file · Web viewpengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia seutuhnya, ... Maka...
Transcript of file · Web viewpengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia seutuhnya, ... Maka...
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan dan ilmu pengetahuan yang
mengajarkan manusia dengan bahasanya yang lemah lembut, balaghoh yang
indah, sehingga al-Qur’an membawa dimensi baru terhadap pendidikan dan
berusaha mengajak para ilmuwan untuk menggali maksud kandungannya agar
manusia lebih dekat kepada-Nya. Petunjuk pendidikan dalam al-Qur’an tidak
terhimpun dalam kesatuan pragmen tetapi ia diungkapkan dalam berbagai ayat
dan surat al-Qur’an, sehingga untuk menjelaskannya perlu melalui tema-tema
pembahasan yang relevan dan ayat-ayat yang memberikan informasi-informasi
pendidikan yang dimaksud. Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan
dengan (1) rancangan atau buram surat tersebut. (2) Ide atau pengertian yang
diabstrakkan dari peristiwa konkrit (3) gambaran mental dari objek, proses
ataupun yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal- hal lain.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut Mohamad Natsir adalah suatu
pimpinan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan kelengkapan arti
kemanusiaan dengan arti sesungguhnya (Mohamad Natsir, 1954: 87). Menurut
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 ayat 1, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU
Sisdiknas no. 20 th. 2003). Kemudian pengertian pendidikan Islam antara lain
menurut Dr. Yusuf Qardawi sebagaimana dikutip Azyumardi Azra memberi
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
pengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia seutuhnya, akal dan
hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan
Islam menyiapkan manusia untuk hidup dan menyiapkan untuk menghadapi
masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis pahitnya
(Azyumardi Azra, 2000: 5) Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar
Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan
Islam sebagai: “bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut
ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan
mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”(Muzayyin Arifin, 2003: 15).
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan di Indonesia memang menghadapi problematika yang
sangat kompleks dan menuntut pembenahan yang seksama. Namun demikian,
memvonis bahwa pendidikan di tanah air gagal total, tidaklah adil. Apa lagi, vonis
kegagalan pendidikan tersebut dengan membandingkan semisal Singapura,
Malaysia, Vietnam, atau negara-negara lainnya.
Pakar pendidikan yang juga Rektor Universitas Siliwangi Tasikmalaya,
Prof. Dr. Numan Soemantri mengatakan, "Indonesia memiliki banyak persoalan
pendidikan, namun Indonesia mempunyai problematika pendidikan yang berbeda
dengan negara-negara lain, baik dilihat dari sejarah lahirnya bangsa ini, luasnya
wilayah, dan besarnya jumlah penduduk. Maka memvonis kegagalan pendidikan
di Indonesia dengan parameter negara lain tidak adil (Sutomo dalam Pikiran
Rakyat: 25 November 2005). Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu,
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
jika proses belajarmengajar berlangsung secara menarik dan menantang, sehingga
peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang
berkelanjutan.
Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang
bermutu dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan pendidikan yang
bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan
yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan
kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan sumber
daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian
sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan
manajemen pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya pendidikan.
Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya
merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya. Faktafakta dilapangan
ditemukan sistem pengelolaan anak didik masih menggunakan cara-cara
konvensional dan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang
sempit dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta
didik. Padahal Kreativitas disamping bermanfaat untuk pengembangan diri anak
didik juga merupakan kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu
kebutuhan paling tinggi bagi manusia.
Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah,
membuat dugaan tentang kekurangan, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis,
kemudian mengubahnya dan mengujinya lagi sampai pada akhirnya
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
menyampaikan hasilnya. Dengan adanya kreativitas yang
diimplementasikandalam sistem pembelajaran, peserta didik nantinya diharapkan
dapat menemukan ide-ide yang berbeda dalam memecahkan masalah yang
dihadapi sehingga ide-ide kaya yang progresif dan divergen pada nantinya dapat
bersaing dalam kompetisi global yang selalu berubah (Rahardi dalam Suara
Merdeka: 30 April 2006).
