Batu Saluran Kemih

29
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) I. DEFINISI Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). II. EPIDEMIOLOGI Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada kandung kemih seorang mumi yang diperkirakan sudah berumur sekitar 7000 tahun. Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih. Di Negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Australia, batu saluran kemih banyak dijumpai di saluran kemih bagian atas, sedang di Negara berkembang seperti India, Thailand dan Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Secara Epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang 1

Transcript of Batu Saluran Kemih

Page 1: Batu Saluran Kemih

Batu Saluran Kemih (Urolithiasis)

I. DEFINISI

Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu

yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,

penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu

ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan

batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).

II. EPIDEMIOLOGI

Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman

Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada kandung kemih

seorang mumi yang diperkirakan sudah berumur sekitar 7000 tahun.

Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih. Di Negara

maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Australia, batu saluran kemih banyak dijumpai di

saluran kemih bagian atas, sedang di Negara berkembang seperti India, Thailand dan

Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih. Hal ini karena adanya pengaruh

status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari.

Secara Epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya

batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan

yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari

lingkungan sekitarnya.

Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.

Umur : penyakit ini paling banyak didapatkan pada usia 30-50

tahun.

Jenis Kelamin : jumlah pasien laki-laki 4

kali lebih banyak dibandingkan

dengan pasien perempuan (4:1).

1

Page 2: Batu Saluran Kemih

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu

saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain

sehingga dikenal sebagai daerah stone belt seperti di

India, Thailand, Indonesia, dll. Sedangkan daerah Bantu

di Afrika Selatan sangat jarang ditemukan batu saluran

kemih.

Iklim dan Temperatur

Asupan Air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium

pada air yang dikonsumsi dapat meningkatkan insiden

batu saluran kemih.

Diet : diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah

terjadinya penyakit batu saluran kemih.

Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang

pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas.

2

Perubahan fisiko-kimiaSupersaturasi

kelainan kristaluriaagregatasi kristalpertumbuhan kristal

Batu Saluran Kemih

UsiaJenis Kelamin

ProfesiMentalitas

Konstitusi Nutrisi MusimRas

Keturunan

Kelaian Morfologi Ganngguan aliran air kemih

Infeksi saluran kemih

Kelainan Metabolik Faktor Genetik

Ekskresi bahan pembentuk batu meningkat

Ekskresi inhibitor kristal menurun

Page 3: Batu Saluran Kemih

III. ETIOLOGI

Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih tetapi

hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar. Beberapa teori pembentukan

batu adalah :

1. Teori Nukleasi : Batu terbentuk didalam urine karena adanya inti batu (nukleus).

Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated)

akan mengendap didalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu

dapat berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.

2. Teori Matriks : Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,globulin

dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.

3. Teori Penghambat Kristalisasi : Urine orang normal mengandung zat-zat

penghambat pembentuk kristal, antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat,

mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu

berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu didalam saluran kemih.

IV. KOMPOSISI BATU

Batu saluran kemih umumnya mengandung unsur : kalsium oksalat atau kalsium

fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xantin dan sistin. Data mengenai

kandungan/komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk usaha

pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.

Batu Kalsium

Batu ini paling banyak ditemui,yaitu kurang lebih 70-80% dari seluruh batu

saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau

campuran dari kedua unsur itu.

Faktor terjadinya batu kalsium adalah :

1. Hiperkalsiuria : adalah kadar kalsium dalam urine lebih besar dari 250-300 mg/hari.

3

Page 4: Batu Saluran Kemih

Menurut Pak (1976) terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain :

Hiperkalsiuria absorptif yang terjadi karena adanya peningkatan absorpsi kalsium

melalui usus.

Hiperkalsiuria renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorpsi

kalsium melalui tubulus ginjal.

Hiperkalsiuri resorptif / puasa terjadi karena adanya peningkatan resorpsi

kalsium tulang, yang banyak terjadi pada tumor paratiroid atau

hiperparatiroidisme primer.

2. Hiperoksaluria : adalah ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 g/hari. Keadaan

ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis

menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang

kaya akan oksalat, diantaranya adalah : teh, kopi instan, minuman soft drink, kokoa,

arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.

