BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

44
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan berduka (kehilangan)” dengan sebaik-baiknya. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ilmu keperawatan serta sebagai syarat menempuh ujian semester. Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini. Gorontalo, April 2015 Penyusun

description

selamat membaca

Transcript of BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

Page 1: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan berduka

(kehilangan)” dengan sebaik-baiknya.

Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ilmu

keperawatan serta sebagai syarat menempuh ujian semester.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami berbagai hal baik suka

maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan

lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak.

Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan

terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada

teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis

harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul

makalah ini.

Gorontalo, April 2015

Penyusun

Page 2: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

               Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang

sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.

Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu

kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini

lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.

Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi

sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari

bentuan kepada orang lain.

               Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila

menghadapi kondisi yang demikian.  Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan

diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang

memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi

perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawat berkerja sama dengan klien yang

mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk

memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan

mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita

setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi,

mental dan sosial yang serius.

               Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan

asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang

mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan

dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi

ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,

penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi

seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan

kematian (Potter & Perry, 2005).

Page 3: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

B. Rumusan masalah

1)    Apa pengertian kehilangan dan berduka?

2)    Apa tanda dan gejala kehilangan?

3)    Apa saja fase berduka?

4)    Apa saja karakteristik berduka?

5)    Apa saja rentang respon kehilangan?

6)  apa saja jenis kehilangan

7) apa saja faktor yang mempegaruhi kehilangan  

8) Bagaimana konsep ASKEP  dan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan dan

berduka?

C. Tujuan

Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang segala yang telah kami bahas dalam makalah

tentang asuhan keperawatan dengan berduka dan kehilangan.

Page 4: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

BAB II

PEMBAHASAN

ASKEP DENGAN BERDUKA DAN KEHILANGAN

1. PENGERTIAN

BERDUKA

Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respons emosional yang normal.

Berduka merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah, dan secara normal

berhubungan erat dengan kematian. Hal ini sangat penting dan menentukan kesehatan jiwa

yang baik bagi individu karena memberi kesempatan individu untuk melakukan koping

dengan kehilangan secara bertahap sehingga dapat menerima kehilangan sebagai bagian dari

kehidupan nyata. Berduka sebagai proses sosial dapat diselesaikan dengan bantuan orang

lain.

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan

adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.

Individu yang berduka kadang-kadang tidak mampu untuk menjalani perasaan

berduka secara normal, biasanya intensitas dan lamanya berduka secara normal, biasanya

intensitas dan lamanya berduka lebih panjang dari respons normal. Sebagai contoh individu

yang berduka akan mengalami depresi yang berat dari yang biasa. Depresi adalah suatu

kondisi emosional yang dialami oleh individu secara umum pada waktu mengalami

kehilangan baik secara nyata maupun yag dipersepsikan atau dibayangkan yang mencakup

suatu fungsi penting, kemampuan, objek, impian, orang, keyakinan atau nilai yang dimiliki

individu secara normal (Drake dan Price,1975). Penyimpangan dari suatu ukuran yang

normal akan berakibat pada suatu perasaan berduka yang menunjukkan respons depresi yang

lebih berat hal ini terjadi bila kehilangan berhubungan erat dengan ambisi, pengharapan,

harga diri, kemampuan atau rasa aman yang dialami oleh individu dengan konsep diri yang

miskin, atau harga diri rendah mudah terjatuh pada kondisi depresi.

Sumber gangguan atau kehilangan dapat berupa eksternal maupun internal seperti

pikiran, sikap, tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai individu, keyakinan atau moral

dan konflik interpersonal yang mengancam konsistensi diri individu, harga diri, rasa aman

Page 5: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

(Drake dan Price, 1975). Sumber-sumber eksternal mencakup kematian orang yang di

sayangi, penghentian kerja (PHK), penyakit atau kehilangan bagian tubuh tertentu.

KEHILANGAN

Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu

tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap

atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak

diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya

ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert

dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu

dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan

cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.Kehilangan

merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari

sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.

Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan. Peristiwa kehilangan dapat

terjadi secara tiba-tiba atau bertahap.

2. FASE BERDUKA

Engel (1964) mengidentifikasi enam tingkatan berduka yaitu syok, tidak yakin,

mengembangkan kesadaran diri, restitusi, mengatasi kehilangan, idealisasi dan hasil.

Schulz (1978) membagi proses berduka kedalam tiga fase yaitu awal, pertengahan

dan pemulihan.

