BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN...

24
BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN PANDANGANNYA TENTANG QUNUT A. Sejarah Muhammadiyah Membaca sejarah Muhammadiyah pada hakikatnya tidak berbeda dengan membaca sejarah negara Indonesia, dengan catatan kalau tujuan membacanya untuk mengetahui, menilai dan mengambil pelajaran. Mambaca sejarah Muhammadiyah adalah membaca fakta sejarah yang menggambarkan rangkaian atau rentangan perjuangan untuk mencapai tujuannya yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah swt. Muhammadiyah didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan berdasarkan pokok pikiran bahwa sesungguhnya tugas dan kewajiban dakwah Islamiyah amar ma’ruf nahi munkar itu amat berat. Ia yakin bahwa dengan organisasi yang kuat, seperti Madinah al-Munawarah yang didirikan Muhammad saw, sajalah tugas itu bisa terselesaikan. Perjuangan Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah Islamiyah, amar ma’ruf nahi munkar itulah yang disusun dan dinamakan sejaran Muhammadiyah. Boleh jadi tulisan ini amat berbeda dengan sejarah suatu bangsa, atau sejarah suatu negara. Muhammadiyah hanyalah salah satu dari organisasi sosial keagamaan yang tidak berdaulat yang diakui di dalam wilayah Republik Indonesia. Sedangkan suatu negara adalah suatu organisasi politik yang berdaulat di wilayahnya. Di Madinah al-Munawarah Rasulullah saw. dapat memidana seorang muslim yang tidak membayar zakat, umpamanya, sedangkan di Indonesia ketua Muhammadiyah tidak dapat memidana seorang anggotanya yang tidak membayar zakat. Itulah contoh konkret yang membawa perbedaan antara pengalaman sejarah Muhammadiyah dengan pengalaman sejarah Madinah al-Munawarah. 41

Transcript of BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN...

Page 1: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

BAB IV

SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN PANDANGANNYA

TENTANG QUNUT

A. Sejarah Muhammadiyah

Membaca sejarah Muhammadiyah pada hakikatnya tidak berbeda

dengan membaca sejarah negara Indonesia, dengan catatan kalau tujuan

membacanya untuk mengetahui, menilai dan mengambil pelajaran. Mambaca

sejarah Muhammadiyah adalah membaca fakta sejarah yang menggambarkan

rangkaian atau rentangan perjuangan untuk mencapai tujuannya yaitu

menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Sehingga terwujud

masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah swt. Muhammadiyah

didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan berdasarkan pokok pikiran bahwa

sesungguhnya tugas dan kewajiban dakwah Islamiyah amar ma’ruf nahi

munkar itu amat berat. Ia yakin bahwa dengan organisasi yang kuat, seperti

Madinah al-Munawarah yang didirikan Muhammad saw, sajalah tugas itu bisa

terselesaikan. Perjuangan Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah

Islamiyah, amar ma’ruf nahi munkar itulah yang disusun dan dinamakan

sejaran Muhammadiyah.

Boleh jadi tulisan ini amat berbeda dengan sejarah suatu bangsa, atau

sejarah suatu negara. Muhammadiyah hanyalah salah satu dari organisasi

sosial keagamaan yang tidak berdaulat yang diakui di dalam wilayah Republik

Indonesia. Sedangkan suatu negara adalah suatu organisasi politik yang

berdaulat di wilayahnya. Di Madinah al-Munawarah Rasulullah saw. dapat

memidana seorang muslim yang tidak membayar zakat, umpamanya,

sedangkan di Indonesia ketua Muhammadiyah tidak dapat memidana seorang

anggotanya yang tidak membayar zakat. Itulah contoh konkret yang membawa

perbedaan antara pengalaman sejarah Muhammadiyah dengan pengalaman

sejarah Madinah al-Munawarah.

41

Page 2: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

42

Tulisan yang memperkenalkan Muhammadiyah sekarang jumlahnya

tidak banyak. Apalagi yang bersifat historis yang menggambarkan

Muhammadiyah secara bulat dan utuh belum pernah ada. Sejarah Indonesia

atau sejarah nasional peran Muhammadiyah terlukis dalam bagian yang

membicarakan peran Islam bersama-sama dengan organisasi Islam lain.

Bahkan kadang-kadang tersamar di balik nama seorang tokoh seperti dalam

piagam Jakarta yang masyhur itu. Sejarah ditulis untuk keperluan ilmu

pengetahuan, untuk kepentingan politik, untuk kepentingan organisasi dan

lain-lain. Oleh karena itu perlu digambarkan suasana yang menjadi latar

belakang, kejadian-kejadian pada masa lalu sehingga Muhammadiyah kini

tampak besar, santai, maju mundur, bahkan kadang-kadang tersudut,

kebingungan, serta bagaimana cara memecahkan masalah akibat kejadian itu.

Agar tercapai hasil yang memadai, tulisan ini disusun berdasar metode

penulisan sejarah. Di samping itu, dikenakan juga penulisan, metode penulisan

serta sistematika penulisannya.1

Latar belakang penulisan sejarah ini sebagian masih tetap sama dengan

latar belakang berdirinya Muhammadiyah walaupun dalam jumlah dan

kualitas terdapat perubahan yang amat besar. Masyarakat Islam Indonesia

pada saat Muhammadiyah berdiri menganut faham sinkretisme, faham yang

menganggap semua kepercayaan, semua agama, sama benarnya dan sama

baiknya, menggabungkan suatu kepercayaan dan agama itu untuk dianut

seseorang warga negara Indonesia menyebabkan mereka makin baik dan

makin dekat kepada Allah sehingga mereka makin handal. Penganut faham ini

dahulu tidak kuat, namun sekarang mereka mempunyai organisasi yang kuat

dan diakui keberadaannya. Muhammadiyah yang hendak memurnikan tauhid

umat tidak berdaya menghadapi hambatan dari penganut faham ini.2 Pada saat

Muhammadiyah berdiri, penganut faham serba simbol, simbolisme, terbatas di

kalangan masyarakat kecil tertentu. Dewasa ini penganut faham ini makin

1Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Sejarah Muhammadiyah Bagian I, Majelis Pustaka, Yogyakarta, 1993, hlm. 1-2

2Ibid, hlm. 5

Page 3: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

43

banyak dan makin besar pengaruhnya di hati umat. Simbol atau lambang yang

keramat telah dapat difungsikan sebagai alat pemersatu dan penggerak

pembangunan. Di kalangan cendekiawan faham ini besar sekali pengaruhnya.