3. Hiperurikosuria : adalah kadar asam urat didalam urine yang melebihi 850

mg/hari. Asam urat yang berlebihan dalam urine bertindak sebagai inti batu atau

nidus untuk terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine

berasal dari makanan yang banyak mengandung purin/asam urat maupun berasal dari

metabolisme endogen.

4. Hipositraturia

Di dalam urine sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat,

sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Karena itu sitrat

dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Hipositraturia dapat

terjadi karena : penyakit asidosis tubuli ginjal, atau renal tubular acidosis, sindrom

malabsorpsi, atau pemakaian diuretik golongan tiazide dalam jangka waktu lama.

5. Hipomagnesiuria

Seperti halnya pada sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu

kalsium, karena di dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi

magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan oksalat.

Batu Struvit

4

Page 5: Batu Saluran Kemih

Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini

disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah

kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease

dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.

CO (NH3)2 + H2O 2NH3 + CO2

Suasana ini yang memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat

membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit. Karena terdiri

atas 3 kation (Ca++ , Mg++ dan NH4+) batu ini dikenal sebagai triple phosphate.

Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea adalah : Proteus spp, Klebsiella,

Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus.

Batu Urat

Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Batu ini

banyak diderita oleh pasien-pasien penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang

mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak menggunakan obat urikosurik

diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazide dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol

dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit

ini. Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah :

o Urine yang terlalu asam (pH urine < 6)

o Volume urine yang jumlahnya sedikit (<2 L/hari) atau dehidrasi.

o Hiperurikosurik

Batu jenis lain

Batu sistin, batu xantin, batu triamteren dan batu silikat sangat jarang dijumpai di

Indonesia.

V. PATOFISIOLOGI

Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi

saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi

urine atau keluhan miksi yang lain, sedangkan saluran kemih bagian atas dapat

5

Page 6: Batu Saluran Kemih

menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis. Batu yang dibiarkan disaluran kemih dapat

menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan akhirnya terjadi kerusakan

ginjal yang permanen (gagal ginjal).

VI. GAMBARAN KLINIS

Tanda dan gejala klinis penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya,

besarnya dan morfologi dari batu. Walaupun demikian, penyakit ini mempunyai tanda

umum, yaitu hematuria, baik hematuria nyata ataupun mikroskopik. Selain itu, bila

disertai infeksi saluran kemih, dapat juga ditemukan kelainan endapan urin, bahkan

mungkin demam atau tanda sistemik lain.

6

Batu saluran kemih

Obstruksi Infeksi

PielonefritisUretritisSisititis

HidronefrosisHidroureter

PionefrosisUrosepsis

Gagal ginjal

Page 7: Batu Saluran Kemih

Batu Pelvis Ginjal

Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati

bagian pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokalises sehingga

bercabang menyerupai tanduk rusa yang disebut batu staghorn (lebih dari dua kaliks

ginjal).

Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.

Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan

infeksi. Nyeri didaerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang

terus-menerus dan hebat karena adanya pionefrosis.

Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin

terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis. Nyeri dapat berupa nyeri

tekan atau ketok arcus costa pada sisi ginjal yang terkena. Sesuai dengan gangguan yang

terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis,

sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak memberikan kelainan fisik.

Batu Ureter

Anatomi ureter mempunyai beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan

batu ureter terhenti.karena peristaltis, akan terjadi gejala kolik, yakni nyeri yang hilang

7

Page 8: Batu Saluran Kemih

timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas ke regio

inguinal. Selama batu bertahan ditempat yang menyumbat, selama itu kolik akan

berulang-ulangsampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air kemih untuk

lewat.

Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar

bersama urine. Batu ureter juga dapat sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa

nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter

sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang

asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. Bila

keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa

hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis sehingga menimbulkan gambaran infeksi

umum.

Batu Kandung Kemih

Karena batu menghalangi aliran kemih akibat penutupan leher kandung kemih,

aliran yang mula-mula lancer secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan

nyeri. Pada anak laki-laki, nyeri menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya

sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak panjang dan pada anak perempuan

menggosok-gosok vulva . Bila pada saat sakit tersebut pederita berubah posisi, suatu saat

air kemih akan dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi

infeksi yang sekunder, selain nyeri, sewaktu miksi juga akan terdapat nyeri menetap

suprapubik.

