BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1.
Transcript of BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1.
58
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Subjek Penelitian
SMK PGRI 02 Salatiga adalah sekolah menengah kejuruan yang terletak di Jalan
nakula Sadewa I Kembang Arum Salatiga, dengan jumlah 3 konsentrasi penjurusan,
diantaranya adalah kelas penjualan, kelas akuntansi, dan kelas administrasi perkantoran.
Populasi dalam penelitian ini adalah 73 siswa. kelas XII jurusan Administrasi
Perkantoran dengan jumlah 73 siswa yang terdiri dari 1 siswa laki-laki dan 72 siswa
perempuan. Untuk keterangan siswa mengenai usia, dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai
berikut:
Keterangan Jumlah / frekuensi % persentase
16 tahun 2 siswa 2,7 %
17 tahun 53 siswa 72,6 %
18 tahun 9 siswa 12 %
19 tahun 2 siswa 2,7 %
Jumlah 73 siswa 100 %
Tabel 4.1
Berdasarkan table diatas, dapat diketahui bahwa kebanyakan siswa kelas XII
Administrasi perkantoran berusia 17 tahun (72,6 %), siswa usia 18 tahun (12 %), siswa
usia 16 tahun (2,7 %) dan siswa usia 19 tahun (2,7 %).
59
4.2. Pelaksanaan Penelitian
4.2.1. Perijinan
Sebelum melaksanakan penelitian penulis terlebih dahulu meminta surat ijin
penelitian dari Dekan FKIP UKSW untuk dibawa kepada Kepala SMK PGRI 02
Salatiga, surat ijin tersebut dikeluarkan pada senin tanggal 29 Juli 2011. Keesokan
harinya tepatnya tanggal 30 juli 2011 PGRI 02 Salatiga memberi jawaban secara lisan
mengijinkan.
4.2.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2011 sampai dengan 22
Agustus 2011 dengan populasi 73 siswa dan sampel 12 siswa. Pada mulanya peneliti
melakukan test awal di beberapa kelas yang disarankan oleh Guru BK di SMK PGRI 02
Salatiga guna mencari sampel penelitian yang menunjukkan empati rendah. Dari proses
perhitungan melalui microsoft excel 2007 dan spss statistics 17.0, penulis mendapati
persentasi empati rendah terbanyak dikelas XII administrasi perkantoran. Sehingga
kelas tersebutlah yang akan menjadi subjek penelitian penulis.
Prosedur pengumpulan data dilakukan sesuai dengan tanggal dan jam yang
telah diberikan oleh pihak sekolah kepada penulis. Adapun prosedur-prosedur
pengumpulan data yaitu:
Langkah pertama, penulis memasuki ruangan kelas, mula-mula penulis
memperkenalkan diri kepada siswa dan identitas diri antara lain, nama, umur, alamat,
dan menjelaskan bahwa saat ini penulis adalah mahasiswa progdi Bimbingan dan
konseling FKIP UKSW Salatiga. Kemudian penulis menjelaskan maksud kedatangan
60
penulis di SMK PGRI 02 Salatiga serta meminta kerja sama dalam penyelesaian tugas
akhir dengan meminta data empati siswa melalui instrument empati. Setelah itu penulis
menjelaskan maksud dan tujuan pemberian instrument empati tersebut termasuk akan
di ambil sampel untuk penelitian melalui metode role play. Langkah selanjutnya penulis
meminta data mengenai empati diri dengan memberikan jawaban terhadap pernyataan-
pernyataan pada instrument empati yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju),
S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju) sesuai dengan keadaan diri siswa. Setelah itu penulis
membagikan instrument empati kepada setiap siswa.
Sebelum siswa mengerjakan penulis memandu siswa untuk mengisi data diri
siswa seperti, nama, jenis kelamin, usia, kelas, jurusan, dan tak lupa penulis
mengingatkan siswa untuk membaca petunjuk pengisian instrument empati tersebut.
Setelah itu penulis memberikan waktu 1 jam pelajaran ( 35 menit (karena dalam bulan
ramadan)) dan penulis siaga apabila ada siswa yang belum jelas maksud dari setiap item
instrument guna mengantisipasi jika terjadi kesalahan ketik dan bahasa. Setelah selesai
pengisian, penulis mengingatkan kembali untuk memeriksa apabila lupa memberi
identitas diri dan jika ada item yang belum terjawab atau terlewati. Setelah semua
instrument di kumpulkan penulis kembali memeriksa jumlah instrument, setelah itu
penulis mengucapkan terima kasih atas kerja sama dalam pengisian instrument.
