BAB VI ANALISIS DATA - repository.uksw.edu · “Hahahaha..kalo sempet mampir ke acm journals”...
Transcript of BAB VI ANALISIS DATA - repository.uksw.edu · “Hahahaha..kalo sempet mampir ke acm journals”...
61
BAB VI
ANALISIS DATA
6.1. Jasson Prestiliano
6.1.1. Kesadaran (mindfulness)
Menurut DeVito (2007: 23), kesadaran mengacu pada 4 aspek, yaitu
membuat dan membuat kembali kategori, terbuka terhadap informasi dan
pandangan yang baru, berhati-hati dalam mengandalkan kesan pertama dengan
kuat, dan berpikir sebelum bertindak. Kesadaran pada Pak Jasson sebagai dosen
akan dilihat melalui analisis chat antara Pak Jasson-Bondan dan Pak Jasson-Indra
dan analisis wawancara kepada Pak Jasson, Bondan, dan Indra. Berikut ini adalah
chat Pak Jasson-Bondan serta Pak Jasson-Indra:
Chat Pak Jasson kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Membuat dan membuat kembali kategori
“Siang Vito.” “Pernah. Ada yang buat map2 gitu. Yahoo map atau Google map via bb” “Menurut saya kalo aplikasinya beda dan bermanfaat pasti boleh” “Sama2. Cari di http://scholar.google.com/. Jurnal2 terbaru soal BB application” “Hahahaha..kalo sempet mampir ke acm journals” “Inggris saja” “Hayo malem2 ol”
Terbuka terhadap informasi dan pandangan
yang baru
“Menurut saya kalo aplikasinya beda dan bermanfaat pasti boleh” “Kalo bisa yang penting2 aja. Ndak cuman tampilan utama. Tapi ndak semua. Yang penting aja”
Berhati-hati dalam mengandalkan kesan pertama dengan kuat
-
Berpikir sebelum bertindak -Di sepanjang chat-
Chat Pak Jasson kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Membuat dan membuat kembali kategori
“Nah fit sama restart-nya, itu blinking-nya jangan 0 dan 1 (kedip2 banget) tapi kalo bisa lebih smooth” “Bukan, kamu kedip2nya khan muncul dan ilang gitu khan?” “Nah bisa dibuat lebih tweening ndak? Misal dari muncul pelan2 ilang, terus muncul lagi dst. Terus gambar tombolnya dibuat lebih keren gambar tombolnya dianggap primitive =_=” “Nice. Itu maksudnya. Soalnya tombolnya khan kerasa tempelan tuh. Gak nyambung” “Nice. Soalnya kita membuat game komersil. Harus mendengarkan keinginan pemain. Nanti kalo ndak gak ada
62
sponsor2 yang mau datang” “Ok. Gini, tombol restart agak terlalu ke tengah. Coba dipojokin dikit lagi tombol fit kalo bisa sebesar tombol restart” “Howalah ndak usah. Kamu bikin aja game dengan konsepmu. Nanti kita brainstorming”
Terbuka terhadap informasi dan pandangan
yang baru
“Hoooo bener ya. Oke deh kalo gitu. Kalo tombol fit-nya udah bagus cuma kurang kecil. Masih kegedean”
Berhati-hati dalam mengandalkan kesan pertama dengan kuat
-
Berpikir sebelum bertindak -Di sepanjang chat-
Pak Jasson�Bondan: Pada chat dengan Bondan, Pak Jasson membuat 3
kategori. Pertama, kata “saya” dan “Vito” untuk kategori subyek. Pak Jasson
sebagai dosen akan langsung memanggil nama kepada mahasiswanya dikarenakan
umur mahasiswa lebih muda. Kedua dan ketiga, istilah “map”, “Yahoo map”,
“Google map”, “bb”, ”aplikasi”, ” http://scholar.google.com/”, “acm journals”,
“ Inggris”, “ ol”, dapat dikategorikan secara luas ke dalam bidang Teknologi
Informasi (TI) yang menggunakan Bahasa Inggris. Hal ini diperkuat dari hasil
wawancara Bondan (BV, 2012: 9):
“Iya, Pak Jasson mengkategorikan komunikasi menjadi 3, yaitu yang pertama tentang subyek dengan menyebut diri beliau saya dan memanggil saya sebagai mahasiswanya dengan Vito, nama panggilan saya, kemudian yang kedua dan ketiga adalah beberapa penggunaan istilah TI dalam bahasa Inggris.”
Pak Jasson sudah terbuka terhadap informasi dan pandangan yang baru.
Ditunjukkan dalam chat dengan Pak Jasson menerima pendapat Bondan tentang
materi skripsinya dan memberikan saran bagaimana baiknya. Hal tersebut
diperkuat dengan wawancara Bondan (BV, 2012: 10):
“Beliau sangat terbuka dalam penyampaian informasi tentang tema skripsi yang saya tanyakan. Contohnya saat bimbingan tatap muka, Pak Jasson memberikan saran sesuai teknologi yang sedang berkembang. Kadang beliau memberikan link tutorial jika bagian dari skripsi saya membutuhkannya dan juga advice-advice sering beliau berikan melalui chat Facebook. Ide dari saya tentang skripsipun diterima Pak Jasson kemudian dikembangkan.”
Untuk berhati-hati dalam mengandalkan kesan pertama dengan kuat,
termasuk dalam komunikasi interpersonal tatap muka. Yang dimaksud di sini
adalah kesan pertama bisa saja berbeda dengan kesan berikutnya. Bisa saja kesan
63
pertama baik namun berikut-berikutnya tidak baik atau sebaliknya. Bondan
sebelumnya sudah tahu Pak Jasson seperti apa lewat cerita dari teman-temannya,
ditambah dengan kesan kepribadian yang menyenangkan ketika pertama kali
mengobrol dengan beliau (BV, 2012: 6). Kesan pertemuan berikutnya dengan
terakhir juga masih sama (BV, 2012: 7). Jadi, di sini Bondan tidak melihat adanya
perbedaan antara kesan pertama hingga saat ini.
Untuk aspek berpikir sebelum bertindak, Pak Jasson sudah melakukan di
sepanjang chat. Dilihat dari jawaban Pak Jasson yang sesuai dengan pertanyaan
Bondan. Hal ini diperkuat dengan wawancara dengan Bondan (BV, 2012: 11):
“Ya, contoh saat bimbingan langsung dia selalu berpikir dulu sebelum memberikan saran kepada saya. Kalau di chat, terlihat beliau menjawab sesuai dengan pertanyaan saya.”
Pak Jasson�Indra: Pada chat dengan Indra, Pak Jasson membuat 2
kategori. Pertama “kamu” untuk mengkategorikan Indra sebagai mahasiswa dan
berumur lebih muda. Kedua, “fit”, “ restart”, “ blinking”, “kedip”, “smooth”,
” tweening”, “tombol”, “ primitive”, “ nice”, “ game”, “ pemain”, “ brainstorming”,
adalah istilah-istilah dalam kategori Teknologi Informasi (TI). Hal ini diperkuat
dengan hasil wawancara dengan Indra (IN, 2012: 9):
“Sama, ada 2, untuk bimbingan langsung maupun chat. Yang pertama, penggunaan kata “kamu”, karena saya mahasiswa dan umur jauh lebih muda. Kedua, karena kita berhubungan dengan bidang TI, tentu percakapan kita menggunakan beberapa istilah TI.”
Untuk keterbukaan terhadap informasi dan pandangan yang baru, Pak
Jasson menunjukkan dengan “Hooh bener ya...” yang artinya menerima pendapat
dari Indra, ditambah dengan saran-saran lain dari Pak Jasson. Hal ini diperkuat
dengan wawancara dari Indra (IN, 2012: 10):
“Iya, beliau merupakan seorang yang dapat menerima pandangan baru yang mungkin tidak sama dengan jalan pemikiran beliau. Jika tidak, mana bisa cara berkomunikasi seperti ini dapat berjalan dengan baik. Tidak semua dosen mau melakukan hal seperti yang dilakukan bapak Jasson. Beliau memang berniat untuk membantu pengerjaan skripsi dan sering menerima ide anak didiknya. The best lah pokoknya. Hal ini terlihat dari komunikasi yang kami lakukan itu sendiri. Komunikasi yang kami lakukan tidak hanya di siang hari, namun di malam hari kami juga sering melakukan komunikasi seperti ini. Dan
64
beliau tetap saja mau menjawab dan jawaban yang beliau berikan bukanlah jawaban sekenanya, melainkan benar-benar jawaban yang menjawab pertanyaan saya. Di mana dosen lain mungkin memilih untuk tidur dan bermimpi indah daripada membantu skripsi anak didiknya yang dapat dilakukannya keesokan hari hehe..”
Untuk berhati-hati dalam mengandalkan kesan pertama dengan kuat,
termasuk dalam bagian komunikasi interpersonal tatap muka. Kesan pertama
Indra terhadap Pak Jasson adalah Pak Jasson orangnya gampang bergaul dan tidak
jaim (jaga image) (IN, 2012: 6). Untuk kesan pertemuan berikutnya dan terakhir
sama (IN, 2012: 7). Jadi, di sini Indra tidak melihat adanya perbedaan antara
kesan pertama hingga saat ini.
Untuk aspek berpikir sebelum bertindak, Pak Jasson sudah melakukan di
sepanjang chat. Dilihat dari jawaban Pak Jasson yang sesuai dengan pertanyaan
Indra. Hal ini diperkuat dengan wawancara Indra (IN, 2012: 11):
“Pada saat kami merancang game skripsi yang akan saya kembangkan, pada awalnya setelah saya menceritakan konsep seperti apa yang akan saya kembangkan, beliau memberikan banyak sekali masukan tentang hal apa saja yang mungkin akan menjadi penghambat apabila saya mengembangkan game yang 100% murni pemikiran saya. Beliau memberikan banyak masukan yang bermanfaat bagi pengembangan game saya. Dengan begitu dapat diambil kesimpulan bahwa sebelum mengerjakan sesuatu beliau berpikir dahulu tentang baik, buruk dan apa saja yang mungkin menjadi penghalang maupun menyulitkan untuk kedepannya.”
ANALISIS: Dari hasil analisis chat Pak Jasson-Bondan dan Pak Jasson-
Indra serta hasil wawancara, didapatkan Pak Jasson sudah memenuhi kualitas
kesadaran. Beliau sadar akan tugasnya sebagai dosen pembimbing yang
membimbing mahasiswanya dalam skripsi hingga lulus. Hasil observasi peneliti
juga menunjukkan bahwa Pak Jasson memenuhi kualitas kesadaran dengan
membuat kategori, yaitu subyek, dengan beliau memanggil nama peneliti. Hal ini
diperkuat dengan hasil wawancara tentang diri beliau sendiri (JP, 2012: 13):
“Dengan Bondan, saya membuat kategori menjadi 3, yaitu tentang subyek, istilah TI, dan bisa juga dalam Bahasa Inggris. Kalau Indra 2 kategori yang sama juga. Iya, saya selalu terbuka akan pendapat dari mahasiswa saya. Tidak melulu saya yang harus memberikan pendapat karena saya dan mahasiswa bimbingan saya berkomunikasi 2 arah. Hal ini karena saya menyadari betul bahwa tugas seorang dosen
65
membimbing mahasiswanya sampai lulus. Dengan teknologi chat melalui Facebook, ruang dan waktu belajar yang terbatas menjadi tidak terbatas pada hal yang konvensional. Iya saya berhati-hati dalam melihat kesan pertama karena bisa saja faktor bingung atau belum terbiasa mengobrol menjadi hambatan sehingga komunikasi tidak lancar. Saya mengambil kesimpulan tentang sikap seseorang dalam banyak pertemuan. Iya saya selalu berpikir sebelum memutuskan apakah saya akan memberikan saran tersebut kepada mahasiswa saya. Saya akan pertimbangkan masak-masak baik dan buruknya.”
6.1.2. Sensitivitas budaya (cultural sensitivity)
ANALISIS: Sensitivitas budaya pada Pak Jasson sebagai dosen tidak
nampak pada chat antara Pak Jasson-Bondan serta Pak Jasson-Indra. Hal ini
dikarenakan beliau sendiri sudah hidup 8 tahun di Pulau Jawa ini meskipun
keturunan Batak-Jawa sedangkan Bondan dan Indra dari orang Jawa asli (JP,
2012: 14). Dalam chat, beberapa kali menggunakan kata-kata dalam bahasa Jawa
yang dimengerti baik Pak Jasson-Bondan maupun Pak Jasson-Indra. Hasil
observasi peneliti sendiri saat wawancara yaitu Pak Jasson tidak terdengar medok
ataupun tidak berlogat Batak. Saat bicara, logatnya biasa saja. Hal tersebut
diperkuat dengan pernyataan Bondan, Indra, dan Pak Jasson tentang penggunaan
bahasa Jawa dalam chat Facebook: “Iya terkadang menggunakan. Seperti ndak
dan sempet” (BV, 2012: 14), “Iya sering sekali menggunakan. Misalnya, ndak,
bener, dan gede” (IN, 2012: 14), serta “Iya, terkadang saya menggunakan bahasa
Jawa untuk kata-kata yang memang sudah familier, seperti ndak, sempet, bener,
dan gede” (JP, 2012: 16). Berikut ini adalah bagian chat yang terdapat kata-kata
dalam Bahasa Jawa:
Chat Pak Jasson kepada Bondan Vitorini Bagian Chat
“Hahahaha..kalo sempet mampir ke acm journals”
“Kalo bisa yang penting2 aja. Ndak cuman tampilan utama. Tapi ndak semua. Yang penting aja”
Chat Pak Jasson kepada Indrayasa Nandiwardhana Bagian Chat
“Nah bisa dibuat lebih tweening ndak? Misal dari muncul pelan2 ilang, terus muncul lagi dst. Terus gambar tombolnya dibuat lebih keren gambar tombolnya dianggap primitive =_=” “Nice. Soalnya kita membuat game komersil. Harus mendengarkan keinginan pemain. Nanti kalo ndak gak ada sponsor2 yang mau datang” “Hoooo bener ya. Oke deh kalo gitu. Kalo tombol fit-nya udah bagus cuma kurang kecil. Masih kegedean”
66
“Howalah ndak usah. Kamu bikin aja game dengan konsepmu. Nanti kita brainstorming”
6.1.3. Fleksibilitas (Flexibility)
Fleksibilitas pada Pak Jasson sebagai dosen akan dilihat melalui analisis
chat antara Pak Jasson-Bondan dan Pak Jasson-Indra dan analisis wawancara
kepada Pak Jasson, Bondan, dan Indra. Berikut ini adalah chat Pak Jasson-Bondan
serta Pak Jasson-Indra:
Chat Pak Jasson kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Menyadari bahwa tidak ada dua orang atau situasi yang persis Di sepanjang chat Menyadari bahwa komunikasi selalu terjadi dalam konteks Di sepanjang chat
Menyadari bahwa semua hal mengalir Di sepanjang chat Menyadari bahwa setiap situasi menawarkan kita pilihan berbeda untuk
berkomunikasi Di sepanjang chat
Chat Pak Jasson kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Menyadari bahwa tidak ada dua orang atau situasi yang persis Di sepanjang chat Menyadari bahwa komunikasi selalu terjadi dalam konteks Di sepanjang chat
Menyadari bahwa semua hal mengalir Di sepanjang chat Menyadari bahwa setiap situasi menawarkan pilihan berbeda untuk
berkomunikasi Di sepanjang chat
Pak Jasson�Bondan: Pada chat dengan Bondan, Pak Jasson menyadari
bahwa tidak ada dua orang atau situasi yang persis. Hal tersebut terlihat di
sepanjang chat Pak Jasson-Bondan lebih terkesan formal. Konteks yang terjadi
adalah pembahasan tentang ide materi skripsi Bondan, seputar BB, mobile
commerce, dan aplikasi Android. Semua tanya jawab mengalir secara logis. Tentu
pilihan kata-kata akan berbeda ketika Pak Jasson chat dengan Indra. Hal ini
diperkuat dengan wawancara Bondan tentang fleksibilitas Pak Jasson (BV, 2012:
16):
“Ya, fleksibilitas Pak Jasson terlihat seperti saat saya menanyakan topik skripsi yang tepat untuk saya pada saat bimbingan langsung. Dalam Facebook, contohnya beliau yakin dengan jawabannya namun ketika ada perbedaan jawaban dengan chat sebelumnya, maka saya akan katakan bedanya dan Pak Jasson bisa menerimanya.”
Pak Jasson�Indra: Pada chat Pak Jasson-Indra, lebih terkesan santai dan
penuh canda. Konteks yang terjadi adalah pembahasan tentang game untuk skripsi
Indra. Maka, bentuk pemilihan kata-kata pasti berbeda ketika Pak Jasson dengan
67
Bondan. Semua tanya jawab mengalir secara logis. Hal ini diperkuat dengan
wawancara Indra tentang fleksibilitas Pak Jasson (IN, 2012: 16):
“Hmm...kalau itu tergantung juga sih, kadang beliau dapat menjadi seseorang yang fleksibel apabila yang dihadapi bukan masalah yang terlalu penting, namun untuk hal-hal penting atau hal-hal besar beliau mampu untuk menjadi seseorang yang tegas dengan pendirianya. Contohnya saat kami sama-sama merancang dan mengembangkan skripsi game yang saya buat, apabila saya merasa ada sesuatu yang kurang cocok dan saya kemukakan, untuk hal-hal kecil beliau akan memikirkan dan apabila memang baik maka beliau tidak ragu untuk mengaplikasikan apa yang saya kemukakan. Contoh lain bapak Jasson adalah orang yang terbuka dan mau merevisi pendapatnya. Bapak Jasson memang yakin dengan jawabannya. Namun jika terjadi perbedaan dengan chat yang dulu, saya akan mengingatkan kembali dan beliau akan menerimanya dengan baik.”
ANALISIS: Dari hasil analisis chat Pak Jasson-Bondan serta Pak Jasson-
Indra, didapatkan Pak Jasson sudah memenuhi semua aspek fleksibilitas. Hal ini
dikarenakan beliau menyadari bahwa setiap orang tidak mempunyai sifat yang
sama, ada yang serius, biasa, ataupun santai. Kualitas fleksibilitas ini terlihat saat
peneliti melakukan observasi. Pemilihan kata-kata beliau saat menjawab
pertanyaan peneliti berbeda saat Pak Jasson bercakap-cakap dengan Bondan dan
Indra. Terlihat masih ada kesan formal dengan peneliti. Hal ini diperkuat dengan
hasil wawancara tentang diri beliau sendiri (JP, 2012: 18):
“Saya orang yang fleksibel kok. Bahasa yang saya gunakan bisa berbeda antara satu mahasiswa dengan yang lainnya karena saya sadar setiap orang itu tidak sama. Ada yang serius, ada yang biasa, ada yang santai. Sejauh ini komunikasi saya dengan Bondan tentang ide skripsi sedangkan Indra tentang game. Tentu saat kami sedang membahas skripsi, tanya jawab akan mengalir begitu saja. Kalau terjadi perbedaan atau ada ide yang lain, maka saya mencoba untuk menerima sesuai dengan pembahasannya apa.”
6.1.4. Berorientasi kepada pihak lain (other orientation)
Berorientasi pada pihak lain Pak Jasson sebagai dosen akan dilihat melalui
analisis chat antara Pak Jasson-Bondan dan Pak Jasson-Indra dan analisis
wawancara kepada Pak Jasson, Bondan, dan Indra. Berikut ini adalah chat Pak
Jasson-Bondan serta Pak Jasson-Indra:
68
Chat Pak Jasson kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Memperlihatkan pertimbangan dan sikap
menghargai Di sepanjang chat
Mengakui perasaan orang lain sebagai
legitimasi
“Pernah. Ada yang buat map2 gitu. Yahoo map atau Google map via bb” “Menurut saya kalo aplikasinya beda dan bermanfaat pasti boleh” “Nah gitu” “Sama2. Cari di http://scholar.google.com/. Jurnal2 terbaru soal BB application” “Ok ok” “Ngerti” “Boleh2” “Sama2:-)” “Boleh banget” “Sama2 :-)” “Kalo bisa yang penting2 aja. Ndak cuman tampilan utama. Tapi ndak semua. Yang penting aja” “Semangat :-)” “Hmmm..jangan takut dulu. Kerjakan dulu”
Mengakui kehadiran dan kepentingan orang lain
“Menurut saya kalo aplikasinya beda dan bermanfaat pasti boleh”
“Sama2. Cari di http://scholar.google.com/. Jurnal2 terbaru soal BB application” “Hahahaha..kalo sempet mampir ke acm journals” “Iya nih”
“Boleh2” “Iya silahkan” “Boleh banget” “Kalo bisa yang penting2 aja. Ndak cuman tampilan utama. Tapi ndak semua. Yang penting aja” “Inggris saja” “Hmmm..jangan takut dulu. Kerjakan dulu”
Memfokuskan pesan pada orang lain
“Siang Vito.” “Pernah. Ada yang buat map2 gitu. Yahoo map atau Google map via bb” “Nah gitu” “Sama2. Cari di http://scholar.google.com/. Jurnal2 terbaru soal BB application”
“Ok ok”
“Ngerti” “Boleh2” “Sama2:-)” “Iya silahkan” “Boleh banget” “Kalo bisa yang penting2 aja. Ndak cuman tampilan utama. Tapi ndak semua. Yang penting aja” “Inggris saja” “Hayo malem2 ol” “Semangat :-)” “Hmmm..jangan takut dulu. Kerjakan dulu”
Menggunakan -
69
pertanyaan terbuka untuk melibatkan orang lain
pada interaksi
Memberikan ijin kepada orang lain untuk
mengekspresikan (atau tidak mengekspresikan)
perasaan mereka
“Pernah. Ada yang buat map2 gitu. Yahoo map atau Google map via bb”
“Iya silahkan”
Chat Pak Jasson kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Memperlihatkan pertimbangan dan sikap menghargai
“Nah fit sama restart-nya, itu blinking-nya jangan 0 dan 1 (kedip2 banget) tapi kalo bisa lebih smooth” “Nah bisa dibuat lebih tweening ndak? Misal dari muncul pelan2 ilang, terus muncul lagi dst. Terus gambar tombolnya dibuat lebih keren gambar tombolnya dianggap primitive =_=” “Nice. Itu maksudnya. Soalnya tombolnya khan kerasa tempelan tuh. Gak nyambung” “Nice. Soalnya kita membuat game komersil. Harus mendengarkan keinginan pemain. Nanti kalo ndak gak ada sponsor2 yang mau datang” “Makasih:-)” “Ok. Gini, tombol restart agak terlalu ke tengah. Coba dipojokin dikit lagi tombol fit kalo bisa sebesar tombol restart” “Hoooo bener ya. Oke deh kalo gitu. Kalo tombol fit-nya udah bagus cuma kurang kecil. Masih kegedean” “Biar aja di situ kalo emang itu alasannya”
“Mantap :-)” “Howalah ndak usah. Kamu bikin aja game dengan konsepmu. Nanti kita brainstorming”
Mengakui perasaan orang lain sebagai legitimasi
“Bukan, kamu kedip2nya khan muncul dan ilang gitu khan?” “Nice. Itu maksudnya. Soalnya tombolnya khan kerasa tempelan tuh. Gak nyambung”
“Nice. Soalnya kita membuat game komersil. Harus mendengarkan keinginan pemain. Nanti kalo ndak gak ada sponsor2 yang mau datang” “Gpp. Kita lanjutin besok pagi:-)” “Iya..besok saja ya?” “Ok. Gini, tombol restart agak terlalu ke tengah. Coba dipojokin dikit lagi tombol fit kalo bisa sebesar tombol restart” “Hoooo bener ya. Oke deh kalo gitu. Kalo tombol fit-nya udah bagus cuma kurang kecil. Masih kegedean” “Mantap:-)”
“Boleh2. Tinggal nanti saya mikirin temanya biar laku di pasaran”
Mengakui kehadiran dan kepentingan orang lain
“Bukan, kamu kedip2nya khan muncul dan ilang gitu khan?”
