bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data Riskesdas pada tahun 2010, 17.9% masyarakat di Indonesia berstatus penderita gizi kurang dan gizi buruk (menurun dari 31.0% pada tahun 1990) namun di saat yang sama, 14.0% balita di Indonesia berstatus obesitas / gizi lebih (meningkat dari tahun 2007 yang sebesar 12.2%). Bukan hanya balita, 26.9% dari perempuan dewasa dan 16.3% laki-laki dewasa berstatus gizi lebih / obesitas kenyataan ini menunjukan bahwa tantangan yang dihadapi oleh negara Indonesia saat ini tidak lebih mudah dibandingkan di masa lampau. Saat ini, Indonesia berada dalam keadaan yang sangat berlawanan yaitu gizi buruk yang meski angka statistiknya menurun namun tetap menjadi suatu kondisi yang mengkhawatirkan dan obesitas yang secara statistik mulai menunjukan peningkatan setiap tahunnya. Data yang dipublikasikan pada tahun 2012 awal oleh SEANUTS ( South East Asian Nutrition Surveys) survey yang dilakukan di 4 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam menyatakan bahwa gizi buruk masih merupakan masalah utama di Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 1

description

Tugas Middle Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UHO, oleh Andi Balladho Aspat Colle

Transcript of bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

Page 1: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data Riskesdas pada tahun 2010, 17.9% masyarakat di

Indonesia berstatus penderita gizi kurang dan gizi buruk (menurun dari 31.0%

pada tahun 1990) namun di saat yang sama, 14.0% balita di Indonesia

berstatus obesitas / gizi lebih (meningkat dari tahun 2007 yang sebesar

12.2%). Bukan hanya balita, 26.9% dari perempuan dewasa dan 16.3% laki-

laki dewasa berstatus gizi lebih / obesitas kenyataan ini menunjukan bahwa

tantangan yang dihadapi oleh negara Indonesia saat ini tidak lebih mudah

dibandingkan di masa lampau. Saat ini, Indonesia berada dalam keadaan yang

sangat berlawanan yaitu gizi buruk yang meski angka statistiknya menurun

namun tetap menjadi suatu kondisi yang mengkhawatirkan dan obesitas yang

secara statistik mulai menunjukan peningkatan setiap tahunnya. Data yang

dipublikasikan pada tahun 2012 awal oleh SEANUTS ( South East Asian

Nutrition Surveys) survey yang dilakukan di 4 negara yaitu Indonesia,

Malaysia, Thailand dan Vietnam menyatakan bahwa gizi buruk masih

merupakan masalah utama di Indonesia namun obestias adalah masalah yang

juga mulai muncul di negara ini.

Kejadian obesitas saat ini mulai melanda kelompok umur balita dan

anak sekolah. Obesitas pada anak akan menyebabkan aktivitas dan kreativitas

anak akan menurun, dengan kelebihan berat badan, anak menjadi malas yang

pada akhirnya akan menurunkan tingkat kecerdasaan anak. Obesitas yang

tidak dapat dicegah pada masa anak anak merupakan pemicu munculnya

berbagai penyakit degeneratif. Obesitas berdampak negatif terhadap tumbuh

kembang anak terutama aspek perkembangan psikososial seperti gangguan

psikososial seperendah diri, depresi dan menarik diri dari lingkungan.

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 1

Page 2: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

Selain itu, obesitas pada anak beresitinggi menjadi obesitas dimasa

dewasa dan berpotensi mengalami berbagai penyebakesakitan dan kematian

(Suhendro, 2003).

Dengan demikian masalah obesitas harus lebih diperhatikan terutama

masalah obesitas pada balita. Oleh karna itu penulis ingin membahas masalah

tersebut kedalam sebuah makalah yang berjudul obesitas dengan tema “bahaya

obesitas pada balita dan penanggulangannya”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud obesitas pada balita?

2. Apa-apa saja yang menjadi faktor resiko obesitas pada balita?

3. Apa-apa sajakah dampak/bahaya yang dapat disebabkan oleh obesitas

pada balita?

4. bagaimnakah cara mencegah dan menanggulangi kejadian obesitas pada

balita?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk memahami obesitas pada usia balita.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan kejadian

obesitas pada balita.

3. Untuk mengetahui bahaya obesitas pada balita.

4. Untuk mengetahui cara mencegah dan menanggulangi kejadian obesitas

pada balita.

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 2

Page 3: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Obesitas pada Balita

Menurut Damayanti (2002), Berdasarkan hukum termodinamik,

obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga

terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak.

