BENTUK LAGU “SENANDUNG HUTAN JATI” KARYA DJAGAT PRAMUDJITO
-
Upload
alim-sumarno -
Category
Documents
-
view
95 -
download
2
description
Transcript of BENTUK LAGU “SENANDUNG HUTAN JATI” KARYA DJAGAT PRAMUDJITO
BENTUK LAGU “SENANDUNG HUTAN JATI”KARYA DJAGAT PRAMUDJITO
Oleh: Faiful Suradiantono (092134018)
ABSTRAK
Penelitian ini mengambil judul “Bentuk Lagu Senandung Hutan Jati Karya Djagat Pramudjito. Dalam penelitian ini peneliti tertarik menggali data lagu “Senandung Hutan Jati” dengan keunikan lagu yang menggunakan alat musik gergaji gesek sehingga dapat menciptakan karakter lagu yang sangat unik dan juga menguatkan konsep suasana hutan jati melalui rumusan masalah yaitu bagaimana bentuk dari lagu tersebut, sehingga diharapkan dari rumusan masalah dapat diperoleh hasil dan jawaban bentuk lagu “Senandung Hutan Jati” karya Djagat Pramudjito.
Sebagai bahan untuk mendukung dan mengupas dalam penelitian ini digunakan bahan kajian dengan refrensi landasan teori yaitu penelitian terdahulu, unsur-unsur musik dan ilmu bentuk musik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lagu “Senandung Hutan Jati” menggunakan tempo Adagio dan tanda sukat jenis Quadruple yaitu sukat sederhana 4/4 Lagu ini merupakan lagu tiga bagian, artinya dalam satu lagu termuat 3 periode yang berkontras yang satu dengan yang lain. Terdapat 85 birama, pada setiap kelompok (periode) tersusun dari motif-motif bagian terkecil dari suatu kalimat lagu, baik berupa kata, suku kata, atau anak kalimat yang dapat dikembangkan yaitu motif 1 dan motif 2 yang membentuk frase tanya dan frase jawab. Dapat disimpulkan bahwa lagu ini merupakan jenis lagu tiga bagian yang memiliki banyak variasi berupa kontras diantara kalimat/bagian-bagiannya. Untuk itu saran yang biasa diberikan dalam penulisan karya ilmiah diharapkan lebih menggali lebih dalam data-data, disesuaikan dengan alur perkembangan kesenian. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti, pembaca, pelaku seniman, dan semuanya yang berkecimpung dalam dunia seni.
Kata kunci : Lagu Senandung Hutan Jati, Struktur bentuk lagu.
1. Pendahuluan
Seorang seniman yang kreatif sangat peka terhadap rangsangan
lingkungan sekitar dalam mengeksplorasi kesenian yang digemarinya. Eksplorasi
terhadap sebuah bunyi dan media banyak dilakukan oleh seniman. Hal ini
dikarenakan oleh kondisi lingkungan sekitar seniman yang sangat menunjang
terciptanya sebuah gagasan dalam mengeksplorasi bunyi dan media tersebut.
Banyak gagasan-gagasan baru yang tercipta dari fenomena yang terjadi di sekitar
lingkungan seniman.
Lingkungan masyarakat di sekitar hutan jati juga menjadi inspirasi baru
bagi Djagat Pramudjito untuk menciptakan sebuah karya komposisi lagu yang
berjudul “Senandung Hutan Jati”. Lagu tersebut merupakan sebuah komposisi
nada dan syair yang menceritakan kehidupan masyarakat sekitar hutan jati. Lagu
ini berawal dari pandangan Djagat Pramudjito terhadap masyarakat desa sekitar
hutan jati yang mempunyai filosofi yang baik terhadap berkehidupan bersama
alam.
