BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN...

110
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR 2004 ISSN

Transcript of BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN...

Page 1: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR

2004

ISSN

Page 2: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

LLLAAAPPPOOORRRAAANNN TTTAAAHHHUUUNNNAAANNN BBBaaalllaaaiii PPPeeennngggkkkaaajjjiiiaaannn TTTeeekkknnnooolllooogggiii PPPeeerrrtttaaannniiiaaannn JJJaaawwwaaa TTTiiimmmuuurrr

TTTaaahhhuuunnn... 222000000333

Penyunting:

Ketua : Endang Widajati

Sekretaris : Sjaiful Chanafi, S. Sos

Anggota : Dra. Iffah Irsjadina

I Wayan Marka, SH

Dra. Yulfah

Ir. Zainal Arifin, MP

Ir. Bambang Irianto

Redaksi Pelaksana :

Prayitno Surip

DEPARTEMEN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR

2004

Page 3: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Penerbitan buku ini dibiayai dari :

Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif Jawa Timur TA 2004

Cover Depan Serangkaian Kegiatan Dalam Rangka Peringatan Sewindu BPTP Jawa Timur

Tahun 2003.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) JawaTimur Jl. Raya Karangploso, KM. 4, PO Box 188 , Malang - 65101 Telp. : (0341) 494052; 485065 Fax. : (0341) 471255 e-mail : [email protected]

Laporan Tahunan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Tahun 2003

Penyunting :

Ketua : Endang Widajati Sekretaris : Sjaiful Chanafi, S.Sos Anggota : Dra. Iffah Irsjadina I Wayan Marka, SH Ir. Zainal Arifin, MP Ir. Bambang Irianto Redaksi Pelaksana : Prayitno Surip Diterbitkan oleh : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Jawa Timur 2004

ISSN :

Page 4: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

i

KATA PENGANTAR

Pendekatan program Pengkajian BPTP Jawa Timur adalah berbasis

sumberdaya alam (“Farming System Zone”), sehingga program pengkajian

tersebut bersifat lintas disiplin dan lintas komoditas .Unsur keterpaduan

menjadi sangat penting. Laporan Tahunan ini disusun sebagai

pertanggungjawaban penggunaan dana, tenaga dan fasilitas pengkajian

tahun anggaran 2003 yang bersumber dari proyek rutin maupun kerjasama

Disamping termuat dalam laporan ini hasil-hasil pengkajian juga disusun

dalam berbagai makalah, prosiding dan publikasi lain.

Hasi penelitian/pengkajiann disusun berdasarkan pengelompokan

Rencana Pengkajian Tim Peneliti (IRPTP) yang ada dalam program dalam

tahun sedang berjalan, untuk memberikan gambaran yang lebih

lengkap.kepada para pengguna.

Kepada penyunting, peneliti, penyuluh dan semua pihak yang

membantu penyusunan buku ini disampaikan terima kasih dan

penghargaan. Semoga informasi dalam buku ini bermanfaat bagi semua

pihak dalam pembangunan pertanian di Jawa Timur.

Malang, Nopember 2004

Kepala Balai,

Dr. Mat Syukur

Page 5: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

ii

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

I. PENDAHULUAN 1

II. HASIL-HASILPENGKAJIAN 2

2.1. KARAKTERISASI DAN ANALISA AGROEKOLOGI UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI JAWA TIMUR

2

2.1.1. Karakterisasi dan Analisis Zona Agroekologi Sumberdaya Pertanian di Tingkat Kabupaten Berbasis Sistem Informasi Geografis

2

2.1.2. Kajian Status Hara P dan K Sebagai Dasar Penyusunan Rekomendasi Pemupukan P dan K Lahan Sawah di Jawa Timur (Areal P3T Jawa Timur)

3

2.1.3. Model Analisis Data Agroklimat untuk Menekan Resiko Kegagalan Panen

4

2.2. PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN MODEL USAHATANI TERPADU TANAMAN TERNAK DAN PADI UDANG WINDU DI LAHAN SAWAH IRIGASI

5

2.2.1. Pengkajian Pengelolaan Sistem Usahatani Terpadu Tanaman Pangan dan Ternak pada Lahan Sawah

5

2.2.2. Pengkajian Senjang Hasil Padi pada Lahan Sawah Bermasalah

6

2.2.3. Pemupukan Fosfat, Kalium dan Bahan Organik Terhadap Padi Sawah di Lumajang

7

2.2.4. Pengkajian Pengendalian Hama Secara Terpadu pada Tanaman Kedelai Berbasis Pengendalian Hayati

10

2.2.5. Pengkajian Perbandingan Beberapa Cara Pemberian Brangkasan Kedelai untuk Sapi Potong

11

2.2.6. Kajian Karakterisasi dan Potensi Wilayah Pengembangan Usahatani Terpadu Padi – Udang Windu di Sawah Irigasi

12

2.3. PENGEMBANGAN MODEL USAHATANI TERPADU TANAMAN TERNAK DI LAHAN TADAH HUJAN.

14

2.3.1. Pengkajian Model Usahatani Terpadu Crop-Fish-Livestock System (CFLS) Berbasis Konservasi Air di Lahan Sawah Tadah Hujan

14

2.3.2. Sistem Usahatani Konservasi Embung Menunjang

Produktivitas Lahan di Musim Kemarau 16

Page 6: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

iii

2.3.3. Pengkajian Usahatani Multistrata di Kawasan Selatan Jawa Timur

17

2.3.4. Uji Adaptasi Tanaman Empon-Empon Pada Wanatani Pola Multistrata di Lahan Kering Dataran Rendah Kawasan Selatan Jawa Timur

18

2.3.5. Uji Adaptasi Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Sistem Wanatani Lahan Kering Dataran Rendah

19

2.3.6. Pengembangan Model Usahatani Konservasi Kentang dan Kobis Secara Partisipatif di Lahan Kering Dataran Tinggi

20

2.4. PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI PERIKANAN RAKYAT DENGAN MODEL DESA PANTAI DI JAWA TIMUR

21

2.4.1. Pengkajian Teknologi Usaha Budidaya Ikan dengan Sistem Keramba Jaring Apung (KJA) di Laut

21

2.4.2. Prospek Pengembangan Alat Pengering Mekanik dalam Mendukung Pengolahan Ikan Kering di Situbondo, Jawa Timur

22

2.4.3. Studi Uji Konsumen Produk Ikan Asar di Malang Jawa

Timur 23

2.5. KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI JAWA TIMUR

24

2.5.1. Pengkajian Model Pengembangan Agribisnis Mangga 24 2.5.2. Pengkajian Sistem Usahatani (SUT) Mendukung

Pengembangan Agribisnis Pisang 24

2.5.3. Kajian Pengembangan Agribisnis Kentang Dataran Medium 25 2.5.4. Kelimpahan Populasi Hama pada Kajian Teknik Produksi

Bibit Kentang 26

2.6. PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL

PERTANIAN DAN PEMBERDAYAAN WANITA DALAM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PEDESAAN

27

2.6.1. Pengkajian Penumbuhan dan Pengembangan Industri

Pengolahan Pangan Pedesaan 27

2.6.2. Kajian Pengembangan Agroindustri Aneka Tepung di

Pedesaan

28

2.7. KAJIAN PERBAIKAN SISTEM PERBENIHAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KOMODITAS UNGGULAN JAWA TIMUR.

31

2.7.1. Pengkajian Sistem Perbanyakan Benih Bs dan Galur

Harapan Padi Unggulan Jawa Timur 31

2.7.2. Karakterisasi Calon Varietas Unggul Kesemek, Sawo,

Durian, dan Apokat Spesifik Lokasi Jawa Timur 31

Page 7: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

iv

2.8. PENGKJIAN ADOPSI DAN DAMPAK TEKNOLOGI SISTEM USAHA PERTANIAN SERTA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ASLI PEDESAAN

33

2.8.1. Kajian Adopsi dan Dampak Teknologi Teknologi Unggulan

BPTP Jawa Timur

33

2.9. UJI MULTI LOKASI DAN PAKET TEKNOLOGI UNGGULAN

BALIT KOMODITAS (JARINGAN LITKAJI)

36

2.9.1. Pemuliaan Padi Secara Partisipatif 36

2.9.2. Galur Harapan Calon Varietas Unggul Padi Sawah 36 2.10. ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PERTANIAN DI JAWA TIMUR 40

2.10.1. Indikator Pelaksanaan Pertanian di Jawa Timur 40 2.10.2. Kelayakan Harga Susu di Tingkat Peternak Tahun 2003 di

Jawa Timur 42

2.11. PENELITIAN DAN PENGKAJIAN PENGELOLAAN

TERPADU TANAMAN JERUK SEHAT DI KABUPATEN PONOROGO

43

2.11.1 Peningkatan Ketrampilan Petani dan Petugas untuk

Pengelolaan Tanaman Terpadu Jeruk 43

2.11.2. Identifikasi Permasalahan Jeruk dan Inisiasi Kelembagaan (Rural Producers Organization)

44

2.12. LITKAJI PENGEMBANGAN MODEL AGROINDUSTRI PENGOLAHAN TEPUNG KASAVA SKALA KECIL MENENGAH

45

2.12.1. Penelitian/Pengkajian Model Pengembangan Agroindustri Tepung Kasava Skala Kecil Menengah

45

2.13. DISEMINASI HASIL LITKAJI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN JARINGAN INFORMASI AGRIBISNIS DI JAWA TIMUR

47

2.13.1. Sistem Usaha Pertanian Perkotaan di Wonocolo Surabaya 47

2.13.2. Visitor Plot Jamur Tiram (Pleurotus Spp) dan Jamur Kuping (Auricularia Sp) Penambahan Lapisan Dinding dan Atap Kubung untuk Menurunkan Suhu dan Meningkatkan Kelembaban Ruang

48

2.13.3. Prospek Pengembangan Perbenihan Ikan Nila dengan Sistem Kolam Tertutup

49

Page 8: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

v

2.13.4. Unit Komersialisasi Teknologi. 49

2.14. PENGEMBANGAN DAN PENYEBARAN INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN MELELUI KEGIATAN PERTEMUAN DAN EXPOSE

50

2.14.1. Kegiatan Sosialisasi & EksposeTeknologi Unggulan BPTP Jawa Timur 4-6 Juni 2003

51

2.14.2. Temu Informasi Teknologi Pertanian 54

2.14.3. Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian 55

2.15. TEMATIK 55

2.15.1 Uji Galur Harapan dan Observasi Hasil Persilangan Beberapa Galur Melon“ Uji Hasil Calon Varietas Unggul Melon

55

2.15.2. Pengaruh Pupuk NPK Phonska Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah

57

2.15.3. Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Temulawak, Kunyit dan Kencur di Lahan Pekarangan

57

2.15.4. Uji Preferensi Kutu Daun Aphid (Macrochypum Rosae L) (Homoptera : Aphidiodae) Pada Beberapa Varietas Mawar

58

2.15.5. Reduksi Emisi Metana pada Lahan Sawah Tadah Hujan dengan Teknologi Pengolahan Tanah, Penggunaan

Varietas Padi, dan Bahan Organik.

59

2.15.6. Kajian Pertumbuhan Varietas Apel Calon Unggulan di Lokasi Sentra Produksi

60

2.15.7. Peluang dan Kendala Pengembangan Alat Tanam Benih Langsung Pada Usahatani Padi di Lahan Sawah Tambak Kabupaten Lamongan

61

2.15.8 Kajian Dampak Penyebaran Varietas Unggul Padi Kalimas dan Bondoyudo di Kabupaten Tuban

62

2.15.9. Pengkajian Aplikasi PHT Untuk Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Petani Kopi

63

Page 9: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

vi

III. MANAJEMEN BALAI 64

3.1. Struktur Organisasi 64

3.2. Manajemen 65

3.3. KETATA USAHAAN BALAI 66

3.3.1. KEPEGAWAIAN 66

3.3.1.1. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Golongan Kepangkatan

66

3.3.1.2. Tenaga Honorer Berdasarkan Jenjang Pendidikan 67

3.3.1.3. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Jabatan Fungsional 67

3.3.2. Rumah Tangga 68

3.3.2.1. Luas dan Pemanfaatan Lahan 68

3.3.2.2. Keadaan Bangunan dan Pemanfaatan 69

3.3.2.3. Sarana Mobilitas 70

3.3.2.4. Tambahan Peralatan Perkantoran 70

3.3.3. KEUANGAN 71

3.3.3.1. Sumberdana 71

3.3.3.2. Penetapan Anggaran 72

3.3.3.3. Pelaksanaan Anggaran 72

3.3.3.4. Realisasi Penerimaan PNBP

3.4. PELAYANAN TEKNIK 72

3.4.1. KEGIATAN INFORMASI 72

3.4.1.1. Penyebaran Informasi Hasil Penelitian/Pengkajian 73

3.4.1.2. Perpustakaan 74

3.4.1.3. Pameran/Ekspose 75

3.4.1.4. Kunjungan Tamu 76

3.4.1.5. Kursus/Latihan, Seminar di Dalam dan di Luar BPTP, Mahasiswa Praktek Kerja Lapang dan Penelitian

77

3.4.2. KEGIATAN KERJASAMA 82 3.4.3. Pengkajian Sistem Usaha Perkebunan Berbasis Kakao

Rakyat Berwawasan Agribisnis di Kabupaten Trenggalek dan Pacitan

87

3.4.4. Pengelolaan Agroekologi Pertanaman Kakao Rakyat

Terhadap Perkembangan Hama Helopeltis Spp 88

3.4.5. Peningkatan Mutu Buah Mangga Arumanis untuk Pasar

Swalayan/Toko Buah 89

Page 10: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

vii

3.4.6. Studi Potensi Pengembangan Industri Pakan dari Bahan Baku Lokal di Kabupaten Sumba Timur

90

3.4.7. Pengembangan Sistem Integrasi Terpadu Tebu-Ternak-

Industri Pakan Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PG.Jatitujuh

91

3.4.8. Pemetaan Kesuburan Tanah Lahan Sawah Dan Sistem

Produksi Padi Di Jawa Timur 92

3.4.9. Penelitian Komunitas Ikan pada Terumbu Buatan di

Perairan Pantai Sendang Biru, Malang 93

3.4.10. Studi Tentang Ekosistem Terumbu Karang di Perairan

Pantai Desa Gelung Kabupaten Situbondo (Jawa Timur 94

3.5. SARANA 95

3.5.1. Inventarisasi Barang dan Peralatan 98

3.5.2. Usulan Pengadaan Peralatan 99

3.5.3 Usulan Pengadaan Peralatan Laboratorium, Kebun Percobaan/Bengkel

100

3.5.5 Rencana Renovasi/Pembangunan Fasilitas 100

Page 11: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

1

BAB I

PENDAHULUAN

Program pengkajian BPTP Jawa Timur disusun atas dasar sumberdaya lahan

yang dominan ada di wilayah Jawa Timur. Sumberdaya lahan yang dominan tersebut

meliputi : lahan sawah irigasi, lahan kering dataran rendah dan dataran tinggi, lahan

perairan laut/pesisir serta darat dan lahan sawah tadah hujan. Disamping itu terdapat

program pengkajian yang bersifat lintas agroekologi (tematik) dan program diseminasi

informasi dan teknologi hasil pengkajian. Sistem usahatani yang dikembangkan dalam

setiap tipe sumberdaya tersebut berbasis komoditas unggulan dan bersifat lintas

komoditas atau lintas sub sektor. Sebagai konsekuensinya, pengkajian untuk

mendapatkan teknologi spesifik lokasi di masing-masing tipe lahan tersebut harus

dilakukan oleh Tim Peneliti yang bersifat lintas disiplin. Peta agroekologi wilayah Jawa

Timur yang telah disusun digunakan sebagai acuan dan dasar bagi tim peneliti untuk

melaksanakan pengkajian dan transfer teknologi kepada petani dan pengguna lainnya.

Untuk memudahkan pembaca mengikuti alur informasi yang disajikan, penyampaian

hasil pengkajian disusun sesuai dengan program tahun 2003, sesuai dengan RPTP

(Rencana Pengkajian Tim Peneliti), kegiatan dan sub kegiatan.

Pengembangan agribisnis komoditas unggulan wilayah harus berbasis pada

sumberdaya lokal yang tersedia serta didukung oleh inovasi dan teknologi yang

bersifat spesifik lokasi. Apabila hal tersebut dapat dilakukan secara ooptimal, maka

sistem dan usaha agribisnis yang dikembangkan memiliki daya saing yang tinggi dan

berkelanjutan. BPTP Jawa Timur sejak dibentuk tahun 1995 selalu berupaya

menghasilkan inovasi dan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi guna

mendukung pengembangan agribisnis di wilayah Jawa Timur

Laporan Tahunan ini menyajikan hasil-hasil pengkajian secara ringkas. Hasil

pengkajian secara utuh dan lengkap dapat dibaca pada terbitan lain berupa prosiding,

atau jurnal/bulletin yang juga diterbitkan oleh BPTP Jawa Timur. Materi lain yang

disajikan dalam Laporan Tahunan ini adalah berbagai hal yang menyangkut

manajemen Balai.

Page 12: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

2

BAB II

HASIL-HASIL PENGKAJIAN

2.1. KARAKTERISASI DAN ANALISA AGROEKOLOGI UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI JAWA TIMUR

2.1.1 Karakterisasi dan Analisis Zona Agroekologi Sumberdaya Pertanian di Tingkat Kabupaten Berbasis Sistem Informasi Geografis

BPTP mempunyai tugas dan fungsi untuk menyusun paket rakitan

teknologi spesifik lokasi. Informasi tentang karakter dan potensi sumberdaya

pertanian Jawa Timur perlu sebagai dasar dalam pengkajian dan penyusunan

paket teknologi. Sejak 1998 BPTP telah menyusun informasi karakter dan

potensi sumberdaya pertanian tersebut dalam bentuk peta zona agroekologi

(ZAE) yang dikemas melalui sistem informasi geografis (SIG). Sampai 2002 telah

tersusun peta ZAE untuk seluruh wilayah Jawa Timur pada skala tinjau dideliniasi

lebih lanjut untuk menentukan FSZ sebagai acuan pengkajian. Pada beberapa

kawasan (pantura dan kawasan selatan Kabupaten Lumajang) telah disusun

informasi dalam skala semi detail dan telah dilakukan analisa kesesuaian lahan di

wilayah Jawa Timur untuk + 53 komoditas pertanian. Selama ini telah terjadi

perubahan pola penggunaan lahan di wilayah Jawa Timur. Sejak 1998 660.000

ha hutan telah berubah fungsinya dan 10.661,5 lahan pertanian menjadi non

pertanian. Pangkalan data dalam format SIG disusun sebelum 1998 sehingga

perlu updating data agar tetap akurat mengikuti perkembangan perubahan

sumberdaya yang terjadi. Informasi digali dari hasil analisa citra satelit Landsat 7

ETM+ path/rows: 118/065 dan 118/066 (2 scene). Hasil pengkajian menunjukkan

bahwa citra satelit Landsat sebanyak 2 scene meliput pulau Madura, Gresik,

Lamongan, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Kediri, Tulungagung, Blitar,

Malang, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo dan Bondowoso.

Hasil updating menunjukkan zona I.ax2 di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep

diklaskan menjadi zona IV.ax. untuk Kabupaten Bangkalan dan zona VI untuk

Kabupaten Sumenep. Di kabupaten Gresik terlihat kawasan sawah 1 x tanam.

Zona III.bx2 dihilangkan dari peta zona agroekologi karena merupakan kawasan

Page 13: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

3

tidak dapat dinilai untuk pengembangan pertanian (lahar/pasir). Penyebaran

tambak lebih jelas dibanding hasil pengkajian terdahulu. Kesimpulan pengkajian

adalah updating pangkalan data yang ada menggunakan citra satelit Landsat

efektif memberikan informasi tentang tentang penggunaan lahan yang lebih rinci

(lengkap).

2.1.2. Kajian Status Hara P dan K Sebagai Dasar Penyusunan Rekomendasi Pemupukan P dan K Lahan Sawah di Jawa Timur (Areal P3T Jawa Timur)

Untuk mendapatkan data status hara P dan K sebagai dasar penentuan

rekomendasi pemupukan P dan K pada padi telah dilaksanakan penelitian status

hara P dan K di sebagian areal sentra produksi padi di Kabupaten Blitar,

Bojonegoro dan Madiun pada tahun 2003, areal tersebut merupakan wilayah

yang berdekatan dengan kegiatan P3T di Jawa Timur. Penelitian menggunakan

metode survey status hara P dan K yang diekstrak dengan HCl-25%, kemudian

pada masing-masing status hara dilakukan percobaan respon pemupukan P dan

K pada padi sebagai dasar penentuan rekomendasi pemupukan. Skala peta

yang dihasilkan adalah 1:50.000, satu contoh mewakili areal seluas + 25 ha.

Sebagian besar lahan sawah di areal P3T di Jawa Timur berstatus P

tinggi dan tidak dijumpain lahan sawah dengan status P rendah. Status P sedang

banyak dijumpai di Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun seluas 487 ha (25,3

%) dan di wilayah Wlingi seluas 1593 ha (21,6%), sedang di Bojonegoro dari dua

kecamatan Balen dan Purwosari hanya seluas 240 ha. Areal dengan status P

sedang umumnya dijumpai pada areal yang berdekatan dengan lahan kering,

atau pada lahan sawah tadah hujan.

Status K rendah dan sedang banyak dijumpai di Madiun, bahkan areal

sawah dengan status K rendah hanya dijumpai di Kecamatan Wonoasri

Kabupaten Madiun, dengan luas areal sekitar 580 ha (30,1%), dan status K

sedang sekitar 60,2% (1160 ha). Di Bojonegoro dan Blitar tidak dijumpai lahan

sawah dengan status K rendah, status K sedang di Bojonegoro sekitar 1375 ha di

dua lokasi Balen dan Purwosari, di wilayah Wlingi hanya 308 ha dari areal 7350

ha yang mempunyai status K sedang..

Page 14: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

4

Untuk mendapatkan hasil yang cukup tinggi pada tanah dengan status P sedang

dianjurkan memupuk sebesar 30 hingga 60 kg SP-36/ha yang mampu

menghasilkan gabah lebih dari 6,0 t/ha GKG. Dari percobaan lapang, pada lahan

dengan status P tinggi tidak perlu dilakukan pemupukan P, akan tetapi untuk

mempertahankan tingkat hasil yang tinggi masih perlu dipupuk P dengan dosis

dan saat pemberian yang perlu penelitian lebih lanjut. Pada tanah dengan status

K rendah pemberian 25 kg KCl/ha telah mampu meningkatkan hasil gabah secara

nyata, untuk menghasilkan gabah lebih dari 6,0 t/ha, pada tanah dengan status K

rendah dosis minimal adalah 50 kg KCl/ha. Untuk lahan sawah dengan status K

sedang dan tinggi, pertanaman padi tidak perlu dipupuk K, tetapi diusahakan

jerami padi dapat dikembalikan ke petakan sawah.

2.1.3. Model Analisis Data Agroklimat untuk Menekan Resiko Kegagalan Panen

Salah satu sumberdaya yang berpotensi untuk dikembangkan saat ini

adalah sumberdaya iklim. Terbatasnya pemahaman tentang iklim, analisis dan

interpretasi datanya, menjadikan sumberdaya ini seringkali luput dari perhatian.

Padahal apabila dikelola dengan baik, iklim dapat menjadi sumberdaya yang

sangat mendukung usaha pertanian, karena resiko akibat deraan iklim dapat

dihindari atau paling tidak dapat diminimasi. Kecukupan air selama masa

pertanaman menentukan potensi kehilangan hasil tanaman yang bersangkutan.

Tanaman membutuhkan air yang cukup selama masa pertumbuhannya.

Kekurangan air akan mengakibatkan reduksi transpirasi tanaman. Kondisi ini

berakibat pada penurunan hasil tanaman. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan

data iklim dan hidrologi serta meningkatkan kemampuan dalam analisis dan

interpretasi data agroklimat, maka pada tahun 2003 dilakukan pengamatan dan

database iklim serta analisis agroklimat dalam kaitannya untuk menekan

penurunan produksi. Luaran penelitian yang diharapkan adalah diperolehnya

rekomendasi penentuan masa tanam tanaman pertanian yang spesifik lokasi.

Penelitian dilakukan di Mojokerto dan Malang dengan kriteria bahwa lokasi terpilih

harus mempunyai stasiun iklim. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap,

yaitu (1) Pengelolaan Informasi dan Data Iklim, (2) Penyusunan Database

Page 15: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

5

Agroklimat, (3) Penyusunan Bulletin Agroklimat. Untuk menganalisis hubungan

iklim, tanah dan tanaman dilakukan dengan metode neraca air. Metode neraca

air digunakan untuk mengetahui kecukupan air untuk tanaman tertentu pada jenis

tanah tertentu dan lokasi tertentu. Kecukupan air selama masa pertanaman

menentukan potensi kehilangan hasil tanaman yang bersangkutan. Hasil

pengkajian menunjukkan bahwa saat tanam suatu komoditas di lokasi Ngantang

Malang dengan Mojosari, Mojokerto berbeda baik di lahan sawah maupun lahan

tegal, hal ini disebabkan oleh karakter iklim di lokasi tersebut berbeda.

Penentuan saat tanam yang kurang tepat akan mengakibatkan reduksi hasil

produksi berkisar 1-15 % dari hasil rataan produksi aktual di Mojosari dan 1-10%

di Ngantang untuk padi; 5-24 % di Mojosari dan 3 – 15 % di Ngantang (jagung);

5-30 % di Mojosari (kedelai); 10-48 % di Ngantang (kentang); 5-35 % di

Ngantang (bawang merah), dan 10-40 % untuk cabe di Ngantang

2.2. PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN MODEL USAHATANI TERPADU TANAMAN TERNAK DAN PADI UDANG WINDU DI LAHAN SAWAH IRIGASI

2.2.1. Pengkajian Pengelolaan Sistem Usahatani Terpadu Tanaman Pangan dan Ternak pada Lahan Sawah

Kegiatan pertanian lahan sawah di Jawa Timur didominasi oleh usahatani

padi dan kedelai dengan skala sempit dan dikelola secara perorangan,

menyebabkan peningkatan produktivitasnya menurun dan beragam serta secara

ekonomiskurang efisien sehingga daya saing hasil rendah. Oleh karena itu pada

tahun 2003 dilakukan pengkajian bekerja sama dengan Pemda Lumajang dengan

tujuan (a) mendapatkan alternatif teknologi pengelolaan tanaman terpadu –

ternak sapi di lahan sawah irigasi spesifik lokasi yang efektif dan efisien; (b)

mendapatkan alternatif model kelembagaan pengelolaan terpadu tanaman

pangan ternak sapi di lahan sawah irigasi spesifik lokasi. Pengkajian

dilaksanakan di 16 kelompok tani lahan sawah sehamparan seluas 5 ha di 16

kecamatan Kabupaten Lumajang. Masing-masing kelompok tani menerapkan

teknologi pengelolaan tanaman pangan terpadu secara partisipatif dan

mengusahakan 12 sapi induk yang dikelola di kandang kelompok. Sebagai

pembanding disetiap kelompok tani dilakukan uji penerapan rakitan teknologi

Page 16: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

6

pengelolaan tanaman padi spesifik lokasi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa :

(1) Penerapan pengelolaan tanaman padi terpadu secara partisipatif memberikan

hasil gabah kering panen 5,86 t/ha pada MKII dan 5,83 t/ha pada MH 2003/2004,

dapat meningkatkan daya saing padi di Kabupaten Lumajang yang ditunjukkan

oleh meningkatnya produktivitas 15,7 % dan keuntungan bersih 22,3 % serta

keunggulan kompetitif 11,6 %; (2) Apabila dalam pengelolaan tanaman

menggunakan teknologi anjuran, daya saing hasilnya masih dapat ditingkatkan

dibandingkan teknologi partisipatif, karena dapat meningkatkan produktivitas

13,59 % dan keuntungan bersih 16,98 % serta keunggulan kompetitif lebih tinggi

9,1 %; (3) Penerapan Sistem Integrasi Padi - Ternak oleh kelompok tani selama

4 bulan dapat memberikan nilai tambah, karena kebutuhan pupuk organik pada

lahan sawahnya dapat dicukupi dari hasil sendiri sebesar 56%, diperoleh anak

sapi yang ditunjukkan tingkat kebuntingan mencapai 81% dan kebutuhan pakan

sapi pada MKII dapat dicukupi dari limbah tanaman sebesar 80%; (4) Model

kooperatif farming dalam pemberdayaan kelompok tani, khususnya pengadaan

sarana produksi dan pemasaran hasil belum dapat diterapkan; dan (5) Untuk

dapat menerapkan model kooperatif farming diperlukan dukungan kredit untuk

pengadaaan sarana produksi secara korporasi dan kerja sama pemasaran hasil

dengan DOLOG menggunakan kredit ketahanan pangan

2.2.2. Pengkajian Senjang Hasil Padi pada Lahan Sawah Bermasalah

Jawa Timur merupakan salah satu sentra beras di Indonesia sehingga

produktivitas lahan sawahnya harus dipertahankan. Tetapi kenyataan dilapang

produktivitas padi sawah di Jawa Timur mempunyai keragaan yang tinggi baik

antar lokasi maupun antar musim. Pada akhir-akhir ini juga munculnya suatu

gejala stagnasi pertumbuhan disertai klorosis pada pertanaman padi Musim

Kemarau I, di beberapa daerah petani setempat menyebut gejala semacam ini

dengan naman asem-aseman. Kerugian akibat gejala ini diperkirakan cukup

besar mengingat pertumbuhan tanaman sangat tertekan (kerdil) dan proses

fotosintesa terhambat sehingga menyebabkan daun mengalami klorosis, pada

daerah yang serangannya berat padi menjadi puso. Tujuan penelitian adalah

Mendapatkan teknologi usahatani padi pada lahan sawah bermasalah untuk

Page 17: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

7

menanggulangi senjang hasil pada musim kemarau pertama. Penelitian

dilakukan di lahan petani yang terserang gejala asem-aseman di Kabupaten

Lumajang pada musim tanam ke dua atau MK I yaitu bulan Maret – Agustus

2003. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 7

perlakuan diulang 3 kali, dimana perlakuannya berupa penerapan beberapa

alternatif paket teknologi usahatani padi. Hasil dari pengkajian ini adalah

Pemberian pupuk ZnSO4 sebagai pupuk dasar dan disemprotkan ke daun

ternyata mampu mengurangi serangan asem-aseman. Pemberian pupuk ZnSO4

sebagai pupuk dasar dan disemprotkan ke daun ternyata mampu menghasilkan

produksi padi diatas 7 ton/ha. Penggunaan pupuk ZnSO4 sebagai pupuk dasar

dan pupuk ZA sebagai pupuk susulan sangat disarankan untuk digunakan pada

lahan yang menderita asem-aseman.2.1.2. Uji Multilokasi dan Uji Adaptasi Galur

Harapan Calon Varietas Unggul Padi

2.2.3. Pemupukan Fosfat, Kalium dan Bahan Organik Terhadap Padi Sawah di Lumajang

Untuk mengetahui respon pemupukan P, K dan bahan organik terhadap

peningkatan hasil gabah, telah dilakukan percobaan super imposed pemupukan

pada tanaman padi di beberapa lokasi yang mewakili status P dan K rendah,

sedang dan tinggi. Untuk percobaan pemupukan P dilakukan di Tempeh (status

P rendah), Tempursari dan Citrodiwangsan (status P sedang) dan di

Yosowilangun untuk status P tinggi, sedang untuk percobaan K dilaksanakan di

Citrodiwangsan (status K rendah), di Tempeh (status K sedang) dan di

Yosowilangun untuk status K yang tinggi. Dosis pupuk P dan K pada setiap

status hara adalah berbeda, sedang dosis pupuk organik adalah 10 t/ha (Tabel 1

dan 2). Varietas yang digunakan pada semua percobaan ini adalah Cibogo.

Pada tanah dengan status P rendah di Tempeh, pemupukan P

berbengaruh nyata terhadap peningkatan hasil gabah. Pengaruh P tampak nyata

baik terhadap pertumbuhan, jumlah anakan maupun terhadap hasil gabah. Rata-

rata hasil gabah yang dicapai di Tempeh adalah rendah, hal ini disebabkan pada

saat pelaksanaan percobaan mengalami kekeringan. Perlakuan kontrol (tanpa P)

hanya mampu menghasilkan gabah 1,79 t/ha, penambahan 15 kg SP-36/ha telah

Page 18: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

8

mampu meningkatkan hasil secara nyata sebesar 0,43 t/ha atau setara dengan

peningkatan hasil sebesar 23%, yakni dari 1,79 t/ha tanpa P menjadi 2,22 t/ha.

