BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir...
Transcript of BAB V SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN …eprints.walisongo.ac.id/6756/6/055113003_BAB_V.pdfBasyir...
152
BAB V
SISTEM PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DARUL FALAH KUDUS
A. Profil Pondok Pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus
Jekulo adalah salah satu desa sekaligus kecamatan yang terletak di ujung
timur Kabupaten Kudus. Secara geografis, pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah berlokasi di desa Jekulo salah satu wilayah kecamatan Jekulo, sekitar 10
kilometer arah timur Kabupaten Kudus Propinsi Jawa Tengah.
Gambar 5.1
Peta Lokasi Desa Jekulo Kudus
Mayoritas penduduk Jekulo dilihat dari aspek sosial keagamaan
penduduknya beragama atau memeluk Islam (93,2%) dan selebihnya beragama
Kristen dan Katolik. Meskipun demikian, jumlah tempat-tempat ibadah sebagai
sarana dalam melaksanakan ajaran dan kegiatan keagamaan, terlihat hanya
153
pemeluk agama Islam saja yang memilikinya, yaitu masjid 5 buah dan mushala
30 buah. Pemeluk agama selain Islam ketika menjalankan ibadah ritual
aktivitas keagamaan senatiasa pergi ke tempat lain disekitar Jekulo, seperti
Hadipolo dan bahkan ke kota Kudus.
Pada aspek pendidikan, desa Jekulo terkenal dengan pusat pondok
pesantren sebab ada sekitar 11 pondok pesantren yang berdomisilin di wilayah
desa ini, dan pondok pesantren Salafiyah Darul Falah adalah termasuk pondok
pesantren yang memiliki jumlah santri paling banyak. Setiap pondok pesantren
menyelenggarakan bentuk kegiatan pendidikan dengan berdiri sendiri. Ada
yang menggunakan model klasik, bandongan dan sorogan. Ada pula yang
menyelenggarakan kajian dan pendidikan dengan memiliki kecenderungan
keilmuan yang menjadi ciri masing-masing pondok pesantren seperti fiqh,
tasawuf, tauhid atau kanuragan, menjadikan desa Jekulo identik dengan pusat
pondok pesantren di wilayah Kudus.
Sebelum kemerdekaan Negara RI 17 Agustus 1945, telah berdiri pondok
pesantren untuk mendidik kader bangsa yang selanjutnya menjadi ulama yang
ikut memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tepatnya pondok
pesantren tersebut berdiri pada tahun 1923, di bawah asuhan KH. Yasin.
Pesantren dibawah asuhan KH. Yasin ini kemudian diteruskan oleh putranya
KH. Muhammad Yasin dan kedua santri yang dipercaya yaitu KH. Ahmad
Basyir dan KH. Hanafi.
Masa kepemimpinan KH. Muhammad Yasin perkembangan pondok
pesantren semakin pesat, sehingga daya tampung gedung tidak memadai. Pada
154
tahun 1968-1969 ada seorang dermawan yang bernama H. Basyir memberi
waqaf bangunan kuno kepada KH. Ahmad Basyir, kemudian KH. Ahmad
Basyir mulai mendirikan pondok pesantren yang diberi nama "Darul Falah",
tepatnya pada tanggal 1 Januari 1970 M.
Kata Darul Falah berasal dari dua kata yang terpisah yaitu Darul dan
Falah. Kata Darul berasal dari kata ad-daar yang berarti rumah, sedangkan
kata Falah berasal dari kata al-Falah yang berarti beruntung atau menang.
Kata Darul Falah kemudian diartikan sebagai “Rumah Keberuntungan” atau
Rumah orang-orang beruntung. Arti tersebut sesuai dengan harapan yang
diinginkan agar para santri yang menggali ilmu di pondok pesantren Salafiyah
Darul Falah nantinya menjadi orang yang beruntung baik di dunia maupun di
akherat dan dapat di ambil keuntungannya oleh masyarakat setelah mereka
terjun ke lingkungan masyarakat.
KH. Ahmad Basyir sendiri adalah putra dari K. Muhammad Mubin.
Beliau lahir di Desa Karang Jekulo pada tanggal 30 November 1925. Saat usia
anak-anak beliau mengenyam pendidikan formal di Veer Folexs Shcooll
(sekarang SD) sampai tamat kelas V karena dahulu belum ada kelas VI. Kini
Sekolah Dasar tersebut adalah SD Negeri I Jekulo. Selesai menamatkan
pendidikan di Veer Folexs Shcooll, beliau melanjutkan pendidikan non formal
di Madrasah Diniyah yang sekarang bernama Tarbiyah As-Sibyan. Beliau
dididik di madrasah ini oleh para kyai, diantaranya adalah KH. Dahlan. Selain
itu di Jekulo Beliau mengaji pada KH. Mansyur Kaelani, KH. Yasin, K.Hudlori
dan KH. Zainuddin. Sedangkan untuk mempelajari al-Qur‟an, beliau berguru
155
kepada KH. Muhammad Mubin (ayahnya sendiri) dan KH. Mukhib, dan
pentashihan al-Qur‟an kepada KH. Mansyur Jekulo.
Tahun 1938 M, beliau mulai gemar berziarah ke makam-makam para
wali seperti Sunan Kudus, Sunan Muria, makam KH. Ahmad Mutamakkin
Kajen, dan makam para wali di Jekulo dan makam lainnya. Kegemaran beliau
lainnya adalah bersilaturrahmi ke ulama kharismatik, seperti KH. Hamid
Pasuruan, selain itu juga sering menyertai khataman al-Qur‟an dengan KH.
Arwani Kudus.
