BAB IV.pdf
-
Upload
vicky-ren-dewe -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of BAB IV.pdf
-
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2010 (5 tahun). Pemilihan
sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode purposive
sampling dengan beberapa ketentuan, yaitu perusahaan yang melakukan CSR di tahun
2008. Pengambilan sampel penelitian ini digambarkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 3
Sampel Penelitian
Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2006-2010 386
Perusahaan yang mulai melakukan CSR sebelum tahun 2008 (371)
Perusahaan mengalami kerugian pada salah satu tahun penelitian (8)
Sampel Penelitian 7
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2011
Nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 4
Daftar Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian
No Nama perusahaan Kode 1 PT. Ace Hardware Indonesia Tbk ACES
2 Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk AHAP
3 Bhakti Capital Indonesia, Tbk BCAP
4 Bank Bumi Artha, Tbk BNBA
5 Clipan Finance Indonesia, Tbk CFIN
6 Enseval Putra Megatrading, Tbk EPMT
7 Hero Supermarket, Tbk HERO Sumber: Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia
-
72
IV.2 Deskripsi Data Penelitian
Dari 386 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2006 sampai dengan tahun 2010 hanya ada 7 perusahaan yang sesuai kriteria yang
dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini. Untuk mengetetahui apakah
perusahaan itu menerapkan program CSR atau tidak, maka peneliti melihat dalam
laporan tahunan perusahaan, sedangkan untuk menghitung nilai ROA, PPh dan
juga biaya operasi perusahaan, maka peneliti melihat kepada laporan keuangan
perusahaan yang berupa laporan laba rugi dan neraca tahun 2006-2010.
IV.3 Deskripsi Hasil Penelitian
IV.3.1 Profitabilitas
Profitabilitas adalah suatu angka yang menunjukkan kemampuan suatu
entitas usaha untuk menghasilkan laba. Dalam penelitian ini untuk mengukur
profitabilitas perusahaan yaitu dengan mengunakan rasio ROA (Return On Asset).
Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh asset yang digunakan
dapat menghasilkan laba. Dalam hal ini adalah laba bersih.
-
73
Berikut jumlah ROA 7 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini :
Tabel 5
Return On Asset (ROA)
Perusahaan yang Terdaftar di BEI
TAHUN 2006-2010
Kode Perusahaan Tahun
Rata-rata
2006 2007 2008 2009 2010
ACES 12.09% 8.53% 16.53% 15.91% 15.91% 13.79%
AHAP 5.13% 2.64% 3.20% 7.22% 7.22% 5.08%
BCAP 4.81% 10.65% 1.15% 0.65% 0.65% 3.58%
BNBA 1.54% 1.07% 1.35% 1.17% 1.17% 1.26%
CFIN 6.44% 4.46% 7.02% 8.48% 8.48% 6.98%
EPMT 1.15% 11.06% 10.62% 11.02% 11.02% 8.97%
HERO 3.97% 3.95% 4.55% 6.07% 6.07% 4.92%
Rata-Rata 5.02% 6.05% 6.35% 7.22% 7.22% 6.37% Sumber : Data diolah, 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Return On Asset (ROA) rata-
rata perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010
yang dijadikan sampel penelitian ini adalah sebesar 6,37 %. Perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki Return On Asset (ROA) paling
tinggi diantara perusahaan lain yang dijadikan sampel penelitian ini adalah PT
Ace Hardware Indonesia, Tbk (ACES) sebesar 13,79 %. Angka ini menunjukkan
bahwa perusahaan dapat mempergunakan dengan baik aktiva yang dimilikinya
untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memiliki
Return On Asset (ROA) paling rendah diantara perusahaan yang lain adalah Bank
Bumi Artha, Tbk (BNBA) yaitu sebesar 1,26 %. Angka ini menunjukkan bahwa
perusahaan kurang dapat memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya untuk
menghasilkan laba perusahaan. Tabel juga menunjukkan bahwa Return On Asset
(ROA) rata-rata yang tinggi terjadi pada tahun 2009 dan 2010, yaitu sebesar 7,22
%, pada dua tahun ini perusahaan dapat memanfaatkan aktiva yang dimilikinya
-
74
untuk menghasilkan laba perusahaan jika dibandingkan dengan tahun 2006,
dimana perusahaan hanya memanfaatkan 5,02% dari total aktiva yang dimilikinya
untuk menghasilkan laba perusahaan.