Di zaman yang sudah modern ini, pendidikan juga masih dianggap sebagai
kekuatan utama dalam komunitas sosial untuk mengimbangi laju berkembangnya
ilmu dan teknologi. Persepsi masyarakat ini kiranya telah mampu memobilisasi
kaum cerdik cendikia untuk selalu merespon secara stimulan terhadap
perkembangan dan sistem pendidikan berikut unsur-unsur
yang terkait yang berpotensi positif bagi keberhasilan pendidikan (A. Malik
Fadjar, 2005: v). Secara sosiologis pendidikan selain memberikan amunisi
memasukimasa depan, ia juga memiliki hubungan dialektikal dengan tranformasi
social masyarakat. Transformasi pendidikan selalu merupakan hasil dari
trasformasi sosial masyrakat, dan begitupun sebaliknya. Berbagai pola dan corak
system pendidikan menggambarkan corak dari tradisi dan budaya sosial
masyarakat
yang ada. Maka hal yang paling mendasar yang perlu diperhatikan adalah suatu
sistem pendidikan dibangun guna melaksanakan “amanah masyarakat” untuk
menyalurkan angota-anggotanya ke posisi-posisi tertentu. Artinya, suatu sistem
pendidikan bagaimanapun harus mampu menjadikan dirinya sebagai mekanisme
alokasi posisional bagi civitas akademika untuk memasuki masa depannya.
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
Banyak usaha telah dilakukan oleh para pemikir, praktisi dan pelaku
pendidikan untuk mengkonstruksinya sebagai amunisi memasuki masa depan.
Dalam konteks ini kiranya nama A. Malik Fadjar bisa dinyatakan sebagai salah
seorang pakar dan sekaligus praktisi pendidikan di negri ini, gagasangagasannya
dan kebijakan-kebijakannya selalu mendapat respon positif bagi
kemajuan pendidikan. Intelektualitas dan kapabilitasnya dibidang pendidikanbisa
dilihat dari sejarah hidup yang diabdikannya pada lembaga-lembaga pendidikan
yang dipimpinnya sehingga mencapai kualifikasi academic exellence dan
kompetitif advantage di era global (A. Malik Fadjar, 2005: 3).
Pemikiran beliau yang prinsip tentang pendidikan Islam yaitu mengenai
bagaimana mengenalkan pendidikan yang betul-betul mampu menggambarkan
integrasi keilmuan. Yaitu melakukan dekonstruksi terhadap realitas keilmuan
yang bersifat dualisme-dikotomis. Dengan pertimbangan di atas maka penulis
menjadikan A. Malik Fadjar sebagai tokoh utama dalam penulisan skripsi ini yang
diberi judul: Konsep Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fajar.
Konsep Pendidikan Islam
Konsep merupakan suatu kenyataan empiris yang diabstraksikan, atau
kesan mental, suatau pemikiran, ide, suatu gagasan yang mempunyai derajat
kekongkretan atau abstraksi yang digunakan pikiran abstrak, sedang menurut
Kamus Bahasa Indonesia (1995: 520) adalah gambaran mental dari obyek, proses
ataupun yang di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-
hal lain. Sedangkan Konsep pendidikan Islam yaitu suatu ide atau gagasan
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
untuk menciptakan manusia yang baik dan bertakwa yang menyembah Allah
dalam arti yang sebenarnya, yang membangun struktur pribadinya sesuai dengan
syariah Islam serta melaksanakan segenap aktifitas kesehariannya sebagai wujud
ketundukannya pada Tuhan. Dengan cara menanamkan nilai-nilai fundamental
Islam kepada setiap Muslim terlepas
dari disiplin ilmu apapun yang akan dikaji (Fatih Syuhud dalam Sidogiri.com).
Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang
mendasari sekelas sesuatu objek”,dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut
juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu (A.S. Hornby,
A.P. Cowie (Ed), 1974: 174).
