benda asing di hidung.doc

40
BAB I PENDAHULUAN Corpus alienum atau benda asing pada hidung adakalanya merupakan masalah kesehatan keluarga, yang biasanya terjadi pada anak-anak. Bahan- bahan asing yang sering ditemukan biasanya merupakan makanan, mainan, dan peralatan rumah tangga yang kecil. Adanya benda asing pada anak-anak dapat disebabkan oleh faktor kesengajaan. Anak-anak cenderung memasukkan benda kecil yang umumnya adalah benda mati. Benda asing yang lazim ditemukan pada anak-anak adalah uang logam, permen, mainan plastic yang berwarna-warni , manik-manik, kancing, kelereng, kacang-kacangan, kapas dan sebagainya. Namun dapat pula ditemukan benda hidup misalnya telur lalat, lalat, semut, nyamuk, kecoa, lebah, kupu-kupu sawah dan lain sebagainya .1,2 Lima puluh lima persen dari kasus benda asing di saluran nafas terjadi pada anak umur kurang dari 4 tahun. Pada tahun 1975 anak dibawah umur 4 tahun, insidens kematian mendadak akibat aspirasi atau tertelan benda asing lebih tinggi. Bayi di bawah umur 1 tahun, gawat nafas karena aspirasi benda asing merupakan penyebab utama kematian (Natinal Safety Council, 1981). Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya tidak terlihat, dan gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan diagnosis pada awalnya. Sebagian besar benda asing pada hidung dapat dikeluarkan oleh dokter yang sudah terlatih dengan komplikasi yang minimal. Hasil

Transcript of benda asing di hidung.doc

Page 1: benda asing di hidung.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Corpus alienum atau benda asing pada hidung adakalanya merupakan masalah

kesehatan keluarga, yang biasanya terjadi pada anak-anak. Bahan- bahan asing yang sering

ditemukan biasanya merupakan makanan, mainan, dan peralatan rumah tangga yang kecil.

Adanya benda asing pada anak-anak dapat disebabkan oleh faktor kesengajaan. Anak-anak

cenderung memasukkan benda kecil yang umumnya adalah benda mati. Benda asing yang

lazim ditemukan pada anak-anak adalah uang logam, permen, mainan plastic yang berwarna-

warni , manik-manik, kancing, kelereng, kacang-kacangan, kapas dan sebagainya. Namun

dapat pula ditemukan benda hidup misalnya telur lalat, lalat, semut, nyamuk, kecoa, lebah,

kupu-kupu sawah dan lain sebagainya.1,2

Lima puluh lima persen dari kasus benda asing di saluran nafas terjadi pada anak

umur kurang dari 4 tahun. Pada tahun 1975 anak dibawah umur 4 tahun, insidens kematian

mendadak akibat aspirasi atau tertelan benda asing lebih tinggi. Bayi di bawah umur 1 tahun,

gawat nafas karena aspirasi benda asing merupakan penyebab utama kematian (Natinal

Safety Council, 1981).

Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya tidak terlihat, dan

gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan diagnosis pada awalnya. Sebagian besar

benda asing pada hidung dapat dikeluarkan oleh dokter yang sudah terlatih dengan

komplikasi yang minimal. Hasil pemeriksaan radiografi biasanya normal. Endoskopi lunak

ataupun kaku sering digunakan untuk memperkuat diagnosis dan untuk mengeluarkan benda

asing. Dokter harus memiliki beberapa kecurigaan untuk benda asing pada anak-anak dengan

gejala saluran nafas atas yang tidak dapat diterangkan. Sangat penting untuk mengetahui

anatomi dan indikasi untuk dirujuk pada subspesialis.

Kekerapan benda asing pada Hidung terjadi pada anak maupun dewasa dengan atau

tanpa penyakit mental. Dokter keluarga biasanya dapat mengeluarkan benda asing tersebut,

namun hal ini bergantung pada beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan

material benda asing, apakah benda berupa bahan yang mudah diambil ( lebut dan irregular)

atau tidak mudah diambil (keras dan bulat), ketrampilan dokter dan kerjasama pasien.

Page 2: benda asing di hidung.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Corpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam tubuh yang

dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh.1

Benda asing sebagai penyebab sumbatan hidung hampir selalu ditemukan pada anak-

anak. Anak-anak cenderung memasukan benda-benda kecil dalam hidung. Benda asing yang

lazim ditemukan adalah manik-manik, kancing, kacang, kelereng, dan karet penghapus. Bila

benda tersebut belum lama dimasukan, maka tidak atau hanya sedikit mengganggu, kecuali

bila benda tersebut tajam atau sangat besar.2

2.2 Anatomi Hidung 3

Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah yaitu:

pangkal hidung(bridge),batang hidung(dorsum nasi), puncak hidung (hip), ala nasi, kolumela

dan lubang hidung (nares anterior).

Manakala hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi

oleh kulit,jaringan kulit dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan dan

menyempitkan lubang hidung. Kerangka terdiri dari tulang hidung (os nasal), processus

frontalis os maxilla, processus nasalis os frontal.

