BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1 ...digilib.uinsby.ac.id/14329/7/Bab...

31
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Variabel Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pengaruh zakat dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder deret waktu (time series) mulai dari tahun 2002-2013. Untuk melihat perkembangan masing-masing variabel dependen yaitu tingkat kemiskinan Indonesia dan variabel independen yaitu zakat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka dilakukan analisis deskriptif sebagai berikut: a. Kemiskinan Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi melainkan telah meluas hingga ke dimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan politik. Kemiskinan tidak terlepas dari adanya undang-undang No. 13 Tahun 2011 bahwa untuk melaksanankan tanggung jawab negara untuk menanggulangi kemiskinan diperlukan kebijakan pembangunan nasional yang berpihak pada fakir miskin secara terencana, terarah, dan berkelanjutan. Tingkat kemiskinan dalam penelitian ini adalah persentase penduduk miskin Indonesia sepanjang tahun 2002-2013 yang dideskripsikan melalui tabel dan gambar berikut: 58

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1 ...digilib.uinsby.ac.id/14329/7/Bab...

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Variabel Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pengaruh zakat

dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

deret waktu (time series) mulai dari tahun 2002-2013. Untuk melihat

perkembangan masing-masing variabel dependen yaitu tingkat kemiskinan

Indonesia dan variabel independen yaitu zakat dan pertumbuhan ekonomi

Indonesia, maka dilakukan analisis deskriptif sebagai berikut:

a. Kemiskinan

Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi

melainkan telah meluas hingga ke dimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan

politik. Kemiskinan tidak terlepas dari adanya undang-undang No. 13 Tahun

2011 bahwa untuk melaksanankan tanggung jawab negara untuk

menanggulangi kemiskinan diperlukan kebijakan pembangunan nasional

yang berpihak pada fakir miskin secara terencana, terarah, dan

berkelanjutan.

Tingkat kemiskinan dalam penelitian ini adalah persentase

penduduk miskin Indonesia sepanjang tahun 2002-2013 yang

dideskripsikan melalui tabel dan gambar berikut:

58

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan di

Indonesia tahun 2002-2013

Tahun Jumlah Penduduk

Miskin Tingkat Kemiskinan

2002 38,39 18,2 2003 37,34 17,4 2004 36,15 16,6 2005 35,10 15,9 2006 39,30 17,7 2007 37,17 16,5 2008 34,96 15,4 2009 32,53 14,1 2010 31,02 13,3 2011 29,89 12,3 2012 28,59 11,6 2013 28,07 11,4

Sumber: BPS1 (data diolah)

Sumber: BPS2 (data diolah)

Gambar 4.1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia sepanjang tahun 2002-2013

                                                            1 TNP2K, Penanggulangan Kemiskinan..., 75. BPS, Data Strategis..., 63. 2 TNP2K, Penanggulangan Kemiskinan..., 75. BPS, Data Strategis..., 63

0

5

10

15

20

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

tingkat kemiskinan

tingkat kemiskinan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Gambar di atas menunjukkan pada tahun 2002 hingga 2005

angka kemiskinan terus menurun dan mencapai 15,9 persen dari total

penduduk. Sebagai akibat dari kebijakan pemerintah menaikkan harga

minyak pada tahun 2005 yang berdampak pada meningkatnya harga-

harga kebutuhan dasar, kemiskinan tercatat meningkat menjadi 17,7

persen pada tahun 2006. Selama periode 2007–2012, angka

kemiskinan kembali turun. Pada tahun 2007, penduduk miskin tercatat

sebanyak 16,58 persen. Beberapa program pemerintah yang ditujukan

bagi penduduk miskin dijalankan pemerintah sejak 2005 memiliki

dampak positif bagi penurunan angka kemiskinan. Hal ini dapat

dilihat pada terus menurunnya angka kemiskinan, baik dalam jumlah

maupun persentase penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di

Indonesia pada tahun 2012 mencapai 11,6 persen, turun 0,7 persen

dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2011 yang sebesar

12,3 persen. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan upah buruh tani

dan bangunan, program raskin dan pelayanan kesehatan gratis.

Dampak tersebut masih dirasakan pada tahun 2013 di mana angka

kemiskinan turun sebesar 11,4 persen.3

b. Zakat

Zakat merupakan. harta yang wajib disisihkan oleh seorang

muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan

ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya

                                                            3 BPS, Data Strategis..., 59-65.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Zakat berfungsi sebagai salah satu sumber dana sosial-ekonomi bagi

umat Islam. Pendayagunaan zakat tidak hanya terbatas pada kegiatan-

kegiatan tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional

(kegiatan konsumtif), tetapi dapat pula dimanfaatkan untuk kegiatan-

kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program pengentasan

kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan zakat produktif

kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha.

