BAB V TRANSFORMASI KOMUNITAS PUNK DI KEDAI KEBLASUK ... · Punkers yang ditemui di rumah-rumah,...
Transcript of BAB V TRANSFORMASI KOMUNITAS PUNK DI KEDAI KEBLASUK ... · Punkers yang ditemui di rumah-rumah,...
41
BAB V
TRANSFORMASI KOMUNITAS PUNK DI KEDAI KEBLASUK
CONDONG CATUR YOGYAKARTA BERSERTA ALASANNYA
5.1. Proses Transformasi Punkers
5.1.1. Dari Jalanan Menuju Kedai
“Punk is a phenomenan difficult to understand from Europe, over there
the anarchist collectives are specifically Punk, for them the word Punk is a
synonym of struggle and commitmen”. Punk adalah fenomena yang sulit untuk
dipahami yang berasal dari Eropa, spesifik Punk lebih dari sebuah kebersamaan
untuk melakukan anarkis, bagi mereka Punk adalah perjuangan dan komitmen
O’connor (2004).
Punk merupakan sebuah gerakan perlawanan para pemuda yang
didasarkan pada keyakinan bahwa sebuah komunitas dapat melakukan segala
sesuatunya sendiri untuk diri kita sendiri. Terbentuknya komunitas Punk di
Indonesia berbeda dengan yang terjadi di Negara-Negara maju, di Inggris
dorongan untuk membentuk komunitas Punk diawali oleh para pemuda dari
masyarakat kelas pekerja yang mengalami permasalahan ekonomi yang lahir dari
lunturnya moralitas para tokoh politik dalam mengemban tanggung jawab
sehingga mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran dan kriminalitas.
Pergerakannya pun sangat cepat dan merambah ke Negara-Negara maju seperti
Amerika (Widya 2010).
Seperti yang pernah ditulis oleh majalah Amerika, Profane Existence,
Indonesia merupakan salah satu Negara yang pesat akan perkembangan sub-
culturePunk dan menempati peringkat teratas di dunia. Masuknya ideologi Punk
di Indonesia membentuk ruang serta sudut pandang baru bagi para pemuda untuk
mengaktualisasikan dirinya, ada yang memahami ideologi secara mendalam ada
pula yang menjadikan cara hidup Punk sebagai trend.
42
Berdasarkan pengamatan dari peneliti, komunitas Punk merupakan
penggambaran atas konsep masyarakat bebas tanpa kelas, tanpa kedudukan yang
sengaja di bangun dan diberlakukan atas dasar kesepatakan kolektif, hal tersebut
dapat dilihat dari berbagai macam aspek hidup yang berbeda-beda dari setiap
anggotanya, mulai dari gender, suku, budaya, asal kota, hingga latarbelakang
hidup, serta alasan yang memperkuat pilihan mereka untuk turun dan kejalan.
Angggota ataupun tempat berkumpulnya para Punkers pun tidak menentu,
sifatnya yang nomaden dan suka berpindah-pindah tempat sampai keluar pulau
dengan cara nebeng trek merupakan bagian dari cara mereka untuk bertahan
hidup.
Kehadiran para Punkers sering kali dapat di temui di pinggiran-pinggiran
jalan besar kota serta tempat keramaian. dengan bermodalkan kencrung (alat
musik) dan nyanyian yang bersifat mengkritik sistem yang ada merupakan ciri
khas mereka dalam mendapatkan uang dari para pengendara kendaraan yang
sedang berhenti di lampu merah, terkadang terdapat pula beberapa Punkers yang
ditemui di rumah-rumah, warung-warung.
Berdasarkan observasi dan pengamatan yang peneliti lakukan di Condong
Catur, Yogyakarta, rutinitas para Punkers di pagi hari ketika di jalanan setelah
bangun tidur adalah merokok dan membasahi tenggorokan yang kering karena
sisa alkohol pada malam hari sembari mengembalikan kesadaran. Sering kali para
Punkers jarang terkena air, jikapun terkena air hanya untuk membasuh muka dan
meminum air. Setelah semua Punkers yang tidur bergerombol sudah terbangun
dan sadar, mereka akan langsung berpindah tempat sembari berkeliling kota
hingga mendapatkan tempat mengais receh yang cocok dan sekiranya bisa
dikatakan aman dari Satpol Polisi Pamong Praja.
Panas terik matahari ataupun dinginya malam merupakan kondisi yang
kerap menemani para Punkers ketika masih aktif menjalani hidup dijalanan, tanpa
mengenal lelah dan waktu para Punkers yang kerap bergerombol saling berkerja
sama dalam mengais receh dijalan. Ketika melakukan rutinitas orasi atau
43
pengamen para Punkers yang bergerombol akan membagi tugas antara 2 (dua)
sampai 3 (tiga) Punkers, pada saat mengamen biasanya hanya satu Punkers yang
memainkan kencrung dan yang lainnya menyanyi, menepuk tangan, sambil
menerima uang dari para pengendara. Sementara regu 1 (satu) sedang mengamen
para Punkers lainnya beristirahat sambil menanti pergantian tugas mengamen.
Biasanya jika tidak mendapatkan uang mereka akan diberi rokok satu sampai dua
batang dari para pemberi.
Rutinitas para Punkers dalam mengamen biasanya berakhir hingga dini
hari ketika mereka sudah mendapatkan uang yang cukup untuk membeli
kebutuhan-kebutuhan utama mereka seperti minuman beralkohol, rokok, obat-
obatan penenang yang bisa didapatkan di apotik, dan makanan. Jika tak memiliki
uang untuk membeli makan, kebanyakan dari mereka mendatangi warung-warung
makan dan meminta sisa-sisa makanan yang sekiranya masih bisa dimakan.
Ketika mau menikmati waktu bersantai, biasanya para Punkers akan beranjak dari
tempat mengamen dan berjalan secara bergerombol untuk mencari tempat yang
kosong sekaligus bisa dipakai untuk bersantai-santai dan tidur.
Aktifitas tersebut merupakan bagian dari cara mereka melakukan
perjuangan, tidak adanya tempat yang pasti membuat banyak komunitas Punk
yang berpindah-pindah tempat bahkan kota, selama daerah familiar yang mereka
gunakan untuk berorasi dan mengais rejiki dirasa tidak berpotensi lagi bagi
eksistensi mereka karena adanya amatan dari Satuan Polisi Pamong Praja
sehingga mereka akan berpindah dengan cara menebeng trek yang bersedia
memboncengi mereka hingga sampai disuatu tempat yang mereka tuju. Mereka
akan turun dari trek pada saat lampu merah dan mengucapkan terimakasih kepada
supir trek, “suwun yo lik”.
44
Gambar/Foto 2
Sumber : Goweng
Pada saat hidup dijalanan, kesenangan mereka hanyalah ketika bisa
berkumpul dan bergerombol dengan komunitasnya, biasanya mereka akan saling
sharing, bercerita, bercanda tawa, minum bersama, makan bersama, berpetualang
bersama. Mereka sangat terbuka terhadap kehadiran teman ataupun Punkers baru
yang tertarik untuk berbaur dengan mereka, dalam komunikasinya para Punkers
biasanya saling bercerita tentang pengalaman perjalanan hingga bisa bertemu dan
berkumpul dengan para Punkers lain disuatu perkumpulan Punk, atau bercerita
mengenai band-band Punkrock, mengkritisi lagu-lagunya dan menghapalkan
sebuah lagu belariran Punk yang dianggap seorang Punkers menarik1. Plongo
mengatakan sebagai berikut :
“habis ngamen uangnya kami bagi rata, terus seperti makan kita
barengan apa adanya, kita malah lebih dari komunitas mas, malah
kaya keluarga.”
“Punk evolved as music that expresses resistance to the dominant culture”
Punk berkembang sebagai musik yang mengekspresikan perlawanan terhadap
budaya dominan. Punk merupakan ruang di mana ekspresi musik memenuhi
1Wawancara dengan Plongo pada tanggal 26 juli 2016 di lampu merah perempatan ringroad UPN Jogjakarta
45
politik masyarakat dan norma-norma sosial, mereka menggunakan musik sebagai
ekspresi untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang tidak
memihak terhadap masyarakat kelas bawah (Christopher 2011).
Para Punkers pun sering membuka obrolan yang sangat berdekatan dengan
isu-isu ekonomi-sosial-politik-budaya yang sedang hangat dan beredar.
Kebanyakan hasil diskusi mereka berdasarkan pandangan masing-masing Punkers
yang dibuat menjadi tema, lirik lagu yang kaya akan kritikan. Event musik
beraliran Punk merupakan hal yang sangat dinanti oleh para Punkers, selain
sebagai ruang berekspresi acara musik tersebut menjadi tempat berkumpulnya
banyak Punkers yang bukan dari Yogyakarta saja untuk saling bertemu dan
melakukan reuni karena lama tak bertemu. Dorongan untuk membentuk event
musik Punk diawali dari kegiatan nye-treet yang sering kali memunculkan obrolan
mengenai penyelenggaraan event musik. Adapun Event musik di Yogyakarta yang
telah berhasil diselenggarakan oleh komunitas Punk Yogyakarta, antara lain
Yogyakarta Hari Ini, Yogyakarta Brebeg, Sunday Morning, serta Here Comes The
Bastard.