Peningkatan lebih lanjut menjadi 60 kg SP-36/ha masih diikuti oleh peningkatan

hasil yang berbeda nyata dibandingkan hasil gabah yang dipupuk 15 kg SP-

36/ha, dan menghasilkan gabah paling tinggi (2,98 t/ha) atau setara dengan

peningkatan hasil sebesar 66% dibandingkan hasil gabah tanpa pupuk P (Tabel

1).

Pemberian pupuk organik mempunyai pengaruh yang beragam terhadap

peningkatan hasil, umumnya dapat meningkatkankan hasil gabah di semua lokasi

percobaan, akan tetapi peningkatannya tidak berbeda nyata secara statistik. Di

Tempeh, suatu lokasi dengan status P rendah, pemberian 10000 kg pupuk

organik/ha mampu meningkatkan hasil gabah hingga 34%, sedang di Tempursari

dan Citrodiwangsan yang mempunyai status P sedang, pemberian pupuk organik

meningkatkan hasil gabah 2,25% hingga 11,1% (Tabel 1 dan 2). Sedang pada

tanah yang cukup subur di Yosowilangun, pemberian pupuk organik hanya

mampu meningkatkan hasil gabah sebesar 5,7% dibandingkan hasil gabah tanpa

pupuk organik.

Pada tanah dengan status P sedang, pemupukan P juga berpengaruh

terhadap peningkatan hasil gabah. Di Citrodiwangsan dan Tempursari,

pemberian 15 hingga 30 kg SP-36/ha belum mampu meningkatkan hasil, baru

pada pemupukan 60 kg SP-36/ha mampu meningkatkan hasil gabah secara

nyata sebesar 17,7% di Tempursari dan sebesar 20,3% di Lumajang

(Citrodiwangsan). Peningkatan dosis lebih lanjut menjadi 120 kg SP-36/ha

ternyata tidak diikuti oleh peningkatan hasil yang berbeda dibandingkan dengan

hasil gabah yang dipupuk 60 kg SP-36/ha (Tabel 1). Pada perlakuan yang telah

dipupuk 10 t/ha pupuk organik, pemupukan P tidak berpengaruh terhadap

peningkatan hasil gabah. Hal ini disebabkan dalam pupuk organik mengandung

hara P.

Pemupukan P dibarengi pemberian pupuk organik maupun tanpa pupuk

organik pada tanah dengan status P tinggi di Yosowilangun tidak berpengaruh

terhadap peningkatan hasil. Tanpa P mampu menghasilkan gabah 8,82 t/ha,

Page 19: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

9

pemberian 10 kg hingga 80 kg SP-36/ha tidak diikuti oleh peningkatan hasil yang

berbeda. Demikian pula pada perlakuan yang dibarengi dengan pemberian 10

t/ha pupuk organik, pemupukan P juga tidak berpengaruh terhadap peningkatan

hasil.

Pengaruh pemupukan K pada tanaman padi terjadi pada lokasi

percobaan dengan status K rendah, sedang pada status K sedang dan tinggi

pemupukan K tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil gabah. Di

Citrodiwangsan yang mewakili status K rendah, pemupukan 25 hingga 50 kg

KCl/ha tidak berpengaruh terhadap peningkatan hasil gabah, baru pada

pemupukan 100 kg KCl/ha mampu meningkatkan hasil gabah secara nyata

sebesar 24,1%, yakni dari 5,50 t/ha tanpa K menjadi 6,83 t/ha pada pemupukan

100 kg KCl/ha, peningkatan dosis lebih lanjut menjadi 200 kg KCl/ha tidak diikuti

oleh peningkatan hasil gabah yang berbeda nyata. Pada perlakuan pemberian

10000 kg bahan organik/ha, pemupukan K ternyata tidak berpengaruh terhadap

peningkatan hasil gabah pada tanah dengan status K rendah (Tabel 2). Pada

pemupukan 200 kg KCl/ha yang dibarengi dengan pemberian 10 t/ha bahan

organik mampu menghasilkan gabah tertinggi, yakni 7,33 t/ha, sedang tanpa

pupuk K dan tanpa bahan organik menghasilkan gabah terendah (5,50 t/ha).

Pada tanah dengan status K sedang dan tinggi, pemupukan K tidak

berpengaruh terhadap peningkatan hasil gabah. Pada tanah dengan status K

sedang di Tempeh, pemupukan K yang dibarengi dengan pemberian bahan

organik maupun tanpa bahan organik tidak meningkatkan hasil gabah secara

nyata. Tanpa pemupukan K menghasilkan gabah 3,27 t/ha, sedang rata-rata

hasil gabah yang dipupuk 20 kg hingga 160 kg KCl/ha adalah 3,44 t/ha, tidak

berbeda nyata dibanding hasil gabah tanpa pupuk K (Tabel 2). Demikian pula

pada tanah dengan status K tinggi di Yosowilangun, tanpa pupuk K menghasilkan

gabah 8,55 t/ha, sedang rata-rata hasil gabah yang dipupuk 20 kg hingga 160 kg

KCl/ha adalah 8,48 t/ha (Tabel 2).

Pada tanah dengan status P rendah, pemupukan P berpengaruh terhadap

peningkatan hasil gabah, dosis pupuk P yang dianjurkan adalah 100 kg SP-

36/ha. Pada tanah dengan status P sedang, dosis pupuk P yang dianjurkan

Page 20: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

10

adalah 60 kg SP-36/ha dan mampu meningkatkan hasil gabah 17 hingga 20 %.

Pada tanah dengan status P tinggi tidak respon terhadap pemupukan P. Tanah

dengan status K sedang dan tinggi, pemupukan K tidak respon pada padi. Pada

tanah dengan status K rendah, dosis pupuk K yang dianjurkan adalah 100 kg

KCl/ha dan mampu meningkatkan hasil hingga 24%. Pemberian bahan organik

pada musim pertama tidak berpengaruh terhadap peningkatan hasil gabah.

2.2.4. Pengkajian Pengendalian Hama Secara Terpadu pada Tanaman Kedelai Berbasis Pengendalian Hayati

Untuk menyelamatkan tanaman kedelai dari serangan hama penyakit

diperlukan teknologi pengelolaan yang efektif dan menguntungkan usahatani.

Percobaan dilakukan di lahan sawah dataran rendah milik petani pada MK. II

bulan Juni –Oktober 2003 di desa Yosowilangun Kabupaten Lumajang.

Menggunakan rancangan acak kelompok berpasangan dengan dua perlakuan

yaitu 1. PHT: Pemupukan berimbang rekomendasi BPTP, menggunakan mulsa

jerami, disemprot SlNPV, HaNPV, diinfestasi parasitoid Tricogramma bactre-

bactre . 2. Cara petani. Masing-masing perlakuan diulang lima kali. Pengendalian

ulat daun S. litura dengan agen hayati SlNPV pada perlakuan PHT dapat

menekan tingkat kerusakan daun sebesar 47,41% dibandingkan cara petani.

Pengendalian ulat buah H. armigera dengan agen hayati HaNPV kurang efektif.

Pengendalian ulat penggerek polong Etiella spp. dengan agen hayati T. bectrae-

bactrae dapat menekan tingkat serangan sebesar 9,94% dibandingkan cara

petani. Produksi kedelai dengan luas ubinan 2 m x 5 m pada perlakuan PHT

sebesar 2,15 kg, sedangkan cara petani hanya 1,64 kg. Berat kering brangkasan

ubinan 2 m x 5 m pada perlakuan PHT sebesar 1,18 kg dan cara petani sebesar

1,08 kg. Hasil analisa out put in put usaha tani kedelai dengan PHT

penerimaannya cukup tinggi yaitu sebesar Rp. 5.375.000,- dengan R/C dan B/C

ratio masing-masing 2.96 dan 1.97, sedangkan cara petani penerimaannya lebih

kecil yaitu sebesar Rp. 4.100.000,- dengan R/C dan B/C ratio masing-masing

3.17 dan 2.21, dengan demikian kedua cara ini semua menguntungkan

Page 21: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

11

2.2.5. Pengkajian Perbandingan Beberapa Cara Pemberian Brangkasan Kedelai untuk Sapi Potong

Tujuan pengkajian ini adalah untuk memperoleh cara menyajikan

brangkasan kedelai yang efektif dan efisien sebagai bagian dari ransum sapi

potong. Materi pengkajian adalah sapi PO betina dewasa dengan status

reproduksi tidak bunting dan kering sebanyak 12 ekor; terbagi secara acak

dengan pertimbangan besaran berat badan awal yang proposional kedalam 4

perlakuan dan masing – masing 3 ekor per perlakuan sebagai ulangan.

Perlakuan adalah (A/ kontrol ) : ransum basal + brangkasan kedelai tanpa

difermentasi, (B) : Perlakuan A + probiotik per oral, (C) : Ransum basal +

brangkasan kedelai fermentasi, dan (D) : Perlakuan C + probiotik per oral.

Digunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Ternak

sapi materi pengkajian ditempatkan dalam kandang kelompok bersekat secara

individu. Ransum basal berupa rumput lapangan = 13 – 15 kg/ ekor/ hari atau 45

% dari tingkat kebutuhan bahan kering ( BK) yang ditetapkan, dan dedak padi =

2,5 – 4,0 kg/ekor/hari atau 35 % dari tingkat kebutuhan BK yang ditetapkan.

Kekurangan kebutuhan BK dipenuhi dari brangkasan kedelai fermentasi atau

non-fermentasi. Pemberian probiotik per oral dicampur dengan dedak padi dan

dosisnya sesuai dengan petunjuk teknik pemberian probiotik yang digunakan (

Starbio ). Lama percobaan 10 hari prelium + 60 hari koleksi data. Data yang

diamati adalah pertambahan berat badan harian (PBBH), konsumsi ransum dan

konversi pakan ( KP ). Analisis data menggunakan analisis kovariansi dari RAL

dengan berat badan awal sapi sebagai kovarian. Hasil pengkajain menunjukkan :

adanya konsumsi probiotik per oral atau perlakuan fermentasi dapat

meningkatkan rata – rata konsumsi brangkasan kedelai secara nyata ( P < 0,05 )

dari 2,05 kg/ekor/hari menjadi 2,77 kg/ekor/hari, tetapi total konsumsinya ( dasar

BK ) masih kurang dari separo berat total BK ransum. Antara perlakuan terjadi iso

konsumsi BK, protein kasar ( PK ) maupun TDN. Rata – rata PBBH antara

perlakuan A, B, C dan D tidak saling berbeda nyata ( P > 0,05 ), secara berurutan

adalah 0,40 0,16 kg/ekor/hari; 0,57 0,18 kg/ekor/hari; 0,50 0,19 kg/ekor/hari;

dan 0,48 0,15 kg/ekor/hari. Demikian pula rata – rata KP ( dasar BK ) juga tidak

Page 22: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

12

berbeda nyata ( P > 0,05 ), secara keseluruhan, adalah 0,07 0,03 kg PBBH/kg

konsumsi BK. Kesimpulannya adalah perlakuan fermentasi brangkasan kedelai

dan pemberiannya dalam ransum disertai pemberian probiotik per oral tidak

efektif atas dasar parameter prestasi PBBH dan KP manakala proposi

brangkasan kedelai dalam ransum ( dasar BK ) kurang dari separo berat total BK

ransum.

2.2.6. Kajian Karakterisasi dan Potensi Wilayah Pengembangan Usahatani Terpadu Padi – Udang Windu di Sawah Irigasi

Udang windu merupakan salah satu andalan ekspor Jawa Timur dan

permintaan pasar akan udang masih terbuka lebar khususnya Jepang dan

Amerika Serikat. Hal ini membuka peluang untuk mengembangkan budidaya

udang baik di tambak maupun di sawah tambak. Tetapi karena usahatani udang

windu secara intensif banyak kendalanya maka budidaya udang windu di sawah

tambak berupa mina padi (padi – udang windu) menjadi alternatif pengembangan

udang windu. Dari hasil penelitian, udang windu telah berhasil dibudidayakan

pada lahan sawah tambak. Sedangkan di Kabupaten Lamongan masyarakat

telah mengembangkan budidaya padi – udang windu sejak kurang lebih 1 – 2

tahun terakhir pada lahan bonorowo. Untuk dapat berkembangnya usaha

budidaya padi - udang windu ada beberapa hal yang pelu diperhatikan , selain

aklimatisasi benih udang windu ada persyaratan khusus yang berpengaruh dalam

pemeliharaan udang windu diantaranya kualitas air, tanah dan teknologi

budidayanya. Oleh karena itu untuk lebih meningkatkan keberhasilan budidaya

padi dan udang windu perlu diidentifikasi mengenai karakteristik lahan baik itu

tanah maupun kualitas air dalam budidaya padi – udang windu di Jawa Timur.

Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari karakteristik dan

potensi pengembangan udang windu.di lahan sawah irigasi. Kegiatan dimulai

dengan identifikasi melalui survey di wilayah yang telah mengusahakan udang

windu pada sawah tambak di Jawa Timur. Waktu pengkajian mulai bulan

Pebruari hingga Desember 2003. Parameter yang dikumpulkan adalah : (1).

Karakteristik kualitas air meliputi pH, salinitas, kandungan amonia dan kandungan

hidrogen sulfat (H2S). (2) Karakteristik lahan, meliputi ketinggian dari permukaan

Page 23: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

13

laut, jenis tanah, kandungan hara tanah dan iklim; (3) Teknologi budidaya udang

windu petani setempat. Data dianalisis secara diskriptif untuk menyusun

kesesuaian pengembangan wilayah udang windu. Dari hasil survei diketahui

umumnya sawah tambak di daerah pantura Jawa Timur digunakan untuk

budidaya ikan bandeng, tombro, mujair, tawes dan udang windu baik dipelihara

secara monokultur maupun polykultur. Pola tanam di sawah tambak adalah ikan

– ikan – padi, yaitu pada musim hujan dan musim kemarau pertama (MK I)

dipelihara ikan dan pada musim kemarau kedua (MK II) sawah tambak ditanami

padi (Gambar 1). Baru pada 4 – 5 tahun terakhir ini pada tanaman padi

ditumpangsarikan dengan udang windu yang dikenal dengan pandu (Padi –

udang windu). Pada awalnya budidaya pandu (padi-udang windu)

dikembangkan petani tambak di kabupaten Lamongan kemudian berkembang di

kabupaten Gresik, Sidoarjo, Bangkalan dan Tuban sedangkan di kabupaten lain

seperti di Jombang dan Blitar pernah dicoba budidaya pandu tetapi ternyata tidak

dapat berhasil. Karakteristik air yang berpengaruh dalam budidaya pandu adalah

ketersedian air tawar yang cukup dan terus menerus, salinitas air yang berkisar 0

-4 o/oo dengan kandungan kation Na berkisar 54 – 165 ppm, kation K berkisar 11

– 19 ppm, dan EC berkisar 0,6 – 2,00 m mhos, oksigen terlarut 4 – 8 ppm, pH

air berkisar 7 – 8,5 dan kandungan zat beracun seperti NH4 < 0,1 ppm dan H2S <

0,1 ppm. Karakteristik tanahnya adalah ketinggian tempat 2 – 10 m dpl,

kemiringan lerengnya < 1%, bulan basah 4 – 5 bulan, bulan kering 7 – 8 bulan,

tektur tanah liat dengan perbandingan liat > 65%, debu > 20% dan pasir < 5%, pH

tanah 6,8 – 7,5, bahan organiknya berkisar 2,4 – 3,5%, salinitas tanahnya 0 – 3

o/oo . Potensi sawah tambak di Jawa Timur mencapai 31.982 ha yang tersebar di

kabupaten Lamongan, Gresik, Tuban, Sidoarjo, Lumajang, Jember, dan

Banyuwangi.

Page 24: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

14

2.3. PENGEMBANGAN MODEL USAHATANI TERPADU TANAMAN TERNAK DI LAHAN TADAH HUJAN.

2.3.1. Pengkajian Model Usahatani Terpadu Crop-Fish-Livestock System (CFLS) Berbasis Konservasi Air di Lahan Sawah Tadah Hujan

Lahan sawah tadah hujan mempunyai keterbatasan air, sehingga

produktivitas lahannya rendah. Untuk meningkatkan produktivitas lahan

diperlukan tindakan konservasi berupa pembuatan tandon air (embung) untuk

menampung limpasan air hujan dan digunakan mengairi tanaman musim

kemarau. Pada musim hujan, embung dapat difungsikan untuk memelihara ikan

sampai menjelang musim kemarau, sebelum airnya digunakan untuk mengairi

tanaman. Pertanaman jagung banyak ditanam pada musim kemarau dengan

tujuan untuk menghasilkan biji, bahkan dijumpai tanaman jagung hanya

dipelihara sampai pertumbuhan vegetatif untuk menghasilkan limbah (tebon)

pakan ternak sapi, karena pada musim kemarau mengalami kelangkaan pakan

ternak. Pengkajian dilaksanakan pada musim kemarau dengan perlakuan (Tabel

1), sebagai berikut :

Penanaman jagung secara rapat bertujuan menghasilkan jagung

muda, jagung pipilan dan biomas pakan ternak, yaitu pada umur 65 hari

tanaman jagung diperjarang secara berselang-seling untuk menghasilkan

jagung muda dan pakan ternak (tebon) dan sisanya dibiarkan sampai tua

untuk menghasilkan biji (Tabel 2). Budidaya jagung monokultur secara

rapat diperoleh total hasil setara jagung pipilan tertinggi yaitu 12,58 t/ha

(meningkat 211% terhadap cara petani) yang berasal dari hasil jagung

muda, pakan ternak (tebon) dan biji, sedangkan budidaya jagung

monokultur cara petani yang hanya menghasilkan biji diperoleh total hasil

setara jagung pipilan sebesar 4,05 t/ha. Tersedianya pakan ternak dari

biomas jagung di musim kemarau dapat meningkatkan ketersediaan

pakan harian secara berkelanjutan dan diharapkan kotoran ternaknya

digunakan sebagai pupuk kandang. Pemeliharaan ikan nila di karamba

dalam embung selama 60 hari kurang berhasil karena sekitar 50% ikan

Page 25: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

15

nila banyak yang mati/hilang serta pertumbuhannya lamban, sehingga

secara ekonomi belum menguntungkan

Tabel 1. Model Usahatani Terpadu Jagung dan Kedelai Berbasis Konservasi Air pada Musim Kemarau

No. Komponen

teknologi

Usahatani

Cara Petani

Usahatani Konservasi Air Secara Terpadu

Tumpangsari Jagung

dan Kedelai

Monokultur

Jagung

Monokultur Kedelai

1. Pengelolaan

lahan

Cara petani Minimum tillage Minimum tillage Minimum tillage

2. Varietas Jagung (C7) C-7 dan Wilis C-7 Wilis

3. Pemupukan Kebiasaan Jagung : 135 kgN+36

kgP2O5 +50 kg

K2O/ha

Kedelai :

2,5kg+36kgP2

O5+50 kg

K2O/ha 10 t/ha

Pukan :

135 kg N + 36 kg

P2O5 + 50 kg

K2O/ha

Pukan : 10 t/ha

22,5 kg+36 kg P2O5 +

50 kg K2O/ha

Pukan : 10 t/ha

4. Jarak tanam Cara petani Jagung: * 200 x 10cm/ 200 x

20 cm

Kedelai : 40 x 10 cm

75 x 10 cm / 75 x

20 cm

40 x 10 cm

5. Mulsa jerami - 5 t/ha 5 t/ha 5 t/ha

5. Pengairan

(Embung)

Semampunya

secara kocor

Sesuai kebutuhan

tanaman secara kocor

Sesuai kebutuhan

tanaman secara

kocor

Sesuai kebutuhan

tanaman secara kocor

6. Pemeliharaan

tanaman

Seadanya Optimal Optimal Optimal

7. Pemeliharaan

ikan di embung

- Karamba tancap 3 m x 2

m x 2 m, populasi 750

ekor nila (50 kg)

Karamba tancap 3 m

x 2m x 2 m, populasi

750 ekor nila (50 kg)

Karamba tancap 3 m

x 2 m x 2 m, populasi

750 ekor nila (50 kg)

8. Pakan ikan - Pakan tambahan ikan (2%

dari bobot ikan)

Pakan tambahan ikan

(2% dari bobot ikan)

Pakan tamba-han

ikan (2% bobot

ikan)

9. Panen - Biji

- Limbah pakan

ternak

- Biji

- Ikan

- Jagung muda

- Limbah pakan ternak

- Biji

- Ikan

- Jagung muda

- Limbah pakan

ternak

- Biji

- Ikan

- Limbah pakan ternak

Page 26: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

16

Tabel 2. Pertumbuhan serta hasil jagung (C-7) dan kedelai (Wilis) di Desa Lembor, Kec. Brondong, Kab. Lamongan, MKII 2003.

Variabel

Monokultur Tumpangsari Cara petani

Jagung/

Jg muda Kedelai

Jagung/ Jg

muda Kedelai Jagung

Tinggi tan. (cm) 107,80 27,45 97,40 31,80 61,20

Berat biomas (t/ha) :

- jagung muda

- jagung

- kedelai

24,67

21,61

-

-

-

3,01

6,25

7,29

-

-

-

2,49

-

9,67

-

Panjang jagung

muda (cm)

10,85 - 13,15 - -

Berat 100 biji kering (gr) 28 9,05 28,8 8,82 -

Berat (t/ha) :

- tongkol

- polong

3,81

-

-

3,12

1,41

-

-

2,35

-

-

Hasil (t/ha) :

- jagung muda

- biji

- total biomas

1,79

1,53

46,28

-

1,29

3,01

0,60

0,94

13,54

-

1,02

2,49

-

2,12

9,67

Total hasil setara jagung

pipilan (t/ha)

12,58 4,73 4,75 4,05

Nisbah total hasil thd

cara petani

(211%) (17%) (17%) -

Keterangan : - Harga jagung muda : Rp 1000,-/kg

- Harga jagung pipilan : Rp 1000,-/kg

- Harga kedelai biji : Rp 3200,-/kg

- Harga biomas jagung & kedelai : Rp 200,-/kg (pakan ternak)

2.3.2. Sistem Usahatani Konservasi Embung Menunjang Produktivitas Lahan di Musim Kemarau

Lahan sawah tadah hujan yang dicirikan oleh rendahnya bulan basah

merupakan sumberdaya lahan yang berpotensi setelah lahan sawah atau lahan

irigasi. Ketersediaan air yang hanya tergantung kepada curah hujan, kesuburan

tanah yang relatif rendah merupakan kendala bagi keberhasilan pengolaan usaha

taninya. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya produksi rendah karena

terjadinya kekeringan disaat tanaman sangat perlu air. Dengan sistem embung

sebagai tandon air untuk menangkap limpasan air hujan merupakan sarana air

yang multiguna bagi berbagai keperluan pertanian dan keperluan hidup petani

sehari-hari.

Page 27: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

17

Teknologi konservasi air embung pada musim kemarau antara lain

kebutuhan air dan cara pengairan pada beberapa komoditas belum banyak dikaji.

Pengkajian usahatani di musim kemarau dengan suplai air dari embung bertujuan

untuk meningkatkan produktivitas lahan dan menambah sumber pendapatan bagi

petani. Dengan menggunakan lokasi desa Lembor Kec. Brondong, Lamongan

dengan type agroekologi IV ay, pengkajian menggunakan 3 komoditas yang

relatif sedikit membutuhkan air yaitu kangkung darat varietas Chia Tai, jagung

hibrida C-7, dan semangka varietas Sun Flower (lurik hijau) dengan perlakuan

interval pemberian air (cara kocor) yaitu 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Dan dari

hasil percobaan dengan bentuk rancangan acak kelompok yang dilakukan dari

bulan Juni-Nopember tahun 2003 menunjukkan bahwa produksi yang tinggi untuk

budidaya kangkung (5,23 t/ha) dan jagung pipilan (1,29 t/ha) membutuhkan suplai

air embung sebanyak 300 cc interval 3 hari. Produksi semangka 93,45-4,20 t/ha

dengan penyiraman 3 sampai 7 hari sekali keutamaan dan air kurang mencukupi.

Tambahan hasil biomas dari tanaman jagung sebanyak 13,18 t/ha memberikan

manfaat sebagai makanan ternak

2.3.3. Pengkajian Usahatani Multistrata di Kawasan Selatan Jawa Timur

Masalah di Kawasan Selatan Jawa Timur (KSJT) adalah rendahnya

produktivitas lahan, kelangkaan pakan hijauan ternak di musim kemarau, dan

rendahnya bahan organik tanah. Salah satu alternatif untuk mengatasinya adalah

pengembangan sistem multistrata (SMS). Dalam SMS, tanaman terbagi menjadi

3 strata yaitu strata I terdiri dari tanaman pangan, rumput dan empon-empon;

strata II berupa leguminosa pohon, dan strata III berupa buah-buahan dan kayu-

kayuan. Penataan/tata letak tanaman diatur sebagai berikut: strata I ditanam

pada bidang olah lahan, sedangkan strata II dan III ditanam pada bagian pinggir

keliling lahan sebagai tanaman pagar. Pengkajian dilaksanakan pada musim

hujan 2003 di Desa Mojorejo, Kecamatan Wates Kabupaten Blitar dengan

melibatkan 5 orang petani kooperator pada areal seluas 2 hektar. Dari hasil uji

adaptasi tanaman pangan, diketahui bahwa ketiga varietas padi gogo yang

ditanam (Jatiluhur, Slegreng dan IR-64) memiliki daya adaptasi yang cukup baik

Page 28: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

18

dengan kondisi lahan kering dataran rendah di lokasi pengkajian. Produksi gabah

kering varietas Jatiluhur mencapai 5,5 ton/ha, Slegreng 4,5 ton/ha dan IR-64 2,5

ton/ha. Produksi jagung varietas Bisma mencapai 5,25 ton/ha, Bisi-2 6,5 ton/ha

dan Pioneer-7 sebesar 4,75 ton/ha. Jenis empon-empon yang diminati para

petani adalah kunyit putih, kencur, laos dan jahe, karena permintaan pasar cukup

tinggi. Tanaman rumput gajah, glirisidia, flemingia tingkat adaptasi dan produksi

hijauannya cukup tinggi dengan daya tumbuh rata-rata mencapai 90% dan

produksi hijauan sekitar 20 ton/ha/th. Secara keseluruhan, konstribusi terhadap

pendapatan petani diperoleh dari usahatani tanaman pangan sebesar 65%,

kemudian usaha ternak 23%, dan dari tanaman tahunan sebesar 12%.

2.3.4. Uji Adaptasi Tanaman Empon-Empon Pada Wanatani Pola Multistrata di Lahan Kering Dataran Rendah Kawasan Selatan Jawa Timur

Komoditi tumbuhan obat (agromedisin) sebagai komoditi bisnis merupakan

peluang yang sangat menjanjikan karena adanya kebutuhan masyarakat akan

produk natural medicine, health food, ataupun food suppelement yang berasal dari

tumbuhan obat meningkat. Tujuan pengkajian adalah melakukan uji adaptasi

tanaman empon-empon pada wanatani pola multistata di lahan kering untuk alih

teknologi dan meningkatkan pendapatan petani KSJT. Lokasi pengkajian di desa

Mojorejo, Kec. Wates, Blitar dan pengkajian dimulai pada musim hujan 2003/2004.

Pengkajian berbentuk adaftif dengan rancangan acak kelompok, yang menggunakan

3 petani sebagai ulangan. Jenis empon-empon yang dikaji adalah kunyit lokal,

lengkuas, kunyit putih, jahe dan kencur. Teknologi yang diuji adalah teknologi anjuran

(pupuk organik + pupuk buatan), teknologi organik (bokasi) dan teknologi petani.

Khusus untuk kunyit putih, kencur dan jahe karena petani belum pernah

membudidayakannya, maka teknik budidaya yang dikaji hanya teknologi anjuran dan

organik. Berdasar taksiran hasil dari kelima jenis empon-empon yang adaptif adalah

kunyit lokal, lengkuas, kunyit putih dan kencur. Kegagalan tanaman jahe disebabkan

terserang penyakit layu bakteri. Taksiran hasil per ha dari kelima jenis empon-empon

tertinggi pada teknologi anjuran yaitu untuk kunyit lokal 18.1 t/ha, lengkuas 18 t/ha,

kunyit putih 36,3 t/ha, jahe 2,6 t/ha dan kencur 5,9 t/ha. Pada teknologi organik hasil

Page 29: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

19

mencapai 60 -70 % dari hasil teknologi anjuran. Pada teknologi petani taksiran hasil

mencapai 9,3 t/ha untuk kunyit lokal dan 13,7 t/ha untuk lengkuas.

2.3.5. Uji Adaptasi Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Sistem Wanatani Lahan Kering Dataran Rendah

Pengkajian yang bertujuan untuk mendapatkan teknologi budidaya

tanaman pangan yang dapat meningkatkan produktivitas lahan, di sistem

wanatani lahan kering dataran rendah telah dilaksanakan di Ds. Mojorejo, Kec.

Wates, Blitar, pada musim hujan 2003/2004. Pengkajian berbentuk adaftif dengan

rancangan acak kelompok, yang menggunakan 3 petani sebagai ulangan.

Teknologi budidaya tanaman pangan yang diuji adalah teknologi anjuran,

kesepakatan dan petani. Teknologi budidaya anjuran dari padi gogo, jagung,

kacang tanah dan kacang hijau mengacu rakitan teknologi budidaya dari BPTP

Jawa Timur, teknologi kesepakatan merupakan teknologi persetujuan antara

petugas dengan petani dan teknologi petani setempat merupakan teknologi

kebiasaan petani tanpa campur tangan pihak petugas. Penanaman tanaman

pangan dilaksanakan 2 kali, dengan pola tanam menyesuaikan petani setempat

yaitu padi gogo dan jagung pada musim tanam I, dilanjutkan kacang tanah dan

kacang hijau pada musim tanam II. Perbedaan komponen budidaya pada ketiga

teknologi tersebut pada varietas; cara tanam; kebutuhan benih; macam, dosis

dan cara pemberian pupuk serta pengendalian hama penyakit. Petani

menggunakan varietas IR-64 untuk padi dan hibrida (Bisi 2 dan Pioner 11) untuk

jagung, sedangkan pada teknologi anjuran menggunakan varietas Jatiluhur untuk

padi dan Bisma untuk jagung. Pada penanaman padi gogo dan jagung, petani

hanya menggunakan pupuk ZA dan pupuk kandang dengan pengendalian hama

penyakit sekedarnya. Petani menanam padi gogo dengan cara disebar dan

larikan, sehingga membutuhkan benih yang lebih banyak dibanding dengan cara

penanaman ditugal. Hasil pengkajian pada musim tanam I menunjukkan bahwa

dari ketiga varietas padi gogo yang ditanam (Jatiluhur, Slegreng dan IR-64)

memerlukan waktu berkecambah yang sama yaitu sekitar 7 hst, umur berbunga

dan panen yang berbeda. Panen paling cepat pada IR-64 dan paling lambat pada

Jatiluhur. Pada jagung hibrida waktu berkecambah 7 hst, sedangkan pada Bisma

Page 30: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

20

tidak seragam yaitu 7 – 10 hst. Waktu berbunga dan panen jagung hibrida 5 hari

lebih cepat dibanding dengan Bisma. Perbedaan pertumbuhan dan hasil padi

gogo maupun jagung antar teknologi yang diuji di samping disebabkan oleh

perbedaan komponen budidaya yang digunakan juga oleh penggunaan varietas

yang berbeda. Hasil padi gogo tertinggi pada teknologi anjuran (var Jatiluhur)

dengan hasil gabah kering 2,2 kg/4m2, tetapi berhubung mempunyai keragaan

tanaman yang tinggi maka padi gogo tersebut kalau ada angin mudah rebah,

sedangkan terendah pada teknologi petani (var IR-64) dengan hasil gabah kering

1,0 kg/4m2. Hasil jagung tertinggi pada teknologi kesepakatan (var Bisi 2 dan

Pioner 11) dengan hasil biji kering 2,6 kg/4m2 dan terendah pada teknologi petani

(var Bisi 2 dan Pioner 11) dengan hasil biji kering 1,9 kg/4m2.

