BAHAN PENDALAMAN KITAB SUCI - … · Berhubungan dengan situasi Asia yang sangat majemuk itu, Para...
Transcript of BAHAN PENDALAMAN KITAB SUCI - … · Berhubungan dengan situasi Asia yang sangat majemuk itu, Para...
BAHAN PENDALAMAN KITAB SUCI
KEUSKUPAN PURWOKERTO
Disusun berdasarkan
bahan BKSN Konferensi Waligereja Indonesia
dan diterbitkan oleh
Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Purwokerto
TIM PENYUSUN BAHAN BKSN
Koordinator
Ign. Fr. Wong Sani Saliwardaya, MSC
Anggota
F.A. Yusup
Yulius Idris Widiyana
Petrus Bagiya
H.Y. Sumardi
C. Rahayu Dwi Lestari
C. Atin Soelistianing Widi
F.B. Jemidi
Ignatius Loyolla Markus Winarno Sukardi Siswooetomo
Yonas Petrus Canisius Lamere
Yohanes Caesar Kriswanto Priatmaja
Brigita Dewi Yuliantari Rahmawati
SEKRETARIAT
Komisi Kerasulan Kitab Suci
Keuskupan Purwokerto
Jalan Gereja No. 3 Purwokerto 53115
Tlp. (0281) 635632
Fax. (0281) 631611
i
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
PENGANTAR
Tugas perutusan yang diserahkan oleh Yesus Kristus
kepada para murid-Nya (bdk. Mrk. 16:15) belumlah berakhir.
Para murid diutus untuk mewartakan Kabar Gembira
dengan menjadi saksi-saksi-Nya ke seluruh dunia (bdk. Luk.
24:46-48; Kis. 1:8). Dengan demikian, perutusan mondial ini
semestinya dilaksanakan dalam konteks hidup mereka.
Gereja Katolik Indonesia, sebagai murid-murid Kristus, juga
menerima tugas perutusan mondial tersebut. Sebagai
Gereja yang hidup di Benua Asia, Gereja Katolik Indonesia
diajak untuk melaksanakan perutusan ini dalam konteks
Asia, tempat dan konteks hidup kita.
Gereja Katolik Asia mempunyai ciri khas tertentu, yakni
sangat diwarnai oleh pluralisme, keanekaragaman,
kemajemukan, baik dalam bidang etnik, linguistik, politik,
kultural, ekonomi, dan juga religius. Dalam situasi yang
seperti ini, Gereja Katolik Asia semestinya melaksanakan
tugas perutusan mewartakan Kabar Gembira Kristus
dengan memperhatikan dan memperhitungkan banyak hal
agar bisa menghasilkan buah yang baik dan manis secara
berlimpah seperti diharapkan oleh “Sang Pemilik Kebun
Anggur” (bdk. Yoh. 15:1-8).
Berhubungan dengan situasi Asia yang sangat majemuk itu,
Para Uskup Asia yang mengadakan sidang Paripurna FABC
ii
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
(Federation Asian Bishops Conference) yang pertama di
Taipei, Taiwan. Pada tanggal 27 April 1974 dihasilkan
sebuah pernyataan sidang dengan judul “Pewartaan Injil di
Asia Zaman Sekarang”. Dengan mempertimbangkan situasi
Asia tersebut, Para Uskup menyatakan bahwa karya
pewartaan Kabar Gembira di Asia harus dilaksanakan
dengan cara berdialog dengan situasi setempat. Dan secara
khusus Para Uskup menegaskan bahwa pewartaan Kabar
Gembira di Asia harus menempuh jalur Dialog Rangkap
Tiga atau triple dialogue, yaitu dialog dengan bangsa-
bangsa Asia, khususnya mereka yang miskin dan tersingkir,
dialog dengan budaya-budaya Asia (kontekstualisasi dan
interkulturasi), dan dialog dengan agama-agama lain di Asia
(dialog antar agama atau antar iman).
Gereja Katolik Indonesia adalah bagian dari Gereja Asia.
Indonesia juga diwarnai dengan kemajemukan, baik dari
segi etnik, linguistik, politik, kultural, ekonomi, dan juga
religius. Indonesia bagaikan miniatur Benua Asia. Karena
kemiripan situasi Gereja Katolik Asia dan Gereja Katolik
Indonesia, maka arahan FABC berkaitan dengan Dialog
Rangkap Tiga, juga akan sangat relevan untuk Gereja
Katolik Indonesia. De facto, kita, sebagai Gereja Katolik
Indonesia, juga merasakan dan mengalami kepelbagaian
yang terdapat dalam Tubuh Gereja Kristus sendiri. Sebagai
Gereja Kristus yang berada di Indonesia, kita mengalami
perjuangan dan tantangan yang tidak jauh berbeda. Kita
juga perlu berdialog dengan saudara-saudari seiman.
