Baby Blues Syndrom
-
Upload
dhilafadhila -
Category
Documents
-
view
95 -
download
2
Transcript of Baby Blues Syndrom
BABY BLUES SYNDROM
Latar Belakang
Saat ini dalam setiap menit, setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh
komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, kematian, persalinan dan nifas.
Organisasi Kesehatan dunia ( WHO ) melaporkan bahwa kematian ibu diperkirakan
sebanyak 500.000 kematian disetiap tahun diantaranya 99% di negara berkembang.
Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat adalah menurunkan angka
kematian maternal dan perinatal. Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal
masih tinngi. Hasil survey demografi indonesia ( SDKI ) pada tahun 2003, AKI yaitu
307 / 100.000 kelahiran hidup. ( Depkes, 2004 ) Angka kejadian baby blues atau
postpartum blues di Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85%, sedangkan di
Indonesia angka kejadian baby blues atau postpartum blues antara 50-70% dari wanita
pasca persalinan (Munawaroh, 2008).
Di Indonesia, angka kejadian postpartum blues antara 50-70% wanita pasca
persalinan semula diperkirakan angka kejadiannya rendah dibandingkan Negara-
negara lain, hal ini disebabkan oleh budaya dan sifat orang Indonesia yang cenderung
lebih sabar dan dapat menerima apa yang dialaminya, baik itu peristiwa yang
menyenangkan maupun yang menyedihkan. Namun hasil penelitian yang dilakukan di DKI
Jakarta oleh dr. Irawati Sp.Kj menunjukkan 25% dari 580 ibu yang menjadi
respondennya mengalami sindroma ini. Dan dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan di Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya, ditemukan bahwa angka kejadiannya
11-30 %, suatu jumlah yang tidak sedikit dan tidak mungkin dibiarkan begitu saja
(Sylvia : 2006).Sudah menjadi kodrat seorang wanita untuk mengandung kemudian
melahirkan, yang tentunya akan sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Kehamilan dan
kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita mempunyai risiko terhadap
kesehatan fisik maupun mental selama dalam proses reproduksi tersebut. Kesehatan
reproduksi ini tidak hanya sehat secara fisik tetapi juga meliputi sehat mental dan
sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau gangguan proses reproduksi (Munawaroh,
2008). Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang
sangat membahagiakan tapi kadang harus menemui kenyataan bahwa tak semua
menganggap seperti itu karena ada juga wanita yang mengalami depresi setelah
melahirkan. Banyak orang menganggap bahwa kehamilan adalah kodrati yang harus
dilalui dan peristiwa alamiah yang wajar tapi bagi wanita yang mengalami hal
tersebut dapat menjadi episode yang dramatis dan traumatis yang sangat menentukan
kehidupannya dimasa datang. Hal tersebut menyebabkan ibu mengalami stress
diiringi perasaan sedih dan takut sehingga mempengaruhi emosional dan sensivitas
ibu pasca melahirkan. ( Suherni etall, 2009 ) Gangguan-gangguan psikologis yang
muncul akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan dan sedikit banyak mempengaruhi
hubungan anak-ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau
berupa serangan yang sangat berat selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun
lamanya (Purwanto, 2007)
Definisi
Baby blues syndromeatau sering juga disebut Postpartum distress syndrome
adalah perasaan sedih dan gundah yang dialami oleh sekitar 50-80% wanita
setelahmelahirkan bayinya. Umumnya terjadi dalam 14 hari pertama setelah
melahirkan,dan cenderung lebih buruk sekitar hari ke tiga atau empat setelah
persalinan(Syahrir S, 2008).
Etiologi
Baby blues syndrome atau stress pasca persalinan yaitu salah satu bentuk depresi yang
sangat ringan yang biasanya terjadi dalam 14 hari pertama setelahmelahirkan dan
cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau keempat pasca persalinan. Beberapa hal
yang disebutkan sebagai penyebab terjadinya baby blues syndrome, diantaranya:
1. Perubahan hormonal. Pasca melahirkan terjadi penurunan kadar estrogen dan
progesterone yang drastis, dan juga disertai penurunan kadar hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan mudah lelah, penurunan mood,
dan perasaan tertekan.
2. Fisik. Hadirnya si kecil dalam keluarga menyebabkan pula perubahan ritme
kehidupan sosial dalam keluarga, terutama ibu. Mengasuh si kecil sepanjang siang
dan malam sangat menguras energi ibu, menyebabkan berkurangnya waktu
istirahat, sehingga terjadi penurunan ketahanan dalam menghadapi masalah.
