Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas...

38
MEKANISME PEMBENTUK VERBA BERAFIKS DALAM BAHASA MAKASSAR Oleh: Johar Amir Universitas Negeri Makassar Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan mekanisme pembentukan verba dalam bahasa Makassar. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah teknik baca, catat, dan teknik simak libat cakap. Hasil penelitian ini ditemukan ada 4 macam afiks atau imbuhan yang digunakan untuk menurunkan verba dalam bahasa Makassar, yaitu: prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks. (1) Prefiks meliputi: aK-, aN-. Pa-, pi-, si-, taK, paka-, appa-, appi-, appaka-, sipaka-, pasaN-, appasi-, nipasiN-, nipa-, nipi-, dan sipa-. (2) Sufiks meliputi: sufiks-i dan sufiks –ang. (3) Konfiks meliputi: konfiks aK-i, aN-i, aK-ang, aN-ang, ni-i, ni-ang, pi-i, paK-i, si-i, dan piti-i. (4) Infiks meliputi: -um-, -im-, -ar-, -ul-, dan –al-. A.Pendahuluan 1

Transcript of Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas...

Page 1: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

MEKANISME PEMBENTUK VERBA BERAFIKSDALAM BAHASA MAKASSAR

Oleh: Johar Amir

Universitas Negeri Makassar

AbstrakPenelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan

deskriptif. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan mekanisme pembentukan

verba dalam bahasa Makassar. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

menunjang penelitian ini adalah teknik baca, catat, dan teknik simak libat cakap.

Hasil penelitian ini ditemukan ada 4 macam afiks atau imbuhan yang digunakan

untuk menurunkan verba dalam bahasa Makassar, yaitu: prefiks, sufiks, konfiks, dan

infiks. (1) Prefiks meliputi: aK-, aN-. Pa-, pi-, si-, taK, paka-, appa-, appi-, appaka-,

sipaka-, pasaN-, appasi-, nipasiN-, nipa-, nipi-, dan sipa-. (2) Sufiks meliputi: sufiks-i

dan sufiks –ang. (3) Konfiks meliputi: konfiks aK-i, aN-i, aK-ang, aN-ang, ni-i, ni-

ang, pi-i, paK-i, si-i, dan piti-i. (4) Infiks meliputi: -um-, -im-, -ar-, -ul-, dan –al-.

A.Pendahuluan

Salah satu bahasa alami yang tetap dipelihara dan dipergunakan oleh penuturnya,

baik secara lisan maupun tertulis, adalah bahasa Makassar. Sebagaimana bahasa

umumnya, bahasa Makassar juga mengenal aspek morfologis, yaitu struktur bahasa

yang secara hierarki dapat mengalami perubahan akibat perkembangan yang dialami

bahasa itu sendiri. Proses perubahan morfologis itu dapat berupa afiksasi, reduplikasi,

pemajemukan, perubahan zero (Kridalaksana, 1992: 45).

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar. Pada proses ini

terlihat unsur-unsur a) dasar atau bentuk dasar, b) afiks, c) makna gramatikal yang

dihasilkan (Chaer, 2008: 177). Ramlan (1985: 50) mengemukakan bahwa afiks

adalah suatu satuan gramatikal terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur

1

Page 2: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada

satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.

Salah satu jenis kata yang dapat dibentuk melalui afiksasi adalah kata kerja

(verba). Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat karena dalam

kebanyakan hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain yang harus atau

boleh ada dalam kalimat tersebut. Makna yang terkandung dalam verba dapat pula

muncul karena adanya afiksasi. Apabila ada suatu verba dan pada verba itu kita

tambahkan afiks tertentu, akan muncul makna tambahan.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan

deskriptif dan data yang digunakan untuk menunjang pembahasan dalam makalah ini

dikutip dari buku-buku bacaan yang berbahasa Makassar, dan tuturan lisan

masyarakat Makassar. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menunjang

penelitian ini adalah teknik baca, catat, dan teknik simak libat cakap.

B. Proses Penurunan Verba dengan Afiksasi

Ada empat macam afiks atau imbuhan yang dipakai untuk menurunkan verba

dalam bahasa Makassar, yaitu: prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks.

1. Prefiks

Prefiks (awalan) adalah afiks yang diletakkan di muka dasar. Dalam bahasa

Makassar terdapat delapan belas prefiks pembentuk verba, yaitu: aK-, aN-, ni-, pa-,

pi-, si-, taK-, paka-, appa-, appi-, appaka-, sipaka-, pasi-, appasi-, nipasi-, nipa-,

nipi-, sipa-.

a. Prefiks aK-

Prefiks aK- dapat mengalami perubahan bentuk (alomorf) sesuai dengan

fonem awal dasar kata yang dilekatinya. Proses berubahnya suatu fonem menjadi

fonem lain sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya dinamakan

proses morfofonemis. Berikut ini adalah kaidah morfofonemik untuk prefiks aK-.

2

Page 3: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /k/, bentuk aK- menjadi

ak-.

