BAB IV pkl tika

26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Proses Produksi CPO 1.1.1 Incoming Crude Palm Oil (CPO) Industri minyak goreng merupakan salah satu aktivitas hilir dari industri pertanian berbasis sawit. PT. Sumber IndahPerkasa adalah salah satu contoh perusahaan industri yang mengolah minyak sawit. Minyak goreng dari sawit yang dalam bahasa industri disebut RBD Olein (Refined Bleached Deodorized Palm Olein) yang dibuat dari bahan baku yang disebut dengan Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit kasar. Proses pengolahan minyak goreng ini menghasilkan hasil samping RBD Stearin (Refined Bleached Deodorized Stearin), dan PFAD (Palm Fatty Acids Destillation). RBD Stearin merupakan bahan baku untuk pembuatan margarin dan shortening, sedangkan PFAD dapat diolah lebih lanjut menjadi sabun, shortening, dan emulsifier.

description

teknologi pangan

Transcript of BAB IV pkl tika

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Proses Produksi CPO 1.1.1 Incoming Crude Palm Oil (CPO) Industri minyak goreng merupakan salah satu aktivitas hilir dari industri pertanian berbasis sawit. PT. Sumber IndahPerkasa adalah salah satu contoh perusahaan industri yang mengolah minyak sawit. Minyak goreng dari sawit yang dalam bahasa industri disebut RBD Olein (Refined Bleached Deodorized Palm Olein) yang dibuat dari bahan baku yang disebut dengan Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit kasar. Proses pengolahan minyak goreng ini menghasilkan hasil samping RBD Stearin (Refined Bleached Deodorized Stearin), dan PFAD (Palm Fatty Acids Destillation). RBD Stearin merupakan bahan baku untuk pembuatan margarin dan shortening, sedangkan PFAD dapat diolah lebih lanjut menjadi sabun, shortening, dan emulsifier.Bahan baku yang digunakan dalam produksi minyak di PT Sumber IndahPerkasa diperoleh dari perkebunan milik PT Sumber IndahPerkasa dan perkebunan kelapa sawit di wilayah kepulauan Indonesia sudah dalam bentuk CPO. Dalam pemilihan bahan baku, perusahaan ini sangat teliti dan kualitas terbaik. Bahan baku yang digunakan masih mengandung banyak getah dan memiliki berbagai zat warna diantaranya karoten yang sebagian besar berdiri dari -karoten sebagai prekursor vitamin A serta memiliki kandungan vitamin E (tocopherols) yang dapat meningkatkan stabilitas terrhadap oksidasi selama penyimpanan (Goffmann & Bohme, 2001). Adanya warna merah kuning pada minyak sawit umumnya tidak disukai konsumen sehingga produsen minyak berusaha menghilangkan warna tersebut. Warna merah kuning yang disebabkan oleh pigmen, sengaja dihilangkan karena menyebabkan minyak mudah menjadi tengik (Winarno, 1997). Sedangkan besarnya kandungan karoten minyak sawit tergantung varietas, iklim, dan perlakuan selama pengolahan. Absorbsi spektra dari karotenoid di Indonesia didapatkan berkisar antara 300-600 nm (edelenbos et al., 2001). Selain itu minyak kelapa sawit kasar atau CPO digunakan sebagai bahan baku dikarenakan memiliki kandungan asam lemak yang penting bagi tubuh seperti Asam Linoleat sebanyak 7-11%, Asam Oleat 39-45%, asam Stearat 3,6-4,7%, dan juga asam lain seperti Asam Miristat dan Asam Palmitat (Ketaren, 1986). Penerimaan/Incoming Crude Palm Oil (CPO) di PT Sumber IndahPerkasa diperoleh dari jalur darat dan jalur laut. Beberapa contoh supplier melalui jalur darat antara lain PT Aek Tarum, PT Gunung Tua Abadi, PT Agricinal, PT Anaktuha Sawit Mandiri, dan lain sebagainya. Sedangkan incoming jalur laut menggunakan pelabuhan pelindo atau melalui Jetty PT Sumber IndahPerkasa. Beberapa supplier melalui jalur laut antara lain yaitu PT BW Plantation, PT Gunung Maras Lestari, PT Nusa Cahaya Gemilang, PT Sungai Rangit, dan lain sebagainya. Pembelian