BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi...

22
26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Berdasarkan hasil Tanya jawab peneliti dengan guru dan tes uji kompetensi matematika, pada pokok bahasan mengurutkan bilangan bulat dan menjumlahkan bilangan bulat ternyata hasilnya kurang memuaskan, padahal guru sudah berusaha semaksimal mungkin dengan menggunakan pembelajaran yang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa ketika diberi pre-test sebelum diadakan proses pembelajaran diperoleh hasil rata-rata 60,9 dan prosentase ketuntasan 42,3%. Hal ini membuktikan bahwa selama ini konsep yang diterima siswa tentang mengurutkan bilangan bulat dan menjumlahkan bilangan bulat belum tercapai. Oleh karena itu, peneliti meminta bantuan kepada guru kelas untuk bersama-sama mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan. Siswa masih kurang menguasai konsep yang diberikan oleh guru meskipun sudah dijelaskan berkali-kali dan diadakan Tanya jawab. Sehingga guru harus berusaha memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang baru yaitu model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211), dan mengganti model pembelajaran yang lama agar konsep tentang bilangan bulat dapat dikuasai oleh siswa dengan baik sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dapat meningkat. 4.2. Siklus I 4.2.1. Perencanaan Tindakan Perbaikan pembelajaran pada siklus I dilakukan untuk pokok pembahasan tentang mengurutkan bilangan bulat. Perbaikan pembelajaran pada siklus I merupakan perbaikan pembelajaran dari hasil pembelajaran yang dilaksanakan

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Awal

Berdasarkan hasil Tanya jawab peneliti dengan guru dan tes uji

kompetensi matematika, pada pokok bahasan mengurutkan bilangan bulat dan

menjumlahkan bilangan bulat ternyata hasilnya kurang memuaskan, padahal

guru sudah berusaha semaksimal mungkin dengan menggunakan pembelajaran

yang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa ketika diberi pre-test

sebelum diadakan proses pembelajaran diperoleh hasil rata-rata 60,9 dan

prosentase ketuntasan 42,3%. Hal ini membuktikan bahwa selama ini konsep

yang diterima siswa tentang mengurutkan bilangan bulat dan menjumlahkan

bilangan bulat belum tercapai. Oleh karena itu, peneliti meminta bantuan

kepada guru kelas untuk bersama-sama mengidentifikasi kekurangan dari

pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan.

Siswa masih kurang menguasai konsep yang diberikan oleh guru

meskipun sudah dijelaskan berkali-kali dan diadakan Tanya jawab. Sehingga

guru harus berusaha memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran yang baru yaitu model pembelajaran kooperatif menurut

Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211), dan mengganti model

pembelajaran yang lama agar konsep tentang bilangan bulat dapat dikuasai oleh

siswa dengan baik sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika

dapat meningkat.

4.2. Siklus I

4.2.1. Perencanaan Tindakan

Perbaikan pembelajaran pada siklus I dilakukan untuk pokok pembahasan

tentang mengurutkan bilangan bulat. Perbaikan pembelajaran pada siklus I

merupakan perbaikan pembelajaran dari hasil pembelajaran yang dilaksanakan

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

27

sebelumnya. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dirumuskan sub pokok

bahasan tentang mengurutkan bilangan bulat.

Sebelum dilaksanankan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim (2010:211), terlebih

dahulu dilakukan pre- test, untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang

dimiliki siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

Ternyata dalam mengerjakan tes akhir pembelajaran (evaluasi) kurang

memuaskan. Adapun hasil dari pre-test yang diperoleh siswa berjumlah 42,3%

tuntas di atas nilai Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh

sekolah yaitu 63 dengan nilai rata-rata 60,9.

4.2.2. Pelaksanaan Tindakan

Setelah mengadakan pre-test, guru melaksanakan pembelajaran sesuai

yang telah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang

mempunyai 1 sampai 5 indikator. Pada siklus I ini pembelajaran dilakukan

selama dua kali pertemuan yaitu sebagai berikut:

Pertemuan pertama (7 Maret 2012)

1. Kegiatan awal

Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa

2. Kegiatan inti

a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari satu

kelompok terdapat 4 orang siswa

d. Guru membimbingan siswa kedalam kelompok belajar siswa

e. Guru memberikan soal diskusi kepada masing-masing kelompok

f. Guru memberikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa

g. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berani menjawab soal yang

berikan oleh guru.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

28

3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang sudah

dibahas.