Sedangkan tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di

bagian bawah hidung iaitu sepasang kartilago nasalis latelaris superior, sepasang kartilago

nasalis latelaris inferior (kartilago ala mayor) dan tepi anterior kartilago septum.

Rongga hidung/cavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang

dipisahkan,oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi cavum nasi kanan dan kiri. Pintu

atau lubang masuk cavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang

disebut koana yang menghubungkan cavum nasi dengan nasofaring.

Bagian cavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepatnya dibelakang nares

anterior pula disebut vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak

Page 3: benda asing di hidung.doc

kelenjar sebasea dan rambut panjang yang disebut vibrise. Tiap cavum nasi mempunyai 4

buah dinding iaitu dinding medial,lateral,inferior dan superior.

Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi dibentuk oleh tulang rawan

dan tulang,dimana bagian tulangnya adalah lamina perfendikularis os etmoid, vomer, krista

nasalis os palatina sedangkan bagian tulang rawannya adalah kartilago septum (lamina

kuadrangularis) dan kolumela.Septum nasi dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang

rawan dan periosteum pada bagian tulangnya sedangkan diluarnya dilapisi oleh mukosa

hidung. Dibagian depan septum nasi terdapat daerah yang disebut little atau pleksus

kleselbach yang merupakan tempat pertemuan pembuluh darah di hidung.

Dinding lateral hidung terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling

bawah ialah konka inferior,kemudian yang lebih kecil ialah konka media dan yang lebih kecil

lagi ialah konka superior,sedangkan yang terkecil adalah konka suprema (biasanya

rudimenter). Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maxilla dan

labirin etmoid,sedangkan konka media,superior,dan suprema adalah bagian dari labirin

etmoid.

Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut

meatus.Tergantung dari letak meatus ada tiga meatus yaitu inferior,media,dan

superior.Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding

lateral rongga hidung. Pada mestus inferior terdapat muara(ostium) duktus nasolakrimalis.

Meatus medius terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus

medius terdapat muara sinus frontal,sinus maxilla,sinus etmois posterior.Meatus superior

terletak diantara konka superior dan konka medis terdapat muara sinus etmoid posterior dan

sinus sfenoid.

Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maxilla dan os

palatum.Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina

kribiformis,yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.Lamina kribiformis

merupakan lempeng tulang yang berasal dari os etmoid, tulang ini berlubang-lubang seperti

saringan, tempat masuknya serabut saraf olfaktorius. Dibagian posterior atap rongga hidung

terbentuk oleh os sfenoid. Semua bangunan ini membentuk batas rongga hidung.

Page 4: benda asing di hidung.doc

2.2.1 Kompleks osteomeatal (KOM)

Kompleks ostiomeatal (KOM) merupakan celah pada dinding lateral hidung yang

dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Strukstur anatomi penting yang membentuk

KOM adalah prosessus unsinatus, infundibulum ethmoid, hiatus semilunaris, bula ethmoid,

agger nasi dan resessus frontal. KOM merupakan unti fungsional yang merupakan tempat

ventilasi dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya di anterior iaitu sinus maksila, ethmoid

anterior dan frontal.

Jika terjadi sumbatan pada celah yang sempit ini maka akan terjadi perubahan

patologis yang signifikan pada sinus-sinus yang terkait.

Gambar 1. Anatomi Hidung

2.2.2 Perdarahan Hidung

Bagian atas rongga hidung berasal dari a.ethmoid anterior dan posterior yang

merupakan cabang dari a.oftalmika dari a.karotis interna.

Bagian bawah rongga hidung mendapat perdarahan dari cabang a.maksilaris interna,

diantaranya ialah hujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina yang keluar dari foramen

sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang hujung posterior konka media.

Manakala bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang a.fasialis.

Page 5: benda asing di hidung.doc

Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a.sfenopalatina,

a.ethmoid anterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor yag disebut pleksus Kiesselbach

(Little’s area). Pleksus ini terletak superficial dan mudah cedera oleh trauma sehingga sering

menjadi sumber epistaksis terutama pada anak.

Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan

arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang

berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak mempunyai katup

sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke

intrakranial.

2.2.3 Persarafan Hidung 3

Bagian depan dan atas ringga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.ethmoidalis

anterior yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris yang erasal dari n.oftalmikus (N.V-1).

Rongga hidung lainnya sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.maksila

melalui ganglion sfenopalatina. Ganglion sfenopalatina selain memberikan persarafan

sensoris juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung.

Ganglion ini menerima serabut saraf sensoris dari n.maksila (N.V-2), serabut parasimpatis

dari n.petrosus superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari n.petrosus profundus.

Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit diatas hujung posterior konka media.

Untuk fungsi penghidu pula berasal dari n.olfaktorius. saraf ini turun melalui lamina

kribosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel

reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

2.3 Fisiologi Hidung 3

Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi fisiologis

hidung dan sinus paranasal adalah:

1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara,

humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal.

Udara inspirasi masuk ke hidung menuju sistem respirasi melalui nares anterior, lalu naik ke

Page 6: benda asing di hidung.doc

atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring. Aliran udara di

hidung ini berbentuk lengkungan atau arkus.