Dalam kaitan itu, maka BKSN tahun 2018 yang mengambil
Tema “Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan”
akan direnungkan dalam 4 pertemuan sebagai berikut:
iii
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
Mewartakan Kabar Gembira melalui Dialog dengan yang
Miskin, dalam kisah Penggandaan Roti (Mat. 14:13-21)
Mewartakan Kabar Gembira di tengah Kemajemukan
Budaya, dalam kisah Kelahiran Yesus (Mat. 1:18-25)
Mewartakan Kabar Gembira melalui Dialog dengan
Agama Lain, dalam kisah Paulus di Areopagus (Kis.
17:16-34)
Mewartakan Kabar Gembira melalui Dialog dengan
Gereja Lain, dalam kisah Doa Yesus Untuk Para Murid-
Nya (Yoh. 17:20-26)
Melalui bahan Pendalaman Kitab Suci tahun 2018 ini, kita
juga diajak BUKAN HANYA memberi perhatian pada situasi
DI LUAR kehidupan Gereja kita sendiri, atau situasi Gereja
Paroki kita sendiri, tetapi juga situasi DI DALAM kehidupan
menggereja kita, khususnya di Paroki kita.
Paroki kita masing-masing juga bercorak majemuk: ada
umat yang miskin dan tersingkirkan; ada umat yang memiliki
budaya berbeda; ada perbedaan di antara umat dalam
menjalankan penghayatan katolisitasnya; ada umat yang
memiliki pasangan hidup dan atau anak yang berbeda
agama atau iman. Mereka semestinya juga menjadi subjek
dialog, bukan hanya menjadi objek pembicaraan dan
tindakan, misalnya: yang miskin diajak untuk bisa semakin
solider juga dengan sesama yang miskin; yang berbeda
budaya diajak untuk belajar memahami kekayaan budaya
lainnya; yang menjalankan penghayatan katolisitas yang
berbeda diajak untuk menghargai kekayaan spritualitas
kekatolikan; dan mereka yang hidup dengan pasangan dan
atau anak yang berbeda iman atau agama diajak untuk
saling menghormati.
iv
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
Ada suatu ungkapan yang pantas kita renungkan “Nemo dat
quod non habet”, yang artinya “tidak seorang pun dapat
memberikan sesuatu yang dia sendiri tidak memiliknya”.
Kita akan dapat mewartakan Kabar Gembira dalam
kemajemukan apabila kita sendiri merasa “at home” dengan
kemajemukan dalam kehidupan kita, dalam kehidupan
parokial kita.
Akhirnya, selamat berproses melalui BKSN 2018. Semoga
kita dapat memberi kesaksian hidup beriman sejati dalam
kemajemukan situasi kehidupan kita.
Tuhan memberkati kita semua.
Hening Griya, 6 Juli 2018
Ign. Fr. Wong Sani Saliwardaya, MSC
Delegatus Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Purwokerto
v
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
DAFTAR ISI
Pengantar ......................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................... v
Pengantar Umum BKSN 2017-2020 ............................... vi
Catatan Penting ............................................................. viii
Pertemuan 1
Mewartakan Kabar Gembira
melalui Dialog dengan yang Miskin ............................. 1
Pertemuan 2
Mewartakan Kabar Gembira
di tengah Kemajemukan Budaya ................................ 8
Pertemuan 3
Mewartakan Kabar Gembira
melalui Dialog dengan Agama Lain .......................... 12
Pertemuan 4
Mewartakan Kabar Gembira
melalui Dialog dengan Gereja Lain ........................... 18
Keterangan Logo BKSN 2018 ...................................... 21
vi
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
PENGANTAR UMUM
BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2017-2020
Arus zaman kemajuan dan perkembangan hi-tech (high-
technology, teknologi tinggi) sedang melanda dunia dan
masyarakat dewasa ini. Gereja sebagai bagian dari
masyarakat pun tidak bisa menghindar dari imbas arus
zaman tersebut. Ada banyak hal positif yang dibawanya,
seperti kemudahan untuk mencari informasi dan cepatnya
komunikasi yang membuat dunia terasa menjadi satu desa
kecil. Meskipun demikian tidak sedikit pula dampak
negatifnya. Di antara dampak negatif itu ada beberapa hal
yang cukup aktual di Indonesia, yakni semakin
bertumbuhkembangnya budaya konsumerisme, hedonisme,
dan individualisme. Pola atau gaya hidup seperti itu
membawa pengaruh negatif pula dalam kehidupan sosial
dan ekonomi; yakni, selain kesenjangan sosial-ekonomi
semakin melebar, kebutuhan hidup sekunder, bahkan
tersier semakin diperhatikan sedangkan kebutuhan primer
“agak dikesampingkan”. Selain itu, fundamentalisme agama,
sekularisme, sektarianisme pun semakin mencuat ke
permukaan hidup bersama. Dampak negatif dari kemajuan
dan perkembangan hi-tech juga berpengaruh dalam ranah
kehidupan pribadi manusia. Kita sepertinya mengalami
begitu banyak tantangan dan hambatan untuk menjadi
pribadi yang utuh; kita seperti kehilangan identitas diri kita,
dan selanjutnya juga identitas religius kita.
vii
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
Berhadapan dengan situasi ini, Gereja ditantang untuk
berjuang dan menyikapi pengaruh negatif tersebut dan
terus-menerus tanpa mengenal lelah mewartakan kabar
sukacita Injili. Nilai-nilai Injili harus terus-menerus
digemakan di tengah arus zaman.