Pertemuan kedua (8 Maret 2012)

1. Kegiatan awal

Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa

2. Kegiatan inti

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari satu

kelompok terdapat 3 orang siswa.

2. Guru membimbingan siswa kedalam kelompok belajar

3. Guru memberikan soal diskusi kepada masing-masing kelompok

4. Guru memberikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa

5. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berani menjawab soal yang

berikan oleh guru.

3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang sudah

dibahas.

4.2.3. Tahap observasi

Pada tahap observasi, observer mengamati kegiatan guru dalam

menyampaikan pembelajaran dari awal sampai akhir. Observer menggunakan

lembar pengamatan guru khususnya penggunaan model pembelajaran

kooperatif dalam pembelajaran Matematika aspek yang diamati meliputi:

kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, penerapan model pembelajaran

kooperatif, keterampilan membimbing siswa dalam belajar kelompok.

Disamping itu observer juga mengamati keaktifan siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

29

4.2.4. Tahap refleksi

Pada tahap refleksi siklus I, peneliti dan guru observer menganalisis dan

mengolah nilai yang terdapat pada lembar pengamatan, membahas kekurangan-

kekurangan pada siklus I dan menentukan tindakan pada pertemuan berikutnya.

4.3. Siklus II

4.3.1. Perencanaan Tindakan

Perbaikan pembelajaran pada siklus I dilakukan untuk pokok pembahasan

tentang menjumlahkan bilangan bulat. Perbaikan pembelajaran pada siklus II

merupakan perbaikan pembelajaran dari hasil pembelajaran yang dilaksanakan

pada siklus I tetapi menggunakan kompetensi dasar yang berbeda. Dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran dirumuskan tentang sub pokok bahasan

menjumlahkan bilangan bulat.

Pada dasarnya siklus II memiliki prinsip kerjasama dengan pelaksanaan

tindakan siklus I. langkah-langkah pembelajarannya sama namun kompetensi

dasarnya berbeda yaitu menjumlahkan bilangan bulat. Peneliti berusaha

memperbaiki semaksimal mungkin untuk memperbaiki pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran model kooperatif agar hasil yang diperoleh pada

siklus II ini lebih baik dari siklus I.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini guru mengadakan diskusi

dengan peneliti tentang kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I dan

segera membuat perbaikannya. Pada siklus II ini kelompok anak diperbesar jadi

satu kelompok ditambah menjadi lima orang anak.

4.3.2. Pelaksanaan Tindakan

Guru melaksanakan pembelajaran sesuai yang telah direncanakan dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang mempunyai 1 sampai 4 indikator.

Dalam pelaksanaan siklus II ini, pembelajaran dilakukan dalam dua pertemuan

adalah sebagai berikut:

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

30

Pertemuan pertama (13 Maret 2012)

1. Kegiatan awal

Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa

2. Kegiatan inti

a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari satu

kelompok terdapat 5 orang siswa.

b. Guru membimbingan siswa kedalam kelompok belajar

c. Guru memberikan soal diskusi kepada masing-masing kelompok

d. Guru memberikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa

e. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berani menjawab soal yang

berikan oleh guru.

3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang sudah

dibahas.

Pertemuan kedua (14 Maret 2012)

1. Kegiatan awal

Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa

2. Kegiatan inti

a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari satu

kelompok terdapat 2 orang siswa.

b. Guru membimbingan siswa kedalam kelompok belajar

c. Guru memberikan soal diskusi kepada masing-masing kelompok

d. Guru memberikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa

e. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berani menjawab soal

yang berikan oleh guru.

3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang sudah

dibahas.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

31

4.3.3. Tahap observasi

Pada tahap observasi, sama dengan pengamatan yang dilakukan pada

siklus I. pada siklus II, tahap pengamatan dilakukan pada saat proses

pembelajaran berlangsung hingga pembelajaran selesai untuk melihat kemajuan

dari tiap aspek yang diamati sesuai dengan lembar pengamatan yang ada.

4.3.4. Tahap refleksi

Tahap terakhir dari siklus II ini adalah tahap refleksi. Peneliti dan

observer menganalisa dan mengolah nilai yang terdapat pada lembar pengamatan

yang ada. Ternyata berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam perbaikan

pembelajaran siklus II hasilnya sudah baik, sehingga tidak perlu diadakan

perbaikan.