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
Metode dalam pendidikan islam merupakan suatu metode yang khas dan
tersendiri, baik dari segi alat-alat maupun segi tujuan-tujuannya, dengan suatu
bentuk yang nyata dan menarik perhatian serta membangkitkan minat untuk
memiliki sumber ideologinya yang khas dalam perjalanan sejarah. Ruang lingkup
dan keleluasaan system pendidikan islam tidak boleh keluar dari keterpaduan
tujuan dan cara. Didalam sistem pendidikan islam terdapat satu cara dan satu
tujuan untuk dapat menyatukan kepribadian yang pecah untuk dapat mencapai
satu tujuan yang lurus dan bulat. Inilah keistimewaan dari sistem pendidikan islam
yang berbeda dengan sistem pendidikan buatan manusia yang pada umumnya
memiliki tujuan yang relatif sama meskipun alat-alat yang digunakan untuk
memenuhi tujuan tersebut berbeda-beda sesuai dengan pengaruh lingkungan dan
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
kondisi sejarah, sosial, politik dan sebagainya. Berdasarkan beberapa pengertian
diatas, terdapat perbedaan antara pengertian pendidikan secara umum dengan
pendidikan Islam. Pendidikan secara umum merupakan proses pemindahan nilai-
nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perbedaan tersebut dalam
hal nilai-nilai yang dipindahkan (diajarkan). Dalam pendidikan Islam, nilai-nilai
yang dipindahkan berasal dari sumber-sumber nilai Islam yakni Al-Qur’an, Sunah
dan Ijtihad.
Sistem pendidikan buatan manusia pada umumnya bermuara dalam suatu tujuan
pendidikan yaitu membentuk “ nasionalisme sejati “. Sedangkan islam, tidak mengurung
dirinya pada batas-batas yang sempit itu dan tidak hanya berusaha membentuk “
nasionalis sejati “ akan tetapi berusaha untuk mewujudkan suatu tujuan yang lebih besar
dan menyeluruh, yaitu membentuk “ manusia sejati”.
Islam dalam membentuk manusia yang baik itu tidak membiarkan manusia berada
dalam kebimbangan dan terus menerus berjalan didalam kegelpan, dimana masing-
masing membentuk dirinya menurut kemauannya sendiri. Akan tetapi islam menetapkan
ciri-ciri manusia secara cermat dan jelas, serta menggaris strategi yang dapat
mengantarkan mereka untuk mencapai tujuan itu.
CIRI – CIRI KHAS SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
Metodologi islam dalam melakukan pendidikan adalah dengan melakukan
pendidikannya menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang
tertinggal dan terabaikan sedikit pun, baik segi jasmani maupun rohani, baik
kehidupannya secara fisik maupun secara mental, dan segala kegiatannya di bumi
ini.
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa
yang terdapat di dalam dirinya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah SWT
kepadanya, tidak ada sedikitpun yang diabaikan dan tidak memaksakan apapun
selain apa yang dijadikan sesuai dengan fitrahnya.
Islam mengakui wujud manusia secara utuh, tanpa mengurangi nilainya dan
merusk kemampuannya sedikit pun. Islam mengakui kebutuhan-kebutuhan
spiritual wujud manusia beserta segala daya yang terkandung didalamnya. Islam
memberikan segala yang diperlukannya seperti akidah, nilai-nilai dan harga diri,
dan menyokong daya-daya yang ada padanya untuk memperbaiki eksistensi
mental dan kejelekan-kejelekan yang terdapat dalam masyarakat.
Islam tidak hanya menonjol dalam memperhatikan semua segi eksistensi
manusia dan tidak mengabaikan sedikit pun berbagai macam daya yang terdapat
didalamnya. Tetapi yang paling menonjol adalah bahwa islam sejalan dengan
fitrah dalam hal-hal yang lebih jauh dari itu.
Islam disamping yakin akan adanya banyak segi manusia yaitu jasmani, akal
dan rohaninya dengan berbagi kebutuhan daya setiap segi itu, meyakini pula
kesatuan dan keterpaduan wujud manusia tersebut dan tidak mungkin dipisah-
pisahkan satu dengan yang lain. Fitrah manusia berjalan menurut garis yang telah
diciptkan Allah SWT. Dengan demikian jasmani, akal dan roh yang ada dalam
diri manusia tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan. Roh, akal dan tubuh,
ketiganya membentuk satu wujud yang utuh, yang disebut manusia, semuanya
berinteraksi secara utuh. Islam mengikuti aliran fitrah yang ada dan meyakini
bahwa ada saling keterikatan antra unsur-unsur tersebut. Dengan demikian maka
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
islam tidak setuju adanya pemisahan salah satu unsur dari unsur yang lain atau
menonjolkan satu unsur dengan menekan sama sekali unsur-unsur yang lain.
PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam
perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan
peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena
adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Bantuan dan
bimbingan yang diberikan oleh pendidik sangat dipengaruhi oleh pandangan
pendidik itu sendiri terhadap peserta didik. Dalam hal ini anak ( peserta didik )
merupakan sarana dalam proses pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangannya yang dialami oleh peserta didik sangat
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor pembawaan ( warisan ), faktor lingkungan
dan faktor kematangan ( internal ). Dalam proses perkembangan seseorang, ada
beberapa aliran yang menjelaskan tentang teori perkembangan, antara lain :
1. Aliran Nativisme.
Dalam aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu
ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan
tidak berpengaruh apa-apa ( Arthur Sckonenhauer : 1788 – 1860 ). Faktor
pembawaan ini bersifat kodrati dari lahir dan tidak dapat diubah oleh
pengaruh alam sekitar. Faktor inilah yang akan membentuk kepribadian
manusia.
2. Aliran Empirisme
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
Pada aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu semata-
mata tergantung pada lingkngan dengan pengalaman pendidikannya ( John
Locke ).
3. Aliran Konvergensi
Aliran ini adalah gabungan antara aliran empirisme dengan aliran
nativisme. Didalamnya menggabungkan arti penting hereditas
( pembawaan ) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perkembangan pribadi seeorang adalah hasil proses kerjasama dua factor :
warisan dan lingkungan. Aliran ini dikembangkan oleh Louis William Stern
( 0031871 – 1938 ).
Dalam proses perkembangan manusia, islam memiliki konsep-konsep
yang menjelaskan proses tersebut secara gamblang. Konsep-konsep tersebut
antara lain :
a. Konsep fitrah dalam diri manusia.
Fitrah merupkan suatu ketetapan Tuhan bagi setip makhluk-
Nya. Tujuan dan jalan hidup manusia ditentukn oleh Allah SWT, hal
ini disebut “ Hidayah Amah Ilahiyah “. Petunjuk yang ditentukan oleh
Allah SWT tidak pernah menyesatkan dan keliru dalam menuntun
makhluknya untuk menenpuh jalan perkembangannya. Dalam Al-
Qur”an, secara fitrah manusia dijelaskan terdiri dari dua bagian : kulit
dan isi. Bentuk fisik adalah kulit, sedangkan akal adalah isi. Akal yang
dalam terjemahan Al-Qur’an disebut al-a”ql dalah potensi dan
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
substansi dalam diri manusia yang dirinya berlangsung beberapa
proses olah pikir, seperti berpikir, mengingat, mengambil iktibar dan
sebagain
b. Konsep warisan dan Bi’ah ( lingkungan )
Konsep ini menerangkan bahwa keadan manusia saat ini
merupakan pembwaan sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya.
Selain faktor bawaan, perkembangan manusia juga sangat ditentukan
oleh keadaan lingkungan.
Pendidikan
Pendidikan sebagaimana yang dimaksudkan Maskawaihi diisyaratkannya
dalam kalimat kitab Tahzibul Akhlak ialah terwujudnya pribadi susila, berwatak
yang lahir dari perilaku perilaku luhur, atau katakanlah berbudi pekerti mulia. Dan
budi (jiwa/watak), lahir pekerti (perilaku) yang mulia. Untuk mencapai cita-cita
ini haruslah melalui pendidikan dan untuk melaksanakan pendidikan perlu
mengetahui watak manusia atau budi pekerti manusia.
a. Apakah Watak itu Dapat di Didik?
Tentang at Khuluq (watak) itu ialah suatu kondisi jiwa yang mendorong
untuk melahirkan tingkah laku tanpa pikir dan pertimbangan (tingkah laku
spontan). Kondisi ini terbagi dua. Ada yang alami pada dasarnya dinamakan
Mijaz (temperament) seperti sifat pada seorang manusia yang mudah
terpengaruh/bereaksi oleh suatu hal yang sederhana. Umpamanya dia jadi
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
marah disebabkan suatu faktor yang kecil, atau jadi takut sebab yang sederhana
dan lain-lain seperti mudah kaget karena dengan suara gemerisik, mudah sedih,
mudah senang, mudah tertawa disebabkan hal perangsang yang sederhana.
