BAHAN AJAR (HAND OUT PEMBELAJARAN SENI MUSIK...1 Teori dan Kosep Seni Musik Musik adalah bagian dari...
Transcript of BAHAN AJAR (HAND OUT PEMBELAJARAN SENI MUSIK...1 Teori dan Kosep Seni Musik Musik adalah bagian dari...
BAHAN AJAR (HAND OUT)
PEMBELAJARAN SENI MUSIK
TIM PENGAMPU MATA KULIAH
1. Dr. Desyandri, S.Pd.,M.Pd
2. Mansurdin, S.Sn.,M.Hum
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
i
DAFTAR ISI
Hal.
DAFTAR ISI i
TOPIK 1 TEORI DAN KONSEP SENI MUSIK 1
TOPIK 2 TEORI MUSIK DASAR 11
TOPIK 3 BIRAMA 18
TOPIK 4 DIREKSI 21
TOPIK 5 NOTASI BALOK 28
TOPIK 6 MELODI 34
TOPIK 7 SOLFEGIO 39
TOPIK 8 DIKTE MUSIK 41
TOPIK 9 JENIS SUMBER BUNYI ALAT MUSIK 44
TOPIK 10 FUNGSI ALAT MUSIK 46
TOPIK 11 KONSEP LAGU/BERNYANYI 47
TOPIK 12 TEKNIK VOKAL DASAR 50
TOPIK 13 PADUAN SUARA 54
TOPIK 14 ANSAMBEL MUSIK 57
TOPIK 15 MUSIK NUSANTARA 61
TOPIK 16 MUSIK DAN LAGU MINANG 71
TOPIK 17 KARAKTERISTIK DAN MODEL PEMBELAJARAN
SENI MUSIK
80
Lampiran
Silabus
Kontrak Perkuliahan
Soal Ujian
1
Teori dan Kosep Seni Musik
Musik adalah bagian dari warisan budaya. Bagian penting adalah transmisi
pengetahuan dan keterampilan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Untuk
dididik kemudian berarti sebagian menjadi pewaris, seseorang yang telah
mengambil alih hal terbaik dari masa lalu sehingga mendapatkan perspektif tentang
masa kini dan kemungkinan memproyeksikan masa depan. Sekolah dan guru
menjadi sebagai filter, memilih dan menjaga informasi, pemahaman, dan
keterampilan yang tampaknya menjadi nilai terbaik.
Swanwick (2003: 103-113) mengemukakan tentang tiga posisi seni musik,
yakni:
(a) Music is part of our cultural heritage: Important here is the transmission
of knowledge and skills from one generation to another. To be educated then
means in part to be an inheritor, someone who has taken over the best things
from the past thus gaining a perspective on the present and the possibility of
projecting a future. Schools and teachers are therefore rather like a set of
filters, selecting and preserving that information, understanding and skill
which seems to be of most value; (b) Music is socially determined: Different
human cultural groups and sub-cultures regard and value knowledge in
different ways. Accordingly, the ways in which teachers and others select a
range of knowledge and skills to be transmitted as part of a ‘cultural
heritage’ are open to question; (c) Music is for personal development. We
can now see that music and the arts take their place in human life as a
powerful means of adaptation and evolution. In a sense they are concerned
with the space between the individual and the community, between tradition
and innovation, between biological replication and evolutionary
development. They are events standing between our awareness of ourselves
and our consciousness of everything which is not ourselves.
Musik ditentukan secara sosial. Kelompok dan sub-budaya manusia yang
berbeda dan pengetahuan mengenai nilai dengan berbagai cara. Oleh karena itu,
cara-cara di mana guru dan lain-lain memilih berbagai pengetahuan dan
2
keterampilan untuk ditransmisikan sebagai bagian dari “warisan budaya” yang
terbuka untuk dipertanyakan.
Musik adalah untuk pengembangan kepribadian. Musik dan seni mengambil
tempat dalam kehidupan manusia sebagai sarana ampuh untuk adaptasi dan evolusi.
Dalam arti peduli dengan ruang antara individu dan masyarakat, antara tradisi dan
inovasi, antara replikasi biologis dan perkembangan evolusi. Kejadian yang berdiri
antara kesadaran tentang diri dan kesadaran dari segala sesuatu yang bukan diri
sendiri.
Plato via Seymour & Harriet Ayer (1920: 164) yang mengatakan bahwa,
“Music is a moral law. It gives soul to the universe, wings to the mind, flight to the
imagination, and charm and gaiety to life and to everything”. Musik adalah hukum
moral. Ini memberi jiwa ke alam semesta, sayap untuk pemikiran, terbang untuk
imajinasi, pesona, keceriaan untuk hidup, dan segala sesuatunya. Ini adalah esensi
keteraturan dan menyebabkan semua yang baik, adil, dan indah- yang itu adalah tak
terlihat tapi tetap menyilaukan, bergairah, dan bentuk eksternal.
Pendapat tersebut menggambarkan bahwa seni musik merupakan bahasa
emosi manusia terhadap alam semesta baik alam itu sendiri maupun manusia yang
menghuni alam tersebut yang memiliki akal dan pikiran serta imajinasi untuk tetap
menjalani kehidupan sehari-hari dengan ekpresi, sikap dan perilaku yang saling
menghargai (apresiasi), serta berusaha untuk membentuk harmonisasi atau
keseimbangan.
Pandangan Plato dikembangkan lagi oleh Friedmann (1980: 100) yang
mengatakan bahwa:
Music is the language of emotion. Emotion is connected with thought.
Thought is connected with action, action deals with conduct, and the sphere
of conduct is connected with morals. Therefore, ladies and gentlemen, if
music is connected with emotion, and emotion is connected with thought,
and thought is connected with action, and action is connected with the
sphere of conduct, or with morals, things which are connected by the same
must be onnected with one another, and therefore music must be connected
with morals.
3
Musik adalah bahasa emosi dan emosi selalu terhubung dengan pikiran
manusia. Dan pemikiran akan terhubung dengan tindakan (action), tindakan
berkaitan dengan perilaku, dan bidang perilaku terhubung dengan moral. Oleh
karena itu, jika musik terhubung dengan emosi, dan emosi terhubung dengan
pikiran, dan pikiran terhubung dengan tindakan, dan tindakan yang berhubungan
dengan bidang perilaku, atau dengan moral, hal ini menandakan bahwa seni musik
memiliki keterhubungan yang sama moral.
Nooryan Bahari (2008: 55) mengatakan bahwa seni musik atau seni suara
adalah seni yang diterima melalui indera pendengaran. Rangkaian bunyi yang
didengar dapat memberikan rasa indah manusia dalam bentuk konsep pemikiran
yang bulat, dalam wujud nada atau bunyi lainnya yang mengandung ritme dan
harmoni, serta mempunyai bentuk dalam ruang dan waktu yang dikenal oleh diri
sendiri dan manusia lain dalam lingkungan hidupnya, sehingga dapat dimengerti
dan dinikmati. Selain itu, musik juga dapat membei rasa puas bagi yang
mendengarnya karena ada keserasian susunan dari rangkaian tangga nada bunyi-
bunyi tersebut. Hal inilah yang akan mempengaruhi perilaku individu baik sebagai
pelaku atau penikmat musik itu sendiri, yang nantinya akan berdampak pada
terciptanya pengalaman hidup baru dan berdampak terhadap hasil pemikiran dan
budaya manusia itu sendiri.
Menette Mans (2009: 19) mengemukakan tentang hubungan praktik musik
dengan individu, bahwa:
Musical practice is also the result of layers of individual experience –
musical trials and errors within specific contexts or situations – that have
been socially refined, reflected upon, practiced, and remembered over a
period of time, all the while undergoing small adjustments and changes.
Within a group, the musical functions are more complex than in the
performance of an individual. A group has to meet the aesthetic needs not
only of an audience or onlookers but also within the group. Through their
musical interactions and communications, they try to reach beyond good, to
transcend as a group.
4
Praktek musik juga merupakan hasil dari pengalaman individu – trials and
error musik dalam konteks atau situasi tertentu - yang telah disempurnakan secara
sosial, direnungkan, dipraktekkan, dan diingat selama periode waktu, sambil
menjalani penyesuaian kecil dan perubahan. Dalam kelompok, memberikan fungsi
musik yang lebih kompleks daripada kinerja individu. Kelompok untuk memenuhi
kebutuhan estetika tidak hanya dari penikmat atau penonton tetapi juga dalam
kelompok itu sendiri. Melalui musik mereka berinteraksi dan berkomunikasi,
mereka mencoba untuk mencapai yang lebih baik, untuk hal yang lebih penting dari
sekedar sebuah kelompok.
Seymour (1920: 169) mengemukakan bahwa, “In the teaching of music we
have looked for a superficial effect, rather than for real training. The sense of
hearing is naturally to be trained through the study of music. Music study also
involves the senses of sight and touch. These senses linked up and in an active state
give us what we call feeling. Dalam pembelajaran seni musik mencari efek
superfisial bukan efek praktis yang terlalu mendalam. Indera pendengaran dilatih
secara alami melalui pembelajaran seni musik. Pembelajaran musik juga melibatkan
indera penglihatan dan sentuhan. Indera ini dikaitkan dan dalam keadaan aktif
memberikan sesuatu yang disebut dengan perasaan.
Through the very simple drills given in the preceding chapters one can learn
to concentrate and to listen. Music is one might say, organized sound. Its
laws are simple. It is a combination of beauty and order which everyone
loves and needs. It is for everyone, not only for the talented few. It Is for
everyone as a means of development, and is not merely a means of
performing upon some instrument. It is a form of consciousness to be
attained through individual effort with the help of a few definite exercises.
(Seymour, 1920: 166).
Melalui latihan yang sederhana seseorang dapat belajar untuk berkonsentrasi
dan mendengarkan. Musik adalah suara yang terorganisir. Hukum yang sederhana.
Ini adalah kombinasi dari keindahan dan keteraturan yang dicintai dan dibutuhkan
semua orang. Ini untuk semua orang, tidak hanya untuk beberapa yang berbakat.
5
Sebagai sarana pengembangan, dan tidak sekedar cara melakukan pada beberapa
instrumen musik. Ini adalah bentuk kesadaran yang harus dicapai melalui upaya
individu dengan bantuan beberapa latihan tertentu. Symbolically, music stands for
the harmonizing principle in life (Seymour, 1920:169). Secara simbolik, musik
berarti prinsip harmonisasi dalam kehidupan.
Secara konseptual pendidikan seni musik dapat memberikan bekal
pengalaman kepada peserta didik untuk dapat membentuk interaksi, komunikasi,
keadilan, kesetaraan, keharmonisan, dan keindahan dalam keberagaman
karakteristik individu (pemain) dan keberagaman bentuk alat musik yang terlibat
dalam sebuh performan musik. Hal ini jelas menggambarkan suatu perpaduan
budaya yang berbaur menjadi satu dengan mempertimbangkan azas keharmonisan
dan keindahan.
Pendidikan seni musik diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan,
dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak
pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi
dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni”
dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.
1. Pengertian Seni Musik
Para pakar telah banyak mengemukakan pengertian atau defenisi tentang
seni musik menurut pemahaman mereka, akan tetapi pada modul ini diharapkan
mahasiswa dapat membuat pengertian atau defenisi menurut pemikiran sendiri
dengan mengacu kepada pendapat yang telah dikemukakan oleh para pakar.
Sudarsono (1992:1) Seni musik adalah ungkapan rasa indah manusia
dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau
bunyi-bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai
bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri sendiri atau manusia lain dalam
lingkungan hidupnya, sehingga dapat dimengerti dan dinikmatinya. Rien
(1999:1) Suatu hasil karya dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang
6
mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik,
yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu, dan ekspresi. Jamalus
(1991:1) Suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik,
yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu
kesatuan. Lagu atau komposisi musik baru itu merupakan hasil karya seni jika
diperdengarkan dengan menggunakan suara (nyanyian) atau dengan alat-alat
musik.
Pendidikan seni musik merupakan suatu proses pendidikan yang
membantu pengungkapan ide/gagasan seseorang yang ditimbulkan dari gejala
lingkungan dengan mempergunakan unsur-unsur musik, sehingga terbentuknya
suatu karya musik yang tidak terlepas dari rasa keindahan.
Swanwick (2003: 1) mengemukakan tentang pertanyaan substansial
antara seni musik, guru, dan peserta didik, yakni:
‘How do I convince me that the work I am doing with my pupils is of real
importance for their lives?’ If the subject happens to be music, it can be taken
for granted—or one presumes that it can—that the teacher ‘knows’ for himself
the importance of music, because he loves it. That is one thing: the justification
for including music as a subject in the curriculum is quite another. This is
particularly so if the teacher has not deliberately and explicitly worked out for
himself conceptually the nature of music as an art and the functions and purpose
of music education.
"Bagaimana saya meyakinkan saya bahwa pekerjaan saya lakukan
dengan murid saya adalah penting nyata bagi kehidupan mereka? 'Jika subjek
kebetulan musik, dapat diambil untuk diberikan-atau satu menduga bahwa hal itu
bisa-bahwa guru' tahu 'untuk dirinya sendiri pentingnya musik, karena dia
menyukainya. Itu adalah satu hal: pembenaran untuk termasuk musik sebagai
subjek dalam kurikulum adalah hal lain. Hal ini khususnya terjadi jika guru tidak
sengaja dan secara eksplisit bekerja untuk dirinya sendiri konseptual sifat musik
sebagai seni dan fungsi dan tujuan pendidikan musik.
7
2. Sifat dan Fungsi Seni Musik
Merriam (1964:32) mengemukakan bahwa bunyi musik sebagai hasil
perilaku manusia memiliki struktur, dan mungkin saja merupakan sistem,
sehingga ia tidak dapat berdiri sendiri atau terpisah dari masyarakat
pendukungnya. Di samping itu, Depdiknas (2006:611) mengemukakan bahwa
seni musik memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural.
Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara
kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran
dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan
beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis,
evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur
estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna
pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi
terhadap beragam budaya nusantara dan mancanegara. Hal ini merupakan wujud
pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara
beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.
Rien (1999:1) mengemukakan tentang pendapat para pakar pendidikan
yang menyatakan bahwa seni musik mempunyai peranan yang penting dalam
kehidupan seorang siswa. Siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan seni musik,
selain dapat mengembangkan kreativitas, musik juga dapat membantu
perkembangan individu, mengembangkan sensitivitas, membangun rasa
keindahan, mengungkapkan ekspresi, memberikan tantangan, melatih disiplin
dan mengenalkan siswa pada sejarah budaya bangsa mereka.
Pendidikan seni musik juga berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi,
keseriusan, kepekaan terhadap lingkungan. Untuk menyanyikan atau memainkan
musik yang indah, diperlukan konsentrasi penuh, keseriusan, dan kepekaan rasa
mereka terhadap tema lagu atau musik yang dimainkan. Sehingga pesan yang
terdapat pada lagu atau musik bisa tersampaikan dan diterima oleh pendengar.
Sejalan dengan Bustanul (1983:1) bahwa pembelajaran musik akan menjadikan
8
peserta didik memiliki perasaan yang tajam dan halus. Seni musik yang identik
dengan tatanan irama dan melodi, mempunyai potensi menggugah fikiran dan
kepekaan peserta didik, misalnya pada esensi penanaman nilai patritisme,
pembentukan kepribadian, dan disiplin. Merriam (1964:219) mengemukakan
secara garis besar musik mempunyai sepuluh (10) fungsi musik antara lain: (1)
mengungkapkan emosi; (2) penghayatan estetis; (3) hiburan; (4) komunikasi; (5)
perlambang; (6) reaksi jasmani; (7) yang terkait dengan norma-norma sosial; (8)
pengesahan lembaga sosial dan upacara-upacara agama; (9) kesinambungan
budaya; (10) pengintegrasian masyarakat.
Berdasarkan beberapa pandangan tentang fungsi pendidikan seni musik
bagi siswa yang sejalan dengan pendekatan “Belajar dengan Seni, Belajar
Melalui Seni, dan Belajar tentang Seni”, berikut ini dikemukakan secara urut
fungsi pendidikan seni musik sebagai sarana atau media ekspresi, komunikasi,
bermain, pengembangan bakat, dan kreativitas.
a. Pendidikan seni musik sebagai sarana/media ekspresi
Ekspresi merupakan ungkapan atau pernyataan seseorang. Perasaan
dapat berupa sedih, gembira, risau, marah, menyeramkan atau sesuai dengan
masalah yang dihadapi. Fungsi ini memungkinkan untuk mengeksplorasi
ekpresi siswa dalam memunculkan karya-karya baru.
b. Pendidikan seni musik sebagai media komunikasi
Ekspresi yang dieksplorasikan akan dikomunikasikan kepada orang
lain. Artinya karya-karya seni musik yang dialami siswa dikomunikasikan
sehingga pesan yang terdapat dalam karya tersebut bisa tersampaikan pada
orang lain.
c. Pendidikan seni musik sebagai sarana bermain
Bermain merupakan dunia anak-anak. Anak-anak memerlukan
kegiatan yang bersifat rekreatif yang menyenangkan bagi pertumbuhan
jiwanya. Bermain sekaligus memberikan kegiatan penyeimbang dan
penyelaras atas perkembangan individu anak secara pisik dan psikis.
