BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN...
Transcript of BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN...
LAPORAN TAHUNAN 2012
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2013
CERTIFICATE NUMBER 10/QM/204
i
KATA PENGANTAR
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB-Pascapanen)
sebagai salah satu unit kerja Badan Litbang Pertanian diharapkan dapat berperan dalam
penyediaan teknologi pascapanen untuk mendukung program pembangunan pertanian
sesuai tupoksi yang dimiliki. Pelaksanaan program penelitian dan pengembangan tahun
2012 merupakan tahun ketiga dari Renstra BB-Pascapanen periode 2010-2014.
Laporan Tahunan 2012 ini merupakan sintesis dari pelaksanaan kegiatan
BB-Pascapanen pada tahun anggaran 2012, yang terdiri atas kegiatan penelitian dan
pengembangan serta kegiatan kelembagaan struktural sebagai pendukung. Fokus
kegiatan penelitian dan pengembangan tahun 2012 masih meneruskan kegiatan tahun
sebelumnya, yaitu menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan untuk
peningkatan daya saing dan nilai tambah produk pertanian serta peningkatan diversifikasi
pangan. Banyak harapan dari pengguna teknologi dan pengambil kebijakan terhadap
inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan tersebut. Namun demikian, disadari bahwa
inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan belum mampu memenuhi semua harapan
pengguna. Hal ini menjadi motivasi untuk bekerja lebih keras pada masa yang akan
datang.
Mudah-mudahan Laporan Tahunan 2012 ini dapat bermanfaat bagi para pemangku
kepentingan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan
peningkatan kinerja BB-Pascapanen.
Bogor, Juni 2013
Kepala BB-Pascapanen
Ir. Rudy Tjahjohutumo, MT NIP. 19570922 198203 1 001
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
II. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN .....................................
PASCAPANEN PERTANIAN
3
A. Visi dan Misi................................................................................ 3
B. Tujuan, Sasaran dan Strategi ....................................................... 3
C. Pencapaian Tujuan dan Sasaran ................................................... 4
III. HASIL KEGIATAN PENELITIAN .............................................................. 6
A. Sumber Dana DIPA BB-Pascapanen .............................................. 6
B. Sumber Dana Riset Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa.........................................................................
28
C.
D.
Sumber Dana Insentif Riset SINas ................................................
Sumber Dana Analisis Kebijakan Badan Litbang Pertanian ............
40
41
E. Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian ............................ 43
IV. KELEMBAGAAN BB-PASCAPANEN........................................................... 71
A. Organisasi .................................................................................. 71
B. Sumber Daya Manusia ................................................................. 71
C. Fasilitas Penelitian ....................................................................... 76
D. Pengembangan Sarana dan Prasarana .......................................... 78
E. Anggaran ................................................................................... 80
V. PERENCANAAN PROGRAM DAN EVALUASI ............................................. 83
A. Rapat Kerja BB-Pascapanen ......................................................... 83
B. Program dan Rencana Litbang Pascapanen ................................... 85
C. Evaluasi dan Pelaporan ................................................................ 87
VI. PENUTUP ............................................................................................ 193
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Lokus dan fokus kegiatan PKPP di BB-Pascapanen ................... 44
Tabel 2. Judul dan penulis pada Jurnal Pascapanen Volume 8 (2),
Volume 9 (1) dan Volume 9 (2) tahun 2012 ............................
64
Tabel 3. Judul dan penulis pada Buletin Pascapanen Volume 7 (2) tahun 2011 serta Volume 8 (1) dan Volume 8 (2) tahun 2012 ............
66
Tabel 4. Jumlah pegawai BB Pascapanen berdasarkan pendidikan periode 2008-2012 ..........................................................
72
Tabel 5. Jumlah pegawai BB-Pascapanen berdasarkan jabatan fungsional
periode 2008-2012 ..........................................................
72
Tabel 6. Jumlah peneliti dan perekayasa BB-Pascapanen berdasarkan
jenjang jabatan fungsional periode 2008-2012 ........................
72
Tabel 7. Daftar nama petugas belajar yang masih aktif belajar pada tahun 2012 ....................................................................
73
Tabel 8. Daftar nama pegawai yang mengikuti training jangka pendek ... 73
Tabel 9. PNS yang pensiun pada periode tahun 2010-2014 (definitif) ..... 74
Tabel 10. Realisasi pengembangan prasarana dan sarana BB-Pascapanen . 78
Tabel 11. Daftar peralatan hasil pengadaan TA. 2012 ............................ 79
Tabel 12. Realisasi anggaran DIPA BB-Pascapanen TA. 2012 ................... 80
Tabel 13. Judul kegiatan penelitian BB-Pascapanen TA. 2012 berdasarkan Indikator Kinerja Utama ..................................................
89
Tabel 14. Judul kegiatan manajemen BB-Pascapanen TA. 2012 ............... 90
Tabel 15. Judul kegiatan dalam laporan bulanan BB-Pascapanen untuk bahan rapim bulan Januari–Desember 2012 ........................
90
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Vinegar kulit pisang hasil fermentasi .................................... 7
Gambar 2. Filtrat hasil ekstraksi buah mangga (bagian daging buah,
kulit dan biji) ...............................................................
8
Gambar 3. Bagan alir algoritma dan skema proses pengolahan citra ....... 10
Gambar 4. Proses pembuatan edible film puree buah ........................... 11
Gambar 5. Suspensi serat selulosa berukuran mikro .............................. 12
Gambar 6. Bimbingan Teknis di KRPL Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengahdan di Kabupaten Mojokerto .....................................
14
Gambar 7. Sari buah nenas-cempedak dan nenas-pepaya ...................... 16
Gambar 8. Praktek pengolahan sari buah skala UKM oleh Kelompok
Wanita Tani Kutai Kartanegara ........................................
16
Gambar 9. Praktek pengolahan gambir dan produk gambir yang dihasilkan petani sebelum dan sesudah pelatihan....................
18
Gambar 10. Proses nanoemulsi dengan High Pressure Homogenizer dan struktur morfologi enkapsulasi minyak pala (minyak pala 15%
dan tween 80 20%) pada perbesaran 1.000 kali ....................
19
Gambar 11. Sosialisasi pedum pengukuran susut dan praktek pengukuran susut ........................................................
21
Gambar 12. Pemodelan dinamik untuk strategi penurunan susut panen dan pascapanen padi serta peningkatan rendemen GKG ........
23
Gambar 13. Uji stabilitas nanoemulsi ekstrak temulawak dan kurva
distribusi ukuran partikel dari perlakuan terbaik ....................
26
Gambar 14. Hasil analisis Transmission Electron Microscopy (TEM)
nanoemulsi katekin dan nanoemulsi katekin setelah uji stabilitas emulsi ...........................................................
27
Gambar 15. Produk ekstrusi sagu pada beberapa perbandingan tepung
sagu, jagung dan kacang hijau.........................................
29
Gambar 16. Unit produksi iles-iles di Desa Sumberbendo dan tepung
manan kasar hasil uji coba petani LMDH sebelum dan sesudah introduksi teknologi BB-Pascapanen..................................
30
Gambar 17. Produk olahan dari tepung komposit talas bubur instan,
produk ekstrusi, produk gel talas dan sosialisasi produk diversifikasi berbasis talas ................................................
32
Gambar 18. Sosialisasi teknologi pengolahan tepung dan mi jagung serta
produk tepung dan mi jagung hasil produksi KWT Purwo Mandiri...........................................................................
34
Gambar 19. Proses pembuatan adonan, pemanggangan dan pengemasan dan produk snack bar terkemas .........................................
36
Gambar 20. Stabilitas nanoemulsi lemak kakao pada uji freeze and thaw,
spread cokelat dengan penambahan...................................
nanoemulsi lemak kakao, sosialisasi dan pengujian
organoleptik produk spread di PT. Mars Symbioscience
38
v
Halaman
Gambar 21. Konfigurasi penggilingan padi yang dianjurkan, Beras
premium yang dihasilkan PPB binaan BB-Pascapanen dan Launching beras premium Gubernur Sulawesi Selatan ............
39
Gambar 22. Biji kopi hasil penyangraian dan cupping test kopi luwak artifisial .......................................................................
41
Gambar 23. Sup jamur instan kering dan sup jamur instan setelah
penambahan air panas ..................................................
46
Gambar 24. Peluncuran produk snack bar ubi jalar di Repoeblik Telo Kabupaten Malang, Jawa Timur.......................................
47
Gambar 25. Koordinasi dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Pakpak Bharat .....................
48
Gambar 26. Sosialisasi kegiatan Laboratorium Lapang Bersama di Kabupaten Fakfak, Papua Barat ......................................
49
Gambar 27. Focus Group Discussion (FGD) Diversifikasi Pangan ............... 50
Gambar 28. Kunjungan tamu dari Purdue University ............................... 51
Gambar 29. Kegiatan pameran pada Agrinex Expo .................................. 52
Gambar 30. Kegiatan pameran pada Rakornas TTMD-AD ........................ 52
Gambar 31. Kegiatan pameran pada acara Climate Change ...................... 53
Gambar 32. Bahan baku singkong pada pameran CEM ............................. 53
Gambar 33. Kegiatan pameran Agro dan Food Expo dan salah seorang staf BB-Pascapanen sebagai nara sumber pada pameran tersebut
54
Gambar 34. Lokakarya Nasional Nano Teknologi dan penyerahan cinderamata oleh Kepala BB-Pascapanen kepada para narasumber .................................................................
55
Gambar 35. Peninjauan Kepala Badan, Bupati Subang dan Peserta Pentas Hortikultura ke stand BB-Pascapanen ..................................
56
Gambar 36. Acara Hari Krida Pertanian ke-40 .......................................... 57
Gambar 37. Pembukaan Riteks Expo oleh Menteri Riset dan Teknologi ..... 57
Gambar 38. Pameran APS di Yogyakarta ............................................ 58
Gambar 39. Pameran International Maize Conference .............................. 59
Gambar 40. Kepala Badan Litbang Pertanian dan peserta pameran meninjau stand BB-Pascapanen.............................................
60
Gambar 41. Tampilan website BB-Pascapanen ........................................ 69
Gambar 42. Pembukaan Rapat Kerja BB-Pascapanen oleh Kepala Badan
Litbang Pertanian .................................................................
84
Gambar 43. Narasumber pada Rapat Kerja BB-Pascapanen Tahun 2012..... 85
1
I. PENDAHULUAN
Pada kurun waktu 2010-2014, Kementerian Pertanian telah menetapkan sistem
pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal untuk meningkatkan
kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan petani sebagai visi
pembangunan pertanian. Sistem pertanian industrial merupakan suatu sistem yang
menerapkan integrasi usaha tani sehingga karakteristik produk akhir yang dipasarkan
dapat dijamin dan disesuaikan dengan preferensi konsumen akhir. Dalam upaya mencapai
tujuan pembangunan pertanian industrial berkelanjutan tersebut, kegiatan pascapanen
pertanian sebagai bagian integral dari pengembangan agribisnis, mempunyai peranan
yang sangat penting dan strategis.
Pembangunan pertanian dalam kurun waktu 2010-2014 menghadapi kendala dan
permasalahan yang semakin kompleks, antara lain karena kebutuhan terhadap bahan
pangan yang berkualitas, sehat, dan aman dikonsumsi semakin meningkat. Sementara itu,
masih banyak kendala yang dihadapi oleh produsen pangan dalam upaya memenuhi
kebutuhan pangan yang berkualitas, antara lain tingkat susut yang tinggi, beragamnya
kualitas produk yang dihasilkan, kurang disukainya produk lokal oleh konsumen serta
ketersediaan dan penguasaan teknologi pascapanen yang masih terbatas. Tingkat konsumsi
beras di Indonesia saat ini telah mencapai 139 kg/kapita/tahun jauh melebihi rata-rata
tingkat konsumsi dunia yang hanya 60 kg/kapita/tahun. Impor gandum diperkirakan
mencapai 4,8 juta ton sedangkan impor terigu mencapai 0,9–1 juta ton. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, diperlukan inovasi teknologi pascapanen yang mampu
meningkatkan dan memenuhi kebutuhan pangan yang berkualitas secara berkelanjutan,
terutama teknologi penanganan dan pengolahan hasil komoditas pertanian mendukung
peningkatan diversifikasi pangan serta peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor
sejalan dengan program 4 (empat) sukses Kementerian Pertanian.
BB-Pascapanen sebagai institusi yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian
dan pengembangan teknologi pascapanen pertanian terus berinisiatif melakukan langkah-
langkah visioner melalui optimalisasi pemanfaatan dan peningkatan sumberdaya
penelitian yang dimiliki. Dalam penciptaan dan perakitan inovasi teknologi,
BB-Pascapanen telah menerapkan iptek mutakhir seperti nano teknologi, bioprocessing,
teknologi non-destructive dan kemasan aktif untuk mendapatkan hasil litbang yang
berkualitas, berorientasi pasar baik domestik maupun internasional, berdaya saing dengan
nilai tambah ekonomi tinggi. Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan peran litbang
dalam pembangunan pertanian (impact recognition) serta meningkatkan nilai ilmiah
(scientific recognition) untuk pencapaian status sebagai lembaga litbang berkelas dunia.
Pelaksanaan program penelitian dan pengembangan pascapanen perlu didukung
oleh perencanaan yang sistematis dan terarah, sumber daya manusia (SDM) profesional,
dan fasilitas penelitian termasuk pendanaan yang memadai agar dapat mencapai target
yang diinginkan. Selain dukungan dana APBN, BB-Pascapanen terus berupaya
mendapatkan dana melalui kerjasama kemitraan baik dari dalam maupun luar negeri.
Kerjasama di dalam negeri terus diintensifkan melalui kemitraan yang saling
menguntungkan, antara lain dengan dunia usaha, pemda, Usaha Kecil Menengah (UKM),
2
Gapoktan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), BUMN dan pelaku agribisnis lainnya.
Kerjasama luar negeri dikembangkan baik secara bilateral dalam bentuk hibah atau
transfer ilmu pengetahuan dan teknologi maupun trilateral melalui pemanfaatan tenaga
ahli BB-Pascapanen di negara-negara sedang berkembang dengan pendanaan dari negara
donor.
Dari kerjasama kemitraan dengan institusi lain baik dari luar maupun lingkup Badan
Litbang Pertanian, pada tahun 2012 BB-Pascapanen mendapat sumber pendanaan,
sebagai berikut : 1) Kementerian Riset dan Teknologi melalui program PKPP untuk
melaksanakan 7 (tujuh) judul kegiatan penelitian dengan nilai Rp 1.500.000.000,
2) Kementerian Riset dan Teknologi melalui program Insentif Riset SINas untuk
melaksanakan 1 (satu) judul kegiatan penelitian dengan nilai Rp 200.000.000, 3) Badan
Litbang Pertanian untuk melaksanakan 1 (satu) judul kegiatan analisis kebijakan dengan
nilai Rp 250.000.000, dan 4) Kerjasama dengan Agriculture Cooperation Initiative, Rural
Development Administration (AFACI-RDA) dengan nilai $ 30.000,- selama 3 tahun. Alokasi
anggaran BB-Pascapanen ke depan diarahkan kepada pencapaian cost effectiveness yang
tinggi dan mampu bersaing dengan institusi atau lembaga penelitian dan pengembangan
pascapanen yang lain.
3
II. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PASCAPANEN PERTANIAN
A. Visi dan Misi
1. Visi
Sebagai institusi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam penelitian
dan pengembangan teknologi pascapanen pertanian, BB Pascapanen menetapkan
visinya sejalan dengan visi pembangunan pertanian dan visi Badan Litbang
Pertanian. Visi BB Pascapanen dirumuskan berdasarkan kajian orientasi masa depan
(future oriented), perubahan paradigma pembangunan pertanian, serta kebutuhan
institusi yang profesional. Visi BB Pascapanen dalam kurun waktu 2010-2014
ditetapkan sebagai berikut :
Menjadi institusi penelitian dan pengembangan andalan yang
menghasilkan inovasi teknologi pascapanen untuk ketahanan pangan dan
kesejahteraan masyarakat pertanian.
2. Misi
Dalam upaya mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi
sebagai suatu kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai visi. Misi
BB Pascapanen dirumuskan sebagai berikut :
1. Menghasilkan inovasi teknologi diversifikasi pangan dengan memanfaatkan
sumber daya domestik untuk mendukung ketahanan pangan,
2. Menghasilkan inovasi teknologi pascapanen dalam rangka peningkatan nilai
tambah, daya saing, mutu dan keamanan produk pertanian,
3. Membangun kerja sama dalam dan luar negeri untuk mempercepat alih teknologi
dan penguasaan IPTEK.
B. Tujuan, Sasaran dan Strategi
Dalam jangka menengah (tahun 2010-2014) visi dan misi Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran
penelitian dan pengembangan pertanian. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut,
maka disusun strategi penelitian dan pengembangan pascapanen atas dasar evaluasi
mendalam terhadap faktor internal dan eksternal yang telah diuraikan pada
perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BB Pascapanen ke
depan.
1. Tujuan
Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misinya, dalam lima tahun
ke depan BB Pascapanen menetapkan tujuan sebagai berikut :
1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pengolahan pangan pokok
baru dan substitusi bahan pangan impor untuk mendukung ketahanan pangan,
2. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi penanganan dan
pengolahan untuk mengurangi kehilangan hasil, mempertahankan mutu,
keamanan produk pertanian serta memiliki nilai tambah dan daya saing,
4
3. Mempercepat alih teknologi dan penguasaan IPTEK melalui kemitraan penelitian
dan pengembangan teknologi pascapanen.
2. Sasaran
Sasaran strategis yang hendak dicapai BB-Pascapanen dalam lima tahun ke
depan adalah meningkatnya inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil
pertanian mendukung ketahanan pangan, nilai tambah, daya saing dan ekspor,
dengan sasaran sebagai berikut :
1. Tersedianya teknologi penanganan segar produk pertanian untuk
memperpanjang kesegaran dan daya simpan (termasuk didalamnya transportasi
dan distribusi untuk pemasarannya),
2. Tersedianya produk/teknologi untuk peningkatan diversifikasi pangan, dan
substitusi pangan impor,
3. Tersedianya produk dan teknologi untuk peningkatan nilai tambah dan daya
saing.
3. Strategi
Strategi penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dalam tahun
2010-2014 sebagai berikut :
1. Memprioritaskan kegiatan penelitian untuk pengembangan produk pangan
berbasis sumber daya lokal dan penanganan segar produk pertanian,
2. Peningkatan kerjasama penelitian dengan lembaga nasional/internasional dan
kemitraan dalam rangka adopsi teknologi,
3. Peningkatan kualitas SDM dan fasilitas penelitian serta penerapan sistem
manajemen mutu dalam rangka memacu peningkatan kuantitas dan kualitas
inovasi teknologi yang dihasilkan.
4. Pemanfaatan iptek mutakhir (nanotechnology dan bioprocessing)
untuk meningkatkan kualitas inovasi teknologi yang dihasilkan.
C. Pencapaian Tujuan dan Sasaran
Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian periode 2010-
2014, merupakan penjabaran dari program utama Badan Litbang Pertanian yang
diarahkan untuk penciptaan inovasi teknologi dan varietas unggul berdaya saing.
Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen difokuskan untuk menghasilkan
inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian mendukung pencapaian
target diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor. Kegiatan
dilakukan baik dalam skala laboratorium, pilot plant maupun skala operasional meliputi
penanganan segar produk pertanian, diversifikasi pangan dan substitusi pangan impor,
serta pengembangan produk dan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya
saing.
Dalam upaya mencapai sasaran kegiatan penelitian dan pengembangan
pascapanen untuk menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil
pertanian mendukung ketahanan pangan, nilai tambah, daya saing dan ekspor,
5
BB-Pascapanen memberikan arah kebijakan penelitian dan pengembangan pascapanen
sebagai berikut :
1. Memfokuskan penciptaan teknologi dalam rangka diversifikasi pangan,
meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor,
2. Meningkatkan penguasaan iptek dan mempercepat proses alih teknologi,
3. Memperkuat kapasitas SDM, sarana/prasarana dan manajemen penelitian yang
akuntabel.
6
III. HASIL KEGIATAN PENELITIAN
A. Sumber Dana DIPA BB-Pascapanen
1. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Penanganan Segar Produk
Pertanian
a. Teknologi Produksi Vinegar sebagai Pengawet Alami dan Aplikasinya untuk Memperpanjang Masa Simpan Daging Segar
Pertumbuhan mikroba merupakan faktor utama penyebab kebusukan
pada daging. Kontaminasi pada karkas dan daging antara lain berasal kotoran,
isi perut, dan kulit. Hal ini terjadi selama pemotongan akibat permukaan bagian
terluar dari karkas terekspos dan menjadi sumber utama kontaminasi. Sumber
kontaminasi lain dapat berasal dari peralatan/fasilitas, personal, dan kontak
antar karkas. Permasalahan kontaminan mikroba telah menjadi perhatian
banyak kalangan baik pemerintah, pelaku usaha, konsumen, maupun pemerhati
kesehatan.
Penggunaan vinegar yang mengandung asam asetat dapat dijadikan
alternatif pilihan untuk memperpanjang masa simpan daging segar, mengingat
asam asetat merupakan salah satu pengawet organik yang dapat digunakan
untuk mengawetkan daging segar. Pengembangan teknologi pengawetan
tersebut relatif murah dan aplikatif, sehingga kemungkinan dapat digunakan
sebagai pengawet yang aman. Asam asetat yang dikenal sebagai vinegar
bersifat sebagai antimikroba, disebabkan kemampuannya menurunkan pH dan
menyebabkan instabilitas membran sel pada bakteri.
Bahan baku pembuatan vinegar adalah kulit pisang nangka dengan
tingkat kematangan ±70-75% dan air kelapa. Pembuatan vinegar dari kulit
pisang diawali dengan proses pemeraman, sehingga karbohidrat yang ada pada
kulit pisang berubah menjadi gula sederhana. Sebagai kontrol yaitu pembuatan
vinegar tanpa pemeraman. Selain itu, dilakukan penambahan alfa- dan gluko-
amilase masing-masing 1 ml/liter untuk membantu hidrolisis kulit pisang
menjadi glukosa pada saat perebusan sebelum penambahan S. cereviceae.
Sebagai kontrol yaitu tanpa penambahan enzim. Proses fermentasi yang
digunakan yaitu fermentasi secara simultan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemeraman serta
penambahan enzim alfa- dan gluko-amilase mampu mempercepat waktu
fermentasi dan meningkatkan konsentrasi asam asetat dibandingkan perlakuan
tanpa pemeraman dan tanpa penambahan enzim. Vinegar kulit pisang yang
dihasilkan mengandung asam asetat yang masih rendah (< 4%) dengan pH
berkisar antara 3,5-4,5, kadar alkohol 0,1-0,6% dan kadar gula total 5-7%.
Kondisi tersebut diduga karena proses fermentasi yang belum sempurna.
7
Gambar 1. Vinegar kulit pisang hasil fermentasi
Pada produksi vinegar dari air kelapa, fermentasi bertahap membutuhkan
waktu yang lebih cepat untuk menghasilkan kadar asam asetat 4% dibadingkan
fermentasi simultan. Fermentasi bertahap dapat memecah senyawa gula lebih
sempurna menjadi alkohol dan CO2. Berdasarkan hasil penelitian, produksi
vinegar dari air kelapa dengan kandungan asam asetat 4% dapat dilakukan
selama 3 minggu. Peningkatan kadar asam asetat selama proses fermentasi
diikuti oleh penurunan pH. Konsentrasi alkohol pada vinegar air kelapa bekisar
3,9-7,19% dengan waktu fermentasi 24-48 jam. Kadar asam asetat tertinggi
dihasilkan pada fermentasi dengan Saccharomyces cereviceae 15% dan
Acetobacter aceti 10%.
Hasil pengujian daya hambat bakteri menunjukkan konsentrasi minimal
adalah 1% untuk vinegar air kelapa dan kulit pisang. Pada konsentrasi tersebut
menunjukkan hasil negatif pada semua jenis bakteri uji. Aplikasi vinegar pada
karkas ayam menunjukkan bahwa vinegar air kelapa dan kulit pisang
mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan E.coli dan Listeria
monocytogenes baik pada penyimpanan suhu ruang maupun dingin.
Penghambatan terhadap pertumbuhan S. thyphimurium, vinegar air kelapa
mempunyai kemampuan lebih baik dibandingkan dengan vinegar kulit pisang.
Karakteristik fisikokimia karkas ayam yang telah diberi perlakuan pengawetan
dengan vinegar menunjukkan nilai pH karkas menurun, kecerahan karkas (L*)
meningkat, kekerasan dan susut masak menurun.
b. Teknologi Produksi Biopreservative dari Buah Mangga Rucah
Penelitian mengenai bahan pengawet yang diekstrak dari tumbuhan
untuk diaplikasikan pada buah segar guna memperpanjang kesegaran atau
sebagai bahan biopreservative belum banyak dilakukan. Trend masyarakat
modern untuk kembali ke alam menjadikan posisi biopreservative sangat
strategis untuk dapat diterima dan digunakan konsumen. Oleh karena itu,
penelitian eksplorasi untuk mendapatkan sumber baru bahan baku
biopreservative terutama dari bahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis atau
nilai ekonomis rendah sangat penting. Buah mangga rucah merupakan salah
8
satu komoditas yang kurang mempunyai nilai ekonomis namun sangat potensial
sebagai bahan baku biopreservative karena mengandung bahan aktif resorcinol
yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan teknologi produksi
biopreservatives dari mangga rucah sebagai bahan pengawet buah segar.
Penelitian terdiri atas tiga tahapan, yaitu : 1) peningkatan kadar bahan aktif
pada mangga rucah dengan penyemprotan salicylic acid, 2) ekstraksi bahan aktif
dengan pelarut organik, dan 3) uji aktivitas ekstrak bahan aktif terhadap
mikroba perusak pada buah mangga dengan metode sumur.
Peningkatan kadar bahan aktif pada mangga rucah dilakukan dengan
penyemprotan salicylic acid pada dosis 0, 500 ppm dan 1000 ppm.
Penyemprotan dilakukan pada mangga milik Gapoktan Angling Darma,
Indramayu dan milik salah satu petani di Cibinong, Bogor. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini adalah dosis salycilic acid optimal untuk meningkatkan kadar
bahan aktif dalam mangga rucah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk
mangga rucah berkulit tipis produksi biopreservative dianjurkan menggunakan
bahan baku yang berasal dari biji mangga tanpa penyemprotan salicylic acid.
Pada mangga rucah berkulit tebal produksi biopreservative dapat menggunakan
bahan baku kulit dengan dosis penyemprotan 500 ppm, sedangkan bila bahan
baku berasal dari biji dosis penyemprotan terbaik 1.000 ppm. Penyemprotan
salicylic acid yang menghasilkan kadar bahan aktif (fenol dan resorcinol)
tertinggi adalah dengan 3 kali penyemprotan. Penambahan kalsium pada larutan
salicyic acid akan meningkatkan kandungan fenol dan resorcinol mangga rucah.
Proses ekstraksi biopreservative dari mangga rucah dilakukan dengan
pelarut organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ekstraksi terbaik
yaitu ekstraksi dengan pelarut etil asetat bila bahan baku yang digunakan
berupa kulit, sedangkan bila bahan bakunya biji cukup menggunakan pelarut air.
Gambar 2. Filtrat hasil ekstraksi buah mangga (bagian daging buah, kulit dan biji)
9
Hasil uji aktivitas biopreservative dari ekstrak buah mangga rucah yang
dilakukan pada plate/cawan menunjukkan bahwa ekstrak yang dihasilkan dapat
menghambat kapang dengan hambatan yang terbesar terjadi pada kapang G.
Ekstrak buah mangga rucah yang dievaporasi hingga 1/6 menunjukkan daya
hambat lebih besar dari benlate. Aplikasi biopreservative dari buah mangga
rucah menunjukkan hasil bahwa buah mangga segar mampu memperlambat
susut bobot dan laju kerusakannya meski dalam level yang kecil.
c. Teknologi Nondestruktif untuk Grading Ukuran dan Kualitas Buah Tropika
Pengolahan citra adalah salah satu teknologi untuk mendapatkan informasi
dengan cara memodifikasi bagian dari citra sehingga menghasilkan citra lain
yang lebih baik. Penggunaan teknologi pengolahan citra dapat meningkatkan
akurasi sortasi dan pemutuan buah tropika berdasarkan kualitas. Kualitas buah
dapat didekati dari ukuran objek dalam citra bila diambil dengan latar belakang
yang kontras dengan warna buah yang diamati. Tingkat ketuaan buah bisa
didekati dari perubahan warna dan tekstur buah karena mengalami perubahan
warna dan tekstur seiring dengan perubahan tingkat kematangan dan
berhubungan terhadap mutu buah. Keuntungan penggunaan teknologi
pengolahan citra ini adalah tingkat keakuratan yang tinggi, tidak bersifat
merusak dengan hasil yang konsisten.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif analitik melalui
perancangan piranti lunak pengolah citra warna red-green-blue (RGB). Pengolah
citra warna RGB digunakan untuk mengidentifikasi pola sebaran warna RGB buah
tropika (mangga, pisang, dan pepaya). Sedangkan pengolah citra yang
digunakan dalam mengidentifikasi grading dan kualitas dari karakteristik fisik-
kimia. Tahapan kegiatan meliputi: 1) analisis karakter mutu fisik dan kimiawi
buah mangga, pisang, dan pepaya pada berbagai tingkat ketuaan, 2) grading
dan pemutuan buah mangga, pisang, dan pepaya menggunakan teknologi non-
destruktif melalui pengolahan citra, dan 3) uji coba dan evaluasi kelayakan
software yang dibuat untuk pemeriksaan mutu buah mangga, pisang, dan
pepaya. Pengolahan citra menggunakan algoritma bahasa Visual Basic versi 6.0.
atau Delphi under windows XP. Perangkat keras yang digunakan komputer
dengan pemroses Intel Pentium core duo dan interfacing firewire untuk
perekaman data image melalui kamera Charge Coupled Device (CCD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa grading tingkat kematangan pepaya
melalui nilai RGB dan hue-saturation-intensity (HSI) menunjukkan perbedaan
yang nyata pada tingkat kepercayaan 95%. Rekaman citra panjang pepaya pada
tingkat kematangan 10% mempunyai nilai tertinggi 475 piksel dan berkorelasi
terhadap pengukuran secara manual. Kadar total padatan terlarut dan kekerasan
pepaya pada tingkat kematangan 50% menunjukkan korelasi terbaik untuk
pengukuran grading pepaya.