4.3. Analisis Deskriptif
4.3.1. Variabel Empati
Untuk dapat mengukur tinggi rendahnya variabel empati siswa kelas XII.D digunakan
rumus interval sebagai berikut ;
61
skor tertinggi – skor terendah
i
Pada masing-masing item empati skor tertinggi adalah 4, dan skor terrendah
adalah 1. Untuk mengukur tinggi rendahnya skor pada variabel empati dibagi dalam 3
(i) kategori yaitu Tinggi, Sedang, Rendah. Jumlah item pada inventori empati adalah 22
item, sehingga skor maksimal yang diperoleh adalah 4 x 22 = 88 dan skor minimal 1 x
22 = 22 diperoleh interval sebagai berikut:
i = 88 – 22 = 22
3
4.3.1.1 Distribusi Empati Siswa jurusan Administrasi Perkantoran( 2 kelas)
adalah sebagai berikut :
Kategori Skor frekuensi Persentase (%)
Tinggi 66 – 88 18 23,3 %
Sedang 44 – 65 30 41,9 %
Rendah 22 – 43 25 35,8 %
Jumlah 73 100 %
Mean : 56.1781
SD : 11.7382
Tabel 4.2. Distribusi empati siswa XII.D
Dari tabel 4.3 tersebut diperoleh siswa dengan kategori tinggi 18 siswa (23,3 %),
sedang 30 siswa (41,9 %), dan rendah 27 siswa (35,8 %). Maka dari itu siswa dengan
kategori rendah akan menjadi subyek penelitian ini. Berikut daftar subyek siswa
62
4.3.1.2. Distribusi pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Subyek (kelas XII.E) Jenis kelmin Skor kategori Jenis kelompok
1. DN 2. DS 3. EW 4. HP 5. IS 6. IR 7. MO 8. NM 9. NF 10. RJ 11. SS 12. SW
P P P P P P P P P P P P
43 42 42 42 41 43 42 43 42 43 42 43
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
Tabel. 4.3. Daftar sampel penelitian
Dari table 4.4 tersebut, dapat dikelompokkan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Pembagian sampel penelitian digolongkan menjadi dua, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. kelompok kontrol berfungsi sebagai
pembanding dari kelompok eksperimen, sedangkan kelompok eksperimen adalah
kelompok yang akan diberikan layanan dengan metode role play. Kelompok
eksperimen berjumlah 12 siswa dari kelas XII.D, dengan kategori empati rendah.
Subyek (kelas XII.D) Jenis kelmin Skor kategori Jenis kelompok
1. MW 2. YN 3. SD 4. DS 5. DP 6. PR 7. AS 8. IF 9. AS 10. YL 11. ER 12. ��
P P P P L P P P P P P �
41 40 42 41 40 42 43 41 43 41 42 43
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen Eksperimen
63
Sedangkan kelompok Kontrol berasal dari kelas XII.E. dengan kategori empati rendah
yang berjumlah 13 siswa, tetapi diampil 12 sebagai kelompok kontrol. Dari kelompok
eksperimen tersebut akan diberikan treatment dengan tehnik bimbingan kelompok.
Kelompok eksperimen akan dibagi menjadi 2 kelompok ( 1 kelompok 6 siswa).
Sehingga jika kelompok pertama melakukan role play maka kelompok kedua berfungsi
sebagai pengamat, penilai, dan evaluator. Sehingga pelaku role play dapat mengamati
role play dari kelompok lain serta dapat menilai dan mengevaluasi kelompok lain.
Pemilihan waktu pemberian layanan menyesuaikan dengan jadwal yang diberikan Guru
BK. Dalam hal ini siswa diminta untuk serius dan memiliki kemauan agar penelitian ini
berjalan lancar.
4.3.2. Uji maan-whitney pretest kelas XII. D Aministrasi Perkantoran
NPar Tests
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
total eksperimen
12 10.04 120.50
kontrol 12 14.96 179.50
Total 24
a. Grouping Variable: kel. Eksperimen dan kel. Control
Tebel 4.4. Perbedaan mean rank kelompok eksperimen dan kelompok control.
64
Mann-Whitney Test
Test Statisticsb
total
Mann-Whitney U 42.500
Wilcoxon W 120.500
Z -1.793
Asymp. Sig. (2-tailed) .073 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .089a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok
Tabel 4.5. uji mann whitney empati kelompok kontrol dan eksperimen
Pada tabel 4.5. diperoleh hasil mean rank empati siswa kelompok eksperimen =
10.04 dan mean rank empati siswa kelompok kontrol = 14.96 dengan selisih mean rank
4.92. Mean rank siswa kelompok kontrol lebih tinggi dari pada siswa kelompok
eksperimen.
Selanjutnya dilakukan pengujian untuk menentukan apakah mean rank bebeda
secara signifikan atau tidak. Pada tabel 4.6. diperoleh hasil uji Mann-whitney U
=42.500, Z = -1.793 dan nilai Asymp.Sig.2-tailed adalah 0,073 > 0,05 . Jadi dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara empati siswa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan melihat hasil perbedaan mean rank tersebut,
berati penelitian ini dapat dilanjutkan. Langkah selanjutnya adalah pemberian treatment
role play untuk meningkatkan empati siswa.
65
4.4. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan metode role play guna
meningkatkan empati teman sebaya.
Role play adalah salah satu tehnik dalam bimbingan kelompok, maka penulis
menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan metode role play dalam penelitian
ini. Kegiatan ini terdiri dari 8 pertemuan diantaranya, 1 x pertemuan untuk menjelaskan
materi empati dan materi role play, 6 x pertemuan adalah pelaksanaan metode role play,
dan 1 x pertemuan untuk pemantapan. Mula-mula penulis dan didampingi oleh guru BK
di sekolah tersebut memanggil ke 6 subyek penelitian ini, serta diberi pengarahan dan
penjelasan tentang aturan main dalam penelitian ini. Subyek penelitian menyambut baik
dan mereka bersedia untuk menjadi subyek penelitian ini. Dalam mempraktekkan role
play pada penelitian ini, terdiri dari 3 indikator berdasarkan kisi-kisi inventori dari
eisenberg, yaitu membayangkan perasaan orang lain, mengalami perasaan orang lain,
memahami perasaan orang lain. Setiap indikator memiliki 2 skenario dalm penelitian
ini.