Untuk itulah, Lembaga Biblika Indonesia (LBI) melalui
Pertemuan Nasional 2016 merumuskan visi dalam 4 tahun
ke depan (2017-2020), yakni “Umat Katolik Indonesia
Diresapi dan Diterangi oleh Kabar Gembira dalam
Menjawabi Tantangan Arus Zaman” dan salah satu program
kerja rutin LBI, yakni mengelola BKSN (Bulan Kitab Suci
Nasional) menawarkan tema besar “Mewartakan Injil di
tengah Arus Zaman” dengan tema setiap tahunnya sebagai
berikut:
Mewartakan Kabar Gembira dalam Gaya Hidup Modern
(2017)
Mewartakan Kabar Gembira dalam Kemajemukan (2018)
Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Lingkungan
Hidup (2019)
Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Iman dan
Identitas Diri (2020)
Melalui pembahasan tersebut, diharapkan Umat Gereja
Katolik Indonesia mampu menyikapi situasi arus zaman
dengan bijaksana berdasarkan nilai-nilai Injili. Dengan
demikian, kita tidak akan tenggelam dan kehilangan arah
ketika berenang di arus zaman; sebaliknya, kita mampu
menjadikannya sebagai sarana untuk memperkokoh iman
dan panggilan sebagai murid Kristus sambil merajut kembali
serpihan-serpihan keretakan kehidupan sosial menjadi
mozaik keutuhan ciptaan Allah yang Maharahim.
viii
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
CATATAN PENTING
PEMANDU DAN PESERTA
WAJIB MEMBAWA KITAB SUCI DEUTEROKANONIKA
DAN BUKU PUJI SYUKUR
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
1
MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA MELALUI DIALOG DENGAN YANG MISKIN
TUJUAN
1. Umat menyadari realitas kehidupan bersama dan
membangun kepedulian dengan mereka yang miskin
dan tersingkir.
2. Umat mendapatkan inspirasi dari Sabda Tuhan tentang
Yesus yang memberi makan lima ribu orang untuk
mewujudkan semangat berbagi dalam hidup.
3. Umat diajak untuk semakin menyadari bahwa orang
miskin bukanlah “objek” belas kasih dan berbagi, tetapi
mereka juga perlu disadarkan untuk menjadi “subjek”
belas kasih dan berbagi.
PEMBUKA
Lagu Pembuka
“Yang Kauperbuat Bagi Saudaraku”
Puji Syukur no. 702
Pengantar Pertemuan
1
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
2
Doa Pembuka
Allah Bapa sumber cinta kasih, kami mengucap syukur dan
berterima kasih karena hari ini kami dapat berkumpul
bersama dengan badan yang sehat. Semoga Engkau
mengarahkan hati dan memberkati pertemuan kami ini.
Curahkanlah Roh Kudus-Mu agar kami mampu memahami
Sabda-Mu dengan sub tema “Mewartakan Kabar Gembira
melalui Dialog dengan yang Miskin” dalam kisah Mukjizat
Penggandaan Roti. Demi Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan
dan Pengantara kami kini dan sepanjang segala masa.
Amin.
MENDALAMI SABDA
Pengantar Pendalaman Sabda
Pembacaan Sabda Tuhan
“Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang”
Matius 14:13-21
Pendalaman Sabda
1. Ketika hari sudah mulai malam (ay. 15-18), apa yang
dikatakan para murid kepada Yesus menghadapi orang
banyak yang mengikuti-Nya?
2. Bagaimana tanggapan Yesus atas permintaan para
murid tadi?
3. Menurut saudara, apa makna tanggapan Yesus atas
pertanyaan para murid tadi?
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
3
4. Di sekitar kita, masih ada umat yang “merasa” kurang
mampu, bahkan yang membutuhkan bantuan material-
finansial dari seksi sosial; misalnya berupa bantuan
sembako, beasiswa, perbaikan rumah, dll. Apakah
mereka selalu menjadi “objek” bantuan terus menerus?
Ataukah ditumbuhkan juga di antara mereka “semangat
berbagi” walaupun mereka sendiri membutuhkannya?
Mengapa?
Pesan Kitab Suci
Perikop ini terdapat dua kisah “pesta perjamuan”. Kisah
pertama, Mat. 14:1-12 berbicara tentang pesta
perjamuan ulang tahun Raja Herodes, yang berakhir
dengan kematian Yohanes Pembaptis; sedangkan kisah
kedua, Mat. 14:13-21 berbicara tentang perjamuan
bersama yang diselenggarakan oleh Yesus, tetapi yang
berakhir dengan suatu kepuasan. “Mereka semuanya
makan sampai kenyang” (ay. 20). Itulah sebabnya,
Yesus selalu dicari banyak orang walaupun Dia sering
menyingkir untuk menyendiri (bdk. Mat. 2:12; 12:15;
15:21). Dan setelah bertemu dengan orang banyak itu,
hati-Nya tergerak oleh belas kasihan dan kemudian
menyembuhkan mereka yang sakit (ay. 14).
