BAB IV PENAFSIRAN AYAT-AYAT POLA INTERAKSI ANTAR...
Transcript of BAB IV PENAFSIRAN AYAT-AYAT POLA INTERAKSI ANTAR...
-
1
BAB IV
PENAFSIRAN AYAT-AYAT POLA INTERAKSI ANTAR KOMPONEN
KELUARGA DALAM AL-QUR’AN PERSPEKTIF TAFSIR IBNU KATSIR &
TAFSIR AL-MARAGHI
A. Tafsir QS. Luqman : 13 - 15
( Interaksi Antara Ayah dan Anak Dalam Tafsir Ibnu Katsir & Al-Maraghi).
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya
dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.(Al-Luqman, 31: 13-15).1
Ibnu katsir berkata2: “Allah swt berfirman mengabarkan tentang wasiat Luqman kepada
putranya, yaitu Lukman bin „unaqa‟ bin sadan. Sedangkan nama putranya adalah Tsaran
menurut satu pendapat yang diceritakan oleh As-Sahally. Allah swt telah menyebutkan
dengan sebaik-baiknya sebutan dan diberikannya ia hikmah. Dia memberikan wasiat kepadat
1 Lajnah Pentashih Mushaf Al- Qur‟an, Mushaf Aisyah Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita,
(Bandung: Hilal. 2010), h. 412 2Al-Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Jil 6, Terj.Abdul Ghofar (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i,
2004), h. 400
-
2
puteranya yang merupakan orang yang paling dikasihi dan dicintainya dan ini hakikat
dianugerahkannya ia dengan sesuatu yang paling utama. Untuk itu pertama-tama ia
memberikan wasiat untuk beribadat kepada Allah yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-
Nya, kemudian dia memperingatkan,
Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar,
yaitu syirik adalah kezhaliman terbesar.
Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Abdillah berkata: “ketika turun QS. Al-Anaam: 82
” “
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-
orang yang mendapat petunjuk. ( al-an‟aam, 6: 82).3
Hal tersebut membuat keresahan terhadap para sahabat Rasulullah SAW, dan mereka
bertanya: “ Siapakah di antara kami yang tidak mencampuri keimanan dengan kezhaliman?
Lalu Rasulullah SAW bersabda: “ sesungguhnya bukan demikian yang dimaksud. Apakah
engkau tidak mendengar perkataan Lukman.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Kemudian dia mengiringi wasiat beribadah kepada Allah yang maha Esa dengan
berbakti kepada kedua orang tua, sebagaimana Allah swt berfirman:
3Lajnah Pentashih Mushaf Al- Qur‟an, Mushaf Aisyah Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita,
(Bandung: Hilal. 2010), h.138
-
3
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di
antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. Dan banyak sekali
Allah mengiringi di antara kedua hal tersebut di dalam Al-Qur‟an didalam ayat ini Dia
berfirman:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.(Al-Luqman, 31: 14).
Firman Allah swt:
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, yaitu, jika
keduanya begitu antusias untuk memaksakan agamanya, maka janganlah engkau
menerimanya dan hal itu pun tidak boleh menghalangimu untuk berbuat baik kepada
keduanya di dunia secara ma‟ruf, yaitu secara baik kepada keduanya.4
Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan.
Al-Maraghi5 dalam kitabnya menafsirkan QS. Luqman ayat 13-15 sebagai berikut:
4 Al-Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Jil 6, Terj.Abdul Ghofar (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i,
2004), h. 402 5 Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M. Tafsir Al-Maraghi Juz
21. Terj Bahrun Abu bakar, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 1992), h. 150
-
4
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya
dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.(Al-Luqman, 31: 13-15).6
TAFSIRU’L-MUFRADAT
Al-‘izhah : mengingatkan dengan cara yang baik, hingga hati orang yang diingatkan menjadi
lunak karenanya.
Al-wahn : lemah.
Al-fishal : menyapih
Jahadaka : keduanya menginginkan sekali kamu mengikuti keduanya dalam keadaan kafir.
PENJELASAN
6 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an, Mushaf Aisyah Al-Qur’an Dan Terjemahna Untuk Wanita,
(Bandung: Hilal. 2010), h. 412
-
5
Ingatlah, hai rasul yang mulia, kepada nasihat Lukman terhadap anaknya, karena ia
adalah orang yang paling belas kasihan terhadap anaknya dan paling mencintainya.
Karenanya, Lukman memerintah kepada anaknya supaya menyembah Allah semata, dan
melarang berbuat syirik ( menyekutukan Allah dengan lain-Nya).7
Kata (يعظه) terambil dari kata (وعظ) yaitu nasihat yang menyangkut berbagai kebajikan
dengan cara yang menyentuh hati, ada juga yang mengartikan sebagai ucapan yang
mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk
menggambarkan tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni tiada membentak,
tetapi penuh kasih sayang sebagimana dipahami dari panggilan mesranya kepada anak.
Interaksi dapat terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi, pola komunikasi yang
digambarkan dalam Al-Qur‟an dengan tutur bahasa yang lembut. Kata (بني) bunayya adalah
patron yang menggambarkan kemungilan. Asalnya adalah (ابني) ibny, dari kata (ابن) ibn yakni
anak lelak. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini kita dapat berkata
bahwa ayat di atas memberi isyarat bahwa mendidik anak hendaknya didasari oleh rasa kasih
sayang terhadap peserta didik.8
Luqman menjelaskan kepada anaknya, bahwa perbuatan syirik itu merupakan
kezhaliman, karena perbuatan syirik itu berarti meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
Dan ia dikatakan dosa besar, karena perbuatan itu berarti menyamakan keudukan tuhan yang
hanya dia-lah segala nikmat, yaitu Allah swt, dengan sesuatu yang tidak memiliki nikmat apa
pun, yaitu berhala-berhala.
Imam Bukhari telah meriwayatkan sebuah hadits yang bersumber dari Ibnu Mas‟ud.
