BAB IV PENGARUH DAKWAH KH. ABDULLAH SCHAL DALAM …digilib.uinsby.ac.id/4928/8/Bab 4.pdf · tulisan...

11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB IV PENGARUH DAKWAH KH. ABDULLAH SCHAL DALAM PERKEMBANGAN ISLMA DI BANGKALAN A. Mengembangkan Pondok Pesantren Perkembangan yang dilakukan oleh KH. Abdullah dalam dakwahnya adalah membangun institusi-institusi Sosial di Bangkalan di antaranya adalah sebuah pesantren sepeninggalan kakek buyutnya yakni Pondok Pesantren Syaikhona Moh. Kholi Bangkalan. Pesantren ini memang bukan hasil pembangunan dari KH. Abdullah Schal yang pertama kalinya akan tetapi berkat KH. Abdullah Schal pondok pesantren ini menjadi pesat dan berkembang seperti yang sekarang. Pondok pesantren yang dirintis oleh KH. Abdullah Scahl terletak di daerah jl. KH. Moh. Kholil No.6 Bangkalan. Tepat di pusat kota Bangakalan pesantren ini berdiri. Pesantren ini sempat mengalami kefakuman sejak sepeninggalan Syaihona Moh. Kholil. Awal dari rintisan KH. Abdullah Schal membesarkan pesantren ketika masyarakat mulai tau bahwa di pesantren Demangan di pimpin oleh keturunan Syaikhona Moh. Kholil, karena pada saaat itu masyarakat sangat fanatik terhadap Syaikhona Moh. Kholil. 1 Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyrakat atau 1 M. Toyyib Fawwaz, Wawancara, Bangkalan 18 Desember 2015.

Transcript of BAB IV PENGARUH DAKWAH KH. ABDULLAH SCHAL DALAM …digilib.uinsby.ac.id/4928/8/Bab 4.pdf · tulisan...

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV

PENGARUH DAKWAH KH. ABDULLAH SCHAL DALAM

PERKEMBANGAN ISLMA DI BANGKALAN

A. Mengembangkan Pondok Pesantren

Perkembangan yang dilakukan oleh KH. Abdullah dalam

dakwahnya adalah membangun institusi-institusi Sosial di Bangkalan di

antaranya adalah sebuah pesantren sepeninggalan kakek buyutnya yakni

Pondok Pesantren Syaikhona Moh. Kholi Bangkalan. Pesantren ini

memang bukan hasil pembangunan dari KH. Abdullah Schal yang pertama

kalinya akan tetapi berkat KH. Abdullah Schal pondok pesantren ini

menjadi pesat dan berkembang seperti yang sekarang.

Pondok pesantren yang dirintis oleh KH. Abdullah Scahl terletak di

daerah jl. KH. Moh. Kholil No.6 Bangkalan. Tepat di pusat kota

Bangakalan pesantren ini berdiri. Pesantren ini sempat mengalami

kefakuman sejak sepeninggalan Syaihona Moh. Kholil.

Awal dari rintisan KH. Abdullah Schal membesarkan pesantren

ketika masyarakat mulai tau bahwa di pesantren Demangan di pimpin oleh

keturunan Syaikhona Moh. Kholil, karena pada saaat itu masyarakat

sangat fanatik terhadap Syaikhona Moh. Kholil.1

Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan

mengembangkan kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyrakat atau

1 M. Toyyib Fawwaz, Wawancara, Bangkalan 18 Desember 2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

berkhidmat kepada masyrakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi

masyarakat.2

Hampir bersamaan KH. Abdullah Schal membesarkan pesantren

dan berdakwah di masyarakat. Sehingga ketika masyarakat mulai tersadar

dengan agama Islam mereka mulai meondokkan anaknya di pesantren.3

Saat itu jumlah santri masih sangat sedikit, namun pengajian kitabnya

penuh, dari pagi hinga malam. Dalam sepekan, pengajian hanya libur pada

hari selasa da jum’at. Selain dua hari itu, pengajian dilaksanakan dalam

tiga kali sift yakni:4

1. Sift pertama ba’da sholat subuh hingga jam 08.00 (berikutnya diubah

mulai jam 07.00 hingga jam 09.00. KH. Abdullah membaca kitab

Riȃdhus-Shȃlihȋn. Tafsir Jalȃlain, Iqnȃ Minhȃjul-Qawȋm. Selanjutnya

ditambah dengan kitab Shahȋh al-Bukhȃri, Ihyȃ’ Ulumiddȋn dan Fathul-

Wahhȃb.

