Bilangan Reynold

25
BILANGAN REYNOLD I. TUJUAN a. Menentukan nilai bilangan Reynold (N Re ) aliran fluida di dalam pipa, dan menghitung faktor friksi (f) pada aliran laminar, transisi dan turbulen. b. Membuat grafik hubungan antara N Re dengan f dan memperkirakan nilai N Re kritis hasil percobaan. c. Membandingkan nilai N Re kritis hasil percobaan dengan N Re kritis teori. II. DASAR TEORI Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara permanen. Bila kita mencoba merubah bentuk masa suatu flluida, maka didalam fluida itu akan terbentuk lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu meluncur di atas yang lain hingga mencapai bentuk baru. Selama perubahan bentuk ini, terdapat tegangan geser (shearstress) yang besarnya bergantung pada viskositas fluida dan laju luncur. Tetapi, bila fluida itu sudah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser itu akan hilang. Fluida yang dalam kesetimbangan itu bebas dari tegangan geser . (www.4shared.com/get/374ORJQZ/percobaan_5_o sborne_reynold.html )

Transcript of Bilangan Reynold

Page 1: Bilangan Reynold

BILANGAN REYNOLD

I. TUJUAN

a. Menentukan nilai bilangan Reynold (NRe) aliran fluida di dalam pipa, dan

menghitung faktor friksi (f) pada aliran laminar, transisi dan turbulen.

b. Membuat grafik hubungan antara NRe dengan f dan memperkirakan nilai NRe

kritis hasil percobaan.

c. Membandingkan nilai NRe kritis hasil percobaan dengan NRe kritis teori.

II. DASAR TEORI

Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara

permanen. Bila kita mencoba merubah bentuk masa suatu flluida, maka didalam

fluida itu akan terbentuk lapisan-lapisan dimana lapisan yang satu meluncur di atas

yang lain hingga mencapai bentuk baru. Selama perubahan bentuk ini, terdapat

tegangan geser (shearstress) yang besarnya bergantung pada viskositas fluida dan laju

luncur. Tetapi, bila fluida itu sudah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan

geser itu akan hilang. Fluida yang dalam kesetimbangan itu bebas dari tegangan

geser .

(www.4shared.com/get/374ORJQZ/percobaan_5_osborne_reynold.html)

Aliran fluida dalam pipa, berdasarkan besarnya bilangan reynolds dibedakan

atas aliran laminer, turbulen, dan aliran transisi. Aliran laminer adalah aliran yang

bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina, tukar menukar momentum secara

molekuler saja. Dalam hal ini, jika nilai Re kecil, aliran akan meluncur di atas lapisan

lain. Peninjauan dengan pesawat pezometer yang dipasangkan pada sebuah pipa

dengan aliran zat cair yang laminer adalah beraturan untuk tinggi kenaikan yang tetap

stasioner.

Aliran turbulen mempunyai gerakan partikel-partikel fluida yang sangat tidak

menentu atau aliran-alirannya tidak terdapat garis edar tertentu yang dapat dilihat,

dengan saling tukar menukar momentum dalam arah melintang.

Page 2: Bilangan Reynold

Laminer NRe < 2100 Laminer NRe > 4000

Pada pipa :

- Aliran Laminer terjadi jika Re < 2100

- Aliran Turbulen terjadi jika Re > 4000

Kondisi 2100 < Re < 4000 aliran ini diklasifikasikan sebagai aliran transisi,

Saluran tertutup bilangan Reynolds dinyatakan sebagai berikut :

Pada saluran terbuka :

- Aliran laminer terjadi jika Re < 500

- Aliran turbulen jika terjadi jika Re > 1000

Untuk kondisi 500 < Re < 1000 aliran ini diklasifikasikan sebagai aliran transisi.