Ibnu Mas‟ud telah menceritakan, bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya:
7 Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M. Tafsir Al-Maraghi Juz
21. Terj Bahrun Abu bakar, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 1992), h. 151 8 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol 11, ( Jakarta : Lentera Hati, 2002), h. 127
-
6
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-
orang yang mendapat petunjuk.
Maka hal itu dirasakan sangat berat oleh para sahabat, lalu mereka berkata, siapakah
diantara kita yang tidak mencampur adukan imannya dengan perbuatan zhalim ( dosa) ?
maka Rasulullah saw. menjawab, sesungguhnya pengertian zhalim itu tidaklah demikian.
Tidakkah kalian pernah mendengar perkataan Luqman?
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Sesungguhnya Allah menuturkan apa yang telah diwasiatkan oleh Luqman terhadap
anaknya, yaitu supaya ia bersyukur kepada Tuhan Yang telah memberikan semua nikmat,
yang tiada seorang pun bersekutu dengan-Nya di dalam menciptakan dirinya. Kemudian
Luqman menegaskan bahwasanya syirik itu adalah perbuatan yang paling buruk. Selanjutnya,
Allah swt. Mengiringi hal tersebut dengan wasiat-Nya kepada semua anak supaya mereka
berbuat baik kepada kedua orangtuanya, karena sesungguhnya kedua orangtua adalah
penyebab pertama bagi keberadaannya di dunia itu.9 Untuk itu Allah swt. Berfirman:
Dan kami perintahkan kepada manusia supaya berbakti dan taat kepada kedua orang tuanya,
serta memenuhi hak-hak keduanya. Di dalam Al-Qur‟an sering kali disebutkan taat kepada allah
dibarengi dengan bakti kepada kedua orang tua, yaitu seperti yang telah disebutkan di dalam firman-
Nya10
:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu.( al-isra,17:23).11
9 Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M. Tafsir Al-Maraghi Juz
21. Terj Bahrun Abu bakar, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 1992), h. 153 10
Ibid, h. 153 11
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an, Mushaf Aisyah Al-Qur’an Dan Terjemahna Untuk Wanita,
(Bandung: Hilal. 2010), h.284
-
7
Selanjutnya Allah swt, menyebutkan jasa ibu secara khusus terhadap anaknya, karena
sesungguhnya di dalam hal ini terkandung masyaqqat yang sangat berat bagi pihak ibu.
Untuk itu, Allah swt. Berfirman:
Ibu telah mengandungnya, sedang ia dalam keadaan lemah yang kian bertambah
disebabkan makin membesarnya kandungan sehingga ia melahirkan, kemudian sampai
dengan selesai dari masa nifasnya.
Kemudian Allah swt menyebutkan lagi jasa ibu yang lain, yaitu bahwa ibu telah
memperlakukannya dengan penuh kasih sayang dan telah merawatnya dengan sebaik-baiknya
sewaktu ia tidak mampu berbuat sesuatu apapun bagi dirinya.
Untuk itu Allah swt. Berfirman:
Dan menyapihnya dari persusuan sesudah ia dilahirkan dalam jangka waktu dua tahun.
Selama masa itu ibu mengalami berbagai masa kerepotan dan masyaqqat dalam rangka
mengurus keperluan bayinya. Hal ini tiada yang dapat menghargai pengorbanannya
melainkan hanya Yang Maha Mengetahui keadaan ibu, yaitu Tuhan Yang tiada sesuatu pun
yang samar bagi-Nya baik di langit maupun di bumi.
Allah telah memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, akan tetapi Dia
menyebutkan penyebab dari pihak ibu saja. Demikian dialaminya lebih besar; ibu telah
mengandung anaknya dengan susah payah, kemudian melahirkannya dan merawatnya di
malam dan siang hari.12
Oleh karena itu, Rasulullah saw. ketika ada seseorang bertanya tentang siapa yang
paling berhak untuk ia berbakti kepadanya, maka beliau menjawab: ibumu, kemudian ibumu,
kemudian ibumu. Sesudah itu Rasulullah saw. baru mengatakan: Kemudian bapakmu.
Selanjutnya, Allah menjelaskan pesan-Nya melalui firman berikut:
12
Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M. Tafsir Al-Maraghi Juz 21. Terj Bahrun Abu bakar, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 1992), h. 154
-
8
Dan kami perintahkan kepada-Nya, bersyukurlah kamu kepada-Ku atas semua nikmat-
Ku yang telah Ku-limpahkan kepadamu, dan bersyukur pulalah kepada kedua ibu bapakmu.
Karena sesungguhnya keduanya itu merupakan penyebab bagi keberadaanmu. Dan keduanya
telah merawatmu dengan baik, yang untuk itu keduanya mengalami berbagai macam
masyaqat, sehingga kamu menjadi tegak dan kuat.
Kemudian Allah swt. Mengemukakan alasan perintah bersyukur kepada-Nya itu dengan
nada memperingatkan, yaitu melalui firman-Nya:
Hanya kepada-Kulah kembali kamu, bukan kepada selain-Ku. Maka aku akan
memberikan balasan terhadap apa yang telah kamu lakukan yang bertentangan dengan
perintah-Ku. Dan aku akan menanyakan kepadamu tentang apa yang telah kamu perbuat,
yaitu tasyakurmu kepada-Ku atas nikmat-Ku yang telah Kuberikan kepadamu, dan rasa
terima kasihmu terhadap kedua ibu bapakmu serta baktimu kepada keduanya.13
Sesudah Allah menyebutkan pesan dan perintah-Nya, yaitu berkaitan dengan berbakti
kepada kedua orang tua, dan setelah mengukuhkan hak keduanya yang harus ditaati. Lalu Dia
mengecualikan dari hal tersebut akan hak-hak-Nya dengan kesimpulan, bahwa tidak wajib
taat kepada kedua orangtua bila disuruh untuk mengerjakan hal-hal yang membuat Dia
murka. Untuk itu Allah swt berfirman:
Dan apabila kedua orangtua memaksamu serta menekanmu untuk menyekutukan Aku
dengan yang lain dalam hal ibadah, yaitu dengan hal-hal yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya, maka janganlah kamu mentaati apa yang diinginkan oleh keduanya.
