BAB IV PENGOLAHAN DATA HASIL SURVEI -...

13
BAB IV PENGOLAHAN DATA HASIL SURVEI Setelah tahap pelaksanaan survei di lapangan, tahap selanjutnya adalah pengolahan data hasil survei untuk mendapatkan parameter-parameter definitif yang dibutuhkan dalam peletakan rigg. Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak yang sesuai dengan tipe/jenis data dan instrumen yang digunakan untuk pemgambilan dan perekaman data, pengolahan data dilakukan dalam 2 tahap yaitu : a. Pra pengolahan Pengolahan data dilakukan di lapangan, merupakan tahap pra pengolahan data yang dilakukan ketika atau setelah pengukuran berlangsung, tahap ini meliputi kegiatan : Pengumpulan data hasil survei. Pemisahan data-data. Pemeriksaan kualitas dan kuantitas data. Pengemasan dan pemberian label untuk data/bahan yang akan dikirim ke laboratorium, dan sesegera mungkin dikirimkan. Pengarsipan data. b. Pengolahan data Pengolahan data dilakukan di laboratorium, merupakan tahap pengolahan data sampai dihasilkan data yang definitif, tahap ini meliputi kegiatan : Uji laboratorium. Kompilasi, pemberian koreksi, dan adjustment. Formatting dan editing data. Analisa dan evaluasi data 4.1 Pengolahan Data Pemeruman Pengolahan data hasil pemeruman dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan posisi kedalaman yang definitif. Data kedalaman hasil survei dikoreksi terhadap 34

Transcript of BAB IV PENGOLAHAN DATA HASIL SURVEI -...

BAB IV

PENGOLAHAN DATA HASIL SURVEI

Setelah tahap pelaksanaan survei di lapangan, tahap selanjutnya adalah pengolahan

data hasil survei untuk mendapatkan parameter-parameter definitif yang dibutuhkan

dalam peletakan rigg. Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak yang

sesuai dengan tipe/jenis data dan instrumen yang digunakan untuk pemgambilan dan

perekaman data, pengolahan data dilakukan dalam 2 tahap yaitu :

a. Pra pengolahan

Pengolahan data dilakukan di lapangan, merupakan tahap pra pengolahan data yang

dilakukan ketika atau setelah pengukuran berlangsung, tahap ini meliputi kegiatan :

Pengumpulan data hasil survei.

Pemisahan data-data.

Pemeriksaan kualitas dan kuantitas data.

Pengemasan dan pemberian label untuk data/bahan yang akan dikirim

ke laboratorium, dan sesegera mungkin dikirimkan.

Pengarsipan data.

b. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan di laboratorium, merupakan tahap pengolahan data

sampai dihasilkan data yang definitif, tahap ini meliputi kegiatan :

Uji laboratorium.

Kompilasi, pemberian koreksi, dan adjustment.

Formatting dan editing data.

Analisa dan evaluasi data

4.1 Pengolahan Data Pemeruman

Pengolahan data hasil pemeruman dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman

dan posisi kedalaman yang definitif. Data kedalaman hasil survei dikoreksi terhadap

34

data pengamatan pasut selama pemeruman dan terhadap chart datum hasil analisis

data pasut.

Dari hasil pemeruman diperoleh data kedalaman dan data posisi, kedalaman yang

ditampilkan pada peta atau yang digunakan untuk membentuk garis kontur

kedalaman adalah kedalaman setelah dikoreksi dari kesalahan-kesalahan sistematis

pada pengukuran, perubahan tinggi muka air akibat pasut, serta setelah direduksi

terhadap bidang referensi peta (chart datum). Jika pada saat pemeruman dilakukan

pencatatan bacaan palem Zi, chart datum pada palem Zo, kedudukan transduser dari

muka laut T (konstanta), dengan kedalaman terukur adalah Di, maka kedalaman yang

diukur terhadap chart datum D adalah :

D = Di + T – ( Zi – Zo )

Data posisi dan kedalaman yang sudah dikoreksi digunakan untuk menggambarkan

kontur topografi dasar laut seperti divisualisasikan gambar 4.1.