3. Psikis. Kecemasan terhadap berbagai hal, seperti ketidakmampuan dalam
mengurus si kecil, ketidak mampuan mengatasi dalam berbagaipermasalahan, rasa
tidak percaya diri karena perubahan bentuk tubuh darisebelum hamil serta
kurangnya perhatian keluarga terutama suami ikutmempengaruhi terjadinya
depresi.
4. Sosial. Perubahan gaya hidup dengan peran sebagai ibu baru butuh adaptasi. Rasa
keterikatan yang sangat pada si kecil dan rasa dijauhi oleh lingkungan juga
berperan dalam depresi
Gambaran klinis
baby blues Syndrome biasanya dialami oleh ibu setelah 3-4 hari melahirkan namun
memudar setelah beberapa minggu (National Mental Health Association, 2003).
Baby Blues Syndrome (BBS) adalah depresi ringan yang dialami ibu setelah
melahirkan. BBS juga disebut maternity blues,atau postpartum blues.
Gejalanya berupa gangguan emosi sering menangis, murung, panik, mudah marah
(Atmadibrata, 2005), dan disertai dengan gejala depresi, mood swings, gangguan tidur
dan selera makan, serta gangguan konsentrasi yang kesemuanya merupakan akibat
perubahan hormonal (National Mental Health Association, 2003). Menurut Stanton
dan Danoff-Burg, 1995 dalam Stoppard (2000) mengatakan bahwa mood wanita yang
terjadi selama periode kehamilan merupakan prediktor utama terjadinya mood wanita
pada periode setelah melahirkan (Syahrir S, 2008).
Faktor resiko
Faktor resiko baby blues syndrome yaitu faktor umur, paritas, adanya persalinan yang
sulit dan kesulitan dalam menyusui, kehamilan yang sulit atau penuh kekhawatiran,
setiap jenis trauma (riwayat depresi) masa kanak-kanak yang dapat menimbulkan
depresi, lebih khusus lagi pada hubungan yang penuh masalahdengan ibu di masa
kanak-kanak dan dukungan dari suami yang dapat melatarbelakangi baby blues
syndrome (Marshall F, 2004).
Prevalensi kejadian baby blues syndrome dari berbagai penelitian berbeda ditiap
Negara, berkisar antara 10-34. Penelitian di Negara barat menunjukkan kejadianlebih
tinggi dibandingkan dengan yang pernah dilaporkan dari asia, pada penelitian yang
dilakukan terhadap 154 wanita pasca persalinan di Malaysia pada tahun 1995
dilaporkan angka kejadian 3,9% terbanyak dari ras India (8,9%), Melayu (3,0%), dan
tidak adanya kasus pada ras Cina. Penelitian di Singapura dilaporkan angka
kejadiannya sebesar 1% (Elvira S, 2006). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Jofesson dkk pada tahun 2002 didapatkan angka baby blues syndrome
sekitar 10%-20% (Jofesson A, 2002). Catatan medis tentang BBS telah ada sejak
zaman Hippocrates, sekitar abadke 5 SM, namun dianggap kurang penting karena
dipandang sekedar sebagai efekkelelahan setelah melahirkan. Dr.dr. Irawati SpKj, M.
Epid dari bagian psikiatri UImelaporkan bahwa 25% dari 580 pasiennya (ibu
melahirkan ) menagalami BBS. Dr.Irawati menegemukakan gejala BBS dialami oleh
sekitar 50-75% ibu melahirkan.
Perbedaan Baby blues dan Postpartum Depression
Perbedaan keduanya terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya gejala-
gejala di atas. Pada Postpartum Depression, Anda akan merasakan berbagai gejala tersebut
lebih sering, lebih hebat, serta lebih lama
Sebenarnya caranya mudah. Salah satunya adalah dengan memperhatikan pola tidur si ibu.
