Berkelana Bersama Banua118.98.221.172/lamanbahasa/sites/default/files/Berkelana... · 2019. 1....
Transcript of Berkelana Bersama Banua118.98.221.172/lamanbahasa/sites/default/files/Berkelana... · 2019. 1....
i
Kementerian Pendidikan dan KebudayaanBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Bacaan untuk RemajaTingkat SMP
BerkelanaBersama Banua
Wahidah Rahmadhani
Berkelana Bersama Banua
Wahidah Rahmadhani
Kementerian Pendidikan dan KebudayaanBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
BERKELANA BERSAMA BANUAPenulis : Wahidah RahmadhaniPenyunting : Ebah SuhaebahPenata Letak : Wahidah Rahmadhani
Diterbitkan pada tahun 2018 olehBadan Pengembangan dan Pembinaan BahasaJalan Daksinawati Barat IVRawamangunJakarta Timur
Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangIsi buku ini sebagian maupun seluruhnya dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk penulisan artikel atau karangan ilmiah.
PB398.209 598 1RAHb
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Rahmadhani, WahidahBerkelana Bersama Banua/Wahidah Rahmadhani; Penyunting: Ebah Suhaebah; Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018viii; 71 hlm.; 21 cm.
ISBN 978-602-437-436-51. CERITA RAKYAT-SUMATRA2. CERITA RAKYAT-INDONESIA
iii
SambutanSikap hidup pragmatis pada sebagian besar masyarakat Indonesia
dewasa ini mengakibatkan terkikisnya nilai-nilai luhur budaya bangsa. Demikian halnya dengan budaya kekerasan dan anarkisme sosial turut memperparah kondisi sosial budaya bangsa Indonesia. Nilai kearifan lokal yang santun, ramah, saling menghormati, arif, bijaksana, dan religius seakan terkikis dan tereduksi gaya hidup instan dan modern. Masyarakat sangat mudah tersulut emosinya, pemarah, brutal, dan kasar tanpa mampu mengendalikan diri. Fenomena itu dapat menjadi representasi melemahnya karakter bangsa yang terkenal ramah, santun, toleran, serta berbudi pekerti luhur dan mulia.
Sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat, situasi yang demikian itu jelas tidak menguntungkan bagi masa depan bangsa, khususnya dalam melahirkan generasi masa depan bangsa yang cerdas cendekia, bijak bestari, terampil, berbudi pekerti luhur, berderajat mulia, berperadaban tinggi, dan senantiasa berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, dibutuhkan paradigma pendidikan karakter bangsa yang tidak sekadar memburu kepentingan kognitif (pikir, nalar, dan logika), tetapi juga memperhatikan dan mengintegrasi persoalan moral dan keluhuran budi pekerti. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membangun watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Penguatan pendidikan karakter bangsa dapat diwujudkan melalui pengoptimalan peran Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang memumpunkan ketersediaan bahan bacaan berkualitas bagi masyarakat Indonesia. Bahan bacaan berkualitas itu dapat digali dari lanskap dan perubahan sosial masyarakat perdesaan dan perkotaan, kekayaan bahasa daerah, pelajaran penting dari tokoh-tokoh Indonesia, kuliner Indonesia, dan arsitektur tradisional Indonesia. Bahan bacaan yang digali dari sumber-sumber tersebut mengandung nilai-nilai karakter bangsa, seperti nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
iv
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai karakter bangsa itu berkaitan erat dengan hajat hidup dan kehidupan manusia Indonesia yang tidak hanya mengejar kepentingan diri sendiri, tetapi juga berkaitan dengan keseimbangan alam semesta, kesejahteraan sosial masyarakat, dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apabila jalinan ketiga hal itu terwujud secara harmonis, terlahirlah bangsa Indonesia yang beradab dan bermartabat mulia. Salah satu rangkaian dalam pembuatan buku ini adalah proses penilaian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuaan. Buku nonteks pelajaran ini telah melalui tahapan tersebut dan ditetapkan berdasarkan surat keterangan dengan nomor 13986/H3.3/PB/2018 yang dikeluarkan pada tanggal 23 Oktober 2018 mengenai Hasil Pemeriksaan Buku Terbitan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Kepala Pusat Pembinaan, Kepala Bidang Pembelajaran, Kepala Subbidang Modul dan Bahan Ajar beserta staf, penulis buku, juri sayembara penulisan bahan bacaan Gerakan Literasi Nasional 2018, ilustrator, penyunting, dan penyelaras akhir atas segala upaya dan kerja keras yang dilakukan sampai dengan terwujudnya buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi khalayak untuk menumbuhkan budaya literasi melalui program Gerakan Literasi Nasional dalam menghadapi era globalisasi, pasar bebas, dan keberagaman hidup manusia.
Jakarta, November 2018Salam kami,
ttd
Dadang SunendarKepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
v
sekapur sirih
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan buku bahan
bacaan anak ini pada waktu yang telah ditentukan.
Buku ini berjudul Berkelana Bersama Banua. Buku ini
menceritakan perjalanan seorang anak bernama Banua ke
tujuh rumah tradisional di Sumara Utara. Penulisan buku
selain bertujuan agar anak-anak Indonesia mengenal,
mencintai, dan melestarikan budaya bangsa agar tidak
tergerus perkembangan zaman, juga menyampaikan
pesan tentang sikap hidup yang baik dalam keluarga dan
masyarakat.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa dan Kepala Pusat Pembinaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa karena
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
berpartisipasi dalam kegiatan Gerakan Literasi
Nasional.
Terima kasih kepada suamiku Epri Efendi dan
kepada putri-putriku Nurul Hayana, Annisa Fadilah, dan
vi
Aulia Pratiwi yang selalu menjadi sumber motivasi
dan inspirasi bagi penulis. Tidak lupa terima kasih saya
sampaikan kepada Kepala SMA Negeri 16 Medan dan
seluruh pihak yang telah mendukung penulis dalam
penyelesaian buku ini.
Akhir kata penulis berharap buku ini dapat
bermanfaat dan dapat menumbuhkembangkan minat dan
budaya baca anak di seluruh tanah air.
Medan, Oktober 2018
Wahidah Rahmadhani
vii
daftar isi
Sambutan ....................................................................... iii
Sekapur Sirih .................................................................v
Daftar Isi ........................................................................vii
1. Hai Perkenalkan Namaku Banua ........................1
2. Rumah Melayu Deli ..............................................3
3. Rumah Batak Toba ...............................................11
4. Rumah Simalungun ..............................................23
5. Rumah Karo ..........................................................33
6. Rumah Pakpak ......................................................41
7. Rumah Mandailing Angkola .................................47
8. Rumah Nias ...........................................................55
9. Pulang Yuk! ...........................................................64
Daftar Pustaka ...............................................................65
Glosarium .......................................................................67
Biodata Penulis ..............................................................69
Biodata Penyunting .......................................................71
viii
1
Perkenalkan Namaku Banua
Teman-teman, perkenalkan namaku Banua.
Kata Mama, namaku berasal dari Bahasa Batak
yang artinya alam. Kata Papa nama itu adalah doa
agar aku menjadi anak yang mencintai alam yang
diciptakan Tuhan untuk kebaikan umat manusia.
Aku berasal dari Sumatra Utara. Sumatra
Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia.
Ibu kota Provinsi Sumatra Utara adalah Kota
Medan. Teman-teman pasti sudah mengetahuinya.
Oh ya, di sini , di Provinsi Sumatra Utara, hidup
berdampingan dengan damai berbagai etnis atau
suku bangsa, baik suku asli maupun suku pendatang.
2
Suku asli di Provinsi Sumatra Utara ada tujuh, yaitu Melayu Deli, Batak Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing, dan Nias.
Melalui buku ini, aku akan mengajak teman-teman berkelana mengunjungi rumah-rumah tradisional di daerahku. Kuharap teman-teman senang berkelana bersama denganku. Yuk, kita berangkat. Teman-teman jangan lupa baca doa dulu ya. Semoga perjalanan kita semua mendapat pelindungan dari Tuhan.
.
3
Rumah Melayu Deli
Teman-teman, perjalanan ini akan kita mulai dari rumah Melayu. Suku Melayu tersebar di beberapa daerah di Sumatra Utara seperti di Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Langkat, dan Batu Bara. Oh ya, selain di Sumatra Utara sebenarnya suku Melayu juga banyak di daerah lain seperti di Provinsi Riau, Provinsi Jambi, dan Pulau Kalimantan.
Untuk membedakan Melayu di Sumatra Utara dengan daerah lain, suku Melayu di Sumatra Utara suka menyebut sukunya Melayu Deli. Kalian pasti pernah mendengar bahwa di Sumatra Utara ada sebuah Kerajaan Melayu yang sangat terkenal, yaitu Kesultanan Deli. Kesultanan Deli erat kaitannya dengan kisah Putri Hijau yang cantik jelita. Pada kesempatan yang lain kita akan bercerita tentang Putri Hijau. Sekarang kita berkunjung ke rumah tradisional Melayu dulu yuk!