Lebih-lebih setelah neo simbolisme dari Ernest Cassier diperkenalkan orang

sebagai salah satu aliran filsafat modern. faham ini telah masuk pula ke dalam

hati beberapa anggota Muhammdiyah dan telah dipergunakan pula bagi

kepentingan organisasi.

Permasalahan yang dihadapi Muhammadiyah banyak sekali, di

antaranya Muhammadiyah sampai saat ini belum mampu menuliskan

pengalamannya dalam suatu buku sejarah. Karena itu sesuatu yang telah ada

dan diperjuangkan oleh pendahulu menjadi terlupakan, apa yang masih ada

sebagai hasil amal usaha mereka tetap ada. Namun tidak diurus dan

diperkembangkan sebagaimana mestinya. Contohnya, majalah Suara

Muhammadiyah yang diterbitkan oleh Kyai Dahlan sempat tidak terbit.

Percetakan yang ada tidak dapat dijadikan suatu percetakan modern yang

handal seperti yang dimiliki oleh kalangan Nasrani, misalnya. Perlu menjadi

renungan sebuah organisasi yang hidup di tengah masyarakat yang melaju

dengan cepat tetapi tidak bisa bersaing karena tidak memiliki apa yang disebut

percetakan. Padahal yang orang lainnya memilikinya. Muhammadiyah sebagai

suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya yang

mempunyai keahlian yang amat dibutuhkan sehingga organisasi menjadi

lemah. Di samping itu, Muhammadiyah tidak ditinggalkan, tetapi diurus tidak

sepenuh hati oleh fungsionarisnya sehingga tugasnya menjadi berantakan.

Bagaimanakah cara tokoh-tokoh pendahulu mengatasi kelemahan seperti itu ?.

Sebagai fungsionaris Muhammadiyah, pengurus tidak mempersiapkan bahan-

bahan sejarah untuk ditulis dalam suatu buku sejarah sebagaimana Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia misalnya, telah menulis sejarahnya bersamaan

dengan perannya sebagai pembuat sejarah dan sebagai pelaku sejarah.

Oleh karenanya Muhammadiyah lahir tidak terlepas dari proses

sejarah, baik yang menyangkut perkembangan Islam di Indonesia, maupun

Page 4: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

44

perkembangan Islam di dunia internasional. Di samping itu, Muhammadiyah

lahir juga tidak terlepas dari kondisi kultural dan kehidupan masyarakat di

tempat berdirinya. Untuk menghantarkan penulisan sejarah Muhammadiyah,

dalam bab ini akan diuraikan hal-hal sebagai berikut :

a. Perkembangan Dunia Islam.

Pada abad XVIII muncul era baru dalam perkembangan dunia

Islam yaitu adanya titik kesadaran kebangkitan kembali peranan umat

Islam di panggung dunia Islam internasional. Hal itu mendapat dorongan

munculnya kesadaran para ulama' dan umat Islam untuk kembali kepada

kemurnian ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah

Rasulullah. Kemudian Pan-Islamisme juga berhasil menggugah umat

Islam untuk bangkit berjuang melepaskan diri dari belenggu penjajahan

bangsa Barat.3

Sebelum kebangkitan Islam pada abad XVIII itu, umat Islam

mengalami krisis ke-jumud-an, dan frustasi atas pukulan bangsa Barat

pada abad XV. Beberapa pemerintah di dunia Islam pada waktu itu sedang

rapuh disebabkan adanya kelemahan akidah dan lebih mengutamakan

materialisme sehingga melemahkan kerajaannya dan mudah dipukul dan

dikuasai oleh lawan. Sejak runtuhnya beberapa pemerintahan Islam di

panggung dunia internasional, negeri-negeri kaum muslimin menjadi

jajahan bangsa Barat.

Kehidupan beragama terdapat kemerosotan ruhul islami karena

pengalaman ajaran Islam bercampur aduk dengan kepercayaan lain.

Pengalaman Islam muncul bentuk bid’ah, khurafat, serta praktek-praktek

syirik. Perkembangan pemikiran umat Islam dibelenggu oleh otoritas

madzhab dan taklid kepada para ulama', sehingga pintu ijtihad dianggap

telah tertutup. Akibatnya umat Islam tidak kreatif dan tidak dapat

mengantisipasi perkembangan zaman, dinamika pemikiran umat Islam

3Ibid, hlm. 7

Page 5: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

45

lebih banyak porsinya pada bidang fiqih dengan asyik mempertentangkan

masalah khilafiyah dan furi’iyah serta aliran-aliran yang ada. Lebih lanjut

menghasilkan banyak firqoh. Munculnya berbagai firqoh dan adanya

berbagai pertentangan yang muncul di dalam tubuh umat Islam,

menyebabkan pertentangan yang muncul di dalam tubuh umat Islam. Hal

tersebut menyebakan kondisi umat Islam semakin merosot dan lemah di

panggung dunia internasional.4

Sebelum terjadi kemerosotan dunia Islam, seorang ulama' besar

dari Damaskus, yaitu Ibn Taimiyah sudah menyadari dan berusaha untuk

memperbaiki kehidupan umat Islam. Upaya Ibn Taimiyah yaitu

memperbaiki kehidupan umat Islam dengan mengembalikan setiap

pengalaman Islam kepada sumber pokoknya yaitu kitabullah al-Qur’an

dan Sunnah Rasulullah. Artinya upaya yang dilakukan olehnya adalah

membersihkan kepercayaan umat Islam dari praktek-praktek syirik dan

khurafat. Di samping itu, dia berusaha menyehatkan pengalaman ibadah di

kalangan umat Islam dari pengaruh bid’ah dan taklid, dikembalikan

kepada tuntunan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Gagasan dan upayanya

ini merupakan embrio gerakan tajdid, yang pada sat dicanangkan masih

terasa asing dan mendapat berbagai tantangan, gagasan dan upaya Ibn

Taimiyah (1263-1328) kemudian dilanjutkan oleh muridnya yang bernama

Ibn Qayyim (1229-1350). Langkah-langkah Ibn Qayyim sama dengan

yang dilakukan oleh gurunya yaitu menyebarkan pengertian dan mendidik

umat Islam untuk memurnikan akidah dan pengalaman Islam sesuai

dengan sumber pokoknya yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Ia juga

memperkenalkan tradisi berijtihad dan membukan cakrawala berpikir bagi

umat Islam, sehingga tidak beku dan kreatif mengantisipasi perkembangan

zaman.

