Bercakaplah kepada bumi dan ia akan mengajarkan kamu. · pada semua benda yang diciptakan; ......
Transcript of Bercakaplah kepada bumi dan ia akan mengajarkan kamu. · pada semua benda yang diciptakan; ......
"Bercakaplah kepada bumi dan ia akan mengajarkan kamu."
Guru Agung itu membawa para pendengarNya untuk berhubungan
dengan alam, supaya mereka dapat mendengar suara yang berbicara
pada semua benda yang diciptakan; dan bilamana hati mereka menjadi
lembut dan pikiran mereka mau menerima, Ia menolong mereka untuk
menafsirkan pengajaran rohani mengenai pemandangan ke atas mana
mata mereka tertuju.
• Perumpamaan-perumpamaan sebagai sarana yang olehnya Ia suka
mengajarkan pelajaran-pelajaran tentang kebenaran, menunjukkan
betapa terbuka rohNya pada pengaruh-pengaruh alam dan
bagaimana Ia senang menghimpun pengajaran rohani dari
lingkungan kehidupan sehari-hari.
• Burung di udara, bunga bakung di padang, penabur dan benih,
gembala dan domba--dengan ini Kristus menggambarkan kebenaran
yang kekal.
• Ia juga menarik gambaran dari peristiwa-peristiwa dalam kehidupan,
bukti pengalaman yang lumrah bagi para pendengarNya ragi, harta
yang tersembunyi, mutiara, jala ikan, mata uang yang hilang, anak
yang terhilang, rumah di atas batu dan pasir.
• Dalam pelajaran-pelajaranNya ada sesuatu untuk menarik setiap
pikiran, untuk mengimbau setiap hati. Dengan demikian tugas
sehari-hari, gantinya hanya kerja banting-tulang, dan kehilangan
pikiran- pikiran tinggi, diterangi dan diangkat oleh pengingat-
pengingat tetap terhadap perkara-perkara rohani dan yang
tidakkelihatan
Dalam pelajaran-pelajaranNya ada sesuatu untuk menarik setiap
pikiran, untuk mengimbau setiap hati. Dengan demikian tugas
sehari-hari, gantinya hanya kerja banting-tulang, dan kehilangan
pikiran- pikiran tinggi, diterangi dan diangkat oleh pengingat-pengingat
tetap terhadap perkara-perkara rohani dan yang tidakkelihatan
Begitulah kita harus mengajar. Biarlah anak-anak belajar melihat di
alam suatu ungkapan tentang kasih dan hikmat Allah; biarlah
pemikiran tentang Dia dihubungkan dengan burung dan bunga serta
pohon; biarlah semua perkara yang kelihatan bagi mereka menjadi
penafsir perkara yang tidak kelihatan dan semua peristiwa kehidupan
menjadi sarana pengajaran ilahi.
• Sementara mereka belajar demikian untuk mempelajari pelajaran
pada segala sesuatu yang diciptakan, dan pada seluruh pengalaman
hidup, tunjukkan bahwa hukum-hukum sama memerintah benda-
benda alam dan peristiwa-peristiwa kehidupanlah yang harus
mengendalikan kita;
• Semuanya itu diberikan demi kebaikan kita, dan bahwa hanya dalam
penurutan kepada hukum-hukum itu saja kita dapat memperoleh
kebahagiaan dan keberhasilan yang sesungguhnya.
Segala sesuatu baik di sorga maupun di bumi menyatakan
bahwa hukum kehidupan yang besar itu adalah hukum
pelayanan. Bapa semawi bekerja melayani kehidupan semua
perkara yang hidup.
Kristus datang ke bumi "sebagai Pelayan" (Lukas 22:27).
Malaikat-malaikat adalah "roh-roh yang melayani, yang diutus untuk
melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan" (Ibrani 1:14).
• Burung-burung di udara, binatang-binatang di ladang, pohon-pohon
di hutan, daun-daunan, rumput-rumput dan bunga-bunga, matahari
di langit dan bintang- bintang yang terang semuanya mempunyai
pekerjaannya.
• Danau dan samudera, sungai dan mata air masing-masing menerima
untuk memberi.
• Sementara setiap benda di alam melayani kehidupan dunia ini
sedemikian rupa, benda itu juga memelihara kepentingannya sendiri.
• "Berilah dan kamu akan diberi" (Lukas 6:38)
Dari antara pelajaran-pelajaran yang nyaris tak terhitung
yang diajarkan dalam pelbagai proses pertumbuhan,
beberapa yang paling berharga disampaikan dalam
perumpamaan Juruselamat mengenai benih yang tumbuh.
