BAB IV.pdf

22
71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010 (5 tahun). Pemilihan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan beberapa ketentuan, yaitu perusahaan yang melakukan CSR di tahun 2008. Pengambilan sampel penelitian ini digambarkan pada tabel di bawah ini : Tabel 3 Sampel Penelitian Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan Perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2006-2010 386 Perusahaan yang mulai melakukan CSR sebelum tahun 2008 (371) Perusahaan mengalami kerugian pada salah satu tahun penelitian (8) Sampel Penelitian 7 Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2011 Nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 4 Daftar Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian No Nama perusahaan Kode 1 PT. Ace Hardware Indonesia Tbk ACES 2 Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk AHAP 3 Bhakti Capital Indonesia, Tbk BCAP 4 Bank Bumi Artha, Tbk BNBA 5 Clipan Finance Indonesia, Tbk CFIN 6 Enseval Putra Megatrading, Tbk EPMT 7 Hero Supermarket, Tbk HERO Sumber: Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia

Transcript of BAB IV.pdf

  • 71

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Deskripsi Objek Penelitian

    Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010 (5 tahun). Pemilihan

    sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode purposive

    sampling dengan beberapa ketentuan, yaitu perusahaan yang melakukan CSR di tahun

    2008. Pengambilan sampel penelitian ini digambarkan pada tabel di bawah ini :

    Tabel 3

    Sampel Penelitian

    Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan

    Perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2006-2010 386

    Perusahaan yang mulai melakukan CSR sebelum tahun 2008 (371)

    Perusahaan mengalami kerugian pada salah satu tahun penelitian (8)

    Sampel Penelitian 7

    Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2011

    Nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    Tabel 4

    Daftar Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian

    No Nama perusahaan Kode 1 PT. Ace Hardware Indonesia Tbk ACES

    2 Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk AHAP

    3 Bhakti Capital Indonesia, Tbk BCAP

    4 Bank Bumi Artha, Tbk BNBA

    5 Clipan Finance Indonesia, Tbk CFIN

    6 Enseval Putra Megatrading, Tbk EPMT

    7 Hero Supermarket, Tbk HERO Sumber: Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia

  • 72

    IV.2 Deskripsi Data Penelitian

    Dari 386 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun

    2006 sampai dengan tahun 2010 hanya ada 7 perusahaan yang sesuai kriteria yang

    dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini. Untuk mengetetahui apakah

    perusahaan itu menerapkan program CSR atau tidak, maka peneliti melihat dalam

    laporan tahunan perusahaan, sedangkan untuk menghitung nilai ROA, PPh dan

    juga biaya operasi perusahaan, maka peneliti melihat kepada laporan keuangan

    perusahaan yang berupa laporan laba rugi dan neraca tahun 2006-2010.

    IV.3 Deskripsi Hasil Penelitian

    IV.3.1 Profitabilitas

    Profitabilitas adalah suatu angka yang menunjukkan kemampuan suatu

    entitas usaha untuk menghasilkan laba. Dalam penelitian ini untuk mengukur

    profitabilitas perusahaan yaitu dengan mengunakan rasio ROA (Return On Asset).

    Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh asset yang digunakan

    dapat menghasilkan laba. Dalam hal ini adalah laba bersih.

  • 73

    Berikut jumlah ROA 7 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini :

    Tabel 5

    Return On Asset (ROA)

    Perusahaan yang Terdaftar di BEI

    TAHUN 2006-2010

    Kode Perusahaan Tahun

    Rata-rata

    2006 2007 2008 2009 2010

    ACES 12.09% 8.53% 16.53% 15.91% 15.91% 13.79%

    AHAP 5.13% 2.64% 3.20% 7.22% 7.22% 5.08%

    BCAP 4.81% 10.65% 1.15% 0.65% 0.65% 3.58%

    BNBA 1.54% 1.07% 1.35% 1.17% 1.17% 1.26%

    CFIN 6.44% 4.46% 7.02% 8.48% 8.48% 6.98%

    EPMT 1.15% 11.06% 10.62% 11.02% 11.02% 8.97%

    HERO 3.97% 3.95% 4.55% 6.07% 6.07% 4.92%

    Rata-Rata 5.02% 6.05% 6.35% 7.22% 7.22% 6.37% Sumber : Data diolah, 2011

    Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Return On Asset (ROA) rata-

    rata perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010

    yang dijadikan sampel penelitian ini adalah sebesar 6,37 %. Perusahaan yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki Return On Asset (ROA) paling