Tahun 1940, beliau belajar di pondok pesantren Janggalan Kudus, untuk
berguru kepada KH. Irsyad (ayah dari KH. Ma‟ruf Irsyad). Beliau tidak lama di
pondok pesantren ini, kurang lebih hanya 3 bulan kemudian melanjutkan
mengaji kepada KH. Khandiq kakak dari KH. Turaichan Ajhuri Kudus,
kemudian pindah ke Pati dan nyantri kepada KH. Muammadun Pondohan,
Tayu.
Semasa mudanya sekitar tahun 1944-1945, beliau ikut Badan Perjuangan
Republik Indonesia (BPRI). Sebuah organisasi pemuda yang gigih ikut
memperjuangkan kemerdekaan RI. Waktu itu BPRI dipimpin oleh Bapak
Karmain dan Bapak Mulyadi Jekulo. Sebelum masuk BPRI, beliau masuk
organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII).
Pada waktu perjalanannnya thalabul ilmi, tahun 1949 beliau kembali ke
daerah Jekulo dan masuk kembali ke pondok pesantren Bareng Jekulo
pimpinan KH. Yasin. Sambil mengaji dan belajar beliau melakukan riyadhah
yaitu puasa tahunan. Pada tahun 1958, beliau diberi ijazah Dal al-Khairat
156
beserta khizib-khizibnya dari guru beliau yaitu KH. Yasin, dengan cara
melaksanakan puasa tiga tahun berturut-turut sehingga akhirnya sampai
sekarang satu-satunya santri yang diberi ijin oleh gurunya untuk memberikan
ijazah Dal al-Khairat dan al-Qur‟an.
Budaya penghormatan dan rasa ta‟zhim pada kyai diajarkan di pondok
pesantren dan telah diajarkan dalam kitab ta‟lim al muta‟alim. Sebuah kitab
yang berisi tentang tata krama seseorang dalam menuntut ilmu. Puasa atau
ritual tirakat hal inipun diajarkan di setiap pondok pesantren klasik tak
terkecuali pondok pesantren Salafiyah Darul Falah yang mengajarkan Dal al-
Khairat. Puasa Dal al-Khairat adalah salah satu ijazah dengan ciri khas puasa
bertahun-tahun, di kalangan masyarakat awam dikenal dengan sebutan puasa
dalail. Ijazah Dal al-Khairat ini pula yang menjadi ciri khas pondok pesantren
Salafiyah Darul Falah.
Hal ini sesuai dengan motto di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah
miliki yaitu “Njiret Weteng, Nyengkal Mata” yang memiliki makna ''Masa
muda bersusah payah, maka pada saat tua akan menemukan kesuksesan”.
Sengsara itu berarti berani lapar, berani bangun tengah malam, dalam artian
untuk belajar.1 Motto kalimat ini bersumber dari petuah Sunan Kalijaga dalam
salah satu Kitab Jawa yang menyerukan para santrinya untuk berperilaku
prihatin dan bersahaja (tidak mementingkan kenikmatan lahiriah) (Suara
Merdeka, 24 Oktober 2005). Ajaran tersebut menjadi salah satu dasar dari
1 Wawancara dengan KH. Ahmad Badawi, Tanggal 10 Januari 2012
157
ajaran Dal al-Khairat yang dikembangkan di pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah.
Pada tahun 1969, bersama dengan para kyai lain, beliau mendirikan
Madrasah Diniyah Nur al-Ulum Jekulo Kudus. Nama “Nur al-Ulum”
pemberian dari KH. Cholil dan madrasah tersebut dipimpin oleh KH. Khalimi
dengan guru-gurunya adalah KH. Cholil, KH. Khalimi, KH. Ahmad Basyir dan
KH. Mahin. Selanjutnya tahun 1970 M beliau mendirikan pondok pesantren
Salafiyah Darul Falah yang bertempat di sebelah utara Masjid Kauman Jekulo
dengan wakaf dari KH. Basyir (nama yang hampir sama dengan KH. Ahmad
Basyir).
Kelebihan lain yang dimiliki beliau semasa hidupnya, setiap membaca
baik itu kitab kuning atau yang lainnya tanpa memakai alat bantu kaca mata.
Setiap harinya beliau tidak pernah sepi dari tamu yang datang untuk meminta
ijazah atau yang lainnya. Serta setiap habis jama‟ah shalat subuh dan ashar,
beliau berziarah ke makam KH.Sanusi dan KH.Yasin, KH. Abdul Jalil dan KH.
Abdul Qohar. Setiap santri diwajibkan untuk mengikuti pengajian yang
diberikan oleh KH. Ahmad Basyir atau yang disebut para santri dengan sebutan
Mbah Kung (Mbah Kakung).
Pada tahun 1972 KH. Ahmad Basyir mulai mendirikan bangunan baru
pada tanah milik pribadinya yang tepatnya di sebelah barat kediamannya.
Bangunan tersebut didirikan karena perkembangan jumlah santri mulai
bertambah. Sehingga saat itu pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus
sudah mempunyai dua gedung.
158
Melihat bangunan yang pertama kurang layak dihuni santri dan
dikarenakan pula keterbatasan ruang dan fasilitas yang ada, maka pada tahun
1984 bangunan pertama pun ikut direnovasi, sehingga sampai sekarang
bangunan ini ditempati oleh santri putra.
Secara fisik bangunan-bangunan yang berada di komplek pondok
pesantren ini terdiri dari dua-tiga lantai, dan bangunannya telah terbuat dari
tembok terbuat dari bahan bangunan beton yang kualitasnya jauh lebih bagus.
Beberapa ruangan yang tersedia dalam bangunan tersebut pada lantai bawah
digunakan sebagai ruang kelas, sedangkan pada bagian atas untuk kamar-
kamar santri.