Pelajaran ini mengandung pelajaran bagi orang-orang yang
sudah tua dan yang masih muda.
"Beginilah hal kerajaan Allah itu; seumpama orang yang menaburkan
benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia
bangun dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi,
bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.
• Manusia mempunyai bagiannya untuk bertindak dalam
meningkatkan pertumbuhan benih gandum; tetapi ada suatu hal
yang di luar itu ia tak dapat menyelesaikan apa-apa.
• Ia harus bergantung atas Orang yang menghubungkan penaburan
dan penyabitan itu oleh rantai yang ajaib kemahakuasaanNya
sendiri.
• Ada kehidupan dalam benih itu, ada kuasa dalam tanah, tetapi
kecuali kuasa kekal yang dikerahkan siang dan malam, benih itu
tidak akan menghasilkan apa-apa.
• Sebagaimana dalam penaburan alamiah, demikian pula dalam
penaburan rohani; kuasa yang dengan sendirinya dapat
menghasilkan kehidupan berasal dari Allah.
• Curahan hujan harus menyegarkan ladang yang kering; matahari
harus memberikan kehangatan; listrik harus disampaikan kepada
benih yang ditanamkan.
• Kehidupan yang Pencipta tanamkan, Ia sendiri saja yang dapat
menumbuhkannya. Setiap benih bertumbuh, setiap tanaman
berkembang, oleh kuasa Allah.
• "Benih itu ialah firman Allah."
• "Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan dan seperti
kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan demikianlah Tuhan
Allah akan menumbuhkan kebenaran”.
Rahasia pengecambahan dan pertumbuhan benih tak dapat
dipahaminya; tetapi ia mempunyai keyakinan pada perantara yang
olehnya Allah menyebabkan tumbuh-tumbuhan itu bertumbuh dengan
subur.
• Ia menaburkan benih itu, sambil mengharapkan untuk
mengumpulkanya berlipat ganda dalam suatu penuaian dalam yang
berlimpah-limpah.
• Begitu pula para orang tua dan guru-guru harus bekerja,sambil
mengharapkan penuaian dari benih yang mereka tabur.
Untuk suatu waktu benih yang baik terletak tidak diperhatikan dalam
hati, tidak memberikan bukti bahwa ia telah berakar; tetapi kemudian,
ketika Roh Allah berhembus pada jiwa itu, benih yang tersembunyi itu
bertumbuh, dan pada akhirnya mengeluarkan buah.
Dalam pekerjaan hidup kita, kita tidak tahu mana yang akan berhasil,
ini atau itu. Pertanyaan ini tidak perlu kita jawab. "Taburkanlah
benihmu pagi-pagi hari dan janganlah memberi istirahat kepada
tanganmu pada petang hari" (Pengkhotbah 11:6).
Janji Allah yang besar mengatakan bahwa "selama bumi masih ada,
takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai" (Kejadian 8:22).
Dalam keyakinan terhadap janji ini petani menggarap dan menabur.
• Kitapun harus yakin, dalam penaburan rohani, untuk bekerja,
sambil percaya akan jaminanNya: "Demikianlah FirmanKu yang
keluar dari mulutKu:
• ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan
melaksanakan apa yang Kukehendaki dan akan berhasil dalam apa
yang Kusuruhkan kepadanya."
"Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih,
pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya“.
Benih yang berkecambah itu menggambarkan awal kehidupan rohani,
dan perkembangan tanaman itu adalah lambang perkembangan tabiat.
Tidak akan ada kehidupan tanpa pertumbuhan. Tanaman itu harus
bertumbuh atau mati.
• Sebagaimana pertumbuhannya diam dan tidak dikelihatan tetapi
berkelanjutan, begitulah pertumbuhan tabiat.
• Pada setiap tingkat perkembangan kehidupan kita mungkin
sempurna; namun jika maksud Allah bagi kita digenapi, akan ada
kemajuan tetap.
• Tanaman itu bertumbuh dengan menerima apa yang disediakan
Allah untuk menopang kehidupannya.
• Demikianlah pertumbuhan rohani diperoleh melalui kerja sama
dengan perwakilan ilahi. Sebagaimana tanaman itu berakar dalam
tanah, demikianlah kita harus berakar dalam Kristus.
• Sebagaimana tanaman itu menerima sinar matahari, embun dan
hujan, demikianlah kita menerima Roh Kudus.
• Jika hati kita berdiam dalam Kristus, Ia akan datang kepada kita, "Ia
akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir
musim yang mengairi bumi."
• Matahari Kebenaran akan menyinari kita "dengan kesembuhan pada
sayap-Nya."
• Kita akan "seperti bunga bakung."
