Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

download Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

of 92

Transcript of Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    1/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   1

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    2/92

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    3/92

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    4/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial2

    PengarahIr. Tri Patmasari, M.Si

    KontributorLulus Hidayatno, M.Tech

    Guridno Bintar Saputro, M.Agr

    Astrit Rimayan, M.ScFarid Yuniar, ST, M.Eng

    Gama Hirawan Utomo, ST

    Fahrul Hidayat, ST

    Andriyana Laillisaum, ST

    Seawan

    Editor:Prof. Dr. Ir. Sobar Susna, M.Surv.Sc

    Desain & Tata Letak

    Agus Seawan (Coqelat)

    © PPBW BIG 2016

        s    a   m

         b    u     t    a    n

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    5/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   3

    Sesuai dengan salah satu agenda Nawa Cita yang berbunyi “Membangun Indonesia dari

    pinggiran dengan memperkuat daerah daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan” maka Badan

    Informasi Geospasial melalui Pusat Pemetaan Batas Wilayah (PPBW-BIG) segera menindaklanju

    agenda tersebut dengan menyediakan informasi geospasial di wilayah perbatasan. Tentu, sesuai

    dengan tupoksinya bahwa informasi geospasial dalam hal ini adalah erat kaitannya dengan garis

    batas wilayah. Hal ini menjadi penng karena garis batas wilayah menjadi dasar bagi pemerintah

    daerah untuk menentukan luas wilayah, melaksanakan kegiatan pemerintahan dan merencanakan

    pembangunan sehingga penegasan batas wilayah menjadi prioritas untuk segera diselesaikan demiterciptanya harmonisasi pembangunan antar daerah.

    Kontribusi PPBW-BIG dalam upaya percepatan penegasan batas daerah salah satunya diwujudkan

    dengan melaksanakan kegiatan delineasi batas Provinsi, Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan secara

    kartometrik dengan melibatkan unsur pemerintahan setempat. Muncul harapan dari pekerjaan yang

    mana garis batas kesepakatan yang dhasilkan dapat dijadikan dasar dalam penyusunan produk hukum

    tentang batas wilayah. Produk hukum tentang batas wilayah inilah yang diperlukan sebagai bentuk

    kejelasan hukum yang mengatur tentang batas kewenangan antar daerah dalam penyelenggarakan

    kegiatan pemerintahan. Pada dasarnya garis batas Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/

    Kelurahan adalah kerangka dasar NKRI dalam urusan pembagian kewenangan sehingga sudah seharusnya

    penegasan batas-batasnya harus segera diselesaikan.

    Selain pekerjaan batas daerah, kontribusi PPBW-BIG dalam menyediakan informasi geospasial

    di wilayah perbatasan negara juga perlu diapresiasi. Selain melaksanakan fasilitasi perundingan darat

    dan marim, ada juga pekerjaan survei pemetaan yang diharapkan dapat menjadi media penyelesaian

    batas negara darat dan marim.

    Buku Annual Report Pusat Pemetaan Batas Wilayah Tahun 2015 ini disusun untuk memberikan

    gambaran tentang kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Pusat Pemetaan Batas Wilayah pada tahun

    2015. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

    Salam,

    Dodi Sukmayadi

    Depu Bidang Informasi Geospasial Dasar

    Badan Informasi Geospasial

    SAMBUTAN DEPUTI

    BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DASAR

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    6/92

    Badan Informasi Geospasial4

    Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat dan kemudahan sehingga pada kesempatan ini buku

    Laporan Tahunan Pusat Pemetaan Batas Wilayah 2015 dapat disusun. Buku

    ini menyajikan hasil-hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh Pusat Pemetaan

    Batas Wilayah – Badan Informasi Geospasial (PPBW BIG) selama kurun

    waktu Tahun Anggaran 2015.

    Kegiatan Bidang Pemetaan Batas Negara melipu kegiatan batas

    marim dan batas darat melalui kegiatan-kegiatan Kajian Delimitasi Batas

    Marim, Pemetaan Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-Malaysia, SurveiDemarkasi Ri-RDTL, Perawatan dan Pemasangan Border Sign Post (BSP) RI-

    RDTL, Pemetaan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Segmen Batas RI-RDTL,

    Pemetaan UAV Koridor Batas RI-RDTL, Survei Densikasi Pilar Batas RI-PNG

    serta serangkaian perundingan dengan negara-negara tetangga.

    Untuk Kegiatan Bidang Pemetaan Batas Administrasi, pada Tahun

    Anggaran 2015 sebagai kelanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan

    pada tahun-tahun sebelumnya, PPBW melakukan kegiatan Pemetaan

    Batas Wilayah Administrasi yang terdiri dari kegiatan Delineasi Batas Desa

    sebanyak 5 paket dengan 3 paket diantaranya termasuk pemasangan pilar

    batas desa, Delineasi Batas Kabupaten, Pemetaan UAV Segmen Bermasalahdi Kalimantan Tengah, Pembuatan Prototype Peta Desa, Pembuatan Norma,

    Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Peta Desa, Pemasangan Pilar Batas

    Kawasan Konservasi Gumuk Pasir di Parangtriss-DIY, Pemutakhiran Data

    Batas Wilayah, Penyusunan Dokumen Kajian Luas Pengelolaan Wilayah Laut

    dan Grand Design Percepatan Penyelesaian Batas Wilayah Administrasi,

    serta Pembuatan Materi Digital Penarikan Garis Batas Wilayah Administrasi

    Desa/Kelurahan Secara Kartometrik.

    Cibinong, Januari 2016

    Kepala Pusat

    Pemetaan Batas Wilayah

    Ir. Tri Patmasari, M.Si

    kata pengantar

     Ir. Tri Patmasari, M.Si

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    7/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   5

    BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

    VisiMenjadi integrator penyelenggaraan informasi geospasial sebagai landasan pembangunan Indonesia

    Misi1. Meningkatkan sinergi proakf dalam penyelenggaraan informasi geospasial nasional

    2. Mengintegrasikan informasi geospasial agar dapat memberikan nilai tambah bagi pembangunan nasional

    3. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas penyelenggaraan informasi geospasial nasional

    Adapun untuk Struktur Organisasi di Badan Informasi Geospasial pada saat ini dapat dilihat Pada Gambar 1

    Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Informasi Geospasial

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    8/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial6

    Berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 2011

    tentang Iinformasi Geospasial (IG). IGterdiri dari dua jenis, yaitu Informasi

    Geospasial Dasar (IGD) dan Informasi

    Geospasial Temak (IGT). IGD sebagaimana diatur

    dalam Pasal 5 melipu Jaring Kontrol Geodesi

    dan Peta Dasar. Peta dasar menurut pasal 12

    terdiri atas garis pantai, hipsogra, perairan,

    nama rupabumi, batas wilayah, transportasi

    dan ulitas, bangunan dan fasilitas umum, dan

    penutup lahan. Adanya informasi garis batas

    dalam peta dasar merupakan tanggung jawab

    yang diamanatkan kepada Pusat Pemetaan Batas

    Wilayah (PPBW).

    Tugas Pokok

    Sesuai dengan Pasal 55 Peraturan Kepala

    (Perka) Badan Informasi Geospasial (BIG) No.3

    Tahun 2012 Pusat Pemetaan Batas Wilayah

    mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

    penyusunan rencana dan program, perumusan

    dan pengendalian kebijakan teknis, pengumpulan,

    pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan data

    dan informasi geospasial dasar, serta penyiapanpelaksanaan penelitian dan pengembangan,

    dan pelaksanaan kerja sama teknis di bidang

    pemetaan batas wilayah.

    Fungsi

    1. Penyusunan rencana dan program di

    bidang pemetaan batas wilayah;

    PUSATPEMETAANBATASWILAYAH

    2. Penyiapan perumusan dan pengendalian

    kebijakan teknis di bidang pemetaan bataswilayah;

    3. Penyusunan norma, pedoman, prosedur,

    standar, dan spesikasi di bidang

    pemetaan batas wilayah;

    4. Pengumpulan, pengolahan, penyimpanan,

    dan penggunaan data dan informasi

    geospasial dasar di bidang pemetaan batas

    wilayah;

    5. Pemutakhiran data dan informasigeospasial dasar di bidang pemetaan batas

    wilayah; dan

    6. Pelaksanaan kerja sama teknis dengan

    badan atau lembaga pemerintah, swasta,

    dan masyarakat di dalam dan/atau luar

    negeri di bidang pemetaan batas wilayah.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    9/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   7

    Tugas Pokok Tiap Bidang

    1. Bidang Pemetaan Batas Negara

    Bidang Pemetaan Batas Negara mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan

    rencana dan program, perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, penyusunan norma, pedoman, prosedur,

    standar, dan spesikasi, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penggunaan, dan pemutakhiran data dan

    informasi geospasial dasar, serta pelaksanaan kerja sama teknis dengan badan atau lembaga pemerintah,

    swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri di bidang pemetaan batas negara.

    2. Bidang Pemetaan Batas Wilayah Administrasi

    Bidang Pemetaan Batas Wilayah Administrasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan

    penyusunan rencana dan program, perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, penyusunan norma,

    pedoman, prosedur, standar, dan spesikasi, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penggunaan, danpemutakhiran data dan informasi geospasial dasar, serta pelaksanaan kerja sama teknis dengan badan atau

    lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri di bidang pemetaan batas

    wilayah administrasi.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    10/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial8

    Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

    merupakan negara kepulauan terbesar di

    dunia dengan ribuan pulau-pulau, serta

    garis pantai yang kedua terpanjang di

    dunia. Wilayah NKRI memiliki batas darat dan marim

    (laut serta udara di atasnya) dengan negara-negara

    tetangga.

    BIDANG

    PEMETAANBATASNEGARA

    Wilayah NKRI di darat sesuai prinsip hukum internaonal “us posides juris”, yakni wilayah Indonesia

    mewarisi wilayah kedaulatan eks Hindia Belanda yang berbatasan dengan 3 (ga) negara tetangga, yaitu:

    Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste. Penetapan batas antara RI-Malaysia mengacu pada Traktat tahun1891, 1915 dan 1925 antara Belanda dan Inggris di Pulau Borneo, antara RI-PNG mengiku Konvensi tahun

    1895 antara Belanda dan Inggris di Pulau Nugini (Irian), sedangkan RI-Timor Leste mendasarkan pada Traktat

    tahun 1904 dan Permanent Court of Arbitraon (PCA) 1914 antara Belanda dan Portugis di Pulau Timor.

    Sementara itu Indonesia mempunyai batas marim dengan 10 (sepuluh) negara tetangga, yakni dengan India,

    Thailand, Malaysia, Singapura, Viet Nam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia dan Timor Leste. Indonesia

    sebagai negara pihak terhadap Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1982 (UNCLOS

    82) memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan ketentuan-ketentuan dalam UNCLOS 82 termasuk

    diantaranya ketentuan mengenai negara kepulauan, penetapan batas marim antar negara, serta hal-hal

    lainnya terkait wilayah perairan. Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki luas daratan ± 1.890.739 km2 

    dan luas lautan ± 6.311.013 km2 (Artanto, 2013). 

    Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh PPBW pada tahun 2015 terkait dengan batas negara melipu

    batas marim dan batas darat. Kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut:

    1. Kegiatan terkait batas marim melipu kegiatan kajian delimitasi batas marim guna mendukung

    perundingan teknis batas marim

    2. Kegiatan terkait batas darat melipu kegiatan survei dan pemetaan dalam rangka mendukung perundingan

    teknis batas darat.

    a. Pemetaan Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-Malaysia

    b. Pemetaan UAV Segmen Batas RI-RDTL

    c. Pemetaan UAV Koridor Batas RI-RDTL

    d. Perawatan Border Sign Post (BSP) RI-RDTL

    e. Perawatan Pilar Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) RI-RDTL

    f. Pemasangan dan Pengukuran Pilar Batas RI-RDTL

    g. Survei Densikasi Pilar Batas RI-PNG

    Kegiatan-kegiatan tersebut dijabarkan sebagai berikut:

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    11/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   9

    BIG sebagai salah satu anggota Tim teknis perunding batas marim selalu melaksanakan kajian(exercise) delimitasi garis batas marim dengan Negara tetangga. Hasil kajian ini digunakan sebagai bahanmasukan dan rekomendasi bagi penyusunan “Posion Paper ” Pemerintah Indonesia untuk Tim Teknis batasmarim dalam perundingan dengan negara tetangga yang berbatasan. Dalam perundingan teknis batasmarim, BIG sebagai anggota delegasi juga menjadi Ketua Technical Working Group (TWG) atau KetuaExpert Group.

    Sesuai dengan roadmap Kementerian Luar Negeri, pada tahun 2015 telah dilaksanakan 9 (sembilan)

    perundingan teknis batas marim dengan 6 (enam) negara yaitu Malaysia, Timor Leste, Viet Nam, Palau,

    Filipina dan Thailand. Perundingan teknis batas marim dengan Timor-Leste merupakan perundingan teknis

    batas marim yang pertama kali dilaksanakan.

    Setelah pada tahun 2014 telah disepaka batas laut wilayah di segmen Selat Singapura bagian mur

    antara Indonesia dan Malaysia serta kesepakatan batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) antara Indonesia dan

    Filipina, Pemerintah Indonesia pada tahun 2015 melanjutkan proses rakasi kedua perjanjian tersebut

    melalui Undang-Undang. Saat ini proses rakasi berada di tahap Harmonisasi, Pembulatan, dan Pemantapan

    Konsepsi Rancangan Undang-Undang Pengesahan Perjanjian di Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-

    Undangan, Kementerian Hukum dan HAM.

     Rekapitulasi pelaksanaan Perundingan Teknis Batas Marim beserta hasilnya selama tahun 2015

    disajikan dalam Tabel 1. Peta-peta illustrasi batas-batas marim yang dirundingkan seper pada Gambar 1

    s.d Gambar 10.

    Tabel 1. Rekapitulasi Perundingan Teknis Batas Marim 2015 dan Hasil Perundingan

    No  Perundingan Hasil

    1

    Pertemuan Konsultasi Informal

    Penetapan Batas Landas Konnen

    RI-Filipina

    Jakarta 19 Januari 2015

    - Pada pertemuan tersebut, pihak Filipina

    mengusulkan agar kedua negara menjajaki

    dimulainya pembahasan trijunction point

    batas maritim RI-Filipina-Palau. Tim Teknis

    RI memandang usulan tersebut belum dapat

    dilakukan mengingat Indonesia saat ini masih

    merundingkan penetapan batas ZEE dengan Palau.

    - Tim Teknis RI mengusulkan agar dilakukanpenjajakan untuk segera memulai perundingan

    penetapan batas Landas Konnen.

    1.1 Dokumen Perundingan Teknis Batas Maritim

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    12/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial10

    2

    27th Technical Meeting on

    Marime Boundaries Delimitaon

    Between the Republic of Indonesia

    and Malaysia

    Jakarta, Indonesia, 27-28 Februari

    2015

    Diskusi terkait:

    Laut Sulawesi

    - Delegasi Malaysia menyatakan bahwa proposalnya

    adalah garis ekuidistan, yang mana seap kbatas dikonstruksikan sama jarak dari k dasar

    Malaysia

    - Ketua Delegasi Indonesia mengingatkan kembali

    terkait proposal untuk memformalkan garis

    Provisional Territorial Sea Boundary (PTSB) di

    laut Sulawesi. Posisi Indonesia dalam penarikan

    garis batas selalu bereferensi kepada garis pangkal

    kepulauan.

    Laut Tiongkok Selatan

    -Kedua ketua delegasi sepakat untuk memberikanmandat kepada TWG untuk membahas potensial

    garis batas laut territorial

    - TWG masing-masing negara menampilkan

    konstruksi garis batas laut teritorialnya di Tanjung

    Datu.

    Selat Singapura

    Ketua Delegasi Indonesia menanyakan tentang

    progress terkait delimitasi negosiasi antara Malaysia

    dan Singapura di sekitar Pedra Branca dan Middle

    Rock.

    Selat Malaka

    - Ketua Delegasi Indonesia kembali menyampaikan

    proposal untuk memformalkan garis PTSB

    sebagaimana telah diajukan pada pertemuan

    ke-26.

    - Ketua Delegasi Malaysia mempertahankan

    posisinya bahwa untuk memformalkan PTSB

    akan diambil setelah semua delimitasi garis laut

    teritorial di sebelah selatan Selat Malaka telahdisepaka.

    - Terkait dengan delimitasi garis zona ekonomi

    eksklusif (ZEE) di selat Malaka, kedua pihak masih

    mempertahankan posisinya.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    13/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   1

    3

    28th Technical Meeting on

    Marime Boundaries Delimitaon

    Between Malaysia and the

    Republic of Indonesia

    Kuching, Malaysia, 14-16 Juni 2015

    Laut Sulawesi

    - Tim Teknis kedua negara telah menyampaikan

    usulan proyeksi garis Land Konnen (LK) masing-masing dan sepakat untuk melakukan diskusi

    pendalaman terkait relevant circumstances dalam

    mengkonstruksi garis batas LK;

    - Atas usulan Tim Teknis Indonesia, Tim Teknis

    Malaysia akan mempertimbangkan untuk

    memformalisasi garis PTSB di Laut Sulawesi juga

    akan mempermbangkan midpoint Provisional

    Common Point (PCP) di Laut Sulawesi

    Laut Tiongkok Selatan

    Tim Teknis kedua negara sepakat untuk

    mendiskusikan transformasi koordinat geogras

    garis batas LK RI-Malaysia 1969 guna menjadi dasar

    permbangan perlu daknya dilakukan penyesuaian

    atas garis tersebut apabila setelah di transformasi,

    garis LK RI-Malaysia 1969 itu terletak di dalam 12

    mil laut kedua negara.

    Selat Malaka bagian Selatan

    - Atas usulan Tim Teknis Indonesia, Tim Teknis

    Malaysia akan mempertimbangkan untuk

    memformalisasi garis PTSB di Selat Malaka bagian

    Selatan (kesepakatan pada TM-26 di Johor Bahru,

    2013).

    - Tim Teknis kedua negara sepakat untuk

    melanjutkan diskusi teknis.

    Selat Singapura bagian Timur

    Tim Teknis kedua negara sepakat untuk melanjutkan

    diskusi teknis.

    Selat Malaka (ZEE)Tim Teknis kedua negara sepakat untuk melanjutkan

    diskusi teknis.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    14/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial12

    4

    The 6th Technical Meeting on

    the Delimitaon of the Exclusive

    Economic Zone Between the

    Republic of Indonesia and the

    Socialist Republic of Viet Nam

    Jakarta, Indonesia, 10-12 Maret

    2015

    - Kedua negara bertukar pandangan mengenai the

    Dra of the Consolidated Text of the Proposed

    Principles and Guidelines, yaitu pada Paragraf

    7, 8, dan 10

    - Kedua negara saling bertukar daar koordinat

    geogras Tik Dasar, Garis Pangkal Kepulauan

    Indonesia dan Garis Pangkal Viet Nam yang relevan

    serta telah ditetapkan oleh Pemerintah masing-

    masing

    5

    Preparatory Meeng to the Fih

    Technical Meeting on Maritime

    Boundaries Delimitation (MBD)

    between the Republic of Indonesia

    and the Republic of Palau

    Manila, Filipina, 30-31 Juli 2015

    - Tim Teknis kedua negara menyepaka outstanding

    issues to be addressed during the 2nd  Preparatory

    Meeng

    - Kedua negara masih berbeda posisi terkait

    metoda delimitasi yang akan digunakan dalam

    mengkonstruksi garis batas ZEE kedua negara.

    6

    The Meeng of 1st Consultaon

    Between the Democrac Republic

    of Timor Leste and the Republic of

    Indonesia on Marime Boundaries

    Delimitaon

    Dili, 18 September 2015

    - Kedua delegasi bertukar pandangan terkait

    modali untuk diskusi delimitasi batas marim

    - Delegasi Indonesia juga membagikan pengalaman

    terkait submisi k dasar ke PBB dan meminta

    pihak RDTL untuk memberikan informasi terkait

    k dasar dan garis pangkalnya.

    - Kedua delegasi sepakat untuk melaksanakan

    negosiasi delimitasi batas marim berdasarkan

    prinsip panduan yang sama.

    - Kedua pihak sepakat untuk mendiskusikan area

    terkait delimitasi dan mendelimitasi segmen

    yang mudah.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    15/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   1

    7

    The Meeng of Second ConsultaonBetween the Democrac Republic

    of Timor Leste and the Republic of

    Indonesia on Marime Boundaries

    Delimitaon

    Surabaya, Indonesia , 29-30

    Oktober 2015

    - Kedua Negara menyepakati “ principles and

    guidelines and the idencaon of relevant areas

     for marime boundaries delimitaon” dan area

    delimitasi batas marim yang relevan yaitu area

    Selat Wetar, Selat Ombai bagian mur, Selat Ombai

    bagian barat, dan Laut Timur.

    - Pada principles and guidelines tersebut disepaka

    dibentuk technical meeng untuk melaporkan

    hasil pekerjaan dan mendapatkan arahan dari

    otoritas yang lebih nggi.

    - Kedua Negara mendiskusikan dan menyepaka

    rencana kerja bersama yang dibagi menjadi ga

    fase: konsultasi, Inventarisasi data dan pekerjaan

    exercise, pertimbangan teknis dan legal, dan

    penggambaran garis batas marim sementara.

    8

    Pertemuan Konsultasi Informal

    Penetapan Batas Zona Ekonomi

    Eksklusif (ZEE) RI-Thailand

    Bangkok, Thailand, 23 April 2015.

