guru
Pendamping yaitu Pak Suyanto, dan Guru Keterampilan yaitu Ibu
Nurul, Ibu Fathohah, Ibu Mardiyah, Ibu Endah, Ibu Suprihartini, Pak
Agus, Ibu Mulad, Pak Supriyadi, Pak Maryono.
b. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah langkah-langkah bimbingan dan
konseling dalam pengembangan bakat anak tunagrahita SLB C
Negeri 1 Yogyakarta.
41
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 3.
42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja, 1996), hlm. 3.
34
3. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara mengamati langsung. Langkah observasi yang penulis
tempuh adalah observasi non partisipan yaitu penulis mengadakan
pengamatan tidak mengambil bagian dari kegiatan yang dilakukan oleh
guru pembimbing. Akan tetapi hanya mengamati kemudian mencatat
data-data yang berkaitan dengan penelitian.
Penggunaan metode observasi ini adalah untuk mengetahui
langkah-langkah bimbingan dan konseling dalam pengembangan bakat
anak tunagrahita. Penulis mengamati secara langsung langkah-
langkahnya.
Dalam tahap ini, penulis melakukan pengamatan terhadap
Bapak Suyanto yaitu mengamati langkah-langkah bimbingan dan
konseling dalam pengembangan bakat anak tunagrahita. Serta kondisi
fisik sekolah meliputi keadaan lingkungan, fasilitas (sarana dan
prasarana), serta kegiatan-kegiatan pendukung yang ada di SLB C
Negeri 1 Yogyakarta.
Observasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah langkah-
langkah dalam pengembangan bakat kepada anak tunagrahita melalui
keterampilan yaitu dengan langkah identifikasi, langkah diagnosa,
langkah prognosa, langkah terapi dan langkah evaluasi/ follow up.
Karena kegiatan keterampilan yang ada di SLB C Negeri 1 Yogyakarta
35
merupakan salah satu langkah mengembangkan bakat anak
tunagrahita.
b. Metode Interview
Metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak
yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan pada tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan wawancara bebas terpimpin,
artinya wawancara dengan menggunakan kerangka pertanyaan pokok
yang telah tersusun dengan baik, tetapi dalam pelaksanaannya dapat
dapat dikembangkan oleh pewawancara, asal tidak menyimpang dari
permasalahan.43
Wawancara ini ditujukan kepada pembimbing dan kepala
sekolah dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan pelaksanaan cara pengembangan bakat anak tunagrahita SLB C
Negeri 1 Yogyakarta. Wawancara yang diperoleh dari pembimbing
Bapak Suyanto yaitu tentang langkah-langkah pengembangan bakat
dan kegiatan yang digunakan untuk pengembangan bakat. Kepada
kepala sekolah yang diwakilkan oleh Waka Kurikulum yaitu Bapak
Bekti Winoto yang terkait dengan profil SLB C Negeri 1 Yogyakarta,
kepada guru bimbingan konseling yaitu Ibu Agustin terkait dengan
pelaksanaan bimbingan konseling dan program bimbingan konseling di
SLB C Negeri 1 Yogyakarta dan kepada guru-guru ketrampilan yaitu
Ibu Nurul, Ibu Fathohah, Ibu Mardiyah, Ibu Endah, Ibu Suprihartini,
43
Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), hlm. 206.
36
Pak Agus, Ibu Mulad, Pak Supriyadi, Pak Maryono terkait dengan
pelaksanaan keterampilan di SLB C N 1 Yogyakarta.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen
tertulis, gambar, digunakan sebagai pelengkap atau sekunder.44
Metode ini digunakan untuk menghimpun data yang sifatnya
dokumenter, data yang diperoleh adalah foto, data siswa, data guru dan
karyawan, sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi, keadaan
sarana prasarana, dan kegiatan keterampilan.
4. Analisis Data
Dalam menganalisa data yang dikumpulkan dari lapangan, penulis
menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu menginterpretasikan data-
data yang diperoleh dalam bentuk kalimat.45
Tujuannya adalah untuk
menyederhanakan data penelitian yang sangat besar jumlahnya menjadi
informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami, atau analisis
ini bertujuan untuk menarik kesimpulan penelitian yang telah
dilaksanakan.46
44
Moh. Kasiran, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki
Press, 2010), hlm.288.
45
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1985), hlm. 165.
46
Herman Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1992), hlm. 98.
