Bab IV - Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

10
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN YANG MEMBEBASKAN MENURUT PAULO FREIRE DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM A. Hakikat Pendidikan yang Membebaskan Menurut Paulo Freire dalam Perpektif Pendidikan Islam Dalam Islam, pendidikan memiliki makna yang tidak hanya sebagai upaya pembebasan umat manusia dari belenggu ketertindasan seperti yang dikemukakan Paulo Freire, namun lebih luas dari itu. Pendidikan Islam telah memandang manusia sebagai aktor utama dalam menjalani aktivitas di dunia, dengan demikian manusia diharapkan mampu untuk mengkreasikan dirinya dalam realitas kehidupan di dunia sesuai dengan tuntutan kaidah sosial kemasyarakatan. Secara efektifnya pendidikan Islam telah melibatkan diri untuk memajukan dan mengembangkan intelektualitas manusia, membantu untuk memantapkan penghayatan dan pengamalan etika yang sangat tinggi dalam agama dan akhlak, memantapkan prinsip-prinsip kemanusiaan dan dasar-dasar demokrasi. Pendidikan Islam juga sangat peduli dan menganggap penting tercintanya persaudaraan dan persamaan derajat (egalitarian) diantara kaum Muslimin di negara-negara Islam yang berbeda dan tidak cukup dengan hanya menciptakan persaudaraan dan persamaan sesama kaum muslimin dalam satu tanah air saja. 68

description

Skripsi Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

Transcript of Bab IV - Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

Page 1: Bab IV - Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

68

BAB IV

ANALISIS

PENDIDIKAN YANG MEMBEBASKAN MENURUT PAULO FREIRE

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

A. Hakikat Pendidikan yang Membebaskan Menurut Paulo Freire dalam

Perpektif Pendidikan Islam

Dalam Islam, pendidikan memiliki makna yang tidak hanya sebagai upaya

pembebasan umat manusia dari belenggu ketertindasan seperti yang

dikemukakan Paulo Freire, namun lebih luas dari itu. Pendidikan Islam telah

memandang manusia sebagai aktor utama dalam menjalani aktivitas di dunia,

dengan demikian manusia diharapkan mampu untuk mengkreasikan dirinya

dalam realitas kehidupan di dunia sesuai dengan tuntutan kaidah sosial

kemasyarakatan. Secara efektifnya pendidikan Islam telah melibatkan diri

untuk memajukan dan mengembangkan intelektualitas manusia, membantu

untuk memantapkan penghayatan dan pengamalan etika yang sangat tinggi

dalam agama dan akhlak, memantapkan prinsip-prinsip kemanusiaan dan

dasar-dasar demokrasi. Pendidikan Islam juga sangat peduli dan menganggap

penting tercintanya persaudaraan dan persamaan derajat (egalitarian) diantara

kaum Muslimin di negara-negara Islam yang berbeda dan tidak cukup dengan

hanya menciptakan persaudaraan dan persamaan sesama kaum muslimin

dalam satu tanah air saja.

