bahan
-
Upload
vanda-love-djavaneis -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of bahan
TUGAS
CA PARU DAN EFUSI PLEURA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Respirasi
KELOMPOK 12
Annisa Nurul Fiqhy (220110110107)
Astri Wijayanti (220110110095)
Dewi Ratnasari (220110110011)
Dini Yulia (220110110071)
Fara Sakina Rahma (220110110023)
Fien Halima Julyan Tino (220110110131)
Helga Feby Anggina (220110110154)
Inten Wulansari (220110110148)
Lusiyanti (220110110047)
Maria Gabriella (220110110083)
Meliza Dwi Utami (220110110143)
Peronika Sari (220110110119)
Septyani Elvionita S (220110110059)
Vinni Alfiana (220110110035)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum wr wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami karena kami menyelesaikan makalah Hukum
Kasus dua “Flu Burung” pada mata kuliah Basic Science in Nursing III yang
alhamdulillah tepat pada waktunya.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bu Anita yang membantu penyusunan
makalah ini, juga kepada teman-teman kelompok tutor 12. Makalah ini berisikan
tentang penyakit Ca paru.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan dalam
proses belajar kami sebagai calon perawat untuk menjadi perawat profesional.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Jatinangor, April 2012
Penyusun
TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan menambah
pengetahuan tentang penyakit ca paru, di antaranya:
Definisi penyakit ca paru dan efusi pleura
Etiologi penyakit ca paru dan efusi pleura
Klasifikasi penyakit ca paru dan efusi pleura
Tanda dan gejala penyakit ca paru dan efusi pleura
Penatalaksanaan baik nonfarmakologi maupun farmakologi penyakit ca
paru dan efusi pleura
Pemeriksaan Diagnostik ca paru dan efusi pleura
Pencegahan dan penularan pada penyakit ca paru dan efusi pleura
Patofisiologi penyakit ca paru dan efusi pleura
Asuhan Keperawatan ca paru an efusi pleura
Legal etik keperawatan penyakit ca paru dan efusi pleura
BAB I
Kasus 3
Klien Tn. C 30 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluan sesak nafas
yang hilang timbul sejak berbulan-bulan lalu. Sejak dua minggu yang lalu,
sesaknya semakin bertambah dan disertai nyei pada saat menarik nafas. Klien juga
mengatakan kadang-kadang batuk-batuk berdarah. Klien memiliki riwayat
merokok sejak SMP, 1 hari 1 bungkus rokok kretek, dan ayah klien juga seorang
perokok berat. BB klien turun sejak 5 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik :
RR 28 x/menit cepat dan dangkal, tampak ekspansi paru asimetris. Suara nafas
menurun, ronchi +/-, wheezing -/-, tactil premitus menurun di paru kanan. Friction
rub paru kanan (+). Perkusi paru kanan duliness. Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hb = 8 gr/ml, leukosit = 11.000/mm3. Hasil thorack foto: massa di paru kanan.
Klien sudah dilakukan pleural punktion, tetapi keesokan harinya klien sesak
kembali sehingga dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan WSD. Namun,
hal ini membuat kien takut dan menolak untuk dilakukan tindakan WSD tersebut.
Istri klien jadi bingung dan merasa khawatir dengan kondisi suaminya akan
menjadi semakin parah jika tidak dilakukan tindakan tersebut. Setiap ada perawat
yang datang, istri klien selalu bertanya kemungkinan akibatnya jika tidak
dilakukan tindakan WSD meskipun sudah berulang kali dijelaskan perawat.