IV.3.2 Besaran Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak
Berikut jumlah Besaran PPh 7 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian
ini :
Tabel 6
Besaran Pajak Penghasilan (PPh)
Perusahaan yang Terdaftar di BEI
Kode Perusahaan Tahun Rata-rata
2006 2007 2008 2009 2010
ACES 30.17% 29.50% 28.79% 25.15% 23.84% 27.49%
AHAP 5.33% 34.83% 14.13% 0.57% 2.42% 11.46%
BCAP 11.46% 22.19% 36.88% 15.37% 7.64% 18.71%
BNBA 32.95% 30.30% 33.56% 31.45% 26.18% 30.89%
CFIN 27.53% 20.73% 28.58% 25.68% 24.29% 28.54%
EPMT 28.97% 28.74% 30.13% 28.44% 26.43% 29.05%
HERO 29.13% 29.47% 35.93% 26.41% 24.29% 24.50%
RATA-RATA 23.65% 27.97% 29.71% 21.87% 19.30% 24.38% Sumber : Data diolah, 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata besaran PPh
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010 yang
dijadikan sampel penelitian ini adalah sebesar 24,38 %. Perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki rata-rata besaran PPh paling
tinggi diantara perusahaan lain yang dijadikan sampel penelitian ini adalah Bank
Bumi Artha, Tbk (BNBA) dengan rata-rata besaran PPh perusahaan selama tahun
2006 sampai dengan tahun 2010 sebesar 30,89 %. Angka ini menunjukkan
-
75
bahwa pajak penghasilan yang harus dikeluarkan Bank Bumi Artha, Tbk
(BNBA) selama tahun 2006 sampai 2010 adalah 30,89 % dari jumlah laba bersih
perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata besaran PPh paling
sedikit diantara perusahaan lain yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu
Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk (AHAP) dengan rata-rata besaran PPh nya
sebesar 11,46 %. Angka ini menunjukkan bahwa pajak penghasilan yang
dibebankan kepada perusahaan selama tahun 2006 sampai tahun 2010 yaitu
sebesar 11,46 % dari laba bersih perusahaan. Tabel juga menunjukkan bahwa
rata-rata besaran PPh perusahaan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu
sebesar 29,71 %, angka ini menunjukkan bahwa pada tahun 2008, untuk
perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini harus membayar pajak
penghasilannya pada tahun tersebut sebesar 29,71 % dari keseluruhan laba bersih
yang dimiliki perusahaan. Sedangkan rata-rata besaran PPh yang paling rendah
terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 19,30 %, dimana angka ini menunjukkan
bahwa pada tahun 2010 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
dibebankan pajak penghailan sebesar 19,30 % dari total laba bersih perusahaan.
IV.3.3 Biaya Operasi
Biaya operasi adalah biaya produksi atau harga pokok pabrik ditambah
biaya penjualan, biaya administrasi dan biaya umum. Dalam penelitian ini, untuk
mengukur efisiensi biaya dapat digunakan rasio BOPO (Biaya Operasi terhadap
Pendapatan Operasi).