Keadaan kamar santri walaupun bangunan telah terbuat dari tembok
permanen, kamar-kamar santri tetap terlihat sederhana. Kondisi kamar terlihat
lebih baik, dalam arti telah menggunakan keramik dan santri disediakan karpet
sebagai alas tidurnya. Menurut saya kamar tersebut dapat ditempati 10-15
santri. Mereka terbiasa tidur di atas lantai tanpa kasur, papan-papan di pasang
pada dinding untuk menyimpan koper dan barang-barang lain. Biasanya santri
dari keluarga mampu membawa lemari sendiri. Selain tempat untuk tidur,
santri biasanya juga melakukan aktifitas lainnya, seperti shalat berjamaah dan
membaca al-Qur`an di dalam kamar, dikarenakan pondok pesantren Salafiyah
Darul Falah tidak memiliki masjid, dan masjid yang biasa digunakan oleh
pondok pesantren Salafiyah Darul Falah adalah masjid Jami` yang letaknya
sekitar 300 M dari pondok pesantren Salafiyah Darul Falah dan digunakan
159
bersama-sama dengan pondok pesantren lain dan masyarakat yang berada
disekitar pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus.
Setelah beberapa tahun berhasil mendidik santri dan banyaknya alumni
pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Jekulo Kudus yang telah kembali di
masyarakat dan adanya „alaqah yang kuat terhadap pondok pesantren, ternyata
beberapa alumni berkeinginan untuk memasukkan putra putrinya di pondok
pesantren Salafiyah Darul Falah, khususnya yang memiliki anak perempuan
sangat mendorong perlu diadakan pondok pesantren putri. Berdasarkan
kebutuhan tersebut dan setelah dipertimbangkan akhirnya terwujudlah pondok
pesantren Salafiyah Darul Falah Putri tepatnya pada tahun 1994 M. Setelah
berjalan kurang lebih lima tahun, pondok pesantren putri terjadi perkembangan
sehingga menuntut tambahan bangunan dan itu terjadi ada penambahan
bangunan untuk pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Putri pada tahun
1999, pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Putri ini bertempat di depan
KH. Ahmad Basyir sendiri, yaitu dikelola oleh KH. Ahmad Badawi dan KH.
Jazuli.
Selanjutnya tahun 2004, pondok pesantren Salafiyah Darul Falah
membagi kompleknya menjadi empat, tujuannya untuk memudahkan
pengelolaan. Empat komplek letaknya berada di Jekulo, dengan pembagian
menjadi dua komplek yaitu komplek putra dan dua komplek putri, yang semua
komplek diapit oleh rumah para pengelola pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah Jekulo Kudus yaitu KH. Ahmad Basyir, KH. Ahmad Badawi, KH.
160
Ahmad Hamdi Asmu‟i, Lc., KH. Muhammad Jazuli, S.Ag., Ustadz Alamul
Yaqin, S.Hi dan Ustadz M. Syihabuddin, S.THi.2
Masing-masing komplek terkenal dengan sebutan Darul Falah I, II, III,
dan IV. Darul Falah I dan II diperuntukan bagi santri putra, sedangkan Darul
Falah III dan IV untuk santri putri.
Pembangunan pondok pesantren Salafiyah Darul Falah tidak hanya
berhenti pada tahun tersebut, pada tahun 2004 berlangsung penambahan dan
perluasan pembangunan sampai lantai 3 (tiga), dan ditahun 2011 telah berdiri
aula pertemuan yang sangat memadai.
Pendidikan dan pengajaran yang didapat santri tidak hanya belajar ilmu
agama saja, akan tetapi pelajaran umum dan ketrampilan juga perlu dimiliki
oleh santri. Adanya kebutuhan tersebut, sebagaimana dikatakan di atas KH.
Ahmad Basyir pun mendirikan yayasan pendidikan Nurul Ulum, yayasan
tersebut tidak hanya dimanfaatkan oleh santri tapi juga oleh masyarakat
sekitarnya, dengan kapasitas tampung sebanyak kurang lebih 700 santri (putra-
putri).
Pada tahun 1986, pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Jekulo Kudus
dipercaya oleh pemerintah untuk mengelola Pusat Informasi Pondok Pesantren
(PIP) di Kabupaten Kudus. Pondok pesantren ini diberi kepercayaan karena
kesungguhan dalam mengelola beberapa fasilitas pendidikan sebagai
penunjang kemajuan pondok pesantren.
2 Wawancara dengan KH. Ahmad Badawi, Tanggal 10 Januari 2012
161
Keberhasilan pondok pesantren selain digembleng dengan pendidikan
harus mempunyai visi dan misi yang jelas. Adapun visi dan misi pondok
pesantren Salafiyah Darul Falah Jekulo Kudus adalah sebagai berikut3; Visi,
Mencetak Insan yang bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu amaliyah, beramal
ilmiah, kreatif, trampil, mampu berkompetisi dalam era global berdedikasi
tinggi dalam agama dan bangsa.
Sedangkan Misi pondok pesantren; 1) Mendidik santri untuk menjadi
seorang muslim yang berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, ketrampilan dan
sehat lahir batin sebagai warga yang berpancasila. 2) Mendidik santri untuk
menjadi manusia muslim sebagai kader-kader ulama dan mubaligh yang
berjiwa ikhlas, tabah, tangguh dalam mengamalkan syari‟at agama Islam
secara utuh. 3) Mendidik santri untuk memperoleh pribadi serta mempertebal
semangat kebangsaan sehingga menumbuhkan manusia seutuhnya yang dapat
membangun dan bertanggung jawab kepada bangsa dan negara. Dan 4)
Menciptakan situasi yang kondusif untuk mendukung tercapainya visi pondok
pesantren.
Visi dan misi tersebut ditegaskan dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11 :
ر ي هللا ي ر ي ع نهللاور ال ع نر هللا ر أيمي ر ي مع تهللاور وي ال ع تي رمي هللاور ي بعمي وي هللا ي ي ي ات ار ع ر ي أهللاور
ر بع ) 11 : ام اة(حي
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kau kerjakan” (Soenarjo, 1998: 910-911).
