BAB_I
-
Upload
yelsa-norita -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of BAB_I
BAB I
PENDAHULUAN
Prurigo ialah erupsi papular kronik dan rekurens. Terdapat berbagai macam prurigo, yang
tersering terlihat ialah prurigo Hebra. Disusul oleh prurigo nodularis. Sedangkan yang lain
jarang dijumpai.
KOCSARD pada tahun 1962 mendefinisikan prurigo sebagai papul yang berbentuk kubah
dengan vesikel di puncaknya. Vesikel hanya terdapat dalam waktu yang singkat saja, karena
segera menghilang akibat garukan, sehingga yang tertinggal hanya papul yang berkrusta.
Papul berkrusta lebih sering terlihat dibandingkan papul primer dengan puncak vesikel.
Likenifikasi hanya terjadi sekunder akibat proses kronik. Prurigo di bagi menjadi 2
kelompok: Prurigo simpleks dan Dermatosis pruriginosa.
Pengobatan untuk prurigo hebra yang tepat belum ada karena belum diketahui penyebabnya.
Gatal dikurangi dengan sedative. Hindari gigitan nyamuk atau serangga, cari dan obati infeksi
fokal, dan perbaiki hygiene. Bila terdapat infeksi sekunder diobati. Contoh topical ialah
sulphur 5-10 % dalam bentuk bedak kocok dan salap. Untuk mengurangi gatal dapat
diberikan mentol 0,25%-1% . Kadang kadang diberikan steroid topikal untuk menekan
inflamasi bila kelainan tidak luas. Sedangkan pengobatan untuk prurigo nodularis dapat
diberikan pengobatan topikal, seperti injeksi kortikosteroid intralesi, biasanya dipakai
suspensi triamsinolon asetonid 2,5-12,5 % mg/dl. Dosisnya 0,5-1 ml/cm2 dengan maksimum
5 ml untuk sekali pengobatan. Pengobatan sistemik dapat diberikan talidomid 2 x 100 mg/
hari dilanjutkan sampai 3 bulan.
Dalam Laporan Kasus ini akan dibahas mengenai beberapa jenis prurigo yang terdapat di
masyarakat, yaitu Prurigo Simpleks, Prurigo Hebra, dan Prurigo Nodularis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PRURIGO SIMPLEKS
2.1.1 SINONIM
Nama lain dari prurigo simpleks adalah Prurigo Mitis. Jika warnanya
lebih gelap, dapat disebut prurigo pigmentosa.1,2
2.1.2 EPIDEMIOLOGI
Prurigo simpleks bisa mengenai anak- anak maupun dewasa. Prurigo
tampak dalam macam- macam tingkat perkembangan dan ditemukan
paling sering pada orang dengan usia pertengahan.2,3
Predileksi yang sering terkena ialah badan dan bagian ekstensor
ekstremitas, terbanyak pada tungkai dan bokong. Muka dan bagian
kepala yang berambut juga dapat terkena tersen diri atau bersama-sama
dengan tempat lainnya. 1,2, 3
2.1.3 MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dapat bervariasi. Lesi biasanya muncul dalam
kelompok - kelompok berupa papul, vesikel dan jaringan parut sebagai
tingkat perkembangan penyakit terakhir dapat terlihat pada saat yang
bersamaan. Tampak terdistribusi simetris, kecil, gatal yang terus
menerus, dan terlihat sebagai papul beratap seperti kubah. Gatal yang
parah dapat membuat pasien terus menggaruk sehingga memberikan
gambaran ekskoriasi disertai likenifikasi atau penebalan pada kulit.