Berikut jumlah Rasio BOPO 7 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian
ini :
-
76
Tabel 7
Rasio BOPO
Perusahaan yang Terdaftar di BEI
TAHUN 2006-2010
Kode Perusahaan Tahun Rata-rata
2006 2007 2008 2009 2010
ACES 26.25% 25.97% 27.68% 27.54% 29.90% 27.47%
AHAP 32.18% 27.81% 27.29% 20.22% 16.82% 24.86%
BCAP 49.81% 35.48% 62.27% 55.73% 78.13% 56.28%
BNBA 342.02% 38.21% 37.02% 39.22% 40.72% 99.44%
CFIN 30.83% 44.62% 34.88% 26.83% 18.68% 31.17%
EPMT 7.75% 7.61% 7.58% 7.15% 6.30% 7.28%
HERO 19.57% 20.06% 17.61% 17.83% 19.16% 18.85%
Rata-rata 72.63% 28.54% 30.62% 27.79% 29.96% 37.91% Sumber : Data diolah, 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Biaya Operasi
terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2006-2010 yang dijadikan sampel penelitian ini adalah
sebesar 37,91 %. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
memiliki rasio BOPO paling tinggi diantara perusahaan lain yang dijadikan
sampel penelitian ini adalah Bank Bumi Artha, Tbk (BNBA) dengan rata-rata
BOPO sebesar 99,44 %. Sedangkan perusahaan dengan rasio BOPO paling
sedikit diantara perusahaan lain yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu
Enseval Putra Megatrading, Tbk (EPMT) dengan rata-rata BOPO sebesar 7,28 %.
Tabel juga menunjukkan bahwa rata-rata BOPO yang paling tinggi terjadi pada
tahun 2006 yaitu sebesar 72,63 %, sedangkan rata-rata BOPO paling rendah
terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 27,79 %.
-
77
IV.3.4 Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility adalah segala bentuk perhatian dari
perusahaan terhadap kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar dimana
perusahaan tersebut beroperasi. Berikut rata-rata CSR yang diukur dengan CSDI
7 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini :
Tabel 8
CSR yang diukur dengan CSDI
Perusahaan yang Terdaftar di BEI
TAHUN 2006-2010
Sumber : Data diolah, 2011
Dari tabel 4.6 dapat dilihat rata-rata CSR dari 7 perusahaan yang menjadi
sampel penelitian selama tahun 2008-2010 adalah 5,95%. Perusahaan yang
memiliki rata-rata CSR tertinggi diantara semua perusahaan sampel yaitu PT.
Enseval Putra Megatrading, Tbk (EPMT) dengan rata-rata CSR sebesar 12,80%
sedangakan perusahaan yang memiliki rata-rata CSR terendah diantara semua
perusahaan yaitu Bank Bumi Artha, Tbk (BNBA) dengan rata-rata CSR sebesar
3,80%. Dari tabel diatas juga terlihat selama tahun 2008-2010, tahun yang
memiliki rata-rata CSR tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 6,20%
Kode Perusahaan Tahun
Rata-rata
2008 2009 2010
ACES 3.80% 5.10% 3.80% 4.23%
AHAP 5.10% 5.10% 5.10% 5.10%
BCAP 3.80% 5.10% 3.80% 4.23%
BNBA 3.80% 3.80% 3.80% 3.80%
CFIN 6.40% 6.40% 6.40% 6.40%
EPMT 12.80% 12.80% 12.80% 12.80%
HERO 5.10% 5.10% 5.10% 5.10%
Rata-Rata 5.83% 6.20% 5.83% 5.95%
-
78
sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2008 dan 2010 dengan rata-rata CSR
sebesar 5,83%.
IV.4 Analisis Data dan Uji Hipotesis
IV.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 9
Variabel CSR yang diukur dengan menggunakan 78 item indikator GRI
(Global Reporting Inisiatif) memiliki nilai indeks rata-rata sebesar 0,035714 dengan
standar deviasi 0,0374610. Indeks rata-rata ini berarti bahwa tingkat pengungkapan
tanggung jawab sosial pada laporan tahunan perusahaan masih sangat rendah. Hal ini
dikarenakan di Indonesia, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan masih
bersifat sukarela, sehingga perusahaan tidak terlalu memfokuskan hal tersebut.