• Kita "tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti
pohon anggur".
• Gandum itu bertumbuh, "mula-mula tangkainya, lalu bulirnya,
kemudian butir-butir yang penuh isinya" (Markus 4:28).
• Tujuan petani dalam menaburkan benih dan memelihara tanaman
itu, ialah menghasilkan gandum--roti bagi orang yang lapar dan
benih untuk tuaian mendatang.
Begitulah Petani ilahi itu menantikan penuaian. Ia berusaha
menyemaikan diriNya sendiri dalam hati dan kehidupan
pengikut-pengikutNya, sehingga melalui mereka Ia dapat menyemai
dalam hati dan kehidupan orang lain.
Pertumbuhan tanaman yang pelahan-lahan sejak sebagai benih
merupakan suatu pelajaran praktis dalam pendidikan anak,
"Mula-mula tangkai, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh
isinya" (Markus 1:28).
Ia yang memberikan perumpamaan ini menciptakan benih yang kecil
itu, memberikan sifatnya yang sangat penting dan menetapkan hukum
yang memerintah pertumbuhannya. Dan kebenaran yang diajarkan
oleh perumpamaan itu menjadi suatu kenyataan dalam kehidupanNya
sendiri.
• Ia, Yang Mahabesar dari sorga, Raja kemuliaan, menjadi seorang
bayi di Betlehem, dan selama suatu waktu menjadi sebagai bayi yang
tak berdaya dalam asuhan ibunya.
• Pada masa kanak-kanak Ia berbicara dan bertindak sebagai seorang
anak, menghormati orang tuaNya dan melaksanakan keinginan
mereka dalam cara yang penuh pertolongan. Tetapi dari permulaan
sekali dengan kecerdasan Ia terus menerus bertumbuh dalam kasih
karunia dan dalam pengetahuan kebenaran.
• Orang-orang tua dan guru-guru harus bertujuan demikian untuk
menanamkan kecenderungan orang-orang muda sehingga pada
setiap tingkat kehidupan dapat melukiskan keindahan yang cocok
dengan masa itu, bertumbuh secara alami, sama seperti tanaman di
kebun.
• Anak-anak kecil harus dididik dalam kesederhanaan seorang anak.
Mereka harus dilatih supaya merasa puas dengan kewajiban kecil,
yang menolong dan kesenangan-kesenangan serta pengalaman-
pengalaman alamiah untuk usia mereka.
• Masa anak-anak sama dengan tangkai dalam perumpamaan, dan
tangkai itu memiliki keindahan yang aneh pada dirinya sendiri.
Anak-anak tidak boleh dipaksa ke dalam kematangan yang terlalu
cepat, tetapi sedapat-dapatnya tetap bertahan segar dan bugar dari
tahun-tahun permulaannya.
• Semakin tenang dan sederhana kehidupan seorang anak semakin
bebas dari kemeriaan semu dan semakin berada dalam
keharmonisan dengan alam semakin menguntungkan untuk
kesegaran fisik dan mental serta kekuatan rohani.
• Dalam mujizat Juruselamat memberi makan lima ribu orang
digambarkan pekerjaan kuasa Allah dalam menghasilkan tuaian.
Yesus menarik ke samping tirai dari dunia alamiah, dan
menunjukkan tenaga kreatif yang senantiasa dilaksanakan demi
kebaikan kita.
• Dalam melipatgandakan benih yang ditaburkan ke dalam tanah, Ia
yang melipatgandakan roti itu melakukan mukjizat setiap hari.
Dengan mujizatlah Ia senantiasa memberi makan jutaan orang dari
ladang-ladang tuaian bumi ini.
Manusia dipanggil untuk bekerja sama dengan Dia dalam
pemeliharaan gandum dan penyediaan roti, dan oleh sebab hal ini
mereka kehilangan pandangan terhadap perwakilan ilahi.
Pekerjaan kuasaNya dianggap hanya berasal dari sebab-sebab alamiah
atau dari usaha manusia saja, dan terlalu sering karunia-karuniaNya
diselewengkan pada penggunaan yang mementingkan diri sendiri dan
menjadi kutuk gantinya berkat. Allah berusaha untuk mengubah
semua hal ini. Ia ingin supaya perasaan kita yang tumpul ditajamkan
untuk melihat keramahan rahmatNya, sehingga karuniaNya bagi kita
dapat menjadi berkat yang dimaksudkanNya.
• Adalah firman Allah, pemberian hidupNya, yang memberikan
kehidupan kepada benih itu, dan dari kehidupan itu, kita, yang
memakan gandum itu menjadi orang-orang yang ikut mengambil
bagian.