2.3.6 Pengembangan Model Usahatani Konservasi Kentang dan Kobis Secara Partisipatif di Lahan Kering Dataran Tinggi

Penanaman sayuran di lahan kering dataran tinggi umumnya lebih

diupayakan untuk peningkatan produksi, sehingga masalah konservasi seringkali

diabaikan, yaitu petani menanam sayuran pada guludan searah lereng .

Teknologi seperti itu menyebabkan erosi Perbaikan budidaya kentang dan kobis

dengan penanaman secara kontur, dan guludan miring 450 merupakan teknologi

yang efektif mengendalikan erosi maupun run off serta dapat meningkatkan

produktivitas lahan (M. Soleh, 2002), Namun teknologi tersebut masih perlu

dikembangkan agar lebih efektif dan efisien . Dalam rangka itu dilokasi yang

sama (Desa Argosari/1350 m, dpl, Kec. Senduro, Lumajang), pada kelerengan

33%, MH 2003, telah dilaksanakan pengkajian pengembangan model teknoogi

konservasi tersebut berupa penanaman kobis dan kentang pada (1) guludan

searah lereng tanpa strip tanaman , sebagai pembanding (2) guludan searah

lereng disertai strip tanaman pakan ternak (3) guludan searah kontur disertai strip

tanamn, (4) guludan miring 450 diertai strip tanamn, dan Pengkajian dilaksanakan

di lahan petani. Rancangan disusun secara RAK, dimana setiap perlakuan

diulang 3 kali. Diamati besarnya Erosi, hasil, respon petani. Hasil pengkajian

memperlihatkan tidak terdapat perbedaan pertumbuhan vegetatatif, maupun

serangan penyakit. Selama satu musim tanam jumlah curah hujan 867,00 mm.

Page 31: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

21

Pada kontrol terjadi run off sebesar 453,22 m3 dan erosi sebesar 14,02 t/ha.

Dengan gulud arah lereng disertai strip tanaman run off dapat ditekan 22,53%

dan erosi 22,60%, dengan gulud searah kontur disertai strip tanaman run off

ditekan sampai 33,89 dan erosi tertekan sampai 36,56%, sedangkan dengan

gulud miring 450 disertai strip kroping, run off dapat dikurangi sampai 25,82% dan

erosi 28,01%. Produksi kentang maupun Kobis tertinggi dicapai oleh penanaman

pada gulud miring 450 disertai strip tanaman. Dengan gulud miring 450 terjadi

kenaikan hasil sebesar 26,52 %, sedangkan pada gulud searah kontur disertai

strip tanaman terjadi peningkatan sebeesar 14,-03%. Besarnya hasil pada gulud

miring utamanya didukung oleh persentase bobot dan jumlah umbi besar yang

lebih dari yang lain. Kenaikan bobot kobis pada pola gulud miring disertai strip

tanaman mencapai 26,71%, sedangkan pada gulud kontur meningkat 16,77 %

daripada gulud arah lurus lereng. Ditinjau dari analisa ekonomi usahatani kentang

dan kobis baik pada semua model gulud layak dilakukan karena R/C rasionya

diatas satu (antara 1, 29 s/d 1,67), namun bila ditinjau dari berbagai keuntungan

lain baik materi maupun resiko erosi usahatani dengan pola gulud miring 450

disertai strip tanamn pakan ternak (rumput gajah) lebih layak dilaksanakan.

Produksi rumput gajah panen awal (t/ha) yang diperoleh masing masing dari strip

tanaman pada gulud searah lereng, searah kontur, dan miring 450 adalah 51,00

; 44,50 ; dan 28,50. Hasil sebesar itu memungkinkan petani dengan kepemilikan

lahan 1 ha untuk memelihara 2 ekor sapi perah dengan sumber pakan mengambil

dari kebun sendiri.

2.4. PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI PERIKANAN RAKYAT DENGAN MODEL DESA PANTAI DI JAWA TIMUR

2.4.1. Pengkajian Teknologi Usaha Budidaya Ikan dengan Sistem Keramba Jaring Apung (KJA) di Laut

Budidaya dengan sistem KJA sudah cukup dikenal di wilayah pengkajian

(Kab Situbondo), dan ikan yang paling banyak dibudidayakan adalah kerapu dari

berbagai jenis mulai yang paling murah sampai yang paling mahal. Berdasarkan

pengamatan terhadap teknologi budidaya yang diterapkan oleh masyarakat

setempat, terlihat masih adanya peluang perbaikan teknologi untuk meningkatkan

Page 32: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

22

efisiensi budiaya kerapu dengan sistem KJA antara lain adalah teknologi pakan.

Kerapu memang termasuk ikan buas yang memangsa ikan-ikan lainnya sehingga

pakan yang biasanya digunakan oleh pembudidaya kerapu sistem KJA adalah

cincangan ikan rucah segar. Namun, dari aspek nutrisi, ikan rucah saja belum

cukup sehingga diperlukan bahan tambahan lainnya untuk melengkapi kebutuhan

nutrisi kerapu agar bisa tumbuh dengan cepat dengan sintasan yang relatif tinggi.

Dalam pengkajian yang dilaksanakan pada tahun 2003 ini, kerapu diberi

pakan campuran yang terdiri dari ikan rucah (70%) dan kedele (30%). Kerapu

yang digunakan adalah kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan

ukuran 100-150 gram per-ekor dengan padat penebaran 50 ekor/m³. Pakan yang

diberikan sebanyak 7-9% dari bobot biomassa sekali sehari dan parameter yang

diamati antara lain pertumbuhan ikan, sintasan, berat total, produksi akhir, FCR

(Feed Conversion Ratio), kondisi perairan (salinitas, suhu dan pH) serta analisis

finansial/ekonomis. Pengamatan dilakukan sebulan sekali selama masa

pemeliharaan 4 bulan. Namun, karena terjadi badai yang merusak KJA,

pengamatan hanya bisa dilakukan sampai dengan bulan ke 3. Hasil pengamatan

pembesaran ikan kerapu dalam KJA ini memperlihatkan bahwa tingkat

pertumbuhan rata-rata harian (DGR) sampai bulan yang ketiga adalah 0,96% dan

rasio konversi pakan (FCR) 12,37 dengan daya kelangsungan hidup (SR)

sebesar 88,15%. Bila dibandingkan dengan teknologi modifikasi dan teknologi

nelayan, hasil yang dicapai sampai masa pemeliharaan 3 bulan ini memang

masih lebih rendah, namun, hasil analisis usaha (potensial) memperlihatkan

bahwa usaha pembesaran dengan pemberian pakan campuran ini memberikan

R/C ratio 1,50. Adopsi teknologi pengkajian oleh masyarakat diperkirakan akan

mampu menciptakan simpul-simpul agribisnis di sekitar lokasi pengkajian yang

diharapkan bisa meningkatkan perekonomian daerah.

2.4.2. Prospek Pengembangan Alat Pengering Mekanik dalam Mendukung Pengolahan Ikan Kering di Situbondo, Jawa Timur

Pengkajian pengeringan ikan asin dengan menggunakan alat pengering

mekanis dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah di daerah Situbondo

Page 33: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

23

akan bermanfaat dalam mendukung perkembangan pengolahan produk ikan asin

di lokasi tersebut. Uji coba dilakukan pada saat musim penghujan berlangsung

yaitu bulan Januari – Juli 2003 di daerah Bungatan dan Kilensari yang merupakan

sentra pengolahan ikan asin didaerah Situbondo. Model yang digunakan dalam

kajian ini adalah demo langsung pengoperaian alat pengering dengan melibatkan

nelayan pengolah yang ada di lokasi tersebut. Hasil pengkajian menunjukan

bahwa alat pengering mekanis dapat mengeringkan ikan basah sebanyak 200 kg

dalam waktu 10 jam. Dari hasil diskusi dengan nelayan pengolah dapat

disimpulkan bahwa penggunaan alat pengering mekanis secara teknis sangat

dibutuhkan, namun untuk pengadaan unit alatnya masyarakat terbentur pada

masalah permodalan. Untuk mendukung dan merangsang nelayan pengolah

agar dapat dan mampu menggunakan alat pengering mekanis diperlukan adanya

pengkajian lebih lanjut dengan fokus pada desain dan prototipe. Dengan

dilakukannya kajian lebih lanjut diharapkan akan diperoleh unit pengering

mekanis yang tepat guna, yaitu murah dari segi harga sehingga nelayan mampu

dalam pengadaan alat.

2.4.3. Studi Uji Konsumen Produk Ikan Asar di Malang Jawa Timur

Studi tentang prospek penerimaan produk olahan ikan asar oleh

masyarakat di daerah Malang telah dilakukan pada bulan Juni - Nopember 2002.

Dalam studi ini digunakan bahan baku jenis tongkol (cakalang). Sebagai

perlakuan adalah jenis bahan bakar yang digunakan untuk mengasar. Adapun

bahan bakar yang digunakan adalah : 1) tempurung yang ditambah dengan

serabut kelapa, 2) limbah kayu jati dan 3) kombinasi antara limbah kayu jati

ditambah dengan tempurung dan serabut kelapa. Pengamatan hasil uji

penerimaan konsumen terhadap produk olahan menunjukkan bahwa

konsumen/responden lebih menyukai produk ikan asar yang diolah dengan

bahan tempurung kelapa dicampur serabut kelapa (perlakuan 1), yang kemudian

diikuti dengan bahan bakar limbah kayu jati (perlakuan 2). Untuk perlakuan 1 dan

perlakuan produk olahan dapat diterima masyarakat dengan kategori biasa

sampai dengan suka. Sedangkan untuk produk dengan bahan bakar tempurung

Page 34: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

24

kelapa ditambah serabut yang dikombinasikan dengan limbah kayu jati kurang

diterima oleh panelis, dimana rata-rata penerimaan dengan kategori kurang suka

2.5. KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI JAWA TIMUR

2.5.1. Pengkajian Model Pengembangan Agribisnis Mangga

Salah satu masalah utama dalam pengembangan agribisnis mangga

Arumanis adalah rendahnya produksi dan mutu buah yang dihasilkan. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mencari model pengembangan dalam agribisnis

atau pengelolaan kebun dan pengolahan mangga Armanis spesifik lokasi.

Pengkajian dilakukan pada 100 pohon tanaman mangga Arumanis di desa

Lowayu, kecamatan Dukun, kabupaten Gresik, dengan melibatkan 10 petani

kooperator dalam kelompok tani “Taman Tani”. Petani kooperator diminta untuk

menerapkan pengelolaan kebun dan pengolahan mangga mutu rendah. Hasil

pengkajian menunjukkan bahwa petani kooperator dapat meningkatkan tanaman

mangga yang berbuah dari 71 % menjadi 87 %, produksi meningkat dari 5,54

kg/pohon menjadi 9,58 kg/pohon. Namun mutu buah masih rendah, yaitu hanya

sekitar 4,31 % (buah ukuran > 400 g) yang diterima oleh eksportir. Wanita tani

dapat menerima pengolahan jeli agar dengan karagenan, karena pengolahan

yang relatif mudah, singkat dan rasa dapat diterima oleh panelis. Penjualan

dengan cara digrade dan mengolah mangga mutu rendah menjadi jeli agar

sehingga dapat meningkatkan pendapatan dari Rp.3.150,-/pohon menjadi

Rp.8.010,-/pohon.

2.5.2. Pengkajian Sistem Usahatani (SUT) Mendukung Pengembangan Agribisnis Pisang

Hingga saat ini sebagian besar petani mengusahakan tanaman pisang

masih sebagai tanaman sela atau dalam skala sempit dengan bibit mutu rendah

dan teknologi budidaya sangat rendah. Pengembangan usahatani pisang dapat

dilakukan di lahan kering yang arealnya masih tersedia cukup luas. Untuk

mendukung keberhasilan pengembangan usahatani pisang tersebut, diperlukan

rakitan teknologi sistem usahatani pisang ambon kuning spesifik lokasi lahan

kering yang efisien. Untuk memperoleh rakitan tersebut dilakukan pengkajian di

Page 35: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

25

desa Olehsari kecamatan Glagah kecamatan Banyuwangi pada tahun 2002

hingga 2003 menggunakan “On Farm Research” melibatkan 4 petani kooperator

sebagai ulangan. Rancangan percobaan menggunakan petak berpasangan.

Untuk menanggulangi penyakit fusarium dilakukan penelitian super imposed

dengan perlakuan agensia hayati Trichoderma Sp, Penicillium Sp dan

Gliocladium Sp. Hasil pengkajian menunjukkan : Rakitan teknologi sistim

usahatani pisang ambon kuning di lahan kering dengan menerapkan input tinggi

(bibit dari kultur jaringan dan dosis pupuk optimal) pertumbuhan pisang ambon

kuning yang ditanam pada lahan kering hingga umur 9 bulan adalah yang terbaik

dengan menerapkan teknologi input tinggi dan diikuti oleh teknologi madya.

Produksi yang dicapai dengan menggunakan input tinggi memberikan nilai

penerimaan lebih tinggi 1,163 kali (116,3 %) dibanding input madya dan cara

petani 1,38 kali (138 %) Dari hasil wawancara petani disekitar lokasi pengkajian,

pengrajin pengolahan pisang ambon kuning adalah berupa kripik pisang ambon

kuning, sedangkan kegiatan pengrajin sale pisang berada diluar lokasi

pengkajian. Kriteria bahan baku untuk kripik adalah pisang dengan tingkat

kematangan 70 % dan untuk sale pisang adalah pisang dengan tingkat

kematangan 90 %. Pemasaran kripik pisang 100 % ke Gilimanuk sedangkan

sale pisang yang paling banyak dilakukan di Bali.

Tabel 1. Analisis Ekonomi Sistem Usahatani Pisang Ambon Kuning Umur 16 Bulan Di Lahan Kering Banyuwangi. Mh 2002-2003

No U r a i a n Input tinggi

(Rp 000 /ha) Input Madya (Rp 000 /ha)

Petani (Rp 000 /ha)

1 Biaya produksi

Usahatani pisang

Usahatani tanaman sela

Total biaya

17.146,0 14.355,0 31.501,0

15.218,0 6.780,0 21.998,0

13.014,1 1.560,0

14.574,1

2 Penerimaan

Usahatani pisang

Usahatani tanaman sela Total penerimaan

65.340,0 26.750,0 92.090,0

56.160,0 10.812,0 66.972,0

41.300,0 4.260,0

45.560,0

3 Pendapatan

Usahatani pisang

Usahatani tanaman sela Total penerimaan

48.194,0 12.395,0 60.689,0

40.942,0 4.032,0 44.974,0

28.285,9 2.700,0

30.985,9

4 B/c ratio 2,64 2,88

Keterangan : *). Perbandingan tambah penerimaan terhadap tambahan biaya dari input tinggi dengan input madya

*). Perbandingan tambah penerimaan terhadap tambahan biaya dari input madya dengan cara petani

Page 36: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

26

2.5.3. Kajian Pengembangan Agribisnis Kentang Dataran Medium

Pengkajian bertujuan untuk memperoleh umur panen kentang varietas

Atlantik yang ditanam di dataran medium sebagai bahan baku untuk olahan,

meningkatkan mutu dan pendapatan petani. Pengkajian dilaksanakan di lahan

petani di Sumberpucung-Malang dari bulan Januari 2003 sampai dengan

Desember 2003. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3

perlakuan dan 5 ulangan. Sebagai perlakuan adalah umur panen 60 hari setelah

tanam (HST), 70 HST dan 80 HST, sedangkan ulangannya terdiri dari 5 petani

kooperator. Parameter yang diamati, komponen agronomi (tinggi tanaman, jumlah

batang utama, produksi umbi dan jumlah umbi per tanaman), komponen pasca

panen (kadar pati, warna, tekstur, dan rasa), serta biaya dan pendapatan

usahatani. Hasil pengkajian menunjukkan : pertumbuhan tinggi tanaman

mencapai optimal umur 30 HST, umur panen 60 HST, 70 HST dan 80 HST

menghasilkan jumlah batang utama yang sama yaitu 6-7 batang. Produksi umbi

dan jumlah umbi/tanaman tidak berbeda pada umur panen 60 HST, 70 HST dan

80 HST. Untuk mencapai umur panen yang optimal sebagai bahan baku olahan

berupa kripik dengan kadar pati tinggi (33,706%) , tanaman kentang varietas

Atlantik yang ditanam di dataran medium sebaiknya dipanen umur 70 hst.

Demikian juga hasil uji organoleptik terhadap kentang atlantik dataran medium

yang dipanen umur 70 hst memberikan warna, kerenyahan dan rasa paling

disukai panelis. Nilai tambah produk yang diperoleh petani dengan mengolah

umbi kentang menjadi kripik mencapai Rp 3.375,-/kg bahan baku. Usahatani

kentang varietas Atlantik yang ditanam di dataran medium membutuhkan biaya

produksi Rp 29.843.500,-/ha dengan pendapatan Rp 38.681.500,-/ha serta

memberikan pemanfaatan modal usaha yang efisien (R/C ratio 2,30).

2.5.4. Kelimpahan Populasi Hama pada Kajian Teknik Produksi Bibit Kentang

Kentang komoditas sayuran bernilia ekonomi tinggi, harganya

stabil, dan sumber karbohidrat sebagai diversifikasi pangan. Permintaan

Jawa Timur terus meningkat setiap tahunnya. Kendala produksi adalah

Page 37: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

27

rendahnya kualitas bibit yang di tanam dan gangguan hama dan penyakit.

Pengkajian di laksanakan di Dusun Penampungan, Kecamatan Senduro,

Kabupaten Lumajang, mulai Juni hingga Nopember 2003. Perlakuan yang

di coba adalah membandingkan teknologi introduksi dengan teknologi

petani. Rancangan yang di gunakan petak berpasangan, ukuran plot 12 m

x 10 diulang sebanyak 3 kali. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa

perkembangan populasi hama secara umum sejalan dengan pertumbuhan

tanaman. Pada petakan introduksi perkembangan populasi hama lebih

rendah di bandingkan dengan petakan petani. Kelimpahan populasi hama

selama satu musim tanam relative masih rendah dan umumnya masih di

bawah ambang ekonomi yang telah ada. Kelimpahan terendah (0,12)

untuk P operculella dan tertinggi (2,18) untuk aphid.

2.6. PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DAN PEMBERDAYAAN WANITA DALAM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PEDESAAN

2.6.1. Pengkajian Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pengolahan Pangan Pedesaan

Tujuan pengkajian adalah mendapatkan model penumbuhan dan

pengembangan kawasan industri rumah tangga pengolahan marning jagung

gepeng, tiwul instant/komposit serta keripik tempe di kabupaten Kediri. Tahapan

yang akan dilakukan merupakan upaya-upaya penumbuhan dan pengembangan

kawasan industri pengolahan marning jagung gepeng, tiwul instant/komposit dan

keripik tempe di kabupaten Kediri, yang meliputi pemberdayaan wanita dalam hal

mengolah marning gepeng, tiwul instant/komposit serta keripik tempe. Kegiatan

pengkajian meliputi survei pendahuluan, uji teknologi di laboratorium, aplikasi

teknologi di tingkat perajin dan analisis mutu hasil. Pengamatan yang dilakukan

meliputi proses produksi, produktivitas dan beban tenaga kerja pria/wanita serta

mutu hasil olah. Dari hasil pengkajian telah diperoleh teknologi modifikasi BPTP

pengolahan marning gepeng dan keripik tempe yang renyah dan enak. Teknologi

yang disosialisasikan dan dilatihkan kepada perajin adalah teknologi modifikasi

Page 38: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

28

BPTP tersebut serta teknologi pengolahan tiwul instan (komposit) hasil

pengkajian BPTP sebelumnya. Beberapa perajin wanita di lokasi pengkajian telah

dapat menerapkan teknologi yang dilatihkan dengan hasil yang memuaskan.

Teknologi modifikasi marning gepeng telah diadopsi dan dikembangkan secara

komersial oleh seorang perajin wanita di lokasi pengkajian di desa Gabru

kecamatan Gurah kabupaten Kediri dengan produksi yang semakin meningkat,

dari 25 kg krecek/hari pada bulan September 2003 menjadi 70 – 80 kg/hari pada

bulan Januari 2004. Motivasi, semangat serta ketekunan perajin sangat

diperlukan dalam menjalankan usaha marning gepeng. Hal ini disebabkan karena

banyaknya titik-titik kritis dalam beberapa tahapan pengolahan yang harus

dikuasai perajin agar hasil marning gepeng mempunyai mutu yang memuaskan.

Pembuatan tiwul instan (komposit) telah disosialisasikan dan dilatihkan kepada

perajin di desa Junggo, kec. Mojo, kab. Kediri yang penduduknya mengkonsumsi

tiwul sebagai makanan pokok. Gaplek merupakan bentuk olahan sementara

sebelum diolah menjadi tiwul. Perajin wanita telah terampil dalam membuat tiwul

instan dan komposit dengan teknologi kesepakatan yaitu dari bahan baku gaplek

dengan hasil memuaskan. Teknologi modifikasi pengolahan keripik tempe yang

renyah dari BPTP telah disosialisasikan dan dilatihkan di desa Darungan, kec.

Pare, kab. Kediri. Terdapat beberapa perajin wanita yang telah terampil dalam

memproduksi keripik tempe tersebut dan berminat untuk memasarkannya ke kota

Kediri dan kota-kota lainnya, bersama-sama dengan produk kerupuk tempe yang

telah dipasarkan di pasar setempat. Pemanfaatan dan pembinaan Kelompok

Wanita dan Koperasi yang sudah ada perlu terus dilakukan dalam rangka

pengembangan agroindustri marning gepeng, tiwul instan (komposit) serta keripik

tempe di wilayah kabupaten Kediri, terutama dalam hal perbaikan kemasan dan

perluasan pasar. Model pengembangan agroindustri di ketiga lokasi pengkajian

akan dihasilkan pada pengkajian lanjutan dengan melibatkan perajin, kelompok

perajin wanita, aparat desa, dinas terkait serta para pelaku pasar.

2.6.2. Kajian Pengembangan Agroindustri Aneka Tepung di Pedesaan

Pengembangan aneka tepung di pedesaan dan pengolahan bahan

pangan lokal non beras menjadi produk olahan dapat meningkatkan ketrampilan,

Page 39: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

29

menambah pendapatan ekonomi keluarga dan meningkatkan nilai komoditas.

Pengkajian dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen BPTP Jawa Timur dan di

tiga lokasi yaitu di desa Kenongo, kecamatan Jabung, di desa Sumbermanjing

kulon, kecamatan Pagak, dan di desa Telogorejo, kecamatan Pagak, kabupaten

Malang, pada bulan Januari sampai dengan Desember 2003 dengan

menggunakan tiga kelompok tani masing-masing berjumlah 20 orang petani.

Pengkajian terdiri dari (1) teknologi perbaikan mutu tepung terdiri dari perbaikan

proses dan penambahan alat pengayak tepung. (2) inovasi dan sosialisasi terdiri

dari pembuatan produk olahan berupa kue kering dan kue basah sebanyak 13

macam, (3) studi preferensi konsumen terdiri dari mengevaluasi produk olahan

berdasarkan nilai skor dinyatakan dalam 5 (sangat suka); 4 (suka); 3 (cukup

suka); 2 (kurang suka); dan 1 (tidak suka) terhadap warna, tekstur, aroma, dan

rasa, dan (4) membuka peluang pasar yaitu memasarkan produk olahan di toko-

toko dan kios.

Pengkajian perbaikan mutu tepung menghasilkan kualitas yang lebih baik

yaitu tepung lebih putih dan halus, kadar air lebih rendah (10%), memiliki daya

simpan lebih lama (> 9 bln), hasil produk olahan lebih halus dan memiliki tampilan

menarik. Sosialisasi berupa pelatihan dan pembinaan pembuatan produk olahan

sebanyak 13 macam masakan berupa kue-kue kering dan kue basah dengan

perbandingan bahan baku antara tepung kasava, tepung terigu, tepung tapeoka

dan tepung maisena, pada ketiga kelompok wanita tani sangat antusias dan

respon yang sangat tinggi (Tabel 1 dan Tabel 2).

Tabel 1. Persentase perbandingan bahan baku kasava, terigu dan tapioka, pada produk olahan yang disosialisasikan di tiga kelompok tani, Malang, 2003

Jenis produk olahan Tepung kasava

(%) Tepung terigu

(%) Tepung tapeoka

(%)

Kue Kenari I 50 50 -

Kue Kenari II 60 40 -

Kue Kenari III 70 30 -

Kue Stik Asin I 62,5 37,5 -

Kue Stik Asin II 70 30 -

Kue Stik Asin III 80 20 -

Kue Bidaran Asin I 40 - 60

Kue Bidaran Asin II 50 - 50

Kue Bidaran Asin III 60 - 40

Kue Bolu Gulung Kukus 100 - -

Kue Tart Mini 100 - -

Page 40: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

30

Tabel 2. Persentase perbandingan bahan baku kasava dan maizena, pada produk olahan yang disosialisasikan tahap ke dua, Malang, 2003

Jenis produk olahan Tepung kasava

(%) Tepung maizena

(%)

Kue Sedap Rapuh 75 25

Kue Moka 100 -

Kue Semprit Coklat 100 -

Kue Kastengel 100 -

Kue Semprit Mentega 100 -

Kue Emping 100 -

Kue Butter Kokis 100 -

Hasil analisis statistik evaluasi produk olahan dari warga setempat

sejumlah 60 panelis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara produk

yang diuji dengan nilai skor rata-rata antara 3,200 - 4,133 yang dinyatakan dalam

cukup suka dan suka (Tabel 3).

Tabel 3. Angka rata-rata uji organoleptik terhadap warna, tekstur, aroma, dan rasa pada produk olahan.

Jenis Olahan No Nilai skor rata-rata uji Organoleptik

Warna Tekstur Aroma Rasa

Kue Bidaran 1 3.83 3.70 3.63 3.73 Kue Bidaran 2 3.93 3.40 3.26 3.56 Kue Bidaran 3 3.86 3.86 3.23 3.43 Kue Stik 4 3.70 3.33 3.56 3.63 Kue Stik 5 3.86 3.40 3.50 3.53 Kue Stik 6 3.76 3.70 3.60 3.76 Kue Kenari 7 3.86 3.33 3.60 3.46 Kue Kenari 8 3.86 3.73 3.43 3.63 Kue Kenari 9 3.80 3.63 3.20 3.66 Kue Bolu Gulung Kukus 10 3.96 3.96 3.66 3.80 Kue Tart Mini 11 4.13 3.90 3.83 3.96 BNT (0.05) - - - - CV (%) 8.23 9.24 7.50 10.33 Perlakuan tn tn tn tn

Memperkenalkan produk tepung kasava dan produk olahan kepada

masyarakat pelaksanaan masih terbatas pada sosialisasi, temu lapang, mengikuti

ekspose, pameran-pameran dengan menyebarkan lieflet, folder dan buku resep

masakan. Pemasaran produk olahan bahan baku tepung kasava berupa kue-kue

kering dan kerupuk telah dipasarkan di toko-toko, show room, kios-kios dan di

terminal agribisnis SPAAT Purwodadi Pasuruan, sedangkan produk gatot dan

Page 41: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

31

tiwul instant sudah dipasarkan sampai di beberapa kota di Jawa Timur (Malang,

Surabaya, Tuban dan Lamongan). Hasil produk yang dipasarkan masih

diupayakan perbaikan kemasan, label dan permohonan ijin Depkes RI.

2.7. KAJIAN PERBAIKAN SISTEM PERBENIHAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KOMODITAS UNGGULAN JAWA TIMUR.

2.7.1. Pengkajian Sistem Pebanyakan Benih Bs dan Galur Harapan Padi Unggulan Jawa Timur

Untuk mendapatkan benih BS padi guna mencukupi kebutuhan benih

sumber bagi BPTP Jawa Timur dan Dinas Instansi terkait, maka dilaksanakan

pengkajian sistem perbanyakan benih BS dan galur harapan padi seluas 0,6 ha,

di kebun percobaan Malang BPTP Jawa Timur, pada musim kemarau 2003 dan

musim penghujan 2003/2004. Varietas dan galur harapan yang duji adalah (1)

Bondoyudo, (2) Kalimas, (3) Cibogo, (4) Cempo Lulut, (5) Sidomuncul, dan (6)

Slegreng. Varietas Bondoyudo, Kalimas, dan Cibogo (Bogor C-3) adalah varietas

baru hasil pelepasan varietas baru oleh Dewan Pelepas Varietas Nasional atas

usul dari BPTP Jawa Timur pada tahun 2000 dan 2003, sedangkan varietas

Cempo Lulut, Sidomuncul, dan Slegreng adalah varietas lokal hasil seleksi BPTP

Jawa Timur tahun 2000 dan 2001. Varietas lokal Cempolulut berasal dari daerah

Malang, Sidomuncul berasal dari daerah Bondowoso, dan varietas lokal Slegreng

berasal dari daerah Pacitan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa tinggi

tanaman baik pada MK maupun MP paling tinggi dicapai oleh varietas

Cempolulut, jumlah malai/rumpun pada MK paling banyak dicapai oleh varietas

Kalimas, pada MP dicapai oleh varietas Slegreng. Jumlah gabah isi/malai paling

banyak dicapai pada MK oleh varietas Kalimas, dan pada MP dicapai oleh

varietas Slegreng. Produksi benih paling tinggi baik pada MK dan MP dicapai oleh

varietas Kalimas.

2.7.2. Karakterisasi Calon Varietas Unggul Kesemek, Sawo, Durian, dan Apokat Spesifik Lokasi Jawa Timur

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis buah-

buahan tropis Indonesia adalah tidak kontinyunya suplai buah, rendahnya

Page 42: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

32

kualitas buah, dan sedikitnya suplai buah berkualitas, serta tingginya harga buah-

buahan Indonesia. Hal ini akan menyebabkan rendahnya daya saing buah-

buahan Indonesia di luar negeri , bahkan di dalam negeri . Di antara

permasalahan tersebut , masalah produktivitas dan kualitas buah telah diketahui

dikendalikan oleh faktor genetik. Karenanya , pemuliaan buah-buahan tropis

perlu diutamakan pada karakter tersebut. Dukungan potensi alam dan potensi

plasma nutfah buah-buahan Indonesia sangat besar untuk pengembangan buah-

buahan tropis Indonesia menjadi komoditas unggulan. Dengan kekayaan plasma

nutfah tersebut , seharusnya Indonesia mempunyai cukup banyak varietas/klon

buah-buahan yang unggul. Salah satu kegiatan yang dapat mendukung

munculnya varietas unggul buah-buahan tropis di Jawa Timur antara lain

dengan cara mengidentifikasi dan mengkarakterisasi calon varietas unggul buah-

buahan spesifik lokasi Jawa Timur serta menentukan calon pohon induk

tunggalnya untuk pengembangan lebih lanjut dan mengajukan usulan pemutihan

varietas. Hal ini dilakukan secara bertahap pada pengkajian inventarisasi ragam

kultivar hortikultura unggulan Jawa Timur yang dilakukan mulai tahun 2002.

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa durian asal Ngantang yaitu durian Depok

dan Tarum merupakan unggulan dari Ngantang-Malang yang saat ini mulai

dilakukan perbanyakan bibitnya secara klonal baik melalui sambung mini maupun

top working yang dilakukan pada tanaman dewasa. Selain itu juga dibentuk

kebun induk durian in situ dengan melibatkan petani setempat . Karakterisasi

varietas kesemek di kabupaten Malang memperoleh calon varietas unggul

kesemek varietas Junggo (Batu) yang mempunyai kualitas buah leih baik

dibandingkan kesemek varietas Tirtoyudo dan lebih disukai oleh konsumen luar

negeri seperti Singapura karena buah lebih besar dan rasa lebih renyah.

Demikian juga dengan calon varietas unggul sawo asal Pare-Kediri yang

memiliki rasa buah sangat manis, tidak terasa berpasir dan rasa buah renyah

(tidak lembek). Sedangkan di daerah Junrejo-Batu diperoleh berbagai variabilitas

apokat yang memiliki kualitas buah unggul yang perlu pengembangan lebih

lanjut.