    Pada pertemuan ini, kedua delegasi melakukan

    pertukaran informasi mengenai perkembangan

    upaya penetapan batas marim yang dilakukan

    oleh Pemerintah masing-masing negara dengan

    negara-negara tetangganya dan melakukan overview  

    mengenai kesepakatan garis batas LK RI dan Thailand

    yang dapat digunakan sebagai referensi dalam

    upaya penetapan batas ZEE kedua negara, serta

    bertukar pandangan mengenai penetapan batas

    ZEE secara umum

    9

    The 7th Technical Meeting on

    the Delimitaon of the Exclusive

    Economic Zone Between the

    Republic of Indonesia and the

    Socialist Republic of Viet Nam

    Hanoi, Viet Nam, 15-17 Desember

    2015

    - Kedua negara telah menyepaka wording Para

    10 (kini berubah menjadi para 9) yang mengatur

    mengenai pertukaran daar koordinat k-k

    dasar garis pangkal kedua negara. Daar koordinat

    telah dilakukan pada Pertemuan Teknis ke-6 di

    Jakarta

    - Kedua negara sepakat untuk menggabungkan

    wording Para 7 dan 8 menjadi Para 7 baru. Namun

    wording Para 7 baru belum dapat disepakati

    karena Vietnam masih mempertahankan posisinya

    untuk menjadikan garis Landas Konnen 2003

    sebagai faktor yang perlu dipertimbangkan

    (relevant circumstances) dalam penarikan garis

    batas ZEE kedua negara.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    16/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial14

    Berikut ini adalah peta ilustrasi yang menggambarkan garis

    batas marim antara Indonesia dengan 10 (sepuluh) negara

    tetangga yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Viet Nam,Timor-Leste, Australia, Palau, Filipina, dan Papua Nugini

    Gambar 1. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Thailand

    Gambar 2. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-India

     

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    17/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   1

    Gambar 3. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Malaysia Gambar 4. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Singapur

    Gambar 5. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Viet Nam Gambar 6. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Filipina

    Gambar 7. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Palau

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    18/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial16

    Gambar 8. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Papua Nugini

    Gambar 9. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Australia

    Gambar 10. Peta Ilustrasi Batas Marim Indonesia-Timor-Leste

    Beberapa illustrasi pelaksanaan perundingan batas

    marim yang telah dilaksanakan pada tahun 2015

    ini dapat dilihat pada Gambar 11 sampai dengan

    Gambar 13 berikut.

    Gambar 11. Suasana Pertemuan Teknis Penetapan Batas Marim RI-Palau

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    19/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   1

    Gambar 12.

    Penandatangan ROD Pertemuan

    Teknis ke-7

    Penetapan Batas ZEE RI-Viet Nam

    Gambar 13. Delegasi Indonesia dan RDTL Pada Pertemuan Pertama Penetapan Batas

    Marim Indonesia-RDTL

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    20/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial18

    Seper halnya dengan perundingan teknis batas marim, pada perundingan teknis batas darat BIGcq. PPBW menjadi anggota delegasi serta focal point  dalam terselenggaranya perundingan teknis batas darat.

    Selain itu BIG juga menjadi instansi pendukung teknis dalam forum-forum lainnya. BIG menjadi menjadi

    Ketua Delegasi pada pertemuan Sub Working Group Joint Border Mapping (JBM)dan Common Border Datum

    Reference Frame (CBDRF) serta pada forum Joint Working Group (JWG) for CBDRF and JBM.

    Pelaksanaan kegiatan Dokumen Perundingan Teknis Perbatasan darat sepanjang tahun 2015 ini

    melipu pertemuan teknis pada berbagai ngkatan antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah negara

    tetangga.

    Rekapitulasi pelaksanaan Perundingan Teknis Batas Darat beserta hasilnya selama tahun 2015 disajikan

    dalam Tabel 2.

    Tabel 2. Rekapitulasi Perundingan Teknis Batas Darat 2015

    No Perundingan Hasil

    Special Discussion for the Joint

    Border Mapping (JBM) Project

    between Indonesia and Malaysia

    Bandung, Indonesia, 25-29 Mei

    2015

    - Persiapan Final Hardcopy Proof Lembar Peta

    No. 17-21 .

    - Persiapan Field Vericaon Plots Lembar Peta

    No. 22-26.- Pertukaran dan Pengiriman Peta cetak lembar

    no. 2-13 dan 41-43.

    - Perganan ketua delegasi JBM untuk Indonesia

    dari Dr. Ade Komara ke Pak Anas Kencana.

    Special Discussion for the Joint

    Border Mapping (JBM) Project

    between Malaysia and Indonesia

    Shah Alam, Malaysia, 17-21

    Agustus 2015 2014 

    - Kesepakatan Final Hardcopy Proof  dari Nomor

    Lembar Peta 17-21

    - Kesepakatan Field Vericaon Plot  dari Nomor

    Lembar Peta 22-26

    - Pertukaran Dataset  dari Nomor Lembar Peta 27-31- Pertukaran Metadata dari Nomor Lembar Peta

    14 - 16 dan 36 – 37

    1.2 Dokumen Perundingan Teknis Batas Darat

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    21/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   1

    Special Discussion of Common

    Border Datum Reference Frame

    (CBDRF) Project between

    Indonesia and Malaysia

    Jakarta, Indonesia, 10-12 Maret

    2015

    - Kedua pihak sepakat untuk segmen DS011-I01 dan

    V562-U921 menggunakan data dari survey and

    traverse data from the Demarcaon and Survey

    Traverse Computaon Sheets Boundary Pillars /

    Markers DS011-S300/DS 010, S300 - S800, S800

    - S900, S 900 - S1200/DS007, DS007 - J001, V562

    - GPS7059, GPS7059 - V1200, V1200 - DS 019/U

    001, U 001 - U 100, and U100 - U 921 

    - Pihak Malaysia mengusulkan untuk menunda

    pelaksanaan Joint Survey GNSS tahun 2015karena menginginkan seluruh kegiatan kompilasi,

    komparasi dan analisis adjustment selesai

    untuk seluruh segmen pada tahun 2016. Pihak

    Indonesia masih berpandangan bahwa survei

    dapat dilaksanakan secara pararel dengan kegiatan

    kompilasi, komparasi dan analisis adjustment.

    - Perganan ketua delegasi CBDRF untuk Indonesia

    dari Pak Anas Kencana ke Pak Lulus Hidayatno.

    Special Discussion of Common

    Border Datum Reference Frame

    (CBDRF) Project between Malaysia

    and Indonesia

    Genng, Malaysia, 24-28 Agustus

    2015

    - Berdasarkan hasil analysis adjustment yang

    dilakukan oleh kedua negara diperoleh kesepakatan

    interval jarak untuk segmen DS 011 - I01 dan V562

     – U921 adalah 7.5 km.

    - Terkait dengan  Joint GNSS Survey , Malaysia

    mengajukan proposal interval jarak 1 km antara

    segmen I 01 – J01. Sementara Indonesia memiliki

    pandangan bahwa  Joint GNSS Survey   harus

    disinkronkan dan berkaitan dengan kegiatan

    kompilasi, komparasi dan analisis adjustmentyang telah dilakukan kedua negara.

    - Kedua pihak sepakat untuk melaksanakan Joint

    Reconnaisance pada tahun 2016.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    22/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial20

    5

    Twelfth Meeting of the Joint

    Working Group (JWG) for theCommon Border Datum ReferenceFrame (CBDRF) and Joint BorderMapping (JBM) between Indonesiaand Malaysia

    Kuala Terengganu, Indonesia,

    21 – 23 Oktober 2015

    JBM

    - Menyetujui Hardcopy Proof  Nomor Lembar Peta17-21

    - Menyetujui Field Vericaon Plot  Nomor LembarPeta 22, 23 dan 24 dan menyepaka penjadwalan

    ulang penyelesaian Field Vericaon Plot  NomorLembar Peta 25 dan 26.

    - Memerintahkan JBM Sub-working Group untukmengoreksi kartogra anomali dan nalisasi dariField Vericaon Plot  Nomor Lembar Peta 25 dan26 untuk dapat disampaikan pada Pertemuan

    ke-45 IMT.

    - Menyetujui usulan pengganan judul dari NomorLembar Peta 23.

    - nama negara bagian/ provinsi pada judul petadihilangkan sesuai keputusan MIT ke-44 maka

    lembaran peta, Hardcopy Proof , dan TOR JBMakan disesuaikan dengan keputusan tersebut.

    CBDRF:

    - Menyepakati jarak maksimal untuk perataansektor J 01 - DS 001 dan sektor U921 - V 562dariSektor Sarawak - Kalimantan Barat sepanjang7.5 km.

    - Format kompilasi data survei traverse yang akandigunakan oleh Co-Project Director  dan akandisampaikan pada Pertemuan ke-45 Joint Indonesia- Malaysia Boundary Technical Commiee Meeng (IMT) untuk mendapatkan arahan dan persetujuan,

    - Menyepaka Daar persiapan Survei BersamaGNSS, Daar CORS tambahan yang akan digunakandalam CBDRF Project, dan Meminta Sub-workingGroup  CBDRF untuk mempersiapkan detailpembiayaan Survei GNSS.

    6

    Eighth Meeting of the JointWorking Group on the Outstanding

    Boundary Problems on the Joint

    Demarcaon and Survey of the

    Internaonal Boundary   BetweenMalaysia (Sabah) and Indonesia(Kalimantan Timur)

    Shah Alam, Malaysia, 3 – 7

    November 2015

    - Kedua negara masih berdiskusi terkait 1891Boundary Convention dan 1915 Boundary

     Agreement 

    - Kedua pihak menyepakati untuk melakukanpertukaran dokumen-dokumen yang dijadikan

    referensi dalam membantu menyelesaikanperbedaan interpretasi terhadap perjanjianInggris-Belanda.

    - Kedua negara masih berdiskusi terkait OBP diwilayah Sebak

    - Kedua negara masih berdiskusi terkait OBP diSungai Sinapad dan Simanpal.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    23/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   2

    7

    The Forty Fifth Meeting of the

     Joint Indo ne sia - Ma lay sia

    Boundary Technical Commiee on

    the Demarcaon and Survey of the

    Internaonal Boundary between

    Indonesia and (Kalimantan Timur

    & Kalimantan Barat) Malaysia

    (Sabah & Sarawak)

    Bali, Indonesia, 24-26 November

    2015

    - Penyampaian  Joint Progress Report for Sabah

    - Kalimantan Utara Sector for the Period dan 

    Sarawak - Kalimantan Barat Sector

    - Penyampaian The Joint Progress Report of the Joint

    Working Group (JWG) for the Common Border

    Datum Reference Frame (CBDRF) and Joint Border

    Mapping (JBM)

    - Kedua pihak pada pertemuan ini sepakat untuk

    menunda Joint GNSS Survey tahun 2015.

    - Pada pertemuan ini dilakukan tukar menukar peta

    cetak JBM lembar peta no. 14-16 dan lembar peta

    no. 36-367 secara simbolis.

    - Kedua pihak sepakat terkait the Action Plan

    and Timeline for the Joint Documentation of

    the Historical Records on the Demarcaon and

    Survey of the Internaonal Boundary between

    Indonesia (Kalimantan Utara & Kalimantan Barat)

    and Malaysia (Sabah & Sarawak)

    - Memberikan amanat kepada kedua Co-Project

    Directors dan Sub-Working Group dari JWG-CBDRF

    guna melakukan desktop study dan persiapan

    GNSS Survey  pada tahun 2016

    - Kedua pihak sepakat bahwa CPD Kalimantan Utara-Sabah untuk melaksanakan kajian menyeluruh

    terkait berbagai aspek dalam penentuan terusan

    batas internasional di sekitar Pantai Barat Pulau

    Sebak ke Boundary Marker AA 2 dari Priority

    Area I ( A - B )

    - Kedua pihak telah menyepakati untuk

    melaksanakan kegiatan IRM bersama pada

    Prioritas Area I (A-B) yaitu area A 700 - A 800

    sepanjang 8.5 km untuk Sektor Sabah - Kalimantan

    Utara dan Prioritas Area VII (H-I) yaitu area H 100

    - H 300 sepanjang 14 km untuk Sektor Sarawak

    - Kalimantan Barat.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    24/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial22

    8

    Informal Meeng for Operaon

    Planning of the Joint Field Survey

    2015 Between the Republic of

    Indonesia and the IndependentState of Papua New Guinea

    Jayapura, Indonesia, 15-16 Mei

    2015

    - Pihak Indonesia mempresentasikan rencana Joint

    Field Survey  tahun 2015 yaitu terkait densikasi

    segmen MM1-MM2, MM11.2-MM11.3 dan

    segmen MM13.0-MM13.1. P

    -Pihak PNG mempresentasikan rencana terkaitsurvei CBDRF di MM7, MM 7.1 dan MM 7.2.