Jika ketika ada orang lain menjaga bayi, si ibu bisa tertidur, maka besar kemungkinan si ibu
hanya menderita Baby Blues Syndrome (BBS). Namun jika si ibu sangat sulit tertidur
walaupun bayinya dijaga oleh orang lain, maka mungkin tingkat depresinya sudah termasuk
ke dalam Postpartum Depression (PPD)
Baby Blues Syndrome (BBS) Postpartum Depression (PPD)
1. Menangis tanpa sebab yang jelas2. Mudah kesal3. Lelah4. Cemas5. Tidak sabaran6. Enggan memperhatikan si bayi7. Tidak percaya diri8. Sulit beristirahat dengan tenang9. Mudah tersinggung
1. Cepat marah2. Bingung3. Mudah panik4. Merasa putus asa5. Perubahan pola makan dan tidur6. Ada perasaan takut bisa menyakiti
bayinya7. Ada perasaan khawatir tidak bisa
merawat bayinya dengan baik8. Timbul perasaan bahwa ia tidak
bisa menjadi ibu yang baik
Penatalaksaan
Baby Blues Syndrome memang bisa dikatakan gejala normal ibu pasca melahirkan.
Namun kondisi tersebut cukup menyiksa bagi ibu. Oleh karena itu di perlukan kiat-
kiat untuk menghindari atau meminimalisir kondisi akibat baby blues synrome
tersebut. Berikut beberapa tips yang bisa ibu lakukan:
a. Lakukan persiapan yang matang sebelum melahirkan. Persiapan di sini bisa
meliputi persiapan fisik (perlengkapan bayi, dana, dll) maupun persiapan mental.
Karena seorang ibu yang sudah matang dan siap dalam menghadapi persalinan,
maka mental ibu akan terasah tatkala ibu memiliki buah hati baru
b. Lengkapi pengetahuan ibu akan perawatan dan kesehatan seputar bayi.
Pengetahuan bisa di dapat melalui buku, majalah, forum atau situs-situ bayi. Ibu
yang telah siap dalam melakukan perawatan bayi dan telah paham betul
bagaimana cara membesarkan bayi dengan benar akan terhindar dari baby blues
syndrome
c. Support dari keluarga sangat penting terutama dari suami guna menghindarkan
ibu terkena baby blues syndrome. Berkeluh kesahlah pada suami, berbagi tugas
dan tanggung jawablah dengan suami akan meringankan beban ibu
d. Berisitirahatlah selagi kesempatan untuk beristirahat itu ada. Merawat bayi
memerlukan perhatian ekstra. Dibutuhkan tenaga dan pikiran yang tidak sedikit
yang dapat membuat ibu sangat letih. Oleh karena itu jika ada waktu istirahat
manfaatkan dengan baik, atau mintalah pengasuhan sebentar baik oleh suami atau
keluarga lainnya untuk memberikan anda waktu untuk beristirahat.
e. Berbagi pengalaman dengan ibu-ibu yang lain dipercaya dapat mengurangi beban
ibu pasca melahirkan. Anda bisa melakukan hal ini dengan berbagai komunitas
ibu yang ada.
f. Perhatikan pola makan anda. jaga kebutuhan nutrisi dan vitamin bagi ibu. Selain
untuk kualitas ASI, nutrisi dan vitamin yang terpenuhi akan membuat ibu makin
tampil sehat pula.
g. Be positf. Buang jauh-jauh perasaan negatif tentang apa pun itu. Hidup akan
terasa ringan jika anda selalu berpikiran positif.
h. Jangan lupa berdoa, berserahlah kepada Yang Maha Kuasa karena segala sesuatu
pasti ada di TanganNya. Berdoalah agar kehidupan anda keluarga, dan anak anda
senantiasa dalam lindungan dan berokahNya.
Berikut ini ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah dan mengatasi
Baby Blues Syndrome maupun Postpartum Depression:
Sebelum Melahirkan
1. Mulailah meminta dukungan dan bantuan keluarga sebelum proses melahirkan
2. Persiapkan mental dan pengetahuan Anda seputar perawatan dan kesehatan bayi
3. Jika Anda sudah menguasai berbagai kiat merawat bayi sejak sebelum melahirkan,
maka mental Anda pun akan siap untuk menjadi seorang ibu
Sesudah Melahirkan
1. Mintalah bantuan suami, orang tua, mertua, serta kerabat dalam mengurus bayi Anda
2. Tidurlah selagi ada kesempatan
3. Ceritakan berbagai kesulitan Anda kepada suami Anda
4. Bergabunglah bersama komunitas ibu untuk berbagi pengalaman dan perasaan
5. Jangan terlalu membebani diri Anda
6. Manfaatkan waktu luang untuk rileks
7. Perhatikan pola makan Anda
8. Beri penjelasan kepada suami Anda tentang Baby Blues Syndrome, agar ia bisa
memahami berbagai perubahan sikap dan tingkah laku Anda.