Contoh:

(1) kuta?naŋ akkuta?naŋ ’bertanya’

(2) kio? akkio? ’memanggil’

(3) kanre akkanre ’terbakar’

(4) kape? akkape? ’mengipas’

2) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /j/, /r/, bentuk aK-

menjadi a?-

Contoh:

(5) boya a?boya ‘mencari’

(6) baju a?baju ‘memakai baju’

(7) je?ne? a?je?ne? ‘mandi’

(8) jappa a?jappa ‘berjalan’

(9) rua a?rua ‘berdua’

3) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /l/, /t/, /s/, dan /p/,

fonem awal kata dasar itu mengalami geminasi (penggandaan).

Contoh:

(10) cokko accokko ’bersembunyi’

(11) cini? accini? ’melihat’

(12) lappa? allappa? ’melipat’

(13) lonjo? allonjo? ’menyusun’

(14) lole? allole? ’berteman’

(15) tayaŋ attayaŋ ’menanti’

(16) tallu attallu ’bertiga’

(17) sulu? assulu? ’keluar’

3

Page 4: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

(18) suro assuro ’menyuruh’

(19) piwali appiwali ’menjawab’

(20) pa?jeko appa?jeko ’membajak’

Untuk membentuk kata kerja, prefiks aK- dapat dibubuhkan pada kata dasar

yang berupa: a) kata kerja sebagai penguatan atau dengan makna tambahan, seperti

pada data (1) sampai dengan (5), (8), (10) sampai dengan (13), (15), (17) sampai

dengan (20); kata benda, seperti pada data (6), (7), dan (14); kata bilangan, seperti

pada data (9) dan (16).

Prefiks aK- berfungsi membentuk kata kerja aktif, baik transitif maupun

intransitif. Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain:

a) melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasar seperti pada data (1), (2), (4),

(5); b) menyatakan kumpulan seperti pada data (16); c) menyatakan keadaan seperti

pada data (3); d) menggunakan hal yang tersebut pada kata dasar seperti pada data

(6).

b. Prefiks aN-

Prefiks aN- dapat mengalami perubahan bentuk sesuai dengan fonem awal

dasar kata yang dilekatinya. Alomorf prefiks aN- adalah am-, an-, dan aŋ. Untuk

membentuk kata kerja aktif, prefiks aN- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang

berupa: kata kerja, kata benda, dan kata sifat. Berikut ini adalah kaidah

morfofonemik untuk prefiks aN-.

1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, /m/, bentuk aN-

berubah menjadi am-. Fonem /b/ dan /p/ di awal kata mengalami peluluhan

menjadi fonem /m/. Jadi, fonem /m/ mengalami geminasi (penggandaan).

Contoh:

(21) biŋkuŋ ammiŋkuŋ ‘mencangkul’

(22) bu?bu? ammu?bu? ‘mencabut’

(23) paŋkulu? ammaŋkulu? ’mengapak’

(24) pela? ammela? ’membuang’

4

Page 5: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

(25) makkala? ammakkala? ’tertawa’

(26) mempo ammempo ’duduk’

2) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /n/, /j/, /r/, /n/, /t/, /s/,

dan /k/, bentuk aN- tetap menjadi an-. Fonem /t/ di awal kata pada umumnya

luluh menjadi fonem /n/, fonem /s/ luluh menjadi fonem /n/, dan fonem /k/ luluh

menjadi fonem /ŋ/.

Contoh:

(27) naba annaba ’membenarkan’

(28) jari anjari ’menjadi’

(29) jama anjama ’bekerja’

(30) ronroŋ anronroŋ ’membangunkan’

(31) ri?ba? anri?ba? ’terbang’

(32) no?ri anno?ri ’pergi ke pesta’

(33) tama antama ’masuk’

(34) toto annoto ’memangkas’

(35) tinrak anninrak ’memancang’

(36) tunruŋ annunruŋ ’memukul’

(37) soso annoso ’mengupas’

(38) suŋke annuŋke ’membuka’

(39) kokko? anŋokko? ’menggigit’

(40) kanre anŋanre ’makan’

3) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem vokal /a/, /i/ /u/, /e/, /o/,

bentuk aN- berubah menjadi aŋ-.

Contoh:

(41) alle aŋalle ’mengambil’

(42) inuŋ aŋinuŋ ’meminum’

(43) ulu aŋulu ’menyundul dengan kepala’

5

Page 6: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

(44) eraŋ aŋeraŋ ’membawa’

(45) ondaŋ aŋondaŋ ’memburu’

Prefiks aN- berfungsi membentuk kata kerja aktif, baik transitif maupun

intransitif. Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain:

a) melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasar seperti pada data (41), (42),

(44), (45); b) membuat jadi seperti pada data (30).

c. Prefiks ni-

Prefiks ni- tidak mengalami perubahan bentuk meskipun digabung dengan

kata dasar yang dimulai dengan fonem apa saja. Untuk membentuk kata kerja pasif,

prefiks ni- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja.

