Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan...

2
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan P eningkatan ekspor non migas Indonesia pada pemerintahan Jokowi-JK (2015-2019) diperkirakan akan mengalami beberapa kendala. Salah satu kendala tersebut berasal dari kondisi eksternal yang kurang mendukung, khususnya perlambatan ekonomi yang terjadi di negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Pada bulan Oktober 2014, Dana Moneter Internasional atau Internaonal Monetary Fund (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2015 akan mencapai 3,8%, namun memasuki tahun 2015 IMF menurunkan proyeksinya menjadi 3,5% atau lebih rendah 0,3% dibandingkan proyeksi sebelumnya. Kondisi ekonomi yang saat ini tengah mengalami perlambatan turut menekan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara termasuk Indonesia dan negara- negara mitra dagang utama Indonesia. PELUANG EKSPOR INDONESIA DI PASAR NEGARA-NEGARA NON TRADISIONAL Indonesia perlu melakukan diversifikasi ekspor ke negara non tradisional. Besarnya potensi pasar di negara non tradisional, seperti Saudi Arabia, Pakistan, Bangladesh dan Mesir, perlu dimanfaatkan Indonesia untuk mencapai target ekspor. Tabel 1. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Beberapa Negara Mitra Dagang Utama Indonesia Negara Mitra Pertumbuhan GDP (%YoY) Dagang Q1 2014 Q4 2014 Q1 2015 Indonesia 5,14 5,01 4,72 RRT 7,4 7,3 7,0 Jepang 1,6 0,3 0,6 Amerika Serikat -2,1 2,2 -0,7 Singapura 1,8 4,9 3,2 India 4,6 3,1 4,1 Thailand -0,7 1,1 0,3 Korea Selatan 0,9 0,3 0,8 Australia 1,1 0,5 0,9 Malaysia 0,9 1,8 1,2 Taiwan 0,4 0,5 0,7 Jerman 0,8 0,7 0,3 Sumber: tradingeconomics.com (2015) Enam negara dari sebelas negara mitra dagang utama Indonesia mengalami perlambatan ekonomi pada triwulan I 2015. Perlambatan ekonomi terbesar dialami oleh Amerika Serikat. Pada triwulan I 2015, ekonomi Amerika Serikat mengalami kontraksi ke level 0,7%, jauh lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014 yang mencapai 2,2%. Musim Di pasar Saudi Arabia, pangsa impor non migas dari Indonesia terhadap total impor non migas negara tersebut tercatat sebesar 1,21%. Posisi Indonesia masih kalah bersaing dengan Thailand (pangsa 2,21%) dan Vietnam (pangsa 1,35%). Impor non migas dari Indonesia mengalami kenaikan rata-rata per tahun sebesar 23,44% selama 2009-2013. Kenda memiliki nilai yang nggi, tren impor non migas dari Indonesia masih lebih rendah dibandingkan nilai tren dari negara ASEAN lainnya, seper Vietnam, Kamboja dan Myanmar. Dari tahun 2009 hingga 2013, kega negara ini mencatat nilai kenaikan rata-rata impor non migas per tahun yang signifikan yakni masing-masing sebesar 118,66%; 70,40%; dan 47,01%. Secara umum, potensi negara ASEAN untuk masuk ke pasar Saudi Arabia masih sangat besar seiring tren impor non migas dari ASEAN yang masih mencatatkan kenaikan selama 5 tahun terakhir. Indonesia sebenarnya unggul dibandingkan negara ASEAN lainnya dalam memasuki pasar Pakistan. Impor non migas dari Indonesia memiliki pangsa sebesar 6,33% dengan kenaikan rata-rata per tahun selama 2010- 2014 mencapai 29,03%. Posisi Indonesia jauh berada di atas negara ASEAN lainnya. Impor non migas dari Malaysia mengalami tren penurunan terbesar yakni 16,91%, diiku oleh Thailand sebesar 4,24% dan Singapura sebesar 3,14%. Kondisi ini dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk merebut pangsa impor non migas dari kega negara tersebut. Kenda