Batu Prostat

Pada umumya batu prostat juga berasal dari kemih yang secara retrograd

terdorong ke dalam prostat dan mengendap, yang akhirnya menjadi batu yang kecil. Pada

umumnya batu ini tidak memberikan gejala klinis sama sekali karena tidak menyebabkan

gangguan pasase kemih.

8

Page 9: Batu Saluran Kemih

Batu Uretra

Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau kandung

kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di

tempat yang agak lebar. Tempat uretra yang agak lebar ini adalah di pars prostatika,

bagian permulaan pars bulbosa, dan di fosa naviculare. Bukan tidak mungkin dapat

ditemukan ditempat lain.

Gejala yang ditimbulkan umumnya miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan

nyeri. Penyulitnya dapat berupa terjadinya diverticulum, abses, fistel proksimal, dan

uremia karena obstruksi urin.

VII. DIAGNOSIS

Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan diagnosis,

penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan

penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruki saluran kemih, infeksi,

dan gangguan faal ginjal. Pemeriksaan penunjang tersebut antara lain :

1. Pemeriksaan Laboratorium

Darah rutin (Hb,Ht,Leukosit, Trombosit).

Urine rutin (pH, Bj urine, sedimen urine)

Untuk menentukan hematuria, leukosituria, dan kristaluria.

Kultur urine

Untuk menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.

Faal ginjal (Ureum, Creatinin)

Bertujuan untuk mencari kemungkinan penurunan fungsi ginjal dan untuk

mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVP.

Kadar elektrolit

Untuk mencari factor penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain kadar :

kalsium, oksalat, fosfat maupun urat didalam darah maupun urine).

2. Pemeriksaan Radiografi imaging

Ultrasonografi (USG)

- Dapat menunjukkan ukuran , bentuk dan posisi batu

9

Page 10: Batu Saluran Kemih

- Pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang alergi

kontras radiologi

- Dapat diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi sistem ductus kolektikus.

Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukkan batu

ureter, dan tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen.

Foto Polos Abdomen

- Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu

- Dapat membedakan batu radioopak/kalsifikasi.

- Keterbatasan pemeriksaan foto sinar tembus abdomen adalah tidak dapat

untuk menentukan batu radiolusen, batu kecil dan batu yang tertutup

bayangan struktur tulang. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu

dalam ginjal dan luar ginjal.

Urutan Radio-opasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih

Jenis Batu Radioopasitas

Kalsium Opak

MAP Semiopak

Urat/sistin Non-opak

Intra-Venous Pielografi (IVP)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu

IVP dapat mendeteksi adanya batu semiopak ataupun batu non opak yang tidak

dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika IVP belum dapat menjelaskan

keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai

penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.

Urogram

- Deteksi batu radiolusen sebagai defek pengisian (filling)(batu asam urat,

xanthin, 2,8-dihidroksiadenin ammonium urat)

- Menunjukkan lokasi batu dalam sistem kolectikus

- Menunjukkan kelainan anatomis

10

Page 11: Batu Saluran Kemih

3. Pemeriksaan Renografi

Merupakan alat uji fungsi ginjal manusia dengan menggunakan teknologi

nuklir. Dasar renograf adalah spektrometri gamma yang di desain untuk

kepentingan dalam bidang kedokteran yang menyangkut prinsip kesederhanaan

dan kemudahan dalam pengoperasian artinya alat tersebut mudah dioperasikan,

tidak perlu persyaratan awal maupun pengaturan lebih lanjut. Alat ini mampu

berperan sebagai pemantau dan pencacah aktivitas dari perunut radiofarmaka

yang datang, ditangkap dan dkeluarkan oleh ginjal. Aman karena radiofarmaka

yang digunakan tidak bersifat racun, mempunyai waktu paruh pendek, dosis yang

dipergunakan sekitar 20-30 uCi, waktu pemeriksaan berlangsung antara 15-25

menit dan selesai pemeriksaan hasil pemeriksaan dapat langsung dianalisis.

