bahan pra 3104

80
Teori Behaviorisme <!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Teori Behaviorisme mulanya adalah teori belajar dalam psikologi yang telah muncul sejak 1940-an s/d awal 1950-an dan John B. Watson dianggap sebagai pelopor utama dalam teori ini. <!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Otak bayi waktu dilahirkan sama sekali seperti kertas kosong/piring kosong(tabularasa/blank slate), yang nanti akan diisi dengan pengalaman-pengalaman. <!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Bagi mereka istilah bahasa menyiratkan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki dan digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Itulah sebabnya mereka menyebutnya dengan Verbal Behavior (perilaku verbal) yang kemudian konsep-konsep tersebut tertuang dalam bukunya B.F. Skinner yang berjudul Verbal Behavior (1957) <!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa adalah merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistik yang diamati dan dialami manusia <!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya dan anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif didalam proses perkembangan perilaku verbalnya. <!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Mereka juga tidak mengakui penguasaan anak terhadap kaidah bahasa dan kemampuannya untuk mengabsrakkan ciri-ciri penting dari bahasa di lingkungannya. Namun adapun ketika anak berbicara itu disebabkan oleh keberhasilan lingkungan yang membentuk anak itu <!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->Mereka juga tidak mengakuai kematangan si anak dalam perkembangan pemerolehan bahasa, tetapi proses perkembangan sama sekali ditentukan oleh

Transcript of bahan pra 3104

Page 1: bahan pra 3104

Teori Behaviorisme<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Teori Behaviorisme mulanya adalah teori belajar dalam

psikologi yang telah muncul sejak 1940-an s/d awal 1950-an dan John B. Watson dianggap sebagai

pelopor utama dalam teori ini.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Otak bayi waktu dilahirkan sama sekali seperti kertas

kosong/piring kosong(tabularasa/blank slate), yang nanti akan diisi dengan pengalaman-

pengalaman.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Bagi mereka istilah bahasa menyiratkan suatu wujud, sesuatu

yang dimiliki dan digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Itulah sebabnya mereka

menyebutnya dengan Verbal Behavior (perilaku verbal) yang kemudian konsep-konsep tersebut

tertuang dalam bukunya B.F. Skinner yang berjudul Verbal Behavior (1957)

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam

perilaku berbahasa adalah merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistik yang diamati

dan dialami manusia

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak

diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya dan anak dianggap sebagai penerima pasif dari

tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif didalam proses perkembangan perilaku

verbalnya.

<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Mereka juga tidak mengakui penguasaan anak terhadap

kaidah bahasa dan kemampuannya untuk mengabsrakkan ciri-ciri penting dari bahasa di

lingkungannya. Namun adapun ketika anak berbicara itu disebabkan oleh keberhasilan lingkungan

yang membentuk anak itu

<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->Mereka juga tidak mengakuai kematangan si anak dalam

perkembangan pemerolehan bahasa, tetapi proses perkembangan sama sekali ditentukan oleh

lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya. Adapun perkembangan bahasa dipandang

sebagai kemajuan dari penerapan prinsip stimulus-respon dan proses imitasi (peniruan)

<!--[if !supportLists]-->8. <!--[endif]-->Kekurangannya: teori ini tidak mampu menjelaskan proses

pemerolehan bahasa itu sendiri dan faktor kreatifitas dalam penggunaan bahasa serta bagaimana

kompetensi bahasa digunakan untuk membuat dan memahami kalimat-kalimat baru yang belum

pernah didengarnya.

<!--[if !supportLists]-->9. <!--[endif]-->Dalam kaitannya dengan belajar B2, Lado (1964), mengatakan

bahwa seseorang yang memulai belajar B2 cendrung akan menggunakan kebiasaan-kebiasaan

(kaidah) yang dibentuk pada B1-nya, sehingga kebiasaan itulah yang terbawa ketika belajar B2.

Page 2: bahan pra 3104

<!--[if !supportLists]-->10. <!--[endif]-->Itulah sebabnya teori Behaviorisme sering dikaitkan dengan

hipotesis analisis kontrastif (suatu metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk melihat/mencari

persamaan dan perbedaan antara kedua bahasa atau lebih). Jadi, jika ada kemiripan B1 dan BT/B2,

maka anak akan memperoleh struktur BT/B2 dengan mudah, tetapi jika sebaliknya maka anak akan

menemui kesulitan.

<!--[if !supportLists]-->11. <!--[endif]-->Jadi bagi kaum behaviorism bahwa belajar bahasa dan

perkembangannya hanyalah persoalan bagaimana mengkondisikan anak dengan cara “imitation,

practice, reinforcement, and habituation”, yang merupakan langkah pemerolehan bahasa.

<!--[if !supportLists]-->12. <!--[endif]-->Dalam pengajaran bahasa, behaviorisme mengembangkan

metode drill atau memperbanyak latihan baik dalam bentuk lisan atau tulisan.

Teori Nativisme<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->

Diskusi teori Pemerolehan Bahasa oleh Asbah dan Roni Amrullah

Kamis, 12 November 2008 

<!--[if !vml]--> <!--[endif]--

><!--[if !vml]--> <!--

[endif]-->Teori ini dipelopori oleh Noam Chomsky pada awal tahun 1960-an sebagai bantahan

terhadap teori belajar bahasa yang dilontarkan oleh kaum behaviorisme tersebut, yang kemudian

menulis buku berjudul “(Review of B. F. Skinner’s Verbal Behavior, 1959) sebagai bantahan terhadap

konsep skinner tentang belajar bahasa yang ada dalam buku Verbal Behavior (1957).

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan

bahasa pertama, anak sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah

diprogramkan. Jadi lingkungan sama sekali lingkungan tidak punya pengaruh dalam proses

pemerolehan (acquisition).

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Chomsky mengatakan bahwa Bahasa terlalu kompleks untuk

dipelajari dalam waktu dekat melalui metode imitation seperti anggapan kaum behaviorisme. Dan juga

bahasa pertama itu penuh dengan kesalahan dan penyimpangan kaidah ketika pengucapan atau

pelaksanaan bahasa (performance). Manusia tidak mungkin belajar bahasa pertama dari orang lain

seperti klaim Skinner

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]--> Menurut Chomsky bahasa hanya dapat dikuasai oleh

manusia, karena: 1) perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), pola perkembangan

Page 3: bahan pra 3104

bahasa berlaku universal, dan lingkungan hanya memiliki peran kecil dalam proses pematangan

bahasa. 2) bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat , tidak bergantung pada lamanya latihan seperti

pendapat kaum behaviorism. Lihar proses perkembangan bahasa anak.

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Chomsky menganggap Skinner keliru dalam memahami kodrat

bahasa. Bahasa bukan suatu kebiasaan tetapi suatu sistem yang diatur oleh seperangkat peraturan

(rule-governed). Bahasa juga bersifat kreatif dan memiliki ketergantungan struktur.

<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Jadi, pemerolehan bahasa bukan didasarkan pada nurture

(pemerolehan itu ditentukan oleh alam lingkungan) tetapi pada nature. Artinya anak memperoleh

bahasa seperti dia memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan. Anak tidak dilahirkan sebagai

tabularasa, tetapi telah dibekali dengan Innate Properties (bekal kodrati) yaitu Faculties of the

Mind (kapling minda) yang salah satu bagiannya khusus untk memperoleh bahasa, yaitu “Language

Acquisition Device.

<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->LAD ini dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang

khusus untuk mengolah masukan (input) dan menentukan apa yang dikuasai lebih dahulu seperti

bunyi, kata, frasa, kalimat, dan seterusnya. Meskipun kita tidak tahu persis tepatnya dimana LAD itu

berada karena sifatnya yang abstrak (invisible).

<!--[if !supportLists]-->8. <!--[endif]-->Dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga

secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal ini. Chomsky mengibaratkan anak

sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol serta kabel listrik: mana yang dipencet

itulah yang akan menyebanbkan bola lampu tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya

seperti apa ditentukan oleh input dari sekitarnya,

<!--[if !supportLists]-->9. <!--[endif]-->Antara Nurture dan Nature sama-sama saling mendukung.

Nature diperlukan karena tampa bekal kodrati makhluk tidak mungkin anak dapat berbahasa dan

nurture diperlukan karena tanpa input dari alam sekitar bekal yang kodrati itu tidak akan terwujud

(Dardjowidjojo,2003). (Contoh kasus lihat Soenjono,2003; hal, 236-237)

Teori Kognitivisme<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Munculnya teori ini dipelopori oleh Jean Piaget (1954) yang

mengatakan bahwa bahasa itu salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari

kematangan kognitif. Jadi perkembangan bahasa itu ditentukan oleh urutan-urutan perkembangan

kognitif.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Menurut Piaget struktur yang kompleks itu bukan pemberian

alam dan bukan sesuatu yang dipelajari dari lingkungan melainkan struktur itu timbul secara tak

Page 4: bahan pra 3104

terelakkan sebagai akibat dari interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognisi anak dengan

lingkungan kebahasaannya

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Menurut kaum kognitivisme bahwa kemampaun pembelajar

sudah terprogram secara biologis untuk memiliki kemampuan kognitif dan proses belajar terjadi

dengan cara memetakan kategori linguistik kedalam kategori kognitif, serta apa yang dipelajari adalah

tatabahasa sebuah bahasa.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Jadi, sebetulnya kaum kognitivisme berusaha menggabungkan

peran lingkungan dan faktor bawaan, namun lebih besar ditekankan pada aspek berpikir logis (the

power of logical thinking)

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]--> Diskusi Teori Pemerolehan Bahasa oleh Asbah dan Roni Amrullah

Kamis, 12 November 2008 

<!--[if !vml]--> <!--[endif]--

>Urutan pemerolehan bahasa: menuranikan struktur aksi – representasi kecerdasan – membentuk

struktur linguistik. (Lebih jelas lihat Chaer, 2003; hal, 178-179)

Page 5: bahan pra 3104

Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorismetentang Pemerolehan Bahasa PertamaTheresia Kristianty*)

*) Dosen Pascasarjana Universitas Negeri JakartaOpini

Pengertian Bahasa Pertama,Kedua dan Asingebelum mendiskusikan pandangan kaumBehaviorisme tentang pemerolehan bahasapertama, ada baiknya terlebih dahulumemahami istilah-istilah berikut ini:bahasa pertama, kedua, asing, dan pemerolehanbahasa pertama.Pemerolehan bahasa pertama terjadi apabilapemelajar, biasanya anak yang sejak semulatanpa bahasa dapat berbahasa. Jadi, bahasapertama ialah bahasa yang pertama kali dikuasaiseseorang. Bahasa kedua ialah bahasa yangdimiliki seseorang sesudah ia menguasai bahasapertamanya, dan bahasa tersebut digunakansebagai alat komunikasi berdampingan denganbahasa pertama. Bahasa kedua tersebut biasanyadiperoleh dalam lingkungan sosial tempat bahasaTeori Behaviorisme mengatakan bahwa peniruan sangat penting dalam mempelajari bahasa. Teori ini jugamengatakan bahwa mempelajari bahasa berhubungan dengan pembentukan hubungan antara kegiatanstimulus-respon dengan proses penguatannya. Proses penguatan ini diperkuat oleh suatu situasi yangdikondisikan, yang dilakukan secara berulang-ulang. Sementara itu, karena rangsangan dari dalam dan luarmempengaruhi proses pembelajaran, anak-anak akan merespon dengan mengatakan sesuatu. Ketikaresponnya benar, maka anak tersebut akan mendapat penguatan dari orang-orang dewasa di sekitarnya.Saat proses ini terjadi berulang-ulang, lama kelamaan anak akan menguasai percakapan.Kata kunci : Behaviorisme, Operant Conditioning, Kegiatan Stimulus-Respons, Reinforcement ProcessThe behaviouristic says that imitation is very important in language learning. It also says that learning alanguage concerns the formation of stimulus-respond relationship combined with the reinforcement process.The process is strengthened by a conditioning situation which is done through repeatation. Meanwhile,since internal and external stimulis influence the learning process, the influence makes the childrenrespond the stimulis by saying something. When the saying is right, the children will get a strengtheningaction from the adults surrounding.When this process occours repertively, the children soon master thesaying.

Abstrak

SPendahuluan itu digunakan. Sementara itu, istilah bahasa asingdigunakan untuk menyatakan bahasa yangdiperoleh di dalam lingkungan tempat bahasatersebut biasanya tidak digunakan (yaknibiasanya melalui pembelajaran) dan kalau sudahdiperoleh, bahasa tersebut tidak digunakan oleh

Page 6: bahan pra 3104

pemelajar dalam situasi rutin, sehari-hari (Klien,1986).Contoh berikut ini memperjelas uraian di atas,coba perhatikan. Ika, seorang anak yang lahir dantumbuh di lingkungan berbahasa Sundamenguasai untuk pertama kalinya bahasa Sunda.Maka, bahasa pertamanya ialah bahasa Sunda.Kemudian, setelah agak besar ia dapat berbahasaIndonesia, maka bahasa keduanya ialah bahasaIndonesia. Bila kemudian ia dapat berbahasaJawa, maka bahasa tersebut menjadi bahasaketiganya, dan seterusnya.Di Indonesia, pada umumnya, bahasaIndonesia menjadi bahasa kedua masyarakatnya.Namun, di kota-kota besar dan di lingkungankeluarga campuran antarsuku, bahasa pertamaJurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006 29Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

berbeda, biasanya bahasa Indonesia adalahbahasa pertama anak-anak di lingkungantersebut. Sedangkan bahasa Inggris di Indonesiadisebut sebagai bahasa asing. Disebut demikiankarena bahasa ini datang dari luar dan tidakdigunakan oleh masyarakat Indonesia secaraumum untuk berkomunikasi sehari-hari. Namun,di Singapura dan Filipina, umpamanya, bahasaInggris adalah bahasa kedua karena sebagaianbesar masyarakat tersebut memperoleh bahasaInggris sebagai bahasa kedua danmenggunakannya dalam berkomunikasi seharihari,di rumah, di sekolah, di tempat bekerja dansebagainya.Setiap anak yang normal pada sekitar umur limatahun dapat berkomunikasi dalam bahasa yangdigunakan di lingkungannya, walaupun tanpapembelajaran formal. Dalam usia ini padaumumnya anak-anak telah menguasai sistemfonologi, sintaksis dan semantik dari bahasapertamanya, yang juga disebut dengan bahasaibunya. Penguasaan ini diperolehnya secarabertahap. Mula-mula, selagi bayi dia mengocehyang biasanya ocehannya tidak dipahami olehorangtuanya atau orang yang berada dilingkungannya. Sekitar satu tahun, ia dapatmengucapkan kata-kata pertamanya, misalnya“Mama”, “Mamam”, dan “Papa”. Dalam usia iniujarannya terdiri atas satu kata yangmengekspresikan gagasan yang kompleks denganmakna yang bervariasi tergantung pada konteks.Kata “Mam”, misalnya dapat berarti “Lihat sayasedang makan”, atau “Saya ingin makan”, ataumungkin saja “Ibu sedang makan”, tergantungkonteks situasi ketika ujaran itu diucapkan. Tahapberikutnya pada umur kurang lebih dua tahun iadapat mengkombinasikan dua atau tiga katadalam bentuk ujaran untuk berinteraksi dengan

Page 7: bahan pra 3104

orang di sekitarnya ataupun untuk menyuruh dantindakan lainnya. Pada umur tiga tahunkemampuan berbahasanya sangat meningkatdan pada usia kurang lebih lima tahun ia telahmampu menguasai struktur yang kompleks,perbendaharaan katanya berkembang dankemampuan komunikasinya meningkat.Ada tiga pandangan utama tentangpemerolehan bahasa pertama. Pandanganpertama yakni teori Behaviorisme yangmenyatakan bahwa anak dilahirkan sebagaitabula rasa, papan bersih yang tidak tahu duniaataupun bahasa dan anak-anak dibentuk olehlingkungan. Menurut aliran ini pemerolehanbahasa ialah pemerolehan kebiasaan (habits).Pandangan kedua ialah pandangan Nativis yangberpendapat bahwa anak dilahirkan denganmembawa kemampuan berbahasa dengandimilikinya Alat Pemerolehan Bahasa (LanguageAcquisition Device atau disingkat LAD). Pandanganketiga ialah pandangan kognitif yangberanggapan bahwa anak dilahirkan dengankemampuan berpikir dan di dalamnya termasukkemampuan berbahasa, dan kemampuan iniberkembang karena adanya interaksi denganorang dan dunia sekitarnya. Dalam tulisan ini,yang akan dibahas adalah hanya pandanganBehaviorisme.Menurut pandangan kaum Behaviorisme bahasaadalah bagian penting dari keseluruhan tingkahlaku manusia. Kaum Behaviorisme ini menamakanbahasa sebagai perilaku verbal (verbal behavior).Untuk membangun teori tentang pemerolehanbahasa, para pakar aliran ini memusatkanperhatian mereka pada aspek-aspek bahasa yangkasat mata, yang teramati, sehingga data merekaadalah ujaran-ujaran tersebut. Teori Behaviorismeterhadap pemerolehan bahasa bersumber padateori-teori pembelajaran Behavioristic (BehaviorismeLearning Theories). Ada dua teori utama yangdikembangkan oleh para pakar Behaviorisme yakniClassical Conditioning dan Operant Conditioning.Penjelasan berikut ini berdasarkan sumber utamadari Angelis dan Martin (1980) dan Clark (1975).