Memfokuskan pesan kita pada orang lain
“Nah fit sama restart-nya, itu blinking-nya jangan 0 dan 1 (kedip2 banget) tapi kalo bisa lebih smooth”
“Bukan, kamu kedip2nya khan muncul dan ilang gitu khan?” “Nah bisa dibuat lebih tweening ndak? Misal dari muncul pelan2 ilang, terus muncul lagi dst. Terus gambar tombolnya
70
dibuat lebih keren gambar tombolnya dianggap primitive =_=” “Nice. Itu maksudnya. Soalnya tombolnya khan kerasa tempelan tuh. Gak nyambung” “Nice. Soalnya kita membuat game komersil. Harus mendengarkan keinginan pemain. Nanti kalo ndak gak ada sponsor2 yang mau datang” “Ok. Gini, tombol restart agak terlalu ke tengah. Coba dipojokin dikit lagi tombol fit kalo bisa sebesar tombol restart” “Hoooo bener ya. Oke deh kalo gitu. Kalo tombol fit-nya udah bagus cuma kurang kecil. Masih kegedean”
“Biar aja di situ kalo emang itu alasannya” “Mantap:-)” “Howalah ndak usah. Kamu bikin aja game dengan konsepmu. Nanti kita brainstorming” “Boleh2. Tinggal nanti saya mikirin temanya biar laku di pasaran”
Menggunakan pertanyaan terbuka untuk melibatkan orang lain pada interaksi
-
Memberikan ijin kepada orang lain untuk mengekspresikan (atau tidak mengekspresikan)
perasaan mereka
“Nah fit sama restart-nya, itu blinking-nya jangan 0 dan 1 (kedip2 banget) tapi kalo bisa lebih smooth” “Ok. Gini, tombol restart agak terlalu ke tengah. Coba dipojokin dikit lagi tombol fit kalo bisa sebesar tombol restart” “Howalah ndak usah. Kamu bikin aja game dengan konsepmu. Nanti kita brainstorming”
Pak Jasson����Bondan: Pada chat dengan Bondan, Pak Jasson
memperlihatkan pertimbangan dan sikap menghargai, mengakui perasaan orang
lain sebagai legitimasi, mengakui kehadiran dan kepentingan orang lain,
memfokuskan pesan pada orang lain dan memberikan ijin kepada orang lain untuk
mengekspresikan (atau tidak mengekspresikan) perasaan mereka sudah terlihat
pada sebagian besar chat. Untuk aspek menggunakan pertanyaan terbuka untuk
melibatkan orang lain pada chat tidak terlihat. Hal ini diperkuat dengan
wawancara Bondan (BV, 2012: 18):
“Ya, hal itu semua ada di Pak Jasson baik dalam bimbingan langsung ataupun chat. Kecuali menggunakan pertanyaan terbuka hanya terjadi pada interaksi tatap muka langsung saja. Contohnya kongkrit berorientasi pada pihak lain ini, pada saat saya tidak bisa mengerjakan sesuatu dan saya meminta diganti dengan cara yang lain Pak Jasson mau menerima.”
Pak Jasson-Indra: Pada chat dengan Indra, kelima aspek tersebut sudah
Pak Jasson tunjukkan pada sebagian besar chat kecuali menggunakan pertanyaan
71
terbuka untuk melibatkan orang lain. Hal ini diperkuat dengan wawancara Indra
(IN, 2012: 18):
“Terlihat sekali beliau mengutamakan kepentingan dari mahasiswanya karena hal-hal tersebut ada dalam diri beliau. Kecuali, menggunakan pertanyaan terbuka terdapat dalam bimbingan langsung saja. Contoh beliau yang selalu berorientasi pada mahasiswa, beliau mau memberikan bimbingan dengan segenap hati, terlihat dari raut wajah dan penjelasan-penjelasan yang beliau berikan (tidak asal cepat selesai saja) bahkan kadang beliau menyempatkan waktu khusus yang beliau siapkan untuk membimbing saya saat mengembangkan game itu terkadang juga sampai larut. Belum tentu loh dosen lain mau melakukan itu) hehee..Pokoknya, saya amat puas sekali dengan jawaban beliau hehee..”
ANALISIS: Dari hasil analisis chat Pak Jasson-Bondan serta Pak Jasson-
Indra, didapatkan Pak Jasson sudah memenuhi kualitas berorientasi kepada pihak
lain, dalam hal ini mahasiswa. Pak Jasson sebagai dosen pembimbing sudah
berkomitmen untuk membantu mahasiswanya dalam skripsi dengan saran-saran.
Untuk aspek menggunakan pertanyaan terbuka tidak nampak dalam chat karena
dirasa tidak praktis. Penggunaan pertanyaan terbuka seringnya terjadi pada
bimbingan tatap muka langsung karena komunikasi dapat terjadi panjang lebar.
Terpenuhinya kualitas ini terlihat saat peneliti melakukan observasi. Hasilnya, Pak
Jasson sangat fokus ketika berbicara kepada peneliti. Hal ini diperkuat dengan
hasil wawancara tentang diri beliau sendiri (JP, 2012: 20):
“Iya tentu saja saya mengutamakan mahasiswa. Kalau mereka ada kesulitan dalam skripsi, saya selalu mencoba membantu dengan memberikan saran-saran. Kalau saya mampu memberikan jawaban terbaik demi membantu mahasiswa saya, mengapa tidak? Saya tidak pernah menggunakan pertanyaan terbuka pada mereka di chat karena saya merasa itu tidak praktis. Kalau pas bimbingan langsung kan lebih enak, bisa komunikasi panjang lebar.”
6.1.5. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan Pak Jasson sebagai dosen akan dilihat melalui analisis chat
antara Pak Jasson-Bondan dan Pak Jasson-Indra dan analisis wawancara kepada
Pak Jasson, Bondan, dan Indra. Berikut ini adalah chat Pak Jasson-Bondan serta
Pak Jasson-Indra:
72
Chat Pak Jasson kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Keterbukaan informasi
“Pernah. Ada yang buat map2 gitu. Yahoo map atau Google map via bb” ”Tapi khan kalo aplikasinya beda dan bermanfaat pasti boleh” “Sama2. Cari di http://scholar.google.com/. Jurnal2 terbaru soal BB application” “Hahahaha..kalo sempet mampir ke acm journals” “Kalo bisa yang penting2 aja. Ndak cuman tampilan utama. Tapi ndak semua. Yang penting aja”
Mengungkapkan diri ketika waktu
tepat -
Merespon secara spontan dan
dengan kejujuran yang tepat
“Siang Vito.” “Pernah. Ada yang buat map2 gitu. Yahoo map atau Google map via bb” Tapi khan kalo aplikasinya beda dan bermanfaat pasti boleh” “Nah gitu” “Sama2. Cari di http://scholar.google.com/. Jurnal2 terbaru soal BB application” “Hahahaha..kalo sempet mampir ke acm journals” “Ok ok” “Iya silahkan” “Boleh banget” “Sama2 :-)” “Kalo bisa yang penting2 aja. Ndak cuman tampilan utama. Tapi ndak semua. Yang penting aja” “Inggris saja” “Semangat :-)” “Hmmm..jangan takut dulu. Kerjakan dulu”
Memiliki pikiran dan perasaan kita
“Menurut saya kalo aplikasinya beda dan bermanfaat pasti boleh”
Chat Pak Jasson Prestiliano kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Keterbukaan informasi
“Pernah. Ada yang buat map2 gitu. Yahoo map atau Google map via bb” ”Tapi khan kalo aplikasinya beda dan bermanfaat pasti boleh” “Sama2. Cari di http://scholar.google.com/. Jurnal2 terbaru soal BB application” “Hahahaha..kalo sempet mampir ke acm journals” “Kalo bisa yang penting2 aja. Ndak cuman tampilan utama. Tapi ndak semua. Yang penting aja”
Mengungkapkan diri ketika waktu
tepat -
Merespon secara spontan dan
dengan kejujuran tepat
“Bukan, kamu kedip2nya khan muncul dan ilang gitu khan?” “Nah bisa dibuat lebih tweening ndak? Misal dari muncul pelan2 ilang, terus muncul lagi dst. Terus gambar tombolnya dibuat lebih keren gambar tombolnya dianggap primitive =_=” “Nice. Itu maksudnya. Soalnya tombolnya khan kerasa tempelan tuh. Gak nyambung” “Nice. Soalnya kita membuat game komersil. Harus mendengarkan keinginan pemain. Nanti kalo ndak gak ada sponsor2 yang mau datang” “Gpp. Kita lanjutin besok pagi” “Iya...besok saja ya?”
73
“Makasih:-)” “Ok. Gini, tombol restart agak terlalu ke tengah. Coba dipojokin dikit lagi tombol fit kalo bisa sebesar tombol restart” “Hoooo bener ya. Oke deh kalo gitu. Kalo tombol fit-nya udah bagus cuma kurang kecil. Masih kegedean” “Biar aja di situ kalo emang itu alasannya”
“Mantap :-)” “Howalah ndak usah. Kamu bikin aja game dengan konsepmu. Nanti kita brainstorming” “Boleh2. Tinggal nanti saya mikirin temanya biar laku di pasaran”
Memiliki pikiran dan perasaan kita
“Boleh2. Tinggal nanti saya mikirin temanya biar laku di pasaran”
Pak Jasson�Bondan: Pada chat dengan Bondan, Pak Jasson hanya
memenuhi 3 aspek yaitu keterbukaan informasi, merespon secara spontan dan
dengan kejujuran tepat, dan memiliki pikiran dan perasaan kita. Untuk
mengungkapkan diri ketika waktu tepat sudah terjadi pada waktu tatap muka
langsung dalam kuliah pertama kali. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara
Bondan (BV, 2012: 20):
“Beliau sangat terbuka dalam penyampaian informasi tentang tema skripsi yang saya tanyakan. Kadang beliau memberikan link tutorial jika bagian dari skripsi saya membutuhkannya. Juga advice-advice sering beliau berikan melalui chat Facebook. Seingat saya pertama kali Pak Jasson mengungkapkan dirinya adalah pada waktu saya kuliah Dasar-Dasar Pemrograman. Iya, beliau langsung atau spontan menjawab pesan saya. Iya, pak Jasson menggunakan kata “saya” ketika chat ataupun bimbingan langsung.”
Pak Jasson�Indra: Dalam chat dengan Indra, Pak Jasson juga hanya
memenuhi 3 aspek, yaitu keterbukaan informasi, merespon secara spontan dan
dengan kejujuran tepat, dan memiliki pikiran dan perasaan kita. Untuk
pengungkapan diri ketika waktu tepat juga sudah terjadi pada tatap muka pertama
kali di kuliah. Hal ini diperkuat dengan wawancara dari Indra (IN, 2012: 20):
“Seperti yang sudah saya bilang Pak Jasson orangnya terbuka, informasi atau ilmu apa yang dimilikinya jika relevan dengan topik skripsi saya maka beliau akan share. Beliau berkenalan saat kami bertemu pertama kali di kelas. Iya beliau menjawab dengan spontan dan jujur, tidak ada yang ditutupi karena penjelasannya begitu gamblang. Iya beliau menggunakan kata saya baik dalam bimbingan tatap muka maupun chat Facebook.”
ANALISIS: Berdasarkan hasil analisis chat, analisis wawancara kepada
Bondan dan Indra, dan analisis Jendela Johari didapatkan Pak Jasson memenuhi
74
aspek keterbukaan. Hal ini dikarenakan pembawaan diri beliau sendiri yang
terbuka, tidak jaim, dan apa adanya serta berpegang pada etika sebagai dosen
pembimbing. Dalam bimbingan skripsi, terlihat beliau sudah terbuka mengenai
informasi materi skripsi kepada keduanya, seperti memberikan informasi tentang
materi skripsi yang sudah pernah dibuat sebelumnya dan alamat web yang
mendukung skripsi Bondan, serta memberikan saran-saran yang benar-benar
menjawab pertanyaan Indra. Untuk mengungkapkan diri ketika tepat tidak terjadi
pada chat karena memang sebelumnya sudah kenal, yaitu saat tatap muka di kelas
pertama kali. Reaksi spontan dan jujur Pak Jasson kepada mereka terlihat saat
menjawab salam, menjawab pertanyaan, memberikan saran, memberikan
semangat, dan spontan memberikan link untuk referensi skripsi Bondan. Untuk
memiliki pikiran dan perasaan sendiri, Pak Jasson sudah menggunakannya dalam
chat. Terpenuhinya kualitas keterbukaan ini terlihat juga saat peneliti akan dan
dalam observasi pada wawancara Pak Jasson. Janji untuk membuat wawancara
dengan beliau diterima cukup baik, cukup mudah menentukan waktunya, tidak
ada kesan jaim saat wawancara, wawancara berjalan dengan penuh canda tawa,
keterbukaan informasi sebagai jawaban wawancara kepada peneliti, dan
penggunaan kata “saya”. Hal-hal tersebut diperkuat dengan wawancara dari beliau
sendiri (JP, 2012: 22):
“Memang aslinya saya ini orangnya terbuka, tidak suka jaim, dan apa adanya. Ditambah saya juga berpegang pada etika sebagai dosen pembimbing untuk sebisa mungkin membantu mahasiswa ketika menghadapi kebuntuan dalam skripsi. Termasuk dalam skripsi, saya terbuka dengan informasi yang saya miliki untuk saya berikan saran kepada mereka bagaimana baiknya skripsi mereka. Mengungkapkan diri atau berkenalan pertama kali saat tatap muka kuliah pertama juga. Iya saya merespon dengan spontan dan jujur apa adanya yang saya tahu kepada mereka. Iya saya sering menggunakan kata saya baik dalam bimbingan tatap muka maupun dalam chat.”
6.1.6. Metakomunikasi (metacommunication)
Metakomunikasi Pak Jasson sebagai dosen akan dilihat melalui analisis chat
antara Pak Jasson-Bondan dan Pak Jasson-Indra dan analisis wawancara kepada
Pak Jasson, Bondan, dan Indra. Berikut ini adalah chat Pak Jasson-Bondan serta
Pak Jasson-Indra:
75
Chat Pak Jasson kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Menjelaskan perasaan yang sejalan dengan pikiran kita “Iya nih” Memberikan feedforward yang jelas untuk membantu orang lain mendapatkan
gambaran umum dari pesan yang akan mengikuti “Ngerti”
Menguraikan pesan kompleks kita sehingga membuat maksud kita lebih jelas “Iya nih” Meminta klarifikasi jika kita memiliki keraguan tentang maksud orang lain - Menggunakan metakomunikasi ketika kita ingin mengklarifikasikan pola
komunikasi di antara diri kita dan orang lain “Ngerti”
Chat Pak Jasson Prestiliano kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Menjelaskan perasaan yang sejalan dengan pikiran kita - Memberikan feedforward yang jelas untuk membantu orang lain mendapatkan
gambaran umum dari pesan yang akan mengikuti -
Menguraikan pesan kompleks kita sehingga membuat maksud kita lebih jelas “Iya..besok saja ya?”
Meminta klarifikasi jika kita memiliki keraguan tentang maksud orang lain - Menggunakan metakomunikasi ketika kita ingin mengklarifikasikan pola
komunikasi di antara diri kita dan orang lain -
Pak Jasson����Bondan: Dalam chat dengan Bondan, Pak Jasson
menggunakan metakomunikasi yaitu pada jawaban singkat “Ngerti” dan “Iya nih”
untuk menjelaskan dirinya sedang sibuk.
Pak Jasson����Indra: Dalam chat dengan Indra, Pak Jasson menggunakan
metakomunikasi yaitu pada jawaban singkat “Iya..besok saja ya?” untuk
menjelaskan dirinya sedang sibuk.
ANALISIS: Bisa saja, Pak Jasson menjawab singkat seperti itu karena
memang sibuk mengerjakan hal ini atau karena orangnya simpel, tidak suka
bertele-tele, alias to the point. Namun, ada pesan tersembunyi di balik jawaban
singkat tersebut. Pada saat itu dia sedang ada masalah sehingga bad mood, sesuai
konfirmasi dengan jawaban “Iya nih” dari pertanyaan Bondan “Q rencananya
mau buat itu pak buat skripsi. Bapak lagi sibuk ga?” serta “Iya..besok saja ya?”
dari pertanyaan Indra “Pak Jasson, mo nanya soal kemaren..lagi sibuk ga pak?”.
Bondan dan Indra menyadari bahwa Pak Jasson sering menggunakan alasan yang
berbeda padahal aslinya tidaklah demikian. Untuk hasil observasi, peneliti tidak
menemukan metakomunikasi. Hasil wawancara Bondan dan Indra menyatakan
bahwa beliau menggunakan metakomunikasi, “Iya terkadang Pak Jasson
mungkin sedang banyak pikiran atau masalah jadi dia bilang sedang sibuk” (BV,
2012: 23) serta “Iya saya terkadang tahu mungkin Pak Jasson sedang bad mood
76
atau banyak masalah sehingga dia bilang sibuk” (IN, 2012: 23). Pak Jasson
memang orangnya sangat terbuka namun ada kalanya tidak ingin diganggu,
sehingga dia menyampaikan hal tersebut dengan metakomunikasi. Hasil
wawancara dengan Pak Jasson memperkuat dirinya yang menggunakan
metakomunikasi (JP, 2012: 23):
“Namanya manusia pasti ada saat sedihnya, tidak senang terus. Kalau memang mood memang lagi bener-bener ga bagus, maka saya akan menjawab singkat atau menyarankan untuk bertanya kembali keesokan harinya. Saya memang sangat terbuka namun ada kalanya ingin sendirian atau tidak diganggu. Terkadang memang benar saya sangat sibuk sehingga menjawab singkat. Untuk Bondan, biasanya saya akan menggunakan alasan sibuk padahal sebenarnya sedang ga mood karena banyaknya pekerjaan. Kalau dengan Indra saya to the point saja. Dia pasti sudah tahu jika saya menolak untuk bimbingan skripsi baik secara langsung ataupun chat Facebook. Sebenarnya saya memang orangnya simpel dan tidak suka bertele-tele. Jadi, jawaban saya pada mereka pun kadang singkat, padat, jelas. Namun terkadang terlalu singkat karena memang sedang bad mood atau ada masalah. Mereka juga sangat menyadari jika saya hanya menjawab terlalu singkat pasti kenapa-kenapa.”
Alasan beliau menggunakan metakomunikasi ini berbeda pada Bondan dan
pada Indra dikarenakan perbedaan jenis kelamin pada mahasiswanya. Hal ini
diperkuat dengan hasil wawancara (JP, 2012:24):
“Kalau dengan Bondan saya lebih menjawab dengan alasan diplomatis untuk lebih sopan dan menjaga perasaan. Kalau dengan Indra kan lebih kepada sesama cowok, tidak jaim, tidak gampang tersinggung, dan saya lebih terbuka hehee..”
6.1.7. Percaya diri (confidence)
Percaya diri Pak Jasson sebagai dosen akan dilihat melalui analisis chat
antara Pak Jasson-Bondan dan Pak Jasson-Indra dan analisis wawancara kepada
Pak Jasson, Bondan, dan Indra. Berikut ini adalah chat Pak Jasson-Bondan serta
Pak Jasson-Indra:
Chat Pak Jasson kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Mengambil inisiatif dalam memperkenalkan diri sendiri untuk orang lain dan memperkenalkan topik percakapan
-
Mendemonstrasikan tingkah laku percaya diri nonverbal, di mana santai, fleksibel, dan terkontrol
-
Mengontrol emosi kita -
77
Mendekatkan situasi dan membuat keputusan pada dasar logika dan bukti bukan berdasar emosi
“Menurut saya kalo aplikasinya beda dan bermanfaat pasti boleh”
“Boleh banget” “Kalo bisa yang penting2 aja. Ndak cuman tampilan utama. Tapi ndak semua. Yang penting aja” “Inggris saja”
Mengakui kesalahan kita secara terbuka dan tidak khawatir apa yang orang lain akan pikirkan
-
Menghindari berpindah kalimat deklaratif secara normal pada pertanyaan dengan menaikkan intonasi
-
Chat Pak Jasson kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Mengambil inisiatif dalam memperkenalkan diri sendiri untuk
orang lain dan memperkenalkan topik percakapan
-
Mendemonstrasikan tingkah laku percaya diri nonverbal, di mana santai (tidak kaku), fleksibel (tidak terkunci pada satu atau dua rentang vokal atau gerakan tubuh), dan terkontrol (tidak
gemetar dan kikuk)
-
Mengontrol emosi kita -
Mendekatkan situasi dan membuat keputusan pada dasar logika dan bukti
bukan berdasar emosi
“Nah fit sama restart-nya, itu blinking-nya jangan 0 dan 1 (kedip2 banget) tapi kalo bisa lebih smooth”
“Iya..besok saja ya?” “Hoooo bener ya. Oke deh kalo gitu. Kalo tombol fit-nya udah bagus cuma kurang kecil. Masih kegedean” “Biar aja di situ kalo emang itu alasannya” “Boleh2. Tinggal nanti saya mikirin temanya biar laku di pasaran”
Mengakui kesalahan kita secara terbuka dan tidak khawatir apa yang
orang lain akan pikirkan
“Hoooo bener ya. Oke deh kalo gitu. Kalo tombol fit-nya udah bagus cuma kurang kecil. Masih kegedean” “Howalah ndak usah. Kamu bikin aja game dengan konsepmu. Nanti kita brainstorming”
Menghindari berpindah kalimat deklaratif secara normal pada
pertanyaan dengan menaikkan intonasi -
Pak Jasson����Bondan: Dalam chat dengan Bondan, Pak Jasson sudah
percaya diri ditunjukkan dengan membuat keputusan untuk skripsi Bondan
berdasarkan pernyataan dan pertanyaan dari Bondan. Hal ini diperkuat juga dari
hasil wawancara Bondan (BV, 2012: 24):
“Iya, sangat percaya diri seperti hal-hal tersebut. Beliau yang lebih dahulu memperkenalkan diri kepada mahasiswanya. Memang beliau orangnya santai dan fleksibel. Kalau lupa tentang bahasan skripsi yang kemarin, maka Pak Jasson mengakuinya dan meminta saya untuk
78
memberitahukan kembali apa yang telah dia katakan kemarin. Intonasinya santai.”