Zakat dalam penelitian ini merupakan hasil dana zakat yang

dihimpun oleh Baznas (badan zakat nasional) pada tahun 2002-2013

yang terdiri dari dana hasil zakat mal dan zakat fitrah, infaq/shadaqah

dan natura yang telah diakumulasi menjadi satu. Data zakat tersebut

dideskripsikan melalui tabel dan gambar berikut:

Tabel 4.2 Perolehan dan Persentase Zakat yang Dihimpun oleh

Baznas Tahun 2002-2013

Tahun Zakat Persentase zakat 2002 68.390.000.000 0 2003 85.280.000.000 24,7 2004 150.090.000.000 75,9 2005 295.520.000.000 96,9 2006 373.170.000.000 26,3 2007 740.000.000.000 98,3 2008 920.000.000.000 24,3 2009 1.200.000.000.000 30,4 2010 1.500.000.000.000 25 2011 1.730.000.000.000 15,3 2012 2.200.000.000.000 27,2 2013 2.700.000.000.000 22,7

Sumber: Republika4 (data diolah)

                                                            4 “Potensi dan Perolehan Zakat di Indonesia”, dalam http: Republika.co.id, (Agustus 2013), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sumber: Republika5 (data diolah)

Gambar 4.2 Perkembangan Perolehan Zakat yang dihimpun oleh Baznas sepanjang tahun 2002-2013

Gambar di atas menunjukkan bahwa dana zakat yang dihimpun

oleh Baznas selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada

lima tahun awal berdiri, antara tahun 2002 hingga 2006 perolehan

dana zakat yang dihimpun oleh Baznas telah berhasil mencapai angka

373 Miliyar lebih. Pada tahun 2005 penerimaan dana zakat melonjak

tinggi, merupakan penerimaan terbesar sepanjang lima tahun sejak

Bazna berdiri. Hal ini disebabkan terjadinya bencana Tsunami di

Nangroe Aceh Darussalam pada akhir tahun 2014 telah meningkatkan

kepedulian masyarakat Indonesia untuk berbagi. Selanjutnya tahun

2006 gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya juga telah

mendorong orang untuk berinfak.

                                                            5 Ibid, 1.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000zakat

zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pada tahun 2008 hingga tahun 2013 penerimaan zakat

menunjukkan kemajuan yang signifikan setiap tahun. Bahkan di tahun

2009 perolehan zakat mencapai angka triliun rupiah. Pada tahun 2013

dana zakat mengalami kenaikan hingga Rp500 miliyar dari tahun

sebelumnya. Namun ternyata angka tersebut masih jauh dari potensi

zakat yang dimiliki Indonesia. Jika dihitung potensi zakat fitrah

mencapai Rp2,5 triliun pertahun, potensi zakat profesi mencapai

Rp80,3 triliun prtahun dan zakat mal pertahun jumlahnya tak kurang

dari Rp40 triliun.6

c. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan output dalam jangka

panjang yang diukur dengan memperhatikan pertumbuhan Produk

Domestik Bruto (PDB) dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi dapat

digunakan sebagai indikator kesejahteraan penduduk suatu negara,

semakin tinggi pertumbuhan ekonominya maka sektor riil di dalam

negara tersebut juga mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi

yang baik adalah pertumbuhan ekonomi yang mampu menyerap tenaga

kerja dan mengurangi jumlah kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini adalah persentase

kenaikan GDP riil berdasarkan pengeluaran dengan nilai konstan dari

tahun 2002-2013 yang dideskripsikan melalui tabel dan gambar

berikut:

                                                            6 “BAZNAS Bidik Kenaikan Perolehan Zakat 35 Persen ”, dalam http: Republika.co.id, (18

Januari 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Tabel 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2002-2013

Tahun GDP GDP growth 2002 1.448.859,40 4,5 2003 1.495.940,50 4,8 2004 1.576.048,70 5,0 2005 1.643.433,50 5,7 2006 1.733.269,20 5,5 2007 1.843.763,60 6,4 2008 1.985.860,60 6,0 2009 2.069.031,10 4,6 2010 2.221.466,80 6,2 2011 2.368.217,80 6,5 2012 2.517.483,30 6,2 2013 2.770.300,00 5,3

Sumber: BPS dan TNP2K7(data diolah) 

Sumber: BPS dan TNP2K8 (data diolah)

Gambar 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sepanjang Tahun 2002-2013

                                                            7 TNP2K, Penanggulangan Kemiskinan..., 75. BPS, Data Strategis..., 63 8 TNP2K, Penanggulangan Kemiskinan..., 75. BPS, Data Strategis..., 63.

0

1

2

3

4

5

6

7

pertumbuhan ekonomi

pertumbuhanekonomi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan

lebih stabil selama tahun 2002-2005 sebagaimana yang tercermin pada

pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Peningkatan pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2002 hingga 2005 dipengaruhi oleh kinerja ekspor

yang mengalami kenaikan signifikan dan menjadi penopang utama

terjadinya surplus transaksi serta membaiknya gairah investasi.

Pada tahun 2006 di Indonesia banyak terjadi bencana alam antara

lain gempa bumi di Yogyakarta serta Jawa Tengah, tsunami di Aceh dan

lain-lain. Bencana telah mengambil sumber daya yang menunjang

pertumbuhan ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi turun menjadi 5,5

persen di tahun 2006.

Tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan tertinggi

dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya sejak 2002. Hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pembubaran CGI (Consulative

Group on Indonesia) sehingga Indonesia makin bebas mengatur

ekonominya. Selain itu laju inflasi, BI rate, dan kurs rupiah cenderung

stabil dan terkendali. Indeks harga saham terus mengalami kenaikan.

Keadaan ini terus berlangsung hingga tahun 2008, walaupun

pertumbuhan ekonomi pada tahun ini tidak setinggi tahun 2007.

Tahun 2009 pertumbuhan ekonomi turun hingga 4,6 persen. Hal

ini disebabkan karena tahun 2009 terjadi penurunan faktor-faktor

produksi. Disamping itu dunia internasional menghadapi gejolak

ekonomi sebagai akibat turbulensi ekonomi yang terjadi di Amerika dan

sebagian besar Eropa, dari dalam negeri dihadapkan pada menurunnya

tingkat investasi permodalan yang dipengaruhi oleh Pemilu. Biasanya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

para investor memilih wait and see terhadap iklim politik yang akan

terjadi pada saat pemilu dan paska pemilu.

Tahun 2010 hingga 2011 pertumbuhan ekonomi terus mengalami

kenaikan mencapai angka 6,2 persen dan 6,5 persen selanjutnya turun di

angka 6,2 persen dan 5,3 persen pada tahun 2012 dan tahun 2013.

Penurunan ini terjadi akibat melambatnya pertumbuhan investasi dan

konsumsi pemerintah yang menurun sangat tajam akibat rendahnya

penyerapan anggaran pemerintah.9

2. Analisis Statistik

Setelah dilakukan uji regresi linier berganda dengan menggunakan

bantuan program SPSS, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data Melalui Program SPSS

Hasil uji Nilai 1. Unstandardized coefficient B:

(Constant) Zakat Pertumbuhan

2. Asymp. Sig. (2–tailed) Tingkat kemiskinan Zakat Pertumbuhan ekonomi

3. VIF Zakat Pertumbuhan ekonomi

4. Durbin Watson 5. Signifikansi F-test 6. Adjusted R Square 7. Signifikansi t-test

Zakat Pertumbuhan ekonomi

18,633 - 0,003 - 0,187

0,964 0,846 0,954

1,227 1,227 1,377 0,000 0,901

0,000 0,611

Sumber: hasil SPSS

                                                            9 BPS, Data Strategis..., 11-20.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

a. Analisis regresi linier berganda

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis regresi berganda. Analisis regresi linier berganda

memiliki rumus sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + ... + βi Xi + ε

Dalam konteks penelitian ini, analisis regresi berganda dipakai

untuk mengetahui hubungan antara variabel jumlah persentase

penduduk miskin sebagai variabel dependen dengan variabel zakat

dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel independen. Hubungan

ketiga variabel tersebut dapat ditulis dalam model sebagai berikut:

TM = α + β1 zakat + β2 PE + ε

Di mana:

TM = tingkat kemiskinan

α = intercept atau konstanta

β1 2 = koefisien regresi

PE = pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan GDP menurut

pengeluaran harga konstan)

ε = standar error

Untuk mengetahui model estimasi regresi linier berganda

dalam penelitian ini serta membuktikan kesesuaian model estimasi

dari rumus regresi yang diperoleh dalam teori, maka dilakukan uji

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

estimasi melalui pengolahan data dengan bantuan program SPSS.

Hasil analisis regresi yang dilihat melalui nilai B dari Unstandardized

Coeffisients ditunjukkan pada persamaan berikut:

TM = 18,63 – 0,003 zakat – 0,18 PE

Dari hasil regresi terlihat bahwa kedua variabel bebas (zakat

dan pertumbuhan ekonomi) mengestimasi negatif variabel terikat

(tingkat kemiskinan). Tingkat kemiskinan sejumlah 18,63 persen

apabila zakat dan pertumbuhan ekonomi dalam keadaan tetap atau

tidak mengalami perubahan. Pada saat zakat naik sebesar 1 Milyar,

tingkat kemiskinan turun sebesar 0,003 persen dalam keadaan ceteris

paribus. Pada saat pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1 persen,

tingkat kemiskinan turun sebesar 0,18 persen dalam keadaan ceteris

paribus.

b. Uji asumsi klasik

1) Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menentukan data penelitian

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan

dengan Chi Square, Kolmogorof Smirnov, Jarque Bera, dll.

Uji normalitas dengan Kolmogorof Smirnov dapat dilihat

melalui hasil Asymp. Sig (2-tailed). Apabila nilai Asymp. Sig (2-

tailed) > 0,05 maka data variable berdistribusi normal.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Uji normalitas dengan Kolmogorof Smirnov menghasilkan

nilai Asymp. Sig (2-tailed) tingkat kemiskinan sebesar 0,964,

zakat sebesar 0,846 dan pertumbuhan sebesar 0,954. Hasil nilai

Asymp. Sig (2-tailed) ketiga variabel tersebut menunjukkan nilai

yang lebih besar dari 0,05 maka data variable berdistribusi normal.

2) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier

antar variabel independen. Denga kata lain ada hubungan linier

yang sempurna antara beberapa atau semua variabel bebas.

Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF. Jika VIF

melebihi 10 maka, dikatakan memiliki multikolinieritas yang

berat.

Hasil uji data SPSS menunjukkan nilai VIF zakat dan

pertumbuhan ekonomi sebesar 1,227. Karena nilai VIF

1,227<10, berarti data tidak mengandung masalah

multikolinieritas.

3) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau

residual dari model yang diamati tidak memiliki varian yang

konstan dari satu observasi ke observasi lain.

Heteroskedastisitas lebih sering dijumpai dalam data silang

tempat dari pada runtut waktu, maupun analisis data rata-rata.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Cara menguji heteroskedastisitas pada suatu model dapat

dilihat dengan pola gambar scatterplot. Regresi tidak terjadi

heteroskedastisitas jika:

a) Titik-titik menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka

0.

b) Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

c) Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar

kembali.

a) Penyebaran titik-titik data berpola.

Sumber: hasil SPSS

Gambar 4.4 Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas

Hasil pengujian data menunjukkan pola gambar titik-titik

scatterplot yang menyebar disekitar angka 0, artinya model

tidak mengandung masalah heteroskedastisitas.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4) Uji Autokorelasi

Autokorelasi muncul karena korelasi yang berurutan satu

sama lain. Masalah ini timbul karena residual dari satu observasi

ke observasi lainnya. Masalah ini sering ditemukan apabila

menggunakan data runtut waktu. Autokorelasi menunjukkan

korelasi pada dirinya sendiri.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi antara lain Uji

Durbin Watson (DW test). Syarat tidak terjadi autokorelasi

adalah 1< DW < 3.

Hasil uji data diperoleh nilai Durbin Watson 1,377.

Karena 1< 1,377< 3, maka tidak terdapat masalah autokorelasi.

c. Uji Hipotesis atau Uji Signifikansi

1) Uji F

Uji F merupakan suatu ujian yang bertujuan mendeteksi

signifikansi semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap

variabel terikat yang digunakan. Pengujian diakukan dengan

membandingkan nilai signifikansi dengan tingkat signifikansi

α = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Ho diterima, jika nilai signifikansi > α = 0,05, artinya tidak ada

pengaruh signifikan secara serempak dari semua variabel bebas

terhadap variabel terikat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b. H1 ditolak, jika nilai signifikansi < α = 0,05, artinya ada

pengaruh signifikan secara serempak dari semua variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Hasil pengujian data dengan SPSS diperoleh nilai

signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05, maka

terima H1, tolak Ho, artinya ada pengaruh signifikan secara

serempak zakat dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat

kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013.

2) Uji-t (uji masing-masing variabel)

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat secara parsial, dapat dilihat dengan uji koofisien

regresi individual (t-tes) yang bertujuan untuk mengetahui apakah

semua variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap variabel

terikat pada tingkat kepercayaan tertentu. Pengujian dilakukan

dengan membandingkan nilai signifikansi pada tingkat signifikansi

α = 0,05 dengan kriteria:

a) Ho diterima, jika nilai signifikansi > α = 0,05, artinya tidak ada

pengaruh signifikan dari variabel bebas terhadap variabel

terikat.

b) H1 diterima, jika nilai signifikansi < α = 0,05, artinya ada

pengaruh signifikan dari variabel bebas terhadap variabel

terikat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Hasil perhitungan uji t diperoleh nilai signifikansi sebagai

berikut:

a) Nilai signifikansi zakat 0,000. Karena nilai signifikansi zakat

0,000 < α = 0,05, maka terima H1, tolak Ho, artinya ada

pengaruh signifikan zakat terhadap tingkat kemiskinan di

Indonesia tahun 2002-2013.

b) Nilai signifikansi pertumbuhan ekonomi 0,611. Karena nilai

signifikansi ekonomi 0,611 > α = 0,05, maka terima Ho, tolak

H1, artinya tidak ada pengaruh signifikan pertumbuhan

ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-

2013.

d. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi memiliki fungsi untuk menjelaskan

sejauh mana kemampuan variabel independen (zakat dan

pertumbuhan ekonomi) terhadap variabel dependen (kemiskinan).

Untuk melihat besarnya sumbangan atau kontribusi dari variabel

bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat melalui nilai Adjusted R

Square.

Untuk melihat besarnya sumbangan atau kontribusi dari zakat

dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia

tahun 2002-2013 dapat dilihat melalui nilai Adjusted R Square. Nilai

Adjusted R Square dari hasil uji SPSS yaitu 0,901. Artinya zakat dan

pertumbuhan ekonomi memberikan kontribusi sebesar 90,1% terhadap

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013, dalam keadaan

ceteris paribus, sedangkan sisanya sebesar 9,9% dipengaruhi oleh

variabel lain diluar model.

