BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi Awal Subyek Penelitian
Berdasarkan kegiatan observasi hasil belajar mata pelajaran matematika di
kelas V SD Negeri Blotongan 03 Salatiga sebelum dilaksanakan penelitian pada
semester II tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan nilai hasil belajar siswa
rendah, siswa pasif saat mengikuti pembelajaran dikarenakan guru hanya
menggunakan metode konvensional (ceramah) serta tidak adanya alat peraga
maupun metode menarik saat guru menjelaskan materi. Pada Tes Tengah
Semester 1 terdapat beberapa siswa mendapat nilai rendah di bawah KKM dari
KKM yang ditentukan oleh sekolah untuk mata pelajaran Matematika kelas V
adalah 61. Selain itu juga terdapat beberapa siswa yang nilainya tuntas tetapi
terlalu dekat dengan nilai KKM sehingga rata-rata kelas menjadi rendah. Adapun
hasil ulangan harian sebelum diadakan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Hasil Belajar Pra Siklus
No Nilai Frekuensi Prosentase
1 ≥ 81 3 11%
2 71-80 1 4%
3 61-70 7 26%
4 <61 16 59%
Jumlah 27 100%
Rata-rata 55
Standar Deviasi 17,7
Maksimal 87
Minimal 30
Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa distribusi hasil belajar
pra siklus di SD Negeri Blotongan 03 sebanyak 3 Siswa mendapat nilai lebih dari
sama dengan 81 dengan prosentase 11 % , diikuti oleh 1 siswa yang mendapat
nilai antara 71 sampai 80 dengan prosentase 4%, kemudian siswa yang mendapat
nilai 61-70 sejumlah 7 siswa dengan prosentase 26 %, dan nilai kurang dari 61
53
sejumlah 16 siswa dengan prosentase 59%. Selain itu pada tabel 4.1 distribusi
hasil belajar pra siklus bahwa rata-rata nilai pra siklus adalah sebesar 55 dengan
standar deviasi 17,7. Nilai maksimalnya sebesar 87 dan nilai minimalnya sebesar
30.
Hasil analisis deskriptif ini juga memberikan makna bahwa masih terdapat
siswa yang masih perlu mendapat perhatian dalam peningkatan hasil belajar
terutama siswa yang berada pada nilai <61 atau siswa dengan nilai di bawah
KKM atau belum tuntas. Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.1 dapat
dibuat diagram seperti tampak pada pada gambar 4.1 berikut ini:
Gambar 4.1
Diagram Hasil Belajar Pra Siklus
Berdasarkan gambar 4.1 di atas tentang diagram hasil belajar pra siklus
menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 81 ke atas sebanyak 3
siswa dengan prosentase 11%. Siswa dengan nilai 71 dampai 80 sebanyak 1
siswa dengan prosentase 4%. Siswa dengan nilai 61 sampai 70 sebanyak 7 siswa
dengan prosentase 26%. Siswa dengan nilai kurang dari 61 sebanyak 16 siswa
dengan prosentase 59%.
Dari data hasil belajar pra siklus di atas menunjukkan terdapat beberapa
nilai siswa yang belum tuntas atau masih di bawah KKM dari KKM yang
ditentukan oleh sekolah untuk mata pelajaran Matematika adalah ≥61. Selain itu
juga terdapat beberapa siswa dengan nilain tuntas tetapi terlalu dekat dengan
KKM yang ditentukan sehingga rata-rata kelas masih rendah. Untuk data
ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
11% 4%
26% 59%
≥ 81
71-80
61-70
<61
54
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus
N0 Ketuntasan (KKM ≥ 61 ) Frekuensi Prosentase
1 Tuntas (≥ 61) 11 41%
2 Tidak Tuntas < 61 16 59%
Total 27 100%
Berdasarkan tabel 4.2 ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus dapat diketahui
bahwa siswa yang mendapat nilai di atas KKM 61 sebanyak 11 siswa dari 27 jumlah
siswa kelas V dengan prosentase 41%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di
bawah KKM 61 sebanyak 16 siswa dari 27 jumlah siswa kelas V dengan prosentase
59%. Untuk perbandingan antara nilai yang tuntas dan yang belum tuntas dapat
dilihat pada diagram di bawah ini:
Gambar 4.2
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus
Dengan melihat gambar 4.2 tentang diagram ketuntasan di atas, dapat
diketahui bahwa sebanyak 59% siswa belum tuntas dan 41 % siswa telah tuntas
nilainya. Hal tersebut disebabkan cara guru dalam mengajar masih menggunakan
metode konvensional (ceramah) serta tidak menggunakan media peraga
mengakibatkan siswa pasif saat mengikuti pembelajaran dan hasil belajar siswa
rendah khususnya mata pelajaran matematika.
41%
59% Tuntas (≥ 61)
Tidak Tuntas (< 61)
55
4.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan sifat-
sifat bangun ruang tabung dan kerucut. Dalam siklus I ini dilakukan melalui dua
kali pertemuan dengan rincianya sebagai berikut:
4.2.1 Perencanaan
Dalam kegiatan perencanaan pada siklus I ini terdiri dari 2 kali pertemuan
yaitu pertemuan 1 dan pertemuan 2. Setelah diperoleh informasi pada tahap
observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru kelas V mengenai materi
pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang perlu digunakan.