4.4. Tempat dan waktu penelitian

Pembelajaran matematika dengan kompetensi dasar pada siklus I adalah

mengurutkan bilangan bulat sedangkan pada siklus II kompetensi dasarnya

adalah menjumlahkan bilangan bulat. Tempat pelaksanaan penelitiannya dikelas

IV SDN Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Pembelajaran

matematika ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari

Rabu tanggal 7 Maret 2012 dan kamis tanggal 8 Maret 2012. Kemudian

siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 13 Maret 2012 dan Rabu

tanggal 14 Maret 2012.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

32

4.5. Hasil Penelitian

4.5.1.Data temuan pelaksanaan tindakan siklus I

4.5.1.1. Pertemuan pertama

Jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas di atas nilai KKM yang

ditentukan oleh sekolah pada pertemuan pertama siklus I ini, setelah guru

menggunakan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran matematika

kelas IV dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas pada mata pelajaran matematika

kelas IV setelah guru menggunakan model pembelajaran kooperatif

No Pencapaian Pertemuan pertama

1 Jumlah keseluruhan siswa 26

2 Siswa tuntas 12

3 Siswa tidak tuntas 14

4 Nilai tertinggi 75

5 Nilai terendah 50

6 Nilai rata-rata siswa 61,3

7 Prosentase ketuntasan 46,1%

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, ada beberapa siswa yang mendapat nilai di

bawah dan di atas KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM yang

ditentukan yaitu 63. Siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 berjumlah 26 siswa,

siswa yang mendapat nilai dibawah KKM adalah 14 siswa dan jumlah siswa

yang mendapat nilai di atas KKM adalah 12 siswa, jadi prosentase ketuntasan

diatas nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah pada pertemuan pertama ini

adalah 46,1% setelah guru menggunakan model pembelajaran kooperatif

menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211) dengan jumlah siswa

dalam satu kelompok belajar yaitu 5 orang siswa, nilai tertinggi 75 dan nilai

terendah 50 sehingga nilai rata-rata siswa pada pertemuan ini 61,3. Prosentase

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

33

ketuntasan 46,1% masuk kedalam kategori kurang menurut Depdikbud (2007).

Pada pertemuan pertama ini prosentase ketuntasan belum mencapai nilai

patokan yang ditentukan oleh peneliti, karena nilai patokan yang ditentukan

adalah 75% tuntas di atas nilai KKM tetapi pada pertemuan pertama ini

prosentase ketuntasan di atas nilai KKM yaitu 46,1% jadi, pada pertemuan

berikutnya perlu adanya perbaikan agar pada pertemuan berikutnya prosentase

ketuntasan di atas nilai KKM bisa mencapai nilai patokan yang ditentukan oleh

peneliti.

4.5.1.1.1. Hasil observasi

Hasil pengamatan observer tentang siswa antara lain yaitu kerjasama

antar siswa kurang baik dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru,

dan suasana diskusi di dalam kelas pada waktu mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru sangat aktif tetapi masih ada beberapa siswa yang kurang

aktif bertanya kepada guru tentang pembelajaran yang dibahas. Hasil observer

tentang guru yaitu guru memberikan motivasi dan apersepsi sudah cukup baik.

Guru menjelaskan dan membagi kelompok belajar siswa sudah sangat baik di

mana guru membagi kelompok dengan cara acak yang terdiri dari 2 orang siswa

laki-laki dan dua orang siswa perempuan.

Pada pertemuan pertama ini guru masih kurang memberikan bimbingan

kepada masing-masing kelompok, guru hanya memberikan bimbingan kepada

dua/tiga kelompok saja, padahal di dalam kelas itu ada banyak kelompok yaitu

6 kelompok yang terdiri dari 4 kelompok (satu kelompok 4 orang siswa) dan 2

kelompok (satu kelompok 5 orang siswa).

4.5.1.1.2. Refleksi

Hasil pertemuan pertama pada siklus I ini jumlah siswa yang tuntas 12

siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 14 siswa, dari pertemuan ini masih

banyak siswa yang belum tuntas sehingga perlu adanya rancangan perbaikan

yang harus dilakukan agar pada pertemuan berikutnya bisa mencapai nilai

patokan yang ditentukan oleh peneliti yaitu 75% tuntas di atas nilai KKM (63).

