Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang
-
Upload
eko-nopiadie -
Category
Documents
-
view
50 -
download
10
description
Transcript of Bab IV Hasil Pengamatan & Pembahasan - Revisi Sidang
BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Pengambilan data dilakukan pada PT PAMA yang merupakan salah satu
kontraktor PT AI. PT PAMA dipercayakan PT AI untuk pembersihan lahan,
pengupasan dan pengangkutan over burden ke disposal dengan cara peledakan dan
penggalian, pengalian batubara dan pengangkutan sampai ke crushng plant. Data
yang kami ambil yaitu pada proses pemboran yang bertujuan untuk penyediaan
lubang ledak pada kegiatan pembongkaran over burden.
4.1.1 Kegiatan Pengamatan
a. Kegiatan Pengamatan Highwall
PT PAMA memiliki beberapa lokasi kerja yang dian
taranya dibagi atas bagian highwall dan lowwall. Pada kegiatan pengamatan
pemboran lubang ledak kali ini salah satunya berada di area highwall. Adapun bagian
highwall yang diamati adalah highwall barat yang diberi nama Lotus dan higwall
timur yang diberi nama Mini Cooper. Pada kegiatan land preparation seperti gambar
4.1 wilayah high wall barat atau Lotus tergenangi oleh air, hal ini disebabkan oleh
curah hujan yang mulai meningkat, kemudian dari gambar tersebut terlihat sebuah
dozer sedang membuat paritan untuk mengalirkan air ke luar area pengeboran.
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015Gambar 4.1
Land PreparationIV-1
Secara umum material yang terdapat pada kedua area high wall tersebut
sama, yaitu berupa batulempung (claystone). Claystone disini digolongkan ke jenis
material dengan kekerasan sedang, sehingga pada kegiatan pemboran ledak oleh PT
PAMA dipilih bit atau mata bor dengan jenis tricone. Jenis bit ini biasanya dipakai
untuk jenis material dengan kekerasan lunak hingga sedang. Pada gambar 4.2
merupakan gambar dari tricone bit milik PT PAMA.
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015
Gambar 4.2Tricone Bit
Pada kegiatan pengeboran khususnya area high wall, baik area high wall barat
maupun timur cukup memakan waktu yang lama karena keadaan material yang dibor
basah karena air hujan. Hal ini menyebabkan claystone menjadi lebih padat daripada
dalam keadaan kering, sehingga akan lebih sulit dalam proses pengeborannya.
b. Kegiatan Pengamatan Lowwall
Lokasi lowwall pada kegiatan pengamatan di PT PAMA terbagi menjadi dua,
yaitu wilayah timur dan barat. Pada wilayah lowwall barat dinamakan dengan “Jawa”
dan lowwall timur yang diberi nama dengan “Sump Merry”. Adapun kedua wilayah
yang telah disebutkan sebelumnya mempunyai material yang sama yaitu berupa
sandstone. Dibandingkan wilayah highwall produktifitas pada wilayah lowwall
mempunyai persentase yang lebih tinggi, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor.
Adapun faktor yang paling berpengaruh terhadap produktifitas ini adalah jenis
material, dibandingkan dengan material clay yang banyak terdapat di highwall,
IV-2
material sandstone lebih mudah untuk dilakukan pengeboran. Gambar 4.3
menggambarkan situasi pengeboran di wilayah lowwall dengan material sandstone.
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015
Gambar 4.3Proses Pengeboran Lubang Ledak
4.1.2 Kegiatan Pemboran Penyediaan Lubang Ledak
Kegiatan pemboran lubang ledak merupakan salah satu bagian dalam proses
peledakan. Pada pemboran lubang ledak terdapat beberapa tahapan pemboran sesuai
dengan prosedur. Tahapan kegiatan pada PT PAMAyaitu : Perencanaan (planning),
Persiapan lahan (bench preparation), Persiapan Pemboran (drilling preparation), dan
Pemboran (drilling).
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan ini mengacu dengan produksi yang ingin dicapai
perusahaan ada tahun 2015. Target produksi pembongkaran overburden pada bulan
November tahun 2015 yang ditargetkan oleh PT AI kepada PT PAMA adalah
8.298.930 BCM, yang mana target tersebut dibongkar dengan peledakan. Penetapan
geometri peledakan dan lokasi peledakan akan disesuaikan dengan target tersebut.