    tinggi diantara perusahaan lain yang dijadikan sampel penelitian ini adalah PT

    Ace Hardware Indonesia, Tbk (ACES) sebesar 13,79 %. Angka ini menunjukkan

    bahwa perusahaan dapat mempergunakan dengan baik aktiva yang dimilikinya

    untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memiliki

    Return On Asset (ROA) paling rendah diantara perusahaan yang lain adalah Bank

    Bumi Artha, Tbk (BNBA) yaitu sebesar 1,26 %. Angka ini menunjukkan bahwa

    perusahaan kurang dapat memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya untuk

    menghasilkan laba perusahaan. Tabel juga menunjukkan bahwa Return On Asset

    (ROA) rata-rata yang tinggi terjadi pada tahun 2009 dan 2010, yaitu sebesar 7,22

    %, pada dua tahun ini perusahaan dapat memanfaatkan aktiva yang dimilikinya

  • 74

    untuk menghasilkan laba perusahaan jika dibandingkan dengan tahun 2006,

    dimana perusahaan hanya memanfaatkan 5,02% dari total aktiva yang dimilikinya

    untuk menghasilkan laba perusahaan.

    IV.3.2 Besaran Pajak Penghasilan (PPh)

    Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas

    penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak

    Berikut jumlah Besaran PPh 7 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian

    ini :

    Tabel 6

    Besaran Pajak Penghasilan (PPh)

    Perusahaan yang Terdaftar di BEI

    Kode Perusahaan Tahun Rata-rata

    2006 2007 2008 2009 2010

    ACES 30.17% 29.50% 28.79% 25.15% 23.84% 27.49%

    AHAP 5.33% 34.83% 14.13% 0.57% 2.42% 11.46%

    BCAP 11.46% 22.19% 36.88% 15.37% 7.64% 18.71%

    BNBA 32.95% 30.30% 33.56% 31.45% 26.18% 30.89%

    CFIN 27.53% 20.73% 28.58% 25.68% 24.29% 28.54%

    EPMT 28.97% 28.74% 30.13% 28.44% 26.43% 29.05%

    HERO 29.13% 29.47% 35.93% 26.41% 24.29% 24.50%

    RATA-RATA 23.65% 27.97% 29.71% 21.87% 19.30% 24.38% Sumber : Data diolah, 2011

    Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata besaran PPh

    perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010 yang

    dijadikan sampel penelitian ini adalah sebesar 24,38 %. Perusahaan yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki rata-rata besaran PPh paling

    tinggi diantara perusahaan lain yang dijadikan sampel penelitian ini adalah Bank

    Bumi Artha, Tbk (BNBA) dengan rata-rata besaran PPh perusahaan selama tahun

    2006 sampai dengan tahun 2010 sebesar 30,89 %. Angka ini menunjukkan

  • 75

    bahwa pajak penghasilan yang harus dikeluarkan Bank Bumi Artha, Tbk

    (BNBA) selama tahun 2006 sampai 2010 adalah 30,89 % dari jumlah laba bersih

    perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata besaran PPh paling

    sedikit diantara perusahaan lain yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu

    Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk (AHAP) dengan rata-rata besaran PPh nya

    sebesar 11,46 %. Angka ini menunjukkan bahwa pajak penghasilan yang

    dibebankan kepada perusahaan selama tahun 2006 sampai tahun 2010 yaitu

    sebesar 11,46 % dari laba bersih perusahaan. Tabel juga menunjukkan bahwa

    rata-rata besaran PPh perusahaan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu

    sebesar 29,71 %, angka ini menunjukkan bahwa pada tahun 2008, untuk

    perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini harus membayar pajak

    penghasilannya pada tahun tersebut sebesar 29,71 % dari keseluruhan laba bersih

    yang dimiliki perusahaan. Sedangkan rata-rata besaran PPh yang paling rendah

    terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 19,30 %, dimana angka ini menunjukkan

    bahwa pada tahun 2010 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini

    dibebankan pajak penghailan sebesar 19,30 % dari total laba bersih perusahaan.

    IV.3.3 Biaya Operasi

    Biaya operasi adalah biaya produksi atau harga pokok pabrik ditambah

    biaya penjualan, biaya administrasi dan biaya umum. Dalam penelitian ini, untuk

    mengukur efisiensi biaya dapat digunakan rasio BOPO (Biaya Operasi terhadap

    Pendapatan Operasi).

    Berikut jumlah Rasio BOPO 7 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian

    ini :

  • 76

    Tabel 7

    Rasio BOPO

    Perusahaan yang Terdaftar di BEI

    TAHUN 2006-2010

    Kode Perusahaan Tahun Rata-rata

    2006 2007 2008 2009 2010

    ACES 26.25% 25.97% 27.68% 27.54% 29.90% 27.47%

    AHAP 32.18% 27.81% 27.29% 20.22% 16.82% 24.86%

    BCAP 49.81% 35.48% 62.27% 55.73% 78.13% 56.28%

    BNBA 342.02% 38.21% 37.02% 39.22% 40.72% 99.44%

    CFIN 30.83% 44.62% 34.88% 26.83% 18.68% 31.17%

    EPMT 7.75% 7.61% 7.58% 7.15% 6.30% 7.28%

    HERO 19.57% 20.06% 17.61% 17.83% 19.16% 18.85%

    Rata-rata 72.63% 28.54% 30.62% 27.79% 29.96% 37.91% Sumber : Data diolah, 2011

    Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Biaya Operasi

    terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia pada tahun 2006-2010 yang dijadikan sampel penelitian ini adalah

    sebesar 37,91 %. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

    memiliki rasio BOPO paling tinggi diantara perusahaan lain yang dijadikan

    sampel penelitian ini adalah Bank Bumi Artha, Tbk (BNBA) dengan rata-rata

    BOPO sebesar 99,44 %. Sedangkan perusahaan dengan rasio BOPO paling

    sedikit diantara perusahaan lain yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu

    Enseval Putra Megatrading, Tbk (EPMT) dengan rata-rata BOPO sebesar 7,28 %.

    Tabel juga menunjukkan bahwa rata-rata BOPO yang paling tinggi terjadi pada

    tahun 2006 yaitu sebesar 72,63 %, sedangkan rata-rata BOPO paling rendah

    terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 27,79 %.

  • 77

    IV.3.4 Corporate Social Responsibility

    Corporate Social Responsibility adalah segala bentuk perhatian dari

    perusahaan terhadap kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar dimana

    perusahaan tersebut beroperasi. Berikut rata-rata CSR yang diukur dengan CSDI

    7 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini :

    Tabel 8

    CSR yang diukur dengan CSDI

    Perusahaan yang Terdaftar di BEI

    TAHUN 2006-2010

    Sumber : Data diolah, 2011

    Dari tabel 4.6 dapat dilihat rata-rata CSR dari 7 perusahaan yang menjadi

    sampel penelitian selama tahun 2008-2010 adalah 5,95%. Perusahaan yang

    memiliki rata-rata CSR tertinggi diantara semua perusahaan sampel yaitu PT.