• Inilah yang Allah ingin supaya kita lihat;Ia ingin supaya bahkan
dalam menerima makanan kita sehari-hari kita dapat mengenal
perwakilanNya dan dapat dibawa ke dalam persekutan yang lebih
erat dengan Dia.
Dengan hukum-hukum Allah di alam, akibat mengikuti penyebab
dengan kepastian yang tidak berubah-ubah. Penyabitan menyaksikan
penaburan. Di sini tidak ada sifat pura-pura yang diberi hati. Manusia
bisa saja menipu sesamanya dan bisa saja menerima pujian serta
imbalan untuk pelayanan yang tidak mereka berikan. Tetapi di alam
tidak akan bisa terjadi penipuan.
Pada petani yang tidak setia, penuaian menjatuhkan hukuman atas
kesalahan. Dan dalam arti yang setinggi-tingginya hal ini juga benar
dalam bidang rohani. Adalah pada penampilan, bukan pada kenyataan,
sehingga kejahatan itu berhasil.
• Anak yang bolos dari sekolah, orang muda yang malas belajar,
pekerja atau magang yang gagal melayani kepentingan majikannya,
orang dalam suatu bisnis atau profesi yang tidak benar terhadap
tanggung jawabnya yang tertinggi, dapat memuji dirinya sendiri
bahwa, selama kesalahan itu tersembunyi, ia memperoleh
keuntungan.
• Tetapi tidak demikian; ia menipu dirinya sendiri. Penuaian
kehidupan adalah tabiat, dan inilah yang menentukan nasib, baik
untuk kehidupan sekarang maupun untuk kehidupan mendatang.
• Penuaian adalah reproduksi benih yang ditabur. Setiap benih
mengeluarkan buah menurut jenisnya. Demikianlah dengan sifat-
sifat tabiat yang kita harapkan.
• Sifat mementingkan diri, mencintai diri, menghargai diri, pemanjaan
diri, berkembang biak sendiri, dan akhirnya ialah kerusakan dan
kehancuran. "Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya ia akan
menuai kebinasaan dari dagingnya; tetapi barangsiapa menabur
dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu" (Galaiat
6:8).
• Kasih, simpati dan keramahan menghasilkan buah-buah berkat,
sebuah tuaian yang tidak dapat binasa.
• Dalam penuaian benih itu dilipatgandakan. Sebutir gandum,
diperbanyak oleh penaburan berulang-ulang, akan memenuhi
seluruh ladang dengan bulir-bulir keemasan. Mungkin begitulah
luasnya pengaruh satu kehidupan, bahkan satu perbuatan.
• Alangkah besarnya kasih kenangan tentang buli-buli pualam yang
dipecahkan untuk mengurapi Kristus yang akan berlangsung
sepanjang zaman mengizinkan.
Alangkah besar pemberian tak terhingga berupa persembahan, yang
dibawa oleh seorang perempuan janda yang tidak bernama, yang terdiri
atas "dua peser, yaitu satu duit" (Markus 12:42), kepada pekerjaan
Juruselamat.
• Pelajaran tentang penaburan benih mengajarkan
kedermawanan. "Orang yang menabur sedikit akan menuai
sedikit juga dan orang yang menabur banyak akan menuai
banyak juga" (2 Korintus 9:6).
• Tuhan mengatakan, "Berbahagialah kamu yang boleh
menabur di segala tempat di mana terdapat air" (Yesaya
32:20). Menabur dekat air yang banyak berarti memberi di
mana saja pertolongan kita diperlukan.
• Ini tidak akan menyebabkan kemiskinan. "Orang yang menabur
banyak akan menuai banyak juga." Dengan menaburkannya si
penabur melipatgandakan benihnya. Demikianlah dengan memberi
kita menambah berkat-berkat kita. Janji Allah memastikan
kecukupan, agar kita bisa terus memberi.
• Lebih dari itu: bilamana kita memberikan berkat-berkat kehidupan
ini, ucapan syukur di pihak penerima menyediakan hati untuk
menerima kebenaran rohani, dan suatu tuaian dihasilkan untuk
kehidupan yang kekal.
• Dengan menaburkan biji gandum ke dalam tanah, Juruselamat
melukiskan pengorbananNya untuk kita. "Sesungguhnya jikalau biji
gandum tidak jatuh dalam tanah dan mati," kataNya, "ia tetap satu
biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah"
(Yohanes 12:24).
• Hanya melalui pengorbanan Kristus, si Benih itu, buah dapat
dihasilkan untuk kerajaan Allah. Sesuai dengan hukum kerajaan
tumbuh-tumbuhan, kehidupan adalah hasil kematianNya.