Sekalipun keduanya menggunakan kekerasan supaya kamu mau mengikuti kehendak
keduanya, maka lawanlah dengan kekerasan pula bila keduanya benar-benar memaksamu.
menurut satu riwayat disebutkan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Sa‟ad
ibnu Abu Waqash sehubungan dengan hal ini sahabat Sa‟ad bin Abi Waqash telah
menceritakan, ketika aku masuk islam, ibuku bersumpah, bahwa ia tidak mau makan dan
tidak akan minum. Lalu pada hari pertama aku membujuknya supaya mau makan dan minum,
akan tetapi ia menolak dan tetap pada pendiriannya. Dan pada hari yang kedua aku
13
Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M. Tafsir Al-Maraghi
Juz 21. Terj Bahrun Abu bakar, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 1992), h. 155
-
9
membujuknya pula supaya mau makan dan minum, tetapi ia masih tetap menolak. Sehingga
hari yang ketiga ketika aku membujuknya lagi, dan ia masih juga menolak, maka aku berkata:
demi Allah, seandainya engkau mempunyai seratus nyawa niscaya semua itu akan keluar dan
aku tidak akan meninggalkan agamaku ini. Dan ketika ibuku melihat bahwasanya diriku
benar-benar tidak mau mengikuti kehendaknya, akhirnya dia mau makan.
Dan pergaulilah keduanya di dalam urusan dunia dengan pergaulan yang diridhai oleh
agama, dan sesuai dengan watak yang mulia serta harga diri, yaitu dengan memberi pangan
dan sandang kepada keduanya; tidak boleh memperlakukan keduanya dengan perlakuan yang
kasar, menjenguknya apabila sakit, serta menguburnya apabila mati. Firman-Nya: fi ‘d-dunya,
mengisyaratkan bahwa mereka mempergauli keduanya adalah suatu hal yang mudah. Karena
sesungguhnya hal itu terjadi tidaklah terus menerus, sehingga tidak menjadi beban berat bagi
orang yang bersangkutan.14
Dan karena mengingat bahwa hal tersebut terkadang menyeret Seseorang kepada hal-
hal yang meremehkan agama disebabkan adanya hubungan saling timbal balik. Maka Allah
menafsirkan hal tersebut melalui firman-Nya:
Dan tempuhlah jalan orang yang bertaubat dari kemusyrikannya lalu kembali kepada
agama Islam, dan ikuti jejak Nabi Muhammad saw.
Kesimpulan, ikutilah jalan-Ku yakni dengan mentauhidkan Aku serta mengikhlaskan
diri dan taat kepada-Ku, bukan mengikuti jalan keduanya.
Kemudian kalian akan kembali kepada-Ku sesudah kalian mati, lalu aku kabarkan
kepada kalian apa yang telah kalian perbuat didunia berupa perbuatan baik dan perbuatan
buruk. Kemudian Aku membalaskannya kepada kalian; orang yang berbuat baik akan
menerima pahala kebaikannya, dan orang yang berbuat buruk akan menerima hukuman
keburukannya.
14
Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M. Tafsir Al-Maraghi Juz 21. Terj Bahrun Abu bakar, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 1992), h. 155
-
10
B. Tafsir QS. Al-Baqarah : 233
(Interaksi Suami- Istri Dalam Tafsir Ibnu Katsir & Al-Maraghi)
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian
kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka
tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.15
Ibnu katsir16
dalam tafsirnya mengatakan “ Allah memberikan bimbingan kepada para
ibu, hendaknya menyusui anak-anaknya secara sempurna, yaitu selama dua tahun. Setelah
itu tiada lagi penyusuan. Oleh karena itu, Allah berfirman, “ Bagi orang yang hendak
penyusuan kecuali kurang dari dua tahun. Jadi, apabila bayi yang berusia lebih dari dua
tahun menyusu, maka tidak dilarang ( tidak diharamkan). Dalam pembahasan tentang “
penyusuan tidak diharamkan kecuali menyusui bayi kurang dari dua tahun”, Tirmidzi
meriwayatkan dari Ummu Salamah, dia berkata : Rasulullah saw. bersabda:
(رواه التزهذي )ْاالَْهَعاَء فِي الثٌْدِي َوَكاَن قَْبَل ْالفِطَاِم الَيَْحُزُم ٍهْن الٌزَضاِع ااِلٌ َها
15
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Dan Terjemah, (Jakarta Timur : Cv Pustaka Al-Kautsar,
2009), h. 38 16
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 1.terj Bahrun Abu Bakar (Bandung;Sinar Baru Algensindo, 2000). h. 389
-
11
“tidak diharamkan dari penyusuan kecuali yang dapat mengenyangkan perut pada masa
penyusuan dari tetek dan yang terjadi sebelum penyapihan.” ( HR Tirmidzi).17
ini adalah hadits hasan dan shahih serta diamalkan oleh kebanyakan ulama dari
kalangan sahabat, dan mereka mengatakan bahwa penyusuan tidak diharamkan kecuali yang
kurang dari dua tahun. Adapun penyusuan stelah dua tahun penuh, hal itu tidak apa-apa.
Menurut saya, hanya Tirmidzi yang meriwayatkan hadits ini dan sanadnya memenuhi kriteria
dari Bukhari Muslim. Maksud “pada masa penyusuan” ialah masa penyusuan sebelum dua
tahun.
