Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - · PDF filebersamaan dengan pemeriksaan temperatur...
Transcript of Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - · PDF filebersamaan dengan pemeriksaan temperatur...
63
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
IV.1. Umum
Pada Bab IV ini akan dijabarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil-hasil
penelitian yang didapatkan. Secara garis besar penjelasan hasil penelitian
meliputi:
1. Karakteristik limbah yang digunakan
2. Kondisi saat pembibitan dan aklimatisasi
3. Percobaan batch
4. Percobaan kontinyu
5. Kinetika Reaktor
6. Hidrodinamika
7. Mikroorganisme di dalam reaktor
IV.2 Karakteristik air limbah yang digunakan
Limbah yang digunakan di dalam penelitian adalah limbah buatan dengan
karakteristik air limbah greywater. Alasan utama penggunaan limbah buatan dan
bukan limbah asli adalah:
1. Adanya fluktuasi yang tinggi untuk kualitas organik limbah greywater,
sehingga untuk memudahkan analisa dibuat kualitas bahan organik yang
serupa untuk tiap percobaan
2. Tinjauan di dalam Penelitian ini meliputi konsentrasi DO, TSS, amonium dan
COD, sedangkan di dalam limbah greywater asli kemungkinan terkandung
pula bahan-bahan lain seperti minyak dan lemak, deterjen dll, yang
kemungkinan dapat menghambat proses yang berlangsung, padahal bahan-
bahan ini tidak diteliti kualitasnya.
3. Kepraktisan. Mengingat penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang agak
lama, maka dibutuhkan pula volume air limbah yang cukup besar. Oleh
64
karena itu dengan alasan kemudahan pembuatan sediaan limbah dan juga
kualitas limbah yang dapat lebih dikontrol, digunakan air limbah buatan.
Karakteristik air limbah yang digunakan ditunjukkan pada Tabel IV.1
Tabel IV.1 Kondisi air limbah yang digunakan
No. Parameter Satuan Kontinyu
1 COD1 mg/l 300
2 NH4-N mg/l 2,5
3 Alkalinitas mg/l CaCO3 50
4 COD/NH4-N - 120
5 Temperatur oC 22-23,8
6 pH - 7.1 1Berubah sesuai dengan kondisi percobaan
Konsentrasi amonium 2,5 mg/l diambil berdasarkan nilai minimum konsentrasi
amonium pada greywater. Sedangkan temperatur yang ada mengikuti kondisi
lingkungan sekitar (tidak dikontrol).
IV.3 Kondisi Saat Start-up
Keseluruhan hasil percobaan kontinyu yang dilakukan didalam penelitian ini
ditunjukkan pada Gambar IV.1. Sedangkan detail hasil dari percobaan batch dan
tiap beban kontinyu dapat dilihat sub-bab Percobaan Batch dan Percobaan
Kontinyu.
Seperti yang telah dijelaskan pada sub-Bab III.4 start-up dilakukan dalam dua
tahap, yaitu tahap penumbuhan biofilm dan tahap aklimatisasi reaktor sampai
kondisi tunak. Tahap penumbuhan dilakukan selama 10 hari dengan mode operasi
batch. Sebagai sumber karbon digunakan glukosa dengan konsentrasi setara 300
mg/l. Sumber nutrien digunakan amonium klorida dan kalium fosfat. Inokulum
yang digunakan berasal dari biakan mikroorganisme reaktor lumpur aktif dan
mikroorganisme dari saluran drainase. Sedangkan sumber mikronutrien berasal
dari penambahan feri sulfat. Air di dalam reaktor diganti tiap dua hari sekali, dan
pengudaraan untuk ketiga reaktor dilakukan secara kontinyu. Pemeriksaan untuk
periode ini hanya dilakukan secara visual yaitu pada pertumbuhan biofilm
Gambar IV.1 Penyisihan kadar S
percobaan kontinyu
Setelah periode penumbuhan biofilm
kontinyu dengan mengalirkan air limbah buatan
Sebagai sumber nutrien digunakan pupuk NPK buatan. Konsentrasi bahan organik
yang digunakan adalah 650 mg/l. Penggunaan konsentrasi bahan organik yang
tinggi melebihi beban rencana untuk running bertujuan untuk menyiapkan reaktor
agar mempunyai kemampuan pengolahan untuk beban besar.
reaktor dengan pengudaraan
Kondisi tunak didapatkan setelah 9 hari
9 hari adalah waktu yang normal unt
Gray (2004), dimana diperlukan 3
organik (BOD). Setelah akhir masa aklimatisasi reaktor dilakukan penimbangan
massa (kering) biofilm.