Pak Jasson����Indra: Dalam chat dengan Indra, Pak Jasson menunjukkan
percaya diri dengan membuat keputusan dan mengakui kesalahannya berdasarkan
bukti tentang keadaan skripsi game Indra. Hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara dengan Indra (IN, 2012: 24):
“Menurut saya, iya semua. Beliau yang lebih dahulu memperkenalkan dirinya di hadapan mahasiswanya saat kuliah pertama kali. Beliau orang yang santai, fleksibel, memutuskan sesuatu berdasarkan logika situasi dan keadaan di mana banyak tantangan dalam membuat game, tidak jaim untuk mengakui kesalahannya, serta intonasinya datar dan bercanda. Beliau tidak pernah membentak atau mengeluarkan kata-kata kasar pada saat melakukan komunikasi semacam ini. Padahal jelas-jelas saya pasti mengganggu aktivitasnya. Yang dilakukan beliau sambil online: berkomunikasi dengan teman atau rekan kerja dengan memanfaatkan Facebook, mencari bahan pengajaran kuliah, menyelesaikan tugasnya sendiri yang dilakukan dengan browsing, dan lain-lain.”
ANALISIS: Berdasarkan hasil analisis chat dan wawancara, didapatkan Pak
Jasson sudah memenuhi aspek percaya diri. Hal ini dikarenakan Pak Jasson
mempunyai ilmu dan pengalaman yang lebih banyak dari Bondan dan Indra.
Untuk aspek mengambil inisiatif dalam memperkenalkan diri sendiri untuk orang
lain dan memperkenalkan topik percakapan, mendemonstrasikan tingkah laku
percaya diri nonverbal, mengontrol emosi, menghindari berpindah kalimat
deklaratif secara normal pada pertanyaan dengan menaikkan intonasi, tidak
nampak dari chat karena hal-hal tersebut terjadi secara nonverbal. Saat observasi
wawancara, juga terasa Pak Jasson percaya diri. Hal ini ditunjukkan nada beliau
yang menjawab dengan mantap, tidak kaku, tidak gemetar, tidak ada jeda panjang,
dan penuh dengan canda tawa. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara Pak
Jasson atas rasa percaya diri yang dimilikinya (JP, 2012: 26):
“Iya, yang waktu itu mengambil inisiatif memperkenalkan diri di depan mahasiswa adalah saya sendiri. Saya sebagai dosen harus percaya diri, santai, fleksibel, dan terkontrol. Kalau tidak, tentunya mahasiswa akan ragu-ragu bimbingan dengan saya. Saya yakin atas apa yang saya ajarkan berdasarkan ilmu yang pernah saya dapat di kuliah dulu dan pengalaman serta memang bermanfaat untuk pengembangan
79
skripsi mereka. Kalau terjadi kesalahan pada saya, saya akan mengakuinya. Nada saya datar, santai, dan kadang bercanda.”
6.1.8. Kesegeraan (immediacy)
Kesegeraan Pak Jasson sebagai dosen akan dilihat melalui analisis chat
antara Pak Jasson-Bondan dan Pak Jasson-Indra dan analisis wawancara kepada
Pak Jasson, Bondan, dan Indra. Berikut ini adalah chat Pak Jasson-Bondan serta
Pak Jasson-Indra:
Chat Pak Jasson kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Mengekspresikan kedekatan dan keterbukaan secara fisik -
Senyum dan mengekspresikan ketertarikan pada orang lain “Sama2:-)” “Sama2 :-)” “Semangat :-)”
Menggunakan nama orang lain “Siang Vito.” Fokus pada ucapan orang lain Di sepanjang chat
Mengekspresikan kesegeraan dengan sensitivitas budaya -
Chat Pak Jasson kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Mengekspresikan kedekatan dan keterbukaan secara fisik -
Senyum dan mengekspresikan ketertarikan pada orang lain “Gpp. Kita lanjutin besok pagi:-)” “Makasih:-)” “Mantap:-)”
Menggunakan nama orang lain - Fokus pada ucapan orang lain Di sepanjang chat
Mengekspresikan kesegeraan dengan sensitivitas budaya -
Pak Jasson�Bondan: Dalam chat dengan Bondan, yang terpenuhi adalah
senyum dan mengekspresikan ketertarikan pada orang lain dengan menggunakan
smile “:-)”, menggunakan nama orang lain yaitu Pak Jasson memanggil “Vito”,
serta fokus pada ucapan orang lain. Fokus pada ucapan orang lain terlihat pada
jawaban-jawaban Pak Jasson yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan Bondan.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bondan (BV, 2012: 26):
“Untuk ekspresi kedekatan dan keterbukaan secara fisik tidak ada. Beliau sering tersenyum sambil bercanda, kalau dalam chat terlihat dengan penggunaan icon smile. Iya beliau memanggil saya Vito karena beliau orang yang sopan. Iya fokus dalam chat. Kalau bertemu langsung, tetap fokus juga meskipun kadang disambi chat ato kerjaan lain. Fokus beliau terlihat dari jawaban-jawaban beliau yang sesuai dengan pertanyaan saya. Untuk ekspresi kesegeraan dengan sensitivitas budaya tidak ada.”
80
Pak Jasson����Indra: Dalam chat dengan Indra tersebut, yang terpenuhi oleh
Pak Jasson adalah senyum dan mengekspresikan ketertarikan pada orang lain
dengan icon “smile” serta fokus pada ucapan orang lain yaitu beliau menjawab
pertanyaan-pertanyaan Indra. Hal ini diperkuat dengan wawancara dari Indra (IN,
2012: 26):
“Untuk ekspresi kedekatan dan keterbukaan secara fisik tidak ada. Hmmm...biasanya sambil bercanda, namun untuk permasalahan yang serius ya serius. Beliau dapat melihat situasi. Untuk chat biasanya terlihat Pak Jasson menggunakan smile. Beliau jarang sekali bahkan tidak pernah memanggil nama saya dalam chat. Namun, di bimbingan skripsi tatap muka biasanya lebih sering. Yaaa terkadang pada saat bimbingan beliau juga sering nyambi menggambar atau mengerjakan hal lain yang harus beliau kerjakan. Namun dibalik itu saya rasa beliau tetap fokus dengan tanya-jawab yang kami lakukan. Hal ini terlihat dari contoh berikut, apabila beliau memberikan saya masukan atau jalan keluar dari sesuatu yang sedang saya hadapi (meskipun saat itu beliau sedang mengutak-atik game yang sedang dikerjakan atau melakukan hal lainnya), pada pertemuan berikutnya beliau tetap masih ingat apa yang beliau kemukakan atau tanyakan kepada saya. Fokus tersebut juga terlihat pada chat. Ekspresi kesegeraan sensitivitas budaya tidak terlihat dalam chat kami.”
ANALISIS: Berdasarkan hasil analisis chat dan wawancara Pak Jasson-
Bondan dan Pak Jasson-Indra, Pak Jasson sudah memenuhi kualitas kesegeraan.
Hal ini dikarenakan Pak Jasson menghormati dan menghargai mahasiswa
bimbingannya. Untuk aspek senyum dan mengekspresikan ketertarikan dengan
orang lain diwakili dengan simbol “:-)” untuk menciptakan icon smile pada chat,
serta fokus pada ucapan orang lain terlihat disepanjang chat. Untuk aspek
menggunakan nama orang lain, hanya terpenuhi saat chat dengan Bondan, tidak
pada Indra. Pak Jasson lebih formal dan sopan dengan Bondan dalam chat. Kalau
dengan Indra, apa adanya dan lebih santai. Hal ini dikarenakan ada faktor jenis
kelamin yang mempengaruhi. Pak Jasson lebih formal dan sopan kepada Bondan
yang adalah mahasiswi perempuan. Kalau dengan Indra (mahasiswa laki-laki)
akan lebih santai dan akrab karena jenis kelamin mereka sama. Kualitas
kesegeraan ini juga diperkuat observasi peneliti saat wawancara. Pak Jasson
senyum, memanggil nama peneliti, ramah, dan apa yang peneliti tanyakan
langsung dijawab. Hal ini diperkuat dari wawancara Pak Jasson (JP, 2012: 29):
81
“Untuk kualitas kesegeraan ini saya sudah melakukannya karena menghormati dan menghargai mahasiswa bimbingan saya. Saya tidak mengekspresikan kedekatan dan keterbukaan secara fisik. Biasa saja. Saya mengekspresikan senyum kalau di chat dengan icon smile kalau pas bimbingan ketemu langsung ya tersenyum. Kalau memanggil nama, lebih sering ke Bondan, yang dipanggil Vito, daripada Indra, baik chat maupun bimbingan langsung. Karena kalau Bondan, saya lebih formal dan sopan karena dia cewek. Kalau dengan Indra, sesama cowok lebih blak-blakan, tidak jaim-jaim harus formal-formal banget. Untuk mengekspresikan kesegeraan dengan sensitivitas budaya, tidak nampak dalam komunikasi saya ke mereka.”
6.1.9. Daya ekspresi (expressiveness)
Daya ekspresi Pak Jasson sebagai dosen akan dilihat melalui analisis chat
antara Pak Jasson-Bondan dan Pak Jasson-Indra dan analisis wawancara kepada
Pak Jasson, Bondan, dan Indra. Berikut ini adalah chat Pak Jasson-Bondan serta
Pak Jasson-Indra:
Chat Pak Jasson kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Mengubah-ubah kecepatan vokal, nada, volume, dan ritme untuk menyampaikan keterlibatan dan ketertarikan
-
Menggunakan gerak tubuh dengan tepat, terutama gerak tubuh yang fokus pada orang lain
-
Memberikan feedback verbal dan nonverbal Di sepanjang chat hanya verbal Mengkomunikasikan daya ekspresi dalam beberapa budaya
merupakan hal yang sensitif -
Chat Pak Jasson kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Mengubah-ubah kecepatan vokal, nada, volume, dan ritme untuk menyampaikan keterlibatan dan ketertarikan
-
Menggunakan gerak tubuh dengan tepat, terutama gerak tubuh yang fokus pada orang lain
-
Memberikan feedback verbal dan nonverbal Di sepanjang chat hanya verbal Mengkomunikasikan daya ekspresi dalam beberapa budaya
merupakan hal yang sensitif -
Pak Jasson�Bondan: Dalam chat Pak Jasson kepada Bondan, terlihat
hanya aspek feedback verbal yang terpenuhi. Untuk feedback nonverbal serta
aspek yang lain hanya dapat dilihat pada bimbingan tatap muka langsung. Hal ini
diperkuat dari hasil wawancara dengan Bondan (BV, 2012: 28):
“Pak Jasson jarang mengubah vokal atau nada atau volume atau ritme. Hampir santai seluruhnya dalam percakapan tatap muka. Beliau menggerakan tubuh seperti kepala untuk anggukan tanda setuju atau tangan untuk menerangkan saran skripsi saya. Feedback verbal dan
82
nonverbal dapat dilihat di chat dan bimbingan tatap muka langsung. Nonverbal seperti anggukan dan gerakan tangan. Menurut saya, untuk mengkomunikasikan daya ekspresi beliau tidak ada masalah.”
Pak Jasson����Indra: Dalam chat dengan Indra, Pak Jasson juga hanya
memenuhi aspek feedback verbal saja. Aspek nonverbal dan lain-lain terlihat di
bimbingan tatap muka. Hal ini diperkuat dengan wawancara dari Indra (IN, 2012:
28):
“Hmmm..biasanya beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan datar dan pelan untuk hal-hal yang saya sendiri masih susah untuk menangkap. Sedangkan untuk hal-hal yang mudah saya tangkap biasanya dengan nada datar, bahkan bercanda. Gerakan tubuh beliau pada saat menyetujui pendapat atau memuji saya dengan anggukan kepala dan ketika menjelaskan game dengan menggunakan tangan. Iya, beliau selalu memberikan feedback. Di chat hanya terlihat verbalnya saja. Tetapi kalau bertemu langsung, akan ditemui feedback verbal dan nonverbal seperti contoh tadi. Tentang mengkomunikasikan daya ekspresi kadang-kadang merupakan hal sensitif, saya tidak melihatnya pada Pak Jasson. Tidak ada yang ditutupi atau jaim.”
ANALISIS: Berdasarkan hasil analisis chat dan wawancara, didapatkan
hasil Pak Jasson memenuhi kualitas daya ekspresi. Hal ini dikarenakan untuk
lebih meyakinkan dan ekspresif kepada Bondan dan Indra. Pada saat observasi,
peneliti menemukan Pak Jasson, senyum, sering bercanda, menganggukkan
kepala ketika memahami sesuatu, dan menggerakkan tangannya untuk
menjelaskan sesuatu. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara Pak Jasson
sendiri (JP, 2012: 31):
“Seperti yang sudah saya sebut, nada saya datar, santai, dan kadang bercanda. Tidak mungkin nada saya datar terus. Kalau begitu, mereka tidak yakin pada ucapan saya. Kadang saya menganggukkan kepala ketika setuju dengan mereka dan menggerakan tangan untuk membantu menjelaskan saran skripsi pada mereka. Hal-hal tersebut termasuk feedback nonverbal. Kalau verbal, bisa dilihat di chat dan percakapan tatap muka kami. Mengkomunikasikan daya ekspresi di budaya saya tidak ada yang sensitif. Asalkan masih sopan dan bercanda dalam batas wajar.”
6.1.10. Sikap positif (positiveness)
Sikap positif Pak Jasson sebagai dosen akan dilihat melalui analisis chat
antara Pak Jasson-Bondan dan Pak Jasson-Indra dan analisis wawancara kepada
83
Pak Jasson, Bondan, dan Indra. Berikut ini adalah chat Pak Jasson-Bondan serta
Pak Jasson-Indra:
Chat Pak Jasson kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Melihat sisi positif seseorang atau dalam pekerjaan dan memberikan pujian “Nah gitu” Mengungkapkan kepuasan secara nonverbal ketika berkomunikasi dengan
orang lain -
Mengekspresikan sikap positif dengan pengenalan perbedaan budaya -
Chat Pak Jasson kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Melihat sisi positif seseorang atau dalam pekerjaan dan memberikan pujian
“Nice. Itu maksudnya. Soalnya tombolnya khan kerasa tempelan tuh. Gak nyambung”
“Nice. Soalnya kita membuat game komersil. Harus mendengarkan keinginan pemain. Nanti kalo ndak gak ada sponsor2 yang mau datang” “Mantap:-)”
Mengungkapkan kepuasan secara nonverbal ketika berkomunikasi dengan orang lain
-
Mengekspresikan sikap positif dengan pengenalan perbedaan budaya
-
Pak Jasson�Bondan: Dalam chat dengan Bondan, Pak Jasson memuji
Bondan karena dirinya menyatakan pada Pak Jasson sedang mencari topik skripsi
yang simpel namun bermanfaat. Untuk mengungkapkan kepuasan secara
nonverbal ketika berkomunikasi dengan orang lain, tidak ada dalam chat. Hanya
bisa dilihat dari bimbingan tatap muka. Aspek mengekspresikan sikap positif
dengan pengenalan perbedaan budaya tidak terlihat dalam chat. Hal ini diperkuat
dengan hasil wawancara Bondan (BV, 2012: 30):
“Biasanya dengan “Nah gitu” atau “Bagus”. Biasanya kalau dia senang dengan kemajuan skripsi saya dia akan tertawa sambil memberi jempol. Perbedaan budaya tidak kelihatan.”
Pak Jasson����Indra: Dalam chat dengan Indra, Pak Jasson memuji Indra
karena dirinya mengerti apa yang dimaksud Pak Jasson. Untuk mengungkapkan
kepuasan secara nonverbal ketika berkomunikasi dengan orang lain, tidak ada
dalam chat. Hanya bisa dilihat dari bimbingan tatap muka. Sama seperti pada
Bondan, aspek mengekspresikan sikap positif dengan pengenalan perbedaan
budaya tidak terlihat. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara Indra (IN, 2012:
30):
84
“Kalau gak salah dulu beliau pernah bilang saya ini kreatif, orangnya tepat waktu, nice, dan mantab hehee..Jika saya mengerti maksud beliau dan mengerjakannya maka beliau akan tersenyum atau tertawa sambil memberi jempol kepada saya hahaaa..Seingat saya tidak terlihat adanya perbedaan budaya antara saya dengan beliau.”
ANALISIS: Dari hasil analisis chat dan wawancara, terbukti Pak Jasson
memenuhi sikap positif, baik dalam chat maupun bimbingan tatap muka langsung.
Hal ini dikarenakan beliau berpegang pada etika sebagai dosen pembimbing,
untuk menghormati, dan memelihara interaksi positif yang telah terjalin. Pada
observasi, peneliti menemukan juga sikap positif ini dalam senyum beliau,
keramahtamahan, bercanda dengan sopan, dan memberikan jawaban wawancara
yang lengkap. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan beliau sendiri (JP,
2012: 33):
“Tentu saya bersikap positif pada mereka selain berpegang pada etika sebagai dosen pembimbing, saya menghormati mereka sebagaimana mereka juga menghormati saya sebagai dosen pembimbing, dan sikap positif ini untuk memelihara interaksi positif yang telah terjalin antara saya dengan Bondan dan saya dengan Indra. Untuk keduanya, saya sering bilang “Nah gitu”, “Nice”, “Mantap”, dan “Bagus” untuk memuji mereka, baik ketemu langsung maupun chat. Biasanya saya akan tersenyum atau tertawa sambil memberikan jempol hehee..Dalam berkomunikasi dengan mereka tidak terdapat perbedaan budaya.”
6.1.11. Empati (empathy)
Empati didasarkan pada aspek mampu memahami perasaan dan pikiran
orang lain dan kepedulian terhadap kesulitan orang lain (dalam hal ini kepedulian
dosen terhadap kesulitan mahasiswa). Empati Pak Jasson sebagai dosen akan
dilihat melalui analisis chat antara Pak Jasson-Bondan dan Pak Jasson-Indra,
wawancara kepada Bondan dan Indra, serta analisis skala empati oleh Gazda dkk
untuk mengetahui seberapa tingkat empati Pak Jasson.
Chat Pak Jasson Prestiliano kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Membuat jelas ketika mencoba mengerti, tidak menilai, tidak
menghakimi, atau tidak mengkritik Di sepanjang chat
Memfokuskan konsentrasi kita Di sepanjang chat Menggambarkan kembali perasaan
pembicara yang kita akan ekspresikan, dalam rangka
mengecek akurasi persepsi kita dan
“Semangat :-)”
“Hmmm..jangan takut dulu. Kerjakan dulu”
85
untuk menunjukkan komitmen kita untuk mengerti pembicara
Ketika tepat, menggunakan pengungkapan diri kita sendiri
untuk mengkomunikasikan pengertian kita
“Sama2. Cari di http://scholar.google.com/. Jurnal2 terbaru soal BB application” “Hahahaha..kalo sempet mampir ke acm journals” “Boleh banget” “Kalo bisa yang penting2 aja. Ndak cuman tampilan utama. Tapi ndak semua. Yang penting aja”
“Hmmm..jangan takut dulu. Kerjakan dulu” Menujukan pesan yang dicampur
sehingga dapat mendorong komunikasi yang lebih terbuka dan
jujur
-
Chat Pak Jasson Prestiliano kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Membuat jelas ketika mencoba mengerti, tidak menilai, tidak
menghakimi, atau tidak mengkritik Di sepanjang chat
Memfokuskan konsentrasi kita Di sepanjang chat
Menggambarkan kembali perasaan pembicara yang kita akan ekspresikan, dalam rangka
mengecek akurasi persepsi kita dan untuk menunjukkan komitmen kita
untuk mengerti pembicara
“Gpp. Kita lanjutin besok pagi:-)” “Hoooo bener ya. Oke deh kalo gitu. Kalo tombol fit-nya
udah bagus cuma kurang kecil. Masih kegedean” “Howalah ndak usah. Kamu bikin aja game dengan konsepmu. Nanti kita brainstorming”
“Boleh2. Tinggal nanti saya mikirin temanya biar laku di pasaran”
Ketika tepat, menggunakan pengungkapan diri kita sendiri
untuk mengkomunikasikan pengertian kita
“Nah bisa dibuat lebih tweening ndak? Misal dari muncul pelan2 ilang, terus muncul lagi dst. Terus gambar tombolnya dibuat lebih keren gambar tombolnya dianggap primitive =_=” “Gpp. Kita lanjutin besok pagi:-)” “Hoooo bener ya. Oke deh kalo gitu. Kalo tombol fit-nya udah bagus cuma kurang kecil. Masih kegedean” “Biar aja di situ kalo emang itu alasannya” “Howalah ndak usah. Kamu bikin aja game dengan konsepmu. Nanti kita brainstorming” “Boleh2. Tinggal nanti saya mikirin temanya biar laku di pasaran”
Menujukan pesan yang dicampur sehingga dapat mendorong
komunikasi yang lebih terbuka dan jujur
-
ANALISIS: Dalam chat dengan Pak Jasson dengan Bondan dan Pak Jasson
dengan Indra, Pak Jasson sudah memenuhi kualitas empati. Hal ini dikarenakan
Pak Jasson juga pernah mengalami bagaimana menjadi mahasiswa dan merasakan
kesulitan membuat skripsi. Untuk aspek empati membuat jelas ketika mencoba
mengerti, tidak menilai, tidak menghakimi, atau tidak mengkritik dan
memfokuskan konsentrasi sudah terlihat di sepanjang chat. Untuk
86
mengkomunikasikan pengertian beliau terhadap Bondan dan Indra, beliau
memberikan jawaban yang membantu kesulitan mereka, jawaban yang
melegakan, dan memberi semangat. Menurut skala empati tersebut, Pak Jasson
termasuk orang pada tingkat III, yaitu perasaan Bondan dan Indra dipahami secara
pribadi oleh Pak Jasson. Untuk pesan yang dicampur hanya terjadi pada
bimbingan tatap muka. Kualitas empati ini juga peneliti temukan saat observasi.