Contoh:

(46) aŋka? niaŋka? ‘diangkat’

(47) beso nibeso ‘ditarik’

(48) calla nica1la ‘dicela’

(49) de?de? nide?de? ‘ditempa’

(50) eraŋ nieraŋ ‘dibawa’

(51) gentuŋ nigentuŋ ‘digantung’

(52) kape? nikape? ‘dikipas’

(53) sare nisare ‘diberi’

(54) tobo? nitobo? ‘ditikam’

d. Prefiks pa-

Digabung dengan kata dasar yang dimulai dengan fonem apa pun, prefiks pa-

tidak mengalami perubahan bentuk. Untuk membentuk kata kerja, prefiks pa- dapat

dibubuhkan pada kata dasar yang berupa: kata kerja dan kata sifat.

Contoh:

(55) bella pabella ‘jauhkan’

6

Page 7: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

(56) dulu? padulu? ‘gulingkan’

(57) empo paempo ‘dudukkan’

(58) lette? palette? ‘pindahkan’

(59) nai? panai? ’naikkan’

(60) na?na? pana?na? ‘tenangkan’

(61) nauŋ panauŋ ‘turunkan’

(62) sepe? pasepek ’selipkan’

(63) sulu? pasulu? ’keluarkan’

Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain:

a) sebabkan jadi seperti pada data (55), (58), (59), (61); b) sebabkan jadi berada di

seperti pada data (63).

e. Prefiks pi-

Prefiks pi- tidak mempunyai variasi bentuk meskipun digabung dengan kata

dasar yang dimulai dengan fonem apa saja. Untuk membentuk kata kerja aktif

intransitif, prefiks pi- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja.

Contoh:

(64) ara? piara? ’cium’

(65) na?na? pina?na? ’perhatikan dengan teliti’

(66) sammaŋ pisammaŋ ’rasakan’

Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhannya adalah melakukan hal

yang tersebut pada kata dasar.

f. Prefiks si-

Prefiks si- tidak mengalami perubahan bentuk meskipun digabung dengan

kata dasar yang dimulai dengan fonem apa pun. Untuk membentuk kata kerja yang

bermakna melakukan perbuatan berbalasan atau kesalingan, prefiks si- dapat

dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja dan kata sifat.

7

Page 8: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

Contoh:

(67) beta sibeta ‘saling mengalahkan’

(68) calla sicalla ‘saling mence1a’

(69) deŋka sideŋka ‘berkelahi’

(70) gea? sigeak ’sa1ing bertengkar’

(71) imaŋ siimaŋ ‘saling mendendam’

(72) janjaŋ sijanjaŋ ’saling melihati’

(73) kio? sikio? ‘sa1ing memanggil’

g. Prefiks taK-

Prefiks taK- mempunyai variasi bentuk (alomorf). Prefiks ini mengalami

perubahan sesuai dengan fonem awal dasar kata yang dilekatinya. Untuk membentuk

kata kerja, prefiks taK- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa: kata kerja

dan kata sifat. Berikut ini adalah kaidah morfofonemik untuk prefiks taK-.

1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /m/ dan /r/, bentuk taK-

menjadi ta?-

Contoh:

(74) mea ta?mea ‘kencing’

(75) runtu? ta?runtu? ’terbentur’

2) Prefiks taK- dapat berubah menjadi ta- jika bermakna ’tidak seperti kata dasar’.

Contoh:

(76) gio? tagio?-gio? ’tak bergerak’

(77) battu tabattu-battu ’tak datang-datang’

3) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /l/, /t/, /s/, dan /p/,

prefiks taK- berubah sesuai dengan fonem awal kata dasar itu.

Contoh:

(78) cini? accokko ’terlihat’

8

Page 9: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

(79) lappa? tallappa? ’terlipat’

(80) lonjo? tallonjo? ’tersusun’

(81) tinra? tattinra? ’terpancang’

(82) tai tattai ’berak’

(83) suŋke tassuŋke ’terbuka’

(84) pela? tappela? ’terbuang’

4) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem vokal, bentuk taK-

berubah menjadi tar-.

Contoh:

(85) attu? tarattu? ’kentut’

(86) alle taralle ’terambil, laku’

(87) ono? arono? ’mundur, reda’

Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain:

a) tidak sengaja seperti pada data (75), (84); b) dalam keadaan seperti pada data (74)

dan (82); b) sudah terjadi seperti pada data (78), (79), (80).

h. Prefiks paka-

Prefiks paka- tidak mempunyai variasi bentuk. Untuk membentuk kata kerja

yang bermakna membuat jadi, prefiks paka- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang

berupa kata sifat dan kata bilangan.

Contoh:

(88) alusu? pakaalusu? ‘haluskan’

(89) beru pakaberu ‘jadikan baru’

(90) bodo pakabodo ‘pendekkan’

(91) ca?di? pakaca?di? ‘kecilkan’

(92) jai pakajai ‘perbayak’

(93) nassu pakanassu ‘jadikan marah’

(94) rannu pakarannu ‘gembirakan’

9

Page 10: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

(95) rua pakarua ’jadikan dua’

(96) siŋara? pakasiŋara? ‘perjelas’

(97) tiŋgi pakatiŋgi ‘tinggikan’

i. Prefiks appa-

Prefiks appa- tidak mengalami perubahan bentuk meskipun digabung dengan

kata dasar yang dimulai dengan fonem apa pun. Untuk membentuk kata kerja

transitif, prefiks appa- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja dan

kata sifat.