68

Page 2: Bab IV - Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

69

Pendidikan Islam sebagai suatu sistem sekaligus proses bermaksud

membina, mengembangkan dan mengarahkan potensi dasar insaniah (jasmani-

rohani) berdasarkan nilai-nilai transformatif ajaran Islam. Karena Islam sendiri

memandang manusia sebagai kesatuan integral antara jasmani dan ruhani,

pendidikan Islam pada hakikatnya ingin mengembangkan dan mengarahkan

kedua dimensi tersebut secara seimbang dan harmonis menuju tujuan

kematangan menurut ajaran Islam. Seperti yang dikemukakan Ibnu Khaldun

mengenai prinsisp keseimbangan dalam ciri khas pendidikan Islam yakni

aspirasi yang bernafaskan agama dan moral. Dia menginginkan “peserta didik

mencapai kebahagiaan duniawi dan sekaligus akhiratnya kelak”.83

Pendidikan Islam juga merupakan suatu usaha untuk mencapai

pertumbuhan kepribadian sesuai dengan ajaran kecerdasan, kejiwaan,

keyakinan, kemauan, dan perasaan serta panca indera dalam seluruh aspek

kehidupan manusia. Usaha bimbingan secara sadar dan sengaja serta

berkelanjutan dengan potensi dasar (fitrah) dan kemampuan ajar (pengaruh

eksternal) baik secara individual maupun kelompok agar manusia menghayati

serta mengamalkan ajaran Islam secara utuh benar dan sempurna.

Ajaran Islam yang utuh yaitu meliputi akidah (keimanan), syari’ah (ibadah

mu’amalah), dan akhlak (budi pekerti). Dengan keimanan yang benar akan

memimpin manusia ke arah budi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Dengan

akhlak yang mulia, akan membawa ke arah usaha memahami hakikat dan

83

Ibnu Khaldun, Mukaddimah Ibnu Khaldun, terj. Masturi Irham, LC, et. al., cet. ke-3, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2011, hlm. xi

Page 3: Bab IV - Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

70

mengaplikasikan ilmunya secara benar. Dengan ilmu yang benar akan

membawa manusia kepada amal shaleh.

Islam tidak hanya meletakkan dasar-dasar pendidikan dalam lingkup

penyadaran, kebebasan, memanusiakan manusia, keadilan, persaudaraan

kemerdekaan, kesejahteraan dan kemajuan saja. Namun meliputi seluruh

aspek kehidupan manusia secara universal. Karena Islam adalah agama tauhid

dan agama persatuan yang tergolong mempunyai nilai-nilai intrinsik,

fundamental dan memiliki kedudukan posisi paling tinggi. Formulasi tauhid

yang paling singkat tetapi tegas ialah “Kalimah Tayyibah” : Lailaha ilallah”,

yang berarti “tidak ada Tuhan selain Allah. “Kalimah Tayyibah” tersebut

merupakan kalimat penegas dan pembebas bagi manusia dari segala

pengkulturan dan penyembahan, penindasan dan perbudakan sesama makhluk

atau manusia dan menyadarkan manusia bahwa dia mempunyai derajat yang

sama dengan manusia lain. Oleh karenannya Tauhid dapat dijadikan landasan

bagi terwujudnya asas demokrasi dalam pendidikan.84

Memang harus diakui secara jujur, jika ditinjau dari perspektif pendidikan

dan pengajarannya, Islam saat ini memiliki kelemahan yang sulit dipahami

sebagai akibat dari sistem pendidikan yang telah diimpor dari Barat. Akar

permasalahan yang telah menghasilkan generasi muda yang tidak aktif dan

kreatif dalam mengurusi pertumbuhan dan perekonomian dan

kemasyarakatan, sehingga lembaga-lembaga pendidikan hanya dipandang

sebagai pabrik yang memproduksi ilmu pengetahuan belaka. Selain itu

84 Achmadi,op. cit., hlm.88

Page 4: Bab IV - Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

71

terdapat pula masalah dalam dunia pengajaran, sehingga berimplikasi pada

taraf keterasingan di dunianya sendiri keputus asaan (frustasi) dan depresi.

Dengan demikian maka tersebarlah diantara kaum muslimin yang mengarah

pada anarkisme dan atheisme dengan dalih kebebasan, serta mengajak kepada

kehancuran dan kebatilan dengan dalih keadilan sosial.

Beberapa konsep Paulo Freire dalam bidang pendidikan yang bertitik tolak

dari terminologi pembebasan begitu mendunia dan banyak diadopsi oleh

beberapa kalangan, yang sebagian diantaranya adalah umat muslim. Ini tidak

berarti dalam al-Qur’an tidak menjumpai gagasan yang bertitik tolak dari

semangat revolusioner untuk mengubah realitas yang membelenggu dan

menghambar pemenuhan eksistensi manusia. Ajaran ini banyak sekali, tetapi

belum mampu dirumuskan secara canggih dan sistematis.