Ada cukup banyak orang yang minta disembuhkan oleh
Yesus, sehingga Dia melayaninya sampai “menjelang
malam” (ay. 15), sehingga para murid berpikir, apa yang
harus dilakukan dengan orang banyak yang masih
mengerumuni Yesus ini; orang banyak ini harus makan
karena mereka telah mengikuti Yesus seharian. Para
murid memberikan usulan kepada Yesus dengan
menunjukkan fakta bahwa tempat itu terpencil dan hari
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
4
sudah mulai malam (ay. 15a) . Mereka mengusulkan
kepada Yesus agar orang banyak itu pergi untuk
membeli makanan di desa-desa terdekat selagi hari
belum malam, karena bila sudah malam warung-warung
makanan sudah tutup dan akan sulitlah mereka
mendapatkan makanan (ay. 15b). Apa motivasi para
murid mengusulkan hal itu kepada Yesus? Kita tidak
bisa mendapatkan pemahaman yang jelas dan akurat,
tetapi kiranya ada beberapa kemungkinan. Di satu sisi,
para murid mungkin gelisah dengan situasi ini. Mereka
menganggap Yesus terlalu sibuk dengan perkara
supranatural; menyembuhkan mereka yang sakit,
sehingga melupakan perkara yang konkret dan natural,
yakni bahwa orang banyak itu kelaparan. Di sisi lain,
para murid mungkin juga gelisah karena mereka hanya
membawa bekal makanan untuk diri sendiri saja. Mereka
sendiri sudah merasa lapar tetapi merasa tidak nyaman
makan sendirian sementara ada banyak orang di depan
mata mereka yang tidak mempunyai makanan. Maka
mereka menyuruh mereka pergi, karena merasa tidak
memiliki kemampuan untuk berbagi dengan orang
banyak itu (bdk. Mrk. 6:37).
Tanggapan Yesus cukup lugas. “Tidak perlu mereka
pergi, kamu harus memberi mereka makan” (ay. 16).
Dengan tanggapan ini, Yesus menghendaki agar para
murid bertanggung jawab untuk mengatasi masalah
seperti ini. Mereka tidak bisa cuci tangan dan
melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Kalau
benar bahwa para murid sebenarnya ingin melarikan diri
dari situasi itu, maka pernyataan Yesus langsung
menohok para murid. Mereka diajak bukannya
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
5
menghindar dari mereka, atau menyingkirkan mereka,
melainkan harus mengurusi mereka.
Para murid kemudian menyatakan kemustahilan untuk
memenuhi perintah Yesus dengan kembali menunjukkan
fakta bahwa mereka hanya memiliki 5 roti dan 2 ikan
saja. Para murid sepertinya tidak menyadari siapa
sebenarnya Yesus di hadapan mereka. Para murid
melupakan kemampuan Yesus yang berkuasa atas sakit
penyakit tetapi juga berkuasa atas hal-hal jasmaniah.
Mukjizat penggandaan roti yang dilakukan oleh Yesus
digambarkan dengan cukup detail. “Setelah diambil-Nya
lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit
dan mengucap syukur. Ia memecah-mecahkan roti itu
dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu
murid-murid-Nya memberikannya kepada orang banyak“
(ay. 19). Meskipun penginjil memberikan gambaran
cukup detail, tetapi tetap saja tidak mudah
membayangkan bagaimana mukjizat itu “sebenarnya”
terjadi. Yang menarik adalah bahwa roti akhirnya sampai
kepada orang banyak melalui para murid. Para murid
dilibatkan dalam karya Tuhan. Yesus tidak hanya
sekedar memberikan nasihat atau perintah, tetapi Ia
berbuat sesuatu. Dengan demikian ada keteladanan di
sini. Para murid tidak hanya ikut membagikan roti, tetapi
juga “menyumbang” meskipun kecil dan tidak berarti.
Setelah pembagian roti, “mereka semua makan sampai
kenyang” (ay. 20). Bahkan masih tersisa dua belas bakul
penuh. Keterangan tentang jumlah orang yang ikut
makan hendak menggambarkan bagaimana mukjizat itu
memberikan hasil yang berlimpah ruah.
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
6
Tuhan Yesus dalam program kerja-Nya jelas
mengatakan, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia
telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin” (Luk. 4:18). Kalau kita
melihat gambaran hidup Gereja Perdana sebagaimana
terdapat dalam Kisah Para Rasul, secara jelas dilukiskan
bahwa gaya hidup saling berbagi merupakan cara hidup-
Nya sehingga “tidak ada seorang pun yang
berkekurangan di antara mereka” (Kis.4:34).
Gereja, melalui Konsili Vatikan II, sudah menegaskan
posisinya bahwa “kegembiraan dan harapan, duka dan
kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama
kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan
kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para
murid Kristus juga” (GS 1).
Konsili juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan
keterlibatan Gereja dalam hidup orang-orang zaman
sekarang itu dengan rumusan yang agak provokatif.