memiliki pangsa yang cenderung rendah, impor non migas dari Kamboja dan Vietnam juga mencatatkan kenaikan rata-rata per tahun yang cukup nggi, yakni masing-masing sebesar 25,80% dan 13,45%. Untuk memasuki pasar Bangladesh, posisi Indonesia lebih nggi dibandingkan negara ASEAN lainnya, kecuali Thailand. Impor non migas dari Indonesia memiliki pangsa sebesar 6,46% dengan tren kenaikan rata- rata per tahun selama tahun 2007-2011 sebesar 23,59%. Sementara itu, pangsa impor non migas dari Thailand tercatat 24,53% dan tren kenaikan rata-rata sebesar 91,51% per tahun. Posisi Singapura dan Malaysia berada di bawah Indonesia dengan pangsa masing-masing sebesar 3,6% dan 2,6%. Vietnam cenderung memiliki pangsa yang rendah sebesar 0,5%. Namun demikian impor non migas dari Vietnam masih memiliki potensi seiring kenaikan rata-rata yang cukup nggi sebesar 63,51%. Kondisi ini menunjukkan bahwa Vietnam berpotensi menjadi pesaing Indonesia dalam memasuki pasar Bangladesh, disamping pesaing utama saat ini yaitu Thailand. Secara umum, Indonesia dan negara ASEAN lainnya memiliki pangsa yang rendah di pasar Mesir. Thailand merupakan negara ASEAN dengan pangsa ternggi yakni 1,80%; dengan kenaikan rata-rata impor non migas dari Thailand sebesar 10% per tahun selama 2010-2014. Diiku oleh Indonesia dengan pangsa 1,25% dan kenaikan rata-rata impor non migas per tahun sebesar 7,88%. Selain Thailand dan Indonesia, impor dari negara ASEAN lainnya hanya mencatat pangsa dibawah 1%. Selain memiliki pangsa yang rendah, impor non migas dari Filipina, Singapura dan Malaysia mengalami penurunan yang cukup besar. Sebaliknya, impor dari Kamboja dan Vietnam memiliki tren kenaikan yang cukup nggi ditengah rendahnya pangsa kedua negara tersebut. Perlambatan ekonomi global menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia perlu menyasar negara lain sebagai negara tujuan ekspor non migas agar ekspor dapat meningkat ditengah perlambatan ekonomi. Pasar non tradisional yang diprediksi masih memiliki potensi yang besar bagi peningkatan ekspor non migas Indonesia adalah Saudi Arabia, Pakistan, Bangladesh dan Mesir. Berbeda halnya dengan ekspor non migas ke negara tradisional dan negara mitra dagang utama lainnya yang memiliki tren yang rendah bahkan negaf, tren ekspor non migas Indonesia ke Saudi Arabia, Pakistan, Bangladesh dan Mesir masih menunjukkan sinyal posif yang cukup nggi. Negara pesaing utama Indonesia dalam memasuki pasar Saudi Arabia, Pakistan, Bangladesh dan Mesir adalah Thailand. Ekspor Thailand cenderung memiliki pangsa yang lebih besar dibandingkan Indonesia, kecuali untuk negara Pakistan. Selain Thailand, Vietnam dan Kamboja juga memiliki potensi yang kuat untuk menjadi pesaing utama Indonesia di pasar non tradisional. Walaupun memiliki pangsa yang cenderung lebih rendah, namun impor non migas dari Vietnam dan Kamboja selama lima tahun terakhir memiliki tren peningkatan yang cukup besar seap tahunnya. Indonesia perlu melakukan diversifikasi ekspor ke negara non tradisional dan dak dapat sepenuhnya hanya mengandalkan ekspor ke negara mitra dagang utama. Besarnya potensi pasar di negara non tradisional perlu dimanfaatkan Indonesia untuk lebih meningkatkan perdagangan ke negara- negara tersebut. Dengan adanya kerjasama perdagangan yang lebih intensif diharapkan ekspor non migas ke pasar non tradisional dapat lebih dingkatkan. (Fitria Faradila)

Transcript of Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan...

