Bentuk Sediaan Lain Selain Kapsul Cabai Adhe

2
Pada praktikum ini akan dibuat sediaan obat dengan bahan baku dari simplisia cabe jawa yang dibuat dalam bentuk sediaan kapsul. Formula yang digunakan yaitu cabe jawa kering dan Avicel yang berfungsi sebagai pelincir. Kelebihan bentuk sediaan kapsul yaitu dapat menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan obat (ekstrak). Sebagian besar ekstrak tumbuhan memiliki rasa yang pahit atau getir sehingga dengan pemilihan sediaan kapsul dapat menutupi rasa yang tidak enak. Selain itu, juga dapat meningkatkan akseptabilitas pasien terhadap sediaan yang telah diformulasi. Dan kapsul dapat menutupi bau yang tidak enak dari ekstrak karena bahan baku yang digunakan adalah ekstrak cabe jawa yang memiliki bau khas dan jarang disukai. Selain dibuat dalam bentuk sediaan kapsul, ditemukan juga sediaan dalam bentuk gel, emulgel, maupun tablet. Dalam jurnal “ Formulation and Evaluation of Gel and Emulgel of Chili Extract ( Capsicum frutescens l.) as Topical Dosage Forms ” yang ditulis oleh Effionora Anwar, dkk (2014), menyatakan bahwa sediaan dari bahan baku cabe jawa dapat diproduksi menjadi sediaan bentuk gel dan emulgel. Formula yang digunakan yaitu capsaicinoid standar (56,7% Capsaicin dan 43,3% Dihydrocapsaicin), diklorometana, etanol 96%, Carbopol- 940, minyak zaitun, Tween 60, Span 20, propylene glycol, n- butanol, mentol, butylated hidroksi toluena, natrium hidroksida, dan kalium dihidrogen fosfat. Capsaicinoid merupakan salah satu kandungan yang terdapat dalam cabe jawa yang sering dimanfaatkan dalam beberapa sediaan obat tertentu. Capsaicinoid digunakan dalam pengobatan topikal dengan dosis tinggi (dermal patch) untuk mengurangi rasa sakit akibat neuropati perifer seperti pasca herpes neuralgia. Ini dapat digunakan sebagai krim untuk bantuan sementara dari sakit ringan dan nyeri otot dan sendi yang berhubungan dengan arthritis. Dalam penelitian ini, peneliti mengukur kemampuan penetrasi capsaicinoid melalui Spraque-Dawley kulit perut sebagai membran difusi. Capsaicinoid telah diambil dari cabai fructus dengan metode refluks dan isinya ditentukan. Capsaicinoid digunakan sebagai bahan aktif dalam formulasi emulgel dan gel. Penetrasi capsaicinoid dari masing-masing bentuk sediaan dievaluasi menggunakan Franz difusi sel dengan Spraque-Dawley kulit perut sebagai membran. Peneliti menguji stabilitas dari produk, termasuk pengaruh suhu, uji organoleptik, pH, diameter globul, viskositas, dan