4
Berkelana Bersama Banua
Teman-teman, rumah-rumah tradisional Melayu telah ada sejak ratusan tahun lalu. Gaya dan bentuk bangunan dipengaruhi cara hidup, ekonomi, alam, dan iklim. Bahan utama rumah tradisional Melayu adalah kayu, bambu, rotan, dan pelepah daun yang dapat diambil dari hutan.
Pada rumah-rumah yang masih asli, kayu- kayu dihubungkan tanpa menggunakan paku. Untuk menghubungkan kayu satu dengan yang lainnya, dahulu leluhur kita memberi lubang pada kayu-kayu yang akan dihubungkan. Hal ini membuat kesan rumah tradisional Melayu dapat dibongkar pasang dan dipindahkan.
Teman-teman, rumah Melayu juga disebut rumah panggung karena berbentuk rumah panggung dengan tinggi sekitar dua meter. Dibuat seperti itu untuk menghindari banjir karena masyarakat Melayu banyak yang tinggal di pesisir pantai. Selain itu, juga untuk menghindari serangan binatang buas dan agar udara segar lebih leluasa masuk ke dalam rumah.
Oh ya, kalian tahu tidak, kalau atap rumah panggung mempunyai beberapa bentuk? Atap rumah
Wahidah Rahmadhani
5
panggung ada yang berbentuk melengkung, ada berbentuk panjang dan curam yang biasa juga disebut
lipat kajang dan ada pula yang berbentuk limas. Bentuk
atap ini disesuaikan dengan iklim dan daerah.
Di Sumatera Utara, hampir semua atap rumah
tradisional Melayu adalah bentuk lipat kajang, namun
ada juga yang berbentuk limas seperti pada rumah
tradisional Melayu yang ada di Tanjung Pura Kabupaten
Langkat.
Pada awalnya, atap rumah tradisional Melayu
terbuat dari atap nipah atau rumbia, tetapi sejalan dengan
perkembangan zaman, sudah banyak yang mengganti
atapnya dengan seng ataupun genteng.
Selain atapnya, aku rasa bagian lain rumah Melayu
juga menarik loh. Lantai dan dinding dibuat dari papan.
Papan pada dinding rumah biasanya disusun berdiri atau
vertikal.
Tiang-tiang rumah ada yang dibuat dari kayu yang
berbentuk bulat atau persegi dan ada pula yang dibuat
dari batu yang besar.
Rumah panggung biasanya terbagi atas tiga ruang
utama, yaitu rumah induk, dapur, dan serambi. Ketiga
bagian ini pada zaman dahulu dapat dipisah. Rumah
6
induk terbagi lagi menjadi ruang tamu dan beberapa ruang tidur. Serambi merupakan tempat bersantai atau tempat menerima tamu. Serambi terletak di bagian depan dengan lantai lebih rendah daripada rumah induk. Serambi biasanya memiliki atap tetapi tidak berdinding.
Sekarang, kita ke bagian jendela dan pintu yuk! Jendela rumah panggung dibuat dari kayu yang dibentuk sedikit miring, tujuannya memudahkan udara masuk ke dalam ruangan. Jendela dan pintu biasanya memiliki dua daun.
Untuk masuk ke rumah panggung, kita harus menggunakan tangga yang terbuat dari kayu atau batu bata. Tangga utama berada di depan rumah dihubungkan ke serambi rumah. Adakalanya kita menemukan tangga tambahan di bagian belakang rumah.
Ada dua jenis tangga pada rumah tradisional Melayu, pertama tangga sepasang yang melekat pada sisi kiri dan kanan serambi rumah, kedua tangga tunggal yang melekat pada bagian depan serambi ataupun pada salah satu sisi serambi rumah.
Walaupun rumah Melayu mempunyai berbagai variasi bentuk, tetapi semua rumah Melayu mempunyai persamaan, yaitu berbentuk panggung, bertangga, mempunyai banyak ruangan, dan dihiasi ukiran.
7
Rumah Melayu
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Teman-teman, salah satu keistimewaan rumah
Melayu adalah pada setiap bagian rumah selalu dihiasi
dengan ukiran-ukiran yang sangat menarik dan bernilai
seni tinggi. Selai tu, motif-motif ukiran tersebut memiliki
makna dan menjadi simbol atau lambang tertentu.
8
Di antara ukiran tersebut ada:
• motif sayap layang-layang yang berarti kegagahan
dan kemampuan menghadapi halangan dan rintangan;
• motif tapak Sulaiman sebagai simbol kebaikan;
• motif siguntang mahameru sebagai simbol kejayaan,
keabadian, dan kemakmuran;
• motif naga bekaluk sebagai simbol kejantanan,
keperkasaan, dan rasa percaya diri;
• motif itik pulang petang merupakan simbol kesabaran,
kedisiplinan, dan taat hukum;
• motif lebah begantung sebagai lambang kesetiaan,
bermanfaat, rajin, penawar penyakit, taat, dan
mendatangkan kebaikan;
• motif semut beriring sebagai lambang kerajinan,
gotong royong, tetap pendirian, dan tahu diri;
• motif badak balek sebagai simbol pelindung diri;
• motif selembayung sebagai simbol tangkal gaib,
kemakmuran dan ketenteraman;
• motif pucuk rebung sebagai lambang pengharapan
yang baik.
• motif awan larat sebagai simbol harmoni, seia sekata
9
Motif badak balek
Puakmelayu.blogspot.com
Motif lebah begantung
Puakmelayu.blogspot.com
Motif pucuk rebung
Puakmelayu.blogspot.com
Motif semut beriring
Puakmelayu.blogspot.com
10
Motif semut beriring
Puakmelayu.blogspot.com
Sampai di sini ya, kunjungan kita ke rumah
panggung. Semoga rumah panggung tetap lestari seperti
moto masyarakat Melayu, yaitu esa hilang dua terbilang,
patah tumbuh hilang berganti, tak kan Melayu hilang di
bumi. Sampai jumpa di rumah selanjutnya. Ahoi.
11
Rumah Batak Toba
Teman-teman, sekarang kita berkunjung ke
rumah tradisional Batak Toba, yuk! Dahulu masyarakat
suku Batak Toba yang tinggal di pesisir Danau Toba,
membentuk suatu daerah perkampungan yang cukup
unik. Tempat mereka memiliki dua rumah, yaitu rumah
untuk tempat tinggal yang disebut jabu yang terletak di
sebelah selatan desa atau huta serta rumah untuk tempat
penyimpanan hasil pertanian yang disebut sopo yang
terletak di sebelah utara huta.
Rumah tempat tinggal yang paling besar biasanya
ditempati oleh pemimpin kampung atau raja. Rumah ini
disebut jabu bolon.
12
Jabu bolon ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
• bagian atas (ginjang) yang merupakan atap;
• bagian tengah (tonga) yang merupakan dinding
depan, dinding samping, dan dinding belakang;
• bagian bawah (tombara) yang merupakan fondasi
berupa batu atau tiang-tiang pendek, tangga
(balatuk) dan kolong (bara).
Nah, itulah bagian dari jabu bolon. Sekarang aku akan menceritakan satu per satu bagiannya. Pertama, bagian atap. Atap jabu bolon berbentuk melengkung, dibuat seperti ini agar kuat menahan angin danau yang kencang. Pada ujung atap sebelah depan dilekatkan tanduk kerbau sehingga atap jabu bolon menyerupai kerbau. Pada zaman dahulu, atap jabu bolon terbuat dari ijuk karena ijuk merupakan bahan yang mudah didapatkan. Atap ijuk ini terdiri atas tiga lapisan, setiap lapisan diikat dengan jarum yang terbuat dari bambu dengan jarak setengah meter. Namun sayang, saat ini banyak jabu bolon yang tidak lagi menggunakan atap ijuk, masyarakat sudah mengganti atapnya dengan seng.
Ada satu kepercayaan pada Suku Batak Toba yang menganggap bahwa semua yang letaknya di atas adalah
13
suci. Atap juga dianggap sebagai tempat yang suci
sehingga dapat digunakan untuk menyimpan pusaka dan benda-benda keramat, yang dalam bahasa Batak Toba disebut ugasan hamitan.
Teman-teman, selanjutnya kita akan melihat bagian tengah, yaitu dinding. Dinding jabu bolon berbentuk miring, hal ini dimaksudkan agar angin mudah masuk. Dinding-dinding itu lalu diikat diikat dengan tali. Tali-tali pengikat dinding disebut tali retret yang terbuat dari ijuk dan rotan. Tali pengikat ini membentuk pola seperti cicak yang mempunyai dua kepala yang saling bertolak belakang. Teman-teman, cara mengikat tali ini mempunyai makna loh. Maknanya, semua penghuni rumah mempunyai peranan yang sama dan saling menghormati.