Pada tahap perencanaan ini akan dibuat drill plan sequence yaitu perencanaan
pemboran disertai dengan jadwal dan lokasi pemboran. Drill plan equence dibuat
oleh bagian engineering drill & blasting PT PAMA yang kemudian diajukan ke
section yang terkait dengan kegiatan peledakan di wilayah PT AI. Hal tersebut
dilakukan agar PT AI dapat mengetahui dan menyetujui kegiatan pemboran
penyediaan lubang ledak yang dilakukan oleh PT PAMA selaku kontraktor. Pada
IV-3
Gambar 4.4 dapat terlihat seorang group leader (GL) dan dua orang kru sedang
melakukan pemasangan patok survey sebagai bagian dari kegiatan perencanaan.
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015
Gambar 4.4 Perencanaan (Pemasangan Patok Survey)
b. Persiapan lahan (Bench Preparation)
Kegiatan persiapan lahan ini dilakukan dengan meratakan permukaan lahan
dari gundukan material dan bebatuan. Adapun kriteria lokasi pemboran yang baik
harus memenuhi beberapa aspek, diantaranya adalah parkir untuk sarana, akses jalan
masuk lokasi, tanggul pembatas, lantai kerja yang rata dan drainase untuk air
seadainya ada genangan air dilokasi pemboran. Persiapan ini bertujuan untuk
memaksimalkan kerja unit bor yaitu berkaitan dengan cycle time dan keamanan
pemboran. Jika permukaan lahan sudah rata maka selanjutnya dikerjakan pembuatan
tanggul (bermwall) di sekitar area pengeboran (Gambar 4.5). Tinggi tanggul sekitar
2/3 dari tinggi ban unit terbesar disekitar lokasi pemboran. Unit yang ada disekitar
lokasi yaitu Dump Truck Komatsu HD1500 dengan tinggi ban 3,06 m, yang
tujuannya untuk menghindari alat tersebut masuk dalam kawasan pemboran.
Pembersihan lahan ini dilakukan dengan bulldozer Komatsu DZ1098, DZ1104 dan
DZ1167.
IV-4
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015
Gambar. 4.5Persiapan Lahan Pemboran
c. Persiapan Pemboran (Drilling Preparation)
Kegiatan persiapan pemboran ini mencakup beberapa kegiatan yaitu:
pemasangan mark-up (titik pemboran) dan pembatasan area pemboran. Tabel 4.1
menjelaskan pemilihan warna sesuai kedalaman.
Tabel 4.1 Pita Survey Penanda Kedalaman Lubang Bor
Warna Pita Pada Patok Kedalaman
Kuning Putih 5,5 meter
Kuning Orange 6,5 meter
Kuning Merah 7,5 meter
Kuning Kuning 8,5 meter
Kuning Hijau 9,5 meter
Kuning Biru 10,5 meter
Kuning Merah Muda 11,5 meter
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015
1) Pemasangan mark-up adalah kegiatan pemberian tanda pada area pemboran yang
bertujuan untuk memudahkan operator melakukan pemboran ditempat yang
sudah ditentukan. Pemasangan ini sudah disesuaikan dengan geometri yang
ditetapkan oleh engineering drill &blasting, perubahan geometri yang sudah
IV-5
direncanakan dapat dilakukan oleh GL apabila terdapat beberapa kendala atau
pertimbangan (Gambar.4.6). Pemberian tanda ini memakai alat bantu berupa tali
segitiga yang berdimensi sesuai dengan burden dan spasi yang digunakan. Dan
untuk memberikan informasi kedalaman lubang yang diinginkan para group
leader memberikan kode berupa pita yang di pasang pada area tertentu, sesuai
kedalaman yang telah direncanakan.
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015
Gambar.4.6Pemasangan Mark-up
2) Pembatasan area dilakukan dengan pemasangan rambu peringatan dan pita yang
dibentangkan sesuai luas area pemboran (Gambar.4.7). Hal ini bertujuan agar
proses pemboran tidak terganggu oleh kegiatan penambangan lainnya.