Sebuah lagu yang mempunyai karakteristik kuat dengan menggunakan alat
musik gergaji gesek. Sebuah alat musik ciptaan Djagat Pramudjito yang dapat
menciptakan karakter lagu yang sangat unik dan juga menguatkan konsep suasana
hutan jati. Keunikan itu tercipta dari alat musik gergaji gesek yang mempunyai
warna suara (timbre) yang beda, unik, dan tidak dimiliki alat musik lain. Konsep
alat musik yang berupa gergaji juga menjadi hal yang sangat erat dengan lagu,
yaitu “Senandung Hutan Jati”. Kayu dari hutan jati dan gergaji merupakan
komponen yang saling berhubungan di dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pembahasan
2.1 Analisis Bentuk Lagu “ Senandung Hutan Jati”
Lagu “Senandung Hutan Jati” ini menggunakan tempo yang lambat atau
disebut juga Adagio. Penggunaan tempo lambat pada lagu ini dimaksudkan untuk
menegaskan suasana lagu yang santai. Suasana ini diperkuat dengan petunjuk
dinamika, dan sebagaimana halnya tempo yang bermacam-macam dari yang tetap
dan berubah, maka demikian juga dengan dinamika, ada yang tetap dan ada juga
yang berubah. Pada awal lagu menggunakan tingkat volume lemah (Piano). Pada
bagian tengah lagu berubah agak kuat (Mezzo Piano dan Mezzo Forte) dan kuat
(Forte), sedangkan pada akhir lagu kembali pada volume lemah (Piano dan
Pianissimo). Perubahan dinamik juga terjadi menggunakan Cresendo dan
Descresendo yaitu semakin melemah dan menguat.
Penggunaan tanda sukat (Time Signature) juga sangat penting dalam
sebuah lagu. Tanda sukat digunakan komposer untuk menunjukkan pergantian
sukat, agar progresi-progresi irama menjadi beragam. Dalam lagu ini
menggunakan tanda sukat jenis Quadruple yaitu sukat sederhana 4/4, yang artinya
dalam satu birama dibagi 4 ketukan dan menggunakan ritme berupa not penuh,
setengah, seperempat, seperdelapan, dan seperenambelasan.
Dalam lagu ini juga terdapat tanda kunci (Key Signature) yang digunakan
untuk menunjukkan skala nada atau tangga nada yang berbeda-beda, dan lagu
“Senandung Hutan Jati” menggunakan tanda kunci C Mayor. Tanda kunci (Key
Signature) ini sangat berpengaruh pada tangga nada (Scales) atau melodi-melodi
yang digunakan untuk membangun sebuah lagu. Dalam satuan diatonis, tangga
nada dapat dibagi menjadi dua, yaitu tangga nada mayor dan tangga nada minor.
Tangga nada mayor adalah tangga nada yang diawali dengan terts (nada ke-tiga)
besar. Misalnya urutan nada do-re-mi-fa-sol-la-si-do dan sol-la-si-do-re-mi-fi-sol.
Sedangkan tangga nada minor yaitu tangga nada yang diawali dengan terts kecil,
seperti urutan nada la-si-do-re-mi-fa-sol-la dan sebagainya.
Bentuk lagu “Senandung Hutan Jati” temasuk jenis bentuk lagu tiga
bagian, artinya dalam satu lagu termuat 3 periode yang berkontras yang satu
dengan yang lain. Terdapat 85 birama yang terbagi 3 kelompok (periode), yaitu A,
A, B, C, A. Pada bagian A masing-masing terdiri dari 14 birama yang bentuknya
hampir sama. Sedangkan pada bagian B terdiri dari 17 birama, bagian C terdiri 5
birama yang dimainkan berulang-ulang. Terdapat coda dalam akhir lagu ini yang
terdiri dari 2 birama.