9
d. Pendidikan seni sebagai media pengembangan bakat.
Setiap siswa memiliki potensi di bidang seni musik yang luar biasa.
Pendidikan seni musik di tekankan untuk memberikan pemupukan yang terus
menerus sehingga diperlukan upaya efektif untuk menumbuhkan bakat siswa.
e. Pendidikan seni sebagai media kreativitas
Kreatif merupakan sifat yang dilekatkan pada diri manusia yang
dikaitkan dengan kemampuan atau daya untuk menciptakan. Sifat kreatifitas
ini senantiasa diperlukan untuk mengiringi tingkah laku manusia dalam
rangka memenuhi kebutuhannya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan seni musik memiliki
peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan
memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai
multikecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal,
visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan
adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan
kecerdasan emosional.
3. Tujuan dan Ruang Lingkup
Pendidikan seni musik bertujuan agar mahasiswa memiliki kemampuan
untuk: (a) memahami konsep dan pentingnya seni musik; (2) menampilkan sikap
apresiasi terhadap seni musik; (3) menampilkan kreativitas melalui seni musik;
dan (4) menampilkan peran serta dalam seni musik pada tingkat lokal, regional,
maupun global. Sedangkan ruang lingkup seni musik meliputi aspek-aspek yang
mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik,
apresiasi karya musik.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran seni musik di
sekolah adalah memahami karakteristik musik dan kesesuaiannya dengan tingkat
perkembangan peserta didik. Menurut Syafii dkk (1999:8.25) bahwa seni musik
peserta didik dapat berupa media vokal maupun instrumental, yaitu lagu dan
10
permainan alat musik. Peserta didik yang relatif biasanya memainkan instrumen
musik ritmik, peserta didik yang lebih besar dapat memainkan alat musik
melodis. Hal ini berhubungan dengan kemampuan gerak peserta didik dalam
memainkan musik. Menurut Syafii dkk (1999:8.24) bahwa karakter musik
peserta didik adalah sifat musik peserta didik yang sesuai dengan hakekat peserta
didik itu sendiri, baik menurut pertumbuhan fisik maupun perkembangan
jiwanya. Aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
hubungannya dengan kemampuan musikal mencakup; (1) Aspek fisik; berkaitan
dengan kemampuan gerak motorik, (2) Aspek fikir; berhubungan dengan pola
dan bentuk musik, (3) Aspek rasa; berkaitan dengan ungkapan isi hati (ekspresi),
dan (4) Aspek minat; berkaitan dengan tema yang disukai.
Penerapan aspek dilakukan terhadap semua aspek musikal dan elemen
musik yang mencakup; nada, ritme, tempo, dinamik, bentuk, dan ekspresi musik.
Musik merupakan sarana pemberian kesempatan perkembangan kreativitas
berfikir dan kreativitas seni (keindahan) Penerapannya harus sesuai dengan
kebutuhan dan taraf perkembangannya. Beberapa hal berikut ini merupakan
pertimbangan bagi guru dalam memilih kegiatan musik; (1) pola melodi dan
ritme yang pendek dan mudah diingat, (2) memberikan kesempatan pengolahan
unsur-unsur musik, (3) lagu memuat syair yang sesuai dengan dunia peserta didik
dan berisikan pesan yang bermanfaat, serta bahasa yang mudah dipahami, (4)
musik sesuai dengan minat dan kehidupannya sehari-hari, menarik bagi peserta
didik, (5) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bergerak
mengikuti musik.
Latihan
- Diskusikanlah dengan teman anda, bagaimana sebaiknya mengajarkan
pendidikan seni musik di SD.
11
Teori Musik Dasar
1. Bunyi dan Elemen-elemennya
Bunyi atau suara memenuhi pendengaran manusia setiap hari. Anak-anak
tertawa, anjing menyalak, gemericik hujan, deru mobil, dan suara klakson lalu
lintas. Dengan bunyi-bunyi, manusia mengetahui dan belajar tentang apa yang
terjadi di sekitar, manusia menggunakan bunyi-bunyi itu untuk berkomunikasi
dengan lingkungan. Dengan mendengar ucapan, tangisan, dan tertawa seseorang,
manusia belajar tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Akan
tetapi di sisi lain, kesenyapan atau tidak ada bunyi, juga merupakan alat
berkomunikasi.
Musik merupakan bagian dari dunia bunyi, suatu seni yang didasarkan
pada pengorganisasian bunyi menurut waktu. Musik dibedakan dari bunyi-bunyi
lain dengan mengenali emapt komponen bunyi yang musikal.
a. Pitch
Pitch adalah tinggi rendah relatif yang terdengar dari suatu bunyi.
Pitch dari suatu bunyi ditentukan oleh frekuensi dari getarannya. Semakin
cepat frekuensinya, semakin tinggi pitch, dan sebaliknya. Secara umum,
semakin kecil objek yang bergetar, semakin cepat getarannya, dan samakin
tinggi pitchnya. Demikian juga misalnya dawai yang pendek menghasilkan
nada yang lebih tinggi dibandingkan dawai yang panjang.
b. Dinamik
Dinamik merupakan tingkat kekerasan atau kelembutan di dalam
musik. Kekerasan berhubungan dengan amplitude getaran yang dihasilkan
bunyi. Semakin keras dawai di petik, semakin keras suaranya. Dalam
permainan musik diperlukan perubahan kekerasan bunyi (dinamik), hal ini
bertujuan untuk menjadikan penampilan musik tersebut menjadi lebih indah
dan enak didengar, serta menambah semangat. Perubahan ini dapat dilakukan
12
secara mendadak maupun secara bertahap. Pemain musik dapat menekankan
nada-nadanya dengan cara memainkan secara lebih keras dri pada nada-nada
lainnya. Penekanan ini disebut dengan dynamic accent (tekanan dinamik).
Ketika menulis notasi musik untuk dibaca orang lain, komposer
mempunyai tradisi berupa penggunaan kata-kata dan singkatan bahasa Itali
untuk tanda dinamik. Istilah-istilah tanda dinamik, sebagai berikut:
Istilah Simbol Dinamik
Pianissimo pp Sangat lembut
Piano p Lembut
Mezzo piano mp Agak lembut
Mezzo forte mf Agak keras
Forte f keras
Fortessimo ff Sangat keras
Tingkat dinamik selembut-lembutnya atau sekeras-kerasnya,
komposer kadang-kadang menggunakan tanda ppp atau pppp dan fff atau ffff.
Untuk menunjukkan perubahan yang bertahap dalam dinamik, digunakan
simbol-simbol sebagai berikut:
Decrescendo perlahan melembut
Crescendo perlahan mengeras
13
c. Warna Suara
Alat musik memiliki perbedaan warna suara (timbre) masing-masing.
Suara Flute dapat dibedakan dengan suara alat musik lain, ketika memainkan
nada yang sama. Perbedaan warna suara dapat menciptakan keberagaman dan
kekontrasan. Warna juga menciptakan rasa keterkaitan, yaitu memudahkan
pengenalan kemunculan kembali suatu melodi ketika instrumen-instrumen
yang sama memainkannya sewaktu-waktu dalam sebuah lagu. Instrumen-
instrumen yang mempunyai warna suara tertentu yang khusus dapat
memperkuat pengaruh emosi suatu melodi.
Beragam warna suara yang tak terbatas tersedia bagi seorang komposer.
Dengan menggabungkan instrumen-instrumen yang berbeda, dihasilkan
warna suara baru yang tidak dihasilkan oleh instrumen secara sendiri-sendiri.
Selain itu, warna suara dapat diubah dengan membuat variasi jumlah
instrumen atau suara yang menghasilkan melodi.
d. Ritme
Ritme merupakan unsur dalam kehidupan manusia. Kita dapat melihat
pergantian siang dan malam, pergantian musim, dan pergi silih berganti. Di
dalam tubuh, seseorang merasakan ritme ketika bernafas, detak jantung, dan
bunyi hak sepatu ketika sedang berjalan.
Ritme pada dasarnya adalah suatu pola pengulangan tekanan dan
pelepasan, harapan dan pemenuhannya. Pergantian ritme ini tampak berkaitan
erat dengan mengalirnya waktu. Dalam pengertian luas, ritme merupakan
aliran yang teratur dalam musik melalui waktu. Waktu dalam musik adalah
sebagaimana berlalunya waktu dalam beragam variasinya. Seseorang
menyenangi ritme musik yang sesuai dengan perasaan dan suasana batin.
Manusia juga menyukai ritme yang merangsang gerakan tubuh. Aspek-aspek
yang berhubungan dengan ritme adalah sebagai berikut:
14
1) Beat (ketukan, denyutan)
Ketika seseorang bertepuk tangan atau menghentakkan kaki
mengikuti musik, berarti seseorang sedang merespon terhadap beat musik
tersebut. Beat (bit) merupakan denyutan (pulsa) rata dan berulang yang
membangi musik dalam unit waktu yang sama. Beat digambarkan sebagai
tanda-tanda dalam suatu garis waktu.
Contoh:
. . . . . . . . . . . . . . . . .
2) Metrum
Ketika menyanyikan sebuah lagu, beberapa beat terasa lebih kuat
tekanannnya dibandingkan yang lainnya. Tekanan tersebut secara teratur
setiap 2, 3, 4, atau 6 beat. Dalam musik, dikenal pola pengulangan beat
yang bertekanan kuat di mana satu atau lebih beat lainnya lebih ringan.
Pengelompokkan beat ke dalam kelompok yang teratur dinamakan
metrum. Sebuah kelompok beat terdiri atas sejumlah beat tetap yang
disebut measure (satuan birama). Ada beberapa tipe metrum, yang
didasarkan pada jumlah beat dalam sebuah measure.
a) Measure yang mempunyai 2 beat:
. . . . . . . . . . . . . . . .
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
b) Measure yang mempunyai 3 beat:
15
. . . . . . . . . . . . . . .
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
c) Measure yang mempunyai 4 beat:
. . . . . . . . . . . . . . . .
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
d) Measure yang mempunyai 6 beat:
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
e. Tempo
Musik memiliki tingkatan kecepatan beat (cepat atau lambat).
Kecepatan beat ini dikenal dengan “tempo”. Tempo cepat berhubungan
dengan perasaan enerjik, semangat, dan kegembiraan. Tempo lambat sering
membawa pada suasana tenang dan hikmat. Dalam repertoir musik, tempo
dituliskan dengan menggunakan simbol atau tanda-tanda, biasanya
menggunakan bahasa Itali. Seperti:
16
Tanda/Simbol Maksud
Largo Sangat lambat, melebar
Grave Sangat lambat, khidmat
Adagio Lambat
Andante Lambat sedang, secepat orang berjalan
Moderato Sedang
Allegreto Cepat sedang
Allegro Cepat
Vivace Dengan hidup
Presto Sangat cepat
Prestissimo Secepat mungkin
Tempo yang sama tidak selalu digunakan dalam keseluruhan lagu.
Percepatan tempo secara bertahap dapat ditunjukkan dengan menulis
accelerando disingkat accel… (makin lama makin cepat), dan perlambatan
tempo secara bertahap ditulis dengan ritardando disingkat rit… (makin lama
makin lambat). Accelerando terutama diikuti dengan kemunculan pitch dan
volume, peningkatan semangat, sedangkan ritardando diikuti dengan
pengurangan tekanan dan perasaan untuk mengakhiri.
2. Bentuk, Nama, dan Nilai Not
Untuk dapat memahami birama, terlebih dahulu harus mengenal bentuk,
nama, dan nilai-nilai not yang menjadi patokan dalam menentukan jenis birama.
Adapun bentuk, nama, dan nilai-nilai not dapat dilihat pada tabel berikut ini:
17
18
Birama
1. Pengertian Birama
Birama ialah ayunan rangkaian gerak kelompok beberapa pulsa yang
pulsa pertamanya mendapat aksen kuat, berlangsung secara berulng-ulang. Dapat
juga diartikan birama ialah bagian atau potongan dari sebuah lagu yang dibatasi
oleh garis birama.
2. Tanda Birama
Tanda birama adalah tanda berbentuk seperti bilangan pecahan bersusun,
yang menunjukkan birama yang digunakan pada sebuah lagu. Garis birama
dibagi menjadi dua, yakni garis birama tunggal yang berfungsi sebagai batas
antar birama dan garis birama ganda yang berfungsi sebagai penutup lagu.
3. Macam-Macam Birama
a) Birama 2
Untuk memimpin pertunjukan musik/lagu dalam birama 2, gerakan
tangan yaitu:
19
b) Birama 3
Untuk memimpin pertunjukan musik/lagu dalam birama 3, kita ambil
ketentuan yang sudah ada yaitu gerakan tangan untuk hitungan pertama ke
bawah, dan untuk hitungan terakhir atau ketiga dari luar ke atas.
c) Birama 4
Untuk memimpin dalam birama 4, kita bertolak dari gerakan birama
3. Gerakan untuk hitungan pertama ke bawah, hitungan terakhir atau ke emapt
dari luar ke atas, dan untuk hitungan terakhir atau ketiga dari dalam ke luar.
20
21
Direksi
Dalam bermain musik bersama, seperti orkestra, paduan suara, ansambel,
atau campuran ketiganya yang melibatkan banyak pemain, memerlukan seorang
pemimpin musik yang bertugas mengorganisir musik yang terdapat dalam
repertoar-repertoar yang akan digelarkan. Pemimpin tersebut dinamakan kondaktor
atau dirigen.
Tugas kondaktor yaitu bertangguang jawab terhadap pertunjukan karya-
karya musik yang akan diperdengarkan terhadap audien. Baik tidaknya sebuah
pergelaran musik sangat tergantung pada kemampuan seorang kondaktor dalam
mendireksi atau memimpin kelompok musiknya. Dengan demikian seorang
kondaktor juga seorang pemimpin, panutan, pengatur dan juga seorang pengendali
proses perjalanan musik dalam sebuah pergelaran sehingga mencapai hasil yang
maksimal. Oleh sebab itu, seorang kondaktor harus memiliki kemampuan musikal
yang terlatih, mampu menyampaikan keinginan atau maksudnya kepada para
pemain melalui gerakan-gerakan tangan dan jarinya. Seorang kondaktor juga harus
memahami birama dan gerakan-gerakan birama.
Terdapat beberapa hal yang sangat penting bagi seorang kondaktor yaitu ia
harus mempunyai pengetahuan yang sangat teliti tentang komposisi, dan ia harus
akrab dengan gaya musik yang bermacam-macam. Ia juga harus sadar akan
masalah-masalah interpretasi musikal seperti pengetahuan tentang instrumen atau
vokal baik secara individu maupun secara kelompok, kemampuan membaca
partikus orkes atau partikul bagian-bagian paduan suara dan harus memiliki
pendengaran yang tajam untuk mengetahui tinggi reendahnya nada serta dapat
mengatur keseimbangan nada-nada terrsebut dan ia juga harus menguasai teknik-
teknik direksi, dimana dalam teknik direksi gerakan yang digunakan adalah gerakan
birama sehingga pemahaman tentang birama baik tunggal maupun jamak harus
dipahami oleh seorang kondaktor.
22
Dirigen adalah sebuah tugas yang didaulat untuk menjembatani komunikasi
baik antar pemusik maupun dengan sang komposer sendiri dan tentunya kepada para
penonton. Maka dari itu adalah tanggungjawab bagi dirigen untuk mempelajari
musik yang akan dipimpinnya sehingga ia memperoleh gambaran besar dari musik
yang ingin dipersembahkan. Dengan pengetahuan dan interpretasi itulah ia dapat
membagikan perasaan maupun menjembatani komunikasi pemusik baik secara
verbal maupun melalui gestures.
1. Posisi Tubuh dalam Mendireksi
Posisi tubuh pada saat memimpin kelompok paduan suara yaitu tubuh
berdiri rileks, posisi kaki kiri sedikit lebih ke depan, pandangan dapat melihat ke
seluruh pemain dan tidak hanya terpaku partitur, seluruh badan harus santai dan
rileks. Sebelum memulai membawakan karya, seorang kondaktor harus memiliki
bayangan tentang tempo atau kecepatan yang akan dipakai.
Gerakan-gerakan tangan dalam memberikan hitungan (pukulan) haruss
jelasvdan dimengerti oleh para pemain. Di samping itu dalam memberi aba-aba
untuk persiapan awal sebelum memainkan karya, pandangan tertuju kepada
seluruh pemain, sehingga kondaktor dapat melihat kesiapan seluruh pemainnya.
Pada saat karya sedang dibawakan (diaminkan) pandangan kondaktor
harus tertuju pada seluruh pemain atau pada pemain tertentu yang akan
memainkan bagian yang sangat penting dalam suatu karya, sehingga pada bagian
tersebut pemain dapat mempersiapkannya dan diberikan penekanan khusus
melalui gerakan tangan kondaktor.