Obesitas (kegemukan) merupakan suatu kondisi medis akibat

akumulasi lemak tubuh yang berlebih, yang dapat berefek kepada kondisi

kesehatan yang menuju kepada menurunnya tingkat hidup seseorang dan

merupakan masalah masyarakat dunia. Obesitas tidak hanya dialami orang

dewasa, anak-anak (balita) juga berisiko tinggi mengalami obesitas (Hidayati

dkk, 2006).

Menurut Kusumawardhani “obesitas adalah kondisi berlebihnya

jaringan lemak akibat tidak seimbangnya masukan energi dengan pemakaian“

Jadi, dapat disimpulkan bahwa obesitas pada balita adalah suatu

keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan, sehingga

berat badan jauh diatas normal dan dapat membahayakan kesehatan balita.

B. Gambaran Klinis Obesitas pada Balita/Anak Prasekolah

Adapun gambaran klinis anak yang mengalami obesitas adalah sebagai

berikut.

1. Pertumbuhan berjalan cepat atau pesat disertai adanya ketidakseimbangan

antara peningkatan berat badan yang berlebih dibanding dengan tingginya.

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 3

Page 4: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

2. Jaringan lemak bawah kulit menebal sehingga tebal lipatan kulit lebih

daripada yang normal dan kulit tampak lebih kencang.

3. Kepala tampak relatif lebih kecil dibandingkan dengan tubuhnya atau

dibandingkan dengan dadanya (pada bayi).

4. Bentuk muka lebih ‘tembem’, hidung dan mulut tampak relatif lebih kecil,

mungkin disertai dengan bentuk dagunya berganda (dagu ganda).

Gambar Anak yang Menderita Obesitas

C. Faktor Resiko Obesitas pada Balita

Etiologi obesitas dapat dibagi menjadi dua yaitu, pertama penyebab

internal yang bisa berupa permasalahan metabolisme (hormonal) atau

pencernaan (enzimatik), dan kedua permasalahan eksternal yang berupa

ketidakseimbangan antara diet dan excercise, sebagai akibat perubahan gaya

hidup, termasuk berbagai masalah psikologis dan aktualisasi diri (Hartono

2006).

Menurut para ahli, didasarkan pada hasil penelitian, obesitas dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Zainun Mu’tadin (2002) mengemukakan

bahwa faktor-faktor penyebab obesitas diantaranya adalah faktor genetik,

disfungsi salah satu bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak /

olahraga, emosi, dan faktor lingkungan.

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 4

Page 5: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

1. Genetik

Seringkali kita menjumpai anak-anak yang gemuk dari keluarga

yang salah satu atau kedua orang tuanya gemuk juga. Hal ini menunjukkan

bahwa faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur

sel lemak dalam tubuh. Pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka

unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara

otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan.

Dengan demikian tidak heran apabila bayi yang dilahirkan pun memiliki

unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.

2. Kerusakan pada salah satu bagian otak

Perilaku makan seseorang dikendalikan oleh sistem pengontrol

yang terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus.

Hipotalamus merupakan sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang

langsung berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar

dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah

dari daerah lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur

kimiawi dari darah.

Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan

yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau

pusat makan); hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi

nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dari hasil penelitian

didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk

makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan

minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM

maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 5

Page 6: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

3. Pola makan berlebihan

Pola makan berlebihan cenderung dimiliki oleh orang yang

kegemukan. Orang yang kegemukan biasanya lebih responsif dibanding

dengan orang yang memiliki berat badan normal terhadap isyarat lapar

eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan.

Mereke cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada

saat ia lapar. Pola makan yang berlebihan inilah yang menyebabkan

mereka sulit untuk keluar dari kegemukan apabila tidak memiliki kontrol

diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.

4. Kurang gerak / olahraga

Berat badan berkaitan erat dengan tingkat pengeluaran energi

tubuh. Pengeluaran energi ditentukan oleh dua faktor, yaitu: 1) tingkat

aktivitas dan olah raga secara umum; 2) angka metabolisme basal atau

tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal

tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung

jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal.

Walaupun aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga dari

pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang

kegemukan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Ketika

berolahraga kalori terbakar, makin sering berolahraga maka semakin

banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi

sistem metabolisme basal. Orang yang bekerja dengan duduk seharian

akan mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya. Jadi olah raga

sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat

membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur

berfungsinya metabolisme normal.