Sebelum mengajar pada siklus I, maka peneliti menyiapkan segala sesuatu yang
menunjang proses pembelajaran, diantaranya adalah :
a) Pembuatan RPP mata pelajaran Matematika dengan standar kompetensi
memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun, kompetensi
dasarnya mengidentifikasi sifat sifat bangun ruang, dan materi tentang
bangun ruang tabung dan bangun ruang kerucut.
b) Membuat dan menyiapakan perlengkapan pembelajaran dengan
pendekatan scientific dan media realia.
c) Membuat dan mempersiapkan lembar observasi proses pembelajaran.
d) Membuat instrumen penilaian hasil belajar berupa tes pilihan ganda.
e) Peneliti memberikan RPP yang sudah jadi kepada guru yang akan
diteliti untuk mempelajari RPP dengan pendekatan scientific dan media
realia.
f) Setelah RPP jadi, peneliti melakukan implementasi RPP untuk siklus 1.
Implementasi dalam hal ini melalui pendekatan scientific dengan media
realia. RPP, lembar observasi dan instrumen penilaian dapat dilihat
pada lampiran.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan 1
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I ini dilakukan pada hari kamis
tanggal 3 April 2014. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa,
salam kemudian absensi, mengadakan kontrak kelas pada saat guru mengucapkan
56
super siswa menjawab luar biasa dan jika guru mengucapkan student siswa
menjawab yes sir, dilanjutkan dengan pemberian apersepsi berupa pertanyaan
yaitu siapa yang sering melihat pak tani disawah, biasanya pak tani membawa
caping dan embernya bentuknya seperti apa, dilanjutkan dengan penyampaian
tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan kegiatan inti yaitu
guru menunjukkan model bangun ruang tabung dan kerucut. Siswa mengamati
alat peraga tersebut dengan seksama. Guru memberi pertanyaan tentang bagian
apa yang ada di bangun ruang tabung dan kerucut. Siswa menjawab pengetahuan
tentang tabung dan kerucut sesuai dengan pemahamnya. Guru meminta siswa
untuk membuat jaring-jaring tabung dan kerucut. Siswa membuat jaring jaring
sesuia pemahamannya. Siswa juga diberi kesempatan guru untuk maju kedepan
untuk menjelaskan langkah-langkahnya. Siswa merangkai hasil haryanya
berdasarkan jaring-jaring yang telah dibuat. Siswa membandingkan hasil
karyanya dengan teman lain. Siswa berdiskusi antar teman, dan siswa bertanya
jawab dengan guru meluruskan kesalahan pemahaman.
Dalam kegiatan penutup guru memberikan penguatan dan menarik
kesimpulan. Guru mengkhiri pelajaran dengan mengucapkan salam dan meberi
semangat belajar tentang materi yang besok akan dipelajari yaitu tentang
menggambar bangun ruang tabung dan kerucut dan membawa peralatannya.
b. Pertemuan 2
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan II dilakukan pada hari sabtu
tanggal 5 April 2014. Pada awal pembelajaran guru mengucapkan salam dan
meminta salah satu siswa memimpin doa. Guru mengabsensi siswa dan
memberikan apersepsi menunjukkan bangun ruang tabung dan kerucut,
dilanjutkan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan
inti yaitu guru meberikan contoh model bangun ruang dan siswa mengamati
model bangun ruang tersebut. Guru bertanya siapa yang bisa menggambar tabung
dan kerucut. Siswa bertannya jawab dengan guru tentang langkah-langkah
membuat bangun tersebut. Guru meminta siwa menggambar bangun ruang
57
tersebut sesuai dengan pemahamannya dan siswa melakukannya. Siswa dengan
bimbingan guru membentuk kelompok masing-masing 4 orang. Siswa
mengerjakkan LKS sesuai dengan perintahnya. Perwakilan kelompok maju
nkedepan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Guru memberikan
reward. Guru memberikan kesempatan berukar pikiran siswa lain menaggapi.
Guru bersama siswa meluruskan kesalahan pemahaman, penguatan dan
skesimpulan.
Dalam kegiatan penutup guru membagi soal tes formatif dikerjakan secara
invdividu, siswa mengerjakanya dengan tenang. Guru meberikan pesan pada
siwswa agar saat pembelajaran berlangsung bisa menghargai temannya dan tidak
mengganggu. Terus belajar dan jadilah yang terbaik.
4.2.3 Pengamatan
a. Pertemuan 1
Pada saat pembelajaran siklus I pertemuan I berlangsung, peneliti menjadi
observer untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir
pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan.
Lembar observasi tersebut meliputi item untuk mengamati aktivitas guru dan
siswa. Guru dalam mengajar antara lain saat kegiatan pembelajaran guru kurang
jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Pengelolaan waktu masih belum
sempurna, dan penghargaan terhadap siswa masih kurang. Guru juga dalam
membuat kesimpulan dan penguatan tidak terlalu melibatkan siswa. Tetapi guru
telah menegur siswa yang melakukan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran.