Dapat menyebabkan stres karena rasa sangat gatal hingga sering
membuat sulit tidur. 1 , 2 , 3
Beberapa variasi prurigo pemah dilaporkan. Prurigo melanotik Pierini
dan Borda terjadi pada wanita usia pertengahan berupa pruritus
bersamaan dengan sirosis biliaris primer. Lesi berupa hiperpigmentasi
retikular, sangat gatal, terutama mengenai badan. Prurigo kulit kepala
yang berambut dapat terjadi secara sendiri atau bersama-sama dengan
lesi prurigo di tempat lain.1
2
Pengobatannya simtomatik, diberikan obat untuk mengurangi gatal
seperti antihistamin, baik sistemik (sedativa) maupun topikal.1
Lesi juga berespon terhadap pemberian kortikosteroid topikal, dan
terapi UVA dan UVB untuk kasus tertentu. Terdapat penelitian pada
kasus prurigo simpleks subakut diterapi dengan ‘foil bath PUVA’ pada
konsentrasi 0.5 mg 8-methoxypsoralen/l. Terapi tersebut dinyatakan
aman dan dapat ditoleransi dengan baik untuk prurigo simpleks
subakut.
2.2 PRURIGO HEBRA
Di antara berbagai bentuk, prurigo Hebra merupakan bentuk yang tersering
terdapat.1,3
2.2.1 DEFINISI
Prurigo Hebra ialah penyakit kulit kronik dimulai sejak bayi atau anak.
Kelainan kulit terdiri atas papul-papul miliar berbentuk kubah sangat
gatal, lebih mudah diraba daripada dilihat, terutama di daerah
ekstremitas bagian ekstensor.1
2.2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini sering terdapat pada keadaan sosial-ekonomi dan higiene
yang rendah. Di Jakarta penderita wanita lebih banyak daripada laki-
laki. Umumnya terdapat pada anak. Di Eropa dan Amerika Serikat
penyakit ini jarang.1
2.2.3 ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebabnya yang pasti belum diketahui. Umumnya ada saudara yang
juga menderita penyakit ini, karena itu ada yang menganggap penyakit
ini herediter.Sebagian para ahli berpendapat bahwa kulit penderita peka
terhadap gigitan serangga,misalnya nyamuk. Mungkin antigen atau
toksin yang ada dalam ludah serangga menyebabkan alergi. Di
samping itu juga terdapat beberapa faktor yang berperan, antara lain :
suhu, investasi parasit (misalnya Ascaris atau Oxyruris). Juga
infeksi fokal, misalnya tonsil atau saiuran cerna, endo-krin, alergi
makanan. Pendapat lain mengatakan penyakit ini didasari faktor atopi.1
2.2.4 GEJALA KLINIS
3
Mulainya penyakit sering pada anak berumur di atas satu tahun.
Kelainan yang khas ialah adanya papul- papul miliar tidak berwarna,
berbentuk kubah, lebih mudah diraba daripada dilihat. Garukan yang
terus menerus menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta,hiperpigmentasi
dan likenifikasi. Sering pula terjadi infeksi sekunder. Jika telah kronik
tampak kulit yang sakit lebih gelap kecotdatan dan berlikenifikasi.1
Tempat predileksi di ekstremitas bagian ekstensor dan simetrik, dapat
meluas ke bokong dan perut, muka dapat pula terkena. Biasanya
bagian distal lengan dan tungkai lebih parah dibandingkan bagian
proksimal. Demikian pula umumnya tungkai lebih parah daripada
lengan.1
Kelenjar getah bening regional biasanya membesar, meskipun tidak
disertai infeksi, tidak nyeri, tidak bersupurasi, pada perabaan teraba
lebih lunak. Pembesaran tersebut disebut bubo prurigo. Keadaan umum
penderita biasanya pemurung atau pemarah akibat kurang tidur,
kadang-kadang nafsu makan berkurang sehingga timbul anemia dan
malnutrisi.1
Untuk menyatakan berat-ringannya penyakit dipakai istilah prurigo
mitis, jika ringan, bila berat disebut prurigo feroks (agria). Prurigo
mitis hanya terbatas di ekstremitas bagian ekstensor serta sembuh