CPO dilakukan dengan sistem kontrak. CPO dari pemesanan diangkut dengan mobil tangki dengan kapasitas 10-30 ton per-mobil dan ditampung dalam penampung di PT Sumber IndahPerkasa dengan kapasitas 5.500 ton per-tanki. Jumlah CPO yang diterima setiap harinya sebanyak 200-500 ton.Pada penerimaan bahan baku CPO dari supplier melalui jalur darat (via truk) dan jalur laut (via kapal), truk yang membawa bahan baku ditimbang terlebih dahulu ditempat penimbangan. PT Sumber IndahPerkasa memiliki 3 jembatan timbang, yaitu 2 jembatan timbang pada bagian depan yang digunakan untuk menimbang bahan baku berbentuk solid dan liquid dari supplier jalur darat. Sedangkan 1 jembatan timbang pada bagian belakang digunakan untuk menimbang bahan baku yang berasal dari jalur laut. Kapasitas dari masing-masing jembatan timbang adalah 60 ton. Fungsi jembatan timbang yaitu untuk mengukur seluruh kegiatan yang berkaitan dengan produksi seperti jumlah pembelian Crude Palm Oil (CPO) dan penjualan dari turunan CPO yang telah diproduksi seperti BPO, RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil), PFAD Palm Fatty Acid Distillate), RBD Stearin (Refined Bleached Deodorized Palm stearin), dan RBD Olein (Refined Bleached Deodorized Palm olein). Hasil dari timbangan digunakan sebagai acuan untuk menentukan produksi dan randemen yang diperoleh, biaya angkut dan premi, dan jumlah persediaan barang.Bahan baku yang datang melalui via truk maupun kapal diperiksa pertama kali oleh bagian QC dengan cara diambil sampelnya untuk diperiksa di Laboratorium. Pengambilan sampel CPO via kapal dilakukan per-incoming dengan cara mengambil sampel pada bagian atas 250 ml, bagian tengah 250 ml, dan bagian bawah 250 ml kemudian dikomposit menjadi 1 (satu) Sedangkan pengambilan sampel CPO via truk dilakukan per-truk dengan cara mengambil sampel pada valve bagian belakang truk dari sebelah bawah sebanyak 250 ml. Masing-masing sampel tersebut kemudian dilakukan analisa komposit dari semua truk yang diterima dalam 1 hari/supplier dengan beberapa parameter uji meliputi FFA (Free Fatty Acid), Moisture, Iodine Value (IV), Deterioration Of Bleachatility Index (DOBI) dan lain sebagainya. Pemeriksaan dilakukan secara seksama, dalam penerimaan Crude Pal Oil (CPO) jalur laut, jika berdasarkan hasil analisa mutu minyak memenuhi spesifikasi, analis QC mengeluarkan hasil analisa dan menginformasikan kepada Commercial. Sedangkan untuk minyak yang out spec, analis QC memberitahukan kepada officer QC untuk tindakan lebih lanjut. Setelah ada pemberitahuan untuk bongkar atau reject maka QC membuat berita acara dan ditandatangani pihak yang berwenang. Sedangkan dalam penerimaan CPO jalur darat, jika mutu minyak memenuhi spesifikasi analis QC mengeluarkan form perintah bongkar kepada terminal Operation dengan data lengkap dan tanda tangan analis dan jika tidak memenuhi spesifikasi, maka melakukan re-sampling dan analisa ulang. Jika hasilnya out spec Analis QC mengeluarkan form perintah tahan kepada terminal Operation dengan data lengkap dan tanfa tangan analis. Jika hasilnya inspec, maka melakukan re-sampling dan analisa ketiga kalinya. Jika inspec maka truk dapat dibongkar dan jika outspec maka truk tidak boleh dibongkar, kemudia QC mengeluarkan kitir perintah tahan kepada terminal Operation dengan data lengkap dan tanda tangan analis. Untuk CPO yang yang outspec, analis QC memberitahukan kepada officer QC untuk dibuat berita acara dan NCCR atau kepada Leader Analis jika tidak ada Officer. Jika disposisi menyatakan barang ditolak/dikembalikan, maka analis QC membuatkan form penolakan barang dan ditujukan kepada supplier. Setelah melalui proses pemeriksaan oleh pihak QC maka CPO akan segera diproses.