Dimana : Dengan R = jari-jari hidrolis (m)

Guna menentukan makna kelompok tanpa dimensi, reynold melakukan

eksperimennya mengenai aliran air melalui lubang kaca. Sebuah tabung kaca dipasang

horisontal dengan satu ujungnya didalam tangki dan sebuah katup pada ujung lainnya.

Pada ujung hulu terpasang lubang masuk corong lonceng yang licin, dengan cat

waarna yang di atur demikian sehingga arus zat waktu yang halus dapat disemprotkan

di titik setiap di depan corong lonceng tersebut. Sebagai kecepatan karakteristik,

Reynold memakai kecepatan rata-rata V dan sebagai panjang karakteristik garis

tengah tabung (D) sehingg Untuk debit yang kecil arus zat warna bergerak melalui

tabung membentuk lamina-lamina (benang-benang) yang menunjukan bahwa aliran

tersebut merupakan aliran laminer. Denagn meningkatnya laju aliran tersebut maka

bilangan reynold akan bertambah besar karena parameter V berbanding lurus dengan

laju aliran sedangkan parameter D adalah konstan. Zat warna pada kondisi tersebut

akan bercampur dengan air. Aliran telah berubah menjadi aliran turbulen dengan

pertukaran momentumnya yang besar yang telah sepenuhnya mengganggu gerkan

teratur aliran laminer.

(http://acm-blokmasis.blogspot.com/2012/04/laporan-mekanika-fluida-acara-2.html)

Page 3: Bilangan Reynold

Jenis-jenis aliran fluida :

1. Aliran Laminar

Adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikel

fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer, partikel-

partikel fluida seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan

lancar, dengan satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang

bersebelahan. Sifat kekentalan zat cair berperan penting dalam pembentukan

aliran laminer. Aliran laminer bersifat steady maksudnya alirannya tetap. “Tetap”

menunjukkan bahwa di seluruh aliran air, debit alirannya tetap atau kecepatan

aliran tidak berubah menurut waktu. Aliran fluida pada pipa, diawali dengan

aliran laminer kemudian pada fase berikutnya aliran berubah menjadi aliran

turbulen. Fase antara laminer menjadi turbulen disebut aliran transisi. Aliran

laminar mengikuti hukum Newton tentang viskositas yang menghubungkan

tegangan geser dengan laju perubahan bentuk sudut. Tetapi pada viskositas yang

rendah dan kecepatan yang tinggi aliran laminar tidak stabil dan berubah menjadi

aliran turbulen. Bisa diambil kesimpulan mengenai ciri- ciri aliran laminar yaitu:

fluida bergerak mengikuti garis lurus, kecepatan fluidanya rendah, viskositasnya

tinggi dan lintasan gerak fluida teratur antara satu dengan yang lain.

2. Aliran Turbulen

Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilakan aliran yang tidak

laminar melainkan komplek, lintasan gerak partikel saling tidak teratur antara

satu dengan yang lain. Sehingga didapatkan Ciri dari lairan turbulen: tidak adanya

keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran banyak bercampur, kecepatan fluida

tinggi, panjang skala aliran besar dan viskositasnya rendah. Karakteristik aliran

turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran, yang

menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel partikel cairan di

seluruh penampang aliran.

3. Aliran Transisi

Merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran

berdasarkan bisa tidaknya dicompres :

Compressible flow, dimana aliran ini merupakan aliran yang mampu

mampat.

Incompressible flow, aliran tidak mampu mampat.

