BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi...
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melakukan penelitian di kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 01,
peneliti mengamati bagaimana proses pembelajaran dikelas. Pada saat
pembelajaran metode yang digunakan hanya metode ceramah, tanya jawab dan
jarang sekali melibatkan siswa untuk melakukan praktek. Oleh karena itu siswa
kurang bersemangat, mengantuk, dan kurang fokus dalam mengikuti pelajaran
karena siswa hanya menjawab dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru.
Untuk mata pelajaran matematika sendiri, pembelajaran yang
menggunakan metode ceramah sebenarnya sudah sangat kurang cocok, karena
kreativitas dan kemampuan berpikir kritis siswa baru dapat dilatih ketika siswa
melakukan aktivitas dengan senang hati dan terlibat langsung dalam
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga serta dengan mendesain game
adalah solusi terbaik untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Metode ceramah yang begitu konvensional sangat mempengaruhi hasil
belajar siswa, sehingga hasil ulangan harian siswa tergolong rendah. Hal ini
dapat terbukti pada saat peneliti mengamati kondisi pra siklus yaitu dari 38
siswa, hanya 31,6% atau 12 orang siswa yang memperoleh nilai diatas KKM
(65), sedangkan sebagian besar siswa (68,4%) atau 26 siswa lainnya
mendapatkan nilai di bawah KKM (65). Pada Tabel 4.1 disajikan
52
Tabel 4.1
Nilai Mata Pelajaran Matematika
Siswa Kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 01 Salatiga
Tahun ajaran 2016/2017
Kondisi Awal
No Rentang Nilai Frekuensi Presentase(%)
1 <45 9 23,7
2 45-54 10 26,3
3 55-64 7 18,4
4 65-74 9 23,7
5 75-84 3 7,9
Jumlah 38 100
Nilai Rata-rata 56,7
Nilai Tertinggi 83
Nilai Terendah 40
Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi,
persentase, perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai terendah.
Dalam distribusi frekuensi nilai pada kondisi awal, perolehan nilai siswa dibagi
ke dalam 5 rentang nilai. Pembagian ke dalam 5 rentang nilai ini bermaksud agar
gaps atau selisih antar angka tetap konsisten atau tidak berubah-ubah.
Pada rentang nilai <45 diperoleh oleh 9 siswa (23,7%).Kemudian pada
rentang 45-54, diperoleh oleh 10 siswa (26,3%). Pada rentang 55-64, diperoleh
oleh 7 siswa (18,4%). Sedangkan pada rentang 65-74, diperoleh oleh 9 siswa
(23,7%). Selanjutnya, pada rentang 75-84, diperoleh oleh hanya 3 siswa dengan
presentase hanya 7,9%. Pada kondisi awal, nilai rata-rata yang diperoleh siswa
kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 1 adalah 56,7 dengan nilai tertinggi 83 dan
nilai terendah 40. Berdasarkan Tabel 4.1 nilai mata pelajaran matematika pada
kondisi awal digambarkan dalam Gambar 4.1.
53
Gambar 4.1
Diagram Batang Hasil Perolehan Nilai Mata Pelajaran Matematika
Siswa Kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 01
Tahun Pelajaran 2016/2017
Kondisi Awal
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥65) maka dapat
dialakukan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas.
Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal dapat disajikan dalam
Tabel 4.2:
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Presentase(%)
1 Tuntas ≥ 65 12 31,6
2 Belum Tuntas < 65 26 68,4
Jumlah 38 100
Berdasarkan Tabel 4.2, maka dapat dianalisis bahwa jumlah siswa yang
tuntas adalah 12 siswa atau mencapai 31,6%. Sedangkan untuk siswa yang
belum tuntas adalah 26 siswa atau mencapai 68,4%. Ketuntasan belajar disajikan
dalam Gambar 4.2:
0123456789
10
<45 45-54 55-64 65-74 75-84
54
Gambar 4.2
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 01
Tahun Ajaran 2016/2017
Kondisi Awal
Berdasarkan hasil belajar Matematika yang masih rendah, maka peneliti
merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran Matematika dengan
menerapkan pembelajaran yang menggunakan alat peraga garis bilangan dan
manik-manik untuk melakukan perbaikan terhadap hasil belajar siswa khususnya
pada materi operasi hitung bilangan bulat. Upaya perbaikan dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar pada mata pelajaran matematika
melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu
malalui siklus 1 dan siklus 2.