65
pengudaraan untuk ketiga reaktor dilakukan secara kontinyu. Pemeriksaan untuk
periode ini hanya dilakukan secara visual yaitu pada pertumbuhan biofilm
Penyisihan kadar SCOD pada R1, R2 dan R3 saat aklimatisasi dan
percobaan kontinyu
penumbuhan biofilm 10 hari, maka mode operasi diganti secara
kontinyu dengan mengalirkan air limbah buatan sukrosa pada debit 30 ml/menit.
Sebagai sumber nutrien digunakan pupuk NPK buatan. Konsentrasi bahan organik
yang digunakan adalah 650 mg/l. Penggunaan konsentrasi bahan organik yang
tinggi melebihi beban rencana untuk running bertujuan untuk menyiapkan reaktor
ar mempunyai kemampuan pengolahan untuk beban besar.
dengan pengudaraan tidak menerus mulai dilakukan pada tahap ini.
Kondisi tunak didapatkan setelah 9 hari mulai aklimatisasi (Gambar IV.1).
9 hari adalah waktu yang normal untuk aklimatisasi reaktor biofilm mengacu pada
Gray (2004), dimana diperlukan 3-8 hari aklimatisasi untuk penyisihan bahan
Setelah akhir masa aklimatisasi reaktor dilakukan penimbangan
massa (kering) biofilm.
pengudaraan untuk ketiga reaktor dilakukan secara kontinyu. Pemeriksaan untuk
periode ini hanya dilakukan secara visual yaitu pada pertumbuhan biofilm.
pada R1, R2 dan R3 saat aklimatisasi dan
hari, maka mode operasi diganti secara
pada debit 30 ml/menit.
Sebagai sumber nutrien digunakan pupuk NPK buatan. Konsentrasi bahan organik
yang digunakan adalah 650 mg/l. Penggunaan konsentrasi bahan organik yang
tinggi melebihi beban rencana untuk running bertujuan untuk menyiapkan reaktor
ar mempunyai kemampuan pengolahan untuk beban besar. Pengkondisian
mulai dilakukan pada tahap ini.
(Gambar IV.1). Waktu
uk aklimatisasi reaktor biofilm mengacu pada
8 hari aklimatisasi untuk penyisihan bahan
Setelah akhir masa aklimatisasi reaktor dilakukan penimbangan
66
Dapat dilihat antara reaktor 1, 2, 3 mencapai waktu kondisi tunak yang tidak
berbeda. Pada kondisi tunak ini dapat dilihat pertumbuhan biofilm yang cukup
tebal.
Tabel IV.2 Kondisi ketiga saat reaktor masa tunak tercapai
No. Reaktor R1 R2 R3
1 Pengudaraan 2-2 4-4 kontinyu
2 Waktu pencapaian
kondisi tunak
9 hari 9 hari 9 hari
3 Efisiensi pada akhir
kondisi tunak
88% 88% 86%
4 Berat biofilm
kering/Vol.Reaktor (mg
biomassa.(l Reaktor)-1)
2061 1985 2125
Dari hasil observasi ini menunjukkan kemampuan melekat yang cukup baik untuk
mikroorganisme yang berasal dari reaktor lumpur aktif, karena secara teori bakteri
lumpur aktif yang didominasi bakteri aerobik heterotrof mampu memproduksi
biopolimer ekstraselular yang membentuk flok biologi atau biofilm untuk proses
pertumbuhan melekat (Metcalf & Eddy, 2003).
Gambar IV.2 Pertumbuhan biofilm pada media (a) saat awal (b) akhir periode
start up
67
Massa biofilm kering diperhitungkan dengan menghitung selisih berat media yang
masih mengandung biofilm dengan berat media kering. Sampel media diambil
sebanyak 10 sampel tiap reaktor yang dikeringkan pada temperatur 105oC selama
dua jam dan ditimbang massanya.
Waktu kondisi tunak dicapai setelah 17 hari dari awal pembibitan yang ditandai
dengan stabilnya konsentrasi SCOD pada effluen tiap reaktor. Temperatur harian
rata-rata Tidak ada perbedaan untuk waktu pencapaian kondisi tunak untuk R1,
R2 dan R3. Penurunan konsentrasi SCOD rata-rata pada ketiga reaktor tidak jauh
berbeda yaitu adalah 86%+2%.
Proses aklimatisasi menunjukkan pencapaian masa tunak yang hampir sama untuk
R1, R2 dan R3. Hanya saja laju penyisihan SCOD pada masa aklimatisasi pada R2
lebih besar dari pada R1 dan R3. Hal ini berdasarkan pada laju penyisihan pada
yaitu dengan massa biofilm yang lebih kecil tetapi menghasilkan penyisihan yang
lebih besar. Akhir masa tunak menunjukkan kesamaan karakteristik R1 dan R3
Setelah mencapai kondisi tunak, maka percobaan dilakukan untuk kondisi aliran
batch diikuti dengan kondisi aliran kontinyu.