2. Sift kedua Bakda Asar hingga menjelang Magrib, Kiai membaca kitab

Kawȃkib (Syahrh Mutammimah), Usymuni Dahlan, Khamsatu-Rasȃil

(selanjutnya diganti Jauharul Maknȗn) dan Fathul-Khȃbir.

3. Sift ketiga, bakda isya’ hingga selesai, beliau membaca kitab Waraqȃt

(Ushul Fiqih), Syarh Kifȃyah, Izhȃhul-Mubham, Alfiyah Ibni Mȃlik,

Kasyifatus Sajȃ dan Syarh Sullamut-Taufiq.

2 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metedologi Menuju Demokratisasi Institusi

(Jakarta: PENERBIT ERLANGGA), 5. 3 M. Toyyib Fawwaz, Wawancara, Bangkalan 18 Desember 2015.

4 Aschal dan Fawwaz, Di Bawah Telapak Kaki Ibu serial Biografi KH. Abdullah kedua, 7-8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pengajian ini umumnya menggunakan sistem wetonan. Kiai

membaca lafal kitabnya, memberikan makna, sesuai dengan kedudukan

gramatikal setiap kata, lalu menjelakan secara singkat apa maksudnya.

Santri-santri menulis makna yang beliau bacakan itu di sela-sela baris

tulisan di kitab itu seraya menyimak keterangan yang beliau sampaikan.

Pada awal KH. Abdullah Schal mulai mengajar di Demangan

banyaknya santri sekitar 30 untuk santri putra dan sekitar 4 orang untuk

santri putri. Pada saat itu KH. Abdullah belum begitu terkenal akan tetapi

setalah terjadinya kasus beliau di penjara oleh pemerintah maka berita

tersebut menyebar di seluruh kota Bangklan bahkan sampai di luar

Bangkalan. Beliau terkenal dengan pembeleaan rakyat dari penindasan

sehingga setelah beliau keluar banyak masyarakat yang memondokkan

anaknya di Demangan.5

Semakin bertambah majunya zaman Pondok Pesantren Demangan

mengalami perkembangan baik dari segi pembangunan maupun sistem

pembelajaran. Pesantren berkembang terus sambil menghadapi rintangan

demi rintangan, sikap ini bukan ofensif, melainkan tidak lebih dari

defensif, hanya untuk menyelamatkan kehidupannya dan kelangsungan

dakwah Islamiyah. Pesantren tidak pernah memulai konfrontasi sebab

orientasi utamnya adalah melancarkan dakwah dan menanamkan

pendidikan.6

5 Hosen Syai’, Wawancara, Bangkalan 20 Desember 2015.

6 Qomar, Pesantren dari Transformasi Metedologi Menuju Demokratisasi Institusi, 11.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Begitupun di pesantren Demangan ini semakin mengalami

peningkatan santri, sehingga sistem pendidikan juga mengalami

perubahan. Selain adanya pendidikan tradisional seperti mengaji kitab

sekarang juga ada pendidikan formalnya. Berikut sekolah-sekolah formal

yang ada di pesantren Demngan:

1. Madrasah Ibtidaiyah

2. Madrasah Tsanawiyah.Al-Ma’arif.

3. SMA Al-Ma’arif Ma’arif.

4. STAIS Syaikhona Kholil.

Sedangkan untuk pendidikan non formalnya ada dua yakni

Ma’hadiyah dan Madrasiyah. Untuk Ma’hadiyah meliputi Bansus Al-

Quran, Tahfidz Al-Qur’an, Tahfidz Al-Fiyah, Pengajian kitab kuning,

Majelis munandhoroh Ma’hadiyah. Sedangkan untuk Madrasiyahnya

sebagai berikut:7

1. Madrasa Ibtidaiyah (Ula) berdiri tahun 1986 M.

2. Madrasah Tsanawiyah (Wustha) berdiri tahun 1989 M.

3. Madrasah Aliyah (Ulya) berdiri tahun 1992 M.

4. Amsilati berdiri tahun 2009.

5. I’dadiyah berdiri tahun 2011.

Berikut adalah data jumlah siswa Mts Al-Ma’arif dalam 7 tahun

terakhir:8

7 PP Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan, “Lintas Sejarah KHS. Abduallah Schal”, dalam

http://ppsmch.net/2013/01/21lintas-sejarah-khs-abduallah-schal/ (23 Desember 2015). 8 Pp Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan “Lintas Sejarah KHS. Abduallah Schal”, dalam