Muhammad ibn Abdul Wahab (1703-1787) mengembangkan

ajaran pemurnian Islam di Jazirah Arab. Dia sebagai ulama' besar di

4Ibid, hlm. 9

Page 6: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

46

kalangan Haramain, yaitu Makkah dan Madinah, yang tidak sekadar

mengajarkan pemurnian Islam, tetapi juga memimpin suatu gerakan nyata

untuk membersihkan akidah dan pelaksanaan ibadah dari pencemaran

praktek syirik, khurafat, bid’ah dan taklid.5

Muhammad ibn Abdul Wahab dalam bidang akidah, juga berjuang

agar umat Islam hanya menyembah kepada Allah dan menjauhkan dari

perbuatan syirik dzatiyah dan syirik sifatiyah.6 Yang disebut dengan syirik

dzatiyah adalah perbuatan menyekutukan Allah secara langsung yaitu

menyembah selain Allah. syirik sifatiyah adalah tindakan yang meyakini

suatu benda atau makhluk memiliki kelebihan sebagaimana sifat Allah.

Demikian juga dalam bidang peribadatan khusus, Muhammad ibn

Abdul Wahab menegakkan syari’at Islam berdasarkan sumber pokoknya

yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Ibadah khusus untuk menyembah

kepada Allah dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah dan Muhammad

saw. Apabila dalam peribadatan khusus itu ada penyimpangan dan terjadi

penambahan-penambahan, maka berarti melakukan bid’ah. Perbuatan

bid’ah itu sesat dan menggugurkan ibadah, serta sebagai jalan ke neraka. 7

Muhammad ibn Abdul Wahab lebih lanjut, yaitu di bidang fiqih

mengutamakan kembali ke sumber pokoknya yaitu al-Qur’an dan sunnah.8

Mengenai kitab “Al-Madzahibul Arba’ah (madzhab yang empat)”,

Muhammad ibn Abdul Wahab menganggap sebagai pandangan dan ijtihad

ulama' yang hidup pada zamannya.9

Gerakan yang dipelopori oleh Muhammad ibn Abdul Wahab

mendapat dukungan yang banyak dari para ulama' dan masyarakat Islam

5Syaiful Islam Jamaluddin, Kumpulan Surat-Surat Bersih Diri Muhammad bin Abdul

Wahab, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1985, hlm. 23-30 dan 33 6Ibid, hlm. 98-99 7Syaiful Islam Jamaluddin, op. cit, hlm. 24 8Ibid, hlm. 7-8 9Ibid, hlm. 42-83

Page 7: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

47

di Jazirah Arab, khusus tanah suci Haramain. Selain para ulama' dan

masyarakat Islam, Raja Ibn Su’ud, pendiri kerajaan Saudi Arabia, juga

memberikan dukungannya sehingga gerakannya menjadi besar dan kuat.

Para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab memberikan nama

gerakannya al Muwahhidin yang berarti penegak tauhid. Orang Barat dan

yang memusuhi gerakan Muhammad ibn Abdul Wahab, gerakan ini

disebut dengan Wahabi atau Wahabiyah.

Gerakan al-Muwahhidin memencar dari Jazirah Arab ke pelosok

dunia dibawa oleh para jama’ah haji dan kaum mukminin yang belajar di

Makkah dan Madinah, di pelosok dunia gerakan al-Muwahhidin dikenal

memurnikan Islam. Juga membangkitkan keberanian umat Islam yang

terjajah untuk melawan kolonialisme.10

Para ulama' Makkah dan Madinah abad XVIII, XIX dan XX

sebagian besar adalah pengikut dan penerus Muhammad ibn Abdul Wahab

sehingga merekalah yang berperan mengatur ibadah haji, pendidikan dan

aktivitas keagamaan agar bersih dari syirik, khurafat dan bid’ah.11 Dari

fakta situasional Makkah dan Madinah di bawah kaum Muwahhidin, maka

tidaklah dapat disangkal lagi bahwa Muhammad Darwisy (yang kemudian

dikenal dengan KHA. Dahlan) yang telah pergi haji dan belajar agama di

Makkah mendapat pengaruh gagasan dan gerakan kaum muwahhidin.

Apalagi yang dikembangkan oleh KHA Dahlan kemudian adalah hampir

sama gagasan dan semangatnya dengan gerakan kaum muwahhidin,

meskipun ada beberapa perbedaannya pula.

Pada abad XIX di dunia Islam, selain Jazirah Arab juga muncul

beberapa ulama' besar sebagai penerus Ibn Taimiyyah dan Muhammad ibn

Abdul Wahab. Para ulama' itu antara lain sebagai berikut.

10L. Stodard, Dunia Baru Islam, Panitia Penerbitan, Jakarta, 1966, hlm. 33 11D. Van Der Meulen, Ibn Suud, Djembatan, Jakarta, 1964, hlm. 20-29

Page 8: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

48

Jamaluddin al-Afghani, dari Afghanistan, yang hidup pada tahun

1838-1897. Ulama' ini lebih cenderung bergerak dalam bidang politik

dengan upaya membangkitkan “Persaudaraan Islam Se-Dunia”. Ia bercita-

cita untuk meraih kembali kekuasaan Islam di dunia internasional.

Jamaluddin al-Afghani dikenal sebagai pendiri gerakan Pan-Islamisme,

persatuan umat Islam seluruh dunia. Selain itu, gerakannya juga

membangkitkan semangat bantu-membantu berjuang untuk membebaskan

tanah air umat Islam yang dijajah oleh bangsa Barat. Gerakan Pan-

Islamisme ini juga mempengaruhi Indonesia sebagai pendorong lahirnya

pergerakan nasional Indonesia.

Muhammad Abduh (1849-1905) berasal dari Mesir, perjuangannya

yang dikenal adalah membuka kembali pintu ijtihad yang sebelumnya

telah dirintis oleh Ibn Taimiyyah dan Ibn Qayyim. Muhammad Abduh

adalah sebagai pelopor pembuka cakrawala berfikir umat Islam dalam

mengamalkan ajaran agamanya. Oleh karena itu sebagai realisasinya ia

mendahulukan pembaharuan pendidikan bagi umat Islam dengan harapan

agar hasilnya akan dapat meperbaiki kehidupan masyarakat Islam. Usaha

Muhammad Abduh antara lain mengadakan emansipasi kebudayaan

terhadap Barat dengan harapan umat Islam akan dapat lebih maju daripada

Barat. Selanjutnya ia menggunakan pendidikan untuk mengkader para

ulama' agar menjadi agen pembaharuan pengamalan Islam di seluruh

dunia. Selain itu pula, Muhammad Abduh memerangi kejumudan di

kalangan umat Islam, menghapus syirik, khurafat, bid’ah dan taqlid. Ia

memiliki majalah yang bernama Al-Urwatul Wutsqa yang diterbitkan di

Paris, Prancis, sebagai media untuk menyebarkan gagasannya agar

tersebar di seluruh dunia, KHA Dahlan termasuk pembaca setia majalah

ini.

