BAB IV PASUKAN CADANGAN RONGGOLAWE DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511014_bab3.pdf ·...
Transcript of BAB IV PASUKAN CADANGAN RONGGOLAWE DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0511014_bab3.pdf ·...
59
BAB IV
PASUKAN CADANGAN RONGGOLAWE DALAM
MEMPERTAHANKAN KEMERDAKAAN
A. Peranan Pasukan Cadangan Ronggolawe Dalam Mempertahankan
Kemerdekaan.
Peranan Pasukan Cadangan Ronggolawe di dalam peristiwa-peristiwa di
Semarang dimulai pada saat pemuda-pemuda Indonesia sedang memperjuangan
membela kemerdekaan Republik Indonesia yaitu pada tahun 1945-1949. Pasukan
ini memberikan pengarahan serta pelatihan militer kepada pemuda-pemuda di
desa, di dalam pelatihan di setiap desa Pasukan Cadangan Ronggolawe memiliki
dua pemimpin yang berbeda serta latarbelakang pemimpin yang berbeda baik dari
Kolonel Djatikusumo dan Pepy Adiwoso hal ini mengakibatkan terjadinya
perbedaan cara mendidik serta pengajaran yang di berikan dalam pelatihan ke
setiap pemuda yang ada di desa, hal tersebut dapat dilihat dari pimpinan Pasukan
Cadangan Ronggolawe Kolonel Djatikusumo yang berasal dari mantan anggota
PETA, membuat di setiap gerakan pengajarannya tidak lepas dari kegiatan yang
biasa beliau lakukan selama dalam keanggotaannya didalam Peta, sedangkan
Peppy Adiwoso yang mempunyai sifat serta latarbelakang beliau berasal dari
organisasi bawah tanah yang sukar sekali dipahami oleh khalayak umum maksud
dari sebuah pernyataan yang beliau lontarkan dan jelaskan kepada masyarakat
umum, namun selalu mempunyai tujuan yang jelas dalam setiap gerakannya.
Kedua pemimpin Pasukan Cadangan Ronggolawe yang pada dasar dan
sifatnya mempunyai latarbelakang serta organisasi yang berbeda, berdasarkan
penjelasan tersebut kedua pimpinan Pasukan Cadangan Ronggolawe dapat
60
ditinjau dari kedudukannya pemimpin terbagi menjadi dua jenis, yaitu: pemimpin
formal dan non formal. Tugas dari seorang pemimpin formal adalah memperoleh
partisipasi atau dukungan demi perwujudan dari tugasnya yang diberikan oleh
atasan kepadanya, sedangkan pemimpin non formal adalah seorang yang
memperoleh kekuasaan atau wewenang karena pengaruhnya atas kelompok.1
Dalam mengkategorikan pemimpin dan tokoh-tokoh lebih sering menekankan
pada latarbelakang dari pemimpin tersebut, serta lebih sering melihat apakah
seorang pemimpin yang berasal dari kalangan militer, sipil, politik, dan lain-lain,
kategori yang mengungkapkan asal-usul lingkungan kekuasaan itulah yang
penting bukan pribadi atau kemampuan pemimpin tersebut.2 Berdasarkan
beberapa tipe kepemimpinan diatas dapatlah diambil kesimpulan jenis
kepemimpinan dalam organisasi perjuangan Pasukan Cadangan Ronggolawe di
Semarang dilihat dari segi asalnya pemimpinnya adalah pemimpin paksaan, hal
yang bersifat memaksa itu adalah masa revolusi yang sedang terjadi pada saat itu
dan termasuk tipe solidarity karena pemimpin Pasukan Cadangan Ronggolawe
bertujuan untuk berjuang mengembalikan negara yang merdeka, perkembangan
dari Pemimpin Pasukan Cadangan Ronggolawe dapat kita lihat dengan rasa
solidarity yang ada di kalangan pemuda dan para pelajar di Semarang dan
sekitarnya yang tergabung menjadi Pasukan Cadangan Ronggolawe.
Dalam kurun waktu 1945 situasi di Semarang dalam bidang angkatan
bersenjata sejak pemerintah menyatakan terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945 yang ditunjukan sebagai pemimpin tertinggi
1 Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, Bandung.
Binacipta, 1974, Hlm. 82. 2 Onghokham., Kepemimpinan dalam Sejarah Indonesia. Prisma, Juni
1982, Hlm. 11.
61
adalah Suprijadi3, namun setelah ditunjuk sebagai pemimpin dari TKR Suprijadi
tidak pernah tampil di hadapan masyarakat luas dan tidak pernah menduduki
posnya sebagai pemimpin dari TKR, dikarenakan hal tersebut pada bulan
Nopember 1945 diadakan musyawarah TKR yang dihadiri oleh para panglima
Divisi dan Komandan resimen dari seluruh Jawa. Dalam musyawarah itu yang
terpilih sebagai pengganti Suprijadi ialah Kolonel Soedirman beliau adalah
Panglima Divisi V Banyumas sedangkan Letnan Oerip Soemohardjo terpilih
sebagai Kepala Staf Umum.4 Di dalam kepemimpinan Kolonel Soedirman TKR
mengalami perubahan menjadi Tentara Keselamatan Rakyat dengan penetapan
Pemerintah No.2/S.D. 1946 tanggal 17 Januari 1946. Kemudian Tentara
Keselamatan Rakyat ini disempurnakan menjadi Tentara Republik Indonesia
(TRI) dengan maklumat Pemerintah tanggal 25 Januari 1946 dan Dekrit
Presidium tanggal 26 Januari 1946.5 Pada tanggal 23 Februari 1946 pemerintah
mengeluarkan penetapan Presiden tentang panitia besar penyelenggaraan
organisasi tentara. Panitia ini bertugas untuk menyusun peraturan mengenai
bentuk kementrian pertahanan dan bentuk kekuatan serta organisasi tentara,
panitia ini terdiri dari mantan organisasi badan perjuangan atau kedudukan laskar
di Jawa Tengah, yaitu:
1. Ali Afandi : Mantan wakil ketua Pesindo Purwokerto
2. Rachmat : Mantan secretaris I, kantor Djapan Tjilatjap
3 Nugroho Notosusanto., Sejarah Nasional Indonesia VI. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan , Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah
Nasional, 1982/1983. Hlm. 163. 4 Ibid.
5 Dinas Sejarah Militer Kodam VII/Diponegoro, Sejarah Rumpun
Diponegoro dan Pengabdiannya,. CV, Borobudur Megah. Semarang.1977. Hlm
155.
62
3. Muchammad Kowangid : Mantan secretaris umum Pesindo Tjilatjap
4. Surodiwirjo : Mantan anggota Pesindo tjab. Tegal
5. Oerip Wisono : Mantan wakil ketua Pesindo tjab. Pemalang6
Panitia menyelesaikan tugasnya pada tanggal 17 Mei 1946 dan
menyampaikan hasilnya, yaitu sebagai berikut: Dibawah Menteri Pertahanan
terdapat markas tertinggi dan direktorat Jendral bagian militer, sebagai panglima
besar ditunjuk Jendral Soedirman dan sebagai Kepala Markas Besar Umum
Letnan Oerip Soemohardjo serta jumlah divisi diperkecil, di Jawa 10 divisi
menjadi 7 divisi, di Sumatra semula 6 divisi menjadi 4 divisi selanjutnya
mengenai badan perjuangan setelah dibentuk Dewan Pertahanan Negara
dikeluarkan peraturan No.19 th 1946.
Peraturan ini menyatakan bahwa semua badan-badan perjuangan di bawah
satu biro dalam lingkungan Kementrian Pertahanan yaitu Biro Perjuangan dan
peraturan itu kemudian ditegaskan kembali oleh Maklumat Menteri Pertahanan
pada tanggal 4 Oktober 1946, yang berisikan tentang pembentukan Dewan
Kelaskaran Pusat dan Dewan Kelaskaran Daerah yang dipimpin oleh Biro
Perjuangan7. Dikarenakan peraturan tersebut membuat Pemerintah Daerah kota
Semarang mengungsi di Salatiga. di dalam pengungsian tersebut, pada pertengan
tahun 1946, berdiri Biro Perjuangan daerah Semarang di Salatiga dengan kode
“Daerah XXII”.8 Biro Perjuangan Daerah Karesidenan Semarang yang bertempat
6 Arsip Dewan Daerah Angkatan 45 Propinsi Jawa Tengah, pengesahan
susunan pengurus Dewan Pengurus Angkatan 45. 7 Nugroho Notosusanto., Op.Cit., Hlm. 163-164.
8 D. Soeganda, J.A., Naskah Sejarah TNI II Keresidenan Semarang, Pati,
tahun 1945-1947. Komando Daerah Militer VII Diponegoro, Resimen Infantri 14,
Sejarah Militer, tanpa tahun. Hlm. 15.
63
di Salatiga dengan kode “Daerah XXII” ini berdiri pada bulan Mei 1946 sampai
1947. Dengan susunan keanggotaan sebagai berikut:
Bagan Biro Perjuangan Daerah Karesidenan Semarang
Bagan 2. Sumber: Naskah Sejarah TNI II Keresidenan Semarang, Pati, tahun
1945-1947. Komando Daerah Militer VII Diponegoro, Resimen Infantri 14,
Sejarah Militer 9
9 Ibid.
Pemimpin Kepala:
Let.Kol.A. Rachman
Sekretaris:
Surojo
Wakil Ketua:
Majoor Sugijono
Kepala Staf:
Darjono
Perl/Perb:
Djuweni
Penerangan:
Sugijono Bag.Wanita:
Ny.
Soemarsono,
Ny.
Hardjono
Pendidikan:
Soehadjo,
Agus Salim,
Dan
Susarsono
Bag. Asrama:
Suhardjo,
nona
UmiSalatun
&nona
Kuenul
64
Perkembangan penyebaran Biro Perjuangan sampai pada kecamatan-kecamatan
dan kelurahan-kelurahan di Semarang, semuanya anggotanya diambil dari tenaga-
tenaga organisasi masa yang sebagian besar terdiri dari Pesindo10
serta laskar-
laskar dan juga dari pemuda-pemuda yang ada di Semarang karena memang
merekalah yang cukup mempunyai tenaga di mana tidak saja sebagai angkatan
tempur, tetapi juga banyak mempunyai pengetahuan dalam kemiliteran.11
Dibentuknya biro perjuangan ini dilihat dari segi ketahanan nasional
sesungguhnya sangat membantu pemerintah dalam hal ketahan nasional. Sebelum
organisasi kepemudaan dan perjuangan para pemuda dibentuk para pemuda yang
semula terpecah-pecah di dalam kelompok ideologi dan kelompok perjuangan
yang hanya sekedarnya, dapat disatukan dan dikendalikan sehingga dapat dilihat
salah satu contoh nya adalah berdirinya kelaskaran atau organisasi pemuda yaitu
Pasukan Cadangan Ronggolawe hal ini membuat pemerintah memiliki potensi
cadangan yang tangguh dan besar, disamping tentara nasionalnya. Diharapkan
adanya pembagian tugas yang serasi dan harmonis antara Tentara Nasional dan
Pasukan Tjadangan Ronggolawe. Disamping itu, pada awal revolusi akibat dari
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.12
Di Semarang terjadi suatu
pergerakan dari para pemuda untuk mengambil kembali kekuasaan di kantor-
kantor dan jawatan-jawatan yang dipelopori oleh para Pemuda-pemuda di
Semarang, pergakan ini tidak dapat dilepaskan dari Pasukan Cadangan
Ronggolawe hal ini dikarenakan Pasukan Cadangan Ronggolawe telah
10
Pemerintah Kota Kodya Daerah Tingkat II Semarang., Semarang Masa
Lalu, Masa Kini, dan Masa Mendatang. Pemerintah Kotamadya Semarang., 1969.
Hlm. 46. 11
Ibid. Hlm. 15-16. 12
Nugroho Notosusanto, Ed., Op.Cit., Hlm. 83.
65
menyebarkan pamplet-pamplet yang isinya merangsang pergerakan
pengambilalihan kekuasaan tersebut.13
Pergerakan ini sesuai dengan jiwa pemuda
yang tindakanya selalu cepat dan tegas, begitu pamlet-pamlet tersebut tersebar di
kalangan masyarakat, timbullah gerakan yang spontan untuk mengambil alih
kekuasaan di kantor-kantor yang di pelopori oleh Pasukan Tjadangan
Ronggolawe. Dengan lahirnya gerakan tersebut pada tanggal 1 Oktober 1945 telah
banyak kantor-kantor yang jatuh ke tangan pemuda dan Pasukan Tjadangan
Ronggolawe, sedangkan pabrik-pabrik dan perusahan-perusahan dengan spontan
juga banyak yang diambil alih oleh para pegawainya, misalnya: Semarang Insatu
Kezyoo (sebelumnya perusahaan penerbitan dan percetakan GCT Van Dorp & Co
NV (perusahan Listrik/Djawa Denki), perusahaan Eiga Haikyu sya (menjadi
Perserikatan Peredaran Film Indonesia), perusahaan Daikan Sangyo (menjadi
Kantor Urusan Pergudangan), Tyubu Zidosya Kyoku (menjadi Kantor Urusan
Pengangkutan), Syubu Syokuyo Kawi Kyoku (menjadi Kantor Pusat Badan
Pengawasan Bahan Makanan), Pabrik Es dan sebagainya.14
pengambilalihan
perusahan dan pabrik berjalan lancar dengan tertib, dengan pidato penyerahan dan
disaksikan oleh Mr. Wongsonegoro dan dihadiri oleh segenap pegawai, baik dari
bangsa Jepang maunpun Indonesia. Penyerahan dilakukan oleh seorang Jepang
kepada Bambang Soeprapto.15
Diantara berbagai kantor dan perusahaan yang telah berhasil diambil alih,
kantor yang paling penting adalah perusahaan Air dan Jawatan Kereta Api yang
13
Wawancara dengan Ngarapani Sastromuljono, eks Pasukan Ronggolawe
pada tanggal 11 bulan Februari 2016. Pada pukul 12.30 Wib, bertempat di
Semarang Jawa Tengah. 14 Warta Indonesia, Semarang, tanggal 30 September 1945. 15
Bambang Soeprapto, Kisah Pertempuran Lima Hari di Semarang,
Naskah, Hlm. 31-32.
66
pada jaman Jepang diberi nama Rujuku Sokyoku, mengingat kantor tersebut
merupakan keperluan yang pokok untuk kehidupan sehari-hari. Selain kegiatan
pengambilalihan kekuasaan, Pasukan Cadangan Ronggolawe juga bergolak dalam
arus untuk mengganti bendera Jepang Hinomaru dengan Sang Saka Merah Putih.
Usaha ini pun ternyata telah berhasil membakar semangat para pemuda-pemuda di
daerah kota Semarang. hal ini terbukti dengan adanya gerakan-gerakan pemuda
setempat yang mengganti bendera-bendera Jepang diganti dengan bendera Sang
Saka Merah Putih, begitu pun yang terjadi di kantor-kantor telah terjadi peristiwa
pergantian bendera Jepang diganti dengan bendera merah putih, walaupun
tindakan ini mendapat tantangan dari Jepang namun, semangat pemuda tidak
pernah reda, tindakan ini pun meluas ke seluruh kota Semarang. 16
Pada dasarnya Pasukan Cadangan ini harus selalu siap tidak dalam
penugasan-penugasan pribadi tetapi juga dalam penugasan-penugasan kesatuan
tempur (Combat Unit). Dalam tugas kesatuan tempur Pasukan Cadangan
Ronggolawe menggunakan semangat dan suasana yang mengingatkan kembali
pada tahun 1945/1946 di front Semarang Barat (Pertempuran 5 hari dengan
Jepang), dan tahun 1947 di front Ronggolawe-2 (Demak). Perbedaannya
sebelumnya satuan tempur Pasukan Cadangan Ronggolawe bertempur secara
organik melekat pada induknya yaitu Divisi V Ronggolawe, sedangkan sekarang
Pasukan Cadangan adalah Satuan Angkatan Darat di Magelang, yaitu satuan yang
berdiri sendiri. Setelah dibentuk menjadai Pasukan Cadangan Satuan Angkatan
Darat semua anggota Pasukan Cadangan sudah berpangkat Letnan Muda,
beberapa minggu sebelumnya mereka masih bertugas secara individual di daerah
16
Panitia Penyusunan Sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang,
Op.cit., Hlm. 95-96.
67
Pati, sebagai wedana militer, staf teritorial dan sebagainya dan beberapa bulan
sebelumnya mereka masih sekolah di SMA Peralihan Magelang yang aman
tenteram. Sekarang mereka menjadi pasukan tentara yang siap untuk berperang
dan melaksanakan pengamanan sehingga semua berubah suasananya. Pasukan
Cadangan Ronggolawe memang sejak embrio dan lahirnya telah dibesarkan dalam
kondisi lingkungan perjuangan yang relatif aman dan kemudian dididik serta
dilatih untuk perkembangan situasi perang yang mencekam.
Pemerintah Daerah Magelang dan Pasukan Angkatan Darat dari Divisi
Diponegoro sudah jauh hari mempersiapkan rencana-rencana untuk menghadapi
keadaan darurat hal ini adalah salah satu yang di ajarkan dalam pelatihan Pasukan
Cadangan Ronggolawe untuk menghadapi setiap lawannya di medan perang.
Menjelang tahun 1949 atas perintah Gubernur Militer III (Divisi Diponegoro),
Pasukan Cadangan Ronggolawe berfungsi sebagai pasukan pelindung jalur yang
mendekati kota magelang, perintah ini merupakan pembebasan dari keragu-raguan
akan kinerja Pasukan Cadangan Ronggolawe yang selama ini menggantung,
dengan perintah Gubernur ini jelas bahwa Pasukan Cadangan Ronggolawe harus
tinggal di daerah Sumbing,17
daerah yang dekat dengan kota magelang.
Kehidupan Pasukan Cadangan Ronggolawe tidak mudah di gunung
Sumbing yang suhunya dingin, sehingga mereka kerap tidur dikandang kerbau
yang agak hangat, begitupun dengan makanan mereka, beras di daerah ini masih
sulit didapat, sebagian besar Pasukan Cadangan Ronggolawe memakan jagung
17
Gunung Sumbing adalah gunung api yang terdapat di Jawa Tengah,
Indonesia. Berdiri tegak setinggi 3.371 meter di atas permukaan laut, gunung
Sumbing merupakan gunung tertinggi ketiga di Pulau Jawa setelah Gunung
Semeru dan Gunung Slamet. Sumbing berada di daerah Purwojiwo, Kalikajar,
Wonosobo, Jawa Tengah. Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Sumbing.
68
sebagai gantinya beras, serta tidak ada garam, ayam atau kambing, sehingga
mereka biasa memakan sayur dan jagung tanpa ada rasa asin, namun dikarenakan
lapar, semua makanan yang bisa mereka makan terasa enak. Kehidupan Pasukan
Cadangan Ronggolawe berpindah-pindah tempat hal ini dilakukan untuk
penghadangan terhadap konvoi Belanda dan melakukan penyerangan Markas
Belanda di sekitar Wonosobo.
Dengan basis di Marongsari,18
daerah sasaran Pasukan Cadangan
Ronggolawe adalah jalan besar Wonosobo-Banjarnegara, ruas Wonosobo-
Leksono. Selama tiga bulan dijalankan aksi penembakan konvoi antara Belanda
dengan Pasukan Cadangan Ronggolawe di jalan besar Tunggoro-Wonosobo
dengan tempat-tempat penghadangan sawangan, leksono, krasak, dan selomerto.
Beberapa kali Pasukan ke dalam kota Wonosobo pada malam hari dan sekali
untuk menyerang Asrama Alegemene Politie (Polisi Umum daerah) namun gagal,
hal ini dikarenakan kurangnya anggota Pasukan dalam melawan polisi umum
daerah serta persenjataan yang kurang memadai. Pada masa ini hubungan dengan
pasukan lain dalam sektor Reserve, divisi IV TNI di Jawa Tengah semakin
akbrab. Semua aksi yang dijalankan di jalan raya saat itu dilakukan dengan
formasi yang sama. Markas pertama ditempati Pasukan Cadangan Ronggolawe
dan Markas kedua ditempati Kompi Kapten Gatot Suwagio19
(kemudian hari
dikenal sebagai Ketua Umum KONI) dengan mitraliur berat dari satuan Peltu
Husein Senaprawira (kemudian hari menjadi Wagub Jabar).
18
Marongsari adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Sapuran,
kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia.https://id.wikipedia.org/wiki
Marongsari. (diakses pada tanggal 24 April 2016 pukul 20.26) 19
Gatot Suwagio, adalah tokoh perjuangan militer Indonesia dalam
merebut kemerdekaan Ia dimakamkan di Ungaran, kabupaten Semarang. http/
Wikipedia.org.//Gatot Suwagio.(diakses pada tanggal 24 April 2016 pikul 20.35)
69
B. Peranan Pasukan Cadangan Ronggolawe Dalam Penumpasan Partai
Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948.
Kemerdekaan Tanah Air sudah dinyatakan pada tanggal 17 Agustus 1945,
namun serbuan tentara Belanda ke wilayah RI baru dihentikan pada tanggal 4
Agustus 1947, atas perintah Pemerintah Belanda di Nederland. Sesuai dengan
keputusan Dewan Keamanan PBB pada tanggal 1 Nopember 1947, Pemerintah RI
dengan Pemenrintah Belanda mengadakan perundingan kembali dari tanggal 8
Desember 1947 sampai dengan tanggal 17 Januari 1948 di atas kapal Angkatan
Laut Amerika, USS Renville, dan disaksikan anggota Komisi Tiga Negara (KTN)
dari Australia, Belgia, dan Amerika, hal ini membahas pasukan-pasukan RI harus
ditarik dari batas wilayah yang sudah ditentukan dalam perjanjian, di pulau Jawa
pemerintah Indonesia menguasai sepertiga dari luasnya pulau Jawa, sedangkan
luas pulau Jawa sisanya diduduki oleh Belanda, dengan demikian membuat
Pemerintah RI harus menampung orang-orang Republik dan tentara Indonesia
berserta keluarganya yang hijrah dari daerah yang diduduki oleh Belanda, hai ini
membuat keadaan perekonomian dan keuangan negara menurun, sehingga beban
perjuangan RI semakin berat pada tahun tersebut, untuk mengatasi masalah
perekonomian negara yang sedang menurun, pada bulan Februari 1948
pemerintah mecanangkan program Reorganisasi dan Rasionalisasi (RERA). Rera
ini dimaksudkan agar pendapatan dan pembelanjaan negara menjadi stabil.
Persetujuan perundingan yang terjadi kapal Renville antara Pemerintah RI
dengan Pemerintah Belanda, inilah yang menjadi salah satu penyebab bertambah
bebannya perjuangan RI semakin berat, dikarenakan wilayah Republik Indonesia
menjadi semakin sempit serta padat pengungsi, sehingga keamanan dan
70
kesejahteraan penduduk tidak dapat terjamin. Sedangkan program pemerintah,
khususnya tentang reorganisasi dan rasionalisasi (RERA) lebih ditujukan kepada
kekuatan pertahanan, mengakibatkan bertambahnya kegelisahan di kalangan
tentara dan laskar perjuangan. Di samping itu, ketegangan yang terus menerus
antara Indonesia dan Belanda yang tak kunjung berakhir semakin menambah
keruhnya suasana, dikarenakan Belanda menginginkan Indonesia masuk dalam
jajahannya kembali. Situasi dan kondisi semacam ini dimanfaatkan oleh kekuatan-
kekuatan sosial politik RI terutama yang tergabung dalam sayap kiri, yang
tergabung dalam sayap kiri yaitu, PKI (Partai Komunis Indonesia), Partai Sosialis,
Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), Barisan Tani Indonesia
(BTI), Laskar Rakyat Indonesia dan Gerakan Rakyat Indonesia.
Komunisme di Indonesia diwakili oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pada dasarnya, gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tidak berbeda dengan
berbagai kegiatan organisasi komunis di negara-negara komunis lainnya. Partai
Komunis Indonesia (PKI) merupakan sebuah organisasi yang memiliki ideologi
komunis pertama yang berdiri di Asia.20
Pengaruhnya di dalam masyarakat
lapisan bawah pun cukup besar, terutama karena propaganda PKI yang bergerak
untuk memperjuangkan kepentingan rakyat lapisan paling bawah, yakni petani.
Gerakan yang dilakukan PKI merupakan rangkaian dari kegiatan Komunis
internasional yang dipimpin Uni Soviet.21
20
Suratmin, Kronik Peristiwa Madiun PKI 1948, (Yogyakarta : Mata Padi
Presindo, 2012), hlm 2. 21
Ibid.
71
PKI dalam menjalankan sistem komunis yang berorientasi internasional,
PKI berkiblat ke Moscow, yang menyebabkan PKI menyesuaikan strategi yang
diterapkan di Indonesia dengan merujuk pada gerakan partai komunis di Uni
Soviet. Hal tersebut terlihat ketika soviet menerapkan garis Dimitrov22
yang
mengubah strategi dari keras ke lunak yang diikuti oleh PKI di Indonesia dengan
berkerjasama dengan kelompok borjuis nasional bahkan dengan Belanda.
Muso,23
yaitu tokoh PKI terkemuka yang sejak pergerakan nasional telah
bertahun-tahun bermukim di luar negeri, khususnya di Moskow dan kembali ke
Indonesia pada awal tahun 1948 dengan kembalinya kedatangannya, sayap kiri
bergabung dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) pimpinan Amir Sjarifoeddin
Harahap24
, serta semakin keras meningkatkan oposisinya terhadap pemerintah
Republik Indonesia.25
22
Pada Agustus 1935, Georgi Dimitrov, sekjend Komintern (komunis
internasional) yang baru, mengajukan taktik baru bagi gerakan komunis. Garis
Dimitrov menghendaki sebuah front persatuan yang luas dalam melawan
kebangkitan fasisme. Sebagai konsekuensinya, garis Dimitrov tersebut
memungkinkan kaum komunis bekerjasama dengan partai-partai dan
pemerintahan borjuis dalam melawan fasisme. www.berdikarionline.com (diakses
tanggal 17 Mei 2016 pukul 07:20). 23
Musso atau Paul Mussotte bernama lengkap Muso Manowar, lahir di
Kediri, Jawa Timur pada tahun 1897 dan meninggal pada tanggal 31 Oktober
1948 di Madiun, Jawa Timur. Muso adalah seorang tokoh komunis Indonesia
yang memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) pada era 1920-an dan
dilanjutkan pada Pemberontakan Madiun 1948. Beliau adalah pemimpin PKI yang
membuat rencana untuk menghidupkan kembali partai ini pada tahun 1926,
dimana dia menerima perintah langsung dari Moskow untuk melakukan
pemberontakan kepada penjajah Belanda. www.wikipedia.org/Musso Manowar. 24Amir Sjarifoeddin Harahap, lahir di Medan, Sumatera Utara, 27 April
1907 dan meninggal di Surakarta, Jawa Tengah, 19 Desember 1948 pada umur 41
tahun, beliau adalah seorang politikus sosialis dan salah satu pemimpin terawal
Republik Indonesia. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri ketika Revolusi
Nasional Indonesia sedang berlangsung. Beliau berasal dari keluarga Batak
Muslim, Amir menjadi pemimpin sayap kiri terdepan pada masa Revolusi. Pada
tahun 1948, ia dieksekusi mati oleh pemerintah karena terlibat dalam
72
Pada tanggal 22 Agustua 1948 di Madiun, Muso menuntut agar
pemerintah menghentikan perundingan-perundingan dengan Belanda. Ia ingin
mengadakan pertukaran diplomatik dengan Rusia dan kursi kabinet diserahkan
kepada mereka (FDR). Dikarenakan hal tersebut pemerintah RI menghadapi
keadaan yang kritis yang ditimbulkan oleh pemberontakan PKI Muso di Madiun,
hal itu membuat pada tanggal 19 September 1948 pukul 20.00 melalui RRI
Yogyakarta, Presiden RI memaklumkan bahwa Negara Republik Indonesia dalam
keadaan bahaya serta rakyat diminta untuk memilih antara “Muso dengan PKInya
atau Soekarno-Hatta”.26
Kelompok-kelompok sayap kiri mendapat dukungan penuh dari kekuatan-
kekuatan pasukan yang tergabung dalam Biro Perjuanagan, yang kemudian
menjadi TNI Masyarakat (disebut TNI Masyarakat dikarenakan TNI yang
tergabung dalam kelompok sayap kiri sangat melindungi masyarakat terutama
para petani), PKI mengadakan coup untuk menjatuhkan Pemerintah RI. Dengan
langkah awal perkembangan coup ini dimulai dengan berbagai cara dan usaha,
usaha yang menjadi utama adalah dengan memperuncing hubungan antara
kedudukan pasukan-pasukan yang hijrah, khususnya Pasukan Siliwangi, dengan
pemberontakan komunis. https://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Sjarifoeddin (diakses
tanggal 17 Mei 2016 pukul 08.35). 25
Saleh as’ad Djamhari dkk, 2009, Komunisme Di Indonesia Jilid I
“Perkembangan Gerakan Dan Pengkhianatan Komunisme di Indonesia (1913-
1948)”, (Jakarta : Pusjarah TNI), hlm 23-25. 26
Imam Soedjono, Yang Berlawanan Membongkar Tabir Pemalsuan
Sejarah PKI, (Yogyakarta : Resist Book, 2006), Hlm 268.
73
Pasukan TNI Masyarakat atau pasukan-pasukan yang bersimpati dengan para
anggota kelompok sayap kiri tersebut.27
Daerah pemberontakan PKI ternyata cukup luas, selain daerah Madiun,
Solo, Semarang dan Pati, mereka juga mencoba merembas daerah Jogjakarta,
kedu dan Banyumas. Tetapi pada ketiga daerah terakhir kekuatan mereka sudah di
patahkan dengan adanya pasukan-pasukan tergabung dari para pemuda pelajar
guru serta warga yaitu, Pasukan Tjadangan Ronggolawe yang memang harus
selalu siap dalam setiap saat, selain hal tersebut disisi lain terjadi perebutan
kekuasaan di Karesidenan Pati terjadi pada 26 September 1948 yang di pimpin
oleh Sumardjo28
serta di dukung oleh laskar-laskar serta biro perjuangan
kelompok ini melakukan penangkapan orang-orang yang setia terhadap
Pemerintah RI, baik dari unsur militer, pegawai negeri, maupun sosial politik
rakyat semua di tangkap dengan persamaan alasan.
Disisi lain dengan adanya perebutan di Karesidenan Pati, komando
Brigade Ronggolawe yang bermarkas di Cepu, dengan Batalyon 15 pimpinan
Mayor Chis Sudono29
segera mengadakan pembersihan di dalam kota cepu dan
menangkap pimpinan-pimpinan PKI bersama anggota-anggotanya. Namun
rencana penangkapan dan pembersihan kota Pati dari serangan anggota Sumardjo
27
Lud, Muhammad, dkk. Kisah Perjuangan Tentara Pelajar dalam
Perang Kemerdekaan Republik Indonesia. Jakarta: Sekretariat Ex. Tentara
Pelajar. Tanpa Tahun. 28
Sumardjo, lahir pada tanggal 4 April 1925, melanjutkan kariernya di
Angkatan Darat, pada tahun 1940 dikirim keluar negeri untuk mengikuti pelatihan
Angkatan Darat mewakili Angkatan Darat Indonesia serta mengikuti Sekolah
Infantri dan Arteri. http//Wikipedia.org.//Sumardjo. (diakses pada tanggal 19 Mei
2016 pukul 10.30) 29
Chis Sudono, Lahir 11 Desember 1925 di Kendal, ia melanjutkan karier
militer di Angkatan Darat. Dididik menjadi perwira ahli oleh Akademi Teknik
Arteri Pertahanan Udara di Leningrad Rusia (1940-1945). http//Wikipedia.org.//
Chis Sudono. (diakses pada tanggal 19 Mei 2016 pukul 11.00)
74
ternyata mendapat hambatan, pada tanggal 27 September 1948 Laskar Minyak
yaitu laskar yang terdiri dari buruh-buruh minyak yang berpihak kepada PKI
menyerang Pasukan Ronggolawe, hal ini membuat Pasukan Ronggolawe terpukul
mundur dikarenakan kurangnya anggota personil Pasukan Ronggolawe yang
bermarkas di Cepu bila dibandingkan dengan personil laskar minyak yang
berpihak pada PKI, bukan hanya dari personil Laskar Minyak dilengkapi dengan
persenjataan serta dukungan dari pihak yang tidak setia terhadap Pemerintah RI
sehingga membuat perebutan Keresidenan Pati tidak berjalan dengan lancar
dikarenakan banyaknya dukungan terhadap anggota PKI dari berbagai pihak.
Sementara itu Pasukan Ronggolawe mendapat bantuan dari Pasukan Siliwangi
Brigade 1/Siliwangi pimpinan Letkol Kusno Utomo dan pada akhirnya Cepu
dapat di kuasai sepenuhnya oleh Pasukan Ronggolawe dan Pasukan Siliwangi
pada tanggal 8 Oktober 1948, dalam pertempuran ini banyak anggota Pasukan
Ronggolawe tewas tertembak, hal ini dikarenakan minimnya perlengkapan
persenjataan serta baju anti peluru yang masih sangat minim pada Pasukan
Ronggolawe di daerah Cepu.30
Dalam menanggulangi pemberontokan PKI didaerah Pati dan sekitarnya,
Gubernur Militer II Kolonel Gatot Subroto mengerahkan pasukan-pasukan
Siliwangi, untuk membantu pasukan-pasukan teritorial setempat, seperti Batalyon
Cris Sudono Brigade Ronggolawe, yang menghadapi pasukan-pasukan daerah
yang memihak kepada PKI. Pasukan Siliwangi yang dikerahkan di daerah Pati
adalah Brigade 1/Siliwangi pimpinan Letkol Kusno Utomo dengan dua
batalyonnya: yaitu batalyon Kemal Idris dan Batalyon Kosasih. Hal ini dikarena
30
Mestiko, M. Soenarsono. Prolog Perang Kemerdekaan 1945-1949,
Manuskrip. Hlm. 69-71.
75
Pasukan Siliwangi bergerak cepat dalam membebaskann kota-kota yang di kuasai
oleh PKI, seperti kota-kota Purwodadi, Gambringan, Gundih, Wirosari,
Randublatung, Cepu dan Blora, karena gerakan mereka cepat dalam pembebasan
kota-kota sehingga diutus untuk membantu Pasukan Cadangan Ronggolawe
dalam menghadapi kota-kota yang dikuasai oleh PKI.
Kepala Staf Angkatan Darat Bapak Kolonel Djatikusumo, bekas Panglima
Divisi V/Ronggolawe, segera memanggil pasukan Cadangan Ronggolawe dan
diperintahkan untuk menuju ke Purwodadi dan daerah Pati. Dalam tugas ini
Pasukan Cadangan Ronggolawe diberikan tugas ganda dan luas, yaitu31
:
1. Diperbantukan kepada pasukan Siliwangi (Brigade Kusno Utomo) untuk
melindungi rakyat-rakyat serta keamanan daerah yang ditugaskan.
2. Diperbantukan kepada Komando Teritorial untuk fungsi-fungsi pemulihan
pemerintahan dan pembinaan teritorial, yang meliputi tugas kegiatan
operasi intelijen, serta operasi teritorial dalam melaksanakan pembebasan
daerah yang ditugaskan.
C. Pasukan Cadangan Ronggolawe di Kabupaten Kudus-Jepara
Pasukan Cadangan Ronggolawe yang dipimpin oleh Batalyon Kosasih
bergerak menuju Kudus, dengan tujuan untuk merebut kembali daerah Kudus
yang dikuasai oleh PKI dengan bantuan dari Kompi Brimob yang dipimpin oleh
Bambang Suprapto32
dalam perebutan daerah ini Pasukan Cadangan Ronggolawe
ditugaskan sebagai Opsir Penghubung, yakni menghubungkan antara masyarakat,
31
Ibid. Hlm. 72-75. 32
Bambang Suprapto, lahir 21 September 1926. Pada waktu Pasukan
Cadangan Ronggolawe resmi dibentuk tahun 1947, ia diangkat menjadi wakil
Komandan, setelah tahun 1950 meniti karier di kesejahteraan Zeni Angkatan
darat.http//wikipedia.org/Suprapto-bambang (diakses pada 25 April 2016 pukul
01.03)
76
serta pemerintah daerah, dengan Siliwangi sebagai tentara pendudukan yaitu
tentara yang mengambil alih kekuasaan dari tangan PKI di daerah Jepara.
Tindakan yang pertama dilakukan yaitu membebaskan orang/pemuka daerah
Kudus yang ditawan oleh PKI. Pada tanggal 19 Nopember 1948 Pasukan
Ronggolawe berhasil menangkap anggota PKI yang berada di Kudus dan
membebaskan tawanan yang ditahan oleh PKI setelah membebaskan tawanan
Pasukan berserta Batalyon Kosasih bergerak menuju Jepara bagian pegunungan.
Didaerah pegunungan ini tepatnya digunung Muria terdapat kelompok PKI yang
bersembunyi, dengan mudah dan cepat daerah barat Gunung Muria dapat dikuasai
kembali oleh Pasukan Ronggolawe, dikarenakan sudah semakin sedikitnya
personil PKI di daerah Jepara serta tidak begitu banyak tawanan yang di tahan
oleh anggota PKI di daerah pegunungan tersebut. Pasukan Cadangan Ronggolawe
berhasil mewanan sejumlah anggota PKI yang kemudian satu per satu diadili
secara militer oleh Ali Said33
Dari penjelasan-penjelasan di atas Pasukan Cadangan Ronggolawe
mendapat kesan bahwa kemampuan inovasi dan kreasi dari masing-masing
anggota Pasukan Cadangan Ronggolawe yang ditempatkan di suatu daerah harus
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di setiap masing-masing daerah
penugasannya sebagai Tentara Pelajar. Anggota Pasukan Ronggolawe
menganalisis tugas di setiap masing-masing daerah sebagai adalah sebagai
berikut:
33
Ali Sahid lahir 10 April 1914 di Rembang. Setelah tamat AMS pada
tahun 1935 di Yogya ia menjadi guru di Rembang. Pada masa pendudukan
Jepang, ia berpindah ke Semarang dan menajadi guru di SMT Bojong Semarang.
ia masuk Anggota Ronggolawe dan meniti karier di jajaran AURI pada tahun
1950.
77
1. Mengadakan patroli-patroli pembersihan desa-desa yang termasuk wilayah
kawedanan masing-masing untuk mencari orang-orang yang terlibat dalam
gerakan PKI, mencari senjata-senjata yang disimpan dan disembunyikan
PKI, memelihara keamanan wilayah kawedanan masing-masing daerah.
2. Mengintrogasi orang-orang yang terlibat gerakan PKI dan meneliti
laporan-laporan yang masuk dari masyarakat kepada kawedanan tempat
mereka bertugas.
3. Mengembalikan hak milik rakyat yang dikuasai dan di ambil oleh PKI.
4. Mengembalikan ketenangan masyarakat dengan memberikan penjelasan-
penjelasan kepada rakyat tentang keadaan keamanan di daerah yang telah
dikuasai kembali oleh Pemerintah RI.
5. Memberi masukan agar masyarakat tetap melaksanakan tugasnya masing-
masing agar roda perekonomian pulih kembali.34
Pada tanggal 27 Nopember 1948, Pasukan Cadangan Ronggolawe berhasil
menangkap 7 orang pimpinan PKI yang berhasil melarikan diri keluar daerah Pati,
yaitu: Djoko Suyono, Maruto Darusman, Sardjono, Sayogo, dan tiga orang
lainnya yang identitasnya tidak diketahui, yang kemudian diserahkan kepada
Batalyon Kosasih, sementara di tahan oleh Batalyon Kosasih dan dibawa ke
daerah Kudus untuk di hukum. Pelaksanaan hukuman bagi para anggota PKI
dilaksanakan pada akhir bulan Nopember 1948 di alun-alun Kudus, dihadapan
34
Wawancara dengan Bapak Slamet Danusudirdjo dan Bapak Sudjadi,
mantan eks Pasukan Ronggolawe yang dulu ditempatkan di daerah Pati, pada
tanggal 11 bulan Februari 2016. Pada pukul 14.00 Wib, bertempat di Semarang
Jawa Tengah.
78
regu tembak.35
Sesudah penumpasan PKI bulan November 1948 dengan kejadian
itu ditariknya kesatuan Divisi Siliwangi ke daerah Jawa Barat. Hal tersebut
menimbulkan daerah Pati menjadi kosong dalam bidang militer dikarenakan
belum ada pengganti dari Batalyon Kemal Idris dan Batalyon Kosasih. Untuk
mengisi kekosongan tersebut Gubernur Militer/Panglima Divisi II Gatot Suebroto
menugaskan Brigade Soenarto sebagai penganti untuk menjaga keamanan daerah
Pati. Hal ini dikarenakan banyak pejabat, baik wedana, camat, dan lurah yang
telah dibunuh oleh PKI, oleh sebab itu menjadi masalah utama dalam masa
kosong ini dikarenakan banyaknya ketimpangan dalam pelaksaan pemerintahan di
Karesidenan Pati, baik pemerintah militer maupun sipil.
Para anggota Pasukan Cadangan Ronggolawe yang belum tamat SMA
setelah tugas penumpasan PKI selesai di daerah Pati, segera dikembalikan ke
daerah asal untuk melanjutkan sekolah, selanjutkan tugas pemulihan pemerintahan
dan aparaturnya di daerah Karesidenan Pati dilakukan oleh anggota Pasukan
Cadangan Ronggolawe yang lebih senior, dengan tugas pokoknya adalah
mempertahankan wilayah Pati sebagai bagian dari wilayah RI. Pasukan Cadangan
Ronggolawe sewaktu mendapat tugas di daerah Pati, anggota Pasukan Cadangan
Ronggolawe semuanya telah berpangkat Sersan I, dan perlengkapan anggota
Pasukan Cadangan masing-masing hanyalah terdiri dari klewang marsose beserta
ransel beserta pelatan untuk keperluan pribadi dan hanya beberapa orang yang
membawa pistol pribadi masing-masing. Pada bulan Oktober 1948, yaitu sewaktu
masih bertugas di daerah karesidenan Pati, anggota Pasukan Cadangan yang
berpangkat Sersan I telah dinaikkan pangkatnya menjadi Letnan muda, yaitu pada
35
Sutrisno Kutoyo, Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 Jawa
Tengah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979. Hlm. 80.
79
pertengahan Nopember 1948. Semua Pasukan Cadangan Ronggolawe dilakukan
penarikan secara berangsur-angsur untuk dipulangkan dan meneruskan sekolah
mereka yang sempat tertunda. Pada tanggal 18 Oktober 1949 Pasukan Cadangan
Ronggolawe resmi kembali ke Semarang, begitu juga dengan pasukan TNI
lainnya, secara berangsur-angsur masuk ke dalam kota. Tampaknya
sepulangannya Pasukan Cadangan Ronggolawe keputusan Jenderal Djatikusumo
yaitu, meminta agar anggota Pasukan Cadangan Ronggolawe eks SOC untuk
menggabungkan diri ke unit Angkatan Darat, sedangkat mereka yang berasal dari
peajar non-SOC disalurkan ke staff Brigade daerah Semarang.
Pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Negeri Belanda pada 27
Desember 1949, merupakan suatu tonggak dalam perjalanan hidup bangsa
Indonesia. Suatu tahap perjalanan yang panjang, sejak Proklamasi 17 Agustus
1945 sampai pada pengakuan kedaulatan RI 21 Desember 1949, empat tahun lima
bulan, dalam mengantar bangsa ke pintu gerbang kemerdekaan. Sekelompok
pelajar Semarang yang semula tidak terbentuk dan dalam proses panjang akhirnya
terwujud sebagai Pasukan Cadangan Ronggolawe, turut melibatkan diri dan
menyumbangkan darma baktinya yang kecil dalam upaya mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia.36
Dalam perjalanan Pasukan Cadangan
Ronggolawe telah banyak berguguran teman-teman seperjuangan, baik sewaktu
pertempuran lima hari, sewaktu front Semarang, dan sebagai amggota Pasukan
Cadangan Ronggolawe. Mereka telah ikut dalam mengantar bangsanya, namun
tidak turut ikut memasuki pintu gerbang kemerdekaan dan kedaulatan RI sampai
36
Panitia Penyusunan Sejarah Pertempuran Lima Hari Di Semarang,
Sejarah Pertempuran di Kota Semarang. Suara Merdeka, Semarang, 1977. Hlm.
69-78.
80
tahun 1949. Anggota Pasukan Cadangan Ronggolawe yang gugur dalam tugasnya
dan merupakan tahun terakhir perjuangan bersenjata adalah:
Nama Anggota Pasukan Cadangan Ronggolawe yang berhasil di temukan jasad
serta di kebumikan dengan layak37
Nama dan Umur Keterangan
1. Sukandar, 21 tahun Sukandar atau biasa dipanggil Kandar, adalah
orang yang penggembira dan sederhada. Cita-cita
Sukandar adalah mengabdi dan menjadi tentara
yang baik. Kandar gugur dan di makamkan di
TMP Cepu 1948.
2. Hadi Tjahjono, 23 tahun Hadi Tjahjono gugur dalam usia 23 tahun, pada
bualan Januari 1949, sewaktu ia disergap dan
ditembak mati oleh pasukan Belanda di
kecamataan Puncakwangi, kabupaten Pati.
3. Soewarsono, 21 tahun Suwarsono ia gugur pada usia 21 tahun, pada
bulan Januari 1949 di kecamatan Tambakromo,
kabupaten Pati, dan di makamkan di Taman
Makam Pahlawan Pati.
4. Kisbandari, 20 tahun Kisbandari, ia tertembak sewaktu pertempuran
dengan patroli Anjing di Pati, pada bulan Januari
1949. Jenazah
5. Waluyo, 20 tahun Waluyo gugur pada usia 20 tahun pada bulan
Januari 1949, ia di tembak mati oleh pasukan
37
Hasil wawancara dengan Lilik Bambang Soeprapto, pada tanggal 11
bulan Februari 2016. Pada pukul 16.00 Wib, bertempat di Semarang Jawa Tengah.
81
Belanda pada saat tertangkap di pinggiran kali
kota Pati.
6. Harsono, 20 tahun Harsono ia gugur pada usia 20 tahun pada bulan
Juli 1949, ia di tempak pada saat patroli Anjing di
kota Pati, dan dimakamkan di Taman Pahlawan
Pati.
Sumber: Dokumen pribadi Lilik Bambang Soeprapto pada tanggal 11 bulan
Februari 2016. Pada pukul 16.00 Wib, bertempat di Semarang Jawa Tengah.
Gencatan senjata bulan Agustus 1949 membuat perang antara RI melawan
Belanda berakhir, hal ini adalah isyarat bagi para pelajar untuk mengganti senjata
api yang telah mereka gunakan dalam mempertahankan kemerdekaan dengan
senjata ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam melanjutkan perjuangan dalam
mengisi kemerdekaan. Hampir semua pelajar sewaktu mempertahankan
kemerdekaan mereka ikut berjuang dan bersenjata, bagi para pelajar hal ini hanya
sampai Indonesia benar-benar merdeka dari tangan penjajah, mereka tidak berniat
menjadi tentara untuk selamanya dan mereka berniat meneruskan menjadi pelajar
untuk mengejar pelajaran yang telah mereka tinggalkan sewaktu ikut berperang.
Bagi anggota Pasukan Cadangan Ronggolawe, masalah perang-sekolah-perang-
sekolah selama ini memang sudah berulang kali mereka alami, dan akhirnya
mereka hanya sekolah dan tidak akan perang lagi.38
Kelompok Anggota Pasukan
Cadangan Ronggolawe menamatkan pendidikannya pada bulan Januari 1950 dan
dalam bulan Maret 1950 di Jakarta mereka dilantik sebagai Letnan Dua. Masing-
38
Soegondo, D.J.A., Naskah “Sejarah TNI Periode II Karesidenan
Semarang-Pati 1947-1949. Kodam VII Diponegoro Resimen Infantri 14 .
Sedjarah Militer., t. th.
82
masing setelah diangkat letnan dua, mereka langsung mendapat penugasannya dan
tersebar diberbagai daerah di pulau Jawa. Ada yang ditempatkan di polisi militer,
ada yang di genie, perhubungan, infantri dan bidang persenjataan lainnya. Semua
Anggota Cadangan Ronggolawe dapat menyelesaikan pendidikan pada
pertengahan tahun 1951, ada yang memilih melanjutkan keperguruan tinggi dalam
berbagai disiplin ilmu, baik dalam negeri maupun luar negeri. Dengan demikian
maka Pasukan Cadangan Ronggolawe beresta segala atributnya mulai tahun 1951
keberadaannya sebagai satuan pemuda bersenjata sudah tidak ada lagi.