3 Wawancara dengan KH. Ahmad Badawi, Tanggal 10 Januari 2012
162
Selain itu ditegaskan juga dalam hadits Nabi :
هللا حي لثيني ر ت بر هللا ي ع ي اي ي اي ع ي ت بر ع ي ر هللاونهللا ي ي ر وي ر ت بر هللا حي لثيني ي اي هللا ي
ر هللا مي مي ع يبر ع بر هللا حهللا حر يةي يمع راهللا ا ل ب مهللا ي وع طع ل يمع راهللا ي هللاواهللا خي هللا صي لى انلبع ر ع ال ي ي
ر هللا ع ع هللا مي ر ي هللاواهللا وي ي ل ي ر عى هللا ي قع ر هللا خي إعنلمي ا قع ى وي هللا ي ع م أيني وي اي ر هللا رطع ي ي اي وي
ةهللا ي ع ع ةم اهللامل تلى خي اي ي هللا ر مي ر ي هللا ر هللا ر ي ع أيمر ع ي يى ي اعمي تعىي حي و ( ع أيمر هللا ي ر
) ابخ ي
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Ufair Telah menceritakan kepada
kami Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata, Humaid bin
Abdurrahman berkata; aku mendengar Mu'awiyyah memberi khutbah untuk
kami, dia berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa yang dikehendaki Allah akan memperoleh kebaikan, niscaya
dianugerahi-Nya pemahaman dalam agama, Sesungguhnya saya adalah yang
membagi dan Allah memberi, Umat ini akan senantiasa kokoh pada perintah
Allah, yang tidak akan mendapat ancaman/bahaya dari orang-orang yang
mengantikannya sampai datang perintah Allah (hari kiamat)” (Muhammad bin
Ismail Al-Bukhari,tt: 24).
B. Santri
Santri pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus dapat
dikategorikan sebagai santri mukim. Santri mukim adalah santri (putra/putri)
yang menetap di dalam pondok pesantren dan berasal dari daerah yang jauh
dari pondok pesantren. Biasanya terdapat santri dari pondok pesantren lain
yang ikut mengaji dan pulang ke pondok pesantren masing-masing seusai
mengikuti pengajian. Mereka dapat digolongkan sebagai santri kalong. Santri
sebagai subyek didik merupakan in put yang melalui proses pendidikan akan
dibentuk menjadi out put (SDM) yang berkualitas. Sampai dengan tahun 2012,
pondok pesantren ini mempunyai santri berjumlah ± 600 putra dan putri.
163
Santri yang menetap di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah dapat
digolongkan menjadi empat tipe santri yaitu pertama santri khuffadz. Santri
khuffadz adalah santri yang menetap di pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah hanya untuk menghafalkan al-Qur`an. Adapun bila santri khuffadz ingin
menambah ilmunya dengan cara ikut pengajian kitab diperbolehkan, dan
dibebaskan sesuai keinginannya.4
Kedua, Santri Salaf yaitu santri yang menetap di pondok pesantren
Salafiyah Darul Falah khusus hanya ingin memperdalam kitab yang diajarkan
oleh kyai. Biasanya santri Salaf masuk di pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah hanya berijazahkan sampai SD atau SMP. Setelah itu mereka pergi ke
pondok pesantren hanya khusus ingin memperdalam kitab kuning yang
diberikan oleh kyai.
Ketiga, santri sekolah yaitu santri yang menetap di pondok pesantren
Salafiyah Darul Falah selain ingin mengaji tetapi juga mengikuti sekolah di
sekolah formal. Santri sekolah ini, sekolah di tempat yang telah didirikan oleh
KH. Ahmad Basyir yaitu di bawah yayasan NU Nurul Ulum. Madrasah NU
Nurul Ulum ini letaknya tidak jauh dari pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah.
Keempat, santri kuliah yaitu santri yang menetap di pondok pesantren
Salafiyah pondok pesantren Salafiyah Darul Falah selain mereka mengaji tetapi
mereka juga mengikuti perkuliahan di luar pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah atau Perguruan Tinggi yang berada di sekitar kota Kudus.
4 Wawancara dengan KH. Ahmad Badawi, Tanggal 10 Januari 2012
164
Keempat tipe santri tersebut tentunya jika akan mengikuti pengajian atau
seluruh kegiatan yang telah terjadwal di pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah ini disesuaikan dengan tujuan santri tersebut menetap di pondok
pesantren Salafiyah Darul Falah.
Santri-santri yang belajar di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah ini
berasal dari berbagai daerah yang letaknya ada yang berdekatan dan berjauhan
dengan kota Kudus. Antara lain yaitu terdapat santri yang berasal dari Kudus,
kota lainnya yang berdekatan seperti Jepara, Demak, Kendal, dan ada yang
berasal dari Cirebon, Jakarta, Tangerang, Banten, dan sejumlah kota di
Sumatera. Karena santri adalah santri mukim, pondok pesantren Salafiyah
Darul Falah Kudus mempersiapkan asrama yang digunakan oleh para santri
untuk tinggal selama mereka belajar.
Sebagaimana telah diterangkan di atas santri yang menetap di pondok
pesantren Salafiyah Darul Falah terdapat empat tipe santri yaitu pertama santri
khuffadz, santri Salaf, santri sekolah, dan santri kuliah. Keempat tipologi
santri tersebut santri Khuffadz dan santri Salaf biasanya pertama masuk di
pondok pesantren Salafiyah Darul Falah hanya berijazahkan sampai SD atau
SMP. Setelah itu mereka pergi ke pesantren hanya khusus ingin memperdalam
kitab kuning yang diberikan oleh kyai.