Gambar 4.1 Contoh peta batimetri berisi informasi angka kedalaman dan garis

kontur

4.2 Pengolahan Data Side Scan Sonar

Suatu citra side scan sonar terbagi menjadi 2 bagian, bagian atas citra merupakan

hasil penyapuan tranduser pada saluran kiri, dan bagian bawah citra merupakan hasil

penyapuan tranduser saluran kanan pada towfish. Masing-masing bagian

35

mengandung berbagai macam informasi yang terdapat sepanjang jalur pencitraan,

obyek pada citra side scan sonar diwakili oleh sekumpulan titik (jejak gema) dengan

jumlah jejak menyatakan berapa kali obyek tersebut memantulkan gema sepanjang

jalur yang tersapu. Informasi-informasi yang selalu ada pada citra side scan sonar

adalah : kedalaman towfish, tinggi towfish dari dasar laut, jarak miring antara

towfish dengan obyek, garis-garis posisi titik fiks, garis-garis skala, serta jangkauan

pencitraan maksimum. Contoh citra hasil side scan sonar divisualisasikan gambar

4.2.

.3 Pengolahan Data Pasut

uk mendapatkan nilai chart datum untuk

a. Analisis Harmonik

Prediksi pasut dilakukan dengan menurunkan atau mencari komponen-komponen

Gambar 4.2 Contoh citra side scan sonar berisi informasi mengenai obyek di dasar

laut (dalam gambar di atas berupa kapal karam)

4

Pengolahan data pasut dimaksudkan unt

referensi kedalaman, untuk prediksi pasut, dan mendeskripsikan tipe pasut yang

tejadi di lokasi survei.

pasut dari data pasut dengan rentang pengamatan tertentu. Pendekatan yang dipakai

untuk mendapatkan komponen-komponen pasut adalah analisis harmonik. Gerakan

vertikal muka air laut yang periodik merupakan resultan atraksi gravitasi bulan dan

matahari pada waktu dan kedudukan tertentu, maka gelombang pasut yang diamati di

suatu lokasi merupakan superposisi dari beberapa gelombang yang masing-masing

pada setiap saat tertentu dibangkitkan oleh kedudukan benda langit tertentu. Deviasi

muka laut terhadap kedudukan rata-ratanya dinyatakan dengan persamaan :

36

n i cos (ωit – Φi)

engan ;

i muka laut sesaat

a

t ke-i

ibatkan

ari data pengamatan pasut akan diperoleh data untuk persamaan di atas, di ruas kiri

y(t) = yo + Σ A i-1

d

y(t) : tingg

yo : tinggi muka laut rata-rat

Ai : amplitudo komponen pasu

n : jumlah komponen pasut yang dil

D

yaitu y(t) dan dengan mengasumsikan keterlambatan fase untuk komponen pasut i,

maka persamaan diatas dapat dipecahkan untuk menentukan nilai Ai. Kemudian

dapat diperoleh komponen-komponen pasut seperti M2, S2, N2, K2, K1, O1, P1, dan

sebagainya. Dengan komponen-komponen pasut tersebut dapat diperoleh prediksi

pasut, hasil prediksi dan pengamatan dibandingkan dengan cara menampalkan kurva

pengamatan dan kurva prediksi. Kemudian dilihat kurva selisihnya antara tinggi

pengamatan dan tinggi prediksi seperti divisualisaikan gambar 4.3.

Gambar 4.3 Contoh kurva hasil pengamatan dan prediksi pasut yang menunjukan

adanya residu atau perbedaan antara hasil pengamatan dengan hasil prediksi.

