BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2012/bn976-2012.pdf ·...

36
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.976, 2012 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Ekosistem Gambut. Valuasi Ekonomi. Panduan. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN VALUASI EKONOMI EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian nilai jasa lingkungan dan pengembangan pendayagunaan ekosistem gambut, maka pengelolaannya perlu memperhatikan manfaat ekologis ekosistem gambut; b. bahwa dalam rangka perencanaan pengelolaan ekosistem gambut berkelanjutan, perlu disusun panduan pengelolaan ekosistem gambut yang didasarkan pada pendekatan ekonomi nilai manfaat langsung dan tidak langsung; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Gambut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); www.djpp.depkumham.go.id

Transcript of BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2012/bn976-2012.pdf ·...

BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA

No.976, 2012 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP.Ekosistem Gambut. Valuasi Ekonomi. Panduan.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 14 TAHUN 2012

TENTANG

PANDUAN VALUASI EKONOMI EKOSISTEM GAMBUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian nilai jasa lingkungandan pengembangan pendayagunaan ekosistemgambut, maka pengelolaannya perlu memperhatikanmanfaat ekologis ekosistem gambut;

b. bahwa dalam rangka perencanaan pengelolaanekosistem gambut berkelanjutan, perlu disusunpanduan pengelolaan ekosistem gambut yangdidasarkan pada pendekatan ekonomi nilai manfaatlangsung dan tidak langsung;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlumenetapkan Peraturan Menteri Negara LingkunganHidup tentang Panduan Valuasi Ekonomi EkosistemGambut;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5059);

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 2

2. Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentangPerubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 24Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas dan FungsiKementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugasdan Fungsi Eselon I Kementerian Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 142);

3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor16 tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata KerjaKementerian Lingkungan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUPTENTANG PANDUAN VALUASI EKONOMI EKOSISTEMGAMBUT.

Pasal 1

Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan panduan tentang tatacara valuasi ekonomi ekosistem gambut, sehingga pelindung dan pengelolaekosistem gambut dapat memperoleh nilai penting fungsi ekosistemgambut.

Pasal 2

Ruang lingkup panduan valuasi ekonomi ekosistem gambut terdiri atas:

a. pendahuluan;

b. ekosistem gambut;

c. metode valuasi ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup(SDALH);

d. tahapan valuasi ekonomi ekosistem gambut;

e. kerangka dan prosedur valuasi ekonomi ekosistem gambut; dan

f. contoh perhitungan.

Pasal 3

Panduan valuasi ekonomi ekosistem gambut sebagaimana tercantumdalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini.

Pasal 4

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.9763

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita NegaraRepublik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 27 September 2012

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

REPUBLIK INDONESIA,

BALTHASAR KAMBUAYA

Diundangkan di Jakartapada tanggal 3 Oktober 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

Salinan sesuai dengan aslinyaKepala Biro Hukum dan Humas,

Inar Ichsana Ishak

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 4

LAMPIRANPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIANOMOR 14 TAHUN 2012TENTANGPANDUAN VALUASI EKONOMI EKOSISTEM GAMBUT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekosistem gambut merupakan salah satu tipe ekosistem lahan basah yangmemiliki fungsi dan manfaat unik, khususnya terkait dengan fungsihidrologis. Dalam kondisi alamiahnya, ekosistem gambut selalu dalamkeadaan tergenang air, memiliki pH rendah (asam), dan miskin unsur hara.Dengan demikian, ekosistem gambut menjadi habitat yang unik bagikeanekaragaman hayati tertentu yang memiliki kemampuan untuk hiduppada kondisi tersebut. Beberapa jenis diantara keanekaragaman hayatitersebut memiliki nilai penting bagi masyarakat lokal, baik sebagai sumberpangan, sandang maupun obat-obatan.

Dalam satu dekade terakhir ini, gambut bahkan banyak menjadi perhatianterutama karena perannya sebagai pengikat dan penyimpanan karbon terkaitdengan perubahan iklim. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ekosistemgambut dapat menyimpan karbon jauh lebih banyak dibandingkan denganekosistem lainnya. Pemanfaatan umum yang banyak ditemukan adalahkonversi lahan untuk pertanian, kehutanan atau perumahan. Manfaat dannilai lainnya termasuk kayu, hasil-hasil hutan non-kayu, penyediaan danpenyimpanan air, pengendali banjir, penyerap dan penyimpan karbon,ekowisata dan konservasi keanekaragaman hayati. Peningkatan konversi dandegradasi gambut yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan telahcukup banyak mengurangi sumberdaya lahan gambut selama beberapa tahunterakhir.

Mengingat berbagai keunikan dan manfaatnya bagi kehidupan manusia sertakerentanannya, maka pemanfaatan ekosistem gambut memerlukan adanyaperencanaan yang sangat hati-hati. Prinsip kehati-hatian (precautionaryprinciple) adalah merupakan kemutlakan yang harus direncanakan danditerapkan secara terpadu. Valuasi ekonomi ekosistem gambut, dengandemikian, diharapkan akan menjadi pintu masuk strategi perencanaan yangdapat menggambarkan sejauh mana pemanfaatan ekosistem gambut dapatdilakukan.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.9765

B. Maksud dan Tujuan

Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk memberikan panduan tentang tatacara valuasi ekonomi ekosistem gambut, sehingga dapat diperoleh gambarankepentingan ekosistem gambut bagi kelestarian fungsi ekologisnya dankehidupan manusia berdasarkan nilai ekonomi sumber daya alam danlingkungannya.Secara khusus panduan valuasi ekonomi ekosistem gambut diharapkandapat:1. Mengendalikan cara pemanfaatan ekosistem gambut sehingga dapat

terpelihara kelestarian fungsi ekologisnya yang merupakan mediastabilisator keseimbangan hidrologis bagi kawasan sekitarnya.

2. Memberikan panduan dan pemahaman kepada para pengambil keputusankhususnya dalam hal perencanaan kegiatan pengembangan/pemanfaatanekosistem gambut yang didasarkan pada pendekatan ekonomi langsungmaupun tidak langsung.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup panduan meliputi kuantifikasi nilai penting ekosistem gambut,yang terdiri dari tahapan, konsep, metodologi valuasi, dan contohperhitungannya. Panduan ini juga mencakup kuantifikasi berbagai nilai yangtidak dapat dikuantifikasi, seperti nilai keunikan ekosistem gambut yangtidak dapat tergantikan, kubah gambut (dome), ekosistem air hitam, termasukjuga nilai sosial-budaya bagi masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian,pada kondisi sesungguhnya nilai yang terkandung dalam ekosistem gambutjauh melebihi apa yang dapat dikuantifikasi dalam panduan ini.

D. Manfaat Valuasi Ekonomi Ekosistem Gambut

Secara umum, nilai valuasi ekonomi atau kuantifikasi nilai ekonomi fungsi,manfaat dan intensitas dampak kegiatan pada ekosistem gambut akan sangatbermanfaat untuk menentukan apakah ekosistem gambut di suatu lokasidapat dimanfaatkan atau sebaiknya dipertahankan dalam kondisi alaminya.Apabila ternyata dapat dimanfaatkan, valuasi ekonomi juga dapatmemberikan arahan sejauh mana pemanfaatan tersebut dapat dilaksanakan,sehingga tidak melebihi daya dukung dan bahkan mengurangi fungsiekologisnya. Dengan demikian, konsep pemanfaatan berkelanjutan yangmempertahankan fungsi ekonomi dan ekologis dari ekosistem gambut masihdapat terus dipertahankan.

Manfaat melakukan valuasi ekonomi ekosistem gambut akan sangattergantung pada tujuan valuasi itu sendiri yang akan tercermin pada pilihankomponen/penggunaan yang dihitung. Beberapa manfaat yang dapatdiperoleh dengan melaksanakan valuasi ekonomi yang terpadu dan terarahdiantaranya adalah:

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 6

1. Mengidentifikasi nilai penting, manfaat dan permasalahan yang timbulpada ekosistem gambut.Valuasi ekonomi ekosistem gambut akan sangat bermanfaat untukmengkuantifikasi nilai penting yang dikandungnya serta biaya yang harusdilakukan apabila terjadi pemanfaatan yang tidak berkelanjutan.Kuantifikasi yang melibatkan nilai benda (tangible) serta tak benda(intangible) kemudian diharapkan dapat membuka pengertian yang lebihbaik mengenai nilai sesungguhya yang dikandung oleh ekosistem gambut,tidak seperti yang selama ini dianggap bahwa gambut merupakan lahanmarjinal yang tidak memiliki manfaat apapun.

2. Memandu arah kebijakan dan akuntabilitas pemanfaatan berkelanjutanekosistem gambut.Kuantifikasi nilai ekonomi fungsi, manfaat serta potensi dampak padaekosistem gambut diharapkan dapat memberikan panduan yang terpadudan terarah dalam penentuan arah kebijakan dan akuntabilitaspemanfaatan ekosistem gambut.

3. Menyusun indikator pemanfaatan berkelanjutan ekosistem gambut.Pengetahuan mengenai nilai ekonomi, fungsi, manfaat, dan intensitasdampak ekosistem gambut juga diharapkan dapat mengangkat berbagainilai tak benda (intangible) ekosistem gambut yang selama ini seringdinihilkan. Dengan demikian, indikator pemanfaatan ekosistem gambutyang dikaitkan dengan nilai kuantitatif ekonomi diharapkan akan lebihterpadu dan terarah karena telah mempertimbangkan berbagai pihak, baikbersifat benda maupun tak benda.