2. Teknik Membirama dan Aba-Aba
Dasar-dasar dalam membirama dan aba-aba terdiri dari :
a) Aba-aba persiapan, yaitu memberikan aba-aba sebelum karya akan
diperdengarkan tujuannya adalah agar seluruh pemain bekonsentrasi terhadap
tugasnya masing-masing.
b) Aba-aba pelaksanaan, yaitu aba-aba saat karya musik mulai dimulai dan
berlangsung. Dalam proses membawakan karya musik seorang kondaktor
23
harus dapat berkomunikasi melalui berbagai gerakan tangan dan jarinya. Pada
umunya fungsi tangan kanan memberikan pukulan atau membirama
sedangkan tangan kiri mengatur berbagai macam dinamik yang sesuai dengan
yang dikehendaki oleh kondaktornya.
c) Aba-aba selesai, yaitu aba-aba akhir dalam suatu penyajian musik. Dalam aba-
aba ini kekompakan penyanyi/pemain musik dan kejelasan aba-aba harus
mendapat perhatian lebih. Akhir suatu lagu (musik) yang tidak diselesaikan
dengan baik, dapat menghapus keindahan yang telah dengan baik disajikan
sebelumnya.
d) Gerakan membirama dengan menggunakan dua tangan yang melebar ke
samping yaitu sebagai isyarat untuk meminta seluruh pemain lebih kuat atau
keras.
e) Gerakan membirama kedua tangan menyempit yaitu sebagai isyarat untuk
lebih lembut untuk seluruh pemain.
3. Teknik Mendireksi Orkes
a) Penggunaan Tongkat (Buton)
Seorang kondaktor akan mampu mengontrol latihan seluruh pemain
orkes bila telah memiliki teknik menggunakan tongkat dengan baik. Tongkat
merupakan alat yang sangat efisien bagi seorang kondaktor untuk
menyelesaikan tugasnya. Oleh karena itu teknik menggunakan tongkat
merupakan hal yang harus dikuasai oleh seorang kondaktor.
Panjang tongkat yang dipergunakan kira-kira 20 inci dan lebih baik
agak ringan. Bentuk tongkat jangan terlalu tipis karena ujungnya akan lentur
dan sulit untuk membuat ketukan yang jelas. Memilih tongkat dengan atau
tanpa genggaman tergantung dari selera seseorang dan harus tahu genggaman
mana yang lebih tepat atao cocok untuk jari an telapak tangannya.
Kondaktor harus mampu mengontrol gerakan tongkatnya secara
lengkap dan dapat merasakannya dengan leluasa. Cara-cara memegang
tongkat yaitu tongkat dipegang oleh ibu jari, telunjuk dan jari tengah dengan
24
pangkal tongkat menyentuh telapak tangan. Cara demikian, posisi tongkat
akan lebih aman dan terjamin pada saat melakukan pukulan-pukulan yang
penuh energik.
Memimpin dengan menggunakan tongkat, memilihi kelebihan yaitu :
memiliki dua ekspresi dalam suatu posisi (secara visual). Harus diingat bahwa
perhatian pemain selalu bercabang antara tulisan musik yang harus dibaca
dengan gerakan kondaktor. Dalam hal ini pemain akan lebih mudah mengikuti
gerangkat tongkat, terutama pada jenis musik yang tidak lazim, bagian-bagian
yang sulit, dan pada saat orkes mengiringi solo. Tongkat akan lebih penting
lagi pada kelompok yang besar, dimana beberapa pemain mempunyai jarak
yang jauh dari kondaktor. Oleh karena itu, kita harus belajar dengan
menggunakan tongkat.
4. Latihan Pola Non-Ekspesif untuk Tangan Kanan
Dalam memimpin musik, fungsi tangan kanan harus dapat
menggambarkan secara pasti pola-pola ritme. Pola-pola tersebut akan berbeda
pada tiap-tiap ritme dan akan berubah menurut ekspresi yang dikehendaki.
Gambar di atas memperlihatkan garis naik turun dan garis kiri kanan.
Luas yang terjadi pada garis tersebut disebut bidang pukulan (hitungan). Ukuran
bidang pukulan dapa berubah luasnya dari situasi ke situasi lainnya. Pola gerakan
25
pada gambar di atas, harus dilakuakn oleh pergelangan tangan, dengan tempo
lambat dan cepat. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara, awal lambat
makin lama makin cepat. Kondisi tangan harus rileks. Terdapat dua posisi dalam
melakukan gerakan pergelangan tangan yaitu, permukaan tangan menghadap ke
bawah dan ke samping.
a) Pola Non-Ekspresivo (4 Ketukan)
Gerakan tanpa ekspresi adalah gerakan yang sederhana dan memiliki
karakter netral. Oleh sebab itu, kebanyakan menggunakan garis-garis lurus.
Ukurannya tidak teralu besar dan dilakukan tanpa kekuatan pada lengan
bawah.
Pada gambar terlihat ketukan pertama bergerak ke arah atas sebelum
bergerak ke kiri, gerakan ini disebut “pantulan”. Perlu dicatat bahwa jarak
antara hitungan tidak sama. Jarak antara ketukan ketiga dan empat lebih kecil
jika dibandingkan dengan yang lainnya. Sementara jarak antara ketukan
emapt ke satu lebih besar. Walaupun demikian kita harus membiasakan hal ini
sehingga tangan bergerak secara harmonis.
b) Pukulan dengan “Clicking”
Clicking adalah gerakan yang tajam dari pergelangan tangan dengan
gerakan-gerakan dipercepat. Gerakan tersebut berada sebelum hitungan dan
setelah itu segera dilanjutkan dengan kecepatan yang normal. Harus diinagt
bahwa clicking selalu bertujuan untuk membantu penekanan-penekanan pada
pukulan, dan tidak dibutuhkan pada jenis pukulan yang halus dan lancar.
26
Dalam gambar di atas, hitungan satu terletak pada garis ujung paling
bawah yang bergerak ke arah kiri, ini memberi ruang untuk melanjutkan
gerakan selanjutnya setelah menggerakkan pergelangan tangan dengan tajam.
Pada waktu menggerakkan pergelangan tangan dengan tajam (clicking) di
semua hitungan (4 ketuk), kita harus dapat merasakan bahwa masing-masing
hitungan mendapat tekanan.
c) Pola Espressivo-Legato
Pukulan Espressivo-Legato dilakuakn dengan garis-garis lengkung
yang bergerak tanpa henti. Gerakan ini dilakukan dengan sebuah ketegangan
tertentu pada lengan bawah. Intensitas pada garis lengkung sangat bervariasi,
bergantung pada karakter musik dan interpretasi seorang kondaktor. Ukuran
besarnya lengkunagn dapat dimulai dari agak kecil sampailengkunagn yang
agak besar.
Gerakan tangan seorang kondaktor untuk karya musik yang ekspresif
akan lebih jelas terlihatoleh pemain apabila memakai buton (tongkat).
Kejelasan gerakan ini akan terlihat pada ujung buton yang memberikan
sebuah titik yang jelas pada pemain dan gerakan pergelangan tangan, lengan
bawah dan siku semua ini mendukung gerakan buton sedangkan bahu harus
tetap tidak tegang.
2
1
3
4
27
Pada akhirnya bagaimanapun juga pukulan espressiv bersifat individual,
artinya setelah menguasai gerakan dasar, seorang kondaktor dapat menambah
berbagai variasi gerakan tongkat sesuai dengan karakter karya musiknya dan
keinginan masing-masing kondaktor.
Latihan
- Diskusikanlah dengan teman anda, bagaimana sebaiknya mengajarkan elemen-
elemen musik di SD.
- Praktik membirama pertunjukan musik/lagu, dengan jenis birama 2, 3, 4, dan
6.
1
2 3
4
28
Notasi Balok
Not balok merupakan sistem penulisan karya musik. Not balok disebut juga
sebagai lambang nada. Dalam notasi musik, nada dilambangkan oleh not (berupa
simbol). Not balok dalam bahasa Indonesia berasal dari pengaruh bahasa Belanda:
noten balk, yaitu notasi musik yang menggunakan lima garis horizontal untuk
menempatkan titi nada. Titi-titi nada digambarkan dilambangkan dengan lambang
yang disebut not. Menurut Banoe (2003:299), notasi balok adalah tulisan
menggunakan lima garis datar guna menunjukkan tinggi rendah suatu nada. Badudu
(2003:299) menyebutkan bahwa notasi balok merupakan sistem lambang (tanda)
yang menggambarkan bilangan, nada, atau ujaran, dan proses pelambangan
bilangan, nada, atau ujaran dengan lambang.
1. Struktur Not Balok
29
2. Bentuk, Nama, dan Nilai Not
30
3. Garis Paranada
Untuk menulis not balok kita memerlukan garis-garis paranada yang
berjumlah lima garis. Urutan dihitung dari bawah ke atas.
Di dalam paranada terdapat garis-garis yang memisahkan not-not dengan
jumlah ketukan sesuai tanda birama yang ada misalnya 4/4 maka setiap 4 ketukan
dipisahkan oleh garis yang disebut garis birama atau garis bar.
Pada setiap garis dan di antara garis-garis (spasi), ditempatkan not atau
nada-nada c, d, e, f, g, a, b, c dst. Penempatan sesuai dengan nada dasar, misalnya
Do=C maka pada garis 1 terletak nada 3 (mi) atau e.
Pada awal paranada biasanya kita menempatkan tanda "kunci" yang disebut
"clef". Ada bermacam-macama clef: treble, bass, tenor, dan alto. Namun biasanya
yang umum digunakan adalah clef treble dan bass.
Clef treble
31
Clef bass
Penggunaan clef treble dan bass secara bersamaan disebut "grand staff"
4. Menempatkan Not dalam Paranada.
Penempatan not-not dalam paranada harus memperhatikan kunci yang
digunakan, misalnya dengan cleff treble, do=c maka kita harus menambahkan
satu garis di bawah. Di bawah garis tambahan masih bisa ditambah lagi, demikian
juga ke atas masih bisa ditambah lagi sesuai dengan kebutuhan not rendah atau
tinggi yang dibutuhkan dalam sebuah lagu, memerlukan berapa oktaf. Satu oktaf
terdiri dari 8 nada (C, D, E, F, G, A, B, C, D, E, F, G, A, B, C, dst).
C D E F G A B C
1 2 3 4 5 6 7 i
32
5. Lambang-Lambang Not Balok.
Not Penuh (1) = nada 4 ketuk. Gambar bulatan kosong.
Not Setengah (1/2) = 2 ketuk. Gambar bulatan kosong dengan tangkai.
Not Seperempat (1/4) = 1 ketuk. Gambar bulatan dihitamkan dengan
tangkai.
Not Seperdelapan (1/8) = 1/2 ketuk. Gambar bulatan dihitamkan, tangkai,
bendera 1.
Not Seperenambelas (1/16) = 1/4 ketuk. Gambar bulatan dihitamkan,
tangkai, bendera 2.
33
Tanda Titik (.)
Tanda titik ditempatkan di belakang not balok. Nilai tanda titik adalah
setengah dari not di depannya. Bila not di depannya adalah not penuh (1)
= 4 ketuk, maka tanda titik bernilai setengah (1/2) = 2 ketuk, dan
seterusnya.
4+2=6 ketuk 2+1=3 ketuk 11/2 ketuk 3/4 ketuk
Tanda Diam
Tanda diam adalah tanda yang melambangkan sebuah lagu harus berhenti
baik di tengah maupun di akhir sebuah lagu. Tanda diam dalam notasi do,
re, mi, dilambangkan dengan angka 0. Dalam not balok tanda diam
mempunyai lambang-lambang sesuai dengan nilai atau lamanya diam.
34
Melodi
Melodi adalah serangkaian nada-nada tunggal yng dikenali sebagai suatu
kesatuan yang menyeluruh. Sebuah melodi mempunyai bagian awal, pergerakan
nada-nada, dan bagian akhir. Melodi mempunyai arah, bentuk, dan kesinambungan.
Gerakan naik, turun, dan datar nada-nada melodi menimbulkan kesan ketegangan,
ketenangan, dan penyelesaian, harapan dan kenyataan. Ini disebut dengan kurva
melodi. Melodi bergerak dalam interval-interval yang kecil dinamakan melodi
melangkah, sedangkan melodi yang bergerak dalam interval besar dinamakan
melompat.
Cara tertentu dalam memainkan melodi akan menentukan ragam karakternya
juga. Kadang-kadang melodi yang dimainkan dengan lembut berhubungan dengan
gaya legato (bersambungan). Melodi yang dimainkan dengan pendek-pendek dan
terpisah-pisah dinamakan staccato.
Kebanyakan melodi tersusun atas bagian yang pendek yang dinamakan frase
(phrase). Frase tersebut mempunyai pola-pola nada dan ritme yang serupa untuk
membentuk kesatuan melodi. Melodi dapat terdiri atas frase pertanyaan (anteseden)
dan frase jawaban (consequen). Ciri-ciri frase melodi pertanyaan, yakni; frase
melodinya terkesan seperti urutan nada-nada yang makin tinggi sampai ke klimaks,
sedangkan frase melodi yang menunjukkan penurunan (semakin rendah nadanya)
dinamakan dengan frase jawaban.
1. Transposisi
Transposisi merupakan sebuah latihan dalam menuliskan notasi musik.
Transposisi dapat dilakukan dengan memindahkan penulisan notasi angka ke
notasi balok, dan sebaliknya. Penulisan dapat dilakukan dengan pemindahan
notasi balok ke notasi angka. Untuk melakukan latihan transposisi dibutuhkan
beberapa hal:
35
a. Mengetahui memahami bentuk not.
b. Mengetahui memahami nama not.
c. Mengetahui dan memahami nilai-nilai not
d. Memahami fungsi dan letak not di garis paranada.
2. Tangga Nada
Secara umum tangga nada (scale) terdiri dari dua jenis, yakni (1) tangga
nada diatonis dan tangga nada pentatonis. Tangga nada diatonis adalah rangkaian
7 (tujuh) buah nada dalam satu oktaf yang mempunyai susunan tinggi nada yang
teratur (C, D, E, F, G, A, B, C). Sedangkan tangga nada pentatonis merupakan
tangga nada yang terdiri dari lima (penta) buah nada. Di Indonesia dikenal dua
buah jenis tangga nada pentatonis, yakni tangga nada Pelog dan tangga nada
Slendro. Tangga nada Pelog terdiri dari lima nada yakni: 1, 3, 4, 5, 7. Tangga
nada ini dikenal di daerah Sunda, sedangkan tangga nada Slendro terdiri dari lima
nada, yakni: 1, 2, 3, 5, 6. Tangga nada ini dikenal di daerah Jawa dan Bali.
Tangga nada diatonis terdiri dari tangga nada diatonis Natural, Mayor dan
tangga nada diatonis Minor.
a. Tangga nada diatonis natural adalah tangga nada C=do dan mempunyai
karakteristik pola interval: C D E F G A B C
1 2 3 4 5 6 7 1
1 1 ½ 1 1 1 ½
36
b. Tangga nada diatonis Mayor adalah tangga nada natural dan atau tangga nada
kromatis yang mempunyai karakteristik pola interval:
C D E F G A B C
1 2 3 4 5 6 7 1
1 1 ½ 1 1 1 ½
Tangga nada diatonis Mayor memiliki ciri-ciri, yakni bersifat riang
gembira, gagah berani, bersemangat, diawali dan diakhiri dengan nada Do =
1, serta mempunyai pola interval : 1 , 1 ,. ½, 1 , 1 , 1, ½ .
Contoh lagu yang memiliki tangga nada diatonis Mayor, diantaranya
lagu:
- Indonesia Jaya, Cipt. W.R. Soepratman
- Maju Tak Gentar, Cipt. C. Simandjuntak
- Indonesia Pusaka, Cipt. Ismail Marzuki
- Indonesia Tetap Merdeka, Cipt. C. Simandjuntak
- Mengheningkan Cipta, Cipt. T. Prawit
- Bagimu Negeri, Cipt. Kusbini
- Satu Nusa Satu Bangsa, Cipt. L. Manik
- Ibu Kita Kartini, Cipt. W.R. Soepratman
- Hari merdeka, Cipt. Hs. Mutahar
- Halo-halo Bandung, Cipt. Ismail Marzuki
- Bhinneka Tunggal Ika, Cipt. B. Sitompul & Amrin
Thayib
- Hymne Guru, Cipt. C. Sartono
- Dan lain-lain
37
c. Tangga nada diatonis Minor adalah tangga nada yang mempunyai karakteristik
pola interval: A B C D E F G A
6 7 1 2 3 4 5 6
1 ½ 1 1 ½ 1 1
Tangga nada diatonis Minor memiliki ciri-ciri, yakni kurang
bersemangat, bersifat sedih, sendu, diawali dan diakhiri dengan nada la = A, dan
mempunyai pola interval : 1 , ½ , 1 , 1 , ½ , 1 , 1 .
