Bentuk Bentuk Lapisan Batubara
description
Transcript of Bentuk Bentuk Lapisan Batubara
BENTUK-BENTUK LAPISAN BATUBARA
Lapisan batubara tebal merupakan depposit batubara yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Salah satu syarat pembentukan lapisan batubara tebal adalah
apabila terdapat suatu cekungan yang karena adanya beban pengendapan bahan
bahan pembentuk batubara di atasnya menyebabkan dasar cekungan tersebut turun
secara perlahan-lahan.
Cekungan ini umumnya terdapat di daerah rawa-rawa (hutan bakau) atau di
tepi pantai. Dasar cekungan yang turun secara perlahan-lahan dengan pembentukan
batubara memungkinkan ppermukaan air laut akan tetap pada kondisi rawa stabil.
Apabila karena proses geologi, dasar cekungan turun secara ceat, maka air laut akan
masuk ke dalam cekungan sehingga mengubah kondisi rawa menjadi kondisi laut.
Akibatnya di atas lapisan pembentuk batubara akan terendapkan lapisan
sedimen laut, antara lain batugamping. Pada tahap selanjutnya akan terjadi kembali
pengendapan batulempung yang memungkinkan untuk kembali terbentuk kondisi
rawa. Proses selanjutnya adalah akan terkumpul dan terendapkannya bahan-bahan
pembentuk batubara (sisa tumbuhan) di atas batulempung. Demikian seterusnya
sehingga terbentuk lapisan batubara dengan diselingi oleh “lappisan antara” berupa
batugamping dan batulempung. Tidak jarang dijumpai pada lapisan batubara adanya
“lapisan antara” berupa batulempung yang disebut sebagai clay band atau clay
parting
Bentuk cekungan, proses sedimentasi, proses geologi selama dan sesudah
proses coalification akan menentukan bentuk lapisan batubara. Mengetahui bentuk
lapisan batubara sangat menentukan dalam menghitung cadangan dan merencanakan
cara penambangannya.
Dikenal beberapa bentuk lapisan batubara yaitu :
A. Bentuk Horse Back
B. Bentuk Pinch
C. Bentuk Clay Vein
D. Bentuk Burried Hill
E. Bentuk Fault
F. Bentuk Fold
1. BENTUK HORSE BACK
Bentuk ini dicirikan oleh lapisan batubara dan lapisan batuan sedimen yang
menutupinya melengkung ke arah atas, akibat adanya gaya kompresi. Tingkat
perlengkungan sangat ditentukan oleh besaran gaya kompresi. Makin kuat gaya
kompresi yang berpengaruh, makin besar tingkat perlengkungannya. Ke arah lateral
lapisan batubara mungkin akan sama tebalnya atau menjadi tipis. Kenampakan ini
dapat terlihat langsung pada singkapan lapisan batubara yang tampak/dijumpai di
lapangan (dalam skala kecil), atau dapat diketahui dari hasil rekontruksi beberapa
lubang pemboran eksplorasi pada saat dilakukan coring secara sistematis. Akibat
dari perlengkungan ini lapisan batubara terlihat terpecah-pecah akibatnya batubara
menjadi kurang kompak.
Pengaruh air hujan, yang selanjutnya menjadi air tanah, akan mengakibatkan
sebagian dari butiran batuan sedimen yang terletak di atasnya, bersama air tanah
akan masuk di antara rekahan lapisan batubara. Kejadian ini akan megakibatkan
apabila batubara tersebut ditambang, batubara mengalami pengotoran (kontaminasi)
dalam bentuk butiran-butiran batuan sedimen sebagai kontaminan anorganik,
sehingga batubara menjadi tidak bersih. Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan,
apabila batubara tersebut akan dipergunakan sebagai bahan bakar.
2. BENTUK PINCHBentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah. Pada
umumnya bagian bawah (dasar) dari lapisan batubara merupakan batuan yang plastis
misalnya batulempung sedang di atas lapisan batubara secara setempat ditutupi oleh
batupasir yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur. Sangat dimungkinkan,
bentuk pinch ini bukan merupakan penampakan tunggal, melainkan merupakan
penampakan yang berulang-ulang. Ukuran bentuk pinch bervariasi dari beberapa
meter sampai puluhan meter. Dalam proses penambangan batubara, batupasir yang
mengisi pada alur-alur tersebut tidak terhindarkan ikut tergali, sehingga keberadaan
fragmen-fragmen batupasir tersebut juga dianggap sebagai pengotor anorganik.
Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan apabila batubara tersebut akan
dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
3. BENTUK CLAY VEINBentuk ini terjadi apabila di antara dua bagian lapisan batubara terdapat urat
lempung ataupun pasir. Bentuk ini terjadi apabila pada satu seri lapisan batubara
mengalami patahan, kemudian pada bidang patahan yang merupakan rekahan
terbuka terisi oleh material lempung ataupun pasir. Apabila batubaranya ditambang,
bentukan Clay Vein ini dipastikan ikut tertambang dan merupakan pengotor
anorganik (mineral matter) yang tidak diharapkan. Pengotor ini harus dihilangkan
apabila batubara tersebut akan dikonsumsi sebagai bahan bakar.
4. BENTUK BURRIED HILLBentuk ini terjadi apabila di daerah di mana batubara semula terbentuk suatu
kulminasi sehingga lapisan batubara seperti “terintrusi”. Sangat dimungkinkan
lapisan batubara pada bagian yang “terintrusi” menjadi menipis atau hampir hilang
sama sekali. Bentukan intrusi mempunyai ukuran dari beberapa meter sampai
puluhan meter. Data hasil pemboran inti pada saat eksplorasi akan banyak membantu
dalam menentukan dimensi bentukan tersebut. Apabila bentukan intrusi tersebut
merupakan batuan beku, pada saat proses penambangan dapat dihindarkan, tetapi
apabila bentukan tersebut merupakan tubuh batupasir, dalam proses penambangan
sangat dimungkinkan ikut tergali. Oleh sebab itu ketelitian dalam perencanaan
penambangan sangat diperlukan, agar fragmen-fragmen intrusi tersebut dalam
batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan dapat dikurangi sehingga
keberadaan pengotor anorganik tersebut jumlahnya dapat diperkecil.
Gambar Bentuk Lapisan Burreid Hill
5. BENTUK FAULT (PATAHAN)Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit batubara mengalami
beberapa seri patahan. Apabila hal ini terjadi, akan mempersulit dalam melakukan
perhitungan cadangan batubara. Hal ini disebabkan telah terjadi pergeseran
perlapisan batubara ke arah vertikal. Dalam melaksanakan eksplorasi batubara di
daerah yang memperlihatkan banyak gejala patahan, diperlukan tingkat ketelitian
yang tinggi, tidak dibenarkan hanya berpedoman pada hasil pemetaan geologi
permukaan saja. Oleh sebab itu, di samping kegiatan pemboran inti, akan lebih baik
bila ditunjang oleh data hasil penelitian geofisika.
Dengan demikian rekonstruksi perjalanan lapisan batubara dapat diikuti
dengan bantuan hasil interpretasi dari data geofisika. Apabila patahan-patahan secara
seri didapatkan, keadaan batubara pada daerah patahan akan ikut hancur. Akibatnya
keberadaan kontaminan anorganik pada batubara tidak terhindarkan. Makin banyak
patahan yang terjadi pada satu seri sedimentasi endapan batubara, makin banyak
kontaminan anorganik yang terikut pada batubara pada saat ditambang.
Gambar Bentuk Lapisan Batubara Patahan
6. BENTUK FOLD Batubara Mengalami
Proses Tektonik, Membentuk Sebuah
Lipatan(Fold)
Bentuk ini terjadi apabila di daerah endapan batubara, mengalami proses
tektonik hingga terbentuk perlipatan. Perlipatan tersebut dimungkinkan masih dalam
bentuk sederhana, misalnya bentuk antiklin atau bentuk sinklin, atau sudah
merupakan kombinasi dari kedua bentuk tersebut. Lapisan batubara bentuk fold,
memberi petunjuk awal pada kita bahwa batubara yang terdapat di daerah tersebut
telah mengalami proses coalification relatif lebih sempurna, akibatnya batubara yang
diperoleh kualitasnya relatif lebih baik. Sering sekali terjadi, lapisan batubara bentuk
fold berasosiasi dengan lapisan batubara berbentuk fault. Dalam melakukan
eksplorasi batubara di daerah yang banyak perlipatan dan patahan, kegiatan
pemboran inti perlu mendapat prioritas utama agar ahli geologi mampu membuat
rekonstruksi struktur dalam usaha menghitung jumlah cadangan batubara.