Rata-rata (mean) variabel ROA dalam penelitian ini adalah 0,063700. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kinerja keuangan perusahaan sangat beragam, tergantung
dari jenis industri tersebut. Karena jenis industri dalam penelitian ini tidak
dikelompokkan, sehingga jenis industri nya sangat beragam. Untuk variabel PPh,
rata-rata (mean) nya sebesar 0,241254. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya
besaran PPh yang dibebankan kepada perusahaan selama kurun waktu 5 tahun.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CSR 35 .0000 .1280 .035714 .0374610
ROA 35 .0065 .1653 .063700 .0464110
PPh 35 .0057 .3688 .241254 .1000098
BOPO 35 .0630 3.4202 .379066 .5526446
Valid N (listwise) 35
-
79
Variabel biaya operasi yang diukur dengan rasio BOPO menunjukkan angka
mean sebesar 0,379066. Angka ini menunjukkan bahwa biaya operasi yang
dikeluarkan perusahaan selama tahun penelitian tergolong rendah dan beragam. Hal
ini dikarenakan beragamnya jenis usaha perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian ini.
IV.4.2 Analisis CSDI
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 78 item pengungkapan
berdasarkan GRI yang terdiri dari indikator lingkungan (13 item), energi (7 item),
kesehatan dan keselamatan kerja (8 item), lain-lain tenaga kerja (29 item), produk (10
item), dan keterlibatan masyarakat (9 item) dan umum (2 item). Berdasarkan analisis
statistik deskriptif di atas, diperoleh rata-rata indeks CSDI dari 7 perusahaan sampel
yang tercatat di BEI pada tahun 2006 dan 2010 hanya sebesar 0,035714 (indeks
maksimum = 1).
Kecilnya angka rata-rata indeks CSDI ini dapat disebabkan karena beberapa
kemungkinan, pertama, perusahaan masih menggunakan pola pengungkapan CSR
yang sangat sederhana, hal ini disebabkan karena belum adanya peraturan yang jelas,
sehingga banyak perusahaan yang melaporkan informasi lingkungan dan tanggung
jawab sosialnya hanya sebagai bagian dari laporan tahunan, bukan/belum dalam
bentuk sustainability reporting (Darwin, 2007 dalam Dahlia dan Siregar, 2008).
-
80
IV.4.3 Uji Asumsi Best Linear Unbiased Estimator (BLUE)
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen adalah sama dengan nol. Multikolinearitas dapat dilihat dari variance
inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF
> 10 (Ghozali, 2006:96).
Tabel 10
Coefficients Variance Inflation Factor
Coefficientsa
Model Tolerance VIF 1 (Constan) ROA PPh BOPO
0.904 0,987 0,897
1.107 1.013 1.115
Sumber : Output SPSS lampiran 7 yang diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari variabel ROA
sebesar 0,904, variabel PPh sebesar 0,987 dan variabel BOPO sebesar 0,897.
Dengan demikian semua variabel independen tidak ada yang kurang dari 0,10 yang
berarti tidak ada korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2006 : 97). Adapun
nilai VIF pada seluruh variabel independen lebih kecil dari 10, dimana nilai VIF
untuk variabel ROA adalah 1,107, untuk variabel PPh nilai VIF nya 1,013 dan
untuk variabel BOPO VIF nya sebesar 1,115. Dari tabel diatas maka dapat
-
81
disimpulkan bahwa dari seluruh variabel yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini menunjukkan tidak adanya multikolinearitas antar variabel independen dalam
model regresi.
b. Uji Autokorelasi
Untuk menguji apakah terdapat Autokorelasi atau tidak dapat
menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).
Tabel 11
Durbin-Watson test
Model Summaryb
Model Durbin-Watson 1 .778
Sumber : Output SPSS Lampiran 8 yang diolah
Berdasarkan tabel diatas terlihat nilai DW sebesar 0,778. Jika kita
bandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan jumlah sampel 35 (n) dan jumlah
variabel independen 3 (k=3), dihasilkan nilai dl (lower) = 1,283 dan nilai du
(upper) = 1,653. Oleh karena nilai DW = 0,768 berada dibawah dl =1,283, maka
dapat disimpulkan terdapat autokorelasi positif.