IV.4 Percobaan Batch
Setelah melewati masa aklimatisasi, ketiga reaktor dioperasikan secara batch.
Pengoperasian secara batch dilakukan dengan tidak mengalirkan air limbah pada
influen maupun effluen. Konsentrasi air limbah yang digunakan adalah 300 mg/l.
Sampel diambil tiap tiga jam pada titik pengambilan sampling kedua.
Pengudaraan pada R1 dilakukan secara intermttent 2 jam hidup-2 jam mati, R2 4
jam hidup-4 jam mati, dan R3 diberikan pengudaraan menerus.
Hasil pengambilan sampling berupa nilai konsentrasi SCOD pada ketiga reaktor
ditunjukkan pada Gambar IV.3.
68
Gambar IV.3 Penyisihan kadar SCOD pada R1, R2 dan R3 dalam kondisi Batch
Gambar IV.3 di atas menunjukkan penurunan materi organik tercepat terutama di
dalam 6 jam pertama, setelah itu laju penurunan bahan organik berangsur-angsur
menurun sampai akhir masa pengambilan sampel pada jam ke-18.
Percobaan secara batch menunjukkan profil penurunan SCOD mengikuti reaksi
orde ke-1. Ketiga reaktor menunjukkan profil yang sama. Hal ini adalah sesuai
dengan teori umum bahwa laju reaksi keseluruhan untuk reaktor biofilter
mengikuti orde ke-1 (Mann & Stephenson, 1997).
Perhitungan laju penyisihan SCOD pada percobaan batch dengan pendekatan
persamaan III.8 untuk masing-masing R1, R2 dan R3 adalah 0.013, 0.014, dan
0.014 mg SCOD.(jam.mg biomassa)-1. Di sini terlihat bahwa perbandingan laju
penyisihan SCOD dalam percobaan batch menunjukkan laju penyisihan SCOD yang
tidak jauh berbeda, artinya penambahan oksigen secara intermittent tidak
berpengaruh secara signifikan, tetapi berat biofilm yang terbentuk berpengaruh
seperti yang terlihat pada Tabel IV.2.
IV.5 Percobaan Kontinyu
Percobaan kontinyu dilakukan setelah dilakukan percobaan batch. Percobaan
kontinyu bertujuan untuk mengamati kinerja reaktor pada kondisi pengudaraan
0
50
100
150
200
250
300
350
0 5 10 15 20
Konsentrasi SCOD(mg/l)
Jam
Reaktor
R1
R2
R3
69
yang diberikan. Sebagai parameter pembanding adalah bahan organik (SCOD),
amonium, DO, TSS, pH dan temperatur.
Tabel IV.3 Kondisi Beban Organik selama percobaan
Run Laju
(l.hari-1)
HRT
(jam)
HLR
(m.hari-1)
Inlet COD
(mg.l-1)
OLR
(kgCOD.m-3.hari
-1)
1 43,2 4 2.88 300 0,906
2 43,2 4 2,88 400 1,208
3 43,2 4 2,88 500 1,510
Parameter-parameter selain bahan organik diamati pada kondisi inlet COD 300
mg.l-1. Pengambilan sampel dan pemeriksaan dilakukan 6 kali tiap 3 jam.
Gambar IV.4 Penyisihan kadar SCOD pada variasi konsentrasi influen dengan Q=
43,2 l.hari-1 dan HRT = 4 jam
Pengaruh kondisi pengudaraan terhadap kondisi reaktor dilihat berdasarkan
dampaknya secara umum pada reaktor dengan mengamati kondisi efluen
Amonium, SCOD, DO dan TSS.
0
100
200
300
400
500
600
24 25 26 27 28 29
Konsentrasi SCOD (mg/l)
Waktu (jam)
Inlet
R1
R2
R3
Pengamatan dilakukan pada konsentrasi influen COD teoritis 300 mg/l. Limbah
yang digunakan adalah limbah buatan sukrosa denga
influen 5 mg/l, pH rata
maksimum 23,8oC dan minimum 22
dengan konsentrasi 60 mg/l.
Pengamatan dilakukan pada tiga reaktor masing
jam hidup – 2 jam mati (2
(4-4), dan R3 dengan pengudaraan menerus. Pengudaraan diberikan dengan
menggunakan aerator akuarium tipe coarse bubble. Debit udara yang diberikan
sebesar 3,5 l/menit. Sampel diambil tiap tiga jam dengan 6 kali pengambilan
sampel. Pengambilan sampel yang dilakukukan tiap tiga jam dengan kombinasi
pengudaraan 2-2, 4-
dengan kondisi udara yang berbeda
maka tidak diperlukan pengukuran parameter seperti laju pemakaian oksigen dan
koefisien transfer massa seperti yang dilakukan Harris et al (1996).