sebelum akil balik. Sebaliknya prurigo feroks, lokasi lesi lebih luas dan
berlanjut sampai dewasa.1
2.2.5 HISTOPATOLOGI
Gambaran histopatologik tidak khas, sering ditemukan akantosis,
hiperkeratosis, edema pada epidermis bagian bawah, dan dermis
bagian atas. Pada papul yang masih baru terdapat pelebaran pembuluh
darah, infiltrasi ringan sel radang sekitar papul dan dermis bagian atas.1
Bila telah kronik infiltrat kronis ditemukan di sekitar pembuluh darah
serta deposit pigmen di bagian basal.1
2.2.6 DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis prurigo Hebra terutama berdasarkan gambaran klinis ialah
adanya papul-papul miliar, berbentuk kubah terutama terdapat di
ekstremitas bagian ekstensor. Keluhannya ialah sangat gatai, biasanya
pada anak. Sebagai diagnosis banding ialah skabies. Pada penyakit
4
tersebut gatal terutama pada malam hari, orang-orang yang berdekatan
juga terkena. Kelainan kulit berupa banyak vesikel dan papul pada
lipatan-lipatan kulit.1
2.2.7 PENGOBATAN
Karena penyebab prurigo belum diketahui, maka tidak ada pengobatan
yang tepat.Penatalaksanaannya ialah menghindari hal-hal yang ada
kaitannya dengan prurigo, yakni menghindari gigitan nyamuk atau
serangga, mencari dan mengobati infeksi fokal, memperbaiki higiene
perseorangan maupun lingkungan.
Pengobatan berupa simtomatik, yakni mengurangi gatal dengan
pemberiansedativa. Bila terdapat infeksi sekunder diobati.1
Contoh pengobatan topikal ialah sulfur 5-10% dapat diberikan dalam
bentuk bedak kocok atau salap. Untuk mengurangi gatalnya dapat
diberikan mentol 0,25 -1% atau kamper 2-3%. Bila terdapat infeksi
sekunder diberikan antibiotik topikal. Kadang- kadang dapat diberikan
steroid topikal untuk menekan inflamasi bila kelainan tidak begitu
luas.1
2.2.8 PROGNOSIS
Sebagian besar akan sembuh spontan pada usia akil balik.1
2.3 PRURIGO NODULARIS
2.3.1 SINONIM
Hyde prurigo nodularis, Nodul Picker, Liken Simpleks Kronis,
Neurodermatitis Sirkumskripta Bentuk Nodular Atipik, Liken Corneus
Obtusus
2.3.2 DEFINISI
Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit inflamasi kronik, pada
orang dewasa, ditandai oleh adanya nodus kutan yang sangat gatal,
terutama terdapat di ekstermitas bagian ekstensor.1
2.3.3 SEJARAH
5
Pada 1909, Hyde dan Montgomery pertama kali menggambarkan
prurigo nodularis sebagai nodul yang gatal di permukaan ekstensor
ekstremitas bawah pada wanita usia pertengahan.
2.3.4 ETIOLOGI
Kausa penyakit ini belum diketahui, walaupun kondisi lain dapat
menginduksi Prurigo Nodularis. Kondisi tersebut meliputi HIV
(berhubungan dengan jumlah CD4 yang rendah) dan penyakit
imunodefisiensi lain, kolestasis, penyakit tiroid, polisitemia rubra vera,
uremia, penyakit Hodgkin, keganasan, penyakit hati, gagal ginjal,
anemia, gigitan serangga, memiliki kondisi alergi seperti asma,
dermatitis, atau memiliki keluarga yang memiliki kondisi tersebut, dan
penyakit psikiatri (serangan-serangan gatal timbul bila terdapat
ataumengalami ketegangan emosional), meski beberapa penelitian
terkini menyangkal psikiatri sebagai penyebab dari Prurigo Nodularis. 1
Sumber lain mengatakan kaitan terjadinya Prurigo Nodularis dengan
Hepatitis C, Mucobacteria, Helicobacter pylori ,dan Strongyloides
stercoralis.
Lockshin et al menghubungkan Prurigo Nodularis dengan Nevus
Becker, Torchia et al mengubungkannya dengan penyakit yang
berkaitan dengan IgA, kondisi autoimun, dan Sonkoly et al
menghubungkannya dengan sel T.