Hasil pengamatan siswa yaitu ketika guru menjelaskan tentang materi
yang dipelajari ada sebagian siswa yang malah asyik bermain sendiri. Saat guru
meminta mebuat jaring-jaring sesuai pemahanya siswa malah bertanya kepada
temannya dan menggagu. Siswa juga masih kebingungan saat guru memberikan
tugas sesuai dengan pemahamannya atau penalaranya. Dari observasi yang
dilakukan bahwa guru masih kesulitan dalam penerapan pendekatan scientific
dengan media realia kedalam kegiatan pembelajaran matematika pokok bahasan
bangun ruang.
58
Dari kelemahan dalam pembelajaran dalam pertemuan pertama, maka
pada petemuan selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelamahan tersebut untuk
memperbaiki proses pembelajaran. usaha tersebut diantaranya peneliti berdiskusi
dengan guru mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi
tersebut diantaranya adalah guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran secara
jelas. berikan kesimpulan bersama siswa, pengelolaan waktu perlu ditingkatkan
pengahargaan terhadap siswa yang menjawab pertanyaan benar maupun salah.
keaktifan siswa dalam pembelajaran perlu ditingkatan. Guru harus lebih menegur
siswa agar tidak bermain diluar kegiatan pembelajaran supaya semua siswa dapat
lebih fokus dalam pembelajaran
b. Pertemuan 2
Pada siklus I pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah mulai berjalan
dengan baik hal ini dapat dilihat guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran
dengan baik dan menyampaikan materi dengan baik. Saat guru meberi tugas
sesuai dengan pemahannya, siswa langsung mengerjakannya secara percaya diri.
Dalam membimbing siswa sudah lebih baik terlihat semua kelompok sudah
dibimbing walaupun belum semuanya, guru menjelaskan tentang materi siswa
juga sudah memperhatikan dengan baik, ketika mengejakan LKS guru meminta
siswa bergabung dengan kelompoknya sebagian besar anggota kelompok dapat
bekerjasama dan saling membantu. siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan
guru, siswa berani mengungkapkan pendapat. Dalam kerjasama kelompok siswa
cukup baik dalam memberikan pendapat dan menyatukan pendapat. Siswa telibat
dalam menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Sedangkan yang menjadi kelemahan dalam pembelajaran ini adalah masih
ada 4 siswa laki-laki yang melakukan aktifitas diluar pembelajaran dan ramai
sendiri serta menggangu teman lainnya. pengelolaan waktu belum sempurna.
Dari kelemahan dalam pembelajaran pada pertemuan kedua, maka pada
pertemuan selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelemahan tersebut guna
memperbaiki proses pembelajaran. Usaha tersebut diantaranya berdiskusi dengan
guru kelas mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran berlangsung.
59
Hasil diskusi tersebut diantaranya pengelolaan kelas dan waktu perlu
ditingkatkan. keaktifan siswa secara individu didalam kelas perlu ditingkatkan.
4.2.4 Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I, selanjutnya
diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan temuan
atau pengamatan. Refleksi adalah kegiatan mencermati, mengkaji dan
menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilaksanakan
yang didasarkan pada pada data yang telah terkumpul pada langkah observasi.
dari diskusi ini didapatkan bahwa guru guru kelas dalam menerapkan pendekatan
scientific dengan media realia kegiatan pembelajaran siswa lebih aktif sesuai
dengan langkah langkah ilmiah, pada strategi pembelajaran guru menyampaikan
tujuan pembelajaran, apesepsi dengan media nyata, motivasi sebagai penyemangat
pembelajaran, pada manajemen kelas guru melaksanakan tata tertib kelas namun
belum sempurn, mengelola waktu pembelajaran, memberikan umpan balik, dan
memberikan pujian. Namun masih ada kekurangan guru yang masih perlu
diperbaiki misalnya mobilitas guru dalam memberikan bimbingan pada siswa,
penilaian pada setiap siswa, pemberian pujian siswa.
Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I kemudian diambil
secara kuantitatif melaluhi penilaian proses dan hasil belajar. Adapun nilai hasil
siklus I dapat dilihat pada table 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Hasil Belajar Siklus I
No Nilai Frekuensi Prosentase
1 ≥ 81 3 11%
2 71-80 11 40%
3 61-70 8 30%
4 <61 5 18%
Jumlah 27 100%
Rata-rata 71
Standar Deviasi 12,2
Maksimal 95
Minimal 50
60
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siklus I
siswa kelas V di SD Negeri Blotongan 03 salatiga, bahwa sebanyak 3 siswa
mendapat nilai lebih dari 81 dengan prosentase 11%, diikuti oleh 11 siswa yang
mendapat nilai antara 71 sampai 80 dengan prosentase 40%, kemudian nilai 61
sampai 70 sejumlah 8 siswa dengan prosentase 30%, dan 5 siswa mendapat nilai
kurang dari 61 dengan prosentase 19%.
Selain itu pada tabel 4.3 hasil belajar siklus I bahwa rata-rata nilai siklus I
adalah sebesar 71 dengan standar deviasi 12,2. Nilai maksimalnya sebesar 95 dan
nilai minimalnya sebesar 50. Hasil analisis deskriptif ini juga memberikan makna
bahwa masih terdapat 5 siswa yang masih perlu mendapat perhatian dalam
peningkatan hasil belajar terutama siswa dengan nilai di bawah KKM <61 atau
belum tuntas.