4. Memperbaiki standar untuk mengukur pemanfaatan berkelanjutanekosistem gambut.Pengetahuan mengenai nilai ekonomi fungsi, manfaat, dan intensitasdampak ekosistem gambut dapat meningkatkan akurasi dalam penentuannilai ambang batas pemanfaatan secara berkelanjutan. Dengan demikian,nilai ambang batas yang ditentukan kemudian akan dijamin lebihseimbang karena telah mempertimbangkan berbagai faktor secara terpadudan terarah, termasuk nilai benda, nilai tak benda maupun intensitaspotensi dampaknya.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.9767

BAB IIEKOSISTEM GAMBUT

A. Pengertian Ekosistem Gambut

Ekosistem gambut adalah ekosistem lahan basah yang unik dan memilikipotensi besar untuk mendukung kehidupan manusia. Gambut terbentuk daripenimbunan/akumulasi bahan organik di lantai hutan dalam kurun waktuyang sangat lama yaitu antara 3.000-10.0000 tahun (tiga ribu sampai dengansepuluh ribu). Secara alami, lahan gambut umumnya selalu jenuh air dantergenang sepanjang tahun. Menurut Driessen (1978), gambut adalah tanahyang memiliki kandungan bahan organic (berat kering) lebih dari 65% (enampuluh lima per seratus) dan ketebalan gambut lebih dari 0,5 m (nol koma limameter). Di daerah tropis, gambut umumnya terbentuk dari batang, cabang,dan akar tumbuh yang memiliki kadar ligin yang tinggi, dibandingkan dengangambut daerah empat musim yang tersusun dari bahan yang lebih halusserta memiliki kadar kandungan selulosa dan hemiselulosa yang lebih tinggi.

Pada waktu lampau, kata yang umum digunakan untuk menerangkan tanahgambut adalah tanah rawang atau tanah merawang. Dalam sistem klasifikasibaru (taksonomi tanah), tanah gambut disebut sebagai histosols (histos-jaringan), sementara dalam sistem klasifikasi lama, tanah gambut disebutsebagai organosols, yaitu tanah yang tersusun dari bahan organik. Di wilayahyang memiliki empat musim (temperate), tanah gambut telah dikelompokkandengan lebih rinci. Padanan yang mengacu kepada tanah gambut tersebutadalah bog, fen, peatland dan moor.

B. Karakteristik Ekosistem Gambut

Tanah gambut selalu terbentuk di tempat yang kondisinya jenuh air atautergenang, misalnya cekungan di antara dua sungai besar. Bila cekungantersebut sempit, gambut yang terbentuk biasanya merupakan gambutdangkal dengan ketebalan 0,5 (nol koma lima) hingga 1 (dua) meter ataugambut sedang dengan ketebalan antara 1-2 m (satu hingga dua meter). Jikajarak horizontal kedua sungai besar tersebut cukup jauh, hingga beberapapuluh kilometer, maka tanah gambut biasanya membentuk kubah gambut(peat dome) yang cukup besar dan dalam (2-3 meter) hingga sangat dalam(lebih dari 3 meter). Ketebalan adalah merupakan salah satu karakteristikunik dari ekosistem gambut yang menuntut adanya pengelolaan yang khas,berbeda dengan ekosistem lainnya.

Salah satu karakteristik unik lainnya dari lahan gambut adalah miskinnyaunsur hara bagi pertumbuhan vegetasi di atasnya. Hal tersebut antara laindisebabkan karena pasokan haranya sebagian besar bergantung kepada airhujan. Ketidakadaan pasokan hara dari tempat lain tersebut yang kemudianmenjadikan vegetasi yang tumbuh di atas lahan gambut akan tumbuh dalam

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 8

sirklus hara yang sangat terbatas. Dengan kondisi tersebut, maka padabagian puncak kubah cenderung akan memiliki struktur vegetasi yangberbeda dengan di bagian sisi kubah. Pada bagian sisi yang memilikikedalaman gambut lebih tipis, akar tanaman umumnya masih dapatmencapai tanah mineral, sehingga vegetasinya masih berbentuk hutancampuran yang lebih besar dan keanekaragamannya lebih tinggi. Sementaraitu, pada bagian puncak kubah tumbuhannya cenderung memiliki diameterlebih kecil, kurang lebat dan keanekaragaman jenisnya lebih sedikit.

Terkait dengan fungsi hidrologisnya, gambut memiliki karakteristik dayapenahan air yang sangat tinggi, hingga 300-800% (tiga ratus hingga delapanratus per seratus) dari bobotnya. Selain itu, gambut juga memiliki daya lepasyang cukup besar. Dengan demikian, gambut sangat berperan pentingsebagai penyimpanan air pada saat musim hujan dan kemudian menyediakanpasokan air pada musim kemarau.

Pengembangan lahan gambut untuk pertanian biasanya terkendala olehkarakteristik gambut sendiri, termasuk tingkat keasaman yang tinggi,kandungan unsur NPK yang relatif rendah, dan kekurangan unsur-unsurmikro seperti Cu, Bo, Mn dan Zn. Selain itu, tanah gambut juga biasamengalami penurunan permukaan tanah yang besar setelah didrainase, dayatahan yang rendah, dan sifat mengkerut tak balik yang menyebabkan pekaerosi. Hal lain yang menjadi kendala adalah terkait dengan bahan sulfidik(pirit) yang seringkali berkembang di tanah marin dan berukuran mikro. Piritbiasanya terbentuk pada lingkungan air laut atau payau yang memperolehbahan organik dari tumbuhan pantai dan bakteri anaerob pereduksi senyawasulfat. Meskipun memiliki berbagai keterbatasan seperti tersebut di atas,gambut sebenarnya masih dapat dikembangkan sebagai lahan produksipertanian apabila gambutnya tipis (kurang dari 50 cm), tidak terlalu masamatau memperoleh input air yang mengandung basa tinggi serta denganpengelolaan khusus yang menerapkan prinsip kehati-hatian yang sangattinggi.

Terkait dengan isu perubahan iklim, cadangan karbon yang tersimpan didalam gambut di Indonesia adalah sekitar 132 (seratus tiga puluh dua)gigaton karbondioksida equivalen (CO2e) di bawah permukaan serta 4,2(empat koma dua) gigaton karbon di atas permukaan. Namun apabila gambutterbakar dan drainase, maka karbon yang tersimpan kemudian akan terlepaske atmosfir dan menjadi gas rumah kaca yang dapat mengganggu kestabilaniklim. Suatu studi menunjukkan bahwa kebakaran hutan dan lahan gambuttidak saja melepaskan karbon ke atmosfir, tetapi juga merupakan sumberutama pencemaran asap, sehingga menyebabkan kerugian regional lebih dariUS $ 9 (sembilan) miliar dan telah menimbulkan kerugian bagi setidaknya 75(tujuh puluh lima) juta orang. Tentu saja jumlah tersebut jauh lebih tinggidari penghematan finansial kegiatan pembukaan lahan dengan menggunakanpola pembakaran.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.9769

C. Fungsi dan Manfaat Ekosistem Gambut

Fungsi dan manfaat ekosistem gambut mengacu pada kegunaan, baiklangsung maupun tidak langsung bagi masyarakat. Beberapa fungsi danmanfaat dapat diringkas pada Tabel 1.

Tabel 1. Fungsi dan Manfaat Hutan Rawa Gambut Tropis

Fungsi Manfaat dan PenggunaanPengaturan Hidrologi

Pengaturanbanjir danarus larian

Mitigasi banjir dan kekeringan di wilayah hilir. Gambutmemiliki porositas yang tinggi sehingga mempunyai dayaserap air yang sangat besar. Menurut jenisnya, gambutsaprik, hemik, dan fibrik dapat menampung air berturut-turut sebesar 451% (empat ratus lima puluh satu perseratus), 450-850% (empat ratus lima puluh hingga delapanratus lima puluh per seratus), dan lebih dari 850% (delapanratus lima puluh per seratus) dari bobot keringnya atauhingga 90% (sembilan puluh per seratus) dari volumenya.Karena sifatnya itu, gambut memiliki kemampuan sebagaipenambat (reservoir) air tawar yang cukup besar sehinggadapat menahan banjir saat musim hujan dan sebaliknyamelepaskan air tersebut pada musim kemarau.

Pencegahaninstrusi airlaut

Kegiatan pertanian di wilayah pasang surut akanmemperoleh manfaat besar dari keberadaan rawa gambut diwilayah hulu, sebagai sumber air tawar untuk irigasi danmemasok air tawar secara terus menerus guna menghindariatau mitigasi intrusi air asin.

Pasokan air Di beberapa wilayah pedesaan pesisir, rawa gambut bisa jadimerupakan sumber air yang dapat digunakan untukkeperluan minum dan irigasi untuk beberapa bulan selamasetahun.

Stabilisasi iklim

Penyimpanankarbon

Nilai keanekaragaman hayati yang dapat ditangkapdiperkirakan sebesar US $ 3 (tiga) per hektar per tahun,tidak termasuk nilai intrinsik jenis, potensi ekowisata sertabahan-bahan farmasi yang dapat dipasarkan secarainternasional (Tacconi 2003). Hutan rawa gambut di asiatenggara semakin menunjukkan peran pentingnya sebagaibank gen, terutama karena semakin menyusutnya peranhutan dataran rendah akibat kegiatan pembalakan dankonversi lahan. Bagi berbagai jenis satwa, lahan gambutmenyediakan habitat yang sangat penting, khususnya padawilayah yang bersambung dengan air tawar dan hutanbakau.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 10

Fungsi Manfaat dan PenggunaanHabitat hidupliar

Meskipun tidak sebanyak di ekosistem hutan tropis,ekosistem lahan gambut menyediakan habitat penting yangunik bagi berbagai jenis satwa dan tumbuhan, beberapadiantaranya hanya terbatas pada ekosistem gambut. DiTaman Nasional Berbak Jambi tercatat sekitar 250 (duaratus lima puluh) jenis burung termasuk 22 (dua puluh dua)jenis burung bermigrasi.Sungai berair hitam juga memiliki tingkat endemisme ikanyang sangat tinggi. Di samping itu, lahan gambut jugamerupakan habitat ikan air tawar yang merupakankomoditas dengan nilai ekonomi tinggi dan penting untukdikembangkan, baik sebagai ikan konsumsi maupun sebagaiikan ornamental. Beberapa jenis ikan yang memiliki nilaiekonomi tinggi, termasuk gabus (chana striata), toman(channa micropeltes), jelawat, dan tapah (wallago leeri).Sementara itu, beberapa jenis satwa telah termasuk dalamkategori langka dan terancam punah serta memiliki nilaiekologis yang luar biasa dan tidak tergantikan, sehinggasangat sulit untuk dikuantifikasi secara finansial. Beberapajenis tersebut diantaranya adalah harimau sumatera(panthera tigris), beruang madu (helarctos malayanus), gajahsumatera (elephas maximus), dan orang utan (pongopymaeus). Seluruh jenis tersebut dilindungi berdasarkanperaturan perlindungan di Indonesia serta masuk dalamappendix I CITES dan IUCN Red List dalam katagori endangerspecies.