Sumber lain menyatakan faktor pemicu Prurigo Nodularis dapat
berasal dari penyakit kulit lain, seperti eksim, pemfigoid bulosa, dan
dermatitis herpetiformis.
2.3.5 EPIDEMIOLOGI
Kondisi ini muncul pada pasien yang memiliki kondisi-kondisi tertentu
sebagai pemicu, namun belum ada survei terhadap prevalensi pada
populasi umum.
Dapat ditemukan pada semua ras. Ditemukan dalam jumlah besar pada
wanita dibandingkan dengan pria, walau belum ada dokumentasi
mengenai hal tersebut.
Terutama pada usia pertengahan dan oarang yang lebih tua walaupun
dapat terjadi pada semua usia. Sekitar 80 % pasien memiliki riwayat
6
personal/keluarga terhadap dermatitis atopi, asma, atau demam fever
(prevalensi hanya 25 % pada populasi umum).
Prurigo nodularis bersifat jinak dan tidak meningkatkan angka
kematian, namun angka kesakitan yang parah dapat terjadi jika tidak
diobati dengan baik dan bahkan untuk yang sudah diobati sekalipun.
Gatal yang sangat parah pada permukaan tubuh menyebabkan pasien
tidak dapat bekerja secara maksimal dalam aktivitas sehari-harinya.
Beberapa kondisi yang dihubungkan dengan prurigo nodularis dapat
menyebabkan kematian. Dalam dokumentasi, Prurigo Nodularis dapat
muncul pada populasi HIV atau kondisi imunokompromais lain.
Beberapa ditemukan dengan keganasan internal dan gangguan fungsi
ginjal yang parah.
2.3.6 PATOFISIOLOGI
Trauma mekanis kronis terhadap kulit menyebabkan penebalan pada
kulit. Penggarukan, penggosokan, dan penyentuhan yang berulang
menghasilkan plak atau likenifikasi nodular dan hiperkeratosis hingga
perubahan pigmen (hiperpigmentasi). Jika tidak ditangani dengan
baik, akan terjadi lesi ekskoriasi yang berskuama, krusta, atau
membentuk keropeng. Penjelasan dari rasa gatal masih belum
diketahui.Sel mast dan netrofil ditemukan lebih banyak dibandingkan
nilai normal, namun produk degranulasi tidak meningkat. Eosinofil
tidak meningkat, namun produk granula protein (seperti protein dasar
besar, protein kation eosinofilik, dan neurotoxin derivat eosinofil)
secara signifikan mengalami peningkatan jumlah. Nervus papilar
dermal dan sel Merkel merupakan nervus sensoris yang ditemukan
pada dermis dan epidermis, keduanya mengalami peningkatan jumlah
pada Prurigo Nodularis. Ini merupakan reseptor neural terhadap
rangsang sentuhan, temperatur, nyeri, dan gatal. Gen kalsitonin—
berhubungan dengan peptida dan nervus imunoreaktif substansi P
dinyatakan meningkat pada kulit dengan prurigo nodularis
dibandingkan dengan kulit normal. Neuropeptida ini akan memediasi
inflamasi meurogenik kutaneus dan pruritus.
2.3.7 PREDILEKSI
7
Dapat muncul di seluruh bagian tubuh, namun yang terbanyak muncul
pada ekstermitas bagian ekstensor (lengan atau tungkai), pada
permukaan anterior paha, dan dapat pula timbul pada batang tubuh;
seperti punggung, bokong, dada, dan bahu.1
2.3.8 GEJALA KLINIS
Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit kronik dan terutama
mengenati wanita. Lesinya berupa nodus, dapat tunggal atau multiple,
mengenai ekstremitas, terutama pada permukaan anterior paha dan
tungkai bawah. Lesi sebesar kacang polong atau lebih besar, keras dan
berwarna merah atau kecoklatan. Bila perkembangannya sudah
lengkap, maka lesi tersebut akan berubah menjadi verukosa atau
mengalami fisurasi.