Page 4: Bilangan Reynold

Empat faktor penting dalam pengukuran aliran fluida dalam pipa adalah :

• Kecepatan fluida

• Friksi/gesekan fluida dengan pipa

• Viskositas/kekentalan fluida

• Densitas/kerapatan fluida

Gambar 1. Macam-macam jenis aliran fluida

(http://aya-snura.blogspot.com/2012/01/aliran-fluida-dalam-pipa.html)

Reynolds juga mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi

jenis lain, yaitu aliran transisi, dimana aliran zat warna menunjukkan suatu gejolak

singkat dari pencampuran kemudian diikuti aliran yang lebih bersifat laminar. Pada

aliran transisi, kecepatan kritis dimana aliran laminar berubah menjadi aliran turbulen,

bergantung pada empat buah besaran; diameter tabung, serat viskositas, densitas dan

kecepatan linier rata-rata zat cair. Lebih jauh ia menemukan bahwa keempat faktor itu

dapat digabungkan menjadi suatu gugus dan bahwa perubahan macam aliran

berlangsung pada duatu nilai tertentu gugus itu, pengelompokkan variabel menurut

penemuannya itu ialah:

NRe =

D . v̄ . ρμ =

D . v̄v ........................ (1)

Dimana, D = Diameter tabungv̄ = Kecepatan rata-rata zat cairμ = Viskositas zat cairρ = Densitas zat cairv = Viskositas kinematika zat cair (lihat tabel)

Page 5: Bilangan Reynold

Gugus variabel tanpa dimensi itu yang didefinisikan oleh persamaan (1)

dinamakan Reynolds Number. Besarnya tidak bergantung pada satuan yang

digunakan, asal saja satuan-satuan itu konsisten. Pengamatan-pengamatan selanjutnya

menunjukkan bahwa transisi dari aliran laminar menjadi aliran turbulen dapat

berlangsung pada suatu kisaran Reynolds Number yang cukup luas. Aliran laminar

selalu ditemukan pada Reynolds Number di bawah 2100 tetapi bisa terdapat pada

Reynolds Number sampai beberapa ribu, yaitu dalam kondisi khusus dimana lubang-

lubang tabung sangat baik kebundarannya dan zat cair di dalam tangki sangat tenang.

Pada kondisi aliran biasa, aliran turbulen pada Reynolds Number di atas 4000. antara

4000 dan 2100 itulah yang disebut transisi, dimana jenis aliran itu mungkin laminar

dan mungkin turbulen, bergantung pada kondisi lubang masuk tabung dan jaraknya

dari lubang itu.

Menurut persamaan kontinuitas :

∆ Pρ . g

+ ∆ v2

ρ. g+∆ Z=W −F ……………….(2)

Karena tidak ada perbedaan sepanjang piapa yang diamati, maka ᐃv = 0, selisih

anatara kedua titik yang diamati juga tidak ada, maka ᐃZ = 0, W=0 karena tidak ada

kerja. Oleh karena itu persamaan 2 dapat ditulis sebagai berikut :

∆ Pρ . g

=F ………………(3)

Karena :

F= f . L. v2

2. g . D………… ..(4)

Disubsitusikan persamaan 3 dan 4 maka akan menghasilkan persamaan :

f =2.g . D .h

L . v2………….(5)

Data D, h, L, diperoleh dari pengukuran, sedangkan g merupakan tetapak yaitu 9,807

m/s2. Kecepatan linear v dihitung berdasarkan dari jumlah air yang ditampung tiap

detik (Q = mL/s)

v=QA

= 4. Q

π . D2…………… ..(6)

(Brown, 1978)

III. LANGKAH PERCOBAAN

Page 6: Bilangan Reynold

a. Alat yang digunakan :

1) Rangkaian alat

2) Stopwatch

3) Mistar

4) Gelas ukur 100 mL

5) Pikometer

6) Viskositas Ostwald

7) Jangka sorong

8) Thermometer

9) Ballpet

b. Bahan yang dipakai :

1) Aquadest

2) Air kran

3) Larutan KMnO4

c. Langkah Kerja :

1) Disiapkan alat seperti rangkain gambar 2.

2) Dituangkan larutan KMnO4 kedalam corong pemisah.

3) Dialirkan air kran hingga dalam pipa terisi penuh.

4) Dibuka corong pemisah, kemudian diamati keadaan aliran didalam pipa.

5) Dicatat beda tinggi permukaan air pada manometer.