10
Pengukuran secara manual pada tahapan kematangan pisang
menunjukkan korelasi pada besaran rekaman citra dengan intensitas warna
merah meningkat pada titik maksimum hari ke-8. Pada hari ke-8 kadar vitamin C,
total padatan terlarut, dan total asam masing-masing 69,15 mg/100g, 13,75obrix,
dan 0,18% yang berkorelasi dengan intensitas warna merah maksimum 0,5003
piksel dan minimum 0,3402 piksel. Panjang dan lebar pisang rata-rata 146,05
dan 75,43 piksel berkorelasi terhadap pengukuran secara manual dengan
panjang dan lebar rata-rata 108,02 dan 34,75 cm.
Grading mangga Gedong menggunakan pengolahan citra dengan grade A,
B, dan C mempunyai besaran piksel masing-masing 8261, 6820-8260, dan 6820
yang mempunyai tingkat akurasi 100%, 95%, dan 100%. Korelasi titik balik
pertemuan red dan green mangga Gedong terjadi hari ke-2 dengan intensitas
warna 0,3712 dan 0,4488 piksel dengan kandung total asam, vitamin C, dan total
padatan terlarut masing-masing 0,18%, 65,02 mg/100g, dan 13,0o brix.
Gambar 3. Bagan alir algoritma (A) dan skema proses pengolahan citra (B)
d. Pengembangan Edible Film dari Komposit Puree Buah–Nanoserat
Selulosa dengan Sifat Antimikroba sebagai Kemasan Bahan Pangan Segar
Kebutuhan kemasan pangan sebesar 50% dari total kemasan yang beredar
di pasaran merupakan tantangan sekaligus peluang bagi pengembangan
kemasan edible yang bersifat ramah lingkungan. Pengembangan edible film dari
puree buah dan sayur saat ini sedang banyak dilakukan seperti dari mangga,
wortel, apel, pisang, brokoli dan tomat. Namun demikian, komersialisasi kemasan
edible ini masih terbatas karena kemasan ini memiliki kekuatan mekanis serta
sifat barriernya yang rendah dibandingkan dengan polimer sintetik. Peningkatan
kekuatan mekanis dan sifat barrier dengan cara reinforcement dengan nanoserat
selulosa merupakan pendekatan yang menarik karena dalam ukuran nano,
selulosa memiliki luas interfasial yang sangat besar sehingga bila dikompositkan
dengan distribusi yang merata akan mengubah mobilitas molekuler dan sifat
relaksasi menghasilkan komposit dengan kekuatan mekanis, fleksibilitas sekaligus
Skema proses pengolahan citra :
obyek
lampulampu
Kamera
Algoritma Pengolahan
Citra
Algoritma Pengolahan
Citra
Indeks warna RGB dan HSI : Pengukuran warna dilakukan dengan melihat nilai RGB dan HSI dari keseluruhan pixel buah
Bagan Alir Algoritma Pengolahan Citra
BuahPengambilan Citra
Perubahan dari
JPEG ke BMP
Program Karakteristik Mutu
- Panjang
- Diameter
- Area
Open FileFilterisasi
Program Grading/ Validasi
B A
11
kekakuan dan ketahanan panas serta listrik yang baik. Penggunaan nanopartikel
dalam sintesis komposit polimer membuka peluang baru bagi perbaikan sifat
kemasan dan peningkatan efisiensi biaya.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahun. Pada tahun pertama,
penelitian bertujuan untuk mendapatkan : 1) teknologi sintesis edible film dari
puree buah dan sayur, 2) teknologi sintesis partikel nano selulosa dari tongkol
jagung dan jerami padi dan 3) pengkompositan edible film berbasis puree buah
dan sayur dengan pengisi nanoserat tongkol jagung dan jerami padi. Pada tahun
kedua, penelitian bertujuan untuk mendapatkan teknologi pengembangan edible
film dari komposit puree buah dan sayur–nanoserat selulosa dengan sifat
antimikroba sebagai kemasan produk pangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintesis edible film dari beberapa
puree buah dan sayur memberikan hasil yang berbeda. Puree mangga
menghasilkan lapisan edible film terbaik dengan warna yang cerah, lebih elastis
dan lebih tidak mudah sobek. Karakteristik fisik edible film dapat diperbaiki
dengan menambahkan gliserol untuk meningkatkan elastisitasnya. Penambahan
gliserol 1,5% memberikan peningkatan elastisitas edible film secara signifikan.
Penambahan pektin dapat memperbaiki karakteristik edible film dengan
meningkatkan kekakuannya. Pada konsentrasi 1%, penambahan pektin
memberikan peningkatan kekakuan yang baik.
Gambar 4. Proses pembuatan edible film puree buah
Sintesis nanoserat selulosa dilakukan dengan memberikan perlakuan kimia
untuk proses delignifikasi yang dilanjutkan dengan perlakuan mekanis untuk
proses defibrilasi. Perlakuan kimia dilakukan dengan metode Takahashi dan
metode Abe, sedangkan perlakuan mekanis dengan ultrasonik dan homogenisasi
12
ultraturrax. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kimia dengan metode
Abe dan Takahashi memberikan hasil yang berbeda. Metode Abe yang
dilanjutkan dengan defibrilasi dengan ultrasonik menghasilkan serat selulosa
berukuran nano (rata-rata 20–23 nm) dan kristalinitas yang lebih tinggi. Serat
tongkol jagung lebih mudah didelignifikasi dan memiliki kadar selulosa yang lebih
tinggi dibandingkan jerami padi. Defibrilasi secara mekanis dengan ultrasonik
menghasilkan lebih banyak fibril selulosa berukuran kecil daripada defibrilasi
dengan ultraturrax.
Reinforcement edible film puree buah dengan partikel nanoserat selulosa
dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah nanoserat selulosa dalam bentuk
suspensi ke dalam puree buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
reinforcement edible film puree buah dengan intermediate tongkol jagung 5 dan
10% serta nanoserat tongkol jagung 5% serta tepung jerami 5% menghasilkan
nilai kekuatan mekanis khususnya kuat tarik yang lebih tinggi dibandingkan
perlakuan lainnya, walaupun peningkatannya tidak signifikan. Terhadap sifat
barrier edible film, perlakuan ukuran partikel menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap permeabilitas uap air. Perlakuan penambahan tepung dengan
ukuran partikel paling besar memiliki permeabilitas uap air paling tinggi,
kemudian perlakuan dengan penambahan produk intermediate dan permeabilitas
yang paling rendah diperoleh dari perlakuan penambahan nanoserat selulosa.
Sifat permeabilitas edible film yang ditambahkan nanoserat selulosa rata-rata
lebih rendah dua kalinya dibandingkan dengan perlakuan penambahan tepung,
baik pada tongkol jagung maupun jerami. Hal ini membuktikan bahwa serat
selulosa dalam ukuran nano mampu membuat matrik edible film lebih rapat
sehingga uap air lebih sulit untuk melakukan difusi.
Gambar 5. Suspensi serat selulosa berukuran mikro (A: tepung dan B: intermediate) dan nano (C)
A C B
13
2. Penelitian dan Pengembangan Teknologi dan Produk untuk Diversifikasi
Pangan dan Substitusi Pangan Impor
Pengembangan Diversifikasi Produk Olahan Pangan Non Beras (Aneka Umbi) Mendukung Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Dalam upaya menciptakan kemandirian pangan dan diversifikasi konsumsi
pada tingkat rumah tangga, Kementerian Pertanian telah menyusun suatu konsep
yang disebut Rumah Pangan Lestari (RPL). Prinsip dasar KRPL adalah :
1) pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk
ketahanan dan kemandirian pangan, 2) diversifikasi pangan berbasis sumberdaya
lokal, 3) konservasi sumberdaya genetik pangan, dan 4) menjaga kelestariannya
melalui kebun bibit desa menuju peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat. Untuk menjaga keberlanjutan dan mendapatkan nilai tambah ekonomi
dan manfaat dari KRPL perlu dukungan teknologi diversifikasi produk olahan dan
pemasaran. Hal ini untuk mengantisipasi melimpahnya hasil panen. Diharapkan hasil
panen masing-masing RPL, selain untuk mencukupi kebutuhan pangan rumah
tangga sendiri, hendaknya bisa juga bernilai komersial dengan pengelolaan kawasan
yang terintegrasi. Aneka umbi merupakan komoditas yang dapat ditanam di KRPL
dengan pertimbangan bahwa perawatannya mudah, dapat ditanam diberbagai jenis
tanah, dapat dipanen bertahap. Oleh karena itu diperlukan sentuhan teknologi agar
produk umbi yang dihasilkan lebih menarik, bermutu tinggi dan disukai konsumen,
serta mempunyai nilai jual yang layak.
Penelitian ini bersifat pengembangan untuk secepatnya diimplementasikan di
lapangan dan diadopsi oleh masyarakat pengguna, terutama di lokasi M-KRPL.
Hasil-hasil penelitian berbasis aneka umbi yang telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu maupun teknologi eksisting yang telah ada di masyarakat diinventarisir,
kemudian dilakukan pemantapan teknologi agar sesuai untuk diterapkan di lokasi M-
KRPL. Tahap berikutnya adalah penyusunan paket teknologi diversifikasi produk
olahan pangan terpilih, yaitu 1) berbasis aneka umbi, dan 2) berbasis rimpang.
Paket teknologi tersebut kemudian dimasyarakatkan, antara lain untuk mendukung
M-KRPL.
Hasil penelitian telah mendapatkan teknologi diversifikasi produk olahan
berbasis aneka umbi (ubi kayu, ubi jalar, talas dan gembili). Teknologi pengolahan
umbi berbasis pada umbi segar maupun tepung umbi. Selain teknologi pengolahan
berbasis umbi, penelitian ini mendapatkan pula teknologi diversifikasi produk olahan
berbasis rimpang (garut dan ganyong). Teknologi pengolahan rimpang merupakan
teknologi baru bagi masyarakat, hal ini disebabkan rimpang masih jarang
dimanfaatkan. Berbagai aneka produk olahan yang telah diperbaiki proses
pengolahannya kemudian dimplementasikan di kawasan KRPL melalui tahapan
sosialisasi, bimbingan teknis dan pembinaan.
Bimbingan teknis pangan olahan berbasis umbi-umbian dilaksanakan di lokasi
M-KRPL Desa Salam, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa
Tengah. Lokasi ini merupakan salah satu lokasi percontohan awal untuk kegiatan
14
M-KRPL di Jawa Tengah. Di lokasi ini tersedia berbagai jenis umbi-umbian lokal
seperti ubi kayu, ubi jalar, suweg, talas, ganyong, garut dan gembili. Pada acara
bimbingan teknis, peserta dibekali pengetahuan mengenai teknologi produksi
tepung dan pati dari berbagai jenis umbi/rimpang, yang kemudian dilanjutkan
dengan praktek pembuatan aneka produk olahan makanan (kue kering, kue basah
dan mi basah) dari berbagai jenis tepung umbi-umbian.
Bimbingan teknis pangan olahan berbasis umbi-umbian di Jawa Timur
dilaksanakan di M-KRPL Desa Kebon Tunggul, Kabupaten Mojokerto. Di lokasi M-
KRPL ini, umbi-umbian banyak dikembangkan dan Kelompok Wanita Tani di daearah
ini telah berinisiatif untuk mengolah umbi-umbian menjadi berbagai produk olahan.
Pada acara bimbingan teknis, produk olahan yang dipraktekan antara lain
pembuatan aneka tepung dan pati dari suweg dan ganyong. Produk kue kering
seperti cookies, ganyong coklat, kastangel garut, dan kue kacang ganyong. Produk
kue basah antara lain brownies ganyong coklat dan bolu pelangi. Selain itu,
dipraktekkan juga pembuatan mi dari ganyong dan emping garut.
.
Gambar 6. Bimbingan Teknis di KRPL Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah (A
dan B) dan di Kabupaten Mojokerto (C dan D)
Bimbingan teknis yang dilaksanakan telah menjadi motivasi bagi masyarakat
di lokasi KRPL untuk mengolah umbi dan rimpang menjadi berbagai aneka olahan
pangan. Teknologi diversifikasi produk olahan diharapkan menjadi bekal bagi
pengembangan unit pengolahan di Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL).
Dalam rangka partisipasi dan mensukseskan pelaksanaan KRPL, maka telah
dibuat percontohan RPL di Instansi Karawang, BB Pascapanen. Dalam percontohan
A B
C D
15
RPL tersebut meliputi RPL Strata 1, 2 dan 3. Sesuai konsep KRPL, maka jenis
tanaman yang akan ditanam meliputi aneka umbi dan rimpang, sayuran dan buah,
serta tanaman obat dan empon-empon.
3. Penelitian dan Pengembangan Teknologi dan Produk untuk Peningkatan
Nilai Tambah dan Daya Saing
a. Perbaikan Proses Produksi Sari Buah Tropika Skala UKM di Kalimantan Timur
Potensi buah-buahan di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur cukup besar.
Jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di daerah tersebut diantaranya
cempedak, nenas, dan pepaya. Pemanfaatan buah-buahan tersebut sebagian
besar untuk konsumsi segar, sedangkan pemanfaatan menjadi produk olahan
sangat terbatas sehingga nilai tambah yang diperoleh rendah. Permasalahannya
adalah teknologi pengolahan buah-buahan khususnya sari buah belum banyak
dikenal. Untuk mengembangkan industri pengolahaan sari buah di Kaltim perlu
didisain proses pembuatan sari buah skala UKM. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan teknologi proses pembuatan sari buah nenas dan sari buah
campuran nenas-cempedak dan nenas pepaya. Teknologi pembuatan sari buah
yang dihasilkan selanjutnya diimplementasikan pada skala UKM di Kaltim.
Hasil penelitian telah mendapatkan teknologi proses pembuatan sari buah,
sebagai berikut :
Teknologi proses pembuatan sari buah nenas
Daging buah nenas jenis Queen diblansing selama 10-15 menit dan
dihancurkan menjadi bubur buah. Bubur buah selanjutnya ditambah air
dengan perbandingan 1:3, ditambah gula, asam sitrat, CMC dan potasium
sorbat. Sari buah selanjutnya dipasteurisasi selama 10 menit pada suhu 70oC
dan dikemas menggunakan cup plastik.
Teknologi proses pembuatan sari buah nenas-cempedak
Daging buah nenas jenis Queen dan cempedak dengan perbandingan 1:1
diblansing selama 10 menit kemudian dihancurkan menjadi bubur buah dan
ditambah air dengan perbandingan 1:4. Sari buah disaring dan ditambah gula
dengan variasi konsentrasi 75, 100, dan 125 g/l. Bahan tambahan lainnya
yaitu asam sitrat, CMC dan potasium sorbat. Sari buah selanjutnya
dipasteurisasi pada suhu 70oC selama 10 menit dan dikemas menggunakan
kemasan cup plastik. Hasil uji orgonoleptik menunjukkan penambahan gula
sebanyak 125 g/l merupakan perlakuan terbaik dalam pembuatan sari buah
nenas-pepaya.
Teknologi proses pembuatan sari buah nenas-pepaya
Daging buah nenas jenis Queen dan buah pepaya varietas Hawai (mini),
California dan Bangkok (Dampit) diblanching 10 menit dan dihancurkan
menjadi bubur buah. Sari buah dibuat dengan perbandingan bubur buah
pepaya dan nenas 1:1 dengan pengenceran 1:3, kemudian ditambah asam
16
sitrat, CMC dan potasium sorbat. Sari buah dipasteurisasi pada suhu 70oC
selama 10 menit selanjutnya dikemas menggunakan cup plastik. Hasil uji
organoleptik menunjukkan bahwa sari buah yang dibuat dari buah pepaya
Bangkok, Hawai maupun California tidak berbeda nyata dalam pembuatan sari
buah nenas-pepaya.
Gambar 7. Sari buah nenas-cempedak (A) dan nenas-pepaya (B)
Implementasi teknologi pembuatan sari buah skala UKM dilakukan di Kutai
Kartanegara bekerja sama dengan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Kabupaten Kutai Kartanegara. Dalam implementasi teknologi tersebut dilakukan
bimbingan teknis pembuatan sari buah skala UKM kepada Kelompok Wanita Tani
(KWT) di Kabupaten Kutai Kartanegara. Mutu sari buah yang dihasilkan
menggunakan peralatan skala UKM mempunyai kandungan TPT 13,6–15obrik,
kadar asam 0,124–0,161 % dan kandungan vitamin C 4,59–7,94 mg/100 g.
Hasil uji preferensi menunjukkan bahwa responden sangat menyukai produk sari
buah baik dari bahan baku nenas, nenas-cempedak maupun nenas-pepaya. Hasil
uji penyimpanan sari buah menunjukkan bahwa mutu sari buah nenas dan
nenas-pepaya stabil selama penyimpanan 2 bulan, namun sari buah nenas-
cempedak mengalami perubahan warna setelah penyimpanan selama 2 bulan.
Gambar 8. Praktek pengolahan sari buah skala UKM oleh Kelompok Wanita
Tani Kutai Kartanegara
A B
17
b. Perbaikan Teknologi Pengolahan Produk Hasil Perkebunan (Gambir,
Minyak Nilam dan Kopi) tingkat UKM/Gapoktan di Pakpak Bharat, Sumatera Utara
Komoditas perkebunan unggulan di Pakpak Bharat antara lain gambir,
nilam dan kopi belum tergarap secara optimal baik pada tingkat hulu maupun
hilir. Teknologi pengolahan gambir, minyak nilam dan kopi masih dilakukan
secara tradisional, umumnya proses pengolahan menggunakan peralatan yang
sederhana. Proses pengolahan pada ketiga komoditas telah dilakukan oleh petani
baik secara perorangan maupun berkelompok. Kualitas produk yang dihasilkan
belum sesuai dengan persyaratan SNI.
Rendahnya kualitas produk yang dihasilkan disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan petani/kelompok tani tentang proses pengolahan yang baik dan
benar. Pada komoditas gambir, rendahnya rendemen dan kualitas disebabkan
kurangnya pengetahuan dalam proses ekstraksi/pengepresan daun gambir,
pencetakan dan pengeringan produknya. Pada komoditas nilam, rendemen dan
kualitas minyak nilam yang rendah disebabkan kurangnya pengetahuan tentang
cara penanganan bahan baku dan metode penyulingan nilam. Pada komoditas
kopi, kurang baiknya kualitas yang dihasilkan selain disebabkan oleh kurang
pengetahuan tentang proses pengolahan juga disebabkan oleh proses
pengemasan yang masih sangat sederhana. Teknologi pengolahan hasil gambir,
nilam dan kopi yang baik dan benar perlu diperkenalkan kepada masyarakat
Pakpak Bharat untuk meningkatkan mutu produk sehingga memiliki nilai jual
lebih tinggi melalui sosialisasi, pelatihan dan pendampingan teknologi.
Perbaikan teknologi pada proses pengolahan gambir, minyak nilam dan
kopi di tingkat petani/gapoktan dilakukan berdasarkan hasil identifikasi dan
evaluasi proses pengolahan di tingkat petani. Pada komoditas gambir, perbaikan
proses pengolahan dilakukan antara lain pada tahap ekstraksi/pengepresan daun
gambir, pencetakan dan pengeringan dengan mengintroduksikan peralatan
khususnya alat pencetak gambir. Pelatihan dan pendampingan teknologi dalam
proses pengolahan gambir telah dapat meningkatkan kualitas produk gambir di
tingkat petani/kelompok tani dimana warna gambir yang dihasilkan lebih cerah,
bentuk lebih padat dengan kadar air yang relatif rendah dan kadar katekin
meningkat.
Pada komoditas nilam, perbaikan teknologi yang diintroduksikan yaitu cara
penanganan bahan baku sebelum penyulingan, metode dan kondisi proses
penyulingan serta pengenalan peralatan penyulingan. Selain itu, diperkenalkan
pula proses pemurnian untuk memperbaiki warna minyak nilam. Pelatihan dan
pendampingan teknologi dalam proses pengolahan minyak nilam telah dapat
meningkatkan kualitas minyak nilam yang dihasilkan oleh petani/kelompok tani.
Hasil analisis sampel minyak nilam dari petani/kelompok tani di Pakpak Bharat
setelah pelaksanaan pelatihan dan pendampingan menunjukkan peningkatan
pada kadar patchouli alkoholnya. Kadar patchouli alkohol merupakan salah satu
parameter penentu kualitas minyak dimana semakin tinggi kadar patchouli
18
alkohol maka kualitas minyak nilam semakin baik. Proses pemurnian minyak
nilam dapat meningkatkan kejernihan (% transmisi) minyak nilam
petani/kelompok tani dari rata-rata 45,1% menjadi 50,0%, dan menurunkan
kadar Fe dari 268,8 ppm menjadi 101,7 ppm.
Pada komoditas kopi, perbaikan teknologi yang diintroduksikan yaitu pada
proses pemanenan, sortasi dan grading, penjemuran, penyangraian, dan
pengemasan. Selain diperkenalkan pengolahan kopi melalui proses basah dan
peralatannya. Setelah pelatihan dan pendampingan teknologi ternyata petani
kopi telah memperbaiki cara penyangraian dan pengemasannya. Hasil uji citarasa
terhadap kopi dari petani Pakpak Bharat baik pada kopi robusta maupun arabika
nilainya termasuk dalam tingkat excellent.
Gambar 9. Praktek pengolahan gambir dan produk gambir yang dihasilkan petani sebelum (A) dan sesudah (B) pelatihan
c. Teknologi Nanoenkapsulasi Minyak Biji Pala (Myristica fragrans H) sebagai Bahan Preservatif Puree Jambu Merah dan Sari Buah Apel
Semakin meningkatnya dampak negatif yang timbul terhadap kesehatan
akibat bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet pangan telah mendorong
banyak pihak untuk mencari alternatif bahan pengawet yang lebih aman.
Beberapa jenis bahan alami termasuk minyak atsiri yang berpotensi sebagai
pengawet telah diteliti, namun masih sedikit yang layak digunakan karena
sebagian besar bahan alternatif tersebut menyebabkan terjadinya perubahan bau
dan rasa pada produk pangan yang diawetkan. Salah satu minyak atsiri yang
dapat diharapkan sebagai pengawet alternatif yang potensial adalah minyak biji
pala. Namun demikian, dibandingkan dengan minyak atsiri lain seperti minyak
kayu manis dan cengkeh aktivitas anti mikroba minyak biji pala masih lebih
A B
19
rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi yang dapat meningkatkan
penyampaian bahan aktif ke dalam target secara efisien. Teknologi enkapsulasi
dalam skala ukuran nano diharapkan mampu meningkatkan aktivitas antimikroba
minyak biji pala melalui transfer massa (senyawa bioaktif) melalui dinding sel
mikroba.
Pembentukan nanoemulsi minyak biji pala dilakukan dengan dengan
metode high energy menggunakan high pressure homogenization (HPH) dan
metode low energy dengan emulsifikasi spontan. Sistem nanoemulsi minyak biji
pala dengan metode high energy terdiri atas minyak biji pala, surfaktan dan
solvent (air). Pada metode high energy dicoba dua sistem nanoemulsi yaitu :
1) menggunakan satu jenis surfaktan (tween 20 atau tween 80) dan
2) menggunakan kombinasi surfaktan tween 20 dan tween 80. Pada metode low
energy, sistem nanoemulsi terdiri atas minyak biji pala, surfaktan, solvent (air)
dan co-solvent (etanol). Nanoemulsi yang dihasilkan selanjutnya dilakukan uji
aktivitas antimikroba dengan jenis mikroba E. coli, S. aureus dan S. cereviseae.
Formula nanoemulsi terpilih dari hasil uji aktivitas antimikroba selanjutnya
dilakukan enkapsulasi dan uji Minimum Inhibitory Concentration (MIC) untuk
mengetahui konsentrasi terendah produk enkapsulasi minyak pala yang berfungsi
sebagai antimikroba.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel yang dihasilkan
dengan metode high energy berkisar antara 110,88–290,47 nm dengan nilai
indeks polidispersitas antara 0,009–1,534 dan kestabilan emulsi 94–100% untuk
sistem nanoemulsi dengan satu jenis surfaktan. Untuk sistem nanoemulsi dengan
kombinasi surfaktan diperoleh ukuran partikel berkisar 28–177,03 nm dengan
nilai indeks polidispersitas antara 0,271–1,353. Sementara itu, pada emulsifikasi
dengan metode low energy dari 5 formula yang dicoba hanya 2 formula yang
dapat membentuk emulsi dengan ukuran partikel masing-masing 66,45 dan
100,65 nm dengan indeks polidispersitas 0,283 dan 0,384.
Gambar 10. Proses nanoemulsi dengan High Pressure Homogenizer (A) dan
struktur morfologi enkapsulasi minyak pala (minyak pala 15% dan tween 80 20%) pada perbesaran 1.000 kali (B)
A B
20
Hasil screening anti mikroba menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi minyak pala dalam nanoemulsi maka semakin luas zona
penghambatan terhadap mikroba yang diuji. Formula nanoemulsi minyak pala
terbaik yaitu nanoemulsi dengan konsentrasi minyak pala masing-masing 10 dan
15% dengan surfaktan Tween 80 20% yang dapat memberikan penghambatan
cukup baik terhadap S. aureus dan S. cerevisiae. Sementara itu, hasil uji
Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dari dua formula terbaik tersebut
menunjukkan bahwa pemberian formula 1 (minyak 10% dan surfaktan Tween 80
20%) sebanyak 20, 30 dan 40 mg/ml dapat menurunkan jumlah mikroba S.
cerevisiae sebanyak 1 log. Pemberian formula 2 (minyak 15% dan surfaktan
Tween 80 20%) sebanyak 30 dan 40 mg/ml dapat menurunkan jumlah mikroba
sebanyak 2 log.
d. Penanganan Susut Pascapanen Padi dalam Mendukung Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN)
Angka susut pascapanen padi sangat besar manfaatnya, terutama untuk
peramalan produksi baik nasional maupun regional dan stok pangan berupa
beras serta pembuatan neraca ekspor dan impor beras. Tidak tepatnya metode
pengukuran menyebabkan terjadi bias data susut pascapanen padi. Hal ini akan
menyebabkan kesalahan dalam menentukan ketersediaan stok pangan dan
kesalahan dalam menentukan prioritas ekspor dan impor beras. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman metode pengukuran susut
pascapanen padi dan mendapatkan teknologi penanganan susut pascapanen
padi dalam rangka mendukung program Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN).
Tahapan kegiatan yang dilakukan, yaitu : 1) sosialisasi pedoman umum
pengukuran susut pemanenan dan pascapanen padi dan 2) mendapatkan
teknologi penekanan susut pada perontokan padi dan penggilingan padi.
Pedoman umum pengukuran susut pascapanen padi yang disosialisasikan adalah
metode 9 (sembilan) papan hasil penelitian tahun 2011. Kegiatan pengukuran
susut panen dan perontokan padi serta pengukuran rendemen penggilingan padi
dilaksanakan pada dua musim, yaitu musim penghujan (MP) dan musim kemarau
(MK)) di 6 Propinsi yaitu : D.I. Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan. Untuk teknologi penekanan susut
pada perontokan dilakukan dengan 2 perlakuan yaitu cara perontokan dan
varietas padi. Ada 4 cara perontokan yang digunakan, yaitu gebot, power
thresher dengan tiga tingkat percepatan (600, 700 dan 800 rpm). Untuk varietas
padi yang digunakan meliputi varietas padi dengan karakteristik mudah rontok,
kerontokan sedang dan sulit rontok. Sedangkan untuk teknologi penekanan susut
penggilingan padi dilakukan melalui uji separator (perlakuan varietas dan sudut
kemiringan separator) dan cara penggilingan (cara petani, penggilingan
konfigurasi I dan II).
21
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil evaluasi sebelum
dan sesudah sosialisasi di D.I. Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah
diketahui bahwa secara umum pemahaman peserta setelah sosialisasi mengalami
peningkatan yang ditunjukkan dengan menurunnya tingkat kesalahan
pengukuran. Berdasarkan pengukuran susut panen diketahui bahwa susut panen
tertinggi terjadi di Jawa Barat yaitu 3,19% (MP) dan 1,61% (MK) sedangkan
susut perontokan sebesar 1,28% (MP) dan 1,26% (MK). Rendemen giling
tertinggi pada musim penghujan (MP) dicapai pada penggilingan di Sumatera
Selatan dengan model PPK 2 fase yaitu 64,74%, sedangkan pada musim
kemarau (MK) dicapai pada penggilingan di Jawa Barat dengan model PPK 2 fase
yaitu 67,14%.
Gambar 11. Sosialisasi pedum pengukuran susut (A dan B) dan praktek pengukuran susut (C dan D)
Hasil penelitian teknologi penekanan susut perontokkan menunjukkan
bahwa proses perontokkan yang direkomendasikan yaitu kecepatan mesin
perontok sedang (700 rpm) untuk varietas yang mudah rontok yang
menghasilkan tingkat susut 2,35% dan kapasitas 595,05 kg/jam. Untuk varietas
yang tahan rontok direkomendasikan menggunakan kecepatan tinggi (800 rpm)
dengan tingkat susut 2,79% dan kapasitas 522,87 kg/jam. Pada pengujian
penggilingan, konfigurasi penggilingan yang paling baik yaitu konfigurasi II
(1 kali husker–1 kali separator–2 kali polisher) karena menghasilkan kualitas
beras giling paling baik (beras pecah 16–21,48% dan beras kepala 76,68–
A B
C D
22
82,38%) dengan rendemen giling 67,98% (varietas murni Ciherang) dan 69,34%
(varietas campuran Ciherang dan Mekongga). Hasil pengujian fungsi separator
berdasarkan sudut kemiringan diketahui bahwa sudut kemiringan yang optimal
yaitu sudut 61º. Pada sudut kemiringan tersebut, separator dapat memisahkan
beras pecah kulit dengan persentase yang tinggi dan sebaran gabah dalam beras
pecah kulit rendah.
e. Sistem Penunjang Keputusan Berbasis Pemodelan Dinamik untuk
Perencanaan Pencapaian Target Perberasan Nasional : Studi Kasus Penekanan Susut Pascapanen di Jawa Barat
Penekanan susut padi dengan pendekatan sistem dinamik merupakan
upaya untuk melihat persoalan susut padi ini secara komprehensif, integratif dan
melibatkan seluruh faktor yang berpengaruh baik langsung maupun tidak
langsung. Berdasarkan pendekatan sistem ini dapat dibuat causal loop diagram,
model, validasi yang kemudian dilakukan simulasi dengan menggunakan
berbagai skenario kebijakan, sehingga target dan sasaran dalam menurunkan
susut pascapanen padi dapat tercapai.