Kebanyakan santri, selain mengaji di pondok pesantren juga bersekolah
di sekolah formal. Mereka memiliki alasan bahwa di samping mengaji di
pondok pesantren, dengan bersekolah formal dapat memiliki dua ilmu
sekaligus yaitu ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama dari
165
pondok pesantren. Alasan lain adalah mereka dapat memperoleh ijazah yang
dapat digunakan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
atau untuk mencari kerja.5
Kondisi pendidikan Santri Darul Falah khususnya santri khuffadz dan
santri Salaf, tidak jauh beda dengan kondisi yang ada di pondok pesantren
Salafiyah APIK Kaliwungu, santri pondok pesantren Salafiyah Darul Falah
Kudus memilih untuk belajar di pondok pesantren diantaranya karena
mahalnya biaya pendidikan. Sehingga mereka memilih untuk mempelajari
agama, agar kelak setelah keluar mereka dapat mengamalkan ilmunya di
masyarakat.
C. Pendidikan dan Pengajaran
Terselenggaranya pendidikan dan pengajaran dalam sebuah lembaga,
perlu pula terciptanya pola kerja dalam lembaga pendidikan yang kondusif.
Maka harus dibentuk suatu struktur yang jelas dan terorganisir, masing-masing
mempunyai fungsi dan kinerja yang berlainan tetapi tetap satu tujuan.
Struktur organisasi telah di atur tugas masing-masing sesuai dengan
kedudukannya. Tugas ketua, sekretaris dan bendahara yaitu mengatur semua
urusan administrasi yang ada di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah,
karena ketiganya memiliki kedudukan yang tinggi dalam struktur
kepengurusan.
5 Wawancara dengan KH. Ahmad Badawi, Tanggal 10 Januari 2012
166
Pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Jekulo Kudus melaksanakan
berbagai macam tugas pendidikan, diantaranya adalah pendidikan formal dan
non formal. Pendidikan non formal atau pendidikan yang dibentuk oleh pondok
pesantren adalah berupa pengajian Salafiyah dengan menggunakan kitab
kuning. Sedangkan untuk pendidikan formal diantaranya mendirikan program
kesetaraan di pondok pesantren Salafiyah dalam bentuk program Kejar Paket B
dan Paket C.
Model pendidikan non formal di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah
dalam bentuk klasikal atau madrasah, dengan menggunakan metode sorogan,
yang sepenuhnya diatur dalam program Takhassus An-Nasyri. Jenjang
pendidikan yang diselenggarakan adalah setara dengan madrasah Tsanawiyah
(MTs) untuk Takhassus kelas I, II, III, dan setara Madrasah Aliyah (MA) untuk
kelas IV, V, dan VI.
Proses belajar mengajar di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah
Jekulo Kudus, setiap santri berkewajiban mengikuti program belajar yang telah
diatur oleh pondok pesantren, yang dipandu oleh ustadz atau belajar mandiri
yang dilaksanakan di luar jam mengaji (belajar). Pendidikan dan pengajaran di
pondok pesantren Salafiyah Darul Falah yaitu ;
1. Pengajian Kitab Bandongan
Pengajian kitab bandongan adalah proses belajar mengajar antara
kyai atau ustadz sebagai pengajar dan para santri memperhatikan dengan
seksama hanya mendengarkan dan memaknai kitab kuning yang telah
diajarkan. Pengajian ini dilakukan setiap hari kecuali hari selasa dan
167
jum'at. Ada beberapa kitab yang dipakai dalam pengajian dalam waktu
yang berbeda. Pengajian kitab yang dilaksanakan, tidak semuanya
dipimpin langsung oleh kyai, akan tetapi oleh para ustadz atau santri
pondok pesantren sendiri yang sudah lulus takhassus.
2. Takhassus
Takhassus adalah jam belajar khusus santri selain pengajian kitab
yang diajarkan, sistem pembelajaran ini melibatkan semua santri dan
ustadz pondok pesantren yang telah lulus program takhassus, santri
tersebut dipandang mampu menguasai materi yang akan diajarkan. Serta
tetap memakai kurikulum sesuai dengan pelajarannya masing-masing.
Takhassus yang ada di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah ini
dinamakan dengan " Takhassus An-Nasyiri ". pelaksanaan Takhassus An-
Nasyri pada jam 14.30- 16.30 WIS.
Selain kegiatan Takhassus An-Nasyri, ada pula kegiatan belajar
mengajar tambahan yaitu Dirasah Shabahiyyah. Kegiatan ini wajib diikuti
oleh para santri yang tidak sekolah formal pada waktu pagi hari. Dirasah
Shabahiyyah ini terdiri dari tiga kelas dan pelaksanaannya jam 08.30-
10.00 WIS.
3. Ekstra Kurikuler
Ekstrakurikuler yang berada di pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah diantaranya latihan khitabah, tartilan al-Qur`an, pembacaan al-
Qur`an secara kolektif, pembacaan al-Barjanji, dan kursus menjahit.
Kursus menjahit ini diadakan untuk menambah life skill santri, akan tetapi
168
untuk kursus menjahit tidak semua santri bisa mendapat kesempatan untuk
mengikuti kursus, dikarenakan selain memang fasilitas mesin jahit hanya
cukup untuk beberapa orang, dan tenaga pengajar yang ada masih terbatas.
Untuk mengikuti kursus menjahit ini tentunya santri perlu melalui seleksi,
tujuannya untuk mengetahui kesungguhan santri mengikuti kursus
menjahit.
Terdapat pula kegiatan mingguan, meliputi: Latihan Khitabah,
Tartilan al-Qur`an, pembacaan al-Barjanji, pembacaan Surat Yasin dan
Tahlil, Muqad ad-Daman, pembacaan Surat Waqiah.
Selanjutnya kegiatan bulanan, meliputi ; Istighasah, dengan
pelaksanaan Kamis Malam Jum‟at Wage, di pondok pesantren Salafiyah
Darul Falah III dilakukan secara kolektif bersama keluarga besar pondok
pesantren Salafiyah Darul Falah.