Pada setiap kelompok (periode) tersusun dari motif-motif bagian terkecil
dari suatu kalimat lagu, baik berupa kata, suku kata, atau anak kalimat yang dapat
dikembangkan yaitu motif 1 dan motif 2 yang membentuk frase tanya dan frase
jawab. Frase Tanya (Antecedens Phrase) merupakan awal kalimat atau sejumlah
birama (biasanya birama 1-4 atau 1-8) disebut ‘pertanyaan’ atau ‘kalimat depan’,
karena biasanya kelimat tersebut berhenti dengan nada yang dirasa mengambang
dan dikatakan berhenti dengan koma (Prier, 1996:2).. Sedangkan Frase Jawab
(Consequens Phrase) merupakan bagian kedua dari kalimat (biasanya birama 5-8
atau 9-16) disebut’jawaban’ atau ‘kalimat belakang’, karena kalimat tersebut
melanjutkan kalimat ‘pertanyaan’ dan berhenti dengan ‘titik’ atau akord tonika
(Prier, 1996:2).
2.2 Kalimat / Bagian (Satz) dalam Lagu “Senandung Hutan Jati”
Menurut Karl-Edmund Prier, kalimat/bagian adalah sejumlah ruang
birama (biasanya 8 atau 16 birama) yang merupakan satu kesatuan (Prier, 1996:2).
Untuk memperlihatkan struktur musik, maka ilmu bentuk memakai sejumlah
kode. Untuk kalimat / bagian umumnya dipakai huruf besar (A, B, C dan
sebagainya). Pada karya musik “Senandung Hutan Jati” kalimat musiknya
terbentuk dari frase-frase yang tersusun dari beberapa jenis. Lagu ini jenis bentuk
lagu tiga bagian, artinya dalam satu lagu termuat 3 periode yang berkontras yang
satu dengan yang lain. Terdapat 85 birama yang terbagi 3 kelompok (periode),
yaitu A, A, B, C, A. Pada bagian A masing-masing terdiri dari 14 birama yang
bentuknya hampir sama. Sedangkan pada bagian B terdiri dari 17 birama, bagian
C terdiri 5 birama yang dimainkan berulang-ulang. Terdapat coda dalam akhir
lagu ini yang terdiri dari 2 birama.
2.3 Frase (Phrase) dalam Lagu “Senandung Hutan Jati”
Pada karya musik “Senandung Hutan Jati” kalimat musiknya terbentuk
dari frase-frase yang tersusun dari beberapa jenis. Periode mempunyai bagian-
bagian yang dapat mempengaruhi penggolongan bentuk musik, bagian-bagian
tersebut antara lain : Frase Tanya (Antecedens Phrase) merupakan awal kalimat
yang disebut ‘pertanyaan’ atau ‘kalimat depan’, karena biasanya kelimat tersebut
berhenti dengan nada yang dirasa mengambang dan dikatakan berhenti dengan
koma. Sedangkan Frase Jawab (Consequens Phrase) merupakan bagian kedua
dari kalimat disebut ’jawaban’ atau ‘kalimat belakang’, karena kalimat tersebut
melanjutkan kalimat ‘pertanyaan’ dan berhenti dengan ‘titik’ atau akord tonika.
2.3.1. Frase Pada Bagian A
Terdapat dua Frase Tanya (Antecedens Phrase) dan dua Frase Jawab
(Consequens Phrase) dalam kalimat /Bagian A. kalimat pertama pada birama
1-7 terbagi dalam 2 frase, sedangkan kalimat yang kedua pada birama 8-14
terbagi 2 frase. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat notasi frase tanya dan jawab
birama 1-14 dibawah ini :
Keterangan :
: Frase Tanya
: Frase Jawab
Gambar 5. Frase Bagian A
2.3.2. Frase Pada Pengulangan Bagian A
Pengulangan kalimat/bagian A pada lagu “Senandung Hutan Jati” terdiri
dari frase Tanya (Antecedens Phrase) dan Frase Jawab (Consequens Phrase).