Beliau bertanya kembali “Maksudnya?” ketika beliau memahami kesulitan
peneiliti karena peneliti kurang bisa menemukan kata-kata yang tepat pada 1
pertanyaan wawancara. Hal ini diperkuat dengan jawaban mereka dan Pak Jasson
sendiri (BV, 2012: 32) (IN, 2012: 32) (JP, 2012: 35):
“Iya beliau mengerti kesulitan saya, tidak menilai, tidak menghakimi, dan tidak mengkritik. Ya beliau fokus terhadap ucapan saya baik dalam chat maupun bertemu langsung. Ya biasanya beliau memberikan saya semangat untuk terus mengerjakan skripsi saya. Ya, saat saya mentok dengan skripsi saya beliau menyarankan dengan solusi yang lain. Beliau menggunakan komunikasi verbal yaitu kata-kata dan nonverbal seperti anggukan kepala dan tangan pada bimbingan langsung.”; “Pak Jasson mengerti, tidak menilai, tidak menghakimi dan tidak mengkritik saya. Beliau selalu memberikan saran-saran bagaimana baiknya skripsi game saya. Iya fokus terhadap ucapan saya saat bimbingan tatap muka di kantor ataupun melalui chat Facebook. Biasanya beliau akan memberikan semangat. Kalau saya sudah buntu ide, Pak Jasson akan memberikan saran-saran untuk membantu saya. Dalam komunikasi di Facebook semacam ini saya berkeluh kesah dengan bapak Jasson tentang sound yang tidak pernah masuk apabila digabungkan dengan game saya, saya hanya memberikan beberapa gambaran apa yang menjadi masalah saya melalui chat semacam ini, yaaaa mungkin ditambah dengan beberapa gambar. Kemudian keesokan hari atau beberapa hari berikutnya beliau sudah membuatkan sebuah lagu yang cocok dan bagus apabila digabungkan dengan game saya. Beliau selalu memberikan jawaban yang melegakan hati karena tahu kesulitan yang saya hadapi. Seperti yang sudah diketahui, Pak Jasson menggunakan baik komunikasi verbal dan nonverbal pada bimbingan langsung. Memang terlihat Pak Jasson terbuka dan jujur dalam menyampaikan saran-sarannya.”; serta “Tentu saya berempati kepada mereka. Saya dulunya kan juga pernah merasakan jadi mahasiswa. Saya tahu persis bagaimana sulitnya membuat skripsi. Saya selalu coba mengerti mahasiswa bimbingan saya, tidak menilai, tidak menghakimi, dan tidak mengkritik. Seperti yang sudah, saya selalu fokus dengan ucapan saya pada mereka. Jika saya tahu mereka sedang tidak ada ide atau kesulitan dalam skripsi, maka pertama-tama akan saya beri semangat. Lalu saya
87
akan memberikan saran-saran untuk perkembangan skripsi mereka jika memang sudah tidak ada lagi ide. Sama seperti mereka, saya juga menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal pada bimbingan langsung.”
6.1.12. Sikap mendukung (supportiveness)
Chat Pak Jasson Prestiliano kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Menghindari menyalahkan
-
Menghindari kondisi mengevaluasi secara
negatif -
Mengekspresikan kemauan untuk
mendengar dengan pikiran terbuka dan
kesiapan untuk mempertimbangkan kembali perubahan
cara kita berpikir dan melakukan sesuatu
“Menurut saya kalo aplikasinya beda dan bermanfaat pasti boleh”
“Sama2. Cari di http://scholar.google.com/. Jurnal2 terbaru soal BB application” “Hahahaha..kalo sempet mampir ke acm journals” “Iya silahkan” “Boleh banget” “Sama2 :-)” “Kalo bisa yang penting2 aja. Ndak cuman tampilan utama. Tapi ndak semua. Yang penting aja”
Menanyakan pendapat orang lain
Chat Pak Jasson Prestiliano kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Menghindari tuduhan menyalahkan
-
Menghindari kondisi mengevaluasi secara
negatif -
Mengekspresikan kemauan untuk
mendengar dengan pikiran terbuka dan
kesiapan untuk mempertimbangkan kembali perubahan
cara kita berpikir dan melakukan sesuatu
“Nah bisa dibuat lebih tweening ndak? Misal dari muncul pelan2 ilang, terus muncul lagi dst. Terus gambar tombolnya dibuat lebih keren gambar tombolnya dianggap primitive =_=” “Nice. Itu maksudnya. Soalnya tombolnya khan kerasa tempelan tuh. Gak nyambung” “Nice. Soalnya kita membuat game komersil. Harus mendengarkan keinginan pemain. Nanti kalo ndak gak ada sponsor2 yang mau datang” “Gpp. Kita lanjutin besok pagi:-)” “Ok. Gini, tombol restart agak terlalu ke tengah. Coba dipojokin dikit lagi tombol fit kalo bisa sebesar tombol restart” “Hoooo bener ya. Oke deh kalo gitu. Kalo tombol fit-nya udah bagus cuma kurang kecil. Masih kegedean” “Biar aja di situ kalo emang itu alasannya” “Howalah ndak usah. Kamu bikin aja game dengan konsepmu. Nanti kita brainstorming” “Boleh2. Tinggal nanti saya mikirin temanya biar laku di pasaran”
Menanyakan pendapat orang lain
“Nah bisa dibuat lebih tweening ndak? Misal dari muncul pelan2 ilang, terus muncul lagi dst. Terus gambar tombolnya dibuat lebih keren gambar tombolnya dianggap primitive =_=”
88
Pak Jasson����Bondan: Dalam chat dengan Bondan, Pak Jasson hanya
memenuhi aspek mengekspresikan kemauan untuk mendengar dengan pikiran
terbuka dan kesiapan untuk mempertimbangkan kembali perubahan cara berpikir
dan melakukan sesuatu. Terlihat Pak Jasson mau mendengar pertanyaan Bondan
tentang topik skripsi dan memberikan solusi seperti link jurnal. Hal ini diperkuat
dengan hasil wawancara Bondan (BV, 2012: 34):
“Setahu saya, sampai saat ini Pak Jasson tidak pernah menyalahkan dan mengevaluasi secara negatif kepada saya. Lebih tepatnya, memberikan saran perbaikan. Dapat dilihat dari jawaban saya sebelumnya bahwa Pak Jasson orangnya terbuka sehingga semua pertanyaan saya dijawab oleh beliau dengan jawaban yang lengkap. Dalam chat tidak terlihat beliau menanyakan pendapat saya. Namun, dalam bimbingan skripsi secara tatap muka beliau sering.”
Pak Jasson����Indra: Dalam chat dengan Indra, Pak Jasson memenuhi aspek
mengekspresikan kemauan untuk mendengar dengan pikiran terbuka dan kesiapan
untuk mempertimbangkan kembali perubahan cara berpikir dan melakukan
sesuatu dan menanyakan pendapat orang lain. Terlihat beliau memberi saran
kepada Indra dan menanyakan pendapat Indra untuk membuat tombol lebih
tweening. Hal ini diperkuat dengan wawancara dari Indra (IN, 2012: 34):
“Dari awal berkenalan dengan beliau, tidak pernah menyalahkan ataupun mengevaluasi secara negatif. Yang ada adalah ide-ide atau saran-saran untuk meningkatkan kualitas skripsi game saya. Beliau selalu mendengar keluh kesah saya saat kesulitan melanjutkan pembuatan game. Lalu beliau akan memberikan solusi yang tepat sehingga skripsi saya dapat berjalan. Beliau sering menanyakan pendapat pada saya, kalau ini dibeginikan saja gimana Ndra, contohnya.”
ANALISIS: Berdasarkan hasil analisis chat Pak Jasson-Bondan dan Pak
Jasson-Indra serta wawancara kepada Bondan dan Indra, terlihat sudah
menunjukkan sikap mendukung. Hal ini dikarenakan tanggung jawab Pak Jasson
untuk membimbing mahasiswanya ke arah kemajuan. Beliau tidak pernah
menyalahkan dan tidak mengevaluasi negatif karena dapat merusak interaksi
positif yang telah terjalin. Saat observasi, peneliti juga menemukan kemauan
mendengar dari Pak Jasson, terlihat dari kata “Silahkan.” saat peneliti akan
89
memulai wawancara. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara beliau sendiri (JP,
2012: 37):
“Saya tidak pernah menyalahkan apalagi mengevaluasi secara negatif karena bisa merusak interaksi positif yang selama ini telah terjalin. Saya memberikan saran-saran perbaikan untuk menambah bobot skripsi mereka. Iya saya juga sering menanyakan pendapat mereka tentang saran saya.”
6.1.13. Kesetaraan (equality)
Chat Pak Jasson Prestiliano kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Menghindari pernyataan “seharusnya” di sepanjang chat
Membuat permintaan (terutama yang sopan)
“Sama2. Cari di http://scholar.google.com/. Jurnal2 terbaru soal BB application”
“Hahahaha..kalo sempet mampir ke acm journals” “Kalo bisa yang penting2 aja. Ndak cuman tampilan utama. Tapi ndak semua. Yang penting aja” “Hmmm..jangan takut dulu. Kerjakan dulu”
Menghindari menginterupsi di sepanjang chat
Mengakui kontribusi orang lain sebelum mengekspresikan pesan kita
“Ok ok” “Boleh2” “Boleh banget”
Mengakui bahwa perbedaan budaya mengajarkan kesetaraan yang sangat
berbeda -
Chat Pak Jasson Prestiliano kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Menghindari pernyataan “seharusnya”
di sepanjang chat
Membuat permintaan (terutama yang sopan)
“Nah fit sama restart-nya, itu blinking-nya jangan 0 dan 1 (kedip2 banget) tapi kalo bisa lebih smooth”
“Nah bisa dibuat lebih tweening ndak? Misal dari muncul pelan2 ilang, terus muncul lagi dst. Terus gambar tombolnya dibuat lebih keren gambar tombolnya dianggap primitive =_=” “Iya..besok saja ya?” “Ok. Gini, tombol restart agak terlalu ke tengah. Coba dipojokin dikit lagi tombol fit kalo bisa sebesar tombol restart” “Hoooo bener ya. Oke deh kalo gitu. Kalo tombol fit-nya udah bagus cuma kurang kecil. Masih kegedean” “Howalah ndak usah. Kamu bikin aja game dengan konsepmu. Nanti kita brainstorming”
Menghindari menginterupsi
di sepanjang chat
Mengakui kontribusi orang lain sebelum
mengekspresikan pesan kita
“Nice. Itu maksudnya. Soalnya tombolnya khan kerasa tempelan tuh. Gak nyambung”
“Nice. Soalnya kita membuat game komersil. Harus mendengarkan keinginan pemain. Nanti kalo ndak gak ada sponsor2 yang mau datang” “Ok. Gini, tombol restart agak terlalu ke tengah. Coba dipojokin dikit lagi tombol fit kalo bisa sebesar tombol restart”
90
“Boleh2. Tinggal nanti saya mikirin temanya biar laku di pasaran” Mengakui bahwa perbedaan budaya
mengajarkan kesetaraan yang sangat berbeda
-
ANALISIS: Berdasarkan analisis chat dengan Bondan dan Indra, kualitas
kesetaraan sudah dipenuhi oleh Pak Jasson. Kesetaraan di sini adalah kesetaraan
dalam komunikasinya. Yang tidak terpenuhi adalah kesetaraan dalam hubungan
interpersonalnya. Hubungan interpersonal yang terjadi adalah pertemanan dengan
kesediaan menerima (the friendship of receptivity). Terjadi ketidakseimbangan
positif, Pak Jasson sebagai pemberi ilmu utama, sedangkan Bondan dan Indra
adalah penerima ilmu utama. Jadi, kualitas kesetaraan bisa terpenuhi oleh Pak
Jasson karena beliau sudah menganggap Bondan dan Indra adalah teman
meskipun terjadi ketidakseimbangan positif. Ada 4 aspek kesetaraan yang
terpenuhi dalam chat, baik pada Pak Jasson-Bondan maupun Pak Jasson-Indra
yaitu menghindari pernyataan “seharusnya”, membuat permintaan (terutama yang
sopan), menghindari menginterupsi, dan mengakui kontribusi orang lain sebelum
mengekspresikan pesan kita. Membuat permintaan yang sopan pada Bondan, Pak
Jasson meminta Bondan melihat jurnal di link yang sudah diberikan, soal
tampilan, dan untuk tidak takut dalam mengerjakan skripsi. Pada Indra, Pak
Jasson meminta Indra untuk membuat kembali tombol fit dan tombol restart. Pak
Jasson juga sudah mengakui kontribusi keduanya dengan mengatakan “Ok ok”,
“Boleh2”, “Boleh banget”, “ Nice”, “ Ok”. Untuk perbedaan budaya mengajarkan
kesetaraan yang sangat berbeda tidak terdapat pada chat karena memang tidak
ada. Hasil observasi, peneliti menemukan Pak Jasson menunjukkan sikap
kesetaraan kepada Bondan dan Indra dengan berbicara nada santai, kadang
bercanda, dan tidak ada kesan formal. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara
Bondan, Indra, serta beliau sendiri (BV, 2012: 36) (IN, 2012: 36) (JP, 2012: 39):
“Iya beliau tidak pernah mengharuskan ini itu dan tidak pernah menginterupsi saya ketika menyampaikan pendapat. Iya Pak Jasson mengakui kontribusi saya pada skripsi dengan ok dan boleh banget. Setahu saya tidak ada perbedaan budaya mempengaruhi komunikasi kami.”; “Beliau tidak pernah mengharuskan saya sebagai mahasiswa bimbingannya untuk menuruti pendapat beliau. Pak Jasson membebaskan untuk mengerjakan sesuai dengan pikiran saya. Beliau
91
juga tidak pernah menginterupsi dan tidak ada perbedaan budaya yang mempengaruhi komunikasi kami. Beliau mengakui kontribusi saya dalam skripsi game dengan nice atau menanggapi dengan ok.”; serta “Saya sudah menganggap mereka seperti teman saya sendiri sehingga saya tidak merasa harus dilebih-lebihkan dalam komunikasi. Komunikasi berjalan dengan santai. Saya tidak pernah mengharuskan mereka melakukan ini dan itu, tidak pernah menginterupsi, dan tidak ada perbedaan budaya yang mempengaruhi komunikasi saya baik dengan Bondan maupun Indra. Saya mengakui kontribusi mereka dalam skripsi dengan ok, nice, boleh2.”
6.1.14. Manajemen interaksi (interaction management)
Chat Pak Jasson Prestiliano kepada Bondan Vitorini Aspek Bagian Chat
Mempertahankan peran kita sebagai pembicara atau pendengar - Menjaga percakapan fasih -
Mengkomunikasikan pesan dengan verbal dan nonverbal yang konsisten dan menguatkan satu sama lain
verbal, di sepanjang chat
Chat Pak Jasson Prestiliano kepada Indrayasa Nandiwardhana Aspek Bagian Chat
Mempertahankan peran kita sebagai pembicara atau pendengar - Menjaga percakapan fasih -
Mengkomunikasikan pesan dengan verbal dan nonverbal yang konsisten dan menguatkan satu sama lain
verbal, di sepanjang chat
ANALISIS: Berdasarkan analisis chat Pak Jasson-Bondan dan Pak Jasson-
Indra, yang terlihat hanyalah pesan yang disampaikan secara verbal melalui chat.
Untuk aspek yang mempertahankan peran sebagai pembicara atau pendengar tidak
ada, baik dalam chat maupun tatap muka. Semua peran seimbang pada Pak
Jasson, Bondan, maupun Indra. Untuk menjaga percakapan fasih serta
mengkomunikasikan pesan dengan nonverbal hanya dapat dilihat dalam
komunikasi tatap muka. Jadi, Pak Jasson berhasil memenuhi kualitas manajemen
interaksi karena dengan menggunakannya pesan yang disampaikan sesuai dengan
maksud beliau. Berdasarkan observasi, peneliti menemukan Pak Jasson fasih
dalam menjawab pertanyaan dan tidak ada jeda panjang. Pesan dapat disampaikan
baik verbal (khusus chat) dan nonverbal (chat dan tatap muka). Hal ini diperkuat
dengan hasil wawancara Bondan, Indra, dan Pak Jasson sendiri (BV, 2012: 38)
(IN, 2012: 38) (JP, 2012: 41):
“Pak Jasson terlihat aktif dalam bercakap-cakap dengan saya di tatap muka. Terlihat seimbang antara beliau dan saya. Percakapan beliau fasih
92
karena setelah saya memberikan pertanyaan beliau menjawab. Pesan verbal beliau pada chat dan tatap muka, sedangkan nonverbal khusus tatap muka.”; “Beliau selalu aktif dalam setiap percakapan dengan saya sehingga beliau tidak hanya sebagai pendengar saja namun pembicara juga. Percakapan beliau berlangsung fasih. Beliau mengkomunikasikan verbal untuk chat Facebook dan bimbingan ketemu langsung, nonverbal saat ketemu langsung.”; serta “Saya juga terlibat aktif dalam percakapan. Menurut saya, saya fasih, karena tidak ada jeda sesudah mereka memberi pertanyaan. Langsung saya jawab. Sama seperti jawaban saya sebelumnya, saya menggunakan komunikasi verbal pada tatap muka juga chat, nonverbal hanya pada tatap muka. Hal ini dimaksudkan agar pesan saya sampai dengan jelas sesuai dengan maksud saya.”
6.2. Bondan Vitorini dan Indrayasa Nandiwardhana
6.2.1. Kesadaran (mindfulness)
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Membuat dan membuat kembali kategori
“Siang Pak Jasson :-)” “Pak mau tanya dunk di fti ndak uda ada yg pake BB buat skripsi??” “Owh uda ada ya..rencananya mau pke BB buat skripsi pak..tapi bingung mau bikin apa..hehehe” “Iya pak ni juga lagi cari2..semoga dapet yg simple tapi bermanfaat..hehe” “Hahaha..iya pak..makasih” “Wew..makasi pak dah dikasi link ..hehehehe..saya juga cari2 dari situ kok..hahahaha” “Iya pak nanti saya buka coba.. saya off dulu ya pak” “Pak Jasson, boleh tanya ga?? Pak Jasson tau mobile commerce ga?” “Q rencananya mau buat itu pak buat skripsi. Bapak lagi sibuk ga?” “Hemm ya udah deh besok q tanya2 di kantor aja. Semangat Pak :-)” “Makasih Pak Jasson:-)” “Malem Pak Jasson..mau tanya dunk” “Kalau kasus mcommerce ku tentang penjualan produk hasil tugas-tugas anak fti gimana pak?? Jadi tugas2 dari anak2 fti yang bagus2 daripada ga kepake dijual lewat mcommerce gtu. Tujuan lain membuat kreativitas dan semangat anak2 fti dalam ngerjain tugas2nya semakin bertambah gtu. Gimana pak??” “Hehehe..makasih Pak Jasson :-D” “Pak Jasson mau tanya tentang perancangan desain di skripsi itu harus semua bagian dibuat atau cuma tampilan utamanya saja ya?? Yang di penulisan skripsinya pak” “Selamat siang pak, mau tanya aplikasi android dan web yang saya buat harus pake bahasa Indonesia atau bahasa Inggris ya? Makasih sebelumnya” “Iya pak. Sambil bikin skripsi ini” “Iya pak. Ngejar Mei besok. Tapi takut ga nyandak :((“
93
“Iya pak..makasih..” Terbuka terhadap
informasi dan pandangan yang baru
“Q rencananya mau buat itu pak buat skripsi. Bapak lagi sibuk ga?”
Berhati-hati dalam mengandalkan kesan pertama dengan kuat
-
Berpikir sebelum bertindak -Di sepanjang chat-
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jassson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Membuat dan membuat kembali kategori
“Nah itu maksudnya 0-1 gimana to pak?? maksudnya ndak dibikin gak kliatan sama agak transparan gitu pak??” “Oke pak..., dicoba..., iya sih.., ntar coba bentuk n warnanya diperhalus lagi sesuai background-nya...,” “Iya pak..., tapi kalo besok pagi belum selesai semuanya gpp y pak....,?? tapi saya usahain secepatnya pak...,” “Siap pak....:-)” “Oke..semangat pak:-D” “Gimana swf-nya pak?” “Tapi kalo terlalu pojok..., waktu level2 yang bola naek ke atas, tombol restart-nya bisa jadi ketutupan sama bola n gak bisa di klik ik pak?” “Baik pak..., ntar coba saya kecilin lagi....., tz restart-nya dipindah ato gimana pak?” “Oke pak:-)” “Maksudnya pak??? saya gak mudeng..., banyak banget API untuk flash? apanya pak..., cz chat bapak cuma kaya gini di situ banyak banget API untuk flash yg bisa improving game kita” “Oke paaaakkkkk....., saya coba dulu dah nanti...,di jamin bapak bakal brainshocking:-D”
“Oke paaakkk...., bisa di coba..., hehee,”
Terbuka terhadap informasi dan pandangan
yang baru
“Nah itu maksudnya 0-1 gimana to pak?? maksudnya ndak dibikin gak kliatan sama agak transparan gitu pak??” “oowwwhhh...., jadi enggak clap clap clap gitu tapi claaaaaap claaaaaap claaaaap gitu pak maksudnya?? tombolnya purba berarti pak? padahal bentuknya bukan dinosaurus y? hahaa...., hmm..., nanti dah biar saya coba minta tolong wisnu yang bikinin tombolnya” “Oke pak..., dicoba..., iya sih.., ntar coba bentuk n warnanya diperhalus lagi sesuai background-nya...,” “Gimana swf-nya pak?” “Baik pak..., ntar coba saya kecilin lagi....., tz restart-nya dipindah ato gimana pak?” “Oke paaaakkkkk....., saya coba dulu dah nanti...,di jamin bapak bakal brainshocking:-D” “Oke paaakkk...., bisa di coba..., hehee,”
Berhati-hati dalam mengandalkan kesan pertama dengan kuat
-
Berpikir sebelum bertindak -Di sepanjang chat-
94
Bondan����Pak Jasson: Pada chat dengan Pak Jasson, Bondan membuat 5
kategori. Pertama, kata “Pak”, “Bapak”, “Saya”, dan “Q” untuk kategori subyek.