Al-Qur’an secara tersurat memberi penegasan kepada umat manusia

tentang kebebasan dalam menentukan pilihan tehadap jalan hidupnya yang

dari setiap pilihan tersebut memiliki konsekuensi logis dalam pertanggung

jawabannya kelak di Yaumul Hisab. Sebagai implikasi dai penghargaan Islam

terhadap ilmu pengetahuan, umat muslim harus benar-benar bebas dari

kebodohan dan bebas dari situasi yang menghambat bagi terpenuhinya ilmu

pengetahuan, diantaranya adalah sistem pendidikan yang verbalistik.

Page 5: Bab IV - Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

72

B. Tujuan Pendidikan yang Membebaskan Menurut Paulo Freire dalam

Perspektif Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan yang mebebaskan menurut paulo Freire yaitu lebih

mengarah ke humanisasi sosial. Sedangkan dalam prinsip utama pendidikan

Islam tidak hanya menyangkut masalah humanisasi sosial belaka tetapi juga

mengarah ke pengembangan berpikir bebas dan mandiri secara demokratis

dengan memperhatikan kecendrungan peserta didik secara individual yang

menyangkut aspek kecerdasan akal dan bakat yang dititik beratkan pada

pengembangan akhlak. Karena jika pendidikan Islam tanpa memperhatikan

prinsip-prinsip kebaikan budi pekerti (akhlak) akan terasa hampa.85 Di

samping itu, pendidikan sebagai fenomena kehidupan sosial, kultural dan

keagamaan tidak dapat lepas dari sistem nilai-nilai tersebut.

Kebebasan dan keadilan sosial dalam Islam tidak seperti yang

dibayangkan sementara orang, kebebasan dalam Islam merupakan tuntutan

agar dapat membentuk manusia yang bertangung jawab, yang mengutarakan

persaudaraan, yang mengakui persamaan hak, kasih sayang yang mendasarkan

pada rasa peri kemanusiaan, bersikap lapang dada, pemaaf (tidak anarkis)

terhadap sesama manusia, mendorong ummat manusia (khusunya ummat

Islam) untuk berbuat baik dan terpuji, selalu menepati janji dan ikhlas beramal

serta menjungjung tinggi nilai-nilai budi budi pekerti.

Dalam tahap ini, akan diurai secara komperhensif baik dari pendidikan

pembebasannya Paulo Freire maupun pendidikan Islam, beberapa aspek yang

85 Muhaimin, Pengembangan KurikulumPendidikan Agama Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada , 2005, hlm. 66

Page 6: Bab IV - Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

73

memiliki signifikansi bahasan kaitannya dengan paradigma yang bertitik tolak

dari semangat pembebasan. Sebagai upaya efesiensi dan sistemisasi bahasan,

maka bisa dilihat gambar tabel perbandingan antara pendidikan pembebasan

Paulo Freire dengan pendidikan Islam di bawah ini :

PERBANDINGAN PENDIDIKAN ISLAM DENGAN PENDIDIKAN

YANG MEMBEBASKAN MENURUT PAULO FREIRE

ASPEK PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIKAN YANG

MEMBEBASKAN

MENURUT PAULO

FREIRE

Konsep

Manusia

� Manusia sebagai

khalifatullah fil ard.

� Manusia sebagai

pendidik dan peserta

didik.

� Manusia sebagai tokoh

sentral dalam realitas

kehidupan.

� Arti penting konsistensi

bagi manusia.

� Manusia sebagai subjek

pendidikan.

Landasan

dan Tujuan

Pendidikan

� Al-Qur’an dan as-

Sunnah.

� Mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

� Kesempurnaan manusia

mencapai kebahagiaan

dunia dan akhirat (Insan

Kamil).