Sistem penanganan pascapanen padi di Jawa Barat sampai saat ini masih
tergolong tradisional, sehingga dengan kondisi seperti ini susut penanganannya
masih tinggi, yaitu sekitar 11,34 %. Besarnya angka susut ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti faktor teknis, manajemen dan faktor sosial budaya.
Berdasarkan kenyataan tersebut diperlukan suatu upaya menyelamatkan
produksi padi dengan menekan susut ini dengan melibatkan berbagai unsur,
stakeholder, dan dukungan fasilitas yang memadai.
Setiap penggunaan input pada skenario kebijakan yang diterapkan akan
memiliki implikasi terhadap berbagai kebutuhan yang diperlukan, sehingga hal ini
sangat membantu dalam memberikan arah pada sistem perencanaan
peningkatan produksi padi. Dengan demikian diharapkan sistem ini dapat
membuat sistem perencanaan menjadi lebih efektif dan efisien. Untuk
menindaklanjuti kegiatan penelitian ini, maka tahap selanjutnya akan dilakukan
penambahan data, pembuatan tampilan antar muka dari program, melakukan
simulasi kebijakan strategis, dan membuat sistem penunjang keputusan. Sistem
Penunjang Keputusan yang dibangun adalah sebuah perangkat lunak yang
berbasis pada pemodelan dinamik yang ditampilkan secara interaktif. Fasilitas
interaktif yang dapat digunakan oleh para pemangku kebijakan adalah fasilitas
untuk melakukan berbagai skenario untuk meningkatkan produksi padi melalui
penekanan susut hasil padi.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa penerapan skenario penurunan susut
padi, baik melalui penerapan mekanisasi pertanian maupun percepatan dalam
penerapan sistem mutu dapat menurunkan susut secara signifikan, sehingga
produksi padi di wilayah Jawa Barat setiap tahunnya banyak yang dapat
diselamatkan. Hal ini sekaligus akan menjadi tambahan produksi bagi total
produksi Gabah Kering Giling (GKG) secara nasional.
23
Alternatif penekanan susut pascapanen padi dapat dilakukan melalui
strategi sebagai berikut :
a. Strategi penekanan susut padi melalui mekanisasi pertanian baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Penerapan mekanisasi dalam jangka
pendek dapat dilakukan dengan cara : 1) panen menggunakan sabit gerigi; 2)
perontokan menggunakan power thresher; 3) pengeringan menggunakan bed
dryer; 4) penggilingan dengan PPK (direvitalisasi); dan 4) Penyimpanan dalam
karung goni di dalam gudang yang memenuhi persyaratan. Melalui cara ini
susut panen dan pascapanen padi dapat ditekan sampai 9,29%. Dalam jangka
panjang, secara perlahan penggunaan peralatan diarahkan pada penerapan
mekanisasi pertanian yang lebih maju dan modern seperti penggunaan
combine harvester sebagai alat panen dan penerapan sistem pengeringan
yang diintegrasikan dengan sistem penggilingan yang saat ini sudah mulai
diterapkan di Penggilingan Padi Besar (PPB) milik swasta. Melalui penerapan
sistem penanganan pascapanen padi yang terintegrasi setidaknya susut panen
sampai dengan pascapanen dapat ditekan sampai 4%.
b. Strategi penekanan susut padi melalui penerapan sistem mutu dan perubahan
perilaku sosial budaya masyarakat pertanian. Penerapan sistem mutu seperti
GAP, GHP, GMP, GSP dan GDP yang baik harus dilakukan oleh seluruh pelaku
usahatani dan rantai pasok padi mulai dari petani, pengusaha penggilingan,
distributor dan penjual beras. Peningkatan pemahaman sistem mutu dapat
didorong melalui sekolah lapang bidang pascapanen yang dibimbing langsung
oleh para penyuluh yang handal dan berdedikasi tinggi. Langkah ini sekaligus
dapat merubah budaya pertanian yang selama ini kurang baik, karena di masa
depan pertanian di Indonesia harus sudah memperhatikan aspek mutu dan
keamanan pangan.
Gambar 12. Pemodelan dinamik untuk strategi penurunan susut panen dan
pascapanen padi serta peningkatan rendemen GKG
GKG sim
Susut GKG
Laju pengurangan
Target penerapanGAP GHP dan GSP
selisih susut Gap Susut
Tambahan GKG
Tambahan produksiberas
Rendemen
laju perubhn
BudayaMekanisasi dan
revitalisasi
max rend
desire rend
susut yg diinginkan
susut panen dnpscapanen
24
f. Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Pascapanen
Selama kurun waktu tahun 2001-2012, BB-Pascapanen telah banyak
menghasilkan teknologi pascapanen baik untuk tingkat laboratorium maupun
scale-up yang dikembangkan di lapangan. Upaya untuk menganalisis dan
mensintesa kebijakan-kebijakan penelitian dan pengembangan teknologi
pascapanen terus dilakukan dalam kurun waktu tersebut. Kebijakan yang
dihasilkan tersebut digunakan sebagai acuan perbaikan dan pengembangan
program penelitian dan pengembangan dimasa mendatang. Pada periode tahun
2005 ke depan, permasalahan nilai tambah, daya saing, persyaratan mutu dan
keamanan pangan menjadi isu yang lebih menonjol, terutama pada saat mulai
berlakunya perdagangan global. Kesepakatan dan persyaratan keamanan
pangan global telah diikat dalam Mutual Recognized Agreement (MRA) antar
negara. Dalam kaitan tersebut, pada tahun 2012, masalah kontaminan Arsen
(As) pada komoditas padi diangkat menjadi salah satu topik yang perlu disusun
kesepakatannya. Codex Comittee on Contaminant in Foods (CCCF) menetapkan
batas maksimum residu (BMR) Arsen. Hal ini dianggap mendesak karena
kontaminasi As dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan sangat serius.
Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Pascapanen Pertanian
merupakan kegiatan yang bersifat top down untuk mendukung kebijakan
pemerintah yang bersifat mendadak. Kegiatan ini terdiri atas 3 (tiga) sub
kegiatan, yaitu 1) Kebijakan Penelitian Diversifikasi Pangan, 2) Pengembangan
Model Agro Industri (MAI) Pascapanen Pertanian dan 3) Studi Cemaran Arsen
pada Beras.
Pada sub kegiatan ketiga, kegiatan difokuskan untuk penyediaan data
ilmiah tentang cemaran arsen pada beras sebagai bahan penyusunan discussion
paper dalam sidang Codex CCCF 2013.
Hasil evaluasi dan identifikasi kegiatan penelitian diversifikasi pangan yang
dilakukan BB-Pascapanen menunjukkan bahwa teknologi diversifikasi pangan
yang dihasilkan telah dapat meningkatkan citra pangan berbasis tanaman lokal.
Beberapa temuan pangan baru yang dihasilkan tidak hanya berfungsi memenuhi
kebutuhan kalori dan energi, tetapi juga telah mempunyai sifat fungsional.
Kebijakan penelitian pengembangan diversifikasi pangan ke depan yang harus
ditempuh adalah meningkatkan penelitian sifat fungsional produk pangan dan
berkolaborasi dengan mitra industri pangan dan minuman untuk
pengembangannya.
Kondisi Model Agro Industri (MAI) yang telah dikembangkan
BB-Pascapanen di masyarakat tidak semuanya berjalan baik, beberapa
diantaranya berjalan tersendat dan bahkan tidak berjalan sama sekali.
Pengkajian kegiatan MAI ini penting dilaksanakan, karena diharapkan dapat
dihasilkan rekomendasi yang applicable, sehingga dapat memperbaiki kondisi
MAI yang telah ada dan memberikan acuan dan panduan untuk bakal calon MAI
yang akan dikembangkan agar dihasilkan MAI yang berjalan baik. Hasil
25
identifikasi dan evaluasi menunjukkan bahwa MAI masih harus dilakukan
pendampingan secara kontinyu dan mengintroduksikan inovasi teknologi baru
guna pengembangan produk atau meningkatkan efisiensi dan produktifitas.
Codex Commission of Contaminant on Food telah berinisiatif untuk
menetapkan ambang batas cemaran Arsen di dalam beras. Indonesia sebagai
negara produsen beras merasa berkepentingan untuk berpartisipasi secara aktif.
Data yang dihasilkan dapat menjadi dasar untuk menentukan sikap Indonesia di
forum internasional. Hasil analis cemaran Arsen di dalam beras dari berbagai
lokasi yang telah ditentukan menunjukkan bahwa beras giling Indonesia
mengandung cemaran Arsen kurang dari 10 g/kg.
g. Teknologi Nanoenkapsulasi Ekstrak Temulawak dalam Pendispersi Minyak Sawit Kaya Beta Karoten untuk Meningkatkan Bioavailabilitas
dan Sifat Anti inflamasi
Temulawak merupakan tanaman herbal asli Indonesia dengan kandungan
senyawa fitokimia utama xanthorrizol dan kurkumin. Kedua senyawa tersebut
dikenal memiliki aktivitas fungsional sebagai anti mikroba, anti jamur, anti
inflamasi dan anti kanker. Senyawa fitokimia umumnya bersifat nonpolar dan
memiliki bioavaibilitas yang rendah sehingga relatif sulit diserap oleh tubuh.
Teknologi nanoenkapsulasi ekstrak temulawak dalam pendispersi minyak sawit
kaya beta karoten selain untuk mengatasi kekurangan sifat bioavaibilitas
senyawa fitokimia juga untuk meningkatkan nilai tambah komoditas sawit dan
temulawak. Dalam ukuran nano (50-500 nm), partikel bahan aktif lebih mudah
diabsorpsi oleh dinding usus halus sehingga meningkatkan bioavailabilitasnya.
Pada penelitian ini, penghantaran senyawa fitokimia xanthorrizol dan kurkumin
dilakukan melalui suatu sistem nanoemulsi menggunakan lipid dari minyak sawit
yang kaya beta karoten.
Pembentukan nanoemulsi ekstrak temulawak dilakukan melalui sistem
nanoemulsifikasi dengan komponennya, yaitu ekstrak temulawak/beta karoten
sebagai bahan aktif, konsentrat minyak sawit sebagai matriks polimer, surfaktan
dan air sebagai solvent eksternal. Pembentukan nanoemulsi dilakukan dengan
proses high energy menggunakan High Pressure Homogenizer dan low energy
dengan emulsifikasi spontan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa emulsifikasi low energy dengan
metode spontan tidak menghasilkan emulsi yang stabil, sehingga tidak
direkomendasikan untuk dikembangkan lebih lanjut. Proses emulsifikasi high
energy pada tekanan 1.500 psi sebanyak 7 siklus menghasilkan kestabilan emulsi
terbaik (99%) pada emulsi dengan konsentrasi ekstrak temulawak 5,94%, tween
80 1,5%, tween 20 1,5% dan minyak 10%. Hasil pengukuran partikel emulsi
dengan Particle Size Analyzer (PSA) menunjukkan bahwa perlakuan terbaik
tersebut memiliki rata-rata ukuran 74,7 nm. Nilai indeks polidispersitas (PDI)
sebesar 0,272, menunjukkan bahwa distribusi ukuran partikel emulsi yang
dihasilkan relatif sempit yang berarti emulsi memiliki kehomogenan atau tingkat
26
keseragaman ukuran partikel yang cukup baik. Nilai PDI memberikan informasi
mengenai kestabilan emulsi.
Gambar 13. Uji stabilitas nanoemulsi ekstrak temulawak (A) dan kurva distribusi ukuran partikel dari perlakuan terbaik (B)
Hasil pengujian bioaksesibilitas dalam model pencernaan in vitro
menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi surfaktan sangat mempengaruhi
bioaksesibilitas nanoemulsi esktrak temulawak terutama tween 20. Peningkatan
konsentrasi tween 20 mampu mempertahankan bioaksesibilitas nanoemulsi
ekstrak temulawak. Namun demikian, interaksi perlakuan konsentrasi ekstrak dan
surfaktan (tween 80 dan 20) cenderung menurunkan bioaksesibilitas. Perlakuan
yang menghasilkan bioaksesibilitas tertinggi (98,29%) yaitu kombinasi ekstrak
temulawak 5%, tween 80 1% dan tween 20 2%. Perlakuan tersebut
menghasilkan kemampuan aktivitas antioksidan nanoemulsi ekstrak temulawak
sebesar 732,31 ppm. Hasil pengujian kapasitas penghambatan (IC-50)
menunjukkan bahwa baik konsentrasi ekstrak maupun jenis surfaktan tidak
berpengaruh pada kapasitas penghambatan nanoemulsi ekstrak temulawak.
h. Teknologi Sintesis Nano-Katekin dari Daun Gambir Untuk Aplikasi pada Produk Nutraseutikal
Senyawa kimia gambir yang paling besar peranannya bagi kesehatan yaitu
katekin. Senyawa kimia ini termasuk ke dalam golongan polifenol. Semakin
tinggi kandungan katekin dalam produk gambir maka citarasa dan khasiatnya
bagi pemeliharaan kesehatan dan pengobatan semakin maksimal. Namun
demikian, katekin setidaknya memiliki satu keterbatasan, yaitu stabilitas produk
yang rendah sehingga menurunkan sifat bioavailabilitasnya. Penerapan teknologi
nanoenkapsulasi katekin diharapkan dapat meningkatkan stabilitas, tingkat
solubilitas dan bioavaibilitasnya. Selain meningkatkan stabilitas, nanoenkapsulasi
katekin juga menawarkan keuntungan lain seperti berkurangnya toksisitas dan
meningkatnya bioaktivitas. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan teknologi
nanoenkapsulasi bioaktif katekin dari gambir dengan ukuran partikel < 300 nm
yang berfungsi sebagai antioksidan.
B A
27
Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam proses pembentukan
nanoenkapsulasi katekin yaitu : 1) penentuan perbandingan larutan kitosan
dengan Na-tripoliposfat (Na-TPP), 2) penentuan konsentrasi kitosan, Na-TPP dan
ekstrak katekin serta 3) karakterisasi fisik (ukuran partikel, kestabilan, zeta
potensial, topografi permukaan partikel, dan struktur internal dari nanopartikel)
dan sifat fungsional nanoenkapsulasi katekin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel nanoemulsi katekin
semakin besar dengan semakin rendahnya perbandingan larutan kitosan dengan
Na-TPP. Pada perbandingan kitosan dengan Na-TPP sebesar 2:1, 5:1,dan 7:1
berturut-turut menghasilkan ukuran partikel nanoemulsi katekin sebesar 791,8–
2.006 nm, 142–174,9 nm, dan 188,5–189,1 nm.
Pada penelitian selanjutnya, perbandingan larutan kitosan dan Na-TPP
yang digunakan yaitu 5 : 1 dan 7 : 1. Perbandingan ini digunakan karena pada
perbandingan 2 : 1 ukuran partikel yang dihasilkan masih relatif besar. Hasil
analisis terhadap produk nanoemulsi katekin yang dihasilkan menunjukkan
bahwa ukuran partikel sangat dipengaruhi oleh konsentrasi larutan kitosan. Pada
konsentrasi larutan kitosan 0,2% ukuran partikel yang dihasilkan lebih kecil
dibandingkan dengan konsentrasi larutan kitosan 0,4%. Hasil analisis juga
menunjukkan adanya kecenderungan semakin besarnya ukuran partikel dengan
semakin tingginya konsentrasi katekin yang digunakan. Berdasarkan hal tersebut
maka proses nanoemulsi katekin terbaik yaitu konsentrasi larutan kitosan 0,2%,
katekin 0,4%, Na-TPP 0,1% dan perbandingan kitosan dengan Na-TPP 7 : 1
yang menghasilkan ukuran partikel sebesar 137,6 nm.
Secara fisik, nanoemulsi katekin pada perlakuan terbaik memiliki topografi
permukaan partikel, struktur internal partikel dan kestabilan emulsi yang baik.
Hasil uji stabilitas nanoemulsi katekin dengan menggunakan teknik sentrifugasi
10.000 rpm selama 25 menit menunjukkan stabilitas yang baik karena tidak
adanya pemisahan fase. Berdasarkan hasil analisis sifat fungsional, diperoleh
kadar katekin di dalam produk nanoemulsi sebesar 16,8% dengan aktivitas
antioksidan sebesar 223,75 ppm.
Gambar 14. Hasil analisis Transmission Electron Microscopy (TEM) nanoemulsi
katekin (A) dan nanoemulsi katekin setelah uji stabilitas emulsi (B)
B A
28
B. Sumber Dana Riset Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan
Perekayasa
Pada tahun 2012, BB-Pascapanen memperoleh alokasi dana kegiatan sebesar
Rp 1.500.000,- (Satu milyar lima ratus juta rupiah) dari Kementerian Riset dan
Teknologi. Adapun dana tersebut teralokasi dalam tujuh judul penelitian dan
pengembangan pascapanen.
1. Pengembangan Produk Breakfast Meal (Sagu Meal) Berbasis Sagu
Sagu merupakan bahan makanan yang mudah diperoleh di banyak daerah di
Indonesia. Potensinya di Indonesia sangat besar, namun pemanfaatannya masih
sangat terbatas. Oleh karena itu, pengembangan pemanfaatan sagu perlu terus
ditingkatkan. Salah satu produk yang cukup prospektif untuk dikembangkan yaitu
breakfast meal. Teknologi pembuatan produk breakfast meal diduga akan mudah
diadopsi masyarakat, mengingat sifatnya yang bukan teknologi baru, melainkan
teknologi pengembangan.
Kelompok tani pengolah sagu yang berlokasi di Kabupaten Luwu Timur,
merupakan binaan Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi. Masalah yang
dihadapi kelompok tani tersebut diantaranya mutu tepung yang dihasilkan kurang
memenuhi persyaratan karena cara pengolahan yang masih tradisional serta
diversifikasi produk tepung sagu yang belum berkembang. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, kelompok tani dan Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Timur
berminat menerapkan inovasi teknologi produksi tepung sagu dan diversifikasi
produk sagu yang telah dihasilkan BB-Pascapanen. Tujuan penelitian ini adalah
mendapatkan teknologi pembuatan breakfast meal berbasis sagu dan
mesosialisasikannya di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Produk breakfast meal berbasis sagu diperoleh melalui proses ekstrusi tepung
komposit yang terdiri dari campuran tepung sagu, tepung jagung, dan tepung
kacang hijau pada berbagai variasi perbandingan. Analisis produk yang dihasilkan
pada uji produksi menunjukkan bahwa breakfast meal terbaik diperoleh dari
perlakuan tepung komposit dengan kandungan tepung sagu maksimal 70%.
Semakin banyak tepung sagu dalam tepung komposit menghasilkan produk
breakfast meal dengan kandungan pati, amilosa dan daya cerna pati yang lebih
tinggi. Perlakuan kadar air tepung komposit tidak berpengaruh nyata pada
kandungan pati, amilosa dan daya cerna pati produk breakfast meal yang
dihasilkan. Terhadap parameter warna (kecerahan) diketahui bahwa semakin
rendah kandungan tepung sagu dalam tepung komposit, produk breakfast meal
yang dihasilkan semakin cerah. Kisaran nilai L dan Hue produk breakfast meal
masing-masing berkisar 54,55–78,07 dan 68,79–89,88oH. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa secara keseluruhan warna produk berada pada kelompok
merah kekuningan. Berdasarkan nilai kerenyahan, produk breakfast meal dengan
komposisi tepung komposit sagu : jagung : kacang hijau 70 : 5 : 25 memberikan
hasil terbaik.
29
Kegiatan sosialisasi teknologi produksi breakfast meal berbasis sagu dilakukan
di Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan ini diharapkan dapat
memberikan gambaran pada mitra pengguna mengenai potensi dan kemungkinan
penerapan teknologi breakfast meal berbasis sagu di lokasi mitra. Pemanfaatan hasil
kegiatan ini sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut dengan ditunjang
oleh sinergi antara kelompok tani dengan Pemerintah Daerah. Oleh karena itu,
untuk mewujudkan industri breakfast meal skala UKM di Kabupaten Luwu Timur,
strategi pengembangan ke depan perlu dilakukan melalui kerjasama dengan
kelompok tani pengolah sagu sebagai penyedia bahan baku, sedangkan Pemerintah
Daerah dapat berperan dalam penyediaan sarana dan prasarana unit produksi
breakfast meal.
Gambar 15. Produk ekstrusi sagu pada beberapa perbandingan tepung sagu, jagung dan kacang hijau
2. Difusi Teknologi Produksi Tepung Mannan Bermutu Food Grade di
Propinsi Jawa Timur
Nilai tambah yang diperoleh petani iles-iles relatif rendah karena perdagangan
dilakukan dalam bentuk umbi segar atau chip kering yang sebagian besar diekspor
ke berbagai negara. Dilain pihak, Indonesia mengimpor tepung manan food grade
(glukomanan) yang harganya jauh lebih mahal. Kondisi ini menyebabkan nilai
tambah yang diperoleh petani rendah dan nilai devisa negara berkurang karena nilai
ekonomi chip kering jauh lebih rendah dibandingkan tepung manan food grade.
Selain itu, perkembangan regulasi perdagangan iles-iles kedepan di negara tujuan
ekspor seperti Jepang dan China cenderung beralih ke dalam bentuk tepung
mannan. Perubahan permintaan tersebut berakibat pada kemungkinan
terhambatnya ekspor chip iles-iles Indonesia pada masa yang akan datang. Oleh
karena itu, diperlukan teknologi produksi tepung mannan bermutu food grade untuk
meningkatkan nilai tambah iles-iles sekaligus sebagai antisipasi terhadap
perkembangan regulasi perdagangan iles-iles di negara tujuan ekspor. Penelitian ini
bertujuan untuk mensosialisasikan teknologi pengolahan dan uji produksi chip iles-
iles dan tepung mannan kasar kepada petani Lembaga Masyarakat Disekitar Hutan
(LMDH) di Kabupaten Madiun.
30
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok petani LMDH Sumberbendo
Madiun mampu mengadopsi teknologi yang didifusikan, yaitu teknologi pengolahan
chip iles-iles dan tepung manan kasar secara mekanis melalui penyesuaian dengan
kondisi peralatan dan sarana yang tersedia di unit produksi yang telah ada. Chip
iles-iles yang dihasilkan berwarna cerah kekuningan dan terlihat mengkilap,
sedangkan tepung manan kasar telah memenuhi persyaratan minimal yang diminta
oleh calon mitra swasta PT. Inti Fabiola Utama, yaitu tepung manan kasar dengan
kadar glukomanan minimal 50%, berwarna cerah dan bersih dari pengotor. Kadar
residu sulfit tepung manan sebesar 340,5 ppm, memenuhi batas maksimal yang
diizinkan yaitu 500 ppm. Jumlah mikroba (TPC) tepung manan relatif rendah, yaitu
1,7x104cfu/g. Hasil perhitungan nilai tambah pengolahan tepung manan kasar
menunjukkan bahwa nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp 3.779/kg pada harga
bahan baku Rp 2.500 dan Rp 3.279/kg pada harga bahan baku Rp 3.000.
Selanjutnya telah disepakati adanya kerjasama pasokan tepung manan kasar ke
perusahaan setelah pabrik pengolahan tepung manan foodgrade selesai dibangun
tahun 2013.
Potensi pengembangan kedepan adalah kemampuan kelompok petani LMDH
Sumberbendo menghasilkan chip iles-iles dan tepung manan kasar mendorong
Kabupaten Madiun menjadi sentra produksi iles-iles dimana peluang bisnis produk
olahan iles-iles akan terus berkembang karena semakin banyaknya permintaan dari
industri pangan dan non-pangan di Indonesia. Sinergi koordinasi kelembagaan
menghasilkan kesepakatan bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Madiun melakukan pembinaan dan monitoring di tingkat kelompok petani,
sedangkan BB-Pascapanen memonitor dan memberikan bimbingan teknologi serta
pendampingan kemitraan LMDH dengan mitra swasta.
Gambar 16. Unit produksi iles-iles di Desa Sumberbendo (A) dan tepung manan
kasar hasil uji coba petani LMDH (B) sebelum dan sesudah introduksi teknologi BB-Pascapanen
A B
Setelah introduksi
Sebelum introduksi
31
3. Pengembangan Breakfast Meal dari Tepung Talas
Breakfast meal merupakan makanan sarapan yang dapat disajikan secara
cepat. Breakfast meal siap santap diantaranya dapat berupa produk sereal, ekstrusi
dan bubur instan. Saat ini, ragam produk breakfast meal siap santap yang tersedia
di pasaran masih terbatas, kebanyakan masih menggunakan bahan baku gandum
dengan harga yang relatif mahal. Breakfast meal dapat dibuat dengan bahan baku
tepung talas. Talas adalah produk lokal yang banyak ditanam masyarakat,
mempunyai kelebihan dibanding dengan umbi lainnya. Selain mengandung
karbohidrat yang tinggi (84%), talas mempunyai kandungan oligosakarida sebagai
senyawa prebiotik dan serat pangan. Kandungan protein talas juga lebih tinggi
hingga dua kali lipat dari protein ubi kayu dan ubi jalar. Namun demikian, untuk
melengkapi kekurangan talas sebagai sumber karbohidrat, dalam pembuatan
breakfast meal perlu dikompositkan dengan tepung lain seperti tepung pisang dan
kacang hijau. Pisang mempunyai keunggulan yaitu memiliki kalori tinggi dan mampu
menyediakan energi lebih cepat dibanding nasi dan roti.
Penelitian pada tahun sebelumnya telah menghasilkan formula tepung
komposit yang cocok untuk pembuatan breakfast meal yaitu komposit tepung
talas:pisang:kacang hijau dengan perbandingan 50:30:20. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan : 1) teknologi diversifikasi produk breakfast meal dari komposit
talas meliputi produk ekstrusi, gel talas kaya serat dan bubur instan, 2) guideline 5
buah produk diversifikasi talas dan 3) sosialisasi produk diversifikasi talas kepada
pengguna.
Pembuatan bubur instan menggunakan bahan baku tepung komposit talas,
pisang dan kacang hijau dengan perbandingan 50:30:20. Perlakuan yang digunakan
yaitu formula ingredien yang meliputi susu bubuk, garam dan seasoning. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan metode respon surface formula bubur
instan yang optimal adalah formula yang mengandung susu bubuk 6,25%, garam
1,25% dan seasoning ayam bakar 1,25%. Total nilai energi dalam 100 g bubur
instan adalah 380,32 kkal, sehingga kebutuhan kalori sarapan sebesar 250 kkal
dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bubur instan sebanyak 50-100 g.
Formulasi produk ekstrusi dilakukan dengan menambahkan tepung jagung
dan tapioka dalam tepung komposit talas yang telah dihasilkan sebelumnya.
Penambahan tepung jagung ternyata dapat menghasilkan produk ekstrusi yang
lebih mengembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk ekstrusi yang
optimal diperoleh dari formula campuran tepung komposit 47,5%, tepung jagung
47,5% dan tepung tapioka 5% dengan proses ekstrusi pada suhu 120oC. Formula
ini menghasilkan produk dengan bentuk, warna dan tekstur yang terbaik
dibandingkan formula lain yang diujicoba.
Formulasi produk gel talas yang diujicoba yaitu rasio tepung komposit talas
dengan sagu aren serta rasio tepung dengan air. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa berdasarkan metode respon surface, produk gel talas terbaik dihasilkan dari
rasio tepung komposit talas dengan sagu aren 50:50 dan rasio tepung dengan air
1:1. Formula ini menghasilkan produk gel talas dengan kandungan serat pangan
32
yang tinggi (11,38%). Kandungan kalori dari 100 g gel talas sebesar 320,8 kkal
sehingga untuk memenuhi kebutuhan kalori sarapan 250 kkal, maka dapat
dikonsumsi sebanyak 75 g gel talas. Pada penelitian ini dihasilkan pula gel talas
bentuk premix yang dapat diolah menjadi puding. Produk ini lebih praktis dan
aplikatif serta mempunyai daya simpan yang lebih lama.
Sebagai bahan untuk sosialisasi produk diversifikasi pangan berbasis talas,
telah disusun guideline (modul) lima produk olahan talas, yaitu bubur instan, produk
ekstrusi, produk gel talas dan 2 produk olahan hasil penelitian tahun sebelumnya
yaitu flake hasil pengolahan dengan drum drying dan oven. Modul yang disusun
tersebut telah digunakan sebagai bahan pada sosialisasi produk diversifikasi pangan
berbasis talas kepada calon pengguna (kelompok tani) binaan Dinas Pertanian Kota
Bogor dan Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis. Keberlanjutan pemanfaatan
hasil kegiatan sangat potensial untuk dilakukan terutama penggunaan talas Seler
dan talas jenis yang lainnya sesuai dengan potensi daerahnya (Bogor dan Ciamis).
Gambar 17. Produk olahan dari tepung komposit talas : bubur instan (A), produk ekstrusi (B), produk gel talas (C) dan sosialisasi produk diversifikasi berbasis talas (D)
A B
C D
33
4. Difusi Teknologi Pembuatan Mi dari Tepung Jagung Termodifikasi di
Temanggung Jawa Tengah
Dalam rangka mendukung program pemerintah untuk pencapaian
swasembada jagung perlu adanya teknologi pemanfaatan jagung yang optimal tidak
hanya untuk pakan tetapi juga untuk pangan. Beberapa daerah di Jawa Tengah
yang masyarakatnya masih mengkonsumsi jagung diantaranya adalah di daerah
Temanggung. Peralatan untuk mengolah jagung menjadi berasan jagung telah
tersedia di kelompok tani. Dengan demikian, perlu dikembangkan proses
pengolahan tepung jagung untuk substitusi terigu dalam produk mi, dengan
menggunakan peralatan yang tersedia di kelompok tani tersebut. Percepatan difusi
teknologi tepung jagung di Kabupaten Temanggung, diharapkan dapat membuka
wawasan dan memberikan motivasi kepada masyarakat, terutama industri
pengolahan pangan jagung untuk berkembang dan lebih produktif, sehingga secara
umum dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pelaksanaan aktivitas difusi
meliputi pengembangan model produksi di pedesaan bekerjasama dengan Kantor
Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung. Pengadaan peralatan berkoordinasi
dengan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung, sedangkan teknologi
pengolahan jagung disediakan BB-Pascapanen dan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Tengah.
Pada tahap awal telah dilakukan difusi teknologi pengolahan tepung dan mi
jagung di Kecamatan Wonoboyo. Selanjutnya dilakukan sosialisasi pembuatan mi
jagung yang dihadiri oleh Kelompok Wanita Tani se-Kabupaten Temanggung.