Kedua, kata “fti” (Fakultas Teknik Informatika), “skripsi”, dan “tugas” masuk
dalam kategori kuliah. Ketiga dan keempat, kata “BB”, “ link”, “ off”, “ mobile
commerce”, “ mcommerce”, “aplikasi”, “ Android”, dan “web” merupakan istilah
dalam Teknologi Informasi dan bisa juga termasuk dalam kategori atau berasal
dari bahasa Inggris. Kelima, kategori “Indonesia” dan “Inggris” merupakan
kategori jenis bahasa. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara Pak Jasson (JP,
2012: 10):
“Ada 5, tentang subyek, beberapa tentang kuliah, bahasa Inggris, kategori bahasa dan istilah-istilah teknologi informasi.”
Untuk keterbukaan terhadap informasi dan pandangan yang baru, Bondan
menunjukkan dengan “..rencananya..” dan menanyakan apakah Pak Jasson sibuk.
Berarti dia ingin membuka diri untuk berdiskusi lebih lanjut. Hal ini diperkuat
dengan wawancara Pak Jasson (JP, 2012: 11):
“Bondan itu dia terbuka terhadap informasi dan pandangan baru. Tapi dia kritis, ga asal nurut.”
Untuk berhati-hati dalam mengandalkan kesan pertama dengan kuat, Pak
Jasson sudah melakukannya. Kesan pertama beliau terhadap Bondan adalah
mahasiswa yang cerdas. Pertanyaannya selalu serius, to the point, kaku, kurang
bisa bercanda, dan fokus ke tujuan skripsinya. Dia rajin dan rapi mencatat semua
jawaban saya saat bimbingan skripsi. Kalau ada yang lupa, dia pun yang
mengingatkan. Pak Jasson tidak terlalu menganggap kesan pertamanya tersebut
karena memang baru kenal. Lama kelamaan Bondan bisa lebih santai dan
bercanda. Akhirnya kesan Pak Jasson kepada Bondan menjadi berbeda (JP, 2012:
7).
Untuk aspek berpikir sebelum bertindak, Bondan sudah melakukannya di
sepanjang chat. Hal ini diperkuat dengan wawancara Pak Jasson (JP, 2012: 12):
“Bondan selalu merespon jawaban saya dengan baik dan kembali memberikan
pertanyaan”
95
Indra����Pak Jasson: Pada chat dengan Pak Jasson, Indra membuat 4
kategori. Pertama, untuk subyek nampak dari kata-kata “Pak”, “Saya”, “Kita”,
“Paaaakkkkk”, dan “Paaakkk”. Kedua, ketiga, keempat untuk kategori game, TI,
bahasa Inggris nampak pada kata-kata “transparan”, “bentuk”, “warna”,
“background”, “ swf”, “ level”, “ restart”, “klik”, “API”, “ flash”, “improving”,
“game”, dan “brainshocking”. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara Pak
Jasson (JP, 2012: 10): “Ada 4 kategori. Untuk subyek, game, TI, dan sekaligus
bahasa Inggris.”
Untuk keterbukaan terhadap informasi dan pandangan yang baru, Indra
menunjukkan dengan antusias bertanya kembali dan menerima saran dari Pak
Jasson dengan mengatakan “Oke pak..” dan lain sebagainya. Hal ini diperkuat
dengan hasil wawancara Pak Jasson (JP, 2012: 11): “Untuk Indra, dia lebih
langsung nurut dan mengerjakan.”
Untuk berhati-hati dalam mengandalkan kesan pertama dengan kuat, Pak
Jasson sudah melakukannya. Kesan pertama beliau terhadap Indra adalah
mahasiswa yang cerdas juga, supel, suka bercanda, obrolannya santai, dia bisa
mengobrol tentang apa saja kepada Pak Jasson, lemot, sering lupa kalau Pak
Jasson menyarankan sesuatu tentang skripsi game-nya. Namun, lama kelamaan
Indra mau berusaha dan belajar keras untuk mengerti apa yang beliau sarankan.
Akhirnya kesan Pak Jasson terhadap Indra menjadi berubah (JP, 2012: 7).
Untuk aspek berpikir sebelum bertindak, Indra sudah melakukannya. Hal ini
terbukti dengan Indra selalu bertanya dan menanggapi sesuai jawaban Pak Jasson
(JP, 2012: 12): “Sama dengan Bondan, Indra merespon dengan baik dan kembali
memberi pertanyaan jika kurang jelas.”
ANALISIS: Dari hasil analisis chat Bondan-Pak Jasson serta Indra-Pak
Jasson, didapatkan Bondan dan Indra sudah memenuhi semua aspek kesadaran.
Hal ini dikarenakan mereka sadar akan tujuan dari mengerjakan skripsi, yaitu
untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan memperoleh pekerjaan untuk
membanggakan orang tua masing-masing. Dari hasil observasi, peneliti
menemukan kualitas kesadaran pada mereka. Bondan dan Indra membuat kategori
96
subyek dengan memanggil nama peneliti. Hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara tentang diri mereka sendiri (BV, 2012: 12) (IN, 2012: 12):
“Kesadaran saya mengerjakan skripsi untuk lulus secepat mungkin, memperoleh gelar sarjana, dan akhirnya mencari kerja yang dapat membanggakan orang tua. saya sendiri sendiri dengan sadar membuat kembali kategori percakapan menjadi 5, yaitu subyek, kuliah, beberapa istilah TI, Bahasa Inggris, dan jenis bahasa. Iya saya cukup terbuka untuk semua masukan dari Pak Jasson. Iya saya sudah berhati-hati dan sebelumnya teman-teman menceritakan tentang Pak Jasson orangnya seperti apa. Untungnya, kesan seterusnya memang sama dengan kesan awal. Semua pertanyaan selalu sudah saya pikirkan lebih dahulu agar lebih terarah.” dan “Saya sadar bahwa orang tua telah berjuang untuk menguliahkan anaknya maka saya harus membuat mereka bangga dengan gelar sarjana dan pekerjaan saya. Saya membuat kembali kategori menjadi 4, yaitu subyek, game, TI, dan Bahasa Inggris. Iya saya sangat mau menerima saran dan masukan dari beliau. Karena saya orangnya nyantai jadi tidak terlalu kepikiran tentang kesan pertama beliau. Saya rasa kesan yang menyenangkan waktu pertama kali mengobrol dengan beliau masih sama dengan sekarang. Karena saya orangnya mudah lupa, maka saya selalu membuat daftar pertanyaan dan disesuaikan dengan jawaban Pak Jasson.”
6.2.2. Sensitivitas budaya (cultural sensitivity)
ANALISIS: Sensitivitas budaya pada Bondan dan Indra sebagai mahasiswa
tidak nampak pada chat antara Bondan-Pak Jasson serta Indra-Pak Jasson. Hal ini
dikarenakan mereka memakai penggunaan budaya yang sama yaitu bahasa Jawa.
Mereka memang asli keturunan Jawa dan dibesarkan dalam budaya tersebut.
Dalam chat, beberapa kali menggunakan bahasa Jawa yang dimengerti baik
Bondan-Pak Jasson maupun Indra-Pak Jasson. Dari hasil observasi peneliti saat
wawancara, keduanya berlogat khas medok Jawa. Hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan Pak Jasson, Bondan, dan Indra tentang penggunaan bahasa Jawa
dalam chat Facebook (JP, 2012: 15) (BV, 2012: 15) (IN, 2012: 15):
“ Iya, terkadang mereka menggunakan bahasa Jawa untuk kata-kata yang memang sudah familier, seperti yo, ndak, to, tak, dan nyandak baik saat tatap muka maupun melalui chat Facebook.”, “Iya terkadang menggunakan. Seperti ndak, banget. Bapak dan ibu orang Jawa asli. Sejak kecil saya dididik dengan budaya Jawa oleh mereka.”, serta “Iya sering sekali menggunakan. Misalnya, ndak, ik. Saya sendiri menggunakannya karena memang asli orang Jawa dan sejak kecil sudah diajarkan budaya Jawa hehee..”
97
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Bagian Chat
“Pak mau tanya dunk di fti ndak uda ada yg pake BB buat skripsi??”
“Iya pak. Ngejar Mei besok. Tapi takut ga nyandak :((“
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jasson Bagian Chat
“Nah itu maksudnya 0-1 gimana to pak?? maksudnya ndak dibikin gak kliatan sama agak transparan gitu pak??”
“Tapi kalo terlalu pojok..., waktu level2 yang bola naek ke atas, tombol restart-nya bisa jadi ketutupan sama bola n gak bisa di klik ik pak?” “Maksudnya pak??? saya gak mudeng..., banyak banget API untuk flash? apanya pak..., cz chat bapak cuma kaya gini "di situ banyak banget API untuk flash yg bisa improving game kita”
6.2.3. Fleksibilitas (flexibility )
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Menyadari bahwa tidak ada dua orang atau situasi yang persis Di sepanjang chat Menyadari bahwa komunikasi selalu terjadi dalam konteks Di sepanjang chat
Menyadari bahwa semua hal mengalir Di sepanjang chat Menyadari bahwa setiap situasi menawarkan kita pilihan berbeda untuk
berkomunikasi Di sepanjang chat
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jassson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Menyadari bahwa tidak ada dua orang atau situasi yang persis Di sepanjang chat Menyadari bahwa komunikasi selalu terjadi dalam konteks Di sepanjang chat
Menyadari bahwa semua hal mengalir Di sepanjang chat Menyadari bahwa setiap situasi menawarkan kita pilihan berbeda untuk
berkomunikasi Di sepanjang chat
Bondan����Pak Jasson: Pada chat dengan Pak Jasson, Bondan menyadari
juga bahwa tidak ada dua orang atau situasi yang persis. Hal tersebut terlihat di
sepanjang chat Bondan-Pak Jasson lebih terkesan formal. Konteks yang terjadi
adalah pembahasan tentang ide materi skripsi Bondan, seputar BB, mobile
commerce, dan aplikasi Android. Tentu pilihan kata-kata akan berbeda ketika
Indra dengan Pak Jasson. Hal ini diperkuat dengan wawancara dengan Pak Jasson
fleksibilitas Bondan (JP, 2012: 17):
“Kalau Bondan, lumayan fleksibilitasnya. Kadang meskipun dalam bimbingan skripsi, tidak selalu serius, kadang bisa mengobrol dengan santai.”
Indra����Pak Jasson: Pada chat Indra-Pak Jasson, lebih terkesan santai dan
penuh canda. Konteks yang terjadi adalah pembahasan tentang game untuk
98
skripsi. Hal ini diperkuat dengan wawancara tentang Pak Jasson fleksibilitas
Bondan dan Indra (JP, 2012: 17):
“Indra, dia orangnya lebih fleksibel. Saat bercanda ya bercanda, namun saat serius dia juga serius.”
ANALISIS: Dari hasil analisis chat Bondan-Pak Jasson serta Indra-Pak
Jasson, didapatkan Bondan dan Indra sudah memenuhi semua aspek fleksibilitas.
Mereka menyadari bahwa tidak ada orang ataupun situasi yang sama persis. Hasil
observasi, peneliti menemukan Bondan dan Indra masih ada sedikit kesan formal
dengan menggunakan Bahasa Indonesia baku. Hal ini berbeda ketika mereka
bercakap-cakap dengan Pak Jasson. Terdengar lebih santai dan mereka sering
bercanda. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara tentang diri mereka sendiri
(BV, 2012: 17) (IN, 2012: 17):
“Saya terkadang bisa fleksibel. Saya bisa melihat ada orang-orang yang selalu serius ada yang santai. Kalau dengan yang serius maka bahasa saya jadi serius. Kalau santai ya santai, seperti dengan Pak Jasson. Tetapi, tetap saya harus berkata-kata lebih sopan dan formal karena beliau lebih tua dan terlebih lagi adalah dosen. Konteks komunikasi antara saya dengan Pak Jasson adalah seputar skripsi. Pada saat bimbingan, komunikasi kami lancar karena saya sudah memikirkan apa saja yang akan ditanyakan. Tinggal menunggu jawaban Pak Jasson.” dan “Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, bisa dibilang saya ini fleksibel hehee..Dengan orang yang santai saya ngobrolnya juga santai seperti saat bimbingan skripsi dengan Pak Jasson. Dengan orang serius saya juga serius. Komunikasi dengan Pak Jasson membahas tentang skripsi game saya. Pertanyaan-pertanyaan yang akan saya ajukan saya catat terlebih dahulu. Sehingga, saat bimbingan saya tinggal langsung menanyakannya baik pada chat maupun ketemu beliau. Jika di dalam tanya jawab ada yang kurang paham, maka saya akan menanyakan lebih jauh maksud dari Pak Jasson.”
6.2.4. Berorientasi kepada pihak lain (other orientation)
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Memperlihatkan pertimbangan dan sikap
menghargai
“Q rencananya mau buat itu pak buat skripsi. Bapak lagi sibuk ga?”
Mengakui perasaan orang lain sebagai legitimasi
“Iya pak ni juga lagi cari2..semoga dapet yg simple tapi bermanfaat..hehe” “Hahaha..iya pak..makasih” “Wew..makasi pak dah dikasi link..hehehehe..saya juga cari2
99
dari situ kok..hahahaha” “Iya pak nanti saya buka coba.. saya off dulu ya pak” “Hemm ya udah deh besok q tanya2 di kantor aja. Semangat Pak :-)” “Makasih Pak Jasson:-)”
“Hehehe..makasih Pak Jasson :-D” “Iya pak. Makasih ya” “Iya pak. Sambil bikin skripsi ini” “Iya pak. Ngejar Mei besok. Tapi takut ga nyandak :((“ “Iya pak..makasih..”
Mengakui kehadiran dan kepentingan orang lain
“Siang Pak Jasson :-)”
“Pak mau tanya dunk di fti ndak uda ada yg pake BB buat skripsi??” “Owh uda ada ya..rencananya mau pke BB buat skripsi pak..tapi bingung mau bikin apa..hehehe” “Iya pak ni juga lagi cari2..semoga dapet yg simple tapi bermanfaat..hehe” “Hahaha..iya pak..makasih” “Wew..makasi pak dah dikasi link..hehehehe..saya juga cari2 dari situ kok..hahahaha” “Iya pak nanti saya buka coba.. saya off dulu ya pak” “Pak Jasson, boleh tanya ga?? Pak Jasson tau mobile commerce ga?” “Q rencananya mau buat itu pak buat skripsi. Bapak lagi sibuk ga?” “Hemm ya udah deh besok q tanya2 di kantor aja. Semangat Pak :-)” “Makasih Pak Jasson:-)” “Malem Pak Jasson..mau tanya dunk” “Hehehe..makasih Pak Jasson :-D” “Pak Jasson mau tanya tentang perancangan desain di skripsi itu harus semua bagian dibuat atau cuma tampilan utamanya saja ya?? Yang di penulisan skripsinya pak” “Iya pak. Makasih ya” “Selamat siang pak, mau tanya aplikasi android dan web yang saya buat harus pake bahasa Indonesia atau bahasa Inggris ya? Makasih sebelumnya” “Iya pak. Sambil bikin skripsi ini” Iya pak. Ngejar Mei besok. Tapi takut ga nyandak :((“ “Iya pak..makasih..”
Memfokuskan pesan pada orang lain
“Siang Pak Jasson :-)”
“Pak Jasson, boleh tanya ga?? Pak Jasson tau mobile commerce ga?” Q rencananya mau buat itu pak buat skripsi. Bapak lagi sibuk ga?” “Makasih Pak Jasson:-)”
“Hehehe..makasih Pak Jasson :-D
Menggunakan pertanyaan terbuka
-
Memberikan ijin kepada orang lain untuk
mengekspresikan (atau tidak mengekspresikan) perasaan
mereka
“Siang Pak Jasson :-)”
“Pak Jasson, boleh tanya ga?? Pak Jasson tau mobile commerce ga?” “Malem Pak Jasson..mau tanya dunk”
“Pak Jasson mau tanya tentang perancangan desain di skripsi itu
100
harus semua bagian dibuat atau cuma tampilan utamanya saja ya?? Yang di penulisan skripsinya pak” “Selamat siang pak, mau tanya aplikasi android dan web yang saya buat harus pake bahasa Indonesia atau bahasa Inggris ya? Makasih sebelumnya”
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jassson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Memperlihatkan pertimbangan dan sikap
menghargai “Pak Jasson, mo nanya soal kemaren..lagi sibuk ga pak?”
Mengakui perasaan orang lain sebagai legitimasi
“Iya...,” “Oowwwhhh...., jadi enggak clap clap clap gitu tapi claaaaaap claaaaaap claaaaap gitu pak maksudnya?? tombolnya purba berarti pak? padahal bentuknya bukan dinosaurus y? hahaa...., hmm..., nanti dah biar saya coba minta tolong wisnu yang bikinin tombolnya” “Oke pak..., dicoba..., iya sih.., ntar coba bentuk n warnanya diperhalus lagi sesuai background-nya...,” “Iya pak..., tapi kalo besok pagi belum selesai semuanya gpp y pak....,?? tapi saya usahain secepatnya pak...,” “Siap pak....:-)” “Oke..semangat pak:-D”
“Baik pak..., ntar coba saya kecilin lagi....., tz restart-nya dipindah ato gimana pak?”
“Oke pak:-)” “Oke paaaakkkkk....., saya coba dulu dah nanti...,di jamin bapak bakal brainshocking:-D” “Oke paaakkk...., bisa di coba..., hehee,”
Mengakui kehadiran dan kepentingan orang lain
“Nah itu maksudnya 0-1 gimana to pak?? maksudnya ndak dibikin gak kliatan sama agak transparan gitu pak??” “Oowwwhhh...., jadi enggak clap clap clap gitu tapi claaaaaap claaaaaap claaaaap gitu pak maksudnya?? tombolnya purba berarti pak? padahal bentuknya bukan dinosaurus y? hahaa...., hmm..., nanti dah biar saya coba minta tolong wisnu yang bikinin tombolnya” “Oke pak..., dicoba..., iya sih.., ntar coba bentuk n warnanya diperhalus lagi sesuai background-nya...,” “Iya pak..., tapi kalo besok pagi belum selesai semuanya gpp y pak....,?? tapi saya usahain secepatnya pak...,” “Pak, mo nanya soal kemaren..lagi sibuk ga pak?” “Gimana swf-nya pak?” “Tapi kalo terlalu pojok..., waktu level2 yang bola naek ke atas, tombol restart-nya bisa jadi ketutupan sama bola n gak bisa di klik ik pak?” “Baik pak..., ntar coba saya kecilin lagi....., tz restart-nya dipindah ato gimana pak?” “Maksudnya pak??? saya gak mudeng..., banyak banget API untuk flash? apanya pak..., cz chat bapak cuma kaya gini "di situ banyak banget API untuk flash yg bisa improving game kita”
Memfokuskan pesan pada orang lain
“Nah itu maksudnya 0-1 gimana to pak?? maksudnya ndak dibikin gak kliatan sama agak transparan gitu pak??” “Iya...,”
101
“Oowwwhhh...., jadi enggak clap clap clap gitu tapi claaaaaap claaaaaap claaaaap gitu pak maksudnya?? tombolnya purba berarti pak? padahal bentuknya bukan dinosaurus y? hahaa...., hmm..., nanti dah biar saya coba minta tolong wisnu yang bikinin tombolnya” “Oke pak..., dicoba..., iya sih.., ntar coba bentuk n warnanya diperhalus lagi sesuai background-nya...,” “Iya pak..., tapi kalo besok pagi belum selesai semuanya gpp y pak....,?? tapi saya usahain secepatnya pak...,” “Siap pak....:-)” “Pak, mo nanya soal kemaren..lagi sibuk ga pak?” “Oke..semangat pak:-D” “Gimana swf-nya pak?” “Tapi kalo terlalu pojok..., waktu level2 yang bola naek ke atas, tombol restart-nya bisa jadi ketutupan sama bola n gak bisa di klik ik pak?” “Baik pak..., ntar coba saya kecilin lagi....., tz restart-nya dipindah ato gimana pak?” “Oke pak:-)” “Maksudnya pak??? saya gak mudeng..., banyak banget API untuk flash? apanya pak..., cz chat bapak cuma kaya gini "di situ banyak banget API untuk flash yg bisa improving game kita” “Oke paaaakkkkk....., saya coba dulu dah nanti...,di jamin bapak bakal brainshocking:-D” “Oke paaakkk...., bisa di coba..., hehee,”
Menggunakan pertanyaan terbuka
“Nah itu maksudnya 0-1 gimana to pak?? maksudnya ndak dibikin gak kliatan sama agak transparan gitu pak??”