Udara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir.pada musim panas, udara

hampir jenuh oleh uap air, sehingga terjadi sedikit penguapan udara inspirasi oleh palut lendir

sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. Suhu udara yang melalui hidung

diatur sehingga berkisar 37 derajat Celcius. Fungsi pengatur suhu ini dimungkinkan oleh

banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang

luas.

Partikel debu, virus, bakteri dan jamur yang terhirup bersama udara akan disaring di hidung

oleh rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, silia dan palut lendir. Debu dan bakteri akan

melekat pada palut lendir dan partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks

bersin.

2. Fungsi penghidu kerana terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk

menampung stimulus penghidu. Mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior

dan sepertiga bagian atas septum berfungsi sebagai indera penghidu. Partikel bau dapat

mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan

kuat.

Fungsi hidung untuk membantu indra pencecap adalah untuk membedakan rasa manis yang

berasal dari berbagai macam bahan seperti perbedaan rasa manis strawberi, jeruk, pisang atau

coklat. Juga untuk membedakan rasa asam yang berasal dari cuka dan asam jawa.

3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan

mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang. Resonansi oleh hidung penting

untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan

resonansi berkurang atau hilang sehingga terdengar suara sengau (rinolalia).

Hidung membantu pembentukan konsonan nasal (m,n,ng), rongga mulut tertutup dan hidung

terbuka dan palatum mole turun untuk aliran udara.

4. Refleks nasal. Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan

saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Iritasi mukosa hidung akan menyebabkan

refleks bersin dan nafas berhenti. Rangsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar

liur, lambung dan pankreas.

Page 7: benda asing di hidung.doc

5. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma

dan pelindung panas.

2.4 Klasifikasi Benda Asing di Hidung 4

Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen sedangkan

yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen biasanya

masuk melalui hidung atau mulut.

Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair, atau gas. Benda asing eksogen

padat dapat berupa zat organik seperti kacang-kacangan dan tulang, ataupun zat anorganik

seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain sebagainya. Benda asing eksogen cair dapat berupa

benda cair yang bersifat iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.

Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah,

krusta, perkejuan, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, atau mekonium yang dapat

masuk ke dalam saluran napas bayi saat persalinan.

Page 8: benda asing di hidung.doc

2.5 Rinolith

2.5.1 Definisi rinolith 5,6,7

Rhinolith adalah batu di dalam rongga hidung yang terbentuk hasil dari pengendapan

senyawa organik dan anorganik dalam rongga hidung, yang menyebabkan sumbatan hidung

unilateral, rhinorrhea, foetor, epistaksis, dan dapat menimbulkan komplikasi.

Laporan mengenai rhinolith diterbitkan pertama kali pada tahun 1654 di mana

Bartholini menggambarkan sebuah benda asing batu - keras yang tumbuh di sekeliling batu

Page 9: benda asing di hidung.doc

ceri. Istilah rhinolith ini pertama kali diciptakan pada tahun 1845 untuk menggambarkan

sebagian atau seluruhnya pengapuran benda asing di dalam hidung.

Analisis kimia pertama kali dilakukan oleh Axmann pada tahun 1829 yang berhasil

mendeteksi komposisi batu ini umumnya terdiri dari 90% bahan anorganik seperti garam

mineral, kalsium, fosfat, magnesium karbonat, besi, aluminium dengan sisa 10% yang terbuat

dari bahan organik hasil lesi dari lendir hidung misalnya asam glutamate dan glycin. Penulis

ini juga menduga bahwa zat besi eksogen mungkin menjadi penyebab pembentukan nidus

karena sekresi fisiologis ( lendir hidung , air mata ) yang diproduksi di hidung tidak

mengandung jumlah besi yang mencukupi untuk membentuk nidus rhinolith.

2.5.2 Epidemiologi 5,7

Durasi riwayat penyakit bisa berkisar dari bulan ke dekade dan menurut epidemiologi

wanita tampaknya lebih sering terkena daripada laki-laki. Meskipun sebagian besar rhinolith

terdeteksi pada orang dewasa muda namun dapat juga ditemukan pada sebarang usia (6 bulan

hingga 86 tahun ).

Menurut Denker dan Brünings , kejadian paling umum diamati terjadi pada anak-anak

dan pasien dengan retardasi mental di mana mereka suka memasukkan benda-benda kecil

seperti manik, batu kecil, koin, dan alat-alat mainan ke dalam lubang hidung .

2.5.3 Klasifikasi 5

Sebelum ini rhinolith di bagi berdasarkan true-rhinolith dan pseudo-rhinolith. Namun

dewasa ini, istilah-istilah ini telah digantikan dengan eksogen dan endogen rhinolith,

tergantung apakah dapat ditemukan nucleus yang terdeposit di dalamnya. Rhinolith yang

berkembang di dalam rongga hidung yang berasal dari batu cherry, batu kecil, pembersih

hidung yang tertinggal atau benda-benda yang semacam ini disebut rhinolith eksogen.