4.1.1. Distribusi Frekuensi Nilai Tes pada Pra Siklus
Berdasarkan tabel 4.1, nilai tes menunjukkan kurang efektifnya
pembelajaran yang dilakukan tanpa menggunakan alat peraga. Hal ini dapat
diketahui dari rentang perbedaan nilai terendah sebesar ≤45 dan nilai tertinggi
>84, sedangkan skor rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 56,7. Ketuntasan
belajar yang dicapai siswa hanya sebesar 31,6% Atau 12 orang siswa dari 38
total siswa.
32%
68%
persentase
Tuntas
Tidak Tuntas
55
4.2 . Deskripsi Hasil Siklus I
Penelitian siklus I pertemuan pertama ini dilaksanakan pada tanggal 7
Agustus 2016 dengan pokok bahasan Operasi Hitung Bilangan dengan rincian
sebagai berikut :
4.2.1. Perencanaan
Persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan pembelajaran
baik pada siklus I maupun siklus II adalah mempersiapkan
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Sarana dan alat pembelajaran
4.2.2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
1. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
Pertemuan pertama ini dilaksanakan dua jam pelajaran dengan durasi
waktu 1 kali tatap muka. Alokasi waktunya 2 jam pelajaran selama 70
menit. Untuk mengawali pelajaran, pertama-tama guru mengucapkan
salam, menanyakan kabar siswa dan tidak lupa memperkenalkan diri,
mengajak siswa berdoa, memeriksa kehadiran siswa serta memeriksa
kesiapan belajar siswa, setelah itu guru menyampaikan materi pokok yang
akan dipelajari pada saat pembelajaran, langkah-langkah pembelajaan dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Ketika hendak membuka pembelajaran guru menyampaikan
apersepsi; 2 buah mangga tambah 3 buah mangga berapa anak-anak?
Setelah dijawab anak-anak secara kompak, uru menyampaikan tujuan
mempelajari penjumlahan dan pengurangan serta hubungannya dengan
aktivitas manusia sehari-hari.
56
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru memberikan gambaran umum mengenai
operasi hitung bilangan bulat. Seperti “jika ayah Toni memiliki 5 ekor
kambing dan Ayah Reza memiliki 4 ekor kambing. Ada berapa ekorkah
semua kambing?” Siswa dengan bersemangat menjawab ada 9 ekor
kambingg. Setelah dijawab, guru menjelaskan bahwa manusia selalu
melakukan penjumlahan dan pengurangan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, hanya saja, sering tidak disadari.
Guru meminta siswa membentuk kelompok yang masing-masing
harus terdiri dari 6-7orang, setelah siswa membentuk kelompok, guru
menerangkan apa saja yang akan dikerjakan oleh tiap-tiap kelompok.
Setelah mengulas pertanyaan, guru bertanya kembali mengenai apa
yang telah diketahui siswa tentang bilangan positif dan negatif. Ada
siswa yang bingung dan ada yang langsung menanggapi. Setelah melihat
reaksi siswa guru langsung memberikan gambaran mengenai bilangan
positif dan negatif dengan menggunakan konsep “memberi dan
pinjaman” maksudnya adalah, jika pernyataan menggunakan kata
memberi dan menanyakan jumlah, maka operasi hitung adalah
penjumlahan, sebaliknya, jika pernyataan guru adalah pinjaman dan
menanyakan sisa, maka operasi hitung adalah pengurangan. Dalam
menggunakan manik-manik, siswa harus mengerti dengan kedua istilah,
yaitu memberi dan pinjaman. Memberi sama artinya dengan
menggabungkan sementara pinjaman sama artinya dengan pemisahan.
Setelah siswa cukup jelas dengan manik-manik, guru menunjukkan
gambar garis bilangan. Guru hanya menyampaikan bahwa, tips
menggunakan garis bilangan adalah jika operasi hitung penjumlahan arah
objeknya ke kanan, sebaliknya jika operasi hitung pengurangan maka
57
arahnya ke kiri. Namun sebelum belajar menggunakan garis bilangan
guru meminta dengan sengaja siswa yang menuliskan letak suatu
bilangan pada garis bilangan yang telah disiapkan. Guru mengamati
apakah ada kesulitan bagi siswa untuk menuliskan bilangan pada garis
bilangan, dan ternyata beberapa siswa kesulitan menuliskan letak suatu
bilangan pada garis bilangan. Guru menjelaskan bahwa langkah yang
harus ditempuh untuk bisa mengerti konsep garis bilangan harus
mengetahui terlebih dahulu cara menuliskan letak bilangan garis
bilangan. Setelah berhasil memberikan solusi bagi siswa yang kesulitan,
guru langsung memberikan beberapa contoh soal, yang harus
diselesaikan pada papan tulis.
