battle 3
-
Upload
josa-anggi-pratama -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of battle 3
Diare
2. Sebutkan jenis-jenis diare?
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang emningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Diare kronis atau diare berulang adalah suatu keadaan meningkatnya frekuensi
buang air besar yang dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan
baik secara terus menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional atau
akibat suatu penyakit berat.
Berdasarka mekanisme patofisiologinya :
Diare sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus.
Hal ini terjadi absorbs natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel
epitel berlangsung terus meningkat. Hasil akhir dari sekresi cairan yang
mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagian tinja cair. Pada
diare sekretorik, toksin merangsang c-AMP untuk mensekresikan secara aktif air
dan elektrolit ke dalam lumen usus sehingga terjadi diare.
Diare osmotic : kenaikan tekanan osmotic dalam lumen usus akibat fermentasi
makanan yang tidak diserap akan menarik air sel kedalam lumen usus sehingga
terjadi diare. Disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein
dan BBLR dan bayi baru lahir.
3. Faktor-faktor apa saja yang bisa anda jelaskan dalam epidemiologi diare?
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarkat di negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi di anak terutama usia dibawah 5 tahun. Di dunia sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan anak didunia disebabkan oleh diare sedangkan di indonesia, hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 15,5%.
Diagram apple pie angka kematian bayi dan balita Rieskesdas 2007.
proporsi penyebab kematian umur 0-12 tahun
Diare 42 %Tetanus 3%Sepsis 4%Pneumonia 24%Meningitis/ Encephalitis 9%Kelainan saluran pencernaan 7%
proporsi penyebab kematian umur 1-4 tahun
Diare 28%Pneumonia 18%DBD 5%Campak 7%Tenggelam 6%Meningitis/ encephalitis 10%NEC 12%Lain-lain (TB, Malaria) 11%
4. Apa saja etiologi diare?- Infeksi : Bakteri -> E. Coli, shigella, salmonella, vibrio, yersinia, campylobacterVirus -> rotavirus, norwalk virus, adenovirusParasit -> enramoeba histolytica, giardia lamblia, crystosporadium parvum- Alergi : protein air susu sapi- Intoleransi : karbohidrat- Malabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein- Keracunan makanan- Zat kimia beracun- Toksin mikroorganisme : clostridium perfingens, staphylococcus aureus
- Imunodefisiensi- Neoplasma- Defek anatomis1. Bagaimana patofisiologi terjadinya muntah?
Kemampuan untuk memuntahkan merupakan suatu keuntungan karena
memungkinkan pengeluaran toksin dari lambung. Muntah terjadi bila terdapat
rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla
berdekatan dengan pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di
area postrema pada lantai ventrikel keempat Susunan Saraf. Koordinasi pusat
muntah dapat diransang melalui berbagai jaras. Muntah dapat terjadi karena
tekanan psikologis melalui jaras yang kortek serebri dan system limbic menuju
pusat muntah (VC). Pencegahan muntah mungkin dapat melalui mekanisme ini.
Muntah terjadi jika pusat muntah terangsang melalui vestibular atau sistim
vestibuloserebella dari labirint di dalam telinga. Rangsangan bahan kimia melalui
darah atau cairan otak (LCS ) akan terdeteksi oleh CTZ.