B. Pembahasan

1. Analisis Pengaruh Zakat Terhadap Tingkat Kemiskinan

Mannan menyatakan bahwa, zakat adalah poros dan pusat keuangan

Islam. Zakat dalam bidang sosial bertindak sebagai alat khas yang diberikan

kepada Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan

menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka memiliki,

sedang dalam bidang ekonomi zakat mencegah penumpukan kekayaan yang

mengerikan dalam tangan segelintir orang dan memungkinkan kekayaan

untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya

ditangan pemiliknya, maka sebagian diberikan kepada yang berhak.10

Abdurrachman Qadir menyatakan bahwa salah satu cara

menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu untuk

mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana zakat kepada mereka

yang kekurangan. Zakat merupakan salah satu dari lima nilai instrumental

yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia

dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya.11

Sementara itu, al-Qardhawi mengatakan bahwa tujuan mendasar

ibadah zakat itu adalah untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan

                                                            10 Muhammad Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi..., 256. 11 Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat..., 71.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain. Sistem distribusi

zakat merupakan solusi terhadap persoalan-persoalan tersebut dengan

memberikan bantuan kepada orang miskin tanpa memandang ras, warna

kulit, etnis, dan atribut-atribut keduniawian lainnya.12

Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS

menunjukkan nilai koefisien variabel zakat yang didapat dari hasil estimasi

adalah sebesar (-0,003) yang berarti ada pengaruh negatif antara zakat

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013. Dengan

demikian jika terjadi peningkatan zakat akan menurunkan tingkat

kemiskinan. Setiap kenaikan zakat sebesar 1 miliyar akan menurunkan

tingkat kemiskinan sebesar 0,003%.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa zakat berpengaruh secara parsial

terhadap kemiskinan pada signifikansi α = 5% di mana nilai signifikansi (t)

sebesar 0,000 < α = 0,005.

Koefisien slope negatif sudah sesuai teori. Artinya, ketika zakat

meningkat, maka jumlah penduduk miskin akan menurun.

Pramanik berpendapat bahwa zakat dapat memainkan peran yang

sangat signifikan dalam meredistribusikan pendapatan dan kekayaan dalam

masyarakat muslim. Dalam studinya, Pramanik menyatakan bahwa dalam

konteks makro ekonomi, zakat dapat dijadikan sebagai instrumen yang

                                                            12 Irfan Syauqi Beik, “Analisis Peran Zakat..., 3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dapat memberikan insentif untuk meningkatkan produksi, investasi, dan

untuk bekerja. Zakat adalah mekanisme transfer terbaik dalam masyarakat.13

Menurut Abdurrachman Qadir salah satu cara menanggulangi

kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta

kekayaan mereka berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan.

Demikian juga dengan pernyataan al-Qardhawi, bahwa tujuan mendasar

ibadah zakat itu adalah untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan

sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dll. Oleh sebab itu, untuk

mengatasi masalah kemiskinan adalah dengan menunaikan kewajiban zakat.

Kewajiban zakat memiliki kedudukan yang sama dengan kewajiban

mendirikan shalat, karena itulah dalam banyak ayat dan hadis, perintah

shalat selalu dikaitkan dengan perintah zakat, misalnya dalam firman Allah

surat al-Baqarah ayat 43 berikut:

﴾٤٣﴿ الراكعني مع واركعوا الزكاة وآتوا الصالة وأقيموا Artinya:

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang rukuk.14

Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara

konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu

mengentaskan kemiskinan.”15 Karena zakat merupakan upaya mengatasi

kemiskinan, maka sedapat mungkin dana zakat itu tidak hanya digunakan

untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya konsumtif bagi fakir miskin                                                             13 Ibid, 3. 14 Alquran, 2 : 43. 15 Abdurrachman Qadir, Zakat dalam..., 83-84.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kecuali zakat fitrah. Hal tersebut dikhawatirkan akan menjadikan pihak si

miskin sebagai penerima zakat hanya menggantungkan harapannya dari

zakat dan membuat mereka malas berusaha. Oleh sebab itu dana zakat boleh

dialokasikan sebagai dana pendidikan, modal usaha dan sebagainya.

Meskipun demikian kebutuhan awal untuk makan tetap harus dipenuhi,

terutama bagi mereka yang mengidap penyakit menahun, cacat dan

sebagainya.

Selain itu El-Din menganalisa fungsi alokatif dan stabilisator zakat

dalam perekonomian. Ia menyatakan bahwa fungsi alokatif zakat

diekspresikan sebagai alat atau instrumen untuk memerangi kemiskinan.

Namun demikian, hendaknya dalam pola pendistribusiannya, zakat tidak

hanya diberikan dalam bentuk barang konsumsi saja melainkan juga dalam

bentuk barang produksi. Ini dilakukan ketika mustahik memiliki kapasitas

dan kemampuan untuk mengolah dan melakukan aktivitas produksi. Ia pun

mendorong distribusi zakat dalam bentuk ekuitas, yang diharapkan akan

memberikan dampak yang lebih luas terhadap kondisi perekonomian.