Renograf bekerja berdasarkan pancaran sinar radioaktif yang dapat

ditangkap oleh detektor. Sedangkan perunut yang dimasukkan adalah I131

pemancar gamma secara intravena, yang akan masuk kedalam ginjal dengan

demikian maka ginjal dianggap sebagai sumber radiaktif yang dipantau dengan

detektor NaI (T1). Hasil deteksi diproses oleh unit spektrometri gamma, yang

kemudian disajikan dalam bentuk grafik antara cacah persatuan waktu dengan

lama pengamatan disebut renogram.

Berdasarkan renogram akan memberikan informasi tentang keadaan

fungsi ginjal meliputi respons vaskuler, kapasitas uptake dan kemampuan

mengeluarkan perunut. Ada beberapa pola bentuk renogram yang berkaitan

dengan kelainan fungsi ginjal yang dipergunakan sebagai acuan dalam diagnosa.

laju cacah

Gambar Kurva Renogram

Fase

II III

I

waktu

11

Page 12: Batu Saluran Kemih

Kurva renogram seperti dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

I. Fase pertama disebut fase pembuluh darah (respon vasculer).

II. Fase kedua disebut uptake atau konsentrasi.

III. Fase ketiga disebut fase ekskresi atau eliminasi.

Fase I, berlangsung sangat cepat sekali yaitu hanya berlangsung sekitar 12 detik,

terjadinya setelah perunut radioisotop disuntikkan kedalam pembuluh darah.

Fase II, menggambarkan kapasitas pengambilan bahan perunut oleh ginjal (sistem

nefron) akan terjadi proses sekresi tubuler dan filtrasi glomerular. Perunut akan

bertambah sampai terjadi puncak kesetimbangan (T max.) yang sebelumnya akan

menurun (awal sekresi). Pada keadaan normal fase kedua ini berlangsung antara 2-5

menit setelah injeksi. Kemiringan (inclination) dari fase II dapat memberikan informasi

kondisi proses ginjal.

Fase III, menggambarkan proses ekskresi atau pembuangan (eliminasi) perunut

radioisotop dari ginjal. Laju dan bentuk korva dari fase III ini mencerminkan keadaan

fungsional segmen ekskresi dari ginjal mulai dari pelvis renalis sampai dengan ureter.

Dalam analisis kurva renogram, dilakukan dengan melihat beberapa ciri atau parameter

meliputi : Kemiringan (Slope) dari setiap fase, Waktu paruh dari kurva naik maupun

turun, Perbandingan (Ratio) dari level laju pencacahan.

VII. DIAGNOSIS BANDING

Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut, misalnya

distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika dicurigai terjadi kolik

ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik

saluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu, pada perempuan perlu

juga dipikirkan kemungkinan adneksitis.

Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan apalagi

bila hematuria terjadi tanpa rasa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu saluran

kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya

karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi.

Khusus untuk batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan

kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz.

12

Page 13: Batu Saluran Kemih

Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi disertai dengan

hematuria yang tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan tumor ureter wlaupun

tumor ini jarang ditemukan.

Dugaan batu kandung kemih juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan tumor

kandung kemih, terutama bila batu yang terdapat dari jenis radiolusen.

Batu prostat biasanya tidak sukar di diagnosis karena gambaran radiologiknya

yang khas, yang kecil seperti kumpulan pasir di daerah prostat. Akan tetapi, pemeriksaan

colok dubur memberikan kesan adanya keganasan, terutama bila terdapat batu yang

cukup banyak sehingga teraba seperti karsinoma prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti

seperti itu perlu dilakukan biopsi prostat.

VIII. PENYULIT

Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan iritasi

yang berkepanjangan pada urothelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan

yang sering berupa karsinoma epidermoid.

Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter, dapat terjadi

hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir

dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal, akan timbul

uremia karena gagal ginjal total. Hal yang sama dapat juga terjadi akibat batu kandung

kemih, lebih-lebih bila batu tersebut membesar sehingga juga mengganggu aliran kemih

dari kedua orifisium ureter.

Khusus pada batu uretra, dapat terjadi diverticulum uretra. Bila obstruksi

berlangsung lama, dapat terjadi ekstravasasi kemih dan terbentuklah fistula yang terletak

proksimal dari batu ureter.