Proses pelaksanaan event musik tersebut sering kali bermula dari gagasan
beberapa Punkers ketika sedang berkumpul dan mengobrol,kemudian usul-usul
tersebut di kembangkan menjadi sebuah rapat besar yang melibatkan banyak
anggota komunitas Punk yang ada di Yogyakarta melalui perwakilan dari masing-
masing tempat. Setelah mencapai kesepakatan bersama para Punkers dimasing-
masing wilayah akan bekerjasama dan saling membantu untuk mengumpulkan
dan memberikan donasi berupa uang ataupun meminjamkan alat-alat musik, lalu
informasi penyelenggaraan menyebar melalui media maya, komunikasi intens
lewat media maya banyak menarik Punkers dari luar kota agar turut meramaikan
event-event Punk yang diselenggarakan di Yogyakarta serta tak sedikit dari
mereka menetap lama ditempat-tempat kerabat Punkers mereka seperti di rumah
singgah.
46
Pada tahun 2008 sekelompok Punkers Condong Catur memiliki Idea untuk
membentuk sebuah usaha berbasis kedai sekaligus menjadikanya rumah singgah
ataupun tempat istirahat bagi para Punkers yang sedang berada di Condong Catur,
sebagai suatu langkah menciptakan ruang baru dalam menyalurkan aspirasi serta
kebebasan berekspresi yang berkaitan dengan perjuangan bersama mereka selama
ini. Ide untuk membuka usaha kedai sendiri mereka temukan setelah melakukan
pengamatan, konsep warungan ataupun tempat nongkrong dianggapnya
merupakan media yang efektif untuk menyalurkan aspirasi kepada orang-orang
diluar komunitas. Dikarenakan interaksi yang dilakukan terus berjalan sehingga
memberikan peluang besar ataupun ruang untuk semua kalangan dalam
melakukan proses interaksi, seperti contohnya diskusi.
Hingga masuk pada tahun 2010 rencana tersebut dapat terealisasi, dalam
melaksanakan rencananya para Punkers pun sadar diri dan berusaha menunjukan
usaha baiknya kepada pemilik tanah yang secara suka rela memberikan
kesempatan bagi mereka untuk menghuni dan mengembangkan tanah kedai.
Tidak seperti pemodal besar yang dengan mudah dapat mewujudkan rencananya
hanya dengan mengeluarkan biaya banyak, realisasi usaha yang dilakukan
Punkers tersebut pun dilakukan secara perlahan dan bertahap. Mereka
bekerjasama mengumpulkan uang sedikit demi sedikit bahkan memanfaatkan
sisa-sisa material bangunan yang didapatkanya dari orang-orang yang hendak
membuang material bekas. yang sekiranya bisa digunakan untuk mengembangkan
infrastruktur di Kedai Keblasuk seperti kayu, batu, dan sebagainya. Seperti yang
dijelaskan oleh Cangak2,
“Bisa dikatakan kami itu numpang, dan menyadari juga kalo kami
numpang, kami pun mengusahakan bagaimana caranya yang punya
rumah juga ikut senang, kita sebenernya juga sudah kerasan dan
beruntung sudah diberikan kesempatan untuk menjaga rumah dan
diberi kebebasan untuk berekspresi terhadap tanah ini. Kami pun
mendapatkan material ini dari info-info teman-teman yang
2Wawancara dengan Cangak pada tanggal 27 juli 2016 di Kedai Keblasuk Jogjakarta
47
memberikan informasi mengenai renovasi rumah yang akan
dibangun rumah permanen dan kami mengelobi siapa tahu ada
bahan-bahan bekas yang masih bisa digunakan untuk sebisa
mungkin “dibuang” ke tanah kedai ini lantararan masih mempunyai
tanah yang kosong untuk menampung itu semua, seperti kayu dan
lainya.Aslinya bukan minta tapi membuang, malah hampir seperti
sampah ya material itu buat mereka, tapi kan kita juga memberi uang
rokok sebagai ucapan terima kasih, eh malah kami yang dikasih oleh
orang yang membuang “terimakasih sudah membantu membersikan
material bekas” padahal itu yang kami butuhkan.”
Dalam Kedai Keblasuk terlihat transformasi modal sosial antar Punkers
menuju modal ekonomi lewat wujud usaha, dari kelompok nirlaba menuju sektor
ekonomi. Kekuatan modal sosial lewat serangkaian pengalaman dan prinsip
bersama para Punkers menjadi sumber kekuatan dalam keberlangsungan usaha
Kedai Keblasuk. Hal tersebut didukung dengan temuan-temuan fakta saat peneliti
mengadakan pengambilan data lapangan. Keberlangsungan usaha Kedai Keblasuk
merupakan hasil dari proses interaksi dan relasi lewat hubungan-hubungan
bersifat familistik yang terbentuk, bahwa semua pekerja Kedai Keblasuk ialah
para Punkers sehingga memunculkan rasa kepemilikan secara kolektif bagi
mereka yang menghuni kedai.
48
5.1.2. Kedai Keblasuk : Kritik Negara dan Kapitalisme, Membangun Modal
Sosial
Menurut Craig O’Hara dikutip dari buku Philosophy of Punk (1999)
mengatakan, filosofi yang mendasari semua aktivitas dan usaha Punk dalam
menjalankan komunitasnya adalah D.I.Y (Do It Yourself). “Kita tidak perlu
bergantung pada para pengusaha berduit untuk mengatur dan menyokong
kesengangan kita, hanya untuk profit yang akhirnya juga akan jatuh ke dompet
mereka. Kita dalam komunitas Punk ini bisa bikin pertunjukan sendiri,
mengorganisir demonstrasi, merilis rekaman-rekaman kita sendiri, menerbitkan
buku dan zine, mengelola distribusi sendiri untuk hal-hal yang kita produksi
(kaset, zine, mechandise), buka toko kaset sendiri, mendistribusikan literatur,
mengkampanyekan boikot, dan berpartisipasi aktif dalam aktivisme sosial-politik.
Kita yang mampu melakukan ini semua, bukan mereka (businessman, pemerintah,
perusahaan) dan kita bisa melakukannya dengan efektif. Apa ada subkultur lain
yang mempunyai kekuatan aksi dan filosofi se-independen seperti ini?”
Masuk pada pembahasan mengenai usaha kedai, jika diselaraskan dengan
prinsip Punk yang mencoba untuk mandiri didalam konsep D.I.Y dan terkenal
dengan istilah Anti Consumerisme. Para Punkers sangat mengedepankan prinsip
independent, suatu kemandirian yang secara bebas dapat melakukan sebuah wujud
pilihan hidup atas dirinya sendiri dan dirinya sebagai kelompok Punk selama
pilihan tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi dan secara kolektif.
Cangak menjelaskan3,
“Punkers memiliki istilah anti konsumerisme, acuan tersebut
digunakan sebagai simbol penolakan terhadap kebutuhan-kebutuhan
praktis yang diperjual belikan, padahal seorang individu tersebut bisa
membuat sendiri secara mandiri, intinya berdirarkilah tanpa terikat
sistem maupun birokrasi yang sudah mapan.”
3 Wawancara dengan cangak (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 24 juli 2016 di Kedai
Keblasuk
49
Dalam sudut padang Punkers juga ditekankan prinsip Anti Kapitalisme,
Sedangkan secara umum membuka usaha berbasis kedai yang melibatkan
hubungan eksternal kelompok, seperti pembeli dan pelanggan merupakan bagian
dari kegiatan dari proses berjalanya sistem kapitlaisme. Secara umum, kegiatan
usaha sangat tidak relevan dengan prinsip dari para Punkers dalam
memprinsipkan konsep anti kapitalisme, hal tersebut dikarenakan kegiatan usaha
adalah inti dari dari proses sistem pemodal yang berpatok pada keuntungan usaha
dalam mendapatkan laba. Berdekatan dengan prinsip D.I.Y mereka dalam
merasionalkan konsep anti kapitalisme, Cangak menjelaskan4,
“Sebenarnya apa yang dibenci dari kapitalisme? apakah produknya?
sebenarnya tidak itu kan? yang dimaksud dengan anti kapitalis tidak
diartikan secara harafiah, tapi lebih menolak terhadap sistem yang
tidak bisa memanusiakan manusia. Lebih diartikan sebagai
memperbudak. Jika membuka usaha kedai kan mau tidak mau harus
tercebur didalam sistem itu sendiri, namun jangan sampai
terpengaruh dengan keglamoran dari kapitalisme itu sendiri. Sebagai
contoh, kedai ini tidak mempunyai bos namun sistemnya masih
berjalan, namun sistem tersebut berpatok pada nilai-nilai bersama
yang sudah disepakati, ya D.I.Y dan equality.”