Prinsip-Prinsip Teori PembelajaranBehaviorisme (BehaviorismeLearningTheory)Dalam teori Behaviorisme ada tiga konsep penting:rangsangan (stimulus) yang disimbolkan denganS, tanggapan atau respons (response) dengansimbol R, dan penguatan (reinforcement) dengansimbol P. Istilah stimulus mengacu pada semuahal atau perubahan yang ada dalam lingkungan.Kata-kata atau kalimat dalam tulisan ini adalahcontoh dari rangsangan. Stimulus dapat berasal

Page 8: bahan pra 3104

dari luar (external stimulus), misalnya suara keras,suara manusia, ujaran atau sinar dan dapat daridalam (internal stimulus) misalnya rasa lapar, atau

Pemerolehan Bahasa PertamaPandangan Behaviorisme terhadapPemerolehan Bahasa Pertama30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

keinginan untuk berbicara. Respons mengacupada perubahan perilaku yang melibatkanadanya aktivitas yang disebabkan oleh otot dankelenjar. Sama halnya dengan stimulus, responsbisa berupa respons luar (external) dan responsdalam (internal). Penguatan (reinforcement) adalahperistiwa atau sesuatu yang dianggap sebagaihadiah atau hukuman yang menyebabkan makinbesarnya kemungkinan stimulus (S) tertentumenghasilkan respons (R) tertentu, menyebabkanmakin besarnya kemungkinan stimulus (S)tertentu menghasilkan respons (R) tertentu.Belajar dapat digambarkan sebagaipembentukan hubungan antara S dan R. Ataudengan kata lain, belajar adalah kecenderunganS tertentu menghasilkan R tertentu. Prinsip yangmenjadi dasar dari pendekatan pembelajaran S-Rpada penelaahan perilaku ialah classicalconditioning dan operant conditioning.Kedua prosedur pengkondisian ini mulai daripenelitian pada bagaimana hewan belajar dandiperluas pada pembelajaran bahasa. Prosedurconditioning ini dijadikan dasar untuk programpengajaran bahasa kepada tuna rungu dan tunagrahita. Para pakar psikolog jugamengaplikasikan prinsip-prinsip pengkondisiandan pembelajaran makna dan bentuk-bentukgramatika.

Teori Classical ConditioningClassical conditioning yang juga disebut sebagaiteori contiguity (keterdekatan dua objek atau lebihtanpa diselingi hal lain) dikembangkan oleh ahlifisiologi Rusia, Ivan Petrovich Pavlov (1894-1936).Dalam mengembangkan teori ini, Pavlovmelakukan serangkaian percobaan. Bagaimanapercobaan atau eksperimennya? Marilah kita ikutipaparan berikut ini.Dalam ekperimennya ia menunjukkan makanankepada anjing yang kemudian memakanmakanan itu. Setiap kali ditunjukkan makanan,anjing itu mengeluarkan air liur. Tampak bahwamakanan yang di sini disebut unconditionalstimulus (UCS) menyebabkan respons (R),keluarnya air liur. Pada percobaan-percobaanberikutnya, bel dibunyikan sebelum makananditunjukan kepada anjing. Sesudah beberapa kalipercobaan, anjing mulai mengeluarkan air liur

Page 9: bahan pra 3104

sebagai respons terhadap bunyi bel saja. Dengankata lain anjing tersebut telah terkondisi (terbiasa)untuk memindahkan (mentransferkan)responnya, dalam hal ini keluarnya air liur daristimulus adalah wajar, yakni makanan kestimulus yang terkondisi (conditioned stimulus)dalam hal ini bunyi bel. Diagram di bawah inimenunjukkan penjelasan di atas.Sementara itu, stimulus makanan disebutunconditioned stimulus karena stimulus itu dapatmenimbulkan respons tanpa adanya pelatihanatau pembelajaran. Stimulus bunyi bel disebutconditioned stimulus atau stimulus terkondisikarena rangsangan ini dapat menimbulkanrespons (R) yakni keluarnya air liur setelah latihanberulang kali dengan memasangkannyabersamaan dengan stimulus makanan. Responsyang ditimbulkan oleh conditioned stimulus disebutrespons terkondisi (conditioned respons).Penemuan Pavlov tentang kaitan antarastimulus dan respons ini berpengaruh besarterhadap pandangan para ahli tentang psikologibelajar. Berdasarkan penemuan Pavlov ini, JohnB. Watson dari Amerika Serikat menciptakanistilah behaviorism. Ia menggunakan teori classicalconditioning untuk segala yang bertalian denganbelajar. Dengan proses pengkondisian, dibentukserangkaian kaitan stimulus-respons, dantingkah laku yang lebih rumit dipelajari denganmembentuk rangkaian-rangkaian respons.Dalam lingkup pemerolehan bahasa pertama,classical conditioning ini dapat menjelaskanbagaimana kita belajar makna kata. Sepertidiketahui dalam lingkungan banyak rangsanganyang dapat menimbulkan emosi positif ataunegatif. Jika rangsangan-rangsangan bahasa,misalnya kata, frasa, atau kalimat, sering terjadibersamaan dengan rangsangan-rangsanganlingkungan, maka pada akhirnya rangsanganbahasa tersebut dapat menimbulkan responsemosional walaupun tidak ada rangsanganlingkungan. Untuk jelasnya mari kita pelajaricontoh berikut ini.Yudi yang berumur sekitar 15 bulan akanmenarik taplak meja makan. Ibunya segeramengatakan, “Tidak! Tidak!” sambil menepistangannya dengan harapan Yudi akanmenghubungkan sakit di tangannya dengan kata“Tidak! Tidak!” akan menimbulkan responsmakna yang tidak menyenangkan bagi Yudi. JikaUnconditioned stimulus (UCS)(makanan)RKeluarnya air liurConditioned stimulus (CS)(Bunyi bel)Gambar 1. Classical Conditioning

Page 10: bahan pra 3104

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006 31Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

hal ini terjadi berulang kali dan respons emosionalsudah ditransferkan dari hukuman fisik ke ujaran“Tidak! Tidak!”, maka pembiasaan telah berhasil.Jadi, kata “Tidak” menghasilkan responsemosional, sama halnya dengan bunyi belmenimbulkan respons air liur. Dengan demikian,ibu tersebut telah berhasil mengajarkan makna“Tidak”. Dengan kata lain, Yudi memahamimakna “Tidak” yang berarti suatu larangan.Teori Operant Conditioning dikemukakan olehtokoh psikologi B.F. Skinner dengan karyanyayang terkenal berjudul Verbal Behavior (1957).Menurut Skinner, perilaku yang berpengaruhpada lingkungan disebut perilaku operant (tooperate: menghasilkan efek yang dikehendaki,mempengaruhi). Operant Conditioning merujukpada pengkondisian atau pembiasaan di manamanusia memberikan respons atau operant(kalimat atau ujaran) tanpa stimulus yangtampak; operant ini dipelajari dengan pembiasaan(conditioning). Dalam proses pemerolehan bahasapertama peran peniruan (imitation) dianggapsangat penting.Berdasarkan percobaan-percobaan padatikus dan burung dara, Skinner berkesimpulanbahwa perilaku atau respons yang diikuti olehpenguat (reinforce) positif cenderung akandiulangi, sedangkan respons-respons yangdiikuti oleh hukum atau tidak diikuti oleh penguatcenderung melemah untuk kemudianmenghilang.Dengan demikian, dalam lingkuppembelajaran bahasa, pembelajaran perilakubahasa yang efektif terdiri atas pemberian responsyang tepat terhadap rangsangan yang ada, danhubungan antara rangsangan dan tanggapanmenjadi kebiasaan karena adanya penguatan(reinforcement). Bila seorang anak mengucapkansesuatu yang kebetulan sesuai (appropriate)dengan situasi, ibunya atau orang disekitarnyamenghadiahinya dengan anggukan, ucapan,senyuman, atau tindakan yang lain yangmenunjukkan persetujuan. Hal ini akanmengakibatkan respons yang sama akan terjadilagi dalam situasi yang sama. Namun, jikaujarannya tidak benar, si ibu tidakmengatakannya. Maka akan kecil kemungkinanterjadinya respons yang sama dalam situasi yangsejenis.Untuk jelasnya mari kita pelajari contohsederhana berikut. Jika Tobi mengatakan “Num”,dan diberi air minum, maka dia akanmenggunakan kata “Num” lagi bila ia inginminum. Sebaliknya, bila ia misalnya, mengatakan,

Page 11: bahan pra 3104

“Ta” tanpa diiringi penguatan dari ibunya atauorang di sekitarnya, maka ia cenderung untuktidak mengucapkan kata tersebut untuk memintaair minum.Penjelasan di atas selain digunakan untukmenerangkan bagaimana anak menghasilkanujaran, juga digunakan untuk menjelaskanbagaimana anak memahami ujaran. Jika anakmemberi tanggapan dengan benar terhadaprangsangan lisan, maka ia diberi hadiah atauimbalan, misalnya berupa senyuman, ucapan ataupujian. Dengan cara ini, ujaran-ujaran orangdewasa menjadi rangsangan-rangsangan bagianak untuk menanggapinya. Anak akanmenunjukkan bahwa ia memahami ujaran yangdidengarnya, dan ia pun mampu menghasilkanwicara yang sesuai dengan situasi.Bagaimanakah dengan perkembangansintaksis anak? Dalam perkembangan sintaksisanak, proses pemerolehan berarti generalisasi darisatu situasi ke situasi lain, dan dalam setiapsituasi pola-pola linguistik yang benar diperkuatoleh orang-orang dewasa di sekitar anak tersebut.Di lain pihak, pola-pola linguistik yang tidakbenar tidak diperkuat, dan lambat laun akanhilang dengan sendirinya.Telah dikemukakan di muka bahwa menurutpendekatan Behaviorisme, perilaku bahasadibentuk dengan peniruan-peniruan. Tampaknyaini ada benarnya, mengingat bahasa pertama yangdiperoleh anak-anak sama dengan bahasa yangdigunakan oleh orang di sekitarnya. Ini tampakdari kenyataan, misalnya, anak yang dilahirkandan tumbuh di lingkungan yang berbahasaMelayu Manado akan menguasai bahasa MelayuManado, bukan Melayu Riau ataupun bahasaJawa.Namun, faktor peniruan ini banyakdiragukan oleh pakar di luar pendekatananBehaviorisme, khususnya para pakar dari aliranNativisme. Mereka berpendapat bahwa belajarbahasa terjadi bukan karena meniru.Mari kita pelajari beberapa kritikan merekaterhadap pandangan Behaviorisme beserta dengan

Kritikan-kritikan TerhadapPandangan BehaviourismeTeori Operant Conditioning32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

alasan-alasannya. Kritikan-kritikan ini disarikandari Anglis dan Martin (1980) dan hasil penelitianClark (1982).1. Kaum Nativis berpendapat bahwa ujarananak bukan tiruan dari apa yang didengarnyadari orang tuanya atau orang di sekitarnya.

Page 12: bahan pra 3104

Anak yang berbahasa Inggris mengucapkanAll gone milk tentunya bukan karena ia menirututuran orang tuanya. Bahkan mungkinorang tuanyalah yang menirukan ujarananaknya. Demikian pula, kesalahankesalahanyang dibuat anak bukanberdasarkan tiruan (imitation), karenakesalahan-kesalahan ini tidak diucapkanoleh orang dewasa. Misalnya kalimat We goedto the park, yang diucapkan oleh anakbukanlah yang didengarnya dari orang tuaatau orang di sekitarnya.2. Berdasarkan kenyataan yang ada, anak-anakdapat membentuk kalimat atau ujaran yangbelum pernah mereka dengar. Mereka dapatmenyusun kalimat berdasarkan kombinasikombinasidari kata-kata yang sudah merekakuasai, tetapi kalimat-kalimat atau ujaranujarantersebut belum pernah mereka dengar.Jika belajar bahasa hanya berdasarkanpeniruan, maka tidaklah mungkin anakdapat menyusun kalimat atau ujaran yangbelum pernah mereka dengar.3. Anak-anak, apapun bahasa atau ragambahasa yang dipelajarinya, mempunyai polaperkembangan kemampuan berbahasa yangrelatif sama. Hasil penelitian Brown (1970),yang dikutip oleh McNeill (1973),umpamanya, menunjukan bahwa anak-anakdalam memperoleh bahasa Inggris melaluipaling tidak dua tahap. Pada tahap I, ujarananak-anak rata-rata terdiri atas dua morfem,dan ujaran-ujaran mereka terdiri atas katapenuh (content words) terutama kata benda dankata kerja. Keuniversalan ini tentunya bukankarena tiruan saja, karena anak-anak terpajan(exposed) oleh bahasa atau ragam bahasa yangberbeda.4. Hasil-hasil penelitian, misalnya penelitianEve V. Clark (1982), menunjukkan bahwaanak-anak menciptakan kata-kata ataukalimat yang tidak digunakan oleh orang disekitarnya. Clark menyebut kemampuan inisebagai kretivitas leksikal (lexical creativity).Berikut ini beberapa contoh yangdiberikannya. Plate-egg dan cup egg untuk friedegg dan boiled egg, lesonner untuk teacher, salteruntuk more saltier lawning untuk moving thelawn; the he’s keying door ketika seorang anak(berumur tiga tahun) melihat orang membukapintu dengan kunci.5. Demikian juga, kaum Nativis meragukanfaktor penguatan. Kenyataan menunjukkanbahwa orang tua atau orang di sekitar anak,memberikan penguatan bukan pada ujaranyang berbentuk benar, melainkan pada benar

Page 13: bahan pra 3104

tidaknya informasi yang terkandung dalamujaran. Contoh yang klasik ialah penelitianBrown dan kawan-kawan (1968) yang dikutioleh McNeill (1970). (parental approval)diberikan pada benar tidaknya kepunyaanMickey, maka jawabannya ialah No. Namun,jika anak mengatakan That Mickey’s yangseharusnya That’s Mickey’s, maka orangtuanya menyetujuinya dengan mengatakan,Yes. Jika persetujuan sama dengan penguat,maka persetujuan akan memperbesarkemungkinan terciptanya bentuk-bentukkalimat yang salah, disamping kalimatkalimatyang benar.Dalam tulisan ini telah dibahas pandanganBehaviorisme terhadap pemerolehan bahasapertama. Dalam hal ini, kaum Behaviorisme,menekankan pentingnya peniruan danmenyatakan bahwa belajar bahasa melibatkanpembentukan hubungan antara stimulus danrespons dan penguatan. Pembentukan ini terjadimelalui proses pembiasaan (conditioning) danpengulangan-pengulangan. Dikatakan,karenaadanya stimulus internal atau eksternal, anakmemberikan respons dengan mengucapkan ujarantertentu, dan jika ujaran itu benar ia akanmenerima penguatan dari orang dewasa disekelilingnya. Bila hal ini terjadi berulang kali,maka ujaran-ujaran tersebut telah dikuasai.

PenutupJurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006 33Pandangan-Pandangan Teoritis Kaum Behaviorisme

Page 14: bahan pra 3104

PEBEDAAN PSIKOLINGUISTIK DENGAN SOSIOLINGUISTIK

Psikolinguistik berkaitan erat dengan ilmu jiwa (psikologi) terutama peristiwa-peristiwa

kejiwaan yang berhubungan dengan tahap-tahap kemampuan bahasa anak dalam masa

pertumbuhannya. Fokus kajiannya hanya pada anak itu sendiri. Sosiolinguistik adalah cabang

ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi dengan objek penelitian

hubungan antara bahasa dan faktor-faktor sosial dalam suatu masyarakat tutur.

Jadi perbedaannya terletak pada objek kajiannya, psikolinguistik lebih menekankan

hanya pada individu itu saja dalam pemerolehan bahasa. Sedangkan sosiolinguistik lebih

menekankan pada penggunaan bahasa individu dalam masyarakat.

PEMEROLEHAN BAHASA

Dalam pemerolehan bahasa terdapat 2 perbedaan yaitu nurture dan nature. Pemerolehan

bahasa yang bersifat nurture berarti bahwa pemerolehan bahasa seseorang itu ditentukan oleh

lingkungan sekitar dimana ia berada, sedangkan yang bersifat nature berarti bahwa pemerolehan

bahasa itu pada dasarnya merupakan suatu bekal yang telah dimiliki seseorang ketika ia

dilahirkan ke dunia.

1.        Nurture

Bagian ini membahas proses pemerolehan bahasa yang bersifat nurture dari sudut

pandang beberapa ahli yaitu Ivan Pavlov, John B. Watson dan B.F. Skinner. Pada intinya yang

dimaksud dengan proses pemerolehan bahasa yang bersifat nurture adalah bahwa proses

pemerolehan bahasa seseorang itu merupakan suatu kebiasaan yang dapat diperoleh melalui

proses pengkondisian (Brown, 2000:34). Hal ini sejalan dengan pandangan para ahli

behaviorisme yang sangat meyakini bahwa anak-anak hadir di dunia disertai dengan sebuah

tabula rasa, sebuah batu tulis yang bersih tanpa ada pemahaman sebelumnya atas dunia maupun

Page 15: bahan pra 3104

atas bahasa, dan bahwa anak-anak tersebut kemudian dibentuk oleh lingkungan mereka dan

perlahan-lahan terkondisikan melalui beragam jadwal penguatan (Brown, 2000:22).

 

a.Ivan Pavlov

Ivan Pavlov adalah seorang ahli psikologi dari Rusia yang melaksanakan serangkaian

eksperimen yang kemudian terkenal dengan sebutan classical conditioning. Dalam

eksperimennya tersebut Pavlov menggunakan anjing sebagai subyek. Pavlov kemudian

memeroleh kesimpulan bahwa stimuli netral awal yang berupa suara dari garpu yang dibunyikan

menghasilkan kekuatan yang mendatangkan respon yang berupa pengeluaran air liur anjing yang

pada mulanya dihasilkan dari stimuli lain yaitu penglihatan atau bau makanan anjing. Dengan

demikian maka Pavlov telah membuktikan bahwa proses belajar itu terdiri dari pembentukan

beragam asosiasi antara stimuli dan respon refleksif (Brown, 2000:80).

b.   John B. Watson

John B. Watson adalah seorang psikolog yang menemukan istilah behaviorisme dan

sekaligus menemukan suatu aliran ilmu psikologi baru yang menyatakan bahwa para psikolog

seharusnya hanya terfokus pada perilaku yang dapat diamati secara langsung. Lebih jauh,

menurut Watson, pada dasarnya pernyataan-pernyataan ilmiah dapat selalu diverifikasi (atau

dibantah) oleh siapapun yang mampu dan bersedia untuk melakukan observasi yang diperlukan.

Namun kemampuan ini tergantung pada kegiatan untuk memelajari hal-hal yang dapat diamati

secara obyektif. Menurutnya proses kejiwaan bukan merupakan sebuah subyek yang tepat bagi

studi ilmiah karena proses kejiwaan merupakan peristiwa pribadi yang tidak ada seorangpun

yang dapat melihat atau menyentuhnya. Sedangkan perilaku merupakan respon atau aktifitas

yang jelas atau dapat diamati oleh sebuah organisme. Maka Watson menegaskan bahwa para

psikolog dapat memelajari apapun yang dilakukan atau dikatakan orang –berbelanja, bermain

catur, makan, memuji seorang teman- namun mereka tidak dapat memelajari secara ilmiah

pikiran, harapan, dan perasaan yang mungkin menyertai perilaku tersebut.

Page 16: bahan pra 3104

Berangkat dari pandangan barunya terhadap psikologi tersebut dan dengan

berpegangan pada temuan Pavlov yaitu dengan menggunakan teori classical conditioning maka

Watson menyatakan bahwa penjelasan atas segala bentuk pembelajaran adalah dengan melalui

proses pengkondisian maka manusia membentuk sejumlah hubungan stimuli-respon, dan

perilaku manusia yang lebih kompleks dipelajari melalui cara membangun serangkaian atau

rantai-rantai respon (Brown, 2000:80).

Dengan demikian Watson mengambil posisi yang ekstrim terhadap salah satu

pertanyaan psikologi yang tertua dan paling mendasar yaitu masalah mengenai nature dan

nurture. Watson menyatakan bahwa setiap orang itu dibentuk menjadi apa adanya mereka

kemudian dan bukan dilahirkan. Ia mengabaikan pentingnya keturunan, dengan menyatakan

bahwa perilaku ditentukan sepenuhnya oleh lingkungan. Namun pandangan Watson tersebut

tidak pernah mendapat kesempatan untuk diuji lebih lanjut. Meskipun demikian tulisan-

tulisannya memberikan sumbangan yang cukup besar bagi elemen lingkungan yang seringkali

dihubungkan dengan behaviorisme.

c.   B.F. Skinner

Seorang ahli bahasa lain yang juga berkecimpung dalam teori behaviorisme dan

mengikuti jejak dan tradisi Watson adalah B.F. Skinner, seorang psikolog Amerika yang hidup

pada tahun 1904 sampai dengan 1990. Setelah memperoleh gelar doktor pada tahun 1931,

Skinner menghabiskan sebagian besar karirnya di Universitas Harvard tempat ia memeroleh

kemasyuran atas penelitiannya terhadap pembelajaran pada organisme rendah, sebagian besar

pada tikus dan burung dara.

Pada tahun 1950-an ia memperjuangkan kembalinya pendekatan stimulus-

respon milik Watson. Ia memiliki teori klasik yaitu Verbal Behavior yang merupakan usaha

lanjutan dari teori umum pembelajaran Skinner sendiri yang disebut dengan pengkondisian

operan (operant conditioning). Skinner melakukan eksperimen terhadap tikus dimana ia melatih

tikus untuk mendapatkan makanan dengan menekan pedal tertentu. Setelah tikus tersebut

mendapatkan pengetahuan bahwa jika ia ingin makan maka ia harus menekan pedal, kemudian

proses untuk memeroleh makanan dipersulit dengan menyalakan lampu dimana sebelum

mendapatkan makanan ia harus menekan pedal ketika lampu berkedi-kedip. Proses berikutnya

Page 17: bahan pra 3104

adalah penekanan pedal sebanyak dua kali ketika lampu berkedip-kedip yang juga dapat

dipahami oleh tikus tadi (Dardjowidjojo, 2003:235).

Maka apa yang dimaksud dengan pengkondisian operan oleh Skinner adalah

pengkondisian dimana organisme (manusia) menghasilkan suatu respon, atau operan (sebuah

kalimat atau ujaran atau aktifitas-aktifitas yang beroperasi atas dasar lingkungan), tanpa adanya

stimuli yang dapat diamati; operan tersebut dijaga (dipelajari) melalui penguatan (reinforcement)

(Brown, 2000:22-23). Teori Skinner ini menerangkan bagaimana berbagai kecenderungan respon

dicapai melalui pembelajaran. Jika respon diikuti oleh konsekuensi yang menguntungkan atau

disebut juga penguatan, maka respon tersebut menguat dan jika respon menghasilkan

konsekuensi negatif  atau hukuman), maka respon tersebut akan melemah. Melalui

eksperimennya tersebut, Skinner menemukan bahwa pemerolehan pengetahuan, termasuk

pengetahuan mengenai bahasa merupakan kebiasaaan semata atau hal yang harus dibiasakan

terhadap subyek tertentu yang dilakukan secara terus-menerus dan bertubi-tubi (Dardjowidjojo,

2003:235).

Dalam bukunya Diluar Kebebasan dan Martabat (Beyond Freedom and

Dignity) yang diterbitkan tahun 1971 Skinner menyatakan bahwa semua perilaku sepenuhnya

diatur oleh rangsangan eksternal. Dengan kata lain, perilaku manusia ditentukan oleh cara-cara

yang dapat diprediksi oleh prinsip-prinsip hukum, seperti halnya terbangnya anak panah yang

diatur oleh hukum-hukum fisika. Maka, jika seseorang meyakini bahwa tindakan-tindakannya

merupakan hasil-hasil dari keputusan-keputusan secara sadar, maka ia keliru. Menurut Skinner,

semua manusia dikendalikan oleh lingkungannya, bukan oleh dirinya sendiri.

Selanjutnya, dengan mengikuti tradisi Watson, Skinner menunjukkan minat yang

kecil terhadap apa yang terjadi “di dalam” diri manusia. Ia menyatakan bahwa adalah sia-sia

untuk berspekulasi terhadap proses-proses kognitif pribadi yang tidak dapat diobservasi.

Melainkan, ia memfokuskan pada bagaimana lingkungan eksternal membentuk perilaku yang

jelas. Ia menyatakan adanya determinisme, yang menilai bahwa perilaku sepenuhnya ditentukan

oleh stimuli lingkungan. Menurut pandangannya, orang cenderung menunjukkan beberapa pola

perilaku karena mereka memiliki kecenderungan-kecenderungan respon  (response tendencies)

yang stabil yang mereka capai melalui pengalaman. Kecenderungan-kecenderungan respon

Page 18: bahan pra 3104

tersebut dapat berubah di masa mendatang, sebagai hasil dari pengalaman baru, namun mampu

terus bertahan untuk menciptakan tingkat konsistensi tertentu dalam perilaku seseorang.

 Lebih lanjut, Skinner memandang pribadi seorang individu sebagai sebuah

kumpulan kecenderungan-kecenderungan respon yang terikat pada berbagai situasi stimuli.

Sebuah situasi tertentu dapat dihubungkan dengan sejumlah kecenderungan respon  yang

bervariasi dalam kekuatan tergantung pada pengkondisian di masa lalu. Karena kecenderungan-

kecenderungan respon secara konstan diperkuat atau diperlemah oleh pengalaman-pengalaman

baru, teori Skinner memandang perkembangan kepribadian sebagai sebuah perjalanan yang

berkelanjutan seumur hidup. Skinner tidak melihat alasan untuk membagi proses perkembangan

ke dalam beberapa tahap. Ia juga tidak memberikan importansi khusus pada pengalaman-

pengalaman masa kanak-kanak.

Dalam hubungannya dengan pemerolehan bahasa, Skinner adalah seseorang

yang mendukung nurture, karena baginya, setiap ujaran yang diucapkan manusia sesungguhnya

mengikuti satu bentuk yang bersifat baik verbal maupun nonverbal dan perilaku bahasa semacam

ini hanya dapat dipelajari manusia dari lingkungan atau faktor-faktor eksternal yang ada di

sekitarnya (Pateda, 1991:99). Dengan demikian ia mempertegas dan memperjelas pandangan

bahwa stimuli adalah hal yang terpenting dalam proses pemerolehan bahasa karena pada

dasarnya stimuli yang memengaruhi respon.

Dalam hubungannya dengan aliran behaviorisme sendiri, menurut Lyons

(1977:122) terdapat prinsip atau kecenderungan khusus yang menyatakan bahwa aliran ini

cenderung memperkecil peran insting dan dorongan-dorongan yang dibawa sejak lahir dan

penekanan atas peran yang dimainkan oleh pembelajaran dimana hewan dan manusia

memperoleh pola-pola perilaku mereka; menekankan pada pemupukan (nurture) dan bukan pada

sifat alami (nature), lebih menekankan pada lingkungan ketimbang pada faktor keturunan.

Selanjutnya Bell (1981:24) mengungkapkan pandangan aliran behaviorisme

yang dianggap sebagai jawaban atas pertanyaan bagaimanakah sesungguhnya manusia

memelajari bahasa, yaitu:

Page 19: bahan pra 3104

1.   Dalam upaya menemukan penjelasan atas proses pembelajaran manusia, hendaknya para

ahli psikologi memiliki pandangan bahwa hal-hal yang dapat diamati saja yang akan

dijelaskan, sedangkan hal-hal yang tidak dapat diamati hendaknya tidak diberikan

penjelasan maupun membentuk bagian dari penjelasan.

2.   Pembelajaran itu terdiri dari pemerolehan kebiasaan, yang diawali dengan peniruan.

3.   Respon yang dianggap baik menghasilkan imbalan yang baik pula.

4.   Kebiasaan diperkuat dengan cara mengulang-ulang stimuli dengan begitu sering sehingga

respon yang diberikan pun menjadi sesuatu yang bersifat otomatis.

2.         Nature

Bagian ini membahas proses pemerolehan bahasa yang bersifat nature dari sudut

pandang beberapa ahli, yaitu Noam Chomsky, Derek Bickerton dan David McNeill. Pada

dasarnya yang dimaksud dengan proses pemerolehan bahasa yang bersifat nature adalah bahwa

proses pemerolehan bahasa ditentukan oleh pengetahuan yang dibawa sejak lahir dan bahwa

properti bawaan tersebut bersifat universal karena dialami atau dimiliki oleh semua manusia

(Brown, 2000:34).

a.   Noam Chomsky

Sebagai wujud dari reaksi keras atas behaviorisme pada akhir era 1950-an,

Chomsky yang merupakan seorang nativis menyerang teori Skinner yang menyatakan bahwa

pemerolehan bahasa itu bersifat nurture atau dipengaruhi oleh lingkungan. Chomsky

berpendapat bahwa pemerolehan bahasa itu berdasarkan pada nature karena menurutnya ketika

anak dilahirkan ia telah dengan dibekali dengan sebuah alat tertentu yang membuatnya mampu

memelajari suatu bahasa. Alat tersebut disebut dengan Piranti Pemerolehan Bahasa (language

acquisition device/LAD) yang bersifat universal yang dibuktikan oleh adanya kesamaan pada

anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa mereka (Dardjowidjojo, 2003:235-236).