Rasyid Ridha (1856-1935), seorang murid Muhammad Abduh,

meneruskan cita-cita serta usaha yang telah digelar oleh gurunya. Dalam

rangka menyebarkan gagasannya, Rasyid Ridha menerbitkan majalah Al-

Page 9: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

49

Manar di Mesir. Majalah ini berisi gagasan pembaharuan Islam yang

disebarkan di seluruh dunia, bahkan sampai di Indonesia. KHA Dahlan

juga termasuk pembaca setia majalah ini. Majalah al-Manar di Indonesia

juga dibaca oleh Ahmad Syurkati. Kisah perkenalan KHA Dahlan dan

Ahmad Syurkati di atas kereta api diawali pada wakti keduanya sama-

sama membaca al-Manar. Dengan kesamaan bacaan itulah keduanya

menjadi sahabat. Pembicaraan yang dilakukan oleh keduanya lebih lanjut

timbul suatu gagasan bersama untuk mengembangkan pemurnian dan

pembaharuan Islam di Indonesia. Keduanya membagi tugas, yaitu Ahmad

Syurkati mengembangkan gagasan itu di kalangan keturunan Arab,

sedangkan KHA Dahlan mengembangkan gagasan pembaharuan dan

pemurnian Islam di lingkungan penduduk Boemi Puetra.12

b. Perkembangan Islam di Indonesia.

Sejarah berdirinya Muhammadiyah tidak lepas dari perkembangan

Islam di Indonesia, khususnya perkembangan Islam di Jawa sebagai

lingkungan sosio-kultural yang melahirkan Muhammadiyah. Untuk

melihat perkembangan Islam di Jawa, maka diuraikan selintas sejak masuk

dan perkembangan Islam sampai masuknya pengaruh gerakan pemurnian

Islam.

Proses masuk dan berkembangnya Islam di Jawa mengalami

“dialog” budaya yang panjang. Islam masuk di Jawa melalui para

pedagang dari berbagai bangsa, antara lain: dari Arab, Persia, Gujarat

(India) dan Cina. Di lingkungan bangsa-bangsa yang membawa ajaran

Islam itu, agama Islam sudah mengalami proses akulturasi dan

sinkretisasi, demikian pula proses perkembangannya di Jawa juga

mengalami proses yang sama. Yaitu agama Islam berakulturasi dengan

kebudayaan Jawa dan sinkretisasi dengan kepercayaan Pra-Islam.

12Shaleh al Bakrie, Al Januba Al Arabiyah, Qodim Wa Haditsan 1400-1967

Page 10: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

50

Proses awal pengembangan Islam di Jawa dilakukan secara

adaptasi dengan pendekatan kebudayaan, yaitu menggunakan lambang-

lamnang budaya lokal sebagai media penyampaian Islam pada masyarakat

setempat. Pola dakwah yang dilakukan memakai dua jalur, yaitu: Pertama,

yang dtempuh oleh para wali dengan menggunakan lambang-lambang dan

lembaga budaya Jawa, dan Kedua, melalui lembaga pendidikan yang

bernama Pondok Pesantren.

Pola pertama adalah penyebaran Islam yang dilakukan oleh para

ulama' (wali) langsung ke daerah-daerah pedesaan dengan menggunakan

metode akulturasi dan sinkretisasi sebagai contoh misalnya : dalam bidang

akulturasi seperti: sekaten untuk memperingati maulid nabi Muhammad

saw, wayang pembuat ketan-kolak, apem yang berasal dari bahasa Arab

Khatha’an-Qala-Afuum, selamatan dengan kenduri dan tahlilan dengan

menggunakan bacaan lafadh Islam campur kejawen.13

Metode dakwah yang menggunakan akulturasi dan sinkretisasi di

atas memang cepat menarik simpati masyarakat pada waktu itu. Secara

kuantitas pemeluk Islam cepat bertambah cepat sehingga dalam

perkembangannya umat Islam menduduki jumlah mayoritas di Jawa.

Namun, bila bentuk kehidupan Islam yang sinkretik itu tidak diproses

lebih lanjut menuju ke kemurniannya, maka yang akan terjadi adalah

mengkristalnya pola kehidupan Islam yang sinkretik dikalangan umat

Islam di Jawa. Oleh karena itulah diperlukan upaya yang terus menerus

untuk menjelaskan Islam yang sebenarnya sehingga Islam benar-benar

dapat menjalankan kehidupan Islami secara murni.

Proses pengembangan Islam di Jawa menunjukkan adanya

kemajuan yang bersifat kuantitas. Artinya mayoritas masyarakat Jawa

tertarik dan memeluk Islam, sedangkan secara kualitas terhadap intensitas

13Baca dalam Cliffort Geertz, Ritual and Social Dhange a Javanese Example, dalam The

Interpretation of Cultures, Selected Essay, (Lordsa : Hutchinson, 1975). Lihat pula dalam Meijer L. Th & J. F. A. C. Van de Wall, De Sedekahs on Selametan, In de Desa eh De Daarbij Gewonlijk Door Dengan Javaan Gegeven Festiviteiten, G. C. T. Van Dorp & Co, Semarang, 1909, hlm. 82

Page 11: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

51

ke-Islaman-nya masih kurang mantap. Menurut hasil penelitian Raffles

yang dilaporkan dalam buku History of Java (1817) dinyatakan bahwa

orang Jawa yang berpengetahuan cukup tentang Islam dan berperilaku

sesuai dengan ajaran Islam hanya beberapa orang saja.14 Demikian pula

oleh Kyai Ahmad Rifa’i dalam kitab Ri’ayatul Himmah (1855) dinyatakan

bahwa pengalaman agama Islam orang Jawa banyak menyimpang dari

aqidah Islamiyah dan harus diluruskan.15 Demikianlah keadaan umat Islam

di Jawa sebelum masuknya gagasan pemurnian Islam.

Hubungan antara Jawa dengan Makkah telah dirintis sejak zaman

Sultan Agung Mataram pada abad XVIII, sehingga beberapa orang Jawa

ada yang pergi haji dan belajar di Makkah.16 Pada zaman Sultan Agung

agama Islam mendapat tempat yang cukup layak, para ulama'

mendapatkan status sebagai penasehat raja dan anggota dewan pengadilan

kerajaan Mataram.17 Pada zaman itu pula mulai dikenalkan kalender hijri

yang diganung dengan kalender saka menjadi Jawa.