Penunjukan yang jelas dari hadits ini terdapat dalam firman Allah, “Dan penyapihannya
setelah dua tahun, agar kamu bersyukur kepada-Ku.” Allah berfirman, “ mengandung hingga
menyapihnya selama 30 bulan.” Pendapat yang mengatakan bahwa penyusuan tidak
diharamkan setelah dua tahun adalah diriwayatkan dari Ali, Ibnu Abbas, Ibnu Mas‟ud,
Jabir,Ibnu Umar, Abu Hurairah, Ummu Salamah, Said Bin Musayyab, Atha‟ dan jumhur
ulama. Pendapat itu merupakan pegangan mazhab Syafi‟i, Ahmad, Ishak, Tsauri, Abu Yusuf,
Muhammad, dan Malik.18
Firman Allah, “ Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang makruf.” Maksudnya, merupakan kewajiban ayah bayi untuk memberikan
biaya hidup dan sandang secara makruf kepada ibu bayi selaras dengan adat yang berlaku
bagi mereka di Negara masing-masing, tanpa berlebih-lebihan atau berkekurangan, dan
selaras dengan kesanggupan dan kelancaran ayah si bayi. Artinya, berbuatlah secara
pertengahan, sebagaimana Firman Allah Ta‟ala, “ Hendaklah orang yang mampu memberi
nafkah menurut kemampuannya. Dan, orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi
nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan sekedar
apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan.19
17
At-Tirmidzi, Kitab Sunan At-Tirmidzi, Bab “ الٌر َض اِع , h 1-72 18
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 1.terj Bahrun Abu Bakar
(Bandung;Sinar Baru Algensindo, 2000), h . 389 19
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 1.terj Bahrun Abu Bakar
(Bandung;Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 390
-
12
hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang
yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang
Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
Firman Allah Ta‟ala,“apabila keduanya ingin menyapih dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.” Yakni, apabila keduanya sepakat
untuk menyapihnya sebelum dua tahun dan keduanya mellihat ada kemaslahatan dalam hal
itu, maka tiada dosa atas keduanya jika menyapih. Dan keputusan itu tidak boleh keluar dari
salah satu pihak saja, atau dia berkeras dengan keputusannya sendiri, tanpa persetujuan pihak
lain. Hal ini merupakan tindakan kehati-hatian terhadap anak dan keharusan memikirkan
peroalan anak. Anak merupakan rahmat allah bagi hamba-hamba-Nya sehingga Dia
mengingatkan orang tua dan menunjukkan keduanya kepada tindakan yang maslahat, bagi
orang tua maupun anak, sebagaimana dikatakan, “ kemudian jika mereka menyusukan anak-
anakmu untuk kamu maka berikanlah kepada mereka upahnya. Dan musyawarahkanlah di
antara kamu (segala sesuatu) dengan baik. Dan jika kamu menemui kesulitan maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah
kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-
anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di
antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.( at-Thalaq: 6).20
20
Lajnah Pentashih Mushaf Al- Qur‟an, Mushaf Aisyah Al-Qur’an Dan Terjemahna Untuk Wanita,
(Bandung: Hilal. 2010), h.556
-
13
Firman Allah Ta‟ala, “Dan jika menghendaki anakmu disusui oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.”
Maksudnya, apabila ayah-ibu sepakat untuk menyusukan anaknya kepada orang lain karena
satu alasan, maka tidak ada dosa atas ayah jika dia memberikan upah secara layak atas
penyusuan yang telah dilakukan istrinya, atau si ayah menyusukan anaknya kepada wanita
lain dengan memberikan upah yang layak pula.21
Al-Maraghi dalam kitabnya menafsirkan QS. Al-Baqarah ayat 233 sebagai berikut22
:
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian
kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan,
Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.( QS. Al-Baqarah, 2: 233).23
PENAFSIRAN KATA-KATA SULIT
21
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 1.terj Bahrun Abu Bakar (Bandung;Sinar Baru Algensindo,2000). h. 392
22 Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M. Tafsir Al-Maraghi
Juz 1. Terj Bahrun Abu bakar, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 1992), h. 318 23
Lajnah Pentashih Mushaf Al- Qur‟an, Mushaf Aisyah Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita, (Bandung: Hilal. 2010), h. 37
-
14
ْول artinya setahun. Adapun hitungannya ialah dimulai dari hari, tanggal dan bulan : ْ احَض
yang anda tentukan sampai pada saat yang sama pada tahun berikutnya.
اَض ٌر ْواٌرْو ِع artinya orang tua lelaki : ْ الَض
artinya beban atau pembebanan : َضالَّتْ ِعْ ٌر
ْ ٌر .artinya kemampuan, yaitu tidak melebihi kemampuan yang ada : ْ اوٌر
لَّت ٌر artinya keterlibatan kedua orang tua satu sama lainnya dalam melakukan tindakan : ْ الٌر َض
yang mebahayakan anaknya. Maksudnya ialah, bahwa setiap bahaya yang dilakukan oleh
salah satu pihak terhadap lainnya dalam masalah anak, merupakan bahaya terhadap anak itu
sendiri. Hal ini menunjukkan bahaya terhadap anak, sebab bagaimana mereka bisa
memberikan pendidikan yang baik kepada anak mereka jika mereka saling bertengkar dan
saling menyakiti satu sama lannya.
,artinya pisah (menyapih). Maksudnya ialah memisahkan anak dari ibunya : ْ الِع َض لٌر
sehingga anaknya terpisah dari ibunya.