Berjalanya usaha Kedai Keblasuk yang dilakukan oleh para Punkers
semata-mata tidak hanya didasarkan pada dorongan-dorongan bersifat ekonomis,
tingginya loyalitas terhadap prinsip yang mereka pegang seperti anti terhadap
konsepsi umum kapitalisme tentang kompetisi dimana siapa yang kuat, merasa
berkuasa, dia bisa senaknya menindas, melupakan kemanusiaan orang lain yang
lebih lemah darinya, lalu ketidak mampuan pemerintah dalam mensejahterakan
kaum marjinal, dan lainnya, mengalir dalam keberlangsungan dan pengembangan
Kedai Keblasuk. Pola usaha yang tidak terfokus pada keuntungan namun lebih
diarahkan sebagai ruang baru bagi para Punkers untuk mengimplementasikan
4 Wawancara dengan cangak (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 24 juli 2016 di Kedai
Keblasuk
50
kebebasan berekspresi tanpa terikat pada lembaga ataupun institusi mapan, dalam
kerangka tersebut terdapat muatan gerakan didalam Kedai Keblasuk dalam
memberikan nuansa kritik terhadap sistem-sistem yang mereka anggap bobrok.
Plongo menjelaskan5,
“Secara tidak langsung usaha ini juga merupakan ruang berekspresi,
menunjukan kebisaan kita, selain itu sebenernya juga ingin mengejek
Negara mas, lah sekarang orang-orang seperti kita ini dipikirnya wah
orang-orang macam apa ini, terus dimasukin, di tangkep Satpol PP
lah, dianggap orang kurang sosial, dan yang lain. Sebernya juga
pengin ngejek dan ngritik ke orang-orang umum mas, kalo kaya
kami juga bisa membuka usaha kaya orang lain.”
Jika dilihat mengunakan konsepsi yang dikembangkan oleh Bourdieu,
jaringan sosial merupakan elemen penting dalam modal sosial yang terbangun
lewat interaksi-relasi-jaringan. Hadirnya wujud usaha yang dilakukan oleh
Punkers seperti contohnya Kedai Keblasuk merupakan wujud identitas perjuangan
ataupun pemberontakan baru bagi para Punkers. Relasi didalam Network Of
Friend yang terbangun pada saat masih hidup dijalanan menciptakan rasa saling
percaya, kesetaraan dan rasa saling memiliki antar individu didalam komunitas
yang telah berlangsung lama hingga sampai pada kehadiran Kedai Keblasuk.
Modal Sosial yang berada diantara para Punkers mendasari mereka dalam
mempertahankan serta mengembangkan usaha hingga saat ini.
Menurut Fukuyama (2001), modal sosial adalah norma informal yang di
dalamnya ada kerjasama antara individu atau lebih. Modal sosial yang terjadi
dalam aktivitas Kedai Keblasuk diwujudkan dengan keberlangsungan hubungan
yang terjadi dalam komunitas, atau yang disebut mereka sebagai Network Of
Friend, dalam prespektif modal sosial hubungan-hubungan tersebut dipengaruih
oleh 3 unsur yaitu kepercayaan, jaringan, serta nilai dan norma.
5 Wawancara dengan Plongo (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 26 juli 2016 di Kedai
Keblasuk
51
Dalam konsep Putnam modal sosial memiliki tiga komponen: jaringan,
kepercayaan, norma. Sesuai dengan fakta yang peneliti amati, kegiatan berkedai
yang dilakukan oleh para Punkers memunculkan modal sosial yang terjalin lewat
sebuah jaringan yang disebut sebagai Network Of Friend. Tindakan bersosialisasi
yang dilakukan para Punkers juga didasarkan pada nilai dan norma bersama yang
secara tidak langsung telah disepakati, berjalanya kedai semakin memunculkan
esensi-esensi nilai dari interaksi para anggotanya seperti Kebersamaan, rasa
persaudaraan dalam wujud equality (kesetaraan), jiwa kepedulian yang dilihatkan
dengan cara saling bergotong royong, saling membantu antar satu sama lain.
Sedangkan sifat saling percaya yang terjadi antar sesama para Punkers lebih
bersifat familistik.
Kepercayaan(trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil
resiko dalam hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang
lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa
bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang
lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya.Tumbuhnya rasa saling
percaya antar sesama Punkers sangat dipengaruih oleh pengalaman kolektif
mereka dalam membangun hubungan dengan orang-orang yang mereka anggap
menjadi bagian dari keluarga mereka, yang dalam susah maupun senang mereka
akan selalu bersama. para Punkers lebih memperkuat hubungan hanya didalam
komunitasnya saja serta tak menutup kemungkinan bagi mereka dalam
berinteraksi dengan masyarakat umum yang bisa menghargai mereka, seperti yang
tertera pada hasil wawancara bersama kijing sebagai berikut6,
“Emang kita hidup di lingkaran komunitas, tapi kalo ada orang diluar
komunitas mau tau tentang kehidupan kita, ya kenapa engga, ya gak
terlalu vulgar-vulgar banget, kalo mau tau ya sini kalo engga ya ga
papa palahanya.”
6 Wawancara dengan Kijing pada tanggal 9 September 2016di lampu merah perempatan ringroad UPN
Jogjakarta
52
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, Keterbukaan yang
terbatas bagi mereka untuk menerima interaksi diluar kelompok secara tidak
langsung membuka ruang dari mereka untuk menerima kehadiran-kehadiran baru,
siapapun yang ingin mengetahui terlebih untuk bergabung dalam komunitas
mereka. Proses penerimaan seseorang yang baru bergabung didalam komunitas
tentunya tidak didasarkan lewat perjanjian secara tertulis, syarat-syarat formal,
ataupun kemampuan khusus, melainkan lebih dilihat dari bagaimana seseorang
mampu menunjukan kejujuran, loyalitas, sikap solidaritas, apa adanya, serta dapat
menjalani prinsip-prinsip yang menjadi dasar hidup serta ciri khas para Punkers
yang dapat dilihat dari proses interaksi keseharian mereka secara bersama. Pada
sisi inilah konsep kepercayaan dapat terlihat.
Jalinan interaksi yang yang dilandasai dengan trust (percaya) dalam
Network Of Friend menciptakan kondisi yang mampu menghilangkan sekat
sosial, dalam hubungan antar Punkers tidak terdapat suatu penggolongan status
sosial yang menciptakan kelas sosial seperti faktor usia, senioritas-junioritas,
pendidikan, ataupun latar belakang, seperti kegiatan berdagang pada umumnya.
Jaminan tersebut memberikan sebuah nuansa kebebasan bagi seorang Punkers
untuk mengutarakan pendapat dan memberikan kontribusi untuk kepentingan
kolektif tanpa adanya ketakutan dan rasa tidak enak hati, dengan dasar bahwa
pendapat ataupun pilihanya dapat dipertanggung jawabkan secara rasional dan
bila menyangkut kepentingan kelompok harus melalui tahapan konsensus
bersama. Kijing mengatakan7,
“Komunitas kan kaya keluarga, kaya temen kan harus saling
percaya. Ya kita lakuin yo lakuin aja, Di komunitas Punk, ada yang
dari tua sampe yang baru tapi kita ga memandang senioritas,
senioritas itu fucking ass hole, kita setara lah,equality.”
Tidak adanya sekat dan batasan antar sesama anggota serta sikap
menghargai persamaan hak mempermudah proses menentukan pilihan,
7 Wawancara dengan Kijing pada tanggal 9 September 2016 di lampu merah perempatan ringroad UPN
Jogjakarta
53
pertukaran informasi, serta pengambilan keputusan, dalam berbagai hal didalam
komunitas mereka, seperti halnya adanya informasi jika ada seorang Punkers
yang mendapatkan kekerasan fisik maka para rekan-rekanya akan berusaha
melakukan wujud kepedulian dan keadilan bagi mereka dengan cara yang sama
meskipun tuntutan hukum menghantui mereka sebagai tantangan. Tidak hanya
pada konteks kekerasan saja, informasi ataupun pendapat seperti halnya isu sosial,
politik, lingkungan, dan lainya, yang didapat oleh para individu dan berkaitan
dengan jalan hidup mereka akan senantiasa diperbincangkan, hingga sampai pada
manajemen dan pengembangan Kedai Keblasuk.
Berbeda dengan kegiatan usaha pada umumnya, para Punkers kedai
keblasuk sangat menjunjung tinggikan kebersamaan dan kekerabatan yang sama
dan setara ketimbang penghasilan ataupun keuntungan ekonomis. Tidak adanya
struktur kerja yang mapan tak mempengaruih proses dan keberlangsungan kedai
keblasuk, hal tersebut dapat diantisipasi dengan kebebasan individu serta
intensnya komunikasi yang dilakukan antar Punkers dalam mengambil pilihan
serta membagi peran dalam menjalankan usaha Kedai Keblasuk, sehingga mereka
secara sadar dapat menentukan masa depan kedai dan siap menerima resiko serta
bertanggung jawab atas pilihanya, tanpa takut berlawanan dengan sistem diluar
mereka yang kerap mengikat seperti sistem kapitalisme yang mereka pahami.