IV-6
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015
Gambar.4.7 Rambu Pembatas
d. Sistem Pemboran
Sistem pemboran yang digunakan pada pemboran di PT PAMAdalahsistem
rotari. Dengan mata bor yang digunakan berdiameter 77/8 inci = 200 mm. Sistem ini
dipilih karena cocok dengan jenis material di area ini yang tergolong lunak. Jenis
material yang dominan di daerah ini adalah tanah pasiran dan lempungan.
Metode sistem rotari ini bekerja akibat adanya putaran dan tekanan yang
diterima oleh mata bor melalui drill string (rangkaian pipa bor), yang terdiri dari pipa
atau batang pipa yang dihubungkan dengan tuas.Tekanan pada mata bor diterima
bukan hanya dari berat drill string dan dari drill collars (pipa pemberat) yang
ditambahkan atau dari penerimaan berat tambahan pada lapisan tanah seperti halnya
tekanan mekanis atau tekanan hidrolis. Udarayang disirkulasikan melalui drill
stringyang kemudian keluar mealui nozle utamanya untuk mendinginkan mata bor
dan mengangkat cutting (serbuk hasil bor).
Pilihan metode pengeboran sangat bergantung pada sifat – sifat fisik dan
geologi batuan yang akan di bor. Jenis batuan yang terdapat di daerah PT PAMA
yaitu jenis batuan sedimen dengan material yang dominan adalah jenis claystone dan
batupasir (sandstone). Kedua material tersebut merupakan material yang tergolong
memiliki kekerasan yang lunak sehingga cocok untuk memakai sistem rotariini.
Berdasarkan sifat fisik dan mekaniknya batulempung dan batupasir ini tergolong
cocok untuk metode pemboran sistem rotari.
e. Pola Pemboran
Pola pemboran yang digunakan pada PT PAMA adalah pola Rectangular
Staggerd Pattern. Pola pemboran Rectangular Staggered Pattern yaitu pola
pemboran dengan posisi lubang tembak baris berikutnya berada di tengah spasi baris
di depannya dengan perbandingan burden lebih kecil daripada spasi (B<S). Pola IV-7
pemboran staggered pattern digunakan karena secara teoritis energi yang dihasilkan
akan terkontraksi secara maksimal, sehingga fragmentasi batuan hasil peledakanya
akan lebih seragam dan baik dibandingkan dengan pola pemboran sejajar (parallel
pattern).
f. Geometri Pemboran
Geometri pemboran meliputi diameter lubang (Ø), spasi (S), burden (B),
kedalaman lubang (H), dan kemiringan (/). Geometri yang digunakan PT PAMA ada
dua rencana, seperti pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Geometri pemboran pada PT PAMA
No Geometri Peledakan Rencana Geometri
(1)
Rencana Geometri
(2)
1 Diameter Lubang 77/8 inch 77/8 inch
2 Spasi 9 10
3 Burden 8 9
4 Kedalaman lubang ledak 5,5 – 11,5 5,5 – 11,5
Sumber: PT PAMA
g. Peralatan Pemboran
Peralatan pemboran yang digunakan dalam proses pemboran pada PT PAMA
jobsite PT AI dijelaskan menggunakan tabel dan gambar, yang mana tabel 4.3
menampilkan spesifikasi umum alat, tabel 4.4 menampilkan spesifikasi mesin bor,
gambar 4.8 menggambarkan bagian-bagian unit bor.
Tabel 4.3 Spesifikasi Umum
Merk TerexTipe Reedrill SKF 50 I
Berat 52500 kg
Diameter bit 7,875 inchiIV-8
Tipe bit Tricone bit
Panjang pipa 11 m
Sumber: PT Pamapersada Nusantara
Tabel 4.4
Spesifikasi Mesin Bor
Merk Caterpillar C15
Max engine rotation 2100 rpm
Min engine rotation 1300 rpm
Panjang 14,93 m
Lebar 2,134 m
Berat 18641 kg
Fuel tank 365 gal (1383 L)
Oil engine 34 L
Max cooling 1250 F
Sumber: PT PAMA
Sumber: PT PAMA
Gambar 4.8 Alat Pemboran
h. Produktifitas Penyediaan Lubang Ledak
IV-9
Hasil disajikan bedasarkan masing-masing unit. Produktifitas menyangkut
dengan effisiensi kerja, volume setara, kecepatan pemboran, siklus pemboran, dan
produktifitas masing-masing unit.