Selanjutnya, kita melihat bagian bawah, yuk! Bagian bawah yang terdiri atas fondasi, tangga, dan kolong. Fondasi jabu bolon menggunakan fondasi cincin. Pada fondasi cincin batu menjadi tumpuan dari tiang-tiang yang berdiri di atasnya. Tiang-tiang itu berjumlah 18 buah dan berdiameter 42-50 cm, terbuat dari kayu yang lentur sehingga tahan gempa.
Tahu tidak teman-teman, pada zaman dahulu, belum ditemukan alat perekat seperti semen sehingga
14
tiang-tiang penyangga dihubungkan dengan ransang,
yakni papan kayu tanpa paku.
Teman-teman, untuk masuk ke rumah kita
harus menaiki tangga yang berada di bagian depan.
Kalian tahu tidak, adakalanya keadaan tangga menjadi
kebanggaan bagi suku Batak Toba. Bila tangga cepat
rusak, menandakan bahwa tangga tersebut sering
dilintasi orang, yang berarti yang punya rumah adalah
orang yang senang menerima tamu. Tangga yang seperti
ini disebut tangga regerege.
Tangga pada jabu bolon terdiri atas dua macam.
1. Tangga jantan (balatuk tunggal), terbuat dari
potongan batang pohon atau tiang yang dibentuk
menjadi tangga. Anak tangganya merupakan lubang
pada batang itu sendiri, berjumlah lima buah atau
tujuh buah. Biasanya terbuat dari pohon besar yang
batangnya kuat yang disebut sibagure.
2. Tangga betina (balatuk boru-boru), terbuat dari
beberapa potong kayu yang keras dan jumlah anak
tangganya ganjil.
Sekarang kita masuk ke jabu bolon, yuk! Untuk
masuk ke jabu bolon, kita melalui pintu utama yang
15
menjorok ke dalam dengan lebar 80 cm dan tinggi 1,5m.
Pintu ini dikelilingi ukiran, lukisan, dan tulisan dengan
dua kepala singa pada ambang pintu. Pintu sengaja dibuat kecil agar orang yang akan masuk menghormati tuan rumah.
Ketika masuk, kita akan berdiri di lantai yang dibuat dari papan. Agar lantai tersebut tidak goyang-goyang, dibuat galang lantai yang disebut gulang-gulang. Gulang-gulang ini juga berfungsi untuk memperkokoh bangunan.
Teman-teman, di dalam jabu bolon kita akan menemukan berbagai peralatan rumah tangga sehari-hari, seperti:
1. tataring atau tungku2. huddon tano atau periuk tanah3. hasung (tempat menampung air) yang terbuat dari
bambu yang panjang dan besar.4. sapa atau piring besar yang terbuat dari kayu5. solub (tempat menyimpan makanan yang sudah
dimasak) yang terbuat dari bambu.6. tampi persegi empat yang berfungsi sebagai tempat
sesajen atau persembahan untuk memohon berkat dan pelindungan kepada roh nenek moyang.
16
Bagian atas di dalam rumah, tidak ada plafon, tetapi terdapat ruangan di bagian depan dan belakang yang disebut para-para. Para-para bagian depan biasanya digunakan untuk menyimpan benda-benda adat atau alat musik tradisional. Para-para bagian belakang digunakan untuk tempat menyimpan peralatan dapur dan persediaan bahan makanan.
Walaupun jabu bolon tidak mempunyai dinding-dinding pembatas ruangan, secara adat telah ditetapkan bagian-bagian dari rumah. Biasanya jabu bolon dibagi menjadi empat bagian, yaitu:1. jabu bona adalah daerah sudut kanan di bagian
belakang dari pintu masuk, bagian ini ditempati oleh keluarga tuan rumah;
2. jabu soding adalah daerah sudut kiri di bagian belakang pintu masuk, bagian ini ditempati oleh anak-anak gadis dan anak-anak kecil;
3. jabu suhat ialah adalah sudut kiri di bagian depan dekat pintu masuk, bagian ini ditempati anak tertua yang sudah berkeluarga, tetapi belum memiliki rumah;
4. jabu tampar piring ialah daerah sudut kanan di bagian depan dekat pintu masuk, bagian ini disiapkan untuk tamu.
17
Rumah Tradisional Batak Toba Sumber: Dokumentasi Penulis
Teman-teman, pada zaman dahulu suku Batak Toba
belum mengenal agama, tetapi mereka menganut sebuah
kepercayaan yang disebut parmalim. Salah satu hal
yang mereka percayai adalah adanya tiga alam, yaitu
alam atas, alam tengah, dan alam bawah. Kepercayaan
terhadap tiga alam ini tercermin dari pemilihan warna
pada ukiran-ukiran Batak Toba, yaitu putih, merah,
dan hitam. Warna putih merupakan lambang alam
atas yang berarti adanya Sang Pencipta; warna merah
18
melambangkan alam tengah, yaitu manusia; warna
hitam melambangkan alam bawah, yang berarti adanya
kekuatan gaib atau mistik.
Teman-teman, ukiran atau pahatan tradisional
Batak Toba disebut juga gorga. Biasanya gorga terdapat
di dinding bagian luar dan bagian depan jabu bolon. Gorga
dibuat dengan dua cara, dapat dengan cara memahat kayu
atau papan, serta dapat pula dengan cara melukiskan.
Biasanya gorga yang dilukiskan terdapat di bagian dalam
rumah, sedangkan yang dipahat terdapat di bagian luar
rumah.
Bahan untuk gorga yang dipahat adalah kayu lunak
sehingga mudah dipahat. Biasanya kayu yang dipilih
adalah kayu unggil karena selain mudah dipahat, Kayu
ini tahan terpaan sinar matahari langsung dan juga
terpaan hujan.
Setelah dipahat atau dilukis, kemudian dicat dengan
cat berwarna putih, merah, dan hitam yang disebut bolit.Tahukah teman-teman, pada zaman dahulu leluhur
kita menciptakan catnya sendiri secara alami. Cat warna merah diambil dari batu hula, sejenis batu alam yang berwarna merah yang tidak ditemukan di semua daerah dan harus dicari dengan keahlian khusus. Batu hula ini
19
ditumbuk sampai halus seperti tepung dan dicampur sedikit air, lalu dioleskan ke ukiran.
Cat warna putih diambil dari tanah yang berwarna putih. Tanah yang halus dan lunak. Dalam bahasa Batak disebut tano buro. Tano buro ini digiling sampai halus, serta dicampur dengan sedikit air sehingga tampak seperti cat tembok.
Sementara itu, cat warna hitam dibuat dari sejenis daun-daunan yang ditumbuk sampai halus serta dicampur dengan abu periuk. Abu dikikis dari periuk dan dimasukkan ke daun-daunan yang ditumbuk tadi, kemudian digongseng terus-menerus sampai seperti cat tembok hitam. Wah, kreatif ya leluhur kita, mampu menciptakan karya besar dari bahan-bahan sederhana di sekitarnya. Bagaimana dengan kita? Pastinya kita lebih kreatif, kan?
Teman-teman, sekarang kita melihat sembilan bentuk gorga Batak Toba, yuk! Nah inilah gorga Batak Toba yang unik dan bernilai seni tinggi.
1. gorga ipon-ipon, yaitu gorga ini yang berbentuk gigi;
2. gorga sitompi yang berbentuk seperti alat petani
yang disangkutkan di leher kerbau saat membajak
sawah;
20
3. gorga simataniari yang berbentuk matahari;
4. gorga desa nawalu yang berbentuk delapan pen-
juru mata angin;
5. gorga si marogung-ogung yang berbentuk gong;
6. gorga singa-singa yang berbentuk singa;
7. gorga jorgom atau gorga ulu singa yang bentuknya
mirip binatang dan manusia, biasanya ditempatkan
di atas pintu masuk ke rumah;
8. Gorga boras pati dan adop-adop yang bentuknya
seperti cicak.
9. Gorga ulu paung berbentuk kepala manusia.
Gorga boras pati dan adop-adop (www.kaskus.co.id)
Gogra desa nawalu dan gorga simarogung-ogung(www.kaskus.co.id)
21
Gorga singa-singa dan gorga ulu paung(www.kaskus.co.id)
Gorga jorgom atau ulu singa dan gorga simataniari(www.kaskus.co.id)
Gorga sitompi dan gorga ipon-ipon(www.kaskus.co.id)
Teman-teman, sampai di sini dulu ya, kunjungan
kita ke rumah tradisional Batak Toba. Selanjutnya,
kita akan berkunjung ke rumah tradisional Simalungun.
Sebagai penutup perjalanan kali ini, yuk kita nyanyikan
sebuah lagu yang mengisahkan kecintaan masyarakat
Batak pada tanah leluhurnya. Kita bernyanyi bersama
yuk!
22
Oh tano Batak haholonganku sai namalungun do
au tuho. Ndang olo modom ndang nok matangku sai na
masihol do au sai nai tuho.