Watak seorang yang diperoleh dari kebiasaan atau latihan yang berulang-ulang,
pada mulanya perilaku itu disertai kesengajaan atau pikiran kemudian
berkelanjutan berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan atau watak. Karena itu
kata Maskawaih para ahli zaman dahulu berbeda pendapat. Sebagian mereka
mengatahui bahwa watak itu tertentu bagi kekuatan jiwa selain kekuatan jiwa
natiqah. Sebagian lain mengatakan watak itu alami tak dapat berubah.
Sebagian lain mengatakan bahwa tak satupun watak itu yang alami.
Kemudian Maskawaihi mengemukakan pendapat golongan
Ruwwaqiyyun (Stoicism), Jalinus (Galiean 131-201 SM) dan Aristoteles
tentang watak manusia. Golongan Ruwwaqiyyun berpendapat bahwa watak itu
dasamya baik, kemudian karena pengaruh pergaulan watak yang baik itu
menjadi buruk. Sedangkan Jalinus berpendapat bahwa sebagian untuk manusia
pada dasarnya (alami) jahat, sebagian lagi dasarnya baik, diantara mereka ada
pula dasar wataknya tengah-tengah antara baik dan buruk. Mereka yang
wataknya baik alami sedikit, mereka tidak akan berubah menjadi buruk.
Sedangkan mereka yang wataknya alami buruk banyak, mereka tidak akan
berubali menjadi baik. Mereka yang wataknya berada di tengah-tengah di
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
antara baik dan buruk dapat berubah menjadi baik jika mendapat pengaruh
temperamen hanyalah sedikit sekali, karena dalam temperamen terdapat unsur-
unsur yang tidak dapat dipengaruhi kemauan. Adapun watak adalah keadaan
atau konstitusi jiwa yang dalam perbuatan perbuatannya. Watak bergantung
kepada pembawaan dan lingkungan hidup (Pergaulan hidup, pendidikan). Jadi,
watak bergantung kepada kekuatan dari dalam dan dan luar. Begitulah karakter
(watak) lebih luas dari temperamen. Temperamen terdapat dalam karakter.
Karakter dapat diubah dan dididik. (bigot, 1957: 18)
b. Respons Individu terhadap Pendidikan
Ibnu Maskawaih mengemukakan bahwa manusia dalam menerima
pendidikan bermacam-macam tingkatan. Hal demikian mudah disaksikan pada
anak-anak, karena watak mereka nampak wajar sejak mula perkembangan,
terbuka apa adanya tidak diselubungi oleh pikiran-pikiran dan pertimbangan-
pertimbangan sebagaimana halnya orang dewasa yang memahami apa yang
buruk bagi dirinya lalu ditutup-tutupinya dengan bermacam-macam tipu
muslihat dengan perbuatan-perbuatan yang berlawanan dengan perangainya
itu.
Tanggung jawab orang tualah pelaksanaan pendidikan agama ini dengan
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
pelbagai upaya, kalau perlu mempergunakan ancaman hukuman sampai
mereka terbiasa hidup beragama.(Ibmu maskaihi:3)
c. Metode Alami dalam Pendidikan
Setelah menguraikan perbedaan individual manusia dan diperlukannya
pendidikan untuk membina perkembangan individual itu, Maskawaih
kemudian mengemukakan penggunaan thariqun thab‘iyyun (metode alamiah)
dalam mendidik. Dalam tertib pelaksanaan pendidikan budi pekerti dengan
cara langkah demi langkah sampai pada kesempurnaan terakhir, manusia
mempunyai metode alaminya yang menyerupai perilaku alam.
Metode alamiah itu bertolak dari pengamatan terhadap potensi potensi insani.