1) Siklus Pemboran
Siklus pemboran yang diamati untuk alat bor ini memiliki ruang lingkup
antara lain:
(a) Waktu pengeboran dengan kedalaman tertentu disertai peniupan cutting.
(b) Perpindahan posisi titik pemboran, termasuk didalamnya adalah pencabutan
lubang bor, perebahan serta penegakkan mash (menara batang bor), penurunan
dan penganngkatan jack (kaki mesin untuk levelnya alat), dan perpindahan
posisi alat bor dari satu titik pemboran ke titik lainnya.
(c) Kedalaman lubang yang dibor.
(d) Siklus pemboran ini diambil dengan melihat dari kondisi mesin dan kondisi
operator.
2) Kecepatan Pemboran
Kecepatan pemboran didapat dari perbandingan antara kedalaman lubang
ledak (H) dengan siklus pemboran (CT).
3) Volume setara
Volume setara didapatkan dari perbandingan pengalian dari burden, spasi,
dan tinggi jenjang dengan kedalaman lubang bor.
4) Effisiensi kerja
Effisiensi kerja didapatkan dari perbandingan waktu kerja efektif dengan
waktu kerja tersedia dinyatakan dalam persen.
5) Produktifitas Pemboran Lubang Ledak
Produktifitas pemboran lubang ledak diperoleh dari kecepatan pemboran,
volume setara, dan effisiensi kerja.
IV-10
4.2 Produktifitas Alat Bor pada Lokasi Pengamatan Kerja Praktek di PT
Pamapersada Nusantara
4.2.1 Lokasi Pengamatan Produktifitas Alat Bor Material Clay Wilayah High
Wall “Mini Cooper”
a. Siklus pemboran
Siklus pemboran pengamatan ini adalah sebesar 7,56 menit = 0,126jam
b. Kecepatan pemboran
Kecepatan pemboranlokasi pengamatan ini adalah sebesar 67,46 m/jam.
c. Volume setara
Volume setara untuk lokasi pengamatan ini adalah 67,76 m3/m
d. Effisiensi
Effisiensi kerja kegiatan pemboran pada lokasi ini adalah sebesar 49 %
e. Produktifitas pemboran lubang ledak
Produktifitas pemboran penyediaan lubang ledak sebesar 223983,39 m/jam
(Perhitungan pada lampiran)
4.2.2 Lokasi Pengamatan Produktifitas Alat Bor Material Clay Wilayah High
Wall “Lotus”
a. Siklus Pemboran
Siklus pemboran pengamatan ini adalah sebesar 5,35 menit = 0,095 jam
b. Kecepatan pemboran
Kecepatan pemboranlokasi pengamatan ini adalah sebesar 78,95 m/jam
c. Volume setara
Volume setara untuk lokasi pengamatan ini adalah sebesar 96 m3/m
d. Effisiensi kerja
Efesiensi kerja kegiatan pemboran lokasi pengamatan ini adalah 44,75 %
e. Produktifitas pemboran lubang ledak
Produktifitas pemboran penyediaan lubang ledaksebesar 339169,2 m3/jam
(Perhitungan pada lampiran)
4.2.3 Lokasi Pengamatan Produktifitas Alat Bor Material Clay Wilayah Low
Wall “Jawa”
a. Siklus pemboran
Siklus pemboran untuk pengamatan ini adalah sebesar 4,97 menit = 0,08 jam
IV-11
b. Kecepatan pemboran
Kecepatan pemboran lokasi pengamatan ini adalah sebesar 93,75 m/jam
c. Volume setara
Volume setara untuk lokasi pengamatan ini adalah sebesar 76,8 m3/m
d. Effisiensi kerja
Efesiensi kerja kegiatan pemboran pada lokasi pengamatan ini 73,25 %
e. Produktifitas pemboran lubang ledak
Produktifitas pemboran penyediaan lubang ledak adalah 527400 m3/jam
(Perhitungan pada lampiran)
4.2.4 Lokasi Pengamatan Produktifitas Alat Bor Material Clay Wilayah Low
Wall“Sump Merry”
a. Siklus pemboran
Siklus pemboran pengamatan ini adalah sebesar 3,92 menit = 0,065 jam
b. Kecepatan pemboran
Kecepatan pemboran lokasi pengamatan ini adalah sebesar 131,94m/jam
c. Volume setara
Volume setara untuk lokasi pengamatan ini adalah sebesar 60,63 m3/m
d. Effisiensi kerja
Efesiensi kerja kegiatan pemboran lokasi pengamatan ini adalah 68,12 %
e. Produktifitas pemboran lubang ledak
Produktifitas pemboran penyediaan lubang ledaksebesar 544945,80 m3/jam
(Perhitungan pada lampiran).