(Oh tanah Batak yang kucinta aku selalu
merindukanmu. Tak dapat aku tertidur, tidak terpejam
mataku karena merindukanmu)
Oke, teman-teman, sampai jumpa di rumah
selanjutnya. Horas.
23
Rumah Simalungun
Teman-teman, sekarang kita berkunjung ke rumah
bolon. Rumah bolon merupakan rumah tradisional
Simalungun. Rumah bolon berarti rumah besar.
Dinamakan demikian, bukan hanya karena bentuknya
besar, melainkan juga karena bolon ini dahulu ditempati
oleh raja-raja Simalungun. Wah, ternyata tanah air kita
dahulu terdiri atas banyak kerajaan, ya. Tahukah teman-
teman, nama kerajaan besar yang pernah menyatukan
seluruh nusantara di bawah kekuasaannya? Ya, benar.
Kerajaan Majapahit dengan Mahapatih Gajah Mada
yang arif bijaksana. Lain kali, kita juga akan bercerita
tentang kerajaan-kerajaan di nusantara, ya. Sekarang
kita kembali ke rumah bolon, ya, teman-teman.
Rumah bolon berbentuk panggung memanjang
dengan panjang lebih kurang tiga puluh meter, lebar
24
tujuh meter dan tinggi lima meter. Kebanyakan bagian
bangunan ini berwarna coklat muda yang divariasikan
dengan warna putih, merah, dan hitam.
Walaupun rumah bolon dibangun tanpa
menggunakan paku, rumah bolon sangat kuat sehingga
dapat bertahan ratusan tahun. Salah satu rumah bolon
yang masih bertahan sampai saat ini adalah rumah bolon
yang terletak di Pematang Purba. Untuk menggantikan
fungsi paku, leluhur kita dulu menggunakan pasak dan
tali pilihan yang sangat kuat. Hebat ya, leluhur kita bisa
membuat bangunan yang dapat bertahan ratusan tahun.
Teman-teman yang bercita-cita menjadi arsitek, harus
membuat bangunan yang lebih hebat lagi, ya.
Rumah bolon memiliki kolong yang tingginya
dua meter. Kolong tersebut biasanya digunakan untuk
menyimpan hewan peliharaan seperti kerbau, kambing,
dan ayam. Selain bertani, leluhur kita juga peternak
andal.
Oh iya, teman-teman, ada satu bagian rumah bolon
yang begitu istimewa dan membuat rumah ini berbeda
dengan rumah tradisional lainnya di Sumatra Utara. Tahu
tidak bagian mana yang aku maksud. Ya benar, bagian
25
kaki bangunan yang penuh ukiran. Kaki bangunan di
bagian depan berupa susunan kayu gelondongan
yang masih bulat. Kayu-kayu itu disusun dengan cara
saling menyilang dari sudut ke sudut. Sementara itu,
bagian belakang merupakan tiang-tiang yang terbuat dari
kayu gelondong yang tegak lurus. Semua kaki bangunan
dihiasi ukiran yang sangat indah.
Teman-teman, sekarang kita masuk, yuk. Untuk
masuk rumah, kita melalui tangga yang anak tangganya
berjumlah ganjil, yakni sembilan. Menurut masyarakat
Simalungun, anak tangga yang berjumlah ganjil akan
memberikan keberkatan kepada penghuni rumah.
Tangga rumah bolon dilengkapi seutas tali rotan yang
digantungkan pada atap di tengah-tengah tangga.
Rumah bolon memiliki serambi bertingkat dua
yang berada di sisi kiri depan dan kanan depan rumah
bolon. Beranda ditopang oleh tiang-tiang kecil yang
dihiasi dengan ukiran yang indah. Dinding rumah agak
miring dan memiliki bagian yang terbuka yang berfungsi
sebagai jendela dan pintu.
Setelah melalui tangga kita masuk dari pintu
depan. Oh ya, teman-teman, pintu di rumah bolon ada
tiga, yaitu di bagian depan dan belakang rumah, serta
26
di antara ruangan depan dan ruangan belakang. Pintu
berbentuk persegi empat dan berukuran kecil, kurang
dari satu meter. Oleh karena itu, kita harus menunduk
ketika masuk ke dalam rumah. Hal ini memang disengaja
dengan maksud agar tamu menghormati pemilik rumah.
Dalam bahasa Simalungun disebut sibaba ni aporit.
Nah, sekarang kita sudah berada di dalam rumah
bolon. Rumah bolon terbagi menjadi dua bagian, yaitu
ruangan depan yang disebut lopo yang diperuntukkan
bagi raja dan ruangan belakang yang diperuntukkan bagi
istri dan anak-anak raja.
Ruangan depan berukuran lebih kecil jika
dibandingkan dengan ruangan belakang. Pada ruangan
ini terdapat bilik berukuran kecil di sudut kanan belakang
dekat dengan pintu penghubung antara kedua ruangan.
Bilik kecil itu berbentuk rumah, atapnya terbuat dari
papan dan menyatu dengan dinding penyekat yang
berukir. Bilik kecil itu berfungsi sebagai tempat tidur
raja. Di bawah bilik kecil itu terdapat sebuah kolong
yang khusus dibuat untuk pengawal bersiaga, menjaga
keselamatan dan melayani keperluan raja.
Ruangan ini juga dilengkapi dengan tempat duduk
yang disebut hotak. Hotak digunakan pada saat raja
27
berbincang-bincang dengan hulubalang atau tamu-tamu
kerajaan.
Di tengah ruangan, berdiri sebuah tiang yang dihiasi
dengan berbagai ragam hias dan sejumlah tanduk kerbau.
Tiang ini selain berfungsi sebagai penyangga juga sebagai
lambang hubungan antara manusia denganTuhan.
Ruangan ini dilengkapi dengan tungku dan alat-alat
memasak, juga bambu tempat menyimpan air minum.
Selain itu, terdapat alat musik tradisional Simalungun.
Sekarang, kita melihat ke ruangan belakang,
ya. Ruangan belakang berukuran lebih luas. Sisi kiri
dan kanan dibuat lebih tinggi dari permukaan lantai.
Permukaan yang lebih tinggi ini berfungsi sebagai
tempat tidur istri dan anak-anak raja. Pada bagian
ini, dilengkapi tungku dan alat-alat memasak
Setelah mengamati bagian dalam rumah, sekarang
kita amati bagian atas, ya. Bagian atas rumah bolon
merupakan atap. Atap rumah bolon miring dan curam
dengan bentuk perisai pada sisi bawah, sedangkan sisi
atas berbentuk pelana. Pada ujung atas kepala kerbau,
tanduknya dari kerbau asli dan kepalanya dari ijuk.
28
Rumah Tradisional Simalungun Sumber: Dokumentasi Penulis
Teman-teman, seperti yang kita lihat tadi,
banyak sekali bagian rumah bolon yang dihiasi dengan
berbagai ornamen. Ornamen-ornamen itu disebut gorga.
29
Setiap gorga mempunyai makna sendiri dan dipercaya dapat menghalau roh atau kekuatan jahat yang akan mengganggu pemilik rumah. Berikut ini adalah beberapa contoh gorga yang terdapat pada rumah bolon.Yuk kita amati satu per satu, yaitu:1. ipon-ipon, gorga bermotif gerigi yang melambangkan
sikap ramah dan hormat kepada semua orang, terdapat pada dinding belakang, tiang, dan beranda;
2. pinar appul-appul, gorga bermotif kupu-kupu yang melambangkan meringankan beban, menghindari keributan, dan memelihara ketertiban, terdapat pada tiang;
3. pahu-pahu patundal, gorga bermotif pakis yang melambangkan persatuan, berbeda pendapat tetapi satu tujuan, terdapat pada tiang beranda;
4. hail putor, gorga yang bermotif mata pancing yang berputar yang melambangkan persatuan, terdapat pada tiang;
5. porkis marodor, gorga bermotif semut beriring melambangkan sikap gotong royong dan rajin bekerja, terdapat pada dinding dan beranda;
6. sihilap bajaronggi, gorga bermotif sejenis tumbuhan air yang melambangkan sikap simpatik dan saling
mengingat, terdapat pada ruangan istri raja;
30
7. pinar barospati, gorga bermotif binatang yang merayap menyerupai cicak terbuat dari ijuk yang dipintal atau dijalin, menempel pada dinding bangunan yang terbuat dari anyaman rotan;
8. bodat marsihutuan, gorga bermotif barisan monyet mencari kutu yang melambangkan saling meringankan beban, menghindari keributan dan memelihara ketertiban, terdapat pada hiasan lainnya;
9. gorga suleppat, gorga berbentuk jalinan-jalinan yang melambangkan ikatan persatuan antara masyarakat di bawah pimpinan raja, terdapat pada dinding bagian bawah;
10. hambing mardugu, gorga bermotif kambing berlaga yang melambangkan keberanian menghadapi tantangan, terdapat pada dinding bagian depan.