http://ppsmch.net/2013/01/21lintas-sejarah-khs-abduallah-schal/ (23 Desember 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Tahun

Pelajaran

Kelas

DO

Jumlah VII VIII IX

Lk Pre Lk Pre Lk Pre

1999/2000 45 10 38 8 30 10 - 141

2000/2001 50 - 26 - 36 10 - 117

2001/2002 40 - 37 2 26 5 - 105

2002/2003 40 - 50 - 28 - - 118

2003/2004 32 - 36 - 28 - 2 98

2004/2005 26 - 33 - 32 - 3 94

2005/2006 48 126 36 - 33 - 2 245

2006/2007 22 65 50 121 33 - 4 295

2007/2008 49 106 39 104 49 93 6 446

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa santri yang sekolah di

Mts Al-Ma’arif dari tahun ketahun mengalami naik turun jumlah siswa.

Dan angka tertinggi jumlah siswa adalah pada tahun 2008. Untuk

banyaknya santri sendiri yang penulis dapatkan dari kantor pusat PP

Syaikhona kholil dari tahun 2006-2008 adalah sebagi berikut:

Tahun Putra Putri Jumlah

2006 997 1291 2288

2007 898 1366 2264

2008 851 1420 2271

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dari data jumlah banyaknya santri dari tahun 2006 sampai 2008,

angka tertinggi jumlah santri adalah pada tahun 2006 dengan angka 2.288.

B. Membangun Beberapa Madrasah di Wilayah Bangkalan

Madrasah merupaka isim makan dari kata darasa yang berarti

belajar. Jadi, madrasah berarti tempat belajar bagi siswa atau mahasiswa

(umat Islam). Karenanya istilah madrasah tidak hanya diartikan dalam arti

sempit, tetapi juga bisa dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan,

surau, masjid, dan lain-lain. Bahkan juga seorang ibu bisa dikatakan

sebagai madrasah pemula.9 Dalam sejarah pendidikan Islam, makna dari

Madrasah tersebut memegang penting sebagai institusi belajar umat Islam

selama pertumbuhan dan perkembangannya.

Masyarakat Madura yang dikenal sebagai salah satu suku yang

kaku, keras, kasar, dan sulit didekati. Sebagaimana lazim diketahui, suku

Madura sering dicitrakan dengan seperangkat pembawaan dan perilakunya

yang bercorak negatif. Stereotype orang Madura yang sejak dulu tertanam

dalam benak setiap orang adalah sosok manusia yang keras dan bringas.

Darah yang mengalair dalam tubuh orang Madura ditengarai karena

mereka tinggal di pulau yang tandus dan gersang. Sehingga, dapatlah

dimengerti jika pengisi waktu luang mereka adalah kegiatan-kegiatan yang

penuh nuansa keberanian, keperkasaan dan kejantanan.

Dari sisi lain, semua ini diduga sebagai faktor pendorong yang

menyebabkan mereka menjadi pekerja yang ulet, tabah, dan tidak takut

9 Samsul Nizar, Sejarah Penddikan Islam (Jakarta: PERDANA MEDIA GROUP, 2009), 120.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan. Mereka mampu menjadi

petani tangguh di lahan yang umumnya menjadi nelayan yang luar biasa.

Berbantal ombak dan berselimut angin serta bermodalkan nyawa, mereka

berani mengarungi samudra luas sebagai nelayan yang tangguh. Mereka

juga berani merantau jauh ke seluruh pelosok tanah air bahkan juga ke

mancanegara.

Menyadari karakter orang Madura tersebut, KH. Abdullah Schal

merancang strategi untuk kesuksesan dakwahnya. Belajar dari sejarah

masuknya Islam ke Nusnatara, khususnya Jawa oleh Walisongo, KH.