STEP 1
1. Pleural funktion
2. Tindakan WSD
3. Ekspansi paru asimetris
4. Ronchi +/-
5. Friction rub
Jawaban :
1. Pleural Funktion adalah untuk mengeluarkan cairan dan mengurangi sesak
nafas
2. Tindakan WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax;
dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
3. Ekspansi paru asimetris yaitu ketidaksimetrisan atau pergerakan dada tidak
sama
4. Ronchi +/- yaitu suara nafas seperti gemercik air
5. Friction rub : - Suara nafas seperti gesekan antara tulang rusuk
- Saat ekspirasi dan inspirasi terasa sakit
STEP 2
1. Mengapa masih terasa sesak setelah melakukan pleural funktion?
2. Apa penyebab nyeri pada saat inspirasi?
3. Apa penyebab batuk darah pada kasus ini?
4. Apa penyebab penurunan BB?
5. Apa efek samping WSD dan mengapa klien takut?
6. Mengapa istri klien selalu bertanya mengenai pengobatan?
7. Bagaimana peran perawat terhadap istri klien dalam memberikan informasi?
8. Mengapa suara klien ronci dan fruntion rub?
9. Apa efek samping rokok dan berapa lama pengarunya terhadap penyakit?
10. Darimana sumber cairan yang aa di paru-paru klien?
STEP 3
1. Klien mengalami gagal jantung dan radang paru (pneumonia)
2. Karena proses inflamasi menyebabkan pembuluh darah membesar akibat
pengeluaran enzim, edema yang terjadi menekan syaraf-syaraf mediator
kimia yang menjadi nyeri. Peradangan sampai ke pleura mengakibatkan
pleuritis menjadi/mengakibatkan gesekan di pleura dan akhirnya menjadi
nyeri
3. - Terjadinya inflamasi di daerah bronchus ke bronkiolus karena adanya benda
asing
- Pecahnya pembuluh darah
- Sputum melewati area yang terluka
4. Zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok menyebabkan penurunan nafs
makan
5.
6. Karena istri klien khawatir dengan pengobatannya dan informasi kurang jelas
serta informasi memakai istilah-istilah medis
7. Memberi informasi yang lengkap, jelas, menghilangkan kekhawatiran
isriklien dan berikan motivasi
8. Ronchi : Permeabilitas pembuluh darah meningkat menyebabkan cairanpun
meningkat
Friction rub : Gesekan antara pleura
9. - Kanker, serangan jantung penyakit menyerang tubuh bertahun-tahun
sehingga efeknya tidak terasa dalam waktu singkat
- Menyerang sel-sel tergantung kecepatan sel tubuh
- Impotensi, gangguan kehamilan dan janin
- Kuku berwarna kuning, gigi kuning, bibir hitam, wajah lebih tua/keriput
- Kurang BB, paru-paru rusak
10. - Proses inflamasi mengakibatkan permeabilitas pembuluh darah menjadi
edema
- Bronchi menjadi bronchiolie daat mengakibatkan adanya cairan
Ca paru & Efusi pleura
Definisi
Etiologi
Tanda dan gejala
patofisiologiPncegahanpenatalaksanaan
Pemeriksaan diagnostik
Aspek legal etik
Askep
WSD
STEP 4
STEP 5
MIND MAP
STEP 7
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Kanker paru dan Efusi pleura
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru. Sel itu dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan,
terutama asap rokok. Sel yang tidak terkendali ini akhirnya menyebar dan
tumbuh di organ luar paru. Kanker paru yang tumbuh di paru disebut tumor
paru primer dan yang tumbuh di organ lain disebut metastasis.