Skinner dipandang terlalu menyederhanakan masalah ketika ia menyama-

ratakan proses pemerolehan pengetahuan manusia dengan proses pemerolehan pengetahuan

Page 20: bahan pra 3104

binatang, yaitu tikus dan burung dara yang digunakan sebagai subyek dalam eksperimennya,

karena menurut pendekatan nativis, bahasa bagi manusia merupakan fenomena sosial dan bukti

keberadaan manusia (Pateda, 1991:102). Selain itu ada pula alasan lain mengapa pendekatan

nativis merasa tidak setuju terhadap teori Skinner. Alasan tersebut berhubungan dengan bahasa

itu sendiri, yaitu menurut para nativis bahasa merupakan sesuatu yang hanya dimiliki manusia

sebab bahasa merupakan sistem yang memiliki peraturan tertentu, kreatif dan tergantung pada

struktur (Dardjowidjojo, 2003:236). Masih dalam kaitannya dengan bahasa, karena tingkat

kerumitan bahasa pula, maka kaum nativis berpendapat bahasa merupakan suatu aktivitas mental

dan sebaiknya tidak dianggap sebagai aktivitas fisik, inilah sebabnya mengapa pendekatan

nativis disebut juga dengan pendekatan mentalistik (Pateda, 1991:101).

b.   Derek Bickerton

Pendukung lain dari proses pemerolehan bahasa yang bersifat nature adalah Derek

Bickerton (Brown, 2000:35). Ia melakukan sejumlah penelitian mengenai bekal yang dibawa

manusia sejak lahir (innateness) dan mendapatkan beberapa bukti yang cukup signifikan. Bukti-

bukti tersebut mengungkapkan  bahwa manusia itu sesungguhnya telah “terprogram secara

biologis” untuk beralih dari satu tahap kebahasaan ke tahap kebahasaan berikutnya dan bahwa

manusia terprogram sejak lahir untuk menghasilkan sifat-sifat kebahasaan tertentu pada usia

perkembangan yang tertentu pula (Brown, 2000:35). Dengan demikian pemerolehan bahasa tidak

ditentukan oleh proses kondisi yang diberikan pada anak namun ditentukan oleh proses yang

berjalan dengan sendirinya sejak anak lahir ke dunia seiring dengan kematangan pengetahuan

bahasa dan usia anak tersebut.

c.   David McNeill

Dalam Brown (2000:24) menyatakan bahwa LAD terdiri dari empat properti

kebahasaan bawaan, yaitu:

1.   Kemampuan untuk membedakan bunyi ujaran manusia (speech sounds) dari bunyi lain

dalam lingkungan

2.   Kemampuan untuk mengorganisir data kebahasaan menjadi beragam kelas yang dapat

diperhalus atau diperbaiki di kemudian hari

Page 21: bahan pra 3104

3.   Pengetahuan bahwa hanya jenis sistem kebahasaan tertentu yang mungkin untuk

digunakan dan jenis sistem lainnya tidak mungkin untuk digunakan

4.   Kemampuan untuk melakukan evaluasi secara konstan terhadap sistem kebahasaan yang

terus berkembang sehingga dapat membangun sistem yang paling sederhana dari

masukan kebahasaan yang ada.

Sebagai jawaban atas pertanyaan bagaimana manusia memelajari bahasa, Bell

(1981:24) juga berusaha mengajukan beberapa pandangan Chomsky, yaitu:

1.   Aktivitas yang terjadi di dalam pikiranlah, misalnya cara memproses, menyimpan dan

mengambil pengetahuan dari simpanan tersebut, yang merupakan pusat perhatian utama

dan bukan perwujudan secara fisik dari pengetahuan.

2.   Pembelajaran merupakan masalah “penerimaan secara masuk akal” dari data yang

diterima otak melalui panca indera.

3.   Kemampuan individu untuk merespon situasi baru dimana jika hanya berbekal kebiasaan

stimuli-respon semata tidak akan dapat membuat individu tersebut siap.

4.   Pembelajaran merupakan suatu proses mental karena adalah lebih baik untuk mengetahui

dan tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata daripada berkata-kata tanpa

pemahaman.

 2.3         Contoh Kasus Nature dan Nurture

Berikut ini adalah beberapa contoh kasus yang menunjukkan bahwa baik nurture maupun nature

ternyata sama-sama diperlukan dalam proses pemerolehan bahasa manusia.

1.   Secara umum bayi memberikan reaksi dan menunjukkan aktivitas berbahasa terhadap

lingkungan di sekitarnya meskipun ia tidak menyadari aktivitas tersebut. Ia mencoba

mengeluarkan sejumlah potensi berupa bunyi bahasa atau kata dan secara teratur ia

melakukan pengulangan. Jika tidak mendapat respon berupa pengakuan dari lingkungannya,

seperti ayah, ibu atau saudaranya, maka bayi mengubah potensi tersebut dan mengulangi

proses yang sama sampai ia mendapatkan pengakuan dari lingkungan (Pateda, 1991:102).

Page 22: bahan pra 3104

2.   Di sebuah desa di Perancis, pada tahun 1800, ditemukan anak laki-laki berusia 11-12 tahun

yang tinggal di hutan dan sering menyusup ke desa untuk mencari makan. Ketika tertangkap

dan dididik oleh direktur Institut Tuna Rungu yaitu Dr. Sicard, anak tersebut tidak dapat

berbicara seperti manusia lain. Kemudian ia dididik oleh ahli lain, Jean-Marc-Gaspard Itard.

Dibawah asuhan dan didikan yang baru ini, pola laku kehidupan Victor, nama yang diberikan

pada anak laki-laki tersebut, dapat berubah namun tetap tidak mampu menggunakan bahasa

(Dardjowidjojo, 2003:236-237).

3.  Di Los Angeles, pada tahun 1970, ditemukan seorang anak perempuan yang disekap oleh

orang tuanya di gudang belakang rumahnya. Selama 13 tahun ia tinggal dan sering disiksa

ayahnya di dalam gudang tersebut, dan hanya diberi makan namun tidak pernah diajak

berbicara oleh orang tuanya. Setelah diselamatkan, anak perempuan tersebut diberi nama

Ginie kemudian dilatih agar dapat berbahasa selama 8 tahun, namun ternyata sama halnya

dengan Victor pada kasus sebelumnya, ia tetap tidak mampu menggunakan bahasa

(Dardjowidjojo, 2003:237).

 4.   Di Ohio, seorang anak perempuan berusia 6,5 tahun, yaitu Isabelle, diasuh oleh ibunya yang

tuna wicara. Ia kemudian diasuh oleh Marie Mason, seorang pimpinan rumah sakit, dengan

cara yang normal, dan ternyata Isabelle mampu menggunakan bahasa seperti anak-anak

normal lainnya (Dardjowidjojo, 2003:237).

         Pada contoh kasus pertama yang berhubungan dengan bayi pada

umumnya, tampak bahwa memang manusia mempunyai bekal bawaan atau nature untuk

menguasai bahasa dan dengan dibantu nurture maupun pengaruh dari lingkungan seperti orang

tua atau saudaranya, bayi tersebut mampu mengembangkan bekal bawaannya tersebut sampai

akhirnya ia dapat menggunakan bahasa dengan sempurna.

Sedangkan pada contoh kasus kedua dan ketiga, meskipun Victor dan Isabelle

juga memiliki kemampuan bawaan untuk menguasai bahasa atau nature, namun karena tidak

adanya pengaruh dari lingkungan semenjak mereka dilahirkan atau nurture, Victor tinggal di

hutan dan Ginie yang meskipun tinggal dengan orangtuanya sendiri namun hanya disiksa dan

Page 23: bahan pra 3104

tidak pernah diajak bicara, maka usaha yang diupayakan ketika mereka telah berusia lebih dari

10 tahun agar kedua anak tersebut dapat menggunakan bahasa menjadi sia-sia belaka.

Untuk kasus keempat, yaitu Isabelle, proses pemerolehan bahasa yang bersifat

nurture yang diberikan di usia yang tergolong lebih muda daripada Victor dan Ginie, yaitu 6,5

tahun, ternyata memberikan bantuan yang cukup besar terhadap kemampuan bawaannya atau

nature sehingga ia mampu menggunakan bahasa. Dengan demikian tampak bahwa antara sifat

pemerolehan bahasa nature dan nurture ternyata yang satu tidaklah lebih penting dari yang lain

karena tanpa satu sama lain, pemerolehan bahasa tidak dapat berjalan dengan baik bahkan dapat

menemui kegagalan.

Mekanisme perolehan bahasa

Imitasi, dalam perolehan bahasa terjadi ketika anak menirukan pola bahasa maupun kosa kata dari orang-orang yang signifikan bagi mereka, biasanya orang tua atau pengasuh.

Pengkondisian,Mekanisme ini diajukan oleh B.F Skinner. Mekanisme pengkondisian atau pembiasaan terhadap ucapan yang didengar anak dan diasosiasikan dengan objek atau peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu kosa kata awal yang dimiliki oleh anak adalah kata benda.

Kognisi sosial, Anak memperoleh pemahaman terhadap kata (semantik) karena secara kognisi ia memahami tujuan seseorang memproduksi suatu fonem melalui mekanisme atensi bersama. Adapun produksi bahasa diperolehnya melalui mekanisme imitasi.

 3.             Kesimpulan

Pendekatan behaviorisme yang tidak mengindahkan keberadaan kemampuan

yang dibawa sejak lahir untuk dapat memelajari bahasa dianggap terlalu dangkal karena hanya

mengandalkan penelitian terhadap binatang dan secara sederhana menyamakan proses

pemerolehan pengetahuan binatang dengan proses yang terjadi pada manusia.

Sebaliknya, Chomsky dan para pengikutnya berpendapat bahwa sejak dilahirkan anak telah

dibekali seperangkat kemampuan atau language acquisition device (LAD) sehingga ia mampu

menguasai bahasa tertentu. Oleh karena itu proses pemerolehan bahasa sendiri tetap bersifat

alami atau nature karena peningkatan kemampuan berbahasa mengikuti kematangan baik

pemahaman maupun usia sedangkan nurture hanya berperan untuk menentukan bahasa apa yang

dipelajari manusia.

Page 24: bahan pra 3104

Dengan demikian tampak bahwa baik nature maupun nurture merupakan dua hal yang sama-

sama penting karena yang satu mendukung keberadaan yang lain. Memiliki kemampuan bawaan

sejak lahir untuk memelajari bahasa atau nature semata tidak banyak bermanfaat jika tidak ada

nurture atau pengaruh dari lingkungan. Sebaliknya, tanpa nurture atau pengaruh dari lingkungan

semata juga tidak akan berpengaruh jika manusia tidak dibekali dengan kemampuan pribadi

untuk memeroleh bahasa. Namun tentunya kenyataan bahwa baik nature maupun nurture

merupakan dua hal yang sama-sama memiliki peranan penting dalam pemerolehan bahasa

manusia sebaiknya memerlukan lebih banyak lagi pembuktian baik melalui penelitian maupun

eksperimen terhadap manusia, khususnya terhadap bagaimana manusia memelajari bahasa yang

merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.

 (1. Proses Pemerolehan Bahasa Pertama

Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di

dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran

bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak

mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi,

pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran

bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167).

Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua

proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya.

Proses yang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi.

Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi,

sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak

sejak lahir. Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensi  memerlukan pembinaan sehingga

anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa.

Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk

berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan

proses penerbitan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan

mengamati atau mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses

Page 25: bahan pra 3104

penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer

2003:167). .

Proses Perkembangan Bahasa Anak

1. Fonologi

Anak menggunakan bunyi-bunyi yang telah dipelajarinya dengan bunyi-bunyi

yang belum dipelajari, misalnya menggantikan bunyi /l/ yang sudah dipelajari

dengan bunyi /r/ yang belum dipelajari. Pada akhir periode berceloteh, anak

sudah mampu mengendalikan intonasi, modulasi nada, dan kontur bahasa

yang dipelajarinya.

2. Morfologi

Pada usia 3 tahun anak sudah membentuk beberapa morfem yang

menunjukkan fungsi gramatikal nomina dan verba yang digunakan. Kesalahan

gramatika sering terjadi pada tahap ini karena anak masih berusaha

mengatakan apa yang ingin dia sampaikan. Anak terus memperbaiki

bahasanya sampai usia sepuluh tahun.

3. Sintaksis

Alamsyah (2007:21) menyebutkan bahwa anak-anak mengembangkan tingkat

gramatikal kalimat yang dihasilkan melalui beberapa tahap, yaitu melalui

peniruan, melalui penggolongan morfem, dan melalui penyusunan dengan

cara menempatkan kata-kata secara bersama-sama untuk membentuk

kalimat.

4. Semantik

Anak menggunakan kata-kata tertentu berdasarkan kesamaan gerak, ukuran,

dan bentuk. Misalnya, anak sudah mengetahui makna kata jam. Awalnya anak

Page 26: bahan pra 3104

hanya mengacu pada jam tangan orang tuanya, namun kemudian dia

memakai kata tersebut untuk semua jenis jam.

4. Teori-teori tentang Pemerolehan Bahasa Pertama

1. Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati langsung

dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response). Perilaku bahasa

yang efektif adalah membuat reaksi yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini akan

menjadi suatu kebiasaan jika reaksi tersebut dibenarkan. Dengan demikian, anak

belajar bahasa pertamanya.

Sebagai contoh, seorang anak mengucapkan bilangkali untuk barangkali. Sudah pasti

si anak akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja yang mendengar kata tersebut. Apabila

sutu ketika si anak mengucapkan barangkali dengan tepat, dia tidak mendapat kritikan

karena pengucapannya sudah benar. Situasi seperti inilah yang dinamakan membuat

reaksi yang tepat terhadap rangsangan dan merupakan hal yang pokok bagi

pemerolehan bahasa pertama.

B.F. Skinner adalah tokoh aliran behaviorisme. Dia menulis buku Verbal Behavior

(1957) yang digunakan sebagai rujukan bagi pengikut aliran ini. Menurut aliran ini,

belajar merupakan hasil faktor eksternal yang dikenakan kepada suatu organisme.

Menurut Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan perilaku yang lain, dikontrol oleh

konsekuensinya. Apabila suatu usaha menyenangkan, perilaku itu akan terus

dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak menguntungkan, perilaku itu akan ditinggalkan.

Singkatnya, apabila ada reinforcement yang cocok, perilaku akan berubah dan inilah

yang disebut belajar.

Namun demikian, banyak kritikan terhadap aliran ini. Chomsky mengatakan bahwa toeri

yang berlandaskan conditioning dan reinforcement tidak bisa menjelaskan kalimat-

kalimat baru yang diucapkan untuk pertama kali dan inilah yang kita kerjakan tiap hari.

Page 27: bahan pra 3104

Bower dan Hilgard juga menentang aliran ini dengan mengatakan bahwa penelitian

mutakhir tidak mendukung aliran ini.

Aliran behaviorisme mengatakan bahwa semua ilmu dapat disederhanakan menjadi

hubungan stimulus-response. Hal tersebut tidaklah benar karena tidak semua perilaku

berasal dari stimulus-response.

2. Teori Nativisme

Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya, bahasa hanya dapat dikuasai

oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat

Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, perilaku berbahasa adalah

sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap bahasa memiliki pola perkembangan yang

sama (merupakan sesuatu yang universal), dan lingkungan memiliki peran kecil di

dalam proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang

relatif singkat. Ketiga, lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang

cukup bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.

Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga mustahil

dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melalui “peniruan”. Nativisme juga percaya

bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh

bahasa (language acquisition device, disingkat LAD). Mengenai bahasa apa yang akan

diperoleh anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar.

Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan di lingkungan Amerika sudah pasti

bahasa Inggris menjadi bahasa pertamanya.

Semua anak yang normal dapat belajar bahasa apa saja yang digunakan oleh

masyarakat sekitar. Apabila diasingkan sejak lahir, anak ini tidak memperoleh bahasa.

Dengan kata lain, LAD tidak mendapat “makanan” sebagaimana biasanya sehingga alat

ini tidak bisa mendapat bahasa pertama sebagaimana lazimnya seperti anak yang

dipelihara oleh srigala (Baradja, 1990:33).