Page 43: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

33

2.8. PENGKAJIAN ADOPSI DAN DAMPAK TEKNOLOGI SISTEM USAHA PERTANIAN SERTA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ASLI PEDESAAN

2.8.1. Kajian Adopsi dan Dampak Teknologi Teknologi Unggulan BPTP Jawa Timur

Kajian adopsi dan dampak teknologi unggulan BPTP Jawa Timur yang

dikaji meliputi teknologi ; (1) efisiensi penggunaan input pada sistem usahatani

padi, (2) pengelolaan tanaman terpadu pada usahatani padi, (3) padi – udang

windu (Pandu), (4) alat tabur benih langsung (Atabela) pada usahatani padi dan

(5) penyebaran varietas unggul padi (Bondoyudo dan Kalimas). Lokasi

pengkajian adopsi dan dampak teknologi ini adalah wilayah yang pernah

dilakukan kegiatan pengkajian dari teknologi unggulan tersebut, kecuali

penyebaran varietas unggul padi. Pengkajian ini menggunakan metode survei

yang dilakukan pada bulan Juli – September 2003. Kajian ini bertujuan (1)

diperolehnya informasi tingkat adopsi dan difusi teknologi unggulan BPTP Jawa

Timur dan (2) diperolehnya informasi dampak kegiatan pengkajian teknologi

unggulan terhadap jumlah petani adopter, luas areal, produktivitas dan

pendapatan usahatani. Hasil kajian adopsi dan dampak teknologi adalah sebagai

berikut ;

1. Efisiensi Penggunaan Input Pada Sistem Usahatani Padi

Teknologi anjuran yang telah diadopsi oleh petani peserta di kabupaten

tersebut sekitar 64 % (Lumajang) dan 44 % (Probolinggo). Sedangkan teknologi

anjuran yang terdifusi oleh petani non peserta mencapai 39 % (Lumajang) dan

24 % (Probolinggo). Diantara keempat komponen teknologi anjuran, yang terdiri

dari (1) penggunaan varietas unggul baru dan umur bibit yang ditanam, (2) jumlah

bibit per-rumpum dan cara tanam, (3) penggunaan bahan organik serta (4)

pemupukan rasional, ternyata penggunaan bahan organik yang paling tinggi

diadopsi oleh petani peserta di Lumajang, sedangkan di Probolinggo adalah

penggunaan varietas unggul baru. Tingkat difusi yang tertinggi di Lumajang

terdapat pada penggunaan bahan organik, sedangkan di Probolinggo adalah

jumlah bibit per-rumpun dan cara tanam. Jumlah petani adopter petani peserta

dan petani non peserta untuk kabupaten Lumajang pada musim hujan 2002/2203

Page 44: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

34

cukup banyak, yaitu 3.278 orang dengan areal dampak 885 ha. Sedangkan di

Probolinggo jumlah adopternya hanya 667 orang dengan areal dampak 403 ha.

Pada musim tersebut dampak produksi padi di Lumajang cukup tinggi, yaitu

mencapai 4.428 kw GKP (Rp 531 juta) dengan dampak bersih Rp 462 juta,

sedangkan di Probolinggo 806 kw GKP (Rp 96 juta) dengan nilai dampak bersih

Rp 27 juta.

2. Pengelolaan Tanaman Terpadu Pada Usahatani Padi Sawah

Teknologi anjuran yang telah diadopsi oleh petani peserta di kabupaten

tersebut sekitar 64 % (Malang) dan 67 % (Blitar). Sedangkan teknologi anjuran yang

terdifusi oleh petani non peserta mencapai 32 % (Malang) dan 31 % (Blitar).

Diantara keempat komponen teknologi anjuran, yang terdiri dari (1) penggunaan

varietas unggul baru dan umur bibit yang ditanam, (2) jumlah bibit per-rumpum dan

cara tanam, (3) penggunaan bahan organik serta (4) pemupukan rasional, ternyata

jumlah bibit per-rumpun yang paling tinggi diadopsi oleh petani peserta di Malang,

sedangkan di Blitar adalah penggunaan bahan organik. Tingkat difusi yang tertinggi

di Malang terdapat pada penggunaan bahan organik, sedangkan di Blitar adalah

jumlah bibit per-rumpun dan cara tanam. Jumlah petani adopter petani peserta dan

petani non peserta untuk kabupaten Malang pada musim hujan 2002/2203 mencapai

230 orang dengan areal dampak 86 ha. Sedangkan di Blitar jumlah adopternya

cukup banyak yaitu mencapai 903 orang dengan areal dampak 363 ha.. Selama

musim tersebut dampak produksi padi di Malang baru mencapai 608 kw GKP (Rp 72

juta) dengan dampak bersih - Rp 41 juta, sedangkan di Blitar mencapai 1.306 kw

GKP (Rp 156 juta) dengan dampak bersih Rp 42 juta. Pengkajian PTT di Malang

dalam musim hujan 2002/2003 belum memberikan dampak secara komersial,

sebaliknya di Blitar sudah memberikan dampak komersial. 3. Padi Udang-Windu

Teknologi anjuran yang telah diadopsi oleh petani peserta di kabupaten

tersebut sekitar 31 %. Sedangkan teknologi anjuran yang terdifusi oleh petani non

peserta mencapai 14 %. Rakitan teknologi yang dianjurkan pada saat dilakukan

pengkajian Pandu, terdiri dari empat komponen, yaitu (1) pengolahan tanah dan

ukuran caren, (2) cara tanam padi dan benih udang windu, (3) pemupukan rasional

serta (4) pengendalian hama penyakit dengan pestisida nabati dan pengaturan

Page 45: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

35

ketinggian air. Dari keempat komponen teknologi anjuran tersebut, ternyata

pengolahan tanah dan ukuran caren yang banyak diadopsi oleh petani peserta, yaitu

masing-masing 6 %. Dari empat komponen teknologi anjuran, tingkat difusi yang

tertinggi terdapat pada 4 %. Jumlah petani adopter petani peserta dan petani non

peserta pada musim kemarau 2003 mencapai 382 orang dengan areal dampak 301

ha. Selama musim tersebut tersebut, dampak produksi padi mencapai 1.509 kw GKP

(Rp 181 juta), udang windu 120 kw (Rp 442 juta) dengan dampak bersih Rp 478

juta.

4. Alat Tabur Benih Langsung

Penggunaan Atabela di sawah tambak di kecamatan Glagah merupakan

dampak dari pengkajian SUTPA I tahun 1997/1998 yang dilakukan di kecamatan

Kedungpring, Lamongan. Teknologi Atabela ini pada tahun 1999 telah diadopsi

oleh petani sawah tambak di kecamatan tersebut sebanyak 15 orang seluas 11

ha dan pada tahun berikutnya jumlah petani adopter berserta luasnnya semakin

meningkat. Jumlah petani adopter pada musim kemarau 2003 sebanyak 551

orang dengan luas areal dampak 413 ha. Dalam musim tersebut dampak

produksi padi mencapai 5.603 kw GKP (Rp 672 juta), udang windu 64 kw (Rp

226 juta) dan bandeng 107 kw (Rp 43 juta) dengan dampak bersih Rp 941 juta.

Disamping itu juga teknologi Atabela pada musim tersebut telah berdampak pada

penghematan biaya produksi sebesar Rp 171 juta.

5. Varietas Unggul Padi Varietas Kalimas dan Bondoyudo

Pada saat ini varietas padi Kalimas dan Bodoyudo telah tersebar di

beberapa wilayah di Jawa Timur. Penyebaran yang terluas terdapat di

kabupaten Tuban, yaitu pada musim hujan 2002/2003 seluas 1.538 ha

(Kalimas) dan 1.718 ha (Bondoyudo). Kedua varietas tersebut telah

diadopsi oleh petani sebanyak 3.076 orang (Kalimas) dan 3.436 orang

(Bondoyudo). Pada musim tersebut dampak produksi padi varietas

Kalimas mencapai 11.227 kw GKP dan Bondoyudo 5.998 kw GKP dengan

dampak bersih Rp 1,3 milyard (Kalimas) dan Rp 1,8 milyard

(Bondoyudo).

Page 46: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

36

2.9. UJI MULTI LOKASI DAN PAKET TEKNOLOGI UNGGULAN BALIT KOMODITAS (JARINGAN LITKAJI)

2.9.1. Pemuliaan Padi Secara Partisipatif

Selama tahun 2003, BPTP Jawa Timur melaksanakan 5 kegiatan, yakni

seleksi material pedigree di KP Mojosari sebanyak 419 galur, terpilih 1,194

rumpun, sebagian dilanjutkan dalam kegiatan seleksi observasi di Mojosari pada

tahun 2003 dan sebagian yang lain dilaksanakan di KP. Genteng dan KP.Ngale

pada tahun 2004. Selain itu pada tahun 2003 di seleksi pula material uji daya

hasil pendahuluan di KP.Ngale, KP.Mojosari, dan KP.Genteng. Kegiatan seleksi

pedigree dan observasi ini menggunakan petak tanpa ulangan 5 m x 1 m, per

galur dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm, 1 tanaman/lubang. Kegiatan pedigree

dilakukan seleksi per rumpun, sedang seleksi observasi dilakukan seleksi per

petak. Hasil seleksi observasi di KP. Mojosari pada MK-2003 di peroleh 39 galur

yang akan dlanjutkan pada uji daya hasil pendahuluan pada MT 2004. Untuk uji

daya hasil di rancang dengan acak kelompok, ulangannya sesuai dengan jumlah

galur yang di uji. Uji daya hasil pendahuluan (DHP) yang dilaksanakan di Mojosari

di peroleh 28 galur yang dilanjutkan dalam uji daya hasil lanjutan (DHL) pada MK-

2003 menghasilkan 14 galur untuk diuji multilokasi yang akan datang sedang

UDL dari Genteng (29 galur) terpilih 10 galur dan di Ngale dari 20 galur terpilih 4

galur yang akan di uji dalam uji multilokasi. Uji multilokasi selama 2 tahun (MT

2002 dan 2003), didapat 5 galur harapan yang stabil yang rencananya di lepas

tahun 2004.

2.9.2. Galur Harapan Calon Varietas Unggul Padi Sawah

Luas tanaman padi di Jawa Timur sekitar 1,7 juta ha dengan keragaan

lahan yang cukup bervariasi, antara lain lahan kering, lahan asem-aseman, lahan

tambak dan lahan-lahan endemik hama atau penyakit utama. Luas lahan semakin

berkurang karena beralih fungsi, sedang jumlah penduduk terus bertambah.

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil adalah penggunaan varietas unggul

baru baik unggul Nasional maupun spesifik lokasi.Penggunaan varietas unggul

spesifik lokasi menguntungkan karena dapat mengurangi resiko kegagalan tanpa

melakukan tambahan biaya dan aktivitas. Uji multi lokasi merupakan kegiatan

Page 47: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

37

lanjut dari metode seleksi yang berasal dari persilangan sebelum dilakukan

usulan pelepasan. Sedangkan Uji adaptasi bertujuan untuk menginformasikan

dan menyebar luaskan varietas-varietas unggul baru yang telah dilepas kepada

petani agar dapat memilih sendiri varietas yang sesuai dengan seleranya. Uji

multi lokasi dilaksanakan di delapan Kabupaten yaitu : Malang, Nganjuk,

Bojonegoro, Banyuwangi, Jombang, Madiun, Magetan dan Lumajang,.

Sedangkan uji adaptasi dilakukan di Malang dan Bojonegoro. Percobaan

menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Galur- galur yang

diuji pada UML sebanyak tujuh galur dari hasil UDHP 2001 dan lima galur dari

UML 2002 sebagai pembanding adalah Ir 64, Membramo dan Cibogo. Hasil

percobaan menunjukkan bahwa galur BP 50f adaptif dilingkungan spesifik lahan

asem-aseman lumajang dengan hasil 7,11 ton/ha kadar air 18 % dengan

pembanding membramo 5,87 t/ha kadar air 18 %. Hasil rata-rata di delapan

lokasi masing-masing berurutan dicapai galur S3382-13 A (7,81 t/ha), S4814-2A

(7,66 ton/ha), S3459-7A (7,53 ton/ha) dan BP1072-24C (7,50 ton/ha) lebih tinggi

dari pembanding Cibogo (7,00 ton/ha), Membramo (6,54 ton/ha) dan Ir 64 (6,18

ton/ha). Galur-galur S3382-13 A, S4814-2A, S3459-7A, BP1072-24C dan BP154-

18B perlu diuji lebih lanjut pada musim yang berbeda dan berpeluang untuk

dilepas. Varietas Gilirang (11,80 ton/ha kadar air 15,7%)sangat adaptif

dilingkungan spesifik Bojonegoro (11,80 ton/ha) lebih tinggi dari pembanding

cibogo (10,00 ton/ha kadar air 16%).Varietas Gilirang juga adaptif di lokasi

Malang (10,87 ton/ha kadar air 16,5 %) tidak berbeda dengan pembanding

membramo (11,30 ton/ha kadar air 16,5 %).

2.9.3. Kajian Teknik Produksi Perbenihan Kentang Dataran Tinggi

Benih kentang merupakan masalah utama dalam usahatani kentang.

Propinsi Jawa Timur mempunyai potensi penyediaan kentang untuk memenuhi

kebutuhan Nasional yang terus meningkat. Hasil pengkajian teknik perbenihan

tingkat petani di Sumber Brantas dengan modifikasi jarak tanam dan asal benih

mampu meningkatkan jumlah umbi benih dengan R/C ratio 2.66 (Korlina et al.,

2001). Pengkajian bertujuan untuk memperoleh rakitan teknologi perbenihan

kentang yang mampu meningkatkan produksi umbi benih. Keluaran yang

Page 48: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

38

diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedianya rakitan teknologi perbenihan

kentang dengan kualitas dan kuantitas yang optimum dan terjangkau oleh petani.

Manfaat yang diharapkan adalah petani produsen benih dapat menyediakan

benih/ umbi kentang secara tepat waktu. Pengkajian dilaksanakan di desa

Argosari, kec. Senduro, kab. Lumajang dari Januari sampai Desember 2003.

Pengkajian terbagi atas dua kegiatan Kegiatan (1) Rakitan teknologi produksi

perbenihan kentang dataran tinggi, Rancangan yang digunakan adalah Acak

Kelompok, 3 macam rakitan teknologi A,B,C (Tabel 1), dengan 3 ulangan.

Kegiatan (2) Penelitian Super Imposed: Kajian media tumbuh untuk perbanyakan

tunas kentang secara in vitro. Kajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok,

dengan 4 macam media tumbuh sebagai perlakuan diulang 6 kali. Bahan tanam

menggunakan tunas pucuk (shoot tip) dari umbi bibit kentang varietas Granola

kembang (G3).

Pengamatan meliputi komponen vegetatif dan produksi. Data keadaan

sosial ekonomi petani setempat dikumpulkan dengan metode wawancara dan

data sekunder. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kondisi kesuburan lahan di

lokasi pengkajian berdasarkan hasil analisa tanah termasuk lahan dengan

kesuburan sedang. Luas penanaman kentang di kecamatan Senduro, kabupaten

Lumajang menempati urutan ketiga setelah bawang daun dan kubis. Persentase

tumbuh umbi benih dari ke tiga rakitan teknologi mencapai 100%. Pada umur 1

dan 1½bulan setelah tanam 2 rakitan teknologi (A dan B) menunjukkan

pertumbuhan vegetatif yang lebih baik yaitu tanaman lebih tinggi dengan kanopi

lebih lebar secara nyata dibandingkan rakitan teknologi C, namun jumlah cabang

utama tidak berbeda nyata. Kelimpahan hama relatif rendah, tetapi persentase

serangan layu bakteri pada rakitan teknologi B relatif lebih tinggi saat pertunasan.

Rakitan teknologi B mampu menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan komponen

produksi yang lebih tinggi dari rakitan teknologi A dan C. Rakitan teknologi B

menghasilkan 0,83 kg umbi /rumpun , 79.31% umbi benih dengan R/C ratio 3.15

sedangkan rakitan teknologi A menghasilkan 0.57 kg umbi /rumpun, 67.47 %

umbi benih dengan R/C ratio 1.28 dan rakitan teknologi C menghasilkan 0.37 kg

umbi /rumpun, 76.01% umbi benih dengan R/C ratio 0.78.

Page 49: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

39

Hasil Super Imposed menunjukkan bahwa pola pertumbuhan eksplan

kentang secara in vitro dari keempat macam media tumbuh mulai meningkat

umur 2 minggu setelah tanam dan masih terus meningkat sampai pengamatan

umur 10 minggu setelah tanam. Pertumbuhan tinggi tunas yang dihasilkan dari

media tumbuh C (MS + 1.5 mg/l GA3) lebih cepat dan mempunyai pola yang

hampir sama dengan tinggi tunas yang dihasilkan dari media tumbuh B (MS +

0.01 mg/l IAA + 1.0 mg/l BA). Sedangkan pola pertumbuhan tinggi tunas dari

media A (MS + 0.5 mg/l NAA) hampir sama dengan pola pertumbuhan tinggi

tunas dari media D (MS). Pertumbuhan dan pemanjangan tunas dari perlakuan

eksplan pada media B (MS + 0.01 mg/l IAA + 1.0 mg/l BA) dan C (MS + 1.5 mg/l

GA3) lebih baik dan memacu pertumbuhan tunas tercepat. Komposisi media C

(MS + 1.5 mg/l GA3) meningkatkan pembentukan tunas, jml. ruas yang terbentuk

45 ruas per eksplan selama 60 hari pengkulturan, sedangkan media B (MS +

0.01 mg/l IAA + 1.0 mg/l BA) juga mampu menghasilkan umbi mikro setelah dua

kali sub kultur.

Page 50: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

40

Tabel 1. Susunan Rakitan Teknologi Perbenihan Kentang Uraian Rak, Teknologi A Rak, Teknologi B Rak, Teknologi C

1. Varietas Granola kembang Granola kembang Granola

2. Asal Bibit G3 Asal kultur jaringan G3 Asal kultur jaringan Umbi konsumsi dibelah 2, Dicelup lar. Fungisida + . semen

Dari petani

3. Peng. Lahan Tanah diolah sedalam 20 – 40 cm dibiarkan selama 1 - -2 minggu diratakan, dibuatat garitan-garitan dengan jarak 80 cm, pada garitan diberikan pukan.

Tanah diolah sedalam 20 – 40 cm dibiarkan selama 1-2 minggu diratakan, dibuatat garitan-garitan dengan jarak 80 cm

Tanah diolah sedalam 20 – 40 cm dibuatat garitan-garitan dengan jarak 70 cm

4. Jarak tanam 80 cm x 15 cm 70 cm x 25 cm 80 cm x 25 cm

5. Pemupukan/ha Pupuk kandang : 20 ton ZA : 500 kg KCl : 200 kg SP-36 : 300 kg Dolomit : 500 kg

Bokashi : 4 t/ha ZA : 500 kg/ha NPK : 1.000 kg/ha

Pukan : 10 ton Urea : 300 kg KCl : 200 kg SP-36 : 300 kg

6. Aplikasi Pupuk

Pukan: satu kali, 1minggu sebelum tanam ZA,SP36 dan KCl: dua kali, saat tanam dan 30 hari setelah tanam

Bokashi : satu kali, 1 2 minggu sebelum tanam ZA dan NPK diberikan : dua kali, saat tanam dan 30 hari setelah tanam

Pupuk kandang diberikan 1 mgg sbl.tanam, Urea,SP36 dan KCl:dua kali, saat tanam dan 30 hari setelah tanam

7. Pengairan Dilakukan saat tanam dan setelah pemupukan dengan cara disiram (disesuaikan dengan cuaca dan kebutuhan)

Dilakukan saat tanam dan setelah pemupuk an dengancara disiram (disesuaikan dengan cuaca dan kebutuhan)

Tanpa pengairan

8. Pengendalian H/P Macam Obat

Supracide, Dithane M-45, Ridomil, Antracol, Trigard dan perang kap hama

Supracide, Dithane M-45, Ridomil, Antracol, Trigard dan perang kap hama

Supracide, Dithane M-45, Ridomil, Antracol,

9. Takaran& Aplikasi Obat

Sesuai dosis anjuran Sesuai dosis anjuran Sesuai dosis anjuran

10. Penyiangan/ pengendalian gulma

Disesuaikandengan kea- daan gulma

Disesuaikandengan kea- daan gulma

Disesuaikan dengan keadaan gulma

11. Pembumbunan/ pengguludan

2kali: 3 dan 6 mst tinggi guld.40-50cm

4 kali : saat tanam dan 2,4, 6 dan 8 mst

1 kali pembumbunan

12. Panen Tanaman dipanen setelah daun menua dan berwarna kekuningan sekitar 120 hst

Tanaman dipanen setelah daun menua dan berwarna kekuningan sekitar 100 hst

Tanaman dipanen setelah daun menua dan berwarna Kekuningan.

2.10. ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI JAWA TIMUR

2.10.1. Indikator Pelaksanaan Pertanian di Jawa Timur

Keberhasilan pembagunan sektor pertanian tidak bisa dilepaskan dari

faktor kebijakan yang mendukungnya. Dalam rangka mendukung kebijakan

pembangunan pertanian yang efektif, efisien dan berkelanjutan diperlukan suatu

indikator baku yang dapat digunakan untuk evaluasi terhadap kinerja

pembangunan yang sedang berjalan dan hasilnya dapat dipakai sebagai bahan

Page 51: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

41

masukan untuk langkah antisipatif bagi penentuan kebijakan pada masa

selanjutnya. Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi kinerja dan prospek

pembangunan pertanian di Jawa Timur, dimana hasilnya diharapkan dapat

dipergunakan sebagai bahan masukan untuk menyusun kebijakan pembangunan

pertanian untuk masa selanjutnya.

Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan studi pustaka melalui

penelaahan data sekunder yang diperoleh dari instansi teknis terkait. Analisis

data dilakukan secara deskriptif berdasarkan angka dan tren pertumbuhannya.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pembangunan pertanian

selama masa pemulihan ekonomi menunjukkan pertumbuhan positif

dengan tingkat pertumbuhan rendah. Beberapa indikator yang

mendukung pertumbuhan sektor pertanian antara lain : (1) Pertumbuhan

ekonomi (PDRB) positif kecil (< 5% per tahun) dan relatif stabil, (2)

Pertumbuhan penyaluran kredit positif tinggi (>10% per tahun) tetapi

persentasenya terhadap total kredit kecil, (3) Ketersediaan pangan

meningkat dengan tingkat pertumbuhan rendah, (4) Nilai tukar petani

meningkat dengan tingkat pertumbuhan rendah dan agak fluktuatif, dan (5)

Jumlah penduduk miskin mengarah pada pertumbuhan negatif dengan

tingkat pertumbuhan rendah. Pada masa mendatang, sub sektor

perkebunan dan perikanan mempunyai peluang yang besar untuk

meningkatkan kontribusinya bagi pertumbuhan sektor pertanian. Peluang

sub sektor tanaman pangan dan peternakan untuk memberikan kontribusi

yang lebih besar terhadap pertumbuhan pertanian pada tahun mendatang

relatif berat.Dalam rangka memacu pertumbuhan sektor pertanian,

disamping peningkatan produktivitas, mutu hasil dan kualitas SDM juga

diperlukan dukungan kebijakan yang menyangkut penataan dan pemetaan

lahan pertanian, pemasaran dan harga, serta investasi dan kredit.

Page 52: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

42

2.10.2. Kelayakan Harga Susu di Tingkat Peternak Tahun 2003 di Jawa Timur

Tujuan pengkajian ini adalah mendiskripsikan kondisi aktual harga susu

layak tingkat peternak di sentra usahaternak sapi perah di Jawa Timur, dan

merumuskan faktor yang menyebabkan harga susu layak tingkat peternak tidak

adaptif dengan harga susu segar yang berlaku di pangsa pasar utama di Jawa

Timur. Pengkajian ini adalah penelitian deskriptif di usahaternak sapi perah di

Jawa Timur pada 2 periode musim, yakni pertama pada akhir musim hujan – awal

musim kemarau ( Mei-Juni 2003 ) dan kedua pada akhir musim kemarau – awal

musim hujan ( Nopember – Desember 2003 ) yang dilaksanakan dengan cara

survai di beberapa sentra usahaternak sapi perah di Jawa Timur. Responden

yang telah digunakan pada periode I sebanyak 156 peternak sapi perah dengan

350 ekor sapi laktasi; terbagi dalam strata Altitude, Tingkat kemapanan koperasi

persusuan primer dan Skala usaha. Sedang periode II sebanyak 153 peternak

dengan 484 ekor sapi laktasi; terbagi dalam strata persentase jumlah sapi laktasi

per unit kandang. Data primer diperoleh dengan cara wawancara menggunakan

kuisioner dan observasi langsung. Hasil pengkajian menunjukkan, bahwa rata –

rata harga susu layak tingkat peternak di Jawa Timur pada periode I dan II,

secara berurutan, adalah Rp. 2.083,- Rp. 796,- / liter, dan Rp. 2.290,- Rp.

975,- / liter. Harga susu layak tingkat peternak tidak dipengaruhi secara nyata

oleh faktor altitude lokasi usaha dan skala usaha ( 1 – 10 ekor ), tetapi faktor

status kemapanan koperasi persusuan berpengaruh nyata ( P < 0,05 ). Harga

susu layak tingkat peternak pada usahaternak sapi perah berlokasi di wilayah

kerja koperasi yang sudah mapan lebih tinggi daripada di koperasi baru

berkembang. Faktor kualitas sapi dan tingkat bulan laktasi berpengaruh nyata ( P

< 0,05 ) terhadap harga susu layak per individu sapi di tingkat peternak.

Usahaternak sapi perah dengan persentase jumlah sapi laktasi lebih tinggi dari

65 % ( Optimal ) mempunyai harga susu layak tingkat peternak lebih rendah

daripada kurang dari 65 % ( Non-optimal ), yaitu Rp. 1.880,- 613,-/ liter vs Rp.

3.080,- 1.061,-/ liter. Tingginya jumlah unit usahaternak sapi perah dalam

kondisi Non-optimal menyebabkan tingginya harga susu layak tingkat peternak di

Page 53: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

43

Jawa Timur. Kesimpulan pengkajian ini adalah bahwa pada tahun 2003 di Jawa

Timur harga susu layak tingkat peternak belum adaptif terhadap harga susu

segar yang berlaku di pangsa pasar utama, tetapi masih terdapat peluang untuk

menekannya hingga dapat beradaptasi dengan harga susu yang berlaku.

Implikasi kebijakan yang disarankan terutama ditekankan pada pelaksanaan

program – program yang dapat memperbaiki efisiensi tatalaksana usahaternak

sapi perah yang ada ( existing condition ) di Jawa Timur.

2.11. PENELITIAN DAN PENGKAJIAN PENGELOLAAN TERPADU TANAMAN JERUK SEHAT DI KABUPATEN PONOROGO

2.11.1. Peningkatan Ketrampilan Petani dan Petugas untuk Pengelolaan Tanaman Terpadu Jeruk

Keberhasilan budidaya jeruk antara lain ditentukan oleh pengelolaan kebun

yang terencana dengan baik. Untuk mewujudkan hal tersebut serta mendukung

program pengembangan jeruk di Indonesia harus diupayakan adanya tambahan

wawasan bagi petani dan petugas lapang dalam bentuk pelatihan yang mengikuti

konsep “Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat” /PTKJS. Pelatihan bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan petani dan petugas dalam

mengelola kebun jeruk sehat, serta meningkatkan kerjasama antar kelompok tani

pengelola kebun jeruk.

Pelatihan diselenggarakan di Balai Desa Paringan, kecamatan Jenangan,

kabupaten Ponorogo pada tanggal 14 – 17 Oktober 2003. Metode pelatihan

adalah ceramah dan praktek di lapang dengan materi: a) Dinamika Kelompok dan

Pembinaan Kelompok tani, b) Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat c)

Rencana Tindak Lanjut setelah pelatihan. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa

peserta sangat antusias dalam mengikuti latihan dan memperoleh tambahan

pengetahuan antara lain tentang dinamika kelompok dan pengelolaan kebun

jeruk sehat. Petani dan petugas lebih mampu mengidentifikasi hama dan

penyakit serta defisiensi dan keracunan hara dibandingkan sebelum diadakannya

latihan. Peserta mampu membuat rencana tindak lanjut pelatihan yang akan

dipraktekkan di lokasi masing-masing sesuai peran sertanya. Rencana tersebut

antara lain tentang peningkatan kelembagaan kelompok, sosialisasi pengelolaan

Page 54: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

44

terpadu kebun jeruk sehat, dan konsultan klinik jeruk bagi yang sudah dilatih

PTKJS.

2.11.2. Identifikasi Permasalahan Jeruk dan Inisiasi Kelembagaan (Rural Producers Organization)

Untuk mendukung keberhasilan sistem pengelolaan jeruk haruslah

mengacu pada Pengelolaan Terpadu Tanaman Jeruk – PTT Jeruk atau dikenal

dengan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat. Tujuan kegiatan pengkajian

adalah memformulasikan permasalahan agribisnis jeruk di kabupaten Ponorogo,

alternatif solusi permasalahan melalui peningkatan pengetahuan dan

ketrampilan petani tentang usahatani jeruk serta membangun demoplot dan

klinik agribisnis. Luaran yang diharapkan adalah formulasi permasalahan riel

agribisnis jeruk di kabupaten Ponorogo, meningkatnya pengetahuan dan

ketrampilan petani tentang usahatani jeruk serta pengawalan teknologi dan

terbentuknya demoplot. Penelitian pemahaman permasalahan riel dan keadaan

secara menyeluruh situasi sistem agribisnis jeruk dilakukan melalui pendekatan

pemahaman pedesaan secara cepat (Partisipatory Rural Appraissal-PRA),

dilakukan bersama dengan Loka Penelitian Jeruk dan Tanaman Subtropis

Tlekung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pertanaman jeruk keprok

Pulung dan Siem di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2003 mencapai 1.082.045

pohon, 6,49% (70.266 pohon) telah berproduksi sebanyak 912,5 ton.

Pertanaman jeruk yang ada sebagian besar dikembangkan pada wilayah sesuai

bersyarat dengan faktor pembatas kesuburan tanah dan keterbatasan air.

Permasalahan agribisnis jeruk di Jawa Timur khususnya di daerah

pengembangan jeruk Siem di kecamatan Jenangan kabupaten Ponorogo adalah

rendahnya mutu bibit (bibit tidak berlabel) umumnya didatangkan dari daerah

Purworejo Jawa Tengah dan Tulungagung, serta sebagian dari penangkar bibit

lokal di daerah kecamatan Sooko Ponorogo. Kurangnya pengetahuan dan

ketrampilan petani tentang budidaya jeruk secara benar meliputi pengaturan

jarak tanam (terlalu rapat 2 m x 2 m, 1,5 m x 2,5 m), lubang tanam dibuat

seadanya (sedalam ukuran cangkul + 30 cm), pemupukan sebatas pada ZA

Page 55: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

45

dan SP-36 dengan dosis yang cukup rendah, belum memahami jenis serangan

penyakit dan cara pengendaliannya yang efektif dari diplodia, corticium yang

dominan menyerang tanaman jeruk petani, sanitasi kebun kurang diperhatikan

ditunjukkan dengan banyaknya buah jeruk yang rontok akibat terserang kepik

hijau dan lalat buah dibiarkan begitu saja di sekitar tanaman. Hampir sebagian

besar petani tidak melakukan pemangkasan ranting-ranting tanaman jeruk. Dari

aspek pemasaran, petani mengalami kesulitan, terutama pada saat panen raya,

para tengkulak berperan dominan menentukan harga jeruk dengan cara mereka

tidak melakukan transaksi pembelian di saat harga jeruk tinggi, akibatnya petani

tidak memanen buah bahkan sering dijumpai buah jeruk over ripe di pohon.

Permasalahannya petani menjual hasil panen sendiri-sendiri tidak melalui

kelompok. Kelompok tani jeruk di daerah kecamatan Jenangan belum terbentuk.

Lembaga perkreditan di daerah ini masih belum menyentuh untuk usahatani

jeruk, umumnya kredit dimanfaatkan untuk usaha peracangan atau kredit

candak kulak.

Salah satu pemecahan permasalahan dalam agribisnis jeruk tersebut

adalah dengan pelatihan bagi para petani jeruk dan petugas penyuluh dari daerah

sekitar lokasi pengkajian, disamping itu mengikutsertakan 1 orang petugas

penyuluh dan petani dari daerah sentra produksi jeruk Siem di Jawa Timur,

meliputi Banyuwangi, Jember, Lumajang, dan Tulungagung.