Pembinaan industri rumah tangga dimulai dari pembuatan tepung jagung
termodifikasi di KWT Purwo Mandiri yang berlokasi di Desa Purwosari, Kecamatan
Wonoboyo, Kabupaten Temanggung. Respon kelompok ini terhadap teknologi yang
didifusikan sangat baik. Kelompok selanjutnya memproduksi tepung jagung yang
pada dua bulan berikutnya telah mempunyai ijin produk yaitu Depkes RI P-IRT
No. 215332311047. Harga jual tepung jagung setiap kemasan (0,5 kg) Rp 8.000,-
sedangkan tepung beras dengan kemasan yang sama harga di pasaran Rp 8.500,-.
Kendala yang dihadapi oleh KWT tersebut yaitu tidak semua tepung jagung
dapat lolos dalam ayakan 100 mesh, sedangkan tepung jagung yang layak
digunakan untuk aneka produk syaratnya harus lolos ayakan 100 mesh. Pada
pembuatan tepung jagung tersebut hanya sebanyak 50% tepung yang mampu lolos
ayakan 100 mesh dan sisanya berupa tepung kasar. Hal tersebut disebabkan biji
jagung yang keras sehingga sangat sulit untuk menjadi halus seperti terigu. Upaya
pemanfaatan tepung kasar tersebut telah dicoba untuk memanfaatkan menjadi
produk mi. Pada percobaan yang dilakukan ternyata tepung kasar dapat
menghasilkan mi jagung yang sama baiknya dengan mi jagung dari tepung halus
(lolos 100 mesh). Dengan demikian maka selanjutnya KWT Purwo Mandiri
memproduksi tepung jagung termodifikasi untuk tepung yang lolos 100 mesh dan
sisa tepung yang tidak lolos digunakan untuk produksi mi jagung. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tepung dan mi jagung mempunyai indeks glikemik rendah
34
yaitu IG=37,5 untuk tepung dan IG=52,63 untuk produk mi jagung. Indeks glikemik
kedua produk tersebut lebih rendah dari terigu (IG=70). Dengan demikian, produk
tepung maupun mi jagung sangat baik untuk dikonsumsi penderita diabetes.
Hasil difusi teknologi ini telah terbentuk model produksi tepung dan mi jagung
termodifikasi di KWT Purwo Mandiri. Namun demikian, masih perlu pendampingan
teknologi untuk peningkatan mutu produk sekaligus memantau perkembangan KWT
dalam memproduksi tepung dan mi jagung. Selain itu, perlu diusahakan jalinan
pemasaran yang baik dengan bantuan dari Kantor Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Temanggung agar produksi tepung dan mi jagung dapat
berkelanjutan. Dengan terbentuknya model produksi mi jagung diharapkan akan
meningkatkan pendapatan petani dan mendukung program diversifikasi pangan
berbasis jagung.
Gambar 18. Sosialisasi teknologi pengolahan tepung dan mi jagung serta produk
tepung (A) dan mi jagung (B) hasil produksi KWT Purwo Mandiri
5. Pengembangan Teknologi Fortifikasi dan Pengemasan Produk Pangan Darurat Berbasis Tepung Ubijalar dan Kacang-kacangan
Pangan darurat (Emergency Food Product, EFP) adalah pangan khusus yang
dikonsumsi pada saat keadaan darurat. Penyediaan pangan darurat yang bersifat
ready to eat diperlukan pada kondisi dimana para korban tidak dapat hidup normal
untuk memenuhi kebutuhannya. Karakteristik kritis yang diperlukan dalam
A B
35
pengembangan pangan darurat adalah aman, memiliki gizi yang cukup, dapat
diterima serta mudah dipindahkan dan digunakan. Snack bar dapat dikembangkan
sebagai EFP dengan memenuhi persyaratan kritisnya. Snack bar adalah makanan
padat berbahan dasar tepung dengan tambahan ingredien lain melalui proses
baking. Fortifikasi produk snack bar adalah suatu upaya untuk meningkatkan mutu
gizi yang dilakukan dengan cara menambahkan satu atau lebih zat gizi mikro,
seperti vitamin dan mineral. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan produk
pangan darurat dalam bentuk snack bar berbasis tepung ubi jalar dan kacang-
kacangan dengan komposisi gizi dan umur simpan yang memenuhi persyaratan
pangan darurat. Kegiatan pengembangan teknologi fortifikasi dan pengemasan
produk snack bar ubi jalar dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1) optimasi
proses fortifikasi snack bar skala laboratorium dan 2) ujicoba produksi snack bar ubi
jalar skala pilot di mitra industri.
Optimasi proses fortifikasi skala laboratorium menggunakan formula snack bar
hasil penelitian sebelumnya yaitu formula dengan perbandingan tepung ubijalar,
kacang hijau dan kedelai dengan rasio 50:37,5:12,5. Teknik fortifikasi yang
digunakan yaitu dry mixing menggunakan mixer. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa produk snack bar terbaik dihasilkan dari formula snack bar yang difortifikasi
dengan Fe dengan dosis 40mg/100g, Zn 20mg/100g dan Folat 0,5mg/100g.
Karakteristik produk snack bar yang dihasilkan mengandung karbohidrat 61,41%,
lemak 25,89%, protein 5,56% denga nilai aw 0,49. Kandungan total energi sebesar
500,98 kkal/100g, folat 0,04mg/100g, Fe 0,43mg/100g dan Zn 0,15mg/100g.
Berdasarkan kandungan total energi, produk snack bar berbasis ubi jalar yang
dihasilkan sudah memenuhi spesifikasi sebagai pangan darurat karena mampu
mensuplai energi bagi tubuh lebih dari 300 kkal/100g.
Ujicoba produksi ubi jalar skala pilot plant dilakukan dilakukan di pabrik
pengolahan ubi jalar Sentra Pengembangan Agribisnis Terpadu (SPAT) Pasuruan,
Jawa Timur. Hal ini berdasarkan Naskah Kesepakatan Kerjasama yang telah
ditandatangani oleh Kepala BB-Pascapanen dan Direktur SPAT. Produk snack bar
yang dihasilkan dari ujicoba produksi tersebut memiliki karakteristik fisik yang relatif
sama dengan snack bar hasil optimasi di laboratorium, yaitu karbohidrat 67,32%,
lemak 22,10% dan protein 5,60% dengan total energi 490,58 kkal/100g.
Kandungan mineral folat 0,04 mg/100 g, Fe 0,41 mg/100 g dan Zn 0,11 mg/100 g.
Karakteristik organoleptik snack bar disukai oleh panelis.
36
Gambar 19. Proses pembuatan adonan (A), pemanggangan (B) dan pengemasan
(C) dan produk snack bar terkemas (D)
6. Teknologi Nanoemulsi Lemak Kakao (Cocoa Butter) yang Kaya Antioksidan sebagai Bahan Olesan (Spread) Produk Rerotian dan Biskuit
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kakao terbesar ke-3 di
dunia. Sebagian besar kakao yang dihasilkan diekspor dalam bentuk biji, terutama
biji non-fermentasi. Pengolahan lebih lanjut dari produk intermediate kakao belum
banyak dilakukan di Indonesia. Lemak kakao sebagai produk intermediate hasil
pengepresan biji kakao berkontribusi dalam menentukan cita rasa dan tekstur
produk kakao. Bahan lemak kakao ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam
produk olahan kakao, mengingat harganya yang tinggi. Usaha untuk meningkatkan
cita rasa produk kakao dengan penambahan lemak kakao seminim mungkin perlu
dikembangkan agar produk olahan kakao Indonesia dapat diterima oleh pasar
internasional. Dengan teknologi nanoemulsi, penambahan lemak kakao dalam
jumlah sedikit akan memberikan perubahan yang besar pada tekstur dan citarasa
produk olahan kakao.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan : 1) teknologi nanoemulsi lemak
kakao sebagai spread (bahan olesan) produk rerotian dan biskuit dalam rangka
diversifikasi produk kakao dan 2) sosialisasi teknologi nanoemulsi lemak kakao
kepada calon mitra pengguna (PT. Mars Symbiosience Indonesia-MSI).
C D
A B
37
Proses nanoemulsifikasi lemak kakao dilakukan dengan homogenisasi tekanan
tinggi (18.000 psi) sebanyak 5 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan emulsifier campuran (Tween 20 dan 80) dengan konsentrasi 5%
memberikan kestabilan nanoemulsi yang baik dengan persentase pemisahan fase
berkisar 0–4,60%. Berdasarkan pengamatan ukuran partikel dan kestabilan
nanoemulsi, formula yang memberikan ukuran partikel yang kecil (57,60 nm) dan
kestabilan yang baik (4,60%) adalah formula yang menggunakan emulsifier
campuran (Tween 20 dan 80) dengan perbandingan 2:3.
Produk spread berbasis hazelnut (10,77%) dan bubuk kakao (6,46%)
dikembangkan dengan menambahkan minyak/lemak (2,59%) sebagai komponen
pembentuk tekstur dan cita rasa. Komponen lemak ditambahkan dalam berbagai
bentuk, yaitu nanoemulsi lemak kakao, lemak kakao (kontrol positip), minyak sayur
dan cocoa butter equivalent (kontrol negatip). Produk spread cokelat komersial
(Nutella) digunakan sebagai pembanding. Karakterisasi yang menggambarkan daya
oles dilakukan melalui pengukuran viskositas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan lemak kakao menghasilkan spread dengan viskositas tertinggi (5.960
cP), diikuti oleh CBS (5.840 cP), minyak sayur (5.440 cP) dan nanoemulsi (3.400–
4.800 cP). Produk spread komersial Nutella memiliki viskositas yang sangat tinggi
(14.960 cP). Warna produk spread tidak menunjukkan variasi yang berarti dengan
perbedaan formula. Warna produk ini ditentukan oleh warna bubuk kakao yang
digunakan. Hasil uji organoleptik memberikan tingkat kesukaan antara agak suka
sampai suka untuk seluruh parameter (tekstur, aroma, warna dan spreadability).
Sosialisasi teknologi dilakukan untuk menginformasikan perkembangan
kegiatan penelitian, mengintroduksikan hasil penelitian dan mengkaji peluang
aplikasi teknologi nanoemulsi lemak kakao untuk pengembangan produk di mitra
kerjasama (PT. Mars Symbioscience Indonesia). PT MSI merupakan perusahaan
pengolah produk kakao intermediate (cocoa powder dan cocoa butter) yang
sebagian besar produknya diekspor (terutama lemak kakao). PT MSI tertarik untuk
mendukung penelitian ini melalui penyediaan lemak kakao sebagai bahan penelitian.
Ke depan, PT MSI diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk
pengembangan produknya.
38
Gambar 20. Stabilitas nanoemulsi lemak kakao pada uji freeze and thaw (A), spread cokelat dengan penambahan nanoemulsi lemak kakao (B),
sosialisasi (C) dan pengujian organoleptik produk spread di PT. Mars Symbioscience (D)
7. Pengembangan Agroindustri Padi Terpadu melalui Penerapan Sistem
Mutu
Agroindustri padi yang memiliki daya saing tinggi adalah agroindustri padi
yang mampu menghasilkan beras giling dan produk samping yang bernilai tinggi.
Sebagian besar penggilingan padi di Indonesia (81,84%) adalah penggilingan padi
skala kecil (PPK) yang masih memiliki banyak permasalahan, antara lain :
1) pengolahan beras belum menerapkan prosedur standar sehingga rendemen dan
mutu beras rendah, 2) pengelolaan proses penggilingan padi masih tradisional,
3) penggilingan padi keliling kurang memperhatikan aspek mutu beras, dan
4) produk samping berupa beras patah, menir, dedak dan sekam belum banyak
dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing penggilingan
padi melalui pengembangan agroindustri padi terpadu yang menerapkan sistem
mutu, perbaikan sistem kelembagaan dan konfigurasi proses penggilingan.
Kegiatan ini dilakukan pada penggilingan padi kecil (PPK) dan penggilingan
padi besar (PPB) di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Pinrang
Sulawesi Selatan. Tahapan penelitian meliputi : 1) sosialisasi teknologi produksi
beras berkualitas premium dan 2) penerapan sistem manajemen mutu pada
agroindustri padi terpadu melalui pendekatan proses untuk menghasilkan produk
beras berkualitas secara konsisten.
C D
A B
39
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) sistem kelembagaan agroindustri di
Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan berjalan dengan model Plasma-Inti,
sedangkan di Kabupaten Konawe model non plasma-Inti. Pada model agroindustri
Plasma-Inti, apabila PPB menggunakan bahan baku beras pecah kulit dengan
derajat sosoh yang lebih besar dari PPK, maka dapat menurunkan persentase beras
patah sebesar 5% dan menir sebesar 0,14%, 2) perbaikan konfigurasi penggilingan
padi pada proses pecah kulit dengan penambahan proses pengayakan (brown rice
separator) dapat meningkatkan rendemen beras antara 2,5–3,5% dan menurunkan
beras patah antara 2,6–10,4%, meningkatkan nilai tambah dari hasil utama beras,
serta pengolahan hasil samping penggilingan padi berupa tepung beras, minyak
dedak, briket sekam, arang sekam dan kompor sekam, dan 3) kedua model
agroindustri tersebut telah menerapkan sistem mutu sehingga memberi jaminan
mutu dan harga gabah dan beras.
Gambar 21. Konfigurasi penggilingan padi yang dianjurkan (A), Beras premium
yang dihasilkan PPB binaan BB-Pascapanen (B) dan Launching beras
premium Gubernur Sulawesi Selatan (C)
Potensi pengembangan ke depan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan
merupakan wilayah sentra produksi padi di Indonesia. Jumlah penggilingan padi,
terutama Penggilingan Padi Kecil (PPK) cukup banyak sehingga berpotensi untuk
Polisher Gabah Kering
Giling Separator
Separator
C
A
B
40
pengembangan agoindustri beras premium. Model agroindustri padi berbasis
Plasma-Inti akan lebih intensif dalam membina perbaikan mutu dan rendemen beras
pada Penggilingan Padi kecil (PPK). Dengan penerapan sistem mutu pada model
agroindustri padi berbasis penggilingan padi dapat dihasilkan beras berlabel SNI
untuk jaminan mutu dan ekspor. Sinergi program tercermin dari dukungan kegiatan
penelitian ini terhadap program pemeritah daerah, terutama program revitalisasi
penggilingan untuk meningkatkan rendemen beras giling dan sertifikasi beras
berlabel (branding beras lokal komoditas unggulan daerah).
C. Sumber Dana Insentif Riset SINas
Pada tahun 2012, BB-Pascapanen memperoleh alokasi dana sebesar
Rp 200.000.000 (Dua ratus juta rupiah) dari Kementerian Riset dan Teknologi untuk
melaksanakan kegiatan Insentif Riset SINas, sebagai berikut :
Pengembangan Teknologi Produksi Kopi Luwak Melalui Penggunaan Bioreaktor, Isolat Bakteri Lambung Luwak dan Larutan Simulated Gastric
Fluid
Kopi luwak mempunyai kualitas kopi dengan cita rasa yang khas sehingga
mempunyai harga jual yang tinggi mencapai Rp 2 juta /kg. Namun demikian, produksi
kopi luwak di Indonesia masih sangat terbatas karena tingkat kesulitan pemanfaatan
binatang luwak sebagai satu-satunya media pembuatan kopi luwak. Masalah lainnya
adalah kontaminasi bakteri patogen pada biji kopi luwak yang telah disangrai antara
lain ditemukannya bakteri E. coli. Inovasi teknologi kopi luwak artifisial melalui
penggunaan isolat bakteri lambung luwak dan simulated gastric fluid di dalam
bioreaktor dilakukan untuk menghasilkan mutu kopi yang setara dengan cita rasa kopi
luwak. Selain itu, penggunaan bioreaktor sangat bermanfaat untuk menghasilkan kopi
luwak melalui proses yang bisa di scale-up pada skala industri.
Buah kopi segar diproses di dalam bioreaktor dengan mempertimbangkan kondisi
enzim, mikroba, suhu, dan pH yang sesuai dengan fermentasi kopi dalam pencernaan
luwak. Untuk itu, pada tahap awal dilakukan identifikasi sifat fisik, kimia, mikrobiologi
dan aktifitas enzim pada biji kopi dan feces luwak. Nilai aktivitas enzim tripsin pada
feces luwak yaitu 0,1375 (UA/mg protein), lambung 0,0390 UA/mg protein, usus halus
0,0367 UA/mg dan usus besar adalah 0,1292 UA/mg protein. Nilai aktivitas enzim
proteolitik yaitu 0,2548 UA/mg protein pada feces, 0,0966 UA/mg protein pada
lambung, 0,0994 UA/mg protein pada usus halus dan 0,1755 UA/mg protein pada usus
besar. Isolat bakteri genus Lactobacillus yang diperoleh dari binatang luwak yaitu :
Lactobacillus casei, L. animalis dan L. Fermentum.
Teknologi produksi kopi luwak melalui penggunaan bioreaktor, isolat bakteri
lambung luwak dan larutan simulated gastric fluid (SGF) telah berhasil diperoleh.
Teknologi kopi luwak artifisial tersebut melalui beberapa tahapan yaitu perendaman biji
kopi dalam larutan SGF selama 2 jam pada suhu 38oC, pH 1,7 dan kecepatan
pengadukan 50 rpm, kemudian pengaturan pH menjadi netral, penambahan enzim
tripsin (K1) atau tanpa enzim tripsin (K2) dan pengadukan selama 2 jam. Tahap
41
selanjutnya yaitu penggantian SGF dengan larutan usus buatan, pH 4-6, dan
penambahan campuran isolat bakteri dari pencernaan luwak, kemudian diaduk 5 jam
dengan laju putaran 50 rpm.
Berdasarkan uji cita rasa, kopi luwak artifisial mempunyai nilai yang setara
dengan cita rasa kopi luwak asli. Kopi artifisial K1 dan K2 mempunyai nilai 84,38 dan
83,25, sedangkan kopi luwak asli yaitu 84,88. Kopi yang dihasilkan melalui bioreaktor
tersebut mempunyai nilai excellent dan termasuk kedalam golongan specialty kopi
seperti kopi luwak asli. Berdasarkan uji flavor, kopi luwak artificial memiliki senyawa
volatil yang identik atau memiliki kesamaan dengan kopi luwak asli.
Gambar 22. Biji kopi hasil penyangraian (A) dan cupping test kopi luwak artifisial (B)
D. Sumber Dana Analisis Kebijakan Badan Litbang Pertanian
Pada tahun 2012, BB-Pascapanen memperoleh alokasi dana sebesar
Rp 250.000.000 (Dua ratus lima puluh juta rupiah) dari Badan Litbang Pertanian untuk
melaksanakan kegiatan analisis kebijakan, sebagai berikut :
Analisis Kebijakan Diversifikasi Pangan dengan Pendekatan Sistem Modeling
Program diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG) telah dimulai sejak tahun 1991/1992
namun sampai saat ini kondisi program diversifikasi pangan Indonesia tampak belum
berjalan efektif. Konsumsi beras penduduk Indonesia terbesar di dunia yaitu 139,5
kg/kap/tahun. Indikator penting yang saat ini digunakan untuk mengukur keberhasilan
program diversifikasi pangan di suatu wilayah adalah dengan mengukur skor Pola
Pangan harapan (PPH). PPH adalah suatu komposisi pangan yang seimbang untuk
konsumsi guna memenuhi kebutuhan gizi penduduk. Skor PPH nasional pada tahun
2012 yaitu sebesar 75,4.
Diversifikasi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain akses pangan,
ketersediaan pangan dan pola konsumsi pangan. Secara makro, diversifikasi pangan
dibentuk oleh beberapa sub sistem, seperti : a) Sub-sistem produksi beras; b) Sub-
sistem Pola Pangan harapan; c) Sub-sistem akses pangan; dan d) Sub-sistem
ketersesiaan pangan lokal. Faktor-faktor yang mempengaruhi PPH besarannya
merupakan fungsi dari perubahan waktu maka sifatnya dinamis. Kegiatan penelitian
B A
42
pemodelan diversifikasi pangan dengen sistem dinamik, terdiri dari enam tahapan
penelitian yaitu : 1) Penyusunan diagram black box; 2) penelusuran data primer dan
data sekunder, 3) FGD dengan pakar; 4) Penyusunan causal loop diagram dan stock
flow diagram; 5) Simulasi model; dan 6) Penyusunan strategis kebijakan.
Berdasarkan hasil simulasi eksisting, pada tahun 2015 akan tercapai PPH sebesar
PPH 93,6 dan pada tahun 2020 akan tercapai PPH 99,2. Untuk mencapai PPH ideal
maka konsumsi padi-padian harus diturunkan menjadi 275 g/hari dari 300 g/hari.
Berdasarkan hasil modeling maka program diversifikasi pangan eksisting akan
menurunkan konsumsi beras sebesar 1,58%/tahun. Data hasil simulasi menunjukan
bahwa ketersediaan kelompok pangan yang sangat kurang adalah pangan hewani,
gula dan sayuran serta buah-buahan. Pada tahun 2020 ketersediaan umbi-umbian
selisih -94.254 ton/tahun, pangan hewani selisih 628.853 ton/tahun, gula -1.237.926
ton/tahun; dan sayuran buah -12.528.670 ton/tahun. Selisih produksi tersebut harus
dipenuhi guna mencapai PPH sesuai target.
Modeling diversifikasi pangan eksisting tidak dapat mencapai target skor PPH dan
Angka Kecukupan Energi (AKE) pada tahun 2020. Oleh karena itu, diperlukan suatu
skenario/intervensi ke dalam model. Skenario optimis meliputi skenario penerapan
kemitraan, sarana, dan teknologi untuk meningkatkan ketersediaan. Berdasarkan
modeling skenario optimis diversifikasi pangan, target PPH 95 pada tahun 2015 dan
target PPH 100 pada tahun 2020 dapat tercapai. Skenario optimis diversifikasi pangan
akan berdampat positif pada penurunan konsumsi beras, yaitu 1,68%/tahun.
Ketersediaan beras pada modeling skenario optimis diversifikasi pangan akan
menurunkan kebutuhan beras 4.012.329 ton pada tahun 2020.
Adapun rekomendasi kebijakan untuk pencapaian target PPH antara lain
1) peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan stok logistik kelompok pangan
khususnya kelompok umbi-umbian, pangan hewani, gula, sayur dan buah;
2) peningkatan akses pangan dapat didorong melalui peningkatan daya beli
masyarakat khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah sebesar 10%,
peningkatan kualitas fungsi aksesibilitas seperti jalan dan listrik sebesar 30%, dan
peningkatan fungsi informasi sebesar 30% dari kondisi yang ada; dan 3) peningkatan
konsumsi pangan masyarakat kearah penganekaragaman makanan dapat didorong
melalui penerapan jaminan kehalalan pangan sebesar 30% setiap tahunnya dari
kondisi yang ada sekarang, penerapan sistem mutu sebesar 30% setiap tahunnya dari
kondisi yang sedang berjalan, dan peningkatan informasi 30% dari kondisi yang ada,
sehingga pemahaman dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pangan sehat
dapat terbentuk.
43
E. Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian
1. Dukungan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri
Dalam rangka perluasan dan percepatan pemasyarakatan teknologi,
diperlukan berbagai upaya penjaringan mitra kerjasama baik melalui promosi
maupun komunikasi pro-aktif yang intensif. Ruang lingkup kegiatan kerjasama ini
meliputi pendampingan teknologi terhadap mitra kerjasama yang telah terjalin
sesuai dengan kesepakatan dalam Memorandum of Understanding (MoU) dan
melakukan rintisan kerja sama baru. Kegiatan pendampingan dan perintisan
kerjasama dilakukan dengan pendekatan partisipatif dimana BB-Pascapanen secara
aktif terlibat dalam memberikan pendampingan teknologi serta komunikasi dengan
mitra dan stakeholders yang terlibat dalam berbagai kesempatan.
a. Naskah Perjanjian Kerjasama
BB-Pascapanen telah menerbitkan Naskah Perjanjian Kerjasama atau
Memorandum of Understanding (MoU) pada TA. 2012 sebanyak 10 (sepuluh)
dokumen yang terdiri atas :
1. Kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan BB-Pascapanen tentang
Pelaksanaan Program Insentif Peningkatan Kemampuan Penelitian dan
Perekayasa (PKPP) Tahun 2012.
2. Kerjasama BB-Pascapanen dengan Lembaga Sertifikasi Produk Mandiri Lestari
(PT. Agri Mandiri Lestari) tentang Pemanfaatan Laboratorium Pengujian
BB-Pascapanen untuk Analisis Mutu Beras.
3. Kerjasama BB-Pascapanen dengan PD. Gama tentang Pengembangan Produk
Tepung Kedelai sebagai Bahan Baku Minuman Kesehatan.
4. Kerjasama BB-Pascapanen Pertanian dengan Dinas Pertanian, Kehutanan,
Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Karawang, tentang Pengembangan
Sup Jamur Instan Skala Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam rangka
Mendukung Kegiatan Pengolahan Produk Jamur Merang Menuju Pasar Modern
di Kabupaten Karawang.
5. Kerjasama BB-Pascapanen dengan Sentra Pengembangan Agribisnis Terpadu
(SPAT) tentang Pengembangan Produk Snack Bar Ubijalar.
6. Kerjasama BB-Pascapanen dengan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten
Temanggung tentang Difusi Teknologi Pembuatan Mi dari Tepung Jagung
Termodifikasi.
7. Kerjasama Badan Litbang Pertanian dan Pemda Kabupaten Pakpak Bharat,
Sumatera Utara dengan koordinator pelaksana kegiatan adalah Puslitbang
Perkebunan dengan judul kegiatan Pendampingan Inovasi Teknologi pada
Pengembangan Agribisnis di Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara.
BB- Pascapanen dalam hal ini sebagai Pelaksana Kegiatan pendampingan
Inovasi Teknologi pada Pengembangan Agribisnis di Kabupaten Pakpak
Bharat, Sumatera Utara selama empat (4) tahun masa kontrak (2012-2015).
44
8. Kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan BB-Pascapanen tentang Persiapan
Kegiatan Laboratorium Lapang Bersama Badan Litbang Pertanian di
Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
9. Kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan BB-Pascapanen Pertanian tentang
Analisis Kebijakan Model Diversifikasi Pangan dengan Pendekatan System
Modelling.
10. Kerjasama BB-Pascapanen dengan Asian Food and Agriculture Cooperation
Initiative, Rural Development Administration (AFACI-RDA), Suwon, Republik
Korea tentang Establishment of Network and Model Manual of Postharvest
Technology of Horticultural Crops in Indonesia.
Terdapat 1 (satu) kegiatan Kegiatan kerjasama penelitian dan
pengembangan pascapanen yang masih dalam tahap rintisan, yaitu kerjasama
BB-Pascapanen dengan PT. Sosro tentang Pendampingan Teknologi Pembuatan
Minyak Bunga Melati. Kegiatan ini masih dalam penjajagan dan kemungkinan
baru dapat dilaksanakan pada tahun 2013.
b. Kegiatan Kerjasama BB-Pascapanen
Kerjasama Program Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa
Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa (PKPP) merupakan
program insentif bagi para pejabat fungsional peneliti dan perekayasa yang
masih aktif. Pada TA. 2012, BB-Pascapanen mendapatkan dana insentif dari
DIPA Kementerian Riset dan Teknologi TA. 2012 sebesar Rp 1.500.000.000,-
(Satu milyar lima ratus juta rupiah) untuk melaksanakan 7 (tujuh) judul kegiatan
penelitian. PKPP menekankan pada aspek pemanfaatan hasil litbangyasa dalam
rangka mendukung perwujudan sistem inovasi daerah (SIDa), sistem inovasi
nasional (SINas) dan pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Kegiatan PKPP di BB-Pascapanen terdiri dari 4 (empat) judul kegiatan
berlokasi di Pulau Jawa dan 3 (tiga) judul lainnya di Sulawesi, sedangkan fokus
kegiatan semua judul kegiatan PKPP adalah ketahanan pangan. Lokus dan fokus
kegiatan PKPP di BB-Pascapanen disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Lokus dan fokus kegiatan PKPP di BB-Pascapanen
No Judul Kegiatan Lokus Fokus Anggaran
1. Difusi teknologi produksi tepung mannan bermutu
foodgrade di provinsi Banten dan Jawa Timur
Kabupaten Madiun,
Jawa Timur
Ketahanan Pangan
200.000.000
2. Difusi teknologi pembuatan mie dari tepung jagung termodifikasi di Temanggung,
Jawa Tengah
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah
Ketahanan Pangan
250.000.000
45
No Judul Kegiatan Lokus Fokus Anggaran
3. Pengembangan Teknologi Fotifikasi dan Pengemasan Produk Pangan Darurat
Berbasis Tepung Ubi Jalar dan Kacang-kacangan
Jawa Barat/ Jawa Timur
Ketahanan Pangan
250.000.000
4. Pengembangan breakfast meals dari tepung talas
Kota Bogor, Jawa Barat
Ketahanan Pangan
200.000.000
5. Teknologi nanoemulsi lemak
kakao (cocoa butter) yang kaya antioksidan sebagai bahan olesan (spread) produk
rerotian dan biskuit
Makasar,
Sulawesi Selatan
Ketahanan
Pangan
200.000.000
6. Pengembangan agroindustri
padi terpadu melalui penerapan sistem mutu
Kabupaten
Konawe, Sulawesi
Tenggara
Ketahanan
Pangan
200.000.000
7. Pengembangan produk
breakfast meal (sagu meals) berbasis sagu
Kabupaten Luwu Ketahanan
Pangan
200.000.000
Total Anggaran 1.500.000.000
Kegiatan PKPP Ristek telah menghasilkan produk-produk inovasi teknologi
pascapanen yaitu : a) tepung mannan bermutu foodgrade, b) mi dan tepung
jagung termodifikasi, c) snack bar ubi jalar, d), breakfast meals berbasis tepung
talas, e) bahan olesan (spread) produk rerotian dan biskuit yang mengandung
lemak kakao kaya antioksidan, f) beras premium dan g) breakfast meal berbasis
sagu.
Kerjasama Pemanfaatan Laboratorium Pengujian BB-Pascapanen untuk Analisis Mutu Beras.
Kerjasama dengan PT. Agri Mandiri Lestari mengenai Pemanfaatan
Laboratorium Pengujian BB-Pascapanen untuk Analisis Mutu Beras merupakan
kegiatan yang pelaksanaannya tidak berkelanjutan, tetapi tergantung pesanan
dari konsumen mitra kerjasama. Hingga saat ini kerjasama tersebut belum
berjalan karena pihak mitra belum memiliki pelanggan yang memerlukan SNI
untuk produk beras.