Gambar IV.5 Hubungan antara pengambilan sampel dan
IV.5.1 Oksigen terlarut
Pemeriksaan konsentrasi oksigen terlarut dilakukan secara langsung (in situ) pada
sampel yang diambil
70
Pengamatan dilakukan pada konsentrasi influen COD teoritis 300 mg/l. Limbah
yang digunakan adalah limbah buatan sukrosa dengan konsentrasi Amonium di
influen 5 mg/l, pH rata-rata di influen 7,4, dan temperatur rata
C dan minimum 22oC. Alkalinitas diberikan berupa CaCO
dengan konsentrasi 60 mg/l.
Pengamatan dilakukan pada tiga reaktor masing-masing R1 untuk pengudaraan 2
2 jam mati (2-2), R2 dengan pengudaraan 4 jam hidup
4), dan R3 dengan pengudaraan menerus. Pengudaraan diberikan dengan
menggunakan aerator akuarium tipe coarse bubble. Debit udara yang diberikan
5 l/menit. Sampel diambil tiap tiga jam dengan 6 kali pengambilan
sampel. Pengambilan sampel yang dilakukukan tiap tiga jam dengan kombinasi
-4, dan menerus akan memberikan waktu-
dengan kondisi udara yang berbeda-beda (Gambar IV.1). Dengan metode ini,
maka tidak diperlukan pengukuran parameter seperti laju pemakaian oksigen dan
koefisien transfer massa seperti yang dilakukan Harris et al (1996).
Hubungan antara pengambilan sampel dan kondisi pengudaraan
Oksigen terlarut
Pemeriksaan konsentrasi oksigen terlarut dilakukan secara langsung (in situ) pada
sampel yang diambil menggunakan metode elektrometrik. Sampel diambil pada
Pengamatan dilakukan pada konsentrasi influen COD teoritis 300 mg/l. Limbah
n konsentrasi Amonium di
rata di influen 7,4, dan temperatur rata-rata 23,22oC,
C. Alkalinitas diberikan berupa CaCO3
untuk pengudaraan 2
2), R2 dengan pengudaraan 4 jam hidup – 4 jam mati
4), dan R3 dengan pengudaraan menerus. Pengudaraan diberikan dengan
menggunakan aerator akuarium tipe coarse bubble. Debit udara yang diberikan
5 l/menit. Sampel diambil tiap tiga jam dengan 6 kali pengambilan
sampel. Pengambilan sampel yang dilakukukan tiap tiga jam dengan kombinasi
-waktu sampling
ar IV.1). Dengan metode ini,
maka tidak diperlukan pengukuran parameter seperti laju pemakaian oksigen dan
koefisien transfer massa seperti yang dilakukan Harris et al (1996).
kondisi pengudaraan
Pemeriksaan konsentrasi oksigen terlarut dilakukan secara langsung (in situ) pada
. Sampel diambil pada
71
tiap titik ketinggian untuk tiap reaktor. Pengukuran konsentrasi DO dilakukan
bersamaan dengan pemeriksaan temperatur air dan pH. Pengambilan sampel
dilakukan tiap rentang waktu tiga jam.
Hasil pengambilan sampel untuk tiap reaktor dapat dilihat pada Gambar IV.6,
IV.7, dan IV.8. Sedangkan rata-rata konsentrasinya dapat dilihat pada Gambar
IV.9. Gambar IV.10 menunjukkan hubungan antara waktu pengambilan sampel
dengan kondisi pengudaraan pada tiap reaktor saat itu.
Gambar IV.6 Profil konsentrasi DO pada pengudaraan 2 jam-2 jam
Gambar IV.7 Profil konsentrasi DO pada pengudaraan 4 jam-4 jam
0
2
4
6
8
1 3 5
Ko
nse
ntr
asi
DO
(m
g/l
)
Sampling ke-
R1
30 cm
60 cm
Outlet
Inlet
0
1
2
3
4
5
6
7
1 3 5
Ko
nse
ntr
asi
DO
(m
g/l
)
Sampling ke-
R2
30 cm
60 cm
Outlet
Inlet
Gambar IV.8 Profil konsentrasi DO pada pengudaraan menerus
Gambar IV.9 Rata-rata DO untuk tiap titik sampling
Gambar IV.10 Hubungan kondisi pengudaraan dan DO untuk ketiga reaktor
0
2
4
6
8
1
Ko
nse
ntr
asi
DO
(m
g/l
)
72
Profil konsentrasi DO pada pengudaraan menerus
rata DO untuk tiap titik sampling
Hubungan kondisi pengudaraan dan DO untuk ketiga reaktor
2 3 4 5 6
Sampling ke-
R3
Hubungan kondisi pengudaraan dan DO untuk ketiga reaktor
30 cm
60 cm
outlet
Inlet