Mekanisme ini menjadi target dari banyak obat anti emetik. Nervus vagal
dan visceral merupakan jaras keempat yang dapat menstimulasi muntah melalui
iritasi saluran cerna disertai saluran cerna dan pengosongan lambung yang
lambat. Sekali pusat muntah terangsang maka cascade ini akan berjalan dan akan
menyebabkan timbulnya muntah. Muntah merupakan perilaku yang komplek,
dimana pada manusia muntah terdiri dari 3 aktivitas yang terkait, nausea (mual),
retching dan pengeluaran isi lambung. Ada 2 regio anatomi di medulla yang
mengontrol muntah, chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan central vomiting
centre (CVC). CTZ yang terletak di area postrema pada dasar ujung caudal
ventrikel IV di luar blood brain barrier (sawar otak). Reseptor didaerah ini
diaktivasi oleh bahan-bahan proemetik di dalam sirkulasi darah atau di cairan
cerebrospinal (CSF). Eferen dari CTZ dikirim ke CVC selanjutnya terjadi
serangkaian kejadian yang dimulai melalui vagal eferan spanchnic. CVC terletak
dinukleus tractus solitarius dan disekitar formation retikularis medulla tepat
dibawah CTZ. CTZ mengandung reseptor reseptor untuk bermacam-macam
sinyal neuroaktif yang dapat menyebabkan muntah. Reseptor untuk dopamine
titik tangkap kerja dari apomorphine acethylcholine, vasopressine, enkephalin,
angiotensin, insulin, endhorphine, substance P, dan mediator-mediator yang lain.
Mediator adenosine 3’,5’ cyclic monophosphate (cyclic AMP) mungkin terlibat
dalam respon eksitasi untuk semua peptide. Stimulator oleh theophyline dapat
menghambat aktivitas proemetik dari bahan neuropeptic tersebut.
Emesis sebagai respons terhadap gastrointestinal iritan misalnya sopper,
radiasi abdomen, dilatasi gastrointestinal adalah sebagai akibat dari signal aferan
vagal ke central patter generator yang dipicu oleh pelepasan local mediator
inflamasi, dari mukosa yang rusak, dengan pelepasan sekunder neurotransmitters
eksitasi yang paling penting adalah serotonin dari sel entrochromaffin mukosa.
Pada mabuk (motion sickness), signal aferen ke central patter generator berasal
dari organ vestibular, visual cortex, dan cortical centre yang lebih tinggi sabagai
sensory input yang terintegrasi lebih penting dari pada aferen dari gastrointestinal.
Rangsangan muntah berasal dari gastrointestinal, vestibule ocular, aferen cortical
yang lebih tinggi, yang menuju CVC dan kemudian dilmulai nausea, retching,
ekpulsi isi lambung. Gejala gastrointestinal meliputi peristaltik, salvias,
takhipnea, tachikardia.
2. apa saja penyebab muntah yang terbanyak pada neonatus, bayi dan anak?
No. Neonatus Bayi Anak1. Kolitis Alergika
(Alergi terhadap susu
sapi atau susu formula
berbahan dasar
kedelai. Biasanya
diikuti dengan diare,
perdarahan rektum,
dan rewel).
Tumor otak (terutama
jika ditemukan sakit
kepala yang progresif,
muntah-muntah,
ataksia, dan tanpa nyeri
perut).
Adhesi Terutama
setelah operasi
abdominal atau
peritonitis.
2. Kelainan anatomis
dari saluran
gastrointestinal
(Kelainan kongenital,
termasuk stenosis atau
atresia.
Manifestasinya berupa
intoleransi terhadap
Ketoasidosis
diabetikum
Dehidrasi sedang
hingga berat, riwayat
polidipsi, poliuri dan
polifagi.
Appendisitis
Manifestasi klinis
dan lokasi nyeri
bervariasi. Gejala
sering terjadi
termasuk nyeri yang
semakin meningkat,
menjalar ke kuadran
makanan pada
beberapa hari pertama
kehidupan)
kanan bawah,
muntah didahului
oleh nyeri,
anoreksia, demam
subfebril, dan
konstipasi.
3. Refluks Esofageal
(Regurgitasi yang
sering terjadi segera
setelah pemberian
susu. Sangat sering
terjadi pada neonatus;
secara klinis penting
bila keadaan ini
menyebabkan gagal
tumbuh kembang,
apneu, atau
bronkospasme)
Korpus alienum
Dihubungkan dengan
kejadian tersedak
berulang, batuk terjadi
tiba-tiba atau air liur
yang menetes.