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakitlain. Efusi
dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,eksudat, atau
dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjaditetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secaranormal,
ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya
friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalamrongga
pleura. (Price C Sylvia, 1995)
Etiologi
Kanker paru
1. Merokok (karsinogen: vinyl chloride, benzo (a) pyrenes, nitroso-nor-
nicotine)
2. Merokok pasif
3. Defisiensi Enzima OGG-1
4. Asbes
5. Gas radon dari uranium
6. Faktor familial
7. Penyakit paru
8. Riwayat kanker paru sebelumnya
9. Polusi udara
10. Radikal bebas
Efusi Pleura
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti
pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma
meig(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.2.Pembentukan cairan
yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,virus), bronkiektasis,
abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana
masuk cairan berdarah dan karena trauma. DiIndonesia 80% karena
tuberculosis.Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses
penyakitneoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan
olehsedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
Penurunan tekanan osmotic koloid darah
Peningkatan tekanan negative intrapleural
Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
Gagal jantung
Kadar protein darah yang rendah
Sirosis
Pneumonia
Blastomikosis
Koksidioidomikosis
Tuberkulosis
Histoplasmosis
Kriptokokosis
Abses dibawah diafragma
Artritis rematoid
Pankreatitis
Emboli paru
Tumor
Lupus eritematosus sistemik
Pembedahan jantung
Cedera di dada
Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)
Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
Pemeriksaan Disgnostik
Kanker paru
The history and physical examination
The chest x-ray
CT (computerized axial tomography scan, or CAT scan) scans
A technique called a low-dose helical CT scan (or spiral CT scan)
Magnetic resonance imaging (MRI)
Positron emission tomography (PET)
Bone scans
Sputum cytology
Needle biopsy: Fine needle aspiration (FNA)
Thoracentesis cairan pleura
Major surgical procedures: mediastinoscopy, thoracotomy
Blood tests: Ex: Peningkatan calcium pd metastasis kanker ke tulang.
Peningkatan enzim dari sel liver: aspartate aminotransferase (AST or
SGOT) and alanine aminotransferase (ALT or SGPT pd metastasis ke
hati, dsb.
Efusi Pleura
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adannya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi
tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru)
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2
cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
Tanda dan Gejala
Kanker paru
Tanpa gejala (25%), pada patient kanker paru deteksi dini dengan chest x-
ray or CT scan terdapat massa kecil yg soliter (coin lesion).
Gejala yg berhubungan dgn kanker: Pernapasan (cough, shortness of
breath, wheezing, chest pain, and coughing up blood (hemoptysis). Jika
mengenai saraf akan timbul nyeri bahu menyebar ke lengan (Pancoast's
Syndrome) atau paralisis. Pada esophagus (sulit menelan (dysphagia)). Jika
jalan napas obstruksi, kolap pada satu bagian paru dapat terjadi &
menyebabkan infeksi (abscesses, pneumonia) pada area obstruksi.
Gejala berhubungan dgn metastasis: Ke tulang (nyeri tulang), ke otak
(gejala neurologis: blurred vision, headaches, seizures, or symptoms of
stroke such as weakness or loss of sensation in parts of the body).
Contoh tanda & gejala:
Gejala sindroma paraneoplastik : Sebagai hasil dari produksi hormon dari
sel kanker. Sering terjadi pada tipe SCLC. Pada paraneoplastic syndrome yg
berhubungan dgn SCLC dihasilkan hormon adrenocorticotrophic hormone
(ACTH) oleh sel kanker, menyebabkan oversekresi hormon cortisol oleh kel.
adrenal (Cushing's syndrome). Paling sering terjadi pada tipe NSCLC dimana
sel kanker menghasilkan hormon sepertt parathyroid hormone
menyebabkan peningkatan kalsium dlm darah.
Gejala non spesifik: weight loss, weakness, and fatigue. Gejala psikologi:
depresi dan perubahan mood.
1. Gejala awal.Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulaisebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampaititik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam beresponterhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yangmengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan
Efusi Pleura
1. Batuk
2. Dispnea bervariasi
3. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
4. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.
6. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
7. Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.
8. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
9. Fremitus fokal dan raba berkurang.
10. Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik, bronkiektasis, abses dan TB paru.
Pencegahan
Kanker paru
Efusi Pleura
Penatalaksanaan
Kanker paru
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
d. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin
fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk
baji (potongan es).
6. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi
efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
3. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi.