Terakhir kegiatan tahunan, meliputi ; Peringatan Hari Besar Islam
(PHBI), yang meliputi : Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Mu‟allif
Dal al-Khairat, Isra‟ Mi‟raj (Rajabiyah), Kilatan Ramadhan, dan Ziarah
Auliya'.
4. Madrasah NU Nurul Ulum
Madrasah NU Nurul Ulum didirikan sejak tanggal 17 Agustus 1983.
Madrasah NU Nurul Ulum didirikan karena semakin berkembangnya
pondok pesantren Salafiyah Darul Falah, dan melihat banyak santri yang
belajar di sekolah formal yang letaknya di luar lingkungan pondok
pesantren.
169
Madrasah NU Nurul Ulum memiliki yayasan tersendiri yaitu NU
Nurul Ulum. Yayasan NU Nurul Ulum adalah salah satu yayasan yang
berada di bawah Ma`arif NU. Walaupun Madrasah NU Nurul Ulum ini
tidak satu yayasan dengan pondok pesantren Salafiyah Darul Falah dan
dibawah Ma`arif NU, para pengelola dan ketua BPPM adalah dari
keluarga pondok pesantren Salafiyah Darul Falah atau putra dari KH.
Ahmad Basyir. Tujuan pemisahan pondok pesantren Salafiyah Darul Falah
dengan Yayasan NU Nurul Ulum, diharapkan pondok pesantren Salafiyah
Darul Falah tetap dapat menjaga keasliannya sebagai pondok pesantren
Salafiyah.
Yayasan NU Nurul Ulum memiliki tiga jenjang pendidikan, yaitu
Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Taman Kanak-kanak NU
Nurul Ulum. Siswa Madrasah NU Nurul Ulum diantaranya santri yang
berdomisilin di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah dan lingkungan
masyarakat sekitar pondok pesantren Salafiyah Darul Falah. Pelajaran
yang diterapkan di NU Nurul Ulum disesuaikan dengan kurikulum yang
berasal dari Kementerian Agama ditambah dengan kurikulum lokal,
dengan maksud untuk menambah pengetahuan agama siswa.
D. Program Wajar Dikdas
Pondok pesantren Salafiyah Darul Falah menerapkan metode
pembelajaran perpaduan antara sistem tradisional dan sistem modern.
Penggunaan sistem tradisional, berlangsung pada proses pengkajian kitab Salaf
170
dengan cara bandongan dan sorogan. Metode modern diadopsi dengan adanya
pengelompokan santri sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota memiliki tugas menyusun ;
1)Kurikulum muatan lokal. 2) Menyusun bahan belajar untuk bahan kajian
lokal. 3) Melakukan sosialisasi program. 4) Menyusun petunjuk teknis
pendidikan. 5) Menyusun jadwal ujian. 6) Membuat kisi-kisi soal untuk ujian
lokal.
Terakhir penyelenggara program, tugasnya; 1) Menganalisa lingkungan
untuk mendapatkan data tentang jumlah sasaran, jumlah nara sumber, potensi
alam bisa dikembangkan serta jenis kebutuhan belajar yang akan dijadikan
program pendidikan. 2) Merekrut tenaga tutor untuk setiap mata
pelajaran/bahan kajian. 3) Menyusun rincian tugas penyelenggara, tutor dan
Nara Sumber Teknis. 4) Menyiapkan sarana atau perlengkapan lain yang
diperlukan untuk kelancara kegiatan belajar. 5) Menyusun rencana program
pembelajaran termasuk jadwal tutorial. 6) Mengadakan kerja sama dengan nara
sumber dari instansi/ masyarakat untuk mendukung program.
Lahirnya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pondok pesantren telah masuk dalam bagian yang tak terpisahkan dalam
Sistem Pendidikan Nasional (Haedari, 2007: iii). Pasal 15 UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa jenis
pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi,
keagamaan, dan khusus. Kemudian dalam Pasal 30 ayat 4 dijelaskan bahwa
171
pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan Diniyah, pondok pesantren,
Pasraman, Pabhaja Samanera dan bentuk lain yang sejenis.
Adanya ketentuan tersebut, secara formal pondok pesantren adalah
bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang berhak mendapatkan perhatian
serius sebagaimana sub-sistem pendidikan yang lain (Syukur, 2004: 152-153).
Undang-Undang ini memiliki dampak yang positif bagi perkembangan
pendidikan di pondok pesantren. Fenomena ini dapat dilihat juga pada
perkembangan pendidikan di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus.
Karena metode pembelajaran yang diterapkan sangat sistematis, dan pada
tahun 2003 pondok pesantren Salafiyah Darul Falah dipercaya sebagai
pengelola program wajib belajar di Kabupaten Kudus.
Wajar Dikdas yang diselenggarakan oleh pondok pesantren Salafiyah
Darul Falah adalah untuk memberikan kesempatan pada santri pondok
pesantren Salafiyah Darul Falah yang semula niatnya hanya akan menghafal al-
Qur`an atau hanya akan mengaji di pondok pesantren, dan pendidikan
mereka/santri, hanya sampai lulusan Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah.
Wajar Dikdas yang diselenggarakan pondok pesantren Salafiyah Darul Falah
terbuka pula untuk diikuti oleh masyarakat sekitar yang berniat untuk
mengikuti pendidikan Wajar Dikdas.6
Pelaksanaan program Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah Kudus adalah pendidikan kesetaraan dalam bentuk program Kejar Paket
Tingkat Wustha atau setingkat dengan SMP/MTs dan SMA/MA. Pondok
6 Wawancara dengan Ust. Ali Ghufron, Tanggal 15 Februari 2012
172
pesantren Salafiyah Darul Falah tidak menerapkan program pada tingkat Ula
atau setingkat SD atau MI, karena santri khuffadz dan santri Salaf mereka telah
lulus dari SD atau MI.