1.1.2 Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil)CPO yang diekstrak secara komersial dari Tandan Buah Segar (TBS) walaupun dalam jumlah kecil mengandung komponen dan pengotor yang tidak diinginkan. Komponen ini termasuk serat mesokrap, kelembaban, bahan-bahan tidak larut, asam lemak bebas, phospholipida, logam, produk oksidasi, dan bahan-bahan yang memiliki bau yang kuat. Sehingga diperlukan proses pemurnian sebelum digunakan (Basiron 2005). Proses dasar dalam mengolah CPO untuk dijadikan minyak yaitu meliputi rafinasi dan fraksinasi. Di plant rafinasi terdapat proses Pemisahan Gum (degumming), pemucatan (bleaching), deodorisasi (deodorization). Proses Pemurnian CPO tersebut dilakukan dengan metode pemurnian secara kimiawi yang menghasilkan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang memiliki kualitas dan stabilitas yang diinginkan. Sedangkan di plant fraksinasi adalah pemisahan minyak yang sudah matang dengan dipisahkan pada fase cair dan padat. Fase cair disebut RBD Olein (Refined Bleached Deodorized Palm Olein) dan fase padat disebut sebagai RBD Stearin (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin). Di plant rafinasi dan fraksinasi mengolah CPO sebanyak 3000 ton/hari.CPO sebagai bahan baku yang akan diproses, dipompa dari tangki dengan laju tertentu melalui pompa transfer CPO dan dibawa ke Plate Heat Exchanger (PHE1) untuk perpindahan panas. Suhu CPO yang masih rendah terlebih dahulu dipanaskan minimal tercapai suhu 45oC sehingga proses dapat berlangsung stabil. Setelah itu CPO masuk ke tangki dryer hingga suhu CPO yang keluar 105-110oC Jika proses ini dilakukan pada pertama kali pada bagian Refnery Plant maka sumber panas yang digunakan adalah steam yang ada pada Plate Heat Exchanger (PHE2) untuk memanaskan CPO. Namun jika sudah beroperasi maka pemanas yang digunakan adalah RBDPO atau minyak panas yang sudah matang sehingga pemanasan pada CPO dapat dilakukan hanya pada PHE1 yang menggunakan sumber panas RBDPO dan proses pada PHE2 dapat dilewati. Pemindahan panas pada PHE1 dilakukan dengan cara CPO dilewatkan pada RBDPO yang suhunya lebih tinggi daripada CPO yang keluar dari High Temperature Economizer. Fungsi pemanasan CPO di PHE dilakukan untuk mengurangi kadar air supaya kelembabannya turun. Kadar air awal CPO 0,2-0,3% dan kadar air akhir CPO (Crude Palm Oil) yang diharapkan setelah proses tersebut menjadi 0%. CPO yang suhunya sudah tinggi dibawa ke dynamic mixer (M1) untuk kemudian diinjeksikan Phosporic Acid (PA). CPO dipompakan dalam proses pencampuran dengan phosporic acid konsentrasi 85% sebanyak 0,06% dari feed CPO (130 ton/jam). Agar reaksi phosporifikasi antara PA dengan CPO berjalan dengan sempurna maka CPO harus dibawa ke mixer selanjutnya (M2). Waktu terjadinya reaksi tersebut tergantung dari kandungan