BAB VI HASIL PERANCANGAN
Transcript of BAB VI HASIL PERANCANGAN
31
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
6.1 Rencana Tapak
Akses menuju bangunan terdiri dari jalur kendaraan dan jalur pedestrian. Pada gambar
diatas jalur pedestrian ditunjukkan dengan panah berwarna orange yang terdiri dari
beberapa akses, jalur pedestrian yang mengelilingi bangunan yang dapat di akses dari dan
menuju arah utara, selatan, barat dan timur lahan. Dari arah utara lahan adanya akses
pedestrian yang menghubungkan massa bangunan dengan proyek gedung perpustakaan
ITERA dan disisi barat lahan adanya akses pedestrian yang menghubungkan massa
bangunan dengan proyek gedung rektorat ITERA. Pada bagian depan bangunan terdapat
gazebo, danau buatan dan kolam ikan sebagai pemanfaatan untuk daerah komunal dari
beberapa titik jalur pedestrian tersebut untuk tetap mendapatkan kenyamanan pengguna.
Akses kendaraan pada gambar ditunjukkan dengan panah bewarna biru dimana terdapat
dari arah selatan. Area parkir memiliki beda ketinggian, area parkir 50 cm lebih rendah
dari area masuk. Pada bagian samping bangunan terdapat akses loading dock.
Keterangan :
Jalur Pedestrian
Jalur Kendaraan
Gambar 6. 23 Tapak bangunan
U
32
6.2 Rancangan Bangunan
6.2.1 Bentuk Bangunan
Gubahan massa gedung pusat penelitian dan inovasi ini memiliki bentuk dasar berupa
persegi dan huruf L dengan bentuk siku pada muka bangunan yang menciptakan orientasi
entrance berorientasi ke arah bundaran (tenggara lahan).
Gambar 6. 24 Massa bangunan
33
6.2.2 Rancangan Ruang
Pada lantai 1 terdapat area lobi sebagai area komunal dan juga berisikan, ruang pameran
yang tersapat di sisi kiri, adanya ruang technolgi transfer office yang berguna untuk
pembisnis yang ingin membicarakan terkait bekerjasama ataupun membeli produk
teknologi terbaru made in ITERA. Adanya juga ruang rapat, ruang sewa start up, ruang
administrasi, co working space, stationary, toilet, ruang Me, ruang pengelola, ruang
monitoring, gudang umum, ruang seminar ruang OB, pos satpam dan mushola.
Gambar 6. 25 Denah lantai 1
34
Pada lantai 2, dari tangga lantai 1, pengunjung dapat langsung menemui ruang PURINO ada
6 ruang PURINO pada lantai 2 . Adanya ruang auditorium yang berguna untuk pengunjung
melihat produk-produk dari setiap PURINO yang ditampilkan dalam bentuk benda bergerak
ataupun sebuah video, Pada lantai 2 terdiri dari ruang auditorium, ruang PURINO 1-6,
ruang seminar, ruang sewa start up, co working space, mushola, ruang OB dan toilet.
Gambar 6. 26 Denah lantai 2
Gambar 6. 27 Denah lantai 3
35
Lantai 3 dari tangga lantai 2, pengunjung dapat langsung menemui ruang PURINO ada 6
ruang PURINO. Pada lantai 3 adanya ruang co working space dan rung sewa start up yang
memiliki balkon untuk pengguna bangunan. Lantai 3 juga masih terdiri ruang purino 7-14,
mushola, toilet dan ruang OB.
Pada lantai 4 terdiri dari laboratorium HPC yang berisikan komputer yang digunakan
untuk membuat hasil produk-produk teknologi dari PURINO yang berbentuk sebuah
video kemudian ada juga laboratorium Life Sience, ruang seminar, ruang sewa start up,
co working space, mushola, toilet, dan ruang OB.