Kerjasama Pengembangan Produk Tepung Kedelai sebagai Bahan
Baku Minuman Kesehatan
Kerjasama antara BB-Pascapanen dengan PD. Gama dalam Pengembangan
Produk Tepung Kedelai sebagai Bahan Baku Minuman Kesehatan telah berjalan
hingga tahap uji coba scale-up teknologi pengolahan bubuk kedelai. Kegiatan
tersebut dilakukan di instalasi Laboratorium Karawang. Scale-up dimaksudkan
untuk melakukan verifikasi teknologi dalam mempersiapkan implementasi
teknologi pengolahan produk bubuk kedelai oleh pengguna (PD. Gama) dalam
46
skala yang lebih besar. Beberapa tahapan yang telah dilakukan dalam uji coba ini
adalah setting peralatan untuk mendukung proses produksi bubuk kedelai, antara
lain peralatan penyosoh biji kedelai, perebusan, pengering, penepung dan
peralatan pengemasan. Uji coba scale-up teknologi pengolahan bubuk kedelai
telah dilakukan dan memberikan hasil yang cukup baik.
Kerjasama Pengembangan Sup Jamur Merang Instan Skala UKM di Kabupaten Karawang
Kerjasama BB-Pascapanen dengan Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan
dan Peternakan Kabupaten Karawang mengenai Pengembangan Sup Jamur
Merang Instan Skala Usaha Kecil Menengah (UKM) telah dilaksanakan di
Karawang. Kegiatan kerjasama ini memperoleh hasil sebagai berikut :
a) penyempurnaan produk telah dilakukan dengan menambah beberapa
perlakuan pada proses pengolahan dan penambahan seasoning oil (minyak
perisa) sebagai penambah cita rasa, b) desain kemasan produk telah diperbaiki
baik dari segi penampilan maupun bentuk kemasannya. Namun demikian, untuk
pengembangan produk ke arah komersial masih diperlukan kajian lebih lanjut,
dan c) pelatihan teknologi pengolahan sup jamur merang instan dilakukan di
Gapoktan HDK Dulur yang difasilitasi oleh pihak Dinas Pertanian Kehutanan
Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Karawang.
Gambar 23. Sup jamur instan kering (A) dan sup jamur instan setelah penambahan air panas (B)
Kerjasama Pengembangan Teknologi Pengolahan Produk Pangan Darurat Berbasis Tepung Ubijalar dan Kacang-kacangan
Target capaian kegiatan kerjasama BB-Pascacapen dengan Sentra
Pengembangan Agribisnis Terpadu (SPAT) di Pasuruan, Jawa Timur dalam
Pengembangan Teknologi Fortifikasi dan Pengemasan Produk Pangan Darurat
(Bentuk Snack Bar) Berbasis Ubi Jalar dan Kacang-Kacangan, terdiri atas :
1) teknologi fortifikasi dan pengemasan produk snack bar; b) scale-up teknologi
fortifikasi snack bar skala pilot; dan c) umur simpan snack bar. Produk snack bar
yang dihasilkan dari ujicoba produksi kemudian dievaluasi untuk penyempurnaan
teknologi produksi secara masal. Penyempurnaan teknologi dilakukan oleh SPAT
B A
47
selama lebih dari satu bulan. Pendampingan dari tim peneliti terus dilakukan
selama proses tersebut. Prototipe produk snack bar kemudian berhasil
disempurnakan dan SPAT meluncurkan prototipe produk tersebut kepada
masyarakat.
SPAT meluncurkan snack bar ubi jalar dengan nama telo bar. Peluncuran
telo bar dilakukan bersama dengan peluncuran produk kripik K-telo, deklarasi
MUJI (Masyarakat Ubi Jalar Indonesia) dan telo mart. Telo mart merupakan divisi
supermarket dari SPAT yang menjual lebih dari 50 jenis produk olahan ubi jalar.
Acara peluncuran telo bar dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2012 di
Lawang, Kabupaten Malang, dihadiri oleh Bupati Malang, Walikota Depok, Jawa
Barat, Anggota DPR RI, Mantan Menteri Koperasi, deklarator MUJI, unsur TNI,
Kepala Badan Litbang Pertanian, Kepala BB-Pascapanen, peneliti pertanian dan
masyarakat umum.
Gambar 24. Peluncuran produk snack bar ubi jalar di Repoeblik Telo Kabupaten Malang, Jawa Timur
Kerjasama Teknologi Pembuatan Mi dari Tepung Jagung Termodifikasi
Kegiatan kerjasama dengan Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Kabupaten
Temanggung mengenai Difusi Teknologi Pembuatan Mi dari Tepung Jagung
Termodifikasi, berlokasi di Temanggung, Jawa Tengah. Hasil yang diperoleh dari
kegiatan difusi ini meliputi : a) pengembangan teknologi produksi tepung jagung
termodifikasi di KWT Wonoboyo, Tlogomulyo dan Kaloran; b) bimbingan teknis
pembuatan produk mi dari tepung jagung termodifikasi skala 50 kg/jam; dan
c) model produksi mi dari tepung jagung termodifikasi skala pedesaan dengan
kelembagaan inti plasma. Jalinan pemasaran dibantu oleh Kantor Dinas
Perindustrian dan Perdagangan sehingga produksi tepung dan mi jagung dapat
beroperasi secara berkesinambungan.
Kerjasama Dukungan Inovasi Teknologi untuk Pengembangan
Agribisnis di Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara
Kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan Pemda Kabupaten Pakpak
Bharat, Sumatera Utara dilaksanakan dalam rangka mendukung Inovasi
48
Teknologi untuk Pengembangan Agribisnis di Kabupaten Pakpak Bharat,
Sumatera Utara. Dalam kerjasama tersebut, BB-Pascapanen bertindak sebagai
pelaksana dalam kegiatan pendampingan inovasi teknologi pengolahan gambir.
Pada TA. 2012 tim peneliti BB-Pascapanen melaksanakan kegiatan
sosialisasi dan bimbingan teknis pengolahan teh gambir di Desa Maholida,
Kecamatan STTU Jahe. Tim peneliti telah merekomendasikan disain pabrik mini
teh gambir yang disertai dengan tata letak unit pengolahan. Finalisasi lokasi dan
penyediaan bangunan pendukung untuk pabrik mini teh gambir dilakukan oleh
Tim Teknis Pemda Kabupaten Pakpak Bharat dan selanjutnya dikonfirmasikan
kepada Tim Badan Litbang Pertanian.
Pengolahan gambir yang dilakukan petani masih secara manual, individu
dan belum merupakan kegiatan kelompok. Proses pengolahan primer di petani
untuk pembuatan gambir tersebut masih bisa ditingkatkan rendemennya melalui:
1) penggunaan alat/mesin perajang/penghancur, 2) pengembangan alat/mesin
pengepres, dan 3) pengeringan dengan memanfaatkan energi panas dari tungku
pemasakan.
Gambar 25. Koordinasi dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Pakpak Bharat
Kerjasama Kegiatan Laboratorium Lapang di Kabupaten Fakfak, Papua Barat
Kerjasama BB-Pascapanen dengan Badan Litbang Pertanian mengenai
Persiapan Kegiatan Laboratorium Lapang Bersama Badan Litbang Pertanian di
Kabupaten Fakfak, Papua Barat telah selesai dilaksanakan. Hasil kegiatan
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil studi Rapid Rudal Apraisal (RRA), dalam
rangka Laboratorium Lapang Bersama Badan Litbang Pertanian dan Pemda
Kabupaten Fakfak perlu melakukan Base Line Survey dan workshop perencanaan
kegiatan Laboratorium Lapang Bersama (LLB). Persiapan LLB telah sampai pada
tahap penyusunan matriks kegiatan tahun 2013 sesuai hasil studi RRA dari
masing-masing UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian.
49
Gambar 26. Sosialisasi kegiatan Laboratorium Lapang Bersama di Kabupaten
Fakfak, Papua Barat
Kerjasama Analisis Kebijakan Model Diversifikasi Pangan dengan Pendekatan Sistem Modelling
Kegiatan ini merupakan kerjasama dengan Badan Litbang Pertanian.
Diversifikasi pangan merupakan salah satu program Kementerian Pertanian
dengan indikator keberhasilannya adalah Peningkatan Pola Pangan Harapan
(PPH). Faktor-faktor yag mempengaruhi PPH antara lain produksi pangan,
pendapatan dan konsumsi pangan dimana variabel tersebut besaran nilainya
berubah terhadap waktu, sehingga dapat dianalisis menggunakan sistem
modeling. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan pendekatan
sistem yang merupakan penerapan dari sistem ilmiah dalam manajemen secara
menyeluruh.
Hasil analisis kebijakan berupa rekomendasi kebijakan agar program
diversifikasi pangan berjalan efektif dan dapat mencapai target PPH 100 pada
tahun 2020. Adapun rekomendasi kebijakan yang dihasilkan untuk pencapaian
target PPH antara lain : 1) peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan
stok logistik kelompok pangan khususnya kelompok umbi-umbian, pangan
hewani, gula, sayur dan buah; 2) peningkatan akses pangan dapat didorong
melalui peningkatan daya beli masyarakat khususnya masyarakat golongan
menengah ke bawah, peningkatan kualitas fungsi aksesibilitas seperti jalan dan
listrik, dan peningkatan fungsi informasi; dan 3) peningkatan konsumsi pangan
masyarakat kearah penganekaragaman makanan dapat didorong melalui
penerapan jaminan kehalalan pangan, penerapan sistem mutu, dan peningkatan
informasi agar pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya
pangan sehat dapat terbentuk.
50
Gambar 27. Focus Group Discussion (FGD) Diversifikasi Pangan
Kerjasama dengan Asian Food and Agriculture Cooperation Initiative, Rural Development Administration (AFACI-RDA)
Kerjasama hibah antara BB-Pascapanen dengan Asian Food and Agriculture
Cooperation Initiative, Rural Development Administration (AFACI-RDA), Suwon,
Republik Korea tentang “Establishment of Network and Model Manual of
Postharvest Technology of Horticultural Crops in Indonesia,” dilakukan dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung dari bulan Agustus 2012–September 2015.
Kegiatan yang telah dilaksanakan hingga saat ini meliputi kegiatan expert
meeting di Suwon, Korea pada tanggal 10–14 September 2012 yang dihadiri oleh
Kabid KSPHP. Pertemuan tersebut merupakan pertemuan untuk AFACI Principal
Investigator (PI) Meeting on New Pan-Asian and Regional Projects yang dihadiri
oleh peserta dari perwakilan negara Korea, Vietnam, Thailand, Philippina,
Myanmar, Bangladesh, Srilanka, Nepal, Laos PDR, Kamboja dan Mongolia serta
Indonesia. Tujuan pertemuan AFACI PI Meeting adalah :a) membahas rencana
kegiatan diseminasi dan jejaring komunikasi dan b) menyusun Technical
Cooperation Project (TCP). Untuk mendukung kegiatan ini pula telah dilakukan
survey ke sentra tomat di Lembang, Jawa Barat, serta konsultasi dan koordinasi
dengan Ditjen Hortikultura dan Ditjen P2HP serta Balai Penelitian Sayuran
Lembang.
Kerjasama dengan Purdue University dalam Rangka Pengembangan
Pendidikan dan Penelitian
Pada tanggal 27 Februari–1 Maret 2012, BB-Pascapanen menerima
kunjungan tamu dari Purdue University dalam rangka penjajakan kerjasama.
Purdue University berkunjung ke Indonesia dalam rangka penyusunan proposal
kerjasama pengembangan pendidikan dan penelitian dengan sumber dana dari
USAID. Kunjungan dimaksudkan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi oleh perguruan tinggi, lembaga penelitian dan
industri yang penyelesaiannya dapat dibantu melalui kerja sama dengan Purdue
University.
51
Dalam kunjungannya, tim Purdue University berdiskusi dengan pihak
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fateta IPB sebagai mitra perguruan
tinggi. Dalam hal ini BB-Pascapanen sebagai mitra lembaga penelitian dan
PT. Garuda Food serta PT. Sinar Mas sebagai mitra industri, sedangkan
Sampoerna Foundation sebagai mitra LSM. Fokus kegiatan berupa pendidikan,
penelitian dan magang di industri. Beberapa masalah yang telah diidentifikasi
yaitu : a) Bidang pendidikan : mahasiswa belum sepenuhnya siap menghadapi
tantangan abad 21 sehingga diperlukan peningkatan keterampilan teknis dan
komunikasi; dan b) Bidang penelitian : dampak ke masyarakat masih terbatas;
kualitas dan jumlah publikasi ilmiah (nasional dan internasional) masih rendah.
Selain itu, beberapa masalah lainnya adalah keterlibatan dengan usaha
menengah dan kecil (UMK) kurang memadai, jumlah UMK terlalu banyak
dibandingkan dengan kemampuan pembinaan, tenaga penyuluh baik dari
pemerintah, perguruan tinggi maupun industri tidak terkoordinasi dengan baik.
Gambar 28. Kunjungan tamu dari Purdue University
2. Partisipasi Ekspose, Gelar Teknologi, dan Seminar Ilmiah/Nasional
Partisipasi BB-Pascapanen pada pameran/ekspose dan gelar teknologi yang
secara langsung berkaitan dengan hasil penelitian dan pengembangan pascapanen
pertanian telah berlangsung sebanyak 15 kegiatan. Partisipasi BB-Pascapanen pada
kegiatan tersebut sangat penting dalam upaya menunjukkan hasil penelitian dan
pengembangan pascapanen yang telah dicapai dan sebagai dukungan pada
program pembangunan pertanian. Uraian rinci dari setiap pameran yang diikuti
BB-Pascapanen, sebagai berikut :
a. Agrinex Expo
Agrinex Expo merupakan ajang pameran teknologi dan produk pertanian
yang melibatkan perguruan tinggi, lembaga riset dan swasta. Pameran ini
bertujuan sebagai ajang promosi tahunan agribisnis Indonesia agar mampu
bersaing di pasar global. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 30 Maret–2 April
2012. Pada acara tersebut BB-Pascapanen menampilkan beberapa macam poduk,
52
diantaranya produk tepung Bimoka, tepung ubi ungu, beras sorgum, beras
jagung dan produk powder kulit buah manggis yang sangat baik untuk kesehatan.
Gambar 29. Kegiatan pameran pada Agrinex Expo
b. Rakornas Tentara Manunggal Membangun Desa-Angkatan Darat
Pameran ini dilaksanakan pada tanggal 18 April 2012 di Auditorium
Kementerian Pertanian. Pada pameran tersebut ditampilkan beberapa produk,
antara lain : tepung Bimoka, tepung ubi ungu, beras sorgum, dan beras jagung.
Melalui pameran tersebut, Kepala Bappeda Kota Gorontalo memberikan
penawaran untuk melakukan kegiatan di Gorontalo dengan tema Membangun
Desa melalui Pascapanen Pertanian.
Gambar 30. Kegiatan pameran pada Rakornas TTMD-AD
c. Climate Change
Pameran ini dilaksanakan pada tanggal 19-21 April 2012 di Assembly Hall
JCC, Jakarta. Pengunjung pameran tertarik dengan produk tepung Bimoka,
tepung ubi ungu, beras sorgum dan aneka kue dari tepung kasava. Beberapa
pengunjung memberikan masukan bahwa adanya perubahan iklim kemungkinan
dapat mempengaruhi pola konsumsi pada masyarakat. Oleh karena itu, teknologi
53
yang dihasilkan BB-Pascapanen agar menyesuaikan dengan perubahan pola
konsumsi pada masyarakat tersebut.
Gambar 31. Kegiatan pameran pada acara Climate Change
d. Chief Editorial Meeting (CEM)
Pameran dilaksanakan pada 8 Mei 2012 di Jakarta. Pameran ini banyak
dikunjungi oleh para wartawan, pimpinan redaksi media massa, staf kementerian
terkait, chef dan staf gedung Balai Kartini. Pengunjung sangat tertarik dengan
umbi dan emping garut. Teknologi tepung singkong sangat memberikan kesan
kepada pengunjung, yang dibuktikan dari kesan pengunjung yang tidak
membedakan kue berbahan baku tepung singkong dan terigu.
Gambar 32. Bahan baku singkong pada pameran CEM
e. Menyambut HUT Bogor
Pameran dilaksanakan di Jl. Batu Kota Bogor, dihadiri oleh para pegawai
Pemda Kota Bogor, mahasiswa, siswa sekolah dan masyarakat dari berbagai
kalangan. Pameran yang dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2012 ini
54
mendapatkan masukan dari pengunjung agar dibuatkan buku resep untuk
pembuatan kue yang terbuat dari tepung kasava dan tepung ubi.
f. Agro dan Food Expo
Pameran dilaksanakan pada 31 Mei 2012–3 Juni 2012 di Jakarta
Convention Center (JCC). Pameran ini bertujuan untuk meningkatkan diversifikasi
pangan, terutama pangan pokok. Pada pameran ini, BB-Pascapanen
menampilkan teknologi dan produk diversifikasi pangan pokok sesuai topik
pameran, antara lain nasi sorgum, jagung pra-tanak dan aneka kudapan dari
tepung kasava. Para pengunjung sangat antusias terhadap nasi sorgum yang
dipamerkan.
Gambar 33. Kegiatan pameran Agro dan Food Expo dan salah seorang
peneliti BB-Pascapanen sebagai nara sumber pada pameran tersebut
g. Lokakarya Nano Teknologi Nasional
Lokakarya Nano Teknologi Nasional dilaksanakan tanggal 13 Juni 2012 di
Auditorium Ir. Sadikin Sumintawikarta Bogor. Lokakarya tersebut
diselenggarakan dengan tujuan untuk : 1) membangun jejaring komunikasi
dalam rangka percepatan pengembangan penelitian nanoteknologi bidang
pangan dan pertanian, 2) memetakan status penelitian dan penerapan
nanoteknologi bidang pangan dan pertanian, dan 3) merumuskan arah
penelitian dan penerapan nanoteknologi bidang pangan dan pertanian.
Pembukaan Lokakarya dilakukan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian.
Acara ini menghadirkan pembicara dengan tema yang komprehensif mengenai
penggunaan nanoteknologi. Narasumber acara ini terdiri atas : Masyarakat Nano
Indonesia, Pupuk Kujang, Kalbe Farma, Prof Sidik (pakar obat herbal), dan
Prof. E. Gumbira Said (IPB). Selain talkshow, BB-Pascapanen menyiapkan poster
dan pameran mini dengan menampilkan produk nanoteknologi yang telah
dihasilkan BB-Pascapanen.
55
Gambar 34. Lokakarya Nasional Nano Teknologi dan penyerahan cinderamata oleh Kepala BB-Pascapanen kepada para narasumber
h. Hari Susu Nusantara
Hari Susu Nusantara dilaksanakan pada tanggal 1-3 Juni 2012 di Jojga
Expo Center. Pembukaan acara dilakukan oleh Kepala Badan Karantina,
Kementerian Pertanian. Pada hari berikutnya, pameran dihadiri pula oleh
Gubernur DIY Yogyakarta, Wakil Menteri Pertanian dan pejabat Eselon I
Kementerian Pertanian. Pada pameran tersebut, BB-Pascapanen menampilkan
antara lain test kit serta susu segar dan yoghurt yang dihasilkan dari mitra
binaan BB-Pascapanen di Boyolali. Sebagian besar pengunjung sangat tertarik
dengan test kit untuk mendeteksi kontaminan mikroba pada susu.
i. Pentas Hortikultura
Pentas hortikultura 2012 diselenggarakan dengan tema “Kebangkitan
Hortikultura Wujudkan Petani Sejahtera”. Kegiatan ini dilaksanakan di Subang
pada tanggal 4-6 Juli 2012. Pentas hortikultura menampilkan gelar teknologi
varietas unggul hortikultura dan pengenalan calon varietas baru, meliputi : VUB
pisang, semangka, melon, pepaya dan jeruk dataran rendah serta VUB sayuran
dataran rendah, meliputi : cabai, mentimun, buncis, caisim, kangkung, bayam,
kacang panjang dan terong. Selain itu, dipamerkan pula teknologi irigasi tetes
untuk tanaman buah. Untuk tanaman hias, dilaksanakan open house dengan
menampilkan gelar teknologi anggrek dendrobium dan phalaenopsis, krisan,
gladiol, mawar, anyelir, lili, anthurium serta teknologi kultur jaringan dan
perbenihan.
BB-Pascapanen berpartisipasi dalam pelatihan penanganan dan pengolahan
produk-produk hortikultura dan diharapkan dapat memberi kontribusi yang nyata
dalam peningkatan mutu produk hortikultura. Pada kegiatan ini, BB-Pascapanen
menampilkan pula beberapa produk olahan hortikultura antara lain aneka jus
buah, sup instan dan teknologi untuk memperpanjang masa simpan buah dan
sayuran. Teknologi tersebut diharapkan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
untuk meningkatkan mutu produk ekspor hortikultura.
56
Kepala Badan Litbang Pertanian dalam arahannya mengatakan bahwa
teknologi yang disampaikan tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi
petani dalam menjaga mutu produk hortikultura sehingga layak diekspor dan
mampu bersaing di pasaran internasional sehingga akan meningkatkan
pendapatan serta kesejahteraan petani.
Gambar 35. Peninjauan Kepala Badan, Bupati Subang dan Peserta Pentas Hortikultura ke stand BB-Pascapanen
h. Pekan Flori dan Flora Nasional
Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) adalah pameran yang telah
diselenggarakan sejak tahun 2008 di Tomohon, Sulawesi Utara. Sejak materi
pameran dilengkapi dengan komoditas hortikultura lainnya seperti buah, sayur
dan tanaman obat mulai tahun 2009, nama pameran ini berubah menjadi Pekan
Flori dan Flora Nasional (PF2N). PF2N untuk pertama kalinya diselenggarakan di
Banten pada tahun 2009, dilanjutkan di Batam tahun 2010 dan Bali tahun 2011.
Penyelengaraan PF2N tahun 2012 dilaksanakan di Medan. Pada PF2N ini
BB-Pascapanen menampilkan produk teknologi pewarna untuk bunga.
i. Hari Krida Pertanian
Hari Krida Pertanian (HKP) pada hakekatnya merupakan hari bersyukur,
hari berbangga hati dan sekaligus hari mawas diri serta hari dharma bhakti.
Setiap tahunnya, HKP diperingati oleh segenap masyarakat pertanian yakni para
petani, peternak, pegawai dan pengusaha yang bergerak di sektor pertanian.
HKP ke-40 diselenggarakan di gedung PIA Kementerian Pertanian tanggal 17 juli
2012 dengan mengambil tema “Dengan Semangat Hari Krida Pertanian Kita
Tingkatkan Komitmen dan Kepedulian dalam Mewujudkan Diversifikasi Pangan
Menuju Kesejahteraan Petani”. Acara ini dibuka oleh Wakil Menteri Pertanian.
Kegiatan HKP terdiri atas seminar, ekspose, bazar dan pasar tani. Pada
kegiatan pameran, sesuai dengan tema HKP BB-Pascapanen menampilkan aneka
produk diversifikasi pangan antara lain olahan nasi sorgum, jagung, dan produk
lainnya. Pada kegiatan seminar, pembicara kunci yaitu Wakil Menteri Pertanian.
57
Pembicara lainnya, yaitu Ir. Unggul (Direktur Republik Telo), Prof. Suhartono
Taat (Dosen Universitas Airlangga), Perwakilan masyarakat singkong Indonesia
serta Ir. Winarto (Asosiasi Peternak Kelinci).
Gambar 36. Acara Hari Krida Pertanian ke-40
j. Riteks Expo
Acara Riteks Expo diselenggarakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi
dalam rangka memperingati kebangkitan teknologi nasional. Pameran ini
diselenggarakan pada tanggal 8-11 Agustus 2012 di Sasana Budaya Ghanesa ITB
Bandung. Acara dibuka oleh Menteri Riset dan Teknologi. Dalam arahannya,
Menteri Riset dan Teknologi menyampaikan bahwa kemajuan teknologi yang
dicapai saat ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Pada acara tersebut Badan Litbang Pertanian khususnya BB-Pascapanen
menampilkan teknologi pascapanen yang berkaitan dengan ketahanan dan
keamanan pangan. Produk yang ditampilkan pada pameran antara lain mi
jagung, tepung kasava Bimo, sup instan, snack bar, bubur instan dan lain-lain.
Para pengunjung sangat tertarik dengan produk tepung kasava Bimo yang
mempunyai keunggulan tidak mengandung sehingga sangat sesuai dikonsumsi
oleh penderita autis.
Gambar 37. Pembukaan Riteks Expo oleh Menteri Riset dan Teknologi
58
k. Asian Pasific Symposium (APS) in Postharvest Research, Education and Extension
Asian Pasific Symposium (APS) 2012 dilaksanakan pada tanggal 18–20
September 2012 di Yogyakarta. APS merupakan ajang pertemuan internasional
antara peneliti, baik dalam maupun luar negeri. Kegiatan APS 2012 terlaksana
atas hasil kerjasama antara Kementerian Pertanian dan Institut Pertanian Bogor
dengan berbagai pihak. Pada kegiatan pameran, BB-Pascapanen menampilkan
beberapa produk meliputi tepung kasava Bimo dan produk olahannya serta
tepung jagung dan olahannya. Secara keseluruhan kegiatan APS 2012, meliputi :
1. Pembukaan oleh Wakil Menteri Pertanian
2. Seminar pertanian dengan beberapa keynote speaker
3. Presentasi oleh para peserta baik dalam maupun luar negeri
4. Pameran yang diikuti oleh BB-Pascapanen dan BPTP
5. Kunjungan budaya ke Candi Prambanan
Gambar 38. Pameran APS di Yogyakarta
l. International Maize Conference
Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Pemda Provinsi Gorontalo dan
Organisasi Jagung Internasional menyelenggarakan acara International Maize
Conference (IMC). Acara ini dilaksanakan Gorontalo pada tanggal 22-24
Nopember 2012. Acara pameran dilaksanakan di Hotel Maqna, sedangkan gelar
teknologi dilaksanakan di Desa Tenilo. Acara pameran diisi oleh stand dari
beberapa Kementerian, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat dan
pengusaha skala UMKM.
Kementerian Pertanian yang dikoordinir oleh Ditjen P2HP menampilkan
pelayanan dari Badan Karantina, produk-produk penyuluhan dari BPPSDMP, serta
display produk inovasi teknologi komoditas dari Puslitbangtan (Balai Penelitian
Serealia), BB-Pascapanen serta BPTP Gorontalo. Materi pameran meliputi display
benih jagung dari berbagai varietas jagung seperti varietas Pulut dan Bima serta
produk serealia lainnya seperti sorgum dan gandum. Produk olahan jagung yang
dipamerkan meliputi tepung jagung, jagung sosoh pra-tanak, mi jagung serta
59
produk dari limbah jagung seperti bioetanol dari tongkol jagung dan biofoam dari
ampok jagung. Produk lainnya adalah aneka tepung dari ubi jalar dan ganyong.
Selain itu, dipamerkan pula produk snack bar (Telo Bar) dan brownies kasava
serta display tanaman sayuran mendukung program KRPL.
Pengunjung datang dari berbagai kalangan seperti pelajar, mahasiswa,
profesional, pengusaha UMKM dan perusahaan besar, pejabat pemerintah dan
tamu perwakilan negara sahabat. Pada kesempatan tersebut arahan Wakil
Menteri Pertanian agar Badan Litbang Pertanian terus mensosialisasikan produk-
produk inovasinya dan tidak berhenti hanya sebatas pada arena pameran.
Gambar 39. Pameran International Maize Conference
m. Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian
Seminar yang dilaksanakan pada tanggal 30-31 Oktober 2012 dibuka oleh
Kepala Badan Litbang Pertanian. Selain kegiatan seminar, pada acara ini
dipamerkan hasil-hasil penelitian litbang pertanian khususnya hasil
pengembangan mekanisasi pertanian. BB-Pascapanen juga ikut berpartisipasi
pada pameran tersebut dengan menampilkan hasil-hasil penelitian berupa produk
kasava Bimo, berbagai tepung-tepungan, mi jagung, olahan tepung, dan lain-
lain.
60
Gambar 40. Kepala Badan Litbang Pertanian dan peserta pameran meninjau stand BB-Pascapanen
3. Koordinasi dan Penugasan Peneliti dan Teknisi Mendukung Program
Direktorat Teknis/SLPTT/BPTP/Pemda
BB-Pascapanen telah mengembangkan inovasi teknologi pascapanen untuk
mendukung tumbuh-kembangnya agroindustri di perdesaan, yang diharapkan dapat
memacu aktivitas ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dalam penerapan teknologi pascapanen di lapangan
yang sesuai dengan kebutuhan dan program pembangunan pertanian, baik di pusat
maupun daerah, diperlukan koordinasi dengan berbagai instansi yang terkait.
Pada waktu yang sama, Direktorat Teknis dan Pemda juga memiliki program
pembangunan yang berupa aplikasi teknologi pascapanen di lapangan. Berbagai
program tersebut memerlukan keterpaduan dan dukungan Badan Litbang Pertanian
sebagai sumber teknologi terutama untuk memperkuat muatan teknologi dan
supervisi teknologinya di lapangan. Selain itu, dukungan kepada Direktorat
Teknis/BPTP/Pemda juga dilakukan dengan pengiriman peneliti atau pejabat terkait
sebagai narasumber.
a. Koordinasi dengan Direktorat Teknis/UK-UPT/Instansi Terkait/Pemda
Koordinasi dalam rangka pembahasan tindak lanjut hasil Sidang Codex
Committee on Contaminants in Foods (CCCF) ke-6. Pertemuan koordinasi
diselenggarakan oleh BPOM. Kontribusi BB-Pascapanen yaitu telah dilakukan
kajian cemaran Arsen dalam beras dengan sampel berasal dari 5 Propinsi di
Indonesia. Hasil studi cemaran Arsen pada tahun 2012 dapat digunakan
sebagai bahan untuk menentukan posisi Indonesia pada sidang CCCF tahun
2013.
Koordinasi dalam rangka sosialisasi Insinas 2013 dalam industri pangan,
kesehatan dan obat. Pertemuan koordinasi diselenggarakan oleh Kementerian
Riset dan Teknologi yang dilaksanakan dalam rangka sinergi riset yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi sumberdaya iptek, meningkatkan
produktivitas riset nasional dan daya saing, mendorong kemitraan melalui
pendanaan riset serta membangun konsorsium riset yang melibatkan industri.