2.12. LITKAJI PENGEMBANGAN MODEL AGROINDUSTRI PENGOLAHAN TEPUNG KASAVA SKALA KECIL MENENGAH

2.12.1. Penelitian/Pengkajian Model Pengembangan Agroindustri Tepung Kasava Skala Kecil Menengah

Ubikayu segar mempunyai sifat menempati ruangan yang besar, mudah

rusak karena kadar airnya tinggi, kandungan gizinya rendah. Pada saat panen

raya di beberapa daerah sentra produksi harganya sangat murah. Pada

umumnya petani melakukan penyimpanan dalam bentuk gaplek, namun karena

proses pengolahananya kadang kurang sempurna sehingga dalam waktu yang

singkat, kurang lebih tiga sampai enam bulan sudah mulai muncul hama.

Permasalahan tersebut dapat dikurangi dengan mengubah ubikayu sebar

Page 56: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

46

menjadi kering dalam bentuk chip, sawut, pati/tapioka atau menjadi tepung

kasava, sebagai produk setengah jadi. Tepung kasava mempunyai sifat hemat

ruangan, tahan dalam penyimpanan dan mudah diolah menjadi aneka produk

sebagai subsittusi atau bahan baku, tergantung jenis produk olahannya.

Diversifikasi hasil olahan ubikayu diharapkan mampu memberikan nilai tambah

dan nilai gizinya sebagai bahan pangan lokal di pedesaan. Tepung kasava

merupakan produk setengah jadi yang mempunyai sifat daya simpan lebih

panjang dan luwes untuk dijadikan berbagai macam olahan.Penelitian/pengkajian

bertujuan untuk mendapatkan karakterisasi dan evaluasi tepung kasava dan

tepung lainnya, mencari model pengembangan agroindustri tepung kasava dan

produk olahannya. Penelitian/pengkajian dilakukan pada tahun 2003, di

kabupaten Tulungagung dan Magetan, masing-masing dengan melibatkan KUD

Argomulyo, Kecamatan Tanggunggunung-Tulungagung dan kelompok tani Sri

Rejeki, Desa Kraton, Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan. Masing-masing

kelompok tani melakukan kegiatan mengolah ubikayu menjadi bentuk sawut

kemudian dibuat menjadi tepung kasava dan melakukan pengolahan tepung

kasava menjadi berbagai bentuk olahan siap saji (kue basah, kue kering dan

kerupuk). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa dengan melakukan pengolahan

ubikayu menjadi tepung kasava dapat meperoleh keuntungan Rp. 36.850,- per

ton ubikayu segar di Tulungagung, sedangkan di Magetan mengalami kerugian

sebesar Rp.18.700,- karena pada saat pelaksanaan pengkajian di lokasi

Maospati belum saatnya panen raya sehingga harga bahan baku lebih tinggi

dibanding dengan pada saat panen raya, namun bila diolah menjadi bahan

olahan siap saji masih memperoleh keuntungan. Untuk lebih meningkatkan nilai

tambah tepung kasava perlu diolah lebih lanjut menjadi produk olahan siap saji

seperti kue basah, kue kering dan produk setengah jadi seperti kerupuk dan mie

instan. Di pasar beberapa daerah (Lumajang, Jember, Situbondo, Banyuwangi

dan Kediri) telah beredar tepung kasava dengan nama tepung biskuit. Secara

umum istilah tepung tersebut masyarakat masih belum banyak mengenal tepung

kasava (atau tepung biskuit), sehingga pemanfaatannya sebagai bahan olahan

juga masih belum banyak yang tahu. Informasi ini diperoleh pada saat diskusi

Page 57: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

47

interaktif yang dilakukan oleh BPTP Jawa Timur dengan TVRI Stasiun Surabaya,

juga pameran-pameran yang menampilkan tepung kasava dan aneka produk

olahannnya, respon masyarakat cukup banyak yang meminta informasi lebih

banyak tentang tepung kasava, pemanfaatannya, dimana dan bagaimana cara

mendapatkannya. Untuk lebih dikenal oleh masyarakat sosialisasi produk tepung

tersebut masih perlu dilakukan.

2.13. DISEMINASI HASIL LITKAJI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN JARINGAN INFORMASI AGRIBISNIS DI JAWA TIMUR.

2.13.1. Sistem Usaha Pertanian Perkotaan di Wonocolo Surabaya

Tahun 2003 di Laboratorium Diseminasi Wonocolo Surabaya

melaksanakan kegiatan Visitor Plot Sistem Usaha Pertanian Perkotaan yang

merupakan kelanjutan kegiatan tahun 2002. Kegiatan ini disesuaikan dengan

agro-ekosistem Surabaya dengan sasaran masyarakat perkotaan yang

heterogen. Materi yang ditampilkan berpedoman pada prinsip dasar pertanian

perkotaan atau Agropolitan, dengan menerapkan prinsip Agribisnis. Dengan

demikian model usaha pertanian yang dilakukan secara terpadu. Artinya selain

melaksanakan kegiatan percontohan teknologi budidaya, juga menyediakan

sarana pertanian, jasa konsultasi dan jasa pendukung lainnya. Kegiatan ini

diharapkan untuk menumbuhkan minat dan daya tarik bagi para pengunjung yang

melihatnya. Tumbuhnya minat dan daya tarik akan membangkitkan motivasi

untuk melakukan perubahan usahatani yang berwawasan agribisnis kearah yang

lebih baik. Melalui metoda ini akan menanamkan proses belajar dengan cara

melihat penampilan dari suatu obyek tertentu secara nyata. Materi kegiatan yang

dilaksanakan meliputi: 1). Kegiatan Produktif meliputi: a) pemeliharan tanaman

hias 22 jenis (indoor dan outdoor), tanaman obat 10 jenis, tanaman buah dalam

pot/polybag 19 jenis tanaman, b) membudidayakan sayuran hidroponik, c)

pembuatan taman sebagai show room tanaman hortikultura, c) pembesaran ikan

nila dan lele masing-masing 200 ekor; dan d) penyediaan saran produksi; 2)

Kegiatan pelayanan konsultasi dan kunjungan dari masyarakat petani perkotaan

disekitarnya/ mahasiswa/praktisi semuanya berjumlah 127 orang; 3) Kegiatan

Sosialisasi melalui pemasangan papan nama, spanduk, leaflet serta bekerja

Page 58: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

48

sama dengan Stasiun RKIP Wonocolo; dan 4). Kegiatan Non Produktif meliputi

pemeliharaan fasilitas screen house (rumah naung) dengan ukuran 15 m x 4 m x

4 m, termasuk peralatan tanam hidroponik ebb dan flow berjumlah tiga unit.

Dalam kegiatan Visitor Plot 2003 ini, telah dilakukan kerja sama dengan floris

Eghita, Sekar Sari dan CV. Agrilistya. Dampak dari kegiatan ini adalah: 1)

semakin banyak klient hadir untuk mengkonsultasikan kegiatan usahatani, (tahun

2002, hadir 15 orang dan tahun 2003 hadir 127 orang) artinya melalui media

Visitor Plot, mampu menarik minat klient untuk hadir ke tempat tersebut; 2)

adanya kerjasama dan transaksi untuk pemasaran/memasok floris/ hortikultura,

menjadi distributor jati unggul kultur jaringan produksi PPA Agricola Biotropika.

Untuk kegiatan konsultasi pertanian, sekitar 70 % klient hadir langsung di tempat

kegiatan dan sekitar 30 % dilakukan melalui telepon.

2.13.2. Visitor Plot Jamur Tiram (Pleurotus Spp) dan Jamur Kuping (Auricularia Sp) Penambahan Lapisan Dinding dan Atap Kubung untuk Menurunkan Suhu dan Meningkatkan Kelembaban Ruang

Kegiatan visitor plot jamur tiram dan jamur kuping, difokuskan pada (1)

perbaikan kubung dengan menambah lapisan dinding dan atap menggunakan

welit untuk menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban, (2) membina

petani dalam usaha pembuatan bibit jamur tiram, (3) mencari jaringan pasar.

Visitor plot jamur tiram dan kuping dilaksanakan dengan tujuan : :(1) sebagai

tempat percontohan dengan menerapkan teknologi tepat guna, (2) sebagai media

komunikasi dan sosialisasi teknologi dengan para peminat budidaya dan

konsumen secara tepat dan benar (3) meningkatkan jumlah petani peminat dalam

budidaya jamur tiram dan jamur kuping. Visitor plot dilaksanakan mulai bulan

Agustus 2003 s/d April 2004 di Kebun Percobaan Malang dengan ketinggian

tempat 550 m dpl. Luas kubung 30 m2 dan jumlah bag log jamur yang

dibudayakan sebanyak 1.200 bag log. Setelah menambah lapisan dinding dan

atap kubung dengan welit terjadi penurunan suhu sekitar 1,5C– 2C yaitu dari

24C – 29C menjadi 22,5C – 26C dan kelembaban dari 85 – 87% menjadi

90% - 96% pada kondisi ruang kubung disiram air. Kondisi dalam kubung

Page 59: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

49

demikian telah memenuhi syarat untuk pertumbuhan spora dan tubuh buah

(fruiting body). Potensi produksi optimal jamur tiram BER (Biological Efficiency

Ratio) sebesar sampai saat ini 30%, jamur kuping sebesar 49% (sudah optimal).

Pangsa pasar jamur tiram dan kuping mempunyai prospek bagus, cukup banyak

permintaan yang belum dapat dipenuhi. Konsumen lebih menyukai tiram coklat

karena lebih enak seperti daging ayam, jamur kuping konsumen bisa membeli

dalam bentuk segar maupun kering.

2.13.3. Prospek Pengembangan Perbenihan Ikan Nila dengan Sistem Kolam Tertutup

Di Jawa Timur tingkat pemanfaatan perairan umum untuk usaha budidaya

ikan air tawar masih sangat kecil (kurang dari 1%) sehingga peluang untuk

pengembangannya masih sangat potensial. Beberapa faktor pembatas yang

dewasa ini sangat mempengaruhi perkembangannya adalah ketersediaan bibit

yang masih terbatas dan teknologi budidaya yang masih belum banyak dikuasai

oleh petani ikan khususnya golongan ekonomi lemah. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut telah dilakukan kegiatan uji coba perbenihan ikan nila

dengan sistem kolam tertutup. Kegiatan ini dilakukan di kebun percobaan BPTP

Jawa Timur yang berlokasi di Malang. Selama kegiatan berlangsung telah

dihasilkan indukan unggul sebanyak 65 ekor, yang terdiri dari 47 ekor induk

betina dan 18 ekor induk jantan. Pertama kali memijah seluruh induk dapat

menghasilkan juvenil mencapai ± 8.500 ekor, sehingga satu indukan betina rata-

rata dapat menghasilkan 180 ekor. Dengan dilakukannya kegiatan ini maka dapat

diperoleh suatu teknologi dan informasi perbenihan dan budidaya ikan nila yang

sesuai dengan kondisi masyarakat yang memiliki lahan yang terbatas

2.13.4. Unit Komersialisasi Teknologi

Paradigma perubahan kebijakan Badan Litbang Pertanian yang mengarah

pada promosi, komunikasi dan komersialisasi telah ditunjukkan selama dua tahun

terakhir ini, dengan mengalokasikan dana khusus untuk menunjang kegiatan

komersialisasi.Komersialisasi yang dimaksudkan disini adalah upaya untuk

memperoleh manfaat dari suatu produk (barang, jasa, termasuk teknologi)

melalui rangkaian promosi, distribusi dan transaksi jual beli dengan

Page 60: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

50

memperhatikan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI ). Dari sini diharapkan

dapat diperoleh dana (Costs Recovery) yang akan digunakan untuk

pengembangan penelitian dan insentif bagi peneliti sebagai penemu. Dengan

alokasi dana yang diberikan dalam dua tahun terakhir ini, kegiatan utama tahun

pertama dimanfaatkan untuk mendukung promosi dan inventarisasi jasa layanan

Balai serta teknologi yang layak jual. Sedangkan pada tahun kedua ini, Unit

Komersialisasi Teknologi memfokuskan perhatian pada empat kegiatan utama,

yaitu : operasionalisasi jasa layanan Balai, promosi teknologi hasil litkaji,

menawarkan teknologi dan informasi teknologi untuk dikomersialkan, dan

melakukan kegiatan rintisan usaha agribisnis. Hasil yang telah dicapai sejauh ini,

antara lain : operasionalisasi jasa layanan Balai adalah melayani kunjungan tamu

ke BPTP Jawa Timur, melayani magang dan praktek kerja lapang dan kerjasama

penelitian dengan petugas dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, dan

pemanfaatan peralatan dan ruang pertemuan oleh para pengguna.Kegiatan

promosi yang telah dilakukan antara lain adalah mengikuti berbagai ekspose,

promosi televisi, radio dan surat kabar. Penawaran teknologi dan informasi

teknologi kepada mitra kerja telah dilakukan, tetapi dirasakan masih belum

intensif. Untuk kegiatan rintisan usaha agribisnis yang telah dilakukan adalah

usaha pembibitan tanaman hias dan budidaya ubi jalar.

2.14. PENGEMBANGAN DAN PENYEBARAN INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN MELELUI KEGIATAN PERTEMUAN DAN EXPOSE

2.14.1. Kegiatan Sosialisasi & EksposeTeknologi Unggulan BPTP Jawa Timur 4-6 Juni 2003

Inovasi teknologi harus terus diperbaharui, dikembangkan dan disebarluaskan

ke para pengguna. Hasil karya para peneliti dan perekayasa bidang pertanian

dalam bentuk teknologi tepat guna yang bersifat unggulan spesifik lokasi,

rekayasa sosial dan kelembagaan petani oleh BPTP Jawa Timur selama sewindu

pengabdiannya sudah cukup banyak tersedia. Pertanyaannya adalah apakah

teknologi-teknologi unggulan tersebut sudah diketahui dan dimanfaatkan oleh

para pengguna dalam kegiatan agribisnisnya. Sungguh sangat tepat dan relevan

Page 61: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

51

diadakannya kegiatan Sosialisasi & Expose Teknologi Unggulan ini dengan

harapan masyarakat agribisnis dan pengguna teknologi pertanian memperoleh

informasi teknologi terbaru untuk mendorong pengembangan kreativitas dan

inovasi bagi kepentingan agribisnis yang lebih menguntungkan secara

berkelanjutan.

Tujuan dari kegiatan Sosialisasi & Expose Teknologi Unggulan dalam

rangka Sewindu BPTP ini adalah :

Menyampaikan informasi kemajuan teknologi pertanian kepada

masyarakat luas di daerah.

Menyebarluaskan informasi teknologi unggulan spesifik lokasi yang telah

dihasilkan oleh BPTP, Balit Komoditas dan Lembaga Penelitian lainnya

kepada pengambil kebijakan, peneliti, perekayasa, penyuluh, petani dan

masyarakat agribisnis.

Memperoleh masukan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan

penelitian dan pengkajian BPTP mendatang.

a. Keluaran

Tersebarnya hasil penelitian/pengkajian berupa teknologi unggulan

spesifik lokasi yang siap diterapkan oleh masyarakat agribisnis.

Rekomendasi kebijakan perencanaan program penelitian dan pengkajian

mendatang.

b. Manfaat

Terjadinya arus timbal balik informasi teknologi pertanian terbaru serta

pengembangan agribisnis sehingga dapat memperkaya dan mempertajam arah

pengembangan sistem dan usaha agribisnis.

Waktu dan tempat pelaksanaan:

Hari/Tanggal : Rabu s/d Jum’at, 4-6 Juni 2003

Tempat : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

: Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang

Page 62: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

52

Materi dan acara:

Dalam pelaksanaannya kegiatan Sosialisasi & Expose Teknologi Unggulan

dikemas melalui acara-acara sebagai berikut :

Hari I ( 4 Juni 2003 ) :

a. Pembukaan Ekspose & Seminar Nasional, Peresmian Gedung Baru BPTP

Jawa Timur, Penyerahan Penghargaan Kontes Buah & Produk Olahan,

Penyerahan Benih Kapas, dan Saresehan.

b. Ekspose & Bazar

c. Seminar Nasional

d. Kontes Buah Tropis & Lomba Produk Olahan

Hari II (5 Juni 2003) :

a. Pertemuan Komisi & Tim Teknis Teknologi Pertanian Prop. Jawa Timur

dan Penandatanganan Kerjasama Pengkajian (MOU) TA.2003:

b. Pertemuan Paguyuban Peternak Sejahtera Mandiri Se-Jawa Timur:

Hari III (6 Juni 2003) : Senam Massal, Lomba Senam Poco-Poco, Penutupan

Ekspose dan Pembagian Hadiah Lomba, dan Hiburan Rakyat

a. Senam Massal oleh karyawan/keryawati BPTP Jawa Timur beserta para

peserta Ekspose dan peserta Lomba Poco-Poco di halaman depan BPTP

Jawa Timur

b. Lomba Senam Poco-Poco yang diikuti oleh 20 Tim peserta

c. Penyerahan hadiah lomba senam dan penutupan Ekspose oleh Kepala

BPTP Jawa Timur

d. Pertunjukan Kesenian “Hadrah” oleh Tim Hadrah Desa Kepuharjo,

Kec.Karangploso di halam depan BPTP Jawa Timur (malam hari)

e. Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk oleh dalang Ki Manteb

Sudarsono dengan Lakon “ Sesaji Rojo Soyo” yang dimeriahkan oleh

lawak Bagio & Kholik dari Surabaya.

Dampak Kegiatan Ekspose Teknologi Pertanian

Kegiatan ekspose teknologi pertanian yang berlangsung sejak hari Rabu,

4 Juni 2003 sampai dengan hari Jum’at, 6 Juni 2003 di BPTP Jawa Timur, diikuti

oleh Balai Penelitian, BPTP, Instansi dan Dinas terkait se-Jawa Timur,

Page 63: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

53

Perguruan Tinggi, Pengusaha, serta Petani dan KTNA. Kegiatan ekspose

teknologi pertanian yang berlangsung sejak hari pertama sampai hari terakhir

cukup sukses dan meriah, terlihat dari banyaknya peserta yang mengisi stand

ekspose maupun pengunjungnya. Stand ekspose sebagian besar menampilkan

produk-produk pertanian unggulan maupun hasil olahan, disamping pupuk,

pestisida, dan lainnya yang berhubungan dengan pertanian. Selain itu, pada hari

pertama ditampilkan kontes buah tropis dan produk olahan dari berbagai wilayah

Jawa Timur, serta bazar yang berlangsung selama tiga hari. Banyak minat dalam

mengikuti kontes buah tropis dan kontes produk olahan, terlihat dari banyaknya

peserta yang berusaha menampilkan produk unggulan daerahnya masing-masing

dengan harapan menjadi pemenangnya. Kontes buah tropis diikuti 17 peserta

dari 15 kabupaten/ kotamadya, sedangkan kontes produk olahan diikuti 25

peserta dari 25 kabupaten/kotamadya.

Berdasarkan hasil jajak pendapat (komentar dan saran) selama

mengisi stand ekspose teknologi petanian, secara umum para peserta

menyatakan sangat menarik, sukses dan bahkan spektakuler, karena

didukung oleh persiapan panitia yang cukup matang, penataan stand

ekspose yang terkesan artistik, disamping pengamanan yang cukup

memadai serta banyaknya pengunjung yang antusias, mulai hari pertama

sampai hari terakhir pelaksanaan ekspose. Harapan dari pengisi stand

ekspose berdasarkan jajak pendapat adalah antara lain agar kegiatan

ekspose ini bisa diadakan setiap tahun atau bila memungkinkan kegiatan

ekspose ini diperpanjang waktunya sampai lima hari. Hal ini didasarkan

pada tingginya animo pengunjung serta terjadinya transaksi yang cukup

memuaskan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung,

sehingga produk-produk dari beberapa stand ekspose menuai keuntungan

yang cukup menggembirakan. Kegiatan ekspose teknologi pertanian ini

ternyata memberikan dampak yang cukup luas, yaitu secara tidak

langsung terjadi alih teknologi bagi masyarakat/pengguna, serta

umpanbalik dari beberapa instansi pemerintah maupun masyarakat

Page 64: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

54

agribisnis di Jawa Timur kepada BPTP Jawa Timur untuk penyempurnaan

program-program pengkajian di waktu-waktu mendatang. Pihak swasta

dan instansi Dinas banyak yang ingin meniru dan belajar dari BPTP Jawa

Timur, terutama seberapa jauh persiapan yang telah dilakukan termasuk

promosi dalam mengerahkan para pengunjung, teknik penataan stand

ekspose agar terkesan artistik, serta bagaimana mengemas

kegiatan/acara agar selalu meriah sehingga dapat menarik pengunjung

sebanyak-banyaknya. Beberapa instansi pemerintah maupun swasta yang

mempunyai rencana untuk melaksanakan ekspose yang sama, telah

menghubungi BPTP Jawa Timur untuk berkonsultasi, dan bahkan

mengharapkan pihak BPTP Jawa Timur juga ikut berpartisipasi dalam

mengisi stand ekspose nantinya.

2.14.2. Temu Informasi Teknologi Pertanian

Keberhasilan transfer teknologi ke petani pengguna, salah satunya

ditentukan oleh kelancaran arus informasi teknologi pertanian, disamping

dukungan dari Dinas/Instansi serta pihak-pihak yang terkait. Untuk mengatasi

lemahnya komunikasi dan arus informasi dintaranya para peneliti penyuluh,

Dinas\Instansi dan pihak-pihak terkait lainnya, diperlukan suatu forum guna

mewadahinya. Salah satu forum yang efektif untuk mengatasinya adalah kegiatan

Temu Informasi Teknologi Pertanian dimana para peserta dapat berkomunikasii

dua arah untuk menyamakan persepsi, visi dan misi dalam mengembangkan

serta menyebarkan teknologi yang telah direkomendasikan. Dalam rangka

peringatan sewindu BPTP Jawa Timur kegiatan temu informasi teknologi

menggelar berbagai hasil-hasil pengkajian yang telah dilakukan dan

direkomendasikan untuk diterapkan. Dengan demikian upaya peningkatan

kesejahteraan petani melalui penerapan paket-paket teknologi berbagai

komoditas unggulan spesifik lokasi yang telah direkomendasikan, bukan hal yang

mustahil untuk menjadi kenyataan.

Page 65: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

55

2.14.3. Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian

Kelancaran proses alih teknologi ke pengguna dipengaruhi oleh banyak

faktor, salah satunya terbatasnya media untuk menyampaikan teknologi baru

tersebut ke pengguna Media komunikasi yang dapat memperlancar proses alih

teknologi dan umpan balik berjalan lebih efektif dan efisien, salah satunya adalah

kegiatan adalah Temu Aplikasi Teknologi Pertanian. Melalui kegiatan tersebut,

selain teknologi baru yang ada dapat diterima langsung oleh pengguna,

permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi petani dapat dipecahkan

melalui kegiatan tersebut. Terciptanya hubungan keterkaitan Laboratorium

Diseminasi Wonocolo dengan pejabat dan penyuluh dinas lingkup pertanian dan

Dinas/Instansi terkait lainnya di daerah dalam suatu sistem yang

berkesinambungan, dapat mempercepat dan mempermudah sampainya teknologi

ke pengguna, serta diperolehnya umpan balik yang lebih efektif dan efisien.

Disamping itu BPTP Jawa Timur memperoleh bahan untuk penyempurnaan

penelitian dan pengkajian selanjutnya.

2.15. TEMATIK

2.15.1. Uji Galur Harapan dan Observasi Hasil Persilangan Beberapa Galur Melon“ Uji Hasil Calon Varietas Unggul Melon

Salah satu sarana produksi utama dalam pengembangan melonadalah

benih, dan selama ini sangat tergantung pasokan dari impor hibrida yang

harganya relatif mahal. Sementara itu perbenihan melon di Indonesia belum

tertangani. Untuk itulah maka dilakukan usaha pemurnian varietas-varietas yang

telah berkembang agar diperoleh galur-galur murni. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mendapatkan varietas unggul F1 melon dengan luaran berupa karakter

unggul F 1 melon. Pemurnian galur melon yang dilakukan di Kebun Percobaan

BPTP Jawa Timur di Karangploso, Malang sampai dengan tahun 2002 telah

sampai pada keturunan ke tujuh. Masing-masing galur yang diperoleh

menunjukkan adanya perbedaan karakter, baik dalam bentuk dan ukuran buah,

keberadaan jala, warna dan kekerasan daging. Di sentra produksi, varietas

melon yang dikembangkan terutama varietas Action dengan jala halus dan rapat,

Page 66: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

56

varietas lainnya adalah Glamour dan Monami yang berdaging oranye. Beberapa

galur yang menunjukkan keseragaman mempunyai karakter yang mirip dengan

karakter melon yang telah berkembang. Hasil observasi pendahuluan

persilangan beberapa galur menunjukkan adanya pewarisan dan penggabungan

sifat-sifat dari induk yang dipersilanglan. Beberapa galur terpilih adalah 7.1.2.A,

7.1.2.B, dan 7.1.3.9.

Untuk memperbaiki karakter –karakter yang diinginkan dan untuk

mengetahui lebih jauh sifat –sifat pewarisan perlu dilakukan persilangan antar

galur dan uji daya hasil pada agroekologi di sentra produksinya. Penelitian

dilakukan dengan melakukan persilangan secara bolak-balik. Uji persilangan

dilakukan di kebun BPTP Jawa Timur-Karangploso-Malang, sedangkan uji hasil

persilangan dilakukan di lahan petani di desa Dadung, kecamatan Gondang

kabupaten Nganjuk. Hasil analisis ragam DGU (Daya Gabung Umum), DGK

(Daya Gabung Khusus) dan persilangan kebalikan untuk jumlah biji bernas/buah,

berat 100 biji dan daya tumbuh tidak memperlihatkan adanya daya gabung

khusus yang berbeda nyata. Yang memperlihatkan perbedaan adalah daya

gabung umum dan kebalikannya.

Daya gabung umum ketiga parameter yang diamati, menunjukkan DGU

P2 positif untuk jumlah biji bernas, DGU P1 positif untuk daya tumbuh, sedang

DGU P3 nilainya negatif untuk ketiga parameter. Pewarisan jala pada buah

melon sangat ditentukan oleh induk jantan, dengan demikian pada program

pemuliaan untuk memenuhi melon berjala harus memiliki galur yang berjala

sempurna. Gambaran pewarisan besar buah , tampaknya sangat ditentukan oleh

besar buah induk betina. Pewarisan warna daging buah terlihat jelas bila buah

berdaging merah (oranye) disilangkan baik sebagai induk betina maupun jantan

maka keturunannya akan berdaging oranye. Pewarisan warna daging buah

tersebut belum diketahui secara pasti apakah secara dominan atau karena sifat

epistasis.

Page 67: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

57

2.15.2. Pengaruh Pupuk NPK Phonska Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah

Pemberian unsur hara N,P, dan K sangat diperlukan bagi pertumbuhan

tanaman, oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK Phonska

terhadap pertumbuhan dan hasil cabai besar, telah dilakukan pengujian lapang di

desa Ngijo, Karangploso Malang pada bulan Juni 2003 sampai Oktober 2003.

Varietas yang digunakan adalah Hot Sun ditanam dengan jarak tanam 50 cm x

50 cm. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok 3 kali ulangan,

dengan 9 perlakuan pemupukan + kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pupuk NPK Phonska dapat memacu pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

besar. Pemupukan NPK Phonska diikuti ZA dapat meningkatkan produktivitas

cabai besar yang hasilnya setara dengan pemupukan tunggal pada dosis N,P,

dan K yang sama. Pada tanah tingkat kesuburan sedang pemberian 1.100 kg

NPK Phonska + 917 ZA kg/ha dapat memberikan produksi cabai besar secara

maksimum dan meningkatkan hasil 94,9% dari tanpa pemupukan. Apabila harga

pupuk NPK Phonska Rp. 1.700,-/kg dan harga cabai besar Rp.3.000,- /ha

keuntungan maksimum dicapai dengan pemupukan 1.050 kg NPK Phonska +

875 ZA kg/ha.

2.15.3. Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Temulawak, Kunyit dan Kencur di Lahan Pekarangan

Saat ini pemanfaatan pekarangan di Kabupaten Trenggalek masih belum

optimal. Lahan pekarangan dapat dioptimalkan pemanfaatannya sebagai

komponen penambah pendapatan keluarga dengan membudidayakan tanaman

obat yang mempunyai prospek di pasar dalam dan luar negeri. Pengkajian

bertujuan untuk mendapatkan rakitan teknologi sistem usahatani temulawak.,

kunyit dan kencur di pekarangan spesifik lokasi di Kabupaten Trenggalek yang

mampu meningkatkan produktivitas temulawak, kunyit dan kencur di pekarangan

dan mengkomunikasikan hasil litkaji tersebut kepada petani atau kelompok tani.

Dilaksanakan di desa Jombok, kecamatan Pule, kabupaten Trenggalek yang

termasuk ekoregion lahan kering dataran tinggi (III.ay), pada bulan Januari

sampai Desember 2002, penanaman dilaksanakan pada musim hujan

Page 68: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

58

(Desember 2002). Pengkajian terdiri dari 3 macam rakitan teknologi antara lain :

Rakitan Teknologi usahatani Anjuran, Rakitan Teknologi usahatani Partisipatif

dan Rakitan Teknologi usahatani Petani (Tabel 1). Rakitan Teknologi Anjuran

Rancangan yang digunakan adalah Acak Kelompok dengan 8 petani kooperator

sebagai ulangan/blok. Pengamatan meliputi: komponen pertumbuhan vegetatif,

generatif dan data sosial ekonomi. Analisa data secara sidik ragam dan untuk

mengetahui tingkat keuntungan dari rakitan paket teknologi yang dikaji digunakan

analisis input-output dan R/C ratio. Di samping itu, dikumpulkan pula data

keadaan sosial ekonomi petani setempat dengan metode Parsipatory Rural

Apraisal (PRA) yang meliputi sumber daya manusia, sumber daya bio-fisik dan

data sekunder lainnya. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa: persentase

tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang pada umur 1 bulan

setelah tanam dari ke tiga rakitan teknologi usahatani berbasis temulawak, kunyit

dan kencur masih memberikan hasil yang sama. Pertumbuhan vegetatif

temulawak, kunyit dan kencur pada rakitan teknologi Anjuran menunjukkan

peningkatan yang nyata dibandingkan kedua rakitan teknologi yang lain pada

umur 3 bulan. Pertumbuhan vegetatif maupun generatif kencur di desa Jombok

dengan ketinggian 720 m dpl tidak sebaik temulawak maupun kunyit. Produksi

per petak temulawak (47,46 kg), kunyit (62,25 kg) dan kencur (16,79 kg)

meningkat secara nyata pada perlakuan Rakitan teknologi Anjuran dengan R/C

ratio masing-masing 1,64 ; 2,99 dan 1,02. Respon petani di desa Jombok

kabupaten Trenggalek sangat mengharapkan adanya ikatan pasar/ konsumen

pengguna untuk memanfaatkan hasil pekarangan berupa simplisia temulawak,

kunyit dan kencur. Disamping itu proses olahan lanjutan menjadi bahan baku

obat perlu pengkajian lebih lanjut.

2.15.4. Uji Preferensi Kutu Daun Aphid (Macrochypum Rosae L) (Homoptera : Aphidiodae) Pada Beberapa Varietas Mawar

Serangan kutu daun aphid Macrochyphum rosae L pada tanaman mawar

di sentra produksi desa Karangnongko-Kecamatan Poncokusomo sudah

merugikan petani mawar karena sudah merusak kuntum bunga hingga

menimbulkan kerusakan lebih dari 15% sehingga petani mawar merasa

Page 69: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

59

kehilangan hasil sekitar Rp 91.300,-setiap kali panen per hektar. Penelitian

bertujuan untuk mengetahui tingkat preferensi kutu daun aphid terhadap

beberapa varietas mawar pada ekoregion dataran tinggi kering telah dilakukan

pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2002. Rancangan yang digunakan

adalah rancangan acak kelompok (RAK), perlakuan terdiri dari 9 varietas yaitu :

1. Tineke. 2. Akito. 3. Grand Gala. 4. Black Magic. 5. First Lady. 6. Kiss. 7.

Confeti. 8. Pergiwo dan 9. Pergiwati., masing-masing perlakuan diulang 3 kali.

Kriteria tingkat preferensi kutu daun aphid terhadap beberapa varietas mawar

didasarkan pada rata-rata (X) populasi kutu daun dan simpangan baku (SD).