    Enseval Putra Megatrading, Tbk (EPMT) dengan rata-rata CSR sebesar 12,80%

    sedangakan perusahaan yang memiliki rata-rata CSR terendah diantara semua

    perusahaan yaitu Bank Bumi Artha, Tbk (BNBA) dengan rata-rata CSR sebesar

    3,80%. Dari tabel diatas juga terlihat selama tahun 2008-2010, tahun yang

    memiliki rata-rata CSR tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 6,20%

    Kode Perusahaan Tahun

    Rata-rata

    2008 2009 2010

    ACES 3.80% 5.10% 3.80% 4.23%

    AHAP 5.10% 5.10% 5.10% 5.10%

    BCAP 3.80% 5.10% 3.80% 4.23%

    BNBA 3.80% 3.80% 3.80% 3.80%

    CFIN 6.40% 6.40% 6.40% 6.40%

    EPMT 12.80% 12.80% 12.80% 12.80%

    HERO 5.10% 5.10% 5.10% 5.10%

    Rata-Rata 5.83% 6.20% 5.83% 5.95%

  • 78

    sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2008 dan 2010 dengan rata-rata CSR

    sebesar 5,83%.

    IV.4 Analisis Data dan Uji Hipotesis

    IV.4.1 Analisis Statistik Deskriptif

    Tabel 9

    Variabel CSR yang diukur dengan menggunakan 78 item indikator GRI

    (Global Reporting Inisiatif) memiliki nilai indeks rata-rata sebesar 0,035714 dengan

    standar deviasi 0,0374610. Indeks rata-rata ini berarti bahwa tingkat pengungkapan

    tanggung jawab sosial pada laporan tahunan perusahaan masih sangat rendah. Hal ini

    dikarenakan di Indonesia, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan masih

    bersifat sukarela, sehingga perusahaan tidak terlalu memfokuskan hal tersebut.

    Rata-rata (mean) variabel ROA dalam penelitian ini adalah 0,063700. Hal ini

    menunjukkan bahwa tingkat kinerja keuangan perusahaan sangat beragam, tergantung

    dari jenis industri tersebut. Karena jenis industri dalam penelitian ini tidak

    dikelompokkan, sehingga jenis industri nya sangat beragam. Untuk variabel PPh,

    rata-rata (mean) nya sebesar 0,241254. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya

    besaran PPh yang dibebankan kepada perusahaan selama kurun waktu 5 tahun.

    Descriptive Statistics

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    CSR 35 .0000 .1280 .035714 .0374610

    ROA 35 .0065 .1653 .063700 .0464110

    PPh 35 .0057 .3688 .241254 .1000098

    BOPO 35 .0630 3.4202 .379066 .5526446

    Valid N (listwise) 35

  • 79

    Variabel biaya operasi yang diukur dengan rasio BOPO menunjukkan angka

    mean sebesar 0,379066. Angka ini menunjukkan bahwa biaya operasi yang

    dikeluarkan perusahaan selama tahun penelitian tergolong rendah dan beragam. Hal

    ini dikarenakan beragamnya jenis usaha perusahaan yang menjadi sampel dalam

    penelitian ini.

    IV.4.2 Analisis CSDI

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 78 item pengungkapan

    berdasarkan GRI yang terdiri dari indikator lingkungan (13 item), energi (7 item),

    kesehatan dan keselamatan kerja (8 item), lain-lain tenaga kerja (29 item), produk (10

    item), dan keterlibatan masyarakat (9 item) dan umum (2 item). Berdasarkan analisis

    statistik deskriptif di atas, diperoleh rata-rata indeks CSDI dari 7 perusahaan sampel

    yang tercatat di BEI pada tahun 2006 dan 2010 hanya sebesar 0,035714 (indeks

    maksimum = 1).

    Kecilnya angka rata-rata indeks CSDI ini dapat disebabkan karena beberapa

    kemungkinan, pertama, perusahaan masih menggunakan pola pengungkapan CSR

    yang sangat sederhana, hal ini disebabkan karena belum adanya peraturan yang jelas,

    sehingga banyak perusahaan yang melaporkan informasi lingkungan dan tanggung

    jawab sosialnya hanya sebagai bagian dari laporan tahunan, bukan/belum dalam

    bentuk sustainability reporting (Darwin, 2007 dalam Dahlia dan Siregar, 2008).