Efusi pleura
Penatalaksanaan EPG harus segera dilakukan sebagai terapi paliatif setelah diagnosis dapat ditegakkan. Tujuan utama penatalaksanaan segera ini adalah untuk mengatasi keluhan akibat volume cairan dan meningkatkan kualiti hidup
penderita. Pada pedoman penatalaksanaan KPKBSK menurut PDPI, EPG dengan cairan masif yang menimbulkan gejala klinis sehingga mengganggu kualiti hidup penderita maka dapat dilakukan torakosentesis berulang atau jika perlu dengan pemasangan water sealed drainage (WSD). Pada kasus-kasus tertentu harus dilakukan pleurodesis yaitu dengan memasukkan bahan tertentu ke rongga pleura. Intervensi bedah dilakukan jika semua usaha telah dilakukan dan gagal. Pada EPG yang tidak masif dan gejala klinis ringan terapi khusus tidak dibutuhkan. Efek terapi diharapkan timbul dari pemberian kemoterapi yang menjadi pilihan terapi kanker paru. Pilihan kemoterapi berdasarkan jenis sel kanker paru (KPKBSK atau KPKSK), stage penyakit dan tampilan pasien. Kemoterapi adalah pilihan terapi dengan tujuan paliatif untuk KPKSK dan KPKBSK stage IIIB dan IV. Jika EPG disebabkan tumor lain di luar paru maka penatalaksanaan EPG hanya untuk mengatasi masalah klinis di paru yang ditimbulkan. Tindakan yang dilakukan sama dengan penatalaksanaan EPG masif pada kanker paru. Sedangkan jika EPG dengan klinis ringan terapi berdasarkan tumor primer penyebab.
Aspek Legal Etik
• Autonomy (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil
keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan
induvidu secara holistik.
• Non Maleficence (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi
kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya
dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang
tidak disengaja.
• Beneficence (do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan
dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.
• Justice (perlakuan adil)
Perawat sering mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.
• Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh
seseorang.
• Veracity (kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak diajarkan
untuk selalu berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering kali kurang jelas.
Keenam prinsip terebut harus senantiasa menjadi pertimbangan dalam pengambilan
keputusan dengan klien yang skabies : apakah otonomi klien dihargai,bila klien Nn T
menginginkan perawatan dilakukan oleh keluarganya, maka kita izinkan asalakan
sebelumnya keluarga klien harus diberikan pengarahan tentang perawatan klien skabies.
Apakah keputusan ini mencegah konsekuensi bahaya. apakah tindakan ini
bermanfaat,untuk siapa; apakah keputusan ini adil dalam pemberian perawatan, perawat
tidak boleh membeda-bedakan klien dari status sosialnya tetapi melihat dari penting atau
tidaknya pemberian perawatan untuk klien tersebut. Untuk alasan moral, hak-hak klien
harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut kehidupan, kebahagiaan,
kebebasan, privacy, self-determination, perlakuan adil dan integritas diri.
WSD
a. Pengertian
Merupakan tindakan invasif yang dialakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
( darah, pus ) dari rongga pleura, rongga thoraks, dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung.
b. Tujuan pemasangan WSD
* Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga pleura
* Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura
* Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang dapat menyebabkan
pneumotoraks
* Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan mempertahankan
tekanan negatif pada intra pleura.
c. Prinsip kerja WSD
1. Gravitasi : Udara dan cairan mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang
rendah.
2. Tekanan positif : Udara dan cairan dalam kavum pleura ( + 763 mmHg atau lebih ).
Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan WSD sedikit ( + 761 mmHg )
3. Suction
d. Jenis WSD
1. Satu botol
Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua
lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke
dasar botol. Keuntungannya adalah :
- Penyusunannya sederhana
- Mudah untuk pasien yang berjalan
Kerugiannya adalah :
- Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang diperlukan
- Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol
- Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol yang membatasi garis
pengukuran drainase
2. Dua botol
Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang kedua
bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat dilakukan pada
segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi udara.
Keuntungan :
- Mempertahankan water seal pada tingkat konstan
- Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik
Kerugian :
- Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke dalam
area pleura.
- Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
- Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.
2. Tiga botol
Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan ke sistem dua botol.
Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam air. Pada sistem ini yang
terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ketiga dan bukan
jumlah penghisap di dinding yang menentukan jumlah penghisapan yang
diberikan pada selang dada. Jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada
botol ketiga harus cukup unutk menciptakan putaran-putaran lembut gelembung
dalam botol. Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah tekanan
penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan dalam unit pasien. Untuk
memeriksa patensi selang dada dan fluktuasi siklus pernafasan, penghisap harus
dilepaskan saat itu juga.