    - Kedua pihak sepakat untuk saling tukar data pada

    tanggal 16 September 2015. Pihak Indonesia

    mengusulkan untuk melanjutkan Joint Field Survey  

    untuk densikasi di MM13.0-MM13.1 pada tahun

    2016

    9

    Border Liason Meeng (BLM)

    between the Government

    of the Republic of Indonesia

    and the Government of theIndependent State of Papua

    New Guinea

    Jayapura, Indonesia, 15-16

    Oktober 2015

    Pada pertemuan ini kedua pihak menyepakati

    beberapa hal terkait dengan :

    - Pembangunan infrastruktur di Perbatasan

    -Administrasi dan Pengaturan Batas

    - Pelintas Batas yang berada di Indonesia dan PNG

    - Kasus yang melibatkan warga negara Indonesia

    dan PNG di Perbatasan

    - Tukar Informasi terkait beberapa kerjasama

    bilateral perbatasan

    10

    Joint Sub-Commiee on

    Security Maers (JSC-SM)

    between the Government

    of the Republic of Indonesia

    and the Government of the

    Independent State of Papua

    New Guinea

    Bandung, Indonesia, 18November 2015

    Pada pertemuan ini kedua pihak mendiskusikan

    beberapa hal terkait dengan :

    - Indonesia mengusulkan agenda baru antara lain:

    • Indonesia pada pertemuan ini mengangkat gainsiden batas utama antara lain:

    - WNI yang hilang di sekitar sungai Torasi pada

    tanggal 6 Februari 2014

    - Penurunan bendera Indonesia di Yakyu oleh

    PNGDF pada tanggal 7 Agustus 2015

    - Dugaan exploitasi WNI oleh PNGDF sekitar

    sungai Torasi pada tanggal 5 September 2015.

    - Penggunaan seragam militer resmi dan identas

    resmi untuk personil yang berpatroli di wilayah

    perbatasan. Hal ini untuk mencegah insiden yangterjadi di wilayah perbatasan kedua negara.

    • Sementara PNG mengangkat agenda baru yaitu

    pembangunan jaringan data sharing ga negara

    antara Indonesia dan PNG serta Australia terkait

    dengan isu-isu keamanan di wilayah selatan

    perbatasan.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    25/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   2

    11

    Thirty-Second (32nd)

    Joint Border Commiee

    between the Government

    of the Independent State of

    Papua New Guinea and the

    Government of the Republic of

    Indonesia

    Bandung, Indonesia, 19

    November 2015

    Beberapa hal yang didiskusikan a.l:

    - Kedua pihak menginformasikan progres

    terkait rakasi Basic Agreement on Border

     Arrangement  2013.

    - Kedua pihak sepakat untuk saling tukar pandang

    terkait ToR untuk Joint Vericaon di Sungai Fly

    untuk mempercepat kompensasi.

    - Kedua pihak menginformasikan terkait Joint

    Inauguraon Skow-Wutung Border Post dan

    Border Plaque Monument .

    - Kedua pihak saling tukar pandangan terkait

    zona netral di wilayah Skouw-Wutung.

    - Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan

    kerjasama di bidang minyak dan gas di wilayahperbatasan.

    12

    The 28th Technical Sub-Commiee

    on Border Demarcation and

    Regulation (TSCBDR) Between

    the Democratic Republic of

    Timor-Leste and the Republic of

    Indonesia

    Dili, 10 - 11 Agustus 2015

    - Kedua pihak menyepakati hasil dari survei

    demarkasi tahun 2014

    - Kedua pihak sepakat bahwa pekerjaan terkait

    pemetaan JBM Project telah hampir selesai dan

    memerlukan sedikit modikasi agar peta dapat

    lebih jelas dibaca.

    -

    Kedua pihak menyatakan kesiapannya untukmemulai perundingan batas marim

    - TSC-BDR merekomendasikan terkait dengan

    penyesuaian Standard Operaonal Procedures 

    untuk kegiatan Delineasi

    Salah satu program yang menjadi prioritas di PPBW BIG ini adalah pembuatan Peta Joint Border

    Mapping (JBM) RI-Malaysia dan Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) RI-Malaysia. JBM sendiri

    merupakan peta bersama antara Indonesia dan Malaysia yang memetakan koridor selebar 5 Km di sepanjangperbatasan Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan. Walaupun pemetaan JBM ini sendiri bersifat teknis,

    namun untuk mencapai sebuah peta yang disepaka bersama tetap harus melalui mekanisme perundingan

    bilateral kedua negara. Adapun indeks lokasi, tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses pemetaan

    JBM beserta status hingga tahun 2015 ini dapat dilihat pada Gambar 14.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    26/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial24

    38-40 (2011) dan 44-45(2010), ditunda karena

    OBP) 

    2-13, 14-16, 36-37 dan 41-43Status Final Hardcopy Proof

    dan Dipublikasi (Sheet 1 FHPbelum dipublkasi)

    17-21 Status FinalHardcopy Proof (MICM 12) 

    STATUS PELAKSANAAN JOINTBORDER MAPPING RI - MALAYSIA

    22-26 Status FieldVerification Plot (MICM

    12 dan IMT 2015) 

    Data Exchange

    Field Verifica3onPlot

    (FVP)

    Final HardcopyProof

    (FHP)

    Map Publica3on

    LEVEL DATA JBM

    27-31 Status DataExchange 

    Gambar 14. Indeks lokasi, Tahapan, dan Status Peta JBM RI-Malaysia

    Gambar 14 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2015 lembar peta 17-21 telah memasuki

    level Final Hardcopy Proof  dan Field Vericaon Plot  untuk lembar peta no. 22-26. Kesepuluh lembar

    peta tersebut telah ditandatangani oleh kedua ketua delegasi pada pertemuan IMT ke-45 di Bali,

    Indonesia, 24-26 November 2015 (Gambar 15). Sehingga untuk tahun 2016 adalah melanjutkan

    kegiatan persiapan Final Hardcopy Proof  untuk lembar peta no. 22-26 dan Field Vericaon Plot  untuk lembar peta no. 27-31. Contoh Peta JBM Sheet 22 yang sudah ditandatangai dapat dilihat

    pada Gambar 16.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    27/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   2

    Gambar 15. Suasana pertemuan IMT ke-45

    Gambar 16. Contoh Peta JBM Sheet 22 Yang Sudah Ditandatangani

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    28/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial26

    Sampai tahun 2015 ini, dari 45 Nomor Lembar Peta (NLP) JBM RI-Malaysia yang direncanakan, sudah

    20 NLP yang dilakukan publikasi yaitu nomor 2-16, 36-37 dan 41-43. Publikasi dalam hal ini adalah sudahdilakukan diseminasi dan sosialisasi kepada pihak-pihak yang berkepenngan. Walaupun masih dalam tataran

    skala 1:50.000, namun Peta JBM ini sudah banyak digunakan oleh TNI dalam rangka kegiatan pengamanan

    batas RI-Malaysia oleh Satuan Tugas Pengamanan Batas RI-Malaysia (Satgas Pamtas RI-Malaysia)

    Selain Pemetaan JBM, terdapat pula pekerjaan CBDRF RI-Malaysia yang bertujuan untuk mendapatkan

    nilai koordinat pilar batas RI-Malaysia dalam common datum atau datum bersama. Seper diketahui bahwa

    saat ini di sepanjang perbatasan RI-Malaysia sudah terpasang pilar batas 19.328 dan kesemuanya menggunakan

    koordinat Reced Skew Ortomorphic (RSO) dan datum Timbalai yang merupakan sistem pemetaan Malaysia.

    Dengan program CBDRF ini diharapkan koordinat-koordinat pilar batas RI-Malaysia ini dapat ditransformasikan

    dalam sistem koordinat global, sehingga dapat digunakan secara luas.

      Program CBDRF ini dalam pekerjaannya dibagi-bagi dalam beberapa segmen dan sudah dimulai

    sejak tahun 2010. Adapun segmentasi dan waktu pelaksanaannya dapat dilihat pada Gambar 17 berikut.

    Gambar 17. Segmen dalam kegiatan kompilasi data traverse CBDRF

    Kegiatan survei demarkasi dan pemetaan batas negara darat yang dilakukan oleh PPBW tentunya dilaksanakan

    dalam rangka dak hanya untuk memenuhi pengadaan data serta informasi geospasial terkait batas namun

    daripada itu untuk dapat mendukung perundingan teknis batas negara darat.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    29/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   2

    Merujuk kepada UU No. 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara, kegiatan terkait dengan batas

    negara darat melipu kegiatan survei dan pemetaan Kecamatan-Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-

    Malaysia. Pembuatan Peta Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-Malaysia ini melanjutkan kegiatan yang

    dikerjakan pada tahun 2011. Peta Kecamatan ini mempunyai skala 1:50.000 dan terdiri dari dua jenis, yaitu

    berupa lembaran sesuai indeks (skala 1:50.000) sebanyak 70 Nomor Lembar Peta (NLP) dan lembaran

    sesuai area kecamatan dengan skala menyesuaiakan sebanyak 13 NLP. Lokasi untuk kegiatan ini melipu dua

    kabupaten yaitu Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara. Peta Kecamatan ini

    menggunakan data dasar RBI dan Peta Joint Border Mapping (JBM) RI-Malaysia dan dilengkapi juga dengan

    informasi Pilar Batas RI-Malaysia.

    Tujuan dari kegiatan Pemetaan Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-Malaysia adalah untuk

    menyediakan data maupun informasi yang berbasis spasial dalam rangka mendukung perumusan kebijakan

    pemerintah untuk pembangunan kawasan perbatasan RI-Malaysia. Dengan demikian, sampai dengan tahun

    2015 ini, seluruh kecamatan di wilayah perbatasan darat RI-Malaysia sudah tersedia peta kecamatannya.

     Adapun indeks peta Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-Malaysia tahun 2015 dapat dilihat pada

    Gambar 18 dan lokasi kegiatannya pada Tabel 3 berikut.