FFA, PA yang ditambahkan, dan kapasitas dari CPO itu sendiri. Jika waktu reaksi terlalu cepat maka kemampuan PA mengkristalkan gum-gum dari CPO tidak baik/tidak berjalan sempurna. Sebaliknya jika terlalu lama maka PA yang bentuknya cair akan tertarik ke vakum dan kembali ke bentuknya semula atau mencair.Penambahan PA pada proses ini akan meningkatkan afinitas fosfogliserol yang akan mendekompossi magnesium dan kalsium dari asam fosfat, mengikat getah-getah CPO karena PA bersifat sebagai koagulan (Herschdoerfer, 1986), serta berguna untuk mengendapkan fosfatida yang tidak larut air.roses selanjutnya yaitu menuju Bleaching Tank kemudian dilakukan penambahan Bleaching Earth (BE) sebanyak 0,7-0,8% dari feed CPO yang berbentuk bubuk untuk memucatkan warna merah kecoklatan yang ada secara alami pada CPO. Selain itu fungsi bleaching earth adalah menyerap pengotor yang tidak diinginkan seperti logam, air, bahan tidak larut, sebagian karotena dan pigmen lainnya, serta dapat mengurangi produk oksidasi, menyerap fosfolipid yang diendapkan oleh PA, dan memisahkan PA, gum berlebih setelah proses degumming. Pemisahan asam fosfat secara sempuma sangat penting, karena keberadaan asam fosfat dapat menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas minyak yang dihasilkan (Basiron 2005). Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil=CPO) mengandung berbagai zat warna diantaranya termasuk karoten. Selain itu ternyata minyak dari kelapa sawit ini kaya akan vitamin A dan E serta -karoten yang dapat melindungi penyakit yang berbahaya seperti kanker dalam berbagai bentuk. Pada proses pengolahan ini, diatur sedemikian rupa agar warna tidak terlalu pucat, sebab jika terlalu pucat maka akan menurunkan kualitas nutrisi produk akhir yaitu mengurangi kandungan -karoten (Muchtadi et al., 1997). Hasil yang diperoleh disebut sebagai BPO. Pada Bleaching Tank ini, dibawah tanki terdapat sparger steam yang berfungsi untuk memanaskan dan proses pengadukan. BPO yang terbentuk selanjutnya dibawa ke Filter Niagara yang terdapat 6 tangki niagara dengan kapasitas per tangki adalah 6 ton. Filter Niagara merupakan alat penyaring minyak yang berisi penyaring berbentuk lempengan dan berpori, yang berfungsi untuk menyaring BE, PA, dan gum dalam BPO. Tujuan BPO dilewatkan ke Filter Niagara adalah agar kotoran dapat tersaring. Kotoran yang tersaring ini berupa BE, PA, gum dan zat pengotor lainnya yang sudah tidak terpakai lagi. Proses di niagara filter adalah sebagai berikut : stanby (siap diisi) filling merupakan proses pengisian minyak ke dalam Niagara filter precoating (proses pelapisan lembaran filter niagara dengan sirkulasi ke Bleacher sampai minyak bersih dari partikel BE) Filtrasi (minyak menuju buffer tank) Transfer (proses pindahnya minyak dari buffer tank ke niagara yang