BAB V

11
74 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis regresi berganda yang dilakukan terhadap variabel-variabel yang diteliti maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Profitabilitas berpengaruh signifikan pada perataan laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Ini ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar 19,759 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,00 yang lebih kecil dari 0,05 pada tingkat signifikan 5%. Artinya setiap kenaikan satu satuan profitabilitas juga akan naik sebesar satu satuan untuk income smoothing. Semakin besar perubahan ROA maka semakin besar kemungkinan manajemen melakukan praktik perataan laba. Hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian Suwito dan Herawaty (2005), Christiana (2012), yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh secara negative terhadap perataan laba. Hasil penelitian

description

kesimpulan IS

Transcript of BAB V

Page 1: BAB V

74

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan analisis regresi berganda yang dilakukan terhadap variabel-variabel

yang diteliti maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Profitabilitas berpengaruh signifikan pada perataan laba perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Ini ditunjukkan dengan

koefisien regresi sebesar 19,759 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,00 yang lebih

kecil dari 0,05 pada tingkat signifikan 5%. Artinya setiap kenaikan satu satuan

profitabilitas juga akan naik sebesar satu satuan untuk income smoothing. Semakin

besar perubahan ROA maka semakin besar kemungkinan manajemen melakukan

praktik perataan laba. Hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian Suwito dan

Herawaty (2005), Christiana (2012), yang menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh secara negative terhadap perataan laba. Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian Budiasih (2007), Kumaladewi (2006), dan Suryandari

(2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh secara positif signifikan

terhadap perataan laba. Perubahan profitabilitas menunjukkan perubahan

kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva

yang digunakan dalam kegiatan operasi. Semakin besar perubahan profitabilitas

menunjukkan semakin besar fluktuasi kemampuan manajemen dalam menghasilkan

laba. Hal ini mempengaruhi investor dalam memprediksi laba dan memprediksi

risiko dalam investasi sehingga memberikan dampak pada kepercayaan investor

terhadap perusahaan. Sehubungan dengan itu, manajemen termotivasi untuk

Page 2: BAB V

75

melakukan praktik perataan laba agar laba yang dilaporkan tidak berfluktuatif

sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Dengan

demikian, semakin besar perubahan ROA maka semakin besar kemungkinan

manajemen melakukan praktik perataan laba.

2. Leverage berpengaruh signifikan pada perataan laba perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Ini ditunjukkan dengan

koefisien regresi sebesar 11,187 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,00 yang lebih

kecil dari 0,05 pada tingkat signifikan 5%. Artinya setiap kenaikan satu satuan

leverage juga akan naik sebesar satu satuan untuk income smoothing. Perusahaan

yang mempunyai tingkat leverage tinggi melakukan perataan laba karena

perusahaan terancam default sehingga manajemen membuat kebijakan yang dapat

meningkatkan pendapatan. Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian

Budiasih (2009), Christiana (2012), dan Suwito Herawaty (2005) yang menyatakan

bahwa leverage berpengaruh negative terhadap perataan laba. Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian Prabayanti Yasa (2009), Dedy (2012) dan Jin

Machfoedz (1998), yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh secara positif

terhadap perataan laba. Leverage adalah perbandingan antara hutang dan aktiva

yang menunjukan beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang.

Ukuran ini berhubungan dengan keberadaan dan ketat tidaknya suatu persetujuan

hutang. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kreditur berdasarkan pada laba

yang diperoleh perusahaan. Adanya indikasi perusahaan melakukan perataan laba

untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang dapat dilihat melalui kemampuan

perusahaan tersebut untuk melunasi utangnya dengan menggunakan aktiva yang

Page 3: BAB V

76

dimiliki. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi diduga

melakukan perataan laba karena perusahaan terancam default sehingga manajemen

membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan.

3. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan pada perataan laba perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Ini

ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar 13,452 dengan tingkat signifikasi

sebesar 0,00 yang lebih kecil dari 0,05 pada tingkat signifikasi 5%. Artinya setiap

kenaikan satu satuan ukuran perusahaan juga akan naik sebesar satu satuan untuk

income smoothing. Perusahaan besar cenderung untuk melakukan pengelolaan atas

laba untuk menghindari munculnya peraturan baru dari pemerintah, pemerintah

cenderung membebankan berbagai biaya yang dianggap sesuai dengan kemampuan

perusahaan dimana perusahaan yang besar akan dibebani biaya yang besar pula,

contohnya pajak (Watts and Zimmerman, 1986). Maka manajemen termotivasi

untuk melakukan praktik perataan laba agar kinerja perusahaan tetap dinilai baik.

Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Kumaladewi (2006),

Christiana (2012), Kustono (2009), dan Suwito Herawaty (2005) yang menyatakan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negative terhadap perataan laba. Hasi

penelitian ini mendukung hasil penelitian Budiasih (2009) dan Dedy (2012) yang

menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap perataan

laba. Budiasih (2009) mengatakan perusahaan yang berukuran besar biasanya

menerima lebih banyak perhatian dari analisis dan investor dibandingkan dengan

perusahaan yang kecil. Berdasarkan political cost hypotesis dalam teori akuntansi

positif dikemukakan bahwa perusahaan besar cenderung untuk melakukan

Page 4: BAB V

77

pengelolaan atas laba untuk menghindari munculnya peraturan baru dari pemerintah,

pemerintah cenderung membebankan berbagai biaya yang dianggap sesuai dengan

kemampuan perusahaan dimana perusahaan yang besar akan dibebani biaya yang

besar pula, contohnya pajak (Watts and Zimmerman, 1986). Maka manajemen

termotivasi untuk melakukan praktik perataan laba agar kinerja perusahaan tetap

dinilai baik.