Plongo menjelaskan8,
“Kapitalis itu adalah sistem atau orang yang ingin mengeruk
kekayaan ataupun keuntungan sebanyaknya tanpa mimikirkan,
mempedulikan kesengsaraan orang lain. Kalo jualan seperti ini ya
gak kapitalis mas, setiap orang butuh makan, butuh sandang juga.
Makan kan merupakan hak setiap manusia kan? Makan kan hak
hidup mas, dan menurut saya kapitalis itu merauk keuntungan
sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan orang lain sih mas, seperti
pemilik modal besar, dan banyak mempekerjakan orang lain dengan
bayaran yang tidak selayaknya, memperbudak manusia. Tapi kalo
8Wawancara dengan Plongo pada tanggal 26 juli 2016 di lampu merah perempatan ringroad UPN Jogjakarta
54
kami sendiri cari duit hanya untuk sekedar makan masa dikira
kapitalis sih mas.”
5.1.3. Usaha Tak Bertuan : Do It Yourself
Seperti halnya pada saat mengamen, membuka Kedai Keblasuk juga
termasuk bagian dari D.I.Y, selain menyalurkan aspirasi mereka pun dapat
mengais rejeki tanpa meminta-minta, bagi sebagian Punkers uang hasil bekerja
tersebut digunakan untuk menunjang kepentingan-kepentingan komunitasnya
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dalam kerangka pengertian mengenai D.I.Y
terdapat sebuah semangat hidup yang berpijak atas kebebasan dan rasionalitas
seorang individu dalam menentukan pilihan yang bisa dipertanggung jawabkanya.
Cangak mengatakan9,
“D.I.Y kan pengertianya Do It Yourself yang berarti jadilah dirimu
sendiri, dalam pengertian menjadi mandiri, mencoba menyelesaikan
apa-apa sendiri tanpa tergantung pada orang lain. D.I.Y pun pada
dasarnya etika yang membangun kerangka berpikir, dalam
pengertian yang lebih dalam D.I.Y sendiri menjadi sebuah acuan
seseorang untuk mengembangkan serta memberdayakan diri secara
mandiri.”
Jalanya usaha Kedai Keblasuk tidak dibatasi oleh sebuah aturan-aturan
formal yang mengedepankan otoritas yang dipegang oleh seorang senior,
penguasa, atau bos seperti usaha pada umumnya, semua orang yang terlibat dalam
pengelolaan Kedai Keblasuk memiliki kebebasan mutlak dan penuh dalam
melakukan ataupun wujud kreatifitas selama idea tersebut dikonsensuskan dan
tidak berbenturan dengan prinsip serta keinginan bersama didalam komunitas.
Diistilahkan kedai tersebut No Master, No Goverment, Just Human, tidak ada tuan
tidak ada yang memerintah, hanya ada manusia, sehingga para Punkers yang
9 Wawancara dengan Cangak (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 24 juli 2016 di Kedai
Keblasuk
55
berada dikedai berjalan atas dasar keinginan dan kesadaran masing-masing selama
kebebasanya tidak merenggut kebebasan orang lain atau hanya memikirkan
kepentingan pribadi10
.
Modal sosial yang terwujud dalam kegiatan usaha Kedai Keblasuk yaitu
kerjasama dan rasa saling percaya antar sesama Punkers dan pihak eksternal yang
mereka anggap kerabat. Dimensi kerjasama tersebut menunjukan bahwa
sesungguhnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang melibatkan kerjasama antar
pekerja tidak didasarkan oleh keuntungan ekonomi individul, namun lebih kepada
jalinan hubungan kekeluargaan dan persaudaraan menjadi point penting dalam
melakukan kegiatan usaha untuk kepentingan bersama mereka. Hal tersebut
terlihat dari cara mereka ketika saling membantu, pembagian kerja yang
melibatkan setidaknya 2 (dua) orang seperti berbelanja, memasak, membuat
minuman, mengatur parkiran, menjaga kasir, dan lainnya, tidak didasarkan pada
paksaan ataupun kehendak otoriter namun lebih mengedepankan kesadaran
seorang individu yang merasa sanggup dan mampu melaksanakan sebuah pilihan
dan bertanggung jawab atas pilihannya melalui perbincangan-perbincangan
ringan sehari-hari.
Selain itu bagi para Punkers yang sedang tidak beraktivitas akan turut
membantu seperti mencuci piring, membelikan rokok, mengisi bak mandi secara
berkala, ataupun bergantian jika ada yang “benar-benar lelah”, proses pembagian
dan pergantian tersebut didasarkan atas kesadaran diri. Model pembagian kerja
tersebut serupa dengan cara mereka dalam mengais rejeki pada saat dijalanan,
pada sisi tersebut kerja sama antar para Punkers yang sedang mengelola kedai
terlihat.
Dalam bidang keahlian yang erat kaitanya dengan memproduksi makanan,
hadirnya Kedai Keblasuk turut dipengaruih oleh gerakan pada saat lalu, di mana
para Punkers pada saat masih nye-treet pernah melakukan gerakan massa yang
dijuluki sebagai Food Not Bomb, gerakan tersebut memusatkan perhatian pada
10 Wawancara dengan Plongo (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 26 juli 2016 di Kedai
Keblasuk
56
kontradiksi yang melekat pada kegagalan sistem sosial untuk menyediakan
makanan dan tempat tinggal untuk setiap masyarakat kelas bawah, sementara
pada saat yang sama mengeluarkan uang ratusan milyar untuk mendanai perang-
perang yang tidak berbudi dan kekerasan Negara11
. Punki menjelaskan,
“Food Not Bomb seperti demo kecil untuk memprotes Negara,
kenapa sih harus membeli senjata, tank, lalu membeli alat perang
yang baru padahal bukanya kita udah merdeka? kalo untuk membeli
barang-barang seperti itu biayanya kan banyak, kenapa gak dibuat
untuk hal-hal penting yang perlu untuk masyarakat-masyarakat yang
belum mampu.”
Para Punkers yang tergabung dengan partisipan diluar kelompoknya,
ketika melakukan gerakan Food Not Bomb memasak dan membagi-bagikan
makanan vegetarian sambil membagi-bagikan selebaran kepada seluruh kalangan
yang terkhusus kalangan menengah kebawah, gerakan tersebut dilakukan oleh
internal kelompok yang secara mandiri dilakukan tanpa meminta siapa-siapa.
Seperti mengambili sisa-sisa sayuran dipasar yang masih bersih dan masih
higienis sehingga bisa diolah menjadi bahan makanan.
Namun dalam memilih bahan-bahan makanan yang akan diolah pada saat
menjalankan kedai tentunya para Punkers tidak menggunakan sisa-sisa sayuran
seperti pada saat melakukan gerakan Food Not Bomb. Para Punkers secara
langsung membeli bahan dasar makan dari produsen dan sebisa mungkin tidak
melalui sistem distribusi pasar yang menjerat. Selain bisa mendapat harga yang
lebih murah, transaksi langsung yang dilakukan para Punkers dengan produsen
diharapkan dapat memecahkan rantai distribusi pasar yang penuh dengan ketidak
adilan karena keuntungan lebih besar didapatkan oleh distributor ketimbang
produsen.
11 Wawancara dengan Pungki (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 27 november 2016 di Kedai
Keblasuk
57
Punkers Kedai Keblasuk memanfaatkan relasi-relasi yang pernah
terbangun seperti halnya dengan Setya salah seorang supplier bahan baku
makanan sekaligus orang yang membantu mempromosikan kedai karena
memiliki relasi yang luas dikalangan para mahasiswa, Ia juga memiliki peranan
penting dalam penyalur akses para Punkers dalam membeli bahan baku makanan
yang diambilnya langsung dari produsen tanpa melalui distributor. Kepercayaan
(trust) kepada seseorang diluar komunitas Punkers dalam hal ini sangatlah
nampak, hubungan yang terbangun antar Punkers dengan supplier sekaligus biro
promosi ini diawali dari kedekatan mereka semasa melakukan gerakan bersama
dalam aksi Food Not Bomb pada tahun 2005.
Dalam menerapkan sistem keadilan yang lebih bersifat komunal terkait
dengan konteks persaudaraan para Punkers yang menjunjung tinggikan jargon
sama rasa, sama rata, Kedai Keblasuk berjalan tanpa membeda-mbedakan gaji
pokok secara personal sebagai bentuk tanggung jawab karena berdirinya kedai
dilakukan secara bersama-sama. Mereka berkomitment untuk sebisa mungkin
menabung uang hasil kerja bersama demi hal-hal atau kebutuhan yang sekiranya
sangat penting, seperti menyumbang teman yang sedang menikah, membantu
administrasi teman yang akan melahirkan anak, untuk melakukan pengembangan
kedai, untuk minum bersama, dan lain-lain.
Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan pribadi di mana semua manusia
memiliki keinginan untuk setidaknya bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan selain
kebutuhan primer individu seperti contohnya untuk membeli pulsa. Dalam
memenuhi itu semua para Punkers yang turut bekerja di Kedai Keblasuk kerap
meluangkan waktu sebelum Kedai Keblasuk buka pada jam 16.00 WIB, seperti
mengambil part-time menjadi tukang las, berjualan es juice, menattoo, Sablon dan
lainnya. Adapun para Punkers yang masih menjalani aktivitas mengamen namun
tidak di pinggir jalan besar tetapi di perkampungan dan pemukiman.
58
Seperti apa yang dijelaskan oleh Tremor yang merupakan pendiri Beyond
the Barbed Wire Zine, beranggapan bahwa D.I.Y lebih jauh merupakan sebuah
alternatif dan menjadi sebuah dunia tandingan terhadap dunia yang secara tidak
langsung memagari kita, yang selalu melarang kita untuk mengetahui apa yang
terjadi diluar kawat berduri dan mendikte kita tentang apa yang kita mau dalam
hidup. Kita semua ingin membuat tenda-tenda di luar sana, akhirnya kita
berkomunitas secara sporadik, tidak terpusat, mengorganisir diri sendiri, meludahi
hirarki dalam usaha penghancuran kawat berduri tersebut. Kemudian kita semua
kembali memiliki kendali dalam inisiatif atas hidup kita sendiri.12
5.1.4. Do It Yourself : Membangun Nilai Norma Kebersamaan
Norma merupakan suatu bentuk aturan baik itu bersifat tertulis maupun
tidak tertulis yang senantiasa dipatuhi dan dijalankan oleh individu dalam setiap
perilakunya.Norma sosial merupakan suatu bentuk norma yang sifatnya lebih
sosial, norma sosial ini lebih mengarah kepada suatu bentuk aturan yang dipakai
individu dalam melakukan hubungan sosial atau interaksi sosial dengan individu
lain, dalam kehidupan kelompok punk terdapat norma yang menjadi acuan
bersama yaitu D.I.Y (Do It Yourself)
Dalam Cakrawala Newsletter yang diterbitkan Dewan Mahasiswa Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (2005) Punk bukanlah sekadar musik
belaka. Punk adalah gaya hidup yang bisa mengubah hidup dirinya sendiri bahkan
juga lingkungan di sekitarnya. Bahkan Punk lebih dari semua itu, Punk adalah
ideologi. Ideologi yaitu cara berpikir seseorang atau kelompok yang membentuk
sekumpulan konsep bersistem, berupa pemahaman, maupun teori dengan tujuan
tertentu.Ideologi tersebut merasuk kedalam konsep yang sangat dipegang
teguhkan oleh para Punkers, yaitu D.I.Y (Do It Yourself) sebagai jiwa serta nilai
bersama.
12
Diambil dari BEYOND THE WIRE ZINE, ISSUE 01/2005
59
Bagi sebagian besar orang Indonesia mendengar kata D.I.Y secara sepintas
dimengerti sebagai arti kota, Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun anggapan itu
sangat melenceng jauh jika kita masuk dalam konsepsi berpikir para Punkers.
D.I.Y merupakan cara pandang hidup yang dimiliki oleh setiap Punkers dalam
menjalani kebebasanya. Kijing salah seorang street Punk yang masih aktif
menjalani hidup di jalan berpendapat13
,
“Di Punk itu bukan hanya nongkrong dijalan, mabuk, dan ngamen.
Disini kita membuka kedai, atau kadang juga ada yang buka
sablonan, semisal butuh screen lagi untuk buat apa, kita berkarya
sendiri, kita berusaha tanpa mengharap, selagi bisa berusaha jangan
berharap sama orang lain. Itu istilahnya D.I.Y, bukan Daerah
Istimewa Yogyakarta.”
Dalam memahami hal-hal prinsipil dan norma kolektif yang berhubungan
dengan relasi mereka, sebagian Punkers menganggap etika Do It Yourself hanya
terbatas masalah musik. Sebagian yang lain memandang etika Do It Yourself
adalah pegangan dalam keseluruhan hidup Punkers. Meskipun berbeda dalam
menafsirkan etika Do It Yourself, tidak ada Punkers yang mempermasalahkan hal
tersebut. karena para Punkers saling menghargai perbedaan pemikiran masing-
masing sebagai wujud kebebasanya. Dalam upaya menghargai setiap perbedaan
serta kebebasan, didalam konsep Do It Yourself terkandung sebuah nilai
kebersamaan dan kesetaraan (equality) yang mempersatukan satu dengan yang
lainya, yang diartikan juga sebagai Do It With Friend. Pengertian friend adalah
orang yang berada dalam Network Of Friend dalam komunitas Punk, ataupun
aktor eksternal yang bekerja sama bukan untuk memanfaatkan Punk sebagai
kepentingan pribadi. Seperti yang dijelaskan oleh Plongo tentang equality14
,
13 Wawancara dengan Kijing pada tanggal 9 September 2016di lampu merah perempatan ringroad UPN
Jogjakarta
14 Wawancara dengan Plongo pada tanggal 26 Juli 2016di lampu merah perempatan ringroad UPN Jogjakarta
60
“Equality itu kesetaraan, tentang persaudaraan, tentang kebersamaan,
tentang kesamaan, tentang persamaan tujuan, tentang persamaan
keinginan. Juga tentang rasa saling percaya sehingga kita bisa saling
tolong menolong,selain itu dari rasa saling percaya itu kita bisa
saling melakukan permbrontakan bersama-sama terhadap sistem
sekiranya bobrok, dan semoga kedepanya bisa mencapai perubahan-
perubahan terhadap sistem-sistem itu.”
Kebersamaan dan kesetaraan(equality) menjadi hal yang sangat berharga
bagi para Punkers, berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, segala sesuatu
yang dilakukan oleh para Punkers sangat identik dengan kebersamaan yang
setara, bekerja sama, dari bersama, untuk kepentingan bersama, tidak ada
pengelasan ataupun perbedaan status sosial. Hal tersebut terlihat dari aktivitas
yang mereka lakukan dijalananan orasi atau mengamen, unjuk rasa, menentang
ketidak adilan, menentang sistem yang dianggap mapan namun tak manusiawi,
bahkan hingga melakukan kegiatan usaha bersama seperti Kedai Keblasuk yang
dikelola oleh para Punkers di Condong Catur, Depok, Yogyakarta.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, kebersamaan yang setara
didalam hubungan antar Punkers sangat mengedepankan kejujuran, loyalitas
dalam bersolidaritas. Hal tersebut dapat di terlihat dari keseharian mereka yang
komunal pada saat hidup dijalanan maupun ketika melakukan kegiatan usaha
kedai. Nilai-nilai serta norma yang terjalin didalam hubungan keseharian mereka
dipengaruih oleh dorongan untuk menerapkan kejujuran dalam sikap solidaritas
bagi sesamanya, seperti nilai tentang rasa saling memiliki antar satu sama lain, hal
tersebut mendorong mereka untuk saling merawat serta menghargai apapun yang
menjadi bagian dari mereka, dalam konteks kebendaan mereka akan merawat
serta menjaga apapun yang merupakan milik anggota kelompoknya seperti hp,
motor, bahkan kebersihan kedai.
61
Selaras dengan prinsip independent mereka yang merasuk dalam konsep
Do It Yourself, menghendaki setiap Punkers untuk bisa bertahan serta
bertanggung jawab atas dirinya dan pilihannya. Dalam konteks pengambilan
keputusan bersama para Punkers bebas mengemukakan pendapat pro ataupun
kontra dan dibebaskan untuk memilih, seperti halnya pada sasat berdialog
mengenai keberlangsungan Kedai Keblasuk. Jika setuju seorang Punkers akan
bertahan dan bersama-sama melakukan tanggung jawab untuk merealisasikan
tujuan kolektif yaitu menjalankan aktivitas Kedai Keblasuk, jika menolak
kecenderungan seorang Punkers masih bertahan untuk nye-treet, dan
menghormati pilihan rekan-rekanya namun tidak secara wajib melakukan sesuatu
yang bukan menjadi pilihan pribadinya, seperti halnya menjadi bagian dari usaha
Kedai Keblasuk yang bisa dilihat dari hasil wawancara dengan Plongo15
, yaitu:
“Lah semua orang kan sebenernya punya kebebasannya masing-
masing, lah selama kebebasan bisa saling menghargai kebebasan
yang lain ya ga papa to, beda pendapat itu lumrah, apa Cuma gara-
gara ada beda pilihan terus jadi ada batasan? Yo engga.”