Keuntungan :
- sistem paling aman untuk mengatur pengisapan.
Kerugian :
- Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam
perakitan dan pemeliharaan.
- Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi
4. Unit drainage sekali pakai
* Pompa penghisap Pleural Emerson
Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai pengganti
penghisap di dinding. Pompa Penghisap Emerson ini dapat dirangkai
menggunakan sistem dua atau tiga botol.
Keuntungan :
- Plastik dan tidak mudah pecah
Kerugian :
- Mahal
- Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit terbalik.
* Fluther valve
Keuntungan :
- Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik
- Kurang satu ruang untuk mengisi
- Tidak ada masalah dengan penguapan air
- Penurunan kadar kebisingan
Kerugian :
- Mahal
- Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra pleural
karena tidak adanya fluktuasi air pada ruang water seal.
* Calibrated spring mechanism
Keuntungan :
- Idem
- Mampu mengatasi volume yang besar
Kerugian
- Mahal
e. Tempat pemasangan WSD
1. Bagian apeks paru ( apikal )
2. Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara bagian basal
3. Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk mengeluarkan cairan ( darah, pus ).
f. Persiapan pemasangan WSD
* Perawatan pra bedah
1. Menentukan pengetahuan pasien mengenai prosedur.
2. Menerangkan tindakan-tindakan pasca bedah termasuk letak incisi, oksigen dan
pipa dada, posisi tubuh pada saat tindakan dan selama terpasangnya WSD, posisi
jangan sampai selang tertarik oleh pasien dengan catatan jangan sampai rata/ miring
yang akan mempengaruhi tekanan.
3. Memberikan kesempatan bagi pasien untuk bertanya atau mengemukakan
keprihatinannya mengenai diagnosa dan hasil pembedahan.
4. Mengajari pasien bagaimana cara batuk dan menerangkan batuk serta pernafasan
dalam yang rutin pasca bedah.
5. Mengajari pasien latihan lengan dan menerangkan hasil yang diharapkan pada
pasca bedah setelah melakukan latihan lengan.
g. Persiapan alat
1. Sistem drainase tertutup
2. Motor suction
3. Selang penghubung steril
4. Cairan steril : NaCl, Aquades
5. Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter
6. Kassa steril
7. Pisau jaringan
8. Trocart
9. Benang catgut dan jarumnya
10. Sarung tangan
11. Duk bolong
12. Spuit 10 cc dan 50 cc
13. Obat anestesi : lidocain, xylocain
14. Masker
Patofisiologi
Racun pada rokok
Iritasi bronkial
Inflamasi mukosa bronkial Penatalaksanaan
Menghilangnya silia Pembedahan : pra & post op
Kerusakan bronkial
Bronkhitis, emfisiema
Tampilnya erbB1/erbB2
(anti apoptis)
Mutasi DNA Batuk terus
Menyebabkan metaplasia, Kanker tumbuh Batukdarah
Hiperplasia, heoplasia
Meyebabkan lesi perifer
Menembus ruang pleura
EFUSI PLEURA
Akumulasi cairan
Berlebih di rongga pleura
Penurunan Ekspansi paru
Pola nafas tak efektif
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
EFUSI PLEURA
Kanker paru
1. Identitas klien
Nama Umur Alamat Pekerjaan Pendidikan Jenis kelamin Penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan sekarang Sesak nafas (+) Nyeri dada (+) Batuk berdarah (+) Ekspansi paru asimetris
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat merokok sejak SMP