  • 80

    IV.4.3 Uji Asumsi Best Linear Unbiased Estimator (BLUE)

    a. Uji Multikolinearitas

    Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

    ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

    baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika variabel

    independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel

    ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel

    independen adalah sama dengan nol. Multikolinearitas dapat dilihat dari variance

    inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan

    adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF

    > 10 (Ghozali, 2006:96).

    Tabel 10

    Coefficients Variance Inflation Factor

    Coefficientsa

    Model Tolerance VIF 1 (Constan) ROA PPh BOPO

    0.904 0,987 0,897

    1.107 1.013 1.115

    Sumber : Output SPSS lampiran 7 yang diolah

    Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari variabel ROA

    sebesar 0,904, variabel PPh sebesar 0,987 dan variabel BOPO sebesar 0,897.

    Dengan demikian semua variabel independen tidak ada yang kurang dari 0,10 yang

    berarti tidak ada korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2006 : 97). Adapun

    nilai VIF pada seluruh variabel independen lebih kecil dari 10, dimana nilai VIF

    untuk variabel ROA adalah 1,107, untuk variabel PPh nilai VIF nya 1,013 dan

    untuk variabel BOPO VIF nya sebesar 1,115. Dari tabel diatas maka dapat

  • 81

    disimpulkan bahwa dari seluruh variabel yang dijadikan sampel dalam penelitian

    ini menunjukkan tidak adanya multikolinearitas antar variabel independen dalam

    model regresi.

    b. Uji Autokorelasi

    Untuk menguji apakah terdapat Autokorelasi atau tidak dapat

    menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).

    Tabel 11

    Durbin-Watson test

    Model Summaryb

    Model Durbin-Watson 1 .778

    Sumber : Output SPSS Lampiran 8 yang diolah

    Berdasarkan tabel diatas terlihat nilai DW sebesar 0,778. Jika kita

    bandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan jumlah sampel 35 (n) dan jumlah

    variabel independen 3 (k=3), dihasilkan nilai dl (lower) = 1,283 dan nilai du

    (upper) = 1,653. Oleh karena nilai DW = 0,768 berada dibawah dl =1,283, maka

    dapat disimpulkan terdapat autokorelasi positif.

    Oleh karena adanya autokorelasi, maka nilai standar error (SE) dan nilai t

    statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan

    autokorelasi dengan membuat variabel baru lag satu dari residual (Ut_1). (Ghozali,

    2006 : 118). Hasil pengobatan autokorelasi adalah sebagai berikut :

  • 82

    Tabel 12

    Durbin-Watson test (LAG)

    Model Summaryb

    Model Durbin-Watson 1 2.092

    Sumber : Output SPSS Lampiran 9 yang diolah

    Dari tabel diatas menunjukkan adanya perubahan nilai DW. Nilai DW

    awal yaitu sebesar 0,778 yang menunjukkan bahwa terdapat autokorelasi, setelah

    dilakukan pengobatan dengan Lag maka nilai DW naik menjadi 2,092. Nilai DW

    sebesar 2,092 dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai

    signifikasi 5%, jumlah sampel 35 (n) dan jumlah variabel independen 3 (k=3),

    maka di tabel Durbin-Watson akan didapatkan nilai sebagai berikut :

    Tabel 13

    Tabel Durbin-Watson Test Bound

    K=3 N Dl du 35 . . . .

    100

    1.283 . . . .

    1.613

    1.653 . . . .

    1.736

    Oleh karena nilai DW 2,092 lebih besar dari atas (du) 1,653 dan kurang

    dari 4 1,653 (4 du), maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak bisa menolak Ho

    yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif (lihat tabel

    keputusan) atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali, 2006:125).