37

b. Penentuan Chart Datum

Me p data pengamatan data pengamatan pasut akan

n

i

itudo komponen pasut ke-i

aat ini cenderung direkomendasikan penggunaan LAT sebagai muka surutan peta,

n ƒі cos (ωіt – Pі + xі)

r koreksi amplitudo dari komponen pasut ke-і

komponen pasut ke-і pada jam 00:00 GMT

nodes)

.4 Pengolahan Data Geofisika

fisika meliputi pengolahan sampel sedimen dan

lalui analisis harmonik terhada

diperoleh amplitudo komponen-komponen pasut, berdasarkan amplitudo komponen

pasut tersebut di tetapkan muka surutan peta yang berada pada jarak Zo terhadap

MSL. Selisih jarak MSL ke muka surutan berdasarkan standar internasional

diperoleh dengan persamaan :

Z0 = Σ A i-1

dengan ;

Ai : Ampl

n : Jumlah komponen pasut

S

LAT merupakan kedudukan muka air laut terendah hasil prediksi selama periode

waktu 18,6 tahun. Model prediksi kedudukan muka air laut didekati dengan

persamaan :

y(t) = yMSL + Σ Αі i-1

dengan ;

ƒі : Fakto

xі : Argumen astronomi dari komponen pasut ke-і

xі = Vі + Uі

Vі : Fase dari

Uі : Faktor koreksi yang tergantung pada node bulan (lunar

yMSL, Aі dan Pі diperoleh dari hasil analisa konstanta harmonik

4

Pengolahan data hasil survei geo

tanah dasar laut serta pengolahan data hasil survei seismik.

38

a. Pengolahan Sampel sedimen dan Batuan

Pen dilakukan untuk mendapatkan

Warna dan bau

kimia dan biologis

butir sedimen

. Pengolahan Data Seismik

Pengolahan data hasil survei seismik dilakukan untuk memperoleh gambaran yang

Untuk meningkatkan signal to noise ratio (S/N)

h tinggi dengan

engisolasi sinyal refleksi

reksi geometri

Secara garis besar urutan pengolahan data seismik adalah ( Sanny, 2004 ) :

Recording

Data m ke dalam pita magnetik dengan standar format tertantu.

gujian sampel sedimen dan tanah dasar laut

deskripsi tentang sedimen dan tanah dasar laut yang meliputi :

Ketebalan

Komposisi

Berat

Ukuran

Kandungan air

b

mewakili lapisan-lapisan bumi di bawah dasar laut. Tujuan utama pemrosesan data

seismik adalah (Van Der Kruk, 2001) :

Untuk memperoleh resolusi yang lebi

mengadaptasikan bentuk gelombang sinyal

Mengisolasi sinyal-sinyal yang diinginkan (m

dari multiple dan gelombang-gelombang permukaan)

Untuk memperoleh gambaran yang realistik dengan ko

Untuk memperoleh informasi-informasi mengenai bawah permukaan

seismik direka

Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration Geophysics). Magnetic

tape yang digunakan biasanya adalah tape dengan format: SEG-A, SEG-B, SEG-C,

SEG-D, dan SEG-Y. Format data terdiri dari header dan amplitudo. Header berisi

39

informasi mengenai survei, project dan parameter yang digunakan dan informasi

mengenai data itu sendiri.

Demultiplex

Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita magnetik lapangan

sebelum diperoses terlebih dahulu harus diubah susunannya. Data yang tersusun

berdasarkan urutan pencuplikan disusun kembali berdasarkan receiver atau channel

(demultiplex). Proses ini dikenal dengan demultiplexing.

Editing dan Muting

Editing adalah proses untuk menghilangkan semua rekaman yang buruk, sedangkan

mute adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang diperkirakan

sebagai sinyal gangguan seperti ground roll, first break dan lainnya yang dapat

mengganggu data seismik,

Koreksi Statik

Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi (elevasi shot dan

receiver) sehingga shot point dan receiver seolah-oleh ditempatkan pada datum yang

sama.

Stacking

Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather data yang

bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio ( S/N ). Proses ini biasanya

dilakukan berdasarkan CDP (common depth point) yaitu trace-trace yang tergabung

pada satu CDP dijumlahkan untuk mendapat satu trace yang tajam dan bebas noise

seperti divisualisasikan gambar di bawah ini.

Gambar 4.4 Proses penjumlahan trace-trace dalam satu CDP

40

Migrasi

Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan kedudukan reflektor pada posisi

dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang. Hal ini

disebabkan karena penampang seismik hasil stack belumlah mencerminkan

kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman normal incident belum tentu tegak

lurus terhadap bidang permukaan, terutama untuk bidang reflektor yang miring.