4.3 Efesiensi Kerja Optimum Alat Bor pada Lokasi Pengamatan Kerja Praktek
di PT Pamapersada Nusantara
4.3.1 Lokasi Pengamatan Efesiensi Kerja Optimum Alat Bor Material Clay
Wilayah High Wall“Mini Cooper”
a. Efektifitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 62,02 %
b. Ketersediaan fisikuntuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 100%
c. Utilitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 79,00 %
d. Efisiensi kerja optimum untuk pengamatan di daerah ini sebesar 48,98 %
IV-12
4.3.2 Lokasi Pengamatan Efesiensi Kerja Optimum Alat Bor Material Clay
Wilayah High Wall“Lotus”
a. Efektifitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 48,24 %
b. Ketersediaan fisikuntuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 100 %
c. Utilitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 92,75 %
d. Efisiensi kerja optimum untuk pengamatan di daerah ini sebesar 44,52%
4.3.3 Lokasi Pengamatan Efesiensi Kerja Optimum Alat Bor Material Clay
Wilayah Low Wall“Jawa”
a. Efektifitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 81,39 %
b. Ketersediaan fisikuntuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar 100 %
c. Utilitas untuk pengamatandi daerah ini adalah sebesar 90 %
d. Efisiensi kerja optimum untuk pengamatan di daerah ini sebesar 73,17 %
4.3.4 Lokasi Pengamatan Efesiensi Kerja Optimum Alat Bor Material Clay
Wilayah Low Wall“Sump Merry”
a. Efektifitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar72,67 %
b. Ketersediaan fisikuntuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar100 %
c. Utilitas untuk pengamatan di daerah ini adalah sebesar93,75 %
d. Efisiensi kerja optimum untuk pengamatan di daerah ini sebesar68,44 %
4.4 Perbandingan Produktifitas dan Efisiensi Kerja Optimum Setiap Lokasi
Pengamatan
Pada table 4.6 memperlihatkan perbandingan antara produktifitas alat bor
dengan efisiensi kerja yang ada pada setiap wilayah.. Adapun pada wilayah highwall
didominasi oleh material claystone, sedangkan pada wilayah lowwall banyak terdapat
material sandstone yang cenderung lebih mudah dilakukan pengeboran karena sifat
material yang memiliki kekerasan lebih lunak dibandingkan claystone. Gambar 4.9
menunjukan hasil grafik produktivitas alat bor, yang terlihat wilayah low wall timur
“Sump Merry” menunjukan produktivitas paling tinggi dan wilayah high wall Timur
“Mini Cooper” yang terendah. Pada gambar 4.10 yang berupa grafik menunjukan
wilayah highwall terlihat efisiensi kerja optimum lebih rendah persentasenya
dibandingkan dengan efisiensi kerja optimum pada wilayah lowwall, adapun salah
satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah perbedaan material yang terdapat pada
masing-masing wilayah berbeda
IV-13
Tabel 4.6
Perbandingan Produktifitas dan Efisiensi
No LokasiPengamatan
Produktifitas (m3/jam)
Efisiensi Kerja Optimum (%)
1 Wilayah Highwall Highwall Timur “Mini
Cooper”
223.983,39 48,98
2 Wilayah Highwall Barat “Lotus”
319.020,96 44,52
3 Wilayah Lowwall Barat “Jawa”
527.400 73,17
4 Wilayah Lowwall Timur “Sump Merry”
544.945,80 68,44
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015
Gambar 4.9Grafik Produktivitas Alat Bor
IV-14
Sumber: Dokumen Pribadi, 2015
Gambar 4.10Grafik Efisiensi Kerja Optimum Alat Bor
4.5 Pembahasan
4.5.1 Sistem Pemboran
Sistem pemboran yang dipakai oleh PT PAMA yaitu sistem rotari sudah tepat
dengan kondisi litologi pit PT PAMA di Tutupan. Sistem ini cocok dan efisien
dengan material yang ada pada pit lokasi kerja. Yang mana material berupa batuan
sedimen yaitu claystone dan sandstone, yang tergolong material yang lunak.