Fase awal.fase ini dimulai dengan adanya kehilangan seperti kematian, fase ini berlangsung

untuk beberapa minggu. Pada fase ini orang menunjukkan reaksi syok, tidak yakin atau tidak

percaya, perasaan dingin, perasaan kebal (mati rasa) dan bingung. Reaksi ini biasanya akan

berakhir setelah beberapa hari, kemudian akan kembali pada perasaan berduka yang

berlebihan dan individu akan memperoleh pengalaman konflik di antara ekspresi perasaan

melalui menangis dan ketakutan.

Page 6: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

Fase pertengahan. Fase ini dimulai kira-kira tiga minggu sesudah kematian dan berakhir

sampai kurang lebih satu tahun lamanya. Ada tiga pola perilaku yang ditunjukkan pada fase

ini yaitu perilaku obsesif, suatu pencarian arti dari kematian. Perilaku obsesif sering meliputi

pengulangan pikiran tentang peristiwa kematian.

Fase pemulihan. Sesudah kurang lebih satu tahun orang yang mengalami berduka mulai

memasuki fase pemulihan. Individu sering memutuskan untuk tidak mengenang masa lalu

dan hidup harus berjalan terus. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatkan partisipasi pada

kegiatan sosial.

Fase berduka menurut Rando, yaitu:1.    Penghindaran        pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan

2.     Konfrontasi                        pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam.

3.      Akomodasi                        Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien belajar hidup dengan kehidupan mereka.

4.     Teori Martocchio                        Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

Page 7: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

3. RENTANG RESPON KEHILANGAN

Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).

                                 Fase   Marah                                     Fase Depresi

  

  Fase Pengingkaran                        Fase Tawar-menawar                     Fase Menerima

Fase pengingkaran/penyangkalan (denial). Reaksi pertama individu yang kehilangan

adalah terkejut, tidak percaya, merasa terpukul dan menyangkal pernyataan bahwa

kehilangan itu betul terjadi. Individu yang mengalami kehilangan (kematian) orang yang

dicintai seolah-olah orang tersebut masih hidup. Dia mungkin mengalami halusinasi melihat

orang yang meninggal tersebut berada di tempat biasanya ia berada atau merasa mendengar

suaranya. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap penyangkalan adalah keletihan, kelemahan,

kepucatan, mual, diare, sesak napas, detak jantung cepat, menangis, gelisah. Reaksi demikian

dapat berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa tahun.

Fase marah (anger). Serupa dengan individu dengan keadaan menjelang ajal, individu mulai

sadar tentang kenyataan kehilangan yang terjadi. Individu menunjukkan perasaan marah yang

meningkat dan sering diprojeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya atau orang-

orang tertentu. Reaksi fisik yang sering terjadi pada tahap ini antara lain wajah merah, nadi

cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

Fase tawar-menawar (bargaining). Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa

marahnya, maka ia maju tahap tawar-menawar. Reaksi sering dinyatakan dengan kata-kata

“seandainya saya hati-hati”, “kenapa harus terjadi pada keluarga saya”.

Fase depresi. Tahap ini individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau berbicara

atau putus asa. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makan, susah tidur,

letih, libido menurun.

Page 8: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

Fase penerimaan (acceptance). Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan

kehilangan. Pikiran yang selalu terpusat dengan objek atau orang yang hilang akan mulai

berkurang atau menghilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya,

gambaran tentang objek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap

perhatian mulai dialihkan kepada objek yang baru. Tahap penerimaan ini biasanya

diungkapkan dengan kalimat “saya betul-betul menyayangi tas saya yang hilang, tetapi tas

saya yang baru ini manis juga”, “apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, atau

“yaah,akhirnya saya harus dioperasi juga”.

Apabila individu dapat melalui tahap-tahap tersebut dan mencapai tahap penerimaan,

maka ia dapat mangakhiri proses kedukaan dan mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas.

Apabila individu tetap berada pada salah satu tahap lebih awal dan tidak mencapai tahap

penerimaan, jika ia mengalami kehilangan lagi, akan sulit baginya untuk mencapai tahap

penerimaan.

4. KARAKTERISTIK BERDUKA

Karakteristik berduka menurut Burgers dan Lazare (1976) :

1. Berduka yang menunjukkan reaksi syok dan ketidakyakinan.

2. Berduka yang menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila teringat tentang

kehilangan orang yang disayangi.

3. Berduka yang menunjukkan perasaan yang tidak nyaman dan sering disertai dengan

menangis, serta keluhan-keluhan sesak pada dada, rasa tercekik, napas pendek.