Selain itu, migrasi juga dapat menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang

muncul akibat adanya struktur-struktur tertentu (patahan, lipatan).

Pada lembar rekaman survei seismik terdapat tanda dan catatan waktu untuk

mendapatkan posisi planimetris atau koordinat obyek bawah laut, yaitu dengan cara

mencocokan waktu tersebut dengan rekaman data pengukuran kedalaman yang

biasanya dilakukan secara simultan dan dicatat pada sistem perangkat lunak.

Resolusi rekaman obyek dasar laut bergantung pada kedalaman laut tempat survei

seimik dilakukan, contoh rekaman data seismik divisualisasikan gambar 4.5.

Gambar 4.5 Contoh rekaman data seismik yang menunjukan garis-garis putih

sebagai batas antara lapisan sediment yang berbeda.

41

Interpretasi terhadap rekaman hasil survei seismik didasarkan pada ketajaman

pantulan, tekstur, ketebalan dan pola grafik pada rekaman, dikaitkan dengan sifat-

sifat pantulan terhadap obyek dan batuan dasar laut yang telah dikenal maupun yang

belum dikenali namun memberikan tanda keanomalian yang perlu diobservasi lebih

lanjut. Selanjutnya berdasarkan kriteria tersebut, rekaman data seismik

diinterpretasikan menjadi karakter spesifik obyek dasar laut seperti :

− Mound : Permukaan bergunung.

− Type : Jenis ketebalan rekaman.

− Slope : Jenis permukaan miring dan landai.

− Coral : Jenis permukaan karang.

− Sandy : Jenis batuan pasir.

− Flat : Permukaan mendatar dan landai.

− Rugged : Permukaan tidak rata dan kasar.

− Sedimen : Lapisan permukaan hasil pengendapan.

− Zone : Pembagian wilayah berdasarkan topografi permukaan.

− Clay : Jenis batuan sedimen.

− Reef : Penonjolan permukaan.

Untuk mengidentifikasi jenis permukaan atau obyek yang lebih spesifik lagi,

dilakukan pencocokan/perbandingan dengan hasil pengamatan magnetik dan sampel

dasar laut.

c. Pengolahan Data Magnetik

Data hasil survei magnetik berupa rekaman grafik intensitas gaya magnet yang

diterima oleh sensor pada magnetometer, nilai intensitas tersebut tergantung kepada

jenis material obyek, ukuran dan jarak terhadap sensor. Pada rekaman intensitas

magnet laut terdapat tanda dan catatan waktu yang berguna untuk memberikan

koordinat tempat perekaman sesuai dengan waktu pada pengukuran kedalaman

(pemeruman) yang dilakukan secara simultan. Contoh data rekaman intensitas

magnet divisualisasikan gambar 4.6.

42

Gambar 4.6 Contoh rekaman magnet laut yang berisi informasi berupa garis fik

untuk penentuan posisi serta informasi mengenai hasil deteksi intensitas magnetic.

Seperti pada interpretasi rekaman data seismik maka terhadap rekaman data

magnetik juga dibuatkan kalsifikasi rekaman obyek seperti :

− Anomali : Kejanggalan intensitas terhadap daerah sekitarnya.

− Positif : Arah perubahan intensitas ke arah positif atau ke atas.

− Negatif : Arah perubahan intensitas ke arah negatif atau ke bawah.

− Normal : Tidak terjadi perubahan intensitas yang berarti.

− Broad : Perubahan intensitas yang besar.

− Spike : Perubahan intensitas tunggal yang besar dan singkat.

− Pertubation : Perubahan intensitas yang banyak, besar dan tidak teratur.