Membentuk sebuah kalimat yang terdiri dari 2 frase tanya dan frase jawab,
kalimat pertama pada birama 19-25 terbagi dalam 2 frase, sedangkan kalimat yang
kedua pada birama 26-32 terbagi 2 frase. Bentuk frase maupun kalimat sama,
sehingga bagian ini merupakan pengulangan dari kalimat/bagian A. Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat notasi frase tanya dan frase jawab birama 19-32 dibawah ini
Keterangan :
: Frase Tanya
: Frase Jawab
Gambar 6. Pengulangan Bagian A
2.3.3. Frase Pada Bagian B
Kalimat/ bagian B pada lagu “Senandung Hutan Jati” terdiri dari frase
Tanya (Antecedens Phrase) dan Frase Jawab (Consequens Phrase). Pada frase
Tanya (Antecedens Phrase) pertama pada birama 36-44, Sedangkan Frase Jawab
(Consequens Phrase) pada birama 45-52. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat notasi
frase tanya dan frase jawab birama 36-52 dibawah ini :
Keterangan :
: Frase Tanya
: Frase Jawab
Gambar 7. Frase Bagian B
2.3.4 Frase Pada Bagian C
Lagu “Senandung Hutan Jati” merupakan lagu tiga bagian sehingga lagu
ini mempunyai tiga kalimat/periode yang berlainan. Pada kalimat/ bagian C ini
hanya memiliki satu frase. Yang memiliki peranan sebagai penyambung antara
bagian B dengan bagian A yang akan mengalami pengulangan. Terdiri dari lima
birama yaitu birama 57-61. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat notasi birama 57-61
dibawah ini :
Gambar 8. Frase Bagian C
2.3.5 Frase Pada Pengulangan Bagian A
Pengulangan bagian A pada lagu “Senandung Hutan Jati” terdiri dari frase
Tanya (Antecedens Phrase) dan Frase Jawab (Consequens Phrase). Membentuk
sebuah kalimat /periode(Satz) yang terdiri dari 2 kalimat, kalimat pertama pada
birama 66-72 yang terdiri dari dua frase, sedangkan kalimat yang kedua pada
birama 73-79 terdiri dua frase. Bentuk frase maupun kalimat sama, sehingga
bagian ini merupakan pengulangan dari kalimat/bagian A.Untuk lebih jelasnya
bisa dilihat notasi frase tanya dan frase jawab birama 73-79 dibawah ini :
Keterangan :
: Frase Tanya
: Frase Jawab
Gambar 9. Pengulangan Bagian A
2.3.6 Frase Pada Bagian Coda
Dalam lagu “Senandung Hutan Jati” terdapat coda. Coda sebenarnya
adalah suatu tambahan singkat pada akhir lagu, misalnya untuk menutup sebuah
lagu (Prier, 1996:23). Di dalam coda ini hanya terdiri 2 birama yaitu pada birama
84-85. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat notasi birama 84-85 dibawah ini :
Gambar 10. Frase Coda
2.4 Motif dalam Lagu “Senandung Hutan Jati”
Motif adalah bagian terkecil dari suatu kalimat lagu, baik berupa kata,
suku kata, atau anak kalimat yang dapat dikembangkan (Banoe, 2003:283). Dalam
bukunya Ilmu Bentuk Musik, Karl-Edmund Prier mengatakan bahwa motif adalah
unsur lagu yang terdiri dari sejumlah nada yang dipersatukan dengan suatu
gagasan atau ide (Prier, 1996:3). Karena merupakan unsur lagu, maka sebuah
motif biasanya diulang-ulang dan diolah-olah. Sehingga lagu yang terpisah atau
tersobek dapat dikenali ciri-cirinya melalui motif tertentu.
Pada setiap bagian (periode) tersusun dari motif-motif bagian terkecil dari
suatu kalimat lagu, baik berupa kata, suku kata, atau anak kalimat yang dapat
dikembangkan yaitu motif 1 dan motif 2 yang membentuk frase tanya dan frase
jawab. Berikut adalah pembahasan tentang motif yang terdapat dalam lagu
“Senandung Hutan Jati” yang diteliti dalam tiap kalimat/bagian-bagian lagu :
2.4.1 Motif Pada Bagian A
Kalimat/ bagian A pada lagu “Senandung Hutan Jati” terdiri dari frase
Tanya (Antecedens Phrase) dan Frase Jawab (Consequens Phrase). Terdiri dari
14 birama. Pada frase Tanya pertama pada birama 1-4 terbagi dalam 2 motif,
Sedangkan Frase Jawab pada birama 4-7 terbagi 2 motif. Pada frase Tanya kedua
pada birama 8-11 terbagi dalam 2 motif. Sedangkan Frase Jawab pada birama 12-
14 terbagi 2 motif.