� Eksistensi manusia.

� Mengembalikan peran

sentral manusia.

� Menyadarkan manusia

terhadap diri sendiri dan

realitas di sekitarnya.

Karakteristik

Pendidikan

� Pendidikan Akidah.

� Pendidikan Syari’ah.

� Pendidikan Akhlak.

� Aksi budaya

pemberantasan buta

huruf.

� Kritik konsep pendidikan

Page 7: Bab IV - Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

74

gaya bank.

� Pendidikan hadap

masalah.

Pendidikan

dan Dimensi

Pembebasan

� Bebas dalam

menentukan jalan hidup.

� Bebas dari kebodohan

dan pembodohan.

� Bebas dari budaya

verbal yang naïf.

� Bebas menentukan jalan

hidup.

� Bebas dari kebudayaan

otoriter yang mendikte.

� Bebas dari budaya verbal

yang naïf.

C. Dasar Pemikiran Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire

Dalam Perspektif Pendidikan Islam

Pembebasan merupakan situasi atau keadaan yang dikehendaki tanpa

adanya bayang-bayang pemaksaan dan diktatorisasi dari pihak manapun,

sedangkan, pembebasan sendiri merupakan suatu upaya atau proses yang

bertujuan untuk menciptakan situasi bebas (bergerak, berbicara, berbuat dan

sebagainya) dengan melalui berbagai macam pendekatan. Kebebasan

termasuk hak asasi manusia, yang harus benar-benar dimiliki oleh setiap

mansia. Pembebasan bisa saja dibahasakan dengan pemberdayaan manusia.

Usaha untuk membebaskan keterasingan kaum lemah dan tertindas dalam

berbagai hal, baik secara politis, ekonomi, budaya maupun pendidikan,

sangatlah penting untuk di perjuangkan.

Tidak terlalu berbeda dengan pemikiran Paulo Freire, dalam perspektif

Pendidikan Islam, pembebasan dapat diterjemahkan pembebasan dari

kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan sosial dan budaya ekonomi.

Kebebasan bukan sesuatu yang sederhana dan gampang, melainkan kebebasan

Page 8: Bab IV - Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

75

mengandung ‘resiko’ yang besar. Allah telah mempertaruhkan kebebasan

kepada hamba-Nya untuk ‘memilih’ kebenaran dan ketidak - benaran,

memilih kebaikan dan keburukan. Oleh karena itu hanya manusia yang ‘berani

bertaruh’ untuk memikul tanggung jawab ini, karena hanya manusialah yang

diberi kemampuan akal untuk dapat membedakan antara kebenaran dengan

kebohongan dan antara kebaikan dan kejahatan. Kebebasan yang diberikan

Allah SWT kepada manusia harus dimanfaatkan secara bijaksana dan

bertanggung jawab serta konstruktif.

Islam tidaklah memposisikan manusia dalam kehinaan, kerendahan, atau

tidak berharga seperti binatang, benda mati ataupun mahkluk lainnya,

sebagaimana Firman-Nya dalam surat al-Isra’ ; 70 yaitu:

ô‰ s)s9 uρ $oΨ øΒ§� x. û Í_t/ tΠyŠ# u öΝßγ≈oΨ ù=uΗxquρ ’ Îû Îh y9 ø9 $# Ì�ós t7ø9 $# uρ Νßγ≈oΨ ø% y—u‘uρ š∅ ÏiΒ ÏM≈t7ÍhŠ©Ü9 $# óΟ ßγ≈uΖù=Ò sù uρ

4’ n? tã 9�ÏVŸ2 ô£ϑÏiΒ $oΨ ø) n=yz WξŠÅÒ ø� s? ∩∠⊃∪

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami mulyakan anak - anak Adam, Kami angkut di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik - baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahkluk yang telah Kami ciptakan. (QS. aL-Isra’: 70).86