Page 1: Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Peluang_Ekspor...dan Mesir, perlu dimanfaatkan Indonesia untuk mencapai target ekspor. Tabel

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Peningkatan ekspor non migas Indonesia pada pemerintahan Jokowi-JK (2015-2019) diperkirakan akan mengalami beberapa

kendala. Salah satu kendala tersebut berasal dari kondisi eksternal yang kurang mendukung, khususnya perlambatan ekonomi yang terjadi di negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Pada bulan Oktober 2014, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2015 akan mencapai 3,8%, namun memasuki tahun 2015 IMF menurunkan proyeksinya menjadi 3,5% atau lebih rendah 0,3% dibandingkan proyeksi sebelumnya. Kondisi ekonomi yang saat ini tengah mengalami perlambatan turut menekan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara termasuk Indonesia dan negara-negara mitra dagang utama Indonesia.

PELUANG EKSPOR INDONESIA DI PASAR NEGARA-NEGARA NON TRADISIONAL

Indonesia perlu melakukan diversifikasi ekspor ke negara non tradisional. Besarnya potensi pasar di negara non tradisional, seperti Saudi Arabia, Pakistan, Bangladesh dan Mesir, perlu dimanfaatkan Indonesia untuk mencapai target ekspor.

Tabel 1. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Beberapa Negara Mitra Dagang Utama Indonesia

Negara Mitra Pertumbuhan GDP (%YoY) Dagang Q1 2014 Q4 2014 Q1 2015Indonesia 5,14 5,01 4,72RRT 7,4 7,3 7,0Jepang 1,6 0,3 0,6Amerika Serikat -2,1 2,2 -0,7Singapura 1,8 4,9 3,2India 4,6 3,1 4,1Thailand -0,7 1,1 0,3Korea Selatan 0,9 0,3 0,8Australia 1,1 0,5 0,9Malaysia 0,9 1,8 1,2Taiwan 0,4 0,5 0,7Jerman 0,8 0,7 0,3

Sumber: tradingeconomics.com (2015)

Enam negara dari sebelas negara mitra dagang utama Indonesia mengalami perlambatan ekonomi pada triwulan I 2015. Perlambatan ekonomi terbesar dialami oleh Amerika Serikat. Pada triwulan I 2015, ekonomi Amerika Serikat mengalami kontraksi ke level 0,7%, jauh lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014 yang mencapai 2,2%. Musim

Di pasar Saudi Arabia, pangsa impor non migas dari Indonesia terhadap total impor non migas negara tersebut tercatat sebesar 1,21%. Posisi Indonesia masih kalah bersaing dengan Thailand (pangsa 2,21%) dan Vietnam (pangsa 1,35%). Impor non migas dari Indonesia mengalami kenaikan rata-rata per tahun sebesar 23,44% selama 2009-2013. Kendati memiliki nilai yang tinggi, tren impor non migas dari Indonesia masih lebih rendah dibandingkan nilai tren dari negara ASEAN lainnya, seperti Vietnam, Kamboja dan Myanmar. Dari tahun 2009 hingga 2013, ketiga negara ini mencatat nilai kenaikan rata-rata impor non migas per tahun yang signifikan yakni masing-masing sebesar 118,66%; 70,40%; dan 47,01%. Secara umum, potensi negara ASEAN untuk masuk ke pasar Saudi Arabia masih sangat besar seiring tren impor non migas dari ASEAN yang masih mencatatkan kenaikan selama 5 tahun terakhir.