    Gambar 18. Indeks Peta Kecamatan Kawasan Perbatasan RI-Malaysia

    1.3 Pemetaan Kecamatan di Kawasan Perbatasan RI-Malaysia

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    30/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial28

    Tabel 3. Lokasi Pemetaan Kecamatan Kawasan Perbatasan RI-Malaysia

    No. Kecamatan Kabupaten

    1. Kayan Selatan Malinau

    2. Kayan Hulu

    3. Kayan Hilir

    4. Pujungan

    5. Bahau Hulu

    6. Krayan Selatan Nunukan

    7. Krayan

    8. Lumbis

    9. Tulinonsoi

    10. Sei Menggaris

    11. Nunukan

    12. Nunukan Selatan

    13. Sebak (Pulau)

    Hasil dari kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 19 (indekswise) dan Gambar 20 (areawise)

    Gambar 19. Contoh Peta Kecamatan (indekswise)

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    31/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   2

         R     I   -     M    a     l    a    y    s

         i    a

    Gambar 20. Contoh Peta Kecamatan (areawise)

    Hasil dari kegiatan diseminasi dan sosialisasi Peta JBM RI-Malaysia di Kabupaten Sintang,

    Provinsi Kalimantan Barat pada Oktober 2015, selain Peta JBM masyakarat juga membutuhkan

    peta dengan cakupan area yang lebih luas. Dengan adanya peta kecamatan di kawasan

    perbatasan ini, dapat menjadi media dalam kegiatan pembangunan di kawasan perbatasanbaik oleh pemerintah daerah ataupn pemerintah pusat.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    32/92

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    33/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   3

    a) Pemetaan Segmen Batas

    Persetujuan sementara antara Pemerintah Republik Indonesia dan

    Pemerintah Republik Demokrak Timor Leste mengenai Perbatasan Darat

    dituangkan dalam Provisional Agreement  yang disepaka di Dili tanggal 8

    April 2005. Pada Provisional Agreement  tahun 2005 terdapat 3 Unresolved

    segmen antara Indonesia dan Timur Leste yang belum disepaka, yaitu

    Dilumil-Memo, Noel Besi-Citrana dan Bijael Sunan-Oben. Segment Dilumil-

    Memo telah diselesaikan melalui addendum Provisional Agreement  pada

    tahun 2013. Hingga saat ini masih tersisa 2 wilayah Unresolved Segment ,

    yaitu segmen Noel Besi-Citrana dan Bijael Sunan-Oben.

    Belum jelasnya garis batas negara pada wilayah Unresolved segmen 

    membuat masyarakat kedua negara sering terlibat konik batas. Salah satu

    penyebab utama terjadinya konik adalah perebutan kewenangan di wilayah

    Unresolved segmen. Aktas pembangunan sik berupa bangunan kayu atau

    beton serta pembuatan sawah atau ladang di wilayah unresolved segment  

    berpotensi memicu terjadinya konik antar masyarakat kedua negara.

    Kegiatan pemotretan udara menggunakan wahana UAV dilakukan dalamrangka menyediakan foto udara resolusi nggi yang akan digunakan untuk

    melakukan analisa perkembangan penggunaan lahan di wilayah Unresolved

    Segment. Hasil pemotretan udara  juga akan digunakan untuk menganalisa

    tur tur alam di wilayah Unresolved Segment yang berpotensi menjadi

    solusi penentuan garis batas negara yang belum disepaka.

    Kegiatan pemotretan udara dilakukan pada 2 tempat yang berbeda,

    yaitu pada Segmen Noelbesi-Citrana dan Manusasi-Oben. Luas wilayah

    Pemotretan udara pada segmen Noelbesi-Citrana sekitar 50 Km2 sedangkan

    luas wilayah pemotretan udara pada segmen Manusasi-Oben sekitar 30 Km2.

    Pekerjaan pemotretan udara menghasilkan peta garis dan peta foto dengan

    skala 1 : 3.000 dengan jumlah masing masing 20 NLP. Pada pekerjaan ini juga

    dilakukan survey toponimi sederhana untuk memperoleh informasi terbaru

    mengenai wilayah unresolved segment . Indeks pelaksanaan pekerjaan ini

    dapat dilihat pada Gambar 21. Hasil pekerjaan ini berupa Peta Foto dan

    Peta Garis. Untuk contoh Peta Foto dapat dilihat pada gambar 22 dan Peta

    garis pada Gambar 23.

    1.4 Pemetaan UAV Segmen Batas dan Koridor Batas RI-RDTL

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    34/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial32

    Gambar 21. Indeks Lokasi Pemetaan UAV Segmen Batas RI-RDTL

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    35/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   3

    Gambar 22. Contoh Peta Foto Hasil Pemetaan UAV Segmen Batas RI-RDTL

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    36/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial34

    Gambar 23. Contoh Peta GarisHasil Pemetaan UAV Segmen Batas RI-RDTL

    Berdasarkan hasil pada pertemuan Special Working Group (SWG) on Unresolved Segments RI-RDTL Ke-3 di Dili

    2015, kedua negara sepakat untuk melaksanakan Joint Field Survey on Unresolved Segments (JFS Unresolved)di segmen Noel Besi/Citrana pada tahun 2016. BIG dalam hal ini Pusat Pemetaan Batas Wilayah sebagai salah

    satu anggota m teknis SWG Unresolved turut berkontribusi dalam pelaksanaan JFS Unresolved tersebut

    dengan menyediakan Peta Foto dan Peta Garis skala besar hasil pemotretan UAV ini. Peta foto dan peta garis

    ini yang akan digunakan sebagai peta kerja dalam pelaksanaan JFS Unresolved 2016 ini. Harapan dengan

    dukungan data ini akan mempermudah pelaksanaan JFS Unresolved dan meningkatkan posisi tawar Indonesia.

    b) Pemetaan Koridor Batas

    Serupa dengan kegiatan Pemetaan UAV Segmen Batas RI-RDTL. Pemetaan UAV Koridor Batas RI-RDTL

    ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi geospasial dengan skala besar di wilayah koridor sepanjang

    batas antara RI-RDTL.

    Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan 8 NLP Peta garis dan peta foto skala 1:7.000 dan 32 NLP Peta garis

    dan peta foto skala 1:3.500, pekerjaan ini baru mencakup sekitar 18% dari panjang garis batas RI-RDTL atau

    setara 50 Km dari total panjang batas RI-RDTL 268.8 Km. Indeks pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada

    Gambar 24. Hasil dari pekerjaan ini yang berupa Peta Foto dan Peta Garis untuk skala 1:3.500 dapat dilihat

    pada Gambar 25, sedangkan Peta Foto dan Peta Garis untuk skala 1:7.000 dapat dilihat pada Gambar 26.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    37/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   3

    Gambar 24. Indeks Pemetaan UAV Koridor Batas RI-RDTL

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    38/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial36

    Gambar 25. Contoh Peta Foto dan Peta Garis Skala 1:3.500

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    39/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   3

    Gambar 26. Contoh Peta Foto dan Peta Garis Skala 1:7.000

    Hasil dari pekerjaan ini akan digunakan sebagai salah satu pendukung untuk monitoring dana

    perawatan garis batas RI-RDTL. Seper diketahui bahwa karakterisk sungai di kawasan ini seringkali berubah-ubah, sedangkan garis batas adalah berupa median sungai. Dengan adanya peta foto maupun peta garis ini,

    diharapkan dapat menjadi referensi keka permasalahan batas muncul yang disebabkan adanya perubahan

    alur sungai.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    40/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial38

    Gambar 27. Lokasi Perawatan BSP

    Kegiatan lainnya yang terkait dengan batas negara darat khususnya di batas darat RI-RDTL adalah

    kegiatan Perawatan Border Sign Post (BSP). Perawatan yang dilaksanakan adalah sebanyak 80 buah BSP

    dengan lokasi pemasangan BSP mulai dari Motaain sampai dengan Laktutus. BSP yang dilakukan perawatanuntuk tahun 2015 merupakan BSP yang dipasang antara tahun 2006-2012. Sampai tahun 2015 total ada 530

    BSP yang tersebar di sektor mur (main border ) dan sektor barat (Oecussi ). Indeks lokasi pekerjaan ini dapat

    dilihat pada Gambar 27 dan hasilnya pada Gambar 28.

    1.5 Perawatan Border Sign Post (BSR) RI-RDTL

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    41/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   3

    Gambar 28. BSP Setelah Dilakukan Perawatan

      Semangan awal dari pemasangan BSP adalah untuk meminimalisir kemungkinan warga yang ditangkap

    karena melewa garis batas. Sehingga dengan adanya BSP ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat

    untuk lebih berha-ha keka beraktas di wilayah sekitar perbatasan. Tentu, hal ini hanya dapat berfungsidengan baik keka kondisi sik BSP itu sendiri juga baik dan dapat dipahami dengan jelas oleh masyarakat.

    1.4 Pemetaan UAV Segmen Batas dan Koridor Batas RI-RDTL

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    42/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial40

    Pada dasarnya seap negara memiliki refrensi pemetaan masing masing, begitupula dengan Indonesia

    dan Timor Leste. Jika batas negara diukur menggunakan refrensi pemetaan masing masing negara maka dapat

    menimbulkan kedaksamaan hasil pengukuran. Dalam pengukuran batas negara diperlukan sebuah refrensi

    bersama yang disetujui oleh kedua negara yang berbatasan. Berdasarkan hal tersebut maka pada tahun 2002

    dan tahun 2003 dibuatlah Pilar CBDRF (Common Border Datum Refrence Frame) yang mempunyai refrensi

    ITRF 2000 (Internaonal Terrestrial Refrence Frame) sebagaimana telah disepaka oleh kedua negara. Pilar

    CBDRF digunakan sebagai k ikat terhadap pengukuran pilar batas negara, delineasi garis batas negara dan

    pengukuran GCP (Ground Control Point ) pada kegiatan pemotretan udara atau orthorekkasi citra satelit

    di wilayah perbatasan RI-RDTL. Mengingat penngnya keberadaan pilar CBDRF maka perlu dilakukan survey

    pemantauan kondisi pilar CBDRF untuk menentukan kelayakan kondisi pilar CBDRF dalam pengukuran batas

    negara.

    Pilar CBDRF Sektor Barat

    Pilar CBDRF Sektor Barat

    Kondisi pilar CBDRF dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah aspek keberadaan, sik

    dan posisi. Aspek keberadaan menerangkan tentang masih ada atau daknya pilar CBDRF mengingat pilar

    tersebut dibangun pada tahun 2002 dan 2003 serta dak pernah dilakukan pemantauan hingga tahun 2015.

    1.6 Perawatan Pilar Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) RI-RDTL

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    43/92

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    44/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial42

    1.7 Pembuatan dan Pemasangan Pilar Batas RI-RDTL

    Melanjutkan program kerja tahun-tahun sebelumnya dan merujuk kepada kesepakatan TSC-BDR

    28, pada tahun 2015 dilakukan pemasangan dan pengukuran 80 pilar batas RI-RDTL. Pembuatan dan

    pemasangan pilar batas RI-RDTL dilakukan berdasarkan garis batas yang telah disepaka pada  provisional

    agreement  2005. Pilar batas negara RI-RDTL terbagi menjadi 2 jenis, yaitu pilar batas negara biasa dan

    pilar batas negara Auxiliary . Pilar Batas Negara Biasa Digunakan apabila garis batas negara berada di darat,

    misalnya di puncak gunung atau di perbukitan. Pemasangan pilar batas dilakukan dengan metode staking

    out  menggunakan alat Total Staon. Sebelum melakukan staking out  perlu dibuat 2 buah pilar bantu yang

    diukur dengan menggunakan GNSS secara dierensial , terikat dengan minimal 2 buah pilar CBDRF (Common

    Border Datum Refrence Frame). Kedua pilar bantu tersebut dijadikan dasar untuk melakukan Staking out  

    menggunakan alat Total Staon.

    Pilar batas  Auxilliary  adalah pilar yang dipasang jika garis batas negara terdapat di area sungai.