.artinya musyawarah : ْ الٌر َض اَض َض ٌر
PENJELASAN
Hukum Menyusui Anak Bagi Seorang Ibu
Diwajibkan kepada kaum ibu yang masih berfungsi sebagai istri maupun dalam
keadaan tertalak untuk menyusui anak-anak mereka selama dua tahun penuh dan tidak lebih
dari itu. Tetapi diperbolehkan kurang dari masa itu jika kedua orang tua memandang adanya
kemaslahatan. Dan dalam hal ini, persoalannya diserahkan kepada kebijaksanaan mereka
berdua.24
Sayyid Quthb25
mengatakan dalam Tafsir Fidzilali Qur‟an,” Pembahasan-
pembahasan tentang kesehatan dan jiwa sekarang telah menetapkan bahwa masa dua tahun
24
Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M. Tafsir Al-Maraghi Juz 1. Terj Bahrun Abu bakar, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 1992), h. 318
25 Sayyid Quthb, Tafsir Fizhilalil Qur’an, Jil 1, Terj. As‟ad Yasin, ( Jakarta : Gema Insan Press, 2000), h.
302
-
15
itu merupakan kebutuhan yang vital bagi pertumbuhan anak, baik mengenai kesehatan
maupun mentalnya.”
Adapun sebab diwajibkannya menyusui anak bagi ibu, karena air susu ibu merupakan
susu terbaik, sebagaimana yang telah diakui oleh para dokter. Bayi yang masih berada dalam
kandungan ditumbuhkan dengan darah ibunya. Setelah ia lahir , darah tersebut berubah
menjadi susu yang merupakan makanan utama bagi bayi, karena ia telah terpisah dari
kandungan ibunya. Hanya air susu ibu yang paling cocok dan paling sesuai dengan
perkembangannya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan bahwa ia akan Pterserang penyakit
atau cidera disebabkan air susu ibu. Apa yang disadap oleh bayi ketika masih dalam
kandungan dan susu yang diperoleh bayi dari ibunya tidaklah berpengaruh apa-apa terhadap
diri bayi tersebut, bahkan sebaliknya akan membuatnya lebih sehat dan lebih baik.
Seorang bayi yang diserahkan penyusuannya kepada perempuan lain karena ibunya
berhalangan atau dalam keadaan darurat, maka perempuan tersebut harus diselidiki terlebih
dahulu dalam hal akhlaknya dan kesehatannya.Pandai-pandailah dalam memilih perempuan
yang akan mengemban tugas ini. Sebab air susu ini terbuat dari darah , kemudian dihisap
oleh bayi dan tumbuh dalam badan bayi menjadi daging dan tulang. Dengan demikian, maka
bayi tersebut telah mendapatkan pengaruh dari perempuan . yang menyusuinya, baik dalam
hal kesehatan maupun karakternya. Terkadang pengaruh kejiwaan dan kecerdasan akal lebih
besar daripada pengaruh yang bersifat jasmaniyah, meskipun pengaruh suara juga dapat
membekas pada diri bayi. Jika memang demikian, maka pengaruh kecerdasan akal, perasaan
dan watak perempuan tersebut jelas lebih besar dan lebih kuat.26
Firman Allah itu merupakan pengukuhan terhadap kewajiban ini. Menurut kebiasaan,
sekalipun kurang dari dua tahun, hal ini bisa dikatakan dua tahun. Pada hakikatnya ketika
seorang ibu sedang menyusui anaknya akan terjalin tali kasih sayang, kontak bathin serta
interaksi diantara ibu dan anak . Hikmah ditetapkan pembatasaan waktu menyusui bayi
dengan masa ini ialah, agar kepentingan bayi terpenuhi.
Kewajiban Seorang Ayah
26
Op.cit, h. 319
-
16
Diwajibkan kepada seorang ayah menanggung kebutuhan hidup istrinya berupa
makanan dan pakaian, agar bisa melakukan kewajibannya terhadap bayinya dengan sebaik-
baiknya dan menjaganya dari serangan penyakit. Dalam ayat hanya disebutkan istilah Al-
Walud dan bukan Al-Walid keduanya mempunyai makna yang sama. Maksudnya untuk
menjelaskan bahwa anak (bayi) tersebut adalah milik ayah kepada ayahnyalah dia
dinasabkan dan dengan nama ayahnya pula ia disebut, sedangkan ibunya, berfungsi sebagai
gudangnya anak-anak.27
Hanya kedua orang tuanyalah yang berhak menentukan perihal bayi, karena
keduanyalah yang bertanggung jawab mendidik dan mengasuhnya. Apabila mereka menghendaki
agar bayinya disapih, sebelum masa dua tahun, dan mereka telah bermusyawarah serta saling
merelakan, maka mereka boleh melakukan hal ini. Sebab pembatasan ini hanya dimaksudkan untuk
menjaga kemaslahatan bayi dan mencegah bahaya. Dan jika mereka melihat manfaat pada masa
kurang dari dua tahun atau lebih, maka mereka boleh melakukannya. Dalam hal ini semua
permasalahan diserahkan kepada kebijaksanaan mereka berdua.
Takutlah kalian kepada allah dan janganlah kalian mencoba mengabaikan hukum-
hukum-Nya, sebab didalamnya terkandung hikmah yang besar buat kalian. Dialah yang
membalas semua amal perbuatan kalian. Apabila kalian telah menunaikan apa yang telah
menjadi hak anak-anak kalian dengan cara musyawarah dan saling merelakan serta kalian
menjauhi hal-hal yang mendatangkan bahaya bagi anak-anak, maka anak-anak kalian akan
tumbuh dengan sehat dan menyedapkan bila dipandang mata, dan diakhirat kelak akan
merupakan penyebab mendapatkan pahala dari Allah. Tetapi jika kalian hanya mengikuti
hawa nafsu kalian dengan saling merelakan dan membahayakan satu terhadap lainnya, maka
anak-anak kalianlah yang akan menjadi korban perbuatan kalian dan mereka akan menjadi
malapetaka bagi kalian. Di akhirat kelak kalian akan mendapatkan siksaan dari Allah.28
27
Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M. Tafsir Al-Maraghi,
Juz 1. Terj Bahrun Abu bakar, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 1992), h. 321 28
Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M. Tafsir Al-Maragh,
Juz 1. Terj Bahrun Abu bakar, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 1992), h. 325
-
17
C. Tafsir QS. At-Tahrim : 6
( Interaksi Antara Ayah, Ibu Dan Anak Dalam Tafsir Ibnu Katsir Dan Al-Maraghi)
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. ( At-Tahrim, 66: 6).29
PENAFSIRAN KATA-KATA SULIT
.jadilah dirimu itu pelindung dari api neraka dengan meninggalkan maksiat - قٌْ ااَْ فٌَ ٌ نْ
.membawa keluargamu kepada hal itu dengan nasehat dan pelajaran - َواَْهلِْيٌ ن
.kayu bakar - اَْلَ قٌْ د
berhala- berhala yang disembah - اَْلِحَجاَرة
.kesat hati dan tidak mau mengasihi apabila mereka dimintai belas kasihan - ِغالَظ
PENJELASAN
Wahai orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya hendaklah sebagian dari
kamu memberitahukan kepada sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dirimu dari api
29
Lajnah Pentashih Mushaf Al- Qur‟an, Mushaf Aisyah Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita,
(Bandung: Hilal. 2010), h. 560
-
18
neraka dan menjauhkan kamu dari padanya, yaitu ketaatan kepada Allah dan menuruti
segala perintah-Nya. Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang
dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka. Dan bawalah mereka kepada
yang demikian ini melalui nasehat dan pengajarannya.