Pada teori sebelumnya di atas juga telah dijelaskan bahwa zakat

memberi pengaruh terhadap upaya pengentasan kemiskinan melalui efek

pengganda zakat (efek multiplier). Pelaksanaan ibadah zakat bila dilakukan

secara sistematis dan terorganisir akan memberikan efek multiplier yang

tidak sedikit terhadap peningkatan pendapatan. hal ini seperti digambarkan

pada hadis Rasulullah dan Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 261:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

سنبـلة كل يف سنابل سبع أنبـتت حبة كمثل اهلل سبيل يف أمواهلم ينفقون الذين مثل ئة ﴾٢٦١﴿ عليم واسع واهلل يشاء لمن يضاعف واهلل حبة م

Artinya:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.16

هما، عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فيما يـرويه عن رب ه تـبارك عن ابن عباس رضي هللا عنـ ذلك : فمن هم حبسنة فـلم يـعمله ا كتـبـها وتـعاىل : إن هللا كتب احلسنات والسيئات، مث بني

ا فـعملها كتـبـها هللا عنده عشرة حسنات ضعف إىل سبعمائة عنده حسنة كاملة، وإن هم ا إىل أضعاف كثرية، وإن هم بسيئة فـلم يـعملها كتـبـها هللا عنده حسنة كاملة، وإن ه م

ذه احلروف ]فـعملها كتـبـها هللا سيئة واحدة [رواه البخاري ومسلم يف صحيحهما

Artinya:

“Dari Ibnu Abbas ra meriwayatkan dari Rasulullah saw beliau bersabda menyampaikan apa yang diterimadari tuhannya Allah azza wajala, “Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya; barangsiapa berniat melakukan kebaikan dan tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kebaikan lalu ia benar-benar melakukannya maka Allah akan mencatat di sisi-Nya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat bahkan masih dilipatgandakannya lagi. Jika ia berniat melakukan keburukan dan tidak jadi melakukan maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan. Dan jika iaberniat melakukan keburukan lalu ia benar-benar melakukannya, maka Allah hanya mencatat di sisi-Nya satu keburukan.” (HR Bukhari dan Muslim).17

Secara ekonomi, diasumsikan bantuan zakat diberikan dalam

bentuk konsumtif. Bantuan konsumtif yang diberikan kepada mustahik akan

meningkatkan daya beli mustahik tersebut atas suatu barang yang menjadi

                                                            16 Al-Quran, 2:261. 17 M. Nur Rianto Al Arif, “Efek Pengganda Zakat..., 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kebutuhannya. Peningkatan daya beli atas suatu barang ini akan berimbas

pada peningkatan produksi suatu perusahaan, imbas dari peningkatan

produksi adalah penambahan kapasitas produksi yang hal ini berarti

perusahaan akan menyerap tenaga kerja lebih banya. Hal ini didukung pula

oleh teori tentang dampak ekonomis zakat. Di antara dampak yang ada

adalah sebagai berikut:

1) Produksi

Dengan adanya zakat fakir miskin dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya. Permintaan yang ada di pasar akan meningkat, sehingga

produsen harus meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan

yang ada.

2) Investasi

Dengan adanya alokasi zakat atas fakir dan miskin, hal tersebut

akan menambah pemasukan mereka, sehingga konsumsi yang dilakukan

akan bertambah. Peningkatan konsumsi akan mendorong peningkatan

produksi di mana hal tersebut akan mendorong investasi.

3) Lapangan Kerja

Dengan adanya zakat, permintaan akan tenaga kerja akan semakin

bertambah dan akan mengurangi pengangguran. Seperti dijelaskan di

atas, zakat akan menaikkan produksi dan investasi dalam dunia usaha,

sehingga permintaan akan karyawan akan semakin bertambah.18.

                                                            18 Said Saad Marthon, Ekonomi Islam..., 126.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Berdasarkan mekanisme tersebut dapat terlihat bahwa pengelolaan

zakat yang tepat, profesional dan akuntabel akan mampu mendayagunakan

zakat serta akan memberikan efek pengganda yang cukup signifikan dalam

perekonomian terutama dalam membantu pemerintah dalam mengentaskan

kemiskinan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.19

Bagi yang tidak menunaikan zakat tidak hanya tidak sempurna

keimanannya, tetapi juga termasuk orang yang tidak beruntung, tidak

menunjukkan kebaikan dan ketakwaan. Selain itu mereka tidak mendapat

rahmat Allah, bahkan tidak berhak memperoleh pertolongannya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Patmawati (2006) tentang

peran zakat dalam menanggulangi masalah kemiskinan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa zakat memberikan hasil positif dalam mengurangi

kadar kemiskinan, memperkecil jurang kemiskinan dan mengurangi tekanan

kemiskinan di masyarakat. Dalam penelitiannya ia menemukan bahwa 10%

kelompok masyarakat terbawah menikmati 10% kekayaan karena zakat.

Angka ini meningkat dari 0,4 persen ketika transfer zakat tidak terjadi.

Sedangkan 10 persen kelompok teratas masyarakat menikmati kekayaan

sebesar 32 persen, atau turun dari 35,97 persen pada posisi sebelumnya. Ini

menunjukkan bahwa kesenjangan antar kelompok dapat dikurangi. Ia pun

menyimpulkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah keluarga miskin,

mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Hasil penelitian

Beik (2008) juga menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah dan

                                                            19 M. Nur Rianto Al Arif, “Efek Pengganda Zakat...”, 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

persentase keluarga miskin, serta mengurangi kedalaman dan keparahan

kemiskinan.

2. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan

Nilai koefisien variabel pertumbuhan ekonomi dari hasil estimasi

adalah sebesar (-0,187), yang berarti ada pengaruh negatif pertumbuhan

ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013.

Dengan kata lain setiap terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1%

akan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0,18%.

Dari hasil uji t diketahui nilai sig (t) sebesar 0,611 > 0,05, maka

tolak H1 dan terima Ho, yang berarti bahwa pendapatan nasional tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan, sehingga hipotesis

H1 yang menyatakan bahwa ada pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap

tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013 tidak terbukti.

Hasil penelitian ini berkebalikan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Arius Jonaidi (2012) dan Chairul Nizar (2013) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan

ekonomi dan tingkat kemiskinan, di mana pertumbuhan ekonomi mampu

menurunkan tingkat kemiskinan.

Hal ini juga tidak sesuai dengan pernyataan bahwa, pertumbuhan

ekonomi dapat dijadikan sebagai tolok ukur kesejahteraan masyarakat suatu

negara. Pertumbuhn ekonomi merupakan penambahan Gross Domestic

Product (GDP) artinya produksi barang dan jasa mengalami peningkatan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

secara nasional dari tahun ke tahun.20 Peningkatan produksi yang dapat

menyerap tenaga kerja seharusnya mampu mengurangi tingkat kemiskinan.

Pada saat pertumbuhan ekonomi meningkat, diharapkan mampu

menurunkan tingkat kemiskinan. Namun apabila nilai ketimpangan

pendapatan meningkat, maka kemungkinan untuk terjadi penurunan

terhadap tingkat kemiskinan juga sangat kecil.21

Teori kemiskinan Todaro, menyatakan bahwa tinggi rendahnya

tingkat kemiskinan di suatu negara tergantung pada dua faktor utama yaitu:

a.Tingkat pendapatan nasional, dan b. Lebar sempitnya disrtribusi

pendapatan. Jelas setinggi apapun tingkat pendapatan nasional yang dicapai

oleh suatu negara, selama tingkat pendapatan tidak merata, maka tingkat

kemiskinan juga akan tetap parah. Demikian pula sebaliknya, semerata

apapun distribusi pendapatan disuatu negara, jika tingkat pendapatan

nasionalnya rendah, maka kemiskinan juga akan semakin meluas.22

Untuk melihat adanya ketidak merataan distribusi pendapatan

(ketimpangan) dapat dilihat melalui beberapa indikator, salah satu indikator

ketimpangan pendapatan di Indonesia dapat dilihat melalui nilai indeks gini

yang tampak pada tabel berikut:23

Tabel 4.5 Indeks Gini Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2002-2013

Tahun Gini Rasio GDP Growth 2002 0,32 4,5 2003 0,32 4,8

                                                            20 Mudrajad Kuncoro, Mudah Memahami..., 27. 21Ibid, 97. 22 Michael P Todaro & Stephen C. Smith, Pembangunan..., 66. 23Mudrajad Kuncoro, Mudah Memahami..., 99.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2004 0,32 5,0 2005 0,36 5,7 2006 0,35 5,5 2007 0,36 6,4 2008 0,35 6,0 2009 0,37 4,6 2010 0,38 6,2 2011 0,41 6,5 2012 0,41 6,2 2013  0,413 5,3

Sumber: BPS24

Tabel di atas menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang

baik di mana pertumbuhannya mengalami kenaikan di atas 4%, namun

peningkatan tersebut juga diiringi dengan indeks gini yang mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Dengan melihat indeks gini dapat

diketahui seberapa merata pendapatan nasional yang yang didistribusikan di

antara penduduk. Sepanjang tahun 2002-2010 indeks gini hanya berkisar

antara 0,3, artinya distribusi pendapatan penduduk mengalami ketimpangan

sedang, sedangkan pada tahu 2011-2013 indeks gini menunjukkan nilai 0,4,

artinya pendapatan antara penduduk kaya dan miskin mengalami

kesenjangan yang mencemaskan.

Ketimpangan yang ditunjukkan oleh indeks gini mengalami

peningkatan hingga mencapai angka 0,4 pada tahun 2013 ini sangat

mencemaskan. Indeks gini yang hampir mendekati angka 0,5 menunjukkan

ketimpangan pendapatan yang sangat tinggi. Masalah ketimpangan dalam

distribusi pendapatan harus menjadi perhatian, karena ketimpangan

                                                            24 BPS, “Gini Ratio Menurut Provinsi Tahun 1996, 1999, 2002, 2005, 2007-2013”, dalam

http://BPS.go.id. (20 Oktober 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

distribusi pendapatan yang tinggi akan menyebabkan jumlah penduduk

miskin semakin parah.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak

berkorelasi terhadap tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi tidaklah

identik dengan pengurangan angka kemiskinan. Angka-angka pertumbuhan

ekonomi ini menunjukkan bahwa peningkatannya tidak menjamin distribusi

pendapatan di antara para penduduk sudah merata. Pertumbuhan ekonomi

yang tinggi bukan merupakan jaminan tidak adanya kemiskinan absolut

dalam jumlah besar. Bisa jadi suatu daerah mengalami pertumbuhan

ekonomi yang sangat pesat dikarenakan pembangunan ekonominya yang

baik, sedangkan daerah lain tidak. Sehingga daerah lain yang tertinggal

dalam pembangunan, masih terdapat banyak penduduk yang hidup dalam

keadaan miskin.