    Hal tersebut dikarenakan pilar batas negara dak bisa dipasang di dalam area sungai. Pilar yang dipasang

    di tengah sungai akan hancur atau terseret derasnya arus sungai. Untuk itu pilar tersebut dipasang di

    pinggir sungai secara berpasangan atau disebut Pilar batas Auxilliary . Pilar batas Auxiliarry  dipasang secara

    berpasangan, 1 pilar dipasang di wilayah Indonesia dan 1 pilar dipasang di wilayah Timor Leste. Meskipun

    begitu batas negara yang sebenarnya bukan pilar pilar tersebut melainkan garis khayal yang melintang di

    tengah sungai. Pilar batas negara yang dipasang di pinggir sungai hanya dimaksudkan sebagai tanda pas dilapangan, menandakan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah perbatasan. Pilar batas Auxiliarry  dak

    memrepresentasikan lokasi garis batas secara tepat, hanya digunakan sebagai tanda pas di lapangan untuk

    mempertegas lokasi garis batas negara.

    Pemasangan pilar batas negara pada tahun 2015 dilakukan di sektor mur (main border) tepatnya di

    wilayah Asumanu, Mahen dan Laktutus. Pilar batas yang dipasang pada segmen tersebut ber pe Auxilliary

    karena garis batas membentang diatas sungai. sampai dengan tahun 2015 ini sudah terpasang pilar batas

    sebanyak 703 pilar. Adapun indeks lokasi pemasangan dapat dilihat pada Gambar 30 dan Gambar 31 serta

    contoh pilarnya pada Gambar 32

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    45/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   4

    Gambar 30. Indeks Lokasi Pemasangan Pilar Batas RI-RDTL

     

    Gambar 31. Contoh Plot Pemasangan Pilar Batas RI-RDTL

    Gambar 32. Contoh Pilar Batas RI-RDTL

      Walaupun pilar batas ini dak ditempatkan tepat pada garis batas RI-RDTL, namun melihat karakterisk

    batas RI-RDTL yang berupa median sungai memang dak memungkinkan untuk dipasang pilar batas tepat di

    garis batas. Dengan dipasang pilar batas ini, perselisihan atau permasalahan mengenai batas RI-RDTL dapat

    diminimalisir.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    46/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial44

    1.8 Survei Densifkasi Pilar Batas RI-PNG

    Sesuai dengan hasil pertemuan Joint Border Commiee (JBC) Indonesia – PNG ke 31 pada tanggal 15

    Agustus 2014 di Port Moresby telah disepaka Terms of Reference (TOR) dan Standard Operaon Procedure (SOP) untuk kegiatan perawatan, monitoring dan densikasi batas negara antar Indonesia-PNG. Dengan

    adanya TOR densikasi tersebut maka pada tahun 2015 ini dilakukan kegiatan Densikasi dan Pengukuran

    Pilar Batas RI-PNG.

    Kegiatan ini merupakan pilot project  untuk densikasi pilar batas RI-PNG karena baru pertama kali

    dilakukan. Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan diantar MM 13.0 sampai dengan MM 13.1 dengan memasang 10

    pilar densikasi. Dari 10 pilar tersebut, 1 pilar merupakan pe A dan 9 pilar pe B. Selain pekerjaan densikasi

    pilar batas, dilakukan juga pengukuran CBDRF untuk pilar MM 11.1. Dengan tambahan pengukuran 1 pilar

    ini, maka sampai tahun 2015 ini sudah berhasil diukur CBDRF sebanyak 49 pilar MM dari total 52 pilar MM.

    Untuk lokasi pelaksanaan densikasi pilar batas dan pengukuran CBDRF dapat dilihat pada Gambar 33 berikut.

    Gambar 33. Lokasi Densikasi Pilar Batas RI-PNG dan Pengukuran CBDRF

    Proses pelaksanaan pemasangan pilar densifikasi ini dilakukan dengan penentuan koordinat rencana

    pemasangan pilar. Hal ini perlu dilakukan karena garis batas RI-PNG sudah diketahui, sehingga

    pemasangan pilar harus tepat pada garis batas tersebut. Pada pelaksanaan di lapangan, penentuan

    lokasi tepatnya menggunakan metode staking out , baru setelah itu dipasang pilar permanen. Ilustrasi

    mengenai pengukuran dan pemasangan pilar densikasi RI-PNG ini dapat dilihat pada Gambar 34 dan

    Gambar 35

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    47/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   4

    Gambar 34. Pengukuran Pilar Densikasi B-499

    Gambar 35. Pemasangan Pilar Bantu TM 1 B-505

    Pilar-pilar densikasi yang telah di pasang dan di plot pada Peta JBM RI-PNG nampak pada Gambar 36 berikut ini

    Gambar 36. Hasil Plot Pilar Densikasi Pada Peta JBM RI-PNG

      Melihat kondisi perbatasan RI-PNG dimana saat ini baru terdapat 52 pilar batas (MM) di sepanjang

    820 Km, memang penng untuk segera dilakukan pemasangan pilar-pilar batas perapatan. Dengan semakin

    berkembangnya kehidupan masyarakat di wilayah Papua, khusunya di sekitar batas dengan PNG, adanya

    petunjuk tentang batas memang mutlak diperlukan untuk menghindari hal-hal yang dak diharapkan.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    48/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial46

    BIDANGPEMETAAN

    BATASWILAYAHADMINISTRASI

    Berdasarkan Peraturan Kepala BIG No. 3

    Tahun 2012 tentang organisasi dan tata

    kerja Badan Informasi Geospasial, Pusat

    Pemetaan Batas Wilayah mempunyai

    tugas melaksanakan penyiapan penyusunan

    rencana program, perumusan dan pengendalian

    kebijakan teknis, pengumpulan, pengolahan,

    penyimpanan dan penggunaan data dan

    informasi geospasial dasar (IGD), serta penyiapan

    pelaksanaan penelitian, penyembangan dan

    pelaksanaan kerjasama teknis di bidang pemetaan

    batas wilayah.

    Dalam RPJMN 2015-2019 disebutkan bahwa

    Badan Informasi Geospasial melaksanakan

    program pemetaan batas wilayah. Salah satu

    sasaran program tersebut adalah terselenggaranya

    pemetaan batas wilayah dalam mendukung

    prioritas pembangunan nasional, diantaranya

    batas wilayah kecamatan dan/atau kelurahan/

    desa.

    Di era otonomi daerah, batas wilayah

    berperan penting dalam perhitungan Dana

    Alokasi Umum (DAU), perijinan pertambangan

    dan bagi hasil lifting migas. Oleh karena itu,

    belum ditegaskannya batas daerah dapat

    menyebabkan konik baik di ngkat masyarakat,

    pengusaha, ataupun antar pemerintah daerah

    yang berbatasan. Terkait dengan batas wilayah

    administrasi, Undang-undang nomor 23 tahun

    2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan:

    • Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat

    hukum yang mempunyai batas-batas wilayah

    yang berwenang mengatur dan mengurus urusan

    pemerintahan dan kepenngan masyarakat

    setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

    aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI,

    • Pemekaran daerah harus melalui tahap

    pembentukan daerah persiapan dengan

    persyaratan dasar kewilayahan salah satunya

    yaitu menyajikan batas wilayah dalam koordinat

    diatas peta dasar.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    49/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   4

    Selanjutnya pedoman penegasan batas daerah diatur dalam Permendagri nomor 1 tahun 2006 yang kemudian

    diganti dengan permendagri nomor 76 tahun 2012 sebagai upaya untuk mempercepat penyelesaian

    permasalahan batas daerah dengan dimungkinkannya metode kartometrik.

    Dalam rangka mendukung visi dan misi pemerintahan Kabinet Kerja, Pusat Pemetaan Batas Wilayah

    (PPBW) – Badan Informasi Geospasial (BIG) melakukan percepatan penataan batas daerah khususnyaadalah penataan batas wilayah kelurahan/desa melalui kegiatan ajudikasi1 batas. Mengawali tujuan di atas

    maka diperlukan adanya penataan dan penetapan batas wilayah administrasi kelurahan/desa, untuk dapat

    mengetahui dengan jelas mengenai gkat kesulitan geogras dan luas wilayah seap kelurahan/desa, dalam

    rangka mendukung implementasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa.

    Pada Tahun Anggaran 2015 terdapat 13 pekerjaan di PPBW yang berada dalam koordinasi Bidang

    Pemetaan Batas Wilayah Administrasi yaitu:

    1) Ajudikasi, Pemasangan Pilar dan Pembuatan Peta Wilayah Kelurahan/Desa (Kab. Temanggung dan Kab.

    Boyolali, Jawa Tengah) – Paket 1

    1 Islah ajudikasi di sini adalah merujuk kepada kegiatan “delineasi” batas wilayah di atas peta yang dikonrmasikan oleh para pihakterkait yang berwenang dengan tujuan untuk meningkatkan status batas indikaf menjadi batas kesepakatan

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    50/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial48

    2) Ajudikasi, Pemasangan Pilar dan

    Pembuatan Peta Wilayah Kelurahan/

    Desa (Kab. Blitar, Kota Blitar, Kota Batu,

    Kab. Malang dan Kab. Tulungagung,

    Jawa Timur) – Paket 2

    3) Ajudikasi, Pemasangan Pilar dan

    Pembuatan Peta Wilayah Kelurahan/

    Desa (Kab. Klaten, Jawa Tengah) - Paket

    3

    4) Pelacakan Batas Kelurahan/Desa (Kab.

    Karawang, Jawa Barat) – Paket 4

    5) Pelacakan Batas Kelurahan/Des a

    (Kab. Sragen dan Kota Surakarta, Jawa

    Tengah) – Paket 56) Ajudikasi dan Pembuatan Peta Koridor

    Batas Kabupaten/Kota

    7) Pembuatan Peta Koridor Batas Provinsi

    dengan Wahana UAV

    8) Pembuatan Norma, Standar, Prosedur

    dan Kriteria (NSPK) Peta Desa

    9) Pembuatan Prototype Peta Desa

    10) Pemasangan Pilar Batas Kawasan

    Konservasi Gumuk Pasir Parangtris

    11) Pemutakhiran Data Batas Wilayah

    12) Dokumen Kajian Luas Pengelolaan

    Wilayah Laut (LPL) Dan Grand Design

    Percepatan Penyelesaian Batas Wilayah

    Administrasi

    13) Pembuatan Materi Digital Penarikan

    Garis Batas Wilayah Administrasi Desa/

    Kelurahan Secara Kartometrik

     Secara lebih jelas, kegiatan-kegiatan

    tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    51/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   4

    Sampai dengan Desember 2014, dari 979 segmen batas kabupaten/kota, baru 370 yang denif. Untuk

    mendapatkan batas denif maka perlu dilakukan proses Penetapan dan Penegasan batas. Penetapan batas

    desa diwujudkan melalui tahapan penelian dokumen, penentuan peta yang akan dipakai, dan delineasi garis

    batas secara kartometrik. Delineasi garis batas ini dilaksanakan melalui proses ajudikasi batas yaitu meneli

    dan mencari kebenaran formal buk berupa data teknis dan data yuridis.