Semakna dengan ayat ini ialah firman-Nya:
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki
kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.( Taha, 20: 132).30
Yang dimaksud dengan al-ahl (keluarga) di sini mencakup istri, anak, budak laki-laki
dan perempuan.
Malaikat –malaikat itu diserahi neraka untuk mengurusnya dan menyiksa para
penghuninya. Mereka ada Sembilan belas orang malaikat penjaga yang akan disebutkan
dalam surat Al-Mudaddasir di dalam firman-Nya.
Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. tahukah kamu Apakah (neraka)
Saqar itu?. Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan (neraka Saqar) adalah
pembakar kulit manusia. Dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga).
Mereka keras dan kasar terhadap penghuni neraka itu. Kemudian Allah menjelaskan
besarnya ketaatan mereka kepada Tuhan.
30
Lajnah Pentashih Mushaf Al- Qur‟an, Mushaf Aisyah Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita,
(Bandung: Hilal. 2010), h. 312
-
19
Mereka tidak menyalahi perintah-Nya, tetapi mereka menjalankan apa yang
diperintahkan kepada mereka pada waktu itu juga tanpa selang. Mereka tidak mendahului
dan tidak menunda perintah-Nya.
Ibnu Katsir dalam kitabnya menafsirkan QS At-Tahrim ayat 6 sebagai berikut31
:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.( At-Tahrim, 66: 6).
Firman Allah swt ( periharalah dirimu dan keluargamu dari api ”(قٌْ اَْ فٌَ ٌ ْن َواَْهلِْيٌ ْن َارا
neraka, “ mujahid mengatakan “ bertakwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga
kalian untuk bertakwa kepada Allah.” Sedangkan Qatadah mengemukakan” yakni,
hendaklah engkau menyuruh mereka berbuat taat kepada Allah dan mencegah mereka
durhaka kepada-Nya, serta membantu mereka. Dan perintahkanlah mereka untuk
menjalankannya, serta membantu mereka dalam menjalankannya, jika engkau melihat
mereka berbuat maksiat kepada Allah, peringatkanlah dan cegahlah mereka.
Firman-Nya lebih lanjut (َوقٌْ ٌدهَا النَّاٌس َوالِحَجاَرة) yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu. “ kata َوقٌْ د” berarti bahan bakar yang tubuh ummat manusia dilemparkan
kedalamnya. َواْلِحَجاَرة “ Dan batu” ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata
itu adalah patung yang dijadikan sembahan. Hal itu didasarkan pada firman-Nya:
Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan
Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.
Dan firman Allah Ta‟ala selanjutnya, ( -penjaganya malaikat ( َض َضْ َض َض َض ِع َض ٌر ِع َض ٌر ِع َض ٌر
malaikat yang kasar, yang keras.” Maksudnya, karakter mereka sangat kasar, dari hatinya
31
Al-Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Jil 8, Terj. , Abdul Ghofar, ( Bogor: Pustaka Imam Asy-
Syafi‟i, 2004), h. 229
-
20
telah dihilangkan rasa kasihan terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah Ta‟ala ( ِع َض ٌر ) “
yang keras” maksudnya, susunan tubuh mereka sangat keras, tebal dan penampilannya
menakutkan.32
firman-Nya lebih lanjut :
Allah tidak mendurhakai terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. “ maksudnya, apa pun yang diperintahkan
oleh Allah kepada mereka, mereka segera melaksanakannya tidak menangguhkan meski
hanya sekejap mata, dan mereka mampu mengerjakannya, tidak ada kelemahan apa pun
pada diri mereka untuk melaksanakan perintah tersebut. Mereka itulah malaikat
Zabaniyah. Semoga allah melindungi kita semua dari mereka.33
D. ANALISIS
( Telaah Ayat-Ayat Pola Interaksi Antar Komponen Keluarga dalam Tafsir Ibnu
Katsir dan tafsir Al- Maraghi )
Tafsir Ibnu Katsir dan tafsir Al-Maraghi ialah tafsir yang termasyur pada masanya,
masing-masing memiliki keistimewaan dan karekteristik dalam kitabnya. Kedua mufassir ini
memiliki aliran yang berbeda dalam menafsirkan Al-Qur‟an. Ibnu Katsir dalam menafsirkan
ayat Al-Qur‟an beliau memakai aliran Tafsir bi al-Ma‟sur yakni aliran tafsir yang berpegang
pada riwayat semata. Menafsirkan ayat Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an, hadits Rasul dan
pendapat-pendapat para sahabat yang menjadi penjelasan bagi maksud-maksud Al-Qur‟an,
sedangkan Al-Maraghi dalam menafsirkan ayat Al-Qur‟an cenderung menggunakan aliran bi
ra‟yu yakni menafsirkan ayat Al-Qur‟an yang bersendi kepada ijtihad dan akal, berpegang
pada kaidah-kaidah bahasa dan adat istiadat orang Arab dalam mempergunakan bahasanya.