Dari analisa hasil belajar siklus I pada tabel 4.3 dapat dibuat diagram
seperti pada gambar 4.3
Gambar 4.3
Diagram Hasil Belajar Siklus I
Dengan melihat diagram di atas dapat diketahui hasil analisis siklus I yang
terlihat jelas perbandingannya bahwa gambar di atas menunjukkan siswa yang
mendapat nilai 81 ke atas sebanyak 3 siswa dengan presentase 11%., siswa
dengan nilai 71 sampai 80 sebanyak 11 siswa dengan prosentase 40 %, dan Siswa
yang dengan nilai antara 61 sampai 70 sebanyak 8 siswa dengan presentase 30%.
Sedangkan siswa yang belum tuntas dengan nilai dibawah KKM <61 sebanyak 5
siswa dengan prosentase 19%. Berdasar hasil tes siklus I tersebut apabila
11%
40% 30%
19% ≥ 81
71-80
61-70
<61
61
dianalisa berdasar ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.4
berikut ini:
Tabel 4.4
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
N0 Ketuntasan (KKM ≥ 61 ) Frekuensi Prosentase
1 Tuntas (≥ 61) 22 81%
2 Tidak Tuntas (< 61) 5 19%
total 27 100%
Berdasarkan tabel 4.4 Ketuntasan hasil belajar siklus I didapatkan siswa
yang mendapat nilai di atas KKM yaitu 61 untuk mata pelajaran matematika
sebanyak 22 siswa dari 27 jumlah siswa kelas V SDN Blotongan 03 Salatiga
dengan prosentase sebesar 81%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah
KKM sebanyak 5 siswa dengan prosentase 19%. Perbandingan antara tuntas
dengan belum tuntas dapat dilihat pada diagram pada gambar 4.4 dibawah ini:
Gambar 4.4
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan gambar 4.4 diagram ketuntasan hasil belajar siklus I dapat
diketahui dari 27 siswa jumlah kelas V SDN Blotongan 03 sebanyak 22 siswa
tuntas dengan prosentase 81% dan 5 siswa belum tuntas dengan prosentase 19%.
Berdasarkan data baik data kualitatif maupun kuantitatif, peneliti
melakukan evaluasi untuk menemukan keberhasilan dari dampak tindakan yang
telah dilakukan terhadap perbaikan atau peningkatan kualitas proses pembelajaran
dan hasil belajar siswa. Melalui refleksi dalam evaluasi akan ditemukan
kelemahan-kelemahan yang masih ada pada tindakan yang telah dilaksanakan
81%
19%
Tuntas (≥ 61)
Tidak Tuntas (< 61)
62
untuk kemudian dijadikan dasar menyempurnakan rencana tindakan pada siklus
berikutnya. Adapun hasi refleksinya adalah sebagai berikut:
a) Kelebihan
1) Rancangan pembelajaran sudah terprogram
2) Siswa terlihat aktif dengan pendekatan scientific dalam pembelajaran
3) Siswa lebih tertarik dalam pembelajaran karena menggunakan media
realia
4) Antara rencana pembelajaran dan proses pembeljaran sudah sesuai.
5) keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat sudah tumbuh atau
dalam menjawab pertanyan.
6) siswa yang berkemampuan rendah dalam belajar terbantu oleh teman
sekelompoknya.
b) Kekurangan
Hambatan:
1) Penerapan pendekatan scientific dengan media realia belum terbiasa
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa masih
terlihat kebingungan dalam menerapkan langkah-langkah
pembelajaran.
2) guru tekadang masih kurang memberikan bimbingan pada siswa dan
kelompok siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
3) pengelolaan kelas yang kurang dalam kegiatan belajar mengajar.
4) pengelolaan waktu belum sempurna
5) keaktifan siswa belum maksimal
Penyelesaian:
1) Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal
dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.
2) Dalam kegiatan pembelajaran guuru hendaknya berkeliling
membimbing.
3) Semua siswa lebih dikondisikan untuk fokus dalam pembelajaran.
4) Pengelolaan waktu perlu ditingkatkan
5) Perlu dilaksanakan peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran.
63
4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan sifat-
sifat bangun ruang prisma dan limas. Dalam siklus II ini dilakukan melalui dua
kali pertemuan dengan rincianya sebagai berikut:
4.3.1 Perencanaan
Setelah melihat kekurangan dan kelebihan dalam siklus I perencanaan
pembelajaran pada siklus II ini sebagai penyempurnaan dan tindak lanjut dari
kekurangan yang terjadi pada siklus I. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II,
merupakan perbaikan pembelajaran siklus I dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasarnya sama, namun indikator dan materi yang berbeda. Pada
dasarnya siklus II memiliki prinsip kerja sama dengan pelaksanaan tindakan siklus
pertama. Hanya pada siklus kedua ini pada tahap persiapan dilakukan dengan
mendasarkan pada hasil observasi, refleksi pelaksanaan tindakan siklus I. Adapun
persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan siklus II adalah :
Sebelum mengajar pada siklus I, maka peneliti menyiapkan segala sesuatu
yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya adalah :
a) Pembuatan RPP mata pelajaran Matematika dengan standar kompetensi
memahami sifat-sifat dan hubungan antar bangun, kompetensi dasarnya
mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang, dan materi tentang bangun
ruang prisma dan nbangun ruang limas.
b) Membuat dan menyiapakan perlengkapan pembelajaran dengan
pendekatan scientific dan media realia.
c) Membuat dan mempersiapkan lembar observasi proses pembelajaran
d) Membuat instrumen penilaian hasil belajar berupa tes pilihan ganda.
e) Peneliti memberikan RPP yang sudah jadi kepada guru yang akan
diteliti untuk mempelajari RPP dengan pendekatan scientific dan media
realia.
f) Setelah RPP jadi, peneliti melakukan implementasi RPP untuk siklus II.