Siswa berlomba untuk mendapatkan kesempatan menjawab
pertanyaan yang guru sediakan, walaupun masih ada yang belum tepat,
baik dalam menggunakan garis bilangan dan manik-manik. Dari sepuluh
soal yang tidak terjawab dengan benar hanya 3 soal saja. Dengan
pemahaman siswa yang sebagian besar sudah mengerti, guru
memberikan LKS kepada kelompok dan meminta siswa melakukan
diskusi mengenai apa saja aktivitas yang melibatkan bilangan bulat.
Ketika selesai diskusi, guru melakukan evaluasi terhadap proses
belajar mengajar. Guru meminta siswa menuliskan kesulitan belajar
menggunakan alat peraga garis bilangan dan manik-manik.
Contoh soal penjumlahan bilangan bulat positif; 2-5=.
Posisi awal
Posisi akhir
58
Operasi hitung adalah tanda negatif (-), maka arah siswa adalah ke
belakang bilangan 0 sebanyak 5 kali. Jadi 2-5= -3.
-3 + 9 =
Karena operasi hitung adalah -3+9, maka bola diletakkan pada -3
di garis bilangan dan operasi hitung penjumlahan maka arah bola
adalahmenuju angka bilangan bulat positif sebanyak 9 kali, jadi hasil
operasi hitung -3+9 adalah 6.
Penggunaan manik-manik pada materi operasi hitung bilangan
bulat adalah dengan pendekatan himpunan. Definisi himpunan dalam
matematika sendiri adalah anggota dari bilangan sejenis, dalam
mempelajari himpunan terdapat proses pemisahan dan penggabungan
yang masing masing merupakan himpunan manik-manik negatif dan
himpunan manik-manik positif, Sedangkan yang tidak mempunyai
pasangan saat menghimpun manik-manik adalah hasil dari operasi hitung
bilangan.
Sebelum melakukan pengajaran menggunakan manik-manik, guru
terlebih dahulu memperkenalkan kepada siswa bahwa yang kita anggap
bilangan negatif adalah manik-manik berwarna merah, sedangkan manik-
manik berwarna hijau adalah manik-manik bilangan positif. Dalam
menggunakan manik-manik, proses penggabungan dapat diartikan pada
operasi hitung penjumlahan, sementara pemisahan adalah operasi hitung
Posisi awal Posisi akhir
59
pengurangan. Hal terpenting dalam menggunakan alat peraga memancing
kemampuan siswa untuk mengabstraksi objek-objek konkret.
-3 + 6 = 3
Dari contoh soal diatas, dapat diketahui bahwa ada tiga jumlah
manik-manik hijau yang berarti manik-manik bilangan positif yang tidak
mempunyai anggota dan merupakan hasil operasi hitung bilangan.
c. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru memberikan tugas sebagai tindak lanjut
dan penilaian. Untuk mengetahui perkembangan pemahaman siswa guru
mengoreksi pekerjaan siswa. Setelah mengoreksi guru mengetahui masih
sebagian besar belum begitu mengerti dengan penjelasan guru, tetapi untuk
melanjutkan guru belum bisa karena alokasi waktu, guru hanya
menyimpulkan bahwa pembelajan berjalan sesuai rencana, walaupun
masih banyak siswa yang kurang paham. Untuk meninggalkan kelas, guru
menyampaikan salam.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 1 Pertemuan Pertama
No . Indikator
Butir
pengamatan
Hasil Observasi
ya Tidak
1. Pra pembelajaran 2 2
2. Kegiatan Awal 4 3 1
3. Kegiatan Inti 12 11 1
4. Kegiatan Penutup 3 2 1
Jumlah 21
Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dianalisis bahwa dari empat indikator
kegiatan pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan
60
oleh guru. Dari keseluruhan 21 butir pengamatan, 18 butir pengamatan
sudah terlaksana dan terdapat hanya 3 butir pengamatan yang tidak
terlaksana. Hasil pengamatan kegiatan guru secara umum sudah terlaksana
dengan baik sesuai dengan langkah-langkah menggunakan alat peraga
garis bilangan dan manik-manik, namun walaupun demikian, masih
terdapat beberapa kegiatan guru yang tidak terlaksana sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada pertemuan pertama.