Indonesia sebenarnya unggul dibandingkan negara ASEAN lainnya dalam memasuki pasar Pakistan. Impor non migas dari Indonesia memiliki pangsa sebesar 6,33% dengan kenaikan rata-rata per tahun selama 2010-2014 mencapai 29,03%. Posisi Indonesia jauh berada di atas negara ASEAN lainnya. Impor non migas dari Malaysia mengalami tren penurunan terbesar yakni 16,91%, diikuti oleh Thailand sebesar 4,24% dan Singapura sebesar 3,14%. Kondisi ini dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk merebut pangsa impor non migas dari ketiga negara tersebut. Kendati memiliki pangsa yang cenderung rendah, impor non migas dari Kamboja dan Vietnam juga mencatatkan kenaikan rata-rata per tahun yang cukup tinggi, yakni masing-masing sebesar 25,80% dan 13,45%.

Untuk memasuki pasar Bangladesh, posisi Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya, kecuali Thailand. Impor non migas dari Indonesia memiliki pangsa sebesar 6,46% dengan tren kenaikan rata-rata per tahun selama tahun 2007-2011 sebesar 23,59%. Sementara itu, pangsa impor non migas dari Thailand tercatat 24,53% dan tren kenaikan rata-rata sebesar 91,51% per tahun. Posisi Singapura dan Malaysia berada di bawah Indonesia dengan pangsa masing-masing sebesar 3,6% dan 2,6%. Vietnam cenderung memiliki pangsa yang rendah sebesar 0,5%. Namun demikian impor non migas dari Vietnam masih memiliki potensi seiring kenaikan rata-rata yang cukup tinggi sebesar 63,51%. Kondisi ini menunjukkan bahwa Vietnam berpotensi menjadi pesaing Indonesia dalam memasuki pasar Bangladesh, disamping pesaing utama saat ini yaitu Thailand.

Secara umum, Indonesia dan negara ASEAN lainnya memiliki pangsa yang rendah di pasar Mesir. Thailand merupakan negara ASEAN dengan pangsa tertinggi yakni 1,80%; dengan kenaikan rata-rata impor non migas dari Thailand sebesar 10% per tahun selama 2010-2014. Diikuti oleh Indonesia dengan pangsa 1,25% dan kenaikan rata-rata impor non migas per tahun sebesar 7,88%. Selain Thailand dan Indonesia, impor dari negara ASEAN lainnya hanya mencatat pangsa dibawah 1%. Selain memiliki

pangsa yang rendah, impor non migas dari Filipina, Singapura dan Malaysia mengalami penurunan yang cukup besar. Sebaliknya, impor dari Kamboja dan Vietnam memiliki tren kenaikan yang cukup tinggi ditengah rendahnya pangsa kedua negara tersebut.

Perlambatan ekonomi global menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia perlu menyasar negara lain sebagai negara tujuan ekspor non migas agar ekspor dapat meningkat ditengah perlambatan ekonomi. Pasar non tradisional yang diprediksi masih memiliki potensi yang besar bagi peningkatan ekspor non migas Indonesia adalah Saudi Arabia, Pakistan, Bangladesh dan Mesir. Berbeda halnya dengan ekspor non migas ke negara tradisional dan negara mitra dagang utama lainnya yang memiliki tren yang rendah bahkan negatif, tren ekspor non migas Indonesia ke Saudi Arabia, Pakistan, Bangladesh dan Mesir masih menunjukkan sinyal positif yang cukup tinggi.

Negara pesaing utama Indonesia dalam memasuki pasar Saudi Arabia, Pakistan, Bangladesh dan Mesir adalah Thailand. Ekspor Thailand cenderung memiliki pangsa yang lebih besar dibandingkan Indonesia, kecuali untuk negara Pakistan. Selain Thailand, Vietnam dan Kamboja juga memiliki potensi yang kuat untuk menjadi pesaing utama Indonesia di pasar non tradisional. Walaupun memiliki pangsa yang cenderung lebih rendah, namun impor non migas dari Vietnam dan Kamboja selama lima tahun terakhir memiliki tren peningkatan yang cukup besar setiap tahunnya.