Implementasi dalam hal ini melalui pendekatan scientific dengan media
realia. RPP, lembar observasi dan instrumen penilaian dapat dilihat
pada lampiran.
64
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan 1
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan I ini dilakukan pada hari senin
tanggal 7 April 2014. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa,
salam kemudian absensi, mengadakan kontrak kelas pada saat guru mengucapkan
super siswa menjawab luar biasa dan jika guru mengucapkan happy siswa
menjawab yes, dilanjutkan dengan pemberian apersepsi berupa menunjukkan
diorma rumh dan memberi pertanyaan yaitu bangun ruang apa yang menyusun
diorama rumah tersebut, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan kegiatan inti yaitu
guru menunjukkan model bangun ruang prisma dan limas. Siswa mengamati alat
peraga tersebut dengan seksama. Guru memberi pertanyaan tentang bagian apa
yang ada di bangun ruang prisma dan limas. Siswa menjawab pengetahuan
tentang prisma dan limas sesuai dengan pemahamnya. Guru meminta siswa untuk
membuat jaring-jaring prisma dan limas. Siswa membuat jaring jaring sesuai
pemahamannya. Siswa juga diberi kesempatan guru untuk maju kedepan untuk
menjelaskan langkah-langkahnya. Siswa merangkai hasil karyanya berdasarkan
jaring-jaring yang telah dibuat. Siswa membandingkan hasil karyanya dengan
teman lain. Siswa berdiskusi antar teman, dan siswa bertanya jawab dengan guru
meluruskan kesalahan pemahaman.
Dalam kegiatan penutup guru memberikan penguatan dan menarik
kesimpulan. Guru mengkhiri pelajaran dengan mengucapkan salam dan meberi
semangat belajar tentang materi yang besok akan dipelajari yaitu tentang
menggambar bangun ruang prisma dan limas dan membawa peralatannya.
b. Pertemuan 2
Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan II dilakukan pada hari
kamis tanggal 10 April 2014. Pada awal pembelajaran guru mengucapkan salam
dan meminta salah satu siswa memimpin doa. Guru mengabsensi siswa dan
memberikan apersepsi menunjukkan bangun ruang prisma dan limas, dilanjutkan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
65
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan
inti yaitu guru meberikan contoh model bangun ruang dan siswa mengamati
model bangun ruang tersebut. Guru bertanya siapa yang bisa menggambar prisma
dan limas. Siswa bertannya jawab dengan guru tentang langkah-langkah membuat
bangun tersebut. Guru meminta siwa menggambar bangun ruang tersebut sesuai
dengan pemahamannya dan siswa melakukannya. Siswa dengan bimbingan guru
membentuk kelompok masing-masing 2 orang. Siswa mengerjakkan LKS sesuai
dengan perintahnya. Perwakilan kelompok maju kedepan untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Guru memberikan reward. Guru
memberikan kesempatan berukar pikiran siswa lain menaggapi. Guru bersama
siswa meluruskan kesalahan pemahaman, penguatan dan skesimpulan.
Dalam kegiatan penutup guru membagi soal tes formatif dikerjakan secara
invdividu, siswa mengerjakanya dengan tenang. Guru meberikan pesan agar
jangan takut dengan peljaran matemtika dan agar tetap rajin belajar.
4.3.3 Pengamatan
a. Pertemuan 1
Pada saat pembelajaran siklus II pertemuan I berlangsung, peneliti menjadi
observer untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir
pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan.
Lembar observasi tersebut meliputi item untuk mengamati aktivitas guru dan
siswa. Guru dalam mengajar antara lain saat kegiatan pembelajaran guru dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran sudah jelas. Pengelolaan waktu tepat waktu
dan penghargaan terhadap siswa masih kurang. Guru juga dalam membuat
kesimpulan dan penguatan sudah melibatkan siswa.
Hasil pengamatan siswa yaitu ketika guru menjelaskan tentang materi
yang dipelajari ada 2 siswa yang tidak fokus dan bermain sendiri. Saat guru
meminta membuat jaring-jaring sesuai pemahamannya siswa sudah bertanya pada
guru kesulitannya. Dari observasi yang dilakukan bahwa guru sudah terbiasa
dalam penerapan pendekatan scientific dengan media realia kedalam kegiatan
pembelajaran matematika pokok bahasan bangun ruang.
66
Dari kelemahan dalam pembelajaran dalam pertemuan pertama, maka
pada petemuan selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelamahan tersebut untuk
memperbaiki proses pembelajaran. usaha tersebut diantaranya peneliti berdiskusi
dengan guru mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi
tersebut diantaranya adalah pengahargaan terhadap siswa yang menjawab
pertanyaan benar maupun salah. keaktifan siswa dalam pembelajaran perlu
ditingkatan. Guru harus lebih menegur agar tidak bermain diluar kegiatan
pembelajaran supaya semua siswa dapat lebih fokus dalam pembelajaran
b. Pertemuan 2
Pada siklus I pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah berjalan
dengan baik hal ini dapat dilihat guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran
dengan baik dan menyampaikan materi dengan baik. Saat guru meberi tugas
sesuai dengan pemahannya, siswa langsung mengerjakannya secara percaya diri.