Rhinolith endogen adalah rhinolith dengan nucleus yang berasal dari materi tubuh

sendiri misalnya gigi ektopik di sinus maksilaris, sekuester tulang, bekuan darah kering di

rongga hidung dan juga bekuan lendir. Sekitar 20 % dari rhinolith adalah endogen.

2.5.4 Patogenesis 5

Patogenesis rhinolith masih belum sepenuhnya diketahui dengan jelas. Terdapat

empat kondisi yang memicu pembentukan rhinolith yang dapat diakui dan diterima umum:

Page 10: benda asing di hidung.doc

1. Benda asing masuk ke dalam hidung dan menimbulkan radang akut atau kronik dari

mukosa hidung diikuti dengan pembentukan pus .

2. Benda asing yang membusuk di dalam rongga hidung memiliki kandungan tinggi

kalsium dan / atau magnesium .

3. Ada obstruksi mekanikal yang memblokir pus dan lendir keluar dari rongga hidung.

4. Ada pajanan arus udara supaya pus dan secret bisa terkonsentrasi dan garam mineral

dapat mengendap dan dengan demikian akan membentuk selubung pengkapuran.

Patofisiologi benda asing dalam hidung:1

Benda asing yang masuk di hidung

Kerusakan pada rongga hidung dan struktur sekitarnya

Menyebabkan terjadinya peradangan lokal yang dapat mengakibatkan nekrosis tekanan

Terjadi ulserasi pada mukosa dan erosi ke pembuluh darah sehingga muncul epistaksis

Terjadi obstruksi pada drainase sinus

Terjadi sinusitis sekunder

Benda asing yang tidak dikenali dalam waktu tertentu akan dilapisi dengan kalsium, magnesium, fosfat atau karbonat dan akhirnya membentuk rinolith. Benda asing organik pula cenderung untuk membengkak dan biasanya lebih

banyak gejala yang muncul berbanding benda asing non-organik.

Page 11: benda asing di hidung.doc

2.6 Diagnosis 2

1. Anamnesis

Gejala umumnya didapatkan rhinore unilateral disertai obstruksi nasi

unilateral sebagai keluhan utama dan keluhan lain seperti napas berbau busuk,sekret

berbau busuk.

Benda asing umumnya ditemukan di anterior vestibulum atau pada meatus

inferior sepanjang dasar hidung. Tidak satupun benda asing boleh dibiarkan dalam

hidung oleh karena bahaya nekrosis dan infeksi sekunder yang mukin timbul, dan

kemungkinan aspirasi kedalam saluran pernapasan bawah.

Dengan semakin bertambahnya ukuran rhinolithiasis, manifestasi gejala yang

muncul bersifat progresif dan beragam mulai dari rhinorea unilateral (purulen dan

berbau) , rhinitis supuratif unilateral dengan atau tanpa disertai sinusitis , sakit pada

wajah, sakit kepala , epistaksis, gangguan pernapasan pada hidung yang berakhir

dengan obstruksi total, dakriosistitis, otorrhea, foetor, kurang indra penciuman,

perforasi palatum dan perforasi septum.

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan intranasal, umumnya rhinolit dapat ditemukan dengan

rhinoskopi anterior berupa massa kalsifikasi yang berwarna abu-abu dan gelap,

dengan konsistensi yang keras seperti batu dan permukaan yang irregular.

Untuk memeriksa hidung bagian dalam dapat digunakan speculum hidung dan

penlight. Pada inspeksi akan telihat benda asing yang terjepit dalam hidung.

Page 12: benda asing di hidung.doc

Gambar 2. Pemeriksaan rhinoskopi anterior

Gambar 3. Letak predileksi benda asing di hidung

3. Pemeriksaan Penunjang

Foto rontgen dan endoskopi juga dapat memberikan informasi tambahan

dalam menegakkan diagnosa Benda asing hidung. CT-scan terkomputerisasi bisa

digunakan untuk menggambarkan ukuran dan lokasi benda asingdengan akurat.

pemeriksaan rontgen juga bisa digunakan untuk menguatkan dasar diagnosis

dan untuk mengevaluasi efek destrukstif dari batu tersebut di dalam rongga nasal.

Gambar 4. Benda asing dalam hidung

Page 13: benda asing di hidung.doc

Gambar 5. rontgen rhinolith di dasar rongga nasal

2.7 Penatalaksanaan

Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengeluarkan benda asing dari dalam

hidung, diantaranya adalah dengan menggunakan pengait (hook), Suction-tip catheter, dan

Balloon catheters. Kebanyakan benda asing pada hidung bisa diambil dengan mudah dan

aman oleh dokter umum. Kebutuhan untuk melaksanakan evakuasi yang darurat jarang

terjadi, dan oleh karena itu dibutuhkan persiapan yang matang baik dari segi instrumen

maupun pasien. Evakuasi sebaiknya dilakukan pada saat pasien kooperatif dan bisa

dikendalikan, karena kegagalan pada percobaan pertama hanya akan membuat percobaan

berikutnya lebih sulit.8,9

Sebelum tindakan, dilakukan premedikasi dengan phenylephrine 0,5% untuk

mengurangi edema mukosa hidung dan semprotkan juga lidokain aerosol sebagai anestesi

lokal.1 NFB dapat dikeluarkan oleh klinisi yang berpengalaman dan yakin dapat

mengeluarkannya. Bila klinisi ragu untuk ekstraksi, sebaiknya tidak dipaksakan dan dirujuk

ke dokter spesialis THT secepatnya. Upaya pengeluaran benda asing yang berulang namun

tidak berhasil dapat menimbulkan trauma dan berpotensi mendorong benda asing semakin

dalam. Proses ekstraksi juga tidak boleh dilakukan dengan instrumentasi yang tidak optimal.