Mana yang muncul lahir lebih dahulu, maka pendidikan diarahkan kepada
pemenuhan kebutuhan potensi yang lahir lebih dulu itu, kemudian kepada
potensi berikutnya yang lahir sesuai dengan hukum alam. Potensi yang muncul
pertama kali adalah gejala umum yang ada pada tingkat kehidupan hayawani
dan nabati, kemudian terus menerus lahir suatu gejala khusus yang berbeda
dengan gejala potensi macam lain sampai menjadi tingkat kehidupan insani.
d. Fungsi Pendidikan
1) Memanusiakan Manusia
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
Setiap makhluk hidup didunia mempunyai kesempurnaan khusus dan
perilaku yang spesifik baginya yang tidak ada makhluk lain yang rnenyertainya
pada perilaku itu. Maka manusia di antara segala makhluk yang ada
mempunyai sendiri perilaku khusus yang tidak ada makhluk lain yang
bersukutu dengan dia pada perbuatan/penilakunya itu, yaitu segala perilaku
yang lahir dari pertimbangan nalar akal pikirannya. Karena itu, siapa yang
pertuimbangannya paling jernih, penalarannya paling benar, keputusannya
paling tepat, dialah orang yang paling sempurna martabat kemanusiannya.
Sempurna halnya sebilah pedang yang melahirkan perilaku yang khas dengan
bentuknya yang karenanya pedang itu diciptakan, maka pedang yang paling
utama adalah yang paling tajam. Dengan ketajaman itu dia melaksanakan
perannya sebagai tanda kesempurnaan. Kuda pacuan yang paling utama adalah
yang paling kencang larinya, paling cepat mengerti komando jokinya. Manusia
juga demikian bahwa manusia yang paling utama adalah orang paling mampu
menunjukkan perilaku yang khas padanya dan yang paling teguh berpegang
kepada syarat-syarat substansinya (daya pikir) yang membedakan dia dengan
makhluk lainnya. Maka, kewajiban yang tidak diragukan lagi ialah berbuat
kewajiban yang merupakan kesempurnaan manusia yang untuk itu mereka
diciptakan dan agar mereka berupaya sungguh-sungguh untuk sampai pada
kebajikan (al-khairat) itu dengan agar manusia menghindari
kejahatankejahatan (as-syurur) yang menghambat mereka sampai kepada
kebaikan itu. Maka jika seekor kuda pacuan urung dari kesempurnaannya,
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
tidak lagi menampakkan perilaku-perilaku yang baginya yang menjadi
akhwalnya yang paling utama, maka jatuhlah martabatnya darisebagai kuda
pacuan ke martabat keledai. Sama halnya manusia bilamana perilaku yang
dilahirkannya menyimpang dan pertimbangan nalar/pikiran jatuhlah ke
martabat hayawaniyah.(Ibid : 5-6)
Kewajiban pendidikan sebagai ilmu yang mulia dan segala ilmu,
memperhatikan perbaikan perilaku manusia sampai lahir darinya perbuatan-
perbuatan serba sempurna sesuai dengan substansinya/hakekat
kemanusiaannya, serta mengangkat manusia dari tingkat yang rendah
menyebabkan mansuia mendapat kutukan Tühan dan abadi dalam neraka.
2) Sosialisasi Individu Manusia
Pendidikan juga haruslah merupakan proses sosialisasi sehingga tiap
indvidu merupakan bagian integral dan masyarakatnya dalam melaksanakan
kebajikan itu untuk kebahagiaan bersama.
Maskawaih menyatakan bahwa kebajikan itu sangat banyak dan tak mungkin
mewujudkan seluruh kebajikan dari kemampuan satu orang manusia. Oleh
karena itu, Maskawaib berkata bahwa, untuk mewujudkan seluruh kebajikan
itu haruslah jama’ah besar. Jadi haruslah seluruh individu berhimpun pada
suatu waktu untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
Maskawaih menegaskan lagi bahwa manusia dari antara segala makhluk hewan
tak dapat mandiri dalam menyempurnakan esensinya sebagai insan, tetapi tidak
boleh tidak mesti dari pertolongan manusia lain. Dia dapat mencapai
kehidupannya yang baik dan melaksanakan kewajibannya dengan tepat.
Berkata para hukama: manusia itu secara alamiah makhluk sosial. Dia pada
dasarnya adalah anggota masyarakat di kota. Di situlah di tengah-tengah
masyarakat terwujud kebahagaiaan insaniyahnya.