Oleh karena adanya autokorelasi, maka nilai standar error (SE) dan nilai t
statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan
autokorelasi dengan membuat variabel baru lag satu dari residual (Ut_1). (Ghozali,
2006 : 118). Hasil pengobatan autokorelasi adalah sebagai berikut :
-
82
Tabel 12
Durbin-Watson test (LAG)
Model Summaryb
Model Durbin-Watson 1 2.092
Sumber : Output SPSS Lampiran 9 yang diolah
Dari tabel diatas menunjukkan adanya perubahan nilai DW. Nilai DW
awal yaitu sebesar 0,778 yang menunjukkan bahwa terdapat autokorelasi, setelah
dilakukan pengobatan dengan Lag maka nilai DW naik menjadi 2,092. Nilai DW
sebesar 2,092 dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai
signifikasi 5%, jumlah sampel 35 (n) dan jumlah variabel independen 3 (k=3),
maka di tabel Durbin-Watson akan didapatkan nilai sebagai berikut :
Tabel 13
Tabel Durbin-Watson Test Bound
K=3 N Dl du 35 . . . .
100
1.283 . . . .
1.613
1.653 . . . .
1.736
Oleh karena nilai DW 2,092 lebih besar dari atas (du) 1,653 dan kurang
dari 4 1,653 (4 du), maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak bisa menolak Ho
yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif (lihat tabel
keputusan) atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali, 2006:125).
-
83
c. Uji Heterokedastisitas
Untuk menguji apakah terdapat heterokedastisitas atau tidak, dapat melihat
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan
dengan melihata ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah terprediksi dan sumbu
X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah di-studentized
(Ghozali, 2006:126).
Gambar 2
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi
layak dipakai untuk memprediksi CSR berdasarkan masukan variabel independen
ROA, PPh dan Biaya Operasi.
-
84
d. Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis statistik. Dalam penelitian
ini untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis
(Ghozali, 2006:151) :
Ho : data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
Tabel 14
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized
residual Kolmogorov-Smirnov Z 0.860 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.450
Sumber : Hasil Output SPSS lampiran 10 yang diolah
Dari hasil output SPSS diatas menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,860 dan signifikan pada 0,450 (karena p = 0,450 > 0,05). Jadi kita tidak
dapat menolak Ho yang menyatakan bahwa residual terdistribusi secara normal
atau dengan kata lain residual berdistribusi normal.
IV.4.4 Uji dua sampel berpasangan (paired sample t-test)
Setelah dilakukan uji asumsi BLUE dan data dinyatakan telah lolos
seluruh asumsi BLUE, maka untuk menguji apakah terdapat perbedaaan rata-rata
profitabilitas, PPh dan biaya operasi perusahaan sebelum dan setelah menerapkan
CSR yaitu dengan uji dua sampel berpasangan.
-
85
a. Variabel ROA
Tabel 15
Paired Samples test- Variabel ROA T Sig. (2-tailed) Pair 1 ROA sebelum-ROA sesudah -1.819 .092
Sumber : Output SPSS lampiran 11 yang diolah
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut (Priyatno, 2008:100-101) :
1. Menentukan hipotesis
Ho1 tidak terdapat perbedaan rata-rata profitabilitas perusahaan
sebelum dan sesudah menerapkan CSR.
Ha1 terdapat perbedaan rata-rata profitabilitas perusahaan sebelum
dan sesudah menerapkan CSR.
2. Menentukan tingkat signifikansi
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi = 5%.
Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam
mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya
5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam
penelitian).
3. Menentukan nilai t hitung.
Dari tabel diatas didapat nilai t hitung adalah -1,819
4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada = 5% : 2 = 2,5% (uji dua sisi) dengan derajat
kebebasan (df) n-1 atau 14-1 = 13. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025)
hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,1604.
5. Kriteria Pengujian
-
86
Ho1 diterima
- Ho1 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Artinya terdapat
perbedaan rata-rata profitabilitas perusahan sebelum dan sesudah penerapan
CSR.
- Ho1 diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel. Artinya tidak terdapat perbedaan
rata-rata profitabilitas perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR
- Berdasar probabilitas :
Ho1 diterima jika P value > 0,05
Ho1 ditolak jika P value < 0,05
6. Membandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas
Nilai -t hitung > -t tabel ( -1,819 > -2,1604) dan P value ( 0,092 > 0,05) maka Ho1
diterima.