Frase tanya pertama menggunakan motif pengulangan pada tingkat lain
atau sekuens naik dan pembalikan (inversion). Pada akhir motif kedua juga
menggunakan pemerkecilan nilai nada (diminuation of the value). Frase jawab
(Consequens Phrase) juga terbagi 2 motif,. Pada motif pertama menggunakan
motif pengulangan harafiah yaitu pengulangan motif yang sama dari notasi
maupun ritme, dengan maksud untuk mengintensifkan suatu kesan atau untuk
menegaskan suatu pesan. Sedangkan pada akhir motif kedua juga menggunakan
pemerbesaran nilai nada (augmentation of the value).
2.4.2 Motif Pada Bagian B
Kalimat/bagian B pada lagu “Senandung Hutan Jati” terdiri dari frase
Tanya (Antecedens Phrase) dan Frase Jawab (Consequens Phrase). Pada frase
Tanya (Antecedens Phrase) pertama pada birama 36-44 terbagi dalam 2 motif,
Sedangkan Frase Jawab (Consequens Phrase) pada birama 45-52 terbagi 2 motif,
Pada bagian B pada lagu terdapat satu frase tanya dan satu frase jawab dengan
motif yang berulang-ulang. Pada frase tanya menggunakan dua motif yang
menggunakan ulangan harafiah dan pembesaran nilai nada (augmentation of the
value). Frase jawab (Consequens Phrase) juga terbagi 2 motif. Pada motif ini juga
menggunakan motif pengulangan harafiah. Frase tanya maupun jawab pada
bagian B memiliki motif yang menggunakan ulangan harafiah yaitu pengulangan
motif yang sama dari notasi maupun ritme, dengan maksud untuk
mengintensifkan suatu kesan atau untuk menegaskan suatu pesan.
2.4.3 Motif Pada Bagian C
Lagu “Senandung Hutan Jati” merupakan lagu tiga bagian sehingga lagu
ini mempunyai tiga kalimat/periode yang berlainan. Pada kalimat/bagian C ini
hanya memiliki satu frase. Yang memiliki peranan sebagai penyambung antara
kalimat/bagian B dengan kalimat/bagian A yang akan mengalami pengulangan.
Terdiri dari lima birama yaitu birama 57-61.
Motif pada frase ini menggunakan motif pengulangan pada tingkat lain
atau sekuens dan pembalikan (inversion). Pada akhir motif kedua juga
menggunakan pembesaran nilai nada (augmentation of the value). Frase ini juga
menggunakan motif ulangan harafiah yaitu pengulangan motif yang sama dari
notasi maupun ritme, dengan maksud untuk mengintensifkan suatu kesan atau
untuk menegaskan suatu pesan. Tentu ulangan harafiah dapat juga terjadi secara
tidak langsung pada saat lain di dalam lagu yang sama. Namun dalam hal ini
maksudnya bersifat lebih-lebih sebagai ingatan kembali.
2.4.4. Motif Pada Bagian Coda
Dalam lagu “Senandung Hutan Jati” terdapat coda. Coda sebenarnya
adalah suatu tambahan singkat pada akhir lagu, misalnya untuk menutup sebuah
lagu (Prier, 1996:23). Di dalam coda ini hanya terdiri 2 birama yaitu pada birama
84-85. Motif dari coda ini merupakan potongan dari motif pertama dalam bagian
A. Tetapi mengalami perubahan notasi maupun ritmis. Sehingga menemui titik
yang merupakan perhentian di akhir kalimat pada nada yang biasanya ditahan
pada hitungan berat dan disertai akord tonika, sehingga terkesan selesai (Prier,
1996:2).