Kolesistitis Lebih
sering terjadi pada
perempuan, terutama
dengan penyakit
hemolitik
(contohnya, anemia
sel sabit). Ditandai
dengan nyeri
epigastrium atau
kuadran kanan atas
yang terjadi secara
tiba-tiba setelah
makan.
4. Peningkatan tekanan
intrakranial Rewel
atau letargi disertai
dengan distensi
abdomen, trauma lahir
dan shaken baby
syndrome.
Gastroenteritis Sangat
sering terjadi; sering
adanya riwayat kontak
dengan orang yang
sakit, biasanya diikuti
oleh diare dan demam.
Hepatitis Terutama
disebabkan oleh
infeksi virus atau
akibat obat; pasien
mungkin mempunyai
riwayat buang air
besar berwarna
seperti dempul atau
urin berwarna seperti
teh pekat.
5. Malrotasi dengan
volvulus (80% dari
Trauma kepala Muntah
sering atau progresif
Inflammatory bowel
disease Berkaitan
kasus ini ditemukan
pada bulan pertama
kehidupan,
kebanyakan disertai
emesis biliaris)
menandakan konkusi
atau perdarahan
intrakranial.
dengan diare,
hematokezia, dan
nyeri perut. Striktura
bisa menyebabkan
terjadinya obstruksi.
6. Ileus mekonium
Inspissated meconium
Hernia inkarserasi
Onset dari menangis,
anoreksia dan
pembengkakan skrotum
yang terjadi tiba-tiba.
Intoksikasi Lebih
sering terjadi pada
anak yang sedang
belajar berjalan dan
remaja. Dicurigai
jika mempunyai
riwayat depresi. Bisa
juga disertai oleh
gangguan status
mental.
7. Necrotizing
Enterocolitis Sering
terjadi khususnya
pada bayi prematur
terutama jika
mengalami hipoksia
saat lahir. Dapat
disertai dengan
iritabilitas atau rewel,
distensi abdomen dan
hematokezia.
Intussusepsi
(Puncaknya terjadi pada
bulan ke 6-18
kehidupan; pasien
jarang mengalami diare
atau demam
dibandingkan dengan
anak yang mengidap
gastroenteritis)
Migrain Nyeri
kepala yang berat;
sering terdapatnya
aura sebelum
serangan seperti
skotoma. Pasien
mungkin mempunyai
riwayat nyeri kepala
kronis atau riwayat
keluarga dengan
migrain.
8. Overfeeding
Regurgitasi dari susu
yang tidak dapat
dicerna, wet-burps
sering pada bayi
Posttusive (Seringkali,
anak-anak akan muntah
setelah batuk berulang
atau batuk yang
dipaksakan).
Pankreatitis Faktor
resiko termasuk
trauma perut bagian
atas, riwayat infeksi
sebelumnya atau
dengan kelebihan
berat badan yang
diberi air susu secara
berlebihan.
sedang infeksi,
penggunaan
kortikosteroid,
alkohol dan
kolelitiasis.
9. Stenosis pylorus
Puncaknya pada usia
3-6 minggu
kehidupan. Rasio laki-
laki banding wanita
adalah 5:1 dan
keadaan ini sering
terjadi pada anak laki-
laki pertama.
Manifestasi klinisnya
secara progresif akan
semakin memburuk,
proyektil, dan emesis
nonbiliaris.
Pielonefritis Demam
tinggi, tampak sakit,
disuria atau polakisuria.
Pasien mungkin
mempunyai riwayat
infeksi traktus urinarius
sebelumnya
Ulkus peptikum
Pada remaja, ratio
wanita:pria = 4:1.
Nyeri epigastrium
kronik atau berulang,
sering memburuk
pada waktu malam
5. jelaskan sistem vaskularisasi liver dan bilier?Vaskularisasi LiverSirkulasi darah pada hepar dibentuk oleh arteri hepatica, vena porta, dan vena hepatica, disebut sirkulasi portal. Arteri celiakus yang bercabang berasal dari aorta muncul dari hiatus diafragma, yang secara karakteristik sangat pendek dan bercabang menjadi arteri gastrika kiri, arteri lienalis dan arteri hepatika komunis.