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 6

Page 7: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

5. Pengaruh emosional

Pada beberapa kasus obesitas bermula dari masalah emosional

yang tidak teratasi. Orang-orang yang memiliki permasalahan menjadikan

makanan sebagai pelarian untuk melampiaskan masalah yang dihadapinya.

Makanan juga sering dijadikan sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan

lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya. Dengan menjadikan

makanan sebagai pelampiasan penyelesaian masalah maka apabila tidak

diimbangi dengan aktifitas yang cukup akan menyebabkan terjadinya

kegemukan.

6. Lingkungan

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk

menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang

menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka

orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan

tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas

tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan

kegemukan.

D. Bahaya Obesitas pada Balita

Obesitas yang tidak dapat dicegah pada masa balita/anak anak

merupakan pemicu munculnya berbagai penyakit degeneratif. Obesitas

berdampak negatif terhadap tumbuh kembang anak terutama aspek

perkembangan psikososial seperti gangguan psikososial seperti rendah diri,

depresi dan menarik diri dari lingkungan. Selain itu, obesitas pada balita

beresiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan berpotensi mengalami

berbagai penyebab kesakitan dan kematian (Suhendro, 2003).

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 7

Page 8: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

Ida Ayu Sri Kusuma Dewi Manuaba (2004) menjelaskan bahwa jika

obesitas dialami pada masa anak-anak yang berlanjut hingga masa dewasa

maka dapat menimbulkan penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhnan

bahkan dapat menyebabkan kematian.

1. Berisiko terjadinya infeksi saluran pernafasan bagian bawah

Hal ini terjadi pada bayi, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Di

samping itu dapat juga menyebabkan adanya sumbatan pada saluran

pernafasan dengan pembesaran tonsil (amandel) sehingga menyebabkan

gangguan tidur, gejala-gejala penyakit jantung dan kadar oksigen dalam

darah yang tidak normal. Keluhan lain nafas menjadi pendek.

2. Kulit sering lecet

Hal tersebut terjadi karena gesekan, anak merasa gerah/panas, sering

disertai biang keringat, maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit. Obesitas

dapat juga mengakibatkan pergerakan anak menjadi lambat. Di samping

itu dapat juga mengakibatkan kelainan pada tulang dan sendi seperti kaki

pengkor ke arah dalam, dll.

3. Diskriminasi sosial dan rendah diri.

Sebuah studi tahun 2003 meminta 106 anak-anak antara usia 5 sampai 18

tahun untuk menilai kualitas hidup mereka berdasarkan hal-hal seperti

kemampuan mereka untuk berjalan lebih dari satu blok, bermain olahraga,

tidur dengan baik, bergaul dengan orang lain dan menjaga di sekolah.

Studi ini menemukan bahwa anak-anak obesitas sering menilai kualitas

hidup mereka dengan skor terendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mereka sering diejek di sekolah, kesulitan bermain olahraga, kelelahan,

gangguan tidur dan masalah obesitas-terkait lainnya sangat mempengaruhi

anak kesejahteraan. (The New York University Child Study Center).

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 8

Page 9: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

4. Peningkatan risiko berbagai jenis kanker

Kegemukan dan obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko

berbagai jenis kanker, termasuk kanker payudara, usus besar,

endometrium, esofagus, ginjal, pankreas, kandung empedu, tiroid,

ovarium, serviks, dan prostat, serta multiple myeloma dan limfoma

Hodgkin. (Centers for Disease Control and Prevention in USA).

5. Diabetes

Diabetes tipe 2, sebelumnya dikenal sebagai diabetes onset dewasa, telah

menjadi semakin umum di kalangan anak-anak kelebihan berat badan dan

remaja. Sebuah studi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

(CDC) memperkirakan bahwa satu dari tiga anak-anak Amerika yang lahir

pada tahun 2000 akan mengembangkan diabetes di masa hidup mereka.

6. Batu empedu

Insiden batu empedu secara signifikan lebih tinggi pada mereka yang

mengalami obesitas.

7. Penyakit Jantung

Indikator awal dari aterosklerosis - juga dikenal sebagai pengerasan arteri -

mulai sedini masa kanak-kanak dan remaja pada anak dengan faktor risiko.

Aterosklerosis adalah penyebab paling umum dari penyakit jantung. Hal

ini terkait dengan kolesterol darah tinggi dan trigliserida, yang

berhubungan dengan kebiasaan makan yang buruk dan kelebihan berat

badan.