Proses pengeluaran dilakukan dalam sedasi adekuat jika pasien tidak kooperatif.8

2.7.1. Persiapan Pengeluaran8

- Persiapkan peralatan yang akan diperlukan untuk proses ekstraksi. Beberapa alat yang

diperlukan adalah lampu kepala, vasokonstriktor topikal, spekulum hidung, masker,

aligator, bayonet, pengait, kateter balon (fogarty biliary catheter), kuret, suction, dan

anestesia.

- Obat anestesia dan vasokonstriktor yang digunakan adalah beberapa tetes lidokain 1%

dan phenylephrine 0,5%.

Page 14: benda asing di hidung.doc

- Jika pasien tidak kooperatif, diberikan obat sedatif. Dalam suatu studi didapatkan

angka keberhasilan mencapai 95% untuk pasien yang tidak kooperatif.

- Pasien diposisikan dalam “sniffing position”, yaitu dengan supinasi dan sedikit

elevasi kepala.

2.7.2. Teknik Pengeluaran8,9

Terdapat beberapa teknik pengeluaran benda asing dalam hidung. Penggunaan salah

satu teknik disesuaikan dengan jenis benda asing, peralatan yang tersedia, dan kenyamanan

klinisi dalam melakukan teknik tersebut.

Untuk benda asing yang dapat terlihat dengan mudah, tidak bulat, tidak rapuh,

sebagian besar klinisi menggunakan instrumentasi langsung. Jika objek tidak mudah terlihat,

berbentuk bundar, atau tidak dapat dikeluarkan dengan instrumentasi langsung, digunakan

kateter balon. Untuk objek yang besar dan menyumbat, digunakan teknik tekanan positif.

1. Instrumentasi langsung/ Direct instrumentation

Teknik ini digunakan untuk mengeluarkan benda asing yang dengan mudah terlihat,

tidak bundar, dan tidak rapuh. Instrumen yang dapat digunakan adalah hemostats, forceps

alligator, dan bayonet. Benda asing yang bulat sulit dikeluarkan dengan teknik ini karena sulit

dijepit. Kesalahan minimal dapat mendorong benda asing lebih ke posterior. Sedangkan

benda asing yang rapuh sulit dikeluarkan dengan teknik ini karena mudah hancur.

Pengait11

Pengait digunakan untuk objek yang dengan mudah terlihat namun sulit untuk dijepit.

Pengait diletakkan di belakang benda asing kemudian dirotasikan sehingga pengait berada

pada sudut yang lebih di belakang dari objek. Objek kemudian ditarik keluar.

Page 15: benda asing di hidung.doc

Gambar 6. Pengait (hook) untuk mengambil benda asing di hidung

Gambar 7. Cara mengambil benda asing di hidung dengan menggunakan hook

Forsep berkait (bayonet atau aligator) bisa digunakan untuk mengambil benda asing.

Bila benda asing ukurannya kecil dan terletak dekat dengan nares anterior, maka bisa dengan

mudah diambil dengan menggunakan forsep. Namun benda asing yang besar, padat, halus,

dan bulat cenderung lebih sulit untuk diraih dan bisa terdorong lebih jauh ke dalam bila

menggunakan forsep.10

Page 16: benda asing di hidung.doc

Gambar 8. Hartman Alligator Forceps

Benda asing yang halus dan sulit untuk dikeluarkan dengan forsep dapat diekstraksi

dengan menggunakan Suction-tip catheter, misalnya Frazier. Ujung kateter secara perlahan

ditempatkan pada permukaan benda asing dengan port dari kateter tertutup oleh jempol untuk

memudahkan dalam proses menghisap.8

Gambar 9. Suction-tip catheter

Kateter balon

Kateter balon lebih ideal digunakan untuk objek yang kecil, bulat, yang tidak mudah

dijepit dengan instrumentasi langsung. Dapat digunakan kateter Foley atau kateter Fogarty

(#6 biliary atau #4 vascular). Kateter Fogarty lebih baik digunakan karena balonnya lebih

lembut dan secara teoretis tidak mudah ruptur

Meskipun terdapat banyak jenis kateter yang digunakan, teknik pengeluaran tetap

serupa. Pertama, balon diinspeksi dan kateter dilumuri dengan jeli lidokain 2%. Kemudian

dengan pasien yang sudah dalam posisi supinasi, kateter diinsersi melewati benda asing. Lalu

balon diinflasi dengan air atau udara (2 ml pada anak kecil dan 3 ml pada anak yang lebih

besar). Setelah dikembangkan, kateter lalu ditarik keluar sehingga mendorong benda asing

keluar.