6) Diukur debit aliran sampai volume 100 mL, dicatat waktu alirannya.

7) Langkah nomor 3-6 dilakukan dengan debit yang berbeda dan digunakan

pengulangan sebanyak tiga kali untuk setiap jenis aliran.

8) Diukur viskositas, densitas, panjang pipa dan diameter pipa percobaan.

9) Dilakukan analisis data.

Page 7: Bilangan Reynold

Keterangan :

1 = Bak penampung air (bak umpan)

2 = Kran pengatur

3 = Corong pemisah

4 = Manometer

5 = Bak penampung

IV. PENGOLAHAN DATA

1. Menentukan Debit (Q)

Volume : 100 mL = 100 cm3 (untuk aliran laminar percobaan ke-1)

Waktu : 12,03 sekon

Maka debit (Q) pada aliran laminar adalah :

Q = Volume / waktu = 100 cm3/ 12,03 sekon = 8,31 cm3/s = 8,31 x 10-6 m3/s

Dengan cara yang sama maka diperoleh :

No Jenis Aliran Waktu (s) Percobaan Q (m3/s)

Gambar 2. Rangkaian alat kerja

Page 8: Bilangan Reynold

1. Aliran Laminer

12,03 1 8,31 x 10-6

12,20 2 8,19 x 10-6

12,39 3 8,07 x 10-6

2. Aliran Transisi

5,09 1 19,64 x 10-6

6,23 2 16,05 x 10-6

5,38 3 18,58 x 10-6

3. Aliran Turbulen

5,11 1 19,56 x 10-6

5,48 2 18,24 x 10-6

5,57 3 17,95 x 10-6

4. Menentukan Kecepatan (v)

Diameter pipa = 1,43 cm = 0,0143 m

Luas penampang pipa = 14

π D 2 =

14

π (0,0143 m)2=1,60 x 10-4 m2

Maka v = Q / A = (8,31 x 10-6 m3/s) / (1,60 x 10-4 m2) = 0,05193 m/s (untuk aliran laminar

percobaan ke-1) Denga cara yang sama maka diperoleh :

No Jenis Aliran Percobaan Debit (m3/s) v (m/s)

1. Aliran Laminer

1 8,31 x 10-6 0,05193

2 8,19 x 10-6 0,05118

3 8,07 x 10-6 0,05043

2. Aliran Transisi

1 19,64 x 10-6 0,1227

2 16,05 x 10-6 0,1003

3 18,58 x 10-6 0,1161

3. Aliran Turbulen

1 19,56 x 10-6 0,1222

2 18,24 x 10-6 0,1140

3 17,95 x 10-6 0,1121

5. Menentukan Bilangan Reynold (NRe) Percobaan

Suhu 30 oC = viskositas kinematik (0,801 x 10-6 m2/s)

Page 9: Bilangan Reynold

N ℜ=D . v . ρ

μ=D . v .

v=

(0,0143 m) (0,05193 m /s )( 0,801 x 10−6 m2/s )

=927,08(Untuk aliranlaminer )

Dengan cara yang sama maka diketahui data sebagai berikut :

No Jenis Aliran Percobaan Sudut (o) v (m/s) NRe

1. Aliran Laminer

1

30

0,05193 927,08

2 0,05118 913,70

3 0,05043 900,31

2. Aliran Transisi

1

60

0,1227 2190,52

2 0,1003 1790,62

3 0,1161 2072,69

3. Aliran Turbulen

1

90

0,1222 2181,59

2 0,1140 2035,20

3 0,1121 2001,28

5. Menentukan Faktor Friksi (f)

1. Untuk aliran laminar (percobaan ke-1)

g = 9,807 m/s2

D = 0,0143 mh = ∆ h manometer (h1−h2 )= (21−17 ) cm=4 cm=0,04 m

L = 80 cm = 0,8 mv = 0,05193 m/s

f =2.g . D .hL . v2 =

2 (9,807 m / s2 ) (0,0143 m ) (0,04m )(0,8 m )¿¿

Dengan cara yang sama maka diperoleh data sebagai berikut :