7. Gambar
Gambar 3
Daerah Penentuan Ho1
Oleh karena nilai -t hitung > -t tabel ( -1,819 > -2,1604) dan P value (
0,092 > 0,05) maka Ho1 diterima, artinya bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata profitabilitas perusahaan yang dihitung dengan rasio Return On Asset (ROA)
sebelum dan sesudah perusahaan menerapkan CSR.
Ho1 ditolak Ho1 ditolak
-2,160 +2,1604-1,819
-
87
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraini (2006) yang
menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan
pengungkapan informasi sosial oleh perusahaan, namun penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Istiqomah (2011) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
secara signifikan ROA sebelum dan setelah melaksanakan program CSR pada
industri telekomunikasi. Penelitian saat ini tidak sejalan dengan penelitian
Istiqomah (2011) dikarenakan penelitian yang dilakukan Istiqomah (2011) hanya
terfokus kepada perusahaan industri telekomunikasi saja sedangkan penelitiaan ini
mengambil populasi seluruh perusahaan yang listing di BEI, sehingga lingkup
sampel nya sangat besar. Ukuran perusahaan dan jenis industri pun menjadi salah
satu faktor yang menjadikan ROA perusahaan sebelum dan sesudah penerapkan
CSR tidak terlihat perbedaannya karena jika ukuran dan jenis industri nya berbeda
maka penggunaan masing-masing perusahaan terhadap aktiva yang dimilikinya
akan berbeda-beda. Dalam penelitian ini tidak hanya perusahaan manufaktur saja
tapi ada juga lembaga keuangan dan bank, jika dibandingkan dengan perusahaan
manufaktur maka penggunaan aktiva pada lembaga keuangan dan bank akan lebih
kecil karena lembaga keuangan dan bank dalam memaksimalkan labanya bukan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya namun dengan memaksimalkan
para nasabahnya dalam melakukan transaksi keuangan di lembaga tersebut.
b. Variabel PPh
Tabel 16
Paired Samples test- Variabel PPh T Sig. (2-tailed) Pair 1 PPh sebelum-PPh sesudah 2.175 .049
Sumber : Output SPSS lampiran 12 yang diolah
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut (Priyatno, 2008:100-101) :
-
88
1. Menentukan hipotesis
Ho2 tidak terdapat perbedaan rata-rata PPh perusahaan sebelum dan
sesudah menerapkan CSR.
Ha2 terdapat perbedaan rata-rata PPh perusahaan sebelum dan sesudah
menerapkan CSR.
2. Menentukan tingkat signifikansi
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi = 5%.
Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam
mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya
5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam
penelitian).
3. Menentukan nilai t hitung.
Dari tabel diatas didapat nilai t hitung adalah 2,175.
4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada = 5% : 2 = 2,5% (uji dua sisi) dengan derajat
kebebasan (df) n-1 atau 14-1 = 13. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025)
hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,1604.
5. Kriteria Pengujian
- Ho2 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Artinya terdapat
perbedaan rata-rata PPh perusahan sebelum dan sesudah penerapan CSR.
- Ho2 diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel. Artinya tidak terdapat perbedaan
rata-rata PPh perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR
- Berdasar probabilitas :
Ho2 diterima jika P value > 0,05
Ho2 ditolak jika P value < 0,05
-
89
Ho2 diterima
6. Membandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas
Nilai -t hitung < -t tabel ( -2,175 < -2,1604) dan P value ( 0,049 < 0,05) maka Ho2
ditolak.
7. Gambar
Gambar 4
Daerah Penentuan Ho2
Oleh karena nilai -t hitung < -t tabel ( -2,175 < -2,1604) dan P value (
0,049 < 0,05) maka Ho2 ditolak, artinya bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata
pajak penghasilan yang diharus dibayar perusahaan sebelum dan sesudah
perusahaan tersebut menerapkan CSR.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Permanasari
(2010) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata besaran pajak
penghasilan yang dibayar perusahaan sebelum dan setelah menerapkan CSR.