Contoh lagu yang memiliki tangga nada diatonis Minor, diantaranya lagu:
- Syukur, Cipt. Hs. Mutahar
- Tuhan, Cipt. Bimbo
- Gugur Bunga di Taman Bhakti, Cipt. Ismail Marzuki
- Terima Kasihku,
- Sepasang Mata Bola, Cipt. Ismail Marzuki
- Dan lain-lain
38
d. Dan lain-lain Tangga Nada Kromatis adalah tangga nada yang memiliki nada-
nada kromatis (kres atau mol).
e. Nada Enharmnonis adalah rangkaian tangga nada yang mempunyai nama dan
letak yang berbeda, tetapi mempunyai tinggi nada yang sama, yakni:
Kres (#) Mol (b)
Cis Des
Dis Es
Fis Ges
Gis As
Ais Bes
Nada-nada enharmonis dan nada-nada kromatis, jika diidentifikasi pada
alat musik piano/keyboard/pianica terletak pada tuts warna hitam.
Latihan
- Diskusikanlah dengan teman anda, bagaimana sebaiknya mengajarkan notasi,
melodi, transposisi, dan tangga nada musik di SD.
- Menuliskan notasi balok.
- Bentuk melodi
- Mentransposisikan notasi balok ke notasi angka, dan sebaliknya.
- Menyusun tangga nada Mayor dan Minor.
39
Solfegio
Proses mempelajari sebuah lagu untuk dapat dinyanyikan/dimainkan, perlu
ditanamkan pengertian tentang rasa irama/ritme. Hal ini amat penting agar
seseorang dengan tepat menyanyikan/memainkan suatu karya musik dalam irama
yang sesuai. Selain itu perlu juga ditanamkan pengertian tentang bayangan nada,
interval dan melodi, terasa sulit bagi seseorang untuk menyanyikan/memainkan
karya musik.
Musik adalah bahasa emosi yang bersifat universal. Melalui pendengaran
musik dapat dimengerti dan dirasakan makna dan kesan yang terkandung di
dalamnya. Manusia normal sejak lahir sudah dibebani dengan kemampuan reaksi
terhadap bunyi atau musik, sehingga tanpa kegiatan mendengar, manusia-manusia
tidak dapat memberikan reaksi terhadap rangsangan yang berbentuk bunyi Qamalus,
1981: 49).
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa mempelajari teori musik, harus
diberikan melalui bunyinya, sehingga siswa dapat mendengar dan menghayati apa
yang disebut dengan tangga nada, interval, melodi dan kord. Selain bunyi, kegiatan
mendengar merupakan hal yang sangat penting dalam belajar musik, karena
kegiatan mendengar dapat dilihat sebagai kegiatan yang harus dilaksanakan dengan
baik.
Mempelajari lagu melalui mendengar secara berulang-ulang dapat dijadikan
dasar menuju tahap pelajaran membaca notasi musik. Menurut Latifah Kodiyat
(1983: 68) ear training adalah latihan pendengaran secara sistematis, latihan vokal
tanpa perkataan dan hanya dengan suku kata terbuka. Pendengaran tersebut dapat
dilatih dengan cara menselaraskan dengan not-not yang dihadapi. Florentinus (1997:
62) membagi lebih lanjut kemampuan mendengar not (ear training) ke dalam tiga
indikator kemampuan, yaitu: (1) kemampuan mendengar ritme/irama, (2)
40
kemampuan mendengar melodi/rangkaian nada dan (3) kemampuan mendengar
akord/ keselarasan gabungan nada.
Sight Reading adalah membaca not tanpa tanpa persiapan (Last1980: 135).
Selanjutnya dinyatakan bahwa sight reading adalah kesanggupan sekaligus untuk
membaca dan memainkan notasi musik yang belum pernah dikenal sebelumnya. Hal
ini sering disebut dengan istilah prima vista. Michael Kennedy (1985: 667)
mendefinisikan sight reading sebagai berikut: The reading of music at first sight in
order to performance it. Selain berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
membaca dan menambah pengetahuan tentang bahasa musik, sight reading juga
berfungsi untuk menemukan hal-hal baru dalam musik dan memberikan kenikmatan
dalam bermusik bagi pemain atau penyanyi musik hingga pada tingkat keterampilan
(kemahiran) yang tinggi. Untuk dapat menguasai sight reading dibutuhkan banyak
latihan yang teratur. Namun demikian bukan banyaknya latihan yang penting
melainkan latihan-latihan (meskipun sedikit) yang dilakukan tiap hari secara teratur
dan terus menerus akan lebih dirasakan manfaatnya (Last 1980: 136).
Apabila seseorang sejak awal belajar musik dilatih membeca not secara sight
reading, maka tidak akan diragukan lagi siswa akan menjadi sight reader yang baik.
Melalui sight reading diharapkan siswa dapat membaca notasi musik dengan cepat
dan tepat. Dalam hal ini, aspek kognitif memegang peranan penting. Florentinus
(1997: 60) Membagi lebih lanjut kemampuan membaca not (sight reading) ke dalam
tiga indikator kemampuan, yaitu: (1) kemampuan membaca ritme/irama, (2)
kemampuan membaca melodi/rangkaian nada, dan (3) kemampuan membaca
akord/ keselarasan gabungan nada.
Berdasarkan penjelasan di atas, yang dimaksud dengan kemampuan
membaca not (sight reading) adalah tingkat kelancaran atau kesanggupan sekaligus
untuk membaca dan memainkan/menyanyikan unsur-unsur musikal tanpa persiapan
sebelumnya. Unsur musikal tersebut (sebagai indikator adalah (1) Kemampuan
membaca ritme/irama, (2) Kemampuan membaca Melodi/rangkaian nada, dan (3)
Kemampuan membaca akord/keselarasan gabungan nada.
41
Dikte Musik
Latihan pendengaran musik biasanya dilakukan dalam bentuk dikte yang
berupa nada yang dinyanyikan dan kemudian ditulis atau ditirukan. Pelajaran dikte
harus didahului dengan latihan pendengaran dan latihan daya ingat. Dikte tersebut
berupa melodi, akord, dan ritme. Latihan dikte diperlukan konsentrasi yang
sungguh-sungguh agar kesan musiknya dapat dimengerti.
Tips melakukan metode solfegio dan dike musik, adalah sebagai berikut:
- Mengetahui nilai not
- Mengetahui tempo lagu
- Mengetahui ketukan masuk lagu
- Menyanyikan lagu sesuai dengan nada
- Membaca notasi diiringi dengan ketukan yang konstan.
- Selalu mengontrol emosi
- Menyesuaikan dengan tempo lagu
- Selalu konsentrasi untuk mengingat dan merasakan suara yang didengar atau
dikeluarkan.
Kemampuan untuk melakukan latihan membaca notasi dan prediksi nada
melalui solfegio dan dikte musik dapat diraih dengan melakukan latihan secara
berulang-ulang dan berkelanjutan. Semakin sering seseorang melakukan latihan
mendengarkan, membaca, dan menuliskan musik, maka semakin sempurna
penguasaan solfegio dan dikte musiknya. Berikut ini diberikan salah satu contoh
sederhana untuk memandu latihan solfegio dan dikte musik. Lagu model ini dapat
diberikan secara potongan-potongan dan penanpilan lagu secara utuh. Hal ini tentu
memperhatikan kemampuan dan kemahiran penguasaan materi. Tetapi, sebaiknya
dimulai dengan latihan potongan notasi, setelah itu baru dilanjutkan dengan
penampilan lagu secara utuh. Contohnya, lagu dadada-dududu, lalala-mamama di
bawah ini.
42
da da da-du du du - la la la-ma ma ma Cipt. Desyandri
4/4 C=do Riang/108
5 6 : 5 . 3 4 3 0 4 5 6 . 5 4
da da da du du du la la la ma ma
3 0 4 5 6 . 6 7 1’ . 7 1’ 5 6 4 2
ma da da da du du du la la la ma ma ma
₁ ₂
3 0 5 6
:
1 . . 0 2 2 2 4 4 3 3 3 0
ma da da ma da da da du du du du du
2 2 5 6 3 . . 0 2 2 2 3 4 5 6 5 0
la la ma ma ma da da da du du du du du
6 5 4 6 7 6 5 0 6 7 1’ 1’ 1’ 6 7 1’ 1’ 1’ 7 6
la la la ma ma - ma da da da da da du du du du du la -
5 5 5 6 5 4 3 . 0 6 7 1’ . 0 6 7 1’ . 0 7 6
la la ma - ma ma da da da du du du la -
43
5 2’ 1’ 7 1’ . . . 0 0
la ma ma ma ma
Latihan
- Diskusikanlah dengan teman anda, bagaimana sebaiknya mengajarkan sofegio
dan dikte musik di SD.
- Mendengar nada-nada musik
- Mensolmisasikan notasi lagu
- Menuliskan notasi-notasi lagu yang dibunyikan
- Menebak nada-nada yang dibunyikan
44
Jenis Sumber Bunyi Alat Musik
Sumber bunyi alat-alat musik dikenal memiliki beberapa macam jenis.
Perbedaan jenis sumber bunyi alat-alat musik, sekaligus menggambarkan warna dari
masing-masing alat. Jenis sumber bunyi alat-alat musik tersebut adalah:
1. Alat musik tiup, misalnya: recorder, terompet, saxophone, harmonica, dan lain-
lain.
Contoh:
Recorder Terompet Saxophone Harmonica
2. Alat musik gesek, misalnya: biola, cello, rebab, tehyan, dan lain-lain.
Contoh:
Biola Cello Rebab Tehyan
45
3. Alat musik petik, misalnya: gitar, harva, sasando, kecapi, dan lain-lain.
Contoh:
Guitar Harva Sasando Kecapi
4. Alat musik pukul, misalnya: untuk alat musik pukul bernada yaitu gamelan,
calung, dan kolintang. Sedangkan untuk alat musik pukul tidak bernada seperti
tamborin, rebana, dan gendang.
Contoh:
a) Alat musik pukul yang tidak bernada, seperti: drum, gendang, rebana, tifa,
dan lain-lain.
Drum Gendang Rebana Tifa
b) Alat musik pukul yang memiliki nada, seperti: talempong, gamelan,
kulintang, calung, dan lain-lain.
Contoh:
Talempong Gamelan Kolintang Calung
46
Fungsi Alat Musik
Alat musik juga dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu:
a. Alat Musik Melodis
Alat musik melodis adalah alat musik bernada yang dapat difungsikan
sebagai pembawa alur melodi atau rangkaian melodi. Contoh alat musik ini
adalah flute, harmonica, dan sexophone.
b. Alat Musik Ritmis
Alat musik ritmis adalah alat musik yang tidak memiliki nada, alat ini
difungsikan sebagai pembawa irama sehingga karya musik yang dimainkan dapat
stabil. Contoh alat musik ini adalah gendang, tamborin, dan triangle.
c. Alat Musik Harmonis
Alat musik harmonis adalah alat musik yang dapat menghasilkan paduan
akor secara harmoni. Contoh alat musik ini adalah gitar, piano, dan akordeon.
Alat musik ini difungsikan untuk mengiringi lagu.
Latihan
- Diskusikanlah dengan teman anda, bagaimana sebaiknya mengajarkan jenis
sumber bunyi dan fungsi alat musik di SD.
- Mengidentifikasi jenis sumber bunyi dan fungsi alat musik.
47
Konsep Lagu/Bernyanyi
Seni musik sebagai bagian dari kebudayaan terdiri dari dua jenis, yakni seni
musik itu sendiri yang disebut dengan musik/instrumentalia dan seni suara yang
dikenal dengan lagu atau nyanyian. Berikut ini dikemukakan teori dan konsep-
konsep tentang lagu/nyanyian, seperti Seymour (1920: 172-173) mengemukakan
tentang “chant” (lagu) yakni:
Connect music with words and you get one of two things, a song or a chant.
The repetition of any constructive idea is helpful, and, when music is added,
it becomes doubly so. Chanting has been, and still is, a part of all ritual, and
rightly so. It is simply singing constructive words in a simple measured way.
"Music makes anything go. Chant your heart's desire, and it will come to
pass.
Hubungan musik dengan kata-kata dan mendapatkan salah satu dari dua hal,
lagu atau nyanyian. Pengulangan ide konstruktif akan membantu dan ketika musik
ditambahkan, menjadi dua kali lipat lebih bermakna. Nyanyian sebelumnya dan
sekarang merupakan bagian dari semua ritual dan memang demikian. Itu hanya
menyanyikan kata-kata konstruktif dengan cara “measured” sederhana. “Musik
membuat sesuatu berjalan. Menyanyikan (chant) keinginan hati. Dan itu akan
terjadi”. Selanjutnya Seymour (1920: 173) juga mengemukakan peranan lagu pada
zaman modern, yakni:
Modern chanting, or chanting to the times known by people of to-day, is a
strong help, both in its healing power and in character-building. Fine
characters will live fine, helpful lives. "As a man thinketh, so is he." For the
religious life of to-day we prescribe some gay singing on arising in the
morning. Control depression and laziness by singing while you bathe,
exercise, and dress.
Bernyanyi pada zaman modern, atau nyanyian lagu-lagu yang dikenal oleh
orang-orang saat ini sangat membantu, baik dalam daya penyembuhan dan
pembangunan karakter. Karakter yang baik akan hidup baik, sangat membantu
48
kehidupan. “Seperti pemikiran seorang manusia, maka itulah dia." Untuk kehidupan
religius saat ini meresepkan beberapa keriangan bernyanyi yang muncul di pagi hari.
Mengontrol depresi dan kemalasan dengan bernyanyi sambil mandi, berolahraga,
dan berpakaian.
The power of the word is mighty. A child will laugh at a bump if you teach
him to say "funny" when he falls down. So it is with us all. What we say about
it, and what we sing about it, determines its effect for good or evil upon us.
A great many people have absolutely made themselves over by persistent
constructive chanting. A woman, in some articles on success, ordered her
pupil to say "joy" sixty times every day. (Seymour, 1920: 173).
Kekuatan kata-kata/lirik lagu sangat hebat. Seorang anak akan
menertawakan benjolan jika pendidik mengajarinya untuk mengatakan “lucu”
ketika ia jatuh. Begitu pula semua orang. Apa yang dikatakan tentang hal itu, dan
apa yang dinyanyikan tentang hal itu, menentukan efeknya baik atau tidak kepada
seseorang. Banyak orang yang benar-benar membuat dirinya berubah/beralih karena
nyanyian konstruktif yang terus menerus. Seorang wanita, dalam beberapa artikel
tentang kesuksesan, memerintahkan muridnya untuk mengatakan "sukacita" enam
puluh waktu setiap hari.
Merriam (1964: 187) mengemukakan tentang teks atau lirik lagu, yakni:
One of the most obvious sources for the understanding of human behavior
in connection with music is the song text. Texts, of course, are language
behavior rather than music sound, but they are an integral part of music and
there is clear-cut evidence that the language used in connection with music
differs from that of ordinary discourse.
Salah satu sumber yang paling jelas bagi pemahaman perilaku manusia
dalam kaitannya dengan musik adalah lirik/teks lagu. Lirik/teks, tentu saja, perilaku
bahasa daripada suara musik, tetapi mereka adalah bagian integral musik dan ada
bukti yang jelas bahwa bahasa yang digunakan sehubungan dengan musik berbeda
dari wacana biasa.
49
Merriam (1964: 205) menambahkan tentang fungsi penting lirik/teks lagu,
yakni:
An important function of gatherings for community singing was to emphasize
the values stressed by the culture. Songs in praise of chiefs fostered political
loyalty. Songs in praise of places expressed the sentiment for the homeland.
In a negative way, songs of ridicule and scandal were at once a punishment
to culprits and a warning to others. Such songs constituted something very
like a legal sanction through public opinion.
Fungsi penting dari pertemuan untuk bernyanyi komunitas adalah untuk
menekankan nilai-nilai ditekankan oleh budaya. Lagu-lagu dalam pujian dari kepala
dipupuk loyalitas politik. Lagu-lagu dalam memuji tempat diungkapkan sentimen
untuk tanah air. Dalam cara yang negatif, lagu cemoohan dan skandal yang
sekaligus hukuman untuk pelaku dan peringatan kepada orang lain. Lagu tersebut
merupakan sesuatu yang sangat mirip sanksi hukum melalui opini publik.
Selanjutnya Merriam menambahkan bahwa:
Song texts, then, can be used as a means of action directed toward the
solution of problems which plague a community. While this can take the form
of ridicule and shame, or sanctioned legal action, it is also apparent that
song texts provide psychological release for the participants. Indeed,
because of the freedom of expression allowed in song, texts seem clearly to
provide an excellent means for the investigation of the psychological
processes of the people who constitute a culture.
Teks lagu dapat digunakan sebagai sarana tindakan yang diarahkan pada
solusi masalah yang mengganggu masyarakat. Meskipun hal ini dapat berbentuk
ejekan dan perasaan malu, atau tindakan sanksi hukum, dan teks-teks lagu
memberikan rilis psikologis. Kebebasan berekspresi diperbolehkan dalam lagu, teks
tampak jelas sebagai sarana yang sangat baik untuk penyelidikan terhadap proses
psikologis dari orang-orang yang merupakan budaya.