stanby) Drying (proses pengeringan kotoran yang basah menjadi blotong yang kering yang menempel pada lempengan filter dengan cara menginjeksi steam ke niagara untuk mengeringkan BE dari minyak) Safety drain (memastikan drying bekerja dengan sempurna) Discharge BE (proses pembuangan Bleaching earth dengan cara merontokan blotong tersebut lalu dikeluarkan).Proses selanjutnya yaitu deodorizing atau penghilangan bau yang terdapat pada BPO (Bleached Palm Oil). Tujuan proses ini adalah untuk mengurangi jumlah komponen flavor volatile yang tidak diinginkan. Proses ini dilakukan denga menggunakan destilasi steam dan harus dalam keadaan vakum. vakum Minyak yang lolos dari filter Niagara difiltrasi lagi. Hasil sampingannya masih berupa BE yang ukurannya lebih kecil dari yang dihasilkan di Filter Niagara. Setelah BPO lolos, maka akan masuk ke dalam tanki filtrate (Suhu BPO sebesar 100-105oC) lalu dipompa dengan menggunakan pompa masuk ke Plate Heat Exchanger (PHE) lalu ke High Temperature Economizer untuk perpindahan panas. Suhu minyak yang dihasilkan sebesar 217,9oC. BPO melalui Plate Heat Exchanger lalu masuk ke dalam Final Heater untuk dipanaskan dengan pemanas yang disuplai dari High Pressure Boiler yang berbahan bakar solar. Suhu minyak (BPO) yang dihasilkan pada proses final heating ini mencapai 256-264oC Setelah itu masuk ke dalam pre-stripper, dengan tujuan untuk memperbesar luas permukaan minyak sehingga semakin banyak FFA yang menguap dan dilanjutkan ke deodorizer terdapat 18 tray untuk menghilangkan warna, odor dan mengurangi kandungan FFA. Pada proses deodorizing ini digunakan steam untuk mengaduk minyak sehingga minyak bergolak. Karena golakan itu akan ada minyak yang keluar atau terlepas yang ditampung di tanki tampung yang dipompa ke tanki filtrate untuk diproses lagi karena minyak tersebut masih mentah. Pada deodorizer,dalam kondisi minyak panas akan ada minyak yang menguap dimana uap tersebut akan divakum dan dikondensasikan pada Tanki Scrubber untuk menjadi cair kembali. Jika tanki tersebut penuh maka akan secara otomatis terpompa ke tanki tampung sebagai produk yang disebut PFAD (Palm Fatty Acid Destilate). Minyak yang matang masuk ke dalam High temperature Economizer lalu ke Plate Heat Exchanger. Hasil proses deodorizing yang sangat tinggi suhunya sebesar 261oC didinginkan dalam Cooler dengan menggunakan air sehingga suhu RBDPO menjadi 65oC. Lalu kemudian di filtrasi. Hasil yang diperoleh dari rafinasi setelah didinginkan dan difilter disebut sebagai RBDPO (Renined Bleached Deodorized Palm Oil). RBDPO ini kemudian dikirim ke plant Fraksinasi untuk diolah lebih lanjut. Di dalam plant fraksinasi terdapat dua proses yaitu kristalisasi dan filtrasi dengan menggunakan alat yaitu Cristalyser dan Filter Press. Minyak telah diproses di plant refinery yaitu