Kemudian dimasukkan dalam kriteria preferensi menurut Chiang dan Talekar.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kutu daun aphid Macrocyphum

rosae sangat preferen terhadap varietas mawar Grand Gala dan preferen pada

varietas Confeti yaitu masing-masing dengan jumlah populasi sebanyak 157,75

ekor dan 88,75 ekor per tanaman, sedangkan varietas yang lainnya termasuk

kategori kurang preferen. Terdapat korelasi positif nyata antara tinggi tanaman

dengan jmulah populasi aphid yaitu r = 0,782 dengan persamaan penduga Y =

3,86 + 0,13 x. dan jumlah daun dengan jumlah populasi aphid yaitu r = 0,785

dengan persamaan penduga Y = 2,048 + 0,096 x

2.15.5. Reduksi Emisi Metana pada Lahan Sawah Tadah Hujan dengan Teknologi Pengolahan Tanah, Penggunaan Varietas Padi, dan Bahan Organik.

Periode oksidatif yang lebih lama pada lahan sawah tadah hujan tentunya

berperan terhadap pola emisi metana. Tingkat emisi metana secara kuantitatif

dan pola emisi metana di lahan sawah tadah hujan belum banyak diketahui.

Diperlukan teknologi pengelolaan tanah pada lahan sawah tadah hujan yang

dapat menghasilkan produksi optimal, di sisi lain dapat memitigasi emisi metana,

untuk mendukung sistem produksi padi sawah tadah hujan yang berwawasan

lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut, dilakukan penelitian di lahan

sawah tadah hujan Loka Penelitian Pencemaran Lingkungan Pertanian Jakenan,

Pati, Jawa Tengah, dimulai November 2001 sampai September 2002. Pola tanam

yang digunakan adalah pola tanam eksisting padi gogorancah - padi walik jerami.

Page 70: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

60

Digunakan rancangan percobaan Petak-Petak Terbagi; petak utama adalah olah

tanah minimum dan olah tanah sempurna, anak petak: varietas (Way rarem,

Limboto, IR-64), dan anak-anak petak adalah jenis bahan organik (jerami, pupuk

kandang, tanpa bahan organik). Contoh gas tiap petak percobaan diambil 2

minggu sekali pada jam 10.00 sampai 13.00 WIB, dengan menggunakan boks

fleksiglas; dianalisis dengan kromatografi gas Shimadzu GC-8A yang dilengkapi

2-FID dan integrator model C-R6A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi

metana tertinggi di lahan sawah tadah hujan akibat dari pengolahan tanah

sempurna dengan 5 t ha-1 pupuk kandang yang ditanami padi IR-64 yaitu

sebesar 246,29 kg ha-1 musim-1dengan tingkat produktivitas sebesar 4,0 ton GKG

ha-1, sedangkan emisi metana terendah pada perlakuan tanah dengan olah tanah

minimum tanpa penambahan bahan organik dan penanaman padi varietas Way

Rarem (125,20 kg ha-1musim-1)dengan produktivitas sebesar 2,68 4,0 ton GKG

ha-1. Pengolahan tanah minimum mampu mereduksi emisi metana sebesar

sebesar 14,19 % dibanding olah tanah sempurna.

2.15.6. Kajian Pertumbuhan Varietas Apel Calon Unggulan di Lokasi Sentra Produksi

Varietas apel Manalagi, Rome Beauty, Anna dan Princes Noble sudah

lama dibudidayakan petani dan mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Berdasar

kemampuan dan permintaan pasar, petani sudah biasa mengganti varietas lama

dengan varietas baru melalui cara interstam atau top working bertahap. Tujuan

pengkajian ini adalah untuk mendapatkan varietas unggul baru spesifik lokasi.

Pengkajian dilakukan pada bulan Juni 2003 s/d Pebruari 2004 di lahan kering

milik petani di daerah Pujon (± 1200 m dml), Nongkojajar (± 1000 m dml) dan

Poncokusumo (± 800 m dml), varietas yang dikaji adalah Braeburn, Imperial Gala,

Pommiers Anna, Red Fuji, Zoete Pipeling, Zoete Paradys dan Double Zoete.

Varietas Manalagi sebagai pohon interstem, disetiap lokasi menggunakan

Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Pada periode I ini masih sebatas

pertumbuhan vegetatif, hasil sementara yang didapat adalah; Varietas yang

diduga mempunyai adaptasi luas adalah Imperial Gala dan Pommiers Anna,

varietas yang adaptasinya sebatas ketinggian ± 800 m dml adalah Zoete Paradys

Page 71: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

61

dan Double Zoete sedangkan tiga varietas (Braeburn Red Fuji, Zoete Pipeling )

masih belum jelas. Umur panen buah Imperial Gala, Pommiers Anna dan Double

Zoete lebih awal/genjah ± ½ - 1 bln dibanding Rome Beauty.

2.15.7. Peluang dan Kendala Pengembangan Alat Tanam Benih Langsung Pada Usahatani Padi di Lahan Sawah Tambak Kabupaten Lamongan

Penelitian ini dilakukan di wilayah lahan sawah tambak di kabupaten

Lamongan pada bulan Juli – September 2003 dengan metode survei. Penelitian

bertujuan untuk memperoleh tentang; (1) informasi sistem tanam padi di lahan

sawah tambak dan (2) informasi peluang dan kendala pengembangan alat tanam

benih langsung (atabela) pada usahatani padi di lahan sawah tambak. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sistem padi di lahan sawah tambak di kabuapten

Lamongan ada dua macam yaitu (1) sistem tanam benih langsung menggunakan

alat (atabela) dan (2) sistem tanam pindah atau tapin. Usahatani padi dengan

sistem atabela lebih menghemat tenaga kerja bila dibandingkan dengan sistem

tapin, sehingga dapat menghemat biaya produksi. Keuntungan lain dari usahatani

padi sistem atabela adalah produktivitas hasil dan efisiensi usahataninya yang

diperoleh lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tapin. Usahatani padi

dengan sistem atabela di lahan sawah tambah di kabupaten Lamongan

mempunyai peluang untuk dikembangkan dan merupakan alternatif untuk

mengatasi kelangkaan serta mahalnya upah tenaga kerja. Peluang

pengembangan sistem atabela ini dapat dilihat dari beberapa faktor yang

mendukungnya, yaitu (1) air mudah diatur, (2) petakan sawah cukup lebar serta

topografi datar, (3) gulma tidak menjadi masalah, (4) tenaga kerja langka dan

mahal serta (5) tersedianya alat tanam yang nyaman sesuai dengan keinginan

petani. Kendala dalam pengembangan usahatani padi di lahan sawah tambak

dengan sistem atebala adalah (1) pengolahan tanah, (2) jika saat tanam turun

hujan, (3) kualitas benih dan (4) pengaturan air pada saat tanam. Untuk

menghindari kegagalan dalam program pengembangan usahatani padi dengan

sistem atabela di lahan sawah tambak, maka kendala tersebut harus diperhatian

serta disosialisasikan kepada petani.

Page 72: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

62

2.15.8. Kajian Dampak Penyebaran Varietas Unggul Padi Kalimas dan Bodoyudo di Kabupaten Tuban

Varietas unggul padi Kalimas dan Bondoyudo merupakan salah satu hasil

pengkajian BPTP Jawa Timur, yang secara resmi telah dilepas pada tahun 2000.

Kedua varietas tersebut pada saat ini telah tersebar di beberapa wilayah

kabupaten di Jawa Timur, yang terluas terdapat di kabupaten Tuban. Kajian ini

bertujuan untuk memperoleh informasi dampak penyebaran varietas Kalimas dan

Bondoyudo terhadap jumlah petani adopter, luas sebaran, produktivitas dan

pendapatan usahatani padi di kabupaten Tuban. Pengkajian menggunakan

metode Rapid Rural Appraisal (RRA), dimana topik dan subtopiknya yang telah

dipersiapkan sebelumnya digunakan sebagai pedoman dalam wawancara semi

struktural terhadap responden. Disamping itu juga dilakukan pengamatan lapang

dan penggunaan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pertanian setempat.

Responden yang diwancarai, meliputi petugas lapang dan kelompok tani yang

dilakukan pada bulan Juli – September 2003. Hasil kajian menunjukkan bahwa

penyebaran kedua varietas padi tersebut di kabupaten Tuban, pada musim hujan

2002/2003 telah mencapai 1.538 ha (Kalimas) dan 1.718 ha (Bondoyudo). Kedua

varietas tersebut pada saat itu telah diadopsi oleh petani sebanyak 3.076 orang

(Kalimas) dan 3.436 orang (Bondoyudo). Dalam musim tersebut dampak

produksi fisik yang telah mencapai 11.227 kw GKP (Kalimas) dan 5.998 kw GKP

(Bondoyuddo), dengan dampak bersih senilai Rp 1,3 milyard (Kalimas) dan Rp

1,8 milyard (Bondoyudo). Permasalahan yang ada dalam penyebaran kedua

varietas tersebut adalah terbatasnya benih pada saat petani membutuhkan.

Berdasarkan hal tersebut, disarankan perlu penyediaan benih dikolasi petani

membutuhkan dalam jumlah yang mencukupi serta harga yang layak. Sedangkan

di wilayah endemi penyakit Tungro, petani belum banyak mengenalnya, padahal

kedua varietas tersebut tahan terhadap penyakit Tungro. Untuk itu perlu adanya

pengenalan kedua varietas melalui kegiatan diseminasi.

Page 73: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

63

2.15.9. Pengkajian Aplikasi PHT Untuk Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Petani Kopi

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas dan mutu kopi petani

adalah adanya serangan hama-penyakit. Untuk mengatasi serangan hama dan

penyakitdibutuhkan aplikasi kombinasi komponen PHT yang fefektif

mengendalikan hama-penyakit serta mudah dipahami dan diterapkan oleh petani.

Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui hasil uji aplikasi komponen PHT untuk

mengendalikan jasad pengganggu utama dan dapat meningkatkan produktivitas

dan pendapatan petani kopi. Pengkajian ini dilakukan pada tanaman kopi umur 6

– 7 tahun di lahan petani di desa Kemiri (670 m dpl), kecamatan Jabung,

kabupaten Malang pada bulan Januari – Desember 2003, melalui percobaan

lapang. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, terdiri

dari 2 perlakuan kombonasi komponen PHT (PHT-1 dan PHT-2), ditambah satu

perlakuan cara petani, diulang 10 kali. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa

aplikasi perlakuan kombinasi komponen PHT yang diuji yaitu: (1) PHT-1 (kultur

teknis, interkroping dengan tagetes, aplikasi larutan bubur bordo) dan (2) PHT-2

(kultur teknis, interkroping dengan tagetes, aplikasi larutan biji mahoni), efektif

menekan serangan karat daun, menekan populasi nematoda parasit Pratylenchus

sp. dan Radopholus sp., menyebabkan keragaan tanaman yang lebih subur dan

meningkatkan produksi biji kopi basah 2,67 – 2,88 kali lebih tinggi dibandingkan

cara petani setempat. Pada saa pengkajian dilakukan, aplikasi PHT-1 maupun

PHT-2 belum dapatt meningkatkan pendapattan karena harga biji kopi rendah

(Rp.1.750,-/kg) dan lebih dikarenakan hasil biji kopi basah dalam kawasan

pertanaman kopi kurang dari 1 ton. Jika lahan kopi arabika petani dalam satu

kawasan, hasil biji kopi basah lebih dari 1 ton maka harga jual lebih inggi yaitu

Rp.2.500,-/kg. Pada kondisi demikian penerapan PHT-1 maupun PHT-2 akan

meningkatkan pendapatan masing-masing sebesar Rp.1.818.860,-/ha dan

Rp.1.332.660,-/ha dibandingkan dengan cara petani setempat. Disarankan pada

petani kopi untuk menanam jenis arabika pada kawasan yang lebih luas.

Page 74: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

64

BAB III MANAJEMEN BALAI

3.1. Struktur Organisasi

Dalam tahun 2001, struktur organisasi BPTP Jawa Timur menurut SK

Mentan Nomor 798/Kpts/OT.210/12/94, mengalami sedikit perubahan dengan

terbitnya SK Mentan terbaru, No.: 350/Kpts/OT.210/6/2001, Kepala Balai dalam

pelaksanaan tugasnya sehari-hari secara formal dibantu oleh dua orang pejabat

eselon empat yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Pelayanan

Teknik, serta dibantu Kelompok Penelitian dan Jabatan Fungsional lain. Namun

demikian, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dengan Surat Keputusan Kepala

Balai, Sub Bag. Tata Usaha dibantu oleh dua orang Kepala Urusan, yaitu Kepala

Urusan Kepegawaian dan Rumah Tangga, dan Kepala Urusan Keuangan dan

Rencana kerja, sedangkan Seksi Pelayanan Teknik dalam melaksanakan

tugasnya dibantu oleh dua Sub Seksi, yaitu Sub Seksi Kerjasama dan Informasi,

serta Sub Seksi Sarana. Bagan struktur organisasi BPTP Jawa Timur, sesuai SK

Menteri Pertanian terbaru di sajikan pada diagram berikut ini.

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi BPTP

KEPALA BALAI

KASUB BAG.

TATA USAHA

KELOMPOK PENELITI & JABATAN FUNGSIONAL

LAIN

KASIE PELAYANAN

TEKNIK

Page 75: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

65

3.2. Manajemen

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Kepala Balai dibantu oleh Kepala

Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi, Kepala Urusan, dan Pejabat Fungsional

dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di lingkup

masing-masing dan antar satuan organisasi di BPTP maupun dengan instansi-

instansi mitra kerja BPTP Jawa Timur.

Setiap pemimpin/kepala satuan organisasi di lingkup BPTP Jawa Timur

bertugas memimpin, mengkoordinasi, memberi bimbingan/ petunjuk pelaksanaan

tugas bawahannya dan tanggung jawab langsung kepada atasannya masing-

masing. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing kepala satuan organisasi di

BPTP berpedoman pada keputusan dan kebijaksanaan Departemen Pertanian,

Badan Litbang Pertanian dan Kepala BPTP Jawa Timur.

Untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan tercapainya sasaran Balai,

sesuai dengan ketentuan Badan Litbang Pertanian dibentuk empat kelompok

fungsional yaitu: Kelompok Fungsional Sumberdaya, Pasca Panen, Budidaya dan

Sosial Ekonomi. Masing-masing kelompok diketuai oleh seorang ketua, sesuai

ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian.

Dalam perjalanan selama tahun 2003, BPTP Jawa Timur dalam menangani

kegiatan proyek dibantu oleh wakil atasan langsung sehari-hari, dalam hal ini

adalah Kepala IPPTP yang bersangkutan. Dalam menangani kegiatan yang

dibiayai oleh dana Rutin, Kepala Balai dibantu oleh Kasubag Tata Usaha.

Page 76: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

66

Tabel 1 Nama Pejabat Struktural, Ketua Kelompok Pengkajian dan Kepala Unit Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur.

No Nama/NIP Jabatan

PEJABAT STRUKTURAL

1. Dr. Suyamto (080 037 650)

Kepala Balai

2. Dra. Iffah Irsjadina (080 091 147)

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Ir. Heru Samekto (080 071 234)

Urusan Keuangan

Satiman (080 052 138)

Urusan Kepegawaian

3. Dra. Endang Widajati (080 110 181)

Kepala Seksi Pelayanan Teknik

Dra. Y u l f a h (080 110 227)

Urusan Informasi & Kerjasama

Iwayan Marka, SH (080 052 794)

Urusan Sarana

KETUA KELOMPOK PENGKAJIAN

1. Ir. Sukarno Roesmarkam, MS (080 056 142)

Ketua Kelji Sumberdaya

2. Dr. M. Soleh (080 040 492)

Ketua Kelji Budidaya

3. Ir. Pudji Santoso, MS (080 053 325)

Ketua Kelji Sosial Ekonomi

4. Dr. Suhardjo (080 057 047)

Ketua Kelji Pasca Panen

KEPALA UNIT KERJA LINGKUP BPTP JATIM

1. Ir. Anang Muhariyanto (080 065 970)

Kepala Lab. Diseminasi Wonocolo

2. Ir. Gatot Kustiono (080 066 907)

Kepala Kebun Mojosari

3. Martono (080 027 208)

Kepala Kebun Karangploso

Untuk mengoptimalkan sumberdaya peneliti, sumberdaya lahan dan

alam yang bervariasi dan terpencar dilakukan monitoring dan evaluasi secara

berkesinambungan dan apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan dapat

segera diluruskan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Monitoring dan

Evaluasi dilakukan pada berbagai bentuk tingkat unit kerja dengan terpola dan

dikoordinir oleh Kepala BPTP.

3.3.KETATA USAHAAN BALAI

3.3.1. Kepegawaian

3.3.1.1. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Golongan Kepangkatan

Sumberdaya manusia di seluruh unit kerja BPTP Jawa Timur per 31

Desember 2002, total berjumlah 243 orang, terdiri dari 192… orang PNS dan 51

orang tenaga honorer. Jumlah tenaga honorer yang cukup banyak merupakan

Page 77: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

67

masalah yang berat mengingat terbatasnya kesempatan pengangkatan.

Pegawai Negeri Sipil berdasarkan golongan di lingkup BPTP Jawa Timur

terbanyak adalah golongan III (100 orang), kemudian diikuti oleh golongan II (45

orang), golongan I (14 orang) dan golongan IV (33 orang) Tabel 75.

Tabel 2. Keragaan PNS berdasarkan Golongan dan Pendidikan

Sumber : SIMPEG-BPTP Jawa Timur - 2003

3.3.1.2. Tenaga Honorer Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Penyebaran tenaga honorer di unit kerja lingkup BPTP Jawa Timur total

53 orang, yang terdiri dari 28 lulusan SD dan SMP, dan 64 orang lulusan SLTA

(Tabel 3). Masa kerja sebagai tenaga honorer berkisar dari 1 tahun sampai

dengan 15 tahun. Dengan adanya kebijaksanaan kepegawaian “Minus Growth”

maka kesempatan untuk diangkat menjadi PNS kecil sekali.

Tabel 3. Penyebaran Tenaga Honorer menurut Tingkat Pendidikan di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2002.

No. Unit Kerja Tingkat Pendidikan

S1 SM SLTA SLTP SD TTSD Jumlah

1. BPTP Jawa Timur 6 1 14 5 4 - 30

2. IPPTP Mojosari 1 - 7 1 4 - 13

3. IPPTP Wonocolo 1 - 5 4 - - 9 Keterangan TTSD = Tidak Tamat Sekolah Dasar

3.3.1.3. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Jabatan Fungsional

Sebaran pegawai menurut jenis jabatan fungsional di unit kerja lingkup

BPTP Jawa Timur, terbanyak adalah administrasi 123 orang, kemudian diikuti

peneliti 68 orang, tenaga teknisi Non Klas sebanyak 15 orang, dan teknisi

litkayasa 87 orang (Tabel 4).

Sebaran pegawai menurut jenjang fungsional (Tabel 4), dari peneliti, 68

orang telah memiliki jenjang fungsional peneliti, sebagian besar (33 orang)

penyuluh sudah memiliki fungsional, sebanyak 87 orang teknisi mempunyai

fungsional teknisi dan 36 orang belum memiliki jenjang fungsional. Sementara

Golongan Jumlah

I 14 orang

II 41 orang

III 94 orang

IV 36 orang

Total 185 orang

Page 78: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

68

itu, sebaran jenjang fungsional peneliti, penyuluh teknisi litkayasa dan

pustakawan seperti terlihat pada (Tabel 5).

Tabel 4. Keragaan SDM di BPTP Jawa Timur

No Unit Kerja Peneliti Penyu

luh Litka-yasa

Pusta kawan

Administrasi Honorer

1. BPTP Jawa Timur 53 4 17 1 33 30 2. K.P. Mojosari 1 - 17 - 6 13

3. Lab. Dis. Wonocolo

1 18 - 1 33 9

Tabel 5. Jumlah pegawai menurut jabatan fungsional di lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2003.

No Jabatan Fungsional Jumlah

Peneliti 1. Ahli Peneliti Utama 2 2. Ahli Peneliti Madya 2 3. Ahli Peneliti Muda 6 4. Peneliti Madya 7 5. Peneliti Muda 7 6. Ajun Peneliti Madya 6 7. Ajun Peneliti Muda 7 8. Asisten Peneliti Madya 3 9. Asisten Peneliti Muda 4 10. Peneliti Non Klasifikasi 9

Jumlah 53

Penyuluh 1. Penyuluh Pertanian Utama 1 2. Penyuluh Pertanian Madya 11 3. Penyuluh Pertanian Muda 8 4. Penyuluh Pertanian Pratama 1 5. Penyuluh Pertanian Non Klasifikasi 1

Jumlah 22

Teknisi Litkayasa 1. Teknisi Litkayasa Penyelia 1 2. Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 2 3. Teknisi Litkayasa Pelaksana 4 4. Teknisi Litkayasa Pemula - 5. Teknisi Litkayasa Non Klas 21 Jumlah 28 Pustakawan

1. Pustakawan 1 2. Ajun Pustakawan 1

Jumlah 2

*) Data kepegawaian Per 31 Desember 2003.

Page 79: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

69

3.3.2. Rumah Tangga

Fasilitas BPTP Jawa Timur tersebar di 3 lokasi sesuai dengan unit kerja

yang ada.

3.3.2.1. Luas dan Pemanfaatan Lahan

BPTP Jawa Timur memiliki lahan, tersebar di 3 unit kerja lingkup BPTP

Jatim, yang luas bervariasi (Tabel 6). Lahan yang paling luas adalah di IPPTP

Mojosari seluas 30 ha, dan lahan yang paling sempit seluas 0,4 ha di IPPTP

Wonocolo.

Tabel 6. Luas dan pemanfaatan lahan pada seluruh unit kerja lingkup BPTP Jawa Timur, per 31 Desember 2003.

No Unit Kerja/IPPTP Luas lahan (ha)

Bangunan

(m2)

Empla semen (m2)

Peru mahan (m2)

Sawah (ha)

Tegal (ha)

Kolam/bak (m2)

Lapangan

(m2)

Tanaman Koleksi

(ha)

1. BPTP Jawa Timur 8 6.446 10.919 550 1 5 250/100 - 5,5 2. KP Mojosari 30 7.093,83 9980 794 25 - - - - 4. Lab. Dis. Wonocolo 0,4 1.309,75 280 974 - - - - - Keterangan: bila ada

3.3.2.2. Keadaan Bangunan dan Pemanfaatan

Luas lahan yang digunakan untuk bangunan terdiri dari ruang kerja,

ruang rapat, perpustakaan, laboratorium, rumah kasa/kaca, bengkel, gudang,

asrama/mess, ruang tamu, garasi, kandang, kantin dan mushola (Tabel 7).

Tabel 7. Luas Bangunan dan pemanfaatannya di lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2003

No Unit Kerja/IPPTP

R. Kerja (m2)

Perpus takaan (m2)

Ruang. pertemuan

(m2)

Lab (m2)

Ruang. Kaca/ kasa

Gudang (m2)

Mess (m2)

Kan dang (m2)

Gara ge

(m2)

R. Dinas (m2)

R Jabatan

(m2)

Tempat Cuci (m2)

Lain-Lain (m2)

1. BPTP Jawa Timur 1141 120 365 915 90/ 230

105 110 - 240 110 120 14 1286

2. K.P. Mojosari 110,72 12 60 - - 705,98 372 254 114 215,70 -

4. ILab. Dis. Wonocolo

460 70 450 - - 80 504 - 36 703,25 -

Keterangan pada kolom lain-lain : Ruang Kantin 60 m

2

Ruang tamu/tunggu 244 m2

Lantai jemur 420 m2

Gedung Klinik Agribisnis 60 m2

Work Shop Pasca Panen 60 m2

Bengkel 121 m2

Masjid 165 m2

MCK 156 m2

Page 80: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

70

3.3.2.3. Sarana Mobilitas

Sarana mobilitas di BPTP Jawa Timur dirasakan sangat terbatas.

Kendaraan yang adapun rata-rata sudah tua sehingga biaya operasionalnya

cukup tinggi. Dengan jumlah kendaraan yang ada (Tabel 8), belum mampu

mendukung tugas pokok dan fungsi BPTP Jawa Timur yang cakupan tugasnya

sangat luas.

Tabel 8 Jumlah dan Keberadaan Kendaraan roda 2 dan roda 4 pada unit BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2003.

No. Unit Kerja Kendaraan roda 2 (unit) Kendaraan roda 4 (unit)

1. BPTP Jawa Timur 13 9 2. Lab. Dis. Wonocolo 1 2 4. KP Mojosari 1 1

3.3.2.4. Tambahan Peralatan Perkantoran

Pengadaan peralatan perkantoran terutama dari anggaran rutin, dan

Proyek pada Tahun Anggaran 2003, diutamakan untuk melengkapi Kantor

Pusat BPTP Jawa Timur (Tabel 9).

Tabel 9. Penambahan Peralatan Kantor di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2003 (Proyek PAATP)

No Nama/Jenis Barang BPTP (unit/buah)

IPPTP Mojosari (unit/buah)

IPPTP Wonocolo (unit/buah)

1 Alat Pengering 2 - -

2 Alat Penyawut 2 - -

3 Alat Pengepres 2 - -

4 Alat Penggiling 1 - -

5 Vidio Camera 1 - -

6 Computer Editing - - 1

7 Lampu Spot - - 2

8 Tripot Lampu - - 2

9 VHS Player - - 1

10 Bateray cadangan - - 1

11 Groin Moisture Tester 1 - -

12 Timbangan 5 - -

13 Kompresor 1 - -

14 Jigsaw 1 - -

15 Planer 1 - -

16 Circularsow 1 - -

17 Profil 1 - -

18 Bor duduk 1 - -

19 Tavo las 1 - -

20 Mesin Cut ott 1 - -

21 Catok/Paron 1 - -

22 Catok Pipa 1 - -

Page 81: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

71

No Nama/Jenis Barang BPTP

(unit/buah) IPPTP Mojosari

(unit/buah) IPPTP Wonocolo

(unit/buah)

23 Hole Sow 1 - -

24 Gergaji 1 - -

25 Gunting Plat 1 - -

26 Tang buaya 1 - -

27 Totok 4 PC 1 - -

28 Gurinda 1 - -

29 Mata Bor 1 - -

30 Kursi lipat 83 - 23

31 Kursi direktur 25 - 25

32 PABX Extention 16 - -

33 Mic Delegate 2 - -

34 Filling cabinet 2 - 4

35 Almari bahan kimia 2 - -

36 Meja biro 2 - -

37 Meja kerja ½ biro - - 15

38 Rak buku 3 - 2

39 Almari katalok - - 1

40 Meja baca - - 2

41 Sice 2 - 1

42 Kursi tunggu - - 1

43 Rak disply koran - - 2

44 Loker - - 1

45 Meja sidang 4 - 10

46 Meja resepsionis 1 - -

47 Almari peta 1 - -

48 Kursi sidang 4 - -

49 Televisi JVC 14” - - 1

50 Smout Cheps - - 1

51 Video editing tool - - 1

52 Backwall Exhibition Complete

1 - -

3.3.3. Keuangan

3.3.3.1. Sumber Dana

Seluruh kegiatan di BPTP Jawa Timur mendapatkan yang berasal dari :

Anggaran rutin (APBN)

Anggaran proyek PAATP (APBN + Loan)

Anggaran Kerjasama dengan Pihak Ketiga

Anggaran Rutin pada tahun anggaran 2003 meliputi pembiayaan untuk

pembayaran gaji, tunjangan beras, lembur para karyawan, pengadaan

keperluan sehari-hari dan peralatan kantor, pemeliharaan dan perjalanan dinas.

Page 82: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

72

3.3.3.2. Penetapan Anggaran

Penetapan anggaran Rutin dan Proyek di BPTP Jawa Timur TA. 2003 di

dasarkan pada pelaksanaan tugas dan fungsi Balai, serta tugas dan fungsi

masing-masing unit kerja, demikian pula alokasi anggaran yang bersumber dari

dana lain (Tabel 10).

Tabel 10. Anggaran Berdasarkan Sumber, Jumlah dan Lokasi pada Unit Kerja di Lingkup BPTP Jawa Timur TA. 2003

No. Unit Kerja

Rutin (Rp. 000)

Proyek (Rp. 000)

Kerjasama (Rp. 000)

1. BPTP Jawa Timur 1.690.285.000 3.061.219,9

2. KP Mojosari 594.122.000 9.150

3. Lab. Dis. Wonocolo 1.028.310.000 266.648,1

JUMLAH 3.312.717.000 3.337.018

3.3.3.3. Pelaksanaan Anggaran

Realisasi anggaran TA 2003 seperti yang tersaji pada Tabel 11 .

Tabel 11. Anggaran, realisasi dan sisa anggaran di Lingkup BPTP Jawa Timur TA. 2003

Kegiatan Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Sisa (Rp.)

1. Rutin 3.312.717.000 4.170.465.529 857.748.529

2. PAATP Jatim 3.337.018.000 3.250.892.950 86.125.050

3. Kerjasama swasta 187.250.000 - -

4. APBD-I 508.600.000 - -

3.3.3.4. Realisasi Penerimaan PNBP

Tabel 12. Realisasi Penerimaan PNBP TA 2003 sesuai satuan kerja

No. Satuan Kerja Umum Fungsional

(000) Realisasi

(000)

1. BPTP Jawa Timur 75.819.167 9.646.000 85.465.167

2. Lab. Dis. Wonocolo - 49.770.000 4.977.000

3. KP Mojosari 48.480 11.809.000 11.857.480

Jumlah 75.867.647 26.432.000 102.299.647

3.4. PELAYANAN TEKNIK

3.4.1. Kegiatan Informasi

Kegiatan informasi di BPTP jawa Timur meliputi semua kegiatan yang

berkaitan dengan Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian melalui berbagai bentuk

pertemuan, pendokumentasian hasil penelitian/pengkajian. Balai, menyajikan

materi informasi dalam bentuk yang dikehendaki (laporan berkala, publikasi,

tercetak dan elektronik layanan internet), dan penyelenggaraan perpustakaan

Page 83: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

73

3.4.1.1. Penyebaran informasi Hasil Penelitian/Pengkajian

Penyebaran informasi dari BPTP Jawa Timur dilakukan melalui media

cetak, elektronika, dan berbagai pertemuan. Penyebar luasan informasi secara

lengkap selama satu tahun terakhir secara ringkas disajikan pada Tabel 13..

Tabel 13. Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian yang dihasilkan BPTP Jawa Timur TA 2003

Nomor Nama Publikasi Jumlah

(Judul/eksemplar)

A. Pertemuan-Pertemuan

Seminar Lokakarya Temu Informasi Temu Aptek Temu lapang Gelar Teknologi Pelatihan/magang Kunjungan Pembinaan KTNA Pertemuan Tim Teknis Teknologi Pertanian Pertemuan Komisi Teknologi Pertanian

2 - 1 3 1 - -

17 18 2 2

B. Pengembangan Informasi Teknologi a. Media Cetak.

Prosiding Seminar Hasil Litkaji Monograf Rakitan Teknologi Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Laporan Tahunan Laporan Bulanan Brosur Liptan (leaflet) Folder Publikasi lain Mass Media

1/300 1/500 1/300 1/250

12 -

4 judul/4000 3 judul/4000

3 -

b.Media Elektronik

Radio Komunikasi dan Informasi Pertanian RRI Stasiun Malang Seri Foto Seri Slide Paket Siaran TV Layanan Internet (browsing dan e-mail) VCD

6/40 kaset 6 kali

- -

1 kali setiap hari kerja

2 judul/100

Page 84: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

74

Nomor Nama Publikasi Jumlah

(Judul/eksemplar)

C.Pameran/Ekspose Lokal Regional Nasional

1 1 5

D. Visitor Plot Di KP Karangploso, Malang (Perbenihan ikan) Di Wonocolo, Surabaya (Hidroponik) Di Mojosari, Mojokerto (Koleksi mangga & anggur)

1 1 1

E. Unit Komersialisasi Teknologi (UKT)

Operasionalisasi jasa layanan Balai Mendukung kegiatan promosi Balai Rintisan agribisnis Melakukan penawaran komersialisasi teknologi (produksi benih/bibit, publikasi )

V V V V

F. Layanan Perpustakaan

Foto copy Penelusuran literature Penyusunan bibliografi

V V V

Keterangan : *Liptan : - Budidaya Ikan Sistem Karamba * Folder : - Teknologi Pembuatan Complete Feed (CF)

- Cara Pembuatan Tortila Jagung - Sedap Malam Varietas Roro Anteng - Teknik Pembuatan Tiwul Instan - Budidaya Pisang

- Penanaman Kedelai di Lahan Sawah dengan

3.4.1.2. Perpustakaan

Kondisi Perpustakaan di lingkup BPTP Jawa Timur saat ini sudah relative

lebih baik, dilihat dari penambahan fasilitas dan koleksi Perpustakaan, karena

selama tiga tahun ini sudah mendapatkan alokasi dana pengadaan buku dari

Proyek PAATP, sedangkan untuk pemeliharaan dan penyelenggaraan

Perpustakaan masih mendapat dana dari Rutin, walaupun jumlahnya masih jauh

dari cukup. Penambahan pengadaan pustaka secara berkesinambungan untuk

peningkatan kualitas maupun kuantitasnya yang disesuaikan dengan tugas dan

fungsi Balai, serta peningkatan sumberdaya manusia masih sangat diperlukan

untuk menunjang kegiatan BPTP Jawa Timur. Tambahan bahan pustaka yang

diterima pada TA. 2003 oleh BPTP Jawa Timur disajikan dalam tabel berikut.