Kedatangan kolonialisme Barat di kawasan Indonesia pada abad

XV menambah rumitnya perkembangan Islam di Jawa. Bangsa Eropa

lebih bersifat ekspansif bersenjata, mereka datang dengan kekerasan,

perang dan penjajahan serta mengandalkan bedil dan meriam untuk

menguasai Indonesia.18 Portugis menyerbu dan menjajah Malaka pada

tahun 1511, kemudian Belanda dengan VOC nya menguasai Banten pada

14Thomas Stamford Raffles, History of Java, The East Indian Company, London, 1817,

hlm. 2 15Ahmad Rifa’i, Ri’ayatul Himmah, Juz. I, hlm. 339 16B. H. M. Vlekke, Nusantara a History of Indonesian, The Hague : Van Koeve, 1955,

hlm. 150 17Ibid, 18Umar Kayam, Transformasi Budaya Kita, Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas

Sastra UGM, Senat Guru Besar Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1989, hlm. 17

Page 12: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

52

tahun 1596. Kaum penjajah bangsa Eropa itu di samping berdagang dan

menjajah Indonesia, juga aktif menyiarkan agama kristen.19

Penggunaan politik devide et ampera membuat mereka berhasil

menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia. Namun para ulama' dan rakyat

di Indonesia tidak tinggal diam, merak aterus mengadakan perlawanan

sehingga muncullah perang di hampir seluruh pelosok pedesaan di

Indonesia. Adanya kesibukan perang melawan penjajahan bangsa Barat

itu, maka proses perkembangan Islam yang dilakukan oleh para ulama'

mengalami hambatan, sehingga proses pemurnian Islam pun mengalami

kemandekan. Dengan demikian maka wajar bila pengamalan Islam secara

sinkretik dan akulturasi semakin digemari oleh umat Islam yang awal

terhadap al-Qur’an dan Sunnah.

Munculnya politik kolonial deislamisasi menambah beban

keihdupan sosio-kultural umat Islam. Dalam pelaksanaan deislamisasi

pemerintah Hindia Belanda mencanangkan kebijakan antara lain :

Pertama, umat Islam dipecah menjadi dua yaitu Islam Abangan dan Islam

Putihan, Kedua, ulama' dan pemimpin adat diupayakan saling

bertentangan, Ketiga, umat Islam dilarang berpolitik dengan konsepsi

keislamannya, Keempat, mendirikan banyak sekolah dengan tujuan

terencana untuk memisahkan anak-anak umat Islam dari keyakinan

terhadap Islam, Kelima, politik pendekatan pada umat Islam dan para

ulama' dengan menganjurkan untuk membangun masjid-masjid jami’ dan

memberangkatkan haji gratis bagi para ulama' yang mau bekerjasama

dengan pemerintah. Konsep politik de Islamisasi (Ducth Islamic Polecy)

dibuat oleh Christian Snouck Horgonje dengan tujuan untuk melemahkan

potensi umat Islam dalam melawan Belanda.20

19Muller Krager, Sejarah Gereja di Indonesia, Badan Penerbitan Kristen, Jakarta, 1966,

hlm. 17 20P. JS Van Koningsveld, Snouck Hurgonje dan Islam, Girimukti Pustaka, Bandung,

1989, Lihat pula Adaby Darban, Snouck Hourgonje dan Islam di Indonesia, Pustaka Irma, Yogyakarta, 1984

Page 13: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

53

Sebelum deislamisais muncul, pemerintah kolonial Belanda

melakukan kritenisasi. Para pendeta dan para pastor atau suster mendapat

bantuan fasilitas dan dana serta politis dari pemerintah, bahkan beberapa

pendeta ada yang dijadikan pegawai di lingkungan pemerintahan. Di

dalam bidang pendidikan kader penyebar agama kristen, gerakan Zending

mendirikan sekolah penginjil yang pertama di Jawa Tengah pada tahun

1888. Pada tahun 1905 sekolah itu dipidahkan ke Yogyakarta dengan

nama sekolah pendeta. Selain itu juga didirikan sekolah missi dan sekolah

guru. Pada abad XIX pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah-

sekolah antara lain Earste Klasse sekolah yang diperuntukkan bagi anak-

anak pegawai dan pejabat, serta orang-orang terpandang, yang diadakan di

karisedenan. Tujuan pemerintah menyelenggarakan sekolah itu untuk

memenuhi kebutuhan pegawai di lingkungan pemerintah kolonial Belanda.

Pada tahun 1914 sekolah tersebut diubah namanya adalah E.L.S didirikan

pada tahun 1864 ; Stovia didirikan pada tahun 1875 dan Tweede Klasse

pada tahun 1875.21

Munculnya berbagai sekolah yang dikelola oleh missi Zending dan

pemerintah kolonial Belanda ada positifnya dan ada negatifnya. Positifnya

mereka yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah itu pada

umumnya mengetahui wawasan ilmu pengetahuan umum sehingga

membuka cakrawala keilmuan yang luas dan pengetahuan tentang

pergerakan nasional. Negatifnya adalah sekolah pada zaman kolonial itu

menghasilkan lulusan yang menjadi pengikut kolonialis Belanda. Di

samping itu mereka yang bersekolah di sekolah missi, Zanding dan

sekolah pemerintah kolonial pada umumnya akidah Islamnya

mengambang, bahkan ada pula yang berpindah agama menjadi Nasrani.

Dengan demikian rencana Snouck Horgonje untuk memisahkan umat

Islam dari keyakinan agama Islamnya ada yang menjadi kenyataan,

meskipun tidak semuanya.

21Yusron Asrofi, KHA Dahlan Pemikiran dan Kepemipinannya, Yogyakarta Ofset, Yogyakarta, 1983, hlm. 11. Lihat pula Muller Kruger, op. cit, hlm. 71-73

Page 14: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

54

Pemerintah kolonial Hindia Belanda juga mempunyai program

yang jelas tentang Cristening Politiek yaitu politik untuk mengkristenkan

bangsa Indonesia dengan maksud agar mudah dikendalikan dan tidak

melawan pemerintah Belanda. Tindakan Belanda ini dapat dilihat dari

pernyataan Stodard sebagai berikut :

“Suatu tindakan yang tidak dapat dilupakan oleh rakyat yang terjajah, akan kebobrokan politik penjajah, adalah mempergunakan kesucian agama bagi kepentingan busuk kolonialismenya. Misalnya apa yang telah dikerjakan oleh Gubernur Jendra Idenburg dengan politik pengkristenannya terhadap penduduk nusantara. Politik untuk mengkristenakan penduduk Boemi Poetra itu adalah dengan cukup jahat, untuk menanamkan cakar kolonialismenya”.22

Politik Kristenisasi untuk Indonesia mendapat prioritas dari

pemerintah Belanda. Hal ini dibuktikan adanya “Pidato Ratu Belanda

(Troandrede)” tahun 1901 yang isinya antara lain sebagai berikut :

“Sebagai negara Kristen, pemerintah belanda berkewajiban mengatur lebih baik kedudukan hukum rakyat kristen yang berada di kepulauan Hindia Belanda, dengan memperkuat Zending kristen meneruskan kebijaksanaan pemerintah Belanda, yaitu harus mengisi panggilan moral terhadap negara jajahan”.23

Demikianlah gambaran adanya uapaya kristenisasi bagi penduduk

Indonesia yang sudah mayoritas muslim. Oleh karena itulah pada akhir

abad XIX umat Islam di Indonesia sedang dalam keadaan mundur dan

memprihatinkan. Kondisi itu tampak antara lain sebagai berikut.