“Oleh karena itu manusia, sementara menggunakan
harta miliknya, harus memandang hal-hal lahiriah yang
dimilikinya secara sah bukan hanya sebagai miliknya
sendiri, melainkan juga sebagai milik umum, dalam arti
bahwa hal-hal itu dapat berguna tidak hanya bagi dirinya
sendiri, melainkan juga bagi sesamanya. Tetapi semua
orang berhak memiliki sebagian harta-benda sehingga
mencukupi bagi dirinya maupun kaum kerabatnya.
Manusia wajib meringankan beban kaum miskin, itu pun
bukan hanya dari kelebihan miliknya. Mereka yang
menghadapi kebutuhan darurat, berhak untuk
mengambil dari kekayaan orang-orang lain apa yang
sungguh dibutuhkannya. Konsili mendesak semua
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
7
orang, masing-masing secara perorangan, maupun
mereka yang berwenang: “Berilah makan kepada orang
yang akan mati kelaparan; sebab bila engkau tidak
memberinya makan, engkau membunuhnya”, dan sesuai
dengan kemampuan masing-masing, sungguh
membagikan dan menggunakan harta benda mereka,
terutama dengan menyediakan bagi orang-orang secara
perorangan maupun bangsa-bangsa, upaya-upaya yang
memungkinkan mereka itu untuk menolong diri dan
mengembangkan diri (GS 69).
PENUTUP
Doa Spontan Menanggapi Sabda Tuhan
Doa Bapa Kami
Lagu Penutup
“Yesus Mengutus Murid-Nya”
Puji Syukur no. 692
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
8
MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA
DI TENGAH KEMAJEMUKAN BUDAYA
TUJUAN
1. Umat menghayati prinsip “inkarnasi” sebagai prinsip
pewartaan Kabar Gembira di tengah kemajemukan
budaya.
2. Umat diajak untuk mengenal upaya-upaya pewartaan
Kabar Gembira di tengah kemajemukan budaya.
3. Umat diajak untuk membuat gerakan “inkarnatif” sebagai
gerakan pewartaan Kabar Gembira, dimulai dari paroki
masing-masing dengan menghargai budaya-budaya
yang ada.
PEMBUKA
Lagu Pembuka
“Hendaklah Kita Saling Mengsihi”
Puji Syukur no. 610
Pengantar Pertemuan
2
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
9
Doa Pembuka
Allah Bapa sumber kehidupan, Engkau telah menciptakan
kami di dunia ini, membentuk dengan tangan-Mu,
menjadikan kami makhluk yang memiliki martabat dan
berbudaya. Secara khusus pula Engkau memanggil kami
untuk hidup dalam persaudaraan sebagai sesama. Kami
bersyukur atas penyertaan-Mu. Engkau berkenan hadir
menjumpai kami melalui Putra-Mu Yesus, dengan
memasuki sejarah kehidupan manusia. Bantulah kami agar
dalam menjalani kehidupan ini sungguh dimampukan untuk
membangun kebersamaan dalam kasih dan persaudaraan.
Jadikanlah kami manusia yang peduli terhadap kehadiran
sesama, membangun budaya cinta kasih, sehingga mampu
mewartakan Kabar Gembira di tengah kemajemukan
budaya, melalui tindakan nyata kepada sesama kami.
Berkatilah pertemuan ini, hadirlah dalam diri kami. Semoga
kami dapat bertindak dan berbuat dengan bahasa iman,
menemukan cara terbaik dalam dialog dan karya dengan
sesama dalam kehidupan sehari-hari. Demi Kristus Tuhan
dan pengantara kami. Amin.
MENDALAMI SABDA
Pengantar Pendalaman Sabda
Pembacaan Sabda Tuhan
“Kelahiran Yesus Kristus”
Matius 1:18-25
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
10
Pendalaman Sabda
1. Berdasarkan perikop di atas, bagaimana reaksi Yusuf
ketika mengetahui bahwa Maria mengandung?
2. Pesan apa yang bisa saudara petik dari reaksi Yusuf?
3. Kisah kelahiran Yesus Kristrus hendak menegaskan
bahwa Allah hadir dalam suatu budaya (Yahudi).
Demikian pula iman kekristenan pada awalnya
dihadirkan di Indonesia dalam suatu budaya (Eropa).
Dewasa ini kita diajak untuk memberi tempat terhadap
adanya kemajemukan budaya. Sebutkan contoh-contoh
bahwa kita sudah memberi tempat pada budaya-budaya
lokal dalam hidup beriman?
Pesan Kitab Suci
Yusuf menunjukkan sikap yang bijak dan tulus ketika
harus menghadapi kenyataan yang dialami Maria
tunangannya. Sikap Yusuf ini bisa menjadi inspirasi
untuk membangun hati kita dalam menghadapi
persoalan hidup. Yusuf mampu mengalahkan egonya
dengan mengambil sikap bijak yang mengedepankan
nilai martabat orang lain. Ia tidak ingin melakukan diri
Maria dihadapan kelauarga dan orang lain, dengan cara
meninggalkan Maria.