Kegiatan guru yang belum dilakukan antara lain terdapat dalam
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan
pendahuluan, terdapat 1 kegiatan yang tidak dilakukan guru yaitu guru
tidak menyampaikan motivasi belajar kepada siswa.
Pada kegiatan inti, guru tidak menjelaskan tentang kegiatan apa saja
yang akan dilakukan siswa di dalam kelompok. Pada kegiatan penutup,
guru tidak menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan
hasil lembar observasi kegiatan guru, terdapat beberapa catatan yang
dituliskan oleh pengamat, yaitu harus lebih tenang lagi dalam membukan
pembelajaran, sementara untuk kegiatan inti guru harus memberikan
penjelasan secara jelas kepada siswa tentang apa yang seharusnya
dilakukan siswa dalam kelompok dan dalam mengakhiri pembelajaran
harus mengingatkan kepada siswa tentang rencana pembelajaran
berikutnya.
2. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, observasi dilakukan oleh peneliti dengan
mengisi lembar observasi kegiatan guru sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran menggunakan alat peraga garis bilangan dan manik-manik.
Kegiatan observasi bertujuan untuk memeriksa terlaksananya pembelajaran
menggunakan alat peraga dengan optimal. Hasil dari analisis lembar observasi
61
terhadap kegiatan guru sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
menggunakan alat peraga secara rinci disajikan dalam Tabel 4.4:
Tabel 4.4
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 1 Pertemuan kedua
No
.
Indikator Butir
pengamatan
Hasil Observasi
Ya Tidak
1. Pra pembelajaran 2 2
2. Kegiatan Awal 4 4
3. Kegiatan Inti 12 11 1
4. Kegiatan Penutup 3 2 1
Jumlah 21
Berdasarkan Tabel 4.4, dari keseluruhan 21 butir pengamatan, 19 butir
pengamatan sudah terlaksana dan terdapat 2 butir pengamatan yang belum
terlaksana. Hasil pengamatan kegiatan guru secara umum sudah terlaksana
dengan baik sesuai dan sesuai dengan langkah-langkah menggunakan alat
peraga garis bilangan dan manik-manik, namun masih terdapat beberapa
kegiatan guru yang tidak terlaksana sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) pada pertemuan kedua.
Kegiatan guru yang belum dilakukan antara lain terdapat dalam
kegiatan kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan inti, guru tidak
menjelaskan tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan siswa di dalam
kelompok, sedangkan pada kegiatan penutup, guru tidak menyampaikan
salam untuk mengakhiri pembelajaran sesperti yang seharusnya. Berdasarkan
hasil lembar observasi kegiatan guru, terdapat beberapa catatan yang
dituliskan oleh pengamat, yaitu pada kegiatan inti guru harus memberikan
penjelasan secara jelas kepada siswa tentang apa yang seharusnya dilakukan
siswa dalam kelompok dan dalam mengakhiri pembelajaran harus
menyampaikan salam sebagai bukti bahwa kelas telas selesai. Analisis hasil
belajar matemtika siswa secara rinci disajikan dalam Tabel 4.5:
62
Tabel 4.5
Nilai Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 4 SD Negeri Kutowinanngun 01
Tahun Ajaran 2016/2017 Siklus 1
No. Interval nilai siklus
Jumlah siswa Persentase (%)
1. 45-54 2 5,3
2. 55-64 11 28,9
3. 65-74 18 47,4
4. 75-84 4 10,5
5. 85-94 3 7,9
Total 38 100
Nilai tertinggi 93
Nilai rata-rata 67,5
Nilai terendah 50
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dikaji tentang rentang nilai, frekuensi,
persentase dan juga perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi dan juga nilai
terendah. Dalam distribusi frekuensi nilai pada siklus 1, perolehan nilai siswa
dibagi ke dalam 5 rentang nilai, jika dibandingkan dengan pra siklus rentang
nilai pada siklus I sengaja dibuat lebih tinggi, yakni 85-94, dengan alasan 3
orang siswa sudah mampu mencapai nilai >84, yang pada pra siklus nilai
tertinggi hanya mencapai 83. Terdapat 2 siswa (5,3%) yang memperoleh nilai
pada rentang 45-54, sedangkan 11 siswa(28,9%) memperoleh nilai pada
rentang 55-64, Selanjutnya, terdapat 18 siswa (47,4%) yang memperoleh nilai
pada rentang 65-74 dan pada rentang nilai 75-84 diperoleh oleh 4 siswa
(10,5%), sementara 3 orang siswa (7,9%) meperoleh nilai pada rentang 85-94.