Habitattumbuhan

Tidak kurang dari 300 (tiga ratus) jenis tumbuhan telahtercatat di hutan rawa gambut Sumatera. Di Taman NasionalBerbak Jambi, misalnya kawasan ini merupakan pelabuhanbagi keanekaragaman genetis dan ekologis dataran rendahpesisir di Sumatera. Sejauh ini telah tercatat tidak kurangdari 260 (dua ratus enam puluh) jenis tumbuhan (termasuk150 jenis pohon dan 23 jenis palem), sejauh ini merupakanjumlah jenis terbanyak yang pernah diketahui

Bentang alam Hutan rawa gambut menempati kawasan yang khusus padabentang alam dataran rendah, membentuk mosaik ekologiyang tersusun dari tipe vegetasi khas pada hutan bakau,diantara hamparan pantai tua, pinggiran sungai sertapertemuan dengan hutan rawa air tawar

Alam liar Hutan rawa gambut memiliki nilai alam liar yang luar biasa,jauh dari keramaian dan hiruk pikuk perkotaan. Hal inimerupakan modal yang sangat berharga untukpengembangan pariwisata alam.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97611

Fungsi Manfaat dan PenggunaanSumber hasilalam

Rawa gambut menyediakan sumber alam yang luar biasa,termasuk berbagai jenis tumbuhan kayu yang memiliki nilaiekonomi tinggi, seperti ramin (gonystylus bancanus), jelutung(dyera costulata) dan meranti (shorea spp).Beberapa studi sosial-ekonomi menunjukkan bahwaketergantungan masyarakat sekitar terhadap hutan rawagambut dapat mencapai hingga 80% (delapan puluh perseratus) dan ini lebih tinggi dari ketergantungan merekaterhadap usaha pertanian.

Bahan bakuenergi

Di negara sub tropis, gambut dimanfaatkan untuk keperluanenergi maupun keperluan lain seperti media tanaman danbahan industri, sedangkan di daerah tropis jarang dilakukan.Penggunaan gambut sebagai sumber energi tropis relatiftidak lestari karena proses pulihnya gambut sangat lama dankandungan energinya relatif rendah sehingga secara ekonomitidak menguntungkan.Selain pertimbangan ekonomi, pemanfaatan gambut jugaharus mempertimbangkan fungsi kawasan lain, fungsihidrologi dalam satu unit hidrologi, pengendali iklim, fungsikehati atau fungsi gambut lainnya, sehingga fungsi-fungsitersebut tidak akan hilang yang justru akan menambahbeban ekonominya

LahanBudidaya

Dengan prinsip kehati-hatian yang tinggi serta cermat dantepat disesuaikan dengan kesesuaian lahannya, gambut jugadapat dijadikan sebagai lahan budidaya, sejauhpembukaannya tidak menggunakan sistem pembakaran yangdapat membahayakan

Penelitiandanpendidikan

Gabungan dari berbagai kekayaan, nilai fungsi tersebut diatas menjadikan hutan rawa gambut sebagai tipe ekosistemyang sangat menarik untuk kegiatan pendidikan danpelatihan

Lingkungansosial budaya

Hutan rawa gambut dengan hasil alam serta kehidupanliarnya memainkan peranan yang sangat penting bagimasyarakat yang tinggal di sekitarnya, misalnya bagi sukuDayak di Kalimantan terutama terkait dengan nilai pentingsosial-budayanya.

D. Ancaman Terhadap Ekosistem Gambut

Selama lebih dari 30 (tiga puluh) tahun terakhir ini, hutan rawa gambut telahmengalami pembalakan, pengeringan, dan perusakan dahsyat akibat adanyaberbagai kegiatan yang terkait dengan kehutanan, pertanian, danperkebunan. Kegiatan pembalakan baik resmi maupun tidak resmi seringkalimelibatkan pengeringan gambut selama proses ekstraksinya.

Pada kondisi alaminya yang basah, lahan gambut sebenarnya tidak mungkinuntuk mengalami kebakaran besar. Pada kenyataannya, karena telah banyak

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 12

mengalami kekeringan akibat drainase diantaranya untuk perkebunanmaupun pengeluaran kayu, kebakaran kemudian menjadi fenomena umum dilahan gambut. Berbagai kegiatan seperti pembukaan dan persiapan lahanpertanian, perkebunan, pemukiman, penebangan yang tidak terkendali,pembangunan saluran irigasi/parit/kanal untuk perkebunan danpengeluaran kayu tebangan serta transportasi menyebabkan kerusakan lahangambut. Kerusakan yang terjadi tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik(subsiden terbakar dan berkurangnya luasan gambut), tetapi jugamenyebabkan hilangnya fungsi ekosistem dan ekologis gambut.

E. Sebaran Ekosistem Gambut di Indonesia

Secara global, lahan gambut sering dibedakan menjadi lahan gambuttemperate dan lahan gambut tropis. Lahan gambut global (temperate dantropis) sebaran utamanya terdapat di negara yang memiliki 4 (empat) musimdan negara yang memiliki lahan gambut terluas adalah Rusia – Asia1.176.280 (satu juta seratus tujuh puluh enam ribu dua ratus delapan puluh)kilometer persegi dan Kanada 1.133.926 (satu juta seratus tiga puluh tigaribu Sembilan ratus dua puluh enam) kilometer persegi, baru kemudiandisusul oleh Indonesia.

Luas lahan gambut di Indonesia adalah sekitar 20,6 (dua puluh koma enam)juta hektar. Jika dilihat penyebarannya, sebagian besar terdapat di Sumatera(sekitar 35%), Kalimantan (sekitar 30%), Papua (sekitar 30%), dan Sulawesi(sekitar 3%). Di Pulau Sumatera penyebaran lahan gambut pada umumnyatedapat di dataran rendah sepanjang pantai timur yaitu wilayah ProvinsiRiau, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, dan Lampung.Penyebarannya ke arah pedalaman/hilir sungai mencapai 50–300 km (limapuluh hingga tiga ratus kilometer) dari garis pantai. Dalam wilayah yang lebihsempit, lahan gambut juga ditemukan di dataran pantai barat, khususnyawilayah provinsi Bengkulu, Sumatera Barat, dan Aceh. Penyebarannya kearah hilir sungai umumnya mencapai sekitar 10-50 km (sepuluh hingga limapuluh kilometer) dari garis pantai.

Di pulau Kalimantan lahan gambut umumnya terletak di kawasan rawa, baikpada zona lahan rawa air tawar maupun zona lahan pasang surut. DiKalimantan Barat, umumnya dijumpai di sekitar daerah Sambas,Singkawang, Pontianak, Ketapang, dan Kapuas Hulu. Di Kalimantan Tengahdijumpai di sepanjang pantai dan ke arah daratan diantara sungai-sungaibesar Mentaya, Katingan, Sebangau, Kahayan, Kapuas, dan Barito. DiKalimantan Timur sebarannya meliputi sekitar Samarinda-Kutai dansepanjang Sungai Mahakam. Di Kalimantan Selatan hanya ditemukan didaerah Kabupaten Tapin dan Hulu Sungai tengah.Di Papua, lahan gambut dijumpai di dataran pantai bagian selatan mulai daridataran pantai selatan Timika-Agats dan Kepi, daerah Pulau Dolak, PulauKomolom, dan dataran pantai selatan kepala burung (sekitar Teminabuansampai Bintuni sekitar bagian tengah dan hilir daerah aliran SungaiMemberamo).

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97613

Dari pemetaan, diketahui bahwa Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) seluas32.656.106 ha (tiga puluh dua juta enam ratus lima puluh enam ribu seratusenam hektar) yang di dalamnya terdapat kawasan lindung kubah gambutseluas 7.945.753 ha (tujuh juta sembilan ratus empat puluh lima ribu tujuhratus lima puluh tiga hektar) secara terinci sebagai berikut:1. Pulau Sumatera dengan luas KHG 10.888.1999 hektar dan kawasan

lindung hutan gambut 2.702.531 hektar;2. Pulau Kalimantan dengan luas KHG 10.385.047 hektar dan kawasan

lindung kubah gambut 3.013.740 hektar;3. Pulau Sulawesi dengan luas KHG 611.152 hektar dan kawasan kubah

gambut 62.656 hektar;4. Pulau Papua dengan luas KHG 10.682.262 hektar dan kawasan lindung

kubah gambut 1.266.827 hektar; dan5. Pulau Jawa dengan luas KHG 89.446 hektar.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 14

BAB IIIMETODE VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM

DAN LINGKUNGAN HIDUP (SDALH)

A. Pilihan Metode Valuasi Ekonomi: Nilai Ekonomi Total SDALH

Dalam praktek valuasi ekonomi, tidak begitu mudah memisahkan antaraberbagai komponen nilai yang berbeda-beda. Dalam banyak hal akan sangatberguna untuk menghitung nilai ekonomi total. Namun karena berbagaiketerbatasan, cukup menghitung nilai dari beberapa komponen penggunaanSDALH yang dominan.

Gambar 1 menunjukkan berbagai pilihan pendekatan metode yang dapatdigunakan sesuai dengan tipologi fungsi SDALH. Setiap fungsi dihitungdengan satu pendekatan yang paling mudah dan mungkin dilakukan,disesuaikan dengan data dan tujuan perhitungan valuasi ekonominya.