RBDPO kemudian dibawa ke Plant Fraksinasi untuk diolah lebih lanjut. RBDPO diambil dari tank farm (storage tank) sedangkan jika persediaan habis maka RBDPO tersebut langsung diambil dari Refinery Plant. Pada proses yang pertama,RBDPO dibawa ke Buffer tank. Pada buffer tank ini terjadi proses pre-heating yang digunakan untuk menghomogenkan olein yang akan diolah menjadi minyak. Setelah tanki buffer sudah terisi penuh oleh RBDPO maka 85-90% dari volume tanki ini dialirkan ke tanki kristalizer. Tanki kristalizer adalah tanki yang berfungsi sebagai alat untuk mengkristalkan RBDPO yang akan dipisahkan antara olein dan stearin-nya, tanki ini dilengkapi dengan pipa-pipa di sekeliling dinding tangki yang berguna untuk memanaskan ataupun mendinginkan, sedangkan adanya pengaduk dalam tanki ini berfungsi untuk meratakan pemanasan atau pendinginan dan menyeragamkan ukuran Kristal yang akan terbentuk. Jumlah tangki kristalyzer yang ada di plant ini sebanyak 20 tangki dengan kapasitas per tangki adalah 55 ton. Tahapan proses yang terjadi di dalam tanki meliputi : Loading yaitu tahap pemasukan RBDPO ke dalam tanki Kristalizer. Lalu dilanjutkan dengan proses Heating yaitu tahap pemanasan sampai suhu (68 70 oC) yang berfungsi untuk mencairkan Kristal-kristal yang sudah terbentuk sebelumnya. Media pemanas yang digunakan adalah air yang dipanaskan dengan steam. Setelah itu Delay before cooling yaitu tahap mendiamkan beberapa saat RBDPO sambil diaduk (suhu tetap dipetahankan dengan pemanasan. Hal ini berfungsi untuk menghomogenkan RBDPO yang sudah panas. Selanjutnya masuk ke tahap pendinginan (Fast Cooling) setelah minyak mencapai suhu 550C. proses cooling dimulai dengan menggunakan air cooling tower (T 330C) sampai suhu minyak mencapai 380C dan terbentuk kristal. Tahap pendinginan lanjutan dengan menggunakan air dari Chiller (T 6-90C) yang berfungsi untuk memperkeras Kristal-kristal yang telah terbentuk dan terbentuk kristal. Proses cooling memakan waktu 6 7 jam. Proses selanjutnya yaitu holding yang merupakan waktu tunggu dari tahap kristalisasi menuju ke tahap filtrasi. Tahap ini brfungsi untuk memperbaiki mutu minyak. Tahapan proses setelah kristalisasi adalah filtrasi. Tahapan filtrasi ini melalui filter press. Tahap awal filtrasi adalah load yaitu pengisian dari kristaliser ke filter press kemudian squeezing (pengepresan). Filtrate yang dihasilkan pada proses ini adalah olein yang kemudian dimasukkan ke tanki olein,lalu di filter menggunakan Filter Bag. Setelah itu terjadi blowing. Olein yang tertinggal pada filter press di-blowing agar olein yang menempel pada filter press ikut masuk ke olein tank. Tahap selanjutnya yaitu pemisahan stearin dengan memasukkan stearin ke tanki stearin yang sebelumnya dipanaskan terlebih dulu pada bak penampung hingga suhu mencapai 55-600C.