Meskipun terjadi ketidak sepakatan pendapat, hubungan mereka masih
berjalan dan tetap terjaga, Kedai Keblasuk senantiasa terbuka bagi para Punkers
untuk berkunjung ataupun istirahat, sebuah bentuk solidaritas bagi sesamanya
ditunjukan dalam upaya menjaga hubungan serta keharmonisan dengan sesama,
seperti sikap gotong royong, saling menjaga kebersihan, saling berbagi rokok,
makanan, minuman ketika sedang santai, membawakan minuman keras untuk
rekan-rekan yang sedang bekerja, ataupun ikut membantu Punkers yang sedang
bekerja di kedai jika bosan dan tidak ada kegiatan dan bukan karena suruhan
ataupun paksaan. Selain itu wujud solidaritas antar sesama Punkers ditunjukan
lewat serangkaian dukungan-dukungan ketika Kedai Keblasuk akan didirikan,
terbentuknya Kedai Keblasuk sangat dipengaruih oleh besarnya dukungan dari
rekan-rekan lainnya diluar kedai yang secara kolektif turut membantu
15 Wawancara dengan Plongo pada tanggal 12 September 2016di Kedai Keblasuk, Yogyakarta
62
penggalangan dana atas hasil kreasi tanpa meminta-minta, seperti apa yang
diwacanakan oleh plongo16
,
“Awal mula terbentuknya kedai sih dari mengamen, jualan kaos,
emblem-emblen, pas aktif ngeband jualan kaset, dan teman-teman
pun banyak yang memberi dukungan, seperti teman ikut menikmati
musik kita, membeli seperti kaos sama emblem otomatis kan juga
ikut membantu kita, dan memberikan sumbangsih buat modal juga.”
Berdasarkan wawancara diatas terlihat hubungan sosial harmonis yang
diciptakan antar sesama Punkers tidak dibatasi pada kepentingan-kepentingan
pribadi serta lebih mendukung sebuah perkembangan yang sedang dilakukan
seorang Punkers secara mandiri serta tidak terdapat pengelasan maupun
perbedaan status sosial didalam hubungan mereka, terjadinya perbedaan pendapat
bukan menjadi batasan bagi hubungan sosial mereka, memberi dukungan
merupakan bentuk implementasi rasa solidaritas bagi sesama mereka meskipun
awalnya terjadi penolakan dari beberapa Punkers. Dukungan akan senantiasa
hadir asalkan suatu tindakan yang seorang Punkers lakukan tidak keluar dari
idealisme serta ideologinya sebagai seorang Punk sebagai nilai bersama mereka.
Dalam konteks perwujudan rasa solidaritas antar satu sama lain
mendorong mereka untuk bergotong royong serta saling tolong menolong. sikap
saling tolong menolong yang sering terjadi dan menjadi ciri khas dari kelompok
Punk, hal tersebut didasarkan pada bentuk hubungan antar individunya yang
mengarah pada kekerabatan bersifat familistik yang dapat diidentikan lewat
penampilan fisik. Sikap tolong menolong dapat dilihat dari cara mereka dalam
memberikan pembelaan terhadap rekan-rekanya yang sedang mengalami masalah
pada saat dijalan dalam berbagai bentuk seperti melakukan aksi massa, membela
teman yang terintimidasi dengan cara fisik, saling tolong menolong ketika sedang
mengamen dengan cara bergantian.
16 Wawancara dengan Plongo pada tanggal 26 Juli 2016di Kedai Keblasuk, Yogyakarta
63
Berdasarkan pengamatan peneliti, pada saat usaha kedai berjalan sikap
solidaritas mereka tetap terjadi, ketika ada rekannya yang bekerja dikedai
mengalami sakit, secara otomatis tanpa harus dimintai tolong rekan-rekan lain
yang bekerja dikedai akan mengambil langkah secara bergantian untuk
menggantikan tanggung jawabnya dalam bekerja agar aktivitas usaha kedai masih
bisa berjalan dan sebagian yang lain akan merawat rekan yang sakit. Selain itu,
para Punkers diluar kedai yang kebetulan sedang singgah dan istirahat diKedai
Keblasuk pun melakukan wujud tolong menolong seperti ikut membersihkan
halaman, mencuci piring, ataupun berusaha untuk sopan dan santun ketika
bertemu dengan orang yang tidak dikenal diluar kelompoknya pada saat dikedai
dalam berbahasa mapun bersikap. Sikap saling tolong menolong merupakan
bentuk sebuah kerjasama yang mereka lakukan secara kolektif untuk kepentingan
kolektifnya.
5.1.5. Equality : Pangkal Jejaring Sosial
Dalam Cakrawala Newsletter (2005) lebih banyak dijelaskan mengenai
D.I.Y (Do It Yourself) dalam ideologi Punk, bagi sebagian orang hal itu
mengesankan Punker berjiwa individualis. Padahal tidaklah demikian, yang
dimaksud di sini adalah independen sebagaimana disebutkan Craig O’Hara, yaitu
tidak tergantung pada siapa pun. Selama sesuatu hal masih bisa kita lakukan
sendiri kenapa tidak kita lakukan?, yang menghapuskan individualis tadi adalah
semangat equality(kesetaraan) yaitu semangat kebersamaan dan persamaan hak,
sebagai contoh dalam sebuah band. Sebuah band Punk yang menganut D.I.Y akan
berusaha untuk menangani album mereka sendiri. Mulai dari proses produksi,
penggandaan sampai soal distribusi. Untuk menangani hal itu sangat berat jika
dilakukan oleh satu dua orang saja. Di sinilah mereka sangat memerlukan
kebersamaan. Semangat kebersamaan demi untuk mencapai tujuan bersama.
Kebersamaan dan kesetaraan merupakan hal yang paling penting dan
menjadi dasar bagi para Punkers dalam menjalani kehidupan secara kolektif pada
64
saat masih di jalanan hingga mewujudkan usaha kedai, apa pun dan bagaimana
pun keadaanya mereka akan selalu bersama. Seperti halnya ketika Kedai
Keblasuk sedang mengalami masa-masa ekonomi yang sulit, yang mengakibatkan
Kedai Keblasuk tutup sejenak. Para Punkers dengan sabar bertahan dan
bekerjasama mencari jalan keluar tanpa menggulung tikar dan sebisa mungkin
dapat berusaha untuk menyelesaikan problemnya tanpa tersangkut utang piutang
dengan dunia diluar kelompok mereka, seperti mengumpulkan iuran dari hasil
bekerja part time ataupun mengamen17
.
Jalinan Network Of Friend merupakan cerminan dari semangat Do It
Yourself, semangat kunci yang mempererat hubungan dan relasi kepada sesama
Punker, bahkan tak menutup kemungkinan kebersamaan dan kesetaraan itu
diimplementasikan pada hubungan dengan orang-orang diluar komunitas yang
telah mereka percayai, yang memberi dukungan dan menghargai mereka tanpa
adanya unsur kepentingan pribadi ataupun membawa hal-hal diluar komunitas
yang berpotensi merusak esensi dari Punk. Berdasarkan observasi yang peneliti
lakukan, Network Of Friend menjadi sebuah pedoman utama bagi para Punkers
dalam melakukan sebuah gerakan yang sangat erat kaitanya dengan Persamaan,
kesetaraan, kebersamaan, sikap solidaritas, serta rasa saling percaya antar satu
sama lain ketika pada saat berada dijalan maupun ketika bekerja dikedai.
Menentukan siapa yang dapat dipercayai diluar komunitas merupakan
kekuatan utama dari keberlangsungan kolektif para Punkers, meskipun dalam
kondisi tertentu para Punkers mau membuka diri terhadap dunia diluar kelompok
namun dalam menentukan jaringanya para Punkers tidak secara langsung
memandang dari latarbelakang serta kemampuan seseorang yang bisa menunjang
kepentingan, melainkan bagaimana seseorang tersebut dapat menghargai serta
mendukung mereka. seperti yang dijelaskan oleh Plongo mengenai relasinya18
,
17 Wawancara dengan Cangak pada tanggal 14 September 2016di Kedai Keblasuk, Yogyakarta 18 Wawancara dengan Plongo pada tanggal 26 juli 2016di Kedai Keblasuk, Yogyakarta
65
“Relasi memang dari dalam kelompok, tapi sebagian juga ada dari
orang-orang diluar kelompok yang mengerti dan mendukung kalo
kita melakukan gerakan ini. Seperti rekan, yang medukung
rekanyanya agar bisa bertanggung jawab dan berekspresi.”
Seperti relasi familistik yang di bangun oleh para Punkers terhadap yang
mereka anggap sebagai bagian dari Network Of Friend, contohnya Bapak Joko
sang pemilik tanah kedai. Hubungan yang terbangun dengan pak joko
pertamakalinya bersifat pertemanan yang didasarkan pada kebiasaan bertemu dan
bercerita tanpa adanya niatan untuk berkepentingan. Cangak menjelaskan19
,
“Pak Joko sering singgah di warnet dan kebetulan saya pada saat itu
membantu pekerjaan teman menjadi tukang parkir, beliau kerap
menengok keadaan tanah ini pada saat masih kosong dan mungkin
dia butuh teman untuk mengobrol usai menengok, dimulai dari situ
saya dan Pak Joko membangun komunikasi dan terasa asik, dan
beliau sendiri lama kelamaan sering nongkrong ikut mengobrol di
parkiran dan menjadi akrab.”