Gorga ipon-ipon dan gorga pinar appul-appulhttps://www.scribd.com/doc/215624837/ornamen-simalungun -new
31
Gorga pahu-pahu patundal dan gorga hail putorhttps://www.scribd.com/doc/215624837/ornamen-simalungun -new
Gorga sihilap bajaronggi dan gorga porkis marodorhttps://www.scribd.com/doc/215624837/ornamen-simalungun -new
Gorga Boraspati dan Gorga Bodat Marsihutuanhttps://www.scribd.com/doc/215624837/ornamen-simalungun -new
Gorga suleppat dan gorga hambing marduguhttps://www.scribd.com/doc/215624837/ornamen-simalungun -new
Teman-teman, menyenangkan ya dapat berkunjung
ke rumah-rumah tradisional di Sumatra Utara.
Menurutku, ada banyak hal yang menambah pengetahuan
dan pengalaman kita. Aku sangat tertarik dan kagum
pada ornamen-ornamen rumah tradisional yang kita
32
kunjungi. Kalau aku besar nanti, aku akan jadi seorang
arsitek. Aku akan merancang bangunan yang kuat dan
kokoh. Selain mempergunakan ornamen tradisional yang
sudah ada, aku juga akan menciptakan ornamen baru
yang tidak kalah hebat. Pada suatu hari nanti, ornamen-
ornamen ciptaanku akan terkenal dan dikagumi banyak
orang. Aku akan membuat orang tuaku, bahkan bangsa
dan negaraku bangga. Wah, khayalanku ketinggian, ya.
Namun, tidak apa-apa, kita mulai merangkai impian
sejak sekarang. Kata mamaku, mimpi dapat mengubah
dunia.
Oke, sampai jumpa di rumah selanjutnya, teman-
teman. Horas.
33
Rumah Karo
Kini perjalanan kita lanjutkan ke rumah tradisional Karo. Tanah Karo merupakan tanah yang subur dan indah. Jika teman-teman berkunjung ke Sumatra Utara jangan lupa singgah ke Kabupaten Karo, teristimewa Kota Brastagi. Kalian akan merasakan berbagai jenis buah-buahan, sambil menikmati udara yang sejuk dan pemandangan alam yang indah.
Tak jauh dari Kota Brastagi, tepatnya di Desa Lingga, masih berdiri kokoh sebuah rumah tradisional Karo. Rumah tradisional Karo ada beberapa jenis, bergantung pada jumlah keluarga yang menempati rumah tersebut. Salah satu jenisnya adalah rumah si waluh jabu, seperti yang terdapat di Desa Lingga. Rumah si waluh jabu ini ditempati delapan keluarga atau dalam bahasa Karo disebut waluh jabu. Meskipun ditempati delapan keluarga, rumah ini sama sekali tidak mempunyai sekat. Semua
warga rumah bisa hidup bersama dan saling menghargai.
34
Teman-teman, rumah si waluh jabu berukuran
17 X 12 m2 dan tingginya 12 m. Rumah ini merupakan
bangunan yang unik karena tidak menggunakan paku,
tetapi hanya diikat dengan tali yang terbuat dari ijuk.
Rumah ini berbentuk panggung dengan tinggi dua
meter dan ditopang tiang-tiang kayu berukuran besar
sebanyak enam belas tiang yang bersandar pada batu-
batu besar. Batu-batu itu diambil dari gunung atau
sungai. Delapan dari tiang itu menyangga lantai dan
atap, sedangkan yang delapan lagi hanya menyangga
lantai. Tidak semua jenis kayu dapat digunakan untuk
membangun rumah ini. Kayu yang dapat digunakan
hanya tiga jenis, yaitu:
1. kayu ndrasi, kayu yang diyakini menjauhkan kelu-
arga dari segala penyakit,
2. kayu ambartuah, kayu yang diyakini membawa tuah
bagi pemilik rumah, dan
3. kayu sibernaik, kayu yang diyakini akan memudah-
kan rezeki
Teman-teman, sekarang kita mengamati rumah
si waluh jabu berdasarkan bagian-bagiannya, ya. Nah,
sebelumnya, kita akan membagi rumah ini menjadi tiga
35
bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah, dan bagian
bawah.
Teman-teman, pertama kita amati bagian atap
rumah. Atap rumah merupakan atap pelana yang ditutupi
dengan ijuk hitam dan diikatkan pada sebuah kerangka
dari anyaman bambu. Atap dijalin dengan tali. Di setiap
ujung atap dipasang tanduk kerbau. Pada puncak atap
dipasang pula anyaman dari bambu berbentuk segitiga
disebut ayo-ayo yang berfungsi sebagai ventilasi atap.
Di ujung ayo-ayo inilah tanduk kerbau dipasang. Ayo-ayo
dipercaya dapat menolak bala atau sial.
Teman-teman, selanjutnya kita amati bagian
tengah, ya. Bagian tengah rumah merupakan dinding
rumah. Dinding rumah berbentuk miring dan berfungsi
sebagai penyangga atap. Pada dinding rumah terdapat
ukiran lima warna dengan motif saling kait. Setiap
warna memiliki makna sendiri. Kelima warna tersebut
melambangkan hubungan kekerabatan antara lima
marga dalam Suku Karo, yaitu:
1. warna merah simbol marga Ginting;
2. warna hitam simbol marga Sembiring;
3. warna putih simbol marga Perangin-angin;
36
4. warna biru simbol marga Tarigan; dan
5. warna kuning keemasan simbol marga Karo-karo.
Pada dinding rumah terdapat dua buah pintu yang
menghadap ke barat dan ke timur. Tinggi pintu sekitar
120 cm dan mempunyai daun pintu ganda. Di dinding
juga terdapat delapan jendela yang terpasang di sisi kiri
dan kanan. Jendela berukuran lebih kecil dari pintu dan
mempunyai daun jendela tunggal. Bagian luar kosen dan
daun pintu diukir dengan susunan busur dan anak panah.
Di depan kedua pintu tersebut dibuat serambi dari bambu
yang disebut turai. Turai ini digunakan untuk tempat
para wanita menenun ulos dan menerima tamu.
Teman-teman, sekarang kita masuk ke dalam
rumah, yuk. Di dalam rumah, kita akan menemukan
tungku yang terdiri atas lima batu berbentuk persegi yang
disebut batu silima. Setiap satu tungku dipakai oleh dua
keluarga. Di atas tungku, digantung para sebanyak dua
tingkat. Bagian atas merupakan tempat memasak tape,
sedangkan bagian bawah sebagai tempat menyimpan
kayu bakar. Di setiap sudut para, terdapat pasak yang
pada setiap pesta tahun digunakan untuk menggantung
daging yang akan dihidangkan kepada para tamu.
37
Teman-teman, bagian bawah rumah juga menarik
untuk kita amati. Yuk, kita mulai. Rumah si waluh
jabu berbentuk panggung dan mempunyai kolong yang
tingginya sekitar dua meter. Kolong rumah ini digunakan
untuk tempat menyimpan kayu dan memelihara ternak.
Fondasi rumah terbuat dari batu. Agar rumah tahan
terhadap gempa, di antara batu fondasi dengan tiang
penyangga, dilapisi batang ijuk yang disebut palas.
Rumah tradisional KaroSumber: Dokumentasi Penulis
38
Teman-teman, rumah si waluh jabu memiliki
ornamen yang tidak kalah menarik, loh. Ornamen ini
disebut gerga. Selain bernilai seni tinggi, gerga juga
berkaitan dengan kepercayaan masyarakat. Gerga ini
terdapat pada bagian dinding depan, dinding kiri, dan
dinding kanan, juga pada atap rumah. Sekarang kita lihat
satu persatu, yuk!
1. Gerga pengeret-eret, bermotif cicak dengan dua
kepala ke arah kanan dan kiri. Gerga ini berfungsi
sebagai kekuatan menolak bala dan mempersatukan
keluarga. Gerga ini terbuat dari anyaman ijuk dan
diikatkan ke bagian dinding depan rumah sebagai
pengganti paku.
2. Gerga tapak Raja Sulaiman, bermotif geometris
yang membentuk segi empat dan di setiap
sisinya membentuk simpul. Gerga ini dipercaya
dapat menolong masyarakat agar terhindar dari
ancaman niat jahat.
3. Gerga tupak salah silima-lima, melambangkan
kekeluargaan merga silima sebagai sistem sosial
masyarakat Karo yang utuh dan dihormati.
4. Gerga desa siwaluh, berbentuk bintang dengan
delapan bagian yang berfungsi sebagai penunjuk
39
arah mata angin. Gerga ini juga berfungsi untuk
menentukan arah yang baik dan yang buruk.
5. Gerga bindu matagah. Gerga ini berfungsi untuk
menyingkirkan hal-hal yang tidak baik.