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

34

Kekurangan yang ada pada pertemuan yang pertama ini disebabkan oleh jumlah

siswa yang terlalu banyak dalam satu kelompok belajar yaitu 4 orang siswa dan

ada 5 orang siswa, sehingga pada pertemuan berikutnya jumlah siswa harus

dikurangi menjadi satu kelompok 3 orang siswa. Rancangan tindakan pada

pertemuan berikutnya yakni sebagai berikut:

1. Guru membagi kelompok belajar siswa menjadi satu kelompok tiga orang

siswa

2. Siswa lebih dipantau atau dibimbing dalam kelompok belajar oleh guru

3. Guru lebih banyak bertanya kepada masing-masing kelompok tentang materi

yang dipelajari dalam kelompok.

4.5.1.2. Pertemuan kedua

Jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas di atas nilai KKM yang ditentukan

oleh sekolah pada pertemuan kedua siklus I ini, setelah guru menggunakan

model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran matematika kelas IV bisa

dilihat dalam tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas pada mata pelajaran matematika

kelas IV setelah guru menggunakan model pembelajaran kooperatif

No Pencapaian Pertemuan kedua

1 Jumlah keseluruhan siswa 26

2 Siswa tuntas 16

3 Siswa tidak tuntas 10

4 Nilai tertinggi 100

5 Nilai terendah 50

6 Nilai rata-rata siswa 63,8

7 Prosentase ketuntasan 62%

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, ada beberapa siswa yang mendapat nilai di

atas dan di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM yang

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

35

ditentukan yaitu 63. Siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 berjumlah 26 siswa,

siswa yang mendapat nilai di atas KKM adalah 16 siswa dan jumlah siswa

yang mendapat nilai dibawah KKM adalah 10 siswa, jadi prosentase

ketuntasan di atas nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah pada pertemuan

kedua ini meningkat dari hasil prosentase ketuntasan di atas nilai KKM pada

pertemuan pertama yakni 46,1% menjadi 62% setelah guru menggunakan

model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman

2010:211) dan kelompok belajar siswa dikurangi dari jumlah siswa dalam satu

kelompok pada pertemuan yang pertama yaitu pada pertemuan kedua ini jumlah

siswa dalam satu kelompok 3 orang siswa sehingga siswa lebih mudah

memahami materi yang diberikan oleh guru. Pada pertemuan kedua ini, nilai

tertinggi yang didapat siswa adalah 100 dan nilai terendah 50 sehingga nilai

rata-rata siswa pada pertemuan ini meningkat dari pertemuan pertama yaitu

61,3 menjadi 63,8. Prosentase ketuntasan 62% masuk kedalam kategori cukup

menurut Depdikbud (2007). Pada pertemuan kedua ini persentase ketuntasan

di atas KKM belum mencapai nilai patokan yang ditentukan oleh peneliti,

karena prosentase ketuntasan di atas nilai KKM pada pertemuan kedua adalah

62% sedangkan patokan yang ditentukan peneliti yaitu 75% tuntas di atas nilai

KKM sehingga pada pertemuan berikutnya perlu adanya perbaikan

pembelajaran supaya mencapai nilai di atas patokan yang ditentukan oleh

peneliti.

4.5.1.2.1. Hasil observasi

Hasil pengamatan observer tentang siswa antara lain yaitu kerjasama

yang dilakukan oleh siswa pada saat siswa mengerjakan tugas kelompok yang

diberikan oleh guru sangat baik, dan suasana diskusi di dalam kelompok pada

saat mengerjakan tugas kelompok sangat aktif baik antar siswa maupun dengan

guru, karena pada pertemuan kedua ini jumlah siswa dalam belajar kelompok

dikurangi dari jumlah siswa dalam belajar kelompok pada pertemuan pertama.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

36

Jumlah siswa dalam satu kelompok pada pertemuan kedua ini ada yang 3

orang siswa, dan ada pula 2 orang siswa sehingga pembelajaran menjadi aktif.

Sedangkan hasil observasi tentang guru yaitu guru memberikan motivasi dan

apersepsi kepada siswa di awal pembelajaran sudah sangat baik.

Setelah itu di dalam menjelaskan dan pembagian kelompok belajar

siswa juga sudah sangat baik karena di dalam pembagian kelompok belajar

guru membagi siswa secara acak yang terdiri dari satu kelompok 3 orang siswa

(laki-laki 1 orang dan perempuan 2 orang) dan 2 orang siswa (laki-laki 1 orang,

dan perempuan 1 orang). Sedangkan pada pertemuan kedua ini guru

memberikan bimbingan kepada kelompok belajar siswa masih kurang

maksimal.