4. Mengenang almarhum terus-menerus.

5. Memperoleh pengalaman perasaan berduka.

6. Cenderung menjadi mudah tersinggung dan marah.

Page 9: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

5. JENIS KEHILANGAN

Jenis kehilangan yaitu:

Kehilangan orang yang bermakna, misalnya akibat kematian atau di penjara

Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, misalnya menderita penyakit, amputasi,

kehilangan pendapatan, kehilangan perasaan tentang diri, kehilangan pekerjaan,

kehilangan kedudukan dan kehilangan kemampuan seksual

Kehilangan milik pribadi (mis, uang, perhiasan)

6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHILANGAN

Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yang mempengaruhi reaksi kehilangan adalah genetik, kesehatan fisik,

kesehatan jiwa, pengalaman masa lalu.

Genetik

Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat

depresi biasanya sulit mengembangkan sikap optimistik dalam menghadapi suatu

permasalahan, termasuk menghadapi kehilangan.

Kesehatan Fisik

Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup yang teratur, cenderung mempunyai

kemampuan mengatasi stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang

sedang mengalami gangguan fisik.

Kesehatan mental/jiwa

Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi,

yang ditandai perasaan tidak berdaya, pesimistik, selalu dibayangi oleh masa depan yang

suram, biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan.

Pengalaman kehilangan di masa lalu

Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna di masa kanak-kanak akan

mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan di masa dewasa.

Faktor Presipitasi

Stres yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stres nyata, atau imajinasi

individu, seperti kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial antara lain kehilangan kesehatan

(sakit), kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan,

kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi di masyarakat.

Page 10: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

Individu dalam status kehilangan sering menunjukkan perilaku seperti menangis atau

tidak mampu menangis, marah, putus asa, kadang-kadang ada tanda upaya bunuh diri atau

ingin membunuh orang lain. Mekanisme pertahanan yang sering digunakan oleh individu

sebagai respons terhadap kehilangan antara lain menyangkal, represi, intelektualisasi, regresi,

supresi, dan projeksi (lihat mekanisme pertahanan). Regresi yang dipakai secara berlebihan

dan tidak tepat, sering ditemukan pada pasien depresi.

7. TANDA DAN GEJALA KEHILANGAN

a.     Ungkapan kehilangan

b.     Menangis

c.      Gangguan tidur

d.     Kehilangan nafsu makan

e.     Sulit berkonsentrasi

f.       Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:

Mengingkari kenyataan kehilangan terjadi dalam waktu yang lama

Sedih berkepanjangan

Adanya gejala fisik yang berat

Keinginan untuk bunuh diri

Page 11: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN BERDUKA DAN KEHILANGAN

(1) PENGKAJIAN

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian:

a. Perawat menkaji pasien berduka dan anggota keluarga yang mengalami kehilangan

untuk menentukan tingkatan berduka.

b. Pengkajian terhadap gejala klinis berduka (Schulz, 1978) yang mencakup: sesak di

dada, napas pendek, berkeluh kesah, perasaan penuh di perut, kehilangan kekuatan

otot, distres perasaan hebat

c. Enam karakteristik berduka (Burgers dan Lazare, 1976) juga dikaji: respons fisiologi,

respon tubuh terhadap kehilangan atau mengetahui lebih dulu kehilangan dengan

suatu reaksi stres. Perawat dapat mengkaji tanda klinis respons tersebut.

d. Faktor yang mempengaruhi suatu reaksi kehilangan yang bermakna bergantung pada

persepsi individu terhadap pengalaman kehilangan, umur, kultur, keyakinan spiritual,

peran seks, status sosial-ekonomik.

e. Faktor predisposisi yang mempengaruhi reaksi kehilangan yang mencakup genetik,

kesehatan fisik, kesehatan mental, pengalaman kehilangan di masa lalu.

f. Faktor presipitasi, ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan

kehilangan dapat berupa stres nyata, atau imajinasi individu, seperti kehilangan yang

bersifat bio-psiko-sosial antara lain kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi

seksualitas, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran dalam

keluarga, kehilangan posisi di masyarakat.

g. Faktor pencetus mencakup perilaku yang ditunjukkan oleh individu yang mengalami

kehilangan, dan mekanisme koping yang sering digunakan oleh individu.

h. Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa

yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.

Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang

mereka pikir dan rasakan adalah :

Persepsi yang adekuat tentang kehilangan

Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan

Perilaku koping yang adekuat selama proses

i. Mekanisme koping

Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial,

Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan

untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan

Page 12: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis

mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.

j. Respon Spiritual

1)      Kecewa dan marah terhadap Tuhan

2)      Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan

3)      Tidak memilki harapan; kehilangan makna

k. Respon Fisiologis

1)      Sakit kepala, insomnia

2)      Gangguan nafsu makan

3)      Berat badan turun

4)      Tidak bertenaga

5)      Palpitasi, gangguan pencernaan

6)      Perubahan sistem imune dan endokrin

l. Respon Emosional

1)      Merasa sedih, cemas

2)      Kebencian

3)      Merasa bersalah

4)      Perasaan mati rasa

5)      Emosi yang berubah-ubah

6)      Penderitaan dan kesepian yang berat

7)      Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda

yang hilang

8)      Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan

9)      Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

m.  Respon Kognitif

1)      Gangguan asumsi dan keyakinan

2)      Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan

3)      Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal

4)      Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah

pembimbing.

n. perilaku

Page 13: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :

1)      Menangis tidak terkontrol

2)       Sangat gelisah; perilaku mencari

3)       Iritabilitas dan sikap bermusuhan

4)      Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang

yang telah meninggal.

5)      Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin

membuangnya

6)      Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol

7)      Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan

8)      Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

DIAGNOSA

1. Berduka cita yang berhubungan dengan kehilangan aktual atau yang dipersepsi

2. Duka cita terganggu

3. Resiko duka cita terganggu

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Kriteria Hasil

(NOC)

Tindakan keperawatan

(NIC)

1. Duka cita

Definisi: proses kompleks

yang normal yang mencakup

respon dan perilaku emosi,

fisik, spiritual, sosial, dan

intelektual ketika individu,

keluarga, dan komunitas

menghadapi kehilangan

aktual, kehilangan yang di

antisipasi, atau persepsi

kehilangan kedalam

kehidupan mereka sehari-hari.

Batasan karakteristik:

Klien berhasil

mengatasi duka cita

yang ditunjukkan

dengankeberhasilan

adaptasi dengan

ketunadayaan fisik,

koping, koping

keluarga, iklim

sosial keluarga,

penyelesaian

dukacita, dan

penyesuaian

psikososial:

Kaji pengalaman masa

lalu pasien atau

keluarga tentang

kehilangan, keberadaan

sistem pendukung, dan

penyelesaian dukacita

saat ini

Tentukan penyebab

dan lamanya waktu

sejak diagnosis

kematian fetus/bayi

Fasilitasi proses

dukacita:

Page 14: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

Subjektif:

Marah

Menyalahkan

Merasa terpisah

Putus asa

Mengalami peredaan

Nyeri

Pertumbuhan personal

Distres psikologis

Kepedihan

Objektif:

Perubahan tingkat

aktvitas

Perubahan pola mimpi

Perubahan fungsi imun

Perubahan fungsi neuro

endoktrin

Perubahan pola tidur

Disorganisasi

Mempertahankan

hubungan dengan

almarhum

Memberi makna

terhadap kehilangan

Perilaku panik

Faktor yang

berhubungan:

Antisipasi kehilangan

objek yang berarti

(mis,harta benda,

pekerjaan, status, rumah,

bagian dan proses tubuh)

Antisipasi kehilangan

orang terdekat

perubahan hidup

Pasien

menunjukkan

koping,yang

dibuktikan oleh

ndikator berikut

(tidak pernah,

jarang, kadang-

kadang, sering,

selalu):

-mengidentifikasi

pola koping yang

efektif

-mencari informasi

tentang penyakit

dan pengobatannya

Menggunakan

strategi koping yang

efektif

Menggunakan

dukungan sosial

yang tersedia

Mencari dukungan

profesional,sesuai

dengan kenutuhan

-melaporkan

penurunan gejala

fisik stres dan

perasaan fisik

negatif

Pasien

memperlihatkan

penyelesaian

dukacita yang

mengidentifikasi

kehilangan.

Ajarkan karakteristik

proses berduka yang

normal dan tidak

normal

Diskusikan perbedaan

pola proses berduka

individu (mis,laki-laki

vs perempuan)

Fasilitasi proses

dukacita : ajarkan fase-

fase proses dukacita,

jika perlu

Rujuk ke sumber-

sumber yang

diperlukan, seperti

kelompok pendukung,

bantuan

hukum,bantuan

keuangan, layanan

sosial, pemuka agama,

konselor dukacita,

konselor genetik.

Bantu pasien/keluarga

untuk menyatakan

ketakutan/kekhawatira

nnya secara verbal

terhadap potensial

kehilangan, termasuk

dampak ada unit

keluarga

Bantu pasien atau

keluarga untuk

Page 15: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

Kematian orang terdekat dibuktikan oleh

indikator sbg

berikut:

-pulih dari perasaan

kehilangan

-mengungkapkan

secara verbal

realitas kehilangan

-turut serta dalam

merencanakan acara

pemakaman

-berbagi kehilangan

dengan orng

terdekat

-kemajuan dalam

melewati tahap

dukacita

-memperrahankan

kerapian dan

kebersihan diri

-melaporkan

penurunan fokus

pikiran terhadap

kehilangan

-melaporkan asupan

nutrisi yang adekuat

-melaporkan gairah

seksual yang

normal

-

mengungkapkan

ketakutan, rencana,

kekhawatiran, dan

harapan satu sama

lainya.