Gerga Pengeret-eret (inspirasigerhana.blogspot.co.id)
Ornamen Tapak Sulaiman dan Ornamen Tupak Salah Silima-lima inspirasigerhana.blogspot.co.id)
40
Ornamen Desa Siwaluh dan Ornamen Bindu Matagah(inspirasigerhana.blogspot.co.id)
Wah, tak terasa kita telah mengunjungi empat ru-
mah tradisional di Sumatra Utara. Selanjutnya,kita akan
berkunjung ke rumah tradisional Pakpak. Sampai jumpa
teman-teman, Mejuah-juah.
41
Rumah Pakpak
Hai teman, saat ini kita tiba di rumah tradisional Pakpak. Rumah tradisional Pakpak disebut juga sopo mbelin yang artinya ‘rumah besar’. Yuk, kita amati rumah ini. Kita mulai dari bagian atas, ya.
Atap sopo mbelin berbentuk melengkung, terbuat dari bahan ijuk dan tanduk kerbau yang melekat pada ujungnya. Di atas atap terdapat miniatur rumah tradisional ini. Bentuk segitiga pada bagian depan atap menggambarkan susunan adat dalam sistem kekeluargaan masyarakat Pakpak, yaitu adanya senina atau saudara kandung laki-laki, berru atau saudara kandung perempuan, dan puang atau keponakan. Segitiga ini dihiasi dengan berbagai ornamen tradisional Pakpak.
42
Teman-teman, sekarang kita amati dinding rumah,
ya. Dinding rumah terbuat dari papan yang disusun
secara vertikal. Pada bagian bawah dinding dihiasi
dengan ornamen khas Pakpak. Pada bagian dinding
depan terdapat sepasang jendela di sisi kiri pintu dan
sepasang jendela di sisi kanan pintu. Jendela-jendela itu
juga terbuat dari papan. Setiap jendela mempunyai dua
daun pintu. Dua tiang besar pada bagian depan rumah
berfungsi menyangga atap bagian depan rumah. Kedua
tiang ini dinamakan binangun.
Teman-teman, pintu sopo mbelin berukuran besar
dan terhubung langsung dengan tangga. Tangga rumah
ada yang mempunyai anak tangga berjumlah ganjil ada
pula yang berjumlah genap. Jika tangga rumah berjumlah
ganjil, berarti yang punya rumah adalah keturunan raja
atau disebut juga marga petanah. Jika tangga rumah
berjumlah genap, berarti yang punya rumah adalah
masyarakat biasa bukan keturunan raja atau disebut
juga genengen.
Teman-teman, sopo mbelin berfungsi sebagai tempat
bermusyawarah mengenai kepentingan umum dan tempat
dilaksanakan upacara-upacara adat.
43
Sekarang, kita melihat ke dalam rumah, yuk.
Di dalam sopo mbelin terdapat berbagai alat musik
tradisional seperti gendang, garantung, serunai, sordan,
labat, taratoa, dan seruling. Alat-alat musik ini selalu
digunakan setiap ada upacara adat.
Rumah Tradisional PakpakSumber: Dokumentasi Penulis
Teman-teman, sopo mbelin memiliki banyak ornamen tradisional yang memiliki nilai seni tinggi, di antaranya sebagai berikut.
1. Gerga perbunga koning yang melambangkan keindahan kaum wanita.
44
2. Gerga pehembun kumeke yang melambangkan kehidupan keluarga yang seia sekata.
3. Gerga beraspati bermotif cicak yang melambangkan tendi (roh) yang akan melindungi manusia lahir dan batin.
4. Gerga parsalimbat yang melambangkan persatuan dan kesatuan.
5. Gerga nengger yang melambangkan kedudukan raja sebagai marga asli (merga petanah) dan penguasa (pertaki)
6. Gerga kettang tumali sumirpang yang melambangkan jalinan persatuan dalam kehidupan manusia.
Gerga perbunga koningdigilib.unimed.ac.id
Gerga perhembun kumekedigilib.unimed.ac.id
45
Gerga tumali sumirpangdigilib.unimed.ac.id
Gerga beraspatidigilib.unimed.ac.id
Gerga nenggerdigilib.unimed.ac.id
Gerga beraspatidigilab.unimed.ac.id
46
Gerga parsalimbat
Digilib.unimed.ac.id
Teman-teman, ternyata semua ornamen daerah
memiliki keistimewaan tersendiri. Alangkah kayanya
bangsa kita, memiliki beragam budaya. Adakah negeri
lain yang lebih kaya budayanya dari negeri kita? Yuk,
kita jaga dan lestarikan bersama, agar tak punah tergerus
zaman. Sampai di sini kunjungan kita di sopo mbelin.
Njuah-juah
47
Rumah Mandailing Angkola
Teman-teman, sekarang ini kita telah tiba di rumah
tradisional Mandailing Angkola. Tahu tidak, banyak yang
mengatakan bahwa Mandailing dan Angkola adalah dua
suku yang berbeda. Akan tetapi, menurut aku, Mandailing
dan Angkola itu sama. Meskipun ada beberapa perbedaan
kecil dalam beberapa unsur budaya seperti pakaian adat
dan dialek, pada dasarnya Mandailing dan Angkola
memiliki banyak persamaan. Jadi, dalam kunjungan ini
kita sepakat ya, Mandailing dan Angkola adalah sama.
Teman-teman, suku Mandailing Angkola termasuk
suku yang kuat memegang adat istiadat dan memiliki
budaya yang tinggi. Buktinya, suku Mandailing Angkola
mempunyai banyak bangunan tradisional, seperti bagas
godang, sopo godang, sopo eme, dan sopo gondang.
48
Nah, pada kesempatan ini kita akan berkunjung ke bagas godang. Bagas godang merupakan tempat tinggal raja. Bagas godang berbentuk empat persegi panjang yang bertumpu pada kayu-kayu besar yang berjumlah ganjil.
Bangunan bagas godang terdiri atas beberapa bagian. Kita akan melihat satu per satu bagiannya. Yuk, kita mulai dari bagian atap dan tutup ari, ya.
Pola atap bagas godang terdiri atas dua corak, yaitu 1. saratole, bagian puncaknya merupakan garis datar,
bermakna sifat keterbukaan dan berlapang hati2. silingkung dolok pancucuran, bagian puncaknya
merupakan garis lengkung, bermakna sifat berlapang hati.Teman-teman, tutup ari merupakan bentuk segitiga
di bawah atap yang ditempatkan di empat arah atap bagas godang yang bermakna keperkasaan dan pantang menyerah. Tutup ari dihiasi dengan ornamen Mandailing. Kedua sisi miring tutup ari memiliki nama dan arti. Sebelah kiri bernama gaja manyusu yang maknanya setiap orang miskin harus ditolong. Sisi miring sebelah kanan bernama naniang pamulakkon maknanya setiap orang yang ditolong harus tahu diri. Bagian puncak tutup ari disebut salopsop, berbentuk pedang yang bersilangan artinya raja memegang adat dan hukum.
49
Bagian berikutnya merupakan badan bangunan.
Badan bangunan ditutupi dinding yang disebut dorpi,
artinya pelindung dari gangguan luar. Badan bangunan
terdiri atas ruang depan atau peranginan, ruang tengah
atau pantar tonga, kamar terlarang atau hanan halan,
kamar khusus raja, ruang persembunyian atau ruang
parsimonjapan, dan dapur.
Pintu masuk ke bagas godang lebar dan memiliki
daun pintu ganda. Yang paling unik, jika pintu dibuka
atau ditutup akan menimbulkan suara yang keras. Pintu
ini disebut pintu ari mangaur artinya setiap yang masuk
akan dihormati oleh raja atau namora natoras.
Teman-teman, bagas godang mempunyai banyak
jendela, baik di bagian depan, belakang, maupun di
sisi kiri dan kanan. Jendela terbuat dari papan dan
memiliki dua daun jendela. Bagian atas jendela terdiri
atas kepingan papan yang disusun miring dan berjarak
sehingga ketika jendela ditutup pada malam hari udara
tetap leluasa masuk ke dalam rumah.
Untuk masuk ke dalam rumah kita harus melalui
tangga. Pada tangga masuk terdapat pahatan berbentuk
kepala manusia yang melambangkan ulu balang sebagai
penjaga, artinya tamu harus izin untuk masuk.
50
Letak dan jumlah anak tangga pada rumah
tradisional Mandailing Angkola memiliki arti penting,
Jumlah anak tangga disesuaikan dengan status dan
kedudukan pemilik rumah. Jumlah anak tangga selalu
ganjil dan jumlah terbanyak sembilan. Pada bagas godang
jumlah anak tangganya sembilan. Ini menunjukkan
bahwa pemilik rumah adalah raja atau namora natoras.