2.3.9 HISTOPATOLOGI1
Gambaran histologik akan memperlihatkan:
1. Penebalan epidermis, sehingga tampak hiperkeratosis,
hipergranulosis, akantosis yang tak teratur atau disebut
juga sebagai hiperplasi psoriasiformis yang tak teratur.
2. Penebalan stratum papilaris dermis, yang ter- diri atas
kumpulan serat kolagen kasar, yang arahnya tegak lurus
terhadap permukaan kulit (disebut sebagai collagen in
vertical streaks).
3. Sebukan sel-sel radang sekitar pembuluh darah yang
melebar di dermis bagian atas. Sel- sel tersebut terutama
terdiri atas limfosit dan histiosit.
2.3.10 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan penyaring darah (seperti FBC, CRP, iron,
U&Es, LFTs, TFTs, serumkalsium, dan glukosa) untuk
membantu deteksi adanya penyakit penyerta pada ginjal,
hepar, atau penyakit metabolik dan infeksi yang
berhubungan
2. Biopsi lesi disarankan untuk eksklusi penyakit lain seperti,
karsinoma sel skuamosa, infeksi mikrobakterial, infeksi
jamur, dan limfoma kutaneus.Biopsi juga akan
8
memperlihatkan peningkatan jumlah eosinofil untuk
Prurigo Nodularis
3. Kultur pada lesi akan mengeksklusi infeksi staphylococcus
4. Tes patch untuk tes sensitivitas
2.3.11 PENGOBATAN
Lesi kulit memberikan respon cepat terhadap penyuntikan
kortikosteroid intralesi. Biasanya dipakai suspense triamsinolon
astonid 2.5 sampai 12.5 mg per ml. dosisnya 0.5 sampai 1ml
per cm2 dengan maksimum 5 ml untuk sekali pengobatan.
Cara pengobatan lain dengna talidomid, dosisnya 2 X 100 mg
per hari dan pengobatan dilanjutkan sampai 3 bulan.
2.3.12 PROGNOSIS
Lesi tidak dapat membaik secara spontan. Keparahan mungkin
dapat berkurang dengan terapi namun cenderung menetap
untuk beberapa waktu.Penyakit ini bersifat kronis dan setelah
sembuh dengan pengobatan biasanya residif.1
9
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 PRURIGO HEBRA3.1.1 Kasus Prurigo Hebra
Telah datang seorang pasien laki-laki diantar orangtuanya, bernama M. Irfan
Ilmi berumur 14 tahun, suku jawa, agama islam, ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUPM pada tanggal 8 mei 2015, datang dengan keluhan bercak-bercak kehitaman
yang disertai rasa gatal pada kaki kanan dan kiri sejak 5 bulan yang lalu dan
memberat dalam 1 bulan ini.
Awalnya timbul bintil bintil kemerahan disertai rasa gatal pada kaki kanan dan
kiri yang yang disebabkan oleh gigitan nyamuk. Kemudian bintil-bintil tersebut
menjadi seperti ada cairan jernih. Karena gatal dan sering digaruk tanpa disadari OS
sehingga bintil-bintil kemerahan semakin meluas dan kemudian bintil tersebut pecah
dan mengering lama kelamaan menjadi bercak-bercak merah kehitaman. Keluhan ini
semakin memberat apabila OS memakan telur. Sebelumnya OS mengatakan sudah
pernah memakai salep yaitu bevalex yang dibelinya sendiri di apotek namun
keluhannya tidak berkurang, sehingga orang tua OS memutuskan untuk dating
berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUPM.
Dari anamnesa riwayat penyakit keluarga tidak dijumpai, riwayat penyakit
terdahulu tidak dijumpai, riwayat pemakaian obat dijumpai yaitu salep Bevalex.
Dari pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum dan status gizi pasien baik.
Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai ruam berupa makula hiperpigmentasi,
skuama, erosi, krusta. Lokalisasinya pada regio kruris dextra dan sinistra.
10
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik diagnosa banding pasien adalah
prurigo hebra, dermatitis atopi, insect bite. Diagnosa sementara pasien ini adalah
prurigo hebra.