1.1.3 Analisa Mutu CPO (Crude Palm Oil)a. Hasil analisa CPO incoming lautSupplierQuality KebunQuality PT. SIP

%FFA%Moist%FFA%MoistDOBIIVPVAnisidineValue

PT. Agricinal4,520,254,560,272,2152,172,883,61

PT. Nusa Cahaya Gemilang4,960,175,250,162,1152,162,653,75

PT. Sungai Rangit 3,960,244,130,232,6752,293,053,4

PT. Prakarsa Tani Sejati 5,290,235,620,252,0552,282,833,21

PT. Bumitama Gunajaya Agro3,930,224,070,182,1052,322,703,75

PT. Gunung Maras Lestari4,460,174,280,182,3752,392,713,4

PT. BW Plantation3,250,203,980,212, 4252,342,543,67

PT. Poliplant Sejahtera4,040,154,090,172,1852,332,923,13

b. Hasil analisa Refinery SampelHasil Analisa

% FFA% MoistDOBI IVPVColourBreak testPass/fall

Red Yellow

CPO4,390,262,40500,1952,082,82--

4,070,212,50510,0652,502,90--

4,760,222,41500,8952,482,80--

4,890,232,49521,1152,522,65--

4,020,222,44509,7252,402,78--

BPO------1810Pass

------1810Pass

------1810Pass

------1810Pass

------1810Pass

RBDPO0,0730,03--51,3602,320-

0,0740,03--51,3002,120-

0,0670,03--51,6102,220-

0,0760,03--51,4802,320-

0,0680,03--51,5502,120-

PFAD91,350,04-------

91,040,04-------

92,000,04-------

92,050,04-------

91,300,04-------

RBD Olein0,0860,03--56,6602,420-

0,0840,03--56,7702,420-

0,0820,03--56,7202,420-

0,0800,03--56,8302,420-

0,0830,03--56,8202,420-

RBD Stearin 0,0600,03--27,8601,710-

0.0590,03--28,1501,810-

0,0600,03--28,4801,810-

0,0570,03--29,4401,710-

0,0590,03--29,9401,710-

Tabel spesifikasi persyaratan teknis pengujian mutu minyak NoJenis UjiPersyaratan

CPORBDPOPFADOleinStearin

1FFA (Free Fatty Acid)Max 5,0 %Max 0,1%Min 70%Max 0,1 %Max 0,1%

2Kadar Air Max 0,5%Max 0,05%Max 0,05%Max 0,05%Max 0,05%

3Warna -Max red = 2,5 yellow = 20 Max red = 2,5 yellow = 20 Max red = 2,5 yellow = 20 Max red = 2,5 yellow = 20

4IV(Iodine Value)51-52--56-56,528-30

5DOBIMin 2 %----

Contoh perhitungan hasil analisa diatas : AnalisaSampel

CPO

%FFA =

%Moist=

DOBI =

=

IV =

PV = meq/Kg

- A.V =

AnalisaSampel

PFADRBD Olein

%FFA =

%Moist=

DOBI =

=

IV =

PV = meq/Kg

- A.V =

1.1.3.1 Analisa DOBI (Deterioration Of Bleachatility Index)Pengukuran kandungan Deterioration Of Bleachatility Index (Dobi) dari CPO (Crude Palm Oil) dan turunannya dengan cara mengukur perbandingan antara Absorbansi (Abs) UV pada panjang gelombang 446 nm dan panjang gellombang 269 nm menggunakan UV-Vis Spektrofotometer. Metode ini digunakan untuk pengukuran CPO (Crude Palm Oil) dan turunannya seperti BPO (), RBDPO (), PFAD (), stearin, dan olein. Berikut hasil analisa DOBI

Mutu adalah kesesuaian dengan spesifikasi yang ada, yang harus memenuhi keinginan pembeli. Spesifikasi dapat ditentukan oleh produsen atau konsumen. Ini merupakan slogan bisnis, tidak hanya untuk pabrik kelapa sawit, namun berlaku umum bagi unit-unit bisnis yang lain. Oleh karena ini diperlukan pemantauan mutu dari segala hal yang berkaitan dengan proses bisnis dalam pabrik kelapa sawit. Fungsi ini dijalankan oleh sebuah laboratorium. Adapun tugas laboratorium di PKS adalah :

Memeriksa kwalitas CPO dan kernelMenghitung berapa banyak hasil produksi yang hilang selama prosesMenganalisa raw water dan boiler waterMemonitor perombakan anaerobik dengan melakukan analisa rutin limbahParameter Mutu Minyak Sawit

FFA ( Free Fatty Acid)FFA atau Free Fatty Acid adalah group dari asam organik yang terdapat dalam minyak sawit. FFA di dalam minyak sawit, sebagian besar palmitat, stearat dan oleat. Kandungan palmitat lebih banyak didalam minyak sawit sehingga Berat molekulnya digunakan dalam perhitungan. FFA terbentuk akibat adanya air dan katalis melalui reaksi hidrolisa.