“Gimana swf-nya pak Jasson?” “Maksudnya pak??? saya gak mudeng..., banyak banget API untuk flash? apanya pak..., cz chat bapak cuma kaya gini di situ banyak banget API untuk flash yg bisa improving game kita”
Memberikan ijin kepada orang lain untuk
mengekspresikan (atau tidak mengekspresikan) perasaan
mereka
“Nah itu maksudnya 0-1 gimana to pak?? maksudnya ndak dibikin gak kliatan sama agak transparan gitu pak??” “Pak Jasson, mo nanya soal kemaren..lagi sibuk ga pak?” “Gimana swf-nya pak Jasson?” “Maksudnya pak??? saya gak mudeng..., banyak banget API untuk flash? apanya pak..., cz chat bapak cuma kaya gini "di situ banyak banget API untuk flash yg bisa improving game kita”
ANALISIS: Berdasarkan hasil analisis chat Bondan-Pak Jasson serta Indra-
Pak Jasson, terlihat sudah terpenuhinya berorientasi kepada pihak lain. Hal ini
dikarenakan mereka membutuhkan Pak Jasson untuk membimbing skripsi mereka
dan karena beliau lebih tua. Dilihat dari sikap mereka yang menghargai dan
menganggap Pak Jasson sebagai dosen pembimbing. Untuk penggunaan
pertanyaan terbuka, tidak terlihat penggunaannya pada Bondan. Hal ini karena
Bondan ingin simpel dan praktis di chat. Yang terlihat jelas hanya pada Indra. Hal
ini karena Indra memang orangnya pelupa dan jika tidak paham benar dia akan
102
bingung. Adanya timbal balik seperti saling bertanya dan menjawab, membuat
chat mereka interaktif. Dari hasil observasi, peneliti menemukan mereka
memenuhi kualitas ini dengan fokus pada pertanyaan peneliti. Hal ini diperkuat
dengan hasil wawancara dengan Pak Jasson dan diri mereka sendiri (JP, 2012: 19)
(BV, 2012: 19) (IN, 2012: 19):
“Iya, keduanya sama-sama menunjukkan sikap-sikap tersebut seperti mengucapkan selamat siang dan menyapa Pak. Khusus untuk Indra, terkadang dia menggil saya Pak Bro atau Pak Bos. Untuk penggunaan pertanyaan terbuka pada chat, Bondan tidak menggunakan, sedangkan Indra menggunakan. Kalau pas bimbingan tatap muka, baru keduanya menggunakan”, “Iya, saya sangat menghargai Pak Jasson atas saran-saran beliau yang berguna untuk kemajuan skripsi saya karena saya membutuhkan beliau sebagai dosen pembimbing. Di samping itu juga beliau lebih tua. Dalam chatting juga saya mengucapkan salam dan memanggil beliau “Pak”. Saya selalu mencatatnya agar tidak lupa. Untuk penggunaan pertanyaan terbuka, saya tidak menggunakannya dalam chat karena terlalu panjang dan tidak praktis. Biasanya saya bertanya demikian jika ketemu langsung”, dan “Jelas saya menghargai beliau. Beliau lebih tua dan beliau sebagai dosen pembimbing skripsi. Penjelasan dan saran-saran dari beliau sangat berguna untuk skripsi saya. Terkadang saya memang memanggil beliau dengan sapaan akrab seperti Pak Bro dan Pak Bos. Namun, itu hanya sebatas sapaan, masih dalam konteks sopan heheee..Penggunaan pertanyaan terbuka, ada dalam chat dan tatap muka. Hal ini dikarenakan saya pelupa ditambah apalagi saya kalau ga dijelaskan bener-bener maka akan bingung hehee..”
6.2.5. Keterbukaan (openness)
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Keterbukaan informasi
“Owh uda ada ya..rencananya mau pke BB buat skripsi pak..tapi bingung mau bikin apa..hehehe” “Iya pak ni juga lagi cari2..semoga dapet yg simple tapi bermanfaat..hehe” “Wew..makasi pak dah dikasi link..hehehehe..saya juga cari2 dari situ kok..hahahaha” “Q rencananya mau buat itu pak buat skripsi. Bapak lagi sibuk ga?” “Kalau kasus mcommerce ku tentang penjualan produk hasil tugas -tugas anak fti gimana pak?? Jadi tugas2 dari anak2 fti yang bagus2 daripada ga kepake dijual lewat mcommerce gtu. Tujuan lain membuat kreativitas dan semangat anak2 fti dalam ngerjain tugas2nya semakin bertambah gtu. Gimana pak??”
Mengungkapkan diri ketika waktu
tepat -
Merespon secara spontan dan
“Pak mau tanya dunk di fti ndak uda ada yg pake BB buat skripsi??” “Owh uda ada ya..rencananya mau pke BB buat skripsi pak..tapi bingung
103
dengan kejujuran tepat
mau bikin apa..hehehe” “Iya pak ni juga lagi cari2..semoga dapet yg simple tapi bermanfaat..hehe” “Hahaha..iya pak..makasih” “Wew..makasi pak dah dikasi link..hehehehe..saya juga cari2 dari situ kok..hahahaha” “Iya pak nanti saya buka coba.. saya off dulu ya pak” “Pak Jasson, boleh tanya ga?? Pak Jasson tau mobile commerce ga?” “Q rencananya mau buat itu pak buat skripsi. Bapak lagi sibuk ga?” “Hemm ya udah deh besok q tanya2 di kantor aja. Semangat Pak :-)” “Makasih Pak Jasson:-)” “Malem Pak Jasson..mau tanya dunk” “Hehehe..makasih Pak Jasson :-D” “Pak Jasson mau tanya tentang perancangan desain di skripsi itu harus semua bagian dibuat atau cuma tampilan utamanya saja ya?? Yang di penulisan skripsinya pak” “Iya pak. Makasih ya”
Memiliki pikiran dan perasaan kita
“Wew..makasi pak dah dikasi link..hehehehe..saya juga cari2 dari situ kok..hahahaha” “Iya pak nanti saya buka coba.. saya off dulu ya pak” “Q rencananya mau buat itu pak buat skripsi. Bapak lagi sibuk ga?” “Hemm ya udah deh besok q tanya2 di kantor aja. Semangat Pak :-)”
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jassson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Keterbukaan informasi
“Nah itu maksudnya 0-1 gimana to pak?? maksudnya ndak dibikin gak kliatan sama agak transparan gitu pak??” “Iya pak..., tapi kalo besok pagi belum selesai semuanya gpp y pak....,?? tapi saya usahain secepatnya pak...,” “Tapi kalo terlalu pojok..., waktu level2 yang bola naek ke atas, tombol restart-nya bisa jadi ketutupan sama bola n gak bisa di klik ik pak?” “Maksudnya pak??? saya gak mudeng..., banyak banget API untuk flash? apanya pak..., cz chat bapak cuma kaya gini "di situ banyak banget API untuk flash yg bisa improving game kita”
Mengungkapkan diri ketika waktu
tepat -
Merespon secara spontan dan
dengan kejujuran tepat
Di sepanjang chat
Memiliki pikiran dan perasaan kita
“Oowwwhhh...., jadi enggak clap clap clap gitu tapi claaaaaap claaaaaap claaaaap gitu pak maksudnya?? tombolnya purba berarti pak? padahal bentuknya bukan dinosaurus y? hahaa...., hmm..., nanti dah biar saya coba minta tolong wisnu yang bikinin tombolnya” “Iya pak..., tapi kalo besok pagi belum selesai semuanya gpp y pak....,?? tapi saya usahain secepatnya pak...,” “Baik pak..., ntar coba saya kecilin lagi....., tz restart-nya dipindah ato gimana pak?” “Maksudnya pak??? saya gak mudeng..., banyak banget API untuk flash? apanya pak..., cz chat bapak cuma kaya gini "di situ banyak banget API untuk flash yg bisa improving game kita” “Oke paaaakkkkk....., saya coba dulu dah nanti...,di jamin bapak bakal brainshocking:-D”
104
Bondan dan Indra sudah terbuka, terlihat dari jawaban Pak Jasson tentang
mereka (JP, 2012: 21):
“Iya saya terbuka dengan informasi yang saya miliki untuk saya berikan saran kepada mereka bagaimana baiknya skripsi mereka. Mengungkapkan diri atau berkenalan pertama kali saat tatap muka kuliah pertama juga. Iya saya merespon dengan spontan dan jujur apa adanya yang saya tahu kepada mereka. Iya saya sering menggunakan kata saya baik dalam bimbingan tatap muka maupun dalam chat.”
Menurut Jendela Johari, tingkat keterbukaan Bondan dan Indra kepada Pak
Jasson adalah tipe I. Bondan dan Indra sudah terbuka atas informasi, tingkah laku,
sikap, perasaan, keinginan, motivasi, dan ide.
ANALISIS: Berdasarkan hasil analisis chat, analisis wawancara, dan
Jendela Johari kepada Pak Jasson, didapatkan hasil Bondan dan Indra memenuhi
kualitas keterbukaan. Hal ini dikarenakan mereka ingin mendapatkan hasil yang
terbaik untuk skripsi dan memang dasarnya mereka terbuka, tidak suka
memendam sesuatu. Keterbukaan dalam diri Bondan terlihat dari pernyataan
tentang ide BB untuk skripsi, pencarian materi skripsi di link yang sama dengan
yang diberikan Pak Jasson, dan keterbukaan ide. Untuk Indra, keterbukaan terlihat
dari konfirmasinya kepada Pak Jasson atas apa yang beliau sampaikan dalam chat
serta pengakuan jujur bahwa dia tidak begitu mengerti atas chat Pak Jasson.
Untuk mengungkapkan diri ketika waktu tepat tidak terlihat, baik dalam chat
maupun bimbingan tatap muka karena hal tersebut sudah terjadi pada saat
berkenalan pertama kali di kelas. Reaksi spontan Bondan dan Indra terlihat saat
mereka menanggapi chat, memahami chat, bertanya, dan mengucapkan terima
kasih. Penggunaan kata “saya” pada Bondan dan Indra terlihat lebih banyak
frekuensinya dalam chat jika dibandingkan chat dari Pak Jasson. Dari hasil
observasi, mereka sudah memenuhi kualitas keterbukaan saat akan wawancara
dan dalam wawancara. Mereka menunjukkan keramahtamahan, cukup mudah
membuat janji wawancara, keterbukaan informasi mereka saat wawancara, dan
penggunaan kata saya saat wawancara. Hal ini diperkuat dengan wawancara
tentang diri mereka masing-masing (BV, 2012: 21) (IN, 2012: 21):
“Saya memang terbuka terhadap Pak Jasson tentang kesulitan apa yang saya alami, referensi-referensi, dan apa saja yang sudah saya
105
kerjakan agar Pak Jasson dapat memahami kondisi saya dan menyarankan bagaimana baiknya. Hal ini karena didorong ingin mendapatkan hasil yang terbaik. Iya saya spontan dan menjawab sebenarnya. Saya sering menggunakan kata saya atau q atau aku” dan “Saya akan bertanya kembali jika lagi ga mudeng atau merasa kesulitan. Pokoknya saya menceritakan apa adanya pada beliau. Karena jika kesulitan tersebut bisa teratasi, maka saya akan mendapat hasil yang terbaik. Mengungkapkan diri saat pertama kali mengikuti kuliah beliau. Saya menjawab atau merespon beliau dengan spontan atau secepatnya dan sebenarnya atau tidak berbohong. Iya, saya sering menggunakan kata saya baik bimbingan tatap muka ataupun melalui Facebook.”
6.2.6. Metakomunikasi (metacommunication)
ANALISIS: Berdasarkan hasil analisis chat Bondan-Pak Jasson serta Indra-
Pak Jasson, tidak terdapat penggunaan metakomunikasi pada diri Bondan dan
Indra. Bondan beralasan dia berbohong tidak ada gunanya. Sedangkan Indra,
karena dia memang orangnya apa adanya. Saat observasipun, peneliti tidak
menemukan metakomunikasi pada keduanya. Hal ini diperkuat dengan
wawancara Pak Jasson dan diri mereka sendiri (JP, 2012: 25) (BV, 2012: 22) (IN,
2012: 22):
“Setahu saya mereka berdua selalu jujur.”; “Tidak pernah. Saya mengatakan yang sebenarnya karena saya menganggap kalau bohong juga tidak ada gunanya.”; dan “Sepertinya belum pernah. Apabila memang saya ada keperluan (apapun itu) ya itu yang saya nyatakan kepada beliau. Seperti yang sudah saya bilang, saya orangnya memang apa adanya.”
6.2.7. Percaya diri (confidence)
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Mengambil inisiatif dalam memperkenalkan diri sendiri untuk orang lain dan memperkenalkan topik
percakapan -
Mendemonstrasikan tingkah laku percaya diri nonverbal, di mana santai (tidak kaku), fleksibel (tidak terkunci pada satu atau dua rentang vokal
atau gerakan tubuh), dan terkontrol (tidak gemetar dan kikuk)
-
Mengontrol emosi di sepanjang chat
Mendekatkan situasi dan membuat keputusan pada dasar logika dan bukti bukan berdasar emosi
“Q rencananya mau buat itu pak buat skripsi. Bapak lagi sibuk ga?” “Hehehe..makasih Pak Jasson :-D”
Mengakui kesalahan kita secara terbuka dan tidak khawatir apa yang orang lain akan pikirkan
-
Menghindari berpindah kalimat deklaratif secara -
106
normal pada pertanyaan dengan menaikkan intonasi
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jassson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Mengambil inisiatif dalam memperkenalkan diri sendiri untuk orang lain dan
memperkenalkan topik percakapan -
Mendemonstrasikan tingkah laku percaya diri nonverbal, di mana santai (tidak kaku), fleksibel (tidak terkunci pada satu atau dua
rentang vokal atau gerakan tubuh), dan terkontrol (tidak gemetar dan kikuk)
-
Mengontrol emosi di sepanjang chat
Mendekatkan situasi dan membuat keputusan pada dasar logika dan bukti bukan
berdasar emosi
“Oke pak..., dicoba..., iya sih.., ntar coba bentuk n warnanya diperhalus lagi sesuai background-nya...,” “Baik pak..., ntar coba saya kecilin lagi....., tz restart-nya dipindah ato gimana pak?” “Oke pak:-)” “Oke paaaakkkkk....., saya coba dulu dah nanti...,di jamin bapak bakal brainshocking:-D”
Mengakui kesalahan kita secara terbuka dan tidak khawatir apa yang orang lain akan
pikirkan
“oowwwhhh...., jadi enggak clap clap clap gitu tapi claaaaaap claaaaaap claaaaap gitu pak maksudnya?? tombolnya purba berarti pak? padahal bentuknya bukan dinosaurus y? hahaa...., hmm..., nanti dah biar saya coba minta tolong wisnu yang bikinin tombolnya”
“Oke pak..., dicoba..., iya sih.., ntar coba bentuk n warnanya diperhalus lagi sesuai background-nya...,”
Menghindari berpindah kalimat deklaratif secara normal pada pertanyaan dengan
menaikkan intonasi -
ANALISIS: Berdasarkan hasil analisis chat Bondan-Pak Jasson serta Indra-
PakJasson, terlihat sudah terpenuhinya percaya diri dari sisi Bondan dan Indra.
Hal ini dikarenakan mereka merasa mampu untuk mengerjakan saran-saran skripsi
dari Pak Jasson. Dari hasil observasi, peneliti menemukan mereka menjawab
dengan nada mantap, yakin, tidak gemetar, dan tidak ada jeda panjang. Hal ini
diperkuat dari hasil wawancara dengan Pak Jasson, Bondan, dan Indra (JP, 2012:
26) (BV, 2012: 25) (IN, 2012: 25):
“Kedua-duanya memiliki sikap-sikap tersebut kecuali mengambil inisiatif memperkenalkan diri. Waktu itu saya suruh mereka memperkenalkan diri di kelas. Dapat dilihat saat bimbingan tatap muka secara langsung maupun chat Facebook. Iya mereka percaya diri ditunjukkan dengan sikap santai mereka, fleksibel, dan tidak gemetar. Mereka mengambil keputusan mau mengerjakan skripsi seperti apa berdasarkan penjelasan yang saya utarakan. Jika mereka salah, maka
107
mereka akan mengakuinya baik langsung atau ga langsung. Intonasi saya santai dan datar saja. Secara garis besar, Bondan orangnya PD tapi lebih kepada PD yang analitis. Dia selalu berani mengkonfirmasi tentang kesimpulan dari bahan pembicaraan saya tentang saran skripsinya. Kalau Indra super PD, tapi PD dengan santai. Mengerjakan apa yang saya sarankan namun tidak bingung, perlahan tapi pasti”, “Untuk mengambil inisiatif memperkenalkan diri itu tidak terjadi karena waktu itu saya memperkenalkan diri dengan dipanggil Pak Jasson sesuai NIM. Iya saya percaya diri dengan tetap santai, tenang, fleksibel, dan tidak gemetar. Saya membuat keputusan untuk memakai saran dari Pak Jasson yang mana berdasarkan dari penjelasan beliau karena saya merasa mampu. Iya, jika ternyata salah maka saya akan mengakui pada Pak Jasson. Hal ini pernah terjadi saat bimbingan skripsi tatap muka. Untuk menaikkan intonasi saya tidak melakukannya. Saya berbicara dengan intonasi datar”, dan “Saya sendiri tidak mengambil inisiatif melainkan nunggu dipanggil Pak Jasson untuk memperkenalkan diri di kelas. Saya memang orangnya santai, fleksibel, dan tidak gemetar atau nervous. Saya membuat keputusan untuk melaksanakan saran dari Pak Jasson berdasarkan penjelasan baik dan buruknya dari beliau karena saya mampu mengerjakannya. Kalau saya salah, saya akan mengakuinya segera. Intonasi saya datar dan santai”.
6.2.8. Kesegeraan (immediacy)
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Mengekspresikan kedekatan dan
keterbukaan secara fisik -
Senyum dan mengekspresikan
ketertarikan pada orang lain
“Siang Pak Jasson :-)”
“Hemm ya udah deh besok q tanya2 di kantor aja. Semangat Pak:-)” “Makasih Pak Jasson:-)” “Sama2 :-)”
Menggunakan nama orang lain
“Siang Pak Jasson :-)” “Pak Jasson, boleh tanya ga?? Pak Jasson tau mobile commerce ga?” “Malem Pak Jasson..mau tanya dunk” “Hehehe..makasih Pak Jasson :-D” “Pak Jasson mau tanya tentang perancangan desain di skripsi itu harus semua bagian dibuat atau cuma tampilan utamanya saja ya?? Yang di penulisan skripsinya pak”
Fokus pada ucapan orang lain
“Siang Pak Jasson :-)”
“Pak Jasson, boleh tanya ga?? Pak Jasson tau mobile commerce ga?” Q rencananya mau buat itu pak buat skripsi. Bapak lagi sibuk ga?” “Makasih Pak Jasson:-)”
“Hehehe..makasih Pak Jasson :-D
Mengekspresikan kesegeraan dengan
-
108
sensitivitas budaya
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jassson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Mengekspresikan kedekatan dan keterbukaan secara fisik
-
Senyum dan mengekspresikan ketertarikan pada orang lain
“Siap pak....:-)” “Oke pak:-)”
Menggunakan nama orang lain
Pak Jasson, mo nanya soal kemaren..lagi sibuk ga pak?” “Gimana swf-nya pak Jasson?”
Fokus pada ucapan orang lain
“Nah itu maksudnya 0-1 gimana to pak?? maksudnya ndak dibikin gak kliatan sama agak transparan gitu pak??” “Iya...,” “Oowwwhhh...., jadi enggak clap clap clap gitu tapi claaaaaap claaaaaap claaaaap gitu pak maksudnya?? tombolnya purba berarti pak? padahal bentuknya bukan dinosaurus y? hahaa...., hmm..., nanti dah biar saya coba minta tolong wisnu yang bikinin tombolnya” “Oke pak..., dicoba..., iya sih.., ntar coba bentuk n warnanya diperhalus lagi sesuai background-nya...,” “Iya pak..., tapi kalo besok pagi belum selesai semuanya gpp y pak....,?? tapi saya usahain secepatnya pak...,” “Siap pak....:-)” “Pak, mo nanya soal kemaren..lagi sibuk ga pak?” “Oke..semangat pak:-D” “Gimana swf-nya pak?” “Tapi kalo terlalu pojok..., waktu level2 yang bola naek ke atas, tombol restart-nya bisa jadi ketutupan sama bola n gak bisa di klik ik pak?” “Baik pak..., ntar coba saya kecilin lagi....., tz restart-nya dipindah ato gimana pak?” “Oke pak:-)” “Maksudnya pak??? saya gak mudeng..., banyak banget API untuk flash? apanya pak..., cz chat bapak cuma kaya gini "di situ banyak banget API untuk flash yg bisa improving game kita” “Oke paaaakkkkk....., saya coba dulu dah nanti...,di jamin bapak bakal brainshocking:-D” “Oke paaakkk...., bisa di coba..., hehee,”
Mengekspresikan kesegeraan dengan sensitivitas budaya
-
ANALISIS: Dalam chat dengan Pak Jasson, Bondan dan Indra sudah
memenuhi aspek kesegeraan. Hal ini dikarenakan mereka menghormati dan
menghargai Pak Jasson yang juga sudah menampakkan kesegeraan. Hal ini
ditunjukkan dengan senyum pada Pak Jasson. Tanda “:-)” akan menjadi simbol
orang tersenyum apabila di enter di Facebook. Bondan dan Indra juga sudah
menggunakan nama Pak Jasson dalam chat dan fokus terhadap ucapan beliau di
sepanjang chat. Hasil observasi, peneliti menemukan keduanya senyum, ramah,
109
memanggil nama peneliti, dan menjawab pertanyaan peneliti. Hal ini diperkuat
dari hasil wawancara dengan Pak Jasson dan mereka berdua (JP, 2012: 28) (BV,
2012: 27) (IN, 2012: 27):
“Untuk ekspresi kedekatan dan keterbukaan secara fisik keduanya tidak ada. Bondan lebih banyak senyum ya, baik dalam chat maupun bimbingan tatap muka, kalau Indra lebih banyak cengengesan atau guyon di kedua-duanya. Tapi saat serius, dia bisa serius. Dua-duanya menggunakan nama saya baik dalam chat maupun bertemu langsung. Bondan, bisa dikatakan sangat fokus terhadap saya. Indra, fokus tetapi santai. Untuk ekspresi kesegeraan dengan sensitivitas budaya tidak ada.”, “Iya saya mengekspresikan kesegeraan karena menghormati dan menghargai beliau yang lebih dahulu demikian. Untuk ekspresi kedekatan dan keterbukaan secara fisik serta ekspresi kesegeraan dengan sensitivitas budaya tidak ada. Biasanya saat bertemu beliau saya tersenyum. Dalam chat saya pakai emote smile. Saya memanggil nama Pak Jasson baik chat ataupun tatap muka. Iya saya fokus terhadap ucapan Pak Jasson. Apa yang beliau katakan saya catat.”, dan “Tentu saya dengan segera membalas chat dari beliau karena selain menghormati dan menghargai, beliau juga sudah melakukan respon yang cepat sebelumnya. Untuk ekspresi kedekatan dan keterbukaan secara fisik tidak ada. Biasanya sambil bercanda, kadang-kadang juga serius untuk hal serius. Biasanya saya senyum saat ketemu beliau atau menggunakan smile dalam chat kemudia bercanda sebentar lalu masuk ke bahasan serius. Saya memanggil Pak Jasson dalam chat maupun di bimbingan skripsi tatap muka. Iya saya fokus terhadap perkataan Pak Jasson tentang skripsi game saya. Ekspresi kesegeraan sensitivitas budaya tidak terlihat dalam chat kami.”