Peningkatan empati siswa yang diselenggarakan di sekolah yaitu dengan
mempergunakan salah satu strategi layanan BK yaitu dengan metode role play yang
diselenggarakan di sekolah sebanyak delapan kali pertemuan.
Berikut proses yang akan dilakukan guna peningkatan empati siswa melalui
metode role play :
66
�
������ ����� �����
�
� ������
�
Raw input Program siswa dengan Siswa dengan Layanan BK yang empati meningkat empati rendah digunakan peneliti dan
dibantu oleh Guru BK (metode role play)
Outcome Empati meningkat Ditandai pemahaman Environtmental input Empati dalam setiap
�� Role play
Tabel. 4.6. Proses peningkatan empati
Keterangan :
1. Raw Input yaitu siswa yang memiliki tingkat empati yang rendah.
2. Instrumental input yaitu metode, program, kurikulum, konselor sebagai fasilitator
yang sangat berpengaruh pada proses layanan BK.
3. Environtmental Input yaitu lingkungan yang berpengaruh terhadap kegiatan
layanan BK dalam upaya meningkatkan empati siswa.
4. Program layanan BK yaitu proses layanan menggunakan metode role play
yang dilakukan dalam rangka meningkatkan empati siswa
5. Output yaitu hasil yang diharapkan dari proses layanan BK yang dilakukan
untuk meningkatkan empati siswa.
67
6. Outcome yaitu dampak dari program layanan BK yang dilakukan untuk
meningkatkan empati yang ditandai dengan perubahan sikap, pemahaman empati
yang langsung dipraktekkan dalam permainan peran.
Dalam praktek role play ini penulis menggunakan tahap-tahap role play menurut
Bennett (Romlah, 2001 : 99)
a) persiapan,
b) membuat skenario role play
c) menentukan kelompok penonton
d) Pemeranan,
e) evaluasi dan diskusi,
f) pemeranan ulang.
Pada pertemuan pertama siswa sudah dibagikan scenario-skenario yang akan
mereka mainkan, sehningga para siswa ini bisa belajar dirumah dan mampu memahami
peran-peran yang akan mereka mainkan nantinya. Di awal pertemuan para siswa sudah
diberi scenario-sikenario yang akan digunakan dari semua pertemuan dengan alasan
agar para siswa dapat mempelajari dan menguasai scenario-skenario yang akan merekan
mainkan nantinya. Adapun pelaksanaan penelitian tiap pertemuan dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Pertemuan pertama
Kegiatan dari pertemuan pertama ini adalah menjelaskan materi empati dan role
play. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pada saat jam sekolah berlangsung dengan
memanfaatkan jam pelajaran kosong. Pertama-tama penulis meminta ijin kepada pihak
68
sekolah dan siswa untuk menjadi subyek penelitian dan memohon keseriusan untuk
bekerja sama dalam penelitian ini. Pertemuan pertama ini dilakukan di ruang kelas.
Setelah ijin dengan guru BK dan siwa itu sendiri, mula-mula penulis memberikan foto
copy yang berisikan materi-materi empati dan role play yang sudah dipersiapkan untuk
dijelaskan dan dibahas bersama-sama. Materi pertama yang dijelaskan adalah empati,
setelah itu berlanjut dengan materi role play. Saat penulis menjelaskan dan membahas
bersama-sama siswa tampak mendengarkan dengan baik, apalagi materi role play
termasuk baru pertama kali mereka akan lakukan selama bersekolah di sekolah tersebut.
Pada pertemuan ini siswa/subyek memberikan respon yang positif. Siswa menyambut
baik dalam pertemuan pertama ini, dan ketika penulis menjelaskan materi seputar
empati dan role play ini siswa sering bertanya pada bagian yang mereka belum pahami.
Mereka menyambut baik pelaksanaan role play guna meningkatkan empati teman
sebaya dengan 7 x pertemuan dan 1 x pertemuan pemantapan.
Pada hari yang telah ditentukan akan dilaksanakan praktek role play guna
meningkatkan empati. Pada pertemuan selanjutnya siswa sudah melakukan praktek role
play. Kegiatan role play/sosiodrama merupakan suatu dramatisasi dari persoalan-
persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk
konflik yang sering sering dialami dalam pergaulan sosial. Untuk itu digunakan role
playing, yaitu beberapa orang mengisi peranan tertentu dan memainkan suatu adegan
tentang pergaulan sosial yang mengandung persoalan yang harus diselesaikan. Para
pembawa peran membawakan adegan itu sesuai dengan peranan (role) yang ditentukan
bagi masing-masing peran; adegan itu diperankan dan dimainkan dihadapkan
69
kesejumlah penonton yang menyaksikan adegan itu dan melibatkan diri dan
mendiskusikan jalan cerita setelah sandiwara selesai dimainkan.
2. Pertemuan kedua
Pada petemuan ini mula-mula penulis menyiapkan satu skenario dari beberapa
skenario yang dipersiapkan dengan tema membayangkan perasaan orang lain, yang
sesuai dengan indikator empati pada inventori eisenberg. Pada pertemuan ini pemeranan
siswa diminta untuk membayangkan suatu kejadian yang terjadi disekitarnya, sehingga
siswa dapat menyimpulkan perasan-perasan apa saja yang mungkin dapat dialami
orang-orang disekitarnya. Indikator ini ditekankan pada imajinasi, penalaran, dan
mengambil perspektif lingkungan sekitarnya.
Skenario dalam pertemuan ini menceritakan tentang seorang guru baru yang
baru pertama kali mengajar dikelas, tetapi si guru baru tersebut tidak mendapatkan
respon yang baik dari para siswa dan ada sekelompok siswa yang selalu membuat onar
saat guru tersebut menerangkan, dan hasilnya si guru tersebut geram, tetapi guru itu
tidak berani marah-marah terhadap para siswa tersebut dikarenakan si guru itu adalah
guru baru. Pada skenario ini siswa diminta untuk masuk dalam situasi tersebut dan
membayangkan perasaan apa saja yang dirasakan pada tokoh-tokoh scenario tersebut
disamping mempraktekkan scenario tersebut. Dalam pembagian peran tokoh, siswa
diberi waktu sekitar 5 menit untuk memahami dan mengerti apa yang akan diperankan.
Pemeranan dilakukan secara rotasi peran / bergantian peran dengan maksud semua
subyek penelitian bobot yang seimbang.
70
a. Pemeranan :
Pemeranan dilakukan secara bergantian antara kelompok 1 dan kelompok 2. Ketika
kelompok 1 melakukan pemeranan, kelompok 2 mempunyai tugas sebagai tim
pengamat, tim penilai, dan evaluator. Pada pertemuan kedua ini siswa belum dapat
memerankan perannya dengan baik, pemeranan cenderung kaku dan masih malu-malu
dalam pemeranan. Hasil evaluasi menunjukkan hal tersebut dikarenakan siswa baru
pertama kali bermain peran. siswa ragu-ragu dalam memerankan peran, masih malu
dalam pemeranan, dan cenderung pasif, belum seluruhnya siswa mampu
membayangkan dengan baik dengan apa yang diperintahkan. Kebanyakan siswa hanya
memerankan secara singkat, sederhana saja, siswa belum bisa membuka kerangka-
kerangka dalam scenario untuk diperankan supaya penilai-nilai empati masuk kedalam
pemeranan siswa
b. Evaluasi :
Garis besar evaluasi keseluruhan siswa pada pertemuan kedua ini, Siswa kurang
penghayatan, siswa masih bingung dalam pemeranan, belum sepenuhnya serius, belum
menerapkan empati dengan baik, siswa masih malu-malu, terkesan bercanda, tetapi sisi
baiknya siswa aktif dalam bermain peran ini.
3. Pertemuan ketiga
Petemuan ini langkah-langkah dan indikator masih tetap sama dengan pertemuan
kedua. Penulis menyiapkan satu skenario yang dipersiapkan dengan tema
membayangkan perasaan orang lain, yang sesuai dengan indikator empati pada
inventori eisenberg. Pada pertemuan ini pemeranan siswa diminta untuk membayangkan
suatu kejadian yang terjadi disekitarnya,atau yang dialami oleh orang-orang
71
disekitarnya sehingga siswa dapat menyimpulkan perasan-perasan apa saja yang
mungkin dapat dialami orang-orang disekitarnya. Indikator ini ditekankan pada
imajinasi, penalaran, dan mengambil perspektif lingkungan sekitarnya.
Skenario pada pertemuan ini menceritakan tentang sekelompok sahabat yang
melihat teman satu kelasnya mengalami kesusahan dalam menjalani kehidupan.
Sekelompok sahabat itupun merasa kasihan dan sedih melihat temannya itu. Pada
scenario ini siswa diminta untuk masuk dalam situasi tersebut dan membayangkan
perasaan apa saja yang dirasakan pada tokoh-tokoh scenario tersebut disamping
mempraktekkan scenario tersebut. Dalam pembagian peran tokoh, siswa diberi waktu
sekitar 5 menit untuk memahami dan mengerti apa yang akan diperankan. Pemeranan
dilakukan secara rotasi peran / bergantian peran dengan maksud semua subyek
penelitian bobot yang seimbang.
a. Pemeranan :
Pemeranan dilakukan secara bergantian antara kelompok 1 dan kelompok 2. Ketika
kelompok 1 melakukan pemeranan, kelompok 2 mempunyai tugas sebagai tim
pengamat, tim penilai, dan evaluator. Pada pertemuan ini antara pemeranan pertama dan
kedua sudah cukup lumayan. Siswa lebih bisa diatur dibandingkan pertemuan yang lalu,
tetapi masih para siswa masih belum benar-benar menghayati scenario tersebut. Siswa
sudah bisa sedikit demi sedikit menjalankan scenario dengan baik, Pesan-pesan empati
belum seutuhnya tertermin dari pemeranan scenario. Tetapi sebagian siswa sudah
memerankan perannya dengan baik .
72
b. Evaluasi :
Garis besar evaluasi keseluruhan siswa pada pertemuan kedua ini, siswa sudah
mulai bisa berfikir sendiri tentang watak-watak apa saja yang akan diperankan, tetapi
siswa belum cakap dalam memerankan watak-watak yang siswa kemukakan sendiri.,
Masih cenderung malu-malu, sebagian siswa hanya mengikuti alur saja, pemeranan
tahap kedua lebih baik dari tahap pertama.
4. Pertemuan keempat
Tahap-tahap yang digunakan pada pertemuan ini tetaplah sama dengan urutan
yang sama tetapi dengan indikator dan skenario yang berbeda. Adapun indikator dalam
pertemuan keempat ini adalah memahami perasaan orang lain. Skenario dalam
pertemuan ini menceritakan tentang sebuah kelompok tari sekolah yang beranggotakan
6 orang, yang sebentar lagi akan pentas, tetapi belum mempunyai persiapan, dan
seorang ketua kelompok memutuskan secara sepihak jadwal-jadwal mereka untuk
berlatih. 4 dari 6 anggota tari ini mempunyai watak yang susah untuk diatur sebagai
contoh, si ketua kelompok ingin menang sendiri, yang 2 sering terlambat karena rumah
mereka jauh, dan yang 1 pemalas. Sisanya Riski dan Ranco adalah sosok yang sabar dan
baik hati, Riski dan Ranco diminta untuk memahami kondisi kelompoknya agar tidak
kacau dan berantakan. Apa yang harus dilakukan riski dan ranco?
a. Pemeranan :
Pemeranan pada scenario ini cukup lumayan baik. Hal ini dikarenankan siswa
sendiri banyak yang mengikuti ekstrakulikurer tari di sekolah dan siswapun pernah
mengalami kejadian yang hamper sama dengan sekenario tersebut. Hal ini bisa
dimanfaatkan untuk menggali sifat-sifat empati pada siswa karena siswa pernah
73
mengalami kejadian yang sama. Pada pelaksanaan role play pada petemuan ini siswa
sudah cukup memahami urutan-urutan dalam pemeranan, sehingga tidak saling bingung
ketika memulai role play ini. Tetapi sulit bagi siswa unuk benar-benar masuk atau
benar-benar menghayati dalam setiap pemeranan.
b. Evaluasi :
Garis besar evaluasi keseluruhan siswa pada pertemuan kedua ini, siswa mulai
memahami alur rangkaian role play dan sudah menunjukkan kerja sama yang baik.
Siswa tampak senang dalam layanan BK dengan metode role play ini. Sebagian siswa
sudah menunjukkan penghayatan yang baik, dapat memunculkan poin-poin empati yang
terkandung dalam skeario yang diperankan, akan tetapi dalam pemeranan siswa belum
sepenuhnya lancar dalam melaksanakan role play.
5. Pertemuan kelima
Dalam pertemuan ini memakai indikator yang sama dengan pertemuan keempat
yaitu memahami orang lain. Artinya kita dituntut bisa memahami keadaan disekitar kita,
bisa membaca situasi, dan mengerti apa yang diinginkan teman kita saat mengalami
kesusahan. Skenario dalam pertemuan ini menceritakan tentang seorang anak yang
selalu direndahkan atau dihina terus-terusan oleh teman satu kelasnya, sehingga si anak
ini menjadi minder,pemalu dan tidak percaya diri. Jesi sebangai sahabat Sumiyati si
anak yang selalu dihina , tak tega melihat pemandangan yang selalu menyakiti
temannya itu. Apa yang harus dilakukan Jesi sebagai sahabat sumiyati dengan
mengaplikasikan nilai-nilai empati khususnya dengan indikator memahami perasaan
orang lain.
74
a. Pemeranan :
Pemeranan scenario pada pertemuan kelima ini menunjukkan kemajuan yang baik.
Siswa mampu memerankan role play dengan imajinasi dan alur yang baik. Dalam
pemeranan pada scenario ini cukup menarik dan cukup lancar. Poin-poin empati dalam
pertemuan ini sudah Nampak oleh sebagian besar siswa. Siswa sudah mulai terbiasa
dengan layanan role play, sehingga memudahkan untuk mengarahkan siswa pada
pemeranan yang lebih baik lagi.
b. Evaluasi :
Siswa mulai lancar dalam memerankan role play ini, siswa sudah menunjukkan
kerjasama yang baik, dan siswa dapat membentuk alur cerita dengan imajinasi yang
disatukan. Kelemahan dalam pertemuan ini adah siswa masih sering salah dalam
pengucapan bahasa dan ekspresi sehingga sedikit banyak menjadi bahan tertawaan
siswa lainnya.
6. Pertemuan keenam
Pertemuan ini memakai indikator mengalami perasaan orang lain. Dalam
pertemuan ini siswa diminta untuk ikut hanyut dalam perasaan yang dialamu temannya
tanpa kehilangan kesadaran akan dirinya. Poin empati yang ingin dicapai yaitu ikut
merasakan apa yang dialami orang lain. Skenario dalam pertemuan ini menceritakan
tentang seorang yang bernama Dewi tengah mengalami kesusahan yaitu meninggalnya
ayah yang dicintainya. Siren dan sekar adalah sahabat baik dewi. Perasaan emosional
apa saja yang ikut dirasakan Siren dan Sekar ketika melihat sahabatnya mengalami
kesedihan, dan apa yang akan dilakukan Sekar dan Siren.
75
a. Pemeranan :
Pemeranan role play pada pertemuan ini cukup baik, siswa bisa larut dalam
pemeranan dan dapat menunjukkan ekspresi emosional yang dialami teman lainnya,
tetapi pada pertemuan ini, ada beberapa siswa kurang serius dalam memjalani role play,
menurut para siswa scenario yang digunakan bertemakan sedih, sedangkan para siswa
sulit untuk memerankan scenario yang bertemakan sedih, siswa mengakui kalau mereka
tidak bisa secara baik memerankan scenario ini jika tidak mengalaminya secara nyata.
Hal ini terjadi Karena belum ada siswa yang secara nyata mengalami kejadian yang
mirip dalam scenario tersebut.
b. Evaluasi :
Dalam pertemuan ini mendapatkan pelajaran yaitu role play akan lebih mudah
dilakukan jika pemerannya sedikit banyak pernah mengalami kejadian-kejadian yang
hampir mirip dengan scenario yang akan mereka mainkan.
7. Pertemuan ketujuh
Pertemuan ini memakai indikator mengalami perasaan orang lain. Dalam pertemuan
ini siswa diminta untuk ikut hanyut dalam perasaan yang dialamu orang lain tanpa
kehilangan kesadaran akan dirinya. Poin empati yang ingin dicapai yaitu ikut merasakan
apa yang dialami orang lain. Sekenario dalam pertemuan ini menceritakan tentang
seorang remaja yang bernama Ranti adalah anak orang kaya yang jarang sekali bermain
keluar rumah. Segala kebutuhannya ada disediakan dirumanya yang mewah. Rianti
adalah anak yang baik, ramah, dan suka menolong. Suatu hari Ranti bersama
keluarganya bergi bersama di sebuah resotoran . Setelah sampai dan memesan makanan,
tiba-tiba Ranti melihat seorang ibu dan anaknya yang sedang mengemis di depan
76
resteron itu. Bahkan pengemis itu mungkin seharian belum makan karena selalu melihat
makanan di restoran terus menerus. Hati Ranti langsung tersentak kaget dan sedih.
Perasaan emosional apa saja yang dialami Ranti, dan apa yang dilakukan Ranti ?
a. Pemeranan :
Dalam scenario ini siswa cukup baik dalam memerankan scenario ini, scenario
memang dibuat sederhana dengan maksud agar poin-poin empati dapat mehayati dalam
diri siswa. Dalam pertemuan ini awalnya dicobakan scenario yang lebih rumit dari
scenario-skenario yang lalu, tetapi malah hasinya tidak maksimal karena malh
membuat siswa bingung dan gagu dalam memerankan. Kemudian scenario diganti
dengan scenario yang tertulis diatas. Skenario yang tertulis diatas memang cukup
sederhana, tetapi para siswa malah lebih cepat menanggapi dan memahami maksud dari
scenario . Akibatnya para siswa lebih nyaman dalam memerankan perannya dan poin-
poin empati bisa mereka pahami dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Evaluasi :
Kesimpulan dalam pertemuan ini adalah penggunaan scenario yang terlalu tuntuan
malah membuat sisw bingung dan tidak paham, tetapi scenario yang sederhana tetapi
mencangkup indikator yang ingn dicapai malah membuat siswa nyaman. Skenario yang
sederhana justru lebih mudah dipahami dan kemampuan empati dapat dipamami para
siswa.
8. Pertemuan kedelapan
Pada pertemuan terahkir ini dilakukan evaluasi dan pemantapan dari pemeranan
awal hingga ahkir pertemuan. Pertemuan ini mengulas balik permainan role play dari
pertemuan-pertemuan yang lalu untuk dibahas ulang poin-poin empati yang terkandung
77
dalam setiap pertemuan. Setiap siswa diminta untuk memberikan komentar atau
tanggapan tentang sikap para pelaku siswa dalam beradegan role play tersebut. Siwa
mengaku senang dengan permainan ini karena dapat mengasah perasan dan pemikiran-
pemikiran dari sudut pandang berbeda. Pertemuan ini sekaligus mengahkiri layanan BK
dengan menggunakan metode role play, yang kemudian para siswa diminta untuk
melakukan postest, dan akan dibandingkan peningkatannya dengan pretest. Sehingga
dapat diketahui apakah ada peningkatan yang signifikan atau tidak.
4.5. Analisis dan pembahasan hasil penelitian
Setelah layanan BK melalui metode role play dilaksanakan, maka langkah
selanjutnya adalah pelaksanaan postest. Pengolahan data menggunakan teknik uji
Mann-Whitney U dengan bantuan program SPSS for Window release 17.0 untuk
mengetahui peningkatan empati teman sebaya melalui metode role play di SMK PGRI
02 Salatiga kelas XII.D Administrasi perkantoran. Dari hasil perhitungan atau
pengolahan secara statistik diperoleh hasil sebagai berikut :
78
4.5.1. Distribusi Postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Subyek Jenis kelmin Skor postest kategori Jenis kelompok
1. MW 2. YN 3. SD 4. DS 5 .DP 6. PR 7. AS 8. IF 9. AS 10 .YL 11 .ER 12RQ
1.DN 2.DS 3.EW 4.HP 5.IS 6.IR 7.MO 8.NM 9.NF 10.RJ 11.SS 12.SW
P P P P L P P P P P P P
P P P P P P P P P P P
P
55 69 56 60 44 60 44 67 45 44 47 44
42 42 43 42 41 42 42 43 42 43 42 44
Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang
eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
Tabel. 4.7. postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
79
4.5.2. Distribusi Perbandingan pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
Subyek Jenis kelmin
Skor pretest
Kategori Skor postest
kategori Keterangan kelompok
1. MW 2. YN 3. SD 4. DS 5 .DP 6. PR 7. AS 8. IF 9. AS 10 .YL 11 .ER 12. RQ 1.DN 2.DS 3.EW 4.HP 5.IS 6.IR 7.MO 8.NM 9.NF 10.RJ 11.SS 12.SW
P P P P L P P P P P P P P P P P P P P P P P P p
41 40 42 41 40 42 43 41 43 41 42 43 43 42 42 42 41 43 42 43 42 43 42 43
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
55 69 56 60 44 60 44 67 45 44 47 44
42 42 43 42 41 42 42 43 42 43 42 44
Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang
eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment eksperiment
Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
Tabel. 4.8. perbandingan pretest dan posttest
Dalam tebel. 4.8 terbebut dapat dilihat perbandingan skor sebelum melalukan role
play dan setelah melakukan role play. Pada kelompok eksperimen terlihat jelas
peningkatan dari skor diatas. Sedangkan kelompok kontrol tidak mengalami perubahan.
80
4.5.3. Uji maan-whitney postest kelas XII. D Aministrasi Perkantoran
NPar Tests
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
total eksperimen
12 18.33 220.00
kontrol 12 6.67 80.00
Total 24
Tabel 4.9. Perbedaan mean rank kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pada tabel 4.9. diperoleh hasil mean rank empati siswa kelompok eksperimen =
18.33 dan mean rank empati siswa kelompok kontrol = 6.67 dengan selisih mean rank
11.66. Mean rank siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelompok
kontrol.
Mann-Whitney Test
Test Statisticsb
VAR00001
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 80.000
Z -4.115
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a
a. Not corrected for ties.
12 Grouping Variable: kelompok
81
Selanjutnya dilakukan pengujian untuk menentukan apakah mean rank bebeda
secara signifikan atau tidak. Pada tabel 4.10. diperoleh hasil uji Z = -4.115 dan nilai
Asymp.Sig.2-tailed adalah 0,000 < 0,05. Jadi ada perbedaan yang signifikan antara
empati siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan melihat hasil
perbedaan mean rank dan uji mann whitney tersebut.
Berikut ini adalah hasil pengamatan perilaku empati melalui role play yang
diperoleh dari panduan observasi selama siswa melakukan role play dari pertemuan 1
sampai 6 :
Hasil data pengamatan perilaku empati melalui metode role play dari pertemuan 1 – 6.
No Nama P. 1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 Total Keterangan 1. MW 3 3 5 7 7 9 34 Meningkat 2. YN 4 5 5 7 8 10 39 Meningkat 3. SD 2 4 5 5 7 8 31 Meningkat 4. DS 4 4 4 6 6 8 32 Meningkat 5. DP 2 3 3 5 5 7 25 Meningkat 6. PR 4 4 5 5 7 8 33 Meningkat 7. AS 3 4 4 4 6 7 28 Meningkat 8. IF 4 6 6 8 9 10 43 Meningkat 9. AS 2 2 4 5 6 8 27 Meningkat 10. YL 3 3 5 5 6 7 29 Meningkat 11. ER 3 4 5 7 7 8 34 Meningkat 12. RQ 3 3 3 5 5 8 27 Meningkat
Total 37 45 54 69 77 98 Ada Peningkatan
Rata-rata 3,08 3,75 4,5 5,75 6,4 8,16 Ada peningkatan
Tabel. 4.11. Hasil pengamatan perilaku empati.
Dari tabel 4.11 didapat semua hasil dari pengamatan perilaku empati yang dinilai
dari setiap pertemuan. Hasil yang didapat dari setiap pertemuan adalah adanya
peningkatan perilaku empati melalui metode role play.
82
Berikut dapat digambarkan grafik peningkatan empati yang diambil dari hasil data
pengamatan observasi yang diambil dalam pelaksanaan metode role play. Hasil
peningkatan dalam setiap pertemuan dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :
10
Tabel.4.12. Grafik peningkatan empati kelas XII.D dengan menggunakan metode role play
role play siswa kelas XII.D SMK PGRI 02 Salatiga berdasarkan observasi pada setiap
pertemuan dan penilaian dari peneliti dan siswa. Dalam penelitian ini, metode role play
digunakan untuk mempraktekkan pemahaman siswa tentang empati. Hasil yang didapati
adalah semua siswa mengalami peningkatan baik dilihat dari grafik observasi maupun
dari pelaksanaan posttest.
��
����
��
����
��
�
���� ������������
83
4.1. Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini melalui metode role play dapat
meningkatkan empati teman sebaya di SMK PGRI 02 Salatiga kelas XII.D jurusan
Administrasi perkantoran. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan hasil dari uji Mann
Whitney U =2.000 hasil nilai Z yaitu -4.115 dan koefisien Asymp sig.2-tailed adalah
0,000 < 0,05, jadi melalui metode role play, dapat meningkatkan empati teman sebaya
siswa kelas XII. D administrasi perkantoran SMK PGRI 02 Salatiga. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini diterima.
4.1. Pembahasan hasil penelitian
Kegiatan bimbingan kelompok melalui metode role play ini dilakukan pad kelas
XII.D Administrasi Perkantoran yang memiliki empati rendah dengan jumlah siswa 12
siswa yang dikenai layanan BK menggunakan metode role play guna meningkatkan
empati teman sebaya. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah inventory dari
Eisenberg(1987). Layanan ini dilakukan selama 8 kali pertemuan atas persetujuan guru
kelas, guru pembimbing, dan siswa itu sendiri. Diperoleh peningkatan empati setelah
diberikan layanan menggunakan metode role play. Berdasarkan penelitian ini maka
benar yang dikatakan Eisenberg dalam upaya mengembangkan empati, bahwa Teknik
bermain peran dinilai sebagai teknik yang efektif dan akan membantu seeorang
membentuk pemahaman empati yang lebih dalam.
Dalam permainan role play scenario-skenario diambil dari kejadian-kejadian yang
sering dialami oleh kebanyakan siswa dan diarahkan kedalam hubungan yang dekat
dahulu, yaitu teman sebaya. Kegiatan sosiodrama merupakan suatu dramatisasi dari
persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain,
84
termasuk konflik yang sering sering dialami dalam pergaulan sosial. Untuk itu
digunakan role playing, yaitu beberapa orang mengisi peranan tertentu dan memainkan
suatu adegan tentang pergaulan sosial yang mengandung persoalan sosial, sehingga
pemahaman empati para siswa dapat diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari
dalam masyarakat sekitarnya.
Dalam penelitian ini, setiap pertemuan para siswa sudah melaksanakan role play
dengan mandiri, tetapi terkadang masih diberi pengarahan-pengarahan dalam setiap
peran yang akan dimainkan. Dalam tahap-tahap role play, pemerannan ulang selalu
lebih baik dari pemeranan pertama pada setiap pertemuan. Hal ini dikarenakan sebelum
pemeranan ulang, para siswa beserta peneliti menganalisis pemahaman dan sikap-sikap
empati dalam scenario tersebut, mengevaluasi dan memberikan pengarahan-pengarahan
dari hasil evaluasi tersebut. Para siswapun lebih aktif pada saat pemeranan ulang. Pada
setiap skenario para siswa dapat memerankan dengan lancar dan baik ketika siswa
pernah mengalami peristiwa yang sama dengan cerita di scenario tersebut. Ternyata
siswa lebih bisa memahami dan bisa mengaplikasikan empati dengan tepat dan cepat
ketika siswa pernah mengalami kejadian yang sama dengan cerita skenario tersebut.
Dalam memerankan skenario siswa tidak hanya diminta untuk memerankan dan
merotasi perannya saja, tetapi siswa diajak untuk menganalisis scenario tersebut dan
membahas tentang tindakan-tindakan yang baik dilakukan saat mereka mengaplikasikan
role play dalam setiap skenario. Hal ini dilakukan penulis dengan tujuan agar membantu
siswa membentuk pemahaman-pemahanam yang mendalam khususnya empati, mampu
berfikir dalam setiap kejadian di sekitarnya dan mengembangkan kognitifnya serta
85
merasakan tentang apa yang dialami lingkungannya. Disamping itu siswa diajak untuk
aktif bertindak dan merespon gejala-gejala yang dialami di sekitarnya.
Dari pertemuan-pertemuan yang telah dilaksanakan dapat diampil kesimpulan,
bahwa tehnik role play membutuhkan waktu cukup lama untuk memahami dan
memerankan secara baik dan lancar, dan dalam pemeranan siswa akan lebih mudah
memahami perannya dengan cepat jika kejadian-kejadian tersebut pernah terjadi dalam
kehidupan mereka. metode sosiodrama adalah pemecahan masalah yang terjadi dalam
konteks hubungan sosial dengan cara mendramakan masalah-masalah tersebut melalui
sebuah drama. Melalui metode ini maka para siswa diajak untuk memecahkan dilemma
pribadi dengan bantuan kelompok sosial yang angota-angotanya adalah teman-teman
sendiri. Dengan kata lain, dilihat dari dimensi pribadi model ini berupaya membantu
individu dengan proses kelompok sosial.
Dalam penelitian ini, sikap empati tidak langsung tiba-tiba bisa muncul dan
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi melalui bermain peran dapat membantu
siswa mengembangkan pola pikir yang flaksibel dan luas, mengasah kemampuan
kognitif siswa khususnya pada nilai dan pemahaman empati secara lebih mendalam.
Kesimpulan paling akhir dari penelitian ini yaitu, layanan BK dengan metode
role play ini hanya sampai pada tahap membantu siswa membentuk pemahaman empati
yang lebih mendalam, yang pada nantinya siswa sendiri yang akan mengeksplorasi dan
mengembangkan dikehidupan sehari-hari. Dalam membentuk pemahaman empati
secara mendalam para siswa dilatih untuk mengaplikasikan serta mencobakan melalui
permainan peran (role play), guna role play dalam penelitian ini yaitu membentuk
86
kebiasaan siswa melakukan sikap-sikap empati yang nantinya dapat berkembang dalam
kehidupan sehari-hari.