Dalam membimbing siswa sudah lebih baik terlihat semua kelompok sudah
dibimbing walaupun belum semuanya, guru menjelaskan tentang materi siswa
juga sudah memperhatikan dengan baik, ketika mengejakan LKS guru meminta
siswa bergabung dengan kelompoknya sebagian besar anggota kelompok dapat
bekerjasama dan saling membantu. siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan
guru, siswa berani mengungkapkan pendapat. Dalam kerjasama kelompok siswa
cukup baik dalam memberikan pendapat dan menyatukan pendapat. Siswa telibat
dalam menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Namun masih ada
kelompok yang tidak membawa peralatan dalam menggambar bangun ruang soal
dalam LKS.
Dari kelemahan dalam pembelajaran pada pertemuan kedua, maka pada
pertemuan selanjutnya perlu mengatasi berbagai kelemahan tersebut guna
memperbaiki proses pembelajaran. usaha tersebut diantaranya berdiskusi dengan
guru kelas mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran berlangsung.
hasil diskusi tersebut diantaranya keaktifan siswa secara individu didalam kelas
perlu ditingkatkan. Guru harus lebih siap menyedikan peralatan dalam diskusi
kelompok untuk menjaga jika ada yang tidak membawa.
67
4.3.4 Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II, selanjutnya
diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan temuan
atau pengamatan. Refleksi adalah kegiatan mencermati, mengkaji dan
menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilaksanakan
yang didasarkan pada pada data yang telah terkumpul pada langkah observasi.
dari diskusi ini didapatkan bahwa guru guru kelas dalam menerapkan pendekatan
scientific dengan media realia kegiatan pembelajaran siswa lebih aktif sesuai
dengan langkah langkah ilmiah, pada strategi pembelajaran guru menyampaikan
tujuan pembelajaran, apesepsi dengan media nyata, motivasi sebagai penyemangat
pembelajaran, pada manajemen kelas guru melaksanakan tata tertib kelas namun
belum sempurna, mengelola waktu pembelajaran, memberikan umpan balik, dan
memberikan pujian..
Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II kemudian diambil
secara kuantitatif melaluhi penilaian proses dan hasil belajar. Adapun nilai hasil
siklus I dapat dilihat pada table 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Hasil Belajar Siklus II
No Nilai Frekuensi Prosentase
1 ≥ 81 12 44%
2 71-80 8 30%
3 61-70 5 19%
4 <61 2 7%
Jumlah 27 100%
Rata-rata 80
Standar Deviasi 12
Maksimal 100
Minimal 56
Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siklus II
siswa kelas V di SDN Blotongan 03 salatiga, bahwa sebanyak 12 siswa mendapat
nilai lebih dari 81 dengan prosentase 44%, diikuti oleh 8 siswa yang mendapat
nilai antara 71 sampai 80 dengan prosentase 30%, kemudian nilai 61 sampai 70
68
sejumlah 8 siswa dengan prosentase 19 %, dan 5 siswa mendapat nilai kurang dari
61 dengan prosentase 7%.
Selain itu pada tabel 4.5 nilai tes siklus II bahwa rata-rata nilai siklus II
adalah sebesar 80 dengan standar deviasi 12. Nilai maksimalnya sebesar 100 dan
nilai minimalnya sebesar 56. Hasil analisis deskriptif ini juga memberikan makna
bahwa masih terdapat 2 siswa yang masih perlu mendapat perhatian dalam
peningkatan hasil belajar terutama siswa dengan nilai di bawah KKM atau belum
tuntas.
Dari analisa nilai hasil tes siklus II pada tabel 4.5 dapat dibuat diagram
seperti pada gambar 4.5 dibawah ini:
Gambar 4. 5
Diagram Hasil belajar Siklus II
Dengan melihat diagram di atas dapat diketahui hasil analisis siklus II
yang terlihat jelas perbandingannya bahwa gambar di atas menunjukkan siswa
yang mendapat nilai 81 ke atas sebanyak 12 siswa dengan presentase 44%., siswa
dengan nilai 71 sampai 80 sebanyak 8 siswa dengan prosentase 30%, dan Siswa
yang dengan nilai antara 61 sampai 70 sebanyak 5 siswa dengan presentase 19%.