6.2.9. Daya ekspresi (expressiveness)
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Mengubah-ubah kecepatan vokal, nada, volume, dan ritme untuk menyampaikan keterlibatan dan ketertarikan
-
Menggunakan gerak tubuh dengan tepat, terutama gerak tubuh yang fokus pada orang lain daripada diri kita
-
Memberikan feedback verbal dan nonverbal Di sepanjang chat Mengkomunikasikan daya ekspresi dalam beberapa budaya merupakan hal
yang sensitif -
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jassson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Mengubah-ubah kecepatan vokal, nada, volume, dan ritme untuk menyampaikan keterlibatan dan ketertarikan
-
Menggunakan gerak tubuh dengan tepat, terutama gerak tubuh yang fokus pada orang lain daripada diri kita
-
Memberikan feedback verbal dan nonverbal Di sepanjang chat Mengkomunikasikan daya ekspresi dalam beberapa budaya merupakan hal -
110
yang sensitif
ANALISIS: Dalam chat dengan Pak Jasson, Bondan dan Indra sudah
memenuhi daya ekspresi. Hal ini dikarenakan mereka ingin terlihat niat dan
semangat dalam mengerjakan skripsi. Dalam chat, yang terpenuhi hanya aspek
feedback verbal. Aspek nonverbal dan lainnya ada di bimbingan tatap muka. Hasil
observasi peneliti menghasilkan Bondan dan Indra selain menggunakan verbal
juga nonverbal seperti senyum, anggukan kepala, dan gerakan tangan. Hal ini
diperkuat dengan wawancara Pak Jasson dan mereka sendiri (JP, 2012: 30) (BV,
2012: 29) (IN, 2012: 29):
“Kalau Bondan, kalau suasana hatinya sedang senang maka intonasinya juga menyenangkan. Tapi kalau sedang biasa, intonasinya datar. Dengan Indra, intonasinya tergantung mood. Iya kedua-duanya menggunakan gerak tubuh dengan tepat, seperti menganggukan kepala ketika memahami atau menyetujui sesuatu, serta gerakan tangan untuk menerangkan tentang skripsi mereka. Mereka sudah memberikan feedback verbal maupun nonverbal. Kalau hanya verbal, dapat dilihat di chat mereka sama saya. Kalau verbal dan nonverbal, ada dalam bimbingan tatap muka secara langsung. Nonverbal sama seperti tadi, anggukan kepala dan gerakan tangan. Saya tidak menemukan adanya larangan untuk daya ekspresi tersebut pada Bondan dan Indra. Buktinya, waktu bimbingan mereka mengeluarkan semua pendapat yang ada.”, “Nada saya seringnya datar. Tapi kadang juga semangat untuk menunjukkan pada beliau bahwa saya benar-benar niat mengerjakan skripsi. Gerakan tubuh, seperti anggukan kepala dan tangan sebagai feedback nonverbal pada saat bimbingan tatap muka. Feedback verbal di chat dan tatap muka. Tidak ada hal sensitif dalam mengkomunikasikan daya ekspresi dalam budaya saya.”, dan “Saya tidak sering mengubah-ubah kecepatan vokal atau nada atau volum atau ritme. Seringnya datar, santai, dan kadang-kadang bercanda. Kadang juga terlalu bersemangat untuk menunjukkan niat saya mengerjakan skripsi dengan sungguh-sungguh. Gerak tubuh saya sama dengan Pak Jasson sebagai feedback nonverbal yaitu anggukan kepala dan gerak tangan. Untuk feedback verbal dapat dilihat dalam chat dan saat bimbingan ketemu beliau. Dalam budaya saya tidak ada hal sensitif berkaitan dengan daya ekspresi.”
6.2.10. Sikap positif (positiveness)
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Melihat sisi positif seseorang atau dalam pekerjaan dan memberikan pujian - Mengungkapkan kepuasan secara nonverbal ketika berkomunikasi dengan
orang lain -
111
Mengekspresikan sikap positif dengan pengenalan perbedaan budaya -
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jassson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Melihat sisi positif seseorang atau dalam pekerjaan dan memberikan pujian -
Mengungkapkan kepuasan secara nonverbal ketika berkomunikasi dengan orang lain
-
Mengekspresikan sikap positif dengan pengenalan perbedaan budaya -
ANALISIS: Berdasarkan hasil analisis chat Bondan-Pak Jasson serta Indra-
Pak Jasson, tidak terlihat adanya aspek-aspek tersebut terpenuhi. Aspek-aspek
tersebut hanya terdapat pada bimbingan tatap muka langsung. Menurut KBBI,
sikap positif dapat dilihat dari bersifat nyata dan membangun serta tidak
menyangkal. Terlihat di chat keduanya, bersifat nyata dan membangun serta tidak
ada yang menyangkal saran Pak Jasson. Hal ini karena rasa hormat mereka pada
Pak Jasson yang telah banyak membantu dengan saran-saran untuk skripsi. Dari
hasil observasi, peneliti menemukan mereka senyum, sangat ramah pada peneliti,
dan memberikan jawaban wawancara yang lengkap. Hal ini diperkuat dengan
hasil wawancara dengan Pak Jasson dan mereka (JP, 2012: 32) (BV, 2012: 31)
(IN, 2012: 31):
“Untuk Bondan saat bimbingan langsung pernah, contohnya wah..makasih Pak karena ternyata cocok dengan saran pembimbing satunya”. Untuk Indra, contohnya wah..keren Pak!, manteb Pak!, dan ini gila banget Pak!. Maksudnya, gila dalam arti positif bahwa saya dapat membuat sesuatu dalam game misalnya hehee..Ungkapan kepuasan nonverbal mereka biasanya tersenyum senang atau tertawa. Dalam berkomunikasi dengan mereka tidak terdapat perbedaan budaya.”; “Ya saya selalu bersikap positif pada beliau, seperti menghormati beliau dengan kata-kata sopan dan tidak pernah menolak saran skripsi. Saya bersikap demikian karena diri beliau sendiri juga baik. Bentuk pujian saya pada beliau biasanya, wah pak makasih atau makasih pak sarannya sama dengan pembimbing 1. Biasanya saya akan tersenyum atau tertawa apabila hasil revisi skripsi saya bagus. Perbedaan budaya di antara kami tidak kelihatan.”; dan “Tentu saya bersikap positif beliau. Beliau sudah banyak membantu kemajuan skripsi saya. Tentu karena kebaikannya ini saya tidak pernah menyangkal atau mempertanyakan saran beliau. Saya mengerjakan sesuai instruksinya. Saya biasanya memuji dengan mengatakan gila pak! atau keren pak! karena kita berdua sudah akrab. Saya akan tertawa jika hasil skripsi game saya sesuai dengan pikiran Pak Jasson hehee..Tidak terlihat perbedaan budaya antara kami.”
112
6.2.11. Empati (empathy)
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Membuat jelas ketika mencoba mengerti, tidak menilai, tidak menghakimi, atau tidak mengkritik
Di sepanjang chat
Memfokuskan konsentrasi kita Di sepanjang chat Menggambarkan kembali perasaan pembicara yang kita akan ekspresikan, dalam rangka mengecek akurasi persepsi kita dan untuk menunjukkan komitmen kita untuk mengerti pembicara
-
Ketika tepat, menggunakan pengungkapan diri kita sendiri untuk mengkomunikasikan pengertian kita
“Q rencananya mau buat itu pak buat skripsi. Bapak lagi sibuk ga?”
Menujukan pesan yang dicampur sehingga dapat mendorong komunikasi yang lebih terbuka dan jujur
-
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jassson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Membuat jelas ketika mencoba mengerti, tidak menilai, tidak menghakimi, atau tidak mengkritik
Di sepanjang chat
Memfokuskan konsentrasi kita Di sepanjang chat Menggambarkan kembali perasaan pembicara yang kita akan ekspresikan, dalam rangka mengecek akurasi persepsi kita dan untuk menunjukkan komitmen kita untuk mengerti pembicara
-
Ketika tepat, menggunakan pengungkapan diri kita sendiri untuk mengkomunikasikan pengertian kita
“Pak Jasson, mo nanya soal kemaren..lagi sibuk ga pak?”
Menujukan pesan yang dicampur sehingga dapat mendorong komunikasi yang lebih terbuka dan jujur
-
ANALISIS: Dalam chat Bondan dengan Pak Jasson dan Indra dengan Pak
Jasson, Bondan dan Indra sudah memenuhi kualitas empati. Hal ini dikarenakan
mereka menyadari setiap orang mempunyai kesulitan atau masalah sendiri, seperti
capai atau sedang ada masalah. Jadi, mereka tidak marah ketika tidak jadi
bimbingan skripsi lewat chat. Aspek empati yang terpenuhi hanya membuat jelas
ketika mencoba mengerti, tidak menilai, tidak menghakimi, atau tidak mengkritik;
memfokuskan konsentrasi; dan menggunakan pengungkapan diri kita sendiri
untuk mengkomunikasikan pengertian kita. Membuat jelas ketika mencoba
mengerti, tidak menilai, tidak menghakimi, atau tidak mengkritik terlihat di
sepanjang chat. Konsentrasi yang fokus tersebut dapat dilihat dengan tanya jawab
yang logis atau nyambung antara Bondan dengan Pak Jasson dan Indra dengan
Pak Jasson. Untuk mengkomunikasikan pengertian pada Pak Jasson, Bondan dan
Indra bertanya apakah beliau sibuk. Untuk aspek yang lain terpenuhi dalam
bimbingan tatap muka. Untuk hasil observasi, peneliti menemukan mereka
113
memenuhi kualitas ini dengan kata “Maksudnya?” yang berarti mereka mengerti
kesulitan peneliti ketika ada 1 pertanyaan yang peneliti kurang pas dalam
menyampaikannya. Hal ini diperkuat dengan wawancara dengan Pak Jasson dan
mereka sendiri (JP, 2012: 34) (BV, 2012: 33) (IN, 2012: 33):
“Kedua-duanya mengerti saya, terlihat dalam tatap muka dan chat seperti tidak menilai, tidak menghakimi, dan tidak mengkritik. Seperti yang sudah saya katakan Bondan sangat fokus terhadap perkataan saya. Indra, fokus tetapi santai. Mereka biasanya menanyakan apakah saya lagi sibuk atau tidak, baik dalam chat maupun bertemu langsung. Untuk Bondan, saat bimbingan skripsi secara langsung dia lebih langsung menyadari jika saya sedang sibuk atau banyak pikiran dan peduli lalu dia pamit. Kalau Indra menyadari dan pamit juga. Iya kedua-duanya menujukan pesan yang dicampur, verbal dan nonverbal, kata-kata dan gerak tubuh sebagai ekspresi keterbukaan dan kejujuran mereka saat senang, bingung, puas, dan sebagainya.”; “Iya saya coba mengerti, tidak menilai, tidak menghakimi, dan tidak mengkritik Pak Jasson. Iya saya fokus terhadap perkataan pak Jasson baik di tatap muka ataupun chat. Untuk menggambarkan kembali perasaan Pak Jasson, saya menanyakan apakah beliau sibuk atau ga. Siapa tahu dia memang lagi sibuk atau ada masalah yang mempengaruhi mood. Saya menyadari setiap manusia pasti ada saat-saat sedang bad mood apalagi Pak Jasson yang seorang dosen. Pasti banyak kerjaan yang kadang bikin stress. Kalau saya tahu beliau lagi seperti itu, saya akan pamit tidak jadi bimbingan dan akan kembali bimbingan esoknya baik chat ataupun ketemu langsung. Karena saya memang terbuka dan jujur pada Pak Jasson, saya berkomunikasi verbal dengan kata-kata baik chat ataupun bertemu langsung dan nonverbal seperti anggukan kepala dan gerakan tangan.” ; serta “Saya mengerti, tidak menilai, tidak menghakimi, dan tidak mengkritik Pak Jasson. Iya saya fokus terhadap Pak Jasson baik di bimbingan langsung maupun chat. Untuk mengecek persepsi beliau saya akan bertanya apakah lagi sibuk. Jika beliau menjawab iya, maka saya akan pamit, tidak mengganggu beliau. Mungkin saja beliau saat itu tidak sekedar sibuk, bisa jadi ada beban pikiran lain. Saya sendiri juga ada kalanya ketika sedang ada beban pikiran tidak mau diganggu. Seperti yang sudah saya ungkapkan, saya menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal agar terlihat bahwa komunikasi saya terbuka dan jujur pada Pak Jasson.”
6.2.12. Sikap mendukung (supportiveness)
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Menghindari tuduhan atau menyalahkan
di sepanjang chat
Menghindari kondisi mengevaluasi secara negatif
di sepanjang chat
Mengekspresikan kemauan untuk mendengar dengan pikiran terbuka
“Owh uda ada ya..rencananya mau pke BB buat skripsi pak..tapi bingung mau bikin apa..hehehe”
114
dan kesiapan untuk mempertimbangkan kembali
perubahan cara kita berpikir dan melakukan sesuatu
“Iya pak ni juga lagi cari2..semoga dapet yg simple tapi bermanfaat..hehe” “Wew..makasi pak dah dikasi link..hehehehe..saya juga cari2 dari situ kok..hahahaha” “Hemm ya udah deh besok q tanya2 di kantor aja. Semangat Pak :-)” “Makasih Pak Jasson:-)” “Hehehe..makasih Pak Jasson :-D” “Iya pak. Makasih ya”
Menanyakan pendapat orang lain
“Pak mau tanya dunk di fti ndak uda ada yg pake BB buat skripsi??” “Pak Jasson, boleh tanya ga?? Pak Jasson tau mobile commerce ga?” “Kalau kasus mcommerce ku tentang penjualan produk hasil tugas -tugas anak fti gimana pak?? Jadi tugas2 dari anak2 fti yang bagus2 daripada ga kepake dijual lewat mcommerce gtu. Tujuan lain membuat kreativitas dan semangat anak2 fti dalam ngerjain tugas2nya semakin bertambah gtu. Gimana pak??” “Pak Jasson mau tanya tentang perancangan desain di skripsi itu harus semua bagian dibuat atau cuma tampilan utamanya saja ya?? Yang di penulisan skripsinya pak” “Selamat siang pak, mau tanya aplikasi android dan web yang saya buat harus pake bahasa Indonesia atau bahasa Inggris ya? Makasih sebelumnya”
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jassson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Menghindari tuduhan atau menyalahkan
di sepanjang chat
Menghindari kondisi mengevaluasi secara negatif
di sepanjang chat
Mengekspresikan kemauan untuk mendengar dengan pikiran terbuka
dan kesiapan untuk mempertimbangkan kembali
perubahan cara kita berpikir dan melakukan sesuatu
“Iya...,”
“oowwwhhh...., jadi enggak clap clap clap gitu tapi claaaaaap claaaaaap claaaaap gitu pak maksudnya?? tombolnya purba berarti pak? padahal bentuknya bukan dinosaurus y? hahaa...., hmm..., nanti dah biar saya coba minta tolong wisnu yang bikinin tombolnya” “Oke pak..., dicoba..., iya sih.., ntar coba bentuk n warnanya diperhalus lagi sesuai background-nya...,” “Iya pak..., tapi kalo besok pagi belum selesai semuanya gpp y pak....,?? tapi saya usahain secepatnya pak...,” “Siap pak....:-)” “Oke..semangat pak:-D” “Gimana swf-nya pak Jasson?” “Tapi kalo terlalu pojok..., waktu level2 yang bola naek ke atas, tombol restart-nya bisa jadi ketutupan sama bola n gak bisa di klik ik pak?” “Baik pak..., ntar coba saya kecilin lagi....., tz restart-nya dipindah ato gimana pak?” “Oke pak:-)” “Maksudnya pak??? saya gak mudeng..., banyak banget API untuk flash? apanya pak..., cz chat bapak cuma kaya gini "di situ banyak banget API untuk flash yg bisa
115
improving game kita” “Oke paaaakkkkk....., saya coba dulu dah nanti...,di jamin bapak bakal brainshocking:-D” “Oke paaakkk...., bisa di coba..., hehee,”
Menanyakan pendapat orang lain
“Nah itu maksudnya 0-1 gimana to pak?? maksudnya ndak dibikin gak kliatan sama agak transparan gitu pak??” “Oowwwhhh...., jadi enggak clap clap clap gitu tapi claaaaaap claaaaaap claaaaap gitu pak maksudnya?? tombolnya purba berarti pak? padahal bentuknya bukan dinosaurus y? hahaa...., hmm..., nanti dah biar saya coba minta tolong wisnu yang bikinin tombolnya” “Iya pak..., tapi kalo besok pagi belum selesai semuanya gpp y pak....,?? tapi saya usahain secepatnya pak...,” “Pak Jasson, mo nanya soal kemaren..lagi sibuk ga pak?” “Gimana swf-nya pak Jasson?” “Tapi kalo terlalu pojok..., waktu level2 yang bola naek ke atas, tombol restart-nya bisa jadi ketutupan sama bola n gak bisa di klik ik pak?” “Baik pak..., ntar coba saya kecilin lagi....., tz restart-nya dipindah ato gimana pak?”
“Maksudnya pak??? saya gak mudeng..., banyak banget API untuk flash? apanya pak..., cz chat bapak cuma kaya gini "di situ banyak banget API untuk flash yg bisa improving game kita”
ANALISIS: Dalam chat Bondan dengan Pak Jasson dan Indra dengan Pak
Jasson, Bondan dan Indra sudah memenuhi kualitas sikap mendukung. Bondan
beralasan karena beliau juga sudah mendukung dengan memberi semangat kepada
dirinya untuk mengerjakan skripsi. Sedangkan Indra beralasan karena sudah
menganggap Pak Jasson teman maka sepantasnya mendukung beliau. Yang
terpenuhi dalam chat adalah aspek mengekspresikan kemauan untuk mendengar
dengan pikiran terbuka dan kesiapan untuk mempertimbangkan kembali
perubahan cara kita berpikir dan melakukan sesuatu serta menanyakan pendapat
orang lain. Hasil observasi, peneliti menemukan Bondan mengatakan “Mari-mari
silahkan..” dan Indra “Oke sis..monggo..” yang menunjukkan sikap mendukung
ketika akan mulai wawancara. Hal ini diperkuat dengan wawancara Pak Jasson
dan mereka sendiri (JP, 2012: 36) (BV, 2012: 35) (IN, 2012: 35):
“Mereka tidak pernah menyalahkan dan mengevaluasi negatif diri saya. Semuanya positif-positif saja. Iya mereka terbuka dengan saran-saran dari saya dan melakukannya. Iya sering sekali mereka menanyakan pendapat saya baik dalam chat dan tatap muka.”; “Saya menunjukkan sikap mendukung karena beliau sudah mendukung saya dengan memberikan saya untuk semangat mengerjakan skripsi. Sama
116
seperti beliau kepada saya. Saya tidak pernah menyalahkan dan mengevaluasi beliau secara negatif. Malahan positif karena saran-saran perbaikan beliau dapat membantu kelancaran skripsi saya. Karena saya terbuka, maka saya menerima saran-saran dari Pak Jasson, sehingga saya bisa menentukan langkah saya selanjutnya. Iya saya sering menanyakan pendapat kepada beliau.”; serta “Saya memberikan sikap mendukung saya karena saya menganggap beliau seperti teman. Maka sepantasnya saya juga mendukung beliau. Saya jujur mengatakan apa saja yang menjadi kesulitan saya selama mengerjakan skripsi. Setelah mendapat masukan, maka saya akan melakukannya. Iya, dibanding beliau, saya yang lebih sering menanyakan pendapat pada beliau.”
6.2.13. Kesetaraan (equality)
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Menghindari pernyataan “seharusnya”
di sepanjang chat
Membuat permintaan (terutama yang sopan)
“Pak mau tanya dunk di fti ndak uda ada yg pake BB buat skripsi??” “Owh uda ada ya..rencananya mau pke BB buat skripsi pak..tapi bingung mau bikin apa..hehehe” “Pak Jasson, boleh tanya ga?? Pak Jasson tau mobile commerce ga?” “Malem Pak Jasson..mau tanya dunk” “Kalau kasus mcommerce ku tentang penjualan produk hasil tugas -tugas anak fti gimana pak?? Jadi tugas2 dari anak2 fti yang bagus2 daripada ga kepake dijual lewat mcommerce gtu. Tujuan lain membuat kreativitas dan semangat anak2 fti dalam ngerjain tugas2nya semakin bertambah gtu. Gimana pak??” “Pak Jasson mau tanya tentang perancangan desain di skripsi itu harus semua bagian dibuat atau cuma tampilan utamanya saja ya?? Yang di penulisan skripsinya pak” “Selamat siang pak, mau tanya aplikasi android dan web yang saya buat harus pake bahasa Indonesia atau bahasa Inggris ya? Makasih sebelumnya”
Menghindari menginterupsi di sepanjang chat
Mengakui kontribusi orang lain sebelum mengekspresikan pesan
kita
“Iya pak ni juga lagi cari2..semoga dapet yg simple tapi bermanfaat..hehe”
“Hahaha..iya pak..makasih” “Iya pak nanti saya buka coba.. saya off dulu ya pak” “Iya pak. Makasih ya” “Iya pak. Sambil bikin skripsi ini” “Iya pak. Ngejar Mei besok. Tapi takut ga nyandak :((“ “Iya pak..makasih..”
Mengakui bahwa perbedaan budaya mengajarkan kesetaraan
yang sangat berbeda -
117
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jassson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Menghindari pernyataan “seharusnya”
di sepanjang chat
Membuat permintaan (terutama yang sopan)
“Nah itu maksudnya 0-1 gimana to pak?? maksudnya ndak dibikin gak kliatan sama agak transparan gitu pak??” “Iya pak..., tapi kalo besok pagi belum selesai semuanya gpp y pak....,?? tapi saya usahain secepatnya pak...,” “Pak Jasson, mo nanya soal kemaren..lagi sibuk ga pak?” “Gimana swf-nya pak Jasson?” “Tapi kalo terlalu pojok..., waktu level2 yang bola naek ke atas, tombol restart-nya bisa jadi ketutupan sama bola n gak bisa di klik ik pak?” “Baik pak..., ntar coba saya kecilin lagi....., tz restart-nya dipindah ato gimana pak?” “Maksudnya pak??? saya gak mudeng..., banyak banget API untuk flash? apanya pak..., cz chat bapak cuma kaya gini di situ banyak banget API untuk flash yg bisa improving game kita”
Menghindari menginterupsi di sepanjang chat
Mengakui kontribusi orang lain sebelum mengekspresikan pesan
kita
“Iya...,”
“oowwwhhh...., jadi enggak clap clap clap gitu tapi claaaaaap claaaaaap claaaaap gitu pak maksudnya?? tombolnya purba berarti pak? padahal bentuknya bukan dinosaurus y? hahaa...., hmm..., nanti dah biar saya coba minta tolong wisnu yang bikinin tombolnya” “Oke pak..., dicoba..., iya sih.., ntar coba bentuk n warnanya diperhalus lagi sesuai background-nya...,” “Iya pak..., tapi kalo besok pagi belum selesai semuanya gpp y pak....,?? tapi saya usahain secepatnya pak...,” “Siap pak....:-)” “Oke..semangat pak:-D” “Baik pak..., ntar coba saya kecilin lagi....., tz restart-nya dipindah ato gimana pak?”