Contoh:

(98) Inuŋ appainuŋ ’meminumkan’

(99) kanre appakanre ’memakankan’

(100) nai? appanai? ’menaikkan’

(101) nauŋ appanauŋ ’menurunkan’

(102) sau appasau ‘melegakan’

(103) sa?ri appasa?ri ’menyampingkan’

(104) tama appantama ’memasukkan’

Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan appa- antara lain adalah:

a) membuat jadi seperti pada data (100) sampai dengan (104) dan melakukan untuk

orang lain seperti pada data (98) dan (99).

j. Prefiks appi-

Prefiks appi- mempunyai variasi bentuk walaupun digabung dengan kata

dasar yang dimulai dengan fonem apa saja. Untuk membentuk kata kerja yang

bermakna memperhatikan hal yang disebut pada kata dasar, prefiks appi- dapat

dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata sifat, kata benda, dan kata kerja.

Contoh:

(105) na?na? appina?na? ’memperhatikan dengan teliti’

10

Page 11: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

(106) sa?bi appisa?bi ’menyampaikan’

(107) sa?ra appisa?ra ’memperhatikan suara’

(108) sipa? appisipa? ‘memperhatikan sifat’

k. Prefiks appaka-

Prefiks appaka- tidak mempunyai variasi bentuk. Untuk membentuk kata

kerja aktif transitif yang bermakna membuat jadi, prefiks paka- dapat dibubuhkan

pada kata dasar yang berupa kata sifat.

Contoh:

(109) bodo appakabodo ‘memendekkan’

(110) ca?di? appakaca?di? ‘mengecilkan’

(111) gassiŋ appakagassiŋ ’membuat jadi kuat’

(112) jai appakajai ‘memperbanyak'

(113) la?biri? appaka1a?biri? ‘memuliakan’

(114) la?bu appakala?bu ’memanjangkan’

(115) nassu appakanassu ’membuat jadi marah’

(116) sannaŋ appakasannaŋ ‘menyenangkan’

(117) seppa? appakaseppa? ’menyempitkan’

(118) tolo appakato1o ’membuat jadi bodoh’

l. Prefiks sipaka-

Prefiks sipaka- tidak mengalami perubahan bentuk meskipun bertemu kata

dasar apa pun. Untuk membentuk kata kerja yang bermakna melakukan perbuatan

berbalasan atau kesalingan, prefiks sipaka- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang

berupa kata sifat.

Contoh:

(119) iŋa? sipakaiŋa? ’saling mengingatkan’

(120) la?biri? sipaka1a?biri? ‘saling memuliakan’

(121) sannaŋ sipakasannaŋ ‘saling menyenangkan’

11

Page 12: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

(122) tolo sipakatolo ‘saling membodohi’

(123) tuna sipakatuna ’saling merendahkan’

m. Prefiks pasiN-

Prefiks pasiN- mempunyai variasi bentuk (alomorf). Prefiks ini mengalami

perubahan sesuai dengan fonem awal dasar kata yang dilekatinya. Untuk membentuk

kata kerja aktif, prefiks pasiN- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata

kerja dan kata sifat. Berikut ini adalah kaidah morfofonemik untuk prefiks pasiN-.

1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /j/ dan /t/, bentuk pasiN-

tetap menjadi pasin-. Fonem /t/ di awal kata tidak luluh.

Contoh:

(124) jai pasinjai ‘menyamakan banyaknya’

(125) tiŋgi pasintiŋgi ‘menyamakan tingginya’

2) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/ dan /p/, bentuk

pasiN- berubah menjadi pasim-. Fonem /p/ di awal kata tidak luluh.

Contoh:

(126) battala? pasimbattala? ’menyamakan beratnya’

(127) pappa? pasimpappa? ’menyamakan ratanya’

3) Prefiks rangkap pasiN- dapat berubah menjadi pasi- jika menimbulkan makna

’membuat jadi saling seperti kata dasar’.

Contoh:

(128)cini? pasicini? ’membuat jadi saling melihat’

(129)kokko? pasikokko? ‘membuat jadi saling menggigit’

(130)te?ba? pasite?ba? ‘membuat jadi saling menetak’

(131)tobo? pasitobo? ‘membuat jadi saling menikam’

4) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, prefiks rangkap

pasiN- berubah menjadi pasil-.

12

Page 13: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

Contoh:

(132) lompo pasillompo ’menyamakan besarnya’

(133) la?bu pasilla?bu ’menyamakan panjangnya’

Prefiks pasiN- berfungsi membentuk kata kerja aktif. Makna yang diperoleh

sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain: a) menyamakan keadaan seperti pada data

(124), (125), (132), (133) dan b) membuat jadi saling seperti pada data (128) sampai

dengan (131).

n. Prefiks appasi-

Prefiks rangkap appasi- tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi, dalam kondisi

dan situasi apa pun, bentuknya sama. Untuk membentuk kata kerja aktif yang

bermakna menjadikan saling, prefiks sipaka- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang

berupa kata kerja dan kata sifat.