37
Adapun untuk mengolah data yang bersifat kualitatif ini penulis
menggunakan komponen- komponen kegiatan sebagai berikut :
a. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar, yang muncul
dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Proses ini merupakan
sebuah proses yang berulang selama proses penelitian kualitatif
berlangsung. Karena tujuan dilakukannya proses ini adalah untuk lebih
menjelaskan, menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data
yang tidak diperlukan serta mengorganisasikan data, maka hal tersebut
dapat memudahkan penulis untuk melakukan penarikan kesimpulan.47
Adapun data-data yang telah peneliti reduksi terkait dengan penelitian
antara lain data dari hasil rekaman wawancara dan dokumentasi.
b. Penyajian Data
Penyajian sebagai sekumpulan informasi yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.48
Penyajian data dalam penelitian ini merupakan
penggambaran seluruh informasi tentang langkah-langkah
pengembangan bakat anak tunagrahita di SLB C Negeri 1 Yogyakarta.
47
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 335.
48
Mettew B. Meles, dkk., Analisis Data Kualitatif “ Buku Sumber Tentang Metode-
metode Baru”, (Yogyakarta: UI-Press, 1992), hlm. 16.
38
c. Penarikan Kesimpulan
Setelah analisis dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan
hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah yang telah
ditetapkan oleh penulis. Dari hasil pengolahan dan penganalisisan data
kemudian diberi interpretasi terhadap masalah yang pada akhirnya
digunakan penulis sebagai dasar untuk menarik kesimpulan.49
49
Ibid, hlm. 17.
82
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil dalam BAB III, maka dapat disimpulkan
bahwa pelaksanan langkah-langkah bimbingan dan konseling untuk
pengembangan bakat anak tunagrahita SLB C Negeri 1 Yogyakarta yaitu :
Pertama identifikasi yaitu dengan melakukan tes bakat, melakukan
pengamatan dengan melihat raport/ hasil pembelajaran semester-semester
sebelumnya dan member angket pada orang tua. Kedua diagnosa yaitu
menetapkan jenis bantuan keterampilan yang bekerjasama dengan guru
keterampilan dan orang tua. Ketiga prognosa yaitu melakukan
pengelompokan. Keempat terapi yaitu praktek bantuan melalui keterampilan-
keterampilan. Kelima evaluasi yaitu mengevaluasi dampak dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan dan keenam follow up yaitu bekerjasama dengan Dinas
Sosial.
B. Saran-saran
1. Hendaknya guru pembimbing selalu kreatif dan inovatif dalm setiap
kegiatan pembelajaran.
2. Hendaknya guru pembimbing menanamkan kesabaran dan keikhlasan
dalam membimbing anak tunagrahita.
3. Hendaknya menambah guru pembimbing di kegiatan ketrampilan yang
masih membutuhkan.
83
4. Hendaknya semua materi yang sudah tertera di program dilaksanakan
dengan efektif agar memperoleh materi yang maksimal.
5. Hendaknya meningkatkan kualitas sekolah baik fisik maupun non fisik
yang menunjang pengembangan bakat anak tungrahita.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah, puji syukur peniliti panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, rizki, pemahaman dan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Penulis telah mengerahkan
segala daya dan kemampuan yang dimiliki untuk menyusun skripsi ini, akan
tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini msaih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak yang membacanya untuk perbaikan
karya selanjutnya. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah ikut serta menyumbangkan ide, wawasan dan ilmu
pengetahuan terkait dengan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat
bagi pembaca terutama bagi calon guru Bimbingan Konseling. Amin
84
DAFTAR PUSTAKA
Abas Rosadi, Peran Guru Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak di TK Terpadu
Budi Mulia Dua Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2004.
Aimmatul Chosyi’ah, Pengembangan Bakat dan Ketrampilan Siswa Berdasarkan
School Based Management di MAN Yogyakarta III, Skripsi (tidak
diterbitkan), Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2004
Al-Aliyy, Al-Quran Dan Terjemahannya Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2006
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu Pengantar dalam
Pendidikan Inklusi (Child with developmental impairment), Bandung:
Refika Aditama, 2006
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakkarta: 1989
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahanya, Al Isra’ ayat 84, Bandung: J-
Art
Dewa Ketut dan Nila Kusumawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta), hlm. 2.