Minyak (Trigliserida) + Air > FFA + Gloserol

Ada 2 dasar hidrolisis katalis didalam minyak sawit. Pertama hidrolisis enzimatik. Lemak aktif memecahkan enzim, sebagian besar lipoid yang ada didalam buah sawit. Aktifitasnya menghasilkan formasi FFA dipercepat bila mesocarp buah sawit pecah atau memar. Kedua hidrolisis katalis secara spontan. Reaksi ini dipengaruhi oleh kandungan FFA yang ada didalam buah sawit dan telah berkembang yang berhubungan dengan suhu dan waktu. Free fatty scid (asam lemak bebas) dalam minyak produksi adalah untuk menilai kadar asam lemak bebas dalam minyak dengan melarutkan lemak tersebut dalam pelarut organik yang sesuai dan menetralisasi larutan tersebut dengan alkali dengan menggunakan indikator phenolpthalein. Nilai FFA dalam CPO tidak lebih dari 3%. Faktor-faktor yang mempengaruhi FFA adalah :

Tingkat kematangan buah sawitMemperpanjang penanganan buah dari waktu panen hingga waktu prosesKeterlambatan atau penundaan antara panen dan prosesMoisture contentPenentuan kadar air pada minyak produksi adalah untuk menilai kandungan zat menguap dalam minyak, yaitu jumlah zat/bahan yang menguap pada suhu 103 deg C, termasuk di dalamnya air serta dinyatakan sebagai berkurangnya berat apabila sampel dipanaskan pada suhu 103 deg C. NIlai moisture content pada CPO tidak lebih dari 0,3%.

Impurities contentKadar kotoran pada minyak produksi adalah untuk menilai kadar kotoran dalam minyak yang berupa zat yang tidak larut dalam pelarut organik yang telah ditentukan, kemudian disaring dengan media penyaring dan dicuci dengan pelarut tersebut, dikeringkan lalu ditimbang. Niali dirt content pada CPO tidak lebih dari 0,03%.

Peroxide valuePeroksida ialah hasil oksidasi pertama yang nontransient dan terbentuk karena bertambahnya radikal aktif molekul oksigen pada gugus metilen aktif pada rantai asam lemak yang terdapat dalam minyak. Peroxide value adalah untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Proses pembentukan peroksida dapat dipercepat oleh adanya cahaya, suasana asam, kelembaban udara dan katalis (logam Fe,Co, Mn, Ni dan Cr). Peroksida juga dapat mempercepat proses tmbulnya bau tengik dan flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Peroxide value pada minyak produksi untuk menilai bilangan Peroxide dalam minyak dengan cara titrasi ion yodida bebas dengan sodium thiosulfat.Nilai peroxide value pada CPO tidak lebih dari 1 meq/kgl.

DOBIDobi adalah indeks daya pemucatan merupakan rasio kandungan karoten dan produk oksidasi sekunder pada CPO. Nilai Dobi yang rendah mengindikasikan meningkatnya kandungan produk oksidasi sekunder (produk oksidasi dari karotenoid yang dapat terjadi dari efek rantai asam lemak teroksidasi). Nilai Dobi diukur dengan alat spektrofotometer UV-Visible, kandungan karotene diukur pada absorbens 446 nm sedangkan produk oksidasi sekunder pada absorbens 269 nm. Nilai Dobi yang baik harus lebih dari 2,5.

CaroteneSenyawa karotene adalah suatu senyawa yang larut didalam lemak, berwarna kuning sampai merah di dalam CPO, sangat dipengaruhi oleh kematangan buah. -Carotene pada proses refinery sengaja dihilangkan untuk memperolah minyak goreng yang jernih juga menghindari terjadinya degradasi -carotene oleh panas, padahal -carotene merupakan pro-vitamin A dan juga sebagai antioksidan alami. Spesifikasi > 500 ppm.

Iodine ValueIodine Value adalah suatu besaran untuk mengukur derajat ketidak jenuhan dalam asam lemak. Ini dinyatakan dengan jumlah gram iodine yang diserap oleh 100 g lemak. Bilangan iodine tergantung pada jumlah asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Lemak yang akan diperiksa dilarutkan dalam iso oktan kemudian ditambahkan larutan Iodine berlebih, sisa iodine yang tidak bereaksi dititrasi dengan Na. thiosulfat. Spesifikasi > 50.