Dalam teks ini penginjil mau mewartakan siapakah
Yesus sebenarnya. Dia adalah Firman yang menjadi
daging (menjelma/inkarnasi) menyertai manusia
sepanjang segala masa. Kisah ini dipilih tidak untuk
menekankan mukjizat perkandungan Yesus, atau
keperawanan Maria tetapi soal yang mendasar yaitu
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
11
inkarnasi, Firman yang menjadi daging. Inkarnasi adalah
salah satu ajaran pokok dalam kekristenan.
Bagi kita yang hidup pada zaman sekarang ini
memahami bahwa Inkarnasi adalah pengosongan diri,
sebuah pemuliaan; kodrat manusia diangkat. Inkarnasi
menunjukkan bahwa Allah menilai tinggi budaya
manusia. Oleh karena itu, Inkarnasi bagi kita menjadi
dasar bagi inkulturasi yang memainkan peranan penting
dalam tugas hidup menggereja kini dan di sini.
Kita diajak untuk sungguh hadir melalui cara hidup
ditengah-tengah budaya dan kemajemukan dengan
menghadirkan diri, ambl bagian dalam dialog kehidupan
bersama.
PENUTUP
Doa Spontan Menanggapi Sabda Tuhan
Doa Bapa Kami
Lagu Penutup
“Gereja Bagai Bahtera”
Puji Syukur no. 621
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
12
MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA MELALUI DIALOG DENGAN AGAMA LAIN
TUJUAN
1. Umat menemukan inspirasi dari pengalaman Santo
Paulus yang mengembangkan pewartaan di antara
orang-orang non-Yahudi melalui “komunikasi dengan
bahasa iman mereka”.
2. Umat menyadari pentingnya menjalin relasi dengan
tetangga yang beragama lain melalui hidup bertetangga
agar terjadi interaksi yang saling mengembangkan.
3. Umat dapat mensharingkan pengalaman konkret
mengembangkan relasi hidup bertetangga secara baik
tanpa memandang iman/kepercayaan.
PEMBUKA
Lagu Pembuka
“Bimbinglah Aku, Tuhanku”
Puji Syukur no. 697
Pengantar Pertemuan
3
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
13
Doa Pembuka
Allah, Bapa Pengasih dan Penyayang, terima kasih atas
rahmat-Mu pada hari ini. Kami berkumpul bersama untuk
menimba Sabda-Mu. Mohon kiranya Tuhan berkenan
menerangi kami dengan Roh Kudus-Mu. Semoga kami
semakin Engkau mampukan untuk melihat kemajemukan
agama yang ada dalam kehidupan masyarakat kami.
Semoga kami mampu mewartakan Kabar Gembira kepada
mereka yang berkeyakinan lain. Akhirnya, kami berharap
semoga semua orang semakin menyadari bahwa hanya
Engkaulah sebagai Allah yang hidup, yang senantiasa
memberikan berkat. Demi Yesus Kristus Putra-Mu, Dialah
Tuhan kami yang berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.
MENDALAMI SABDA
Pengantar Pendalaman Sabda
Pembacaan Sabda Tuhan
“Paulus di Atena”
Kisah Para Rasul 17:16-34
Pendalaman Sabda
1. Berdasarkan perikop di atas, apakah yang disampaikan
oleh Paulus kepada orang-orang di Atena?
2. Bagaimanakah tanggapan orang-orang Atena terhadap
apa yang disampaikan oleh Paulus?
3. Paulus mewartakan kabar gembira kepada orang Atena
menurut caranya yakni secara implisit mewartakan kisa
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
14
Alkitab yang tersembunyi. Saat ini kita juga berhadapan
dengan orang orang-orang dalam kehidupan masyarakat
yang majemuk dalam hal beragama. Belajar dari
pengalaman Paulus di atas, tindakan apa yang telah kita
laksanakan terhadap mereka yang beragama lain?
Pesan Kitab Suci
Kisah Paulus di Atena dibuka dengan sebuah
pernyataan yang khas, “Sementara Paulus menantikan
mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat
bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala”
(Kis. 17:16). Karakteristik kota Atena sudah ditampilkan
pada awal kisah: kota ini penuh dengan berhala. Tetapi
sekaligus ditunjukkan bahwa itulah konteks yang harus
dihadapi Paulus dalam mewartakan Kabar Sukacita
tentang Yesus. Paulus memainkan strategi klasik
pewartaannya, yaitu mengunjungi sinagoga Yahudi dan
bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi dan „mereka
yang takut akan Allah. Mungkin ini terjadi pada hari
Sabat. Selain itu ia juga mengunjungi pasar (agora) dan
berdiskusi dengan setiap orang yang dijumpainya di
sana (Kis. 17:17).
Di Atena Paulus tidak berhadapan dengan orang-orang
yang siap menanggapinya secara teologis, tetapi dengan
orang-orang yang akan menyanggahnya dari segi
filosofis. Mereka adalah orang-orang yang “tidak
mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk
mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru”
(Kis. 17:21). Di sini argumen-argumen biblis-teologis
tidak akan berjalan karena tidak ada titik berangkat yang
sama.