4. Growth perusahaan berpengaruh signifikan pada perataan laba perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 2007-2011. Ini ditunjukkan dengan

koefisien regresi sebesar 9,223 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,00 yang lebih

kecil dari 0,05 pada tingkat signifikasi 5%. Artinya setiap kenaikan satu satuan

growth juga akan naik sebesar satu satuan untuk income smoothing. Pertumbuhan

suatu perusahaan yang tinggi merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang

menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate

of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.

Oleh karena itu, manajer terdorong untuk melakukan perataan laba seiring

dengan semakin tingginya pertumbuhan suatu perusahaan. Hasil

penelitian berlawanan dengan hasil penelitian Pratiwi (2013), Christania (2012), dan

Wijaya (2011) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh

negative terhadap perataan laba. Hasil penelitian ini sesuai dengan Alwan dan

Kustono (2007) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh

positif terhadap perataan laba. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu

perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan memiliki aspek yang

menguntungkan, dan mereka mengharapkan rate of return (tingkat pengembalian)

Page 5: BAB V

78

dari investasi mereka memberikan hasil yang lebih baik. Sedangkan bagi pihak

internal sendiri pertumbuhan perusahaan yang positif menandakan bahwa

kelangsungan hidup perusahaan tetap terjamin. Wijaya (2011) menyatakan bahwa

pertumbuhan perusahaan merupakan dampak dari arus dana perusahaan dari

perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume

usaha, Helfert (1997) dalam Sumtaky (2007). Dari sudut pandang investor,

pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang

menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate

of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik.

Oleh karena itu, manajer terdorong untuk melakukan perataan laba seiring

dengan semakin tingginya pertumbuhan suatu perusahaan.

5. Devident Payout Ratio perusahaan berpengaruh signifikan pada perataan laba

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011.

Ini ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar 1,105 dengan tingkat signifikasi

sebesar 0,078 yang lebih kecil dari 0,10 pada tingkat signifikan 10%. Artinya setiap

kenaikan satu satuan dividend payout ratio juga akan naik sebesar satu satuan untuk

income smoothing. Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Kustono

(2007) dan Christiana (2012) yang menyatakan bahwa Devidend Payout Ratio

berpengaruh negative terhadap perataan laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian Budiasih (2009) dan Noviana Yuyetta (2011) yang menyatakan dividend

payout ratio berpengaruh positif terhadap perataan laba. Besar kecilnya dividend

payout ratio sangat ditentukan oleh kecenderungan manajemen dalam mengelola

pendapatan perusahaan. Jika manajemen lebih memprioritaskan tingkat dividen,

Page 6: BAB V

79

maka dividend payout ratio lebih tinggi dibandingkan jika manajemen lebih

memprioritaskan reinvestasi untuk pertumbuhan perusahaan. Jika seluruh

keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibayarkan sebagai dividen kepada para

pemegang saham maka perusahaan tidak memiliki cadangan dana untuk melakukan

reinvestasi. Sebaliknya jika seluruh keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan

tetap dipertahankan maka kepentingan pemegang saham akan terabaikan sehingga

dapat menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan investor baru dan

tidak dapat mengumumkan kenaikan dividen.

6. Hasil uji simultan menunjukkan bahwa hipotesa yang menyatakan “diduga secara

simultan faktor-faktor profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan, dan

dividend payout ratio berpengaruh terhadap income smoothing perusahaan

manufaktur yang go-public di Indonesia pada tahun 2007-2011. Artinya setiap

kenaikan satu satuan profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan dan dividend payout ratio juga akan naik sebesar satu satuan untuk

income smoothing. Variable profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan,

pertumbuhan perusahaan dan devident payout ratio nilai t- hitungnya sebesar

161,875 berada taraf signifikan sebesar 0,000 pada tingkat signifikan 0,05.

7. Penelitian ini telah didukung uji asumsi klasik yaitu data berdistribusi normal, tidak

terdapat heteroskedastisitas, tidak terdapat multikolinieritas, tidak terjadi

autokorelasi dalam uji linieritas, secara keseluruhan model regresi dapat dikatakan

reliable untuk menganalisis variabel- variabel tersebut. Nilai Adjusted R Square

sebesar 73 %, hal ini mengidentifikasi bahwa masih ada beberapa faktor-faktor

selain variabel bebas tersebut yang mempengaruhi perataan laba sebesar 27%.

Page 7: BAB V

80

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran-saran yang

diajukan adalah:

1. Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah pengujian faktor-faktor yang

mempengaruhi perataan laba (income smoothing) selain profitabilitas, leverage,

ukuran perusahaan, growth, dan Devident Payout Ratio.

2. Penelitian berikutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel dan mewakili

masing-masing sektor industri sehingga hasilnya mampu menggambarkan secara

menyeluruh keadaan perusahaan go public di Indonesia. Selain itu, peneliti juga

dapat memperpanjang periode pengamatan yang akan diteliti.