Gambar 1. Pilihan Metode Valuasi Ekonomi: Nilai Ekonomi Total SDALH

B. Pilihan Metode Valuasi Ekonomi: Nilai Ekonomi Kerusakan Lingkungan

Gambar 2 menerangkan pilihan metode yang dapat diterapkan dalamperhitungan nilai ekonomi kerusakan lingkungan. Biaya kerusakan dilihatdari dampak lingkungan yang timbul akibat suatu kegiatan. Dampak ini

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97615

dapat meliputi perubahan produktifitas (kuantitatif) dan atau perubahankualitas lingkungan. Pemilihan metode untuk perhitungan nilai ekonomi totalkerusakan lingkungan ini disesuaikan dengan fungsi dan manfaat lingkunganyang terganggu.

Gambar 2. Pilihan Metode Valuasi Ekonomi: Nilai Ekonomi Kerusakan SDALH

C. Konsep Metode Valuasi Ekonomi

Penetapan nilai ekonomi total maupun nilai ekonomi kerusakan lingkungandigunakan pendekatan harga pasar dan pendekatan non pasar. Pendekatanharga pasar dapat dilakukan melalui pendekatan produktivitas, pendekatanmodal manusia (human capital) atau pendekatan nilai yang hilang (foregoneearning), dan pendekatan biaya kesempatan (opportunity cost). Sedangkanpendekatan harga non pasar dapat digunakan melalui pendekatan preferensimasyarakat (non-market method). Beberapa pendekatan non pasar yang dapatdigunakan antara lain adalah metode nilai hedonis (hedonic pricing), metodebiaya perjalanan (travel cost), metode kesediaan membayar atau kesediaanmenerima ganti rugi (contingent valuation), dan metode benefit transfer.

1. Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya

a. Pendekatan Produktivitas

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 16

Pada pendekatan ini, valuasi yang dilakukan untuk memberikan hargaSDALH sedapat mungkin menggunakan harga pasar sesungguhnya. Halini terutama dapat dilakukan bagi SDA (Sumber Daya Alam) yangdiperjualbelikan di pasar.

Tahapan pelaksanaannya:1) Menyiapkan data dan informasi mengenai kuantitas SDA.2) Melakukan survei sederhana untuk membantu mendapatkan

informasi yang diperlukan mengenai kuantitas dan harga SDA yangbelum tersedia.

3) Mengalikan jumlah kuantitas SDA dengan harga pasarnya.Persamaannya ialah.

Nilai SDA = SDA x harga

Nilai total SDA = (SDA1 x harga1) + (SDA2 x harga2) + ... + (SDAn xhargan)

Terdapat beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pendekatanproduktivitas ini, yaitu 1) Perubahan Produktivitas, 2) Biaya Pengganti,dan 3) Biaya Pencegahan.

1) Teknik Perubahan Produktivitas (Change of Productivity)

Teknik ini menggunakan nilai pasar yang ada dari suatu SDA.Dengan mengetahui harga pasar dan kuantitas SDA, maka dapatdiketahui nilai total dari SDA tersebut.

Kuantitas SDA dipandang sebagai faktor produksi. Perubahan dalamkualitas lingkungan merubah produktivitas dan biaya produksi yangkemudian mengubah harga dan tingkat hasil yang dapat diamati dandiukur.

Tahapan pelaksanaannya, yaitu:a) Menggunakan pendekatan langsung dan menuju sasaran.b) Menentukan perubahan kuantitas SDA yang dihasilkan untuk

jangka waktu tertentu.c) Memastikan bahwa perubahan merupakan hal yang berkaitan

dengan perubahan lingkungan yang terjadi.d) Mengalikan perubahan kuantitas dengan harga pasar.

2) Teknik Biaya Pengganti (Replacement Cost)

Teknik ini secara umum mengidentifikasi biaya pengeluaran untukperbaikan lingkungan hingga mencapai/mendekati keadaan semula.Biaya yang diperhitungkan untuk mengganti SDA yang rusak dankualitas lingkungan yang menurun atau karena praktek pengelolaanSDA yang kurang sesuai dapat menjadi dasar penaksiran manfaatyang kurang diperkirakan dari suatu perubahan.

Syarat-syarat untuk memenuhi teknik biaya penggantian, yaitu:a) Suatu fungsi SDALH sedapat mungkin diganti sama atau hampir

sama.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97617

b) Penggantian yang dilakukan harus dapat mengganti manfaatyang hilang sebagai akibat dari SDALH yang terganggu, bukanmanfaat yang hilang karena penggunaan yang dilakukan secaranormal.

c) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manfaat dari penggantinilainya melampaui biaya yang dikeluarkan, kalau tidak demikianbiaya tersebut dianggap tidak dikeluarkan. Dengan demikianbiaya pengganti hanya menunjukkan pendugaan nilai minimumatau paling sedikit dari manfaat SDALH.

Tahapan pelaksanaannya:a) Mengidentifikasi fungsi SDA yang hilang karena perubahan

kualitas lingkungan.b) Menentukan pengganti fungsi SDA yang hilang/terganggu.c) Menyiapkan data fisik termasuk harga pasar untuk masing-

masing komponen yang dibutuhkan sehubungan dengan fungsipengganti.

d) Menghitung jumlah nilai moneter untuk menciptakan semuafungsi dan manfaat yang diganti.

3) Teknik Biaya Pencegahan (Prevention Cost Expenditure)

Apabila nilai jasa lingkungan tidak dapat diduga nilainya, makapendekatan ini, baik pengeluaran aktual maupun potensipengeluaran, dapat dipakai. Melalui teknik ini, nilai lingkungandihitung berdasarkan hal-hal yang disiapkan masyarakat untukmelakukan upaya pencegahan kerusakan lingkungan, sepertipembuatan terasering untuk mencegah terjadinya erosi di datarantinggi, biaya pemeliharaan taman nasional untuk memperbaikikualitas air, udara, dan lain-lain.

Terdapat beberapa keunggulan dari pendekatan ini, diantaranyaadalah:a) Kebiasaan manusia untuk mempertahankan sesuatu dapat

dengan mudah diamati.b) Pengeluaran biaya untuk pencegahan ini mudah untuk

didapatkan informasinya karena dapat diamati melalui pasar.

Adapun kekurangan dari pendekatan ini adalah hanya menghasilkanmanfaat untuk mempertahankan kualitas lingkungan sesuai dengankondisi yang ada.

Tahapan pelaksanaannya:a) Menentukan cara untuk melakukan pencegahan (meminimkan

dampak), baik cara preventif secara fisik maupun perilakumenghindari risiko. Mengestimasi biaya tenaga kerja dan materialyang dibutuhkan, biaya investasi yang diperlukan untukpemulihan dampak lingkungan.

b) Mengidentifikasi data dan harga pasar untuk setiap komponendata yang dibutuhkan.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 18

c) Menjumlahkan semua nilai pengeluaran untuk melaksanakanupaya pencegahan tersebut.

b. Pendekatan Modal Manusia (Human Capital)

Pada pendekatan ini, valuasi yang dilakukan untuk memberikan hargamodal manusia yang terkena dampak akibat perubahan kualitasSDALH. Pendekatan ini sedapat mungkin menggunakan harga pasarsesungguhnya ataupun dengan harga bayangan. Hal ini terutama dapatdilakukan untuk memperhitungkan efek kesehatan dan bahkankematian dapat dikuantifikasi harganya di pasar. Pendekatan ini dapatdilakukan melalui teknik: 1) Pendekatan Pendapatan yang Hilang, 2)Biaya Pengobatan, dan 3) Keefektifan Biaya Penanggulangan.

1) Pendapatan yang Hilang (Forgone/Loss of Earning)

Pendekatan ini dapat digunakan untuk menghitung kerugian akibatpendapatan yang hilang karena perubahan fungsi lingkunganberdampak pada kesehatan manusia.

Tahapan pelaksanaannya:a) Memastikan bahwa terjadi dampak yang signifikan terhadap

kesehatan manusia akibat adanya perubahan fungsi lingkungansehingga menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan untukmemperoleh pendapatan.

b) Mengidentifikasi sumber pendapatan yang hilang akibatterganggunya kesehatan masyarakat, misalnya upah hilangselama sakit.

c) Mengetahui lamanya waktu yang hilang akibat gangguankesehatan yang terjadi.

d) Menghitung seluruh potensi hilangnya pendapatan.

2) Pendekatan Biaya Pengobatan (Medical Cost/Cost of Illness)

Dampak perubahan kualitas lingkungan dapat berakibat negatifpada kesehatan, yaitu menyebabkan sekelompok masyarakatmenjadi sakit.

Tahapan pelaksanaannya:a) Mengetahui bahwa telah terjadi gangguan kesehatan yang

berakibat perlunya biaya pengobatan dan atau kerugian akibatpenurunan produktifitas kerja.

b) Mengetahui biaya pengobatan yang dibutuhkan sampai sembuh.c) Mengetahui kerugian akibat penurunan produktifitas kerja, misal

dengan pendekatan tingkat upah atau harga produk yangdihasilkan.

d) Menghitung total biaya pengobatan dan penurunan produktifitaskerja.

Apabila dampak perubahan kualitas lingkungan menyebabkankematian manusia, maka nilai kematian dapat dihitung denganpendekatan nilai ganti rugi sebagaimana yang dihitung oleh lembagaasuransi.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97619

3) Pendekatan Keefektifan Biaya Penanggulangan (Cost of EffectivenessAnalysis of Prevention)

Pendekatan ini dilakukan apabila perubahan fungsi/kualitas SDALHtidak dapat diduga nilainya, namun dipastikan bahwa tujuanpenanggulangannya penting. Fokus pendekatan ini adalah mencapaitujuan dengan biaya yang paling efektif. Pendekatan ini dapatditerapkan untuk mengetahui harga moneter dari suatu efekkesehatan atau perubahan kualitas air atau udara, dan untukmengalokasikan dana yang tersedia secara lebih efektif.