Contoh:

(134) alle appasialle ’ menjadikan saling mengambil, menjodohkan’

(135) ampi? appasiampi? ’ menjadikan saling mendekat’

(136) kokko? pasikokko? ‘menjadikan saling menggigit’

(137) ondaŋ appasiondaŋ ‘menjadikan saling memburu’

(138) poke appasipoke ‘menjadikan saling menombak’

(139) tobo? appasitobo? ‘menjadikan saling menikam’

(140) turu? appasituru? ‘saling mencocokkan’

o. Prefiks nipasiN-

Prefiks nipasiN- mempunyai variasi bentuk (alomorf). Prefiks ini mengalami

perubahan sesuai dengan fonem awal dasar kata yang dilekatinya. Untuk membentuk

kata kerja pasif, prefiks nipasiN- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata

kerja dan kata sifat. Berikut ini adalah kaidah morfofonemik untuk prefiks nipasiN-.

13

Page 14: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /j/ dan /t/, bentuk

nipasiN- tetap menjadi nipasin-. Fonem /t/ di awal kata tidak luluh.

Contoh:

(141) jai nipasinjai ‘disamakan banyaknya’

(142) tiŋgi nipasintiŋgi ‘disamakan tingginya’

2) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/ dan /p/, bentuk

nipasiN- berubah menjadi nipasim-. Fonem /p/ di awal kata tidak luluh.

Contoh:

(143) battala? nipasimbattala? ’disamakan beratnya’

(144) pappa? nipasimpappa? ’disamakan ratanya’

3) Prefiks rangkap nipasiN- dapat berubah menjadi nipasi- jika menimbulkan makna

’dibuat jadi saling seperti kata dasar’.

Contoh:

(145) cini? nipasicini? ’dibuat jadi saling melihat’

(146) kokko? nipasikokko? ‘dibuat jadi saling menggigit’

(147) te?ba? nipasite?ba? ‘dibuat jadi saling menetak’

(148) tobo? nipasitobo? ‘dibuat jadi saling menikam’

4) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, prefiks rangkap

nipasiN- berubah menjadi nipasil-.

Contoh:

(149) lompo nipasillompo ’disamakan besarnya’

(150) la?bu nipasilla?bu ’disamakan panjangnya’

Prefiks nipasiN- berfungsi membentuk kata kerja pasif. Makna yang diperoleh

sebagai hasil pengimbuhannya adalah bentuk pasif dari prefiks pasiN-, antara lain:

a) disamakan keadaan seperti pada data (143), (144), (149), (150) dan b) dibuat jadi

saling seperti pada data (145) sampai dengan (148).

14

Page 15: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

p. Prefiks nipa-

Prefiks nipa- tidak mengalami perubahan bentuk meskipun digabung dengan

kata dasar yang dimulai dengan fonem apa pun. Untuk membentuk kata kerja pasif,

prefiks nipa- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja dan kata sifat.

Contoh:

(151) enteŋ nipaenteŋ ’didirikan’

(152) inuŋ nipainuŋ ’diberi minum’

(153) kanre nipakanre ’diberi makan’

(154) lolo? nipalolo? ’dijalankan’

(155) nai? nipanai? ’dinaikkan’

(156) nauŋ nipanauŋ ’diturunkan’

(157) sa?ri nipasa?ri ’disampingkan’

(158) tinro nipatinro ’ditidurkan’

Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan nipa- antara lain adalah:

a) dibuat jadi seperti pada data (155) sampai dengan (158) dan melakukan perbuatan

untuk orang lain seperti pada data (152) dan (153).

q. Prefiks nipi-

Prefiks nipi- tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi, dalam kondisi dan situasi

apa pun, bentuknya sama. Untuk membentuk kata kerja pasif yang bermakna

diperhatikan hal yang disebut pada kata dasar, prefiks nipi- dapat dibubuhkan pada

kata dasar yang berupa kata sifat, kata benda, dan kata kerja.

Contoh:

(159) na?na? nipina?na? ’diperhatikan dengan teliti’

(160) sa?bi nipisa?bi ’disampaikan’

(161) sa?ra nipisa?ra ’diperhatikan suara’

15

Page 16: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

r. Prefiks sipa-

Prefiks sipa- juga tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi, dalam kondisi dan

situasi apa pun, bentuknya sama. Untuk membentuk kata kerja aktif yang bermakna

saling atau sama-sama seperti yang tersebut pada kata dasar, prefiks sipa- dapat

dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kata kerja.

Contoh:

(162) empo sipaempo ’saling/sama-sama duduk’

(163) enteŋ sipaenteŋ ’saling/sama-sama berdiri’

(164) kana sipakana ’saling memberi pendapat’

(165) kanre sipakanre ’saling memberi makan’

(166) rutusu? siparutusu? ’saling mengawasi/mengurus’

(167) tinro sipatinro ’saling/sama-sama tidur’

2. Sufiks

Sufiks (akhiran) adalah afiks yang diletakkan di belakang dasar. Dalam

bahasa Makassar terdapat dua sufiks pembentuk verba, yaitu: -i dan –aŋ.

a. Sufiks –i

Sufiks –i tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi, dalam kondisi dan situasi apa

pun, bentuknya sama. Untuk membentuk kata kerja aktif transitif, sufiks -i dapat

dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata benda, kata kerja, dan kata sifat.