3. Penutup
3.1 Simpulan
Djagat Pramudjito merupakan salah satu seniman asli Bojonegoro yang
sangat produktif dalam berkarya seni hingga saat ini. Hal ini dibuktikan melalui
berbagai macam eksplorasi yang dilakukannya terhadap musik maupun instrumen
musik. Salah satu identitas yang melekat pada Djagat Pramudjito yaitu lagu
“Senandung Hutan Jati”, sebuah lagu dengan keunikannya yang dimainkan
dengan alat musik gergaji gesek.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang analisis
bentuk lagu “Senandung Hutan Jati” karya Djagat Pramudjito diperoleh
kesimpulan data sebagai berikut :
1. Kalimat musik pada lagu “Senandung Hutan Jati” terbentuk dari frase-
frase yang tersusun dari beberapa jenis. Lagu ini jenis bentuk lagu tiga
bagian, artinya dalam satu lagu termuat 3 periode yang berkontras yang
satu dengan yang lain. Terdapat 85 birama yang terbagi 3 kelompok
(periode), yaitu A, A, B, C, A. Pada bagian A masing-masing terdiri dari
14 birama yang bentuknya hampir sama. Sedangkan pada bagian B terdiri
dari 17 birama, bagian C terdiri 5 birama yang dimainkan berulang-ulang.
Terdapat coda dalam akhir lagu ini yang terdiri dari 2 birama.
Menggunakan tempo yang lambat atau disebut juga Adagio. Lagu ini
menggunakan tanda kunci C Mayor dan menggunakan tanda sukat jenis
Quadruple yaitu sukat sederhana 4/4, yang artinya dalam satu birama
dibagi 4 ketukan dan menggunakan ritme berupa not penuh, setengah,
seperempat, seperdelapan, dan seperenambelasan.
Dari hasil analisis bentuk lagu diperoleh kesimpulan bahwa lagu
“Senandung Hutan Jati” merupakan jenis lagu tiga bagian yang memiliki banyak
variasi berupa kontras diantara kalimat/bagian-bagiannya, serta mempunyai coda
sebagai tambahan singkat pada akhir lagu yang merupakan penyimpangan dalam
susunan kalimat dan bentuk lagu.
A. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang analisis
bentuk lagu “Senandung Hutan Jati” karya Djagat Pramudjito, maka saran yang
dapat diberikan dari hasil analisis ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi para seniman Bojonegoro
Apa yang dilakukan oleh seniman Djagat Pramudjito sangat
membanggakan Bojonegoro pada khususnya, hal utama yang perlu
dipikirkan lebih lanjut yaitu tentang bagaimana caranya agar hasil seni
yang ada di Bojonegoro bisa dipresentasikan dan dapat diterima oleh
masyarakat luas. Seyogyanya membuat sebuah komposisi musik dengan
karakteristik dan keunikan yang ada di Bojonegoro yang bisa membuat
daya tarik tersendiri, sehingga kemudian ditampilkan di seluruh wilayah
Indonesia dengan identitas kebojonegoroannya.
2. Bagi penulis berikutnya
Diharapkan dapat mengkaji lebih dalam terhadap perkembangan kesenian
yang ada di Bojonegoro, yang selalu melahirkan inovasi-inovasi baru
dalam memadukan berbagai unsur-unsur budaya, sehingga mampu
memberikan warna yang beragam dari hasil karya tulis ilmiah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik, Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Banoe, Pono. 2003. Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta: Kanisius
Harahap, I. 2005. Alat Musik Dawai. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.
Isfanhari, M, dan Nugroho, W. 2000. Pengetahuan Dasar Musik. Surabaya: Dinas P&K Propinsi Jawa Timur.
Prier SJ, Karl Edmund. 1996. Ilmu Bentuk Musik, Yogyakarta: Pusat Musik
Liturgi.