Tahapan pelaksanaannya:a) Menetapkan target tingkat perubahan kualitas, misalnya tingkat

kerusakan tanah maksimum atau batas minimum populasi suatuspesies, yang dapat diterima.

b) Menetapkan berbagai alternatif untuk mencapai target.c) Mengevaluasi berbagai alternatif dan memilih alternatif biaya

yang terkecil.

c. Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Costs)

Apabila data mengenai harga atau upah tidak cukup tersedia, biayakesempatan atau pendapatan yang hilang dari penggunaan SDA dapatdigunakan sebagai pendekatan. Pendekatan ini digunakan untukmenghitung biaya yang harus dikeluarkan guna melestarikan suatumanfaat, dan bukannya untuk memberikan nilai terhadap manfaat itusendiri. Sebagai contoh, untuk menilai besaran manfaat ekonomi yangharus dikorbankan jika terjadi perubahan sehingga kualitas lingkungantidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula.

Tahapan pelaksanaannya:1) Mengidentifikasi kesempatan yang hilang karena suatu kegiatan

lain/perubahan.2) Menilai besaran setiap jenis manfaat ekonomi yang hilang.3) Menjumlahkan besaran semua manfaat ekonomi yang hilang.

2. Pendekatan Harga Non Pasar (Non-Market Methode)

a. Pendekatan Nilai Hedonis (Hedonic Pricing)

Pendekatan ini merupakan pendekatan kedua setelah pendekatandengan harga pasar untuk menilai kualitas lingkungan, karenaseringkali ditemui keadaan yang sangat sulit untuk mendapatkan hargapasar ataupun harga alternatif. Namun dengan pendekatan nilai barangpengganti (substitusi) maupun nilai barang pelengkap (komplementer),diusahakan menemukan nilai pasar bagi barang dan jasa yangterpengaruh oleh barang dan jasa lingkungan yang tidak dipasarkan.Misalnya kualitas lingkungan mempengaruhi keputusan untukpembelian sebuah rumah, dan harga rumah juga dipengaruhi oleh jasaatau guna yang diberikan oleh kualitas lingkungan yang ada. Jadi

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 20

harga sebuah rumah ditentukan oleh lokasi, mudah tidaknya dicapai,keadaan dan sifat lingkungan sekitar, dan kualitas lingkungan alami.

Dengan menggunakan harga barang substitusi atau barangkomplementer, nilai lingkungan yang tidak dipasarkan itu dapatdiperkirakan. Seringkali nilai kesenangan yang diberikan lingkunganseperti udara yang bersih, pemandangan yang indah menjadi faktorpenting dalam penentuan harga rumah.

Pendekatan ini dikenal juga sebagai pendekatan nilai properti (propertyvalue method). Pendekatan ini merupakan suatu teknik penilaianlingkungan berdasarkan atas perbedaan harga sewa lahan atau hargasewa rumah. Dengan asumsi bahwa perbedaan ini disebabkan olehperbedaan kualitas lingkungan. Untuk mendapatkan harga didasarkanatas kesanggupan orang untuk membayar (willingness to pay) lahanatau komoditas lingkungan sebagai cara untuk menduga secara tidaklangsung bentuk kurva permintaannya sehingga nilai perubahankualitas lingkungan tersebut dapat ditentukan.

Tahapan pelaksanaannya:1) Responden mengetahui dengan baik tentang karakteristik properti

yang ditawarkan dan mempunyai kebebasan untuk memilihalternatif lain tanpa ada kekuatan lain yang mempengaruhi.

2) Responden harus merasakan kepuasan maksimum atas propertiyang dibelinya dengan kemampuan keuangan yang dimiliki(transaksi terjadi pada kondisi equilibrium).

3) Menanyakan Willingness to Pay (WTP) responden sebagai kesatuanatas pengaruh variabel harga struktural (bentuk, ukuran, luas, danlain-lain) dan variable kualitas lingkungannya.

b. Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost)

Pendekatan ini menggunakan biaya transportasi atau biaya perjalananterutama untuk menilai lingkungan pada obyek-obyek wisata.Pendekatan ini menganggap bahwa biaya perjalanan dan waktu yangdikorbankan para wisatawan untuk menuju obyek wisata itu dianggapsebagai nilai lingkungan yang dibayar oleh para wisatawan. Dalamsuatu perjalanan, orang harus membayar "biaya finansial” (financialcosts) dan "biaya waktu" (time cost). Biaya waktu tergantung pada biayakesempatan (opportunity cost) masing-masing.

Pendekatan biaya perjalanan diterapkan untuk valuasi SDALH,terutama sekali untuk jasa lingkungan yang berkaitan dengan kegiatanrekreasi. Di samping itu, pendekatan ini dipakai pula untukmenghitung surplus konsumen dari SDALH yang tidak mempunyaipasar.

Pendekatan teknik ini dilakukan melalui pertanyaan yang difokuskanpada peningkatan biaya perjalanan sebagai pasar pengganti.Pendekatan ini menggunakan harga pasar dari barang-barang untukmenghitung nilai jasa lingkungan yang tidak diperdagangkan melaluimekanisme pasar.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97621

Nilai atau harga transaksi merupakan kesediaan seseorang untukmembayar terhadap suatu komoditi yang diperdagangkan denganharapan dapat mengkonsumsinya dan mendapatkan kepuasan darinya.Kegiatan rekreasi alam, budaya, atau sejarah, merupakan contoh untukpenerapan pendekatan ini. Biasanya biaya yang dikeluarkan untukmembayar tarif masuk tidak sebanding dengan manfaat atau kepuasanyang diterima oleh pemakai. Sehingga untuk menghitung nilai total darisurplus konsumen dilakukan melalui perhitungan kurva permintaandari pemanfaatan tempat rekreasi tersebut secara aktual.

Kurva permintaan yang dibentuk menunjukkan hubungan antara biayaperjalanan dan jumlah kunjungan diamsumsikan mewakili permintaanuntuk rekreasi. Dalam hal ini diamsumsikan bahwa biaya perjalananmewakili harga rekreasi dan jumlah kunjungan mewakili kuantitasrekreasi. Hubungan ini ditunjukkan melalui perhitungan oleh programregresi sederhana yang dapat dilakukan oleh alat hitung atau programspreadsheet.

Pendekatan biaya perjalanan dalam prakteknya berhubungan dengantempat khusus dan mengukur nilai dari tempat tertentu dan bukanrekreasi pada umumnya. Kawasan wisata diidentifikasikan, dankawasan yang mengelilinginya dibagi ke dalam zona konsentrik,semakin jauh jaraknya akan menunjukkan biaya perjalanan yangmakin tinggi. Survei terhadap para pengunjung kawasan wisatakemudian dilakukan pada tempat rekreasi untuk menentukan zonaasal, tingkat kunjungan, biaya perjalanan, dan berbagai karakteristiksosial ekonomi lainnya.

Kelebihan pendekatan ini:1) pola tingkah laku yang nyata dari pengunjung dalam hal

penyesuaian pada perubahan biaya yang ditanyakan yangmenunjukkan pola pertimbangan ekonomi individu terhadap SDALH;

2) data yang digunakan merupakan data yang nyata dikeluarkan olehpengunjung untuk mengunjungi tempat rekreasi tersebut, dalam artibukan data hipotesis; dan

3) banyaknya asumsi dari persyaratan yang harus dipenuhi.

Tahapan pelaksanaannya:1) Membuat kuesioner untuk survey.2) Menentukan responden dengan memastikan bahwa perjalanan

dimaksudkan harus merupakan tujuan utama dari responden,apabila tidak, maka tidak dapat diikutkan dalam penghitungan.

3) Mengidentifikasi dan membagi tempat rekreasi dan kawasan yangmengelilinginya ke dalam zona konsentrik dengan ketentuansemakin jauh dengan tempat rekreasi semakin tinggi biayaperjalanannya.

4) Melakukan survei dengan menentukan zona asal, tingkatkunjungan, biaya perjalanan dan berbagai karakteristik biayaekonomi.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 22

5) Meregresi tingkat kunjungan dengan biaya perjalanan dan berbagaivariabel ekonomi lainnya.

c. Pendekatan Kesediaan Membayar atau Menerima Ganti Rugi(Contingent Valuation Method)

Metode valuasi kontingensi digunakan untuk mengestimasi nilaiekonomi untuk berbagai macam ekosistem dan jasa lingkungan yangtidak memiliki pasar, misal jasa keindahan. Metode ini menggunakanpendekatan kesediaan untuk membayar atau menerima ganti rugi agarsumber daya alam tersebut tidak rusak. Metode ini juga dapatdigunakan untuk menduga nilai guna dan nilai non guna. Metode inimerupakan teknik dalam menyatakan preferensi, karena menanyakanorang untuk menyatakan penilaian, penghargaan mereka. Pendekatanini juga memperlihatkan seberapa besar kepedulian terhadap suatubarang dan jasa lingkungan yang dilihat dari manfaatnya yang besarbagi semua pihak sehinga upaya pelestarian diperlukan agar tidakkehilangan manfaat itu.

Tahapan valuasi pendekatan ini adalah:1) Menyiapkan kuesioner untuk survei tentang manfaat SDALH.2) Melakukan survei terhadap sejumlah responden tertentu. Dalam

survei, pertanyaan diolah menjadi variabel-variabel pasar, yaitu WTPmereka yang dinyatakan dalam bentuk nilai uang dan juga berapakompensasi yang mewakili manfaat apabila SDA dan jasalingkungan tersebut hilang manfaatnya.

3) Mengolah hasil survei secara ekonometri sebagai langkah derivasikurva permintaan rata-rata penilaian per responden atas SDALH.

4) Mengestimasi nilai rata-rata per individu atau rumah tangga padaresponden, lalu diekstrapolasi dengan populasi agar dapat diketahuitotal benefit dari suatu jasa lingkungan.

Ada enam macam kuesioner:1) metode pertanyaan langsung;2) metode penawaran bertingkat (ranking);3) metode kartu pembayaran;4) metode setuju atau tidak setuju (pertanyaan dikotomi);5) metode tawar menawar; dan6) metode pertanyaan terbuka.

d. Pendekatan Benefit Transfer

Ada kalanya terdapat banyak kendala untuk suatu penghitungan, baikberupa kendala keuangan, waktu, pengumpulan data, atau kendalalainnya. Untuk itu dikembangkanlah metode benefit transfer yang jugasering disebut sebagai metode sekunder dalam melakukan valuasiSDALH.