4.5.2 Geometri Pemboran
Geometri pemboran yang dipakai oleh PT PAMA sudah cukup tepat untuk
membongkar overburden secara maksimal. Adapun geometri pemboran penyediaan
lubang ledak yang dipakai saat ini di PT PAMA adalah :
Tabel 4.7
Geometri Pemboran
No Geometri Peledakan Rencana Geometri (1)
Rencana Geometri (2)
1 Diameter Lubang 77/8 inch 77/8 inch2 Spasi 9 103 Burden 8 94 Kedalaman lubang ledak 5,5 – 11,5 5,5 – 11,55 Arah Pemboran Vertikal Vertikal
Sumber: PT Pamapersada Nusantara
IV-15
Berdasarkan data geometri pemboran di atas maka dapat diketahui volume
setara rata-rata yang didapat adalah 76 m3/m. Pola yang digunakan yaitu pola
rectangular staggered pattern menurut teori merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk menghindari banyaknya boulder pada hasil peledakan. Dalam
kenyataannya dilapangan metode ini terbukti dapat memperoleh hasil yang cukup
maksimal dan mengurangi adanya boulder. Pemberian tanda lubang bor berdasarkan
pola ini sudah cukup bagus dan sesuai perencanaan dengan adanya bantuan tali
segitiga yang dimensinya sudah cukup sesuai dengan burden dan spasi yang
diinginkan. Pada perubahan kedalaman pemboran dikarenakan pada kedalaman
tertentu bor bertemu dengan lapisan batubara dan harus segera di cabut.
4.5.3 Produktifitas Pemboran Lokasi Pengamatan
Dari pengamatan dilapangan dapat dibandingkan produktifitas masing-masing
lokasi yang kami amati di PT Pamapersada Nusantara, yaitu:
Tabel 4.8
Perbandingan Produktifitas Lokasi Pengamatan
No Lokasi Pengamatan Produktifitas (m3/ jam ¿
1 Wilayah High Wall Timur “Mini Cooper”
223.983
2 Wilayah High Wall Barat “Lotus”
319.021
3 Wilayah Low Wall Barat “Jawa” 527.400
4 Wilayah Low Wall Timur “Sump Merry”
544.946
Dari perbandingan pada tabel 4.8 maka dapat diketahui bahwa selama
pengamatan ini masing-masing lokasi memiliki produktifitas yang berbeda.
Perbedaan produktifitas ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diataranya adalah
metode pemboran yang digunakan, peralatan pemboran, geometri pemboran, keadaan
IV-16
lokasi pemboran, keterampilan operator dalam pengoprasian alat, material pada
lokasi pemboran, dan luas area pemboran. Faktor yang dominan mempengaruhi
produktifitas pemboran sesuai hasil pengamatan dilapangan adalah keadaaan lokasi
pemboran. Keadaan lokasi yang tidak rata dan bersih dari bongkahan material akan
sangat mengganggu saat pengoprasian alat. Terutama saat alat akan berpindah dari
titik bor satu ke titik bor yang lain. Hal ini akan memakan waktu siklus pemboran
yang banyak sehingga dampaknya akan menurunkan produktifitas dari kegiatan
pemboran itu sendiri.
Salah satu faktor penentu lainnya dalam produktifitas suatu pemboran ialah
waktu edar alat pemboran atau siklus dalam suatu pemboran, yang biasa kita sebut
dengan cycle time. Cycle time akan dianggap baik ketika seorang operator dapat
menjalankan suatu siklus pemboran dengan waktu yang relatif singkat dengan tetap
mempertimbangkan keselamatan dan keamanan dirinya beserta alat yang digunakan.