Setelah melakukan analisis Penulis menemukan persamaan dan perbedaan kepada kedua
mufassir ini dalam menafsirkan sebuah ayat. Contohnya sebagai berikut:
Persamaan yang terlihat pada kedua tafsir tersebut ketika menafsirkan QS. Luqman:
13-15 ialah kedua mufassir menafsirkan ayat Al-Qur‟an dengan riwayat yakni menafsirkan
ayat Al-Qur‟an dengan ayat Al-Qur‟an yang lain serta memuat hadits nabi sebagai penguat
dari argument masing-masing. Contohnya ketika menafsirkan QS. Luqman : 14 kedua
32
Al-imam ibnu katsir, , Tafsir Ibnu Katsir, Jil 8, terj. Abdul Ghofar ,(Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i,
2004), h. 229 33
ibid, h. 230
-
21
mufassir ini sama-sama menfsirkan ayat Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an. Ibnu Katsir dan Al-
Maraghi menafsirkan QS. Luqman: 14 dengan QS. Al-Isra‟: 23 yang berbunyi:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (al-isra,17:23).34
Perbedaan yang terlihat pada kedua mufassir tersebut ketika menafsirkan QS. Luqman
: 13-15 ialah sebagai berikut:
Ibnu Katsir35
dalam menafsirkan ayat Al-Qur‟an beliau cenderung mengedepankan
riwayat dari pada ra‟yu nya dengan gaya bahasa yang sangat ringkas.Contohnya ketika
menafsirkan Qs. luqman : 14 beliau hanya memaparkan sedikit penafsirannya kemudian
beliau menambahkan dua ayat Al-Qur‟an yakni QS. Al-Isra: 23 & QS. al-Baqarah : 233
untuk memperkuat argument beliau. Berikut penafsiran beliau yang saya kutip dari kitab
tafsirnya.
“Kemudian dia mengiringi wasiat beribadah kepada Allah yang maha Esa dengan
berbakti kepada kedua orang tua.” Sebagaimana Allah swt berfirman:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang
34
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an, Mushaf Aisyah Al-Qur’an Dan Terjemahna Untuk Wanita,
(Bandung: Hilal. 2010), h.284 35
Abdul Ghofar, Tafsir Ibnu Katsir, Jil 6, ( Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2004), h. 400
-
22
di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.
Dan banyak sekali Allah mengiringi diantara kedua hal tersebut di dalam Al-Qur‟an
didalam ayat ini Dia berfirman:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu. .( Al-Luqman, 31: 14).36
Mendidik dan menyusuinya setelah melahirkan selama dua tahun sebagaimana Allah
swt berfirman:
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian
kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka
tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
36
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an, Mushaf Aisyah Al-Qur’an Dan Terjemahna Untuk Wanita,
(Bandung: Hilal. 2010), h. 412
-
23
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Baqarah, 2: 233).37
Adapun Al-Maraghi38
dalam menafsrikan QS. Luqman: 13-15, beliau lebih
mengedepankan ra‟yu nya daripada riwayat, dalam menafsirkan sebuah ayat beliau
memaparkannya dengan panjang lebar menafsirkan ayat Al-Qur‟an yang bersendi kepada
ijtihad dan akal, berpegang pada kaidah-kaidah bahasa. Contoh seperti menafsirkan QS.
Luqman : 13 sebagai berikut:
Ingatlah, hai Rasul yang mulia, kepada nasihat Lukman terhadap anaknya, karena ia
adalah orang yang paling belas kasihan terhadap anaknya dan paling mencintainya.
Karenanya, Lukman memerintah kepada anaknya supaya menyembah Allah semata, dan
melarang berbuat syirik ( menyekutukan Allah dengan lain-Nya).
Sesungguhnya Allah menuturkan apa yang telah diwasiatkan oleh Luqman terhadap
anaknya, yaitu supaya ia bersyukur kepada Tuhan Yang telah memberikan semua nikmat,
yang tiada seorang pun bersekutu dengan-Nya di dalam menciptakan dirinya. Kemudian
Luqman menegaskan bahwasanya syirik itu adalah perbuatan yang paling buruk.
Selanjutnya, Allah swt. Mengiringi hal tersebut dengan wasiat-Nya kepada semua anak
supaya mereka berbuat baik kepada kedua orangtuanya, karena sesungguhnya kedua
orangtua adalah penyebab pertama bagi keberadaannya di dunia itu.
Al-Maraghi juga memaparkan penjelasan kata “Al-Izhah” pada ayat tersebut yakni
mengingatkan dengan cara yang baik , hingga hati orang yang diingatkan menjadi lunak
karenanya. Penggunaan kata “ يعظ ” mengandung arti nasihat yang menyangkut berbagai
kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata
untuk menggambarkan tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni tiada
membentak, tetapi penuh kasih sayang sebagimana dipahami dari panggilan mesranya
kepada anak.
Persamaan dan perbedaan yang terlihat pada QS. Al-Baqarah : 233 ialah sebagai
berikut:
37
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an, Mushaf Aisyah Al-Qur’an Dan Terjemahan Untuk Wanita,
(Bandung: Hilal. 2010), h. 37 38
Ahmad Mustafa Al-Maragi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M. Tafsir Al-Maraghi Juz 21. Terj Bahrun Abu bakar, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 1992), h. 150
-
24
Kedua mufassir dalam menafsirkan ayat menggunakan ayat Al-Qur‟an yang lain
sebagai penguat dari argument mereka. Contohnya seperti ketika ibnu katsir39
menafsirkan
lafadz,”
”
Firman Allah Ta‟ala,“apabila keduanya ingin menyapih dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.” Yakni, apabila keduanya sepakat
untuk menyapihnya sebelum dua tahun dan keduanya mellihat ada kemaslahatan dalam hal
itu, maka tiada dosa atas keduanya jika menyapih. Dan keputusan itu tidak boleh keluar dari
salah satu pihak saja, atau dia berkeras dengan keputusannya sendiri, tanpa persetujuan
pihak lain. Hal ini merupakan tindakan kehati-hatian terhadap anak dan keharusan
memikirkan peroalan anak. Anak merupakan rahmat allah bagi hamba-hamba-Nya sehingga
Dia mengingatkan orang tua dan menunjukkan keduanya kepada tindakan yang maslahat,
bagi orang tua maupun anak, sebagaimana dikatakan, “ kemudian jika mereka menyusukan
anak-anakmu untuk kamu maka berikanlah kepada mereka upahnya. Dan
musyawarahkankanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik. Dan jika kamu
menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah
kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan
(anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah
di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (at-Thalaq: 6).
Adapun Al-Maraghi dalam menafsirkan QS. Al-Baqarah: 233. Beliau menafsirkan
lafadz “
39
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 1.terj Bahrun Abu Bakar (Bandung;Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 392
-
25
” “
Seorang tidaklah dibebani melainkan hanya sebatas kemampuannya, sehingga tidak merasa
tertekan atau kesulitan. Ayat ini telah ditafsiri oleh ayat lain pada surat At-Talaq sebagai berikut.
hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang
yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang
Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
(At-Talaq, 65:7)
Perbedaan yang terlihat pada penafsiran Ibnu Katsir & Al-Maraghi ketika menafsirkan
QS. Al-Baqarah: 233 ialah sebagai berikut:
Ibnu Katsir dalam menafsirkan QS. Al-Baqarah: 233 tentang masalah menyusukan
anak, cara bermuamalah yang baik antara suami istri dalam kehidupan berumah tangga dan
mendidik anak-anak dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui musyawarah.
Beliau memberikan sedikit penjelasan dan mengutip banyak hadits serta pendapat para
sahabat serta menafsiri dengan ayat Al-Qur‟an yang lalin. Beliau hanya menjelaskan hukum
menyusui anak bagi seorang ibu dan tidak menjelaskan perihal tentang ASI. Sedangkan Al-
Maraghi beliau memaparkan penjelasannya tentang hukum menyusui anak bagi seorang ibu
dan beliau juga memaparkan perihal tentang ASI.
Al-Maraghi40
mengatakan dalam muqaddimahnya bahwa jalan untuk sampai kepada
tingkat pemahaman ayat-ayat Al-Qur‟an, sekaligus menunjukkan kaitan dengan pemikiran
dan ilmu pengetahhuan lain yakni mengadakan konsultasi dengan orang-orang yang ahli
dibidangnya masing-masing. Untuk itu sengaja kami berkonsultasi kepada para dokter
medis, astronom, sejarawan dan orang-orang bijak untuk mengetahui pendapat-pendapat
mereka sesuai bidangnya masing-masing. Pembahsan tafsir yang kami sajikan ini juga
dibarengi dengan ilmu pengetahuan (sains) yang dapat mendukung pemahaman isi Al-
Qur‟an.
40
Ahmad Mustafa Al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1394 H/1974 M. Tafsir Al-Maraghi Juz 1. Terj Bahrun Abu bakar (Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 1992), h. 19
-
26
Al-Maraghi memaparkan sebab diwajibkannya menyusui anak bagi ibu, karena air
susu ibu merupakan susu terbaik, sebagaimana yang telah diakui oleh para dokter. Bayi yang
masih berada dalam kandungan ditumbuhkan dengan darah ibunya. Setelah ia lahir , darah
tersebut berubah menjadi susu yang merupakan makanan utama bagi bayi, karena ia telah
terpisah dari kandungan ibunya. Hanya air susu ibu yang paling cocok dan paling sesuai
dengan perkembangannya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan bahwa ia akan terserang
penyakit atau cidera disebabkan air susu ibu. Apa yang disadap oleh bayi ketika masih
dalam kandungan dan susu yang diperoleh bayi dari ibunya tidaklah berpengaruh apa-apa
terhadap diri bayi tersebut,bahkan sebaliknya akan membuatnya lebih sehat dan lebih baik.
Lafadz “ عْلنَو merupakan kalam khobariyah yang mengandung makna ”وَو ٱْل َواٱِل َوااُت يُيُت ْل ِل
perintah. Dalam tafsir Ibnu Katsir & Tafsir Al-Maraghi disebutkan bahwasannya perintah
menyusui adalah suatu kewajiban bagi seorang ibu yang mampu untuk menyusui anaknya
selama kurang lebih dua tahun lamanya untuk masa penyempurnaan penyusuan, namun
apabila seorang ibu yang tidak mampu menyusui anaknya maka kewajiban tersebut bisa
digantikan oleh perempuan lain dengan syarat perempuan tersebut dikasih upah yang
selayaknya.
Persamaan dan perbedaan penafsiran Ibnu Katsir dan Al-Maraghi pada QS. At-
Tahrim: 6 yakni sebagai berikut:
Persamaannya dalam menafsirkan QS. At-Tahrim: 6 , kedua mufassir menafsirkan ayat Al-
Qur‟an dengan ayat Al-Qur‟an yang lain, sedangkan perbedaannya terletak pada penjelasan
sang mufassir dalam menafsirkan Ayat Al-Qur‟an. Ibnu katsir sesuai dengan karakteristiknya
yakni beliau lebih banyak mengutip riwayat seperti ayat Al-Qur‟an hadits nabi serta pendapat
para sahabat dengan gaya bahasa yang ringkas didalam menfsirkan QS. At-Tahrim : 6,
sedangkan Al-Maraghi cenderung menfasirkan ayat Al-Qur‟an dengan ijtihad dan ra’yu nya.