Metode ini digunakan untuk menduga nilai ekonomi SDALH dengancara meminjam hasil studi/penelitian di tempat lain yang mempunyaikarakteristik dan tipologinya sama/hampir sama.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97623

Penggunaan benefit transfer harus memperhatikan:1) Nilai manfaat langsung dan nilai manfaat tidak langsung yang

kadang kala nilainya di berbagai hasil studi berbeda.2) Diperlukan deskripsi kualitatif dalam analisis yang akan disusun.3) Proyek besar atau dengan dampak lingkungan besar atau proyek

kecil dengan dampak lingkungan yang serius, memerlukan alatanalisis yang lebih akurat, dan dalam hal ini lebih diperlukanmetode primer dari sekedar benefit transfer.

4) Perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian dikarenakan kebanyakankajian dilakukan di negara maju. Penyesuaian yang perlu dilakukandiantaranya adalah pendapatan per orang, hak milik, harga tanah,institusi, budaya, iklim, SDA, dan lain-lain (Krupnick, 1999). Akantetapi hambatan sering muncul untuk menentukan efek di atas padanilai yang ada.

Langkah-langkah dalam benefit transfer:1) Menyeleksi sekaligus menelaah pustaka yang nilai dan analisisnya

akan digunakan dalam kajian yang sedang dilakukan, jikadimungkinkan dikaji pula lokasi dan penduduk sekitar studi kasus.Hal ini diperlukan berkaitan dengan nilai ekonomi (langsung dantidak langsung), yang menggambarkan preferensi yang mungkinakan berbeda dengan perbedaan sosial ekonomi dan nilai-nilai lain.

2) Menyesuaikan nilai-nilai misalnya mengubah nilai moneter padasatu nilai jasa ekosistem, melakukan penyesuaian dengan tingkatsensitivitas.

3) Kalkulasi nilai per unit dari waktu. Kalkulasi total nilai yangdidiskonto, selamajangka waktu manfaat proyek tersebut akan ada.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 24

BAB IVTAHAPAN VALUASI EKONOMI EKOSISTEM GAMBUT

Ekosistem gambut di Indonesia memiliki nilai ekonomi yang sangat besar. Nilaiekonomi tersebut dapat dihitung melalui identifikasi fungsi dan manfaatekosistem gambut baik secara total maupun parsial sesuai tujuannya. Tahapanatau langkah perhitungan valuasi ekonomi ekosistem gambut adalah sebagaiberikut:

1. Penentuan tujuan valuasiPenentuan tujuan sangat terkait dengan hasil akhir yang ingin dicapai.Tujuan ini akan menentukan ekosistem gambut yang akan dijadikan obyekperhitungan valuasi. Kemudian diterapkan batas-batas kajian, baik batasekosistem maupun batasan dan metode valuasi. Perhitungan akan dilakukansesuai dengan keperluan, misalnya untuk mengetahui Nilai Ekonomi Total(NET) biaya ganti rugi kerugian atau akuntansi sumber daya alam diekosistem gambut. Khusus untuk perhitungan NET tahapan valuasilangsung ke tahapan identifikasi fungsi dan manfaat ekosistem gambut.

2. Penentuan daerah atau wilayah gambut yang divaluasiPenentuan daerah atau wilayah penting untuk mengetahui potensial gambutyang dapat divaluasi. Selain itu langkah ini diperlukan untuk mengenaltokoh setempat yang dapat memberi informasi tentang fungsi ekosistemgambut terkait dengan sumber daya ekonomi masyarakat ditempat yangbersangkutan, terutama untuk mendapatkan gambaran macam manfaatnilai tanpa penggunaan, karena nilai ini sangat spesifik daerah.

3. Identifikasi fungsi dan manfaat ekosistem gambutUntuk keperluan valuasi perlu diketahui fungsi dan manfaat yang dapatdibedakan ke dalam fungsi penggunaan ekstraktif (seperti bahan sumberenergi) penggunaan non-ekstraktif (seperti ekowisata), jasa lingkungan, jasakeanekaragaman hayati, dan pengaruh sosial atau budaya. Perludiidentifikasi juga fungsi dan manfaat SDA lahan di atas gambut (aboveground) dengan merujuk panduan terkait. Kemudian perlu dikelompokkanmasing-masing fungsi dan manfaat gambut. Untuk perhitungan NET dilihatfungsi dan manfaat ekosistem gambut yang dapat dan penting diketahuisesuai tujuan valuasi.

4. Identifikasi permasalahan, jenis, klasifikasi, dan sebaran SDA ekosistemgambutTahapan ini diarahkan untuk mengetahui secara pasti gambaran caramenghitung kerusakan/pencemaran dan akuntansi SDA di ekosistemgambut. Untuk itu perlu diketahui fungsi dan manfaat SDA di ekosistemgambut maupun SDA di atasnya yang terganggu atau mengalami perubahandan menjadi fokus perhitungan yang sesuai dengan tujuan valuasi.Pemanfaatan lahan di atas gambut akan menghilangkan pilihanpemanfaatan lainnya.Untuk memudahkan identifikasi permasalahan, jenis, klasifikasi, dansebaran SDA di ekosistem gambut digunakan matrik pendekatan

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97625

sebagaimana tercantum dalam Tabel 2. Selain itu, hendaknya dicatat pulapemangku kepentingan yang mewakili ekosistem gambut.

Tabel 2. Matrik Identifikasi Kualitatif Potensi Dampak PembangunanTerhadap Ekosistem Gambut

Katagori dampakumum/spesifik

Tingkatandampak nilai

(+/-)

Penerimadampak

Tipeguna/Tanpaguna?

Dapatkahdikuantifikasi?

MacamPendekatan

Pribadi Umum

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Dampak ekonomia. Penggunaan

ekstraktif- bahan sumber

energi- perkebunan- pertanianLain-lain

b. Penggunaan tidakekstraktif

- pendidikan- penelitianLain-lain

Dampak Lingkungana. Jasa lingkunganb. Jasa

keanekaragamanhayati

Dampak sosiala. Dampak langsungb. Dampak tidak

langsungKeterangan:Kolom 1: Menunjuk katagori dampak yang dapat dilihat dari dampak ekonomi dampak

lingkungan dan dampak sosial.Dampak ekonomi dilihat dari penggunaan ekstraktif dari ekosistem gambut sepertisumber bahan energi. HTI dan lain-lain dan penggunaan tidak ekstraktif sepertiekowisata, penelitian dan lain-lain (selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3).Dampak lingkungan dapat dibedakan untuk jasa lingkungan dan jasakeanekaragaman hayati (uraian masing-masing juga dimaksud sebagaimanadiuraikan pada Tabel 3).Dampak sosial dilihat dari dampak langsung dan tidak langsung seperti dampakterhadap penyedia jasa transportasi, aktivitas keagamaan

Kolom 2: Menunjuk apakah terjadi dampak positif dan dampak negatifKolom 3: Menunjuk pada macam penerima dampakKolom 4: Menunjuk pada macam nilai guna atau nilai tanpa gunaKolom 5: Menunjuk dampak yang dapat dikuantifikasi atau yang tidak dapat dikuantifikasiKolom 6: Menunjuk macam pendekatan yang digunakan

5. Penentuan metode valuasiPemilihan metode valuasi akan dipengaruhi oleh ketersediaan harga pasar.Metode yang paling mudah adalah metode yang tersedia harga pasarnya.Namun apabila tidak tersedia harga pasar, maka beberapa metode lain dapatdigunakan, antara lain pendekatan biaya pengganti. Matriks identifikasiteknis valuasi yang disarankan dapat dilihat pada Tabel 4 di Bab V.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 26

6. Data kuantifikasi fungsi ekosistem gambutUntuk keperluan valuasi diperlukan data kuantifikasi fungsi ekosistemgambut, sehingga dapat diketahui kuantitas seluruh NET atau volumepenambahan atau pengurangan sumberdaya alam dan lingkungan ataupunluas pencemaran/kerusakan di ekosistem gambut yang terjadi pada suatukurun waktu tertentu (setahun atau beberapa tahun). Dibutuhkan juga datatentang tingkat diskonto yang akan dipakai dan kurun waktu pemulihanpencemaran/kerusakan untuk menghitung nilai kerusakan ataupencemarannya. Untuk memperoleh data yang lebih akurat tentanggambaran ekosistem gambut yang akan dikaji dapat digunakan teknisanalisis spasial (penginderaan jauh dan sistem informasi geografis). Tingkatketelitian data yang dibutuhkan tergantung pada tujuan valuasi ekonomi.

7. Penghitungan nilai ekonomi (valuasi moneter)Pada tahap ini dilakukan valuasi masing-masing fungsi dan manfaat SDALyang bersangkutan. Hasil dari tahap ini merupakan perhitungankeseluruhan nilai fungsi (NET) atau nilai kerusakan atau akuntansi SDAL diekosistem gambut sesuai dengan hasil identifikasi isu/tujuanperhitungannya.

8. AnalisisDalam tahap ini dilakukan kajian terhadap nilai yang didapat dari valuasiekonomi ekosistem gambut, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untukpengambilan keputusan. Sebagai hasil kajian sebaiknya dijabarkan jugaimplikasi/makna dari suatu nilai proksi yang telah dihitung. Padahakekatnya suatu keputusan tentang ekosistem gambut seyogyanyamemperhatikan trade off atas dampak suatu kegiatan pada sumberdaya alamtersebut dan cara meminimumkan dampak yang mengikutinya.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97627

BAB VKERANGKA DAN PROSEDUR

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM GAMBUT

Lahan gambut memiliki peranan hidrologis yang penting bagi suatu wilayah,karena secara alami berfungsi sebagai cadangan air dengan kapasitas yangsangat segar, dengan demikian gambut dapat mengatur debit air pada musimhujan dan kemarau. Secara ekologis, ekosistem gambut tempatperkembangbiakan ikan yang ideal, selain itu juga menjadi habitat berbagai jenistumbuhan dan satwa liar, termasuk jenis-jenis endemik dan dilindungi. Perludicatat, bahwa pemanfaatan lahan di atas gambut (above ground) adalah suatupilihan. Pilihan tersebut akan dapat menghilangkan fungsi ekosistem gambutuntuk pemanfaatan lainnya. Jadi dalam valuasi ekonomi ekosistem gambutsangat tergantung pada pemanfaatan ekosistem ini. Selanjutnya, perlu jugadirujuk tata cara valuasi ekonomi ekosistem lainnya yang terkait denganpemanfaatan above ground yang dipilih, seperti valuasi ekonomi ekosistemhutan.