4. Riwayat kesehatan keluargaAyah klien perokok berat
5. Riwayat perjalanan Sesak nafas hilang timbul sejak berbulan-bulan lalu 2 minggu lalu, sesak semakin bertambah dan nyeri saat menarik nafas 1 hari 1 bungkus rokok kretek
6. Kebiasaan sehari-hariMerokok 1 hari 1 bungkus rokok kretek
7. Pemeriksaan fisik RR 28x/menit cepat dan dangkal Ekspansi paru asimetris Ronchi +/- Wheezing -/- Tactil premitus menurun di paru kanan Friction rub paru kanan (+) Perkusi paru kanan dullness
Pemeriksaan penunjang
Hb = 8 gr/ml Leukosit = 11.000/mm3
Hasil foto thorax = massa di paru kanan Pleural Function klien masih sesak
Asuhan Keperawatan
Analisa Data
No. Analisis Data Etiologi Masalah
1. DS: Klien mengeluh sesak nafas dan kadang-kadang batuk berdarah
DO: - RR 28x/mnt- Frekuensi nafas
cepat dan dangkal- Ronchi +/-- Tactil premitus
menurun di paru kanan
- Ekspansi paru asimetris
- Friction rub kanan (+)
- Paru kanan dullness
Bersihan jalan nafas tak efektif
2. DS: Klien mengeluh sesak nafas,
DO: - RR 28x/mnt- Frekuensi nafas
cepat dan dangkal- Ronchi +/-- Tactil premitus
menurun di paru kanan
- Ekspansi paru asimetris
Pola nafas tak efektif
......................................
Batuk menetap
Jumlah sputum meningkat
Bersihan jalan nafas tak efektif
................................................
Batuk menetap
Nyeri dada
Dispnea
Pola nafas tak efektif
3. DS: Klien mengatakan sejak dua minggu yang lalu, sesaknya semakin berttambah dan nyeri saat menarik nafas
DO : - Friction rub paru
kanan(+)- Kaji skala nyeri- TD meningkat
Nyeri
4. DS: Klien mengatakan BB turun sejak 5 bulan lalu
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Batuk menetap
Nyeri dada
Nyeri
............................................................
Batuk menetap
Lelah
Anoreksia
BB menurun
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
5.
6.
DS: Klien menolak dilakukan WSD karena takut
DS: Istri klien bingung dan khawatir terhadap kondisi suaminya bila dilakukan WSD walaupun sudah diberi tahu perawat berkali-kali
Risiko tinggi penularan infeksi
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, atutan tindakan dan pencegahan
Diagnosa Keperawatan1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah
sputum ditandai klien mengeluh sesak nafas, batuk berdara, RR 28x/mnt, bunyi nafas ronchi, tactil premitus menurun di paru kanan, ekspansi paru asimetris, paru kanan dullness
2. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan perubahan frekuensi nafas ditandai dengan klien mengeluh sesak nafas, RR 2828x/mnt, bunyi nafas ronchi, tactil premitus menurun di paru kanan, ekspansi paru asimetris
3. Nyeri berhubungan dengan inflamasi ditandai klien mengatakan sejak dua minggu yang lalu, sesaknya semakin berttambah dan nyeri saat menarik nafas ditandai Friction rub paru kanan(+), Kaji skala nyeri, TD meningkat
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan ditandai Klien mengatakan BB turun sejak 5 bulan lalu
5. Anxietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencaa pengobatan dan ancaman kematian ditandai Klien menolak dilakukan WSD karena takut
..........................................