50
Teknik Vokal Dasar
Teknik vocal adalah: cara memproduksi suara yang baik dan benar, sehingga
suara yang keluar terdengar jelas, indah, merdu, dan nyaring. Unsur-unsur teknik
vocal, sebagai berikut:
1. Artikulasi, adalah cara pengucapan kata demi kata yang baik dan jelas. Seorang
penyanyi selain harus menguasai dan mengahfalkan syair (lirik) lagu dengan
baik, juga harus mengucapkan kata-katanya dengan jelas dan tegas. Untuk
membantu agar dapat member jiwa pada lagu tersebut, harus juga memahami isi
dan maksud yang terkandung dalam lagu. Ada beberapa cara praktis untuk
meningkatkan artikulasi anda, yaitu dengan mengucapkan vocal : A I U E O dan
contoh pengucapan-pengucapan yang terdiri dari variasi vokal dan konsonan.
2. Pernafasan adalah usaha untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya,
kemudian disimpan, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit sesuai dengan
keperluan.
Pernafasan di bagi tiga jenis, yaitu:
a) Pernafasan dada: cocok untuk nada-nada rendah, penyanyi mudah lelah.
b) Pernafasan perut: udara cepat habis, kurang cocok digunakan dalam
menyanyi, karena akan cepat lelah.
c) Pernafasan diafragma: adalah pernafasan yang paling cocok digunakan untuk
menyanyi, karena udara yang digunakan akan mudah diatur pemakaiannya,
mempunyai power dan stabilitas vocal yang baik.
3. Phrasering adalah: aturan pemenggalan kalimat yang baik dan benar sehingga
mudah dimengerti dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
4. Sikap Badan: adalah posisi badan ketika seseorang sedang nyanyi, bisa sambil
duduk, atau berdiri, yang penting saluran pernafasan jangan sampai terganggu.
Selain hal-hal diatas, ada hal lain yang harus diperhatikan, yaitu sikap tubuh
dalam bernyanyi, baik dalam latihan maupun pada saat kita sedang tampil di
51
panggung/podium. Mengapa sikap tubuh sangat berpengaruh pada sirkulasi nafas
yang merupakan unsur penting dalam bernyanyi. Sikap ini harus dilatih, baik
sikap duduk maupun sikap berdiri. Sikap tubuh sangat mempengaruhi produksi
suara seorang penyanyi baik penyanyi solo maupun penyanyi paduan suara. Pada
saat menyanyi tubuh harus dalam kondisi yang rileks (bukan santai). Tubuh yang
rileks dimaksudkan agar suara yang dihasilkan juga rileks dan tidak tegang.
Untuk menciptakan suasana yang rileks sebelum bernyanyi diperlukan suatu
relaksasi atau pelemasan tubuh dengan cara bersenam, memijat, dll.
a) Relaksasi perlu dilakukan pada saat latihan dan juga pada setiap sebelum
penampilan, apalagi pada saat berlomba. Mental yang tegang mengakibatkan
tubuh menjadi tegang pula, sehingga suara yang dihasilkan tidak maksimal.
Posisi tubuh dalam menganyi harus mendapat perhatian. Posisi yang baik
adalah berdiri dengan membagi beban yang sama pada dua kaki dan
menempatkan kaki sedemikian rupa sehingga menjadi seimbang, terutama
agar tubuh juga dapat ikut bergerak mengkespresikan dari lagu yang
dinyanyikan.
b) Pada posisi menyanyi sambil duduk, posisi tubuh bagian pinggang ke atas
harus dalam kondisi yang sama dengan posisi tubuh bagian pinggang ke atas
pada saat sedang berdiri. Posisi tubuh yang gagah sangat dibutuhkan.
c) Ekspreasi wajah pada saat menyanyi juga sangat menentukan. Pada saat
mengambil nada-nada yang tinggi perlu konsentrasi dalam menyanyikannya,
maka alis dapat dinaikan, serta pipi seperti seorang yang sedang tersenyum
dan jangan lupa untuk membuka mulut yang lebar sesuai dengan ketentuan
yang biasa dilakukan dalam menyanyi. Pada saat menyanyi memang nampak
wajah akan terlihat jelek, namun suara yang dihasilkan akan jauh lebih
berkualitas dibandingkan dengan kalau kita menyanyi hanya ingin
menampilkan penampilan saja.
d) Relax. Seluruh badan mulai dari kepala sampai ujung kaki harus diberi latihan
supaya santai. Misalnya: ambil napas pelan-pelan, lalu hembuskan. Diulang
52
terus dengan teratur. Bisa juga pada saat menghembuskan, badan
dibungkukkan seperti posisi rukuk waktu sholat, tapi kepala tidak melihat ke
depan, melainkan ke bawah (bahkan agak melihat ke belakang lewat kolong
kedua kaki), juntaikan tangan ke bawah. Digoyangkan biar relax. Posisi kedua
telapak kaki lurus ke depan dengan jarak sejengkal di antara keduanya. Lalu
perlahan-lahan naik, angkat badan, tapi tumpu kekuatan lewat punggung. Jadi
akan terasa kalau tulang belakang perlahan-lahan naik ke atas mengikuti
badan yang ikut tegak. Selama proses itu usahakan bernapas dengan teratur.
(kalau ada teman, dia bisa memijat punggung sambil badanmu naik menuju
posisi tegak. Itu sangat membantu proses relaksasi).
5. Resonansi adalah: usaha untuk memperindah suara dengan mefungsikan rongga-
rongga udara yang turut bervibrasi/ bergetar disekitar mulut dan tenggorokan.
6. Vibrato adalah: Usaha untuk memperindah sebuah lagu dengan cara memberi
gelombang/suara yang bergetar teratur, biasanya di terapkan di setiap akhir
sebuah kalimat lagu. Vibrasi adalah suatu bentuk suara yang bergetar dan
bergelombang dalam tehnik oleh vocal, vibrasi ini merupakan tahap finishing.
Fungsinya biar terdengar lebih merdu dan indah. Kalau mau tahu contoh vibrasi
yaitu ketika seseorang tertawa terbahak-bahak, suara akan terdengar bergetar dan
bergelombang. Kemudian dalam dunia tarik suara, bentuk dasar tersebut
dikembangkan menjadi sebuah tehnik dalam bernyanyi yang disebut vibrasi.
7. Improvisasi adalah usaha memperindah lagu dengan merubah/menambah
sebagian melodi lagu dengan profesional, tanpa merubah melodi pokoknya.
8. Intonasi adalah tinggi rendahnya suatu nada yang harus dijangkau dengan tepat.
Berikut ini adalah 10 tips untuk suara yang sehat yang diberikan oleh
Norman Hogikyan:
1. Banyak minum air, hindari alkohol dan kafein. Pita suara kita bergetar dengan
kecepatan tinggi, dan banyak minum membuat pita suara tetap basah. Makanan
yang memiliki kadar air yang tinggi juga baik, seperti apel, pir, semangka, melon,
anggur, dan sebagainya.
53
2. Lakukan istirahat berbicara beberapa kali setiap hari terutapa jika telah
dipergunakan secara ekstensif. Misalnya guru sebaiknya menghindari atau
mengurangi berbicara diantara waktu mengajar.
3. Jangan merokok. Jika Anda merokok, segera berhenti. Merokok sangat
meningkatkan resiko kanker organ pernafasan. Termasuk menghirup asap dapat
menyebabkan iritasi pita suara.
4. Jangan menyalahgunakan suaramu. Hindari berteriak, juga berbicara keras di
ruangan yang ribut. Suara serak merupakan pertanda pita suara mengalami iritasi.
5. Biarkan otot leher dan tenggorokanmu rileks meskipun sedang menyanyi nada
tinggi atau rendah.
6. Beberapa penyanyi mengangkat kepala ketika menyanyikan nada tinggi dan
menunduk jika menyanyi nada rendah untuk menghindari tegangan yang
berlebih pada otot. Jika terjadi tegangan berlebih untuk waktu yang lama bisa
menyebabkan turunnya jangkauan nada suara.
54
Paduan Suara
Paduan suara atau kor (dari bahasa Belanda, koor) merupakan istilah yang
merujuk kepada ensembel musik yang terdiri atas penyanyi-penyanyi maupun
musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut. Umumnya suatu kelompok paduan
suara membawakan musik paduan suara yang terdiri atas beberapa bagian suara
(bahasa Inggris: part, bahasa Jerman: Stimme). Dalam pengertian ini, paduan suara
juga mencakup kelompok vokal (vocal group), walaupun kadang kedua istilah ini
saling dibedakan.
1. Jenis Suara Manusia
Berikut akan dipaparkan jenis suara manusia dan istilah yang
membedakannya. Suara manusia, menurut jenisnya dibagi atas 3 (tiga), yakni:
a) Suara Wanita Dewasa
Sopran, merupakan suara tinggi wanita.
Messo Sopran, merupakan suara sedang wanita.
Alto, merupakan suara rendah wanita.
b) Suara Pria Dewasa
Tenor, merupakan suara tinggi pria.
Bariton, merupakan suara sedang pria.
Bas, merupakan suara rendah pria.
c) Suara Anak-anak
Suara anak-anak terdiri atas dua jenis suara, yakni:
Tinggi, dan
Rendah.
2. Struktur paduan suara
Paduan suara biasanya dipimpin oleh seorang dirigen atau choirmaster
yang umumnya sekaligus adalah pelatih paduan suara tersebut. Umumnya
55
paduan suara terdiri atas empat bagian suara (misalnya sopran, alto, tenor, dan
bas), walaupun dapat dikatakan bahwa tidak ada batasan jumlah suara yang
terdapat dalam paduan suara. Selain empat suara, jumlah jenis suara yang paling
lazim dalam paduan suara adalah tiga, lima, enam, dan delapan. Bila menyanyi
dengan satu suara, paduan suara tersebut diistilahkan menyanyi secara unisono.
Paduan suara dapat bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat musik.
Bernyanyi tanpa iringan alat musik biasanya disebut sebagai bernyanyi a capella.
Bila bernyanyi dengan iringan, alat musik pengiring paduan suara dapat terdiri
atas alat musik apa saja, satu, beberapa, atau bahkan suatu orkestra penuh. Untuk
latihan paduan suara, alat pengiring yang digunakan biasanya adalah piano,
termasuk bahkan jika pada penampilannya digunakan alat musik lain atau
ditampilkan secara a cappella.
3. Tata letak panggung
Terdapat banyak pandangan mengenai bagaimana masing-masing
kelompok bagian suara dalam paduan suara ditempatkan di panggung pada suatu
penampilan. Pada paduan suara simfonik, biasanya bagian-bagian suara diatur
dari suara tertinggi ke suara terendah (misalnya sopran, alto, tenor, dan kemudian
bas) dari kiri ke kanan, bersesuaian dengan penempatan bagian alat musik gesek
umumnya. Pada penampilan a cappella atau dengan iringan piano, umumnya pria
ditempatkan di belakang dan wanita di depan; penempatan kelompok bas di
belakang kelompok sopran disukai oleh beberapa dirijen dengan alasan bahwa
kedua bagian suara ini harus saling menyesuaikan nada.
Paduan suara yang lebih berpengalaman sering menyanyi dengan semua
bagian suara bercampur dan tidak terkelompok-kelompok. Pendapat yang
mendukung metode penempatan ini adalah bahwa metode ini memudahkan
masing-masing penyanyi untuk mendengarkan dan menyesuaikan nada dengan
bagian suara yang lain, walaupun hal ini menuntut kemandirian masing-masing
penyanyi.
56
4. Jenis-jenis paduan suara
Kelompok paduan suara dapat dikategorikan berdasarkan jenis suara
yang terdapat di dalam paduan suara tersebut:
a) Paduan suara campuran, yaitu perpaduan suara wanita dan suara pria. Jenis ini
mungkin merupakan yang paling lazim, biasanya terdiri atas suara sopran, alto,
tenor, dan bas, sering disingkat sebagai SATB. Seringkali pula salah satu atau
beberapa jenis suara tersebut dibagi lagi menjadi dua atau lebih, misalnya
SSAATTBB (setiap jenis suara dibagi dua) dan SATBSATB (paduan suara
tersebut dibagi menjadi dua yang masing-masing terdiri atas empat jenis suara).
Kadang kala jenis suara bariton juga dipisahkan (misalnya SATBarB),
seringkali dinyanyikan oleh penyanyi bersuara bas tinggi.
b) Paduan suara wanita, yaitu paduan suara yang biasanya terdiri atas jenis suara
sopran dan alto yang masing-masing dibagi dua, sering disingkat SSAA.
Bentuk lain adalah tiga suara, yaitu sopran, mezzo-sopran, dan alto, kadang
disingkat SMA.
c) Paduan suara pria, biasanya terdiri atas dua bagian tenor, bariton, dan bas,
sering disingkat TTBB (atau ATBB jika kelompok suara tertinggi bernyanyi
dengan teknik falsetto pada jangkauan nada alto, seperti lazimnya pada musik
barbershop). Jenis lain paduan suara pria adalah paduan suara yang terdiri atas
suara SATB seperti pada paduan suara campuran namun bagian sopran
dinyanyikan oleh anak-anak laki-laki (sering disebut treble) dan bagian alto
dinyanyikan oleh pria (dengan teknik falsetto, sering disebut kontratenor).
d) Paduan suara anak, biasanya terdiri atas 2 (dua) suara, yakni suara SA atau tiga
suara SSA, atau kadang lebih dari itu.
e) Pengkategorian lain untuk paduan suara adalah berdasarkan jumlah penyanyi
yang ada di dalamnya, misalnya: ansambel vokal atau kelompok vokal (3-12
penyanyi), paduan suara kecil atau paduan suara kamar (12-28 penyanyi),
paduan suara besar (lebih dari 28 penyanyi)
57
Ansambel Musik
Ansambel berasal dari bahasa Perancis “Ensemble” yang artinya bersama.
Permainan ansambel adalah memainkan sebuah lagu secara bersama-sama, dua
orang atau lebih dengan mempergunakan berbagai macam instrumen musik dua atau
lebih. Banoe (2003: 133) ansambel adalah kelompok musik dalam satuan kecil,
permainan bersama dalam satuan kecil alat musik. Ansambel lebih mengarah pada
alat yang digunakan. Jadi ansambel musik adalah bermain musik yang dilakukan
secara bersama-sama atau berkelompok dengan menggunakan alat-alat musik
sederhana.
Ansambel musik dapat disajikan lewat medium vokal atau instrumen. Bila
dilihat dari jumlah pemain, ansambel musik dibedakan menjadi ansambel kecil dan
ansambel besar. Yang termasuk ansambel kecil adalah duet (terdiri dari 2 pemain),
trio (3 pemain), kuartet (4 pemain), kuintet (5 pemain), sektet (6 pemain), septet (7
pemain), dan oktet (8 pemain). Ansambel musik yang dimainkan oleh lebih dari 8
pemain digolongkan dalam ansambel besar. Ansambel besar diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu ansambel sedang dan ansambel besar. Ansambel sedang jumlah
pemainnya antara 8 sampai dengan 30 orang. Ansambel yang didukung oleh lebih
dari 30 pemain disebut ansambel besar atau orkes. Suatu orkes yang jumlahnya lebih
dari 120 pemain disebut orkes symphoni.
1. Bentuk Sajian Ansambel Musik
Bentuk sajian ansambel musik, yakni:
a) Ansambel musik sejenis
Ansambel musik sejenis merupakan suatu bentuk sajian musik
ansambel yang terdiri atas satu jenis alat musik saja. Misalnya, ansambel
musik rekorder, ansambel musik pianika, ansambel musik terompet, ansambel
musik saxophone, accapela, ansambel gesek, ansambel tiup, ansambel
perkusi, dan ansambel gitar dan lain-lain.
58
Gambar bermain ansambel musik sejenis (pianika dan recorder)
b) Ansambel Musik Campuran
Ansambel musik campuran merupakan suatu bentuk sajian musik
ansambel yang terdiri atas beberapa jenis alat musik. Misalnya, ansambel
musik yang di dalamnya terdiri dari alat musik recorder, pianica, terompet,
saxophone, dan lain-lain.
Gambar bermain musik ansambel campuran
59
2. Manfaat bermain ansambel musik
Bermain musik sebaiknya dimulai sejak usia dini. Bermain musik sejak
usia dini adalah cara yang mudah dan menyenangkan untuk mengembangkan
kecerdasan anak dan remaja. Selain itu, bermain musik sejak usia dini juga akan
membentuk perilaku dan sikap anak-anak maupun remaja menjadi lebih baik dan
teratur. Sebagaimana disampaikan oleh Gordon (2008: 11) dalam Early
Childhood dikatakan bahwa semakin dini kita menstimulasi anak terutama
dengan pelajaran informal musik (mendengarkan kaset misalnya, dan lain-lain),
semakin dapat meningkatkan kemampuan musiknya di masa yang akan datang.
60
Lewat musik, kecerdasan anak dan remaja akan berkembang dengan baik.