2. Duka cita terganggu

Definisi: gangguan yang

terjadi setelah kematian orang

klien/keluarga

akan berhasil

mengatasi

kaji dan

dokumentasikan

keberadaan dan

Page 16: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

terdekat, ketika pengalaman

distres yang menyertai

kehilangan gagal memenuhi

harapan normatif dan

bermanifestasi gangguan

fungsional.

Batasan karakteristik:

Subjektif

Penurunan rasa

kesejahteraan

Depresi

Keletihan

Merindukan yang telah

tiada

Distres emosi yang

persistem

Terlalu fokus

memikirkan yang telah

tiada

Merenung

Mengungkakan secara

verbal ansietas

Mengugkapkan secara

verbal perasaan distres

akibat kehilangan

Mengungkapkan secara

verbal perasaan linglung

Mengungkapkan secara

verbal perasaan kosong

Mengungkapkan secara

verbal perasaan terkejut

Mengungkapkan secraa

verbal perasaan syok

Mengungkapkan secara

dukacita terganggu

yang dibuktikan

oleh keberhasilan

koping, koping

kleuarga, daya

tahan keluarga,

penyelesaian

dukacita,

penyesuaian

psikososial:

perubahan hidup,

dan performa

peran

memperlihatkan

performa peran,

yang dibuktikan

oleh indikator

sebagai berikut:

-kemampuan

untuk memenuhi

harapan peran

-performa perilaku

peran keluarga

-performa perilaku

peran komunitas

-perasaan nyaman

denga harapan

peran

sumber dukacita klien

berikan informasi

kepada oasien dan

keluarga tentang

rumah sakit dan

sumber-sumber di

komunitas, seperti

kelompok swa-bantu

prakarsai konferensi

perawatan pasien

untuk meninjau

kebutuhan pasien dan

keluarga terkait tahap

dukacita mereka dan

untuk membuat

rencana perawatan

cari dukunagn di

antara teman sebaya

dan orang lain untuk

memberikan

perawatan yang

dibutuhkan klien

pahami reaksi dukacita

pasien dan keluarga

pada saat melanjutkan

aktivitas perawatan

yang diperlukan

diskusikan dengan

pasien dan keluarga

dampak kehilangn

pada unit keluarga dan

fungsinya

cegah konfrontasi

terhadap penyangkalan

Page 17: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

verbal perasaan marah

Mengungkapkan secara

verbal terpisah dari

orang lain

Mengungkapkan secara

verbal perasaan tdk

percaya

Mengungkapkan secara

verbal perasaan curiga

Mengungkapkan secara

verbal kurang menerima

kematian

Mengungkapkan secara

verbal memori yang

mneyedihkan secara

persistem

Mengungkapkan secara

verbal menyalahkan diri

sendiri

Berteriak

Obyektif

Penurunan fungsi dalam

peran kehidupan

Mengalami gejala

somatik kehilangan

Menghindari dukacita

tingkat keintiman rendah

Mencari-cari sosok

almarhum

Menyalahkan dirisendiri

Kesedihan akibat

perpisahan

Distres traumatik

Faktor yang

dan pada saat yang

sama,jangan

menguatkan

penyangkalan

seimbangkan

kesalahpahaman

dengan realitas

dukung kemandirian

dalam melakukan

perawatan diri,

membantu klien hanya

bila diperlukan

buat jadwal untuk

kontak dengan klien

bina hubungan saling

percaya dengan klien

dan keluarga

bantu klien dengn

keluarga untuk

berpartisipasi secara

aktif dalam proses

pengambilan

keputusan

beri lingkungan yang

aman, terlindungi, an

memiliki privasi untuk

memfasilitasi proses

dukacita klien dan

keluarga

keali dan dukung

kekuatan setiap

anggota keluarga

Page 18: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

berhubungan

Kematian orang terdekat

Emosi tdk stabil

Kurang dukungan sosial

Kematian tiba-tiba orang

terdekat

3. Resiko dukacita terganggu

Definisi: beresiko mengalami

gangguan yang terjadi setelah

kematian orang terdekat,

ketika pengalaman distres

yang menyertai kehilangan

gagal memenuhi harapan

normatif dan bermanifestasi

gangguan fungsional

Faktor resiko:

kematian orang terdekat

ketidakstabilan emosi

kurang dukungan sosial

(kematian tiba-tiba orang

terdekat)

pasien/keluarga

tidak akan

mengalami

dukacita

terganggu, yang

ditandai oleh

keberhasilan

koping, koping

keluarga, dan

penyelesaian

dukacita

peningkatan koping:

membantu klien untuk

beradaptasi dengan

perspesi stressor,

perubahan, atau

ancaman yang dapat

mengganggu

pemenuhan tuntutan

hidup dan peran

terapi keluarga:

membantu anggota

keluarga untuk

menggerakkan

keluarganya kearah cara

hidup yang lebih

produktif

fasilitasi proses

dukacita: membantu

klien menyelesaikan

proses kehilangan orang

terdekat

fasilitasi proses

dukacita: kematian

perinatal: membantu

klien menyelesaikan

proses kehilangan

perinatal.

Page 19: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

CONTOH KASUS

Di sebuah desa dikota gorontalo ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah, sang suami bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang dan berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu.pada suatu hari arzamengalami kecelakaan yang mengakibatkan arza meninggal. Ibu ningrum mengatakan Hal ini membuat ningrum merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar dia mengurung diri dan memandang foto arza dia menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza. Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah pergi selain itu dia sering terbangun dan menangis keras memanggil arza. Saat pengkajian ningrum tampak lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan sedih, klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.tampak kantung mata tanda-tanda vital N: 75x/mnt , S: 370C , TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt

Data subyektif Ibu klien mengatakan klien merasa sangat

terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar

Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan memandang foto arza

Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza.

Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi.

Klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras memanggil arza

Data obyektif Klien tampak lemas wajah tampak kusut, Klien tampak putus asa dan sedih, klien susah berkosentrasi ketika

perawat bertanya. tampak kantung mata tanda-tanda vital

N: 75x/mnt S: 370C TD: 120/80 mmHgRR: 24x/mnt

Analisa data

Data Masalah keperawatan

Data subyektif: Ibu klien mengatakan klien merasa sangat

terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar

Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan memandang foto arza

Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza.

Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi.

Duka cita terganggu

Page 20: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

Klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras memanggil arza

Data obyektif wajah tampak kusut, Klien tampak putus asa dan sedih, klien susah berkosentrasi ketika perawat

bertanya. tanda-tanda vital

N: 75x/mnt S: 370C TD: 120/80 mmHgRR: 24x/mnt

Data subyektif·         Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar ·         Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan memandang foto arza·         Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza.·         Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi.·         Klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras memanggil arza

Data obyektif·         Klien tampak lemas·         wajah tampak kusut,. ·         Klien tampak putus asa dan sedih,·         klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.·         tampak kantung mata tanda-tanda vital·         N: 75x/mnt ·         S: 370C ·         TD: 120/80 mmHg·         RR: 24x/mnt

Ketidak efektian koping

Data subyektif:·         Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar·         Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri.

Data obyektif ·         wajah tampak kusut, ·         Klien tampak putus asa dan sedih,

Isolasi sosial

Page 21: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

·         klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya. tanda-tanda vital·         N: 75x/mnt ·         S: 370C ·         TD: 120/80 mmHg·         RR: 24x/mnt

Pohon masalah

Defisit Aktivitas

ketidak efektifan koping individu

Kehilangan: orang yang di cintai (problem)

Intervensi / rencana keperawatan

No Diagnosa Kriteria hasil

(NOC)

Tindakan keperawatan

(NIC)

1. Isolasi sosialBatasan karakteristik:Subyektif mengungkapkan

perasaan kesendirian yang disebabkan oleh orang lain

mengungkapkan perasaan berbeda dari orang lain

mengungkapkan perasaan penolakan

minat yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan

tujuan hidup yang tidak adekuat

ketidakmampuan memeuhi harapan orang lain

merasa tidak aman

menunjukkan keterlibatan sosial, yang dibuktikan dengan indikator:- interaksi dengan teman dekat, tetangga, anggota keluarga, dan/atau anggota kelompok kerja-berpartisipasi sebagai sukarelawan, pada aktivitas organisasi, atau pada kegiatan keagamaan-berpartisipasi dalam aktivitas pengalihan dengan orang lain

mengidentifikasi dan menerima karakteristik atau perilaku pribadi yang

bantu pasien membedakan antara persepsi dan kenyataan

identifikasi bersama pasien faktor-faktor yang mempengaruhi

Page 22: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

dalam bermasyarakat mengungkapkan nilai

yang tidak berterima bagi kelompok budaya dominanobyektif

ketiadaan orang terdekat yang memberi dukungan (mis, keluarga, teman, dan kelompok)