    Permasalahan tersebut diatas mendapatkan perhaan khusus dari Pemerintahan Kabinet Kerja yang

    memiliki sembilan program prioritas yang dikenal dengan islah “Nawa Cita” yang salah satu program

    adalah membangun indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah melalui desa dalam kerangka

    Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan program kerja kementerian/ lembaga (K/L) harus langsung

    terasakan kepada masyarakat. Guna mendukung program pemerintah tersebut, pada tahun anggaran 2015PPBW sesuai kapasitasnya melaksanakan kegiatan Ajudikasi, Pemasangan Pilar dan Pembuatan Peta Wilayah

    Kelurahan/Desa sebanyak 3 paket, dan Kegiatan Pelacakan Batas Kelurahan/Desa sebanyak 2 paket. Adapun

    dalam pelaksanaanya, kelima paket tersebut diatas menikberatkan kepada proses delineasi garis batas

    secara kartometrik, dengan melibatkan parsipasi unsur pemerintahan desa setempat dan masyarakat.

    Secara visual, indeks lokasi dan spesikasi pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 37 berikut.

    Gambar 37. Indeks Lokasi Kegiatan Delineasi Batas Wilayah Kelurahan/Desa

    2.1 Ajudikasi, Pemasangan Pilar dan Pembuatan Peta WilayahKelurahan/Desa (Paket 1, 2, 3) dan Pelacakan Batas Kelura-han/Desa (Paket 4, 5)

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    52/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial50

    Lokasi kegiatan delineasi batas desa yang dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2015 dipilih berdasarkan

    ketersediaan data citra/image yang telah ditegakkan. Beberapa paket dilakukan menyeluruh satu kabuapaten/

    kota namun sebagian paket yang lain hanya dilakukan di beberapa kecamatan karena ketersediaan data

    citra/image terbatas pada beberapa kecamatan. Data citra/image yang digunakan berbeda-beda untuk

    masing-masing paket yaitu Ortofoto (hasil pemotretan udara), Worldview, dan Quickbird. Sumbernya juga

    berbeda-beda yaitu ada yang diperoleh dari daerah dimana menjadi data untuk pembuatan peta Rencana

    Detail Tata Ruang RDTR, dari dari Badan Informasi Geospasial. Namun, data-data tersebut telah memenuhi

    persyaratan ketelian berdasarkan ketentuan yang ada.

    Secara umum, garis besar metode pelaksanaan kegiatan Delineasi Batas Kelurahan/Desa secara

    kartometrik dibagi atas 3 (ga) tahap yaitu: persiapan, pelaksanaan dan pengolahan. Persiapan terdiri dari

    Penyiapan Data dan Pembuatan Dra Peta Kerja, Pelaksanaan terdiri dari Temu Kerja dan Delineasi Batas

    secara Kartometrik, serta Pengolahan terdiri dari Pengolahan dan Penyajian seper terlihat pada Gambar 38

    dan Gambar 39. Adapun yang menjadi perbedaan adalah pada Paket 1, Paket 2 dan Paket 3 dilakukan juga

    pemasangan pilar batas desa sesuai dengan hasil yang disepaka sedangkan untuk Paket 4 dan Paket 5 dak.

    Gambar 38. Diagram Alir Proses Delineasi Batas Kelurahan/Desa secara Kartometrik

    Gambar 39. Contoh Proses Delineasi Batas Kelurahan/Desa secara Kartometrik

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    53/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   5

      Pelaksanaan delineasi diawali dengan proses penyiapan data, yaitu pengumpulan/kompilasi seluruh

    data dan informasi seper peta dasar, image/ citra, data batas wilayah administrasi, dan informasi obyek

    penng (misal nama jalan). Setelah semua data terkumpul dan siap, maka langkah selanjutnya adalah

    pembuatan dra peta kerja menggunakan seluruh data tersebut di atas. Pembuatan dra peta kerja tersebut

    menggunakan acuan tata letak peta yang diperoleh dari pemberi pekerjaan. Dra peta kerja disajikan dalam

    format cetak dan digital.Pada innya, dra peta kerja tersebut akan menjadi alat bantu utama dalam proses delineasi secara

    kartometrik. Setelah dra peta kerja dipersiapkan semua, proses selanjutnya adalah pelaksanaan temu kerja.

    Kegiatan temu kerja untuk menyampaikan rencana kegiatan dan dihadiri oleh perwakilan dari Setda, beberapa

    SKPD (anggota Tim Penegasan Batas Desa di Daerah atau dinas teknis terkait), camat, dan lurah/kades. Temu

    kerja dilaksanakan pada satu tempat di kabupaten/kota dengan mengumpulkan seluruh peserta tersebut di

    atas. Pada temu kerja dilakukan pembagian dra peta kerja agar pihak kelurahan/desa dapat mempelajari

    sebelum dilakukan delineasi di masing-masing kecamatan.

    Proses delineasi dilakukan terhadap seluruh segmen batas kelurahan/desa dan kecamatan yang menjadi

    lokasi pekerjaan. Delineasi dilakukan secara kartometrik namun dak menutup kemungkinan jika pihak

    kelurahan/desa sepakat untuk melakukan pelacakan di lapangan jika terdapat kesulitan melakukan idenkasi

    di atas dra peta kerja. Masing-masing pihak kelurahan/desa diberikan kesempatan untuk berdiskusi terkait

    lokasi batasnya dan diberikan ruang untuk melengkapi nama-nama obyek penng yang belum ada padatoponim Peta Rupabumi Indonesia guna upaya pendenisian garis batas kelurahan/desa. Delineasi secara

    kartometrik menghasilkan tarikan garis batas dan penentuan k kartometrik sesuai hasil klarikasi kepada

    pihak kelurahan/desa mengetahui camat dan Tim Penegasan Batas Desa di Daerah. Akhir proses delineasi

    ditandai dengan penandatanganan dan cap terhadap dra peta kerja dan berita acara kesepakatan. Salah

    satu kegiatan temu kerja dan penarikan garis batas secara kartometrik dapat dilihat sesuai pada Gambar 40,

    yaitu kegiatan temu kerja di Kab. Karawang, Jawa Barat

    Gambar 40. Kegiatan Temu Kerja dan Penarikan Garis Batas Secara Kartometrik di Kab. Karawang

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    54/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial52

      Hasil delineasi secara kartometrik tersebut kemudian diolah dengan output berupa basis data spasial

    yang didalamnya melipu garis dan k kartometrik. Segmen batas hasil delineasi tersebut dilengkapi dengan

    atribut sesuai dengan spesikasi yang termasuk pula deskripsi masing-masing sub segmen. Pada basis data

    spasial tersebut juga berisi data yang digunakan sebagai masukan dalam pembuatan dra peta kerja. Setelah

    semua hasil tersusun rapai pada basis data maka langkah selanjutnya adalah penyajian peta kerja dimana

    garis batas yang ditampilkan merupakan garis batas hasil delineasi secara kartometrik.Adapun untuk contoh perbedaan garis batas indikaf dan hasil penarikan secara kartometris dapat

    dilihat pada Gambar 41 . Sedangkan untuk contoh hasil kerja dapat dilihat pada Gambar 42 sampai dengan

    Gambar 50 dan contoh pilarnya pada Gambar 51.

    Gambar 41. Contoh kompilasi perbedaan segmen hasil delineasi dengan segmen indikaf batas Kota Blitar – Kab. Blitar

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    55/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   5

    Gambar 42. Contoh kompilasi perbedaan segmen hasil delineasi dengan segmen indikaf batas Kab. Malang

    Gambar 43. Peta Kerja Desa Butuh Kecamatan Mojosongo, Kab. Boyolali

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    56/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial54

    Gambar 44. Peta Kerja Desa Gowak Kecamatan Pringsurat, Kab. Temanggung

    Gambar 45. Peta Kerja Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Kidul, Kab. Malang

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    57/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   5

    Gambar 46. Peta Kerja Kelurahan Kampungdalem Kecamatan Tulungagung, Kab. Tulungagung

    Gambar 47. Peta Kerja Desa Banaran Kecamatan Delanggu, Kab. Klaten

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    58/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial56

    Gambar 48. Peta Kerja Desa Bandungan Kecamatan Janom, Kab. Klaten

    Gambar 49. Peta Kerja Desa Bayur Kidu Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    59/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   5

    Gambar 50. Peta Kerja Kelurahan Banyanyar Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta

    Gambar 51. Contoh Prototype Pilar Batas Desa Tlogomulyo-Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    60/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial58

    Walaupun belum bersifat denif, dengan adanya adanya pekerjaan delineasi batas secara kartometrik

    dengan melibatkan unsur-unsur pemerintahan setempat, diharapkan proses penyusunan Peraturan Bupa

    (perbup) untuk meningkatkan status garis batas segemen-segmen di atas menjadi deinif menjadi lebih

    mudah. Karena garis batas yang tergambar dalam peta ini merupakan garis batas kesepakatan yang disepaka

    bersama antara daerah-daerah yang berbatasan. Selain itu dengan adanya PP 60 Tahun 2014 Tentang Dana

    Desa, dimana salah satu pasal menyebutkan bahwa alokasi dana desa salah satu parameternya adalah luas

    desa, maka kegiatan ini dapat menjadi pemicu pemerintah daerah dalam hal ini desa untuk sesegera mungkin

    menyelesaikan batas-batas desa nya.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    61/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   5

      Pekerjaan Ajudikasi Dan Pembuatan Peta Koridor Batas Kabupaten/ Kota adalah untuk melakukan

    peningkatan status batas indikaf menjadi batas yang disepaka melalui ajudikasi secara kartometris. Tujuan

    kegiatan tersebut di atas adalah diperolehnya data geospasial garis batas yang disepaka melalui ajudikasi

    secara kartometrik yang dilengkapi dengan deskripsi seap segmen batas. Volume kegiatan ini sebanyak 16

    segmen batas kabupaten di Provinsi Jawa Timur, dan lokasinya dapat dilihat pada Gambar 52 berikut ini

    Gambar 52. Peta Lokasi 16 segmen batas kabupaten di Provinsi Jawa Timur.

    Pelaksanaan pekerjaan ini relaf sama dengan kegiatan ajudikasi kecamatan. Tahapan pertama yang dilakukan

    adalah penyiapan data-data dukung termasuk peta kerja yang nannya akan dikonrmasi dengan aparat

    yang berwenang, terutama untuk garis batasnya. Lebih jelas contoh peta kerja dapat dilihat pada Gambar 53.