Efusi pleura
Tindakan WSD
Anxietas
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang pemanjanan atau intervensi yang salah terhadap informasi dan informasi yang ada tak lengkap ditandai Istri klien bingung dan khawatir terhadap kondisi suaminya bila dilakukan WSD walaupun sudah diberi tahu perawat berkali-kali
Rencana Asuhan Keperawatan Kanker paru Pra-Op
No. Diagnosa keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi ditandai mengi, batuk menetap, AGD abnormal, ronchi, warna kulit abu-abu, dispnea, ortopnea, penggunaan otot-otot asesoriuntuk bernafas
Tanda-tanda kerusakan pertukaran gas berkurang/hilang, dengan kriteria:- Mengi (-)- Batuk menetap
(-)- Ronchi (-)- Dispnea (-)- Tidak
menggunakan otot-otot asesori untuk bernafas
- Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas
- Catat ada atau tidaknya bunyi tambahan. Misal : Ronchi, mengi, krekels
- Kaji adanya sianosis
- Kolaborasi : Pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
- Awasi atau gambarkan seri GDA
- Dispna merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas
- Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membran alveoli-kapiler. Mengi adalah tanda adanya tahanan nafas
- Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis
- Memaksimalkan sediaan oksigen oleh pertukaran
- Menunjukan ventilasi atau oksigenasi. Gumakan sebagai
dasar evaluasi keefektifan terapi atau indikator perubahan terapi
2. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan kehilangan fungsi silia jalan nafas, peningkatan jumlah/viskositas sekret paru, meningkatnya tahanan jalan nafas ditandai jumlah keluaran meningkat, dispnea, bunyi nafas ronchi
Jalan nafas menjadi efektif, dengan kriteria: - Dispnea (-)- Bunyi nafas
vesikuler- Sekret (-)- Klien dapat
mempertahankan bersihan jalan nafas
- Catat upaya dan perubahan pola nafas
- Observasi penurunan ekspansi dinding dada
- Catat karakteristik batuk dan produksi sputum
- Pertahankan posisi tubuh/kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan
- Kolaborasi : Pemberian bronkodilator dan awasi efek sampingnya
- Penggunaan obat interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukan peningkatan upaya bernafas
- Ekspansi dada terbatas/tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan edema dan dalam seksi lobus
- Karakteristik batukdapat berubah tegantung pada etiologi gagal pernafasna. Sputum bla ada mungkin kental, berdarah dan puulen
- Memudahkan memelihara jalan nafas
- Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi dan memudahkan pembuangan sekret
3. Anxietas /ketakutan Rasa takut klien - Observasi - Memburuknya
berhubungan dengan krisis situasi, ancaman untuk/perubahan status kesehatan, takut mati, faktor psikologis ditandai menanyakan informasi : menyatakan kurang paham, menyatakan perasaan gugup, ekspresi wajah tegang
berkurang dan dapat bekerja sama dengan baik, dengan kriteria hasil :
- Tenang
- Ceria
- Mau bekerjasama dalam pengobatan
- Paham terhadap informasi yang ada
peningkatan gelisah, emosi labil
- Pertahannan lingkungan tenang dengan sedikit stresor
- Tunjukan/bantu denga teknik mediasi, relaksasi
- Identifikasi persepsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi
- Dorong pasien untuk mengikuti dan menyatakan perasaan
penyakit dapat menyebabkan/meningkatkan anxietas
- Menurunkan anxietas dengan mediasi dan relaksasi
- Memberikan kesempatan untuk pasien mengatasi anxietasnya
- Membantu pengenalan anxietas
- Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan ekspresi
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat ditandai klien dan keluarga selalu bertanya tentang tindakan serta timbul rasa khawatir
Menyatakan pemahaman mengenai kondisi, tindakan dan prognosis yang ada, denga kriteria:
- Klien dan keluarga menyatakan paham
- Tenang
- Ikhlas
- Keluarga dapat memberikan dukungan terhadap tindakan yang akan diberikan
- Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan klien, berikan informasi dengan jelas/ringkas
- Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat
- Berikan pedoman aktifitas
- Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian klien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi
- Intrusksi pemberian obat yang aman memampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan
- Pasien harus menghindari lelah dan mengimbangi
pada klien periode istirahat dan aktifitas untuk meningkatkan stamina dan mencegah konsumsi O2 berlebihan
Post-Op kanker paru
DAFTAR PUSTAKA
http://nurse-id.blogspot.com/2012/03/askep-ca-paru.html
Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999
Smeltzer, S & Bare, B 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Okto09JRI/EFUSI%20PLEURA%20GANAS_7_.pdf Elisna Syahruddin, Ahmad Hudoyo, Nirwan Arief
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia– RS Persahabatan, Jakarta
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1959023-aspek-legal-etik/#ixzz1rpHkOQEW