Perkembangan itu antara lain terjadi pada daya konsentrasi dalam belajar di
sekolah, di rumah maupun bersama teman-temannya. Selain itu, kemampuan
mereka dalam mencerna, memecahkan, dan menyelesaikan persoalan akan
meningkat, sehingga hal itu dapat mereka lakukan dengan cepat dan tepat.
Dengan bermain musik, sikap dan perilaku anak serta remaja juga berkembang
dengan baik. Rasa percaya diri anak atau remaja akan tumbuh sehingga mereka
mampu mengaktualisasikan diri dalam situasi dan kondisi yang ada di sekitarnya.
Dengan bermain ansambel musik di sekolah, manfaat yang dapat
diperoleh adalah mengajarkan siswa untuk berlatih bekerja sama (cooperatif
learning), karena ansambel musik bukan permainan individu. Dalam permainan
sebuah ansambel yang terdiri dari beberapa pemain, tentu mengajarkan anak-
anak berada dalam sebuah team work. Mereka akan merasa bertanggung jawab
pada setiap tugas yang dipercayakan kepadanya dan mengerjakan dengan tekun,
cermat, bersemangat dan berkualitas. Para siswa akan mempunyai kepekaan,
kepedulian terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Mereka juga akan berempati
pada kesusahan, kesedihan, dan penderitaan orang lain. Hal tersebut berkaitan
dengan apa yang disampaikan oleh Lie (2005: 28) bahwa kerja sama merupakan
kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak
akan ada keluarga, organisasi, ataupun sekolah. Dengan demikian, tanpa adanya
kerja sama di antara siswa, maka permainan ansambel musik yang baik di
sekolah tidak akan terwujud.
Dengan kebiasaan dalam bermain ansambel musik, siswa akan
mempunyai sikap disiplin yang tinggi. Kebiasaan meletakkan dan
mengembalikan alat-alat musik setelah bermain, juga akan dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari di rumahnya. Demikian juga sikap sportif dalam mengakui
kesalahan dan mau menerima pendapat orang lain, akan didapatkan juga dengan
bermain musik secara kelompok.
61
Musik Nusantara
1. Musik Daerah
Indonesia memiliki banyak seni tradisi sesuai dengan daerah atau
wilayah asalnya. Seni musik adalah bagian dari seni tradisi tersebut, yang
perkembangannya perlahan-lahan mulai surut. Seni musik ini disebut juga
musik daerah atau musik tradisional atau musik nusantara. Musik daerah
memiliki ciri khas yang terletak pada isi lagu, yakni secara karakteristik ada pada
syair dan melodi yang menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat.
Keunikan juga terdapat pada alat musik (instrumen musik) baik dari bentuk
ataupun organologinya, teknik permainan serta bentuk penyajiannya.
Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat
kolektivitas yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat
Indonesia, yaitu ramah dan sopan. Seni tradisi berfungsi sebagai identitas, jati
diri, serta media ekspresi dari masyarakat pendukungnya. Oleh karena begitu
banyaknya seni tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih mudah
mengenalinya dapat di golongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan asal
daerah, sumber bunyi dan cara memainkannya.
No. Alat Musik Daerah/Provinsi Sumber Bunyi Cara Memainkan
Serune Kalee
NAD Aerofon Ditiup serta
terdapat lubang
yang dimainkan
dengan jari sebagai
pengatur nada
62
Gordang Sambilan
Sumatera Utara Ideofon Dipukul
menggunakan
pemukul khusus
Saluang
Sumatera Barat Aerofon Ditiup serta
terdapat lubang
yang dimainkan
dengan jari sebagai
pengatur nada
Talempong
Sumatera barat Ideofon Dipukul
menggunakan
pemukul khusus
Gambus
Riau Kordofon Dipetik dan
dimainkan dengan
menggunakan jari
Gambus
Jambi Kordofon Dipetik bagian
senarnya
63
Doll
Bengkulu Membranofon Dipukul
menggunakan
alat pemukul
khusus
Bende
Lampung Idiofon Dipukul
menggunakan
alat pemukul
khusus
Gendang Melayu
Kepulauan
Bangka-
Belitung
Membranofon Ditepuk
menggunakan
telapak
tangan
Tehyan
Daerah
Khusus
Ibukota
Jakarta
Kordofon Digesek dengan
alat
khusus pada bagian
senarnya seperti
memeainkan biola
Angklung
Jawa Barat Ideofon Digetarkan
menggunakan
tangan
64
Gamelan
Jawa
Ideofon Dipukul
menggunakan
pemukul khusus
Serunai
Nusa
Tenggara
Barat
Aerofon Ditiup sambil
memainkan nada
dengan
menggunakan
jar pada
lubanglubangnya
Sasando
Nusa
Tenggara
Timur
Kordofon Dipetik pada
bagian
senar
Tuma
Kalimantan
Barat
Membranofon Ditepuk
menggunakan
telapak
tangan
65
Sampek/Sampe
Kalimantan
Timur
Kordofon Dipetik pada
bagian
senar
Japen
Kalimantan
Tengah
Kordofon Dipetik pada
bagian
senar
Panting
Kalimantan
Selatan
Kordofon Dipetik pada
bagian
senar
Kolintang
Sulawesi
Utara
Ideofon Dipukul
menggunakan
alat pemukul
khusus
66
Ganda
Sulawesi
Tengah
Membranofon Ditepuk
menggunakan
telapak
tangan
Keso-keso
Sulawesi
Selatan
Kordofon Digesek pada
bagian
senar menggunakan
alat gesek khusus
Lado-lado
Sulawesi
Tenggara
Ideofon Dipukul
menggunakan
pemukul khusus
Nafiri
Maluku Membranofon Ditepuk
menggunakan
telapak
tangan
67
Fu
Maluku
Utara
Aerofon Ditiup dan
dikendalikan oleh
telapak tangan
sebagai pengatur
suara
Guoto
Papua Barat Kordofon Dipetik pada
bagian
senarnya
Tifa
Papua Membranofon Ditepuk
menggunakan
telapak
tangan
68
2. Lagu-lagu Daerah Di Indonesia
a) Lagu Daerah Aceh
Bungong Jeumpa dan Lembah Alas
b) Lagu Daerah Sumatera Utara
Anju Ahu, Butet, Cikala Le Pongpong, Dago Inang Sarge, Ketabo Leleng
Mah Hupaima Ima, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, O’pio, Piso
Surit, Rambadia, Say Selamat Masinegar, Sigulepong, Sinanggar Tulo, Sing
Sing So dan Tan Mahurang,
c) Lagu Daerah Sumatera Barat
Anak Daro, Ayam Den Lapeh, Barek Solok, Dayung Palinggam, Gelang
Sipaku Gelang, Ka Parak Tingga, Kambanglah Bungo, Kampuang Nan Jauh
Di Mato, Kaparak Tingga, Lah Laruik Sanjo, Mak Inang, Malam Baiko,
Paku Gelang, Rang Talu, Sansaro, Seringgit Dua Kupang, Tak Tong-Tong
dan Tari Payung.
d) Lagu Daerah Riau
Lancang Kuning, Ocu Maantau, Soleram, Zapin Laksmana Raja di Laut dan
Zapin Pantai Solop.
e) Lagu Daerah Jambi
Batanghari, Dodoi Si Dodoi, Injit-Injit Semut, Pinang Muda, Selendang
Mayang dan Timang-Timang Anakku Sayang.
f) Sumatera Selatan
Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Kabile-Bile dan Tari Tanggai.
g) Lagu Daerah Bengkulu
Lalan Belek, Sungai Suci dan Umang-umang.
h) Lagu Daerah Lampung
Lagu Lipang Lipandang merupakan satu-satunya lagu daerah yang berasal
dari Lampung.
i) Lagu Daerah Jakarta
69
Jali-Jali, Keroncong Kemayoran, Kicir-Kicir, Lenggang Kangkong, Ondel
Ondel, Ronggeng, Sirih Kuning dan Surilang.
j) Lagu Daerah Jawa Barat
Bajing Luncat, Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Halo Halo
Bandung, Manuk Dadali, Neng Geulis, Nenun, Panon Hideung, Pepepling,
Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, Sapu Nyere Pegat Simpai, Tokecang, dan
Warung Pojok.
k) Lagu Daerah Jawa Tengah
Bapak Pucung, Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir,
Jamuran, dan Jaranan.
l) Lagu Daerah Yogyakarta
Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, dan Te Kate Dipanah.
m) Lagu Daerah Jawa Timur
Cublak-cublak Suweng, Gai Bintang, Kembang Malathe, Keraban Sape dan
Tanduk Majeng.
n) Lagu Daerah Banten
Dayung Sampan, Ibu, dan Jereh Bu Guru.
o) Lagu Daerah Bali
Dewa ayu, Janger, Macepet Cepetan, Mejangeran, Meyong-Meyong,
Ngusak Asik, Puteri Ayu dan Ratu Anom.
p) Lagu Daerah Nusa Tenggara Barat
Helele U Ala De Teang, Moree, Orlen-orlen, Pai Mura Rame, Tebe Onana
dan Tutu Koda.
q) Lagu Daerah Nusa Tenggara Timur
Anak Kambing Saya, Bolelebo, Desaku, Lerang Wutun, O Nina Noi, Orere,
dan Potong Bebek Angsa.
r) Lagu Daerah Kalimantan Barat
Lagu Cik-Cik Periuk merupakan satu-satunya lagu tradisional yang berasal
dari Kalimantan Barat.
70
s) Lagu Daerah Kalimantan Tengah
Kalayar, Naluya, Palu Lempong Popi dan Tumpi Wayu.
t) Lagu Daerah Kalimantan Selatan
Ampar-Ampar Pisang, Paris Barantai dan Saputangan Bapuncu Ampat.
u) Lagu Daerah Kalimantan Timur
Lagu Indung-Indung merupakan lagu daerah satu-satunya yang berasal dari
Provinsi Kalimantan Timur.
v) Lagu Daerah Sulawesi Utara
Esa Mokan, Gadis Taruna, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Sitara Tillo,
Tahanusangkara dan Tan Mahurang.
w) Lagu Daerah Sulawesi Tengah
Tondok Kadadingku dan Tope Gugu.
x) Lagu Daerah Sulawesi Selatan
Ammac Ciang, Anak Kukang, Angin Mamiri, Ati Raja, Batti’batti, Ganrang
Pakarena, Ma Rencong, Marencong-rencong dan Pakarena.
y) Lagu Daerah Sulawesi Tenggara
Peia Tawa-Tawa dan Tana Wolio.
z) Lagu Daerah Gorontalo
Binde Biluhuta dan Dabu-Dabu.
aa) Lagu Daerah Maluku
Ambon Manise, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Kakatua, Burung Tantina,
Goro-Goro Ne, Gunung Salahatu, Hela Rotan, Huhatee, Lembe-lembe,
Mande-mande, Naik-Naik Ke Puncak Gunung, Nona Manis Siapa Yang
Punya, O Ulate, Ole Sioh, Rasa Sayange, Sarinande, Saule, Sayang Kene,
Tanase dan Waktu Hujan Sore-sore.
bb) Lagu Daerah Papua
Apuse, Sajojo dan Yamko Rambe Yamko.
71
Musik dan Lagu Minang
1. Musik Minang
Kebudayaan terdiri dari unsur-unsur yang universal dan didukung oleh
sekelompok masyarakat tertentu mempunyai ciri kebudayaan yang khas, yang
membedakannya dari kelompok masyarakat lain. Meski demikian, antara
individu, keluarga, masyarakat dan bangsa yang berbeda-beda itu dapat terjadi
kontak budaya. Budaya ini dapat pula bermigrasi sesuai dengan perpindahan
manusia dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam lingkungan barunya
kebudayaan manusia ini berkembang pula secara ekologis.
Etnis Minangkabau memiliki artefak-artefak musik yang menjadi ciri
khas atau keunikan budaya Minangkabau. Artefak musik Minangkabau terdiri
dari banyak bentuk alat musik, diantaranya: talempong, saluang, bansi, dan
gandang.
Gambar Alat Musik Minang:
Talempong Saluang Bansi
Gandang
72
a) Talempong
Alat musik talempong yang terbuat dari campuran besi, tembaga,
kuningan yang banyak dijumpai dan dipergunakan hampir semua jenis musik
tradisional yang ada di Indonesia. Apalagi instrumen musik yang termasuk
dalam kategori keluarga gong yang berpencu (knobbed gong) bentuk sama
ukuran dan jenis suaranya berbeda.
Seperti yang ditulis oleh Hood (1958:5) sebagai berikut:
“…… traditional music metallophone, gamelan og central of Java has
a brother in Sunda a causin in Bali, another causin in Siam, a distant
realtif in South Philipines, and perhaps an central father in Indo
China. Same other members of the family have wanderedof ten East
Java, Madura, Sumatera, and Kalimatan”
Berdasarkan pendapat tersebut bahwa instrumen musik seperti
diuraikan di atas terdapat juga di Minangkabau di mana Hood juga
menyebutkan instrumen tersebut juga ada di Sumatera (Minangkabau) bagi
masyarakat diberi nama dengan ‘talempong’ .
Dalam ensiklopedi musik dan tari Minangkabau, (1977) dikatakan
bahwa talempong sudah lama dikenal di daerah Minangkabau, bahkan
menunjukkan identitas daerah dan hampir setiap daerah di Minangkabau
mempunyai instrumen musik talempong.
Di dalam kebudayaan Minangkabau, terdapat istilah yang erat
kaitannya dengan musik, tari, dan pamainan (permainan). Musik dalam
kebudayaan masyarakat Minangkabau dikonsepkan sebagai bunyi-bunyian,
yang terdiri dari musik vokal dan musik instrumental. Talempong merupakan
salah satu bentuk kesenian yang termasuk ke dalam musik instrumental,
namun dapat juga disertai dengan vokal. Dengan demikian, istilah talempong
memiliki arti sebagai salah satu genre kesenian (pamainan) Minangkabau,
termasuk ke dalam kategori bunyibunyian.
73
Bunyi-bunyian yang dimaksud dalam adat Minangkabau adalah bunyi
musik tradisional yang dihasilkan oleh alat musik karawitan beserta dengan
vokalnya. Vokal yang lazim diistilahkan oleh masyarakat Minangkabau
adalah “dendang”.
Konsep permainan talempong dalam konteks kebudayaan
Minangkabau tercermin dalam salah satu peribahasa adatnya yaitu :
“Baaguang batalempong, bapupuik batang padi” yang artinya,
membunyikan atau memukul gong dan talempong” meniup puput batang padi
yang makna budayanya adalah musik talempong sudah menjadi bagian dari
upacara adat di Minangkabau.
Musik talempong erat kaitannya dengan berbagai macam upacara adat
di Minangkabau yang digunakan untuk upacara pengangkatan penghulu baru
(pimpinan suku), pesta perkawinan, penghormatan tamu-tamu agung, sebagai
musik pengiring tari-tarian tradisional dan tari kreasi, sebagai ansambel
musik. dan lain-lainnya. Di samping itu musik talempong, juga digunakan
untuk berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kepercayaan, seperti mencari
kayu untuk menjadikan rumah, meminta hujan menjelang panen padi, dan ada
juga digunakan untuk acara menolak bala ( Adam, 1986/1987:5 )
Talempong adalah salah satu warisan budaya masyarakat
Minangkabau yang diperoleh dari nenek moyangnya secara turun-temurun.
Talempong mempunyai pengertian sebagai jenis ansambel musik dan alat
musik. Talempong mempunyai pengertian sebagai jenis ansambel musik
dalam sistem klasifikasi musik tradisional Minangkabau, termasuk kedalam
alat musik pukul, sampai sekarang talempong terutama diproduksi oleh
masyarakat Sungai Puar Bahuhampu dan sekitarnya, yang berada di
Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat.
Teknik memainkan alat musik talempong Minangkabau yang ditemui
dalam masyarakat ada dua cara: (1) teknik tradisional (interlocking); dan (2)
teknik melodis
74
b) Teknik Tradisional (interlocking)
Secara tradisional dalam memainkan talempong dalam masyarakat
Minangkabau dengan cara dijinjing yang dimainkan oleh tiga orang, setiap
pemain memegang dua buah talempong dengan cara dijinjing dengan
tangan kiri dan dipukul dengan tangan kanan yang memakai kayu pemukul
(stik). Talempong yang dijinjing dengan tangan kiri (atau kanan) tersebut
berada dalam posisi vertikal. Talempong yang sebelah atas dijepit dengan
ibu jari dan telunjuk, sedangkan talempong yang sebelah bawah digantung
pada jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Sedangkan jari telunjuk
berfungsi sebagai pemisah antara talempong yang keduanya agar tidak
bersentuhan. Dengan demikian, nada yang dihasilkan akan menjadi
nyaring kedengaran.
Setiap pemain talempong pacik memainkan pola ritemnya masing-
masing yang sesuai jenis lagu yang akan dimainkan. Ada pemain yang
berperan sebagai talempong anak, talempong dasar atau pambaok dan
talempong paningkah atau panyaua. Teknik memainkan talempong seperti
ini di Minangkabau disebut permainan talempong pacik.