4.5.1.2.2. Refleksi

Hasil pertemuan kedua ini, jumlah siswa yang tuntas di atas KKM ada 16

siswa sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 10 siswa, prosentase

ketuntasan 62% jadi, pada pertemuan kedua ini prosentase ketuntasan belajar

siswa masih di bawah nilai patokan yang ditentukan oleh peneliti yaitu 75%

tuntas di atas nilai KKM yang ditentukan sekolah yaitu 63. Pada pertemuan ini

masih belum berhasil maka perlu adanya perbaikan pembelajaran pada siklus

berikutnya. Dalam menindak lanjuti kekurangan yang ada pada pertemuan ini

agar dapat mencapai nilai yang diiginkan oleh peneliti maka perlu adanya

rancangan perbaikan pada pertemuan berikutnya yaitu sebagai berikut:

1. Guru memberikan bimbingan secara maksimal agar pembelajaran bisa

berhasil.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

37

4.5.1.3. Prosentase ketuntasan tiap pertemuan

Prosentase ketuntasan siswa tiap pertemuan di atas nilai KKM dan di

bawah nilai KKM secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3

Prosentase hasil belajar siswa pada siklus I

No Interval nilai

Siklus I Prosentase

Pertemuan

I

Pertemuan

II

Pertemuan

I

Pertemuan

II

1 81-100

(sangat baik)

- 1 - 4%

2 71- 80 (baik) 1 2 4% 8%

3 63- 70 (cukup) 12 13 46% 50%

4 36-62 (kurang) 13 10 50% 38%

5 0-35

(sangat kurang)

- -

Jumlah 26 26 100% 100%

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, siswa yang mendapatkan nilai kategori

sangat baik sebanyak 1 siswa pada pertemuan kedua dengan prosentase 4% dan

kategori baik sebanyak 12 siswa pada pertemuan pertama (46,1%) dan 15

siswa pada pertemuan kedua (58%) dan kategori cukup 14 siswa pada

pertemuan pertama (54%) dan 10 siswa pada pertemuan kedua (38%) dengan

jumlah siswa 26. Pada tabel di atas prosentase ketuntasan di atas nilai KKM

tiap pertemuan meningkat setelah guru menggunakan model pembelajaran

kooperatif menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211). Jumlah

siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM dan di atas KKM pada siklus I

ditiap pertemuan dapat dilihat pada grafik batang 4.1 sebagai berikut:

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

38

Grafik 4.1:

Hasil Belajar Tiap Pertemuan Siklus I

Dengan grafik diagram batang 4.1 tersebut lebih mudah terbaca antara

jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM dan di bawah KKM

setelah guru menggunakan model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin

Ibrahim (dalam Rusman 2010:211). Siswa yang mendapat nilai interval 81-

100 sebanyak 1 siswa pada pertemuan kedua, nilai interval 63-80 sebanyak 12

siswa pada pertemuan pertama dan 15 siswa pada pertemuan kedua, nilai

interval 41-62 sebanyak 14 siswa pada pertemuan pertama dan 10 siswa pada

pertemuan kedua.

4.5.2.Data temuan pelaksanaan tindakan siklus II

4.5.2.1. Pertemuan pertama

Jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas di atas nilai KKM yang ditentukan

oleh sekolah pada pertemuan pertama siklus II ini, setelah menggunakan model

pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran matematika kelas IV dapat dilihat

dalam tabel 4.4 sebagai berikut:

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

39

Tabel 4.4

Jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas pada mata pelajaran

matematika kelas IV setelah menggunakan model pembelajaran

kooperatif

No Pencapaian Pertemuan pertama

1 Jumlah keseluruhan siswa 26

2 Siswa tuntas 13

3 Siswa tidak tuntas 13

4 Nilai tertinggi 75

5 Nilai terendah 50

6 Nilai rata-rata siswa 62,5

7 Prosentase ketuntasan 50%

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, ada beberapa siswa yang mendapat nilai di

bawah dan di atas KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM yang

ditentukan yaitu 63. Siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 berjumlah 26 siswa,

siswa yang mendapat nilai di bawah KKM adalah 13 siswa dan jumlah siswa

yang mendapat nilai di atas KKM adalah 13 siswa, jadi prosentase ketuntasan

di atas nilai KKM pada pertemuan pertama ini adalah 50% setelah guru

menggunakan model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim

(dalam Rusman 2010:211) dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 50.