Page 17: benda asing di hidung.doc

Gambar 10. Teknik pengambilan dengan Fogarty Catheter

Tekanan positif

Dilakukan untuk benda asing yang besar dan oklusif. Terdapat beberapa teknik

pengambilan benda asing dengan tekanan positif. Yang paling tidak invasif adalah dengan

ekshalasi paksa, dapat dilakukan dengan menutup lubang hidung yang tidak tersumbat benda

asing saat meniup paksa. Jika cara ini gagal, dapat dilakukan cara lain yaitu dengan bantuan

mulut orang tua atau bag valve mask.

Gambar 3. Bag Valve Mask

Dengan metode ini, terdapat penutup yang ketat di sekitar mulut pasien yang tidak

menutupi hidung. Lubang hidung yang tidak tersumbat lalu dioklusi. Kemudian udara dengan

kecepatan tinggi ditiupkan. Ketika menggunakan bag valve mask, digunakan maneuver

Sellick untuk mencegah infuslasi udara.

Page 18: benda asing di hidung.doc

Gambar 11. Maneuver Sellick

Gambar 12. Posisi tangan pada maneuver Sellick

Cara lain dengan teknik tekanan positif adalah dengan mengalirkan udara ke lubang

hidung yang tidak tersumbat benda asing dengan posisi mulut pasien tertutup. Dengan

metode ini, pasien dibaringkan dalam posisi miring dengan sisi tubuh yang terdapat benda

asing di hidungnya pada bagian bawah. Kemudian diberikan oksigen 10-15 ml pada hidung

yang tidak tersumbat (Beamsley Blaster).

Emfisema subkutan dan periorbital sering dilaporkan sebagai komplikasi yang sering

muncul karena menggunakan teknik tekanan positif ini. Namun, komplikasi ini biasanya

sembuh dengan sendirinya. Teknik tekanan positif juga menyebabkan barotrauma pada

Page 19: benda asing di hidung.doc

saluran napas, paru, dan membran timpani. Oleh karena itu, klinisi sebaiknya menghindari

penggunaan udara tekanan positif yang terlalu besar.

Suction digunakan untuk benda asing yang mudah dilihat, lembut, dan sferis. Ujung

suction ditempelkan pada objek kemudian suction digunakan pada tekanan 100-140 mmHg.

Gambar 13. Suction Frazier

Perekat digunakan untuk objek yang mudah terlihat, lembut, dan sferis, objek kering

dan tidak rapuh. Sebuah cyanoacrylate ditempatkan pada ujung aplicator. Kemudian ujung

aplicator ini ditekankan pada benda asing selama 60 detik lalu dikeluarkan. Teknik ini tidak

dapat dilakukan pada pasien yang tidak kooperatif karena perekat dapat menempel pada

mukosa hidung pasien.

Bila seluruh cara di atas tidak berhasil mengeluarkan benda asing, dipertimbangkan

untuk berkonsultasi dengan spesialis. Benda asing dapat dikeluarkan melalui orofaring

dengan anestesi general, intubasi endotrakeal, dan oklusi esofagus.

Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda

asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus. Tidak dianjurkan

mendorong benda asing ke nasofaring dengan tujuan agar masuk ke mulut, karena bisa masuk

ke laring dan jalan nafas bawah. Bila tidak ada alat yang sesuai sebaiknya segera dirujuk agar

benda asing tidak masuk semakin dalam.11

2.8 Komplikasi

Sinusitis

Acute otitis media

Nasal septal perforation

Periorbital cellulitis

Page 20: benda asing di hidung.doc

Meningitis

Acute epiglottitis

Diphtheria

Tetanus

2.9 Kompetensi

BAB III

ANALISIS KASUS

3.1 Klasifikasi Benda Asing di Hidung?

Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen sedangkan

yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen biasanya

masuk melalui hidung atau mulut.

Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair, atau gas. Benda asing eksogen

padat dapat berupa zat organik seperti kacang-kacangan dan tulang, ataupun zat anorganik

seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain sebagainya. Benda asing eksogen cair dapat berupa

benda cair yang bersifat iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.

Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah,

krusta, perkejuan, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, atau mekonium yang dapat

masuk ke dalam saluran napas bayi saat persalinan.

Page 21: benda asing di hidung.doc

3.2 Teknik Pengambilan Rinolith?

Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengeluarkan benda asing dari dalam

hidung, diantaranya adalah dengan menggunakan pengait (hook), Suction-tip catheter, dan

Balloon catheters. Kebanyakan benda asing pada hidung bisa diambil dengan mudah dan

aman oleh dokter umum. Kebutuhan untuk melaksanakan evakuasi yang darurat jarang

terjadi, dan oleh karena itu dibutuhkan persiapan yang matang baik dari segi instrumen

maupun pasien. Evakuasi sebaiknya dilakukan pada saat pasien kooperatif dan bisa

dikendalikan, karena kegagalan pada percobaan pertama hanya akan membuat percobaan

berikutnya lebih sulit.8,9

Page 22: benda asing di hidung.doc

Sebelum tindakan, dilakukan premedikasi dengan phenylephrine 0,5% untuk

mengurangi edema mukosa hidung dan semprotkan juga lidokain aerosol sebagai anestesi

lokal.1 NFB dapat dikeluarkan oleh klinisi yang berpengalaman dan yakin dapat

mengeluarkannya. Bila klinisi ragu untuk ekstraksi, sebaiknya tidak dipaksakan dan dirujuk

ke dokter spesialis THT secepatnya. Upaya pengeluaran benda asing yang berulang namun

tidak berhasil dapat menimbulkan trauma dan berpotensi mendorong benda asing semakin

dalam. Proses ekstraksi juga tidak boleh dilakukan dengan instrumentasi yang tidak optimal.