Page 85: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

75

Tabel 14. Jumlah tambahan bahan Pustaka pada Satuan Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur TA 2003

No Unit Kerja Buku (judul)

Majalah (judul)

Brosur/ leaflet (judul)

1. BPTP Jawa Timur

266 160 150

4. Lab. Dis. Wonocolo

183 2.790 16

5. KP. Mojosari

- - -

Sumber : Perpustakaan – BPTP Jawa Timur

Jumlah pengunjung perpustakaan sebagian besar adalah mahasiswa,

peneliti dan penyuluh. Pada umumnya, selain membaca bahan pustaka, mereka

juga memanfaatkan jasa peminjaman ataupun fotokopi. Data pengguna jasa

perpustakaan selengkapnya tertera pada Tabel 15.

Tabel 15. Jumlah pengunjung perpustakaan, fotokopi, penelusuran dan peminjaman pustaka pada Unit Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur TA 2002

No Unit Kerja

Pengunjung Penggunaan Jasa

Peneliti Mahasiswa/Siswa

Penyuluh Foto Copy

Penelu-suran

Pemin-jaman

1. BPTP Jawa Timur 176 859 59 361 - -

4. Lab. Diseminasi Wonocolo

- 791 211 326 1871 -

5. KP. Mojosari

- - - - - -

3.4.1.3. Pameran/ Ekspose

Dalam tahun 2002, cukup banyak kegiatan Pameran/Ekspose yang

diikuti oleh BPTP Jawa Timur, selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Page 86: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

76

Tabel .16. Kegiatan Pameran, Temu Lapang Nama Kegiatan Waktu Tempat

Pemeran :

1. Ekpose dalam Peringatan Sewindu BPTP Jawa Timur

4-6 Juni 2003 Di halaman BPTP Jawa Timur

2. Ekpose Teknologi Tepat Guna Nasional IV

4-9 September 2003 Di Lapangan Parkir Timur Stadion Delta Sidoarjo

3. Mengikuti Indonesia Agribusiness Expo

Oktober 2003 Gedung WTC Sorabaya

4. Mengikuti Pekan Promosi Agribisnis Pembangunan Kabupaten Tulungagung

14-20 Juli 2003 Stadion Kabupaten Tulungagung

5. Ekpose Teknologi Spesifik Lokasi 14-17 Juli 2003 Pusat Agribisnis Suropadan Jawa Tengah

6. Gelar Teknologi Pangan Berbasis Buah-Buahan, dalam rangka Peringatan Hari Pangan Sedunia

20 Oktober 2003 Halaman Kantor BKP Surabaya

7. Mengikuti Indonesia Tropical Fruit Festival

4-7 Desember 2003 Di Halaman Hotel Sahid Kuta Denpasar Bali

Temu Lapang :

1. Pengembangan Model Usahatani Konservasi Secara Partisipatif di Lahan Kering Dataran Tinggi

2003 Desa Argosari Lumajang

3.4.1.4. Kunjungan Tamu

Selama tahun Anggaran 2003 BPTP Jawa Timur (kantor pusat)

menerima kunjungan sebanyak 23 kali dengan peserta sejumlah 1332 orang

terdiri dari: Rombongan instansi pemerintah, Perguruan Tinggi, Pendidikan

Menengah, Pengusaha/swasta, Kelompok Tani/kontak Tani.

Page 87: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

77

Tabel 17. Daftar Kunjungan ke BPTP Jawa Timur 2003 No Tanggal Instansi/Universitas/Sekolah Materi

1. 8 Januari 2003 SMP Negeri 5 Malang Pertanian dan Peternakan

2. 10 januari 2003 TK. Anak Saleh Malang Pengenalan Tanaman

3. 20 januari 2003 Kelompok Tani Ds. Selopuro, Blitar

Budidaya Tanaman Pangan

4. 29 Januari 2003 SPP Kediri Budidaya jamur dan Hortikultura

5. 18 Februari 2003 Faperta Universitas Tulungagung

Hortikultura

6. 26 Februari 2003 Smpk Santa Agnes Surabaya Kegiatan BPTP Jawa Timur

7. 25 Februari 2003 Ponpes Raudatul Muslimin Penggemukan Ternak

8. 6 Maret 2003 MTSn. Surya Buana Malang Hortikultura

9. 12 Juni 2003 UPN Veteran Jawa Timur Hortikultura dan Tanaman Pangan

10. 5 Agustus 2003 Peserta SL Agribisnis kabupaten Lamongan

Agribisnis jagung, kedelai dan hortikultura

11. 20 agustus 2003 Petugas lapangan Diperta Kabupaten Jombang

Budidaya padi dan jagung

12. 20 Agustus 2003 Petani Desa Sukodono, Dampit malang

Budidaya Salak Pondoh

13. 25 Agustus 2003 Kelompok Tani Sidomaju Ds. Balongtani, Jabon Sidoarjo

Budidaya padi dan sayuran

14. 12 September 2003 Himadat Faperta Universitas Brawijaya

Kegiatan Litkaji BPTP Jawa Timur

15. 15 Oktober 2003 BPP Pare, Kediri Budidaya padi dan hortikultura

16. 15 Oktober 2003 Kelompok Tani, Mojosari Mojokerto

Budidaya padi

17. 17 Desember 2003 SMPK Santa Agnes Surabaya Kegiatan BPTP Jawa Timur

3.4.1.5.Kursus/Latihan, Seminar di dalam dan luar BPTP, Mahasiswa Praktek Kerja Lapang dan Penelitian

Kursus dan seminar yang diikuti oleh karyawan-karyawati lingkup BPTP

Jawa Timur serta makalah yang disajikan (Tabel 18 dan 19).

Tabel 18. Kursus/Latihan yang diikuti oleh staf BPTP Jawa Timur No. Nama Waktu Tempat Judul Unit Kerja

1. Ir. Kasmiyati 3-7 Nopember 2003

Wisata Agro Inkarla Cibodas

Pelatihan Manajemen Wisata Agro tahun 2003

BPTP Jatim

2. Ir. Baswarsiati, MS 10-16 Nopember 2003

Cipanas, Cianjur

Pelatihan Pemuliaan Berorientasi HAKI

BPTP Jatim

3. Ir. Zainal Arifin, MP 11-16 Agustus 2003

Balai Diklat Ketindan Lawang

Diklat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

BPTP Jatim

4. Ir. Al. Gamal Pratomo 11-16 Agustus 2003

Balai Diklat Ketindan Lawang

Diklat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

BPTP Jatim

5. Jumadi Bogor Pelatihan Akutansi Perencanaan dan Manajemen

BPTP Jatim

Page 88: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

78

6. Kasiyanto Bogor Pelatihan Akuntansi

Perencanaan dan Manajemen

BPTP Jatim

7. Slamet Riyanto Jakarta Workshop Sistem Informasi Manajemen Fasilitas

BPTP Jatim

8. Rohmad Budiono Jakarta Diklat Fungsional Peneliti

BPTP Jatim

9. Dra. Iffah Irsjadina 5-7 Agust. 2003

Surabaya Managemen Jabatan Fungsional Rumpun ilmu Hayat

BPTP Jatim

10. Samsu Aminullah 21 Juli-9 Agustus 2003

BLPP Ungaran Kursus Bendaharawan Khusus

BPTP Jatim

11. Dr. Ir. Much. Soleh, MS 29 Juni 2 Juli 2003

Balitpa Sukamandi

Apresiasi Teknis Program Litkaji Pola CLS di Lahan Karing

BPTP Jatim

12. Djoko Siswanto 14-15 Maret 2003

Jakarta Workshop Editing Vidio

BPTP Jatim

13. Nonot Widarsa 8-17 Desember 2003

Yogyakarta Pelatihan Manajemen Database Fasilitas bagi Petugas Pengelola Barang Tingkat UPB

BPTP Jatim

14. Ir. Fatkhul Arifin Balai Diklat Ketindan Lawang

Diklat Developing Profesional Personality

BPTP Jatim

15. Rika Asnita, SP 17-18 Juli 2003

BPTP Jawa Barat

Pengolahan dan Analisis Data Survei

BPTP Jatim

16. Ir. Luki Rosmahani, MS 28 April – 9 Mei 2003

Wageningen University Netherlands

Pedidikan non Gelar BPTP Jatim

17. Ir. Moh. Ismail Wahab 10-11 Desember 2003

Bogor Lokakarya Pengelolaan Plasma Nutfah Pertanian

BPTP Jatim

18. Ir Herman Subagio, MS 10-11 Desember 2003

Bogor Lokakarya Pengelolaan Plasma Nutfah Pertanian

BPTP Jatim

19. Dr. Ir. Q Dadang Ernawanto

12-16 Desember 2003

Jakarta Pelaksanaan Program Reentry Pasca Penugasan Belajar Bdan Litbang Pertanian

BPTP Jatim

20. Ir. Harwanto Jakarta Pelatihan Pemberdayaan Peneliti Teknisi Pengolahan Hasil Kakao

BPTP Jatim

21. Yuwoko Jakarta Pelatihan Pemberdayaan Peneliti Teknisi Pengolahan Hasil Kakao

BPTP Jatim

Page 89: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

79

22. Kuswardoyo 3-18 Juni 2003

BLPP Batu Pelatihan SAP dan SIMKEU

BPTP Jatim

23. Ir. Wigati Istuti 3-4 Pebruari 2003

Badan Litbangtan

Pelatihan PTT BPTP Jatim

24. Ir. Agus Suryadi 3-4 Pebruari 2003

Badan Litbangtan

Pelatihan PTT BPTP Jatim

25. Ir. Suhardi Badan Litbangtan

Apresiasi Akreditasi BPTP Jatim

26. Ir. Lulus Sunaryo Badan Litbangtan

Apresiasi Akreditasi BPTP Jatim

27. Lukani 22 Okt.-6 Nop. 2003

Badan Litbangtan

Managemen Sumberdaya Manusia Profesional

BPTP Jatim

28. Ir. Moh. Saeri 13-26 Okt. 2003

Ciawi Bogor Pelatihan Penulisan Karya Tulis Teknisi Litkayasa

BPTP Jatim

29. Ir. Endah Retnaningtyas 9-14 Sept. 2003

Batu Traning Agribisnis Tahap I

BPTP Jatim

30. Dra. Endang Widayati 15-23 Des. 2003

VEDC Malang Traning Agribisnis Skala Kecil

BPTP Jatim

31. Ir. Gatot Kustiono 15-23 Des. 2003

Balatkop Malang

Traning Agribisnis BPTP Jatim

32. Ir. Agus Suryadi 15-23 Des. 2003

Balatkop Malang

Traning Agribisnis BPTP Jatim

33. Ir. Paulina Evi RP, MP 15-23 Des. 2003

Balatkop Malang

Traning Agribisnis BPTP Jatim

34. Rohmad Budiono 29 Mei 2003

Batu Pelatihan Sekolah Lapang

BPTP Jatim

35. Ir. Harwanto 26-31 Mei 2003

Lolit Jeruk Batu Training of Trainess Pengelola Tanaman Terpadu Tanaman Jeruk

BPTP Jatim

36. Ir. Titiek Purbiati 26-31 Mei 2003

Lolit Jeruk Batu Training of Trainess Pengelola Tanaman Terpadu Tanaman Jeruk

BPTP Jatim

37. Ir. Heri Sutanto 26-31 Mei 2003

Lolit Jeruk Batu Training of Trainess Pengelola Tanaman Terpadu Tanaman Jeruk

BPTP Jatim

38. Yoyok Hardi M 26-31 Mei 2003

Lolit Jeruk Batu Training of Trainess Pengelola Tanaman Terpadu Tanaman Jeruk

BPTP Jatim

39 Dr. Suyamto 28 Juli-6 Okt. 2003

Jakarta Diklatpin TK II BPTP Jatim

40. Slamet Riyadi 10-13 Juni 2003

Cipayung Pelatihan Pengelola Managerial Penerimaan Negara

BPTP Jatim

41. Ir. Wigati Istuti Training Workshop on Rice Teknology Trafert Sistem in Asia

BPTP Jatim

Page 90: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

80

42. Ir. Luki Rosmahani, MS 13-17 Okt. 2003

Badan Litbangtan

Latihan Ketrampilan PHT-PR

BPTP Jatim

43. Ir Diding Rachmawati 13-17 Okt. 2003

Badan Litbangtan

Latihan Ketrampilan PHT-PR

BPTP Jatim

44. Sjaiful Chanafi, S Sos 23-24 Sept. 2003

Bali Pemasyarakatan Standarisasi Pedoman Perpustakaan

BPTP Jatim

45. C.N Yuliarti 23-24 Sept. 2003

Bali Pemasyarakatan Standarisasi Pedoman Perpustakaan

BPTP Jatim

47. Hendiva Winar, SE 15-18 Juli 2003

BPTP Lembang Workshop pemanfaatan TI dan SI

BPTP Jatim

48. Indriana R.D, SP 15-18 Juli 2003

BPTP Lembang Workshop pemanfaatan TI dan SI

BPTP Jatim

49. Ir. Suwono, MP 1-12 Maret 2003

Philipina Developing BPTP Jatim

50. Ir. LY Krisnadi 1-12 Maret 2003

Philipina Developing BPTP Jatim

Tabel 19. Seminar BPTP Jawa Timur No. Topik Pembawa Waktu Unit Kerja

1. Seminar Nasional AFTA 2003

Peneliti BPTP Jawa Timur

2003 Lingkup BPTP Jawa Timur

2. Seminar Intern Hasil Litkaji 2002

Peneliti BPTP Jawa Timur

2003 Lingkup BPTP Jawa Timur

3. Seminar Nasional Sewindu BPTP Jawa Timur

2003 Lingkup BPTP Jawa Timur

Tabel 20. Makalah yang dibuat dan disampaikan oleh staf pada berbagai pertemuan

Nama Judul Makalah Acara

Dr. Suyamto Inventarisasi hasil litkaji teknologi produksi buah-buahan Prpinsi Jawa Timur

Pertemuan koordinasi keterpaduan sentra produksi buah-buahan wilayah barat(Sumatera dan Jawa). Padang 23-26 Juni 2003

Ir. Pudji Santoso, MS Kajian adopsi paket teknologi SUP kedelai di Jawa Timur

Publikasi JPPTP, PSE volume 6 No. 1 , Januari 2003

Ir. Sri Yuniastuti 1. Pengenalan dan eknologi pembibitan tanaman empon-empon

2. Teknologi sambung dini dan top working pohon buah-buahan

3. Teknologi budidaya dan pencegahan kerontokan buah mangga

1. Pelatihan di BDATPO, Ketindan Lawang

2. Temu aplikasi teknologi pertanian, Trenggalek 21 Juli 2003

3. Temu aplikasi teknologi pertanian, Nganjuk 29 Juli 2003

Page 91: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

81

Ir. Roesmiyanto 1. Agroekologi tanaman kedelai

2. Perbanyakan benuh kedelai bermutu

1. Pelatihan pemandu lapangan Agribisnis tanaman pangan, Bedali 7-13 April 2003

2. sda

Dr. Suhardjo 1. Lokakarya Pengolahan Pangan, BKP Propinsi Jatim, Surabaya 27-28 Mei 2003

2. Pelatihan diLamongan

Ir. Suhardi Pasca panen dan pengolahan hasil tanaman tomat

Pelatihan PPL Diperta Kabupaten Jombang, Gudo 26 Juni 2003

Ir. Ruly Hardianto 1. Analisa profil dan prospek pengembangan peternakan di Kab. Tuban

2. Rakitan teknologi pakan lengkap

3. Pengelolaan DAS untuk pengembangan agribisnis terpadu tanaman, ternak dan industri pakan

1.Tuban

2. Blitar

3. Jasa Tirta Malang

Dr. M. Soleh 1. Budidaya kentang hubungannya dengan konservasi tanah di lahan kering dataran tinggi

2. Teknologi penanaman kubis di kawasan rawan erosi lahan kering dataran tinggi

1. Aptek Diperta Kabupaten Probolinggo

2. sda

Tabel 21. Judul makalah yang diterbitkan dalam publikasi di luar BPTP Jawa Timur

Nama Judul Makalah Acara

Ir. Titiek Purbiati Pergiwo Pergiwati, dua varietas unggul bunga mawar potong

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian vol. 25 No. 2, tahun 2003

Ir. Tri Sudaryono, MS Teknologi budidaya salak spesifik lokasi lahan kering

Temu usaha pengembangan usahatani terpadu hortikultura, ternak di lahan kering, Prigen Pasuruan 23 Juni 2003

Dra. Wahyunindyawati,

MP

Tingkat adopsi teknologi usahatani padi lahan sawah di Jatim

Publikasi JPPTP PSE vol 6 No. 2, Januari 2003

Tabel 22. Mahasiswa Penelitian/Praktek Kerja Lapang (PKL) No. Nama Mahasiswa Judul Penelitian/Pkl Pembimbing

1. Puji Astutik dkk SMK-BM Ardjuna 02.

Keuangan (PSG) Ir. Heru Samekto

2. Kristina Ardina D III Kesekretariatan Unibraw

Disiplin Kerja Pegawai di BPTP Jatim (PKL)

Dra. Iffah Irsyadina

3. Indri Faperta Unibraw

Kultur jaringan (PKL) Ir. PER. Prahardini. MP

4. Abdul Gofar dkk. Hama Penyakit Tanaman Budidaya tanaman Hortikultura (PSG)

Ir. Sarwono Ir. Heri Sutanto

5. Fekum Ariesbowo Nuraini Faperta Unibraw

Pengkajian sistem perbanyakan benih BS dan galur harapan kedelai (PKL)

Ir. Chamdi Ismail

Page 92: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

82

6. Dimas Agung Baruno

Astrid Yuniar Dita Arsyanti

GIS (PKL) Ir. D.P. Saraswati

7. Dwiaji Jamal A. Ratih Nirmala Sari Ridlo Patyodi

Pengkajian sistem perbanyakan benih BS dan galur harapan padi (PKL)

Drs. Bambang Tegopati

8. Ajeng Puspaningrum Faperta Unibraw

Pemuliaan Melon *PKL) Drs. M. Sugioyarto, MP

9. Martina Ariyanti Uji multilokasi galur harapan padi (PKL) Ir. Bambang Pikukuh

10. Yulia Hafida Uji multilokasi galur harapan jagung (PKL) Ir. Bambang Pikukuh

11. Yuyun Bintariwati Faperta Unibraw

Uji ketahanan 11 galur harapan padi terhadap penyakit bercak coklat (PKL)

Ir. Sarwono

12. Siti Nur Khomsatun Faperta Unibraw

Seleksi ketahanan 12 varietas padi terhadap hawar daun bakteri (PKL)

Ir. Sarwono

13. Jun Hariyanto dkk SMK Tekung Lumajang

Pembibitan tanaman hias (PKL) Ir. Sarwono Ir. Heri Sutanto

14. Rusi Trisnawati dkk. SMK Kosgoro 4 Karangploso 4

Keuangan (PSG) Ir. Heru Samekto

15. Trudo Dwi Rendra dkk Faperta Unibraw

Komunikasi dan Penyuluhan (PKL) Dra. Endang Widajati Dra. Yulfah

16. Fathkiyatul dkk. School of Business

Komputer (OJT) Dra. Yulfah

17. Kristian Dony Briyan Cahya Putra Fapetta UMM

Produk olahan tepung Casava dan produk lain (PKL)

Dr. Suhardjo

18. M. Masruri B, dkk/ FMIPA Unisma

Pengkajian sistem perbanyakan benih BS kedelai

Ir. Chamdi Ismail

19. Dwi Estuning Hidayah Yunika Sariana Dewi Faperta UWIGA

Pengaruh komposisi media tumbuh pada pembibitan cabai (PKL)

Ir. Endang PK, MS

20. Yudha Hutomo dkk. FMIPA UN Surabaya

Pengkajian dan pengembangan model usahatani terpadu padi-udang windu di lahan sawah irigasi (PKL)

Ir. Anang Muhariyanto

21. Citra Okta S DIII Faperta Unibraw

Kultur jaringan (Magang Tugas Akhir) Ir. PER Prahardini, MP

22. Indah Kusuma Nurhadi DIII Faperta Unibraw

Uji adaptasi Sedap Malam (magang tugas akhir)

Sri Zunaini Saadah, SP

23. Ilham Nur Ardhi W. Faperta Unibraw

Heterosis Sifat hasil pada p[ersilangan tiga galur tanaman melon (skripsi)

Drs. M. Sugiyarto, MP

24. Nur Cholistyani Basuki Univ. Neger Surabaya

Respon morfologi anatomi dan fisiologi kedelai terhadap cekaman air (skripsi)

Ir. Lulus Sunaryo, MP

25. Rika Yohanawati UPN Veteran Surabaya

Pengaruh penambahan ZPT, NAA dan BAP dalam medium differensiasi thd pertumbuhan planlet Anggrek Dendrobium sp. (skripsi)

Ir. PER. Prahardini, MP

26. Sri Astutining P, Pareta Unibraw

Penggunaan berbagai macam ZPT untuk mempercepat pembungaan dan meningkatkan hasil bunga sedap malam varietas Roro Anteng (skripsi)

Ir. PER Prahardini, MP

3.4.2. Kegiatan Kerjasama dengan Pihak Ketiga

Kegiatan kerjasama penelitian/pengkajian BPTP Jatim dengan Pihak

Ketiga selama setahun terakhir sebagian besar adalah kegiatan pengujian pupuk

alternatif dan pestisida. Kerjasama penelitian/pengkajian dengan Pemerintah

Page 93: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

83

Daerah, antara lain dengan Pemerintah Propinsi, melalui Dinas-dinas teknis yang

ada dan juga dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Secara ringkas dibawah ini disajikan berbagai kegiatan kerjasama dengan

pihak swasta, pemerintah daerah Propinsi maupun Kabupaten beserta hasilnya.

Tabel 23. Rekapitulasi kegiatan kerjasama dengan Swasta Tahun 2003

No Judul Kegiatan Kerjasama Sumber dana Pihak yang

terkait dalam kegiatan

Hasil Pengujian

01. Pengujian pupuk Grand-16,

pada bawang merah

PT. Tanido Subur

Prima,Surabaya

Dr.F. Kasijadi Pemberian pupuk majemuk

Tanigro dosis 900 kg/ha + pupuk

Gardena dosis 3,8 l/ha dan Tanimic

3,8 l/ha yang disemprotkan 4 kali

memberikan hasil umbi kering

bawang merah tertinggi dan paling

menguntungkan

02. Pengujian pupuk Grand-16

pada timun

sda Ir.Al. Gamal

Pratomo

Pemberian pupuk Grand 16 500

kg/ha ditambah penyemprotan 1

ml/l pupuk daun Tanivit sesuai

aturan mampu berproduksi cukup

tinggi dan dapat disarankan

sebagai alternatif pemupukan

tanaman timun.

03. Pengujian pupuk Grand-16

pada tomat

sda Ir. Luki

Rosmahani, MS

Pemberian pupuk majemuk

Tanigro 16-16-16 dosis 350 kg/ha,

pupuk mikro spesial Fitonik doasis

4,2 t/ha dan pupuk daun Tanivit

dosis 4,2 t/ha yang disemprotkan 4

kali selama pertumbuhan tanaman

tomat dapat disarankan untuk

digunakan petani.

04. Pengujian pupuk ZK-Plus

terhadap tanaman padi

PT, Molindo Raya

Industrial

Ir. Mardjuki Pemupukan 100 kg ZK-Plus/ha

dibarengi dengan 100 kg SP-36/ha,

rata-rata mampu meningkatkan

hasil gabah secara nyata sebesar

15,9 % dibandingkan tanpa ZK-

Plus.

05. Pengujian pupuk ZK-plus

terhadap tanaman bawang

merah

sda Dr.F. Kasijadi Pada tanah tingkat kesuburan

tanah sedang, pemberian 300 kg

Urea + 300 kg ZA + 200 kg SP-36

+ 400 kg ZK-Plus/ha menghasilkan

umbi kering bawang merah

tertinggi, tetapi hasilnya tidak

berbeda dengan pemupukan 200

kg Urea+500 kg ZA+200 kg SP-

36+225 kg KCl/ha. Pupuk ZK-Plus

dapat digunakan sebagai salah

satu alternatif sumber hara kalium

dan sulfur bagi tanaman bawang

merah.

06. Pengujian pupuk ZK-Plus

terhadap tanaman kentang

sda Ir.Al. Gamal

Pratomo

Pemupukan kentang dengan dosis

1300 kg ZA + 280 kg SP-36 + 150--

Page 94: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

84

300 kg ZK-Plus/ha dapat

digunakan sebagai alternatif

pemupukan pada tanaman

kentang

07. Pengujian pupuk ZK-Plus

terhadap tanaman kubis

sda Drs.M.Sugiyarto,

MP

Pemberian pupuk ZK-Plus dosis 200 kg/ha ditambah 180 kg urea + 75 kg ZA + 350 kg SP-36 memberikan produksi cukup tinggi, sehingga dapat disarankan sebagai pupuk alternatif.

08. Pengujian pupuk ZK-Plus

terhadap tanaman cabe

merah

sda Ir.Endang PK, MS Pemupukan cabe merah dengan

dosis 200 kg Urea + 400 kg ZA +

350 kg SP-36 + 500 kg ZK-Plus/ha

menghasilkan produksi 16,52 t/ha.

09. Pengujian pupuk NPK

Pelangi dan Urea Granul

pada padi dan jagung

PT. Pupuk Kaltim

Tbk

Dr. Suyamto Untuk tanaman padi di Blitar dosis pupuk Urea granul yang optimal adalah 200 kg/ha diberikan dua kali. Dosis NPK Blending yang optimal adalah 400 kg/ha diberikan dua kali ditambah 25 kg/ha Urea granul. Untuk padi di Jombang, dosis Urea granul yang optimal mencapai 350 kg/ha diberikan dua kali, sementara untuk NPK Blending sebesar 400 kg/ha satu kali pemberian ditambah 150 kg Urea granul/ha. Untuk tanaman jagung, dosis NPK Blending optimal di Tuban sebesar 400 kg/ha diberikan dua kali ditambah 25 kg Urea Granul. Tanaman jagung di Mojokerto dosis NPK Blending optimal mencapai 400 kg/ha ditambah 100 kg Urea granul/ha.

10. Pengujian PPC Ultra Grow

terhadap tanaman Melon

CV. surya Agung Drs. M. Sugiyarto,

MP

Pupuk Cair Ultra Grow 1 cc/l

diberikan setelah umur 28 hari +

NPK anjuran berpengaruh pada

pertumbuhan panjang/ tinggi

tanaman, luas dan berat daun.

11. Pengujian PPC Permata

terhadap tanaman kacang

tanah

CV. surya Agung Ir. Suwono, MP Pemberian PPC Permata 2,0 ml/l

air atau setar dg 1200 ml/ha

dibarengi pemupukan 50 kg Urea +

75 kg SP-36 + 50 kg KCl/ha

mampu menghasilkan kacang

tanah paling tinggi (2,57t/ha) dan

berpengaruh nyata dibandingkan

kontrol (tanpa NPK dan tanpa PPC

Permata)

Page 95: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

85

12. Pengujian PPC Multihara

pada tanaman padi

CV. Surya Inti

Sejati, Banyuwangi

Ir. Zainal Arifin, MP Penambahan pupuk organik cair

Multihara sebanyak 4 cc/l dapat

menghemat separuh kebutuhan

pupuk anorganik (Urea 150

kg/ha+SP-36 37.5 kg/ha+KCl 37.5

kg/ha) di lokasi Pasirian, di

Sumbersuko diperlukan pupuk

anorganik sesuai rekomendasi dan

penambahan 1 cc/l Multihara dapat

menaikkan 11 % gabah.

13. Pengujian pupuk Phonska

terhadap pertumbuhan

tanaman bawang merah

PT. Petrokimia

Gresik

Dr. QD.

Ernawanto

Dosis optimal pupuk Phonska

sebesar 850 kg/ha mampu

meningkatkan produksi bawang

merah sebesar 5,09 %

dibandingkan dengan penggunaan

pupuk sesuai rekomendasi (500 kg

ZA+ 200 kg Urea + 250 SP-36 +

150 kg KCl) / ha

14. Pengujian pupuk Phonska

terhadap pertumbuhan

tanaman kentang

sda Ir. Al. gamal

Pratomo

Pemberian pupuk Phonska 480

kg/ha + 720 kg ZA /ha dapat

disarankan sebagai alternatif

pemupukan kentang

15. Pengujian pupuk Phonska

terhadap pertumbuhan

tanaman cabe merah

sda Ir. Endang Pratiwi

Kusumainderawati

, MS

Pada tanah tingkat kesuburan

sedang pemberian 1100 kg NPK

Phonska + 917 kg ZA/ha dapat

memberikan produksi cabai besar

secara naksimum dan

meningkatkan hasil 94,9% dari

tanpa pupuk. Apabila harga pupuk

NPK Phonska Rp. 1700,- /ka dan

harga cabai besar Rp. 3000,-/ka,

keuntungan maksimum dicapai

dengan pemupukan 1050 kg NPK

Phonska + 875 kg ZA/ha.