Contoh:

(168) batu batui ’beri batu, lempari batu’

(169) bissa bissai ’cuci’

(170) jarre? jarreki ’eratkan’

(171) jappa jappai ’jalani’

(172) la?bu la?bui ’panjangkan’

16

Page 17: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

(173) maŋe maŋei ’kunjungi’

(174) sambila sambilai ’lempari’

Perlu dipahami bahwa kata dasar yang bersuku akhir berfonem awal /l/ serta

berfonem akhir /?/ hanya akan mempertahankan fonem /l/ saja seperti pada data

(175) dan (176) berikut.

(175) sombala? sombali ’layari’

(176) paŋkulu? paŋkuli ’kapaki’

Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan sufiks -i adalah, antara lain:

a) memberikan atau membubuhi seperti pada data (168); b) berkali-kali seperti pada

data (174) dan (176); c) membuat jadi seperti pada data (170) dan (172);

memerintahkan melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasar seperti pada data

(169), (171), (173), dan (175).

b. Sufiks –aŋ

Seperti halnya dengan -i, sufiks -aŋ tidak mengalami perubahan jika

ditambahkan pada dasar kata apa pun. Untuk membentuk kata kerja transitif yang

bermakna lakukan perbuatan untuk orang lain, sufiks -kan dapat dibubuhkan pada

kata dasar yang berupa kata kerja.

Contoh:

(177) alle alleaŋ ’ambilkan’

(178) bembeŋ bembeŋaŋ ’antarkan’

(179) bu?bu? bu?bukaŋ ’cabutkan’

(180) eraŋ eraŋaŋ ’bawakan’

(181) keke kekeaŋ ’galikan’

(182) kio? kiokaŋ ’panggilkan’

(183) lari lariaŋ ’larikan’

(184) sare sareaŋ ’berikan’

(185) suŋke sungkeaŋ ’bukakan’

17

Page 18: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

3. Konfiks

Konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit dasar dan

membentuk satu kesatuan. Dalam bahasa Makassar terdapat sepuluh konfiks

pembentuk verba, yaitu: aK--i, An--i, aK--aŋ, aK--aŋ, ni--i, ni--aŋ, pi--i, paK--i, si--i,

piti--i.

a. Konfiks aK--i

Konfiks aK--i adalah prefiks aK- dan sufiks –i yang secara bersama-sama

digunakan pada sebuah kata dasar. Kaidah morfofonemik yang berlaku pada prefiks

aK- dan sufiks –i berlaku pula bagi konfiks aK--i. Pengimbuhannya dilakukan secara

bertahap. Ada yang diberi awalan aK- baru diberi akhiran –i, namun ada pula

sebaliknya. Untuk membentuk kata kerja aktif yang bermakna selalu melakukan hal

yang disebut pada kata dasar, konfiks aK--i dapat dibubuhkan pada kata dasar yang

berupa kata kerja.

Contoh:

(186) cini? acciniki ‘selalu melihat’

(187) kana akkanai ‘selalu berbicara’

(188) kio? akkioki ‘selalu memanggil’

(189) sare assarei ‘selalu memberi’

(190) seŋka asseŋkai ‘menyinggahi’

b. Konfiks aN--i

Konfiks aN--i adalah prefiks aN- dan sufiks –i yang secara bersama-sama

digunakan pada sebuah kata dasar. Kaidah morfofonemik yang berlaku pada prefiks

aN- dan sufiks –i berlaku pula bagi konfiks aN--i. Pengimbuhannya dilakukan secara

bertahap. Ada yang diberi awalan aN- baru diberi akhiran –i, namun ada pula

sebaliknya.

18

Page 19: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

Contoh:

(191) alle anngallei ’meleraikan’

(192) baji? ambajiki ’memperbaiki’

(193) battu ambattui ’mendatangi’

(194) boko ambokoi ’membelakangi’

(195) panra? ammanraki ’merusaki’

(196) maŋe ammaŋei ’mengunjungi’

Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan sufiks -i adalah, antara lain:

a) membuat jadi seperti pada data (191), (192), dan (195) b) lokatif seperti dan pada

data (193) dan (196).

c. Konfiks aK--ang

Konfiks aK-- aŋ adalah prefiks aK- dan sufiks – aŋ yang secara bersama-sama

digunakan pada sebuah kata dasar. Kaidah morfofonemik yang berlaku pada prefiks

aK- berlaku pula bagi konfiks aK--aŋ. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap,

yaitu diberi awalan aK- baru diberi akhiran –aŋ. Untuk membentuk kata kerja aktif

yang bermakna sama-sama terjadi pada kedua belah pihak, konfiks aK--aŋ dapat

dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja dan kata sifat.