Indonesia perlu melakukan diversifikasi ekspor ke negara non tradisional dan tidak dapat sepenuhnya hanya mengandalkan ekspor ke negara mitra dagang utama. Besarnya potensi pasar di negara non tradisional perlu dimanfaatkan Indonesia untuk lebih meningkatkan perdagangan ke negara-negara tersebut. Dengan adanya kerjasama perdagangan yang lebih intensif diharapkan ekspor non migas ke pasar non tradisional dapat lebih ditingkatkan. (Fitria Faradila)

Page 2: Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Peluang_Ekspor...dan Mesir, perlu dimanfaatkan Indonesia untuk mencapai target ekspor. Tabel

dingin yang ekstrim di Amerika Serikat (Bleak Winter) yang terjadi pada awal tahun 2015 kerap menekan sejumlah aktivitas ekonomi baik aktivitas bisnis maupun konsumsi (theguardian.com, 2015). Selain itu, menurunnya aktivitas ekspor akibat menguatnya mata uang USD juga menjadi salah satu pemicu perlambatan ekonomi Amerika Serikat. Perlambatan ekonomi yang dalam juga terjadi pada Thailand dan Jerman. Di sisi lain, India, Korea Selatan, Jepang, Australia dan Taiwan justru mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan meningkat dari 0,3% pada triwulan IV 2014 menjadi 0,8% pada triwulan I 2015, terutama berasal dari sektor konstruksi yang tumbuh signifikan (tradingeconomics.com, 2015).

Perlambatan ekonomi mayoritas negara mitra dagang menyebabkan impor negara-negara tersebut menurun. Hal ini juga berdampak pada penurunan ekspor Indonesia ke negara mitra dagang mengingat pergerakan ekspor Indonesia sejalan dengan permintaan impor suatu negara. Jepang mengalami penurunan impor tertinggi sebesar 21,8% (YoY), diikuti oleh RRT dan Singapura yang mengalami penurunan impor sebesar 21,5%.

Gambar 1. Pertumbuhan Impor Negara Mitra Dagang Utama, Januari-Maret, 2015 (%YoY).Sumber : GTIS (2015)Keterangan : (*) Data Januari-Februari 2015

Peluang Ekspor Non Migas di Pasar Non TradisionalDalam hasil kajian Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Tahun

2013 berjudul “Kajian Potensi Pengembangan Ekspor ke Pasar Non Tradisional”, negara tradisional didefinisikan sebagai negara (pasar) yang memiliki kriteria/syarat berupa syarat keharusan yakni ekspor ke negara tersebut sudah berlangsung lebih dari 40 tahun serta syarat kecukupan yakni tidak terpengaruh oleh kondisi perekonomian negara lain, konsumsi terhadap struktur Gross Domestic Product (GDP) lebih dari 50% dan net ekspor terhadap struktur GDP kurang dari 5%. Dalam hasil kajian juga didapat Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa (UE) sebagai negara tradisional. Selain tiga negara tradisional, tujuh negara tujuan ekspor Indonesia yang sudah terjadi selama lebih dari 5 tahun adalah RRT, India, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Thailand dan Taiwan. Sepuluh negara ini lalu disebut dengan negara mitra dagang utama Indonesia.

Secara umum, nilai ekspor non migas Indonesia mengalami penurunan pada triwulan I 2015. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, ekspor non migas kumulatif Januari-Maret 2015 menurun sebesar 8,4% (YoY). Perlambatan ekonomi global merupakan faktor utama penurunan ekspor non migas Indonesia. Nilai ekspor non migas Indonesia ke pasar tradisonal menurun sebesar 6% (YoY) pada Januari-Maret 2015 dan mengalami tren rata-rata yang menurun sebesar 1,2% per tahun selama 2010-2014. Tren ekspor non migas ke pasar tradisional yang negatif mengindikasikan bahwa ekspor ke tiga negara tersebut sudah mulai jenuh.