Arteri hepatica communisMerupakan cabang dari arteri coeliaca, berjalan ke ventral agak ke kanan pada margo superior pancreas, di sebelah dorsal pars superior duodeni. Kemudian arteri itu membelok dan masuk ke dalam ligamentum hepatoduodenale di bagian caudal foramen epiploicum Winslowi; berjalan didalam ligamentum itu bersama-sama dengan duktus choledocus, vena portae, pembuluh limfe, dan serabut saraf menuju porta hepatis. Didalam ligamentum hepatoduodenale, arteri hepatis comunis berada disebelah anterior agak ke kiri dari duktus choledocus dan berada disebelah anterior
vena porta. Sampai pada porta hepatis, arteri hepatica communis bercabang menjadi 2 yaitu :a. Arteri hepatica propria dextrab. Berjalan di sebelah ventral vena porta, kemudian menyilang ductus
hepaticus communis, berjalan terus ke kanan dan sebelum masuk ke dalam lobus hepatis dextra memberi cabang arteri cystica, yang memberi suplai darah kepada vesica fellea.
c. Arteri hepatica propria sinistraBerjalan ke arah porta hepatis, berada disebelah kiri dari duktus hepaticus dextra dan sebelum masuk ke dalam lobus hepatis sinistra memberi cabang ke cranial dan caudal, serta memberi suplai darah untuk capsula hepatis glissoni dan lobus caudatus hepatis.
Vena portae hepatisDibentuk oleh gabungan antara vena mesenterica superior dan vena lienalis. Berjalan disebelah dorsal pars superior duodeni, lalu berjalan ascendens masuk ke dalam ligamentum hepatoduodenale. Didalam ligamentum hepatoduodenale, vena porta berada disebelah dorsal dari arteri hepatica communis, sampai pada porta hepatis, vena portae bercabang 2 membentuk ramus dextra dan sinistra, dan bersama-sama dengan arteri hepatica propria dextra dan sinistra masuk kedalam lobus hepatis dextra dan lobus hepatis sinistra.
Vena Hepatica Membawa darah dari hepar masuk kedalam vena cava inferior. Terdiri dari: a. Upper group, terdiri dari 3 vena yang besarb. Lower group, yang jumlah bervariasi dan ukurannya kebih kecil.
Arteri hepatika komunis, berjalan dalam jarak yang pendek di retroperitoneal kemudian melewati permukaan suprior dan sisi kiri dari duktus hepatika komunis. Arteri hepatika komunis mensuplai 25 % aliran darah ke hepar dan vena porta mensuplai sisanya yaitu 75 %. Dari aksis celiakus, arteri hepatika komunis menuju ke atas dan kelateral berdekatan dengan duktus biliaris komunis. Arteri gastroduodenal yang mensuplai proksimal duodenum dan pankreas adalah cabang pertama dari arteri hepatika komunis. Lalu arteri gastrika kanan sebagai cabangnya yang menuju ke kurvatura minor dalam omentum minus. Kemudian arteri hepatika melintas menuju hilus dan segera bercabang menjadi arteri hepatika kanan dan kiri. Saat melalui ligamentum hepatoduodenal arteri hepatika komunis, duktus
biliaris komunis dan vena porta dibungkus dengan ‘peritonel sheath’ dalam suatu ligamentum hepatoduodenal. Arteri hepatika kanan bercabang lebih dulu dari duktus biliaris komunis dan vena porta. 80 % kasus arteri hepatika kanan berada diposterior duktus hepatika komunis sebelum masuk parenkim hepar. 