Contoh:

(197) bali a?baliaaŋ ‘bersamaan terjadi pada dua belah pihak’

(198) baji? a?bajikaŋ ‘kadua pihak berbaik kembali’

(199) la?bu a?la?buaŋ ‘sama-sama memanjang’

(200) rurung akrurungaaŋ ‘beriringan’

(201) ra?bu? akra?bukaŋ ‘berampasan’

d. Konfiks aN--ang

Konfiks aN-- aŋ adalah prefiks aN- dan sufiks – aŋ yang secara bersama-sama

digunakan pada sebuah kata dasar. Kaidah morfofonemik yang berlaku pada prefiks

19

Page 20: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

aN- berlaku pula bagi konfiks aN--aŋ. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap,

yaitu diberi awalan aN- baru diberi akhiran –aŋ. Untuk membentuk kata kerja aktif

yang bermakna membuat jadi atau melakukan perbuatan untuk orang lain, konfiks

aN--aŋ dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja dan kata bilangan.

Contoh:

(202) eraŋ angeraŋaŋ ’membawakan’

(203) lari allariaŋ ’melarikan’

(204) sambe annambeaŋ ’menggantikan’

(205) se?re anne?reaŋ ’menyatukan’

(206) sombala annomba1aŋ ’melayarkan’

(207) suŋke annuŋkeaŋ ’membukakan’

e. Konfiks ni--i

Konfiks ni--i adalah prefiks ni- dan sufiks –i yang secara bersama-sama

digunakan pada sebuah kata dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Ada

yang diberi awalan ni- baru diberi akhiran –i, namun ada pula sebaliknya.

Contoh:

(208) allo nialloi ’dijemur’

(209) bodo nibodoi ’dipendekkan’

(210) bu?bu? nibu?buki ’dicabuti’

(211) eja niejai ’dimerahkan’

(212) jappa nijappai ’dijalani’

(213) la?bu nila?bui ’dipanjangkan’

(214) maŋe nimaŋei ’dikunjungi’

Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan ni--i adalah, antara lain:

a) dibuat jadi seperti pada data (209), (211), dan (213); b) lokatif seperti pada data

(214); c) dikenai perbuatan (berulang-ulang) seperti pada data (208) dan (210).

20

Page 21: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

f. Konfiks ni--ang

Konfiks ni--aŋ adalah prefiks ni- dan sufiks –aŋ yang secara bersama-sama

digunakan pada sebuah kata dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Ada

yang diberi awalan ni- baru diberi akhiran –aŋ, namun ada pula sebaliknya. Makna

yang dihasilkan oleh pembubuhan konfiks ni—aŋ adalah dilakukan perbuatan untuk

orang lain.

Contoh:

(215) bali nibaliaŋ ’dilawan’

(216) balli niballiaŋ ’dibelikan’

(217) bembeŋ nibembeŋaŋ ’dibawakan, diantarkan’

(218) boli? nibolikaŋ ’disimpankan’

(219) pala? nipalakaŋ ’dimintakan’

(220) sare nisareaŋ ’diberikan’

(221) soso nisosoaŋ ’dikupaskan’

g. Konfiks pi--i

Konfiks pi--i adalah prefiks pi- dan sufiks –i yang secara bersama-sama

digunakan pada sebuah kata dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Ada

yang diberi awalan pi- baru diberi akhiran –i, namun ada pula sebaliknya.

Contoh:

(222) alle piallei ’usahakan supaya terambil’

(223) assa piassai ‘perhatikan baik-baik’

(224) baju pibajui ‘pakaikan baju’

(225) onjo? pionjoki ‘usahakan supaya terinjaki’

(226) ondaŋ piondaŋi ’usahakan supaya diburu’

(227) ponto pipontoi ‘pakaikan gelang’

(228) sa?riŋ pisa?riŋi ’rasakan’

21

Page 22: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan pi-i adalah, antara lain:

a) pakaikan seperti pada data (224) dan (227); b) usahakan supaya seperti pada data

(222), (225), dan (226); c)memerintahkan melakukan perbuatan yang tersebut pada

kata dasar seperti pada data (224) dan (228).

h. Konfiks paK--i

Konfiks paK--i adalah prefiks paK- dan sufiks –i yang secara bersama-sama

digunakan pada sebuah kata dasar. Kaidah morfofonemik yang berlaku pada prefiks

paK- dan –i berlaku pula bagi konfiks paK--i.

Contoh:

(229) baju pabajui ‘pakaikan baju’

(230) jeko pa?jekoi ’bajaki’

(231) kana pakkanai ’katai’

(232) mantaŋ pamantaŋi ’tinggali’

(233) mone pammonei ’isikan’

(234) nai? panaiki ‘naiki’

(235) nauŋ panauŋi ’turuni’

(236) ponto pipontoi ‘pakaikan gelang’

(237) seŋka paseŋkai ‘singgahi’

(238) suluk passuluki ’keluarkan untuk suatu maksud’

(239) tama pantamai ’masukkan’

Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan paK--i adalah, antara lain:

a) pakaikan seperti pada data (229) dan (236); b) lokatif seperti pada data (232),

(234), (235), dan (238); c)memerintahkan melakukan perbuatan yang tersebut pada

kata dasar seperti pada data (230) dan (233).