Page 28: bahan pra 3104

Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa dalam waktu singkat

dan bisa menguasai sistem bahasa yang rumit. LAD juga memungkinkan seorang anak

dapat membedakan bunyi bahasa dan bukan bunyi bahasa.

3. Teori Kognitivisme

Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan salah

satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa

distrukturi oleh nalar. Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang

lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan

kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa (Chaer, 2003:223). Hal ini tentu saja

berbeda dengan pendapat Chomsky yang menyatakan bahwa mekanisme umum dari

perkembangan kognitif tidak dapat menjelaskan struktur bahasa yang kompleks,

abstrak, dan khas. Begitu juga dengan lingkungan berbahasa. Bahasa harus diperoleh

secara alamiah.

Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus dicapai adalah perkembangan

kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam bentuk keterampilan berbahasa. Dari

lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum ada. Anak hanya memahami dunia

melalui indranya. Anak hanya mengenal benda yang dilihat secara langsung. Pada

akhir usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen

sehingga anak mulai menggunakan simbol untuk mempresentasikan benda yang tidak

hadir dihadapannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang

diucapkan anak.

4. Teori Interaksionisme

Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil

interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa.

Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan “input”

dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah memiliki LAD

sejak lahir. Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin anak dapat

menguasai bahasa tertentu secara otomatis.

Page 29: bahan pra 3104

Sebenarnya, menurut hemat penulis, faktor intern dan ekstern dalam pemerolehan

bahasa pertama oleh sang anak sangat mempengaruhi. Benar jika ada teori yang

mengatakan bahwa kemampuan berbahasa si anak telah ada sejak lahir (telah ada

LAD). Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penemuan seperti yang telah dilakukan

oleh Howard Gardner. Dia mengatakan bahwa sejak lahir anak telah dibekali berbagai

kecerdasan. Salah satu kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan berbahasa

(Campbel, dkk., 2006: 2-3). Akan tetapi, yang tidak dapat dilupakan adalah lingkungan

juga faktor yang memperngaruhi kemampuan berbahasa si anak. Banyak penemuan

yang telah membuktikan hal ini.

5. Bahasa Kedua

Di atas telah dijelaskan secara panjang lebar perihal bahasa pertama. Selain itu, telah

pula dijelaskan teori-teori tentang bagaimana anak memperoleh bahasa pertamanya

dan telah pula dijelaskan tingkatan-tingkatan yang dilalui oleh anak dalam proses

pemerolehan bahasa pertamanya. Akan tetapi, setelah fase memperoleh bahasa

pertamanya ini, anak mulai mempelajari bahasa kedua. Pada proses pemerolehan

bahasa kedua, pembelajar bahasa kedua siap membentuk sistem bahasa untuk

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa pertamanya itu. Secara kognitif, banyak

orang dewasa/pembelajar bahasa kedua tidak mempelajari bahasa kedua dengan cara

yang sama ketika mereka belajar bahasa pertama. Kenyataan ini mengindikasikan

bahwa terdapat batas antara bahasa pertama dan bahasa kedua sehingga bahasa

pertama dan kedua ini dikaji secara terpisah.

6. Kesimpulan

Pemerolehan bahasa pertama adalah proses penguasaan bahasa pertama oleh si

anak. Selama penguasaan bahasa pertama ini, terdapat dua proses yang terlibat, yaitu

proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini tentu saja diperoleh oleh

anak secara tidak sadar.

Ada beberapa tahap yang dilalui oleh sang anak selama memperoleh bahasa pertama.

Tahap yang dimaksud adalah vokalisasi bunyi, tahap satu-kata atau holofrastis, tahap

Page 30: bahan pra 3104

dua-kata, tahap dua-kata, ujaran telegrafis. Selain tahap pemerolehan bahsa seperti

yang telah disebutkan ini, ada juga para ahli bahasa, seperti Aitchison mengemukakan

beberapa tahap pemerolehan bahasa anak. Tahap-tahap yang dia maksud adalah

mendengkur, meraban, pola intonasi, tuturan satu kata, tuturan dua kata, infleksi kata,

bentuk tanya dan bentuk ingkar, konstruksi yang jarang atau kompleks, tuturan yang

matang. Meskipun terjadi perbedaan dalam hal pembagian tahap-tahap yang dilalui

oleh anak saat memperoleh bahasa pertamanya, jika dilihat secara cermat,

pembahasan dalam setiap tahap pemerolehan bahasa pertama anak memiliki

kesamaan, yaitu adanya proses fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik.

Bagaimana sebenarnya proses pemerolehan bahasa pertama ini? Ada beberapa teori

pemerolehan bahasa yang menjelaskan hal ini, yaitu teori behaviorisme, nativisme,

kognitivisme, interaksionisme. Keempat teori ini memiliki sudut pandang yang berbeda

dalam menjelaskan perihal cara anak memperoleh bahasa pertamanya.

Perbedaan pemerolehan bahasa & belajar bahasa.

Pemerolehan Bahasa.

a.Proses peraihan bahasa dibawah sadar;

b.Prosesnya tanpa kompetensi tentang aturan” bahasa;

c.Berlangsung di masyararakat;

d.Sifatnya alami dan berlangsung informal;

e.Merujuk akan tuntutan komunikasi;

f.Konsekuensinya social (berkaitan dengan masyarakat/lingkungan tempat tinggal;

Belajar Bahasa.

a.Dilakukan secara sadar;

b.Kompetensi merupakan modal untuk menggunakan bahasa yang dipelajari;

c.Berlangsung di kelas;

d.Sifatnya formal;

e.Merujuk akan tuntutan edukatif (pembelajaran)

f.Konsekuensinya pengetahuan.

Page 31: bahan pra 3104

Bidang Kajian Psikolinguistik

Psycholinguistik bersifat antara disiplin dan dikaji oleh orang-orang daripada

berbagai bagai bidang, seperti psikologi, sains kognitif, dan linguistik. Adanya banyak

subbahagian dalam bidang psikolinguistik yang mendasar komponen-komponen

bahasa manusia.

1. Fonetik dan fonologi adalah berkenaan dengan kajian bunyi pertuturan. Dalam

bidang psikolinguistik, penyelidikan menumpukan perhatian pada bagaimana otak

memproses dan memahami bunyi-bunyi itu.

2. Morfologi ialah kajian struktur-struktur kata, khususnya hubungan antara perkataan-

perkataan yang berkait (seperti jalan dan berjalan), dan pembentukan perkataan

berdasarkan peraturan-peraturan(umpamanya,pembentukan kata berimbuhan).

3. Sintaksis ialah kajian pola-pola yang menetapkan bagaimana perkataan-perkataan

digabungkan untuk membentuk ayat.

4. Semantik adalah berkenaan dengan makna perkataan-perkataan dan ayat-ayat. Jika

sintaksis adalah berkenaan dengan struktur formal ayat, semantik mengolahkan

maksud ayat-ayat yang sebenar.

5. Pragmatik adalah berkenaan dengan peranan konteks dalam pentafsiran makna.

6. Kajian tentang pengecaman kata dan pembacaan memeriksa proses-proses yang

terlibat dalam pemerolehan maklumat ortografi, morfologi, fonologi, dan semantik

daripada pola-pola dalam teks tercetak.

Perkembangan Psikolinguistik

Pandangan pertama adalah amat popular sehingga kira-kira tahun 1960, dan

diwakili oleh teori-teori mentalisme Jean Piaget dan penyokong empirisisme, Rudolf

Carnap. Aliran fikiran psikologi yang dikenali sebagai faham ketingkahlakuan (sila lihat

Tingkah laku lisan (1957) oleh B.F. Skinner) mengemukakan pandangan bahawa

bahasa (termasuk sintaksis) ialah tingkah laku yang dibentuk oleh gerak belas terlazim.

Page 32: bahan pra 3104

Sudut pandangan kedua — iaitu "yang semula jadi" — boleh dikatakan secara adil

sebagai bermula dengan ulasan Noam Chomsky yang amat kritis terhadap buku

Skinner pada tahun 1959 di dalam halaman-halaman jurnal Bahasa [1].

Ulasan itu memulakan apa yang telah diistilahkan sebagai "revolusi kognitif"

dalam bidangpsikologi. Bidang psikolinguistik sejak masa itu telah ditakrifkan oleh

gerak-gerak balas terhadap Chomsky. Pandangan penyokong masih menganggap

bahawa keupayaan manusia untuk menggunakan sintaksis adalah berbeza secara

kualitatif daripada sebarang komunikasi haiwan. Keupayaan itu mungkin dihasilkan oleh

mutasi yang menggalakkan (terlalu tidak mungkin), atau (lebih mungkin) oleh

penyesuaian kemahiran-kemahiran yang dikembangkan untuk tujuan-tujuan yang lain.

Dengan kata yang lain, sintaksis tepat mungkin memenuhi keperluan-keperluan

kelompok; ungkapan-ungkapan linguistik yang lebih baik mungkin menghasilkan

kepaduan, kerjasama, dan potensi untuk hidup, tetapi sintaksis tepat hanya dapat

berkembang daripada sintaksis asas — atau tiada sintaksis — yang tidak mempunyai

sebarang nilai hidup dan oleh itu, langsung tidak akan berkembang. Oleh itu, seseorang

harus melihat pada kemahiran-kemahiran lain yang ciri-cirinya mungkin berguna untuk

sintaksis. Dalam istilah biologi evolusi moden, kemahiran-kemahiran ini dikatakan

"disesuaikan lebih dahulu" untuk sintaksis (sila lihat "Eksaptasis"). Apakah kemahiran-

kemahiran ini yang sebenarnya merupakan tumpuan penyelidikan terkini,atausekurang-

kurangnya,tekaan.

Pandangan penentang masih menganggap bahawa bahasa (termasuk sintaksis)

ialah hasil daripada perkembangan kecerdasan selama beratus-ratus ribu tahun, serta

interaksi manusia selama berpuluh-puluh ribu tahun. Dari sudut pandangan ini,

sintaksis dalam bahasa beransur-ansur meningkatkan kepaduan kumpulan dan potensi

untuk hidup. Bahasa, termasuk sintaksis dan lain-lain, ialah artifak kebudayaan.

Pandangan ini mencabar pandangan "semula jadi" kerana kebenarannya tidak dapat

dibuktikan secara saintifik; dengan kata yang lain, ia tidak dapat diuji. Fakta bahawa

sesuatu struktur sintaksis yang dapat difikirkan tidak wujud dalam mana-mana bahasa

di dunia adalah suatu pencerapan yang memang menarik, tetapi ia bukannya bukti

Page 33: bahan pra 3104

tentang kekangan genetik terhadap bentuk-bentuk yang mungkin, ataupun bukti

bahawa bentuk-bentuk itu tidak dapat wujud atau tidak dapat dibelajari. Ahli-ahli teori

sezaman, selain daripada Chomsky, yang mengerjakan bidang teori-teori psikolinguistik

termasuk George Lakoff, Steven Pinker, dan Michael Tomasello.

Ada dua pandangan utama mengenai sikap yaitu pandangan mentalism dan behaviorist.

Menurut pandangan mentalistik, sikap adalah keadaan internal yang dibangkitkan oleh

suatu stimulasi yang dapat menjadi perantara respon selanjutnya (Williams, 1974: 21).

Sedangkan menurut pandangan behaviorist, sikap adalah respon yang dibuat oleh orang

terhadap berbagai situasi sosial (Fasold, 1984: 147).

Sebagai wujud dari reaksi keras atas behaviorisme pada akhir era 1950-an,

Chomsky yang merupakan seorang nativis menyerang teori Skinner yang menyatakan

bahwa pemerolehan bahasa itu bersifat nurture atau dipengaruhi oleh lingkungan. Chomsky

berpendapat bahwa pemerolehan bahasa itu berdasarkan pada nature karena menurutnya

ketika anak dilahirkan ia telah dengan dibekali dengan sebuah alat tertentu yang

membuatnya mampu memelajari suatu bahasa. Alat tersebut disebut dengan Piranti

Pemerolehan Bahasa (language acquisition device/LAD) yang bersifat universal yang

dibuktikan oleh adanya kesamaan pada anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa

mereka (Dardjowidjojo, 2003:235-236).

Skinner dipandang terlalu menyederhanakan masalah ketika ia menyama-ratakan

proses pemerolehan pengetahuan manusia dengan proses pemerolehan pengetahuan

binatang, yaitu tikus dan burung dara yang digunakan sebagai subyek dalam

eksperimennya, karena menurut pendekatan nativis, bahasa bagi manusia merupakan

fenomena sosial dan bukti keberadaan manusia (Pateda, 1991:102). Selain itu ada pula

alasan lain mengapa pendekatan nativis merasa tidak setuju terhadap teori Skinner. Alasan

tersebut berhubungan dengan bahasa itu sendiri, yaitu menurut para nativis bahasa

merupakan sesuatu yang hanya dimiliki manusia sebab bahasa merupakan sistem yang

memiliki peraturan tertentu, kreatif dan tergantung pada struktur (Dardjowidjojo, 2003:236).

Masih dalam kaitannya dengan bahasa, karena tingkat kerumitan bahasa pula, maka kaum

Page 34: bahan pra 3104

nativis berpendapat bahasa merupakan suatu aktivitas mental dan sebaiknya tidak

dianggap sebagai aktivitas fisik, inilah sebabnya mengapa pendekatan nativis disebut juga

dengan pendekatan mentalistik (Pateda, 1991:101).

Noam Chomsky berpendapat bahwa seorang anak telah dilahirkan dengan

kecakapan semula untuk menguasai bahasa apabila sampai peringkat kematangannya

yang tertentu. Pada tiap-tiap peringkat kematangan anak tersebut akan membentuk

hipotesis-hipotesis terhadap peraturan-peraturan ahli masyarakatnya. Segala pembetulan

kesalahan yang dibuat oleh ahli masyarakatnya akan memperkukuhkan lagi rumus-rumus

bahasa yang tersimpan di dalam otaknya.

Menurut Chomsky, anak lahir dengan kemampuan mental untuk bekerja di luar sistem yang

mendasari ke campur aduk suara yang didengarnya. Ia membangun tata bahasa sendiri

dan menerapkan pada semua suara mencapai otaknya. Tata bahasa mental ini merupakan

bagian dari kerangka kognitif, dan apa pun yang didengar disimpan di otaknya sampai dia

cocok terhadap apa yang dia sudah tahu dan menemukan sebuah 'benar' tempat untuk itu

dalam kerangka ini. Chomsky berpendapat bahasa yang kompleks sehingga hampir luar

biasa yang dapat diperoleh oleh seorang anak dalam waktu sesingkat itu. Dia mengatakan

bahwa seorang anak akan lahir dengan beberapa kapasitas mental bawaan yang

membantu anak untuk memproses semua bahasa yang didengarnya. Hal ini disebut

Bahasa Device Akuisisi, dan dia gergaji sebagai daerah khusus yang terdiri dari otak yang

hanya berfungsi adalah pengolahan bahasa. Fungsi ini, ia berpendapat, cukup terpisah dari

kapasitas mental anak lain yang memiliki. Ketika Chomsky berbicara tentang 'aturan, ia

berarti aturan dalam pikiran bawah sadar anak aturan ini memungkinkan untuk membuat

kalimat gramatikal dalam bahasa mereka sendiri. Chomsky tidak berarti bahwa seorang

anak dapat menjelaskan aturan ini secara eksplisit. Sebagai contoh, seorang anak berusia

empat atau lima tahun dapat menghasilkan kalimat seperti saya telah melakukan pekerjaan

saya, dia bisa melakukan itu karena ia memiliki sebuah 'tata bahasa mental' yang

memungkinkan dia untuk membentuk struktur yang benar sempurna saat ini dan juga untuk

menggunakan struktur tersebut dalam benar dan tepat situasi. Tapi dia tidak mampu untuk

menentukan pembentukan tegang sempurna sekarang.