No Jenis Aliran Percobaan v (m/s) ∆ h(m) Faktor friksi (f)

Page 10: Bilangan Reynold

1. Aliran Laminer

1 0,05193 0,04 5,2003862 0,05118 0,03 4,0154383 0,05043 0,03 4,135762

2. Aliran Transisi

1 0,1227 0,02 0,4657502 0,1003 0,02 0,6970123 0,1161 0,02 0,520209

3. Aliran Turbulen

1 0,1222 0,01 0,2347852 0,1140 0,01 0,2697763 0,1121 0,01 0,278998

6. Menentukan Tenaga Yang Hilang Karena Gesekan (Head Loss)

g = 9,807 m/s2

D = 0,0143 mF = 5,200386L = 80 cm = 0,8 mv = 0,05193 m/s

HL= f . L . v2

2. g . D=(5,200386 ) (0,8 m ) ¿¿

No Jenis Aliran Percobaan v (m/s) Faktor friksi (f) Head Loss (m)

1. Aliran Laminer

1 0,05193 5,200386 0,042 0,05118 4,015438 0,033 0,05043 4,135762 0,03

2. Aliran Transisi

1 0,1227 0,465750 0,022 0,1003 0,697012 0,023 0,1161 0,520209 0,02

3. Aliran Turbulen

1 0,1222 0,234785 0,012 0,1140 0,269776 0,013 0,1121 0,278998 0,01

895.00 900.00 905.00 910.00 915.00 920.00 925.00 930.000

1

2

3

4

5

6

f(x) = 0.0397632208176495 x − 31.8809936503502R² = 0.665993207322899

NRe

f

Page 11: Bilangan Reynold

Gambar 3. Grafik hubungan antara NRe Vs faktor friksi (f) untuk aliran laminar secara percobaan

Gambar 4. Grafik hubungan antara NRe Vs faktor friksi (f) untuk aliran transisi secara percobaan

Gambar 5. Grafik hubungan antara NRe Vs faktor friksi (f) untuk aliran turbulen secara percobaan

Faktor friksi juga dapat dicari dari diagram moody seperti dibawah ini :

895.00 900.00 905.00 910.00 915.00 920.00 925.00 930.000

1

2

3

4

5

6

f(x) = 0.0397632208176495 x − 31.8809936503502R² = 0.665993207322899

NRe

f

1700.00 1800.00 1900.00 2000.00 2100.00 2200.00 2300.000.000000

0.100000

0.200000

0.300000

0.400000

0.500000

0.600000

0.700000

0.800000

f(x) = − 0.000587168663958974 x + 1.74586342431159R² = 0.995958526490534

NRe

f

1950.00 2000.00 2050.00 2100.00 2150.00 2200.000.21

0.22

0.23

0.24

0.25

0.26

0.27

0.28

0.29

f(x) = − 0.000243358692124615 x + 0.765593460913102R² = 0.999556151523381

NRe

f

Page 12: Bilangan Reynold

Gambar 6. Grafik hubungan antara NRe , faktor friksi (f), dan relative pipe untuk aliran

laminar,transisi dan turbulen (Moody Diagram).

V. PEMBAHASAN

Page 13: Bilangan Reynold

Percobaan Osborne Reynold ini dilakukan untuk mengetahui berbagai jenis aliran

pada fluida. Selain melalui proses perhitungan, juga dilakukan pengamatan dengan

menggunakan indikator zat warna atau dengan menggunakan KMnO4 untuk mengetahui jenis

aliran yang terjadi. Ketika KMnO4 diinjeksikan atau diteteskan ke dalam tangki secara

kontinu pada aliran akan terlihat apakah aliran tersebut laminer, transisi atau turbulen.