61
Pada pertemuan ini dijelaskan perihal akan dibangunnya konsorsium research
untuk menjembatani antara penelitian dan industri.
Koordinasi produksi tepung ubi jalar di pabrik tepung PT. Multi Prima
Sejahtera (PT. MPS). Pertemuan koordinasi ini dilaksanakan dalam rangka
mendapatkan bahan peraga berupa sampel/contoh produk untuk membantu
menjelaskan kinerja teknologi kepada masyarakat.
Koordinasi dalam rangka pembahasan pelaksanaan kegiatan pengembangan
pangan lokal mendukung pangkin. Pertemuan koordinasi dilakukan dalam
rangka membahas pelaksanaan kegiatan pengembangan pangan lokal
mendukung pangkin di 10 kabupaten pada 9 provinsi dan kerjasama dengan 5
perguruan tinggi dalam pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal.
Focus Group Discussion (FGD) P2BN dan Kalender Tanam Terpadu. FGD
dihadiri oleh para pejabat eselon I lingkup Kementerian Pertanian, pejabat
eselon II lingkup Badan Litbang Pertanian serta Tim Sistem Modeling dan Tim
Penyusun Kalender Tanam Badan Litbang Pertanian. Pada FGD tersebut
Kepala Badan Litbang Pertanian memaparkan tentang Sistem Modeling
Pencapaian Surplus 10 Juta Ton Beras pada Tahun 2014 yang berisikan
tentang permasalahan, kerangka pikiran dan pencapaian target, strategi
peningkatan produksi beras dan rancangan kebijakan operasional. Selain itu,
dipaparkan materi Kalender Tanam yang disampaikan oleh Tim Peneliti dari
BBSDL. Pemaparan dilakukan secara on-line, sehingga lebih realistik sekaligus
memudahkan pengguna dalam mengoperasikannya.
Koordinasi persiapan sidang IPC ke-40 dengan Direktorat Jenderal Kerjasama
Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan. Pertemuan koordinasi
dilaksanakan untuk mempersiapkan sidang IPC ke-40 di Colombo, Sri Lanka
pada tanggal 30 Oktober–2 November 2012. Acara tersebut dihadiri oleh
sekitar 10 orang perwakilan dari berbagai instansi. Kegiatan yang berkaitan
dengan pascapanen lada, pembahasannya ditekankan pada permasalahan
Quality and Certification.
Penugasan peneliti untuk kegiatan peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS).
Peringatan HPS dilaksanakan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Acara
dibuka pada tanggal 17 Oktober 2012 oleh Wakil Presiden. Pada acara gelar
teknologi, BB-Pascapanen memperagakan proses pembuatan sari buah nenas
dan semangka, sedangkan pameran materinya meliputi produk olahan sorgum
(sorgum sosoh dan bubur instan sorgum), tepung kasava Bimo dan produk
olahannya, produk olahan jagung (tepung jagung dan jagung pra-tanak),
olahan sari buah nenas, nenas-pepaya, nenas-cempedak dan semangka.
Fasilitasi pemantauan stok gabah/beras di tingkat penggilingan. Kegiatan
workshop pemantauan stok gabah/beras diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal PPHP pada tanggal 6-7 September 2012. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui keberadaan stok beras, baik yang ada di tingkat
penggilingan padi, rumah tangga, petani maupun stok beras yang ada di
pasaran pada periode tertentu. Peserta workshop terdiri dari para pejabat
62
eselon 2 dan perwakilan dari BPS, Pusdatin, Ditjen Tanaman Pangan, Peneliti,
Staf Dinas Pertanian baik tingkat propinsi maupun kabupaten dan praktisi
serta manager penggilingan padi.
Workshop pengembangan pemasaran beras berlabel dengan kemurnian
varietas. Kegiatan workshop ini bertujuan untuk mengatasi sistem pemasaran
beras yang sampai saat ini belum ada kemasan berlabel yang mengikat. Pada
tahun 2013 akan dilakukan ujicoba penggunaan kemasan berlabel pada skala
terbatas di tiga propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY). Peserta
workshop terdiri atas pejabat eselon 2, Kepala Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Propinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, DIY, Kalimantan Selatan,
Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten
Karawang, Cianjur, Tasikmalaya dan Garut serta Perguruan Tinggi, Lembaga
Sertifikasi dan para peneliti.
b. Pengiriman tenaga peneliti mendukung program Instansi
terkait/Direktorat Teknis/SLPTT/BPTP/Pemda Narasumber dalam rangka sosialisasi kegiatan pengadaan alat pascapanen
hortikultura. Pada acara sosialisasi diperagakan peralatan pengolahan pisang
dan nenas serta vacuum frying untuk pembuatan keripik. Peralatan lainnya
meliputi alat pembuatan sirup, selai, sari buah, dodol, manisan, jus dan saus.
Narasumber dalam pelatihan aneka olahan tepung singkong bekerja sama
dengan PP Muslimat Pati, Jawa Tengah. Materi pelatihan selama dua hari
meliputi teori dan praktek aneka olahan tepung singkong, yaitu pembuatan
aneka kue kering, brownies kukus dan bakar, lapis pelangi, lapis tepung
kasava, talam asin serta pembuatan mi dan roti.
Narasumber pada Peringatan Hari Susu Nusantara yang diselenggarakan oleh
Ditjen PPHP. Pada acara tersebut dipaparkan mengenai pengembangan
persusuan nusantara, yaitu pengembangan MAI persusuan. Pengembangan
MAI bertujuan untuk menghasilkan produk yang terjangkau dan disukai
masyarakat serta dapat meningkatkan pendapatan petani. Pada kegiatan
tersebut, BB-Pascapanen bekerjasama dengan mitra binaan (Kelompok Tani
Ternak Barokah, Boyolali) menyelenggarakan pameran dan pembagian
yoghurt gratis.
Narasumber pada kegiatan seminar mingguan Badan Litbang Pertanian.
Seminar dihadiri oleh peneliti/staf dari unit kerja lingkup Badan Litbang
Pertanian, staf dari Ditjen Hortikultura dan P2HP. Pada seminar ini
dipresentasikan tiga topik hasil penelitian dari tiga unit kerja lingkup Badan
Litbang Pertanian. Materi presentasi yang disampaikan staf peneliti
BB-Pascapanen yaitu Indeks glikemik buah dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
63
Narasumber pada Pertemuan Evaluasi Koordinasi Kawasan Bunga Potong.
Pada pertemuan tersebut disampaikan teknologi pascapanen bunga potong
(krisan, mawar, sedap malam, anyelir dan anggrek), bunga anthurium pot
dan bunga anggrek pot. Selain itu, disampaikan pula teknologi ektraksi
minyak melati, mawar, pewarnaan bunga sedap malam dan pengeringan
bunga, daun dan rumput-rumputan. Hasil pertemuan dapat disimpulkan
bahwa untuk mengatasi masalah harga jual bunga potong yang rendah
diperlukan peningkatan pengetahuan tentang pascapanen dan pemasaran.
Narasumber ahli untuk acara televisi dalam rangka pembuatan profil balai.
Shooting untuk pengisian acara televisi dilakukan di CV. Promindo Utama
dengan mengangkat tema teknologi BB-Pascapanen yang telah diadopsi oleh
masyarakat. Shooting dilakukan melalui wawancara kepada Direktur
CV. Promindo Utama sebagai salah satu perusahaan yang telah mengadopsi
teknologi BB-Pascapanen. Shooting juga dilakukan di areal kebun buah
mangga Gedong yang berada di Belawa, Sedong Lor dan Kidul, Cirebon untuk
mendapatkan gambaran alam. Wawancara dilakukan terhadap Kelompok Tani
di wilayah tersebut dengan didampingi narasumber ahli dari BB-Pascapanen.
Workshop dan Panen Raya oleh Wamentan. Kegiatan workshop diawali
dengan pengarahan Kepala Badan Litbang Pertanian tentang tool sistem
dinamik dalam mendukung program Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN) dalam rangka surplus 10 juta ton beras. Pelaksanaan workshop
berhasil merumuskan program sistem dinamik komoditas padi, mulai dari
teknik budidaya, pengelolaan hama penyakit sampai dengan pascapanen
termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi susut pascapanen padi. Acara
dilanjutkan dengan panen raya padi varietas Inpari 13 di Kebun Percobaan
Sukamandi oleh Wamentan, Kepala Badan Litbang Pertanian dan Kepala
Puslitbangtan.
4. Penerbitan Publikasi Ilmiah, Semi Populer dan Populer
Kegiatan penerbitan publikasi merupakan kegiatan rutin guna memfasilitasi
para peneliti BB-Pascapanen untuk mempublikasikan hasil penelitiannya dalam
bentuk publikasi ilmiah, semi populer dan populer. Melalui kegiatan publikasi ini,
maka informasi teknologi pascapanen yang telah dihasilkan BB-Pascapanen dapat
disampaikan kepada masyarakat tani, dunia usaha, dan pengguna lainnya.
a. Seminar Rutin BB-Pascapanen
Pada tahun 2012, penyelenggaraan seminar rutin dilakukan sebanyak 8 kali
dengan jumlah makalah yang dipresentasikan rata-rata sebanyak 2-3 makalah.
Pelaksanaan seminar ini merupakan forum pertemuan ilmiah bagi para peneliti
untuk menyampaikan hasil-hasil penelitian atau pemikirannya. Upaya
peningkatan minat para peneliti untuk menyampaikan hasil-hasil penelitian pada
forum seminar terus dilakukan. Dari forum seminar ini diharapkan dapat
diperoleh masukan dari peserta seminar untuk perbaikan makalahnya.
64
b. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Sebagai media penyebarluasan hasil-hasil penelitian BB-Pascapanen, telah
diterbitkan Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (Jurnal Pascapanen) mulai
tahun 2004. Pengajuan akreditasi Jurnal Pascapanen ke Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) dilaksanakan tahun 2006. Hasil penilaian
akreditasi tersebut keluar tahun 2007 dengan status akreditasi B yang masa
berlakunya tiga tahun. Pada akreditasi ulang tahun 2010, Jurnal Pascapanen
mendapatkan status akreditasi B dengan masa berlaku dua tahun. Kemudian
pada tahun 2012 dilakukan akreditasi ulang yang hasilnya Jurnal Pascapanen
mendapat status terakreditasi dengan masa berlaku dua tahun.
Pada tahun 2012, Jurnal Pascapanen telah terbit sebanyak tiga nomor yaitu
Jurnal Pascapanen Volume 8 (2), Volume 9 (1) dan Volume 9 (2). Jurnal tersebut
pada setiap nomor, terbit dengan enam naskah hasil penelitian, seperti disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Judul dan penulis pada Jurnal Pascapanen Volume 8 (2), Volume 9 (1)
dan Volume 9 (2) tahun 2012
No. Judul Penulis
Volume 8 Nomor 2
1. Pati ganyong (Canna edulis Ker.) termodifikasi HMT : sifat pasta pati dan aplikasi dalam formulasi mi kering
Winda Haliza, Widayanti, Widaningrum dan Ridwan Thahir
2. Pengaruh jenis dan konsentrasi koagulan
terhadap fraksi protein terkoagulasi dan tekstur curd kedelai (Glycine max)
Dahrul Syah, Rizal Fahmi,
Dadang Supriatna dan RH Fitri Faradilla
3. Teknologi pengolahan roti kering subtitusi tepung sukun
Ira Mulyawanti, Hernani, Febriyezi dan Sri Widowati
4. Pelayuan dan pengeringan bawang merah menggunakan instore drying untuk
mempertahankan mutu dan mengurangi tingkat kerusakan
Sigit Nugraha, Resa Setia Adiandri dan Yulianingsih
5. Pengaruh pelilinan dan pengemasan plastik
terhadap mutu dan daya simpan buah lengkeng (Dimocarpus longan Lour) asal Temanggung
Dondy A Setyabudi, Iceu
Agustinisari dan Wisnu Broto
6. Pengaruh penambahan asam dan suhu pada
penyimpanan sari-kristal buah rambutan
Setyadjit, A.Mustafa,
Djayeng Sumangat, Winda Haliza dan Ani Suryani
Volume 9 Nomor 1
1. Ekstraksi minyak nilam (Pogostemon cablin Benth) dengan teknik hidrodifusi pada
tekanan 1-3 bar
Niken Harimurti, Tatang H Soerawidjaja, Djajeng
Sumangat dan Risfaheri
2. Teknik produksi dan purifikasi pediosin PaF-
11 dari Pediococcus acidilactici F-11
Tri Marwati, Nur Richana,
Eni Harmayani dan Endang S Rahayu
65
No. Judul Penulis
3. Fermentasi kultur campuran bakteri asam laktat dan pemanasan oktoklaf dalam meningkatkan kadar pati resisten dan sifat
fungsional tepung pisang tanduk
Betty Sri Laksmi Jennie, Reski Praja Putra dan Feri Kusnandar
4. Formulasi granul effervesen kaya antioksidan dari ekstrak daun gambir
Sari Intan Kailaku, Djayeng Sumangat dan Hernani
5. Teknologi penanganan susu yang baik
dengan mencermati profile mikroba susu sapi di berbagai daerah
Widodo Suwito dan
Andriani
6. Pengaruh konsentrasi dan waktu perendaman dalam asam sitrat terhadap
mutu lada hijau kering
Tatang Hidayat, Risfaheri, Sari Intan Kailaku
Volume 9 Nomor 2
1. Pengembangan teknologi sereal sarapan bekatul dengan menggunakan twin screw extruder
Slamet Budijanto, Hasti Wiaranti, Sukarno dan Bram Koesbiantoro
2. Mekanisme awal dan aplikasi antibakteri
pediosin PaF-11 sebagai pengawet tahu
Tri Marwati, Irinne DP,
Nur Richana, Eni Hermayani dan Endang S Rahayu
3. Formulasi pembuatan flake berbasis talas
untuk makanan sarapan
Ermi Sukasih dan
Setyadjit
4. Karakteristik mutu fisikokimia jamur merang (Volvorella Volvacea) selama penyimpanan dalam berbagai jenis larutan dan kemasan
Resa Setia Adiandri, Sigit Nugraha dan Ridwan Rachmat
5. Sifat antioksidan bubuk kulit manggis
(Garcinia mangostana L.) instan dan aplikasinya untuk minuman fungsional berkarbonasi
Asep W Permana, Siti
Mariana Widayanti, Sulusi Prabawati dan Dondy A Setyabudi
6. Penggunaan mixture response surface methodology pada optimasi formula brownies berbasis tepung talas Banten (Xanthosoma undipes K.Koch) sebagai
alternatif pangan sumber serat
Winda Haliza, Sari Intan
Kailaku dan Sri Yuliani
Peningkatan mutu Jurnal Pascapanen terus diupayakan diantaranya dengan
melakukan perbaikan terhadap mekanisme pengajuan naskah. Perbaikan juga
dilakukan terhadap kriteria penilaian yang merupakan panduan bagi penulis
naskah dan Dewan Redaksi sehingga mempermudah dalam pengajuan dan cara
penilaian naskah. Selain itu, Dewan Redaksi dan Redaksi Pelaksana Jurnal
Pascapanen juga melakukan evaluasi dan analisis peluang peningkatan nilai
mutu jurnal dari aspek bobot penilaian substantifnya. Peningkatan mutu Jurnal
Pascapanen diharapkan akan meningkatkan nilai akreditasinya. Upaya
peningkatan mutu naskah dan tampilan publikasi Jurnal Pascapanen terus
dilakukan agar diperoleh Jurnal Pascapanen yang terbit secara teratur dan
bermutu. Upaya peningkatan mutu Jurnal Pascapanen, diantaranya :
66
a. Memperbaiki persyaratan pengajuan ulang majalah berkala ilmiah.
b. Memperbaiki pedoman penulisan naskah jurnal dengan lebih terinci.
c. Memperbaiki kelengkapan Dewan Redaksi dan Redaksi Pelaksana.
d. Menambah mitra bestari.
e. Penyusunan SOP pengajuan naskah dan SOP pencetakan.
c. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Buletin Penelitian Pascapanen Pertanian (Buletin Pascapanen) diterbitkan
mulai tahun 2005. Buletin Pascapanen memuat naskah hasil penelitian dan
pengembangan pascapanen yang terbit satu nomor setiap tahun. Pada tahun
2009, BB-Pascapanen mengajukan akreditasi Buletin Pascapanen ke Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) setelah empat kali terbitan sebagai
persyaratan pengajuan akreditasi. Pada tahun 2010, Buletin Pascapanen
memperoleh akreditasi B dengan masa akreditasi selama dua tahun. Sejak tahun
2010, Buletin Pascapanen merubah status dari publikasi ilmiah yang memuat
naskah hasil penelitian menjadi publikasi ilmiah yang memuat naskah review.
Mulai tahun 2011, Buletin Pascapanen terbit dua kali setiap tahun. Buletin
Pascapanen Volume 7 (2) tahun 2011 dan Volume 8 (1) tahun 2012 masing-
masing terbit dengan 6 naskah, sedangkan Volume 8 (2) tahun 2012 terbit
dengan 5 naskah, seperti disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Judul dan penulis pada Buletin Pascapanen Volume 7 (2) tahun 2011 serta Volume 8 (1) dan Volume 8 (2) tahun 2012
No. Judul Penulis
Volume 7 Nomor 2
1. Pengembangan pengolahan kelapa terpadu untuk industri kecil di pedesaan
AH Bambang Setiaji
2. Potensi bakteriosin dari Lactobacillus SP. Galur SCG 1223 sebagai biopreservatif pada
daging segar
Sri Usmiati dan Nur Richana
3. Teknologi penanganan dan pengolahan untuk peningkatan produksi, mutu dan
keamanan susu sapi segar di Indonesia
Abubakar
4. Peran teknologi penanganan pascapanen di
sentra produksi mangga
Wisnu Broto
5. Peran teknologi pascapanen untuk meningkatkan mutu buah pepaya (Carica papaya L.)
Suyanti
6. Produksi dan aplikasi pati nanopartikel Christina Winarti, Titi C.
Sunarti, Nur Richana
Volume 8 Nomor 1
1. Diversifikasi produk lada (Piper nigrum) untuk peningkatan nilai tambah
Risfaheri
2. Peningkatan mutu dan efisiensi produksi minyak akar wangi melalui teknologi
penyulingan dengan tekanan uap bertahap
Edy Mulyono, Djayeng Sumangat dan Tatang
Hidayat
67
No. Judul Penulis
3. Aplikasi 1-MCP dapat memperpanjang umur segar komoditas hortikultura
Setyadjit, Ermi Sukasih dan Asep W Permana
4. Inovasi teknologi pascapanen untuk mempengaruhi susut hasil dan
mempertahankan mutu gabah/beras di tingkat petani
Sigit Nugraha
5. Indeks glikemik buah dan implikasinya dalam pengendalian kadar glukosa darah
Hoerudin
6. Karakteristik kitinase dari mikrobia Winda Haliza dan Maggy
Thenawidjaja Suhartono
Volume 8 Nomor 2
1. Model penggilingan padi terpadu untuk
meningkatkan nilai tambah
Ridwan Rachmat
2. Mekanisme proses pembuatan mi berbahan baku jagung
Tjahja Muhandri
3. Produk diversifikasi olahan untuk meningkatkan nilai tambah dan mendukung
pengembangan buah pepaya (Carica papaya L.) di Indonesia
Suyanti, Setyadjit dan Abdullah bin Arif
4. Keamanan pangan pada jagung Agus Supriatna Somantri dan Miskiyah
5. Pengembangan teknologi proses minuman
isotonik air kelapa
Andi Nur Alamsyah
Upaya peningkatan mutu publikasi ilmiah Buletin Pascapanen secara
kontinyu dilakukan Dewan Redaksi, diantaranya adalah :
1. Memperbaiki panduan penulisan naskah yang akan dimuat dalam Buletin
Pascapanen.
2. Melakukan koordinasi dengan kelompok peneliti, penanggungjawab penelitian
lingkup BB-Pascapanen untuk penyediaan naskah Buletin Pascapanan dari
kegiatan penelitian yang dibiayai anggaran DIPA.
3. Koordinasi dengan peneliti ahli (Profesor Riset) BB-Pascapanen untuk
memuat naskah bidang kepakarannya.
4. Memuat berbagai naskah review dari berbagai peneliti ahli dibidang
kepakarannya yang berasal dari luar BB-Pascapanen.
5. Memuat naskah seminar peningkatan jenjang kepakaran peneliti dari jenjang
peneliti muda ke peneliti madya maupun peningkatan jenjang peneliti madya
ke peneliti utama.
d. Buku Teknologi
Buku teknologi banyak diminati oleh masyarakat karena memberikan
informasi yang komprehensif tentang proses menghasilkan produk olahan
berbahan baku komoditas pertanian. Informasi yang tersaji dalam buku teknologi
meliputi aspek : penanganan bahan baku, proses pengolahan menghasilkan
produk bermutu, penanganan produk hasil proses, analisis ekonomi dan peluang
68
bisnis. Informasi yang dimuat dalam buku teknologi mudah dipahami oleh
pengguna masyarakat awam.
Berbagai buku teknologi yang sangat diminati masyarakat diantaranya
informasi terkait dengan proses produksi komoditas pangan seperti Pengolahan
Padi Terpadu, Pengolahan Mi Sagu, Pengolahan Sorgum, dan Pengolahan
Jagung. Pada tahun 2012, telah diterbitkan tiga buku teknologi, yaitu :
1) Teknologi Pascapanen Jagung, 2) Teknologi Pengolahan dan Pascapanen
Tanaman Obat, dan 3) Buku 50 Teknologi Inovatif Litbang Pascapanen
Pertanian. Buku lainnya yang telah diterbitkan yaitu Laporan Tahunan 2011,
yang memuat hasil-hasil penelitian para peneliti BB-Pascapanen dan kegiatan
manajemen yang menggunakan anggaran pada tahun 2011.
e. Leaflet dan Poster
Pada tahun 2012, telah dicetak 16 judul leaflet dengan jumlah masing-
masing 1000 lembar, sebagai berikut :
1. Mi Sagu
2. Tepung Kasava Bimo
3. Teknologi Pengolahan Beras Indeks Glikemik Rendah
4. Mikroenkapsulasi Oleoresin Jahe sebagai Perisa Produk Makanan dan
Minuman
5. Powder Kulit Buah Manggis Instan
6. Sayuran Kering dengan Teknologi Far Infrared (FIR)
7. Teknologi Gula Kasava (Sirup dan Tepung Glukosa)
8. Teknologi Pengolahan Tepung Jagung Instan
9. Laboratorium Pengujian Pascapanen Pertanian
10. Teknologi Tepung Labu Kuning
11. Stick Test Kit Perangkat Deteksi Cepat Mikroba (TPC) pada Susu Segar
12. Agroindustri Padi Terpadu
13. Teknologi Pengolahan Mangga
14. Teknologi Pengolahan Sayuran
15. Bakteriosin Untuk Larutan Daging
16. Teknologi Pascapanen Mendukung Ekspor Buah
Distribusi leaflet kepada para peminat teknologi pascapanen dilakukan
melalui berbagai cara, antara lain : melalui pameran dan ekspose teknologi, open
house dan seminar. Leaflet juga disampaikan kepada berbagai instansi yang
dikunjungi oleh para peneliti BB-Pascapanen yang sedang melaksanakan
koordinasi penelitian dan diseminasi teknologi pascapanen.
Poster yang dibuat pada tahun 2012 berjumlah sebanyak 4 judul poster
yaitu : 1) Diversifikasi pangan, 2) Pengolahan jus buah, 3) Teknologi
penanganan mangga untuk ekspor, dan 4) Pembuatan sayuran kering (FIR).
Poster memberikan informasi singkat tentang keunggulan teknologi beserta
manfaatnya. Poster yang tercetak digunakan untuk mendukung dan memperkuat
69
penyampaian informasi teknologi kepada masyarakat di berbagai acara, antara
lain pameran, ekspose, seminar nasional, seminar internasional, open house, dan
pelatihan teknologi.
f. Website dan Perpustakaan Digital
Berbagai produk hasil penelitian BB-Pascapanen perlu didiseminasikan
kepada masyarakat luas. Salah satu caranya adalah diseminasi menggunakan
media elektronik melalui website. Keuntungan diseminasi dengan media website,
yaitu : penyampaian lebih fleksibel, tidak tergantung waktu, tidak terkendala
birokrasi, penetrasi langsung ke berbagai pihak pengguna informasi, lebih murah
dan daerah sebaran informasi lebih luas melalui batas geografis negara.
Pada tahun 2012, BB-Pascapanen meningkatkan layanan website dengan
meng-upload informasi lewat website mengunakan dua bahasa (Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris). Berbagai pengunjung yang datang ke alamat website
BB-Pascapanen berasal dari kalangan yang sangat beragam, meliputi : peneliti,
dosen, pelajar, mahasiswa, dinas pemerintah, swasta, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat.
Sarana publikasi tidak hanya terkait pada hasil cetakan. Media elektronik
termasuk perangkat lunak komputer dapat dimanfaatkan sebagai sarana publikasi
termasuk perpustakaan. BB-Pascapanen melakukan peningkatan pelayanan
perpustakaan melalui perpustakaan digital. Namun demikian, peningkatan
pelayanan ini masih pada tahap awal yaitu dalam bentuk perbaikan kemudahan
akses koleksi publikasi cetak yang dimiliki Perpustakaan BB-Pascapanen.
Gambar 41. Tampilan website BB-Pascapanen
70
5. Dampak Kegiatan Diseminasi
Kegiatan diseminasi hasil penelitian teknologi pascapanen memberikan
dampak yang baik bagi pencitraan BB-Pascapanen sebagai sumber teknologi. Hal
tersebut ditunjukkan dengan minat masyarakat untuk mendapatkan teknologi yang
dipromosikan dalam berbagai kegiatan. Secara umum, dampak dari kegiatan
diseminasi yang telah dilaksanakan, sebagai berikut :
1. Meningkatnya permintaan narasumber pelatihan baik dari Instansi Pemerintah,
Swasta, Lembaga Pendidikan, dan stakeholder lainnya.
2. Meningkatnya permintaan kunjungan, studi banding, pelatihan dan magang
teknologi pascapanen.
3. Meningkatnya permintaan pengiriman jurnal atau publikasi terutama pedoman
teknis.
4. Meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan BB-Pascapanen
beserta hasil-hasil penelitiannya.
5. Meningkatnya pengetahuan pembaca dan pengguna publikasi BB-Pascapanen
terhadap teknologi pascapanen petanian.
6. Mempermudah para peneliti mempublikasikan tulisan ilmiahnya sehingga dapat
membantu meningkatkan jenjang fungsionalnya.
71
IV. KELEMBAGAAN BB-PASCAPANEN
A. Organisasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 632/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal
30 Desember 2003, BB-Pascapanen mempunyai 3 bagian/bidang dan 7 sub-bagian/
seksi serta kelompok Jabatan Fungsional (mencakup peneliti, teknisi litkayasa, dan
arsiparis). Kelompok fungsional peneliti terdiri atas 2 kelompok, yaitu Kelompok Peneliti
(Kelti) Teknologi Penanganan Hasil Pertanian dan Teknologi Pengolahan Hasil
Pertanian. Semakin luas jangkauan penelitian dan pengembangan, makin besar pula
kebutuhan sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan.
BB-Pascapanen terus melakukan peningkatan kompetensi sumber daya yang dimiliki
untuk menghasilkan teknologi yang bermutu guna yang memberi keuntungan dan
manfaat bagi petani dan pelaku agribisnis.
Pada tanggal 1 Maret 2010, BB-Pascapanen telah mendapatkan ISO 9001-2008,
hal ini menunjukkan bahwa BB-Pascapanen dalam melaksanakan pelayanan publik
telah memenuhi standar sistem manajemen mutu yang diakui secara internasional.
Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan akan terus dilakukan agar kepuasan
pelanggan dapat terjaga. Untuk penerapan dan pelaksanaan sertifikasi ini diperlukan
dukungan sumber daya manusia berkualitas yang memiliki kompetensi tinggi,
profesional dan amanah. BB-Pascapanen memberikan prioritas tinggi terhadap
peningkatan kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya tenaga profesional
dalam melaksanakan program penelitian pascapanen pertanian. Hal ini dilakukan untuk
mempertahankan BB-Pascapanen yang terakreditasi secara berkelanjutan serta mampu
memberikan kontribusi nyata dalam inovasi teknologi penanganan dan pengolahan
hasil pertanian.
B. Sumber Daya Manusia
Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, BB-Pascapanen didukung oleh
Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 139 orang PNS, yang terdiri dari 61 orang
tenaga peneliti (Peneliti Utama : 8 orang; Peneliti Madya : 17 orang; Peneliti Muda :
15 orang; Peneliti Pertama : 13 orang; dan Peneliti Non Kelas 8 orang), 20 orang
tenaga teknisi litkayasa (Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan : 4 orang; Teknisi
Litkayasa Pelaksana : 8 orang; dan Teknisi Litkayasa Non Kelas : 8 orang), 1 orang
arsiparis, 1 orang Perekayasa Madya dan 56 orang fungsional umum (administrasi).
Berdasarkan strata pendidikan terdiri atas 9 orang berpendidikan S3, 34 orang
S2, 31 orang S1, 11 orang SM/D3, 47 orang SLTA, dan 7 orang berpendidikan < SLTA.
Selain itu, terdapat 31 orang tenaga honorer dengan strata pendidikan sebagai
berikut: 4 orang S1, 2 orang SM/D3, 17 orang SLTA, dan 8 orang berpendidikan
< SLTA. Perkembangan SDM BB-Pascapanen periode tahun 2008-2012 disajikan pada
Tabel 4, 5, dan 6.