Sedangkan siswa yang belum tuntas dengan nilai dibawah KKM <61 sebanyak 2
siswa dengan prosentase 7%. Berdasar hasil tes siklus I tersebut apabila dianalisa
berdasar ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
44%
30%
19%
7%
≥ 81
71-80
61-70
<61
N0 Ketuntasan (KKM ≥ 61 ) Frekuensi Prosentase
1 Tuntas (≥ 61) 25 93%
2 Tidak Tuntas (< 61) 2 7%
total 27 100%
69
Berdasarkan tabel 4.6 Ketuntasan hasil belajar siklus II didapatkan siswa
yang mendapat nilai di atas KKM yaitu 61 untuk mata pelajaran Matematika
sebanyak 25 siswa dari 27 jumlah siswa kelas V SDN Blotongan 03 dengan
prosentase sebesar 93%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM
sebanyak 2 siswa dengan presentase 7%. Perbandingan antara tuntas dengan
belum tuntas dapat dilihat pada diagram pada gambar 4.6 dibawah ini:
Gambar 4.6
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan diagram ketuntasan hasil belajar siklus II dapat diketahui dari
31 siswa jumlah kelas V SD Negeri Blotongan 03 sebanyak 25 siswa tuntas
dengan prosentase 93% dan 2 siswa belum tuntas dengan prosentase 7%.
Berdasarkan data baik data kualitatif maupun kuantitatif, peneliti
melakukan evaluasi untuk menemukan keberhasilan dari dampak tindakan yang
telah dilakukan terhadap perbaikan atau peningkatan kualitas proses pembelajaran
dan hasil belajar siswa. Melalui refleksi dalam evaluasi akan ditemukan
kelemahan-kelemahan yang masih ada pada tindakan yang telah dilaksanakan
untuk kemudian dijadikan dasar menyempurnakan rencana tindakan pada siklus
berikutnya. Adapun hasi refleksinya adalah sebagai berikut:
a) Kelebihan
1) Rancangan pembelajaran sudah terprogram
2) Siswa terlihat aktif dengan pendekatan scientific dalam pembelajaran
3) Siswa lebih tertarik dalam pembelajaran karena menggunakan media
realia
4) Antara rencana pembelajaran dan proses pembelajaran sudah sesuai.
93%
7%
Tuntas (≥ 61)
Tidak Tuntas (< 61)
70
5) keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat sudah tumbuh atau
dalam menjawab pertanyaan.
6) Siswa melakukan refleksi bersama guru.
b) Kekurangan
Hambatan : Pengelolaan kelas belum sempurna karena masih ada siswa
yang pasif dan bermain sendiri saat kegiatan pembelajaran.
Penyelesaian: Semua siswa lebih dikondisikan untuk fokus dalam
pembelajaran dan dapat bertanya jika ada yang belum dipahami.
4.4 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Sikus I, dan Siklus II
Untuk mengetahui perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7
Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No Nilai
Frekuensi
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 ≥ 81 3 3 12
2 71-80 1 11 8
3 61-70 7 8 5
4 <61 16 5 2
Jumlah 27 27 26
Rata-rata 55 71 80
Standar Deviasi 17,7 12,2 12
Maksimal 87 95 100
Minimal 30 50 56
Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai tes pra siklus pada
siswa kelas V di SD Negeri Blotongan 03 Salatiga, menunjukkan bahwa ada
sebanyak 3 siswa mendapat nilai lebih dari 81, pada siklus I terdapat 3 siswa yang
mendapat nilai lebih dari 81 dan pada siklus II sebanyak 12 siswa yang mendapat
nilai lebih dari 81. Nilai tes pra siklus memiliki rata-rata 55, selanjutnya pada
siklus I rata-rata nilainya sebesar 71 dan pada siklus II rata-rata nilainya sebesar
80.
71
Selain itu pada tabel 4.7 dapat diketahui standar deviasi hasil belajar pada
pra siklus adalah sebesar 17,7 diikuti pada siklus I sebesar 12,2 dan pada siklus II
standar deviasinya sebesar 12. Nilai maksimal pada pra siklus adalah 87, pada
siklus I adalah 95, dan pada siklus II nilai maksimalnya sebesar 100. Sedangkan
nilai minimal pra siklus sebesar 30, kemudian siklus I sebesar 50 dan siklus II
nilai minimalnya sebesar 56.
Perbandingan ketuntasan hasil belajar pra siklus, siklus I , dan siklus II
dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini:
Tabel 4. 8
Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
N0 Ketuntasan (KKM ≥ 61 ) Jumlah Siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Tuntas (≥ 61) 11 22 25
2 Tidak Tuntas (< 61) 16 5 2
Total 27 27 27
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui perbandingan hasil belajar pra
siklus, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus hasil belajar
siswa untuk mata pelajaran Matematika yaitu dari 27 jumlah siswa kelas V
sebanyak 11 siswa tuntas dan sisanya 16 siswa belum tuntas. Pada siklus I
meningkat menjadi 22 siswa ynag tuntas dan 5 orang belum tuntas. Dan pada
siklus II lebih meningkat yaitu 25 orang siswa tuntas dan hanya 2 orang yang
belum tuntas.