Penatalaksanaan pada pasien ini terdiri dari penatalaksanaan secara umum dan
penatalaksanaan secara khusus. Penatalaksanaan secara umum menghindari garukan
pada daerah yang gatal, menghindari gigitan nyamuk maupun serangga dengan cara
memakai pakaian tertutup, menjaga hygiene sendiri dan lingkungan. Penatalaksanaan
secara khusus terdiri dari pengobatan secara sistemik, yakni dengan pemberian citirize
10 mg 1x1 tab dan pengobatan topikal yaitu desoximetasone 0,25% cream 2x1 hari.
Gambar 1. Regio Cruris Dextra dan Sinistra
3.1.2 Diskusi prurigo hebra
Diagnosa prurigo hebra pada pasien ini ditegakan berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Dimana pada anamnesa ditemukan keluhan utama bercak-bercak
kehitaman yang disertai rasa gatal pada kaki kanan dan kiri semenjak 5 bulan yang
lalu, dan memberat dalam 1 bulan ini. Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai ruam
berupa makula hiperpigmentasi, skuama, erosi, dan krusta. Lokalisasinya pada regio
cruris dextra dan sinistra.
11
Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan gejala subjektif keluhan
gatal yang bersifat kronik. Pada gejala objektif kelainan yang jelas adalah papul-papul
miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, lebih muda diraba dari pada dilihat. Garukan
yang terus menerus menimbulakan erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi dan
likenifikasi. Sering pula terjadi infeksi sekunder. Jika telah kronik tampak klulit yang
sakit lebih gelap kecoklatan dan berlikenifikasi. Tempat predileksinya di extremitas
bagian ekstensor dan simetrik, dapat meluas ke bokong dan perut, muka dapat pula
terkena. Biasanya bagian distal lengan dan tungkai lebih parah dibandingkan bagian
proksimal. Demikian pula umunya tungkai lebih parah dari pada lengan.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik maka diagnosa banding pasien
ini adalah prurigo hebra, dermatitis atopi dan insect bite. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa diagnosa banding dari prurigo hebra adalah
dermatitis atopi dan insect bite.
Penatalaksanaan pada pasien ini terdiri dari penatalaksanaan secara umum dan
penatalaksanaan secara khusus. Penatalaksanaan secara umum menghindari garukan
pada daerah yang gatal, menghindari gigitan nyamuk maupun serangga dengan cara
memakai pakaian tertutup, menjaga hygiene sendiri dan lingkungan. Penatalaksanaan
secara khusus terdiri dari pengobatan secara sistemik, yakni dengan pemberian citirize
10 mg 1x1 tab dan pengobatan topikal yaitu desoximetasone 0,25% cream 2x1 hari.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa penatalaksanaan
prurigo hebra secara umum adalah menghindari gigitan nyamuk maupun serangga
dengan cara memakai pakaian tertutup, memakai insect repellent, semprotan nyamuk,
menjaga hygine sendiri dan lingkungan, serta menghindari garukan. Penatalkasanaan
secara khusus, karena pengobatanya hanya bersifat simtomatis maka tidak ada
pengobatan yang tepat.
Jadi pengobatan yang diberikan yang bersifat simtomatik yaitu topikal dapat
diberikan sulfur 5-10% dalam bentuk bedak kocok atau salep. Untuk mengurangi
gatalnya dapat diberikan mentol 0,25-1% atau kamper 2-3%. Bila terdapat infeksi
sekunder diberikan antibiotik topikal. Kadang-kadang dapat diberikan steroid topikal
untuk menekan inflamasi bila kelaianan tidak begitu luas.
12
Prognosis untuk penyakit ini baik. Hal ini sesuai dengan kepustakaan
menyatakan bahwa prognosis prurigo hebra baik apabila hygiene perseorangan dan
lingkungan baik serta mendapatkan terapi yang tepat. Sebagian besar akan sembuh
spontan pada usia akil baliq atau dewasa muda.
13