Sebagaimana di pondok pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu,
diterapkannya Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus
sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah tentang wajib belajar pendidikan
dasar sembilan tahun, bahwa warga masyarakat diwajibkan menempuh
pendidikan minimal lulus SMP atau sederajat (Depag RI, 2005: vii). Sehingga
dengan kebijakan tersebut diharapkan tidak ada lagi anak di usia sekolah yang
tidak mengenyam pendidikan dasar. Namun masih terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi masyarakat, baik masalah hambatan sosial, ekonomi, dan
budaya, banyak warga masyarakat usia wajib belajar tidak dapat mengikuti
pendidikannya di sekolah. Hal tersebut di atas banyak terjadi di pondok
pesantren, terutama di pondok pesantren Salafiyah.
Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada peserta didik
yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak
dapat melanjutkan studinya kejenjang berikutnya (Ary, 2000: 71).
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, santri pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah Kudus terdapat empat tipe, sedangkan santri yang berusia wajib belajar
hanya sebagian kecil dari jumlah santri yang ada. mereka adalah santri yang
tidak dapat meneruskan pendidikannya disekolah (putus sekolah atau Drop
Out). Tidak semua santri yang masuk ke pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah Kudus, melanjutkan ke jenjang SMP atau SMA. Keadaan inilah yang
173
membuat pengelola pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus merespon
kebijakan pemerintah tentang Wajar Dikdas dengan menyelenggarakan
program tersebut guna mengatasi santri pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah yang putus sekolah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, pengelolaan Kejar Paket B dan Paket C
di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah berdasarkan ;
1. Landasan Normatif
Berdasarkan piagam Departemen Agama RI Nomor :
MK.008/7.a/PP.00.7/ 1014/2002. (PIAGAM TERDAFTAR) yang diberikan
oleh Kepala kantor Departemen Agama Kabupaten Kudus kepada Pondok
Pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus, dengan Nomor Statistik :
21.2.33.19.06.056 yang beralamatkan di Jl. Sewonegoro Desa Jekulo
Kecamatan Jekulo Kudus Jawa Tengah.
Berdasarkan piagam tersebut, pondok pesantren Salafiyah Darul Falah
Kudus adalah salah satu pondok pesantren sebagai penyelenggara wajib
belajar pendidikan dasar sesuai dengan surat keputusan Bersama Menteri
Pendidikan Nasional dan Menteri Agama nomor : 1/U/KB/2000 dan
MA./86/2001 tentang Pondok Pesantren Salafiyah sebagai Pola Wajib
Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Kepada lembaga bersangkutan
diberikan hak menurut hukum, untuk menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran program Wajar Dikdas Tingkat Wustha dengan kualifikasi
Paket B.
174
Hal tersebut di atas, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah tentang
wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, bahwa warga masyarakat
diwajibkan menempuh pendidikan minimal lulus SMP atau sederajat
(Depag, 2005:vii). Sehingga dengan kebijakan tersebut diharapkan tidak ada
lagi anak di usia sekolah yang tidak mengenyam pendidikan dasar. Namun
dikarenakan beberapa hal yang mempengaruhi masyarakat, baik masalah
hambatan sosial, ekonomi, dan budaya, banyak warga masyarakat usia
wajib belajar tidak dapat mengikuti pendidikannya di sekolah, terutama di
pondok pesantren Salafiyah.
Selanjutnya Tahun 2004, pondok pesantren Salafiyah Darul Falah
Kudus mengembangkan program Wajar Dikdas dengan Paket C atau setara
dengan SMA. Diselenggarakan Paket C di pondok pesantren Salafiyah
Darul Falah berdasarkan Nomor: Kd.11.19/5/PP.00.7/1681/2004 dengan
Nomor Statistik 042331906041 yayasan/ penyelenggara Darul Falah IV.
Penyelenggaraan program Paket C ini berdasarkan Kesepakatan Bersama
antara Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI
No: 19/E/MS/2004 dan Nomor : DJ.11/166/04 tentang pendidikan
penyelenggaraan kesetaraan pada pondok pesantren. Dengan demikian,
berdasarkan Nomor: Kd.11.19/5/PP.00.7/1681/2004. Pimpinan pondok
pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus diberi hak hukum untuk
menyelenggarakan program Paket C.
175
2. Tujuan Program Wajar Dikdas di Pondok Pesantren Salafiyah Darul
Falah Kudus
Ada beberapa hal yang menjadi motivasi pengelola pondok pesantren
Salafiyah dalam penyelenggaraan program Wajar Dikdas sebagaimana
program Kemenag, dengan sasarannya santri putus sekolah yang berada di
pondok pesantren Salafiyah. Tujuan pondok pesantren Salafiyah Darul
Falah Kudus tidak jauh berbeda dengan tujuan yang ada di pondok
pesantren Salafiyah APIK Kaliwungu yaitu untuk memberi kesempatan
kepada santri yang putus sekolah (drop out) atau tidak memiliki
ijazah/STTB SMP atau yang sederajat, agar memiliki kompetensi dan
kualifikasi sama dengan program Wajar Dikdas pada pondok pesantren
Salafiyah tingkat Wustha.7
Tujuan pengelola pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus,
menyelenggarakan program Wajar Dikdas diantaranya disesuaikan dengan
tujuan atau visi dan misi pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus
yaitu dalam visinya ; Mencetak Insan yang bertaqwa, berakhlak mulia,
berilmu amaliyah, beramal ilmiah, kreatif, trampil, mampu berkompetisi
dalam era global berdedikasi tinggi dalam agama dan bangsa. Sedangkan
misinya; mendidik santri untuk menjadi seorang muslim yang berakhlak
mulia, memiliki kecerdasan, ketrampilan dan sehat lahir batin sebagai warga
yang berpancasila.