Gambar Talempong Pacik:
c) Teknik Melodis
Teknik memainkan talempong yang kedua ini adalah talempong
yang diletakkan di atas real atau rancakan. Dalam teknik memainkan tidak
jauh berbeda dengan teknik yang pertama yaitu dipukul dengan stik atau
75
kayu pemukul yang sudah mempunyai ukuran tertentu, tetapi setiap pemain
memegang dua buah stik dengan teknik melodis yang menggunakan kedua
tangan untuk memegang stik. Talempong yang sudah memakai real atau
rancakan ini biasanya sudah distem nadanya atau dilaras menurut ukuran
nada musik Barat. Adapun nada dasar sebagai acuan adalah memakai
tangga nada diatonis dengan nada dasar C = Do atau D = Do. Setiap real
talempong ini mempunyai nada satu oktaf seperti c, d, e, f, g, a, b, c’ yang
dilengkapi dengan nada-nada kromatik khusus untuk talempong melodi.
Perangkat talempong yang seperti ini disebut dengan nama “Talempong
Kreasi Baru”, dimana semua aturan yang dipakai dalam permainan sudah
mengacu pada teori musik Barat. Dalam teknik memainkan adanya
perangkat talempong yang berperan sebagai melodi dan ada perangkat
talempong berperan sebagai ritme atau pengiring. Sedangkan peranan
talempong sebagai ritme hanya untuk mengiringi talempong melodi pada
waktu melodi sedang jalan dengan pola ritme tertentu yang berdasarkan
progresi akord.
Gambar Talempong Melodis:
76
2. Lagu Minang
Lagu Minang sebagai salah satu unsur kebudayaan Minangkabau
merupakan ungkapan perasaan dan pemikiran yang dituangkan melalui karya
musik yang berbentuk sebuah nyanyian yang kental dengan nuansa dan keunikan
atau ciri khas ke-Minangkabauan-nya, serta merupakan sebuah kearifan yang
berhubungan erat dengan kondisi realitas sosial dan nilai-nilai yang diakui dan
dijadikan tuntunan bagi masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu dilihat dari
latar belakang penciptaanya yang merupakan hasil gagasan dan pemikiran
tergolong ke dalam kearifan lokal.
Bentuk lain juga dikenal dengan istilah kearifan lokal atau sering disebut
local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal
budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau
peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di atas, disusun secara
etimologi, di mana wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam
menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil
penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah
istilah wisdom sering diartikan sebagai “kearifan/kebijaksanaan”.
Local secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan
sistem nilai yang terbatas pula. Sebagai ruang interaksi yang sudah didesain
sedemikian rupa yang di dalamnya melibatkan suatu pola-pola hubungan antara
manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungan fisiknya. Pola
interaksi yang sudah terdesain tersebut disebut settting. Setting adalah sebuah
ruang interaksi tempat seseorang dapat menyusun hubungan-hubungan face to
face dalam lingkungannya. Sebuah setting kehidupan yang sudah terbentuk
secara langsung akan memproduksi nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut yang akan
menjadi landasan hubungan mereka atau menjadi acuan tingkah-laku mereka.
Kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam nyayian, pepatah, sasanti,
petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari.
Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat
77
yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin
dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai
itu menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi
bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku
mereka sehari-hari.
Paparan tersebut sejalan dengan pandangan yang dikemukakan oleh
Kuntoro (2012: 6) mengemukakan pandangan tentang kata kearifan lokal
digunakan untuk mengindikasikan adanya suatu konsep bahwa dalam kehidupan
sosial budaya lokal terdapat suatu keluhuran, ketinggian nilai-nilai, kebenaran,
kebaikan, dan keindahan yang dihargai oleh warga masyarakat sehingga dapat
digunakan sebagai panduan atau pedoman untuk membangun pola hubungan di
antara warga atau sebagai dasar untuk membangun tujuan hidup mereka yang
ingin direalisasikan.
Wahab (2012: 18) juga mengemukakan tentang konsep kearifan lokal,
yakni masyarakat pendukung nilai-nilai elemen budaya dan beberapa diantaranya
yang dapat dikategorikan sebagai “kearifan lokal” atau “local genius” atau “local
knowledge” dapat menjadi sumber nilai atau inspirasi bagi kemajuan masyarakat
pendukungnya. Agar memberi arti penting bagi kehidupan dan kemajuan
masyarakatnya maka kearifan lokal tersebut harus dikembangkan dan
dilaksanakan dalam masyarakat.
Darwis S.N. Sutan Sati (2005) mengemukakan tentang lagu Minang
bahwa, ”Lagu-lagu Minang, yang pernah merajai khasanah lagu-lagu disetiap
pelosok Indonesia. Lagu-lagu seperti Laruik Sanjo, Ayam den Lapeh, Gelang
Sipaku Gelang, Maninjau dan sebagainya pernah memasyarakat diseluruh
Indonesia ini, tidak hanya dikalangan orang Minang. Saya sangat risau
menyaksikan perkembangan nyanyian atau lagu-lagu Minang saat ini. Secara
bertahap dan secara pasti, irama Minang itu sengaja dirobah untuk
menyesuaikannya dengan selera orang sekarang. Kalau kecenderungan ini
dibiarkan terus, tanpa ada usaha untuk membendungnya, maka suatu waktu kelak
78
irama lagu Khas Minang itu akan lenyap dari muka bumi ini. Irama lagu Minang
yang asli adalah irama lagu “saluang” dan “rabab”. Kalau mau “memodernisir”
irama tersebut sesuai dengan perobahan zaman, boleh saja asalkan ciri khas
Minangnya masih tetap dipertahankan. Misalnya seperti yang pernah
dipopulerkan oleh Orkes Kumbang Cari dan Orkes Gumarang pada tahun 50-an.
Selanjunya Darwis juga mengemukakan bahwa, “Pantun pernah
memegang peranan penting dalam kesenian Minangkabau. Orang Minang sering
mengungkapkan perasaannya dengan pantun, bahkan berdialog, bersahutan kata
dengan pantun. Pada zamannya pantun itu sangat dimengerti dan dihayati oleh
orang Minang, termasuk anak muda, orang dewasa sampai pada orang tua , baik
pria maupun wanita. Bahkan demikian terharunya orang-orang yang
mendengarkan pantun itu, sampai ada yang meneteskan air mata, atau yang
tertawa cekikikan. Apalagi kalau pantun itu didendangkan beserta dengan iringan
saluang atau rebab”.
Hal yang tidak bisa dilepaskan dari lagu Minang dulu adalah pesan-pesan
yang terkandung di dalamnya. Bagi orang Minang, lagu itu adalah sebuah pesan,
yang disampaikan dengan makna yang berkias. Dalam perkembangannya, lagu
Minang sekarang tidak lagi menampakkan itu. Mungkin, karena saya memang
dibesarkan dengan kultur yang lama sehingga saya berkesimpulan bahwa lagu-
lagu Minang sekarang hampir tidak memiliki lagi pesan dalam setiap
penyampaiannya.”
Seorang Etnomusikolog berbasis etnik Minang, Hajizar (2012) dalam
cuplikan petikan wawancaranya dengan Nasrul Azwar (Haian Haluan) tentang
“Lagu Minang Dulu dan Kini” seperti di bawah ini:
Haluan: Kekuatan lagu-lagu Minang itu pada syair dan nilai-nilai sosial dan
masyarakat, hal demikian itu tak terlihat lagi pada saat sekarang?
Hajizar: Bersumber dari lagu-lagu pop Minang yang beredar yang saya amati,
ternyata cukup berbilang banyaknya nomor-nomor lagu pop Minang
yang berangkat dari resepsi nilai-nilai sosial masyarakat yang
dilahirkan dengan teks/seni kata yang berunsur vokabuler kata-
79
kata/kalimat sastra pasambahan Minang, tetapi oleh karena masih
membawakan konsep gaya ratok Pop Minang yang sudah cukup
panjang masa tahun kepopulerannya menguasai pasar, mengaki-
batkan lagu-lagu karya baru itu sudah dianggap biasa saja dan tidak
berprospek untuk meledak di pasaran.
Sebetulnya pencinta lagu pop Minang standar masih tetap mencari
dan menseleksi lagu-lagu yang dianggap bagus teks dan melodi, serta
aransemen musiknya, walaupun hanya sekadar untuk menambah
koleksi pribadinya.
Haluan: Apa upaya yang mesti dilakukan agar syair-syair lagu Minang
kembali kepada jatidirinya lagi?
Hajizar: Salah satu upaya yang dirasa cukup ideal ialah memberdayakan
pembelajaran pantun dan pepatah-petitih yang sesuai dengan tataran
umur anak didik pada tingkat SD, SMP, dan SMA sebagai materi
sastra muatan lokal. Apresiasi ini yang sangat dibutuhkan yang di-
prediksi bernilai positif terhadap penikmatan sastra para remaja
Minangkabau.
Haluan: Apa upaya yang mesti dilakukan agar syair-syair lagu Minang
kembali kepada jatidirinya lagi?
Hajizar: Salah satu upaya yang dirasa cukup ideal ialah memberdayakan
pembelajaran pantun dan pepatah-petitih yang sesuai dengan
tataran umur anak didik pada tingkat SD, SMP, dan SMA sebagai
materi sastra muatan lokal. Apresiasi ini yang sangat dibutuhkan
yang diprediksi bernilai positif terhadap penikmatan sastra para
remaja Minangkabau.
Latihan
- Diskusikanlah dengan teman anda, bagaimana sebaiknya mengajarkan
musik/lagu nusantara dan musik/lagu Minang di SD.
80
Karakteristik dan Model Pembelajaran Seni Musik
1. Karakteristik
Pelaksanaan pembelajaran seni musik memiliki karakteristik yang
berbeda dengan pembelajaran pada umumnya. Pembelajaran seni musik secara
umum terdiri dari lima komponen utama, yakni: (1) apresiasi; (2) ekspresi; (3)
kreasi; (4) harmoni; dan (5) estetika. Proses pembelajaran dilaksanakan secara
menyeluruh (holistic) yang tercakup ke dalam tiga aspek, yakni: wirasa, wirama,
wiraga, dan mengacu pada karakteristik kemampuan bermain musik atau
bernyanyi peserta didik. Selain lima komponen utama dan tiga aspek pendidikan
seni musik, juga diperlukan upaya untuk mengeksplorasi nilai-nilai yang
terkandung dalam musik/lagu itu sendiri yang nantinya dapat dijadikan sebagai
acuan dalam perilaku moralitas baik dan karakter mulia seorang peserta didik.
Sehingga terbentuknya rasa musikalitas, baik untuk inteligensi musiknya
maupun rasa musikalitas dalam membentuk keharmonisan dengan diri sendiri,
sosial-masyarakat, dan budaya.
Krakteristik lain dari proses pembelajaran pendidikan seni musik adalah
lebih didominasi porsi pemberian pengalaman praktik musik/lagu. Porsi
pemberian pengalaman praktik musik/lagu lebih besar dibanding dengan porsi
pemberian teori, secara kuantitatif dapat dikatakan 70 : 30. Di samping itu,
karakteristik pembelajaran pendidikan seni musik membutuhkan proses latihan
secara berkelanjutan. Latihan secara berkelanjutan dilakukan dengan urutan
sebagai berikut:
a) Latihan Pemanasan (Warm Up)
Salah satu proses latihan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran seni musik adalah dengan pemberian pengalaman latihan
pemanasan (warm up). Pemanasan (warm up) adalah kegiatan yang selalu
dilakukan sebelum peserta didik memainkan musik atau menyanyikan sebuah
81
lagu. Tujuan latihan pemanasan (warm up), adalah: (1) menghilangkan
kekakuan dalam memainkan alat musik; (2) memberikan kelenturan terhadap
suara; dan (3) memberikan keterampilan awal dalam mengenal alat
musik/suara.
Berikut ini dipaparkan proses latihan pemanasan yang dilakukan pada
pembelajaran bernyanyi. Bernyanyi merupakan kegiatan yang sangat diminati
anak-anak, terutama peserta didik di Sekolah Dasar. Oleh karena itu perlu
dirancang pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi peserta
didik. Untuk merancang langkah-langkah pembelajaran bernyanyi di SD
dapat dilakukan dengan cara di bawah ini. Langkah-langkah tersebut
didasarkan pada proses penelitian dan pengalaman melatih vokal/paduan
suara yang penulis lakukan.
Pembelajaran bernyanyi dapat dilakukan dengan menggunakan
metode, model, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang berlaku secara
umum. Tapi ada hal-hal khusus yang menjadi pertimbangan, sebagai berikut:
b) Latihan Vokal Dasar
Latihan vokal dasar adalah proses latihan yang dilakukan untuk
memberikan kelenturan terhadap suara agar dapat menghasilkan kualitas
suara yang indah. Proses ini terdiri dari:
1) Latihan pernafasan
Latihan pernafasan dapat dilakukan dengan cara menghirup
nafas sedalam-dalamnya lewat hidung, setelah itu ditahan beberapa
detik, dan kemudian dilepaskan secara perlahan-lahan. Latihan ini
dilakukan beberapa kali, hingga pita suara dapat lentur.
2) Latihan Menyuarakan huruf vokal seperti A – I – U – E – O.
Proses latihan menyuarakan huruf vokal sebaiknya diiringi alat
musik sederhana atau garpu/puput tala sebagai patokan nada, agar suara
yang dihasilkan dari proses latihan tersebut dapat sesuai ketinggian nada
(pitch) yang benar.
82
3) Latihan Solmisasi/Solfegio
Latihan solmisasi dapat dilakukan dengan menyuarakan simbol
notasi dimulai dari nada “do” sampai nada “do’” atau sebaliknya.
Setelah itu dapat dilakukan latihan solmisasi dengan memberikan
latihan dengan gerak melodi melompat, seperti do-mi, re-fa, mi-sol, fa-
la, sol-si, la-do’ atau sebaliknya. Selain metode latihan tersebut, masih
dapat dilakukan latihan-latihan lain menurut kreativitas guru.
4) Latihan potongan lagu (etude)
Latihan potongan lagu dapat dilakukan dengan menyediakan
potongan-potongan notasi musik yang dipilih oleh guru, atau membuat
kreasi sendiri. Potongan-potongan notasi lagu yang digunakan perlu
didasarkan pada potongan-potongan notasi yang terkait dengan notasi
lagu yang akan dipelajari. Tujuan memberikan latihan potongan-
potongan lagu adalah untuk memberikan latihan prediksi terhadap
urutan nada atau melodi lagu yang akan dipelajari. Dengan kata lain,
latihan potongan-potongan notasi ini terkait dengan notasi lagu yang
akan dinyanyikan.
5) Proses pembelajaran seni musik diberikan dengan 3 pendekatan, yakni:
(1) belajar dengan seni musik; (2) belajar melalui seni musik; dan (3)
belajar tentang seni musik.
c) Latihan Bernyanyi
Setelah melakukan beberapa rangkaian latihan pemanasan, baru
dilakukan latihan bernyanyi/mengekspresikan lagu yang akan dipelajari.
Dan perlu diingat bahwa proses latihan bernyanyi/lagu yang akan dipelajari
tidak terlepas dari proses secara berulang-ulang, hingga peserta didik dapat
menyanyikan lagu tersebut dengan baik dan sesuai dengan ketinggian nada
(pitch).
83
d) Mengeksplorasi Nilai-nilai/Pesan
Setelah proses bernyanyi selesai dilakukan, dilanjutkan dengan
mengungkap atau mengeksplorasi nilai-nilai atau pesan yang terkandung
dalam musik/lirik lagu yang dipelajari. Hal ini merupakan upaya untuk
memudahkan proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi, serta
pewarisan nilai-nilai atau pesan-pesan positif yang terkandung dalam
musik/lirik lagu. Sehingga nilai-nilai atau pesan-pesan tersebut dapat
dijadikan sebagai pedoman atau acuan bagi peserta didik dalam melahirkan
perilaku moralitas baik dan karakter mulia.
Secara garis besar pembelajaran bernyanyi yang diberikan di sekolah
mengacu pada teknik vokal sederhana yang disesuaikan dengan karakteristik
bernyanyi peserta didik menurut tingkatan kelasnya masing-masing. Teknik
vokalia yang diberikan pada peserta didik kelas 1 akan berbeda dengan peserta
didik kelas 2 sampai kelas 6. Akan tetapi semakin tinggi tingkatan kelas siswa,
maka semakin detail dan semakin tinggi tingkat kesulitan terhadap lagu model
yang diberikan.
Latihan.
- Buatlah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk simulasi di kelas.
- Lakukan simulasi di kelas pada akhir perkuliahan.
84
Daftar Pustaka
Adam, B. A. 1986/1987. Talempong Musik Tradisi Minangkabau. Padang Panjang.