Keakraban yang terjalin antara Punkers dengan Pak Joko memberi
manfaat jangka panjang bagi para Punkers yang melahirkan tawaran dan
kesempatan untuk menghuni dan merawat tanah kosong tersebut secara gratis,
bangunan bermodel limasan yang rata-rata didominasi oleh bahan dasar kayu
dijadikan oleh para Punkers sebagai tempat singgah sebelum terbentuknya kedai.
luasnya tanah kosong serta alasan mendasar di mana para Punkers tidak memiliki
pemasukan sama sekali selain mengamen mendorong para penghuni kedai untuk
melakukan sebuah pertimbangan untuk mendapatkan pemasukan yang bisa
bersifat jangka panjang, kedai menjadi solusi final para Punkers berdasarkan
pertimbangan bersama dan mendapatkan persetujuan dari sang pemilik tanah.
Lebih lanjut, dalam perkembangan kedai pun turut dipengaruih oleh
kerjasama yang di bangun oleh Punkers dengan orang lain yang berperan sebagai
19 Wawancara dengan Cangak pada tanggal 27 juli 2016di Kedai Keblasuk, Yogyakarta
66
supplier penyedia bahan baku memasak didalam jaringan Network Of Friend,
seperti Setyaseorang lulusan UGM. Dalam penjelasanya ketika diwawancarai,
supplier tersebut banyak bergerak dalam bidang pertanian, lingkungan dan aktif
dalam kampanye pangan lokal, relasi yang dimiliki oleh Setyamemiliki potensi
berupa akses dalam pengadaan bahan baku makanan banyak bergerak dalam
bidang yang serupa denganya.
Upaya yang dilakukan dalam mendapatkan bahan baku oleh supplier
dengan cara membangun hubungan langsung dengan produsen, lewat cara
tersebut supplier berharap bahwa lewat pola pendistribusian tersebut dapat
memotong rantai distribusi sehingga dapat menciptakan keadilan bagi konsumen
maupun produsen, hal itu didasarkan pada ketidak adilan yang mereka rasakan
ketika keuntungan lebih banyak hanya dirasakan oleh distribusor pasar yang
berada ditengah-tengah rantai distribusi pasar.
Dengan adanya hubungan pertukaran secara langsung antar konsumen
dengan produsen akan mampu menciptakan keadilan harga diantara kedua belah
pihak, sehingga konsumen tidak mendapatkan harga yang terlalu tinggi dan
produsen dapat menjual dengan harga yang tidak terlalu rendah.Selain sebagai
penyedia bahan baku makanan, supplier tersebut juga memiliki peran sebagai
bagian promosi Kedai Keblasuk. media sosial menjadi alat utama dalam
memperkenalkan kedai keblasuk kepada konsumen yang rata-rata adalah
mahasiswa. Seperti apa yang dijelaskan oleh Setyaketika diwawancarai20
,
“Untuk saat ini konsumen kami ada disekitaran Kedai Keblasuk, jadi
karena disini dikelilingi ada 5 kampus ya kebanyakan adalah
mahasiswa yang datang keseini untuk ya berdiskusi, atau pertemuan
organisasi atau cuman sekedar nongkrong aja. Yang kita rutin laukan
untuk promosi saat ini media sosial, kita pake facebook dan twitter
itu selain bisa merangkul yang ada disekitar sini ternyata sudah bisa
merangkul konsumen yang kampusnya gak dekat dari sini misalnya
20 Wawancara dengan Supplier pada tanggal 8 September 2016di Kedai Keblasuk, Yogyakarta
67
kaya ugm itu lumayan mereka bisa mendat informasi lewat media
sosial akhirnya bisa kesini.”
Jika dilihat, hubungan yang terjalin antar para Punkers dengan orang-
orang didalan Network Of Friend memberi sebuah kemudahan dan keuntungan
antar satu sama lain. Para Punkers mendapatkan kemudahan dalam bentuk akses
terhadap penyediaan bahan baku yang secara langsung didapatkan lewat
produsen. Jika dilihat, hal tersebut mampu meminimalkan biaya transaksi, harga
yang harus dibayar oleh mereka tidak terlalu tinggi dan produsen mendapatkan
harga tidak terlalu rendah. Selain itu, hubungan para Punkers dengan bapak joko
memberi peluang besar pada mereka seperti mereawat, menjaga, serta
memanfaatkan tanah kedai tanpa dipungut biaya kontrak tanah sepeserpun.
Supplier dan pemilik tanah kedai pun mendapatkan keuntungan dari relasi
yang mereka bangun dengan para Punkers, secara bertanggung jawab para
Punkers menjalankan keinginan dari bapak joko untuk merawat dan menjaga
tanah kedai, dan Setyamendapatkan keuntungan dalam bentuk upah lewat
pekerjaanya dalam menyediakan bahan baku masakan, mempromosikan, dan
.turut mengelola Kedai Keblasuk.
5.1.6 D.I.Y : Konstruksi Modal Sosial Punkers
Menurut Tremor, sebagai pendiri zine yang bernama Beyond the Barbed
Wire, menjelaskan maksud pemilihan nama itu. Beyond the Barbed Wire yang
berarti Di Luar Kawat Berduri. Tremor berpendapat, dunia modern adalah sebuah
kamp konsentrasi besar, yang dibatasi oleh pagar kawat berduri. Kawat berduri itu
tajam, Kawat berduri telah dipasang untuk mencegah seseorang masuk, atau
bahkan seseorang keluar, dan dunia ada di balik pagar kawat berduri tersebut,
yang penuh dengan represifitas (secara fisik, mental, dan filosofis). Akan tetapi
banyak orang yang memilih untuk berusaha pergi melarikan diri dan hidup di luar
kamp konsentrasi tersebut. Ada yang berusaha lari melarikan diri tetapi justru
68
terjebak ke dalam dunia kamp konsentrasi lainnya, ada juga yang mebuat kamp
konsentrasi baru untuk dirinya dan orang sekitarnya, tapi ada juga yang berusaha
melarikan diri untuk kemudian bisa merencenakan penyerangan. Penyerangan
terhadap dunia yang penuh dengan ketidak beresan. Punk adalah salah satunya.21
Do It Yourself sebagai sebuah alternatif dan dunia tandingan dari sebuah
dunia yang memagari kita yang selalu melarang kita untuk mengetahui apa yang
terjadi diluar kawat berduri dan mendikte tentang apa yang kita mau dalam hidup.
Dalam memahami D.I.Y individu tidak bisa hanya sekedar memahami lewat
pemaknaan tanpa melakukan parktik kehidupan, Sehingga pemaknaan D.I.Y
sebagai etika para Punkers dapat bersifat variatif dan tergantung dari bagaimana
seorang individu mau dan mampu memahami dan menjalankanya.
Kehadiran Kedai Keblasuk merupakan sebuah alternatif Punkers Kedai
Keblasuk untuk keluar dari sistem yang mengekang kebebasan mereka,
Kebebasan dalam meluapkan ekspresi tidak terbatas oleh amatan-amatan pihak
ataupun institusi yang sangat menentang keberadaan mereka, seperti halnya
Satuan Polisi Pramong Praja yang kerap mereka hadapi. Kedai merupakan wujud
dari upaya defensif mereka dalam mempertahankan diri serta eksistensi
perjuangan yang membrontak, dalam mewujudkan gerakan tersebut, para Punkers
memanfaatkan kedai sebagai media bagi mereka dalam menyampaikan kritikan
dan keperihatinan yang mereka anggap lebih bisa diterima oleh negara dengan
lebih mudah, dalam kaitan ini yaitu masyarakat, dengan menggunakan cara seperti
lewat kegiatan-kegiatan berwujud seni lukisan, seni ketoprak, gambar-gambar di
dinding yang di gelar di Kedai Keblasuk, namun yang paling efektif bagi para
Punkers yakni diskusi secara langsung mengenai permasalahan sosial politik, atau
apa itu Punk, dan lainnya dengan orang-orang diluar kelompoknya yang
kebanyakan mahasiswa22
.
Proses Transformasi Punkers terjadi, Kelompok yang dahulunya bersifat
eksklusif terhadap realitas sosial di luar kelompok pada saat dijalan kini
21BEYOND THE WIRE ZINE, ISSUE 01/2005 22 Wawancara dengan Cangak pada tanggal 24 juli 2016di Kedai Keblasuk, Yogyakarta
69
cenderung mau membuka diri yang dapat dilihat lewat proses pelayanan sebaik
mungkin yang mereka berikan kepada pelanggan di kedai, serta mau menerima
masukan dalam berperilaku ketika sedang bekerja, seperti halnya mendapat
masukan dari pelanggan seperti menjaga kebersihan tubuh yang mendorong para
Punkers melakukan rutinitas mandi sebelum bekerja, tidak minum-minuman
didepan pelanggan, berusaha untuk sadar ketika bekerja, dan lain sebagainya.