Gambar 6. 28 Denah lantai 4
36
Pada lantai 5. Terdapat Laboratorium umum, ruang sewa start up, co working space,
mushola, toilet, dan ruang OB.
Gambar 6. 29 Denah lantai 5
37
6.2.3 Rancangan Fasad
Fasad bangunan ini menggunakan secondary skin untuk meminimalisir panas yang masuk
kedalam bangunan dikarenakan Pusat penelitian dan inovasi ini akan menggunakan
banyak bukaan kaca. Secondary skin yang digunakan berupa Besi Hollow. Pada bagian
yang menggunakan secondary skin seutuhnya, saya ciptakan bentuk lekukan-lekukan
pada secondary skin tersebut agar tidak monoton dan juga perbedaan pola digunakan
untuk memberikan kesan berbeda antara daerah enterance dan ruang lainnya.
dimaksudkan agar pengguna yang datang dari jalan bagian timur dan selatan mengetahui
area enterance massa bangunan yang menghadap tenggara lahan.
Gambar 6. 30 Tampak selatan bangunan
Gambar 6. 31 Penggunaan secondary skin
38
6.2.4 Sistem Struktur Bangunan
Struktur yang digunakan pada gedung pusat penelitian dan inovasi ini berupa struktur
dan kolom beton yang menahan beban dari balok. Jarak antar kolom yang digunakan
yaitu 8 m. pada balok digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom, adanya
juga balok anak untuk menghemat ketebalan plat lantai dan terakhir adanya plat lantai
yang digunakan disetiap lantai massa bangunan sebagai tempak berpijak.
Konstruksi atap menggunakan atap dak beton betulang dengan kemiringan 1% ke
bagian kanan dan kiri untuk mengarahkan air hujan ke titik-titik talang tegak pada
bagian samping-samping bangunan dan pada bagian atap auditorium menggunakan atap
pelana dengan material penutup atap yaitu logam.
Gambar 6. 32 Struktur bangunan
39
6.2.5 Sistem Utilitas
Sumber air bersih yang digunakan pada bangunan ini berasal dari sumur bor yang
ditempatkan tidak jauh dari kedua massa bangunan supaya memperpendek jalur
distribusi air bersih. Pipa air bersih disalurkan menuju water tank lalu dipompa
menuju roof water tank dan kemudian disalurkan menuju toilet-toilet yang ada di
dalam bangunan.
Pembuangan air kotor dan kotoran yang berasal dari kloset, wastafel, pantri, tempat
wudhu dan kamar mandi langsung dialirkan ke dalam septic tank yang
penempatannya tidak jauh dari toilet supaya jalur pipanya lebih singkat.
Gambar 6. 33 Plumbing air kotor dan air bersih
Gambar 6. 34 Peletakan pipa air besih dan air kotor, kotoran
U
Keterangan :
: Watertank
: Septictank
40
Gedung ini dirancang menggunakan AC Cassette atau disebut juga ceiling cassette
yang terdapat pada ruang-ruang. Seperti ruang pameran, ruang auditorium, ruang
PURINO, ruang kepala pengelola, ruang rapat, mushola, ruang satpam, ruang
seminar, ruang sewa start up, co working space dll. Karakter AC cassette cocok
digunakan untuk ruangan-ruangan yang besar dan terbuka yang memiliki kelebihan
yaitu efisiensi aliran udara, memiliki control yang baik. Maka aliran udara dari AC
ini didistribusikan secara merata dan juga perawatan dan maintenance AC yang
mudah dan cepat
Gambar 6. 35 Peletakan AC cassette di lantai 1 dan 2
Gambar 6. 36 Peletakan AC cassette di lantai 3
41
Pencahayaan pada gedung ini menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan
buatan.