Pada siklus 1, nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 67,5 dengan nilai
tertinggi 93 dan nilai terendah 50.
Berdasarkan tabel nilai mata pelajaran Matematika pada siklus 1 maka
dapat digambarkan dalam Diagram Batang pada Gambar 4.3:
63
Gambar 4.3
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 4 SD Negeri
Kutowinangun 01 Salatiga
Tahun Ajaran 2016/2017 Siklus 1
Berdarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥65) maka dapat
dilakukan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum
tuntas. Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat disajikan
dalam Tabel 4.6:
Tabel 4.6 Analasis Ketuntasan Belajar Siklus 1
No Ketuntasan
Belajar
Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Presentase(%)
1 Tuntas ≥ 65 25 65,8
2 Belum Tuntas < 65 13 34,2
Jumlah 38 100
Berdasarkan Tabel 4.6, dapat dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas
adalah 25 siswa atau mencapai 65,8%. Sedangkan untuk siswa yang belum
tuntas adalah 13 siswa atau 34,2%. Ketuntasan belajar disajikan dalam
diagram lingkaran pada Gambar 4.4:
45-54 55-64 65-74 75-84 85-95
Series1 2 11 18 4 3
0123456789
10
64
Gambar 4.4
Diagram Lingkaran Ketuntasan BelajarSiswa Kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 01
Salattiga Tahun Ajaran 2016/2017 Siklus
4.2.3. Refleksi Siklus 1
Setelah dilakukannya kegiatan pembelajaran siklus 1 dari pertemuan
pertama dan kedua, maka selanjutnya dilakukan refleksi atas tindakan
pembelajaran siklus 1. Refleksi digunakan sebagai bahan perbaikan dengan
membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan
indikator aktivitas yang telah ditetapkan. Melalui refleksi, dapat diketahui
manfaat bagi guru dan siswa serta kelebihan dan kekurangan dari tindakan
menggunakan alat peraga dalam mengantarkan materi operasi hitung
bilangan bulat.
Tahap bagi peneliti untuk merangkum secara menyeluruh kegiatan
penelitian yang telah dilakukan pada proses belajar mengajar berlangsung.
Tahap refleksi dilakukan setelah secara keseluruhan pembelajaran
berlangsung, peneliti merefleksikan apa yang telah dilakukan dan apa yang
belum dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran. Peneliti mendiagnosis
sendiri kekurangan serta masalah yang dihadapi selama pembelajaran
0%
66%
34%
persentase
Tuntas
Tidak Tuntas
65
sementara guru membantu memberikan solusi bagi permasalahanyang
dihadapi peneliti selama mengajar. Tahap refleksi berlangsung 8 Agustus
2016, yakni setelah selesai siklus pertemuan pertama dan kedua siklus ke-I.
Peneliti melihat masih banyak kekurangan dalam menyampaikan
materi pada pertemuan pertama dan kedua, pertemuan pertama guru masih
sangat kaku untuk melakukan tanya jawab dengan siswa, sehingga tidak
sedikit siswa yang enggan mengajukan pertanyaan, selain itu siswa juga
terlalu fokus untuk bermain dengan manik-manik dibandingkan untuk
menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. Untuk itu, peneliti yang
berperan sebagai guru berkomitmen bahwa di siklus ke II nanti, peneliti
harus lebih relaks dan memahami kebutuhan siswa, agar siswa mampu
leluasa untuk mengajukan pertanyaan, serta guru juga harus tetap
memantau secara menyeluruh proses pembelajaran berlangsung agar siswa
tidak mempunyai waktu untuk bermain-main dengan manik-manik.
Kelemahan peneliti sebagai guru sudah diketahui untuk itu harapan
peneliti untuk pelaksaan siklus II adalah hasil siswa sudah mampu
mencapai indikator, dengan penampakan wajah yang lebih relaks serta
perhatian penuh kepada siswa.
Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi yang dilakukan oleh
peneliti, guru observer dan beberapa siswa kelas 4 SD Negeri
Kutowinangun 01. Dari diskusi yang dilakukan, dapat diketahui manfaat
dari pelaksanaan pembelajaran bagi guru dan siswa. Guru memperoleh
pengalaman dan wawasan baru dalam pembelajaran, khususnya terhadap
penggunaan alat peraga. Selain itu, guru juga dapat memberikan
kesempatan bagi siswa untuk aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan
kelompok dan praktik.
66
Guru bukan lagi objek yang dominan karena hanya sebagai fasilitator
selama pembelajaran berlangsung dan siswalah yang menjadi pusat
pembelajara. Bagi siswa sendiri, siswa merasa tertarik dengan materi yang
dipelajari dengan adanya alat peraga garis bilangan dan manik-manik.
Selain itu, siswa juga mendapat pengalaman belajar baru melalui kegiatan
kelompok yang membuat siswa aktif dalam pembelajaran dan juga belajar
melakukan belajar melakukan penjumlahan menggunakan manik-manik
dan garis bilangan.
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa pada pelaksanaan tindakan siklus
I adalah terdapat 25 siswa yang tuntas (65,8%), yang artinya hasil dari
tindakan belum memenuhi indikator keberhasilan yang peneliti tentukan
sebesar 80%. Berdasarkan hasil analisis, masih terdapat 13 (34,2%) siswa
yang masih tidak tuntas. Rata-rata hasil belajar yang dicapai sudah
mengalami peningkatan dari kondisi awal yaitu 56,7 menjadi 67,5 setelah
pelaksanaan tindakan pada siklus 1.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada
pertemuan pertama dan kedua, dapat dianalisis bahwa terdapat beberapa
langkah pembelajaran yang belum dilakukan oleh guru dan siswa. Namun
secara umum pembelajaran sudah berjalan baik sesuai dengan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan Pembelajara
(RPP).
Pada pertemuan pertama, beberapa kegiatan guru yang belum
terlaksana antara lain adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu guru tidak
menyampaikan motivasi belajar dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan
inti, guru tidak melalukan kegiatan membimbing siswa dalam kelompok
akan tugas yang dikerjakan siswa. Pada kegiatan penutup, guru tidak
menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
67
Pada pertemuan kedua, guru melaksanakan pembelajaran dengan lebih
baik dari beberapa kegiatan yang tidak dilakukan pada pertemuan pertama
sudah tampak dilakukan pada pertemuan kedua. Kegiatan guru yang belum
terlaksana antara lain adalah pada kegiatan pendahuluan yaitu guru tidak
memberikan motivasi pada siswa. Pada kegiatan penutup, guru tidak
menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya. Kegiatan siswa dalam
pembelajaran sangat dipengaruhi dengan keterlaksanaan kegiatan guru.
Pada pertemuan pertama, kegiatan siswa yang belum terlaksana adalah pada
kegiatan pendahuluan yaitu siswa tidak menyimak penjelasan guru tentang
tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti, siswa terlihat lebih individual
dalam mengerjakan tugas kelompok. Pada kegiatan penutup, siswa tidak
mampu menyelesai tugas yang diembankan guru.
Berdasarkan hasil tindakan pada pelaksanaan siklus I dapat diketahui
beberapa kelebihan dan kekurangan dalam mengajar menggunakan alat
peraga. Kelebihan akan dipertahankan untuk pelaksanaan siklus II,
sedangkan kekurangan akan diperbaiki untuk pelaksanaan siklus II.
Kelebihan dan kekurangan tersebut diantaranya:
a) Kelebihan
1. Penanaman konsep penjumlahan menjadi lebih mudah, karena jika
menggunakan garis bilangan, untuk operasi penjumlahan, siswa cukup
mengarahkan objek ke kanan, sementara untuk operasi pengurangan,
siswa mengarahkan objek ke kiri.
2. Siswa terlihat lebih aktif dalam diskusi kelompok, sehingga bisa
menyelesaikan masalah yang dihadapkan oleh guru.
3. Siswa bebas bertanya mengenai kinerja alat peraga manipulatif.
68
b) Kekurangan
1. Guru tidak sepenuhnya membimbing siswa dalam kerja kelompok.
2. Guru juga tidak menyampaikan rencana pelaksanaan pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.
3. Siswa masih belum begitu mengenal manik-manik untuk melakukan
pembelajaran.
4. Siswa menganggap guru hanya melakukan praktek, sehingga tidak
beggitu menyimak penjelasan guru.