Pada ayat tersebut, Allah telah menganugerahi menusia dengan

kemampuan yang senggannya manusia dapat menguasai semesta yang telah

diperuntukkan Allah bagi manusia. Artinya Allah telah memberikan berbagai

anugerah kepada manusia sebagai bukti pemuliaan Allah terhadap makhluk-

86 Departemen Agama, op. cit.,hlm. 231

Page 9: Bab IV - Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

76

Nya, untuk itu manusia sebagai pemegang amanah harus senantiasa menjaga

amanah tersebut dengan berbuat kebajikan dengan tidak merendahkan derajat,

harkat dan martabat manusia lainnya.

Sebagai bukti atas pembebasan manusia dari belenggu penindasan, Islam

juga mengajarkan mengenai Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dan mengataskan

posisi ummat manusia dari kehinaan dan kemunkaran sebagaimana firman-

Nya dalam surat Ali Imran: 110 yaitu:

öΝçGΖä. uö� yz >π ¨Βé& ôMy_ Ì� ÷zé& Ĩ$̈Ψ=Ï9 tβρâ�ß∆ ù' s? Å∃ρã� ÷è yϑø9 $$Î/ šχ öθ yγ÷Ψ s? uρ Ç tã Ì� x6Ζßϑ ø9 $# tβθ ãΖÏΒ÷σ è? uρ

«! $$Î/ 3 öθs9 uρ š∅tΒ# u ã≅÷δ r& É=≈tG Å6ø9 $# tβ% s3s9 # Z ö�yz Νßγ©9 4 ãΝßγ÷ΖÏiΒ šχθãΨ ÏΒ ÷σßϑø9 $# ãΝèδ çsYò2r& uρ

tβθ à)Å¡≈x� ø9 $# ∩⊇⊇⊃∪

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Qs: Ali Imran: 110).87

Adapun dalam pembebasan manusia dari kebodohan, Al-Qur’an juga telah

menegaskan dalam surat al-Jumu’ah: 2 yaitu:

uθèδ “Ï% ©!$# y]yè t/ ’Îû z↵ Íh‹ÏiΒW{ $# Zωθ ß™u‘ öΝåκ÷] ÏiΒ (#θè=÷Ftƒ öΝÍκö4n=tã ϵ ÏG≈tƒ# u öΝÍκ4 Ïj. t“ ãƒuρ ãΝßγßϑÏk=yè ãƒuρ |=≈ tG Å3ø9 $#

sπ yϑõ3Ït ø:$# uρ β Î)uρ (#θçΡ%x. ÏΒ ã≅ ö6s% ’ Å∀ s9 9≅≈n=|Ê &Î7•Β ∩⊄∪

Artinya: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat - ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As

87 Ibid., h. 50

Page 10: Bab IV - Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire Dalam Perspektif Pendidikan Islam

77

Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. al-Jumu’ah: 2).88

Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa makna pembebasan dalam

Islam ialah pembebasan yang terikat norma religius, norma yang sangat

menghargai dan menghormati kemanusiaan mannusia serta menjunjung tinggi

nilai - nilai keuniversalan Islam dengan bersandar pada keimanan yang

dipraktikkan oleh manusia. Dengan demikian dapat dipahami bahwa

sesungguhnya dalam pendidikan yang membebaskan seperti yang

dikemukakan oleh Paulo Freirte, tidak memiliki kesamaan dalam pendidikan

pembebasan dalam Islam, dimana pembebasan yang dilontarkan Freire

bermula ketika ia merasa adanya ketidak adilan lembaga keagamaan seperti

Gereja yang dimonopoli untuk kepentingan para penindas serta dari para

pemimpin Brazil dipemerintahannya yang dipandang Freire mengembangkan

“budaya bisu dan monolog”. Sedangkan dalam Islam pembebasan bermula

ketika Islam turun dengan membawa misi untuk perbaikan akhlak.[]

88 Ibid., h. 441