16. Pengujian efikasi zat

pengendali tunas Fair 85 dan

fair FST-7 terhadap

pertumbuhan tunas samping

tanaman tembakau Virginia

PT. Forum Bintang

Perkasa

Dr. Ir. Gatot

Kartono, MS

Zat pengendali tunas yang dapat

digunakan yaitu FST-7 dg

konsentrasi 6-8%, Fair 85 dg

konsentrasi 6% serta Hylan 715 EC

dg konsentrasi 4% dapat

digunakan untuk pengendalian

tunas ketiak tanaman tembakau

Virginia

17. Pengujian pupuk Ostindo

pada padi

PT. Anugerah

Mustika Ostindo

Dr. M. Soleh Penyelesaian laporan

18. Pengujian pupuk Ostindo

pada mangga

PT. Anugerah

Mustika Ostindo

Dr. M. Soleh Penyelesaian laporan

19. Pengujian pupuk Amonium

Sulfat terhadap padi, jagung

dan bawang merah

PT. Cheil Samsung

Indonesia

Dr. M. Soleh Penyelesaian laporan

20. Pengujian formula pupuk

Cornalet pada tanaman

jagung

PT. Saraswanti

Anugerah Makmur

Ir. Suwono, MP Masih berjalan

Page 96: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

86

Tabel 24. Kerjasama dengan Instansi Pemerintah Kabupaten dan Kota se

Jawa Timur. No Judul Kegiatan Penyandang Dana Nomor/Tanggal Kontrak Jangka Waktu

01 Pengkajian peningkatan kualitas bunga sedap malam dan buah mangga di Kabupaten Pasuruan

Badan Pengembangan Sumberdaya Daerah Kabupaten Pasuruan

074/III.I/424.085/2003 April – Desember 2003

02 Pengkajian pengembangan model usahatani terpadu tanaman pangan-ternak di lahan sawah irigasi

Dinas Pertanian Tanaman kabupaten Lumajang

LB.310.0302.5.5. Maret-Desember 2003

03. Pengkajian peningkatan produksi hortikultura ramah lingkungan, kebun bibit desa dan pengembangan kebun campur kawasan Panderman

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu

520/266/422.105/2003 Mei-Desember 2003

04. Perbanyakan bibit duku varietas lokal Pranggahan Kulon Kabupaten Tuban

Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian Kabupaten Tuban

April-Desember 2003

05. Analisis kualitas susu dari Jawa Timur

Balai Penelitian Veteriner

1000/RC.220/B2.5.2/ 2003

Januari-Desember 2003

06 Pemetaan kesuburan tanah lahan sawah di Kabupaten Blitar untuk penyusunan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi

Balitbangda Kabupaten Blitar

545/127/A/Balitbangda/APBN/ 2003

April-Desember 2003

07. Penyusunan studi pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan baku pakan ternak complete feed

Bappeda kabupaten Tuban

602.1/469/414.101/ 2003

Mei-September 2003

08. Pengembangan Model Agroindustri Pengolahan Tepung Cassava skala kecil

Diperta Kab. Tulungagung dan Kab. Magetan

- Juni – Desember 2003

09. Pewilayahan Zona Agroekologi Kab. Lumajang

Diperta Kab. Lumajang

- Desember 2003

Page 97: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

87

2.4.2.1. Pengkajian Sistem Usaha Perkebunan Berbasis Kakao Rakyat Berwawasan Agribisnis di Kabupaten Trenggalek dan Pacitan

Usaha tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) akhir-akhir ini sangat

diminati petani karena harganya semakin membaik. Tingkat produktivitas

usahatani kakao yang dilaksanakan petani relatif masih rendah dan masih dapat

ditingkatkan melalui rekayasa teknologi. Demikian pula dengan tingkat

pendapatannya masih dapat ditingkatkan melalui rekayasa sosial, ekonomi dan

rekayasa nilai tambah. Pengkajian sistem usaha perkebunan Berbasis Kakao

Rakyat Berwawasan Agribisnis dilaksanakan pada lahan petani di dua wilayah

KIMBUN yaitu di desa Kendalrejo, Durenan, Trenggalek pada kelompok tani

Randu Agung dan desa Wonoanti, Tulakan, Pacitan pada kelompok tani Gemah

Ripah III dengan total luas pengkajian 12 ha (masing-masing kabupaten 6 ha).

Beberapa cakupan kegiatan yang dilaksanakan meliputi : identifikasi potensi dan

permasalahan pengembangan usahatani kakao rakyat; pengembangan teknologi

budidaya kakao rakyat, uji coba beberapa komponen teknologi yang mendukung

upaya peningkatan nilai tambah usaha tani kakao rakyat dan peningkatan kualitas

SDM petani kakao. Dari hasil analisis SWOT berdasarkan potensi dan

permasalahan yang ada maka strategi yang diambilkan untuk meningkatkan

produktivitas, efisiensi, pendapatan dan keberlanjutan usahatani kakao rakyat

dan pelaksanaan usahatani secara terpadu. Hasil pengkajian menunjukkan

bahwa dengan perbaikan dan pengembangan teknologi pemangkasan naungan,

produksi dan pemangkasan pemeliharaan serta pemupukan sesuai dosis anjuran

(analisis tanah) dan PHT (utamanya sanitasi kebun) dapat meningkatkan jumlah

biaya yang dihasilkan sebanyak 17,5% (Pacitan) dan 13,7% (Trenggalek).

Pengolahan biji kakao melalui fermentasi di Pacitan sudah cukup baik sesuai

permintaan mitra usaha / pasar. Sedangkan untuk Trenggalek walaupun pembeli

tidak mempersoalkan biji kakao di fermentasi / tidak namun untuk meningkatkan

nilai tambah ke pembeli / pasar tertentu maka perlu difermentasi secara benar /

baik (fermentasi selama 4 hari). Upaya meningkatkan nilai tambah usahatani

kakao dapat pula dilakukan melalui usahatani kakao yaitu dengan

mengintensifkan cabang usaha lain yang dikuasai petani yaitu usaha ternak

Page 98: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

88

ruminansia (sapi dan atau kambing) serta usahatani tanaman naungan (kelapa).

Di bidang pemasaran hasil perlu ditingkatkan posisi tanam petani baik terhadap

mitra usaha / pasar maupun dengan para pedagang kakao yang beroperasi di

lokasi pengkajian. Dalam pengembangan pasar dihadapkan pada permasalahan

kuantitas dan kontinyuitas produksi biji kakao. Peningkatan kualitas SDM

dilakukan baik secara formal maupun informal. Secara formal melalui pertemuan-

pertemuan pembinaan petani (6 kali pertemuan) serta pertemuan aplikasi

teknologi dan temu lapang masing-masing sebanyak 1 kali pertemuan, non formal

dilakukan pada saat-saat kunjungan ke kebun atau ke rumah petani. Materi

pembinaan berupa alih teknologi usahatani kakao baik teknologi pra produksi,

produksi pasca panen maupun pembinaan / bimbingan pemasaran Materi

diberikan baik secara teori maupun praktek.

3.4.2.2. Pengelolaan Agroekologi Pertanaman Kakao Rakyat Terhadap Perkembangan Hama Helopeltis Spp

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang saat ini

mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sebagian besar tanaman kakao di Jawa Timur

adalah merupakan tanaman perkebunan rakyat. Salah satu kendala yang

menyebabkan rendahnya produksi kakao antara lain adalah kurangnya

pengelolaan agroekosistem kebun, sehingga memungkinkan terjadinya serangan

hama dan penyakit. Untuk menanggulangi hal ini telah dilakukan suatu

pengkajian pada pertanaman kakao rakyat. Pengkajian dilaksanakan di Desa

Sumberingin, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek. Luas lahan adalah

0,5 ha yang terdiri dari 350 pohon kakao umur 7 tahun. Perlakuan yang dicoba

adalah penerapan pengelolaan agroekosistem kebun (teknologi introduksi) dan

teknologi petani setempat sebagai pembanding. Hasil pengkajian menunjukkan

bahwa pengelolaan agroekosistem kebun dapat menurunkan intensitas serangan

kepik penghisap buah kakao : Helopeltis spp. menjadi sebesar 1,4 – 9,35 %.

Sedangkan pada lahan yang dikelola dengan cara petani setempat, intensitas

serangan mencapai 14,95%. Informasi lain yang didapatkan adalah tingkat

preferensi serangan hama Helopeltis spp. pada buah kakao berwarna hijau

dengan permukaan buah licin lebih tinggi (45 %) dibandingkan buah kakao

Page 99: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

89

berwarna merah dengan permukaan kulit buah tidak licin (19,3 %). Pemahaman

petani tentang pengelolaan agroekosistem kebun kakao meningkat setelah

diadakan pengkajian di lokasi petani setempat.

3.4.2.3. Peningkatan Mutu Buah Mangga Arumanis untuk Pasar Swalayan/Toko Buah

Tujuan penelitian adalah mendapatkan paket teknologi penanganan pasca

panen buah mangga Arumanis yang menghasilkan buah berkulit mulus, ukuran

dan bentuknya seragam serta tingkat ketuaannya optimal, sehingga dapat

diterima oleh pasar swalayan atau toko buah. Penelitian dilakukan di kebun

percobaan Kraton, Pasuruan sejak bulan April sampai Desember 2003.

Perlakuan yang diberikan terhadap buah mangga Arumanis adalah 1) Kontrol

(buah dipanen dan diperlakukan seperti cara petani/pedagang setempat), 2) Petik

sarung tangan (buah dipanen dan diperlakukan secara khusus meliputi a)

penggunaan sarung tangan bagi petugas yang melakukan penanganan, b) petik

pilih pada tingkat ketuaan optimal (umur + 85 hari dari buah sebesar kedelai) dan

dilakukan antara jam 10.00 sampai 16.00, c) mengikutsertakan tangkai yang

panjang (+ 10 cm) pada buah yang dipetik, d) melakukan seleksi, grading dan

pemotongan tangkai di atas ruas absisi dan e) mengemas buah dengan

menggunakan liner, dan 3) Buah di kerodong, petik sarung tangan ( buah di

panen dan diperlakukan secara khusus meliputi a) pengkerodongan buah di

lapang b) penggunaan sarung tangan bagi petugas yang melakukan penanganan

c) petik pilih pada tingkat ketuaan optimal (umur + 85 hari dari buah sebesar

kedelai) dan dilakukan antara jam 10.00 sampai 16.00, d) mengikutsertakan

tangkai yang panjang (+ 10 cm) pada buah yang dipetik, e) melakukan seleksi,

grading dan pemotongan tangkai di atas ruas absisi dan f) mengemas buah

dengan menggunakan liner. Sebanyak 10 tanaman mangga Arumanis yang

berumur 7-10 tahun dan berkeragaan pendek dipilih dan diamati saatnya

berbunga. Saat buah sebesar biji kedelai buah diberi tanda dan saat berumur + 3

minggu 1/3 populasi buah diberi kerodong kertas semen untuk perlakuan

pengkerodongan buah. Sisa buah yang ada digunakan untuk 2 perlakuan lainnya.

Buah dipanen pada tingkat ketuaan optimal kemudian diperlakukan, dikemas dan

Page 100: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

90

dibawa ke lokasi pemasaran. Pengamatan dilakukan terhadap kualitas buah (fisik

dan kimia) setelah panen, saat matang optimal dan saat mulai over ripe,

kemulusan kulit buah (ada tidaknya bedak buah, kerusakan karena serangan

hama/penyakit) serta preferensi konsumen. Sebagai pembanding dilakukan juga

perlakuan yang sama terhadap mangga Malgova dalam jumlah yang kecil (20

buah, dalam 1 tanaman). Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan

analisis perbandingan dan diuraikan secara deskriptif. Hasilnya menunjukkan

bahwa buah yang dikerodong mempunyai warna kulit yang lebih muda dari pada

yang tidak dikerodong dan sampai buah mencapai matang optimal, buah

mempunyai sifat kimiawi, rasa dan flavor yang normal. Konsumen yang familiar

dengan buah mangga lebih menyukai mangga yang tidak dikerodong dari pada

yang dikerodong, karena warna kulit buah yang dikerodong lebih muda. Untuk

konsumen awam yang tidak familiar dengan buah mangga, pilihan buah terutama

didasarkan pada ukuran buah yang besar (berat > 350 - < 500 gr), seragam,

bersih dengan ketuaan yang cukup. Paket teknologi penanganan pasca panen

buah mangga Arumanis untuk kebun dengan perawatan intensif dan tingkat

serangan hama/penyakit rendah serta buah ditujukan untuk pasar menengah ke

atas/pasar swalayan adalah buah tidak dikerodong, dipetik dengan tangan

menggunakan sarung tangan, tangkai buah dipetik datas ruas absisi pada tingkat

ketuaan optimal, panen dilakukan pada jam 10.00 – 16.00, buah diseleksi,

digrading dan dikemas menggunakan liner. Untuk pertanaman mangga Arumanis

di lokasi dengan tingkat serangan hama/penyakit tinggi atau kebun yang tidak

dirawat intensif dan buahnya ditujukan untuk pasar yang sama, paket teknologi

penanganan pasca panen yang dianjurkan sama, tetapi buah perlu dikerodong

sejak berumur + 3 minggu.

3.4.2.4. Studi Potensi Pengembangan Industri Pakan dari Bahan Baku Lokal di Kabupaten Sumba Timur

Kabupaten Sumba Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur diperkirakan

memiliki potensi bahan baku sumber serat mencapai 1.136.565 ton/tahun,

sumber energi sebesar 2.555.430 ton/tahun, sumber protein sebesar 24.023

ton/tahun, dan sumber mineral sebesar 630 ton/tahun. Bahan sumber serat,

Page 101: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

91

seperti jerami padi, jerami kedelai, jerami jagung dihasilkan hampir di seluruh

wilayah kecamatan, sedangkan limbah agroindustri umumnya dihasilkan oleh

daerah sekitar kota Waingapu. Jenis-jenis pakan yang potensial untuk

dikembangkan berdasarkan ketersediaan bahan baku dan potensi pasarnya

adalah konsentrat, complete feed dan sumber serat. Estimasi kebutuhan pakan

atas dasar populasi ternak ruminansia diperkirakan untuk konsentrat + 10.850

ton/tahun, complete feed + 88.560 ton/tahun dan sumber serat + 29.150

ton/tahun. Untuk mengatasi kekurangan nutrisi pakan, masih diperlukan

suplementasi berupa penambahan bahan-bahan berkualitas tinggi untuk

melengkapi kekurangan nutrisi limbah pertanian. Aplikasi teknologi pembuatan

pakan lengkap atau complete feed merupakan salah satu alternatif yang dapat

dipilih dalam mendukung penyediaan pakan sepanjang tahun. Komponen bahan

baku yang masih perlu didatangkan dari luar daerah antara lain sumber protein,

lemak dan vitamin. Program jangka panjang untuk mendukung peningkatan

potensi bahan baku lokal serta jaminan keberlanjutan proses produksi pakan,

maka diperlukan upaya pengembangan tanaman strategis seperti ubikayu dan

jagung secara luas di wilayah Kabupaten Sumba Timur. Secara bertahap perlu

pula dikembangkan investasi di bidang agroindustri pengolahan ubikayu dan

jagung untuk menghasilkan produk tepung sebagai produk utama, dan limbahnya

digunakan untuk mendukung produksi pakan.

3.4.2.5. Pengembangan Sistem Integrasi Terpadu Tebu-Ternak-Industri Pakan Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PG.Jatitujuh

Pengembangan sistem integrasi terpadu tebu-ternak-industri pakan telah

memberikan dampak positif terhadap tumbuh dan berkembangnya kegiatan

agribisnis ternak domba di masyarakat sekitar kawasan kebun tebu PG.Jatitujuh.

Model beternak sistem kering dengan menggunakan pakan lengkap (complete

feed) menjadi alternatif pengembangan agribisnis ternak domba oleh para

peternak binaan. Untuk mengkoordinasikan dan mengakomodasikan kebutuhan

para peternak serta pelaku agribisnis berbasis teknologi complete feed, maka

perlu dibentuk kelembagaan peternak. Guna meningkatkan optimasi

Page 102: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

92

pemanfaatan limbah daun tebu, limbah pertanian dan limbah agroindustri gula

untuk produksi complete feed, diperlukan mobilisasi dan manajemen limbah,

serta pengadaan alat dan mesin pengolahan yang tepat guna, murah dan

terjangkau untuk skala kelompok tani di pedesaan.

3.4.2.6. Pemetaan Kesuburan Tanah Lahan Sawah Dan Sistem Produksi Padi Di Jawa Timur

Produksi padi sawah saat ini menunjukkan penurunan pada setiap musim

tanam. Peningkatan produksi dapat dicapai apabila takaran pemberian pupuk

selalu ditingkatkan. Dengan kondisi seperti ini maka petani menggunakan pupuk

berlebihan dan selalu ditingkatkan untuk mencapai produksi yang sama dibanding

musim tanam sebelumnya. Hal ini berarti efisiensi pupuk yang diberikan menjadi

sangat rendah. Pemupukan tidak didasarkan atas tingkat kesuburan tanah, hal

ini disebabkan oleh belum adanya peta kesuburan tanah sawah. Kenyataan di

lapangan petani menggunakan pupuk N (Urea + ZA) cenderung berlebihan

hingga lebih 700 kg/ha.

Kegiatan ini bertujuan mengetahui tingkat kesuburan tanah lahan sawah

(hara BO, P, K, SO4, dan Zn) dan sistem produksi padi yang diterapkan petani.

Memetakan (secara eksploratif) tingkat kesuburan tanah lahan sawah pada skala

1:100.000. Menyediakan informasi dasar guna menyusun acuan pemupukan

spesifik lokasi untuk padi sawah atas dasar tingkat kesuburan tanah/status hara

dalam tanah.

Contoh tanah diambil dari lapangan secara komposit pada luasan 350

hektar satu contoh. Selanjutnya dianalisis di Laboratorium untuk menentukan

status haranya. Teknologi Sistem Usahatani Padi diperoleh dengan cara

wawancara dengan petani di lokasi di mana contoh tanah diambil.

Dari enam Kabupaten yang diambil contoh tanahnya, baru empat

Kabupaten yang telah selesai dianalisis dan ditentukan status kesuburannya yaitu

Kabupaten Bojonegoro, Magetan, Tulungagung, dan Blitar. Kandungan bahan

organik di empat Kabupaten mempunyai status sangat rendah hingga sedang.

Dari total luas sawah yang diambil contohnya, 67.550 hektar (58,3%) berstus

sangat rendah; 47.25 hektar (40,8%) rendah dan seluas 1.050 hektar (0,9%)

Page 103: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

93

mempunyai status sedang. Hara Fosfat, seluas 700 hektar (0,6%) berstatus

rendah; status sedang seluas 11.550 hektar (10,0%); tinggi seluas 31.500 hektar

(27,2%); dan seluas 72.100 (62,2%) mempunyai status sangat tinggi. Kalium,

seluas 4.200 (3,6%) mempunyai status sangat rendah; 92.400 hektar (79,8%)

rendah; 15.400 hektar (13.3%) berstatus sedang dan seluas 3.150 hektar (2,7%)

tinggi serta 700 hektar (0,6%) mempunyai status sangat tinggi. Hara Sulfat,

sangat rendah seluas 42.350 hektar (36,6%); rendah 55.650 hektar (48,0%);

sedang 14.700 hektar (12,7%); tinggi seluas 1.400 hektar (1,2%) dan seluas

1.750hektar (1,5%) mempunyai status sangat tinggi. Hara seng seluas 49.350

hektar (42,6%) berstatus sangat rendah; 47.600 hektar (41,1%) rendah dan

seluas 18.900 hektar (16,3%) mempunyai status sedang. Teknologi Usahatani

Padi dan tingkat produktivitas padi di enam Kabupaten sangat beragam sehingga

perlu dilakukan identifikasi secara khusus untuk penerapan teknologi yang

bersifat spesifik lokasi.

3.4.2.7. Penelitian Komunitas Ikan pada Terumbu Buatan di Perairan Pantai Sendang Biru, Malang

Perairan Sendang Biru merupakan salah satu base penangkapan ikan di

daerah Malang. Perkembangan sektor perikanan di daerah ini sangat pesat,

sehingga berdampak terhadap struktur dan kondisi terumbu karang yang ada.

Dengan terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang mengakibatkan hasil

tangkapan khususnya ikan karang di daerah ini semakin menurun. Untuk

mempertahankan dan memulihkan kembali kondisi terumbu karang yang ada

maka pada bulan Juli 2002 telah dipasang terumbu Buatan dari bahan beton

semen sebanyak 2 unit pada kedalaman 5 meter dan 10 meter. Pemantauan

komunitas ikan pada terumbu buatan tersebut dilakukan pada bulan Nopember

2003. Metode yang digunakan adalah sensul visual dengan alat bantu scuba

diving. Dari hasil sensul visual secara keseluruhan diketahui bahwa pada

terumbu karang alam ditemukan 33 jenis ikan dari 13 famili dan pada terumbu

buatan ditemukan 21 jenis dari 10 famili. Dilihat dari pola sebarannya, dapat

diketahui bahwa sebagian besar dari ikan yang terdata sangat tertarik terhadap

terumbu buatan

Page 104: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

94

3.4.2.8. Studi Tentang Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Pantai Desa Gelung Kabupaten Situbondo (Jawa Timur)

Perairan desa Gelung merupakan salah satu base penangkapan ikan di

daerah Situbondo. Terdapat berbagai tipe dan jenis terumbu karang dengan

keaneka-ragaman biotanya yang tinggi. Perkembangan sektor perikanan di

daerah ini sangat dinamis bahkan dapat dikatakan sangat pesat, sehingga sangat

mengkhawatikan keberadaan struktur dan kondisi terumbu karang yang ada.

Hasil tangkapan khususnya ikan karang di daerah ini semakin menurun dan ini

sangat erat kaitannya dengan kondisi terumbu karang yang ada. Dari fenomena

yang ada teridentifikasi bahwa telah terjadi kerusakan terumbu karang yang

cukup serius, namun belum diketahui sampai sejauh mana tingkat kerusakan

tersebut. Untuk mengetahui kondisi terumbu karang di perairan desa Gelung

telah dilakukan observasi secara sensus visual. Pengamatan dilakukan pada 6

(enam) titik stasiun terpilih secara random sampling dengan menggunakan

metode transek garis sepanjang 100 meter untuk setiap titik stasiun. Dalam

sensul visual kriteria dari kondisi terumbu karang yang diamati meliputi penutupan

dan jenis karang hidup. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tutupan karang

dari seluruh stasiun pengamatan hampir semuanya berada pada kondisi rusak

berat (tutupan < 25 %), kecuali pada stasiun 4 dengan kedalaman 6 meter kondisi

karangnya adalah sedang (tutupan > 25 %). Berdasarkan hasil penelitian tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa terumbu karang di perairan desa Gelung telah

mengalami degradasi yang cukup berat dan perlu dengan segera diupayakan

rehabilitasi. Dianjurkan dalam melakukan rehabilitasi terumbu karang

menggunakan metode yang mengarah pada pembinaan masyarakat sekitar,

sehingga pengelolaan terumbu karang dapat berlangsung sesuai dengan

komonitas yang ada.

Page 105: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

95

3.5. SARANA

3.5.1. Daftar Inventaris Peralatan Laboratorium, Bengkel dan Kebun Percobaan (per 31 Desember 2003)

Laboratorium/Kebun Percobaan Jenis Barang Kondisi

1. Bioteknologi 1. Shaker (besar) Baik 2. Shaker reciproc (2 buah) Rusak 3. Autoclave Baik 4. Laminar Air Flow (2) Rusak 5. Timbangan Sartorius (2 buah) Rusak 6. Microscope Rusak 7. Magnetic Stirrer Baik 8. pH Meter Rusak 9. Water distilator Rusak 10. Almari es (2 buah) Rusak 11. Kompor gas Baik 12. Growth chamber Baik 13. DNA sequizer Baik 2. Agronomi 1. Kulkas 1 pintu Baik 2. Oven Rusak 3. Exikator Ø 25 cm Rusak 4. Triple Balance 5. Timbangan 10 kg Tidak ada 6. Timbangan 50 kg Rusak 7. Kompor gas Rusak 8. Timbangan digital 9. Pengukur kadar air 10. Glass ware

Petridish Gelas ukur

kurang kurang

11. Alat Pemotong (pisau, gunting) 12. Termometer Max-min 13. Meja berlapis alumunium ada Mortar 3. Tanah 1. AAS Baik 2. Spectrophotometer Baik 3. Destilator Baik 4. Touch Mixer Baik 5. Magnetic Stirrer Baik 6. Hot plate Baik 7. Analitical Balance Baik 8. Horizontal Shaker Baik 9. Lemari Asam Baik 10. Ph Meter Baik 11. Grinder Baik 12. Oven Baik 13. Block Digester Baik 14. Hot Plate with strirer 15. Hot Plate 16. Soil Hydrometer

17. Fum Hood

Page 106: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

96

4. Pengolahan Data &

Analisa data

1. Personal Computer Set Baik 2. Plotter DesignJet HP Baik 3. Sofware Word Processor Baik 4. Sofware Spread Sheet Baik 5. Sofware Data Base Relational Baik 6. Sofware Image Processing Baik 7. Sofware Statistik Baik

8. Sofware Geographyc Information System (GIS) 5.Diseminasi Wonocolo 1. Alat Pemancar Rusak 2. Brandkas (Lemari besi) Baik 3. Computer Rusak 4. Faximili Baik 5. Filling Cabinet Baik 6. Kipas Angin Rusak 7. Lemari es Baik 8. Mesin ketik Rusak 9. Mesin Stensil Rusak 10. Tustel Kamera Baik 11. Pesawat Telepon Baik 12. Water Pump Baik 6. Teknologi Hasil 1. Analitical balance (Metter AE-160) Rusak 2. Analitical balance (Ohause) Rusak 3. Autoclave Baik 4. Autoclave Baik 5. Centrifuge Baik 6. Drier Baik 7. Furnace (hotspot) Sedang 8. Haemocytometer (Attago N-2) Baik 9. Hand refractometer (Attago N-2) Baik 10. Hotplate Baik 11. Mikroskop Baik 12. Moisture tester Baik 13. Oven Baik 14. Penetrometer (Efferi) Baik 15. Penetrometer (Sur) Baik 16. Penggoreng abon Baik 17. Penutup kaleng Baik 18. Perajang bawang Baik 19. Presser (minyak) Baik 20. Slingpsycrometer Baik 21. Spectrophotometer Baik 22. Spinner Baik 23. Timbangan (Ohause, kasar) Baik 24. Timbangan (Krups, kasar) Rusak 25. Top loading (Ohause-400) Rusak 26. Vacuum frying Baik 27. Viscosimeter Rusak 28. AC Split 1 1/2 PK Daikin Baik 29. Laboratory mill Baik 30. Almari Arsip Baik 31. Filling Kabinet Baik 7. Pemuliaan/Benih 1. Growth chamber 2. Oven Kurang baik 3. Kulkas Baik

Page 107: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

97

8. Hama/Parasitologi 1. Mikroskop binokuler Baik

2. Mikroskop monokuler Baik

3. Centrifuge Rusak

4. Oven Baik

5. Auto clave Baik

6. Water bath Baik

7. Laminar Air Flow Baik

9. Bengkel/Pergudangan

1. Gerinda listrik stasioner TNW Baik

2. Sander Melabo Baik

3. Gerinda/Gerinda tangan Melabo Baik

4. Bor tangan (mekanik) Baik

5. Bor listrik (hand bor) Baik

6. Sirkel listrik Baik

7. Alat pembengkok pipa/besi Baik

8. Toll kit Pertukangan Baik

9. Klem/penjepit Baik

10. Kompresor listrik Baik

11. Alat test accu Baik

12. Meja kerja Baik

14. Bangku kerja Baik

15. Pemotong besi Baik

16. Mesin Las listrik Baik

17. Gerinder Baik

18. Gunting plat Baik

19. Tang jemput Baik

20. Pahat kayu Baik

21. Mata bor Baik

22. Califen Baik

23. Gergaji siku Baik

24. Skrap kayu Baik

25. Profil kayu Baik

26. Jig saw Baik

27. Mesin bor duduk Baik

28. Meteran 5 m Baik

29. Siku-siku Baik

30. Sengkang gergaji besi Baik

31. Gergaji kayu Baik

32. Mata bor/plong Baik

33. Kompresor Baik

34. Jigsow Baik

35. Planer Baik

36. Circularsow Baik

37. Profil Baik

38. Bor duduk Baik

39. Tavo las Baik

40. Mesin Cut ott Baik

41. Catok/Paron Baik

42. Catok Pipa Baik

43. Hole Sow Baik

44. Gergaji Baik

45. Gunting Plat Baik

46. Tang buaya Baik

47. Totok 4 PC Baik

48. Gurinda Baik

49. Mata Bor Baik

Page 108: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

98

10. KP. Malang

1. Genset/Dinamo Sedang

2. Mesin bajak traktor Baik

3. Mesin pompa air pengairan Sedang

4. Mesin bajak traktor Sedang

5. Tresher (mesin perontok) Sedang

3.5.2. Usulan Pengadaan Peralatan 31 Desember 2003 Laboratorium/Kebun

Percobaan/Pelayanan Teknik Jenis Barang Jumlah

Pasca Panen 1. Alat Pengering 2 unit 2. Alat Penyawut 2 unit 3. Alat Pengepras 2 unit 4. Alat Penggiling 1 unit 5. Timbangan 6 unit Lab.Tanah 1. Grain Moisture Tester 1 unit 2. Almari bahan kimia 2 unit 3. Rak buku 1 unit Lab Diseminasi Wonocolo 1. Computer Editing I unit 2. Lampu Spot I buah 3. Tripot Lampu 1 buah 4. VHS Player 1 unit 5. Bateray cadangan 1 unit 6. Kursi lipat 23 buah 7. Kursi direktur 15 buah 8. Filling cabinet 4 buah 9. Meja kerja ½ biro 15 buah 10. Rak buku 2 unit 11. Almari katalog 1 unit 12. Meja baca 2 buah 13. Sice 1 unit 14. Televisi JVC 14” 1 unit 15. Smout Cheps 1 unit 16. Video editing tool 1 unit Pelayanan Teknik Backwall Exhibition Complete 1 unit Ruang Seminar I 1. Kursi lipat 83 unit 2. Meja sidang 4 unit 3. Kursi sidang 8 buah Ruang Seminar II 1. Kursi direktur 25 unit 2. Meja sidang 2 unit

Page 109: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

99

3.5.3. Usulan Pengadaan Laboratorium/Kebun Percobaan/Bengkel/

Tahun anggaran 2003 No Jenis Barang Jumlah Spesifikasi Keterangan

Lab. Tanah :

1. Sentrifuse 1 unit Pengembangan 2. Lampu katoda : Pb Cd, As, Hg 1 unit Pengembangan 3. Water bath 1 unit Pengembangan 4. Destilling unit 1 unit Pengembangan 5. Timbangan listrik 2 desimal 1 unit Pengembangan 6. Kulkas besar 2 unit Pengembangan 7. AC 2 unit Pengembangan 8. Vacum Cleaner 1 unit Pengembangan 9. Dehumedifier 1 unit Pengembangan 10. Komputer 1 unit Pengembangan Lab.Pemuliaan/Benih : 1. Ruang pendingin 2 unit Pengembangan 2. Kulkas 1 unit Pengembangan 3. Glass ware 1 unit Pengembangan 4. ph meter 1 unit Pengembangan Lab. Agronomi : 1. Oven 1 unit Penggantian 2. Perangas air 1 unit Pengembangan 3. Dandang (panci ) stainless 1 unit Pengembangan 4. Alat timbang 10 kg 1 unit Pengembangan 5. Alat timbang Triple Balance 1 unit Penggantian 6. Alat timbang digital 1 unit Pengembangan 7. Pengukur kadar air 1 unit Pengembangan 8. Glass ware (petridish)

Gelas ukur 100 bh

Pengembangan

9. Termometer max-min 5 bh Pengembangan 10. Mortar 5 bh Penggantian 11. Kompor gas 2 bh 12. Alat pemotong (gunting pisau) 5 bh Penggantian Lab. Bioteknologi : 1. Timbangan analitik 1 bh Pengembangan 2. Destilator 1 bh Pengembangan 3. AC 1 bh Pengembangan 4. Kompor gas LPG 1 bh Pengembangan 5. Tabung gas LPG 1 bh Pengembangan 6. Refrigerator 1 bh Pengembangan 7. Rak penyiapan 1 bh Pengembangan 8. Beaker glass 2 unit Pengembangan 9. Mikroskop 1 unit Pengembangan 10. Auto clave 2 bh Pengembangan 11. Komputer 1 unit Pengembangan Lab. Teknologi Hasil : 1. Saxhlet 1 unit Pengembangan

2. Heat magnetic stirrer 1 unit Pengembangan

3. Top loading 1 unit Pengembangan

4. Blower stainless steel 1 unit Pengembangan

5. Colour chart 1 unit Pengembangan 6. Vacum evaporator 1 unit Pengembangan

Page 110: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN …jatim.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/01/LAPTAH-03.pdfbadan penelitian dan pengembangan pertanian pusat penelitian dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003

100

7. Digital pH meter 1 unit Pengembangan 8. Destilator unit 1 unit Pengembangan 9. Glass ware 1 unit Pengembangan Lab. Analisis Pengolahan Data : 1. Komputer/Desktop 1 unit Baru 2. Lap Top 1 unit Baru

Lab. Hama Parasitologi : 1. Timbangan listrik 1 unit Pengembangan 2. Auto clave 1 unit Pengembangan 3. Centrifuge 1 unit Pengganti yang

rusak 4. Camera digital 1 unit Pengembangan 5. Camera mikroskop 1 unit Pengembangan 6. Handycam 1 unit Pengembangan

Lab. Diseminasi : 1. Slaid Proyektor 2 unit Pengembangan 2. Pemancar Radio 1 unit Pengembangan 3. Internet 2 bh Pengembangan 4. Layar monitor 2 bh Pengembangan

3.5.4. Rencana Renovasi/Pembangunan Fasilitas

No Jenis Bangunan Luas Keterangan

1. Laboratorium Hama Penyakit 120 m2 Rutin 2. Laboratorium Agronomi 120 m2 Rutin 3. Screen House (rumah kasa) 3 unit 230 m2 Rutin 4. Ruang teknisi screen house 20 m2 Rutin

KASIE. PELAYANA

N TEKNIK