Prosentase ketuntasan 50% masuk kedalam kategori cukup menurut

Depdikbud (2007). Pada pertemuan pertama ini porsentase ketuntasan di atas

KKM belum mencapai nilai patokan yang ditentukan oleh peneliti, karena

prosentase ketuntasan di atas nilai KKM pada pertemuan pertama yaitu 62%

sedangkan patokan yang ditentukan peneliti yaitu 75% tuntas di atas nilai KKM

sehingga pada pertemuan berikutnya perlu adanya perbaikan pembelajaran

supaya mencapai nilai di atas patokan yang ditentukan oleh peneliti.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

40

4.5.2.1.1. Hasil observasi

Hasil pengamatan observer tentang siswa antara lain yaitu pada waktu

diskusi siswa sangat aktif tetapi pada saat mengerjakan tugas ada beberapa

siswa yang tidak mau bekerjasama dengan teman-temannya khususnya anak

laki-laki karena pada pertemuan pertama ini guru membagi jumlah siswa dalam

satu kelompok ada 5 orang siswa (3 orang siswa laki-laki dan 2 orang siswa

perempuan) dan 6 orang siswa (3 orang siswa laki-laki dan 3 orang siswa

perempuan). Dalam pertemuan pertama ini interaksi siswa dengan guru sudah

baik. Sedangkan hasil observasi tentang guru yaitu saat guru memberikan

motivasi dan apersepsi kepada siswa pada awal pembelajaran sudah baik, guru

menjelaskan dan membagi siswa dalam satu kelompok belajar yaitu kurang

baik karena jumlah siswa pada pertemuan pertama ini sangat banyak apalagi

dalam satu kelompok lebih banyak laki-laki dari pada perempuan sehingga

kerjasamanya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru kurang

baik. Bimbingan yang diberikan oleh guru kepada masing-masing kelompok

sudah maksimal.

4.5.2.1.2. Refleksi

Hasil pada pertemuan pertama ini, jumlah siswa yang tuntas di atas KKM

ada 13 siswa sedangkan jumlah siswa yang mendapat nilai di bawah KKM ada

13 siswa, prosentase ketuntasannya yaitu 50%. Pada pertemuan pertama siklus

II ini jumlah siswa masih imbang jadi, perlu adanya perbaikan lagi pada

pertemuan berikutnya agar jumlah siswa yang tuntas di atas KKM bertambah

di atas patokan yang ditentukan oleh peneliti yaitu 75 % tuntas di atas KKM.

Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada pertemuan pertama ini, disebabkan

oleh jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelompok belajar, sehingga

pada pertemuan berikutnya jumlah siswa dikurangi dari jumlah siswa pada

pertemuan pertama yaitu jumlah siswa pada pertemuan berikutnya yaitu 2 siswa

dalam satu kelompok.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

41

Rancangan perbaikan pada pertemuan berikutnya adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa dalam kelompok belajar satu kelompok 2 orang

siswa

2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih sendiri

anggota kelompok belajar

3. Guru lebih banyak bertanya pada masing-masing kelompok tentang

pembelajaran yang dibahas.

4.5.2.2. Pertemuan kedua

Pada pertemuan yang kedua siklus II ini, Jumlah siswa tuntas, tidak tuntas

dan prosentase ketuntasan belajar siswa di atas nilai KKM yang ditentukan

oleh sekolah yaitu 63 bisa dilihat dalam tabel 4.5, setelah guru menggunakan

model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran matematika kelas IV dapat

dilihat dalam tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas pada mata pelajaran

matematika kelas IV setelah menggunakan model pembelajaran

kooperatif

No Pencapaian Pertemuan kedua

1 Jumlah keseluruhan siswa 26

2 Siswa tuntas 21

3 Siswa tidak tuntas 5

4 Nilai tertinggi 100

5 Nilai terendah 55

6 Nilai rata – rata siswa 67,3

7 Prosentase ketuntasan 80,7%

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, ada beberapa siswa yang mendapat nilai di

bawah dan di atas KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM yang

ditentukan yaitu 63. Siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 berjumlah 26 siswa,

siswa yang mendapat nilai di atas KKM adalah 21 siswa dan jumlah siswa yang

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

42

mendapat nilai di bawah KKM adalah 5 siswa, jadi prosentase ketuntasan di

atas nilai KKM pada pertemuan kedua ini meningkat dari pertemuan pertama

yaitu 50% menjadi 80,7% setelah guru menggunakan model pembelajaran

kooperatif menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211) dengan

jumlah siswa dalam satu kelompok belajar pada pertemuan ini yaitu 3 orang

siswa sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan oleh guru.

Nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 100 dan nilai terendah 55. Menurut

Depdikbud (2007) prosentase ketuntasan 80,7% masuk kedalam kategori baik.

Pada pertemuan kedua ini persentase ketuntasan di atas KKM sudah mencapai

nilai patokan yang ditentukan oleh peneliti, karena prosentase ketuntasan di atas

nilai KKM pada pertemuan kedua adalah 80,7% sedangkan patokan yang

ditentukan peneliti yaitu 75% tuntas di atas nilai KKM sehingga pada

pertemuan berikutnya tidak ada lagi perbaikan pembelajaran.

4.5.2.2.1. Hasil observasi

Hasil pengamatan observer tentang siswa antara lain yaitu kerjasama

yang dilakukan oleh siswa dalam masing-masing kelompok untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru sangat baik. Suasana diskusi

dimasing-masing kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

sangat aktif karena jumlah siswa dalam satu kelompok ada 2 orang siswa

sehingga jumlah kelompok pada pertemuan kedua siklus II ini adalah 13

kelompok. Sedangkan hasil observasi tentang guru yaitu guru memberikan

motivasi dan apersepsi kepada siswa diawal pembelajaran sangat cukup baik.

Setelah itu pembagian kelompok belajar siswa dan bimbingan guru kepada

masing-masing kelompok pada pertemuan kedua siklus II ini sangat baik

karena banyak siswa yang mendapat nilai diatas nilai KKM (63).

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

43

4.5.2.2.2. Refleksi

Berdasarkan observasi dan analisis hasil tes pada siklus II pertemuan

kedua sudah berhasil karena prosentase ketuntasan siswa di atas nilai patokan

yang ditentukan oleh peneliti yaitu prosentase ketuntasan siswa pada pertemuan

kedua siklus II 80,7% sedangkan patokan yang ditentukan oleh peneliti 75%

tuntas di atas nilai KKM (63). 21 siswa yang tuntas di atas nilai KKM dan 5

siswa tidak tuntas di atas KKM, prosentase ketuntasan pada pertemuan ini

meningkat dari pertemuan pertama siklus II yaitu 50% menjadi 80,7% sehingga

tidak perlu lagi diadakan perbaikan.

4.5.2.3. Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa Tiap Pertemuan

Prosentase ketuntasan siswa tiap pertemuan di atas nilai KKM dan di

bawah nilai KKM secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6

Prosentase hasil belajar siswa pada siklus II

No Interval nilai

Siklus II Prosentase

Pertemuan

I

Pertemuan

II

Pertemuan

I

Pertemuan

II

1 81-100

(sangat baik)

- 1 - 4%

2 71-80 (baik) 1 1 4% 4%

3 63-70 (cukup) 12 19 46% 73%

4 36-62 (kurang) 13 5 50% 19%

5 0-35

(sangat kurang)

- - - -

Jumlah 26 26 100% 100%

Dari tabel 4.6 di atas, prosentase ketuntasan siswa di atas KKM pada tiap

pertemuan meningkat. Pada pertemuan pertama siswa yang mendapat nilai

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

44

kategori 65-80 ada 13 siswa (50%) sedangkan pada pertemuan kedua menjadi

20 siswa (77%), nilai kategori 41-64 pada pertemun pertama 13 siswa (50%)

dan pertemuan kedua berkurang menjadi 5 orang siswa, untuk nilai kategori 81-

100 ada 1 orang siswa (4%) terdapat pada pertemuan yang kedua. Adanya

peningkatan prosentase ketuntasan diatas KKM dari tiap pertemuan ini setelah

guru menggunakan model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim

(dalam Rusman 2010:211). Jumlah siswa yang mendapatkan nilai di bawah

KKM dan di atas KKM pada siklus II ditiap pertemuan secara rinci dapat dilihat

pada grafik batang 4.2 sebagai berikut:

Grafik 4. 2

Hasil Belajar Tiap Pertemuan Siklus II

Dengan grafik diagram batang 4.2 tersebut lebih mudah terbaca antara

jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM dan di bawah KKM setelah

guru menggunakan model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin

Ibrahim (dalam Rusman 2010:211). Siswa yang mendapat nilai interval 81-

100 sebanyak 1 siswa pada pertemuan kedua, 65-80 sebanyak 13 siswa pada

pertemuan pertama dan 20 siswa pada pertemuan kedua, nilai interval 41-64

sebanyak 13 siswa pada pertemuan pertama dan 5 siswa pada pertemuan kedua.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