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
15
Ini kelihatan kalau kita mendengar komentar mereka,
“Rupa-rupanya ia pemberita ajaran dewa-dewa asing.”
Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan
kebangkitan-Nya” (Kis. 17:18). Paulus dianggap mau
mewartakan dan menambahkan dewa-dewa asing yang
baru ke dalam khazanah dewa-dewi Atena, yaitu “Yesus
dan kebangkitan-Nya.” Menarik memperhatikan salah
paham yang terjadi di sini. Kata “kebangkitan” dalam
bahasa Yunani adalah he anastasis yang bergenus
feminin. Rupanya orang Atena tidak memahami kata
tersebut sebagai kata benda, tetapi sebagai nama diri
atau nama seorang dewi yang menjadi pasangan dewa
yang bernama Yesus. Karena kesalahpahaman ini,
maka Paulus dianggap mewartakan “dewa-dewa asing”
(plural), yaitu Yesus dan “Anastasis.” Yesus mungkin
mereka kenal, tetapi “kebangkitan” tampaknya benar-
benar asing bagi mereka. Situasi ini menggambarkan
dengan amat jelas situasi macam apa yang dihadapi
oleh Paulus.
Sebagai orang beriman sekaligus sebagai anggota
Gereja, apa yang bisa kita perbuat berkaitan dengan
hidup bersama mereka yang beragama lain? Kita tentu
membutuhkan seuatu yaitu munculnya kesadaran baru.
Kesadaran baru ini harus mengubah sikap Gereja
Katolik terhadap agama-agama lain, yakni; di satu sisi,
agama-agama lain itu semestinya tidak dianggap
sebagai semacam sisa umat manusia yang belum
kristiani; di sisi lain, tugas pewartaan kabar gembira
Kristus harus tetap dijalankan dengan “cara” baru.
Dalam situasi seperti ini, dialog antar agama merupakan
salah satu “cara baru” yang tersedia. Melalui dialog kita
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
16
diajak, di satu sisi, untuk mewartakan dan memberi
kesaksian akan Kerajaan Allah secara tidak langsung; di
sisi lain, untuk menemukan benih-benih Sabda yang
terdapat dalam tradisi-tradisi religius yang ditemui,
sebagaimana Paulus di Areopagus.
Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Agama, sejalan
dengan semangat Konsili Vatikan II, pada tahun 1984
mengeluarkan dokumen tentang refleksi dan orientasi
atas Dialogue and Mission, dengan menyebut empat
model dialog antar agama:
Dialog Kehidupan (dialogue of life)
Dialog dipahami sebagai sebuah gaya hidup yang
mencakup sikap perhatian, penghargaan, serta
hospitalitas terhadap orang lain. Sikap seperti inilah yang
semestinya dibawa oleh setiap orang Katolik dalam
hidup hariannya, baik sebagai minoritas atau mayoritas.
Dialog Karya (dialogue of deeds)
Dialog dalam bentuk kerja sama dengan pihak lain
dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi yang terarah
pada kemajuan dan pembebasan manusia.
Dialog Para Spesialis (dialogue of specialists)
Dilaog model ini melibatkan para ahli dalam bidang
tertentu. Mereka berusaha mendalami dan mengerti
untuk mencapai pemahaman dan penghargaan bersama
akan warisan rohani dan budaya dari masing-masing
tradisi religius.
Dialog Pengalaman Religious (dialogue of religious
experience)
Pada level ini, masing-masing mampu membagikan
pengalaman mereka dalam doa, iman, serta ungkapan
iman masing-masing.
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
17
PENUTUP
Doa Spontan Menanggapi Sabda Tuhan
Doa Bapa Kami
Lagu Penutup
“Yesus Diutus Bapa”
Puji Syukur no. 691
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
18
MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA MELALUI DIALOG DENGAN GEREJA LAIN
TUJUAN
1. Menyadari dan mengenali problem yang berkaitan
dengan kesatuan umat Kristiani di Indonesia.
2. Mendapat terang Sabda untuk membangun kesatuan
umat Kristiani di Indonesia.
3. Mendapat penguatan untuk senantiasa mengusahakan
kesatuan umat Kristiani di Indonesia.
PEMBUKA
Lagu Pembuka
“Ut Omnes Unum Sint”
Ut omnes unum sint
jadilah mereka satu
seperti Aku dan Bapa adalah satu
Biar didorong-dorong digoyang-goyang
diguncang-guncang
tetap bersatu membangun dunia baru
Pengantar Pertemuan
4
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
19
Doa Pembuka
Ya Allah, Bapa Yang Mahakudus, Putra-Mu Yesus Kristus
sebelum wafat di salib telah berdoa bagi kami agar Gereja-
Mu berkembang hingga ke ujung bumi dan Ia berjanji akan
menyertai Gereja sampai akhir nanti. Kami mohon
pertolongan-Mu agar kami mampu memelihara Gereja-Mu
yang majemuk dalam semangat persatuan dan
persaudaraan. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara
kami, yang hidup dan bertakhta bersama Dikau dalam
persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala
masa. Amin.