72
Tabel 4. Jumlah pegawai BB-Pascapanen berdasarkan pendidikan periode 2008-2012
Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
PNS Honorer PNS Honorer PNS Honorer PNS Honorer PNS Honorer
S3 7 - 8 - 8 - 7 - 9 -
S2 26 - 32 - 35 - 36 - 34 -
S1 38 4 33 5 40 4 37 4 31 4
SM/D3 9 2 10 1 9 1 12 1 11 2
SLTA 56 25 59 18 60 18 52 18 47 17
< SLTA 8 11 7 8 8 8 8 8 7 8
Jumlah 144 42 149 32 160 31 152 31 139 31
Tabel 5. Jumlah pegawai BB-Pascapanen berdasarkan jabatan fungsional periode 2008-2012
Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
PNS Honorer PNS Honorer PNS Honorer PNS Honorer PNS Honorer
Peneliti 38 - 52 - 57 - 55 - 61 -
Peneliti Non Klas
23 - 10 - 11 - 12 - 8 -
Perekayasa - - - - 1 - 1 - 1 -
Litkayasa 7 - 10 - 9 - 10 - 12 -
Litkayasa
Non Klas
16 9 13 6 13 5 11 5 8 5
Arsiparis 1 - 1 - 1 - 1 - 1 -
Fungsional Umum
59 36 63 26 68 26 62 26 56 26
Jumlah 144 45 149 32 160 31 152 31 139 31
Tabel 6. Jumlah peneliti dan perekayasa BB-Pascapanen berdasarkan jenjang jabatan fungsional periode 2008-2012
Jabatan 2008 2009 2010 2011 2012
Peneliti Utama 9 12 12 9 8
Peneliti Madya 19 20 21 21 17
Peneliti Muda 4 5 6 8 15
Peneliti Pertama 6 15 18 17 13
Peneliti Non Klas 23 10 11 12 8
Perekayasa Madya - - 1 1 1
Jumlah 61 62 69 68 61
1. Pengembangan SDM
Dalam rangka mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan
pascapanen, BB-Pascapanen berupaya meningkatkan kemampuan dan
profesionalisme SDM yang dimiliki, baik tenaga fungsional maupun administrasi.
Upaya peningkatan kemampuan SDM dilakukan baik melalui training jangka pendek
dan panjang maupun melalui magang. Sampai dengan akhir tahun 2012, terdapat
20 petugas belajar yang terdiri atas 16 orang petugas belajar diusulkan melalui
Badan Litbang Pertanian dan 4 orang petugas belajar atas biaya sendiri. Daftar
petugas belajar BB-Pascapanen disajikan dalam Tabel 7.
73
Tabel 7. Daftar nama petugas belajar yang masih aktif belajar pada tahun 2012
No. Nama TMT Tahun Universitas
1. Ir. Tri Marwati, MSi September 2007 S3 UGM
2. Ir. Evi Savitri Iriani, MSi September 2008 S3 IPB
3. Ir. Christina Winarti, MA September 2009 S3 IPB
4. Ir. Siti Mariana Widayanti, MSi September 2011 S3 IPB
5. Heny Herawati, STP, MT September 2011 S3 IPB
6. Misgiyarta SP, MSi September 2012 S3 IPB
7. Ir. Sri Usmiati, MSi September 2012 S3 IPB
8. Agus Budiyanto, STP September 2010 S2 UGM
9. Kun Tanti Dewandari, STP September 2010 S2 IPB
10. Rahmawati Nurdjannah, STP September 2011 S2 IPB
11. Ratna Ningsih, STP September 2012 S2 Univ. of Tokyo
12. Nurdi Setyawan, STP September 2012 S2 Univ. of Tokyo
13 Ira Mulyawanti, STP September 2012 S2 IPB
14. R. Achmad Junaidi September 2011 D3 IPB
15. Rizaludin September 2012 D3 IPB
16. Dewi Rosmayanti September 2012 D3 IPB
Izin Belajar
1. Nuryati Sepetember 2010 S1
2. Agus Supriatna Somantri September 2011 S2 IPB
3. Dudi Arisandi September 2011 S1
4. Beny Purwanto September 2011 S1
Usulan training jangka pendek pada tahun 2012 sebanyak 15 orang. Dari
usulan tersebut sebanyak 11 orang telah menjalani empat macam training jangka
pendek sebagaimana disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Daftar nama pegawai yang mengikuti training jangka pendek
No Nama Pegawai Program Pelatihan
1. Ir .Hapsari, MSc. Diklatpim III
2. Irpan Badrul Jamal, STP Diklat Pengadaan Barang dan Jasa
3. Amin Martono, SE Diklat Pengadaan Barang dan Jasa
4. Siswadi, Amd Diklat Pengadaan Barang dan Jasa
5. Febriyezi, SP, MSi Diklat Pengadaan Barang dan Jasa
6. Heru Waluyo Diklat Pengadaan Barang dan Jasa
7. Prima Luna, STP, Msi Diklat Fungsional
8. Maulida Hayuningtyas, STP Diklat Fungsional
9. Amin Martono, SE Pelatihan Bendaharawan
10. Prima Luna, STP, Msi Pelatihan Bahasa Inggris
11. Nikmatul Hidayah, STP Pelatihan Bahasa Inggris
74
Pengembangan SDM BB-Pascapanen selain dari aspek kualitas dengan
meningkatkan kemampuan dan profesionalisme SDM, juga dari aspek kuantitas
pegawai. Pengembangan SDM dalam rangka kaderisasi ini perlu terus diupayakan,
agar pada saat pegawai mencapai usia pensiun tugasnya dapat digantikan oleh
pegawai yang lebih muda. Kaderisasi disiapkan sedini mungkin dan disesuaikan
dengan kebutuhan BB-Pascapanen agar tidak terjadi stagnasi apabila terjadi alih
tugas atau pensiun. BB-Pascapanen merencanakan sistem kaderisasi dalam bentuk
kerucut, dimana SDM yang berusia muda secara kuantitas lebih banyak daripada
SDM yang berusia tua. Komposisi kebutuhan tenaga fungsional, ditetapkan
berdasarkan beban kerja RPTP. Pada setiap RPTP perlu didukung oleh 4 orang
tenaga peneliti (1 orang S3, 1 orang S2 dan 2 orang S1) serta 3 orang teknisi
litkayasa, sedangkan untuk tenaga struktural disesuaikan dengan kebutuhan.
Pada tahun 2012, BB-Pascapanen tidak mendapat tambahan CPNS karena
adanya kebijakan moratorium. Namun demikian, terdapat mutasi pegawai masuk ke
BB-Pascapanen sebanyak 1 orang, sedangkan yang keluar sebanyak 2 orang. Mutasi
pegawai tersebut karena ditugaskan memangku jabatan struktural di instansi
lingkup Badan Litbang Pertanian. Selain itu, pada bulan Maret 2012, sebanyak 6
orang CPNS dari BB-Pascapanen telah lulus prajabatan dan diangkat menjadi PNS.
Pada tahun 2010-2014, terdapat 34 orang PNS BB-Pascapanen (definitif) yang
memasuki purna tugas (pensiun). Jumlah tersebut belum termasuk pensiun akibat
pemberhentian jabatan fungsional peneliti, sehingga kemungkinan jumlah PNS yang
pensiun pada periode 2010-2014 dapat bertambah. Pada tahun 2012, dari 14 orang
yang pensiun terdapat dua orang yang pensiun karena meninggal dunia. Jumlah
PNS yang pensiun pada periode 2010-2014 (definitif) disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. PNS yang pensiun pada periode tahun 2010-2014 (definitif)
Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014
S3 - 2 1 - -
S2 - - 2 - -
S1 1 2 5 - -
SM/D3 - - 1 - -
SLTA 2 8 4 4 -
< SLTA - - 1 1 -
Jumlah 3 12 14 5 -
2. Kegiatan Kepegawaian
a. Kenaikan pangkat dan gaji berkala
Kenaikan pangkat SDM lingkup BB-Pascapanen sebagai penghargaan
terhadap kinerja pegawai telah dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku.
Kenaikan pangkat tersebut dilaksanakan berdasarkan sistem kenaikan pangkat
reguler dan pilihan. Pada periode April 2012, telah diusulkan kenaikan pangkat
75
sebanyak 14 orang PNS. Dari jumlah tersebut terdapat 10 orang yang diusulkan
melalui kenaikan pangkat reguler dan 4 orang melalui kenaikan pangkat pilihan.
Pada periode Oktober 2012, telah diajukan berkas kenaikan pangkat 10 orang
PNS. Dari jumlah tersebut terdapat 3 orang yang diusulkan melalui kenaikan
pangkat reguler dan 7 orang melalui kenaikan pangkat pilihan. Mulai tahun 2012,
kenaikan pangkat sudah diproses dengan menggunakan Sistem Aplikasi
Pelayanan Kepegawaian (SAPK). Untuk kenaikan gaji berkala, pada tahun 2012
telah diusulkan sebanyak 72 orang PNS. Dari jumlah 72 orang PNS tersebut tidak
ada yang mengalami keterlambatan dalam penerimaan pembayaran kenaikan
gajinya.
b. Kenaikan jabatan fungsional
Pada tahun 2012, telah diusulkan 19 orang peneliti untuk kenaikan jabatan
fungsional peneliti dan 10 orang teknisi/analis untuk kenaikan jabatan fungsional
litkayasa. Status penyelesaian usulan kenaikan jabatan fungsional tersebut
bervariasi, sebagai berikut : 1) sudah mendapat SK kenaikan jabatan fungsional,
2) sudah mendapat penilaian angka kredit (PAK), dan 3) masih dalam proses
penilaian angka kreditnya. Kenaikan jabatan bagi pejabat fungsional ini, tidak
terlepas dari peran kelembagaan kelompok peneliti dan laboratorium sebagai
wadah bagi peneliti dan litkayasa.
c. Penghargaan
Pada tahun 2012, diusulkan sebanyak 41 orang pegawai BB-Pascapanen
untuk mendapatkan penghargaan Satyalancana Karya Satya. Realisasi penerima
penghargaan pada tahun 2012 sebanyak dua orang pegawai, yaitu Ir. Heru
Pramudji (Satyalancana Karyasatya 20 tahun) dan Ir. Djajeng Sumangat, MSc
(Satyalancana Karyasatya 30 tahun).
d. Pengukuhan Profesor Riset
Pada tahun 2012, telah dikukuhkan gelar Profesor Riset kepada Dr. Ir. Nur
Richana, dengan naskah orasi berjudul “Teknologi Proses Jagung Untuk
Mendukung Kemandirian Pangan dan Energi”.
3. Surveilance ISO 9001:2008
Pada bulan Maret 2012 telah dilakukan audit eksternal terhadap pelaksanaan
Sistem Manajemen Mutu di BB-Pascapanen. Audit eksternal yang dilakukan oleh PT.
Mutu Agung Lestari menghasilkan sebanyak 5 temuan status minor dan 2 temuan
status saran. Temuan dengan status minor, yaitu :
a. Pengendalian dokumen : belum cukup bukti dilakukan secara konsisten, SOP
yang beredar belum teridentifikasi nomor dan pengesahannya.
b. Pengendalian rekaman : belum ditetapkannya masa simpan rekaman.
c. Wakil Manajemen : belum cukup bukti adanya penunjukan Kepala Bagian Tata
Usaha untuk bertindak sebagai Wakil Manajemen.
76
d. Keluaran tinjauan manajemen : belum cukup bukti bahwa tinjauan manajemen
merupakan rekomendasi dari Top Manajemen.
e. Sumberdaya manusia : belum cukup bukti organisasi telah melakukan evaluasi
efektifitas pelatihan, pemukhtahiran data dan pemenuhan kompentensi personal.
Temuan dengan status minor, yaitu :
a. Pemantauan dan pengukuran proses : agar lebih baik dalam mengidentifikasi
pemantauan dan pengukuran penyusunan jurnal serta kesesuaiannya dengan
SOP.
b. Analisis data : agar lebih baik dalam menganalisis akar masalah sehingga
perumusan perbaikan, tindakan koreksi dan pencegahan dapat lebih baik.
Seluruh temuan audit eksternal telah ditindaklanjuti dengan memperbaiki
dokumen yang terkait dan melakukan tindakan untuk mencegah terulang kembali
kesalahan yang sama. Selanjutnya dalam menghadapi resertifikasi ISO 9001:2008
yang akan dilaksanakan tahun 2013, telah diadakan kegiatan penyegaran ISO
9001:2008 yang membahas tentang efektifitas pelaksanaan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008 di BB-Pascapanen. Pada kegiatan tersebut dibahas sinkronisasi
Sistem Manajemen Mutu ISO dengan Sistem Pengendalian Intern (SPI).
4. Bimbingan Mahasiswa dan Praktek Kerja Lapang (PKL)
BB-Pascapanen sebagai institusi yang mempunyai tugas dalam bidang
penelitian pascapanen menerima mahasiswa dan siswa SMU/SMK untuk
melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan, baik bidang penelitian maupun
administratif. Sebagian besar siswa/mahasiswa yang magang di BB-Pascapanen
berasal dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di wilayah Bogor.
Mahasiswa yang melakukan praktek kerja di bidang penelitian, selain
dibimbing oleh dosen dari perguruan tinggi yang bersangkutan, dibimbing pula oleh
satu orang peneliti dari BB-Pascapanen. Bagi siswa SMU/SMK, bimbingan dilakukan
oleh staf dari masing-masing satuan tugas sesuai siswa tersebut ditempatkan.
Selama periode Januari-Desember 2012 terdapat 71 orang yang melakukan praktek
kerja lapangan, yang terdiri atas 53 orang mahasiswa dan 20 orang siswa
SMU/SMK.
C. Fasilitas Penelitian
Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi BB-Pascapanen yaitu melaksanakan
kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian, maka BB-Pascapanen
didukung oleh fasilitas penelitian berupa laboratorium pengujian dan pengembangan.
Laboratorium tersebut mempunyai tugas dan fungsi mendukung terlaksananya
kegiatan penelitian dan pengembangan bidang pascapanen pertanian.
1. Laboratorium Pengujian
Laboratorium pengujian BB-Pascapanen memiliki fasilitas laboratorium
pengujian yang meliputi laboratorium kimia, fisika, mikrobiologi, dan organoleptik.
Laboratorium tersebut khususnya laboratorium kimia telah mendapat akreditasi dari
77
Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk pertama kalinya pada tanggal 27 Juli 2007
sebagai laboratorium penguji yang mengimplementasikan ISO/IEC 17025:2005.
Akreditasi tersebut berhasil diperpanjang pada tahun 2011. Berdasarkan surat KAN
Nomor 374/3.a2/LP/01/12 tanggal 30 Januari 2012, laboratorium BB-Pascapanen
mendapatkan re-akreditasi sebagai laboratorium penguji dengan nomor akreditasi
LP-366-IDN. Ruang lingkup pengujian yang terakreditasi meliputi sifat amilografi,
proksimat biskuit, gula total untuk makanan dan minuman, pengawet sorbat dan
benzoat untuk minuman, dan sifat fisik gabah dan beras.
Laboratorium pengujian selain melaksanakan fungsi utamanya dalam
pelayanan penelitian, juga memiliki fungsi memberikan pelayanan jasa pengujian
terhadap pihak eksternal seperti swasta, perguruan tinggi, dan instansi pemerintah
lainnya. Pengelolaan laboratorium pengujian BB-Pascapanen hingga tahun 2011
telah memberikan kontribusi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PBNP) yang cukup
besar. Penerimaan PNBP pada tahun 2012 mencapai Rp 1.014.454.545,- jauh
melebihi dari penerimaan PNBP yang ditargetkan yaitu Rp 525.000.000,- atau ada
kenaikan sebesar 193%.
Pengembangan dan perbaikan tata-kelola laboratorium BB-Pascapanen terus
dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan tugas dalam pelayanan
penelitian dan jasa pengujian terutama dalam peningkatan kompetensi SDM
laboratorium. Berbagai kegiatan pada tahun 2012 telah dilaksanakan dalam rangka
pengembangan dan perbaikan tata-kelola laboratorium, antara lain :
a. Pelatihan SNI ISO/IEC 17025:2008. Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan perbaikan terhadap mutu hasil dan layanan pengujian serta
sangat bermanfaat untuk mendukung implementasi SNI ISO/IEC 17025:2008
yang lebih baik di laboratorium BB-Pascapanen.
b. Partisipasi dalam uji profisiensi yang dilaksanakan Komite Akreditasi Nasional
(KAN). Uji profisiensi merupakan sarana pembuktian yang obyektif terhadap
unjuk kerja laboratorium penguji. Ruang lingkup partisipasi laboratorium
pengujian BB-Pascapanen dalam uji profisiensi meliputi contoh uji dan parameter
analisis sebagai berikut : a) Kembang gula (gula pereduksi, sakarosa, pewarna
tambahan merah alura dan biru berlian); b) Susu bubuk (proksimat, Ca dan P),
c) minuman energi (proksimat, acesulfam K dan aspartam, tatrazin), d) tepung
terigu (Fe, Zn, asam folat, vitamin B).
c. Assesmen tidak terjadwal. Laboratorium BB-Pascapanen melakukan kegiatan
assesmen tidak terjadwal dengan assesor dari KAN. Hasil survailen yaitu KAN
menyetujui personil yang diajukan sebagai penandatangan resmi hasil uji
laboratorium dan status akreditasi laboratorium dapat dipertahankan.
d. Partisipasi pembentukan jejaring laboratorium pangan nasional. Laboratorium
BB-Pascapanen berpartisipasi dalam pembahasan rencana pembentukan Jejaring
Laboratorium Pangan Nasional. Sebagai langkah awal kegiatan Jejaring
Laboratorium Pangan Nasional, telah disusun matriks kemampuan analisis
(khususnya keamanan pangan) di masing-masing laboratorium. Dengan matriks
tersebut dilakukan mapping kemampuan analisis dari seluruh laboratorium dalam
78
jejaring tersebut. Hasil mapping selanjutnya akan menjadi bahan untuk
penunjukkan laboratorium rujukan nasional sesuai dengan kompetensinya.
e. Penjajakan kerjasama pengujian laboratorium dengan PT. MBRIO Food Lab. Staf
laboratorium PT. MBRIO berkunjung ke laboratorium pengujian BB-Pascapanen.
Hasil kunjungan menghasilkan kesepakatan bahwa PT. MBRIO akan :
a) melanjutkan sub-kontrak pengujian yang membutuhkan instrumen HPLC,
b) bekerja sama dalam hal pengujian indeks glikemik, dan c) melaksanakan uji
banding pengujian, khususnya uji residu pestisida.
2. Laboratorium Pengembangan
Laboratorium pengembangan dilengkapi fasilitas bangsal penanganan segar,
pengolahan minyak atsiri dan produk turunannya, pengolahan hasil ternak,
pengolahan kedelai (tahu), pengolahan sari buah dan produk hilirnya, bangsal
pengemasan dan canning serta bangsal pengolahan produk roti berbasis aneka
tepung, teknologi kimia dan bioproses. Laboratorium pengembangan yang berlokasi
di Karawang dilengkapi dengan fasilitas bangsal pengolahan aneka tepung dan
produk hilirnya serta bangsal pengolahan beras. Laboratorium pengembangan di
Karawang ke depan diarahkan sebagai laboratorium diversifikasi pangan.
Laboratorium pengembangan selain melaksanakan fungsi utamanya mendukung
pelaksanaan kegiatan penelitian juga banyak membantu tupoksi bidang KSPHP
antara lain dalam proses diseminasi seperti penyiapan bahan pameran dan
pelayanan permintaan bimbingan teknis atau pelatihan dari berbagai stakeholders.
D. Pengembangan Sarana dan Prasarana
Pengelolaan aset BB-Pascapanen, meliputi tanah, bangunan/gedung kantor,
peralatan laboratorium dan peralatan perkantoran lainnya termasuk kendaraan dinas.
Pada tahun 2012, terdapat penambahan belanja modal untuk renovasi gedung
laboratorium di Bogor, peralatan laboratorium, dan peralatan perkantoran lainnya.
Selain itu,terdapat dana aset yang dihentikan penggunaannya sebesar Rp 14.550.000,-
berupa dana pemeliharaan satu buah kendaraan yang dinonaktifkan penggunaannya.
Total pengelolaan aset BB-Pascapanen sampai dengan akhir tahun 2012 sebesar
Rp 61.126.964.683,- dengan rincian sebagaimana disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Realisasi pengembangan prasarana dan sarana BB-Pascapanen
Uraian Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1. Tanah 561.195.000 22.447.800.000 22.447.800.000 22.447.800.000 22.447.800.000
2. Peralatan dan mesin 11.449.484.202 17.314.320.582 18.369.253.082 19.771.880.732 20.019.237.231
3. Gedung & bangunan 4.036.569.600 8.147.073.602 9.202.859.502 10.481.741.502 12.910.014.502
4. Jalan & jembatan 9.757.600 4.980.455.000 4.980.455.000 4.980.455.000 4.980.455.000
5. Jaringan 71.280.800 141.225.800 687.531.300 687.531.300 687.531.300
6. Aset tetap lainnya 67.376.650 67.376.650 67.376.650 67.376.650 67.376.650
7. Aset yang dihentikan
dari penggunaannya 0 0 0 0 14.550.000
Jumlah 16.195.663.912 53.098.251.634 55.755.275.534 58.436.785.184 61.126.964.683
79
Peralatan penelitian/laboratorium dan perkantoran hasil pengadaan Tahun
Anggaran 2012 termasuk yang dibiayai dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Daftar peralatan hasil pengadaan TA. 2012
No. Nama Alat Jumlah
A. Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
1. Personal Komputer (Dell Inspiron 620 MT andy Bridge” 620 MT Intel (R) Core
(TM) i3 Processor i3-2100 - 3,1 GHz, 3 MB, 2C)
8 unit
2. Printer (HP Laser Jet Pro P1102 W) 3 unit
3. Note Book
(Dell Inspiron 4050-2430 Intel Core i5 2430 - 2,40 GHz, 3 MB L3 Cache)
1 unit
B. Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
1. Lemari Besi/Locker Daiko 6 pintu
5 unit
2. Alat pengepel lantai 5 unit
3. Air Conditioner (1 PK LG S09LFG, All New Goldfin, Jet Cool, Triple Filter, 795 Watt)
6 unit
C. Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran (Meubelair)
1. Meja rapat
Modera COD 160 x 75 x 75 12 buah
COD 128 x 75 x 75 6 buah
CJT 75 x 76 12 buah
2. Kursi rapat (Indachi D750) 48 buah
3. Kursi/Meja tamu – Sice (Fianda warna coklat) 1 set
4. Kursi/Meja tamu – Sice (Revo warna coklat) 1 set
D. Pengadaan Peralatan Kantor
1. Pemarut 1 unit
2. Molen Dryer Heater 1 unit
3. Molen Dryer modifikasi granula 1 unit
4. Pencetak Mie 1 unit
5. Penyaring larutan 1 unit
6. Analitical Balance 1 unit
7. Vacuum sealer 2 unit
8. Perawatan Genset 5 dan 10 KVA 2 unit
9. Pompa pengolah limbah 2 unit
10. Oven roti 3 unit
11. Perbaikan meja laboratorium 3 unit
12. Modifikasi pengepres 1 unit
13. Perbaikan coolroom 2 unit
E. Pengadaan Peralatan Laboratorium
1. Kalorimeter 1 unit
2. Tanur 1 unit
3. Viscometer 1 unit
4. Vacuum Sealer 1 unit
5. Sealer 1 unit
6. pH meter 1 unit
7. Sieve shaker 1 unit
80
No. Nama Alat Jumlah
8. Oven 1 unit
9. Milling Tester 1 unit
10. Whiteness tester 1 unit
11. Kalibrasi peralatan 1 unit
12. Spektrofotometer 1 unit
13. Polarimeter 1 unit
14. HPLC (Waters) 1 unit
15. Oven 1 unit
16. Centrifuge 1 unit
17. Pemarut slinder 1 unit
18. Penepung FC23 1 unit
E. Anggaran
Untuk membiayai operasional, BB-Pascapanen pada TA. 2012 mendapat
anggaran sebesar Rp 20.225.678.000,- kemudian mengalami tiga kali revisi anggaran.
Revisi pertama mengalami penurunan anggaran menjadi Rp 19.817.678.000,- akibat
kebijakan pemerintah terkait dengan subsidi BBM. Revisi kedua, anggaran meningkat
menjadi Rp 20.041.516,- karena penerimaan PNBP fungsional TA. 2012 yang melebihi
target. Pada revisi ketiga, anggaran meningkat menjadi Rp 20.101.287.000,- karena
mendapat hibah dari Agriculture Cooperation Initiative, Rural Development
Administration (AFACI-RDA), Suwon, Republik Korea. Realisasi keuangan kumulatif
sampai dengan 31 Desember 2012 adalah Rp 18.946.199.034,- (94,25%) (Tabel 12).
Tabel 12. Realisasi anggaran DIPA BB-Pascapanen TA. 2012
No Jenis Pengeluaran Anggaran
(Rp)
Realisasi s/d 31 Des. 2012
Rp %
Program Penciptaan Teknologi dan varietas Unggul Berdaya Saing
A. Laporan Pengelolaan Satker
1. Perencanaan Program dan Penyusunan Anggaran
a. Perencanaan Pogram dan Rencana Kerja Litbang Pascapanen
341.240.000 337.786.050 98,99
b. Penyusunan Anggaran dan Rencana Kerja (RKA-KL)
145.960.000 142.274.900 97,48
Jumlah A.1 487.200.000 480.060.950 98,53
2. Pelaksanaan Monev dan Sistem Pengendalian Internal
a. Pelaksanaan Monev 234.560.000 234.417.300 99,94
b. Pelaksanaan SPI 78.760.000 77.194.000 98,01
Jumlah A.2 313.320.000 311.611.300 99,45
3. Rapat Kerja, Koordinasi Institusiional dan Pengelolaan Kelembagaan Kelti
a. Rapat Kerja BB-Pascapanen 110.640.000 107.902.950 97,53
b. Koordinasi Institusional 200.895.000 212.135.600 99,59
c. Pengelolaan Kelembagaan Kelompok Peneliti
140.120.000 138.095.000 98,55
Jumlah A.3 463.760.000 458.133.550 98,79
81
No Jenis Pengeluaran Anggaran
(Rp)
Realisasi s/d 31 Des. 2012
Rp %
4. Pembinaan Organisasi dan Ketatausahaan
a. Pengelolaan Rumah Tangga dan Keuangan
114.020.000 113.820.250 99,82
b. Pelaksanaan Pengelolaan Anggaran 183.620.000 183.393.000 99,88
c. Pembinaan Administrasi dan
Pengelolaan Kepegawaian
282.040.000 281.726.550 99,89
d. Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Perlengkapan
91.000.000 89.219.950 98,04
e. Pemeliharaan dan Perawatan Peralatan Laboratorium
307.138.000 296.060.000 96,39
Jumlah A.4 977.818.000 964.219.750 98,61
B. Laporan Pelaksanaan Diseminasi Teknologi
1. Pengelolaan dan Pengembangan Publikasi
298.980.000 292.954.000 97,98
2. Partisipasi ekspose, Gelar Teknologi, Seminar Ilmiah/Nasional
281.160.000 277.828.070 98,81
Jumlah B 580.140.000 570.782.070 98,39
C. Laporan Pelaksanaan Kerjasama
1. Dukungan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri
98.580.000 97.680.200 99,09
2. Koordinasi dan Penugasan Peneliti dan Teknisi Mendukung Program
Instansi Terkait/Direktorat Teknis/ SLPTT/BPTP/Supervisi
155.960.000 150.586.300 96,55
3. Kerjasama Hibah Luar Negeri 59.771.000 59.771.000 100,00
Jumlah C 314.311.000 308.037.500 98,00
D. Teknologi Penanganan Segar Produk Pertanian
1. Teknologi Aplikasi Pengawet Alami untuk Memperpanjang Masa Simpan
Daging Segar
154.850.000 148.283.900 95,76
2. Teknologi Produksi Biopreservative dari Buah Mangga Rucah
150.300.000 150.129.700 99,89
3. Teknologi Nondestruktif untuk Grading Ukuran dan Kualitas Buah
Tropika
109.800.000 106.434.725 96,94
4. Teknologi Pengembangan Edible Film dari Komposit Puree Buah dan Sayur Nanoserat Selulosa dengan
Sifat Antimikroba sebagai Kemasan Bahan Pangan Segar
179.100.000 176.881.091 98,76
Jumlah D 594.050.000 581.729.416 97,93
E. Produk dan Teknologi untuk Diversifikasi Pangan dan Substitusi Pangan Impor
1. Teknologi Diversifikasi Produk Olahan Pangan Non Beras Mendukung KRPL
183.000.000 181.690.250 99,28
Jumlah E 183.000.000 181.690.250 99,28
82
No Jenis Pengeluaran Anggaran
(Rp)
Realisasi s/d 31 Des. 2012
Rp %
F. Produk dan Teknologi untuk Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing
1. Teknologi Proses Produksi Sari Buah Tropika Skala UKM di Kalimantan
Timur
124.900.000 122.312.350 97,93
2. Teknologi Pengolahan Hasil
Perkebunan (Gambir, Nilam dan Kopi) di Pak Pak Sumatera Utara
178.200.000 177.402.500 99,55
3. Teknologi Nanoenkapsulasi Minyak Biji Pala sebagai Bahan Preservatif
Puree Jambu Merah&Sari Buah Apel
153.800.000 153.627.765 99,89
4. Teknologi Penanganan Susut
Pascapanen Padi Mendukung P2BN
384.460.250 382.563.450 99,51
5. Teknologi Pemodelan Dinamis untuk Perencanaan Pencapaian Target Perberasan Nasional
168.100.000 167.467.600 99,62
6. Penelitian dan Pengembangan
Kebijakan Pascapanen
160.000.000 143.930.325 89,96
7. Teknologi Nanoenkapsulasi Ekstrak
Temulawak dalam Pendispersi Minyak Sawit Kaya Beta Karoten untuk Meningkatkan Bioavaibilitas
dan Sifat Anti Inflammasi
156.700.000 154.411.189 98,54
8. Teknologi Sintesis Nano Katekin dari Gambir untuk Aplikasi pada Produk Nutraseutikal Fungsional
169.199.750 165.482.054 97,80
Jumlah F 1.495.360.000 1.467.197.233 98,12
G. Layanan Perkantoran
1. Pembayaran Gaji dan Tunjangan 8.715.786.000 7.899.733.627 90,64
2. Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran
a. Kebutuhan sehari-hari perkantoran 753.440.000 753.191.725 99,97
b. Langganan Daya dan Jasa 988.200.000 913.488.779 92,44
c. Pemeliharaan kantor 1.048.890.000 993.621.884 94,73
d. Pembayaran terkait pelaksanaan operasional kantor
329.970.000 328.284.000 99,49
Jumlah G 11.836.286.000 10.888.320.015 91,99
H. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
1. Peralatan pengolah data 96.300.000 95.820.000 99,50
Jumlah H 96. 300.000 95.820.000 99,50
I. Peralatan dan Fasilitas Pelaksanaan Perkantoran
1. Peralatan dan Fasilitas Pelaksanaan Perkantoran
210.742.000 210.324.000 99,80
Jumlah I 210.742.000 210.324.000 99,80
J. Gedung/Bangunan
1. Renovasi Pembangunan Prasarana Laboratorium
2.549.000.000 2.428.273.000 95,26
Jumlah J 2.549.000.000 2.428.273.000 95,26
Jumlah A+.....+J 20.101.287.000 18.946.199.034 94,25
83
V. PERENCANAAN PROGRAM DAN EVALUASI
Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan sistem
pertanian secara keseluruhan, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah hingga
pemasaran produk akhir. BB-Pascapanen sebagai institusi yang diberi mandat
melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen, diharapkan dapat
berperan memberi masukan kepada Kementerian Pertanian, baik dalam bentuk
rekomendasi teknologi pascapanen maupun dalam hal kebijakan pengembangan
agroindustri.