Pengamatan dilakukan pada saat flow control valve mulai dibuka pada derajat terkecil yang

ditentukan yaitu 30°, 60°, dan 90°. Penentuan bilangan Reynold dilakukan untuk setiap jenis

aliran dengan tiga kali pengulangan.

Berdasarkan teori, aliran laminar mempunyai pola alir berupa garis lurus, kecepatan

alir rendah, serta memiliki nilai Reynold di bawah 2100. aliran transisis merupakan

gabuangan anatara aliran laminar dan turbulen dimana pola alir tempat terbagi dua, pada

bagian atas pola alir berupa garis lurus, namun pada bagian bawah pola alir mulai berubah tak

beraturan dan acak. Aliran ini memiliki nilai Reynold antara 2100 sampai 4000. sedangkan

aliran turbulen memiliki pola alir yang tidak stabil dan acak dimana zat warna akan menyatu

dengan air sehingga secara visual zat warna tidak terlihat lagi. Airan ini memiliki nilai

Reynold di atas 4000.

Pada kran bukaan 1 atau dengan derajat putar kran 30o, terbentuk aliran laminar

dengan nilai Reynold berturut-turut adalah 927,08 ; 913,70 ; 900,31 dari nilai Reynold

tersebut dapat diketahui niali friksinya yaitu 5,200386 ; 4,015438 ; 4,135762. Dari asil

percobaan menunjukan bahwa teori tentang aliran laminar yaitu memiliki nilai NRe dibawah

2100 adalah benar karena niali NRe kritis pada aliran laminer ini adalah 900,31-927,08.

Sedangkan faktor friksi yang ditimbulkan pada aliran laminar sangat besar, hal ini karena

permukaan dalam pipa (gelas) masih ada sisa KMnO4 yang sudah mengering berada sehingga

memiliki nilai friksi yang besar.

Pada kran bukaan 2 atau dengan derajat putar kran 60°, terbentuk aliran transisi

dengan nilai Reynold berturut-turut adalah 2190,52 ; 1790,62 ; 2072,69 dengan nilai friksi

adalah 0,465750 ; 0,697012 ; 0,520209. Nilai NRe pada percobaan ini sesuai dengan teori

yaitu nilai NRe untuk transisi memiliki range antara 2100 - 4000, sedangkan nilai NRe kritis

pada percobaan adalah 1780,62 - 2190,52 hali ini sudah membuktikan bahwa adanya

kesesuaian atara Reynold teori dengan praktik. Sedangkan, nilai friksi pada percobaan kedua

ini relative kecil yaitu antara 0,465750 – 0,697012 hal ini dikarenakan sisa KMnO4 yang

Page 14: Bilangan Reynold

sudah mongering pada didinding pipa bagian dalam pada percobaan ke-1 terbawa keluar

sehingga pada percobaan selanjutnya faktor friksi yang ditimbulkan relative kecil.

Pada kran bukaan 3 atau dengan derajat putar kran 90°, terbentuk aliran turbulrn

dengan nilai Reynold berturut-turut adalah 2181,59; 2035,20 ; 2001,28 dengan nilai friksi

adalah 0,234785; 0,269776; 0,278998. Hal ini menunjukan bahwa nilai Reynold praktik tidak

sesuai dengan teori yang seharusnya NRe > 4000 sedangkan pada praktik nilai NRe yang

diberikan untuk aliran turbulen adalah 2001,28 – 2181,59 hal ini disebabkan karena pada

densitas yang diberikan selalu berubah-ubah sehingga mempengaruhi nilai NRe. Pada

praktikum ini tidak digunakan viskositas absolute atau dinamis melainkan digunakan

viskositas kinematik karena denistas larutan selalu berubah sehingga dapat mempengruhi

nilai NRe.