Page 35: bahan pra 3104

Perbedaan antara pendekatan empiris dan rasionalis dapat diringkas dengan cara sebagai

berikut:

Behavioris PENDEKATAN PENDEKATAN mentalis

1) akuisisi Bahasa adalah Bahasa adalah bawaan, dalam kelahiran stimulus-respons

proses. proses.

2) Bahasa adalah Bahasa yang dikondisikan bukan perilaku seperti perilaku lainnya.

perilaku, namun proses mental yang spesifik.

3) Anak-anak belajar bahasa dengan Anak-anak belajar bahasa dengan meniru dan

analogi. aplikasi. 4) belajar Bahasa didasarkan pada pembelajaran Bahasa analitis, praktek.

generatif dan penciptaan.

5) Peran peniruan, pengulangan, Peran pajanan terhadap bahasa adalah penguatan dan

motivasi sangat sangat penting. signifikan dalam belajar.

6) Bahasa akuisisi adalah akuisisi Bahasa hasilnya adalah hasil dari alam. memelihara.

Kesimpulan Studi banding ini membuat satu hal jelas: alam dan memelihara, analogi dan

aplikasi, praktek dan eksposur penting. Pembawaan lahir potensi berbaring framework.

Dalam kerangka ini, ada variasi yang luas tergantung pada lingkungan. Jenis bahasa yang

anak-anak akhirnya tumbuh menjadi dibentuk oleh tanggapan budaya berbasis keluarga,

jika tidak dengan cara yang dapat disebut imitasi, maka setidaknya dalam hal anak memilih

untuk melakukannya dengan bahasanya. Tetapi kita harus waspada terhadap gagasan

bahwa semua anak-anak pengalaman praktek yang sama dan mengikuti jalan

pembangunan yang sama saat mereka tumbuh ke dalam bahasa mereka. Setelah terkena

sejumlah kecil ujaran, anak mulai menambah prinsip-prinsip yang mendasari ucapan-

ucapan dan menulis ucapan-ucapan baru sendiri. Ini adalah cara tata bahasa setiap anak

untuk berkomunikasi dengan cara yang cerdas. Dia membuat kesalahan dan menghasilkan

kalimat gramatikal.

Teori Mentalis ini pula sangat bertentangan dengan teori mekanis. Teori Mekanis

yang banyak menggunakan percobaan ke hewan dan menerapkan bahwa pembelajaran

Page 36: bahan pra 3104

dan pengukuhan bahasa bisa berkembang jika adanya rangsangan dan gerak balas, hal ini

bertentangan dengan golongan mentalis yang mengatakan bahwa manusia sebagai

“makhluk yang berfikir” dan berbeda dengan hewan. Pembelajaran dan pengukuhan

bahasa didapati secara sadar atau dengan kata lain berhubungan dengan daya fikir

seseorang.

Menurut Noam Chomsky (1959) proses pembelajaran bahasa pada

tingkat permulaan diperoleh tidak semata-mata bergantung kepada rangsangan

dan gerak balas saja. Proses Kognitif sudah pasti turut serta. Tanpa peranan

kognitif, perkembangan bahasa terbatas pada yang dapat dialami saja, padahal

semua komponen bahasa berkembang secara kreatif atau melampaui batasan

pengalaman naluri yaitu rangsangan dan gerak balas. Perkembangan bahasa

secara kreatif adalah hasil turut sertanya peranan operasi mental atau kognitif.

Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa adalah tindakan kreatif yang hanya ada

pada manusia. Kreativitas manusia menggunakan bahasa hanya dapat difahami dengan

menerima hakikat bahwa bahasa adalah satu sistem yang teratur sebagai sebagian

daripada proses kognitif manusia. Dalam hal inilah, sebuah teori yang digerakkan dengan

rangsangan dan gerak balas mampu menimbulkan kreativitas dan kecakapan orang

menggunakan bahasa.

Sebagai penganut mentalisme, Noam Chomsky dalam kajian kebahasaan

berpendirian bahwa hasil kajiannya tidak untuk dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan

dan pengajaran bahasa karena memang dia tidak mempunyai alasan untuk itu (Chomsky,

1980). Penganut mentalisme kebahasaan, mengkaji bagaimana makna-makna bahasa

diserap oleh anak-anak melalui analisis hubungan logis antar unsur yang hanya melibatkan

konteks semotaktik (konteks keterkaitan secara logis antar unsur di dalam kalimat). Karena

itu manfaat hasil kajiannya diuntukkan pada pengayaan khazanah kebahasaan dalam

bidang psikolinguistik. Karena psikolinguistik mempunyai kaitan dengan ilmu otak

(neurologi), pertanyaan muncul: "Apakah kajiannya dapat dimanfaatkan untuk terapi bagi

orang-orang yang bermasalah dalam pengucapan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan

gumpalan otak yang mengontrol bahasa (language lump)?" Jawabannya adalah "tidak"

karena yang memperbaiki "kerusakan bahasa" bukanlah kajian Chomsky, tetapi kajian dan

Page 37: bahan pra 3104

penelitian tentang otak itu sendiri. Kalau demikian, hasil kajian psikolinguistik hanya untuk

kajian itu "perseorangan". Manfaat hasil kajian suatu bidang ilmu merupakan hak

"prerogatif" pengkajinya sendiri. Dengan kata lain, hasil kajian bahasa yang demikian

merupakan inventarisasi kekayaan ilmu dan pengetahuan. Karena itu, salah satu klasifikasi

hasil kajian bahasa adalah inventarisasi kekayaan ilmu pengetahuan. Bahasa dalam hal ini

berfungsi sebagai ilmu.

PENDAHULUAN

Setiap kebudayaan manusia memiliki bahasa. Bahasa manusia berjumlah ribuan, yang begitu

bervariasi diatas permukaan bumi sehingga banyak dari kita putus asa mempelajari lebih dari

satu. Tetapi semua bahasa manusia memiliki beberapa karakteristik yang umum. Bahasa ialah

suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada manusia,

bahasa ditandai oleh daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah sistem aturan. Daya

cipta yang tidak pernah habis ialah suatu kemampuan individu untuk menciptaka sebuah kalimat

bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang

terbatas, yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif. Sistem aturan bahasa

meliputi Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Semantik dan Pragmatik. Fonologi ialah studi tentang

sistem bunyi-bunyian bahasa. Morfologi mengacu pada ketentuan-ketentuan pengkombinasian

morfem, dimana morfem ialah rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang memberi makna kepada

apa yang kita ucapkan dan dengar. Sintaksis melibatkan bagaimana kata-kata dikombinasikan

untuk membentuk ungkapan dan kalimat yang dapat diterima. Semantik mengacu kepada makna

kata dan kalimat. Serta perangkat terakhir ketentuan-ketentuan bahasa meliputi Pragmatik, yaitu

kemampuan untuk melibatkan diri dalam percakapan yang sesuai dengan maksud dan keinginan.

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA

Meski nama/istilah psikolinguistik baru muncul pada tahun 1954 dalam buku Thomas

A.Sebeok dan Charles E, Osgood yang berjudul Psycholinguistik : A Survey of Theory and

Research Problems namun sebenarnya sejak zaman Panini, ahli tata bahasa dari India, dan

Sokrates ahli filsafat dari Yunani, pengkajian bahasa telah dilakukan orang.

Page 38: bahan pra 3104

Pada abad silam terdapat 2 aliran filsafat yang saling bertentangan dan saling

mempengaruhi perkembangan linguistik dan psikologi. Yang pertama adalah aliran empirisme

yang mempunyai ikatan erat dengan psikologi asosiasi. Aliran empirisme menlakukan penelitian

terhadap data empiris atau objek yang dapat diobservasi dengan cara menganalisis unsur

pembentuknya sampai yang sekecil-kecilnya. Oleh karena itu aliran ini disebut bersifat atomistik

dan lazim dikaitkan dengan asosianisme dan positivisme. Aliran kedua dikenal dengan nama

rasionalisme. Aliran ini mengkaji akal sebagai satu keseluruhan dan menganggap bahwa faktor-

faktor yang ada dalam akal inilah yang patut diteliti untuk bisa memahami perilaku manusia.

Oleh karena itu aliran ini disebut bersifat holistik dan biasa dikaitkan dengan paham nativisme,

idealisme, dan mentalisme

Pada awal perkembangannya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang

berminat pada psikologi dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung di bidang linguistic

1. Psikologi dalam linguistik

Dalam sejarah linguistik ada beberapa pakar linguistik yang tertarik dengan bidang

psikologi. Di antara mereka yang paling terkenal adalah Wilhelm von Humboldt, Ferdinand de

Saussure, Edward Sapir, Leonard Bloomfield, Otto Jespersen.

Wilhelm Von Humboldt (1767-1835,Jerman) pakar linguistik ini mencoba mengkaji

hubungan antara linguistik(bahasa) dengan pemikiran manusia (psikologi).Caranya dengan

membandingkan tata bahsa dari bahasa yang berlainan dengan tabiat bangsa yang berbeda-

beda.Dari situ diambil kesimpulan bahwa tata bahasa mempengaruhi pandangan hidup penutur

bahasa itu. Tampaknya, Von Humboldt dipengaruhi oleh aliran rasionalisme. Dia menganggap

bahwa bahasa itu bukanlah sesuatu yang bisa dipotong-potong dan diklasifikasikan sebagai

aliran empirisme. Menurut Von Humboldt bahasa itu merupakan satu kegiatan yang memiliki

prinsip tersendiri.

Ferdinand de Saussure(1858-1913,Swiss) Beliau telah berusaha menerangkan apa bahasa

itu dan bagaimana keadaan bahasa di otak. Beliau memperkenalkan 3 istilah tentang

bahasa :langage(bahasa pada umumnya yang bersifat abstrak), language(bahasa khusus yang

bersifat abstrak) dan parole(bahasa sebagai tuturan yang bersifat konkret). Saussure menegaskan

Page 39: bahan pra 3104

objek kajian linguistik adalah language sedangkan objek kajian psikologi adalah parole. Berarti

kalau ingin mempelajari bahasa secara utuh maka ilmu linguistik dan psikologi harus digunakan.

Edward Sapir(1884-1939,Amerika) menurut Sapir psikologi dapat memberikan dasar

yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga mengkaji hubungan antara bahasa dengan

pemikiran. Dari kajian itu beliau berkesimpulan bahwa bahasa terutama strukturnya merupakan

sesuatu yang menentukan pemikiran manusia.Beliau juga menekankan bahwa linguistik dapat

membantu psikologi gestalt.

Leonard Bloomfield(1887-1949,Amerika) Dalam menganalisis bahasa Bloomfield

dipengaruhi oleh 2 aliran psikologi yang saling bertentangan yaitu mentalisme dan behaviorisme.

Pada mulanya beliau menggunakan prinsip-prinsip mentalisme(yang sejalan dengan teori

psikologi Wundt). Di sini beliau berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan

pengalaman yang menyenangkan terutama karena adanya tekanan emosi yang kuat. Jika

melahirkan pengalaman dalam bentuk bahasa ini karena adanya tekanan emosi yang kuat maka

muncullah ucapan(kalinat) ekslamasi. Jika pengalaman ini lahir dari keinginan berkominasi

maka lahirlah kalimat deklarasi. Jika keinginan berkomunikasi ini bertukar menjadi kenginan

untuk mengetahui maka akan menjadi kalimat interogasi. Tapi sejak tahun 1925 Bloomfield

meninggalkan psikologi mentalisme Wundt lalu menganut paham psikologi behaviorisme

Watson dan Weiss. Beliau menerapkan teori psikologi behaviorisme dalam teorinya yang kini

terkenal dengan nama “linguistik struktural” dan “linguistik taksonomi”

Otto Jespersen(Denmark) Jespersen menganalisis bahasa menurut psiokologi menurut psikologi

mentalistik yang juga berbau behaviorisme. Jaspersen berpendapat bahwa bahasa bukanlah satu

wujud dalam arti satu benda seperti sebuah meja melainkan berupa satu fungsi manusia sabagai

lambang-lambang di dalam otak yang melambangkan pikiran atau yang membangkitkan pikiran

itu. Jadi juga bersifat behavioristik. Malah beliau juga berpendapat bahwa satu kata dapat

dibandingkan dengan satu kebiasaan perilaku

2. Linguistik dalam Psiokologi

Page 40: bahan pra 3104

Ada beberapa pakar psikologi yang menaruh perhatian padalinguistik ,seperti John

Dewey, Karl Buchler, Wundt, Watson, Weiss

John Dewey(1859-1952,Amerika) Beliau mengkaji bahasa dan perkembangnnya dengan

cara menafsirkan analisis lingustik bahasa kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip psikologi.

Umpamanya beliau menyarankan agar penggolongan psikologi akan kata-kata yang dicuapkan

kanak-kanak dilakukan berdasarkan makna yang dipahami anak-anak

Bukan seperti makna yang dipahami oleh orang dewasa. Dengan cara ini maka

berdasarkan prinsip-prinsip psikologi akan didapat ditentukan hubungan antara kata-kata

adjective dan preposisi di satu pihak dengan kata-kata berkelas adverbia dan preposisi. Jadi

dengan pengkajian kelas kata berdasarkan pemahaman kanak-kanak kita akan dapat menentukan

kecenderungan mental anak-anak yang dihubungkan perbedaan-perbedaan linguistik.

Karl Buchler(Jerman) dalam bukunya yang berjudul Sprach Theorie beliau menyatakan

bahwa bahasa manusia mempunyai 3 fungsi yang disebut Kungabe(kemudian disebut Ausdruck)

Appell(sebelumnya disebut auslosung)

HUBUNGAN BERBAHASA, BERPIKIR DAN BERBUDAYA

Berbahasa dalam arti komunikasi dimulai dengan membuat enkode sematik dan enkode

gramatikal di dalam otak pembicara kemudian dilanjutkan dengan pembuatan enkode fonologi.

Dilanjutkan dengan penyusunan dekode fonologi,dekode gramatikal dan dekode semantik pada

pihak pendengar.

Beberapa pendapat yang di kemukakan oleh sejumlah pakar yakni tentang beberapa

teori :

1. Teori Wilhelm von Humboldt

Beliau menekankan bahwa pemikiran manusia tidak bisa lepas dari bahasa maksudnya

pandangan hidup adn budaya manusia ditentukan oleh bahasa manusia itu sendiri.Anggota-

anggota masyarakat itu tidak bisa menyimpang dari lagi dari garis-garis yang ditentukan

bahasanya itu.Kalau seseorang ingin mengubah pandangan hidupnya maka dia harus belajar dulu

Page 41: bahan pra 3104

satu bahasa lain.Mengenai bahasa itu sendiri Humboldt berpendapat bahwa bahasa itu dibagi

menjadi dua bagian yaitu bunyi-bunyian dan pikiran-pikiran yang belum terbentuk.Bunyi-bunyi

dibentuk oleh lautform dan pikiran-pikiran dibentuk oleh innerform.Jadi bahasa menurut

Humboldt adalh sintesa dari bunyi(lautform) dan pikiran(deenform)

Bisa disimpulkan bunyi bahasa adalh bentuk luar dan pikiran-pikiran adalah bentuk

dalam. Kedua bentuk inilah yang membelenggu manusia dan cara bepikirnya.