Tabel 4.9Perbandingan Cycle Time
No Lokasi Pengamatan Cycle Time(jam)
1 Wilayah High Wall Timur “Mini Cooper”
0,126
2 Wilayah High Wall Barat “Lotus”
0,101
3 Wilayah Low Wall Barat “Jawa” 0,090
4 Wilayah Low Wall Timur “Sump Merry”
0,065
Pada kecepatan pengeboran hal yang mempengaruhinya adalah jenis material
dan kondisi material itu sendiri. Pada material clay waktu yang diperlukan relatif
lebih banyak dibandingkan dengan lokasi dengan material sand, hal ini dikarenakan
cutting yang dihasilkan selama pemboran akan susah untuk naik ke atas. Terlebih IV-17
jika kondisi cutting dalam kondisi basah akan menambah keras material tersebut.
Pada waktu pemboran dengan material pasir, waktu yang diperlukan lebih cepat
dibandingkan dengan material lempung, hal ini dikarenakan cutting akan lebih
mudah terangkat ke atas sehingga kemajuan penembusan bor akan lebih cepat.
Untuk waktu pindah posisi unit yang mencakup penurunan dan perebahan
mash, pindah ke lubang berikutnya, dan yang terakhir menurunkan dan menaikkan
jack akan sangat dipengaruhi oleh kondisi permukaan lokasi pemboran. Apabila area
pemboran kerja tidak rata (miring dan banyak gundukan) maka akan menambah
waktu pada saat pindah posisinya. Pada penurunan jack yang bertujuan untuk
melevelkan unit, waktu yang diperlukan akan bertambah lebih lama apabila area
kerjanya tidak rata. Untuk mengatasi permasalahan ini dilakukan persiapan area yang
lebih rapi dengan bantuan alat berat yaitu dozer.
4.5.4 Efisiensi Kerja Optimum Lokasi Pengamatan
Dari pengamatan dilapangan dapat dibandingkan efisiensi kerja optimum
masing-masing lokasi yang kami amati di PT PAMA, yaitu:
Tabel 4.9Efisiensi Kerja Optimum
No Lokasi Pengamatan Efisiensi Kerja Optimum(%)
1 Wilayah High Wall Timur “Mini Cooper”
48,98
2 Wilayah High Wall Barat “Lotus”
44,52
3 Wilayah Low Wall Barat “Jawa” 73,17
4 Wilayah Low Wall Timur “Sump Merry”
68,44
Dari tabel 4.9 diatas dapat kita lihat dari setiap lokasi memiliki efisiensi kerja
optimum yang beragam. Sesuai dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
efisiensi kerja optimum pada saat aktual dilapangan. Setiap lokasi dan alat bor yang
digunakan memiliki kendala atau hambatannnya masing-masing baik pada sisi high
IV-18
wall maupun pada lokasi kerja sisi low wall. Karakter ataupun kemampuan setiap
operator juga dapat mempengaruhi nilai dari efisiensi kerja optimum, walaupun
pengaruhnya tidak terlalu siknifikan. Faktor yang memiliki pengaruh besar dalam
efisiensi kerja optimum pada lokasi-lokasi pengamatan di PT PAMA adalah pada
proses persiapan lokasi. Persiapan lokasi pada suatu lokasi pemboran memang
sangatlah penting. Yang mana lokasi yang baik dapat meningkatkan kualitas lubang
pemboran dan hasil peledakan nantinya. Dengan lokasi yang baik pula pemboran
tidak akan memakan waktu yang terlalu lama serta dapat dilakukan dengam
maksimal.
Adapun syarat lokasi pemboran yang baik dan ideal harus memenuhi aspek-
aspek, diantaranya memiliki akses jalan masuk yang baik, lantai kerja yang rata
(flat), memiliki tanggul yang sudah disesuaikan dengan alat berat disekitar lokasi
pemboran, adanya area parkir bagi sarana untuk para GL yang bertugas mengawasi
proses pengerjaan dilapangan dan yang terakhir adanya drainase atau paritan untuk
membuang atau mengalirkan air yang menggenangi lokasi pemboran, namun jika
lokasi dalam kondisi kering drainase tidak perlu dibuat.
IV-19