Penurunan ekspor non migas secara nilai juga terjadi ke pasar non tradisional yakni sebesar 9,6% (YoY). Kendati mengalami penurunan, nilai ekspor non migas ke pasar non tradisional masih memiliki tren yang positif yakni 3,1%. Selain tiga negara tradisional, nilai ekspor non migas ke negara mitra dagang utama lainnya justru mengalami penurunan yang lebih dalam yakni 11,5% (YoY). Nilai ekspor non migas ke negara non tradisional di luar negara mitra dagang utama juga mengalami penurunan secara jangka pendek yakni 6,4%. Namun tren lima tahunan masih menunjukkan sinyal positif yang cukup tinggi yakni 7,3% per tahun selama 2010-2014.

Pasar non tradisional di luar mitra dagang utama yang diperkirakan masih mempunyai potensi yang besar adalah Saudi Arabia, Pakistan, Bangladesh dan Mesir. Selain memiliki tren pertumbuhan dalam lima tahun yang positif, pertumbuhan nilai ekspor non migas ke negara-negara ini juga masih menunjukkan peningkatan, kecuali Pakistan. Nilai ekspor non migas Indonesia ke Pakistan memang mengalami penurunan sebesar 8,2% pada triwulan I 2015, namun tren ekspor non migas ke Pakistan selama 2010-2014 merupakan yang tertinggi di antara negara lainnya. Kenaikan rata-rata ekspor non migas ke Pakistan hampir mencapai 30% setiap tahunnya selama 2010-2014.

Tabel 2. Perbandingan Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia menurut Negara Tujuan

NEGARA TUJUAN NILAI : USD JUTA Perub. % Tren (%) Pangsa JAN - MAR (%)2010 2011 2012 2013 2014 2014 2015 15/14 10-14 2014

TOTAL 129.740 162.020 153.043 149.919 145.961 36.427 33.351 -8,4 1,6 100,0NEGARA TRADISIONAL 46.958 54.522 49.772 47.841 47.211 11.561 10.865 -6,0 -1,2 32,3 AMERIKA SERIKAT 13.326 15.684 14.591 15.082 15.857 3.829 3.780 -1,3 3,1 10,9 EU 17.135 20.507 17.950 16.675 16.789 4.160 3.641 -12,5 -2,4 11,5 JEPANG 16.496 18.330 17.231 16.084 14.566 3.572 3.444 -12,3 -3,7 10,0NEGARA NON TRADISIONAL 82.782 107.498 103.271 102.078 98.750 24.866 22.486 -9,6 3,1 67,7 MITRA DAGANG UTAMA 55.416 72.202 68.600 66.944 59.749 15.415 13.643 -11,5 0,8 40,9 RRT 14.081 21.596 20.864 21.282 16.459 4.934 3.133 -36,5 3,0 11,3 INDIA 9.851 13.279 12.447 13.010 12.224 2.760 2.955 7,1 4,2 8,4 SINGAPURA 9.554 11.113 10.551 10.386 10.066 2.569 2.301 -10,4 0,4 6,9 MALAYSIA 7.754 9.200 8.469 7.268 6.397 1.523 1.587 4,2 -6,0 4,4 KOREA SELATAN 6.870 7.566 6.685 6.052 5.717 1.383 1.394 0,8 -5,7 3,9 THAILAND 4.054 5.243 5.490 5.214 5.003 1.308 1.210 75,9 4,2 3,4 TAIWAN 3.252 4.205 4.094 3.732 3.884 938 1.062 29,0 2,4 2,7NON MITRA DAGANG UTAMA 27.366 35.296 34.671 35.134 39.001 9.451 8.843 -6,4 7,3 26,7 AUSTRALIA 2.363 3.078 3.358 2.973 3.697 1.015 547 -46,1 9,0 2,5 PILIPINA 3.117 3.678 3.688 3.799 3.887 924 906 -1,9 4,8 2,7 HONGKONG 2.501 3.215 2.632 2.693 2.778 693 541 -21,9 0,3 1,9 UNI EMIRAT ARAB 1.474 1.715 1.615 1.584 2.501 613 549 -10,4 10,3 1,7 VIETNAM 1.946 2.273 2.256 2.398 2.436 508 568 11,8 5,2 1,7 SAUDI ARABIA 1.167 1.430 1.771 1.734 2.156 473 546 15,5 15,3 1,5 PAKISTAN 683 932 1.380 1.415 2.045 432 397 -8,2 29,9 1,4 BRASILIA 1.528 1.703 1.486 1.514 1.498 376 314 -16,3 -1,6 1,0 TURKI 1.074 1.433 1.363 1.536 1.446 383 334 -12,9 6,9 1,0 REP.AFRIKA SELATAN 681 1.414 1.650 1.270 1.379 498 174 -65,1 13,9 0,9 BANGLADESH 991 1.361 1.120 1.065 1.375 282 374 32,6 4,2 0,9 MESIR 856 1.398 1.014 1.102 1.341 310 339 9,2 6,8 0,9 FEDERASI RUSIA 609 863 867 930 1.053 229 189 -17,2 12,4 0,7 LAINNYA 8.376 10.802 10.470 11.121 11.408 2.715 3.065 12,9 6,7 7,8