  • 83

    c. Uji Heterokedastisitas

    Untuk menguji apakah terdapat heterokedastisitas atau tidak, dapat melihat

    grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan

    residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan

    dengan melihata ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara

    SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah terprediksi dan sumbu

    X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah di-studentized

    (Ghozali, 2006:126).

    Gambar 2

    Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak

    baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan

    bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi

    layak dipakai untuk memprediksi CSR berdasarkan masukan variabel independen

    ROA, PPh dan Biaya Operasi.

  • 84

    d. Uji Normalitas

    Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis statistik. Dalam penelitian

    ini untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik

    Kolmogorov-Smirnov (K-S). uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis

    (Ghozali, 2006:151) :

    Ho : data residual berdistribusi normal

    Ha : data residual tidak berdistribusi normal

    Tabel 14

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized

    residual Kolmogorov-Smirnov Z 0.860 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.450

    Sumber : Hasil Output SPSS lampiran 10 yang diolah

    Dari hasil output SPSS diatas menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov

    sebesar 0,860 dan signifikan pada 0,450 (karena p = 0,450 > 0,05). Jadi kita tidak

    dapat menolak Ho yang menyatakan bahwa residual terdistribusi secara normal

    atau dengan kata lain residual berdistribusi normal.

    IV.4.4 Uji dua sampel berpasangan (paired sample t-test)

    Setelah dilakukan uji asumsi BLUE dan data dinyatakan telah lolos

    seluruh asumsi BLUE, maka untuk menguji apakah terdapat perbedaaan rata-rata

    profitabilitas, PPh dan biaya operasi perusahaan sebelum dan setelah menerapkan

    CSR yaitu dengan uji dua sampel berpasangan.

  • 85

    a. Variabel ROA

    Tabel 15

    Paired Samples test- Variabel ROA T Sig. (2-tailed) Pair 1 ROA sebelum-ROA sesudah -1.819 .092

    Sumber : Output SPSS lampiran 11 yang diolah

    Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut (Priyatno, 2008:100-101) :

    1. Menentukan hipotesis

    Ho1 tidak terdapat perbedaan rata-rata profitabilitas perusahaan

    sebelum dan sesudah menerapkan CSR.

    Ha1 terdapat perbedaan rata-rata profitabilitas perusahaan sebelum

    dan sesudah menerapkan CSR.

    2. Menentukan tingkat signifikansi

    Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi = 5%.

    Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam

    mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya

    5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam

    penelitian).

    3. Menentukan nilai t hitung.

    Dari tabel diatas didapat nilai t hitung adalah -1,819

    4. Menentukan t tabel

    Tabel distribusi t dicari pada = 5% : 2 = 2,5% (uji dua sisi) dengan derajat

    kebebasan (df) n-1 atau 14-1 = 13. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025)

    hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,1604.

    5. Kriteria Pengujian

  • 86

    Ho1 diterima

    - Ho1 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Artinya terdapat

    perbedaan rata-rata profitabilitas perusahan sebelum dan sesudah penerapan

    CSR.

    - Ho1 diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel. Artinya tidak terdapat perbedaan

    rata-rata profitabilitas perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR

    - Berdasar probabilitas :

    Ho1 diterima jika P value > 0,05

    Ho1 ditolak jika P value < 0,05

    6. Membandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas

    Nilai -t hitung > -t tabel ( -1,819 > -2,1604) dan P value ( 0,092 > 0,05) maka Ho1

    diterima.

    7. Gambar

    Gambar 3

    Daerah Penentuan Ho1

    Oleh karena nilai -t hitung > -t tabel ( -1,819 > -2,1604) dan P value (

    0,092 > 0,05) maka Ho1 diterima, artinya bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

    rata profitabilitas perusahaan yang dihitung dengan rasio Return On Asset (ROA)

    sebelum dan sesudah perusahaan menerapkan CSR.