Pertama, kehidupan beragama Islam kondisinya masih bercampur

aduk dengan kepercayaan, kehidupan Pra-Islam, sehingga pengalaman

umat Islam banyak menyeleweng dari tuntunan pokok ajaran Islam. Umat

Islam banyak melakukan praktek syirik, khurafat dan bid’ah.

22L. Stoddard, Dunia Baru Islam, op. cit, hlm. 306 23F. L. Rutgers, Idenburg on de Sarekat Islam in 1913, Amsterdam, 1939, hlm. 2

Page 15: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

55

Kedua, akibat adanya penjajahan, maka dunia pendidikan Islam

menutup diri hanya di pondok-pondok pesantren serta terbatas hanya

mempelajari ilmu keagamaan.

Ketiga, adanya Kristenisasi yang didukung oleh pemerintah

Belanda, sehingga berproses menuju pemurtadan terhadap umat Islam.

Keadaan sosio-kultural yang sangat memprihatinkan kehidupan

Islam itu, di kampung Kauman Yogyakarta muncul seorang ulama' yang

pernah mendidik di Makkah, yaitu KHA Dahlan, yang memiliki gagasan

dan upaya berbuat untuk mengubah kehidupan umat Islam Indonesia ke

arah masa depan yang lebih baik. Dari kampung Kauman Yogyakarta

inilah KHA Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912.

c. Keorganisasian Muhammadiyah.

1. Majlis Tarjih.

a. Latar belakang timbulnya majlis tarjih (lajnah tarjih).

Latar belakang timbulnya majlis tarjih (yang sekarang

dengan sebutan lajnah tarjih) dalam persyarikatan, ialah dalam

konggres Muhammadiyah ke XVI di Pekalongan pada tahun 1927,

almarhum K.H. Mas Mansur yang pada waktu itu sebagai Konsul

Muhammadiyah daerah Surabaya, mengusulkan agar di dalam

organisasi Muhammadiyah dibentuk suatu majlis ulama' yan

gbertugas khusus untuk membahas masalah-masalah agama.

Usul K.H. Mas Mansur tersebut disertai dengan alasan,

karena dikhawatirkan nanti akan timbul perpecahan di dalam

Muhammdiyah yang disebabkan perbedaan paham-paham

pendapat mengenai masalah-masalah furu’iyah di kalangan ulama'

Muhammadiyah sendiri, sebagai kenyataan dalam sejarah

menunjukkan bahwa karena masalah khilafiyah itulah timbulnya

pertentangan dan perpecahan di kalangangan umat Islam, terutama

ulama'nya. Dan yang lebih dikhawatirkan lagi kalau

Page 16: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

56

Muhammadiyah sampai menyimpang dari batas-batas hukum

agama, hanya kwantitasnya. Maka perlulah dibentuk majlis yang

membahas masalah-masalah agama dan mempersatukan masalah

khilafiyah yang masuk dalam kalangan Muhammadiyah, agar

Muhammadiyah tetap satu dan utuh. 24

Usul PP Muhammadiyah atas inisiatif perumus kemudian

dibawa ke dalam muktamar Muhammadiyah dan muktamar

mengesahkan Qoidah Majlis Tarjih serta membentuk pusat

pimpinannya. 25

b. Struktur organisasi dan keanggotaan Lajnah Tarjih

Muhammadiyah, (sesuai dengan surat keputusan PP

Muhammadiyah No. 5 / PP / 1971 tentang Qoidah Lajnah Tarjih

Muhammadiyah) : 26

1. “Lajnah tarjih” dibentuk di tingkat pusat, wilayah dan daerah

oleh pimpinan persyarikatan masing-masing tingkat dengan

sebutan “lajnah tarjih pusat, lajnah tarjih wilayah, lajnah tarjih

daerah”. Ketarjihan pada tingkat cabang dan ranting di urus

oleh lajnah tarjih daerah yang bersangkutan. Letak lajnah tarjih

sebagai lembaga persyarikatan dalam bidang agama adalah

diisi pimpinan persyarikatan. Lajnah tarjih sebagai badan

legislatif dan pimpinan persyarikatan sebagai badan eksekutif

(pemegang risalah tanfidziyah). Lajnah tarjih dalam

melaksanakan tugasnya, dilengkapi dengan pimpinan lajnah

tarjih yang disebut dengan majlis tarjih, anggota-anggota

lajnah tarjih dan musyawarah lajnah tarjih.

24H.D.G. Mukhtar, Beberapa Aspek Pedoman Bertarjih, Pimpinan Pusat Pemuda

Muhammadiyah, hlm. 11 25Ibid, hlm. 12 26Ibid, hlm. 15-16

Page 17: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

57

2. Pimpinan lajnah tarjih yang disebut majlis tarjih,

kedudukannya sama dengan majlis-majlis yang lain, yaitu

sebagai badan pembantu pimpinan persyarikatan. Susunan dan

keanggotaan piminan majlis ditetapkan oleh pimpinan

Muhammadiyah masing-masing tingkat. Majlis tarjih pusat

memimpin lajnah tarjih wilayah memimpin lajnah tarjih

wilayah, terdiri sekurang-kurangnya 7 orang, dan majlis tarjih

daerah memimpim majlis tarjih daerah, terdiri sekurang-

kurangnya 5 orang.

3. Anggota lajnah tarjih ialah ulama' dan merupakan anggota

persyarikatan yang mempunyai kemampuan bertarjih, diangat

dan ditetapkan oleh pimpinan persyarikatan yang

bersangkutan.

4. Musyawarah lajnah tarjih, untuk tingkat pusat disebut

muktamar, tingkat wilayah disebut musyawarah wilayah dan

tingkat daerah disebut musyawarah daerah diselenggarakan

dengan persetujuan pimpinan persyarikatan tingkat yang

bersangkutan.