Setiap orang memerlukan orang lain. Dia sewajarnya bergaul dengan
masyarakat sebaik-baiknya, mencintai mereka setulus-tulusnya. Merekalah
yang menyempurnakan kemanusiannya sebagaimana dia juga berbuat yang
sama kepada mereka. Kemudian Maskawaih menyalahkan kehidupan
zuhud/uzlah, hidup menyepi sebagai kehidupan yang berlawanan dengan sifat
asasi. Kebajikan apakah yang diperbuat orang dalam kesendirian itu? Tak ada
‘iffah, tak ada najdah, tak ada ‘adalah padanya. Kelihatannya dia sebagai
orang suci, tetapi sebenarnya tidak suci, kelihatannya dia sebagai orang yang
lurus tetapi sebenarnya dia tidak lurus. Orang itu bagaikan sebuah batu dan
bagaikan orang mati.
3) Menanamkan Rasa Malu
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
Manusia diciptakan dengan kekuatan-kekuatan potensial dan kekuatan
kekuatan itu muncul secara alamiah. Kekuatan yang mula-mula muncul ialah
tuntutan biologis, yakni kecenderungan syahwaniah makan untuk
mengembangkan fisiknya. Secara gerak instink anak memerlukan susu ibunya
lalu mengeluarkan suara yang menunjukkan reaksinya (lezat/tidak). Tuntutan
biologis ini terus berkembang ke berbagai kecenderungan-kecenderungan
keinginan. Kemudian menyusul timbul kekuatan imajinasi yang terbit dari
penginderaan. Sesudah itu muncul kekuatan ghadlabiyah/ kekuatan kemauan
untuk bertindak mengatasi hambatan atau untuk memenuhi kecenderungan.
Bila gagal mengatasi sendiri, menangislah anak itu, atau ia minta bantuan
kepada orang tuanya. Setelah itu, lahir kekuatan tamyiz/pertimbangan nalar
(perkembangan intelektualitas) terhadap perilaku-perilaku khas manusia sedikit
demi sedikit hingga sempurna. Pada tingkat perkembangan ini dinamakan ‘aqil
(L ‘enfant fait). Kekuatan-kekuatan ini banyak, sebagiannya secara
fundamental mendorong terwujudnya sebagian kekuatan yang lain sehingga
tercapai tujuan perkembangan terakhir (tingkat akhir perkembangan akal
insani), tujuan yang tak ada lagi tujuan lainnya, yaitu “al-Khair al-Mutlaq “.
Kebajikan mutlak yang diinginkan manusia.
Pertama-pertama yang harus diamati benar-benar pada anak-anak dan
dipandang tanda awal perkembangan akal adalah timbulnya rasa malu karena
hal itu menunjukkan bahwa anak sudah menginsafi tentang keburukan. Di
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com
samping keinsafan tentang keburukan, anak juga berupaya memelihara dirinya
dan menjauhi keburukan itu.
Jelaslah bahwa penanaman rasa malu fungsi pendidikan yang penting
penanaman ini dimulai sedini mungkin yakni pada awal munculnya gejala jiwa
tamyiz, yakni perkembangan anak mulai berpikir kritis dan logis pada waktu
mereka duduk di sekolah dasar, pada umur antara 10 s.d. 12 tahun. Anak telah
dapat menganalisa aturan kesusilaan serta tahu bagaimana ia harus bertingkah
laku.
e. Ilmu Pengetahuan yang Dipelajari
Ibnu Maskawaih menampatkan ilmu ke dalam suatu kedudukan
berdasarkan objek ilmu itu. Ilmu yang paling mulia menurut Maskawaili
adalah ilmu pendidikan karena objeknya adalah budi pekerti manusia,
menyangkut substansi manusia. Ilmu kedokteran, adalah objek manusia,juga
merupakan ilmu pengetahuan yang mulia. Segala ilmu pengetahuan yang
mengembangkan quwwatun natiqah (daya pikir) adalah ilmu yang paling
mulia. Sebab jiwa natiqah selalu condong kepada ilmu pengatahuan, lambang
kesempurnaan dan kemuliaan manusia. Sebaliknya pengetahuan tentang
menyamak kulit dipandang hina karena obyeknya adalah kulit bangkai hewan.
Oleh : Belalangtuehttp://belalangtue.wordpress.com