4.5 Pengolahan Data Oseanografi dan Meteorologi

a. Pengolahan Data Arus

Pengolahan data arus dilakukan untuk memperoleh nilai kecepatan arus representatif

(Ur) dari hasil pengukuran di beberapa ketinggian di atas dasar laut, nilai kecepaatan

arus representatif dapat diperoleh melalui persamaan :

n-1

Ur = (1/h) Σ 1/2 (Ui + Ui+1)(zi+1 + zi) i

43

dengan ;

h : kedalaman perairan

z : tinggi pengukuran

Hasil pengukuran arus (kekuatan dan arah) dapat menjelaskan pola arus saat air

pasang dan air surut, residu dari arus pasang dan arus surut dapat dipakai untuk

menduga arah dan kekuatan arus tetap yang bukan dibangkitkan oleh pasut. Hasil

pengamatan arus digunakan untuk verifikasi dan kalibrasi model matematik (simulasi

dan sirkulasi arus), dari hasil model ini akan dapat diperoleh distribusi dan sirkulasi

arus untuk seluruh lokasi survei seperti divisualisasikan gambar 4.7.

Neap Tide> 0.30 – 0.60

= 0.00 – 0.10

> 0.10 – 0.30

U

Gambar 4.7 Contoh pemodelan arus

44

b. Pengolahan Data Angin

Karakteristik dari kondisi angin baik yang menyangkut variabilitas bulanan,

musiman maupun tahunan akan memberikan variabilitas pada kondisi gelombang.

Analisis terhadap kondisi angin sangat diperlukan dalam perencanaan konstruksi rigg

untuk keamanan proses eksplorasi. Eratnya hubungan antara distribusi angin dengan

gelombang, untuk peramalan gelombang umumnya diperlukan data kecepatan dan

arah angin perjam.

c. Pengolahan Data Suhu dan Tekanan Udara

Kerusakan bangunan atau platform di lepas pantai bisa ditimbulkan oleh adanya

gelombang besar (storm surge) yang menaikkan tinggi muka air, dimana tinggi muka

air jauh melebihi pasang astronomisnya. Gelombang pasang umumnya terjadi

bersamaan dengan kejadian angin sangat kencang (badai) serta penurunan tekanan

udara yang cukup signifikan, kenaikan suhu udara yang mencolok juga akan

menaikkan tinggi muka air.

d. Pengolahan Data Gelombang

Pengolahan data hasil pengamatan gelombang dilakukan untuk mengetahui

gelombang tertinggi, gelombang rata-rata, serta gelombang terendah beserta

periodenya. Untuk keperluan perencanaan bangunan-bangunan lepas pantai perlu

dipilih tinggi dan periode gelombang individu (individual wave) yang dapat

mewakili suatu spektrum gelombang. Gelombang tersebut dikenal dengan

gelombang representatif. Apabila tinggi gelombang dari suatu pencatatan diurutkan

dari nilai tertinggi ke terendah atau sebaliknya, maka akan dapat ditentukan tinggi

Hn yang merupakan rata-rata dari n persen gelombang tertinggi. Misalnya H10 adalah

tinggi rata-rata dari 10 persen gelombang tertinggi dari pencatatan gelombang.

Bentuk yang paling banyak digunakan adalah H33 atau tinggi rata-rata dari 33% nilai

tertinggi dari pencatatan gelombang yang juga disebut sebagai tinggi gelombang

signifikan Hs. Cara yang sama juga dapat digunakan untuk periode gelombang.

Tetapi biasanya periode siginifikan didefinisikan sebagai periode rata-rata untuk

sepertiga gelombang tertinggi.

45

Analisa dan peramalan gelombang dapat dilakukan berdasarkan data angin dan

kalibrasi dilakukan dengan menggunakan data gelombang hasil pengukuran.

Peramalan gelombang dilakukan dengan metode SMB (Sverdrup-Munk-

Brenchneider) untuk mendapatkan parameter-parameter gelombang. Persamaan semi

empiris untuk menentukan tinggi dan periode gelombang signifikan di perairan

dalam dari data kecepatan rata-rata angin dominan, durasi dan panjang fetch :

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎠⎞

⎜⎝⎛=

42.0

22 0125.0tanh*283.0UgF

UgHs

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎠⎞

⎜⎝⎛=

25.0

22 077.0tanh*20.1UgF

UgTs

dengan ;

Hs : Tinggi gelombang signifikan

Ts : Perioda gelombang signifikan

g : Percepatan Gravitasi

U : Kecepatan rata-rata angin

F : Panjang fetch

46