    2.2 Ajudikasi dan Pembuatan Peta Koridor Batas Kabupaten / Kota

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    62/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial60

    Gambar 53. Contoh Peta Kerja Koridor Batas Jember – Banyuwangi

    Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan temu kerja. Dalam temu kerja ini, pihak-pihak yang berwenangantara kabupaten satu dengan kabupaten yang berbatasan akan dipertemukan dalam suatu temu kerja, yang

    kemudian melakukan penarikan garis batas diatas peta kerja yang sudah disiapkan. Tik-k kesepakatan

    ini kemudian dikonstruksikan menjadi garis batas kesepakatan. Ilustrasi pelaksanaan kegiatan temu kerja

    dapat dilihat pada Gambar 54

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    63/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   6

    Gambar 54. Pelaksanaan Kegiatan Temuy Kerja

    Adapaun contoh peta koridor batas hasil kesepakatan dapat dilihat pada Gambar 55

    Gambar 55. Peta Koridor Garis Batas Hasil Kesepakatan

    Walaupun belum bersifat denif, dengan adanya adanya peta koridor batas ini, diharapkan proses penyusunan

    permendagri untuk meningkatkan status garis batas segemen-segmen di atas menjadi deinif menjadi lebih

    mudah. Karena garis batas yang tergambar dalam peta ini merupakan garis batas kesepakatan yang disepaka

    bersama antara daerah-daerah yang berbatasan.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    64/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial62

    2.3 Pembuatan Peta Koridor Batas Provinsi dengan Wahana UAV

    Sebagai anggota Tim Penegasan Batas Daerah (TPBD) di Pusat, PPBW mempunyai peranan penng

    dalam menyelesaikan permasalahan batas daerah. Guna membantu melakukan kajian permaslahan

    batas daerah dari aspek teknis survei pemetaan untuk memberikan alternaf - alternaf penyelesaian

    permasalahan batas untuk dapat melakukan kajian secara komprehensif, diperlukan berbagai data spasial

    dengan skala yang cukup memadai. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan adalah menyusun terobosan baru

    untuk menyiapkan data geospasial skala besar yang memadahi guna mempercepat penyelesaian batas

    daerah. Data geospasial skala besar yang dimaksud harus dapat menggambarkan bentuk 3 dimensi dan

    menampilkan objek-objek permukaan bumi. Dikarenakan lokasi yang harus dilengkapi data geospasialnya

    dak begitu luas maka alternaf yang diambil adalah dengan membuat peta koridor batas daerah dengan

    foto udara small format menggunakan wahana UAV

    Salah satu permasalahan batas yang memerlukan kajian teknis PPBW-BIG adalah permasalahan batas

    antara Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur pada sub-segmen Kabupaten Barito Utaradan Kabupaten Kutai Barat sub-segmen dari pilar TB-I-A sampai pilar TB.X. Pada sub-segmen tersebut PPBW-

    BIG masih memerlukan data berupa foto udara, model 3 dimensi dan peta garis skala besar untuk mendukung

    proses kajian yang dilakukan. Secara visual, indeks lokasi pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 56.

    Gambar 56. Indeks Lokasi Pekerjaan Pembuatan Peta Koridor Batas Provinsi

    Pelaksanaan kegiatan ini sempat mengalami kendala di lapangan yaitu adanya kebarakaran hutan

    yang mengakibatkan tahapan pemotretan dak bisa dilaksanakan karena tertutup asap. RAW data hasil

    pemotretan ini dapat dilihat pada Gambar 57.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    65/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   6

    Gambar 57. RAW Data Small Format UAV

    Setelah melalui proses koreksi, foto-foto udara tersebut dilakukan interpretasi unsur rupabuminya,

    sebelum kemudian dilakukan layout petanya. Hasil interpretasi rupabumi, layout peta foto maupun peta garis

    dapat dilihat pada Gambar 58 dan Gambar 59.

    Gambar 58. Layout Kartograf Peta Foto

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    66/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial64

    Gambar 59. Layout Kartograf Peta Garis

      Dengan adanya peta foto maupun peta garis skala besar yang dihasilkan dari pekerjaan ini,

    permasalahan batas antara Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Timur pada sub-

    segmen Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Kutai Barat sub-segmen dari pilar TB-I-A sampai

    pilar TB.X yang selama ini terkendala karena minimnya data spasial skala besar di wilayah tersebut

    dapat diatasi.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    67/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   6

    2.4 Pembuatan Norma, Standar, Prosedur dan kriteria (NSPK) Peta Desa

    Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Peta Desa diperlukan untuk memberikan pedoman

    pembuatan peta dasar mulai dari perolehan data, sumber data yang dapat dipakai untuk pembuatan peta

    desa, unsur peta desa, metode pemetaan, dan penyajian peta desa; sehingga aparat desa dapat menyusun

    peta desa sesuai dengan prinsip-prinsip pemetaan. Pembuatan NSPK Peta Desa disusun untuk memberikan

    pedoman penyusunan peta desa skala 1:5.000. NSPK Peta Desa ini melipu metode pemetaan untuk pembuatan

    peta desa, yaitu sumber data yang digunakan dan pemetaan batas administrasi desa; spesikasi unsur peta

    desa; dan spesikasi penyajian layout peta desa. Hasil dari pekerjaan ini berupa Dokumen NSPK Peta Desa,

    dan dapat dilihat contohnya pada Gambar 60

    Gambar 60. NSPK Peta Desa

    Dengan adanya NSPK Peta Desa ini, diharapkan dapat meningkatkan parsipasi desa untuk memetakan

    wilayahnya secara mandiri, dengan kualitas dan standar yang sudah ditentukan sesuai dengan NSPK ini.

    Dengan semakin banyaknya desa yang telah dipetakan, informasi geospasial skala besar untuk seluruh

    Indonesia dapat segera terealisasi.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    68/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial66

    Sejalan dengan pembuatan NSPK Peta Desa, dilaksanakan pekerjaan Penyusunan Prototype PetaDesa. Hasil pekerjaan ini adalah didapatkannya Prototype peta desa serta spesikasi teknis peta desa berikut

    bahan penghitungan kapasitas penyusunan peta desa serta bahan penghitungan kebutuhan anggaran dan

    personil penyusunan peta desa.

    Penyusunan Prototype Peta Desa dilaksanakan di Desa Parangtrs, Kecamatan Kretek, Kabupaten

    Bantul, Daerah Ismewa Yogyakarta. Desa Parangtris dipilih sebagai lokasi kegiatan Penyusunan Prototype 

    Peta Desa karena Desa Parangtris memiliki informasi yang kompleks pada tatanan sebuah desa. Unsur-unsur

    transportasi, perairan, bangunan dan tutupan lahan yang komplek dirasa cukup mewakili untuk percontohan

    pemetaan pada skala desa. Desa Parangtris juga dipilih sebagai lokasi Penyusunan Prototype Peta Desa

    untuk mendukung program Parangtris Geomarime Science Park yang berada di bawah koordinasi BIG.

    Pemetaan detail Desa Pangtris juga dapat mendukung kegiatan edu-restorasi geoheritage gumuk pasir

    Parangtris. Pembuatan Prototype Peta Desa ini dimulai dari tahap akuisisi data, dalam hal ini menggunakanwahana UAV, pembuatan peta kerja, survei kelengkapan lapangan, temu kerja dengan aparat desa setempat

    hingga penyajian hasil pemetaannya. Secara visual, tahapan dari pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 61

    Gambar 61. Rangkaian Tahapan Pembuatan Prototype Peta Desa

    1 2

    34

    2.5 Pembuatan Prototype Peta Desa

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    69/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   6

    Hasil rangkaian tahapan yang telah dilakukan kemudian dikompilasi menjadi suatu bentuk peta,

    yang diharapkan menjadi bentuk ideal peta desa. Hasil akhir pekerjaan pembuatan Prototype Peta Desa

    dapat dilihat pada Gambar 62.

    Gambar 62. Hasil Pekerjaan Pembuatan Prototype Peta Desa

    Sejalan dengan NSPK Peta Desa ini, Prototype Peta Desa ini dapat dijadikan acuan desa yang akan

    melakukan pemetaan wilayahnya secara mandiri. Dengan mengacu kepada NSPK dan Prototype Peta Desa

    ini, nannya peta-peta desa yang dikerjakan secara mandiri oleh daerah akan mempunyai standar yang sama,kualitas yang sama dan bentuk yang sama.

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    70/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial68

    2.6 Pemasangan Pilar Batas Kawasan Konservasi Gumuk Pasir Parangtritis

    Gumuk pasir Parangtris merupakan bagian dari rangkaian proses alam terintegrasi dalam tatanan

    yang sangat harmonis. Proses pembentukan gumuk pasir ini sebagai sarana untuk memahami kompleksitascara kerja alam mulai dari sumber material pasir vulkanik gunung berapi, diangkut melalui proses uvial

    dalam sistem aliran sungai, dihempaskan melalui proses gelombang laut, dan diangkat serta diendapkan

    melalui tenaga angin sehingga membentuk fenomena alam sangat unik berupa gumuk pasir di Parangtris

    yang merupakan warisan bengtangalam satu-satunya di wilayah tropis.

    Menindaklanju peresmian Parangtris Geomarime Science Park oleh Menteri Ristek Dik dan

    Pemasangan Simbolisasi Patok Batas Zona In Kagungan Dalem Gumuk Pasir Barkhan oleh Sri Sultan Hamengku

    Buwono X pada tanggal 11 September 2015, Parangtris Geomarime Science Park Badan Informasi Geospasial,

    Fakultas Geogra UGM, Pemerintah Daerah Ismewa Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Bantul serta Forum

    Keismewaan untuk Kesejahteraan (FKK) DIY melaksanakan program pemasangan patok zona in Kagungan

    Dalem Gumuk Pasir Barkhan di Desa Parangtris.

    Pemasangan Pilar Batas Kawasan Konservasi Gumuk Pasir Parangtris adalah di sisi Barat dan sisiTimur Zona In Kawasan Konservasi Gumuk Pasir Parangtris. Kawasan Konservasi tersebut berada di Desa

    Parangtris Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul.

    Lokasi Pemasangan Pilar Batas Kawasan Konservasi Gumuk Pasir Parangtris seper pada Gambar

    63 berikut.

    Gambar 63. Lokasi Pemasangan Pilar Batas Gumuk Pasir

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    71/92

    Badan Informasi Geospasial |Badan Informasi Geospasial   6

    Pembuatan Pilar Batas didahului dengan pembuatan kerangka beton badan utama pilar. Setalah proses

    pembuatan beton pilar, pilar batas tersebut dicat dengan warna sesuai dengan spesikasi. Tahap kedua

    proses pembuatan pilar batas adalah pembuatan brasstablet yang berisi data k koordinat dan kenggian

    serta symbol pilar batas. Brasstablet dibuat dari bahan kuningan dengan ketebalan 4 milimeter. Setelah beton

    pilar batas selesai dibuat dan dikeringkan, maka dipasang brasstablet. Brastablet dipasang di kanan dan kirimuka samping pilar batas dan bagian atas pilar batas. Informasi pada brastablet adalah k koordinat dan

    kenggian. Setelah semua pilar batas selesai dibuat, selanjutnya pilar batas diangkut untuk dipasang.

    Gambar 64. Proses Pembuatan Pilar Batas Gumuk Pasir

    1

    2

  • 8/18/2019 Batas Wilayah Indonesia - BIG 2015

    72/92

    | Laporan Tahunan Pusat PBW 2015 Badan Informasi Geospasial70

    Pemasangan pilar batas dilakukan bertahap pada seap pilar batas yang telah siap pasang. Sebelum

    pemasangan pilar batas, m lainnya menyiapkan bis dan lubang galian untuk pilar pada seap k pilar. Dilapangan k pilar batas yang harus dipasang sudah disiapkan oleh Parangtris Geomarime Science Park

    dengan memasang pilar batas sementara dari bambu yang dicat biru. Secara visual tahapan pembuatan pilar

    batas gumuk pasir ini dapat dilihat seper pada Gambar 64

    Tahapan awal pemasangan pilar batas di lapangan adalah pemasangan bis di seap k pilar batas.

    Bis sedalam 80 cenmeter digali untuk mempermudah pemasangan. Pilar yang sudah dipasang dapat dilihat

    pada Gambar 65 berikut

    Gambar 65. Pilar Batas Gumuk Pasir Yang Sudah Dipasang

    Program Pemasangan Pilar Batas Zona In ini diharapkan dapat memberikan tanda kepada masyarakat

    dan stakeholder pengelolan gumuk pasir Parangtris bahwa ada perlindungunga terhadap kawasan konservasi

    gum