MENDALAMI SABDA
Pengantar Pendalaman Sabda
Pembacaan Sabda Tuhan
“Doa Yesus untuk Murid-murid-Nya”
Yohanes 17:20-26
Pendalaman Sabda
1. Apakah yang menarik dari rumusan doa Yesus itu?
2. Apakah yang melatarbelakangi Yesus berdoa demikian?
3. Apakah yang diharapkan Yesus dari kita saat ini dalam
kaitannya dengan doa Yesus bagi kesatuan murid-
murid-Nya?
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
20
Pesan Kitab Suci
Kesatuan para murid Kristus mesti didasarkan pada
kesatuan Bapa dan Putra, Bapa “di dalam Aku dan Aku
di dalam Engkau” (ay. 21). Kesatuan ini merupakan
kesatuan dalam kasih.
Hubungan antara Bapa dengan Yesus dan para murid
dirumuskan: Bapa di dalam Yesus (ay. 21.23), Yesus di
dalam Bapa (ay. 21), Yesus di dalam para murid (ay.
23.26), serta para murid berada di dalam Yesus dan di
dalam Dia dan Bapa (ay. 21).
Yesus menghendaki agar semua orang yang percaya
kepada-Nya senantiasa bersatu dengan Allah dan
sesama. Hal ini berarti membangun relasi yang dekat
dengan Allah, hidup rukun dengan sesama, dan
bekerjasama menciptakan serta mengembangkan
kebaikan bersama (bonum commune).
PENUTUP
Doa Spontan Menanggapi Sabda Tuhan
Doa Bapa Kami
Lagu Penutup
“Alangkah Bahagianya”
Puji Syukur no. 619
Bah
an
Pese
rta P
en
dala
man
Kit
ab
Su
ci D
ew
asa
21
KETERANGAN LOGO
BULAN KITAB SUCI NASIONAL 2018
Logo ini dibuat berdasarkan empat bacaan terpilih yang
digunakan sebagai bahan permenungan dalam Bulan Kitab
Suci dengan tema “Mewartakan Kabar Gembira dalam
Kemajemukan”. Beberapa unsur logo dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Pertama, lima roti dan dua ikan merupakan kisah Injil
(Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan) yang dipilih
sebagai bahan permenungan mengenai dialog dengan
orang-orang kecil dan terpinggirkan.
Kedua, Yesus yang merentangkan tangan tersalib di atas
kayu Salib (berwarna coklat), tetapi Ia tidak kelihatan
menderita tetapi berkuasa dan berjaya. Gambar ini
menunjukkan perendahan diri Yesus menjadi manusia
(dilambangkan dengan latar belakang salib berwarna coklat
tanah) dan kemudian perendahannya di atas kayu salib,
tetapi tanpa melepaskannya dari peristiwa kebangkitan.
Dengan demikian, gambar ini mau menunjuk pada dialog
dengan budaya yang mengambil inspirasi dari kisah
inkarnasi Sabda Allah menjadi manusia.
Ketiga,wajah Yesus yang tertengadah ke atas menunjukkan
posisi Dia yang sedang berdoa kepada Bapa-Nya. Gambar
ini menunjuk pada dialog ekumenis atau persatuan antar
umat Kristen yang terinspirasi dari doa Yesus kepada Bapa-
Bu
lan
Kita
b S
uci N
asio
nal 2
018
22
Nya agar semua orang Kristen bersatu seperti Bapa dengan
diri-Nya.
Keempat, gambar matahari yang memancarkan sinarnya
menyimbolkan Yang Ilahi yang terangnya tak terhampiri
tetapi memancar ke setiap orang apapun agama dan
kepercayaannya. Gambar ini menunjuk pada tema dialog
antar-agama yang terinspirasi dari dialog Paulus di
Aeropagus. Di sini Paulus menunjuk “Allah yang tak
bernama” sebagai Allah yang diwartakannya dan disembah
oleh setiap orang. Dengan demikian, matahari yang berada
di atas dan menyinari segala sesuatu menyimbolkan “Allah
yang tak bernama”, yang menjadi asal dan tujuan setiap
makhluk hidup.
Kelima, apabila dilihat secara keseluruhan sebenarnya salib
itu adalah batang pohon yang merangkai seluruh daun yang
berwarna-warni. Adapun daun-daun itu digambarkan
dengan berbagai motif dekoratif dari berbagai sudut daerah
di Nusantara, yakni kiri atas (Papua), kanan atas
(Lampung), kiri bawah (Kalimantan), dan kanan bawah
(Jawa). Sekurang-kurangnya motif-motif itu bisa dianggap
menggambarkan sedikit dari keragaman yang luar biasa
dari Indonesia.
Akhirnya, bentuk pohon, batu (lima roti), dan ikan di kolam
air melambangkan kehidupan. Artinya adalah kemajemukan
yang justru memungkinkan kehidupan dan Kabar Gembira
yang diwartakan oleh orang-orang Kristiani harusnya
membuat kehidupan yang majemuk itu menjadi sukacita
dan bukan perpecahan.
CATATAN
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
CATATAN
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________