Sumber: BPS (2015), diolah

Posisi Indonesia VS Negara ASEAN lainnya di Pasar Non TradisionalSecara umum, posisi impor non migas dari Indonesia di pasar Saudi

Arabia, Pakistan, Bangladesh dan Mesir cukup strategis yang ditunjukkan oleh masih tingginya tren yakni masing-masing sebesar 23,44%; 29,03%; 23,59% dan 7,88%. Namun, ternyata bukan hanya Indonesia saja yang menunjukkan kinerja yang baik. Pemerintah juga perlu melihat kinerja hubungan perdagangan keempat negara pasar non tradisional tersebut dengan negara ASEAN lainnya.

Sumber: Trademap (2015), diolah Keterangan: Tren (%) = Perubahan (kenaikan/penurunan) rata-rata per tahun selama 5 tahun; Pangsa (%) = Pangsa impor non migas masing-masing negara ASEAN terhadap total impor non migas negara Non Tradisional; (*) Data tahun 2013; (**) Data tahun 2011

Tabel 3. Perbandingan Tren dan Pangsa Impor Non Migas dari Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya di Pasar Non Tradisional

INDONESIA MALAYSIA SINGAPURA THAILAND FILIPINA

VIETNAM BRUNEI DARUSSALAM MYANMAR KAMBOJA LAOS

Trend (%) Pangsa (%) Trend (%) Pangsa (%) Trend (%) Pangsa (%) Trend (%) Pangsa (%) Trend (%) Pangsa (%)

Trend (%) Pangsa (%) Trend (%) Pangsa (%) Trend (%) Pangsa (%) Trend (%) Pangsa (%) Trend (%) Pangsa (%)

SAUDI ARABIA 23,44 1,21 8,94 0,78 25,46 1,00 15,77 2,21 10,80 0,15

PAKISTAN 29,03 6,33 -16,91 3,08 -3,14 1,64 -4,24 2,19 0,28 0,12

BANGLADESH** 23,59 6,33 10,52 2,56 41,07 3,62 91,51 24,53 -17,60 0,05

MESIR 7,88 1,25 -10,51 0,73 -11,64 0,29 10,00 1,80 -13,97 0,02

SAUDI ARABIA* 118,66 1,35 - 0,00 47,01 0,03 70,40 0,01 - -

PAKISTAN 13,45 0,44 - - -31,98 0,06 25,80 0,00 - 0,00

BANGLADESH** 63,51 0,52 11,39 0,00 15,24 0,40 -23,73 0,00 - -

MESIR 14,54 0,42 -8,89 0,00 - - -24,82 0,00 - 0,00

0.0

-5.0

-10.0

-15.0

-20.0

-25.0RRT Jepang Amerika Singapura India Thailand Australia Malaysia* Taiwan Serikat

-21.5 -21.8

-1.3

-21.5

-12.12

-6.1

-11.7-10.4

-14.6