Rumah Tradisional Mandailing
Sumber: Dokumentasi Penulis
Teman-teman, sekarang kita mengamati ornamen pada bagas godang ya. Ornamen bagas godang ini khas dan memiliki nilai seni yang tinggi. Ornamen bagas godang ini disebut juga bolang. Motif
51
bolang memiliki bentuk-bentuk tumbuhan, hewan, dan benda pakai. Bolang tersebut diletakkan pada tutup
ari dengan cara dianyam dan dijalin. Warna-warna yang
digunakan adalah merah, hitam, dan putih. Ada banyak
sekali jenis bolang dan setiap bolang mempunyai makna
sendiri. Yuk, kita lihat beberapa di antaranya.
1. bona bulu (batang bambu yang tersusun berbaris)
artinya desa itu mempunyai seorang raja
2. bondul na opat (lantai empat sudut) artinya
raja dan tetua adat akan menyidangkan perkara
dengan adil.
3. raga-raga (batang bambu yang tersusun bersilang)
bermakna larangan menikah dengan satu marga.
4. suncang duri (duri ikan yang disusun berlawanan
arah), bermakna tamu harus dijamu.
5. sipatomu-tomu melambangkan hak dan kewajiban
menjaga dan memelihara ketertiban dalam
masyarakat.
6. bintang na toras melambangkan pendiri huta yang
berkedudukan sebagai pimpinan pemerintahan dan
pimpinan adat.
52
Bondul na opat(https://www.apakabarsidimpuan.com)
Raga-raga(https://www.apakabarsidimpuan.com)
Sancang duri(https://www.apakabarsidimpuan.com)
53
Bona bulu (https://www.apakabarsidimpuan.com)
Sipatomu-tomu
(https://www.apakabarsidimpuan.com)
Bintang na toras (https://www.apakabarsidimpuan.com)
54
Teman-teman, enam rumah tradisional telah kita kunjungi. Bagaimana, asyik kan? Tentu karena dengan kunjungan ini, kita jadi banyak belajar. Ternyata sejak zaman dahulu, leluhur kita telah mengajarkan dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, seperti menolong sesama yang sedang dalam kesulitan, berterima kasih saat diberi bantuan, menghormati yang lebih tua ataupun yang dituakan, dan bersikap adil ketika harus menyelesaikan suatu perkara. Semoga kita mewarisi sifat-sifat baik leluhur kita ya. Sampai jumpa di rumah berikutnya. Horas Dongan.
55
Rumah Nias
Teman-teman, saat ini kita akan melakukan
perjalanan yang cukup jauh dari kota Medan. Kita
membutuhkan waktu 24 jam bila menempuhnya melalui
perjalanan darat dan laut. Untuk sampai ke sana, dari kota
Medan kita bisa menggunakan angkutan darat selama 12
jam menuju Kota Sibolga. Kemudian, kita menyeberangi
laut selama 12 jam dengan menggunakan ferry. Tahukah
kalian, kita akan pergi ke mana? Ya, kita akan menuju ke
Pulau Nias.
Jauh ya, Pulau Nias. Akan tetapi, jangan khawatir,
teman-teman, masih ada cara lain agar kita bisa segera
sampai di sana. Kita dapat menempuh perjalanan
udara. Dari Medan, kita menuju bandara internasional
Kualanamu. Dari Bandara Kualanamu kita melakukan
56
perjalanan dengan pesawat terbang menuju Bandara Binaka di Kota Gunung Sitoli. Tidak sampai dua jam kita akan tiba di sana dan dapat menikmati keindahan Pulau Nias yang luar biasa. Ternyata, kemajuan alat transportasi dapat membuat jarak yang jauh menjadi dekat, ya.
Di pulau Nias ini, kita akan menemukan rumah-rumah tradisional suku Nias. Rumah tradisional masyarakat Nias ada dua, yaitu omo hada dan omo sebua. Omo hada merupakan rumah untuk masyarakat umum, sedangkan omo sebua merupakan rumah untuk kaum bangsawan dan kepala pemerintahan.
Omo hada dan omo sebua berbentuk rumah panggung yang dibangun di atas kayu-kayu nibung yang tinggi dan besar. Bentuk omo hada dan omo sebua ini bermacam-macam. Ada yang bulat, yaitu di Nias Utara, Nias Timur, dan Nias Barat, ada pula yang berbentuk persegi panjang, yaitu di Nias Tengah dan Nias Selatan.
Fondasi omo hada dan omo sebua ini tidak tertanam di dalam tanah. Sambungan antara kerangkanya tidak menggunakan paku, tetapi hanya menggunakan pasak kayu. Walaupun demikian, rumah ini sangat kukuh dan tahan gempa. Ruangan dalam omo hada dan omo sebua terbagi dua, di depan untuk menerima tamu yang
menginap dan di belakang untuk keluarga pemilik rumah.
57
Dinding rumah terbuat dari papan, tetapi di
beberapa bagian yang diinginkan pemilik rumah, dinding
papan dapat diganti dengan jerjak kayu yang berfungsi
sebagai ventilasi. Dinding berbentuk miring sehingga
semua kegiatan di dalam rumah tidak kelihatan dari
luar. Walaupun jerejak terbuka sepanjang hari, dinding
yang miring dapat menghindarkan air hujan masuk ke
dalam rumah.
Untuk masuk ke dalam omo hada dan omo sebua,
kita harus menaiki tangga dengan anak tangga yang
selalu berjumlah ganjil, kemudian melalui pintu. Ada
dua macam pintu omo hada dan omo sebua, yaitu pintu
vertikal dan pintu horizontal. Pintu vertikal, seperti
pintu rumah yang biasa kita lihat sekarang ini,
sedangkan pintu horizontal adalah pintu yang berbentuk
lebar. Daun pintu rumah tradisional Nias terbuka ke
atas. Bentuk daun pintu seperti ini bertujuan agar tamu
yang datang menghormati pemilik rumah. Selain itu,
juga agar musuh sukar menyerang ke dalam rumah bila
terjadi peperangan.
Teman-teman, bagian dalam rumah tradisional Nias
terbagi atas beberapa ruangan. Ruangan pertama adalah
tawalo, yaitu ruangan yang berfungsi sebagai ruang
58
tamu, tempat bermusyawarah, dan tempat tidur para
jejaka. Di ruangan ini terdapat lantai bertingkat lima.
Paling bawah tempat duduk rakyat biasa. Lantai kedua
atau bule, tempat duduk tamu. Lantai ketiga atau dane-
dane, tempat duduk tamu agung. Lantai keempat atau
salohate, tempat sandaran tangan tamu agung. Lantai
kelima, tempat penyimpanan barang tamu.
Ruangan kedua berada di belakang tawalo. Ruangan
ini dinamakan forema, yaitu ruangan untuk keluarga dan
tempat untuk menerima tamu wanita serta ruang makan
tamu agung. Di ruangan ini juga terdapat dapur dan di
sampingnya adalah ruang tidur.
Teman-teman, omo hada dan omo sebua sangat kukuh
karena memiliki enam tiang utama yang menyangga
seluruh bangunan. Empat tiang utama tampak di tengah
rumah, sedangkan dua tiang lagi di kamar utama.
Atap omo hada dan omo sebua terdiri atas bahan
yang ringan. Di bagian depan dan belakang atap terdapat
tawu zago, yaitu bukaan di bagian atap yang berfungsi
sebagai jendela dan sumber cahaya bagi rumah. Tawu
zago dapat dibuka dengan mendorong bagian atap ke atas
lalu menopang dengan tongkat dari dalam.
59
Omo Hada Https://sisteminformasipulaunias.wordpress.com
Rumah Tradisional NiasSumber: Dokumentasi Penulis
60
Tahukah teman-teman apa yang membedakan omo hada dan omo sebua. Perbedaan omo hada dengan omo sebua adalah pada ornamen yang menghiasi rumah. Omo sebua memiliki berbagai ornamen yang menghiasi bagian-bagiannya, sedangkan omo hada sama sekali tidak dihiasi ornamen tradisional Nias. Ternyata, pada masyarakat Nias ornamen tradisional, selain mengandung makna tertentu juga berfungsi menjadi pembeda kelompok masyarakat.
Oh ya, teman-teman semua, tahu tidak yang membuat ornamen tradisional Nias itu unik. Ya! Sekali lagi, teman-teman, benar. Ornamen tradisional Nias jadi terlihat unik karena mempertahankan warna asli kayu yang digunakan. Nah, teman-teman, berikut ini beberapa contoh ornamen Nias. Yuk, kita amati satu per satu!1. Ukiran kayu berbentuk bulat dipasang menempel
di tiang tengah rumah adat sebagai simbol penghor-matan
2. Boneka kayu laki-laki sebagai simbol penghormatan kepada leluhur
3. Pahatan kayu motif buaya sebagai simbol rumah adat Nias
4. Hiasan terbuat dari kulit hewan5. Replika patung batu6. Boneka kayu perempuan
61
Ukiran kayu bulat menempel di tiang tengahwww.bapontarindonesia.id
Replika patung batuwww.bapontarindonesia.id
Boneka kayu laki-lakiwww.bapontarindonesia.id
Pahatan kayu motif buayawww.bapontarindonesia.id
62
Hiasan dari kulit hewanwww.bapontarindonesia.id
Boneka kayu perempuan www.bapontarindonesia.id
Teman-teman, tidak terasa ya, kita telah berkunjung ke tujuh rumah tradisional di daerahku, Sumatra Utara. Asyik, kan. Pastinya. Pada kesempatan lain, teman-teman yang mengajak aku berkunjung ke rumah tradisional di daerah kalian, ya. Aku suka membayangkan betapa bahagianya bila kita bisa berkunjung ke semua rumah tradisional di negara kita. Menurutku, itu akan menumbuhkan rasa
63
cinta terhadap budaya bangsa. Aku yakin kalian juga sependapat denganku. Semoga saja semua budaya yang diwariskan leluhur bisa kita kenal, kita cintai, dan kita lestarikan, ya, teman-teman. Sampai di sini dulu perjalanan kita, sampai jumpa. Ya’ahowu.