Musyawarah lajnah tarjih dihadiri oleh anggota

musyawarah, yaitu anggota lajnah tarjih yang bersangkutan dan

anggota majlis tarjih, dan mereka yang dipandang perlu oleh majlis

tarjih dengan persetujuan pimpinan persyarikatan yang

bersangkutan. Musyawarah dipimpin oleh majlis tarjih yang

bersangkutan.

c. Kegiatan Majlis Tarjih. 27

1. Majlis tarjih atau juga disebut lajnah tarjih tugasnya seperti

dinyatakan dalam pasal 2 Qoidah Lajnah Tarjih

Muhammadiyah tahun 1971, yaitu :

27Ibid, hlm. 17-18

Page 18: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

58

a. Menyelidiki dan memahami ilmu agama Islam untuk

memperoleh kemurniannya.

b. Memberikan fatwa dan nasehat, baik atas permintaan

maupun tarjih sendiri memandang perlu.

c. Menyusun tuntunan aqidah, akhlak, ibadah dan muamalah.

d. Menyalurkan perbedaan pendapat atau faham dalam bidang

keagamaan ke arah yang lebih maslahat.

e. Hal-hal lain dalam bidang keagamaan yang diserahkan oleh

pimpinan persyarikatan.

Qoidah induk majlis-majlis, yaitu kepemimpinan PP

Muhammadiyah No. 5 / PP / 74 tentang majlis dan bagian serta

pokok tugas, hak dan wewenang serta keajibannya, dalam pasal 8

dinyatakan :

1. Majlis-majlis yang diperlukan untuk membantu jalannya

pimpinan persyarikatan ialah :

Tarjih dengan pokok-pokok tugas :

a. Meneliti hukum Islam untuk mendapatkan kemurniannya.

b. Memberi bahan dan pertimbangan kepada pimpinan

persyarikatan guna menentukan kebijaksanaan dan

menjalankan pimpinan serta memimpin pelaksanaan ajaran

dan hukum Islam kepada anggota.

c. Mendampingi pimpinan persyarikatan dalam memimpin

anggota dalam melaksanakan ajaran dan hukum Islam.

2. Hasil kegiatan majlis tarjih Muhammadiyah, baik yang dengan

melalui mu’tamarnya atau musyawarahnya, musyawarah

khusus atau terbatas ataupun rapat-rapat pimpinannya ialah :

a. Keputusan tarjih seperti yang terhimpun dalam HTP

(Himpunan Putusan Tarjih) dan yang belum terhimpun :

hasil muktamar tarjih di Garut Jawa Barat tahun 1976 dan

hasil muktamar tarjih di Klaten Jawa Tengah tahun 1980.

Page 19: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

59

b. Tuntunan tentang tata tertib dalam persidangan,

penerangan tentang keputusan tarjih, tuntunan membina

keluarga sejahtera.

c. Menyelenggarakan PUTM, menyelenggarakan seminar

falak dan di susul musyawarah falak terbatas.

d. Bersifat memberikan pertimbangan kepada PP

Muhammadiyah, seperti masalah rancangan UU

perkawinan masalah hukum vasektomi, tubectomi,

mentrual, regulation.

e. Dan lain-lain.

d. Sumber Hukum Islam Menurut Muhammadiyah.

Pada tahun 1935 PP. Muhammadiyah mengeluarkan

statemen yang dimuat dalam suara Muhammadiyah No. 6 tahun

1936 yang antara lain menyatakan sebagai berikut : 28

Kekhawatiran adanya percekcokan dan perselisihan dalam

kalangan Muhammadiyah tentang masalah agama itu, maka

perlulah mendirikan majlis tarjih untuk menimbang dan memilih

dari segala masalah yang diperselisihkan dan masuk dalam

kalangan Muhammadiyah manakala dianggap kuat berdalil benar

dari al-Qur’an dan hadits.

Penyelidikan dan pertimbangan dengan berdalil al-Qur’an

dan hadits itulah putusan majlis tarjih dapat mempersatukan dan

menjaga Muhammdiyah dari pada kemasukan perselisihan yang

mesti dilenyapkan.

Penggunaan dasar al-Qur’an dan hadits ini, lebih tegas di

rumuskan pada muktamar khusus yang berlangsung di Yogyakarta

tanggal 29 Desember sampai dengan 3 Januari 1955 dengan hasil

28PP Muhammadiyah, Himpunan Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah, PP

Muhammadiyah, Cet. 2, 1971, hlm. 340

Page 20: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

60

yang terkenal dengan masalah lima yang antara lain dirumuskan

tentang agama Islam sebagai berikut : 29

نةت باالسا جا ئ ومرأن اهللا ىف القلزنا أ موه) الدين اال سالم (ينلدار وامن األ محيحةالصواه والناالى ولشادات ر بادع الالحصد نم يا ه ماهرخوأ

"Agama yakni agama Islam yang di bawa oleh nabi Muhammad saw ialah apa yang diturunkan Allah dalam al-Qur’an dan yang tersebut dalam sunah yang shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat".

Rumusan ini dapat diketahui bahwa dalam masalah agama,

Muhammadiyah bersumberkan al-Qur’an dan hadits. Hal ini lebih

tegas lagi perumusannya dalam rangka menjelaskan kedudukan

qiyas, dinyatakan sebagai berikut:30

رمي الكانرق الو هالعطلى االى عالم االسريعشى الت فلألصاالويثدح

"Bahwa dasar mutlak (tanpa batasan dan ikatan) untuk berhukum dalam agama Islam adalah al-Qur’an dan hadits".

Sedangkan kedudukan ijtihad menurut Muhammadiyah

dalam keputusan mengenai masalah lima dinyatakan sebagai

berikut : bahwa di mana perlu dalam menghadapi soal-soal yang

telah terjadi dan sangat menghajatkan pengetahuan hukumnya

untuk diamalkannya, mengenai hal-hal yang bukan ibadah

mahdlah (melulu), padahal untuk alasan hukumnya tidak terdapat

nash sharih (dalil Qur’an dan hadits yang jelas terang) yang

manthuq (terucapkan) di dalam Qur’an (sunnah sahih, maka untuk

mengetahui hukumnya dipergunakan alasan dengan jalan ijtihad

29Ibid, hlm. 281 30Ibid, hlm. 283

Page 21: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

61

dan istinbath dari nash-nsah yang ada dengan melalui persamaan

illah (sebab) sebagaimana telah dilakukan oleh ulama' salaf (yang

dahulu) dan khalaf (yang kemudian). Dengan demikian, ijtihad

merupakan jalan penetapan hukum, bukan sebagai sumber hukum.