13

Page 14: Batu Saluran Kemih

IX. PENGOBATAN

Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,

karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan untuk mengurangi

rasa nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum dan minum banyak

supaya dapat mendorong batu keluar. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan

analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin (intravena, intramuskular, atau supositoria).

ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy

pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau batu

buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah dengan

gelombang kejut menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui

saluran kemih. Betapapun disebutkan bahwa dengan ESWL batu dapat dipecahkan

menjadi bagian yang lebih kecil dari 2 mm, belum tentu pasca tindakan semua batu akan

pecah hingga ukuran yang dikehendaki. Walaupun dinyatakan bahwa gelombang kejut

yang dipergunakan tidak akan merusak jaringan ginjal secara permanent, kerusakan yang

ada perlu diawasi baik dari segi kemungkinan terjadinya infeksi atau kerusakan yang

dapat menimbulkan gejala sisa.

Kontra indikasi absolute untuk dilakukan ESWL antara lain :

- Infeksi akut traktus urinarius/ urosepsis

- Koagulopati

- Pregnancy

- Obstruksi traktus urinarius bagian distal oleh batu yang belum dikoreksi

Kontra indikasi relative untuk dilakukan ESWL antara lain :

- Malformasi ginjal seperti pada ginjal tapal kuda

- Complex intrarenal drainage seperti infundibular stenosis

- Hipertensi yang tidak terkontrol

- Gangguan Gastrointestinal

- Renal insuffisiency

- Body habitus seperti obesitas, deformitas tulang dan spinal.

14

Page 15: Batu Saluran Kemih

Komplikasi postoperatif ESWL berupa : petechie pada pinggang, hematuria, kolik renal

yang disebabkan karena gerakan pasase dari fragmen batu, renal atrofi yang dapat terjadi

pada pasien yang menderita penyakit renal vascular atau atherosclerotic berat, hipertensi

yang diduga sebagai akibat hematom perinephric yang luas.

Endourologi

Tindakan endourologi hádala merupakan tindakan invasif minimal untuk

mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian

mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam

saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit

(perkutan). Sedangkan pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan

memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.

Beberapa tindakan endourologi itu antara lain :

o PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)

Yaitu mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan

alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau

dipecah terlebih dahulu.

15

Page 16: Batu Saluran Kemih

Indications of PNL

Urinary diversion

- Supravesikal urinary tractus obstruction (neoplasm, stones,

other benign causes).

- Management of a urinary leak of fistula.

Nephrolithiasis

- Symptomatic stone disease (pain, bleeding, infection

related).

- Adjunct therapy to ESWL

- Primary treatment of recurrent stone formation in the

setting of metabolic disease.

Therapy for complex urinary tractus infections.

Ureteral intervension.

Nephroscopy and ureteroscopy (diagnostic or therapeutic).

o Litotripsi

Yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah

batu (Litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.

o Ureteroskopi atau uretero-renoskopi

Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter

atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada

didalam ureter maupun di dalam pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan

ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.

o Ekstraksi Dormia

Yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang

Dormia.

16

Page 17: Batu Saluran Kemih

Bedah Terbuka

Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotripsor, ESWL, atau cara non

bedah tidak berhasil. Walaupun demikian, sudah tentu untuk menentukan tindak bedah

pada suatu penyakit batu saluran kemih perlu seperangkat indikasi.

Batu ginjal yang terletak di kaliks selain oleh indikasi umum, perlu dilakukan

tindak bedah bila terdapat hidrokaliks. Batu sering harus dikeluarkan melalui

nefrolitotomi yang tidak gampang karena batu biasanya tersembunyi di dalam kaliks.

Batu pelvis juga perlu dibedah bila menyebabkan hidronefrosis, infeksi, atau

menyebabkan nyeri yang hebat. Pada umumnya, batu pelvis terlebih lagi yang berbentuk

tanduk rusa amat mungkin menyebabkan kerusakan ginjal. Operasi untuk batu pielum

yang sederhana disebut pielolitotomi sedang untuk bentuk tanduk rusa (staghorn) dengan

pielolitotomi yang diperluas.