Perumusan program penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian secara
lebih luas diperlukan suatu bentuk pertemuan yang difasilitasi sebagai rapat kerja (raker).
Dalam raker diharapkan diperoleh masukan dari semua pihak yang berkompeten dengan
perkembangan teknologi pascapanen pertanian. Kegiatan raker dilaksanakan dengan
mengundang berbagai pihak terkait, baik dari instansi lingkup Badan Litbang Pertanian
maupun dari instansi lain yang mempunyai kompetensi dalam bidang pascapanen
pertanian. Hasil raker tersebut diharapkan dapat dirumuskan menjadi kebijakan dan
program ke depan yang selaras dengan upaya penanggulangan isu-isu yang sedang
berkembang dalam kurun waktu berjalan dan yang akan datang.
A. Rapat Kerja BB-Pascapanen
Kementerian Pertanian telah menetapkan pencapaian target empat sukses dalam
periode 2010–2014, yaitu : 1) Pencapaian swasembada dan swasembada
berkelanjutan, 2) Peningkatan diversifikasi pangan, 3) Peningkatan nilai tambah, daya
saing dan ekspor, dan 4) Peningkatan kesejahteraan petani. Dalam rangka mendukung
pencapaian empat target sukses Kementan tersebut, Badan Litbang Pertanian telah
menetapkan Rencana Strategis tahun 2010-2014 yang berisikan visi, misi, sasaran
strategis, serta arah kebijakan dan strategi yang menjadi acuan UK/UPT dibawahnya.
Untuk merumuskan dan menyempurnakan program kerja BB-Pascapanen sesuai
dengan Renstra yang telah ditetapkan, maka diselenggarakan Rapat Kerja
BB-Pascapanen pada tanggal 8–10 Maret 2012 bertempat di Auditorium Ir. Sadikin
Sumintawikarta Jl. Tentara Pelajar No. 12, Kampus Pertanian Cimanggu, Bogor. Tema
Rapat Kerja tahun 2012 yaitu “Kerja Keras dan Cerdas Untuk Meningkatkan Peran
Inovasi Litbang Pascapanen Mendukung Pencapaian Empat Target Sukses Kementerian
Pertanian”.
Raker dibuka oleh Kepala Badan Litbang Pertanian dan dihadiri oleh para pejabat
eselon II lingkup Badan Litbang Pertanian, pejabat struktural, peneliti, teknisi dan staf
administrasi lingkup BB Pascapanen. Topik yang dibahas pada acara Raker tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Updating Renstra 2010–2014 (Road Map Riset Pangan, Topik Penelitian 2013–
2014),
2. Perderasan Inovasi Teknologi Pascapanen (SDMC, Pedum),
3. Penguatan Manajemen Riset (SDM, Anggaran dan Fasilitas).
84
Penyelenggaraan Rapat Kerja BB-Pascapanen tahun 2012 menghasilkan
rumusan sebagai berikut :
1. Raker BB-Pascapanen diselenggarakan di Auditorium Ir. Sadikin Sumintawikarta,
Bogor dari tanggal 8-10 Maret 2012 dengan mengusung tema : ”Kerja Keras dan
Cerdas untuk Meningkatkan Peran Inovasi Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Mendukung Pencapaian Empat Target Sukses Kementerian Pertanian”
dihadiri oleh sekitar 96 peserta dari perwakilan Eselon II lingkup Badan Litbang
pertanian dan karyawan/karyawati BB Pascapanen.
2. Arahan Kepala Badan Litbang Pertanian pada saat membuka Rapat kerja meliputi :
a. Topik penelitian dan pengembangan pascapanen yang dibahas harus fokus
berdasarkan basis data yang akurat dan memiliki dampak nasional serta
bersinergi dengan program eselon I di lingkup Kementan sehingga menjadi jalan
pintas dalam pencapaian target untuk mensejahterakan petani.
b. BB-Pascapanen harus terus meningkatkan kompetensinya yang berwawasan
global dan bervisi jauh ke masa depan.
c. Roadmap riset pangan yang disusun BB-Pascapanen harus selaras dengan
perkembangan sain dan teknologi mutakhir.
d. Berbagai produk dan inovasi teknologi yang telah dihasilkan BB-Pascapanen
harus dapat dikembangkan menjadi usaha yang memberi nilai tambah baik bagi
usaha berskala rumah tangga, kelompok tani, indusri kecil dan menegah sesuai
dengan karakteristik inovasi teknologi yang dihasilkan melalui sistem diseminasi
multi channel
3. Budaya kerja dan etika peneliti baik yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Pertanian maupun Ketua LIPI merupakan acuan moral untuk membentuk aparatur
BB-Pascapanen yang bermoral dan profesional dalam melaksanakan tugas masing-
masing, sehingga sosialisasi dan pembinaan harus dilakukan terus menerus untuk
menumbuhkembangkan perilaku penuh makna dan inspiratif melalui berbagai
kesempatan.
4. Renstra BB-Pascapanen tahun 2010–2014 agar diupdate dengan memberi ruang
pada analisis kebijakan, penggandaan skala penelitian (RDHP) sera dilampiri dengan
Gambar 42. Pembukaan Rapat Kerja BB-Pascapanen oleh Kepala Badan Litbang
Pertanian
85
roadmap riset pangan dan non pangan sebagaimana diarahkan oleh Kepala Badan
Litbang Pertanian.
5. Roadmap riset pangan dan non pangan serta topik atau judul penelitian dan
pengembangan untuk tahun 2013 dan 2014 agar dibahas ulang oleh Tim Kecil
dengan mempertimbangkan perkembangan iptek mutakhir, agenda riset nasional,
renstra, kebijakan baru seperti MP3EI, KRPL, HaKI serta tuntutan dan kebutuhan
pemangku kepentingan lainnya.
6. Pedoman Umum Pengukuran Losses Padi/Beras yang sudah dikukuhkan melalui
Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian agar dicermati kembali dan
diperbaiki dalam petunjuk teknisnya serta segera disosialisasikan kepada Direktorat
Teknis agar segera dapat dimanfaatkan dan diterapkan di lapangan.
7. Pengelolaan laboratorium BB-Pascapanen harus mengikuti peraturan perundangan
yang berlaku, baik ISO 17025:2008 maupun menyangkut pemanfaatan PNBP,
sehingga Tim Pengelola Laboratorium BB-Pascapanen harus segera dikukuhkan
melalui Surat Keputusan Kepala BB-Pascapanen.
8. Pemaparan dua narasumber yaitu Prof Dr. Ir. Djoko Said Damardjati, MSc dan Yusuf
Sutanto memberikan inspirasi khususnya kepada para peneliti bahwa :
Sumbangsih bermakna peneliti kepada rakyat Indonesia khususnya para petani dan
pengusaha kecil-menengah dapat diwujudkan melalui kesungguhan yang konsisten,
sistematis, responsif terhadap dinamika perubahan, dan berpikir holistik serta
dilandasi dengan keikhlasan dalam berkarya.
Gambar 43 . Narasumber pada Rapat Kerja BB-Pascapanen Tahun 2012
B. Program dan Rencana Litbang Pascapanen
Rencana litbang pascapanen disusun setiap tahun dengan mengacu pada
Renstra BB-Pascapanen, Badan Litbang Pertanian dan Renstra Kementerian Pertanian.
Kebijakan sistem penganggaran pada penyusunan program dan rencana litbang
pascapanen pertanian, dikelompokkan menjadi :
1. Penelitian upstream dengan alokasi pendanaan 50-60%.
2. Penelitian adaptif untuk mendukung langsung pencapaian program utama
Kementerian Pertanian dengan alokasi pendanaan 20-30%.
86
3. Penelitian kolaboratif (konsorsium dan kerja sama) berupa penelitian upstream dan
adaptif, dengan alokasi pendanaan 10-20%.
Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen difokuskan untuk
menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian
mendukung pencapaian target diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya
saing dan ekspor. Kegiatan dilakukan baik dalam skala laboratorium, pilot maupun
skala komersial.
BB-Pascapanen mempersiapkan pelaksanaan kegiatan TA. 2012 dengan
melaksanakan seminar penajaman RPTP dan alokasi pagu anggarannya pada awal
bulan Januari 2012. BB-Pascapanen juga mendapatkan kegiatan Program Insentif
PKPP sebanyak 7 kegiatan yang pendanaannya berasal dari Kementerian Riset dan
Teknologi. Kegiatan koordinasi dan sinkronisasi dengan Badan Litbang Pertanian dan
UK/UPT lingkup Badan Litbang dilaksanakan untuk mensinergiskan kebutuhan inovasi
teknologi dalam mendukung program Badan Litbang Pertanian.
Berkaitan dengan perencanaan kegiatan TA. 2012 dilaksanakan evaluasi matrik
dan Project Digest usulan kegiatan penelitian dan rancangan kebutuhan anggaran
dalam draft RKA-KL dan DIPA TA. 2012. Setelah melalui beberapa tahapan seleksi,
usulan kegiatan penelitian TA. 2012 ditetapkan sebanyak 13 judul, yang terdiri atas :
1) Indikator Teknologi Penanganan Segar Produk Pertanian 4 judul penelitian,
2) Indikator Produk dan Teknologi untuk Diversifikasi Pangan dan Substitusi Pangan
Impor 1 judul penelitian, dan 3) Indikator Produk dan Teknologi untuk Peningkatan
Nilai Tambah dan Daya Saing 8 judul penelitian. Penyelenggaraan seminar penajaman
RPTP TA. 2012 telah dilaksanakan dengan bertujuan untuk mensinkronkan judul,
tujuan penelitian dan keluaran yang akan dicapai.
Dalam rangka mendukung perencanaan kegiatan TA. 2012, telah dilakukan
kegiatan koordinasi dan sinkronisasi dengan instansi terkait (UK/UPT lingkup Badan
Litbang Pertanian dan Masyarakat Nano Indonesia) dalam bentuk Roundtable
Discussion pengembangan teknologi nano pangan. Hasil yang diperoleh berupa
rencana pengembangan teknologi nano pangan dan rencana penelitian nanoteknologi.
Pada TA. 2012 BB-Pascapanen memiliki 5 judul penelitian nanoteknologi, dimana 4
judul dibiayai dari DIPA BB-Pascapanen dan 1 judul dibiayai dari Ristek PKPP. Rincian
judul penelitian nanoteknologi, yaitu : 1) nanoserat selulosa untuk kemasan pangan,
2) nanoenkapsulasi minyak biji pala sebagai bahan preservatif, 3) nano-katekin dari
daun gambir untuk produk nutraseutikal, 4) nanoenkapsulasi ekstrak temulawak untuk
meningkatkan bioavailabilitas dan sifat anti-inflamasi, dan 5) nanoemulsi lemak kakao
untuk olesan (spread) rerotian dan biskuit.
Pada tahun 2012, telah dilakukan penyempurnaan pedoman Penyusunan RPTP-
RKM dan Pedoman Teknis Mekanisme Pengusulan dan Revisi Rencana Kegiatan.
Pedoman tersebut disusun untuk meningkatkan kualitas dan tertib administrasi
pelaksanaan kegiatan di BB-Pascapanen. Pedoman Penyusunan RPTP dan RKM
diperlukan untuk memberi acuan secara teknis dan terinci mengenai tata cara dan
sistematika penyusunan RPTP dan RKM kepada pelaksana kegiatan. Dengan demikian,
RPTP dan RKM yang disusun dapat memberikan gambaran awal yang jelas tentang
87
kegiatan yang akan dilaksanakan. Penerbitan Pedoman Teknis Mekanisme Pengusulan
Revisi Rencana Kegiatan dimaksudkan untuk memberikan acuan secara teknis dan
terinci mengenai tata cara pengusulan kegiatan penelitian dan manajemen, pengadaan
dan perawatan sarana dan prasarana. Pedoman ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas perencanaan dan capaian kinerja pelaksanaan kegiatan, meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi dalam penyusunan rencana kegiatan serta memudahkan
penyusunan DIPA dan RKA-KL BB-Pascapanen setiap tahunnya.
Dalam rangka implementasi sistem informasi program berbasis intranet
(i-program) yang merupakan pengembangan dari Sistem Informasi Manajemen
Program (SIM Program), pada bulan Nopember dilakukan penyempurnaan aplikasi
serta entry data program dan kegiatan TA. 2011 s/d TA. 2013 di Yogyakarta.
Pengembangan i-program berbasis internet ini ditujukan untuk meningkatkan kinerja
manajemen perencanaan khususnya meningkatkan kualitas perencanaan program
penganggaran dan mewujudkan program perencanaan yang efisien dan efektif. Melalui
sistem berbasis web base, informasi kegiatan penelitian dapat diakses kapan dan
dimana saja.
C. Evaluasi dan Pelaporan
Kegiatan utama seksi evaluasi untuk melakukan pemantauan dan pengendalian
kegiatan lingkup BB-Pascapanen dilaksanakan melalui Pelaksanaan Sistem
Pengendalian Intern. Secara garis besar Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
mencakup kegiatan: 1) Penilaian pengendalian intern yang dilaksanakan di setiap
satuan tugas BB-Pascapanen dan 2) Monitoring dan evaluasi (monev) kegiatan
penelitian dan manajemen, yang dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali dalam satu tahun
anggaran yaitu monev tahap ex-ante, on-going dan ex-post. Kegiatan rutin lainnya di
seksi evaluasi antara lain penyusunan LAKIP, Laporan Kegiatan Bulanan BB-
Pascapanen sebagai Bahan Rapim, Up-Dating Data Kemajuan Kegiatan Triwulan dalam
SIMONEV, dan Penyusunan Laporan Tahunan BB-Pascapanen.
1. Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Kegiatan penilaian Sistem Pengendalian Intern (SPI) dilaksanakan oleh Tim
Satuan Pelaksana Pengendalian Intern (Satlak PI) berdasarkan SK Kepala
BB-Pascapanen No. 4011/KPTS/KP.340/I.10/02/2012 tanggal 20 Pebruari 2012,
yang kemudian direvisi dengan No. 761/KPTS/KP.340/I.10/04/2012 tanggal 13 April
2012. Pelaksanaan penilaian Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan sebanyak dua
kali. Penilaian pelaksanaan SPI Tahap II penekanannya untuk melihat upaya tindak
lanjut terhadap saran-saran perbaikan yang direkomendasikan pada SPI Tahap I.
Hasil penilaian Tim Satlak PI dalam pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
di satuan tugas lingkup BB-Pascapanen telah memberikan gambaran cukup baik.
Namun demikian, dalam beberapa aspek terutama dalam mekanisme pelaksanaan
masih perlu penyempurnaan. Secara umum, pelaksanaan tugas dan fungsi
manajemen pada satuan tugas lingkup BB-Pascapanen sudah dilaksanakan sesuai
SOP, walaupun masih perlu dioptimalkan. Terhadap SOP yang ada masih perlu
88
dilakukan evaluasi dan penyempurnaan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
tata kelola. Untuk menghindari tidak tercapainya target keluaran yang diharapkan
maka risiko yang mungkin menghambat pelaksanaan kegiatan dan cara
penanganan risikonya perlu diantisipasi sedini mungkin dengan menyusunnya dalam
rencana kegiatan baik manajemen maupun penelitian. Diharapkan hasil penilaian
SPI dapat diterima sebagai gambaran kondisi yang ada, yang dapat digunakan
sebagai bahan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan dan pengendalian
bersama, sehingga capaian kinerja BB-Pascapanen ke depan dapat lebih maksimal.
Dengan meningkatnya kompleksitas pengelolaan kegiatan di lingkup BB-
Pascapanen, maka perlu diterapkan pengelolaan risiko yang efektif dan efisien
untuk mewujudkan misi yang ditetapkan, pencapaian tujuan dan sasaran,
pengamanan aset negara serta ketaatan pada peraturan perundang-undangan.
Tujuan ditetapkannya panduan pengelolaan risiko adalah sebagai acuan bagi
penanggungjawab kegiatan, pimpinan satuan kerja, Tim Satuan Pelaksana
Pengendalian Intern dan seluruh pegawai lingkup BB-Pascapanen dalam
menerapkan pengelolaan risiko, sedangkan sasarannya adalah terkelolanya segala
bentuk risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran organisasi
secara efektif dan efisien. Ruang lingkup panduan pengelolaan risiko meliputi
prosedur penilaian risiko dan penanganan risiko serta monitoring dan evaluasi risiko
pada seluruh satuan tugas di lingkup BB-Pascapanen. Secara lengkap diuraikan
dalam “Panduan Pengelolaan Risiko BB-Pascapanen”.
2. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monev kegiatan penelitian dan manajemen dilaksanakan oleh Tim
Satuan Pelaksana Pengendalian Intern. Sampai dengan akhir tahun anggaran,
kegiatan monev telah dilaksanakan 3 (tiga) kali, yaitu monev ex-ante , on-going,
dan ex-post. Monev ex-ante RPTP dan RKM TA. 2012, sasaran utamanya adalah
memberikan saran untuk penyempurnaan RPTP dan RKM kegiatan berjalan.
Pelaksanaan monev on-going yaitu untuk memastikan kegiatan dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga pelaksanaan monev ini
memfokuskan pada kesesuaian perencanaan dengan kegiatan aktual di lapangan
pasca monev ex-ante. Pelaksanaan monev ex-post sasaran utamanya untuk
melihat kesesuaian pencapaian ouput kegiatan secara keseluruhan yang dikaitkan
dengan rencana target output pada dokumen perencanaan, baik kualitas maupun
kuantitasnya.
Monev ex-ante telah dilaksanakan pada bulan Pebruari 2012, monev on-going
pada bulan Juli 2012, sedangkan monev ex-post pada bulan Desember 2012.
Pelaksanaan monev dilakukan terhadap 13 (tiga belas) judul kegiatan penelitian.
Ke-13 judul kegiatan penelitian tersebut berdasarkan Indikator Kinerja Utama
disajikan pada Tabel 13.
89
Tabel 13. Judul kegiatan penelitian BB-Pascapanen TA. 2012 berdasarkan Indikator
Kinerja Utama
Judul Kegiatan
A. IKU: Teknologi Penanganan Segar Produk Pertanian
1. Teknologi Produksi Vinegar sebagai Pengawet Alami dan Aplikasinya untuk
Memperpanjang Masa Simpan Daging Segar.
2. Teknologi Produksi Biopreservative dari Buah Mangga Rucah.
3. Teknologi Non Destruktif untuk Grading Ukuran dan Kualitas Buah Tropika.
4. Pengembangan Edible Film dari Komposit Puree Buah-Sayur Nanoserat Selulosa
dengan Sifat Antimikroba sebagai Kemasan Bahan Pangan Segar.
B. IKU: Produk dan Teknologi Hasil Pertanian untuk Diversifikasi Pangan
dan Substitusi Pangan Impor
1. Pengembangan Diversifikasi Produk Olahan Pangan Non Beras (Aneka Umbi)
Mendukung Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL
C. IKU: Teknologi dan Produk Baru untuk Peningkatan Nilai Tambah dan
Daya Saing
1. Perbaikan Proses Produksi Sari Buah Tropika Skala UKM di Kalimantan
Timur.
2. Pengembangan Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan (Gambir, Nilam dan
Kopi) di Kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara.
3. Teknologi Nanoenkapsulasi Minyak Biji Pala (Myristica fragans H) sebagai Bahan
Preservatif Puree Jambu Merah dan Sari Buah Apel.
4. Penanganan Susut Pascapanen Padi dalam Mendukung Peningkatan Produksi
Beras Nasional (P2BN).
5. Sistem Penunjang Keputusan Berbasis Pemodelan Dinamik Untuk Perencanaan
Pencapaian Target Perberasan Nasional : Studi Kasus Penekanan Susut
Pascapanen di Jawa Barat.
6. Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Pascapanen.
7. Teknologi Nanoenkapsulasi Ekstrak Temulawak dalam Pendispersi Minyak Sawit
Kaya Beta Karoten untuk Meningkatkan Bioavailabilitas dan Sifat Anti Inflamasi.
8. Teknologi Sintesis Nanokatekin dari Gambir untuk Aplikasi pada Produk
Neutrasetikal.
Monev ex-ante kegiatan manajemen dilaksanakan pada bulan April 2012
bersamaan dengan penilaian pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) BB-
Pascapanen, monev on-going bulan Juli 2012, sedangkan monev ex-post pada
bulan Desember 2012. Monev kegiatan manajemen dilakukan terhadap judul-judul
sebagai berikut (Tabel 14).
90
Tabel 14. Judul kegiatan manajemen BB-Pascapanen TA. 2012
No. Judul Kegiatan
1. Program dan Rencana Litbang Pascapanen.
2. Penyusunan Anggaran dan Rencana Kerja (RKA-KL).
3. Pelaksanaan Monev dan Sistem Pengendalian Internal.
4. Pengelolaan Kelembagaan Kelompok Peneliti dan Laboratorium.
5. Pengelolaan Rumah Tangga dan Keuangan.
6. Pelaksanaan Pengelolaan Anggaran.
7. Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Kepegawaian
8. Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Perlengkapan.
9. Pengelolaan dan Pengembangan Publikasi.
10. Partisipasi Ekspose, Gelar Teknologi, Seminar Ilmiah/Nasional.
11. Dukungan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri.
12. Koordinasi dan Penugasan Peneliti/Teknisi Mendukung Program Instansi
Terkait/Ditjen Teknis/BPTP/ Pemda/Supervisi Teknologi.
3. Laporan Bulanan BB-Pascapanen sebagai Bahan Rapat Pimpinan (Rapim)
Selama periode Januari–Desember 2012, telah disampaikan 12 (dua belas)
laporan bulanan kegiatan BB-Pascapanen sebagai bahan rapim lingkup Badan
Litbang Pertanian. Laporan bulanan unit kerja sebagai bahan rapim bulanan,
mencakup kegiatan penelitian, diseminasi, kerjasama dan kemitraan serta
manajemen. Hasil kegiatan BB-Pascapanen yang telah dilaporkan periode Januari–
Desember 2012 disajikan pada Tabel 15. Secara lengkap, hasil kegiatan tersebut
tertuang dalam “Laporan Bulanan BB-Pascapanen”.
Tabel 15. Judul kegiatan dalam laporan bulanan BB-Pascapanen untuk bahan rapim bulan Januari–Desember 2012
No. Bulan Judul Kegiatan
1. Januari Uji coba penerapan teknologi penanganan segar buah mangga skala ekspor
Uji coba pengiriman buah mangga menggunakan Refrigated Container dengan kapal laut ke Hongkong
Pelatihan bagi Widyaiswara
2. Februari
Boulag Fellowship Perogram 2011 : Nanotechnology in food product Ragam teknologi BB-Pascapanen dalam mendorong tumbuhnya
minat kewirausahaan masyarakat Difusi teknologi penganekaragaman produk olahan berbasis pangan
lokal di KRPL Pacitan Laboratorium BB-Pascapanen berhasil memperluas ruang lingkup
pengujian
3.
Maret
Rekomendasi dan implikasi kebijakan revitalisasi penggilingan padi kecil mendukung swasembada beras berkelanjutan
Pelatihan teknik pengembangan kualitas mangga Pelatihan teknologi penanganan dan pengolahan buah mangga,
jambu merah dan avocado Kerjasama kemitraan pengembangan produk sup instan jamur
merang
91
No. Bulan Judul Kegiatan
4. April
Kegiatan Sandwich Programme : Penelitian pembuatan biofoam
berbasis pati singkong dan limbah jagung Difusi teknologi tepung komposit berbasis jagung di Nusa Tenggara
Timur Pengembangan produk Talbinah Instan Rapat Kerja BB Pascapanen Tahun 2012
5. Mei
Sidang Codex Commite on Contaminant in Food (CCCF) KE-6 dI Maastricht, Belanda
Agroindustri jagung serta teknologi pengolahan, pemanfaatan, dan peningkatan nilai tambah
Akreditasi majalah ilmiah sebagai langkah mewujudkan jurnal
internasional
6. Juni
Sosialisasi Pedoman Umum Pengukuran Susut Pascapanen Padi
Tindak Lanjut Sidang Codex Committee on Contaminant in Food (CCCF) Ke-6
Perkembangan Kerjasama BB-Pascapanen dan PT. Motasa Indonesia
dalam Penerapan Teknologi Pengolahan Lada Putih Higienis
7. Juli Sidang Codex Committee on Food Labelling Ke-40 di Canada
Penyelenggaraan Lokakarya Nasional NanoTeknologi Pangan dan Pertanian
8. Agustus Pengembangan Teknologi Pengolahan gambir, Nilam dan Kopi di
Pakpak Bharat Sumatera Utara Pembinaan Fungsional Teknisi Litkayasa BB-Pascapanen
9. September Pengembangan Model Agroindustri Tepung Kasava Bimo di
Kabupaten Pati, Jawa Tengah Pengembangan Laboratorium Pengujian BB-Pascapanen
10. Oktober International Event on Low Level Presence 2nd Asia Pacific Symposium on Postharvest Research, Education, and
Extension (2nd APS 2012)
11. Nopember Launching Produk Pangan Darurat Snack Bars Berbasis Tepung Ubi
Jalar dan Kacang-kacangan Difusi Teknologi Pembuatan Tepung dan Mi Jagung di Temanggung,
Jawa Tengah
12. Desember Pengembangan Teknologi Nanoemulsi Lemak Kakao (Cocoa Butter) yang Kaya Anti Oksidan sebagai Bahan Olesan (Spread) Produk Rerotian dan Biskuit
Kerjasama Pengembangan Teknologi Nanoemulsi Lemak Kakao dengan PT. Mars Symbioscience Indonesia (PT. MSI)
d. Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) BB-Pascapanen TA 2012 dan Simonev
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan suatu
kewajiban bagi setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi
serta kewenanganan pengelolaan sumberdaya berdasarkan TAP MPR RI No.
XI/MPR/1998 dan UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih,
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme serta Inpres No. 7/1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Laporan tersebut menjabarkan
92
kinerja instansi pemerintah melalui Sistem Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV)
yang disampaikan setiap triwulan.
LAKIP mencakup perencanaan kinerja yang komponennya meliputi sasaran,
program (Renstra), kegiatan, dan Indikator Kinerja. Berdasarkan hasil pengukuran
pencapaian kinerja sasaran yang ditargetkan pada TA. 2012, BB-Pascapanen telah
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Jika dibandingkan antara
target dan capaian indikator utamanya, sasaran yang telah ditetapkan dapat
tercapai dengan hasil baik (rata-rata capaian 107%). Dua indikator utama pada
TA 2012, yang terdiri atas teknologi penanganan segar produk pertanian serta
teknologi dan produk untuk diversifikasi pangan dan substitusi pangan impor
berhasil mencapai target (100%), sedangkan teknologi dan produk untuk
peningkatan nilai tambah dan daya saing pencapaiannya melebihi target (112,5%).
Pencapaian kinerja akuntabilitas keuangan BB Pascapanen berhasil dengan baik
dalam mendukung pencapaian sasaran yang ditargetkan.
93
VI. PENUTUP
Kegiatan litbang pascapanen merupakan penjabaran dari Renstra BB-Pascapanen
2010-2014 dan Renstra Badan Litbang Pertanian 2010-2014 yang diarahkan untuk
penciptaan inovasi teknologi dan varietas unggul berdaya saing serta pencapaian target
empat sukses Kementerian Pertanian, khususnya peningkatan diversifikasi pangan dan
peningkatan nilai tambah, daya saing produk dan ekspor. Pada TA. 2012, hasil litbang
untuk peningkatan diversifikasi pangan, yaitu : teknologi diversifikasi produk olahan
pangan berbasis aneka umbi (ubikayu, ubi jalar, dan talas) dan rimpang (garut dan
ganyong). Hasil litbang untuk peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor,
diantaranya : teknologi pembuatan biopreservatif dan aplikasinya (vinegar, mangga rucah
dan nanoenkapsulasi minyak biji pala); teknologi nondestruktif untuk grading; teknologi
edible film dari komposit puree buah-nanoserat selulosa untuk kemasan antimikroba;
teknologi proses sari buah tropika; teknologi perbaikan pengolahan gambir, minyak nilam
dan kopi; nanoenkapsulasi ekstrak temulawak dan katekin untuk produk neutrasetikal;
serta teknologi penekanan susut pascapanen padi dan pemodelan dinamis untuk
perencanaan pencapaian target perberasan nasional. Difusi teknologi dengan
mengimplementasikan langsung teknologi BB-Pascapanen di lapangan bekerjasama
dengan BPTP/Pemda/Swasta/Koperasi/Kelompok Tani telah dilaksanakan baik melalui
dana DIPA BB-Pascapanen maupun dan Ristek PKPP.
Kegiatan kerjasama, promosi, pameran dan gelar teknologi terus ditingkatkan
kualitasnya sehingga efektivitas kegiatan diseminasi dapat tercapai. Pada tahun 2012,
telah diterbitkan berbagai publikasi ilmiah dan populer diantaranya jurnal, buletin, buku
teknologi, dan leaflet. Kegiatan diseminasi hasil-hasil penelitian memberikan dampak baik
bagi pencitraan BB-Pascapanen sebagai sumber teknologi. Dampak dari kegiatan
diseminasi terlihat dengan semakin meningkatnya permintaan narasumber pelatihan
kepada BB-Pascapanen dari berbagai instansi, meningkatnya permintaan kunjungan,
bimbingan teknis/pelatihan dan magang teknologi di BB-Pascapanen serta meningkatnya
permintaan pengiriman publikasi khususnya buku teknologi.
Dalam rangka meningkatkan kinerja BB-Pascapanen, telah dilakukan peningkatan
kompetensi pegawai sesuai bidang tugas, sarana dan prasarana termasuk fasilitas
laboratorium, pelayanan perpustakaan digital, dan perbaikan website terutama tampilan
dan up-dating informasinya. Dengan demikian, diharapkan pelaksanaan kegiatan di
BB-Pascapanen lebih kondusif sehingga dapat memacu peningkatan kinerja.