Endang Ertiati Suhesti, Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Geniofam, Mengasuh & Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta:
Garailmu,2010
Harun Iskandar, Tumbuhkan Minat Kembang Bakat, ST Book, 2010
Hasbi Ash-Shiddiqi (dkk), Al-Quran dan terjemahannya , Jakarta: PT. Bumi
Aksara Restu
Herman Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1992
I. Djumhur & Moh Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,
Bandung:CV.Ilmu,1975
J.S. Badudu, Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Pustaka, 1994
Lexy Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya 2013
85
Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: Erlangga, University Press, 1995
Maria J. Wantah, Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita Mampu Latih,
Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan, 2007
Mettew B. Meles, dkk., Analisis Data Kualitatif “ Buku Sumber Tentang Metode-
metode Baru”, Yogyakarta: UI-Press, 1992
Misbahkudinmunir. Peranan Guru BK Dalam Mengembangkan Diri Siswa, minat,
bakat dan potensi yang dimilikinya, Skripsi (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010.
Moh. Kasiran, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, Malang: UIN-Maliki
Press, 2010
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2006
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta
Didik, Jakarta: Bumi Aksara, 2005
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2006
Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Intemporer, Jakarta:
Modern English Press, 1991
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta:
1998
Sri Sumarini, Pengetahuan Subnormalitas Mental, Yogyakarta: FIB-IKIP, 1980.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatiaf dan
R&D. Bandung: Alfabeta,2008
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja, 1996.
Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT. Refika Aditama,
2007
Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, Yogyakarta: Andi Offset, 1990
Sutrisno Hadi, Statistik, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1987
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008
T. Soemantri, Psikologi Luar Biasa, Jakarta: Refika Aditama, 2002
86
Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara Menerapkan Teori Multiple Intelligences
di Dunia Pendidikan, Bandung: Kaifa, 2003
Tidjan SU, dkk, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta: UPP IKIP.
1993
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif, Depok: Raja Grafindo Persada, 2011
Udin, Fungsi Bimbingan Konseling Sekolah Dalam Mengembangkan Bakat Siswa
di SMU N 1 Padagen Subang Jawa Barat, Skripsi (tidak diterbitkan),
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005
Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak dalam Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu,1983
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta:
Grasindo, 1992
Wanda Meirita, Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Membina Minat dan
Bakat Siswa di MAN Yogyakarta II, Skripsi (tidak diterbitkan),
Yogyakaarta: UIN Sunan Kalijaga, 2011
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1985
87
PENGUMPULAN DATA PENELITIAN
A. Pedoman Wawancara
Kepada kepala sekolah :
1. Sejarah berdiri dan perkembangan SLB C Negeri 1 Yogyakarta.
2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran SLB C Negeri 1 Yogyakarta.
3. Identitas Sekolah.
4. Struktur organisasi, keadaan guru dan siswa.
5. Sarana dan prasarana.
6. Kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan bakat.
Kepada pembimbing :
1. Langkah-langkah yang dilakukan guru pembimbing dalam
mengembangkan bakat anak tunagrahita.
2. Tujuan pengembangan bakat untuk anak tunagrahita.
3. Kelas untuk tunagrahita.
4. Kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan bakat.
5. Kapan pengembangan bakat dilaksanakan?
6. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pengembangan bakat.
7. Guru pendamping bekerjasama dengan siapa saja dalam pengembangan
bakat anak tunagrahita.
Kepada Guru Bimbingan Konseling
1. Program BK untuk pengembangan bakat anak tunagrahita
88
B. Pedoman Observasi
1. Profil SLB C Negeri 1 Yogyakarta.
2. Situasi dan kondisi SLB C Negeri 1 Yogyakarta.
3. Sarana dan prasarana sebagai pelaksanaan pengembangan bakat anak
tunagrahita.
C. Pedoman Dokumentasi
1. Struktur organisasi SLB C Negeri 1 Yogyakarta.
2. Keadaan guru dan siswa.
3. Data Siswa.
4. Sarana dan prasarana.
5. Pelaksanaan langkah-langkah pengembangan bakat.
89
90
91
92
93
94
95
96
97
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Nisa Bella Hida Nurfahma
Tempat/Tgl. Lahir : Bantul, 15 November 1992
Alamat : Jagalan, Ledok Sari, PA 1 / 27
Nama Ayah : Sihana
Nama Ibu : Sugiarti
Email : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Lempuyangwangi Yogykarta, Tahun Lulus 2005
2. SMP N 15 Yogyakarta, Tahun Lulus 2008
3. SMA Budi Utomo Jombang, Jawa Timur, Tahun Lulus 2011
4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun Lulus 2016
Yogyakarta, 15 April 2016
Nisa Bella Hida Nurfahma