    Ho1 ditolak Ho1 ditolak

    -2,160 +2,1604-1,819

  • 87

    Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraini (2006) yang

    menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan

    pengungkapan informasi sosial oleh perusahaan, namun penelitian ini tidak sejalan

    dengan penelitian Istiqomah (2011) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan

    secara signifikan ROA sebelum dan setelah melaksanakan program CSR pada

    industri telekomunikasi. Penelitian saat ini tidak sejalan dengan penelitian

    Istiqomah (2011) dikarenakan penelitian yang dilakukan Istiqomah (2011) hanya

    terfokus kepada perusahaan industri telekomunikasi saja sedangkan penelitiaan ini

    mengambil populasi seluruh perusahaan yang listing di BEI, sehingga lingkup

    sampel nya sangat besar. Ukuran perusahaan dan jenis industri pun menjadi salah

    satu faktor yang menjadikan ROA perusahaan sebelum dan sesudah penerapkan

    CSR tidak terlihat perbedaannya karena jika ukuran dan jenis industri nya berbeda

    maka penggunaan masing-masing perusahaan terhadap aktiva yang dimilikinya

    akan berbeda-beda. Dalam penelitian ini tidak hanya perusahaan manufaktur saja

    tapi ada juga lembaga keuangan dan bank, jika dibandingkan dengan perusahaan

    manufaktur maka penggunaan aktiva pada lembaga keuangan dan bank akan lebih

    kecil karena lembaga keuangan dan bank dalam memaksimalkan labanya bukan

    dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya namun dengan memaksimalkan

    para nasabahnya dalam melakukan transaksi keuangan di lembaga tersebut.

    b. Variabel PPh

    Tabel 16

    Paired Samples test- Variabel PPh T Sig. (2-tailed) Pair 1 PPh sebelum-PPh sesudah 2.175 .049

    Sumber : Output SPSS lampiran 12 yang diolah

    Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut (Priyatno, 2008:100-101) :

  • 88

    1. Menentukan hipotesis

    Ho2 tidak terdapat perbedaan rata-rata PPh perusahaan sebelum dan

    sesudah menerapkan CSR.

    Ha2 terdapat perbedaan rata-rata PPh perusahaan sebelum dan sesudah

    menerapkan CSR.

    2. Menentukan tingkat signifikansi

    Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi = 5%.

    Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam

    mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya

    5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam

    penelitian).

    3. Menentukan nilai t hitung.

    Dari tabel diatas didapat nilai t hitung adalah 2,175.

    4. Menentukan t tabel

    Tabel distribusi t dicari pada = 5% : 2 = 2,5% (uji dua sisi) dengan derajat

    kebebasan (df) n-1 atau 14-1 = 13. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025)

    hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,1604.

    5. Kriteria Pengujian

    - Ho2 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Artinya terdapat

    perbedaan rata-rata PPh perusahan sebelum dan sesudah penerapan CSR.

    - Ho2 diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel. Artinya tidak terdapat perbedaan

    rata-rata PPh perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR

    - Berdasar probabilitas :

    Ho2 diterima jika P value > 0,05

    Ho2 ditolak jika P value < 0,05

  • 89

    Ho2 diterima

    6. Membandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas

    Nilai -t hitung < -t tabel ( -2,175 < -2,1604) dan P value ( 0,049 < 0,05) maka Ho2

    ditolak.

    7. Gambar

    Gambar 4

    Daerah Penentuan Ho2

    Oleh karena nilai -t hitung < -t tabel ( -2,175 < -2,1604) dan P value (

    0,049 < 0,05) maka Ho2 ditolak, artinya bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata

    pajak penghasilan yang diharus dibayar perusahaan sebelum dan sesudah

    perusahaan tersebut menerapkan CSR.

    Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Permanasari

    (2010) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata besaran pajak

    penghasilan yang dibayar perusahaan sebelum dan setelah menerapkan CSR.