Dari lembar kerja dan tabel prosedur penilaian ekonomi mengenai ekosistemgambut dapat diketahui bahwa manfaat secara (1) ekstraktif, (2) non ekstraktif(3) jasa lingkungan, (4) jasa keanekaragaman hayati, dan (5) pengaruhsosial/budaya.

Penghitungan nilai ekonomi dari kawasan gambut yang bermanfaat secaraekstraktif menggunakan pendekatan harga pasar atau harga jual dari komoditiyang dimanfaatkan. Harga pasar ini selanjutnya digunakan untuk menghitungunit rent dari penggunaan sumber daya alam tersebut. Harga neto atau unit rentdidapatkan dengan mengurangi harga jual dengan biaya produksi atau biayauntuk mendapatkan komoditi tersebut dan laba layak yang diasumsikan misalsebesar 15% (lima belas per seratus) (atau bunga bank yang berlaku) dari hargajual. Indikator yang dipakai adalah nilai produksi total per tahun untuk masing-masing produk (rupiah) selanjutnya data yang dibutuhkan dalam penghitunganini adalah harga pasar dari masing-masing komoditi, jumlah produksi darikomoditi yang ada di kawasan gambut, dan total luas kawasan gambut. Selainitu data yang diperlukan adalah harga per unit dan biaya produksi atau biayauntuk mendapatkan komoditi yang ada di kawasan gambut.

Sebaiknya diidentifikasi sebanyak mungkin manfaat ekosistem gambut,terutama yang mempunyai nilai manfaat ekonomi strategis di lokasi studi/kajianuntuk dapat dihitung nilai ekonominya. Prosedur dan lembar kerja valuasiekonomi sumber daya alam dan lingkungan di ekosistem gambut dapat dilihatpada Tabel (3) dan Tabel (4). Penilaian ekonomi ekosistem gambut dalampenggunaannya secara tidak ekstraktif, seperti sebagai tempat ekowisata dapatmenggunakan metode biaya perjalanan yang memperhitungkan semua biayayang dikeluarkan dan waktu yang dikorbankan oleh wisatawan hingga sampaidan menikmati obyek wisata tersebut. Sedangkan dalam penggunaannya sebagaiobyek penelitian dan sarana pendidikan digunakan teknik pendekatan hargapengganti (proksi), yaitu teknik penilaian ekonomi dengan menggunakan

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 28

pendekatan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan penelitian ataupendidikan sejenis di tempat lain.

Untuk jasa keanekaragaman hayati yang diberikan oleh ekosistem gambut, yaituantara lain sebagai penyerap karbon, dapat digunakan pendekatan penilaiankontingensi (wilingness to pay), yaitu kesediaan membayar oleh masyarakatuntuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem gambut beserta fungsinya.

Manfaat sosial budaya yang dimiliki masyarakat setempat dinilai denganmenggunakan pendekatan penilaian kontingensi (wilingness to pay). Besarnyanilai ini dinyatakan melalui kemauan membayar masyarakat untukmempertahankan nilai sosial budaya.

Tabel 3. Prosedur Valuasi Ekonomi untuk Ekosistem Gambut

No. ManfaatTeknikValuasi

IndikatorData yang

DibutuhkanCatatan dan

AsumsiPengunaan Ekstraktif

1. BahanSumberEnegi

Harga jualsetempat untukproduk yangdipasarkan,menggunakanharga neto1

NilaiProduksitotalpertahununtukmasing-masingproduk(rupiah)

Untuk penilaianlangsung:a. Harga pasar

setempat untukmasing-masingproduk(rupiah/kg)

b. Jumlah produkyang dihasilkandari Gambutuntuk energi,mediatanam/pupuk

Harga pasardapatdisesuaikandalam kaitannyadengan musimmaupunperubahanharga lain

2. MediaTanam/PupukOrganik

Untuk produkyang digunakannilai pasarproduk sejenis.Bila tidaktersedia dapatdigunakanpendekatan biayakesempatan(apportunity cost)untukmemperkirakanwaktu yanghilang dalammemproduksi(sepertipenghasilan yanghilang)

organik, yangdijual, dan yangdigunakanoleh rumahtangga(Kg/Ha/thn)

c. Jumlah produkyang dihasilkandari lahangambut sepertikayu, hasilperkebunan,hasilpertanian untukdijual(Kg/ha/tahun)

Harga pasarmenunjukannilai yangsebenarnyadalamkeseimbanganpasarpersaingansempurna

Semuaeksternalitasdapatdiidentifikasidandiperhitungkandalam harga

3. HutanTanamanIndustri(HTI)*)

d. Total luas arealproyek (Ha)

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97629

No. ManfaatTeknikValuasi

IndikatorData yang

DibutuhkanCatatan dan

Asumsi4. Perkebunan

*)Untuk penilaiantidak langsung:a. Harga per unit

untuk produksejenis(rupiah/unit)

b. Waktu yangdigunakan untukpanen ataumembudidayakan produk

5. Pertanian*) (jam/minggu)c. Upah yang setara

dengan upahlokal untuktenaga kerja(Rp/hari)

d. Nilai tukare. Tahun (tanggal

saat datadikumpulkan)

Penggunaan Non - Ekstraktif6. Ekowisata Biaya perjalanan:

Jumlah uang danwaktu yangdikorbankan olehpara pengunjungdi tempat yangbersangkutan

Nilairekreasilokasiwisata pertahun (Rp)

a. Data dari surveipengunjung

b. Variabel sosialekonomi daerahgeografis

c. Waktu yangdiperlukanuntuk perjalanan

d. Pengeluaranyang dilakukandalammengunjungilokasi wisata

e. Frekuensi danlamanyakunjungan

f. Jumlah hari-pengunjung(visitor- days)

a. Akses kelokasitersedia bagisemua orang

b. Kunjunganhanyamemiliki satutujuan

c. Fungsipermintaandapatdinyatakansecarakhusus

d. Tidak adafaktor di luarbiayaperjalananyangmempengaruhipenggunaanlokasi wisata

e. Harga pasaryangdigunakandalam valuasitidakdidistorsi

7. Pendidikan Pendekatanharga pengganti:Biaya mengajardi lain tempat

Total nilaiyangdigunakanuntukaktifitas

a. Jumlahkegiatanpendidikan pertahun

a. Lokasipenggantiharus dapatditerima atausebanding

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 30

No. ManfaatTeknikValuasi

IndikatorData yang

DibutuhkanCatatan dan

Asumsipendidikanper tahun(Rp)

b. Biaya kegiatanmengajar ditempat lain

danterjangkau

b. Harga pasaryangdigunakandalam valuasitidakdidistorsi

8. Penelitian Pendekatanharga pengganti:Biaya-biaya yangdibutuhkandalam penelitiansejenis. ataupenggunaanteknik yang lain

Total nilaiyangdigunakanuntukpenelitianper tahun(Rp)

a. Jumlahkunjunganpeneliti tahunan

b. Biaya melakukankegiatan di lokasilain

a. Lokasipenggantiharussebandingdanterjangkau

b. Harga pasaryangdigunakandalam valuasitidakdidistorsi

Jasa Lingkungan9. Penambat/

penyimpanair

Perubahanproduktivitas:nilai produksiyang hilang disektor pertanian,pasokan air, ikandan penggunaanlain.

Nilai totalper tahundalammemberikan air

Seluruheksternalitasdiidentifikasidan sudahtermasuk dalamharga.

10. Pencegahbanjir/kebakaran

Nilai totalper tahunyangdiberikangambutdalammenyaringair

a. Luas danproduksi lahanpertanian yangterlindungi

b. Jumlah dan nilaisumber air(sumur) yangterlindungi

c. Harga produkdan air

Wilayah yangterlindungi dapatdiidentifikasi.a. Fungsi

perlindungandapatdimodelkan.

b. Pengaruhmusimandapatdiperhitungkan

11. Penyerapkarbon

Biayapenggantian:Biaya untukmembentuksedimen, biayamenghilangkanracun/karbon,dan biayamembeli nutrisi,

Nilai pertahun yangdiberikanekosistemgambutdalammenanggu-langipencemar(Rp)

a. Bebanpencemaran

b. Volume air yangdipurifikasi

c. Biayapengolahanlimbah

Standarpengolahanlimbah

12. Penyimpankarbon

Biayapenggantian nilaikarbon apabilagambutdikonservasi

Nilai totalstok karbondalamgambut (Rp)

a. Luas lahangambut dankedalamangambut yangdikonservasi

Wilayah yang adadikawasanlindung/dilundungi

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97631

No. ManfaatTeknikValuasi

IndikatorData yang

DibutuhkanCatatan dan

Asumsib. Harga karbon

dalam gambut(Rp/ton)

13. Penghasiloksigen

Biayapenggantianuntukmenghasilkanoksigen.

Biayatotal pertahun yangdiberikangambutdalammenciptakan oksigen(Rp)

a. Harga oksigenper ton

b. Tingkatpenciptaanoksigen olehhutan di atasekosistemgambut

14. Tempatperkembang-biakanhewan

Nilai jualsetempatberdasarkanpada kontribusiekosistemgambut dalamperkembangbi-akan komersil

Jasa Keanekaragaman Hayati15. Flora/fauna Penilaian

kontingesi:willingness topay untuk fungsikeanekaragaman

Total nilaiuntukproduksimasing-masing pertahun (Rp)

Untuk PenilaianLangsung:a. Harga pasar

untuk tiap jenisflora/fauna (Rp)

b. Jumlahflora/fauna yangdipanen ataudibudidayakan,dijual dandigunakan untukrumah tangga

a. Harga pasardapatditerapkanuntukmenghitunghargamusimanatauperubahanharga lainnya

b. Harga pasarmencerminkanharga pasarsesungguhnyadalamkeseimbangan pasar yangkompetitif(harga tidakdidistorsi)

c. Seluruhekternalitasdiidentifikasidan sudahtermasukdalam harga.