“Oke pak:-)” “Oke paaaakkkkk....., saya coba dulu dah nanti...,di jamin bapak bakal brainshocking:-D” “Oke paaakkk...., bisa di coba..., hehee,”
Mengakui bahwa perbedaan budaya mengajarkan kesetaraan
yang sangat berbeda -
ANALISIS: Sama seperti interaksi yang terjadi pada Pak Jasson-Bondan
dan Pak Jasson-Indra, kualitas kesetaraan antara Bondan-Pak Jasson dan Indra-
Pak Jasson juga terpenuhi. Kesetaraan dalam komunikasinya tetapi tidak dalam
hubungan interpersonalnya. Hubungan interpersonal yang terjadi adalah
pertemanan dengan kesediaan menerima (the friendship of receptivity). Terjadi
ketidakseimbangan positif, Pak Jasson sebagai pemberi ilmu utama, sedangkan
Bondan dan Indra adalah penerima ilmu utama. Jadi, kualitas kesetaraan bisa
118
terpenuhi oleh Bondan dan Indra karena mereka sudah menganggap Pak Jasson
adalah teman meskipun terjadi ketidakseimbangan positif. Dalam chat terlihat
hanya ada 2 aspek yang terpenuhi yaitu membuat permintaan (terutama yang
sopan) dan mengakui kontribusi orang lain sebelum mengekspresikan pesan kita.
Pada Bondan, dirinya membuat permintaan konfirmasi mengenai topik skripsi.
Pada Indra, permintaan saran pada Pak Jasson mengenai skripsi game-nya.
Kedua-duanya mengakui Pak Jason memberikan kontribusi kepada skripsi
mereka. Terlihat dari adanya sikap menghargai seperti menjawab dengan “Iya
pak” dan “Oke Pak”. Untuk aspek lainnya tidak ada dalam chat. Saat observasi,
peneliti menemukan Bondan dan Indra menggunakan nada santai, bercanda, tidak
kaku, dan tidak formal kepada Pak Jasson. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara
dari Pak Jasson dan mereka sendiri (JP, 2012: 38) (BV, 2012: 37) (IN, 2012: 37):
“Mereka tidak pernah memakai kata seharusnya dan menginterupsi dalam bimbingan skripsi pada keduanya, baik chat maupun ketemu langsung. Saya hanya memberikan saran dan membebaskan mereka menyatakan pendapatnya. Iya mereka mengakui kontribusi saya dengan cara mereka menghormati dan menghargai saya sebagai dosen pembimbing, seperti mengatakan iya Pak, baik Pak, atau oke Pak. Hal yang berkaitan dengan perbedaan budaya tidak mempengaruhi komunikasi saya dengan mahasiswa.”; “Saya pribadi sudah menganggap beliau sebagai teman jadi saya merasa setara. Sama dengan Pak Jasson, saya tidak pernah mengharuskan Pak Jasson untuk menerima pendapat saya misalnya, tidak pernah menginterupsi, dan tidak ada perbedaan budaya yang berpengaruh. Saya mengakui kontribusi beliau pada skripsi saya dengan cara menghormati, menyapa dan berkata-kata dengan sopan, seperti iya Pak.”; serta “Seperti jawaban semua, saya sudah menceritakan keakraban kami sehingga saya menganggap beliau sebagai teman sehingga setara. Sama dengan Bapak Jasson, saya tidak pernah mengharuskan beliau untuk menerima pendapat saya, tidak menginterupsi, dan tidak ada perbedaan budaya yang berpengaruh. Saya mengakui adanya kontribusi dari beliau dengan menghormati, sopan, seperti iya Pak, oke Pak, atau baik Pak.”
6.2.14. Manajemen interaksi (interaction management)
Chat Bondan Vitorini kepada Pak Jasson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Mempertahankan peran kita sebagai pembicara atau pendengar Menjaga percakapan fasih
Mengkomunikasikan pesan dengan verbal dan nonverbal yang konsisten dan menguatkan satu sama lain
verbal, di sepanjang chat
119
Chat Indrayasa Nandiwardhana kepada Pak Jassson Prestiliano Aspek Bagian Chat
Mempertahankan peran kita sebagai pembicara atau pendengar Menjaga percakapan fasih
Mengkomunikasikan pesan dengan verbal dan nonverbal yang konsisten dan menguatkan satu sama lain
verbal, di sepanjang chat
ANALISIS: Berdasarkan analisis chat Bondan-Pak Jasson dan Indra-Pak
Jasson, didapatkan hasil Bondan dan Indra memenuhi kualitas manajemen
interaksi. Hal ini dikarenakan mereka tidak ingin dianggap lebay atau berlebihan
melalui kata-kata atau gerakan tubuhnya dan tidak ingin mendominasi
komunikasi. Sepantasnya saja sesuai dengan pesan. Dalam chat, yang terlihat
hanyalah pesan yang disampaikan secara verbal melalui chat. Untuk aspek yang
mempertahankan peran sebagai pembicara atau pendengar tidak ada, baik dalam
chat maupun tatap muka. Semua peran seimbang pada Pak Jasson, Bondan,
maupun Indra. Untuk menjaga percakapan fasih serta mengkomunikasikan pesan
dengan nonverbal hanya dapat dilihat dalam komunikasi tatap muka. Hasil
observasi, peneliti menemukan Bondan dan Indra fasih menjawab pertanyaan
peneliti dan tidak ada jeda panjang. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara Pak
Jasson, Bondan, dan Indra (JP, 2012: 40) (BV, 2012: 39) (IN, 2012: 39):
“Mereka berdua terlibat aktif dalam percakapan dengan saya saat tatap muka. Jadi, tidak ada yang berperan sebagai pembicara saja atau pendengar saja. Iya terlihat mereka berdua fasih, percakapan berlangsung terus menerus, tidak terlihat ada jeda. Setelah saya menjawab, mereka kembali bertanya dan seterusnya. Seperti jawaban saya sebelumnya mereka menggunakan komunikasi verbal pada chat dan tatap muka, sedangkan nonverbal hanya dalam tatap muka.”; “Saya melakukan manajemen interaksi karena tidak ingin terlihat berlebihan. Kata-kata dan gerakan tubuh sesuai pesan dan tidak mendominasi. Menurut saya pribadi saya seimbang antara saya dan beliau juga fasih. Sama seperti jawaban saya sebelumnya saya berkomunikasi verbal dalam chat dan tatap muka serta nonverbal pada tatap muka saja.”; serta “Saya melaksanakan manajemen interaksi ini karena tidak mau dibilang lebay ataupun telihat mendominasi percakapan hahaa.. Saya sama dengan beliau, aktif dan juga fasih. Serta mengkomunikasikan verbal untuk chat Facebook dan bimbingan ketemu langsung, nonverbal saat ketemu langsung.”
120
6.3.Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
6.3.1. Persepsi Bondan Vitorini terhadap Pak Jasson Prestiliano
Persepsi Bondan tentang Pak Jasson berawal dari teman-temannya yang
menceritakan bahwa Pak Jasson adalah orang yang ramah dan enak diajak
mengobrol (BV, 2012: 6). Sehingga, Bondan menunjukkan sikap yang sama pula
kepada Pak Jasson ketika berkomunikasi baik secara tatap muka maupun melalui
chat Facebook.
6.3.2. Persepsi Indrayasa Nandiwardhana terhadap Pak Jasson Prestiliano
Berbeda dengan Bondan, persepsi Indra tentang Pak Jasson berawal
pertemuan mereka yang pertama. Penilaiannya sudah positif, antara lain Indra
menangkap Pak Jasson mudah bergaul dengan orang lain, tidak jaim, dan apa
adanya (IN, 2012: 6). Jadi, Indra menunjukkaan sikap yang terbuka juga kepada
Pak Jasson.
6.3.3. Dimensi Diri Pak Jasson Prestiliano
Dimensi diri Pak Jasson Prestiliano akan dilihat dari konsep diri, kesadaran
diri, dan penghargaan diri. Dimensi diri ini akan mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh cara Pak Jasson berkomunikasi.
a. Konsep diri
• Gambaran orang lain tentang diri Pak Jasson
Pak Jasson adalah orang yang ramah, baik, bersahabat, dan terbuka.
Karena sikap-sikap yang baik tersebut, maka Bondan dan Indra menganggap
Pak Jasson mempunyai kepribadian yang menyenangkan dan Pak Jasson
membalas dengan sikap yang baik pula. Refleksi pada mahasiswanya
membantu Pak Jasson menjelaskan tentang gambaran kepribadiannya yang
positif. Salah satunya, dapat menambah rasa percaya diri.
• Perbandingan sosial
Pak Jasson jika dibandingkan dengan dosen lain mempunyai
kelebihan di waktu mengajarnya. Beliau tidak keberatan jika di waktu
senggangnya melakukan tanya jawab dengan mahasiswa tentang skripsi.
Dirinya ingin mendedikasikan diri kepada pendidikan secara lebih
mendalam.
121
• Pengajaran budaya
Pak Jasson sejak kecil dididik orang tuanya agar menjadi orang yang
berguna untuk orang lain dan rajin bekerja agar sukses. Terbukti dengan
kemauan beliau untuk membimbing mahasiswanya di sela-sela waktu
senggangnya dan sudah mempunyai pekerjaan tetap sebagai dosen FTI di
UKSW. Gambaran-gambaran ini menyumbangkan konsep dirinya yang
positif.
• Interpretasi dan evaluasi diri
Pak Jasson berhasil membimbing mahasiswanya untuk mengikut ujian
skripsi dan lulus. Hal ini menjadi kebanggan tersendiri bagi Pak Jasson dan
juga ikut menciptakan evaluasi yang positif tentang dirinya
b. Kesadaran diri
Berdasarkan Johari Window tersebut, maka tingkat keterbukaan pada Pak
Jasson sebagai dosen pembimbing digolongkan orang tipe I, yaitu orang yang
terbuka kepada para mahasiswa bimbingannya. Kepada sebagian besar
mahasiswa, Pak Jasson merasa nyaman dan mendukungnya sehingga kepada
mereka Pak Jasson membuka diri.
c. Penghargaan diri
Penghargaan diri yang tinggi pada diri Pak Jasson terlihat dari penggunaan
pesan verbal dan nonverbal. Untuk pesan verbal, digunakan pada chat di
Facebook (verbal tulisan) dan komunikasi tatap muka (verbal lisan). Gerakan
tubuh seperti anggukan kepala dan gerakan tangan sebagai pesan nonverbal
merupakan bukti dari terpenuhi kualitas manajemen interaksi oleh Pak Jasson.
Dengan 3 dimensi diri yang positif ini, Pak Jasson mampu menciptakan
suasana komunikasi interpersonal tatap muka yang positif juga. Hal ini berakibat
positif pula pada suasana komunikasi interpersonal melalui Facebook untuk
bimbingan skripsi. Kualitas komunikasi interpersonal melalui Facebook yang
efektif seperti tercapainya kesadaran, fleksibilitas, berorientasi kepada pihak lain,
keterbukaan, metakomunikasi, percaya diri, kesegeraan, daya ekspresi, sikap
positif, empati, sikap mendukung, kesetaraan, dan manajemen interaksi dapat
dilihat secara jelas dalam diri Pak Jasson. Kualitas sensitivitas budaya tidak
122
tercapai dalam komunikasi tersebut karena tidak terdapat perbedaan budaya di
antara ketiganya, sehingga suasana komunikasi sangat nyaman dan tanpa kendala.
Kualitas manajemen interaksi hanya dapat dilihat melalui komunikasi
interpersonal tatap muka.
6.3.4. Persepsi Pak Jasson Prestiliano terhadap Bondan Vitorini
Bondan adalah mahasiswa yang cerdas. Pertanyaannya selalu serius, to the
point, kaku, kurang bisa bercanda, dan selalu fokus ke tujuan skripsinya. Dia rajin
dan rapi mencatat semua jawaban Pak Jasson saat bimbingan skripsi. Kalau ada
yang lupa, dia pun yang mengingatkan beliau (JP, 2012: 7).
6.3.5. Dimensi Diri Bondan Vitorini
a. Konsep diri
• Gambaran orang lain tentang diri Bondan Vitorini
Bondan adalah mahasiswi yang ramah dan ceria. Karena sikap-sikap
tersebut, Pak Jasson menganggap Bondan mempunyai kepribadian yang
menyenangkan. Beliau pun memberikan tanggapan positif terhadap Bondan
dan Bondanpun memberikan tanggapan yang positif pula pada mereka.
• Perbandingan sosial
Bondan jika dibandingkan dengan mahasiswa lain merupakan
mahasiswa yang rajin mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas, dan nilai
rata-ratanya AB.
• Pengajaran budaya
Didikan orang tua Bondan mengajarkan bahwa dirinya harus
menuntut ilmu dengan rajin dan mendapat nilai yang baik agar dapat
mencari pekerjaan yang baik pula dan dapat membanggakan orang tua
• Interpretasi dan evaluasi diri
Bondan mendapatkan hasil skripsi A (BV, 2012: 40). Hal ini
menunjukkan dirinya sudah berusaha untuk mendapatkan yang terbaik
walau hasilnya mendekati sempurna.
b. Kesadaran diri
123
Berdasarkan Johari Window tersebut, maka tingkat keterbukaan pada
Bondan sebagai mahasiswa pembimbing digolongkan orang tipe I, yaitu orang
yang terbuka kepada dosen pembimbingnya.
c. Penghargaan diri
Penghargaan diri yang tinggi pada diri Bondan terlihat dari penggunaan
pesan verbal dan nonverbal. Untuk pesan verbal, digunakan pada chat di
Facebook (verbal tulisan) dan komunikasi tatap muka (verbal lisan). Gerakan
tubuh seperti anggukan kepala dan gerakan tangan sebagai pesan nonverbal
merupakan bukti dari terpenuhi kualitas manajemen interaksi oleh Bondan.
6.3.6. Persepsi Pak Jasson Prestiliano terhadap Indrayasa Nandiwardhana
Indra adalah mahasiswa yang cerdas juga, supel, suka bercanda, obrolannya
santai, dia bisa mengobrol tentang apa saja kepada Pak Jasson. Dia mempunyai
kekurangan yaitu kurang cepat memahami sesuatu, sering lupa kalau Pak Jasson
menyarankan sesuatu tentang skripsi game-nya. Dengan penggunaan chat
Facebook ini bisa membantu Indra untuk mengingat kembali tentang saran-saran
dari Pak Jasson (JP, 2012: 7).
6.3.7. Dimensi Diri Indrayasa Nandiwardhana
a. Konsep diri
• Gambaran orang lain tentang diri Indrayasa Nandiwardhana
Indra adalah orang yang humoris, terbuka, nyantai, dan ramah. Karena
sikap-sikap tersebut, Pak Jasson menganggap Indra mempunyai kepribadian
yang menyenangkan. Beliau pun memberikan tanggapan positif terhadap
Indra dan Indrapun memberikan tanggapan yang positif pula pada beliau.
• Perbandingan sosial
Indra jika dibandingkan dengan mahasiswa lain merupakan
mahasiswa yang rajin mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas, dan nilai
rata-ratanya AB sama seperti Bondan.
• Pengajaran budaya
Pengajaran orang tua Indra yaitu menuntut ilmu setinggi mungkin dan
dapat membanggakan orang tua
124
• Interpretasi dan evaluasi diri
Dengan nilai skripsi AB yang di dapat Indra (IN, 2012: 40)
menunjukkan dirinya selalu memberikan yang terbaik dengan mendapatkan
nilai yang hampir sempurna.
b. Kesadaran diri
Berdasarkan Johari Window tersebut, maka tingkat keterbukaan pada Indra
sebagai mahasiswa pembimbing digolongkan orang tipe I, yaitu orang yang
terbuka kepada dosen pembimbingnya.
c. Penghargaan diri
Penghargaan diri yang tinggi pada diri Indra terlihat dari penggunaan pesan
verbal dan nonverbal. Untuk pesan verbal, digunakan pada chat di Facebook
(verbal tulisan) dan komunikasi tatap muka (verbal lisan). Gerakan tubuh seperti
anggukan kepala dan gerakan tangan sebagai pesan nonverbal merupakan bukti
dari terpenuhi kualitas manajemen interaksi oleh Indra.
6.4. Berdasarkan Teori Perkembangan Hubungan
6.4.1. Jasson Prestiliano
a. Teori daya tarik (attraction theory)
• Ketertarikan (attractiveness)
Hal yang menjadi daya tarik Pak Jasson menurut Bondan dan Indra
karena beliau mempunyai kepribadian yang menyenangkan, enak diajak
ngobrol, terbuka, gampang bergaul, dan tidak jaim. Hal ini juga diperkuat
melalui observasi saat peneliti, Pak Jasson, Bondan, Indra bertemu dan
mengobrol bersama-sama.
• Kedekatan (proximity)
Pertemanan dalam kuliah yaitu sebagai dosen dan mahasiswa
menyebabkan Bondan dan Indra mengenal Pak Jasson. Karena Pak Jasson
orangnya menyenangkan maka mereka berdua merasa nyaman, dekat, dan
akrab dengan Pak Jasson. Hal-hal tersebut peneliti lihat dan rasakan saat
peneliti, Pak Jasson, Bondan, Indra bertemu dan mengobrol bersama-sama.
• Kesamaan (similarity)
125
Kesamaan Pak Jasson dengan Bondan adalah suka bergaul dan
membuat program web (JP, 2012: 9) (BV, 2012: 8). Sedangkan dengan
Indra, hobi nge-game bareng dan makan bareng (JP, 2012: 9) (IN, 2012: 8).
b. Teori pertukaran sosial
Keuntungan dalam interaksi Pak Jasson dengan Bondan dan Pak Jasson
dengan Indra adalah Pak Jasson mendapatkan teman yang usianya lebih muda
namun tetap cocok untuk diajak mengobrol. Hadiah dalam interaksi ini adalah
pertemanan yang akrab. Biayanya adalah harus sering bertemu dan berkomunikasi
lewat Facebook walaupun sedang banyak pekerjaan atau sedang bad mood.
c. Teori keadilan
Perbandingan pertemanan yang akrab dengan sering bertemu dan
berkomunikasi lewat Facebook adalah setara, baik Pak Jasson dengan Bondan
maupun Pak Jasson dengan Indra.
6.4.2. Bondan Vitorini
a. Teori daya tarik (attraction theory)
• Ketertarikan (attractiveness)
Hal yang menjadi daya tarik Bondan menurut Pak Jasson adalah
mahasiswa cerdas, fleksibel, tidbak terlalu kaku, santai, serta rajin dan rapi
dalam mencatat (JP, 2012: 7-8). Hal-hal tersebut, kecuali rajin dan rapi
dalam mencatat, peneliti melihat dan merasakannya saat peneliti, Pak
Jasson, Bondan, Indra bertemu dan mengobrol bersama-sama.
• Kedekatan (proximity)
Pertemanan dalam kuliah yaitu sebagai dosen dan mahasiswa
menyebabkan Bondan mengenal Pak Jasson. Karena Bondan orangnya
menyenangkan, maka Pak Jasson merasa nyaman, dekat, dan akrab. Begitu
pula sebaliknya. Hal-hal tersebut diperkuat saat peneliti, Pak Jasson,
Bondan, Indra bertemu dan mengobrol bersama-sama.
• Kesamaan (similarity)
Kedua-duanya suka bergaul dan membuat program web (JP, 2012: 9)
(BV, 2012: 8).
b. Teori pertukaran sosial
126
Keuntungan dalam interaksi dengan Pak Jasson adalah Bondan
mendapatkan teman yang usianya lebih tua namun tetap cocok untuk diajak
mengobrol. Hadiah dalam interaksi ini adalah pertemanan yang akrab. Biayanya
adalah harus sering bertemu dan berkomunikasi lewat Facebook.
c. Teori keadilan
Perbandingan pertemanan yang akrab dengan sering bertemu dan
berkomunikasi lewat Facebook adalah setara.
6.4.3. Indrayasa Nandiwardhana
a. Teori daya tarik (attraction theory)
• Ketertarikan (attractiveness)
Hal yang menjadi daya tarik Indra menurut Pak Jasson adalah cerdas,
supel, suka bercanda, dan obrolannya santai (JP, 2012: 7-8). Hal-hal tersebut
peneliti lihat dan rasakan saat peneliti, Pak Jasson, Bondan, Indra bertemu
dan mengobrol bersama-sama.
• Kedekatan (proximity)
Pertemanan dalam kuliah yaitu sebagai dosen dan mahasiswa
menyebabkan Indra mengenal Pak Jasson. Karena Indra orangnya
menyenangkan, maka Pak Jasson merasa nyaman, dekat, dan akrab. Begitu
pula sebaliknya. Hal-hal tersebut peneliti lihat dan rasakan saat peneliti, Pak
Jasson, Bondan, Indra bertemu dan mengobrol bersama-sama.
• Kesamaan (similarity)
Kedua-duanya suka nge-game dan makan bareng (JP, 2012: 9) (IN,
2012: 8).
b. Teori pertukaran sosial
Keuntungan dalam interaksi dengan Pak Jasson adalah Indra mendapatkan
teman yang usianya lebih tua namun tetap cocok untuk diajak mengobrol. Hadiah
dalam interaksi ini adalah pertemanan yang akrab. Biayanya adalah harus sering
bertemu dan berkomunikasi lewat Facebook.
c. Teori keadilan
Perbandingan pertemanan yang akrab dengan sering bertemu dan
berkomunikasi lewat Facebook adalah setara.