7 Wawancara dengan Ust. Ali Ghufron, Tanggal 15 Februari 2012
176
Visi dan misi dalam pondok pesantren Salafiyah Darul Falah tersebut
jelas, bahwa di pondok pesantren selain mengajarkan ilmu agama juga
memberikan kesempatan kepada santri untuk menimba ilmu di sekolah
formal.
3. Implementasi Wajar Dikdas di Pondok Pesantren Salafiyah Darul
Falah Kudus
Pelaksanaan Wajar Dikdas program kesetaraan Paket B dan Paket C di
pondok pesantren Salafiyah Darul Falah Kudus, tidak diwajibkan kepada
santri yang putus sekolah untuk mengikuti program tersebut.
Program Wajar Dikdas dalam bentuk kesetaraan Kejar Paket B dan
Paket C di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah dipimpin oleh KH.
Ahmad Basyir, sedangkan yang bertanggung jawab adalah KH. M. Jazuli,
S.Ag. MH dengan dibantu oleh pengurus yang lain seperti: sekretaris,
bendahara.8
Adapun pelaksanaan program tersebut sebagai berikut;
a. Mata Pelajaran Wajar Dikdas
Mata pelajaran merupakan syarat utama dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah, baik formal maupun non formal, begitu juga
Wajar Dikdas yang berada di pondok pesantren Salafiyah Darul Falah
tidak jauh berbeda dengan yang berada di pondok pesantren Salafiyah
APIK Kaliwungu. Mata pelajaran Wajar Dikdas yang diprogramkan
yaitu : Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPS, IPA, PPKn.
8 Wawancara dengan Ust. Ali Ghufron, Tanggal 15 Februari 2012
177
Adapun jadwal proses belajar mengajar diadakan setiap Selasa dan
Jum‟at mulai jam 8 WIS. Proses belajar mengajarnya kira-kira kurang
lebih 3 (tiga) jam. Jumlah mata pelajarannya sendiri yang disampaikan
disesuaikan dengan kondisi santri. Buku pegangan yang digunakan
berasal dari bantuan Kemenag atau standar sekolah pada umumnya.
Rekreutmen guru diambil dari santri yang berdomisilin di pondok
pesantren Salafiyah Darul Falah berdasarkan kemampuan yang dimiliki
oleh santri.
Jadwal pelajaran Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah
Darul Falah dalam satu tahunnya dibagi dua semester, masing-masing
semesternya mengikuti jadwal sekolah pada umumnya atau
menyesuaikan dengan sekolah NU Nurul Ulum yang ada di Jekulo.
Setiap satu mata pelajaran tatap muka yang dilakukan dalam satu
semester minimal 4-6 kali pertemuan.
Santri yang mengikuti pendidikan Wajar Dikdas di pondok
pesantren Salafiyah Darul Falah rata-rata di bagi menjadi 15 sampai 20
santri setiap ruangannya.
b. Evaluasi Wajar Dikdas
Sebagaimana telah diungkapkan pada bab sebelumnya, fungsi
evaluasi dalam pembelajaran adalah sebagai acuan guna perbaikan
kegiatan belajar, menentukan kenaikan kelas dan kelulusan, alat seleksi
dan penempatan, serta dapat menjadi motivasi.
178
Pengelolaan evaluasi diberikan dengan cara memberikan tes
kepada santri. Evaluasi Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah
Darul Falah, dilakukan dalam setiap semester. Evaluasi atau tes diadakan
menempati ruangan yang berada di sekolah Nurul Ulum Jekulo. Hasil
evaluasi dalam bentuk raport yang dimiliki oleh masing-masing santri, di
pondok pesantren Salafiyah Darul Falah tersebut tidak dibagikan dengan
alasan dikhawatirkan akan hilang jika diberikan kepada santri.
Akhir pendidikan Wajar Dikdas di pondok pesantren Salafiyah
Darul Falah dilakukan penilaian tahap akhir atau dinamakan Ujian
Nasional. Penilaian Ujian Nasional ini tidak jauh beda di sekolah lain
pada umumnya yaitu penilaian berlaku untuk mata pelajaran PPKN,
Matematika, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA. Sebelum
ujian akhir dilaksanakan, Kementerian Agama mengadakan try out
kepada santri untuk mengenalkan pada santri materi yang akan diujikan,
model soal dalam bentuk cek point, dan cara mengisi lembar jawaban.
Penyusunan alat ujian, termasuk kisi-kisi, soal-soal ujian akhir dan
pelaksanaan ujian akhir diatur oleh keputusan dari Kementerian Agama.
Hasil penilaian belajar tahap akhir sebagai bahan pertimbangan kelulusan
warga belajar dan pemberian Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang
menyatakan bahwa telah menyelesaikan studi Wajar Dikdas pada tingkat
Wustha, dan dapat digunakan untuk mendaftar kejenjang berikutnya.
Ujian akhir program kesetaraan menginduk di sekolah Nurul Ulum
tetapi ruang ujian tetap bertempat pondok pesantren Salafiyah Darul
179
Falah. Masing-masing santri yang mengikuti ujian diwajibkan
mengenakan seragam hitam putih bagi laki-laki berpeci dan untuk
perempuan berjilbab.
Jadwal pelaksanaan ujian program kesetaraan di pondok pesantren
Salafiyah, tidak bersamaan dengan sekolah pada umumnya. Biasanya
pelaksanaannya lebih akhir atau selisih beberapa minggu dengan ujian di
sekolah pada umumnya. Adanya waktu ujian nasional yang berbeda, hal
ini memberi kesempatan pada peserta ujian di sekolah umum, yang
belum lulus untuk mengikuti ujian ulang di program Wajar Dikdas.