    Dalam penelitian ini pun dapat membuktikan bahwa penerapan CSR berhubungan

    dengan PPh perusahaan. Perusahaan yang telah menerapkan program CSR secara

    konsisten akan diberikan sebuah insentif pajak dari pemerintah berupa

    pengurangan PPh. Hal ini merupakan tindakan positif dari pemerintah dalam hal

    mendukung penerapan program CSR. Dengan adanya insentif ini, adalah sebuah

    Ho2 ditolak Ho2 ditolak

    -2,175 +2,1604-2,1604

  • 90

    motivasi perusahaan untuk turut andil dalam menerapkan program CSR di

    perusahaannya (Mangoting, 2007).

    c. Variabel Biaya Operasi

    Tabel 17

    Paired Samples test- Variabel Biaya Operasi T Sig. (2-tailed) Pair 1 BOPO sebelum-BOPO sesudah 1.356 .198

    Sumber : Output SPSS lampiran 13 yang diolah

    Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut (Priyatno, 2008:100-101) :

    1. Menentukan hipotesis

    Ho3 tidak terdapat perbedaan rata-rata biaya operasi perusahaan sebelum

    dan sesudah menerapkan CSR.

    Ha3 terdapat perbedaan rata-rata biaya operasi perusahaan sebelum dan

    sesudah menerapkan CSR.

    2. Menentukan tingkat signifikansi

    Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi = 5%.

    Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam

    mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya

    5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam

    penelitian).

    3. Menentukan nilai t hitung.

    Dari tabel diatas didapat nilai t hitung adalah 1,356.

    4. Menentukan t tabel

    Tabel distribusi t dicari pada = 5% : 2 = 2,5% (uji dua sisi) dengan derajat

    kebebasan (df) n-1 atau 14-1 = 13. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025)

    hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,1604.

  • 91

    Ho3 diterima

    5. Kriteria Pengujian

    - Ho3 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Artinya terdapat

    perbedaan rata-rata biaya operasi perusahan sebelum dan sesudah penerapan

    CSR.

    - Ho3 diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel. Artinya tidak terdapat perbedaan

    rata-rata biaya operasi perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR

    - Berdasar probabilitas :

    Ho3 diterima jika P value > 0,05

    Ho3 ditolak jika P value < 0,05

    6. Membandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas

    Nilai -t hitung > -t tabel ( -1,356 > -2,1604) dan P value ( 0,198 > 0,05) maka Ho3

    diterima.

    7. Gambar

    Gambar 5

    Daerah Penentuan Ho3

    Oleh karena nilai -t hitung > -t tabel ( -1,356 > -2,1604) dan P value (

    0,198 > 0,05) maka Ho3 diterima, artinya bahwa tidak ada perbedaan antara rata-

    rata biaya operasi perusahaan sebelum dan sesudah perusahaan tersebut

    menerapkan CSR.

    Ho3 ditolak Ho3 ditolak

    -2,160 +2,1604 -1,356

  • 92

    Penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Permanasari

    (2010) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata biaya operasi perusahaan

    sebelum dan sesudah menerapkan CSR. Kotler dan Lee (2005) menyatakan bahwa

    kegiatan CSR akan berpengaruh terhadap kegiatan promosi perusahaan yang berujung

    akan meningkatkan penjualan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan

    mengurangi biaya pemasarannya dan itu berarti akan terjadi penurunan biaya operasi

    perusahaan.

    Pernyataan Kotler dan Lee (2005) tersebut tidak terbukti dalam penelitian ini

    karena dalam penelitian ini tidak ada pengelompokkan ukuran perusahaan maupun

    jenis perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini. Dengan tidak adanya

    pengelompokkan perusahaan, hal ini menjadi faktor yang sangat berpengaruh tidak

    terjadinya perbedaan biaya operasi perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR,

    karena jika perusahaan manufaktur tergantung terhadap penjualannya, berbeda dengan

    lembaga keuangan dan bank yang tidak melakukan penjualan. Sehingga meskipun

    lembaga keuangan dan bank itu menerapkan CSR atau tidak maka tidak akan

    berpengaruh terhadap penurunan biaya operasi nya.