Bila batu ureter ukuran 0,4 cm terdapat pada bagian sepertiga proksimal ureter,

80% batu akan keluar secara spontan, sedangkan bila batu terdapat pada bagian sepertiga

distal, kemungkina keluar spontan 90%. Patokan ini hanya dipakai bila batu tidak

menyebabkan gangguan dan komplikasi. Tidak jarang batu dengan ukuran 0,4 cm dapat

juga menyebabkan gangguan yang mengancam fungsi ginjal atau sebaliknya, batu

dengan ukuran lebih dari 1 cm tidak menyebabkan gangguan sama sekali dan bahkan

keluar secara spontan. Oleh karena itu, ureterolitotomi selalu didasarkan atas gangguan

fungsi ginjal, nyeri yang sangat yang tidak tertahankan oleh penderita, dan penanganan

medis yang tidak berhasil.

Batu kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga

perlu dilakukan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya dapat memecahkan batu

dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan ESWL

atau sistolitotomi melalui sayatan Pfannestiel.

Tidak jarang batu uretra yang ukurannya < 1 cm dapat keluar sendiri atau dengan

bantuan pemasangan kateter uretra selama 3 hari, batu akan terbawa keluar dengan aliran

air kemih yang pertama. Batu uretra harus dikeluarkan dengan tindakan uretratomi

externa. Komplikasi yang dapat terjadi sebagai akibat operasi ini adalah striktur uretra.

Batu prostat pada umumnya tidak memerlukan tindak bedah.

17

Page 18: Batu Saluran Kemih

X. PENCEGAHAN

1. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat).

2. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentukan batu.

Sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon

sesudah makan malam)

Batu ginjal tunggal (meningkatkan masukan cairan, mengkontrol secara berkala

pembentukan batu baru)

3. Pengaturan Diet

Meningkatkan masukan cairan

Masukan cairan terutama pada malam hari akan meningkatkan aliran kemih dan

menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih.

Hindari masukan minum gas (soft drink) lebih dari 1 liter perminggu.

Kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB/hari). Masukan protein tinggi dapat

meningkatkan ekskresi kalium, ekskresi asam urat, dan menurunkan sitrat dalam

air kemih. Protein binatang diduga mempunyai efek menurunkan pH air kemih

lebih besar dibandingkan protein sayuran karena lebih banyak menghasilkan

asam.

Membatasi masukan natrium. Diet natrium rendah (80-100 mg/hari) dapat

memperbaiki reabsorpsi kalsium proksimal sehingga terjadi pengurangan ekskresi

natrium dan ekskresi kalsium. Penurunan masukan natrium dari 200-80 mEq/hari

dilaporkan mengurangi ekskresi kalsium sebanyak 100 mg/hari (2.5 mmol/hari).

Masukan kalsium. Pembatasan masukan kalsium tidak dianjurkan. Penurunan

kalsium intestinal bebas akan menimbulkan peningkatan absorpsi oksalat oleh

pencernaan, peningkatan ekskresi oksalat dan meningkatkan saturasi kalsium

oksalat air kemih. Diet kalsium rendah merugikan pasien dengan hiperkalsiuria

idiopatik karena keseimbangan kalsium negatif akan memacu pengambilan

kalsium dari tulang dan dari ginjal. Keadaan ini akan memperburuk penurunan

densitas tulang pada beberapa pasien.

18

Page 19: Batu Saluran Kemih

Tinjauan Pustaka

1) Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,

Jakarta : 1997

2) Purnomo B, Buku Dasar-dasar Urologi, Edisi I, CV.Sagung Seto, Jakarta : 2000

3) Sudoyo ari, et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV, BP FKUI,

Jakarta : 2006

4) http://www.webmd.com/hw-popup/extracorporeal-shock-wave-lithotripsy-eswl

5) http://www.southend.nhs.uk/NR/rdonlyres/3939B135-F307-43B1-8DDE-

1A6AC987577C/0/Renogram.pdf

6) http://www.emedicine.com/med/topic3024.htm

7) http://www.ispub.com/ostia/index.php?xmlFilePath=journals/iju/vol5n1/stone.xl

8) http://www.peteducation.com/article.cfm?cls=1&cat=1372&articleid=3015

19