22

Page 23: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

i. Konfiks si--i

Konfiks si--i adalah prefiks si- dan sufiks –i yang secara bersama-sama

digunakan pada sebuah kata dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap.

Untuk membentuk kata kerja aktif yang bermakna perbuatan saling berbalasan,

konfiks aN--aŋ dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja dan kata

bilangan. Untuk membentuk kata kerja aktif yang bermakna melakukan perbuatan

berbalasan (kesalingan), konfiks si--i dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa

kata kerja dan kata benda.

Contoh:

(240) baji? sibajiki ’saling berbaik’

(241) batu sibatui ’saling melempar batu’

(242) battu sibattui ’saling mendatangi’

(243) boko sibokoi ’saling membelakangi’

(244) maŋe simaŋei ’saling mengunjungi’

(245) sambila sisambilai ’saling melempar’

(246) tarima sitarimai ’saling menerima’

j. Konfiks piti--i

Konfiks piti--i adalah prefiks piti- dan sufiks –i yang secara bersama-sama

digunakan pada sebuah kata dasar. Konfiks piti--i digunakan pada kata dasar kata

kerja yang diulang. Makna yang dihasilkan oleh pengimbuhan piti—i adalah

sembarang yang di....

Contoh:

(247) alle pitialle-allei ’sembarang diambil’

(248) ani pitiani-ani ’sembarang yang disangka miliknya’

(249) kana pitikana-kanai ’sembarang diucapkan’

(250) kanre pitikanre-kanrei ’sembarang dimakan’

(251) olo pitiolo-oloi ’sembarang dijalani’

23

Page 24: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

4. Infiks

Infiks (sisipan) adalah bentuk afiks yang ditempatkan di tengah dasar. Dalam

bahasa Makassar terdapat lima infiks pembentuk verba, yaitu: -um-, -im-, -ar-, -ul-,

dan -al-. Kelima jenis infiks ini adalah imbuhan yang tidak produktif karena

frekuensi penggunaannya sangat rendah (hanya terbatas pada beberapa kata saja).

a. Infiks -um-

Contoh:

(252) seŋka sumeŋka ’singgah’

(253) saya? sumaya? ’terbang menurun’

(254) selaŋ sumelaŋ ’menyelam’

b. Infiks -im-

Contoh:

(255) sombala? simombala? ’berlayar’

c. Infiks -ar-

Contoh:

(256) kaŋkaŋ karaŋkaŋ ’genggam’

d. Infiks -ul-

Contoh:

(257) sampe sulampe ’sandang’

e. Infiks -al-

Contoh:

(258) ga?ru? gala?ru? ’berbunyi gaduh’

24

Page 25: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

C. Penutup

Verba turunan bahasa Makassar dapat dibentuk melalui afiksasi (pembubuhan

afiks pada kata dasar, baik berupa kata dasar kata benda, kata kerja, kata sifat,

maupun kata bilangan).

Ada empat macam afiks atau imbuhan yang dipakai untuk menurunkan verba

dalam bahasa Makassar, yaitu: prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks. Prefiks (awalan)

pembentuk verba dalam bahasa Makassar ada delapan belas, yaitu: aK-, aN-, ni-, pa-,

pi-, si-, taK-, paka-, appa-, appi-, appaka-, sipaka-, pasi-, appasi-, nipasi-, nipa-,

nipi-, sipa-. Sufiks (akhiran) pembentuk verba dalam bahasa Makassar ada dua, yaitu:

-i dan –aŋ. Konfiks pembentuk verba dalam bahasa Makassar ada sepuluh, yaitu:

aK--i, An--i, aK--aŋ, aK--aŋ, ni--i, ni--aŋ, pi--i, paK--i, si--i, piti--i. Infiks (sisipan)

pembentuk verba dalam bahasa Makassar ada lima, yaitu: -um-, -im-, -ar-, -ul-, dan -

al-.

Keadaan afiks pembentuk verba dalam bahasa Makassar sesuai dengan hukum

Greenberg (1966), yaitu hukum kesemestaan ke-26 ”jika suatu bahasa memiliki afiks

terbagi, maka bahasa itu selalu memiliki prefiks atau sufiks atau kedua-duanya”. Oleh

karena jumlah prefiks pembentuk verba lebih dominan, maka bahasa Makassar

dikategorikan sebagai bahasa preposisional sebagaimana hukum Greenberg yang ke-

27 ”jika suatu bahasa memiliki proses sufiksasi secara ekslusif, maka bahasa itu

adalah posposisional; jika memiliki proses prefiksasi, maka bahasa itu adalah

preposisional.

25

Page 26: Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri... · Web viewTitle Bahasa pada hakikatnya bersifat individual karena bahasa

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2008. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Daniel Parera, Jos. 1988. Morfologi. Jakarta: Gramedia.

Greenberg’s, Joseph H., 1966. Universal of Grammar. (2 Ed). Mit Press, Cambridge Mass.

Kridalaksana, Harimurti. 1992. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Ramlan, M. 1985. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Gramedia.

Nida, Eugene. 1976. Morphology. Michigan: The University of Michigan Press.

Verhaar. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University.

26