Dalam penelitian ini pun dapat membuktikan bahwa penerapan CSR berhubungan
dengan PPh perusahaan. Perusahaan yang telah menerapkan program CSR secara
konsisten akan diberikan sebuah insentif pajak dari pemerintah berupa
pengurangan PPh. Hal ini merupakan tindakan positif dari pemerintah dalam hal
mendukung penerapan program CSR. Dengan adanya insentif ini, adalah sebuah
Ho2 ditolak Ho2 ditolak
-2,175 +2,1604-2,1604
-
90
motivasi perusahaan untuk turut andil dalam menerapkan program CSR di
perusahaannya (Mangoting, 2007).
c. Variabel Biaya Operasi
Tabel 17
Paired Samples test- Variabel Biaya Operasi T Sig. (2-tailed) Pair 1 BOPO sebelum-BOPO sesudah 1.356 .198
Sumber : Output SPSS lampiran 13 yang diolah
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut (Priyatno, 2008:100-101) :
1. Menentukan hipotesis
Ho3 tidak terdapat perbedaan rata-rata biaya operasi perusahaan sebelum
dan sesudah menerapkan CSR.
Ha3 terdapat perbedaan rata-rata biaya operasi perusahaan sebelum dan
sesudah menerapkan CSR.
2. Menentukan tingkat signifikansi
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi = 5%.
Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam
mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya
5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam
penelitian).
3. Menentukan nilai t hitung.
Dari tabel diatas didapat nilai t hitung adalah 1,356.
4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada = 5% : 2 = 2,5% (uji dua sisi) dengan derajat
kebebasan (df) n-1 atau 14-1 = 13. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025)
hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,1604.
-
91
Ho3 diterima
5. Kriteria Pengujian
- Ho3 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Artinya terdapat
perbedaan rata-rata biaya operasi perusahan sebelum dan sesudah penerapan
CSR.
- Ho3 diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel. Artinya tidak terdapat perbedaan
rata-rata biaya operasi perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR
- Berdasar probabilitas :
Ho3 diterima jika P value > 0,05
Ho3 ditolak jika P value < 0,05
6. Membandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas
Nilai -t hitung > -t tabel ( -1,356 > -2,1604) dan P value ( 0,198 > 0,05) maka Ho3
diterima.
7. Gambar
Gambar 5
Daerah Penentuan Ho3
Oleh karena nilai -t hitung > -t tabel ( -1,356 > -2,1604) dan P value (
0,198 > 0,05) maka Ho3 diterima, artinya bahwa tidak ada perbedaan antara rata-
rata biaya operasi perusahaan sebelum dan sesudah perusahaan tersebut
menerapkan CSR.
Ho3 ditolak Ho3 ditolak
-2,160 +2,1604 -1,356
-
92
Penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Permanasari
(2010) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata biaya operasi perusahaan
sebelum dan sesudah menerapkan CSR. Kotler dan Lee (2005) menyatakan bahwa
kegiatan CSR akan berpengaruh terhadap kegiatan promosi perusahaan yang berujung
akan meningkatkan penjualan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan
mengurangi biaya pemasarannya dan itu berarti akan terjadi penurunan biaya operasi
perusahaan.
Pernyataan Kotler dan Lee (2005) tersebut tidak terbukti dalam penelitian ini
karena dalam penelitian ini tidak ada pengelompokkan ukuran perusahaan maupun
jenis perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini. Dengan tidak adanya
pengelompokkan perusahaan, hal ini menjadi faktor yang sangat berpengaruh tidak
terjadinya perbedaan biaya operasi perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR,
karena jika perusahaan manufaktur tergantung terhadap penjualannya, berbeda dengan
lembaga keuangan dan bank yang tidak melakukan penjualan. Sehingga meskipun
lembaga keuangan dan bank itu menerapkan CSR atau tidak maka tidak akan
berpengaruh terhadap penurunan biaya operasi nya.