Hal tersebut berkebalikan dengan konsep pertumbuhan ekonomi

dalam Islam. Dengan memelihara kedudukan manusia yang bermartabat,

Islam menyerukan betapa pentingnya peran manusia dalam mengusahakan

kesejahteraan hidup di muka bumi, sehingga pertumbuhan ekonomi harus

mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia. Pertumbuhan

ekonomi bukan hanya aktivitas produksi material saja. Pertumbuhan

ekonomi menyangkut aktivitas menyeluruh dalam bidang produksi yang

terkait erat dengan keadilan distribusi. Dalam paradigma ekonomi Islam

pertumbuhan haruslah sejalan dengan keadilan dan pemerataan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pendapatan.25 Sebagaimana telah dijelaskan di dalam al-Qur’an surat al-

Hasyr ayat 7 berikut ini:

واليـتامى القرىب ولذي وللرسول فلله القرى أهل من رسوله على اهلل أفاء ماكم وما منكم األغنياء بني دولة يكون ال كي السبيل وابن والمساكني الرسول آ

اكم وما فخذوه ﴾٧﴿ العقاب شديد اهلل إن اهلل واتـقوا فانتـهوا عنه Artinya:

“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”[QS Al-Hasyr(2):168]26

Ayat di atas menjelaskan tentang pentingnya pemerataan distribusi

pendapatan. Di mana kekayaan yang dihasilkan oleh negara tidak boleh

hanya berputar di kalangan orang-orang kaya saja, tetapi harus menyebar

keseluruh penduduk termasuk penduduk miskin sehingga tidak terjadi

ketimpangan pendapatan.

Selain masalah ketimpangan, tingkat kemiskinan di Indonesia juga

dipengaruhi oleh gaya hidup konsumerisme di antara penduduknya. Tabel

berikut memperlihatkan kontribusi persentase masing-masing komponen

terhadap pendapatan nasional dari sisi pengeluaran:

                                                            25 Agustianto, “Pertumbuhan dan Pembangunan...,6. 26 Al‐Quran, 2:168. 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Tabel 4.6 Struktur GDP Menurut Pengeluaran Tahun 2011-2013

Komponen 2011 2012 2013

1. Konsumsi rumah tangga 54,63 54,64 55,82

2. Konsumsi pemerintah 9,02 8,91 9,12

3. Pembentukan modal tetap bruto

31,95 32,67 31,66

4. a. Perubahan inventori b. Diskrepansi statistik

0,95 2,04

2,07 3,27

1,98 3,42

5. Ekspor barang dan jasa 26,36 24,29 23,74

1. Dikurangi impor barang dan jasa

24,95 25,86 25,74

GDP Riil 100 100 100 Sumber: BPS 27

Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa pola pertumbuhan di

Indonesia selama 3 tahun terakhir masih bercirikan pertumbuhan yang

didominasi oleh konsumsi masyarakat. Indonesia mampu tumbuh hingga

6,5% karena ditopang oleh konsumsi. Konsumsi rumah tangga merupakan

penopang utama ekonomi Indonesia (54-56% terhadap GDP Indonesia),

diikuti oleh investasi (32%), net eksport (26%), dan pengeluaran pemerintah

(9%).

Ketimpangan pendapatan masyarakat Indonesia mencapai angka 0,4.

Apabila konsumsi masyarakat lebih tinggi dari pada jumlah investasi dapat

diasumsikan pengeluaran masyarakat berpendapatan tinggi banyak

dialokasikan untuk kegiatan konsumsi dari pada investasi. Jika pengeluaran

investasi lebih kecil dibandingkan pengeluaran konsumsi, maka

pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan tingkat

                                                            27 BPS, Data Strategis..., 7.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kemiskinan tidak dapat terealisasi. Sebab melalui investasi yang tinggi

pertumbuhan diharapakan mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi

tingkat kemiskinan.

Terlebih lagi Asian Wall Street Journal dalam Kuncoro

menyebutkan bahwa, prilaku konsumtif masyarakat Indonesia pasca krisis

global tahun 2009 tetap mampu membeli mobil dan membeli berbagai

barang dari merk produk ternama dengan dibiayai oleh kredit dari Bank

(BCA, BRI, Bank Mandiri).28 Jika konsumsi masyarakat Indonesia tetap

mendominasi pertumbuhan ekonomi dengan pola konsumsi yang ditunjang

oleh kredit, maka pertumbuhan di Indonesia tetap tidak akan berpengaruh

terhadap tingkat kemiskinan.

Al-Quran telah memperingatkan kita untuk tidak melampaui batas

dalam segala urusan termasuk dalam urusan konsumsi, sekalipun konsumsi

tersebut tergolong dalam kegiatan yang dihalalkan oleh Allah.

                                                            28 Mudrajad Kuncoro, Mudah Memahami...,32.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31