45

4.5.3. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang Tuntas Dan Tidak Tuntas

Pada Siklus I Dan Siklus II

Perbandingan jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas pada siklus I

dan siklus II ditiap pertemuan secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah

ini:

Tabel 4.7

Perbandingan Jumlah Siswa Tuntas dan Tidak Tuntas Kelas IV Pada

Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif

Berdasarkan tabel 4.7 di atas perbandingan jumlah siswa yang tuntas

ditiap pertemuan meningkat setelah guru menggunakan model pembelajaran

kooperatif menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211). Pada siklus

I pertemuan pertama jumlah siswa yang tuntas berjumlah 12 siswa dan 14 siswa

tidak tuntas, sedangkan pada pertemuan kedua meningkat jumlah siswa yang

tuntas yaitu 15 siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas berkurang menjadi 11

siswa. Pada siklus II pertemuan pertama jumlah siswa yang tuntas berkurang

dari pertemuan kedua pada siklus I yaitu 13 siswa yang tuntas dan 13 siswa

tidak tuntas sedangkan pada pertemuan yang kedua jumlah siswa yang tuntas

bertambah dari jumlah siswa pada pertemuan pertama yaitu 21 siswa tuntas dan

5 orang siswa tidak tuntas sehingga pada siklus II pertemuan kedua mencapai

No Siklus Tiap pertemuan Jumlah

siswa tuntas

Jumlah siswa

tidak tuntas

1. Siklus I Pertemuan I 12 14

Pertemuan II 15 11

2. Siklus II Pertemuan I 13 13

Pertemuan II 21 5

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

46

patokan yang ditentukan oleh peneliti yaitu 75% tuntas. Jumlah siswa yang

tuntas 21 siswa kalau diprosentasekan menjadi 80,7%. Jumlah siswa yang

tuntas dan yang tidak tuntas pada siklus I dan sisklus II ditiap pertemuan secara

rinci dapat dilihat pada grafik batang 4.3 sebagai berikut:

Grafik 4. 3

Perbandingan ketuntasan siswa pada siklus I dan siklus II

ditiap pertemuan

Dengan grafik diagram batang 4.3 tersebut lebih mudah terbaca ada

peningkatan jumlah siswa yang tuntas ditiap pertemuan setelah guru

menggunakan model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim

(dalam Rusman 2010:211). Jumlah siswa yang tuntas pada siklus I pertemuan

pertama adalah 12 Siswa dan 14 siswa yang tidak tuntas sedangkan pada

pertemuan kedua meningkat jumlah siswa yang tuntas menjadi 15 siswa tuntas

dan berkurang jumlah siswa yang tidak tuntas menjadi 11 siswa. Pada siklus II

pertemuan pertama jumlah nilai yang tuntas berkurang dari pertemuan kedua

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/952/5/T1_292008233_BAB IV.pdfyang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa

47

pada siklus I yaitu 13 siswa tuntas dan 13 siswa tidak tuntas, sedangkan pada

pertemuan kedua jumlah siswa yang tuntas meningkat dari pertemuan pertama

yaitu 21 siswa yang tuntas dan 5 siswa tidak tuntas.

Peningkatan prosentase ketuntasan di atas nilai KKM pada tiap siklus

ditiap pertemuan setelah guru menggunakan model pembelajaran kooperatif

menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211) secara rinci dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Pada siklus I pertemuan pertama hasil prosentase ketuntasan siswa di atas

nilai KKM yaitu 42,1% (12 tuntas dan 14 belum tuntas) sedangkan pada

pertemuan kedua meningkat menjadi 62% (16 tuntas dan 10 tidak tuntas)

2. Pada siklus II pertemuan pertama hasil prosentase ketuntasan siswa di

atas nilai KKM yaitu 50% (13 tuntas dan 13 belum tuntas) sedangkan

pada pertemuan kedua meningkat menjadi 80,7% (21 tuntas dan 5 tidak

tuntas). Pada pertemuan kedua siklus II sudah berhasil karena prosentase

ketuntasan 80,7% sedangkan indikator yang diajukan yaitu 75% tuntas

dari KKM(63).

Dengan demikian, hipotesis yang penelitian ajukan dalam penelitian

tindakan kelas ini yaitu “Model pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas IV SDN Sidorejo Lor 06

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga” dapat terbukti.