Abdullah Schal mendekati simpul-simpul kekuatan orang Madura. Di

awal-awal dakwahnya, beliau mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang

dituakan di daerah masing-masing. Beliau mendirikan madrasah-madrasah

yang kemudian diserahkan pengelolaannya kepada tokoh-tokoh

setempat.10

Pemberdayaan siswa/santri terkait erat dengan proses

pemberdayaan kepala madrasah, guru atau ustad. Guru dan sisawa ibarat

dua mata uang yang memang tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu

terhambatnya proses pemberdayaan siswa juga tidak bisa dilepaskan dari

berbagai permasalahn yang dihadapi oleh guru, baik yang bersifat

eksternal maupun internal.11

10

Fakhri Aschal dan M. Toyyib Fawwaz, Serial Biografi KH. Abdullah ke-lima Kilau Madrasah

di Langit Madura (Bangkalan: PP. Syaikhona Moh. Cholil), 22. 11

Ainurrafiq Dawam, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren (Bandung: Listafariska Putra,

2005), 93.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sebelum KH. Abdullah Schal mendirikan Madrasah di berbagai

tempat, kondisi masyarakat secara umum sangat mengenaskan. Kekerasan

dalam beragam bentuknya dan kemungkaran yang sudah jadi kebanggaan,

seakan menjadi menu sehari-hari. Hal ini terajajadi Karena sangat

minimnya kegiatan keagamaan ditengah-tengah masyarakat. Pengajian-

pengajian umum sangat sulit diadakan. Hanya sebagian orang saja yang

bisa menyelenggarakan pengajian, itupun kalau kebetulan ada acara haul

yang sangat jarang.12

Dakwah lewat jalur pendidikan ini, terbukti ampuh meredam watak

keras orang Madura. Sekeras-kerasnya orang Madura akan terenyuh

manakala melihat anaknya oneng ngajih (bisa ngaji). Juga lewat

madrasah-madrasah tersebut penagjain umum lebih mudah diadakan,

sehingga media interaksi dengan masyarakat semakin banyak dan mudah.

Lewat oengajian di madrasah-madrasah itu, nuansa keagamaan di daerah

tersebut menjadi hidup.

Berikut adalah Madrasah-madrasah yang di bangun oleh KH.

Abdullah Schal di wilayah Bnagkalan:13

1. Madrasah Raudlatul Muta’alimin di Desa Saplasah Kecamatan

Sepuluh.

2. Madrasah Raudlatul Ulum di Desa Kranggan Tanah Merah.

3. Madrasah Miftahul Ulum di Desa Bandang Laok Kokop.

4. Madrasah Raudlatul Ulum di Desa Durin Barat Konang Bangkalan.

12

M. Toyyib Fawwaz, Wawancara, Bangkalan 18 Desember 2015. 13

Aschal dan Fawwaz, Kilau Madrasah di Langit Madura, 43.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5. Madrasah Nurul Jadid di Desa Kelbung Sepuluh Bangkalan.

6. Madrasah Miftahul Huda di Desa Binoh Burneh Bangkalan.

7. Madrasah Miftahul Ulum di Desa Alaskokon Modung Bangkalan.

8. Madrasah Darus Salam di Desa Bandang Laok Kokop Bangkalan

C. Membangun Beberapa Masjid di Daerah Bangkalan

KH. Abdullah juga membangun sebuah Mesjid di beberapa

wilayah Bangkalan dalam sarana berdakwahnya dan menciptakan kader-

kader muballig. Saat ini hampir di setiap dusun di Kabupaten Bangkalan

terdapat masjid sehingga jumlah masjid mencapai seribu lebih. Melihat

kembali sebelum KH. Abdullah mengembangkan Islma di Bangkalan

bahwa Islam sudah di kembangkan oleh Syaikhona Moh. Kholil

Bangkalan. Pada masa Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan masjid masih

sebatasa dipinggiran wilayah saja. Tidak merata seperti yang sekarang.14

Pada zaman nabi Muhammad SAW masjid pertamakali di bangun

adalah Masjid Quba. Awal berdirinya masjid Quba ini bukan sebuah

masjid yang megah bangunannya, melainkan hanya bangunna kecil

sekedar memberikan tempat untuk sujud, tempat shalat, yang dapat

memberikan sedikit pernaungan dari terik panas matahari.15

Meskipun

sangat sederhana masjid Quba boleh dianggap sebagai contoh bentuk dari

masjid-masjid yang dibangun masa-masa berikutnya.