Pengaruh Sosial/Budaya16. Aktifitas

spiritual/keagama-an

PenilaianKontingensi:Willingness to payuntuk sosial/budaya/keindahan

Nilai sosial/budaya/warisandari suatuhutan yangdinyatakan

Hasil survei/tekniklelang/ pilihan yangtersedia

Respoden:a. Memahami

dan dapatmemberimaknapilihan yang

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 32

No. ManfaatTeknikValuasi

IndikatorData yang

DibutuhkanCatatan dan

Asumsidengankemauanuntukmembayarolehpenduduksekitarhutan

tersedia padakuesioner

b. Jujur dalammenjawab

c. Mempunyaiinformasiyangcukup ataspilihan yangada

d. JumlahcukupmewakilipenggunaHutan

e. Bebas daripengaruh

f. Tidak adastrategi/pengaruhyang bias

17. Penyediajasatransportasi

18. Cagar alam19. Estetika

1 Harga neto = unit rent = harga pasar – biaya pengambilan/biaya produksi

Catatan:*) Merupakan alternatif pilihan penggunaan lahan penutup (di atas) ekosistemgambut. Pilihan salah satu penggunaan dapat menghilangkan opsi pilihanuntuk pemanfaatan lainnya.

Tabel 4. Lembar Kerja Penilaian Ekonomi Ekosistem Gambut

No. Penggunaan

Nilai Penggunaan Nilai Tanpa-PenggunaanTeknik YangDisarankanLang-

sung

TidakLang-sung

Pilih-an

QuasiWari-san

Keber-adaan

Penggunaan ekstraktif1. Sumber bahan energi × Harga Pasar2. Media Tanam/ Pupuk

Organik×

Harga Pasar

3. Lahan untuk HTI*) × Harga Pasar4. Perkebunan*) × Harga Pasar5. Pertanian*) × Harga Pasar

Penggunaan Tidak Ekstraktif1. Ekowisata × Harga Pasar

Proksi2. Pendidikan × Harga Pasar

Proksi3. Penelitian × Harga Pasar

Jasa Lingkungan

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97633

No. Penggunaan

Nilai Penggunaan Nilai Tanpa-PenggunaanTeknik YangDisarankanLang-

sung

TidakLang-sung

Pilih-an

QuasiWari-san

Keber-adaan

1. Penambat/penyimpanan air

× Harga Pasar

2. Pencegah banjir/kebakaran

× Harga Pasar

3. Penyerap karbon × Harga Pasar4. Penyimpan karbon × Harga Pasar5. Penghasil oksigen × Harga Pasar6. Tempat

perkembangbiakanhewan

× Harga Pasar

Jasa Keanekaragaman Hayati1. Flora × × Nilai simulasi

survei2. Fauna × × Nilai simulasi

surveiPengaruh Sosial/Budaya

1. Aktifitas Spiritual/keagamaan

× Nilai simulasisurvei

2. Penyedia jasatransportasi

× Nilai simulasisurvei

3. Cagar alam × Nilai simulasisurvei

4. Estetika × Nilai simulasisurvei

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 34

BAB VICONTOH PERHITUNGAN

Perhitungan valuasi ekonomi ekosistem gambut belum banyak dilakukan. Untukmemberikan gambaran aplikasi berbagai metode valuasi ekonomi berikut inidisampaikan contoh perhitungannya dengan segala keterbatasan informasiuntuk menghasilkan nilai-nilai tersebut. Hasil-hasil perhitungan valuasi ekonomiberikut kiranya dapat memberi gambaran nilai ekonomi ekosistem gambut,namun perlu dicatat bahwa nilai ekonomi dimaksud masih jauh dari nilaiekonomi total suatu ekosistem gambut.

A. Perhitungan Nilai Ekonomi Total Ekosistem Gambut di Kawasan TamanNasional Zamrud, Kabupaten Siak, RiauKawasan konservasi yang terdapat di wilayah Kabupaten Siak adalah SuakaMarga Satwa Danau Pulau Besar dan Danau Bawah yang juga dikenaldengan Kawasan Zamrud sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor668/Kpts-II/1999 mempunyai luas 28.237,95 hektar. Tipe tutupan lahandominan di kawasan konservasi suaka margasatwa “Zamrud” ini adalahformasi ekosistem hutan rawa gambut primer. Berdasarkan hasil penelitianyang telah dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi RiauTahun 2007, kondisi hutan ini masih dalam keadaan sangat baik dengankriteria tutupan tajuk rapat yaitu mencapai 78% (tujuh puluh delapan perseratus), kerapatan pohon mencapai rata-rata 240 (dua ratus empat puluh)batang per hektar. Nilai ekonomi total Kawasan Zamrud berdasarkanperhitungan (rapid assessment) para ahli (2009) terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Gambut di Kawasan Taman NasionalZamrud, Siak Riau

Jenis Penggunaan Dasar Perhitungan Nilai (Rp)Nilai Penggunaan Langsung

PerikananTangkap

20 Org × 2 ekor/hr × 0,50 kg× 20 hr × Rp. 15.000/kg

6.000.000

Tegakan cadangan kayu 28.237,50 ha x 175 m3/ha xRp. 600.000/m3

2.964.937.500.000

Penyimpanan karbon 28.237,95 Ha x 10 m3/ha x0.07 Bj x 0.55 (kand.C) x Rp.50.000

543.580.537,50

Ekowisata Tidak adaNilai Penggunaan Tidak Langsung

Penelitian Nilai benefit transfer 1.030.000.000Keanekaragaman hayati Tidak ada dataHabitat satwa yangdilindungi

Tidak ada data

NILAI EKONOMI TOTAL 2,965,488,080.537.50

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.97635

B. Perhitungan Nilai Ekonomi Total Taman Sebangau, Kalimantan TengahPerhitungan nilai ekonomi Kawasan Sebangau berikut merupakan hasil studiyang belum ‘merupiahkan’ nilai keanekaragaman hayati dan nilai-nilaiekologis lainnya yang diberikan oleh Kawasan Sebangau secara gratis dalammendukung keberlanjutan pertumbuhan ekonomi daerah sekitar kawasan.Tabel 6 menunjukkan akumulasi estimasi nilai ekonomi Kawasan Sebangau(dengan skenario tinggi dan menggunakan tingkat diskonto sebesar 10%(sepuluh per seratus)) yang pempengaruhi produksi perikanan, pertanian,kebutuhan air minum dan kebutuhan rumah tangga, transportasi air sungai,dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. Potensial nilai ekonomi kawasantersebut baru dapat diperoleh masyarakat dan pemerintah kabupaten/kotaterkait jika kemampuan Kawasan Sebangau dalam mendistribusikan fungsiekologisnya tidak terganggu oleh rusaknya Kawasan Sebangau akibatpenebangan kayu legal maupun ilegal.

Tabel 6. Estimasi Nilai Ekonomi Kawasan Sebangau, Kalimantan Tengah

No. Fungsi KegunaanEstimasi Nilai Ekonomi

BersihSelama 55 Tahun (Rp Juta)

1. Kehutanan Hasil Hutan Non-Kayua. Getah Jelutung 379.542,34b. Rotan 29,80

2. Pertanian Lahan pertanian 472.913,483. Perikanan Perikanan darat 1.193.937,034. Hidrologi Penyedia air rumah

tangga71.779,64

5. Sosial/ budaya Transportasi air sungai 71.779,64Nilai Ekonomi Total 2.387.681,86

C. Nilai Ekonomi Produk Lahan Gambut Blok Perian Kalimantan Timur

Suatu hasil kajian nilai ekonomis secara terinci atas lahan gambut di bagianBlok Perian Kalimantan Timur yang dihasilkan oleh Wetlands InternationalIndonesia Programme pada Tahun 2000 memperlihatkan bahwa ternyata nilaihasil pemanfaatan lahan gambut oleh penduduk tujuh desa di sekitarwilayah tersebut mencapai Rp. 8.669.885.457 (delapan milyar enam ratusenam puluh sembilan juta delapan ratus delapan puluh lima ribu empatratus lima puluh tujuh rupiah) per tahun (Tahun 2000). Nilai ekonomiterbesar justru bukan terletak pada nilai kayunya, tetapi pada nilaiperikanan, sekitar 70,99% (tujuh puluh koma sembilan puluh sembilan perseratus) disusul oleh pemanfaatan kayu bakar dengan kontribusi 12,15%(dua belas koma lima belas per seratus) dan kayu untuk bahan bangunansebesar 10,14% (sepuluh koma empat belas per seratus). Nilai per satuankomoditi pada Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 7.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.976 36

Tabel 7. Nilai Ekonomi Produk Lahan Gambut Blok Perian KalimantanTimur, 2008

No. Macam Produk Hutan UnitHarga

(Rp/Ha)Harga

(US$/Ha)

1. Kayu bangunan m3 300.000,42 32,122. Kayu bakar ikat 2.300 0,253. Kayu lainnya pucuk 750,32 0,084. Daun nipah ikat 7.500,05 0,805. Bambu pucuk 300 0,036. Rotan pucuk 380 0,047. Damar kg 6.324,44 0,688. Tanaman obat spisies 1.438,75 0,159. Rusa ekor 490.978,44 52,5710. Babi ekor 74.839,44 8,0111. Trengiling ekor 37.786 4,0512. Burung Tiung ekor 94.464 10,1113. Burung Murai batu ekor 14.976 1,6014. Burung Telisak ekor 2.390 0,2615. Burung Punai ekor 1.501,82 0,1616. Ikan kg 2.000 0,21

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUPREPUBLIK INDONESIA,

BALTHASAR KAMBUAYA

www.djpp.depkumham.go.id