perilaku yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan

afek tumpul adanya cacat fisik

atau mental termasuk golongan

budaya non-dominan penyakit tindakan tidak

terarah tidak ada kontak

mata asyik dengan pikiran

sendiri menunjukkan sikap

bermusuhan (melalui suara maupun perilaku)

tindakan berulang afek sedih memilih untuk

sendiri menunjukkan

perilaku yang tidak berterima bagi kelompok budaya dominan

tidak komunikatif menarik diri

faktor yang berhubungan

perubahan status mental

perubahan penampilan fisik

perubahan status kesejahteraan

berpengaruh pada isolasi sosial

mengidentifikasi sumber-sumber dikomunitas yang akan membantu mengurangi isolasi sosial setelah pemulangan

mengungkapkan penurunan perasaan atau pengalaman di asingkan

mulai membina hubungan dengan orang lain

menunjukkan afek yang sesuai dengan situasi

mengembangkan keterampilan sosial yang dapat mengurangi isolasi (mis, bekerja sama, persetujuan, pertimbangan, kehangatan, dan keterikatan)

melaporkan adanya peningkatan dukungan sosial (mis, bantuan dari orang lain dalam bentuk emosi, waktu, keuangan, tenaga, atau informasi)

Page 23: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

faktor yang mempengaruhi ketiadaan hubungan personal yang memuaskan (mis, keterlambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangan0

minat yang belum mantap

ketidakmampuan untuk terikat dalam hubungan pribadi yang memuaskan

ketidakadekuatan sumber-sumber pribadi

perilaku atau nilai sosial yang tidak berterima

2. Ketidak efektifan kopingBatasan karakteristik:Data subyektif:

perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya

kelemahan mengungkapkan

ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan secara verbal

Data obyektif : Penyalagunaanza

t-zatkimia Penurunanpengg

unaandukungan social

Perilakumerusakterhadapdirisendiridan orang lain

Tingginyaangkakesakitan

Ketidakmampuanuntukmemenuhikebutuhandasar

Ketidakmampuan

NOC Decision making Role inhasmen Sosial support

Kriteria Hasil Mengidentifikasi

pola koping yang efektif

Mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efektif

Mengatakan penurunan stres

Klien mengatakan telah menerima tentang keadaannya

Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping

NICDicision making

Menginformasikaan pasien alternatif atau solusi lain penanganan

Memfasilitasi pasien untuk membuat keputusan

Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan,kerugian dari keadaan

Role inhancement Bantu pasien untuk

identifikasi bermacam macam nilai kehidupan

Bantu pasien identifikasi strategi positif untuk mengatur pola nilai yang dimiliki

Coping enhancement Anjurkan pasien untuk

mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realistis

Gunakan pendekatan tenang dan

Page 24: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

untukmemenuhiharapanperan

Ketidakadekuatanmenyelesaikanmasalah

Kurangnyaperilaku yang mengarahpadatujuandanpenyelesaianmasalah, termasukketidakmampuanuntukmengikutidanmengalamikesulitandalammengorganisasikaninformasi

Konsentrasiburuk Beranimengambil

resiko Gangguantidur Menggunakanben

tukkoping yang menghambatperilakuadaptif

menyakinkan Hindari pengambilan

keputusan pada saat pasien berada dalam stres berat

Berikan informasi actual yang terkait dengan diagnosis, terapi dan prognosis

3. kehilangan

Tahap Tindakan Keperawatan

a.    Mengingkari   

•        Jelaskan proses berduka•        Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya•        Mendengarkan dengan penuh perhatian•        Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan•        Jangan bantah pengingkaran pasien,tetapi sampaikan fakta•        Teknik komunikasi diam dan sentuhan•        Perhatikan kebutuhan dasar pasien

b.    Marah   

· Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan

· Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan 

Page 25: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

· Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga

· Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat

· Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya. 

c.    Tawar-menawar 

·  Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya

·  Dengarkan dengan penuh perhatian

·  Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional

·  Berikan dukungan spiritual

d.    Depresi   

·  Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah

·  Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya

·  Beri  dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan pasien

·  Hargai perasaan pasien

· Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul

·  Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki

e.    Penerimaan  

·  Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur

·  Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang sama pada saat yang bersamaan.

·  Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana  kegiatan yang akan dilakukan setelah masa berkabung telah dilalui.

· Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah (menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman

Strategi Pelaksanaan pertemuan pertama

Masalah utama    : kehilangan dan berdukaPertemuan ke    : 1(respon mengingkari terhadap kematian suami)

Page 26: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

a.proses keperawatan1.Kondisi        :  klien tampak menangis terus dan tampak lemah2.Diagnosa        :  Duka cita  terganggu3.TUK         : 1.     Klien dapat membina hubungan saling percaya 2.     Klien mampu mengungkapkan perasaan berduka4.Tindakan keperawatan :a.     Bina hubungan saling percayab.     Jelaskan proses berdukac.      Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nyad.     Mendengarkan dengan penuh perhatiane.      Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukanf.       Teknik komunikasi diam dan sentuhang.     Perhatikan kebutuhan dasar pasien

Strategi pelaksanaan pertemuan kedua1.     Fase pra interaksiPerawat melihat data-data pasien meliputi identitas pasien , alamat , pekerjaan , pendidikan , agama , suku bangsa ,riwayat kesehatan (RKS,RKD.RKK).Perawat telah siap melakukan tugas nya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.2.     Fase orientasi”selamat pagi, bu ningrum. bagaimana perasaan ibu sekarang? Perkenalkan buk Saya perawat A . jadi buk hari ini saya akan membantu ibu untuk melewati masalah ibu. Bagaimana ibu apa ibu punya waktu sekitar 10-15 menit. Saya akan menemani ibu sampai kemakam sampai prosesi pemakaman nya selesai ya bu.”3.     Fase kerja“apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan perasaan ibu saat ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu sudah kehendak dari yang kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri dan menerima semua ini, ibu mau minum? Saya ambilkan... ya. Bagaimana dengan makan?coba sedikit ya bu,agar ibu tidak lemas,”apakah ibu mau kemakam? Baiklah akan saya temani ya bu...4.     Fase terminasi“setelah kembali dari makam ,bagaimana perasaan ibu? Ibu masih tampak tampak sedih .saya akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu makan,minum,dan istirahat ya.nanti,dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu,dijam yang sama.kita.baiklah bu,sampai jumpa.”

Page 27: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

Masalah utama    : kehilangan dan berdukaPertemuan ke    :  2(respon marah terhadap kematian suami)a.proses keperawatan1.Kondisi        :  klien masih tampak sedih dan menyendiri2.Diagnosa        :  Duka cita terganggu3.TUK         : 3. Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal 4. Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif

4.Tindakan keperawatan

·Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan

·Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan

· Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga

· Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat

· Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.

strategi pelaksanaan1.     Fase pra interaksiPerawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.2.     Fase orientasi“selamat pagi bu,masih ingat dengan saya? Saya perawat roma.yang kemarin kesini bu,tampak nya ibu sedang kesal?ibu bisa ceritakan kenapa ibu tampak kesal,saya akan menemani ibu selama 20 menit ya.kita ngobrol-ngobrol disini aja bu? Dihalaman depan ? Oww..baiklah kalau begitu.”3.     Fase kerja“Apa yang membuat ibu kesal?apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa yang telah ibu lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu?baiklah bu.saya mengerti,ada beberapa cara untuk meredakan kekesalan ibu,yaitu tarik nafas dalam,istigfar,berwudhu ,shalat ,dan bercakap- cakap dengan anggota keluarga ibu yang lain.ibu punya hobi olah raga atau hobi yang lain nya? Oya...kalau begitu ibu bisa melakukan hobi ibu untuk dapat mengatasi kekesalan ibu.”4.     Fase terminasi“nah,kalau masih muncul rasa kesal ,coba lakukan cara yang kita bahas tadi ya bu? mau coba cara yang mana ? mau dijadwalkan ?baiklah,dua hari lagi kita bertemu lagi ya bu disini?

Page 28: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

membahas tentang perasaan ibu lebih lanjut,bagaimana ibu? baiklah kalau begitu saya mohon pamit dulu ya bu,sampai jumpa.”

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Page 29: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau

tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan

suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada,

baik sebagian atau seluruhnya.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan

ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.Berduka

diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon

kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau

ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas

normal.Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang

responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,

hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke

tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.Peran perawat adalah untuk mendapatkan

gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan

memberikan dukungan dalam bentuk empati.Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual

atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang 

seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek

eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan

kehidupan/meninggal.Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima

fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

B.       Saran

Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka

dari itu saya mengharapkan dan saya menerima dengan tangan terbuka masukan ataupun

saran yang dapat mendukung dan membangun demi kesempurnaan pembuataan makalah ini

dari pembaca

DAFTAR PUSTAKA

Suliswati,S.Kp,M.Kes,dkk.2005.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan

JIWA.Jakarta: Buku kedokteran EGC

Page 30: BERDUKA DAN KEHILANGAN.doc

http://anatasiachacha.blogspot.com/2014/05/askep-kehilangan-dan-berduka.html