Penjelasan tentang ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus, siklus I dan
siklus II adalah jika dilihat dari jumlah murid yang tuntas dan belum tuntas dapat
dipahami bahwa ada 11 siswa yang tuntas dengan karakteristik aktif, ulet,
mandiri, memiliki percaya diri dan disiplin belajar yang tinggi. Dari 16 siswa
yang tidak tuntas pada siklus I terdapat 5 anak dengan karakteristik kurang aktif,
kurang percaya diri, kurang mandiri, kaku. Sekalipun telah dilakukan pendekatan
scientific dengan media realia selama 2 siklus masih terdapat 2 siswa yang belum
tuntas dengan karakteristik siswa pasif, tidak mandiri dan selalu bergantung
72
kepada temannya. Berdasarkan tabel 4.7 diatas tentang siswa tuntas dan tidak
tuntas dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 4.7
Grafik Distribusi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Pada Tabel 4.7 dan pada gambar 4.8 menunjukkan pembelajaran
menggunakan pendekatan scientific dengan media realia dapat meningkatkan
jumlah siswa yang tuntas dalam belajardan menurunya jumlah siswa yang tidak
tuntas. Untuk melihat perbandingan nilai skor maksimal dan pra siklus, siklus I,
dan siklus II terlihat pada grafik 4.8 dan 4.9 berikut ini:
Gambar 4.8
Grafik Perbandingan Skor Makasimal
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Gambar 4.9
Grafik Perbandingan Skor Minimal
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
11
22 25
16
5 2 0
10
20
30
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Fre
kuen
si
Tuntas (≥ 61)
Tidak Tuntas (<61)
87
95
100
80
90
100
110
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Sko
r N
ilai
30
50 56
0
10
20
30
40
50
60
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Sko
r N
ilai
73
Berdasarkan gambar 4.8 Dan 4.9 diatas menunjukkan bahwa setiap
kenaikkan skor maksimal juga diikuti skor minimal pada pra siklus, siklus I, dan
siklus II. Hal ini berarti penerapan pendekatan scientific dan media realia
berpengaruh terhadap kenaikan nilai siswa. Untuk mengetahui standar deviasi
penelitian ini, dapat dilihat pada gambar 4.10 dibawah ini:
Gambar 4.10
Grafik Perbandingan Standar Deviasi
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Pada gambar 4.10 standar deviasi setiap siklus terus mengalami penurunan
dari pra siklus 17,7 menjadi 12,2 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 12. Hal
ini berarti penyimpangan skor pada setiap siklus mengalami penurunan.
4.5 Pembahasan
Dengan berdasarkan pada hasil observasi sebelum adanya tindakan di
kelas V SD Negeri Blotongan 03 Salatiga menyatakan bahwa hasil belajar siswa
mata pelajaran Matematika rendah. Hal ini terbukti dari 27 jumlah siswa kelas V
terdapat 11 siswa tuntas mendapat nilai di atas KKM dengan prosentase 41% dan
16 siswa belum tuntas dengan prosentase 59%. Meskipun terdapat beberapa siswa
yang tuntas tetapi terlalu dekat dengan KKM, dan nilai rata ratanya adalah 55. Hal
ini disebabkan cara guru mengajar selalu menggunakan metode konvensional atau
ceramah yang mengakibatkan siswa pasif sehingga hasil belajar siswa rendah.
Proses pembelajaran matematika juga tidak dilengkapi dengan media peraga,
sehingga banyak siswa pasif dan bosan karena pembelajaran yang monoton
sehingga hasil belajar siswa rendah.
Ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus, siklus I dan siklus II adalah jika
dilihat dari jumlah murid yang tuntas dan belum tuntas dapat dipahami bahwa ada
17,7
12,2 12
0
5
10
15
20
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Sk
or
74
11 siswa yang tuntas dengan karakteristik aktif, ulet, mandiri, memiliki percaya
diri dan disiplin belajar yang tinggi. Dari 16 siswa yang tidak tuntas pada siklus I
terdapat 5 anak dengan karakteristik kurang aktif, kurang percaya diri, kurang
mandiri, kaku. Sekalipun telah dilakukan pendekatan scientific dengan media
realia selama 2 siklus masih terdapat 2 siswa yang belum tuntas dengan
karakteristik siswa pasif, kurang fokus dalam pembelajaran ,tidak mandiri, asyik
bermain sendiri, dan selalu bergantung kepada temannya.
Beberapa kelebihan yang dimiliki pendekatan scientific diantaranya
adalah mendorong siswa untuk berpikir ilmiah melaluhi mengamati, menanya,
menalar, mencoba dan membentuk jejaring sehingga siswa lebih kritis, aktif
kreatif serta bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Pembelajaran dengan
media realia membuat siswa lebih mudah memahami materi karena dapat melihat
secara nyata benda yang akan dipelajari. Dari kelebihan pendekatan scientific
dengan media realia tersebut dapat menuntaskan nilai siswa yang sebelumnya
belum tuntas. Peningkatan hasil belajar siswa didapatkan dari perolehan hasil dari
pra siklus, siklus I, dan siklus II.
1. Siklus I
Pada siklus I dengan penerapan pembelajaran melalui pendekatan
scientific dengan media realia pada mata pelajaran Matematika di kelas
V terjadi peningkatan yaitu sebesar 81% siswa tuntas dengan jumlah 22
siswa dan sebesar 19% tidak tuntas dengan jumlah 5 siswa.
2. Siklus II
Pada siklus II dengan penerapan pembelajaran melalui pendektan
scientific dengn media realia pada mata pelajaran Matematika di kelas
V terjadi peningkatan yaitu sebesar 93% siswa tuntas dengan jumlah 25
siswa dan 7% siswa tidak tuntas dengan jumlah 2 siswa.
Dalam penelitian ini hipotesis tindakan terbukti bahwa penerapan
pendekatan scientific dengan media realia dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas V SD Negeri Blotongan 03 Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga semester II tahun pelajaran 2013/2014.