Proses pengeluaran dilakukan dalam sedasi adekuat jika pasien tidak kooperatif.8

2.7.1. Persiapan Pengeluaran8

- Persiapkan peralatan yang akan diperlukan untuk proses ekstraksi. Beberapa alat yang

diperlukan adalah lampu kepala, vasokonstriktor topikal, spekulum hidung, masker,

aligator, bayonet, pengait, kateter balon (fogarty biliary catheter), kuret, suction, dan

anestesia.

- Obat anestesia dan vasokonstriktor yang digunakan adalah beberapa tetes lidokain 1%

dan phenylephrine 0,5%.

- Jika pasien tidak kooperatif, diberikan obat sedatif. Dalam suatu studi didapatkan

angka keberhasilan mencapai 95% untuk pasien yang tidak kooperatif.

- Pasien diposisikan dalam “sniffing position”, yaitu dengan supinasi dan sedikit

elevasi kepala.

2.7.2. Teknik Pengeluaran8,9

Terdapat beberapa teknik pengeluaran benda asing dalam hidung. Penggunaan salah

satu teknik disesuaikan dengan jenis benda asing, peralatan yang tersedia, dan kenyamanan

klinisi dalam melakukan teknik tersebut.

Page 23: benda asing di hidung.doc

Untuk benda asing yang dapat terlihat dengan mudah, tidak bulat, tidak rapuh,

sebagian besar klinisi menggunakan instrumentasi langsung. Jika objek tidak mudah terlihat,

berbentuk bundar, atau tidak dapat dikeluarkan dengan instrumentasi langsung, digunakan

kateter balon. Untuk objek yang besar dan menyumbat, digunakan teknik tekanan positif.

2. Instrumentasi langsung/ Direct instrumentation

Teknik ini digunakan untuk mengeluarkan benda asing yang dengan mudah terlihat,

tidak bundar, dan tidak rapuh. Instrumen yang dapat digunakan adalah hemostats, forceps

alligator, dan bayonet. Benda asing yang bulat sulit dikeluarkan dengan teknik ini karena sulit

dijepit. Kesalahan minimal dapat mendorong benda asing lebih ke posterior. Sedangkan

benda asing yang rapuh sulit dikeluarkan dengan teknik ini karena mudah hancur.

Pengait11

Pengait digunakan untuk objek yang dengan mudah terlihat namun sulit untuk dijepit.

Pengait diletakkan di belakang benda asing kemudian dirotasikan sehingga pengait berada

pada sudut yang lebih di belakang dari objek. Objek kemudian ditarik keluar.

Gambar 6. Pengait (hook) untuk mengambil benda asing di hidung

Page 24: benda asing di hidung.doc

Gambar 7. Cara mengambil benda asing di hidung dengan menggunakan hook

Forsep berkait (bayonet atau aligator) bisa digunakan untuk mengambil benda asing.

Bila benda asing ukurannya kecil dan terletak dekat dengan nares anterior, maka bisa dengan

mudah diambil dengan menggunakan forsep. Namun benda asing yang besar, padat, halus,

dan bulat cenderung lebih sulit untuk diraih dan bisa terdorong lebih jauh ke dalam bila

menggunakan forsep.10

Gambar 8. Hartman Alligator Forceps

Benda asing yang halus dan sulit untuk dikeluarkan dengan forsep dapat diekstraksi

dengan menggunakan Suction-tip catheter, misalnya Frazier. Ujung kateter secara perlahan

ditempatkan pada permukaan benda asing dengan port dari kateter tertutup oleh jempol untuk

memudahkan dalam proses menghisap.8

Page 25: benda asing di hidung.doc

Gambar 9. Suction-tip catheter

Kateter balon

Kateter balon lebih ideal digunakan untuk objek yang kecil, bulat, yang tidak mudah

dijepit dengan instrumentasi langsung. Dapat digunakan kateter Foley atau kateter Fogarty

(#6 biliary atau #4 vascular). Kateter Fogarty lebih baik digunakan karena balonnya lebih

lembut dan secara teoretis tidak mudah ruptur

Meskipun terdapat banyak jenis kateter yang digunakan, teknik pengeluaran tetap

serupa. Pertama, balon diinspeksi dan kateter dilumuri dengan jeli lidokain 2%. Kemudian

dengan pasien yang sudah dalam posisi supinasi, kateter diinsersi melewati benda asing. Lalu

balon diinflasi dengan air atau udara (2 ml pada anak kecil dan 3 ml pada anak yang lebih

besar). Setelah dikembangkan, kateter lalu ditarik keluar sehingga mendorong benda asing

keluar.