8. Masalah hati

Orang yang mengalami obesitas berada pada risiko tinggi untuk masalah

hati yang disebut steatohepatitis nonalkohol (NASH), yang dapat

menyebabkan sirosis .

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 9

Page 10: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

9. Masalah/Gangguan Tidur

Anak-anak yang kelebihan berat badan beresiko untuk apnea tidur

obstruktif, yang merupakan gangguan bernapas berpotensi serius

mengancam nyawa yang ditandai dengan gangguan singkat pernapasan

saat tidur. Selama jangka waktu yang panjang, hal ini dapat menyebabkan

gagal jantung.

E. Pencegahan dan Penanggulangan Obesitas pada Balita

1. Pencegahan

Adapun jika kondisi tubuh balita tidak mengalami obesitas, maka

yang perlu dilakukan adalah tahap menyeimbangkan kondisi tersebut

(tahap pencegahan terjadinya obesitas). Seperti yang dimuat di dalam

Centers for Disease Control and Prevention in USA adalah sebagai

berikut:

a. Mendorong kebiasaan makan yang sehat.

Tidak ada rahasia besar untuk makan sehat. Untuk membantu anak-

anak Anda dan keluarga mengembangkan kebiasaan makan yang

sehat:

- Menyediakan banyak sayuran, buah-buahan, dan produk gandum.

- Sertakan susu rendah lemak atau non-lemak atau produk susu.

- Pilih daging tanpa lemak, unggas, ikan, kacang, dan kacang-

kacangan untuk protein.

- Sajikan makanan dalam porsi yang cukup

- Dorong keluarga Anda untuk minum banyak air.

- Batasi minuman manis.

- Batasi konsumsi gula dan lemak jenuh.

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 10

Page 11: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

b. Carilah cara untuk membuat hidangan favorit yang sehat.

Resep-resep yang dapat anda mempersiapkan secara teratur, dan

bahwa keluarga Anda menikmati, hanya dengan beberapa perubahan

dapat lebih sehat dan memuaskan.

c. Hilangkan godaan makanan kaya kalori!

Meskipun semuanya bisa dinikmati, mengurangi godaan kaya kalori

tinggi lemak dan tinggi gula, atau snack asin juga dapat membantu

anak-anak Anda mengembangkan kebiasaan makan yang sehat. Seperti

memberikan 1 cangkir wortel, brokoli, atau paprika dengan 2 sdm.

d. Membantu anak-anak tetap aktif.

Anak-anak dan remaja harus berpartisipasi dalam setidaknya 60 menit

aktivitas fisik yang intens hampir setiap hari dalam seminggu,

sebaiknya setiap hari. Ingatlah bahwa anak-anak meniru orang dewasa.

Mulai menambahkan aktivitas fisik untuk rutinitas harian Anda sendiri

dan mendorong anak Anda untuk bergabung dengan Anda.

Beberapa contoh aktivitas fisik intens meliputi:

- Jalan cepat

- Lompat tali

- Bermain sepak bola

- Renang

- Dansa

e. Mengurangi waktu sedentary / berdiam diri.

Selain mendorong aktivitas fisik, membantu anak-anak menghindari

terlalu banyak menetap waktu. Membatasi waktu anak-anak Anda

menonton televisi, bermain video game, atau surfing web tidak lebih

dari 2 jam per hari. Selain itu, American Academy of Pediatrics (AAP)

tidak merekomendasikan menonton televisi untuk anak usia 2 tahun

atau lebih muda. Sebaliknya, mendorong anak-anak Anda untuk

menemukan kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan dengan

anggota keluarga atau mereka sendiri yang hanya melibatkan lebih

banyak aktivitas.

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 11

Page 12: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

2. Penanaggulangan

Penanggulangan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti:

a. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan

tepat (early diagnosis and prompt treatment)

Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan

melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat, misalnya

dengan melakukan olah raga dengan teratur karena disamping

mempercepat metabolisme, juga dapat membuat kondisi tubuh lebih

segar dan dapat menambah estetika. Olah raga dimaksudkan agar

jumlah kalori yang dikeluarkan tubuh lebih banyak daripada jumlah

kalori yang masuk. Dengan olah raga yang baik akan terjadi

peningkatan metabolisme.

b. Pembatasan Kecatatan (Dissability Limitation)