Berkembang dan meluasnya dakwah Islam ke berbagai negeri

memberi pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan masjid. Hampir

14

M. Toyyib Fawwaz, Wawancara, Bangkalan 18 Desember 2015. 15

Syahidin, Pemberdayaan Umat Berbasisi Masjid (Bandung: Alfabeta, 2003), 18.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

setiap negeri yang penduduknya telah menerima dan rela memeluk Islam

akan selalu mendirikan masjid ditempat tersebut. Oleh karena itu sejalan

dengan perkembangan, maka berdirilah masjid-masjid di berbagai negeri

diseluruh pelosok bumi.16

Dengan kepribadian yang luhur, ketabahan dan

perjuangan yang luar biasa, KH. Abdullah tanpa kenal lelah berkeliling

berdakwah dengan berbagai metode dakwah yang mudah diterima oleh

berbagai lapisan masyarakat. Sesulit apapun medan yang harus dilewati, tidak

sedikitpun menyurutkan langkah beliau untuk berjuang menyelamatkan

ummat.

Ada dua macam masjid yang di bangun oleh KH. Abdullah, yang

pertama adalah memang masjid yang dari awal di bangun oleh KH. Abdullah

dan yang kedua adalah masjid yang tadinya memang sudah ada akan tetapi di

renofasi kembali oleh KH. Abdullah Schal.17

Sebagaimana Syaikhona Moh. Kholil Bangkalan, KH. Abdullah

Schal juga banyak membangun masjid di berbagai tempat di Kabupaten

Bangkalan. Pembangunan masjid ini sangat jitu sebagai salah satu media

dakwah beliau. Masyarakat yang asalnya jauh dari tempat ibadah, sehingga

berakibat mereka banyak yang meninggalkan shalat lambat laun menjadi

sadar. KH. Abdullah Schal tidak hanya membangun masjid tapi juga

melakukan pembinaan-prmbinaan lewat pengajan rutin, pengajian umum dan

kegiata-kegiatan keagamaan lainnya.

16

Ibid., 23. 17

M. Toyyib Fawwaz, Wawancara, Bangkalan 18 Desember 2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Selain itu KH. Abdullah Schal mengajak masyarakat untuk

membuat jalan akses menuju masjid-masjid itu. Sehingga keberadaan masjid

mudah di jangkau, terlebih daerah pedalaman yang sebelumnya terisolasi

karena tidak adanya jalan masuk yang memadai, akhirnya bisa dimasuki oleh

orang luar, dan memudahkan para penduduknya untuk berkomunikasi dengan

orang luar lingkungannya.18

Sepeninggalan KH. Abdullah beliau pernah membangun beberapa

masjid ayng ada di Bangkalan dia anatarnya yaitu:

1. Masjid Roudlotul Hidayah Al-Barakah yang terletak di Desa Dangarah

Batobella Kecamatan Geger.

2. Masjid Al-Baqiyyatus Sholihat di desa Palenggiyen Klapayan Kecamatan

Sepuluh.

3. Masjid Baitul Falah di Desa Karang Lebar Kecamatan Geger.

4. Masjid Nurut Taqwa di Desa Trebung ramok Kecamatan Kokop.

5. Masjid Al-Falah di Desa Bulukagung Kecamatan Klampis.

6. Masjid Rudlotul Hidayah di Desa Rongkang Kecamatan Kwanyar.

7. Masjid Sabilal Muttaqin di Desa Saplasah Kecamatan Sepuluh.

8. Masjid Probungan di Desa Tenggun Kecamatan Klampis.

9. Masjid Roudlotul Hidayah di Desa Jolgung Tobugang Kecamatan Geger.

18

Fakhrillah Aschal dan M. toyyib Fawwaz, Kumandang Adzan Dari Balik Gunung serial

Biografi KH. Abdullah yang keenam (Bangkalan: PP. Syaikhona MOH. Kholil Bangkalan), 9.