Berdasarkan analisa dimensi, nilai Reynold dapat mempengaruhi friksi-friksi yang

ditunjukkan saat fluida mengalir pada test section dimana terjadi gesekan antara fluida dan

dinding pipa. Friksi ini dipengaruhi oleh kecepatan alir dimana cepat aliran fluida maka

semakin besar friksi yang terjadi, begitu pula sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa

friksi berbanding lurus dengan dengan nilai Reynold, namun berbanding terbalik dengan

faktor friksinya. Friksi yang terjadi dapat menghasilkan kerja (work) berupa panas. Pada

percobaan, karena pipa yang digunakan adalah pipa halus (kaca) maka lost work yang

terbuang ke lingkungan sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

VI. KESIMPULAN

1. Nilai untuk NRe percobaan untuk aliran laminar adalah NRe adalah 913,67

dengan faktor friksi adalah 4,4505. Sedangkan untuk aliran transisi NRe adalah

2005,27 dengan faktor friksi adalah 0,5607 dan nilai NRe untuk aliran turbulen

adalah 2072,69 sedangkan untuk faktor friksinya adalah 0,2611.

2. Grafik hubungan antara NRe denagn faktor friksi adalah semakin besar NRe

maka semakin tinggi faktor friksinya tetapi untuk percobaan ini faktor friksi

dapat diabaikan karena pipa yang digunakan adalah kaca.

3. Nilai NRe untuk percobaan aliran laminar dan transisi sudah sesuai dengan

teori sedangkan untuk aliran turbulen berbeda dengan teori.

Page 15: Bilangan Reynold

Yogyakarta, 3 November 2013

Asisten Praktikan

Bangun Wasito, M.Eng Chaidir Pratama

Page 16: Bilangan Reynold

Lampiran 1. Daftar Pustaka

1. www.4shared.com/get/374ORJQZ/percobaan_5_osborne_reynold.html, diakses pada 1

Novemvber 2013, pukul 19:07 WIB.

2. (http://acm-blokmasis.blogspot.com/2012/04/laporan-mekanika-fluida-acara-2.html),

diakses pada 1 Novemvber 2013, pukul 19:07 WIB.

3. (http://aya-snura.blogspot.com/2012/01/aliran-fluida-dalam-pipa.html), diakses pada 1

Novemvber 2013, pukul 19:07 WIB.

4. Brown G. G., Unit Operation, Fourteenth Printing, 1978, john wiley and sos inc, New

York, Charles E Tuttle Co, Tokyo.

Page 17: Bilangan Reynold

Lampiran 2. Tabel sifat fisik air

No Temperatur (oC) Kerapatan (kg/l) Viskositas

kinematik (m2/s)

Tekanan uap jenuh

(kgf/cm2)

1. 0 0,9998 1,792 x 10-6 0,00623

2. 5 1,0000 1,520 x 10-6 0,00889

3. 10 0,9998 1,307 x 10-6 0,01251

4. 20 0,9983 1,004 x 10-6 0,02383

5. 30 0,9957 0,801 x 10-6 0,04325

6. 40 0,9923 0,658 x 10-6 0,07520

7. 50 0,9880 0,554 x 10-6 0,12578

8. 60. 0,9832 0,475 x 10-6 0,20313

9. 70 0,9777 0,413 x 10-6 0,3178

10. 80 0,9716 0,365 x 10-6 0,4829

11. 90 0,9652 0,326 x 10-6 0,7149

12. 100 0,9581 0,295 x 10-6 1,0332

13. 120 0,9431 0,244 x 10-6 2,0246

14. 140 0,9261 0,211 x 10-6 3,685

15. 160 0,9073 0,186 x 10-6 6,303

16. 180 0,8869 0,168 x 10-6 10,224

Catatan: 1 atm = 101,3 Kpa = 76 cmHg 1 kgf/cm2 = 98,1 kPa

Sumber : sularso dan Sularso dan Haruo Tahara, pompa dan kompresor pemilihan,

pemakaian dan pemeliharaan. (Universitas Sumatra Utara).

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20027/1/Appendix.pdf)