Benarkan nabi miskin ppt
-
Upload
bachtiar-idris -
Category
Documents
-
view
305 -
download
0
Transcript of Benarkan nabi miskin ppt
International Class
Salatiga State Institute for Islamic Studies
Oleh: Agus Zainuri (11211019)Idris Bahtiar (11211020)
Benarkan Nabi Muhammad SAW Miskin? Pertama, Nabi Muhammad disebut sebagai orang
yang miskin.
Kedua, Nabi Muhammad diklaim sebagai orang yang ummi (tidak mampu membaca dan menulis).
A. Nabi yang miskin Benarkan Nabi Muhammad SAW orang miskin? Tentu tidak ada yang tahu
pasti berapa sebenarnya kekayaan Nabi Muhammad SAW sebelum
menikah dengan Khadijah. Sebelum menikah, Nabi adalah pekerja keras
dan tangguh. Beliau pernah menjadi seorang penggembala kambing dan
juga sebagai mudharib yang melakukan kerjasama bisnis dengan sahib al-
mal; Khadijah al-Kubra. Sulit diterima akal jika Nabi Muhammad tidak
memiliki harta dari usaha-usaha yang dilakukannya. Yang jelas ketika
Nabi melamar Khadijah, jumlah mahar yang diserahkannya adalah 20
ekor unta muda di tambah dengan 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah
mahar yang cukup besar jika dikonversi ke mata uang saat ini. Andai Nabi
miskin, mungkinkah Nabi dapat membayar mahar yang sedemikian besar?
Jika Nabi Muhammad SAW adalah orang kaya, sebenarnya tidak ada
yang mengherankan di sini. Sebagaimana yang dicatatkan oleh Ali
Syu‟aibi -lalu dikutip Syafi‟i Antonio di dalam bukunya, Super Leader
Super Manager- tampak bahwa ada beberapa sumber pendapatan
Nabi Muhammad SAW; Pertama, dari harta yang dijadikan Allah
SWT sebagai fai‟ (harta yang ditinggalkan musuh) untuk Rasul dan
kaum muslimin tanpa harus melewati pertempuran. Banyak contoh
sejarah, misalnya Yahudi yang meninggalkan hartanya dengan
konvensasi keselamatan dari Islam ketika mereka meninggalkan
Madinah. Kedua, al-shafi harta yang dipilih Rasul dari harta ghanimah
(harta hasil rampasan perang) sebelum dibagikan kepada tentara
Islam. Ketiga, al-sahm yaitu beberapa bagian di luar seperlima yang
merupakan hak Rasul sebagaimana yang diamanatkan Al-Qur‟an.
B. Memaknai Kekayaan Tidak berlebihan jika disebut Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin
yang “kaya”. Di samping fakta-fakta yang telah diberikan oleh Syu‟aibi di
atas, ajaran Islam tentang ekonomi juga dapat menjadi bukti betapa
menjadi kaya sebagaimana Nabi Muhammad SAW, adalah sebuah
keniscayaan. Lihat saja dalam mu‟amalah Islam, ajaran ekonominya tetap
bermuara pada pemberdayaan orang miskin, apakah lewat institusi
mudharabah, musyarakah, qardh, ataupun lewat institusi karitatif lainnya
seperti zakat, infaqa, sadaqah, waqf, hadiah, hibah dan lainnya. Intinya
dari sisi ajaran, Islam mendorong ummatnya untuk menjadi orang kaya,
dan Nabi adalah contoh ideal dalam hal ini.
“Imam Ibnul Atsir di kitabnya An-Nihaayah fi Gharibil Hadits
mengatakan: Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan Miskin” Yang
dikehendaki dengannya ialah : Tawadlu‟ dan Khusyu‟, dan supaya tidak
menjadi orang-orang yang sombong dan takabur .
Dari abu hurairah ra, dari nabi saw, beliau bersabda; tidak disebut kaya
karena banyak hartanya, tetapi yang disebut kaya yang sebenarnya
adalah kekayaan jiwa (HR Bukhari dan Muslim).
Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun
kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR.
Bukhari dan Muslim). Bukhari membawakan hadits ini dalam Bab
“Kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan hati (hati yang selalu merasa
cukup).”
C. Kaya ala Para Sahabat Nabi Muhammad SAW.1. Kekayaan Umar bin Khattab ra:
a. Mewariskan 70.000 properti (ladang pertanian) seharga @ 160juta (total Rp 11,2
Triliun)
b. Cash flow per bulan dari properti = 70.000 x 40 jt = 2,8 Triliun/ tahun atau 233
Miliar/bulan.
c. Simpanan = hutang dalam bentuk cash
2. Kekayaan Utsman bin „Affan ra:
a. Simpanan uang = 151 ribu dinar plus seribu dirham.
b. Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar.
c. Beberapa sumur senilai 200 ribu dinar (Rp 240 M).
3. Kekayaan Zubair bin Awwam ra:
a. 50 ribu dinar.
b. 1000 ekor kuda perang.
c. 1000 orang budak.
4. Kekayaan Abdurrahman bin Auf ra:
a. Melebihi seluruh kekayaan sahabat.
b. Dalam satu kali duduk, pada masa Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf
berinfaq sebesar 64 Milyar (40 ribu dinar).
5. Pada masa Umar bin Khattab ra (10 tahun bertugas):
a. Mu‟adz bin Jabal menuturkan di Yaman sampai kesulitan menemukan seorang miskin
pun yang layak diberi zakat (Al-Amwal, hal 596).
b. Mampu menggaji guru di Madinah masing-masing 15 dinar atau +/- 18 juta/bulan
(Ash-Shinnawi, 2006).
6. Pada masa Umar bin Abdul Azis ra (3 tahun bertugas):
a. Yahya bin Sa‟id (petugas zakat) berkata, “Ketika hendak membagikan zakat, saya
tidak menjumpai seorang miskin pun. Umar bin Abdul Azis telah menjadikan setiap
individu rakyat pada waktu itu berkecukupan”. (Ibnu Abdil Hakam, siroh Umar bin
Abdul Azis, hal 59).
b. Surat Gubernur Bashrah, “Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri
khawatir mereka akan menjadi takabbur dan sombong.” (Al-Amwal, hal 256).
Kesimpulan
Hidup kaya marupakan sebuah pilihan, sebagian ahli filsafat
berpendapat, jika kaya di dunia, maka akan miskin di akhirat.
Sebaliknya, jika miskin didunia, akan kaya di akhirat. Diibaratkan
1+9=10, 2+8=10, 3+7=10, 4+6= 10, 5+5= 10, 6+4=10, 7+3=10, 8+2=10 dan
9+1=10.
Nabi muhammad sendiri adalah orang yang kaya, terbukti dengan ketika
Nabi melamar Khadijah, jumlah mahar yang diserahkannya adalah 20
ekor unta muda di tambah dengan 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah
mahar yang cukup besar jika dikonversi ke mata uang saat ini. Andai
Nabi miskin, mungkinkah Nabi dapat membayar mahar yang sedemikian
besar?