description

resume jurnal

Transcript of Bentuk Sediaan Lain Selain Kapsul Cabai Adhe

Pada praktikum ini akan dibuat sediaan obat dengan bahan baku dari simplisia cabe jawa yang dibuat dalam bentuk sediaan kapsul. Formula yang digunakan yaitu cabe jawa kering dan Avicel yang berfungsi sebagai pelincir. Kelebihan bentuk sediaan kapsul yaitu dapat menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan obat (ekstrak). Sebagian besar ekstrak tumbuhan memiliki rasa yang pahit atau getir sehingga dengan pemilihan sediaan kapsul dapat menutupi rasa yang tidak enak. Selain itu, juga dapat meningkatkan akseptabilitas pasien terhadap sediaan yang telah diformulasi. Dan kapsul dapat menutupi bau yang tidak enak dari ekstrak karena bahan baku yang digunakan adalah ekstrak cabe jawa yang memiliki bau khas dan jarang disukai. Selain dibuat dalam bentuk sediaan kapsul, ditemukan juga sediaan dalam bentuk gel, emulgel, maupun tablet.Dalam jurnal Formulation and Evaluation of Gel and Emulgel of Chili Extract (Capsicum frutescens l.) as Topical Dosage Forms yang ditulis oleh Effionora Anwar, dkk (2014), menyatakan bahwa sediaan dari bahan baku cabe jawa dapat diproduksi menjadi sediaan bentuk gel dan emulgel. Formula yang digunakan yaitu capsaicinoid standar (56,7% Capsaicin dan 43,3% Dihydrocapsaicin), diklorometana, etanol 96%, Carbopol-940, minyak zaitun, Tween 60, Span 20, propylene glycol, n-butanol, mentol, butylated hidroksi toluena, natrium hidroksida, dan kalium dihidrogen fosfat. Capsaicinoid merupakan salah satu kandungan yang terdapat dalam cabe jawa yang sering dimanfaatkan dalam beberapa sediaan obat tertentu. Capsaicinoid digunakan dalam pengobatan topikal dengan dosis tinggi (dermal patch) untuk mengurangi rasa sakit akibat neuropati perifer seperti pasca herpes neuralgia. Ini dapat digunakan sebagai krim untuk bantuan sementara dari sakit ringan dan nyeri otot dan sendi yang berhubungan dengan arthritis. Dalam penelitian ini, peneliti mengukur kemampuan penetrasi capsaicinoid melalui Spraque-Dawley kulit perut sebagai membran difusi. Capsaicinoid telah diambil dari cabai fructus dengan metode refluks dan isinya ditentukan. Capsaicinoid digunakan sebagai bahan aktif dalam formulasi emulgel dan gel. Penetrasi capsaicinoid dari masing-masing bentuk sediaan dievaluasi menggunakan Franz difusi sel dengan Spraque-Dawley kulit perut sebagai membran. Peneliti menguji stabilitas dari produk, termasuk pengaruh suhu, uji organoleptik, pH, diameter globul, viskositas, dan konsistensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dari buah cabaimengandung capsaicinoid. Jumlah penetrasi kumulatif capsaicinoid dari bentuk gel dan dosis emulgel masing-masing adalah dan . Persentase menembus capsaicinoid dari bentuk gel dan dosis emulgel masing-masing adalah dan ,. Fluks capsaicinoid dari bentuk gel dan dosis emulgel masing-masing adalah dan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan penetrasi sediaan emulgel lebih tinggi dari gel, dan kedua bentuk sediaan secara fisik stabil.

Dalam jurnal Formulasi Tablet Ekstrak Buah Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) dengan Metode Kempa Langsung yang ditulis oleh Yudi Padmadisastra, dkk menyatakan bahwa sediaan dari bahan baku cabe jawa dapat diproduksi menjadi sediaan bentuk tablet yang baik dengan metode kempa langsung. Dalam penelitiannya, formula yang digunakan yaitu ekstrak kering cabe jawa, VIVAPUR PH102, Laktosa, Talk, AEROSIL 200, dan Mg-Stearat. Dibuat lima formula dengan konsentrasi Vivapur berbeda, yaitu 20, 30, 40, 50, dan 60 %. Hasil pengujian tablet jadi menunjukkan semua formula memenuhi persyaratan tablet yang baik dan semakin bertambahnya konsentrasi VIVAPUR PH102, maka friabilitasnya semakin kecil dan waktu hancurnya semakin cepat. Uji statistik menggunakan One Way Anova dan dilanjutkan dengan Newman-Keulls menunjukkan bahwa kelima macam konsentrasi VIVAPUR PH102 memberikan pengaruh terhadap waktu hancur tablet yang berbeda secara signifikan. Konsentrasi VIVAPUR PH102 60%, waktu hancurnya tercepat yaitu 14,463 detik, sedangkan friabilitasnya terbaik yaitu 0,16%. Hasil pengujian senyawa penanda dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan pengembang n-heksana-etil asetat (3:2) dengan penampak bercak Dragendorf, menunjukkan terbentuknya dua spot yang sejajar antara ekstrak dengan kelima formula tablet yang menunjukkan bahwa zat aktif alkaloid yang terdapat dalam ekstrak juga terdapat dalam tablet. Hasil yang baik juga ditunjukkan dari evaluasi sediaan jadi dimana semua hasil pengujian yang mencakup keseragaman bobot, ukuran, dan kekerasan masih termasuk dalam persyaratan tablet yang ditetapkan.