Sopan santun menjadi sebuah aturan yang tidak tertulis dalam hubungan sosial
antar Punkers dengan pelanggan ataupun relasi kerjanya, hal tersebut secara
otomatis terjadi bukan karena adanya sebuah tekanan maupun paksaan melainkan
sebagai sebuah wujud menghormati yang dilakukan secara sadar dalam upaya
menghargai keberlangsungan karya rekan-rekanya yang mengelola kedai.
Inklusifitas yang terjadi pasca terbukanya Kedai Keblasuk mendorong
para Punkers untuk bersopan santun kepada orang-orang di luar kelompoknya,
para Punkers yang dahulunya cenderung tertutup terhadap interaksi diluar
kelompok sekarang menjadi lebih terbuka selaras dengan usaha Kedai Keblasuk
yang mereka usung. Mereka akan terlebih dahulu menyapa dan menegur
pelanggan yang datang secara sopan dan berusaha untuk mengakrabkan diri
dengan pelanggan yang sekiranya sering singgah di Kedai Keblasuk. Hal tersebut
merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk membuat para pelanggan merasa
nyaman ketika berada di Kedai Keblasuk. Dalam hal pelayanan para Punkers
sangat mengutamakan kenyamanan dan kebetahan para pembeli ataupun
pelanggan, mereka dengan senang hati menerima kritik ataupun masukan dari
para pembeli jika ada sesuatu yang dirasa kurang seperti rasa makanan yang
kurang pedas, piring-piring dan gelas-gelas yang telat diambil usai ditinggalkan
pembeli, dan lainnya.
Selaras dengan prinsip D.I.Y (Do It Yourself) yang dipegang teguh oleh
Punkers, Kedai Keblasuk memiliki tujuan kolektif dalam merubah aggapan
negatif masyarakat yang secara umum kerap ditunjukan kepada mereka, seperti
sekelompok kriminal, kumpulan pemuda tidak berharga, tidak memiliki masa
depan yang baik yang dilabelkan berdasarkan perilaku seperti tukang minum-
70
minuman keras, dan permasalahan fisik seperti penampilan yang penuh tattoo,
tindik, yang jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Tingginya
anggapan buruk berpengaruh pada keberlangsungan usaha Kedai Keblasuk.
seperti yang diutarakan oleh plongo23
,
“Dengan dandanan yang seperti ini mungkin dianggapnya menjual
jajanan yang gak halal mungkin, dikira orang-orang seperti kita ini
gak bisa memberikan citarasa yang enak buat dagangan saya, dan
mungkin mereka takut juga melihat dandanan seperti saya, awalnya
seperti itu. Kalo sekarang Ahamdulilah rame mas, ya karena kita
bisa komunikasinya aja, bisa ngobrolnya kepada orang-orang mas.”
Perjuangan yang dilakukan para Punkers dalam memutar balikan
anggapan menggunakan pendekatan komunikasi yang intens kepada orang-orang
diluar komunitas mereka merupakan kunci utama dalam mendobrak pandangan-
pandangan negatif masyarakat tentang mereka. Seperti yang peneliti amati, para
Punkers yang menempati Kedai Keblasuk berusaha untuk menunjukan etiket baik
melalui bahasa keseharian mereka menggunakan bahasa halus dan santun kepada
orang-orang yang belum mereka kenal. Mereka pun senantiasa menyapa
tetangganya ketika sedang berpasasan lalu akan mengobrol bahkan tak jarang ada
yang sampai bercanda jika ada waktu luang. Hingga kini keberadaan mereka pun
sudah bisa diterima oleh sebagian masyarakat, menurut cangak24
,
“Ya kalo sekarang itu sudah membaik, tapi kalo dulu hubungan kita
dulu memang “ambyar”, sekarang tetangga-tetangga setidaknya
memahami sedikit apa yang kita perjuangkan, kami disini bukan
hanya mencari uang namun eksistensi kita menjadi makhluk sosial
walaupun tidak semua warga sekitar bisa menerima.”
23 Wawancara dengan Plongo (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 26 juli 2016 di Kedai
Keblasuk 24 Wawancara dengan Cangak (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 24 juli 2016 di Kedai
Keblasuk
71
Selain diterapkan didalam kegiatan usaha Kedai Keblasuk, modal sosial
pun turut dipraktekan oleh Punkers kepada masyarakat disektiar kedai, keakraban
dan sopan yang mereka bangun dengan tetangga dalam mendapatkan pengakuan
menjadi senjata untuk melunturkan anggapan negatif tentang mereka, sehingga
mereka dengan leluasa dapat berekspresi tanpa merasa terintimidasi lewat amatan
ataupun anggapan-anggapan negatif yang belum tentu benar tentang mereka dan
berpotensi dapat merusak kepercayaan pembeli atau pelanggan yang telah mereka
bangun untuk keberlangsungan kedai.
Jika dilihat lebih jauh, ada sebuah potensi-potensi yang para Punkers
sadari lewat kedekatan mereka dengan masyarakat umum diluar komunitasnya,
lewat anggapan positif yang sedang mereka bangun, seperti halnya pembeli,
pelanggan, ataupun tetangga dan lainnya. wujud pembrontakan dan perlawanan
mereka yang ekspresif dan bersifat kritik terhadap sistem-sistem yang mereka
anggap bobrok dianggap lebih efektif jika diterpakan ketika mereka sudah bisa
diterima dengan baik oleh masyarakat, ditengah-tengah anggapan positif tentang
mereka, ketimbang pada saat mereka melakukan wujud perlawanan di jalanan.
5.2. Alasan-Alasan Yang Melatarbelakangi Proses Transformasi Punkers
5.2.1. Tersedianya Peluang Untuk Melakukan Usaha Kedai Keblasuk
Pada aspek fisik, ketersediaan akses yang mereka dapatkan berupa tempat
serta izin yang telah diberikan pemilik tanah untuk merawat serta
mengembangkan kedai merupakan faktor yang turut mempengaruhi proses
transformasi. para Punkers menyadari bahwa tanah yang mereka huni dapat
digunakan sebagai ruang bagi mereka untuk berekspresi sekaligus mencari
penghasilan, dikarenakan tempatnya yang strategis berdekatan dengan
pemukiman mahasiswa sehingga berpotensi besar untuk melakukan kegiatan
usaha berupa kedai.
72
Sedangkan pada aspek relasi, pertemanan yang pernah para Punkers
bangun dengan orang-orang di luar kelompoknya memberi dampak positif dalam
kegiatan usaha kedai seperti berupa dukungan-dukungan yang memberikan
manfaat berupa informasi bahan material bekas yang sekiranya bisa mereka
gunakan untuk mengembangkan kedai, hingga sampai pada penyediaan bahan
baku makanan dan promosi kedai keblasuk.
5.2.2. Kritik Terhadap Negara
Selain untuk mendapatkan penghasilan secara mandiri dan menjadi ruang
untuk mengekspresikan diri tanpa berharap dan bergantung pada Negara, kegiatan
usaha kedai keblasuk memiliki fungsi lain sebagai media untuk mekritik
Pemerintah yang dinilainya belum mampu mewujudkan janji yang tertera dalam
Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa “Fakir
miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Negara dianggap tidak
memelihara namun lebih tepatnya memberikan intimidasi ketika mencoba
menerapkan pasal tersebut, penertiban yang terjadi kerap tidak adil serta
menggunakan cara-cara kekerasan fisik, seperti yang di ungkapkan oleh plongo25
,
“pengalaman pahitnya seperti mabuk ditangkap satpol pp, kita
dianggap sampah, kita digebukin, terus kita lawan malah nambah
digebukin. Padahal mas orang-orang yang ada dikafe sana pada
mabuk-mabukan tapi kok gak digebukin satpol pp, lucu lho, wagu
tenan, apa gara-gara dandanan dan uang.”
Pelatihan yang dilakukan usai melakukan penertiban pun dinilai tidak
efektif, karena para Punkers menjalani pelatihan lantaran terpaksa dan dibawah
tekanan. Penertiban dan pelatihan yang kerap dilakukan dianggap hanya sebatas
formalitas belaka, Negara dianggap belum mampu menyediakan akses-akses
kepada mereka untuk mengaktualisasi diri, seperti memberikan lapangan
pekerjaan. Tingginya stigma negatif tentang orang-orang yang bertattoo dan
25
Wawancara dengan Plongo (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 26 juli 2016 di Kedai
Keblasuk
73
bertindik yang pernah dibangun pun semakin memperkecil kemungkinan bagi
mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak seperti masyarakat pada
umumnya karena dicap dekat dengan dunia kriminal.
Alansan transformasi mereka juga sangat dipengaruih oleh idea-idea
mereka yang ingin menerapkan Kedai Keblasuk sebagai wahana kritik mereka
yang secara spesifik merujuk pada aspek ekonomi-sosio-politik menggunakan
karya lukis dan lagu. Karya-karya tersebut secara efektif lebih mudah di sajikan
kepada Negara yang dalam hal ini adalah masyarakta umum, akademisi, pembeli
dan pelanggan kedai keblasuk.