Akademi Seni Kerawitan Indonesia
Bahari, N. (2008). Kritik Seni; Wacana Apresiasi dan Kreasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan. Jakarta: Puskur
_______. (2007) Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Estetika. Jakarta:
BSNP
Friedmann, J. L. (1980). The Value of Sacred Music; an Anthology of Essential
Writings 1801-1918. Jefferson, North Carolina, & London: McFarland &
Company Inc., Publishers
Hood, M. (1958). Javanes Gamelan in The World of Music. Yogyakarta: Kedaulatan
Rakyat
Jamalus dan Hamzah Busroh. (1991). Pendidikan Kesenian I (Musik). Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Johnson, E. B. Pengantar A. Chaedar Alwasiah. 2007. Contextual Teaching and
Learning; Menjadikan Kegiatan Belajar-mengajar Mengasyikkan dan
Bermakna Diterjemahkan oleh Ibnu Setiawan. Bandung: MLC
Mans, M. (2009). Living in World of Music; A View of Education and Value. In
Lanscape the Art, Aesthetic, and Education. Volume 8. New York: Springer
Merriam, A. P. (1964). The Anthropology of Music. Evanston, Illionis: Northwestern
University Press
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: UM Press
Seymour, Harriet Ayer. (1920). The Philosophy of Music; What Music Can Do For
You. Digitized by the Internet Archivein 2008 with funding from Microsoft
Corporation. Newyork and London: Harper and Brother Publisher
85
Supriatna, N dan Syukur, S. (2006). Pendidikan Seni Musik; Bahan Belajar Sendiri,
Edisi Kesatu. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press
Syafrina, R. (1999). Pendidikan Kesenian 1 (Musik). Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan.
Syeilendra. (t.t). Problematika Pembelajaran Musik Talempong di Jurusan Pendidikan
Sendratasik FBSS Universitas Negeri Padang
Swanwick, K. (2003). A Basic for Music Education. Rouledge: Taylor & Francis Group
Syafii, Tedjo Djatmiko dan Agus Cahyono. (1999). Materi Pembelajaran Kertakes SD;
PGSD4406/3SKS/Modul 1-9. Jakarta: Universitas Terbuka
Sumaryanto, T. F. (2005). Efektivitas Penggunaan Metode Solfegio untuk
Pembelajaran Keterampilan Bermain Musik di Sekolah Dasar. Diterbitkan di
jurnal Harmonia: Pengetahuan dan Pemikiran Seni, Vol. VI, No.2/Mei-Agustus
2005
Tim Revisi dan Revisi APKG. (1998/1999). Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta:
Depdikbud
Sumber Internet:
http://desyandri.wordpress.com (Music, Culture, and Education)
http://puriandik1993.blogspot.com/2011/01/ragam-musik-nusantara.html
http://anaktebidah.blogspot.com/2012/03/alat-musik-tradisional-nusantara.html
http://www.azamku.com/lagu-daerah-di-indonesia.html
Pembelajaran Seni Musik SD, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FIP UNP | TIM 1
SILABUS
Rancangan Pembelajaran Satu Semester
Mata Kuliah : Pembelajaran Seni Musik
Kode Mata Kuliah : GSD 376
SKS : 3
Program Studi : PGSD
Fakultas : FIP
Dosen : 1. Dr. Desyandri, S.Pd.,M.Pd
2. Mansurdin, S.Sn.,M.Hum
Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran) Utama Mata Kuliah Pembelajaran Seni Musik SD terkait KKNI:
Sikap:
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius.
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika.
3. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan
Pancasila.
4. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain.
5. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik.
6. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri.
Pengetahuan:
1. Menguasai pengetahuan konseptual bidang studi di sekolah dasar meliputi SBdP, khususnya seni musik.
Keterampilan:
1. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya.
2. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan
nilai humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi,
gagasan, desain atau kritik seni.
3. Mampu menerapkan pengetahuan konseptual bidang studi di sekolah dasar meliputi SBdP, khususnya seni musik melalui
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran dengan metode saintifik sesuai dengan etika akademik.
Pembelajaran Seni Musik SD, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FIP UNP | TIM 2
Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran) Utama Mata Kuliah Pembelajaran Seni Musik SD terkait KKNI secara khusus:
Menguasai konsep ekspresi, apresiasi, dan kreasi seni musik baik secara teori maupun praktik yang berkaitan dengan pembelajaran seni
musik dan relevansinya dengan pembelajaran di sekolah dasar.
Daftar Pustaka
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Jamalus dan Hamzah Busroh. (1991). Pendidikan Kesenian I (Musik)
Nanang Supriatna dan Sugeng Syukur. (2006). Pendidikan Seni Musik; Bahan Belajar Sendiri, Edisi Kesatu. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia Press
Nooryan Bahari. (2008). Kritik Seni; Wacana Apresiasi dan Kreasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rien Syafrina. (1999). Pendidikan Kesenian 1 (Musik)
Swanwick, Keith. (2003). A Basic for Music Education. Rouledge: Taylor & Francis Group
Syafii, Tedjo Djatmiko dan Agus Cahyono. (1999). Materi Pembelajaran Kertakes SD. Jakarta: UT
Kumpulan lagu-lagu wajib nasional, anak-anak, dan nusantara, serta lagu Minang.
Pembelajaran Seni Musik SD, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FIP UNP | TIM 3
Minggu
Learning
Outpcomes
(Capaian
Pembelajaran)
Pengalaman Belajar Materi/
Pokok Bahasan
Metode/
Strategi
Kriteria/
Teknik
Penilaian
Daftar Pustaka
I Menguasai
konsep ekspresi,
apresiasi, dan
kreasi seni
musik baik
secara teori
maupun praktik
yang berkaitan
dengan
pembelajaran
seni musik dan
relevansinya
dengan
pembelajaran di
sekolah dasar.
- Menjelaskan tentang
seni musik
- Menjelaskan
pengertian seni musik
- Menjelaskan sifat dan
fungsi seni musik
- Menjelaskan tujuan
dan ruang lingkup seni
musik
- Mengeksplorasi nilai-
nilai dan karakter
dalam seni musik
1. Teori dan konsep
Seni Musik
2. Pengertian Seni
Musik
3. Sifat dan Fungsi
Seni Musik
4. Tujuan dan Ruang
Lingkup Seni
Musik
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
Presentasi
Lisan,
Sikap
1. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP)
2. Jamalus dan Hamzah Busroh. (1991).
Pendidikan Kesenian I (Musik)
3. Nanang Supriatna dan Sugeng Syukur.
(2006). Pendidikan Seni Musik; Bahan
Belajar Sendiri, Edisi Kesatu. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press
4. Nooryan Bahari. (2008). Kritik Seni;
Wacana Apresiasi dan Kreasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
5. Rien Syafrina. (1999). Pendidikan
Kesenian 1 (Musik)
6. Swanwick, Keith. (2003). A Basic for
Music Education. Rouledge: Taylor &
Francis Group
7. Syafii, Tedjo Djatmiko dan Agus
Cahyono. (1999). Materi Pembelajaran
Kertakes SD. Jakarta: UT
II - Menjelaskan tentang
bunyi dan elemen-
elemen musik
- Menjelaskan pitch
- Menjelaskan tentang
dinamik
- Menjelaskan warna
suara
- Mendemonstrasikan
ritme musik
- Membedakan tempo
- Mendemonstrasikan
ketukan, pola irama,
birama, dan direksi
(membirama)
1. Teori Musik Dasar
a. Bunyi dan
Elemen-
elemenya
(pitch,
dinamik,
warna suara,
ritme, tempo)
b. Bentuk, Nama,
dan Nilai Not
2. Birama
3. Direksi
(Membirama)
Ceramah
Tanya jawab
Latihan
Demonstrasi
Penugasan
Lisan,
Sikap
Unjuk
Kerja:
proses dan
hasil
1. Jamalus dan Hamzah Busroh. (1991).
Pendidikan Kesenian I (Musik)
2. Nanang Supriatna dan Sugeng Syukur.
(2006). Pendidikan Seni Musik; Bahan
Belajar Sendiri, Edisi Kesatu. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press
3. Rien Syafrina. (1999). Pendidikan
Kesenian 1 (Musik)
4. Swanwick, Keith. (2003). A Basic for
Music Education. Rouledge: Taylor &
Francis Group
5. Syafii, Tedjo Djatmiko dan Agus
Cahyono. (1999). Materi Pembelajaran
Kertakes SD. Jakarta: UT
III
- Menuliskan notasi
angka
1. Notasi Musik
a. Notasi angka
b. Notasi balok
Ceramah
Latihan
Tanya jawab
Lisan,
Sikap,
Unjuk
1. Jamalus dan Hamzah Busroh. (1991).
Pendidikan Kesenian I (Musik)
Pembelajaran Seni Musik SD, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FIP UNP | TIM 4
IV
- Mensolmisasikan
notasi angka
- Menjelaskan fungsi
garis paranada
- Menjelaskan bentuk,
nama, dan nilai not
- Menjelaskan fungsi
tanda kunci
- Menuliskan notasi
balok
- Mentransposisi notasi
angka ke notasi balok
- Mentransposisikan
notasi balok ke notasi
angka
- Menganalisis
perjalanan melodi lagu
sederhana
- Menjelaskan
karakteristik tangga
nada (mayor, minor)
- Menyusun tangga nada
berdasarkan nada dasar
- Menjelaskan tangga
nada kromatis
2. Melodi
3. Transposisi
4. Tangga nada
a. Mayor dan
Minor
b. Nada Dasar
c. Kromatis
Demonstrasi
Penugasan
Kerja,
Portofolio:
proses dan
hasil
2. Nanang Supriatna dan Sugeng Syukur.
(2006). Pendidikan Seni Musik; Bahan
Belajar Sendiri, Edisi Kesatu. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press
3. Rien Syafrina. (1999). Pendidikan
Kesenian 1 (Musik)
4. Syafii, Tedjo Djatmiko dan Agus
Cahyono. (1999). Materi Pembelajaran
Kertakes SD. Jakarta: UT
5. Lagu-lagu wajib nasional
6. Lagu-lagu Anak
7. Lagu-lagu Daerah
V
VI
- Membunyikan nada
sesuai dengan pitch-
nya
- Memprediksi nada-
nada
- Menyanyikan lagu
(anak-anak, wajib, dan
daerah)
- Menganalisis unsur-
unsur musik yang
terdapat pada lagu
- Mengekplorasi
kandungan nilai-nilai
pendidikan yang
terdapat pada lagu
1. Solfegio
2. Dikte Musik
a. Mendengar
b. Membaca
c. Menyanyikan
d. Menuliskan
notasi lagu
(anak-anak,
wajib, dan
daerah)
Ceramah
Tanya jawab
Latihan
Demonstrasi
Penugasan
Lisan,
Sikap,
Unjuk
Kerja:
proses dan
hasil
1. Jamalus dan Hamzah Busroh. (1991).
Pendidikan Kesenian I (Musik)
2. Nanang Supriatna dan Sugeng Syukur.
(2006). Pendidikan Seni Musik; Bahan
Belajar Sendiri, Edisi Kesatu. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press
3. Rien Syafrina. (1999). Pendidikan
Kesenian 1 (Musik)
4. Syafii, Tedjo Djatmiko dan Agus
Cahyono. (1999). Materi Pembelajaran
Kertakes SD. Jakarta: UT
VII - Membedakan jenis-
jenis alat musik
1. Jenis Sumber
Bunyi Alat Musik
Ceramah
Tanya jawab
Lisan,
Sikap:
1. Jamalus dan Hamzah Busroh. (1991).
Pendidikan Kesenian I (Musik)
Pembelajaran Seni Musik SD, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FIP UNP | TIM 5
- Mencontohkan bentuk-
bentuk permainan
musik
- Membedakan jenis-
jenis permainan musik
- Bermain ansambel
musik sejenis
a. Pukul, Gesek,
Tekan, Tiup,
Petik
b. Fungsi Alat
Musik (Ritmis,
Melodis, dan
Harmonis)
2. Fungsi Alat Musik
a. Alat Musik
Melodis
b. Alat Musik
Ritmis
c. Alat Musik
Harmonis
Latihan
Demonstrasi
Penugasan
proses dan
hasil
2. Nanang Supriatna dan Sugeng Syukur.
(2006). Pendidikan Seni Musik; Bahan
Belajar Sendiri, Edisi Kesatu. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press
3. Rien Syafrina. (1999). Pendidikan
Kesenian 1 (Musik)
4. Syafii, Tedjo Djatmiko dan Agus
Cahyono. (1999). Materi Pembelajaran
Kertakes SD. Jakarta: UT
VIII Ujian Tengah Semester
IX
X
- Menjelaskan tentang
konsep lagu
- Menganalisis
kandungan nilai-nilai
dalam lagu
- Menjelaskan tentang
teknik pernafasan
- Menyanyikan lagu
dengan teknik dan
pernafasan yang baik
- Menjelaskan tentang
unsur-unsur
pembentuk paduan
suara
- Menyanyi dengan
perpaduan beberapa
jenis suara
1. Konsep
Lagu/Bernyanyi
2. Teknik Vokalia
Dasar
a. Jenis suara
laki-laki dan
perempuan
b. Bernyanyi
3. Paduan Suara
Ceramah
Tanya jawab
Latihan
Demonstrasi
Penugasan
Lisan,
Sikap,
Unjuk
Kerja:
proses dan
hasil
1. Jamalus dan Hamzah Busroh. (1991).
Pendidikan Kesenian I (Musik)
2. Nanang Supriatna dan Sugeng Syukur.
(2006). Pendidikan Seni Musik; Bahan
Belajar Sendiri, Edisi Kesatu. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press
3. Rien Syafrina. (1999). Pendidikan
Kesenian 1 (Musik)
4. Syafii, Tedjo Djatmiko dan Agus
Cahyono. (1999). Materi Pembelajaran
Kertakes SD. Jakarta: UT
XI
XII
- Menjelaskan tentang
karakteristik musik
dan lagu anak-anak,
wajib, dan daerah
- Menjelaskan tentang
ansambel musik
- Mendemonstrasikan
lagu anak-anak, wajib,
dan daerah
1. Ansambel Musik
2. Bentuk Sajian
Ansambel Musik
a. Ansambel
Musik lagu
anak-anak
b. Ansambel
musik lagu
wajib/nasional
Tanya jawab
Latihan
Demonstrasi
Penugasan
Lisan,
Sikap,
Unjuk
Kerja:
proses dan
hasil
1. Jamalus dan Hamzah Busroh. (1991).
Pendidikan Kesenian I (Musik)
2. Nanang Supriatna dan Sugeng Syukur.
(2006). Pendidikan Seni Musik; Bahan
Belajar Sendiri, Edisi Kesatu. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press
3. Rien Syafrina. (1999). Pendidikan
Kesenian 1 (Musik)
Pembelajaran Seni Musik SD, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FIP UNP | TIM 6
c. Ansambel
Musik lagu
Daerah
4. Syafii, Tedjo Djatmiko dan Agus
Cahyono. (1999). Materi Pembelajaran
Kertakes SD. Jakarta: UT
XIII
XIV
- Menjelaskan
karakteristik musik
dan lagu-lagu Minang
- Memainkan alat musik
Minang
- Mendemonstrasikan
ansambel musik dan
lagu Minang
- Mengeksplorasi nilai-
nilai pendidikan yang
terkandung dalam
lagu-lagu Minang
- Mendemonstrasikan
ansambel musik
daerah Nusantara
dengan harmoni dua
suara.
1. Musik Nusantara
2. Musik Minang
a. Musik Minang
b. Lagu-lagu
Minang
c. Alat-alat
Musik Minang
d. Ansambel
Musik Minang
Tanya jawab
Latihan
Demonstrasi
Penugasan
Lisan,
Sikap,
Unjuk
Kerja:
proses dan
hasil
1. Jamalus dan Hamzah Busroh. (1991).
Pendidikan Kesenian I (Musik)
2. Nooryan Bahari. (2008). Kritik Seni;
Wacana Apresiasi dan Kreasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
3. Rien Syafrina. (1999). Pendidikan
Kesenian 1 (Musik)
4. Nanang Supriatna dan Sugeng Syukur.
(2006). Pendidikan Seni Musik; Bahan
Belajar Sendiri, Edisi Kesatu. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press
5. Lagu-lagu Minang
XV - Mendemonstrasikan
ansambel musik
Nusantara dengan
harmoni dua suara
(Lanjutan)
- Pagelaran akhir
semester dengan
materi lagu wajib
nasional, anak-anak,
dan daerah.
1. Ansambel Musik
2. Bentuk Sajian
Ansambel Musik
a. Ansambel Musik
lagu anak-anak
b. Ansambel musik
lagu
wajib/nasional
3. Ansambel Musik
lagu Daerah
Tanya jawab
Latihan
Demonstrasi
Penugasan
Lisan,
Sikap,
Unjuk
Kerja:
proses dan
hasil
1. Jamalus dan Hamzah Busroh. (1991).
Pendidikan Kesenian I (Musik)
2. Nooryan Bahari. (2008). Kritik Seni;
Wacana Apresiasi dan Kreasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
3. Rien Syafrina. (1999). Pendidikan
Kesenian 1 (Musik)
4. Nanang Supriatna dan Sugeng Syukur.
(2006). Pendidikan Seni Musik; Bahan
Belajar Sendiri, Edisi Kesatu. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press
5. Partitur lagu daerah dengan harmoni dua
suara
6. Lagu-lagu Minang
XVI Ujian Akhir Semester