Gambar 10. Teknik pengambilan dengan Fogarty Catheter

Page 26: benda asing di hidung.doc

Tekanan positif

Dilakukan untuk benda asing yang besar dan oklusif. Terdapat beberapa teknik

pengambilan benda asing dengan tekanan positif. Yang paling tidak invasif adalah dengan

ekshalasi paksa, dapat dilakukan dengan menutup lubang hidung yang tidak tersumbat benda

asing saat meniup paksa. Jika cara ini gagal, dapat dilakukan cara lain yaitu dengan bantuan

mulut orang tua atau bag valve mask.

Gambar 3. Bag Valve Mask

Dengan metode ini, terdapat penutup yang ketat di sekitar mulut pasien yang tidak

menutupi hidung. Lubang hidung yang tidak tersumbat lalu dioklusi. Kemudian udara dengan

kecepatan tinggi ditiupkan. Ketika menggunakan bag valve mask, digunakan maneuver

Sellick untuk mencegah infuslasi udara.

Gambar 11. Maneuver Sellick

Page 27: benda asing di hidung.doc

Gambar 12. Posisi tangan pada maneuver Sellick

Cara lain dengan teknik tekanan positif adalah dengan mengalirkan udara ke lubang

hidung yang tidak tersumbat benda asing dengan posisi mulut pasien tertutup. Dengan

metode ini, pasien dibaringkan dalam posisi miring dengan sisi tubuh yang terdapat benda

asing di hidungnya pada bagian bawah. Kemudian diberikan oksigen 10-15 ml pada hidung

yang tidak tersumbat (Beamsley Blaster).

Emfisema subkutan dan periorbital sering dilaporkan sebagai komplikasi yang sering

muncul karena menggunakan teknik tekanan positif ini. Namun, komplikasi ini biasanya

sembuh dengan sendirinya. Teknik tekanan positif juga menyebabkan barotrauma pada

saluran napas, paru, dan membran timpani. Oleh karena itu, klinisi sebaiknya menghindari

penggunaan udara tekanan positif yang terlalu besar.

Suction digunakan untuk benda asing yang mudah dilihat, lembut, dan sferis. Ujung

suction ditempelkan pada objek kemudian suction digunakan pada tekanan 100-140 mmHg.

Gambar 13. Suction Frazier

Page 28: benda asing di hidung.doc

Perekat digunakan untuk objek yang mudah terlihat, lembut, dan sferis, objek kering

dan tidak rapuh. Sebuah cyanoacrylate ditempatkan pada ujung aplicator. Kemudian ujung

aplicator ini ditekankan pada benda asing selama 60 detik lalu dikeluarkan. Teknik ini tidak

dapat dilakukan pada pasien yang tidak kooperatif karena perekat dapat menempel pada

mukosa hidung pasien.

Bila seluruh cara di atas tidak berhasil mengeluarkan benda asing, dipertimbangkan

untuk berkonsultasi dengan spesialis. Benda asing dapat dikeluarkan melalui orofaring

dengan anestesi general, intubasi endotrakeal, dan oklusi esofagus.

Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda

asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus. Tidak dianjurkan

mendorong benda asing ke nasofaring dengan tujuan agar masuk ke mulut, karena bisa masuk

ke laring dan jalan nafas bawah. Bila tidak ada alat yang sesuai sebaiknya segera dirujuk agar

benda asing tidak masuk semakin dalam.11

3.3 Bagaimana bisa menjadi rinolith?

Patogenesis rhinolith masih belum sepenuhnya diketahui dengan jelas. Terdapat

empat kondisi yang memicu pembentukan rhinolith yang dapat diakui dan diterima umum:

1.Benda asing masuk ke dalam hidung dan menimbulkan radang akut atau kronik dari

mukosa hidung diikuti dengan pembentukan pus .

2.Benda asing yang membusuk di dalam rongga hidung memiliki kandungan tinggi

kalsium dan / atau magnesium .

3.Ada obstruksi mekanikal yang memblokir pus dan lendir keluar dari rongga hidung.

4. Ada pajanan arus udara supaya pus dan secret bisa terkonsentrasi dan garam mineral

dapat mengendap dan dengan demikian akan membentuk selubung pengkapuran.

Page 29: benda asing di hidung.doc

Patofisiologi benda asing dalam hidung:1

Benda asing yang masuk di hidung

Kerusakan pada rongga hidung dan struktur sekitarnya

Menyebabkan terjadinya peradangan lokal yang dapat mengakibatkan nekrosis tekanan

Terjadi ulserasi pada mukosa dan erosi ke pembuluh darah sehingga muncul epistaksis

Terjadi obstruksi pada drainase sinus

Terjadi sinusitis sekunder

Benda asing yang tidak dikenali dalam waktu tertentu akan dilapisi dengan kalsium, magnesium, fosfat atau karbonat dan akhirnya membentuk rinolith. Benda asing organik pula cenderung untuk membengkak dan biasanya lebih

banyak gejala yang muncul berbanding benda asing non-organik.