Bagi penderita obesitas pembatasan kecatatan dapat dilakukan dengan

diet rendah kalori atau penggunaan obat-obatan untuk menurunkan

berat badan. Misalanya obat yang meningkatkan/mempercepat

metabolisme tubuh misalnya preparat tiroid, obat pemacu keluarnya

cairan tubuh misalnya diuretika; pencahar. Namun obat-obat tersebut

bila digunakan dalam jangka panjang akan menyebabkan efek

samping sangat merugikan tubuh. Oleh karena itu penggunaannya

sebaiknya disertai kontrol ketat. Operasi penurunan berat badan untuk

anak-anak jarang dilakukan. Pembedahan hanya akan disarankan jika

pengobatan lain gagal. Jika anak telah melalui pubertas atau jika dia

sangat gemuk dan mereka memiliki masalah kesehatan lainnya.

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 12

Page 13: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

c. Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)

Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien

ke masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau

agar tidak menjadi beban orang lain. Bagi penderita obesitas tahap

rehabilitasi dapat dilakukan melalui memberikan peran sosial atau

mengembalikan peran sosialnya seperti semula sehingga dia merasa di

terima oleh masyarakat.

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 13

Page 14: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa obesitas pada balita adalah suatu

keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan, sehingga

berat badan jauh diatas normal dan dapat membahayakan kesehatan balita.

Zainun Mu’tadin (2002) mengemukakan bahwa faktor-faktor

penyebab obesitas diantaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu

bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak / olahraga, emosi, dan

faktor lingkungan.

Adapun cara untuk mencegah balita agar terhindar dari masalah

obesitas adalah dengan berbagai macam peran orang tua seperti mendorong

kebiasaan makan yang sehat, mencari cara untuk membuat hidangan favorit

sehat, hilangkan godaan makanan kaya kalori!, membantu anak-anak tetap

aktif, dan mengurangi waktu sedentary. Sedangkan untuk penanganan obesitas

sendiri yaitu meliputi: penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang

cepat dan tepat, pembatasan Kecatatan (Dissability Limitation), dan

pemulihan kesehatan (Rehabilitation)

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah lebih baik

mencegah sebelum terjadinya masalah obesitas pada balita daripada

mengobati hal tersebut karena jika masalah obesitas balita berlanjut pada usia

dewasa maka besar kemungkinan akan terjadi penyakit-penyakit degeneratif

seperti penyakit jantung.

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 14

Page 15: bahaya obesitas pada balita dan penanggulangannnya

DAFTAR PUSTAKA

Festy, Pipit. 2012. Hubungan Perilaku Orang Tua dengan Kejadian Obesitas

pada Anak Prasekolah (3-5 Tahun) di Taman Flora Kota Surabaya. Jurnal

Akademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro, Vol.6, No.3, Agustus 2012

Tersedia di http://jurnalakesrajekwesi.files.wordpress.com/2013/02/jurnal-

akes-rajekwesi-vol-6.pdf. Diakses tanggal 24 Juni 2014

Rostania, Marisa, dkk. 2013. Pengaruh Edukasi Gizi terhadap Perubahan

Pengetahuan dan Gaya Hidup Sedentary pada Anak Gizi Lebih di SDN

Sudirman 1 Makassar Tahun 2013. Skripsi Sarjana. Program Studi Ilmu

Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin Makassar.

Tersedia di www.academia.edu. Diakses tanggal 24 Juni 2014.

Sartika, R Ayu Dewi. 2011. Faktor Risiko Obesitas pada Anak 5 – 15 Tahun di

Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol.15, No.1, Juni 2011: 37,43. Tersedia di

www.journal.iu.ac.id. Diakses tanggal 24 Juni 2014

Winarsih, Dewi. 2012. Gambaran Konsep Diri pada Anak Usia Sekolah yang

Mengalami Obesitas di wilayah Tembalang Semarang. Tersedia di

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-dewiwinars-7037-

2-babi.pdf. Diakses tanggal 24 Juni 2014

Centers for Disease Control and Prevention in USA. Childhood Obesity Facts.

Merujuk pada halaman http://www.cdc.gov

The New York University Child Study Center (CSC). Childhood Obesity: The

Effects on Physical and Mental Health. Merujuk pada halaman

http://www.aboutourkids.org

University of California San Francisco Medical Center. Health Risks of

Overweight Children. USA. Merujuk pada halaman http://www.ucsf.edu

Sumber gambar:

http://media.wbng.com/images/stock_obese-kids-eating-mcdonalds.jpg

Bahaya Obesitas pada Balita & Penanggulangannya 15