2. Teori Sapir – Whorf

Berdasarkan hipotesis Sapir-Whorf dapat dikatakan bahwa kebudayaan dan pandangan

hidup masyarakat Asia Tenggara adalah sama karena bahasanya memiliki struktur yang

sama.Sedankan pandangan bangsa Cina, Amerika Latin dan Eropa adalah berlainan karena

struktur bahasanya berlainan.Whorf juga mengatakan bahwa bahasa menuntun pola berpikir kita

contohnya : pada kalimat see tha wave strukturnya see that house.Dalam kalimat see that house

kita memang dapat melihat sebuah rumah tapi pada kalimat see that wave kita sebenarnya

melihat sekumpulan ombak(karena tidak ada ombak hanya satu).Ini adalah bukti bahwa pikiran

kita dikungkung oleh bahasa kita

1. Teori Jean Piaget

Menurut Piaget pikiranlah yang membentuk bahasa tanpa pikiran bahasa tidak ada.Piaget

yang mengembangkan teori yang mengembangkan teori perkembangan kognisi menyatakan jika

seorang anak dapat menggolongkan sekumpulan benda-benda dengan cara-cara yang berlainan

sebelum anak itu dapat menggolongkan benda-benda itu dengan menggunakan kata-kata yang

yang serupa dengan benda-benda tersebut maka perkembangan kognisi dapat diterangkan telah

terjadi sebelum dia dapat berbahasa.

Menurut teori pertumbuhan kognisi seorang anak-anak mempelajari sesuatu mengenai

tindakan-tindakan dari perilakunya kemudian baru dari bahasa.

Piaget juga mengemukakan dua hal penting yang berkaitan dengan hubungan antara bahasa

dengan kegiatan-kegiatan intelek(pikiran) :

Page 42: bahan pra 3104

1. Sumber kegiatan intelek tidak terdapat dalam bahasa, tapi dalam periode sensorimotorik

yakni satu sistem skema, dikembangkan secara penuh dan membuat lebih dulu gambaran-

gambaran dari aspek-aspek struktur golongan-golongan dan hubungan-hubungan benda-

benda(sebelum mendahului gambaran-gambaran lain)dan bentuk-bentuk dasar

penyimpanan dan operasi pemakaian kembali.

2. Pembentukan pikiran yang tepat dikemukakan dan berbentuk terjadi pada yang

bersamaan dengan pemerolehan bahasa.Keduanya milik suatu proses yang lebih umu

yaitu konstitusi lambang pada umumnya.Awal terjadinya fungsi lambang ini ditandai

oleh bermacam-macam perilaku yang terjadi serentak dalam perkembangannya.

Piaget juga menegaskan bahwa kegiatan intelek sebenarnya adalah aksi atau perilaku yang telah

dinuranikan dan dalam kegiatan-kegiatan sensomotor termasuk juga perilaku perilaku bahasa.

1. Teori L.S. Vygotsky

Berpendapat adanya satu tahap perkembangan bahasa sebelum adanya perkembngan

pikiran dan satu tahap pikiran sebelum adanya perkembangan bahasa kemudian dua garis itu

bertemu maka terjadilah secara serentak pikiran bahasa dan bahasa berpikir. Dengan kata lain

pikiran dan bahasa pada tahap permulaan berkembang terpisah dan tidak saling mempengaruhi

kemudiankeduanya bertemu bertemu saling mempengaruhi dan bekerja sama.

Menurut Vygotsky dalam mengkaji gerak pikiran ini kita harus membagi 2 bagian

ucapan, yaitu ucapan dalam yang mempunyai arti yang merupakan aspek semantik ucapan dan

ucapan luar yang merupakan aspek fonetik atau aspek bunyi ucapan. Dalam perkembangan

bahasa masing-masing bergerak bebas. Keduanay bergerak dalam arah yang bertentangan dan

perkembangan keduanya sudah terjadi pada waktu dan cara yang sama.

1. Teori Noam Chomsky

Tentang bahasa, pemikiran Noam mengajukan tentang teori Klasik yang disebut

Hipotesis Nurani. Secara tidak langsung teori ini membicarakan tentanghubungan bahasa dengan

pemikiran, tetapi kita tidak dapat menarik kesimpulan mengenai hal itu karena Chomsky sendiri

Page 43: bahan pra 3104

menegaskan bahwa pengkajian bahasa membukakan perspektif yang baik dalam pengkajian

proses mental(pemikiran) manusia.

Hipotesis Nurani mengatakan bahwa struktur bahasa-dalam adalah nurani. Artinya

rumus-rumus itu di bawa sejak lahir. Pada waktu seorang kanak-kanak mulai mempelajari

bahasa ibu, dia telah dilengkapi sejak lahir dengan satu peralatan konsep dengan sruktur bahasa-

dalam yang bersifat universal.

6. Teori Eric Lenneberg

Berkenaan dengan bahasa, Eric mengajukan teori yang disebut Teori Kemampuan

Bahasa Khusus. Teori ini secara kebetulan ada kesamaan dengan teori Chomsky dan juga dengan

teori Piaget.

Menurut Lenneberg banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia menerima warisan

biologi asli berupa kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang khusus untuk manusia, dan

tidak ada hubungan nya dengan kecerdasan dan pemikiran.

Bukti bahwa manusia telah dipersiapkan secara biologis unutk berbahasa menurut Lennerberg :

∂ Kemampuan bahasa sangat erat hubungannya dengan bagian anatomi dan fonologi manusia.

∂ Jadwal perkembangan bahasa yang sama berlaku bagi semua kanak-kanak normal.

∂ Perkembangan bahasa tidak dapat dihambat meskipun pada kanak-kanak yang mempunyai

cacat tertentu, seperti buta, tuli.

∂ Bahasa tidak dapat di ajarakan pada makhluk lain.

∂ Setiap bahasa, tanpa kecuali, didasarkan pada prinsip semantic, sintaksis, dan fonologi yang

universal.

GANGGUAN BERBAHASA

Page 44: bahan pra 3104

Manusia yang normal fingsi otak dan alat bicaranya, tentu dapat berbahasa dengan baik.

Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan alat bicaranya, tentu mempunyai

kesulitan dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif.

Secara garis besar gangguan dapat di bagi dua,

Gangguan akibat factor medis, yaitu gangguan, baik akibat kelainan fungsi otak maupun

akibat kelaianan alat bicara.

Gangguan akibat factor lingkungan social, yaitu lingkungan kehidupan yang tidak

alamiah manusia, seperti tersisih dari kehidupan masyarakat.

Secara medis, menurut Sidharta(1984), gangguan berbicara dapat di bedakan atas 3 golongan :

1. Gangguan berbicara

Berbicara merupakan aktivitas motorik yang mengandung modalitas psikis, maka gangguan

berbicara ini dapat dikelompokkan dalam 2 kategori :

1. Gangguan mekanisme berbicara

Mekanisme berbicara adalah suatu proses produksi ucapan(perkataan) oleh kegiatan dari

pitan suara,lidah,otot-otot yang membentuk rongga mulut serta kerongkongan, dan paru-

paru. Maka gangguan berbicara berdasarkan mekainismenya dapat dirinci menjadi :

∂ gangguan akibat faktor pulmonal

gangguan berbicara ini dialami oleh penderita penyakit paru-paru . Pada penderita ini

kekuatan bernafasnya sangat kurang sehingga cara berbicaranya agak monoton, suara yang

kecil dan terputus-putus.

∂ gangguan akibat faktor laringal

Page 45: bahan pra 3104

gangguan pada pita suara menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi serak atau hilang

sama sekali

∂ gangguan akibat faktor lingual

gangguan yang disebabkan oleh lidah yang akan terasa sakit bila digerakkan .Dalam keadaan

seperti ini maka pengucapan sejumlah fonem menjadi tidak sempurna

∂ gangguan akibat faktor resonansi

gangguan ini menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi sengau.Pada orang sumbing

misalnya, suaranya menjadi sengau karena rongga mulut dan hidung yang digunakan untuk

berkomunikasi melalui defek di langit-langit keras(palatung)

1. Gangguan akibat multi faktorial

Akibat gangguan multi faktorial maka terjadinya berbagai faktor yang menyebabkan

gangguan berbicara antara lain :

∂ Berbicara serampangan

Berbicara serampangan adalah berbicara dengan cepat sekali dengan artikulasi yang rusak,

ditambah dengan “menelan” sejumlah suku kata, sehingga apa yang diucapkan sukar

dipahami.

∂ Berbicara propulsif

Gangguan berbicara propulsif biasamya terjadi pada penderita penyakit parkinson(kerusakan

otak yang menyebabkan otot menjadi gemetar,kaku dan lemah)pada penderita ini biasanya

bermasalah untuk memulai suatu gerakan namun bila sudah bergerak ia tidak dapat

berhenti(propulsi)

∂ Berbicara mutis(mutisme)

Page 46: bahan pra 3104

Penderita gangguan mutisme ini tidak berbicara sama sekali.Sebagian dari mereka dianggap

membisu, yakni memang sengaja tidak mau bicara.Mutisme ini sebenarnya bukan hanya

tidak dapat berkomunikasi secara verbal saja tetapi juga tidak dapat secara visual maupun

isyarat.Mutisme tidak bisa disamakan dengan orang bisu apalagi bisu tuli.

1. Gangguan psikogenik

Gangguan berbicara psikogenik sebenarnya tidak bisa disebut sebagai gangguan

berbicara.Mungkin lebih tepat jika disebut sebagai variasi cara berbicara yang normal.

Gangguan berbicara psikogenik antara lain :

∂ Berbicara manja

Disebut berbicara manja karena ada kesan anak(orang) yang melakukannya meminta

perhatian untuk dimanja.Umpamanya anak-anak yang baru terjatuh, maka terdengar adanya

perubahan pada cara bicaranya.Fonem/bunyi “s” dilafalkan menjadi bunyi “c” sehingga

kalimat “saya sakit” menjadi “caya cakit”.

∂ Berbicara kemayu

Berbicara kemayu berkaitan dengan perangai kewanitaan yang berlebihan.Jika seorang pria

bersifat kemayu(sindrom fonologi) maka jelas sekali gambaran yang dimaksudkan pada

istilah tersebut.Berbicara kemayu dicirikan oleh gerak bibir dan lidah yang menarik perhatian

dan lafal yang dilakukan secara ekstra menonjol atau lemah gemulai.

∂ Berbicara gagap

Berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat mendadak berhenti ,lalu mengulang-

ulang suku kata pertama.Acap kali si pembicara tidak berhasil mengucapkan suku kata awal,

hanya berhasil mengucapkan konsonan atau vokal awal saja meskipun dengan susah payah

Penyebab terjadinya gagap belum diketahui secara tuntas , namun hal berikut mempunya

peranan dalam menyebabkan terjadinya kegagapan :stres, pendidikan anak yang dilakukan

Page 47: bahan pra 3104

secara keras dan ketat,degan membentak-bentak, adanya kerusakan pada belahan

otak(hemisphere)yang dominan, faktor neurotik fanial.

Menurut Sidartha tahun1959 kegagapan dispasia yang ringan kegagapan ini sering trjadi

pada kaum laki-laki daripada perempuan dan lebih banyak diderita remaja daripada dewasa.

∂ Berbicara latah

Latah sering disamakan dengan EKULALLA,yaitu perbuatan mem-beo atau menirukan apa

yang dikatakan orang lain, tetapi sebenarnya latah adalah suatu sindrom yang terdiri atas

curah verbal retrotitif yang bersifat jorok(KOPROLALLA)dan gangguan lokomotorik yang

dapat dipancing.Yang sering dihinggapi penyakit latah adalah perempuan yang berumur 40-

an keatas.

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

1.1. Teori perkembangan bahasa anak

Penelitian terhadap perkebangan bahasa anak tidak terlepas dari pandangan , hipotesis

atau teori psiokologi.Dalam hal ini sejarah mencatat ada 3 pandangan dalam perkembangan

bahasa anak yaitu :

1.1. Pandangan Nativisme(nature)

Diwakili oleh Noam chomsky.Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa

pertama.Manusia sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis

telah diprogramkan.Pandangan ini menganggap bahwa lingkungan tidak punya pengaruh dalam

perolehan bahasa , hanya menganggap bahwa bahasa adalah pemberian biologis yang disebut

“hipotesis pemberian alam”

Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit sehingga mustahil

dipelajari dalam waktu yang sehingga.Menurut Chomsky bahasa hanya dapat dipelajari oleh

manusia.Pendapat ini didasarkan pada asumsi :

Page 48: bahan pra 3104

∂ Perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan

∂ Bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang singkat

∂ Lingkungan bahasa si anak tidak dapat menyediakan data secukupnya bagi

penguasaaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa

1.1. Pandangan Behaviorisme(nurture)

Diwakili oleh B.F. Skinner Kaum behaviorisme menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa

pertama dikendalikan dari luar diri si anak oleh rangsangan yang diberikan oleh

lingkungan.Istilah bahasa oleh kaum behavioris dianggap kurang tepat karena istilah bahasa

menyiratkan suatu wujud ,sesuatu yang digunakan dan bukan sesuatu yang dilakukan padahal

bahasa itu merupakan suatu perilaku diantara perilaku manusia lainnya

Menurut kaum behavioris kemampuan dan memahami oleh anak diperoleh melalui rangsangan

dari lingkungan anak dianggap sebagai penerima pasif tekanan lingkungan dan tidak mengakui

pandangan bahwa anak menguasai kaidah bahasa dan memiliki kemampuan untuk

mengabstrakan ciri-ciri penting dari bahasa di lingkungannya

1.1. Pandangan kognitifisme

Oleh Jean Piaget ,menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang

terpisah ,melainkan salah satu kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif.Bahasa

distrukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih

mendasar dan lebih umum.Jadi, urut-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan

perkembangan bahasa

Piaget menegaskan bahwa struktur yang kompleks dari bahasa bukasnlah sesuatu yang diberikan

oleh alam dan bukan pula sesuatu yang dipealajri dari lingungan tapi timbul sebagai akibat dari

interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak dengan lingkungan

kebahasaannya

Page 49: bahan pra 3104

TAHAP PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN BAHASA

Berikut ini akan disajikan tahapan perkembangan bahasa dan bicara seorang anak.

Namun perlu diperhatikan, bahwa batasan-batasan yang tertera juga bukan merupakan batasan

yang kaku mengingat keunikan setiap anak berbeda satu dengan yang lain. Menurut Dr. Miriam

Stoppard (1995) membagi tahapan perkembangan kemampuan bicara dan berbahasa mulai dari 0

sampai 3 tahun.

0 – 8 minggu

Perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa

Pada masa awal, seorang bayi akan mendengarkan dan mencoba mengikuti suara yang

didengarnya. Sebenarnya tidak hanya itu, sejak lahir ia sudah belajar mengamati dan mengikuti

gerak tubuh serta ekspresi wajah orang yang dilihatnya dari jarak tertentu. Meskipun masih bayi,

seorang anak akan mampu memahami dan merasakan adanya komunikasi 2 arah dengan

memberikan respon lewat gerak tubuh dan suara. Sejak 2 minggu pertama, ia sudah mulai

terlibat dengan percakapan dan pada minggu ke-6 ia akan mengenali suara sang ibu dimana pada

usia 8 minggu, ia mulai mampu memberikan respon terhadap suara yang dikenalnya.

Tindakan yang dapat dilakukan orang tua

1. Semakin dini orang tua menstimulasi anaknya dengan cara mengajaknya

bercakap-cakap dan menunjukkan sikap yang mendorong munculnya respon dari

si anak, maka sang anak akan semakin dini pula tertarik untuk belajar bicara.

Tidak hanya itu, kualitas percakapan dan bicaranya juga akan lebih baik. Jadi

akan lebih baik jika orang tua terus mengajak anaknya bercakap-cakap sejak hari

pertama kelahirannya.

2. Jalinlah komunikasi dengan dihiasi oleh senyum anda, pelukan, dan perhatian.

Dengan demikian anak anda akan termotivasi untuk berusaha memberikan

responnya.

3. Tunjukkanlah selalu kasih sayang melalui peluk-cium, dan kehangatan yang bisa

dirasakan melalui intonasi suara anda. Dengan demikian, anda menstimulasi

Page 50: bahan pra 3104

terjalinnya ikatan emosional yang erat antara anda dengan anak anda sekaligus

membesarkan hatinya.