64
Pulang Yuk!
Teman-teman, setelah lelah melakukan perjalanan,
aku jadi merindukan rumahku. Rumah merupakan
tempat pulang yang paling nyaman. Di sana ada Mama,
Papa, dan saudara-saudara.
Sejauh apa pun kita berjalan, kita akan merindukan
rumah dan kehangatan keluarga. Pulang, yuk.
Eits, jangan lupa bersyukur kepada Tuhan karena
kita telah diberikan kesempatan melakukan perjalanan
yang menyenangkan. Sampai jumpa. Selamat berkumpul
dengan keluarga.
65
Daftar Pustaka
Bapontar Indonesia; Omo Sebua: Rumah Adat Nias
Selatan’; 02 September 2015; www.bapontarindonesia.
id/2015/09/omo-sebua-rumah-adat-nias-selatan.
html; diunduh 1 Maret 2018
Edi Nasution; ‘Bolang- Ornamen Tradisional Mandailing’;
19 Mai 2010; https://www. apakabarsidimpuan.com/
bolang-ornamen-tradisional-mandailing/ diunduh 1
Maret 2018; ‘Inilah Rumah Adat Batak Simalungun
Bolon, Sumatera Utara’; batak-dayak.blogspot.co.id/
2017/07/inilah-rumah-adat-batak-simalungun.html;
diunduh 1 Maret 2018
M. Muhar Omtatok; ‘Keindahan Seni Ragam Hias
Melayu’; 19 Februari 2009; puakmelayu.blogspot.
co.id/ 2009/02/keindahan-seni-ragam-hias-melayu.
html; diunduh 1 Maret 2018
Rumah Perumahan: ‘Desain Bentuk Rumah Adat Karo dan
Penjelasan’: Agustus 2016: www.rumahperumahan.
com/2016/08/desain-bentuk-rumah-adat-karo-dan.
html: diunduh 1 Maret 2018
66
Roy.G.T: ‘Ornamen Tradisional Suku Karo’: 3 Maret
2014: Inspirasigerhana.blogspot.co.id/2014/03/
ornamentradisional-suku-karo-html: diunduh 1
Maret 2018
Ryan.Manullang: ‘Gorga’: 30 Mei 2017:https://www.
kaskus.co.id/thread/59be9a0951038b4598/gorga:
diunduh 1 Maret 2018
Wendi.Hutahaean: ‘Bagas Godang Mandailing’: 26
Februari 2015: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id.
bpcbaceh/2015/02/26/bagas-godang-mandailing:
diunduh 1 Maret 2018
Zega Chandra; Omo Hada (Rumah Adat Nias); 20 Oktober
2014; https://sisteminformasipulaunias. wordpress.
com/2014/10/20/omo-hada-rumah-adat-nias/
diunduh 1 Maret 2018
Wahidah Rahmadhani
6767
Glosarium
ahoi : salam dalam bahasa Melayuanyaman : barang hasil dianyamarsitek : ahli merancang bangunanarsitektur : seni dan ilmu merancang bangunanbanua : alamdongan : temanetnis : kelompok sosial, sukugalang : benda yang dipasang melintang dan ber- fungsi sebagai penyanggaganda : berpasangangelondong : kayu batangan bulat dan utuhhoras : salam dalam bahasa Batak Toba, Simalungun, dan Mandailinghorizontal : terletak pada garis atau bidang yang sejajarhulubalang : prajurit pengawal rajakelana : melakukan perjalanan, kerajaan : kawasan yang diperintah rajakeramat : dapat memberi efek magiskesultanan : kawasan yang diperintah Sultankolong : ruang atau rongga di bawah benda berkaki atau bertiang
68
Berkelana Bersama Banua
68
kosen : kerangka kayu untuk daun pintu dan jendelalestari : tetap bertahan, kekalleluhur : nenek moyanglimas : meruncing ke ataslipat kajang : kelok yang berbentuk sudut tajammejuah-juah : salam dalam bahasa Karomenjorok : menganjur (ke luar atau ke dalam)mistik : hal gaib, tidak terjangkau akalmoto : semboyan, pedoman, prinsipnipah : palem yang tumbuh di rawa-rawanjuah-juah : salam dalam bahasa PakpakNusantara : sebutan wilayah kepulauan Indonesiaornamen : hiasan dalam arsitektur, kerajinanpara-para : rak atau sejenisnya untuk tempat meletakkan sesuatupasak : paku dari kayu atau bambupesisir : tanah datar di pinggir laut tungku : batu yang dipasang untuk memasakunik : berbeda dengan yang lainvariasi : bentuk yang berbedaventilasi : perputaran udara dalam ruanganvertikal : tegak lurus dari bawah ke atasya’ahowo : salam dalam bahasa Nias
69
Biodata Penulis
Nama Lengkap : Wahidah Rahmadhani, S.Pd.Ponsel : 082304578124Pos-el : [email protected] Facebook : Yayasan AnandaAlamat Kantor : SMA Negeri 16 Medan Jalan Kapten Rahmad Buddin Kel. Terjun Kec. Medan Marelan Kota Medan Prov. Sumatra UtaraBidang Keahlian : Bahasa dan Sastra Indonesia
Riwayat Pekerjaan Profesi1998-sekarang : Guru SMA Negeri 16 Medan2001-sekarang : Kepala RA YP Ananda I H. Perak2007-sekarang : Kepala MIS Ananda I H. Perak2014-sekarang : Pengelola TBM Galakkan Indonesia Lancar Membaca
70
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Medan tahun 1992 sampai 1997.
Informasi Lain:Lahir di Belawan, Kota Medan 25 Mei 1973. Telah menikah dengan Epri Efendi dan dikaruniai tiga putri (Nurul Hayana, Annisa Fadilah dan Aulia Pratiwi). Menggeluti hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan sastra. Aktif dalam kegiatan seni dan sastra serta sebagai Pembina teater REPSAS SMA Negeri 16 Medan. Tinggal di Jalan Jala 20 Lingkungan 20 No.17 Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara.
71
Biodata Penyunting
Nama lengkap : Ebah SuhaebahPos-el : [email protected] Keahlian : penyuntingan, penyuluhan, dan pengajaran bahasa Indonesia
Riwayat Pekerjaan: 1988—sekarang PNS di Badan Bahasa1991—sekarang penyuluh, penyunting, dan pengajar Bahasa Indonesia
Riwayat Pendidikan:S-1 Sastra Indonesia, Universitas Padjadjaran, Bandung (1986)S-2 Linguistik, Universitas Indonesia, Depok (1998)
Informasi Lain: Aktif sebagai ahli bahasa Indonesia di lembaga kepolisian, pengadilan, DPR/DPD RI; pengajar Bahasa Indonesia; dan penyunting naskah akademik dan buku cerita untuk siswa SD, SMP, dan SMA. Pernah menulis serial bacaan anak yang berjudul Di Atas Langit Ada Langit (2000) dan Satria Tanpa Tanding (2001) yang diterbitkan Pusat Bahasa (sekarang Badan Bahasa).
Buku Berkelana Bersama Banua ini bercerita tentang seorang anak laki-laki bernama Banua yang mengajak teman-temannya berkelana dengannya mengunjungi tujuh rumah tradisional di Sumatra Utara, yaitu rumah tradisional Melayu, rumah tradisional Batak Toba, rumah tradisional Simalungun, rumah tradisional Karo, rumah tradisional Pakpak, rumah tradisional Mandailing, dan rumah tradisional Nias. Selain mengenalkan fisik bangunan ketujuh rumah tradisional tersebut, Banua juga mengajak teman-temannya untuk bangga terhadap kehebatan leluhur bangsa Indonesia yang mampu membangun rumah yang tahan ratusan tahun. Banua juga memotivasi untuk mempunyai cita-cita yang tinggi. Banua juga selalu mengingatkan untuk melakukan perbuatan yang baik seperti berdoa sebelum melakukan sesuatu dan bersyukur atas rahmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
Kementerian Pendidikan dan KebudayaanBadan Pengembangan dan Pembinaan BahasaJalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur