BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB...

18
59 BAB IV GUNUNG MUTIS DALAM IMAJINASI MASYARAKAT MOLLO DAN PENGARUHNYA DALAM PERILAKU MASYARAKAT Dalam bab ini, penulis akan membahas secara mendalam imajinasi masyarakat Mollo Tentang mitos Gunung Mutis dengan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab II serta data yang di dapatkan di lapangan yang telah di uraikan di bab IIImakapada bagian ini penulis akan membahas pengaruh mitos dan sejarah mengenai Gunung Mutis yang berkembang dalam masyarakat Mollo yang membentuk pola pikir serta perilaku kehidupan mereka. 4.1 Imajinasi Mayarakat Mollo Tentang Gunung Mutis Bertolakdari mitologi yang ada dalam masyarakat Mollo mengenai kedatangan nenek moyang mereka ke Gunung Mutis sehingga menjadi Gunung Mutis menjadi Gunung yang suci maka dapat dilihat bahwa mitos itu mempengaruhi pola pikir masyarakat Mollo sehingga mereka mempunyai imajinasi mengenai Gunung mutis. Menurut Tedjoworo imajinasi adalah daya untuk membentuk gambaran dari hasil indranya, imajinasi terkait dengan kemampuan pikiran seseorang untuk merasakan pengalaman estetik. 1 Masyarakat Mollo sendiri bertolak dari setiap mitos dan cerita yang berkembang dalam budaya masyarakat mereka tentang Gunung Mutis maka mereka mempunyai daya dalam menciptakan sebuah objek dari kenyataan dari apa yang mereka dengarkan dan yang mereka saksikan, mereka mempunyai gambaran bahwa Gunung Mutis adalah sebuah tempat yang suci tempat Uis Neno berada dan juga tempat roh leluhur mereka tinggal, Mutis bagi masyarakat Mollo diibaratkan sorang ibu yang sedang menyusui, Selain itu, masyarakat Mollo juga mempunyai filosofi yang kuat bahwa tanah melambangkan daging mereka, air 1 H. Tedjoworo, imaji dan imajinasi, (Yogyakarta: Penerbit Kanisisu, 2001), 21

Transcript of BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB...

Page 1: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

59

BAB IV

GUNUNG MUTIS DALAM IMAJINASI MASYARAKAT MOLLO DAN

PENGARUHNYA DALAM PERILAKU MASYARAKAT

Dalam bab ini, penulis akan membahas secara mendalam imajinasi masyarakat Mollo

Tentang mitos Gunung Mutis dengan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab II serta data

yang di dapatkan di lapangan yang telah di uraikan di bab IIImakapada bagian ini penulis

akan membahas pengaruh mitos dan sejarah mengenai Gunung Mutis yang berkembang

dalam masyarakat Mollo yang membentuk pola pikir serta perilaku kehidupan mereka.

4.1 Imajinasi Mayarakat Mollo Tentang Gunung Mutis

Bertolakdari mitologi yang ada dalam masyarakat Mollo mengenai kedatangan nenek

moyang mereka ke Gunung Mutis sehingga menjadi Gunung Mutis menjadi Gunung yang

suci maka dapat dilihat bahwa mitos itu mempengaruhi pola pikir masyarakat Mollo sehingga

mereka mempunyai imajinasi mengenai Gunung mutis. Menurut Tedjoworo imajinasi adalah

daya untuk membentuk gambaran dari hasil indranya, imajinasi terkait dengan kemampuan

pikiran seseorang untuk merasakan pengalaman estetik.1

Masyarakat Mollo sendiri bertolak dari setiap mitos dan cerita yang berkembang dalam

budaya masyarakat mereka tentang Gunung Mutis maka mereka mempunyai daya dalam

menciptakan sebuah objek dari kenyataan dari apa yang mereka dengarkan dan yang mereka

saksikan, mereka mempunyai gambaran bahwa Gunung Mutis adalah sebuah tempat yang

suci tempat Uis Neno berada dan juga tempat roh leluhur mereka tinggal, Mutis bagi

masyarakat Mollo diibaratkan sorang ibu yang sedang menyusui, Selain itu, masyarakat

Mollo juga mempunyai filosofi yang kuat bahwa tanah melambangkan daging mereka, air

1 H. Tedjoworo, imaji dan imajinasi, (Yogyakarta: Penerbit Kanisisu, 2001), 21

Page 2: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

60

sebagai darah, batu sebagai tulang, dan pohon sebagai rambut mereka. Hal ini menunjukkan

bahwa alam Gunung Mutis merupakan bagian dari diri manusia sehingga perlu dijaga.

Pandangan dan kepercayaan masyarakat Mollo menjadikan Gunung Mutis dan hutan Gunung

Mutis sebagai tempat sakral dan sangat dilindungi, namun juga merupakan tempat untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka karena darinya masyarakat Mollo dan sebagian besar

masyarakat daratan Timor mendapatkan kehidupan yaitu sumber air dan hasil bumi. Bagi

mereka Mutis adalah sebuah tempat yang sangat indah dimana mereka berasal dan nantinya

ketika mereka meninggal mereka juga akan kembali ke Gunung Mutis bersama dengan

leluhur mereka. Dari hasil analisa terhadap temuan di lapangan maka penulis mendapatkan

beberapa pokok imajinasi dalam masyarakat Mollo.

4.1.1 Mutis Sebagai Tempat Lahir Kanaf-Kanaf (Marga)

Mutis dalam imajinasi masyarakat Mollo berfungsi sebagai tempat lahir kanaf-

kanaf (marga). Pada awalnya nenek moyang datang ke wilayah Gunung Mutis mereka

belum mempunyai marga, namun dalam perjalanan ke atas Gunung Mutis dan di atas

Gunung Mutis barulah mereka menemukan marga-marga mereka lewat setiap perilaku

hidup yang mereka lakukan. Oleh karena itu mereka mempunyai tugas dalam struktur

masyarakat sesuai dengan marga-marga tersebut. Dalam arti itu Mutis dalam imajinasi

orang Timor seperti taman Eden oleh karena awalnya manusia pertama yaitu Adam

ditempatkan di taman Eden dan ia mendapatkan nama di sana, setelah itu ia

memberikan nama kepada Hawa setelah itudia pun memberikan nama kepada tumbuh-

tumuhan dan hewan. Dari setiap marga yang mereka dapat dari di Gunung Mutis maka

mereka menjadikan Gunung Mutis sebagai tampat yang sangat sakral oleh karena di

sana banyak tempat-tempat suci mereka, misalnya lubang-lubang angin yang dianggap

Page 3: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

61

sakral oleh marga Anin oleh karena dari sana muncul marga mereka artinya Angin.

Tempat itu menjadi tempat yang disakralkan oleh marga Anin.

Masyarakat Mollo juga menganggap demikian oleh karena dari gunung tersebut

terdapat mata air besar yang mengairi sebagin besar pulau Timor, seperti tiga sungai

yang mengalir di dalam taman Eden, juga Gunung Mutis mempunyai keindahan alam

yang sangat luar biasa dan di Mutis menyediakan segala keperluan yang mereka

butuhkan, dan di dalam wilayah Mutis juga terdapat pantangan-pantangan yang harus

ditaati, sehingga Mutis layaknya taman Eden.

4.1.2 Mutis Sebagai Tangga ke Sorga

Mutis di ibaratkan sebagai tangga ke sorga oleh karena Gunung Mutis merupakan

puncak tertinggi di pulau Timor dan semua pandangan tertuju pada puncak tertinggi

tersebut seperti awalnya kedatangan nenek moyang masyarakat Timor yang dating ke

Gunung Mutis karena pandangan mereka tertuju pada puncak tertinggi tersebut, Mutis

dianggap tangga ke sorga karena menghubungkan masyarakat Timor dengan UisNeno,

penguasa tertinggi masyarakat Timor. Dari kenyataan tersebut maka masyarakat Mollo

mempunyai imajinasi bahwa Gunung Mutis merupakan tangga menuju kesorga yang

menyimpan begitu banyak kekayaan, kelimpahan dan kemakmuran.

4.1.3 Mutis Sebagai Dapur Atau Gudang

Mutis sebagai dapur atau gudang oleh karena Gunung Mutis telah menyediakn

segala sesuatu yang menjadi keperluan masyarakat Mollo. Gunung Mutis serta Hutan

Gunung Mutis sangat kaya dengan sumberdaya alamnya, Gunung Mutis menyediakan

segala kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk masyarakat. Misalnya kebutuhan

pangan, Gunung Mutis mengalirakan air yang memberikan kehidupan pada masyarakat

Page 4: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

62

Mollo dan juga sebagian besar masyarakat Timor, baik manusia hewan dan tumbuh-

tumbuhan. Dari Gunung Mutis masyarakat dapat mengambil maduhutan yang sangat

berkualitas, untuk kebutuhan ekonomi mereka, Gunung Mutis juga menyediakan

banyak bahan makanan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang dapat di

konsumsi, sehingga Gunung Mutis dikatakan sebagaidapur yang menyimpan

begitubanyak kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat.

Gunung Mutis juga menyediakan kebutuhan papan yang mana dari Hutan

Gunung Mutis masyarakat mendapatkan bahanun untuk membuat tempat tinggal,

sehingga mereka mempunyai tempat tinggal yang layak mereka tempati, mereka

mendapatkan lahan untuk bertani dan beternak, oleh karena wilayah pemukiman dan

petanian merupakan wilayah yang mempunyai tanah yang sangat subur, sehingga

masyarakat dapat bertani dan beternak.

Gunung Mutis juga meyediakan kebutuhan sandang karena dari Gunung Mutis

masyarakat mendapatkan bahan untuk pembuatan kain, bahan pewarna dari tumbuh-

tumbuhan untuk membuat benang yang kemudian ditenun menjadi kain tenun ikat, dan

menjadi pakaian yang indah untuk masyarakat gunakan dan juga untuk mereka jual

membantu keperluan ekonomi masyarakat. Dengan demikan maka Gunung Mutis

menjadi dapur dan gudang bagi masyarakat Mollo karena telah menyediakan semua

kebutuhan masyarakat Mollo.

4.1.4 Mutis Sebagai Tempat Transit

Eliade juga menganalisa tentang bagaimana sejumlah unsur alam secara khusus

bermain di dalam pengalaman yang sakral. Menurut Eliade hal tersebut merupakan

simbolisme pusat. Di mana Gunung Mutis dianggap sebagai pusat dunia atau axis

mundi. Karena melalui axis mundi manusia religius dapat mengadakan hubungan dunia

Page 5: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

63

atas dan dunia bawah. Gunung Mutis dianggap sebagai titik pertemuan antara tiga

wilayah kosmik: surga, bumi dan neraka.

Masyarakat Mollo menganggap Gunung Mutis sebagai pusat dunia oleh karena

mereka beranggapan bahwa leluhur mereka berasal dari Gunung Mutis dan ketika

mereka meninggal nanti mereka akan kembali ke atas Gunung Mutis, Mutis juga adalah

tempat transit mereka untuk kembali ke Gunung Mutis namun sebelum giliran mereka

untuk naik ke Gunung Mutis, jiwa mereka mendiami pohon-pohon besar, batu-batu

besar, mata air, danjuga di bukit-bukitbatu, oleh karena itu maka setiap marga di Timor

mempunyai gunung-gunung batu tersendiri. Oleh karena pemahaman yang demikian

maka Gunung Mutis dianggap sebagai rumah tempat mereka kembali (surga) setelah

mereka selesai melakukan aktifitas mereka (Bumi). Hal ini terlihat bahwa di atas

Gunung Mutis terdapat goa bertulis yang mana ketika ada orang yang akan meninggal

nama mereka akan muncul pada dinding gua tersebut. Dengan demikian terlihat jelas

bahwa Gunung Mutis adalah pusat dunia dari masyarakat Mollo karena merupakan titik

pertemuan anatara surga dan bumi seperti yang dikemukakan oleh Mircea Eliade.

4.2 Mitos Gunung Mutis Dalam Pengetahuan Orang Mollo

Masyarakat Dawan atau yang sering disebut masyarakat Atoni sangat menghargai

gunung, oleh karena terkait dengan kebudayaan dan kepercayaan mereka yang telah di

paparkan di atas, bahwa setiap marga mereka mempunyai gunung batu tersendiri yang sering

disebut Fut Kanaf, oleh karena itu masyarakat Mollo mempunyai pandangan mengenai

Gunung Mutis sebagai gunung yang suci yang memberikan kepada mereka sumber

kehidupan dan kelak mereka akan kembali ke tempat leluhur mereka berasal dari Gunung

Mutis Tersebut. Dari mitos yang diyakini oleh masyarakat Mollo tentang kedatangan nenek

moyang mereka pertama kali ke Gunung Mutis dan tinggal di sana dan memberikan kepada

Page 6: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

64

mereka kelimpahan sehingga mereka meyakini bahwa tempat tersebut merupakan tempat

yang suci yang patut mereka jaga dan hargai oleh karena di sanalah tempat Roh leluhur

mereka bersemayam. Hal ini juga yang akhirnya berkembang dan mempengaruhi keyakinan

mereka.

Banyak obyek yang mereka anggap suci dan dikeramatkan. Mereka kenal sebagai

tempat tinggal para penguasa atau roh-roh untuk menyatakan diri. Masyarakat mengenal

obyek-obyek tersebut sebagai simbol yang kelihatan. Pandangan tentang struktur

kepercayaan dan bentuk religi masyarakat Primitif juga dikembangkan oleh Marett tentang

kekuatan leluhur yang bisa membawa manusia memiliki keyakinan akan adanya kekuatan di

luar kemampuan diri dalam hal-hal yang luar biasa dan menjadi sebab timbulnya gejala-

gejala yang tak dapat dilakukan manusia. Kekuatan-kekuatan tersebut ada dalamsegala hal

termasuk alam yang tak dapat dikendalikannya. Keyakinan ini disebut emosi keagamaan

yang timbul karena keyakinan. Tingkah-laku ini kemudian mereka wujudkan melalui

berbagai bentuk upacara.2

Dalam kebudayaan masyarakat Atoni mereka mengenal simbol-simbol sebagai

representasi dari yang tidak kelihatan tetapi sangat mempengaruhi kehidupan manusia.

masyarakat Mollo sendiri menjadikan Gunung Mutis sebagai gunung suci yang memberikan

kehidupan dan kelimpahan kepada mereka. Sering perjalanan ketika kekristenan masuk ke

dalam budaya Timor dengan begitu banyak kenyataan bahwa masyarakat Atoni khususnya

masyarakat Mollo masih sangat kental dengan keyakinan mereka terhadap tempat-tempat

yang dianggap sakaral dan suci yang mereka yakini tempat berdiamnya Roh leluhur mereka

sala satunya Gunung Mutis dianggap tempat bertatahnya Uis Neno, diterjemakan dalam

metafora kekristenan yaitu Tuhan bersemayam di Gunung-Nya kudus dan orang yang bersih

lakunya yang boleh menghampiri ke Gunung Tuhan. Dengan demikian masyarakat Mollo

2Koentjaraningrat, sejarah Teori Antropologi, Universitas Indonesai Press, Jakarta, 1982. Hal 60

Page 7: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

65

sangat menghargai keberadaan Gunung Mutis karena mereka meyakini bahwa Gunung Mutis

merupakan tempat yang tinggi dan suci tempat Berdiam Uis Neno yang memberikan kepada

mereka kelimpahan dan sekaligus juga bisa menimpakan malapetak apabila mereka

melakukan hal yang melanggar kehendak Uis Neno. Oleh karena itu Mereka meyakini bahwa

Gunung Mutis merupakan tempat yang suci sehingga orang yang pergi ke Gunung Mutis juga

harus yang mempunyai motivasi hati yang benar, apabila ada orang yang pergi dengan

motifasi hati yang buruk maka orang itu tidak akan mencapai gunung tersebut, sebaliknya ia

akan mendapatkan malapetaka seperti tersesat di jalan atau yang lebih parahnya lagi bisa saja

orang tersebut akan menghilang dan tidak pernah ditemukan lagi.

Dengan kenyataan demikian maka masyarakat Mollo sangat menghargai keberadaan

gunung tersebut karena bagi mereka gunung tersebut juga menjadi identitas dan kekayaan

budaya mereka yang patut mereka pertahankan. Oleh karena itu tradisi lisan seperti mitos dan

legenda selalu diturunkan oleh tokoh-tokoh adat dan orang tua kepada generasi sekarang ini

agar mereka tetap mempertahankan nilai budaya mereka. Oleh karena itu penting untuk kita

melihat mitos yang ada dalam masyarakat Mollo yang mempengaruhi pola pikir serta

perilaku masyarakat Mollo.

Bagi sebagian kalangan menilai mitos itu selalu berkonotasi negatif, sering

menganggap bahwa mitos itu sesutu cerita fiktif belaka yang tidak bisah dipertanggung

jawabkan kebenarannya, akan tetapi bagian analisis ini akan membahas dari sisi yang

berbeda, penulis melihat dari fungsi mitos dalam budaya yang mempengaruhi pola pikir serta

perilaku masyarakat tradisonal, khususnya masyarakat Mollo yang akhirnya melahirkan nilai-

nilai budaya dan nilai agama. Mitos yang ada dalam kepercayaan masyarakat itu mejadi

patokan untuk mereka bertindak dalam kehidupan sosial mereka. Selain itu mitos juga

dipahami sebagai pernyataan manusia yang kompleks dan dramatis, yang melibatkan pikiran,

perasaan, sikap dan sentimen. Dengan demikian mitos itu berada di luar dunia empirik, tetapi

Page 8: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

66

mitos selalu mengaktualkan apa yang telah dikisahkan. Dalam agama primitif kuno, manusia

dengan objek suci. Bahkan ada yang mengatakan bahwa mitos merupakan salah satu

komponen universal dari agama. Bagi kebanyakan agama mengandung eksplanasi mitos

terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

baik dalam arti individual maupun kemanusiaan.3 Mitos adalah sebuah cerita yang

memberikan pedoman dan arah tertentu pada kelompok pendukungnya. Oleh karena manusia

dulu membuat cerita maupun lambang yang mampu mencetuskan lambang kebaikan maupun

kejahatan melalui mitos.

Mircea Eliade mengemukankan bahwa mitos hasil dari manusia arkhias dalam

melukiskan lintasan supranatural ke dalam dunia mitos, yang dalam hal ini telah menguak

sebuah tabir misteri dengan mewahyukan peristiwa-peristiwa promodial yang sampai

sekarang ini masih diceritakan kembali. Mitos membicarakan tentang manusia tradisonal

dalam melihat sejarahnya baik itu tentang asal usul maupun tentang alam sebagai tempat

kediaman manusia. Mitos juga mengungkapan masalah-masalah religi atau masyarakat

menyangkut kepercayaan terhadap dewa-dewa sebagai suatu kekuatan supranatural yang

dipercaya dan alam yang membentuk manusia tradisional. 4

Dari pernyataan tersebut maka penulis juga menjumpai data yang ada di lapangan

bahwa masyarakat Mollo sebagai masyarakat tradisonal juga mempunayi mitos yang

berkembang dalam masyarakat, yang terus diceritakan kembali oleh para leluhur dan tokoh

adat sampai saat ini, Mitos juga hadir dalam masyarakat Mollo oleh karena Gunung Mutis

merupakan tempat leluhur mereka tinggal karena itu ketika mereka meninggal mereka akan

kembali ke atas gunung tersebut. Hal ini juga mempengaruhi sistem kepercayaan mereka,

yang mana mereka mempercayai roh leluhur mereka masih ada dan tetap tinggal di sekitaran

Gunung Mutis, dan dapat memberikan kesejahteraan untuk mereka. Mitos itu diyakini oleh

3Dr. Budi Susanto SJ, Kebudayaan Dan Agama, Yogyakarta; Kanisius,1992, hlm,50

4Mircea Eliade, „Myth”, sebuah artikel dalam Encylopedia Britanica, xv, 1969, hlm, 1134-5

Page 9: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

67

masyarakat Mollo sebagai suatu kebenaran dan merupakan sebuah kekayaan dan sebagai

patokan untuk mereka bertindak. Dengan demikian hal ini menjadi benar bahwa mitos adalah

patokan bagi masyarakat Mollo dalam memahami latar belakang asal usul kehidupan mereka.

Mitos juga mempengaruhi pola pikir dan tindakan masyarakat dalam menjalani aktifitas

keseharian mereka. Dari mitos tersebut masyarakat memahami bahwa adanya peraturan yang

secara tidak langsung mengatur hubungan masyarakat dengan sesama, hubungan masyarakat

dengan alam maupun dengan leluhur mereka. Dari mitos juga masyarakat Mollo memahami

tentang nilai-nilai dalam masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Nilai-nilai sakral

tersebut kemudian membentuk identitas bagi masyarakat Mollo. Oleh sebab itu penulis

melihat mitos menjadi kekuatan bagi masyarakat mollo dalam mempertahankan eksistensi

tradisi dan kebudayaan yang mereka miliki.

Mitos juga memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat Mollo karena

masyarakat mampu menghayati setiap kegiatan ritual yang dilakukan dengan penuh tanggung

jawab agar mereka mencapai kesempurnaan yang diinginkan oleh para leluhur mereka. Hal

ini dapat dilihat ketika masyarakat melalukan ritual kesuburan sebagai salah satu ritual untuk

meminta kesuburan dari para leluhur. Ritual ini merupakan kewajiban masyarakat dalam

menjaga alam serta lingkungan mereka. Setiap ritual yang dilakukan dipahami sebagai upaya

mereka dalam mencari keselamatan. Jadi dapat dikatakan bahwa mitos itu nyata sejauh

mayarakat menghadirkan pola-pola yang diwariskan sejak dulu, pola-pola tersebut yang

menjadi isi pikiran dari masyarakat Mollo.

Mitos yang berkembang dalam masyarakat Mollo adalah sarana untuk menghadirkan

Yang Kudus melalui bahasa simbolik dalam kehidupan mereka sehari-hari. Melalui

mitologi,masyarakat Mollo memperoleh suatu kerangka acuan yang memungkinkan mereka

memberi tempat kepada bermacam-macam kesan dan pengalaman yang telah mereka

perolehselama hidup. Berkat kerangka acuan yang disediakan mitos, mereka memiliki

Page 10: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

68

orientasi dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, mitos adalah sebuah cerita pemberi

pedoman dan arah tertentu kepada kehiduapan masyarakat mereka. Maka mitos

sesungguhnya merupakan pernyataan atas suatu kebenaran yang lebih tinggi dan lebih

penting tentang realitas asali, yang masih dimengerti sebagai pola dan fondasi dari kehidupan

masyarakat primitif atau tradisional seperti halnya masyarakat Mollo.5 Dari acuan seperti

demikian maka masyarakat Mollo dapat memahami semua aturan dan nilai budaya yang ada,

sehingga dalam keseharian mereka dapat bertindak sesuai dengan aturan budaya yang ada.

Firth menyatakan bahwa cerita sakral (mitos) tidak mudah dipisahkan dari cerita

profan. Di dalam mitos sebagai cerita suci, “kata-kata atau dongeng, ataupun cara

berceritanya itu sendiri dianggap memiliki kekuatan atau daya atau keutamaannya sendiri

yang penuh arti”6. Hal ini berarti mitos memiliki kekuatan yang menjadikan hal-hal yang

bersifat sakral dan profan menjadi sesuatu yang dihayati secara mendalam. Pengalaman

tentang yang sakral menurut Eliade juga berpusat pada sesuatu yang supranatural yang di

mana ketika orang menjumpai sesuatu yang benar-benar luar biasa atau misterius lalu

menyadari bahwa hal itu menjadi pengalaman yang berkesan maka hal tersebut dianggap

sakral. Hal tersebut dapat terlihat ketika masyarakat Mollo mengsakralkan tempat-tempat

dimana mereka menemukan marga mereka, mereka juga mengsakralkan tempat-tempat

seperti pohon-pohon, batu-batu dan gua-gua, tempat roh leluhur mereka tinggal untuk

sementara waktu menunggu giliran mereka naik kembali keatas GunungMutis.

Masyarakat Mollo menganggap bahwa Gunung Mutis adalah tempat yang sakral oleh

karena, di Gunung Mutis tempat tinggal Uis Nenosebagai penguasa bumi berada. Oleh karena

pemahaman yang demikian segala unsur alam yang ada di Gunung Mutis menjadi sangat

berharga bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Mollo. Air, Batu, tumbuh-tumbuhan

5Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama,Yogyakarta; Penerbit Kanisius,1995, Hal 147

6R.W.Firsth, history and Tradition of Tikopio, London, 1961,8

Page 11: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

69

hewan, pohon, yang ada di Gunung Mutis merupakan simbol kekayaan yang memberi

kehidupan bagi sebagian besar masyarakat Timor bukan hanya masyarakat Mollo

Oleh karena Gunung Mutis dianggap sebagai pusat dunia dan sangat sakral maka ada

beberapa hal terlarang yang dianggap taboo bagi masyarakat Mollo. Diantaranya ada

larangan untuk tidak mengambil sembarangan tumbuh-tumbuhan atau binatang yang ada di

Gunung Mutis oleh karena mereka meyakini bahwa semua yang ada di Gunung Mutis

merupakan penjelmaan dari leluhur mereka, misalnya larangan untuk tidak menebang

pohon,oleh karenadi pohon tersebut tempat transit roh leluhur mereka sebelum naik ke atas

Gunung Mutis. Batu besar juga merupakan tempat persinggahan roh leluhur mereka.

Binatang yang ada merupakan jelmaan leluhur mereka, misalnya ular, apabila orang asli di

sana yang bermata jeli melihat itu adalah nenek mereka, kera juga mereka melihat bahwa itu

adalah kakek mereka, Sehingga ular tersebut tidak boleh dibunuh dan juga larangan untuk

larangan pemburuan satwa liar, apabila ada yang melanggar larangan tersebut maka mereka

akan di kenakan sanksi adat yang di berikan oleh tokoh adat maupun sanksi alam.

4.3 Pengaruh Mitos Gunung Mutis Bagi Perilaku Masyarakat Mollo

Mitos memainkan peran penting karena memiliki fungsi eksistensial bagi masyarakat

Mollo. B. Malinowaski sangat menekankan hal ini. Mitos atau cerita-cerita suci dalam

masyarakat Mollo juga penting untuk dirumuskan menurut Fungsinya, agar supaya

masyarakat dapat memahami fungsi dan makna sesungguhnya dari mitos tersebut. Mitos

yang ada dalam masyarakat Mollo fungsinya untuk menetapkan kepercayaan mereka

terhadap sesuatu hal yang mereka anggap suci. Seperti halnya mitos kedatangan nenek

moyang masyarakat Timor ke Gunung Mutis, mereka meyakini bahwa oleh karena nenek

moyang mereka awalnya datang dan Tinggal di atas Gunung Mutis sehingga tempat itu

menjadi suci oleh karena tempat Uis nenodan Roh leluhur mereka berada, dari hal seperti itu

Page 12: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

70

mitos mempengaruhi masyarakat sehingga mereka menjaga dan melindungi alam mereka

yaitu Gunung Mutis.

Setiap mitologi atau tradisi suci dari masyarakat Mollo adalah kumpulan cerita yang

terjalin dalam kebudayaan mereka, yang menyatakan keyakinan mereka, menentukan ritus

mereka, yang berlaku sebagai landasan peraturan sosial maupun sebagai model dari tingkah

laku moral mereka, yang berkembang dalam masyarakat Mollo, sehingga dari mitos tersebut

mempengaruhi setiap tindakan yang mereka lakukan. Mitos yang ada juga tidak hanya

semata-mata untuk mengulang kembali kejadian histori di masa lampau, tetapi dari tradisi

suci ini memberikan dasar dari peristiwa awal dari masa lampau yang jaya untuk diulangi lagi

di masa kini. Mitologi masyarakat Mollo mengangkat dan merumuskan kepercayaan,

melindungi dan memperkuat setiap ritus-ritus yang ada dalam masyarakat, serta memberi

peraturan-peraturan praktis untuk menuntut setiap kehidupan mereka, sehingga dapat

dikatakan mitos yang ada dalam masyarakat Mollo dapat merupakan kekuatan dan norma

masyarakat itu sendiri.

Dari mitos tersebut masyarakat Mollo mengerti sejarah kehidupan mereka, dari cerita

tersebut juga masyarakat Mollo mendapat nilai budaya dan moral sehingga mereka sangat

menghargai setisap tradisi leluhur mereka, mereka sangat menaati setiap peratutan dan ritus

yang ada dalam budaya mereka, semua itu mereka dapatkan dari setiap mitos dan cerita yang

terus menerus dicerikan kepada mereka sehingga itu semua menjadi landasan dalam

kehidupan bermasyarakat mereka. dari setiap kisah tersebut masyarakat juga dapat

mengetahui apa yang menjadi identitas mereka, apa yang patut mereka lindungi dan

pertahankan sebagai kekayaan budaya leluhur mereka. Dari mitos tersebut sangat menarik

untuk dibahas, oleh karena dibalik mitos tersebut ternyata menimbulkan berbagai dampak

yang mempengaruhi kehidupan sosial budaya, kepercayaan, dan pola pikir dan perilaku

masyarakat Mollo.

Page 13: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

71

4.3.1 Pengaruh Mitos Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Mollo

Sebuah mitos bisa mengecohkan masyarakat, karena sedikit banyak didukung

oleh pengalaman atau pengamatan empirik.7 Bukti-bukti pendukung itu sebenarnya

bukan penyebab terbentuk mitos tetapi akibat dari mitos yang terlanjur diyakini oleh

masyarakat.8 Mitos ini juga yang diyakini oleh masyarakat Mollo sehingga

mempengaruhi pola sosial kehidupan mereka dengan lingkungan sekitar dan juga

hubungan interaksi mereka dengan sesama.

Demikian halnya yang terjadi dengan mitos yang diyakini oleh masyarakat Mollo

mengenai Gunung Mutis sebagai gunung yang penuh dengan harta benda dan juga

tempat Uis Neno berada, serta tempat tinggal leluhur masyarakat Mollo. Dengan

demikian kontruksi mitos terbentuk di dalam masyarakat sehingga mempengaruhi

kehidupan sosial budaya mereka. Oleh karena mitos yang ada masyarakat Mollo

meyakini bahwa semua yang mereka miliki saat ini baik alam yang meyediakan segala

sesuatu kepada mereka adalah pemberian dari Uis Neno dan para leluhur mereka yang

berdiam di Gunung Mutis oleh karena itu mereka menjaga keharmonisan antara mereka

dengan alam serta menjaga hubungan mereka dengan leluhur mereka. Masyarakat

Mollo menjalin relasi yang baik lewat tindakan kehidupan mereka yaitu mereka

menjaga dan menghargai Gunung Mutis, tidak boleh sembarangan orang masuk dan ke

Gunung Mutis terkecuali seijin tokoh adat, apabila tokoh adat mengijinkan untuk

mereka mengunjungi Gunung Mutis barulah mereka masuk kedalamnya, tetapi dengan

tujuan yang jelas.

Dengan adanya peraturan daerah yang menetapkan Gunung Mutis sebagai wisata

cagar Alam maka siapa saja boleh mengunjungi Gunung Mutis, tetapi tetap dalam

7 Ariel Haryono, seks dan mitos: Barat-Timur, dalam Johanes Mardimin, jangan tanginsi

tradisi:transfoemasi budaya menuju masayarakat Indonesia Modern (Yogyakarta :Kanisius, 1994), hlm. 138 8Ariel Haryono, seks dan mitos: Barat-Timur, dalam Johanes Mardimin, jangan tanginsi

tradisi:transfoemasi budaya menuju masayarakat Indonesia Modern,,,,,138

Page 14: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

72

pengawasan tokoh adat yang ada. Apabila ada oknum yang sengaja merusak tanaman

ataupun memburuh binatang yang ada di dalamnya maka ia sendiri akan menerima

sanksi. Oleh karena mereka meyakini bahwa semua unsur yang ada di Gunung Mutis

merupakan penjelmaan dari leluhur mereka. ketika mereka ingin pergi ke Gunung

Mutis mereka tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan atau kata-kata

kotor oleh karena itu akan membuat leluhur mereka marah. Dengan demikian maka

mitos menciptakan nilai moral yang mempengaruhi kehidupan sosial mereka, dari

mitos demikian juga mempengaruhi pola perilaku mereka untuk terus menjaga alam,

hidup sopan dan santun, saling menghargai sesama, semua itu terbentuk dari mitos

yang ada dalam masyarakat Mollo.Dari semuanya itu maka kehidupan sosial

masyarakat Mollo tetap terjalin dengan harmonis dan alam mereka tetap terjaga dengan

baik, tumbuh-tumbuhan dan hewan tetap terjaga kelestariannya.

Oleh karena masyarakat yang terus mempertahankan keasrian Gunung Mutis

dengan menjaga alamnya sehingga, gunung tersebut tetap terjaga, sehingga mata air

yang ada dari Gunung Mutis tidak berkurang walaupun berada pada musim kemarau,

pepohonannya tetap terlindungi sehingga membuat resapan air tetap terjaga, sehingga

tanah di wilayah Mollo khususnya di desa Fatumnasi sangat subur, sehingga memenuhi

segala kebutuhan mereka. Dari semuanya ini kita dapat melihat bahwa mitos

mempengaruhi ekologi, sehingga masyarakat boleh hidup dengan penuh kecukupan

yang disediakan oleh alam yang mereka jagai itu.

Dari Gunung Mutis masyarakat mendapatkan garis struktur social dalam

masyarakat, makaperilaku yang harus mereka lakukan yaitu,

1. Setiap masyarakat wajib menjaga kelestarian alam dengan menjaga hutan,

tidak boleh menebang pohon sembarangan, melainkan tetap menjaga

Page 15: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

73

kelestarian alam dengan tetap memelihara pohon-pohon dan tumbuh-

tumbuhan di kawasan Gunung Mutis,

2. Tidak boleh memasuki wilayah hutan larangan yang disakralkan oleh

masyarakat, oleh karena terdapat banyak tempat-tempat sakral, dan tempat-

tempat yang di anggap taboo yang tidak boleh sembarang orang masuk ke

wilayah tersebut.

3. Tidak boleh memburuh binatang secara berlebihan melainkan melindungi

binatang-binatang yang ada di kawasan tersebut.

4. Menaati aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat, menjaga perilaku

hidup mereka lewat relasi baik mereka dengan sesama, dapat di lihat dari

kehidupan masyarakat Mollo yang mempunyai sikap penghormatan kepada

sesama yang sangat tinggi, walaupun mereka hidup di wilayah yang bisa

dikatakan keras oleh karena alam dan lingkungan yang membentuk mereka

untuk hidup di tempat yang keras akan tetapi sikap hidup mereka dan perilaku

mereka tidak sekeras kehidupan mereka. Hal ini yang membedakan

masyarakat Mollo dengan masyarakat yang ada di wilayah Timor lainnya yang

mempunyai watak yang lebih keras dan kasar.

5. Menaati pemimpin mereka seperti tokoh adat atau pemerintah desa, semua

peraturan adat dan peraturan desa mereka wajib untuk menaati hal ini terlihat

ketika mereka melakukan kegiatan mereka seperti panen madu hutan mereka

harus melakukan ritual bersama dengan tokoh adat. Mereka juga harus menaati

pemerintah dengan tidak melanggar wilayah-wilayah yang telah di tentukan

oleh pemerintah desa untuk membuka ladang pertanian maupun peternakan.

Semua di patuhi oleh masyarakat setempat sehingga di wilayah Mollo jarang

sekali terjadi pertikaian antar masyatakat maupun dengan pemerintah desa.

Page 16: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

74

Hanya pada saat terjadi penambangan di wilayah Gunung Mutis barulah

mereka bertindak unutk menolak penambangan tersebut untuk

mempertahankan identitas dan alam mereka.

4.3.2 Pengaruh Mitos dalam Agama dan Budaya Masyarakat Mollo

Mitos, agama dan budaya adalah tiga hal dengan konsep yang berbeda namum

sebenarnya ketiga hal ini memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.di mana nilai-nilai

yang terkandung dalam agama-agama tradisonal adalah nilai-nilai budaya yang

merupakan warisan para leluhur. Konsep agama tradisonal terdiri dari pola-pola yang di

dalamnya juga berkaitan dengan mitos sedangkan mitos sendri juga dalah bagian dari

sistem kebudayaan. Dalam kajian sosiologis, baik agama maupun budaya merupakan

bagian dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, segala sesuatu yang terdapat dalam

masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.

Mitos merupakan bentuk pengungkapan intektual yang primodial dari berbagai

sikap dan kepercayaan keagamaan. Mitos telah dianggap sebagai filsafat primitif

berbentuk pengungkapan pemikiran yang paling sederhana, serangkain usaha untuk

memahami dunia, untuk menjelaskan kehidupan dan kematian, takdir dan hakikat,

dewa-dewa dan ibadah.9 Sehubungan dengan hal ini masyarakat Mollo pada umumnya

telah berpegang pada sistem kepercayaan yang dikategorikan sebagai agama yang

diakui oleh negara, namun keyakinan yang di dasarkan pada kepercayaan agama yang

dianut masih dipengaruhi oleh mitos yang telah menjadi tradisi dan sejarah masyarakat

Mollo. Mitos yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Mollo berkaitan dengan

kepercayaan tradisional dan nilai-nilai kebudayaan. Pada umumnya, pada masyarakat

tradisonal, tradisi erat kaitannya dengan mitos dan agama. Mitos lahir dari tradisi yang

9Thomas F. O‟Dea, Sosiologi Agama,Suatu Pengenalan Awal, Jakarta; CV Rajawali, 1987, hlm 79

Page 17: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

75

sudah mengakar kuat di suatu masyarakat, sementara agama dipahami berdasarkan

kultur setempat sehingga mempengaruhi tradisi. Secara umum mitos selalu

dihubungkan dengan masyarakat mistis, namun demikian tidak berarti masyarakat

modern telah meniadakan mitos ini sama sekali. Karena tidak jarang masyarakat

modern yang masih percaya pada warisan kuno. Pada hakikatnya mitos selalu muncul

dalam ranah psikis manusia. Selain itu mitos juga dipahami sebagai pernyataan

manusia yang kompleks dan dramatis, yang melibatkan pikiran, perasaan, sikap dan

sentimen. Dengan demikian mitos itu berada di luar dunia empirik, tetapi mitos selalu

mengaktualisasikan apa yang telah dikisahkan.

Mitos bagi masyarakat Mollo merupakan gambaran keyakinan mereka mengenai

rahasia-rahasia alam yang mengatasi segala kehidupan. dalam dunia mitos manusia

merasa di kelilingi kekuatan roh-roh dan kekuatan-kekuatan alam. Mereka meyakini

bahwa ada kekuatan-kekuatan lain yang lebih berkuasa di sekeliling mereka yang masih

berhubungan dengankehidupan mereka, sehingga ketika mereka mengalami peristiwa-

peristiwa buruk misalnya gagal panen, sakit penyakit, bencana alam, mereka akan

menghubungkan dengan roh leluhur dan Uis Neno sebagai penguasa yang sedang

murka atas perbuatan mereka, oleh karena itu mereka harus melakukan ritual adat agar

mereka terhindar dari mara bahaya. Misalnya salah satu tradisi ritus agraris yang masih

hidup dan terus dikembangkan dalam masyarakat Mollo sampai sekarang ini adalah

Tradisi Fua Pah, sebuah tradisi pemujaan roh yang dilaksanakan di tempat-tempat

tertentu seperti di kebun-kebun, gunung-gunung dan bukit-bukit.Untuk mengambil hati

dan menghindari kemarahan Pah Tuaf, masyarakat Mollo seringkali memberikan

berbagai korban persembahan dalam upacara adat yang disebut Fua Pah. Upacara Fua

Pah merupakan sebuah tradisi pemujaan kepada Uis Pah (Raja Dunia, Sang Penguasa

Page 18: BAB IV - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13344/4/T2_752015020_BAB IV... · terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

76

Tanah dan makhluk di atas alam raya yang dianggap menyimpan kekuatan jahat atau

kekuatan setan) dengan cara memberikan sesaji berupa hewan korban.

Tradisi pemujaan Fua Pah sampai sekarang masih hidup dan berkembang dalam

masyarakat Mollo. Tradisi ini telah menjadi semacam simbol konstitutif yang

membentuk kepercayaan-kepercayaan, simbol kognitif yang membentuk ilmu

pengetahuan, simbol penilaian moral yang membentuk nilai-nilai moral dan aturan-

aturan, dan simbol-simbol ekspresif pengungkapan perasaan.Sebagai sebuah sistem

simbol, tradisi ini memuat berbagai makna yang penting bagi masyarakat

pendukungnya.

Ritus-ritus yang dilaksanakan dalam masyarakat tradisional biasanya berkaitan

secara emosional dengan mitologi dan sistem kepercayaan masyarakatnya mengenai

Tuhan, roh, alam semesta, bumi, kerja. Khusus menyangkut pemujaan terhadap roh-roh

leluhur maupun roh-roh lainnya. Disini kita dapat melihat bahwa walaupun masyarakat

Mollo sudah mempunyai keyakinan agama sah oleh negara namun mereka masih

mempercayai keyakinan tradisonal yang mereka yakini dari leluhur mereka. Semua itu

mereka yakini dari setiap mitologi yang ada dalam budaya mereka. Dengan demikian

maka mitos yang berkembang dalam budaya masyarakat Mollo mempunyai pengaruh

yang besar dalam kepercayaan masyarakat Mollo dan sudah menjadi kekayaan budaya

mereka.