• Demikianlah dengan semua orang yang menghasilkan buah sebagai
para pekerja bersama dengan Kristus: cinta diri, kepentingan diri,
harus binasa; kehidupan harus dimasukkan ke dalam alur
kebutuhan dunia. Tetapi hukum pengorbanan diri adalah hukum
pemeliharaan diri.
• Petani memelihara biji gandumnya dengan mencampakkannya.
Demikianlah kehidupan yang akan dipelihara adalah kehidupan
yang diberikan dengan kerelaan hati ke dalam pelayanan pada Allah
dan manusia.
• Benih itu mati, supaya bertumbuh menjadi kehidupan baru. Dalam
hal ini kita diajari pelajaran tentang kebangkitan. Tentang tubuh
manusia yang diletakkan sehingga membusuk dalam kubur, Allah
mengatakan: "Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam
ketidakbinasaan.
• Ditaburkan dalam kehinaan dibangkitkan dalam kemuliaan.
Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan" (1
Korintus 15:42, 43).
Bilamana para orang tua dan guru berusaha untuk mengajarkan
pelajaran-pelajaran ini, pekerjaan itu harus dibuat praktis. Biarlah
anak-anak itu sendiri mengerjakan tanah dan menabur benih.
Sementara mereka bekerja, orang tua atau guru dapat menerangkan
mengenai taman hati, dengan benih yang baik atau buruk yang
ditaburkan di sana, dan bila taman itu harus dipersiapkan untuk
benih alami, demikianlah hati itu harus dipersiapkan untuk benih
kebenaran.
Sebagaimana benih itu ditaburkan dalam tanah, dapat mengajarkan
pelajaran mengenai kematian Kristus; dan sebagaimana tangkai
bertunas, demikianlah kebenaran mengenai kebangkitan. Sementara
tanaman itu bertumbuh, hubungan antara penaburan alami dan
rohani dapat dilanjutkan.
Orang-orang muda harus diajar dengan cara yang sama. Dari
pengerjaan tanah, pelajaran bisa terus dipelajari. Tidak ada orang yang
mengerjakan sebidang tanah dengan harapan akan sekaligus
menghasilkan tuaian.
Pekerjaan yang dilakukan dengan rajin dan tabah harus diusahakan
dalam mempersiapkan tanah, penaburan benih dan pembudi-dayaan
tanaman. Begitulah seharusnya dalam penaburan rohani. Taman hati
itu harus ditanami. Tanah itu harus dipecah- pecahkan dengan
pertobatan. Tumbuhan jahat yang menghambat gandum yang baik
harus dicabut.
• Sebagaimana tanah yang tadinya penuh ditumbuhi duri dapat
dibersihkan hanya dengan rajin bekerja, begitulah kecenderungan-
kecenderungan hati yang jahat dapat dikalahkan hanya dengan
usaha yang tekun, dalam nama dan kekuatan Kristus.
• Dalam pengolahan tanah pekerja yang bijaksana akan menemukan
harta yang hampir tak diimpikan yang terbuka di hadapannya. Tidak
ada orang bisa berhasil dalam pertanian atau perkebunan tanpa
memperhatikan hukum-hukum yang berlaku. Keperluan khusus
dari setiap jenis tanaman harus dipelajari.
Jenis yang berbeda memerlukan tanah dan pengolahan yang berbeda,
dan ketaatan terhadap hukum-hukum yang mengatur masing-masing
adalah syarat keberhasilan.
Perhatian yang diperlukan dalam pencangkokan, supaya tidak satu
akar seratpun yang akan berkerumun atau salah tempat, pemeliharaan
terhadap tanaman muda, memangkas dan mengairi, melindungi
terhadap pembekuan pada malam hari dan terik matahari pada waktu
siang, menjaganya dari rumput, penyakit dan serangga, mengarahkan
dan mengatur, tidak hanya mengajarkan pelajaran-pelajaran penting
mengenai pembangunan tabiat, tetapi pekerjaan itu sendiri merupakan
sarana pengembangan.
• Dalam menumbuhkan kepedulian, kesabaran, perhatian pada
hal-hal kecil, penurutan pada hukum, itu memberikan latihan yang
paling penting.
• Hubungan tetap dengan rahasia kehidupan dan keindahan alam,
sebagaimana dengan kelemahlembutan yang diperlukan dalam
pelayanan pada benda- benda indah ciptaan Allah, cenderung untuk
menguatkan pikiran dan menghaluskan serta mengangkat tabiat;
dan pelajaran-pelajaran yang diajarkan itu mempersiapkan pekerja
supaya lebih berhasil berurusan dengan orang lain.