B. Qunut Menurut Muhammadiyah

1. Pengertian

Makna asli dari perkataan “qunut” adalah “tunduk kepada Allah

dengan penuh kebaktian. Muktamar Muhammadiyah31 dalam

keputusannya menggunakan makna qunut yang berarti “berdiri lama

dalam shalat dengan membaca ayat al-Qur’an dan berdo’a sekehendak

hati” sebagaimana dapat diambil pengertian tersebut.

Adapun landasan teori yang digunakan adalah:

a. Hadits dari Jabir, bahwa Nabi saw bersabda : shalat yang paling utama

adalah berdiri lama (untuk membaca dan berdo’a). (Diriwayatkan oleh

Ahmad, Muslim, Ibnu Majah dan Tirmidzi, Imam Tirmidzi

menshohehkan hadits tersebut). (Nalilul Authar : 3 hlm. 64).

b. Berkata Bukhari : berkata Muhammad bin ‘Ajlan dari Nafi’, dari Ibnu

Umar R.H.A, katanya : pernah Rasulullah mengutuk orang-orang

musyrik dengan menyebut nama-nama mereka sampai Allah

menurunkan ayat: األية" ليس لك من األمر شئ"

2. Macam-Macam Qunut

a. Qunut Shubuh

Pada perkembangan sejarah fiqih, di masa lampau orang telah

cenderung untuk memberi arti khusus pada apa yang dinamakan qunut

shubuh, yakni ‘berdiri sementara’ pada shalat subuh sesudah ruku’

31PP. Muhammdiyah, Keputusan Muktamar Tarjih, op. cit, hlm. 367-369

Page 22: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

62

pada rekaat kedua dengan membaca do’a: allahu mmahdini fi man

hadait dan seterusnya.

Muktamar tarjih mempunyai pemahaman berkaitan dengan

qunut shubuh, yaitu:

a. Setelah diteliti kumpulan macam-macam hadits tentang qunut,

maka muktamar berpendapat bahwa qunut sebagai bagian dari

pada shalat, tidak khusus hanya diutamakan pada shalat subuh.

b. Bacaan do’a adalah : داللهم اهىن فيمنه دياحل ... ت dalam shalat

subuh itu, haditsnya tidak sah.

c. Penerapan hadits riwayat hasan tentang do’a : untuk khusus

dalam qunut subuh, tidak dibenarkan.

Muktamar Tarjih Wirodeso32, Pekalongan telah melakukan

penelitian kembali terhadap dalil yang menuntunkan membaca qunut

dalam shalat subuh. Penelitian itu menunjukkan bahwa dalil yang

selama ini dipergunakan ternyata tidak kuat. Oleh karena itu qunut

tersebut tidak perlu dilaksanakan.

b. Qunut Nazilah.

Penggunaan qunut nazilah ternyata masih menjadi persoalan.

Hal tersebut berasal dari pemahaman yang berbeda dan belum dapat

dipertemukan, yaitu mengenai hadits yang menerangkan bahwa

Rasulullah saw. tidak mengerjakan qunut nazilah setelah di turunkan

ayat :

)128(ليس لك من الأمر شيء أو يتوب عليهم أو يعذبهم فإنهم ظالمون“Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu, apakah Allah menerima taubat mereka, atau mengadzab mereka,

32Abdul Munir Mulkhan, Jawaban Kyai Muhammadiyah, Kreasi Wacana, Yogyakarta,

2002, hlm. 62

Page 23: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

63

karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang dholim”. (Q.S: Ali Imran: 128)33

Jelasnya ialah bahwa Rasulullah saw. pada beberapa

kesempatan telah mengerjakan qunut nazilah dalam hubungan

penganiayaan orang kafir terhadap kelompok orang Islam. Rasulullah

saw. dalam do’a tersebut memohon untuk dikutukkann mereka yang

telah melakukah kejahatan dan dimohonkan pembalasan Allah

terhadap mereka (kaum kafir yang telah membantai para shahabat

Nabi), kemudian turunlah ayat :

األية ...ليس لك من الأمر شيء

Pemahaman yang timbul dari riwayat tersebut adalah :

a. Bahwa qunut nazilah tidak lagi boleh diamalkan.

b. Boleh dikerjakan dengan tidak menggunakan kutukan dan

permohonan pembalasan terhadap perorangan.

c. Qunut Witir

Hadits yang dijadikan alasan bagi qunut witir diperselisihkan

oleh ahli-ahli hadits. Muktamar masih merasa memerlukan penelitian

dan mempertimbangkan dasar perbedaan penilaian ahli-ahli hadits

tersebut. Oleh karenanya keputusan Majlis tarjih masih menunda

(tawaquf) persoalan qunut nazilah yang akan dibahas pada kesempatan

lain.

PP. Muhammadiyah Majlis Tarjih mengusulkan kepada PP.

Muhammadiyah, berhubung dengan masih tawaqufnya qunut witir ini,

maka hendaknya dalam pentahfidzan keputusan muktamar, hal itu

(qunut witir) tidak perlu dimuat.

Pengertian qunut menurut Muhammadiyah adalah sesuai dengan yang

ada pada hadits, yaitu "panjang bacaannya untuk membaca dan berdo’a dan

33Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag,

RI, Jakarta, 1989, hlm. 97

Page 24: BAB IV SEKILAS MUHAMMADIYAH DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · Muhammadiyah sebagai suatu organisasi perjuangan bisa jadi ketinggalan anggotanya

64

lama berdirinya". Artinya shalat tersebut dilakukan dengan tenang dan tidak

tergesa-gesa. Lebih lanjut dapat disarikan sebagai berikut:

)القنوت(

1. ى اليرملجق الن اسبنوت معللقيامق الول طىن أةرىفعاء والد الة الص مشروع.

فتعارم الرجف النوت بقيامق الكل ذيةمس تصوصخ مسلجمى ال يرال .2خالمفةلتهمك ىف ح.

.االية, ئ شرمالن ا م لكسيل, اهللازلن اىت حةلزنا النىب صلعم للتنق .3

4. وقتالف ملجفس بارتى اعو النوت قديث حرتح ةجهوت ىف ثب.

1. Bahwa qunut dengan arti berdiri lama untuk membaca dan berdo’a di

dalam shalat itu masyru’ (ada tuntunannya).

2. Tidak membenarkan adanya pengertian (qiyam) di atas di khususkan untuk

qunut subuh yang sudah dikenal dan diperselisihkan hukumnya.

3. Nabi saw menjalankan qunut nazilah sampai Allah menurunkan surat Ali

Imran: 128.

4. Belum dapat mengambil keputusan tentang menilai hadits witir yang

dipakai hujjah alasan bagi adanya qunut witir