4. Selama menjalin komunikasi dengan anak anda, jangan lupa untuk melakukan

kontak mata secara intensif karena dari pandangan mata tersebutlah anak bisa

merasakan perhatian, kasih sayang, cinta dan pengertian.

5. Jika anak anda menangis, jangan didiamkan saja. Selama ini banyak beredar

pandangan keliru, bahwa jika bayi menangis sebaiknya didiamkan saja supaya

nantinya tidak manja dan bau tangan. Padahal satu-satunya cara seorang bayi baru

lahir untuk mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhannya adalah melalui

tangisan, jika tangisan nya tidak di pedulikan, lama-lama ia akan frustasi karena

kebutuhanya terabaiakan.

8 – 24 minggu

Perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa

Tidak harus setelah seorang bayi tersenyum, ia mulai belajar mengekspresikan dirinya

melalui suara-suara yang sangat lucu dan sederhana, seperti “eh” ”ah” “oh” dan tidak lama

kemudian ia akan mulai mengucapkan konsonan seperti “m” “p” “b” adn “j”. Pada usia 12

minggu, seorang bayi sudah muali terlibat pada percakapan “tunggal” dengan menyuarakan

“gaga” dan pada usia 16 minggu, ia makin mampu mengeluarkan suara seperti tertawa atau

teriakan riang. Pada usia 24 minggu, seorang bayi akan mulai bisa menyuarakan “ma” “ka” “da”

dan sejenisnya. Sebenarnya banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seorang anak sudah

mulai memahami apa yang orang lain katakan.

Tindakan yang dapat dilakukan orang tua

1. Untuk bias berbicara, seorang anak perlu latihan mekanisme berbicara melalui

latihan gerakan mulut, lidah, bibir. Sebenarnya aktivitas menghisap, memijat,

menyemburkan gelembung dan mengunyah merupakan kemampuan yang

diperlukan. Oleh sebab itu, anak harus dialtih dengan permainan maupun

makanan.

2. Sering-seringlah menyanyikan lagu untuk anak anda dengan lagu anak-anak yang

sederhana dan lucu, secara berulang dengan penekanan pada ritme dan

Page 51: bahan pra 3104

pengucapannya. Bernyanyilah dengan diselingi permainan yang bernada serta

menarik.

3. Salah satu cara seorang anak berkomunikasi di usia ini adalah melalui tertawa.

Oleh sebab itu kita harus sering bercanda, tertawa, membuat suara yang lucu agar

kemampuan komunikasi dan interaksinya meningkat dan mendorong tumbuhnya

kemampuan bahasa dan bicara.

4. Setiap bayi yang baru lahir, mereka akan belajar melalui pembiasaan ataupun

pengulangan suatu pola, kegiatan, nama, peristiwa. Melalui mekanisme ini kita

muali bisa mengenalkan kata-kata yang bermakna pada anak saat melakukan

aktivitas rutin, seperti pada waktu makan, kita bisa mengatakan “nyam-nyam”.

28 minggu – 1 tahun

Perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa

Usia 28 minggu seorang anak mulai bisa mengucapkan “ba” “da” “ka” secara jelas sekali.

Bahkan waktu menangis pun vokal suaranya sangat lantang dan dengan penuh. Pada usia 32

minggu, ia akan mampu mengulang bebarapa suku kata yang sebelumnya sudah mampu

diucapkannya. Pada usia 48 minggu, seorang anak mulai mampu sedikit demi sedikit

mengucapkan sepatah kata yang sarat dengan arti. Selain itu ia mulai mengerti kata “tidak” dan

mengikuti instruksi sederhana seperti “bye-bye”.

Tindakan yang dapat dilakukan orang tua

1. Jadilah model yang baik untuk anak anda terutama paad masa inilah mereka mulai

belajar meniru kata-kata yang didengarnya dan mengucapkan kembali. Ucapkan

kata-kata dan kalimat anda secara perlahan, jelas dengan disertai tindakan(agar

anak tahu artinya) dan bahasa tubuh dan ekspresi wajah kita harus pas.

2. Anak anda akan belajar berbicara dengan bahasa yang tidak jelas bagi anda, Jadi

ini lah waktu anda dengan anak, saling belajar memahami.Jadikan kegiatan ini

sebagai bentuk permainan yang menyenangkan agar anak tidak patah semangat,

namun jiak anda malas memperhatikan “suaranya” maka anak anda akan merasa

bahwa “tidak mungkin baginya untuk mencoba mengekspresikan keinginannya”

Page 52: bahan pra 3104

3. Kadang-kadang, ikutilah gumamnya, namun anda juga perlu mengucapkan kata

secara benar. Jika suatu saat ia berhasil mengucapkan sesuatu suku kata atau kata

dengan benar, berilah pujian yang disertai dengan pelukan, tepuk tangan, dan

sampaikan padanya “betapa pandainya dia.”

4. Jika mengucapkan sebuah kata, sertailah dengan penjelasan artinya. Lakukan hal

ini terus-menerus, meski tidak semua dimengertinya. Penjelasan bisa dilakukan

dengan menunjukan gambar, gerakan, sikap tubuh, atau ekspresi.

1 Tahun – 18 bulan

Perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa

Pada usia setahun, seorang anak akan mampu mengucapkan dua atau tiga patah kata yang

mempunyai makna. Sebenarnya, ia juga sudah mampu memahami sebuah objek sederhana yang

diperlihatkan padanya. Pada usia 15 bulan, anak mulai bisa mengucapkan dan meniru kata yang

sederhana dan sering didengarnya kemudian mengekspresikannya pada posisi yang tepat. Usia

18 bulan, ia sudah mampu menunjukan objek yang dilihatnya dan yang dijumpainya setiap hari.

Selain itu, Ia juga mampu menghasilkan kurang lebih 10 kata yang bermakna.

Tindakan yang dapat dilakukan orang tua

1. Semakin mengenalkan anak anda dengan berbagai macam suara, seperti suara

mobil, motor, kucing, dsb. Kenalkan pula pada suara yang sering didengarnya,

seperti pintu terbuka dan tertutup, suara air, benda jatuh, dsb.

2. Sering-seringlah membacakan buku yang sangat sederhana dengan cerita yang

menarik. Tunjukan objek yang terlihat di buku, sebutkan namanya, apa yang

sedang dilakukannya, jalan ceritanya. Dan mintalah kembali apa yang telah anda

sebutkan, jika ia berhasil, berilah ia pujian.

3. Jika sedang bersamanya, sebutkan nama-nama benda, warna dan bentuk objek

yang dilihatnya.

4. Anda mulai bisa mengenalkan dengan angka, seperti mengitung benda-benda

sederhana yang sering dibuat permainan. Lakukan itu dalam suasana santai dan

nyaman

Page 53: bahan pra 3104

18 Bulan – 2 Tahun

perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa

Pada rentang usia ini, kemampuan bicara anak semakin tinggi dan kompleks.

Perbendaharaan katanya bisa mencapai 30 kata, dan mulai sering mengutarakan pertanyaan

sederhana, seperti “mana?” dan memberikan jawaban singkat, seperti “tidak” “di sana.” Pada

usia ini, mereka mulai menggunakan kata-kata yang menunjukan kepemilikan, seperti

“punyaku.” Bagaimanapun juga, sebuah percakapan melinbatkan komunikasi dua belah pihak,

sehingga anak akan juga belajar merespon setelah mendapatkan stimulus. Semakin hari, ia

semakin luwes dalam menggunakan kata dan bahasa sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Namun perlu diingat, oleh karena perkembangan koordinasi motoriknya juga belum terlalu

sempurna, kata-kata yang diucapkan masih sering kabur, misalnya: “Balon” manjadi “Aon”,

“Roti” menjadi”Oti”

Tindakan yang dapat dilakukan orang tua

1. Mulailah mengenalkan anak pada perbendaharaan kata yang menerangkan sifat

atau kualitas, seperti “baik, indah, cantik, dingin , banyak, asin, manis,

dsb.”Caranya, pada saat anak anda mengucapkan satu kata tertentu, sertailah

dengan kualitas tersebut, misalnya “anak baik.”

2. Mulailah mengenalkan padanya kata-kata yang mengenalkan keadaan atau

peristiwa yang terjadi : sekarang, besok, di sini, nanti, dll.

3. Anda juga bisa mengenalkan kata-kata yang menunjukan tempat: di atas, di

bawah, di samping.

4. Yang perlu anda ingat, janganlah menyetarakan perkembangan anak anda dengan

anak yang lain karena setiap anak mempunyai hambatan yang berbeda-beda. Jadi,

jika anak anda kurang lancar berbicara, jangan kemudian menekannya agar

mengoptimalkan kemampuannya. Keadaan ini akan membuat ia stres.

2 Tahun – 3 Tahun

Perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa

Page 54: bahan pra 3104

Seorang anak mulai menguasai 200-300 kata dan senang berbicara sendiri (monolog).

Sekali waktu, ia akan memperhatikan kata-kata yang baru didengarnya untuk dipelajari secara

diam-diam. Mereka mulai mendengarkan pesan-pesan, yang penuh makna, yang memerlukan

perhatian dengan penuh minat dan perhatian. Perhatian mereka juga semakin luas dan semakin

bervariasi, mereka juga semakin lancar dalam bercakap-cakap, meski pengucapannya juga belum

sempurna. Anak se usia ini juga semakin tertarik mendengarkan cerita yang lebih panjang dari

kompleks. Jika di ajak bercakap-cakap, mudah bagi mereka untuk mereka untuk loncat dari satu

topik pembicaraan ke yang lainnya. Selain itu, mereka sudah mampu menggunakan kata

sambung “sama”, misalnya ”ani pergi ke pasar bersama ibu”, untuk menggambarkan dan

menyambung 2 situasi yang berbeda. Pada usia ini mereka juga bisa menggunakan kata “aku”

“saya” dengan baik dan benar. Dengan banyaknya kata-kata yang mereka pahami, mereka

semakin mengerti perbedaan antar yang terjadi masa lalu, masa kini.

Tindakan yang dapat dilakukan orang tua

1. Pada usia ini, anak anda akan lebih senang bercakap-cakap dengan anak se usia

nya dari pada dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, akan baik jika ia banyak di

kenalkan anak-anak se usianya dan dilibatkan pada lingkungan sosial yang bisa

memfasilitasi kemampuan sosial dan cara berkomunikasinya. Salah satu tujuan

ortu memasukkan nursery school agar anaknya bisa mengembangkan kemampuan

komunikasi sekaligus sosialisasi. Meskipun demikian, bahasa dan kata-kata yang

di ucapkan masih bersifat ego sentris, namun lama-kelamaan akan bersifat sosial

seiring dengan perkembangan usia dan keluasan jaringan sosialnya.

2. Sering-seringlah menceritakan cerita menarik pada anak anda, karena sebenarnya

cerita juga merupakan media atau sarana untuk mengekspresikan emosi,

menamakan emosi yang disimpan dalam hati dan belajar berempati. Dari kegiatan

ini pulalah anda tidak hanya belajar berani mengekspresiakn diri secara verbal

tetapi juga belajar perilaku sosial.

3. Ceritakan padanya cerita yang lebih kompleks dan kenalkan beberapa kata-kata

baru sambil menerangkan artinya secara terus menerus agar ia dapat

mengingatnya dengan mudah.

3 – 4 tahun

Page 55: bahan pra 3104

Perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa

Anak-anak muali mampu menggunakan kata-kata yang bersifat perintah, hal ini juga

menunjukkan adanya rasa percaya diri yang kuat dalam menggunakan kata-kata dan menguasai

keadaan. Mereka senang sekali mengenali kata-kata baru dan terus berlatih untuk menguasainya.

Mereka menyadari, bahwa dengan kata-kata mereka bisa mengendalikan situasi seperti yang

diinginkan, bisa mempengaruhi orang lain, dan bisa mengajak teman-temannya.

Tindakan yang dapat dilakukan orang tua

1. Hindari sikap mengoreksi kesalahan pengucapan kata anak secara langsung, karena itu

akan membuatnya malu dan malah bisa mematahkan semangatnya untuk belajar

berusaha. Anda bisa mengulangi kata tersebut secara jelas, seolah anda

mengkomfirmasikan apa yang dimaksudnya.

2. Pada usia ini, seorang anak sudah mulai bisa mengerti penjelasan sederhana. Oleh sebab

itu, anda bisa muali bisa mencoba untuk mengajaknya mendiskusikan soal-soal yang

sederhana, dan tanyakan apa pendapatnya tentang persoalan itu.

3. Mulailah mengeluarkan kalimat yang panjang dan kompleks, agar ia muali belajar

meningkatkan kemampuannya dalam memahami kalimat. Untuk mengetahui apakah ia

memahami atau tidak, dan anda bisa melihat responnya. Artinya jika ia melakukan apa

yang anda inginkan maka ia sudah mengerti kalimat anda.

4. Anak-anak sangat menyukai kegiatan berbisik, karena hal itu permainan yang

mengasyikkan buat mereka sebagai salah satu cara mengekspresikan perasaan dan

keingintahuan.

5. Pakailah cerita-cerita dongeng dan fabel yang sebenarnya mencerminkan dunia anak kita

dan memakainya sebagai suatu cara untuk mengajarkan banyak hal tanpa menyinggung

perasaannya. Dengan mendongeng, anda mengenalkan padanya konsep-konsep tentang

moralitas, nilai-nilai, sikap yang baik dan jahat, keadilan, kebajikan dan pesan-pesan

moral lainnya.

Kesimpulan

Page 56: bahan pra 3104

Manusia mempunyai banyak bahasa. Perkembangan bahasa itu muncul tahun 1994 yang mana

pengkajian bahasa dan berbahasa telah dilakukan dan tidak terlepas dari aliran-aliran yang ada,

karena filsafat adalah induk dari disiplin ilmu. Dahulu, terdapat dua aliran yang saling

bertentangan yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan psikologi, yaitu empirisme, dan

nasionalisme. Pada awal perkembangannya, perkembangan bahasa bermula dari pakar bahasa

yang berminat pada psikologi, dan dilanjutkan dengan kerjasama antara pakar bahasa, pakar

politik, dan pakar psikologi, dan munculah psikolinguistik sebagai disiplin mandiri.

Perkembangan bahasa memiliki hubungan erat antara berpikir dan budaya. Berbahasa dalam arti

berkomunikasi dimulai dengan membuat enkode semantik dan enkode gramatikal di dalam otak

pembicara. Banyak teori-teori pada masalah ini yaitu: Teori Willhelm, teori Sapir, teori Jean

Piaget, teori LS Vygotsky, teori Noam, dan teori Erick. Adapun dalam proses berbahasa, terdapat

gangguan-gangguan yang dibagi dalam dua bagian. Pertama gangguan akibat faktor medis, dan

yang kedua gangguan akibat faktor lingkungan, namun menurut Sidharta(secara medis)

gangguan berbahasa dibagi menjadi 3 golongan, yaitu gangguan berbicara, gangguan berbahasa,

dan gangguan berfikir.

Ada juga tentang perkembangan bahasa anak, di mana terdapat beberapa teori tentang

eprkembangan bahasa anak yaitu pandangan natifisme yang dimotori oleh Noam Chomsky,

pandangan Behaviorisme dimotori oleh B.F Skinner, dan pandangan kognitifisme dipelopori

oleh Jean Piaget. Menurut Dr. Miriam Stoppard (1995) membagi tahapan perkembangan

kemampuan bicara dan berbahasa mulai dari 0 sampai 3 tahun. Yaitu 0-8 minggu, 8-24 minggu,

28-1 tahun, 1 tahun-18 bulan, 18 bulan-2 tahun, 2-3 tahun, 3-4 tahun.

.

1271401320

comment-form-co

Page 57: bahan pra 3104