Gambar 6. 37 Peletakan AC cassette di lantai 4 dan 5
Gambar 6. 38 Peletakan lampu di lantai 1 dan 2
Gambar 6. 39 Peletakan lampu di lantai 3
42
6.2.6 Luas Bangunan
Tabel 6. 6 Luas Keseluruhan
No ProgramLuas Perencanaan
Awal
Luas Hasil
Perancangan
1 Luas Lahan 15.000 m2
15.000 m2
2 Luas Lantai 1 dan 2 3.200 m2
4.018,18 m2
3 Luas Lantai 3, 4 dan 5 4.800 m2
4.439,4 m2
4 Luas lantai total 8.000 m2
8.457,5 m2
5Luas Area Parkir (60
mobil) dan (3 bus)2.028 m
2
Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada hasil akhir perancangan luas lantai total sebesar
8.457,5 m2, dari situ didapati bahwa luas hasil rancangan tersebut melebihi luas TOR pada
program awal yang seharusnya memiliki total luas lantai ± 8.000 m2. Kelebihan luas lantai
ini dipergunakan untuk area sirkulasi dan area penunjang.
Dari perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dan luas lahan didapati dilihat pada
table diatas, koefisien dasar bangunan (KDB) pada perancangan ini masih sangat jauh dari
presentasi KDB yang ada pada peraturan sehingga pada lahan ini masih memungkinkan
untuk dipakai sebagai lahan bangunan lain.
Gambar 6. 40 Peletakan lampu di lantai 4 dan 5
43
BAB VII
REFLEKSI PROSES PERANCANGAN
Sejak proses awal pengajuan proposal sampai menyelesaikan perancangan gedung pusat
penelitian dan inovasi ini, saya mendapat banyak pembelajaran. Pada tahap pengajuan
proposal, saya dan kelompok tugas akhir saya melakukan kegiatan berkunjung ke tapak
untuk menganalisis kondisi eksisting tapak, menganalisis kegiatan dan pengguna gedung
pusat penelitian dan inovasi, serta melakukan wawancara terkait fungsi ruang gedung
tersebut.
Pada tahap pemrograman saya dapat memahami sistem gedung PURINO, menganalisis
tapak dan kegiatan serta pengguna gedung PURINO yang dapat mempengaruhi desain
saya. Pada tahap ini juga saya menemukan isu-isu dan potensi baik terkait tapak maupun
fungsi yang mempengaruhi desain. Saya juga banyak belajar bahwa pengumpulan
preseden dan referensi juga merupakan hal yang penting untuk memudahkan suatu proses
perancangan.
Pada tahap perancangan tentu banyak kesulitan yang saya hadapi, banyak pertimbangan
yang perlu diperhatikan yang sangat mempengaruhi desain. Tidak sedikit ide dan gagasan
awal saya yang berubah seiring proses perancangan ini berlangsung, adapun ide fasad
yang bertolak belakang dengan iklim di ITERA, maupun posisi ruang-ruang yang banyak
berubah seiring proses perancangan. Sampai akhirnya peletakan massa bangunan yang
saya pilih disisi tertinggi di daerah selatan bagian barat lahan dengan banyak kemiringan
kontur membuat massa bangunan saya memiliki split lantai. Bentuk massa bangunan saya
yang berbentuk L sedikit diberi siku disisi tenggara lahan untuk memberikan respons
terhadap bundaran yang berada dibagian timur dan selatan jalan utama.
44
Kemudian pada fasad bangunan yang menggunakan banyak bukaan kaca membuat massa
bangunan menggunakan secondary skin untuk meminimalisir panas yang masuk kedalam
bangunan, dibedakannya pola pada secondary skin di area enterance menggunakan pola
vertikal dan area sisi bangunan lainnya menggunakan pola horizontal dimaksudkan agar
pengguna yang datang dari jalan bagian timur dan selatan mengetahui area enterance yang
menghadap tenggara lahan, adanya area parkir yang berada lebih rendah 50cm dari area
enterance massa bangunan. Dari sini saya banyak belajar untuk berkompromi baik
dengan keinginan pemrakarsa proyek, kebutuhan pengguna ataupun kondisi yang ada.