20% kasus, arteri hepatika kanan di anterior duktus hepatika komunis. Setelah mencapai parenkim hepar arteri hepatika kanan bercabang ke sektor anterior kanan (segmen V dan VIII) dan posterior kanan (segmen VI dan VII). Cabang ke sektor posterior awalnya melintas secara horizontal melalui ‘hilar tranverse fissure’ dari Banz yang secara normal berada pada basis segmen V dan bersebelahan dengan procesus kaudatus. Arteri hepatika kiri melintas secara vertikal menuju fisura umbilikalis dimana memberi cabang-cabang kecil (sering disebut middle hepatic artery) ke segmen IV, sebelum meneruskan mensuplai segmen II dan III. Tambahan cabang-cabang kecil dari arteri hepatika kiri mensuplai lobus kaudatus (segmen I) walau cabang-cabang arteri kaudatus dapat juga berasal dari arteri hepatika kanan. Vena porta dan duktus biliaris segmental dan sektoral mengikuti cabang-cabang arteri hepatica.Aliran darah hepar berasal dari 2 sumber yaitu vena portal dan arteri hepatika. Ini merupakan 25 % dari cardiac output (COP). Vena portal memberikan ¾ aliran darah dan sebagian darah vena portal telah melewati kapiler gastrointestinal; banyak oksigen telah terpakai. Darah yang dari arteri hepatika mengandung banyak oksigen dan ¾ oksigen digunakan oleh hepar berasal dari arteri hepatika. Cabang vena portal dan arteri hepatika, memberi cabang venula portal, arterial hepatika yang masuk ke acinus hepatika. Aliran darah dari pembuluh-pembuluh terminal ini ke sinusoid yang mana merupakan jaringan kapiler dari hepar. Sinusoid berhubungan dengan pembuluh hepatika terminal. Drainase venula-venula terminal ini di bentuk cabang-cabang besar vena hepatika yang merupakan tributaries vena cava inferior. Tekanan vena portal secara normal sekitar 10 mmHg pada manusia, dan aliran vena hepatika sekitar 5 mHg. Mean pressure pada cabang-cabang arteri hepatika yang membungkus sinusoid sekitar 90 mmHg. Komponen struktural dasar hepar adalah hepatosit atau sel hepar. Unit fungsional dasar hepar adalah lobulus hepar yang pada manusia ada beberapa juta jumlahnya. Pada beberapa daerah, lobulus di batasi oleh jaringan penghubung yang mengandung duktus biliaris, limfatik, saraf dan pembuluh-pembuluh darah. Daerah-daerah ini berlokasi pada sudut
lobulus dan ditempati oleh portal triad disebut portal spaces. Terdapat 3-6 portal triad perlobulus, masing-masing mengandung venula (cabang vena portal); arteriol (cabang arteri hepatika), duktus (bagian dari sistim biliaris) dan pembuluh limfatik. Hepatosit-hepatosit disusun seperti jeruji roda pada tiap lobule, membentuk sebuah lapisan dan terdiri dari 1 atau 2 sel tebalnya. Lempengan seluler ini arahnya dari perifer ke pusat lobulus. Ruang antara lempengan sel ini mengandung kapiler yang dikenal sebagai sinusoid hepar. Sinusoid ini adalah pembuluh yang berdilatasi yang mengandung sel-sel endotelial yang berpori. Sel endotelial dipisahkan dari hepatosit sebelahnya oleh ruang subendotelial yang dikenal dengan ruang dari Disse, dimana proyeksi hepatosit seperti serabut retikuler dan mikrovili dapat ditemukan. Permukaan hepatosit dalam hubungan yang erat/ rapat dengan dinding endotelial, dimana mudah bagi makromolekul untuk pertukaran dari lumen sinusoid ke sel hepar. Tipe-tipe lain sel yang dapat ditemukan pada lobulus hepar adalah makrofag dan fat-storing cell. Sel kupffer merupakan fagosit mononuklear dan ditemukan pada permukaan luminal sel endotelial. Fat- storing cell disebut sebagai Ito cell dan berada di ruang Disse.
6. Apa definisi jaundice, fisiologi jaundice dan patologi jaundice?
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning.
Jaundice adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran
mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat
kadarnya dalam sirkulasi darah.