5. Alokasi waktu melebihi yang sudah ditetapkan.
Untuk itu, peneliti yang berperan sebagai guru berkomitmen bahwa di
siklus ke II nanti, peneliti harus lebih relaks dan memahami kebutuhan
siswa, agar siswa mampu leluasa untuk mengajukan pertanyaan, serta guru
juga harus tetap memantau secara menyeluruh proses pembelajaran
berlangsung agar bisa membimbing siswa, sehingga siswa tidak mempunyai
waktu untuk bermain-main dengan manik-manik.
Kelemahan peneliti sebagai guru sudah diketahui dan masalah yang
dihadapi siswa juga sudah sudah diketahui, untuk itu harapan peneliti pada
pelaksaan siklus II adalah hasil siswa sudah mampu mencapai indikator
yang ditetapkan.
4.3. Deskripsi Hasil Siklus 2
Pada subbab siklus 1, akan diuraikan tentang rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, hasil tindakan dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada Siklus 2
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung
selama dua kali 35 menit.
69
4.3.1. Rencana Tindakan
1. Pertemuan pertama
Tahap rencana tindakan menjelaskan tentang perencanaan yang
dilakukan oleh peneliti bersama guru kolaborator (guru kelas 4) sebelum
pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga garis
bilangan dan manik-manik. Tahapan perencanaan tindakan Siklus II
merupakan upaya perbaikan pelaksanaan pembelajaran siklus I. Kegiatan
perencanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama meliputi penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan alat
peraga. Penyusunan RPP didiskusikan dengan guru kelas 4 terlebih dahulu
sebelum digunakan. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, media yang
akan digunakan serta penentuan waktu penelitian sesuai dengan masalah
yang dihadapi pada siklus I.
Berdasarkan RPP yang telah susun, materi pembelajaran yang akan
diajarkan pada pertemuan pertama adalah operasi hitung bilangan bulat
negatif dan penjumlahan bilangan bulat positif dan negatif. Pada
pertemuan ini, materi yang dibahas adalah menjumlahkan bilangan bulat
positif dengan bilangan negatif serta sebaliknya. Selanjutnya peneliti
menyiapkan perlengkapan pembelajaran yang akan digunakan dalam
kegiatan praktik seperti, manik-manik dan garis bilangan yang telah
dibuat. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar observasi kegiatan
guru.
2. Pertemuan Kedua
Kegiatan perencanaan pada pertemuan kedua adalah tindak lanjut
dari pertemuan pertama, yang membedakan adalah materi yang dipelajari.
70
4.3.2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
1. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan mendeskripsikan tentang rincian proses
pelaksanaan tindakan dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup.
Rincian pelaksaan tindakan Siklus II sebagai berikut:
a. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan kedua dilaksanakan
pada tanggal 8 Agustus 2016 dan dilaksanakan sama seperti pada
pertemuan sebelumnya yakni pembelajaran dilakukan oleh peneliti
sendiri dan diamati oleh guru kolaborator. Kegiatan pembelajaran terdiri
dari empat kegiatan yaitu kegiatan pra pembelajaran, kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan pra
pembelajaran diawali dengan guru menyiapkan ruang, alat dan media
pembelajaran. Siswa menyiapkan perlengakapan pembelajaran. Setelah
itu guru mengatur siswa untuk menempati tempat duduknya masing-
masing.
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam
kepada siswa, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk
memimpin doa. Dilanjutkan dengan guru melakukan presensi untuk
memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi
pada siswa dengan bertanya pada siswa, “Mengapa kita perlu
mempelajari bilangan negatif dan bilangan positif?”. Siswa diberi
kesempatan untuk menjawab pertanyaan guru. Setelah menyampaikan
apersepsi, guru menjelaskan tentang kegiatan dan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan
mengajak siswa untuk peregangan sendi.
71
Guru menjelaskan bahwa hari ini akan mempelajari tentang
pengertian hubungan antara bilangan negatif dengan kehidupan sehari-
hari. Dalam kegiatan inti, guru memberikan gambaran umum tentang
materi/topik yang akan dipelajari tentang bilangan bulat negatif. Untuk
mengecek pemahaman siswa, guru mengajukan beberapa pertanyaan
secara lisan dengan menunjuk acak beberapa siswa. Selanjutnya guru
membagi siswa dalam kelompok, guru membagi kelompok secara
heterogen di mana kemampuan siswa dibagi rata dan tidak dikumpulkan
dalam satu kelompok.
Hal ini bertujuan untuk membantu siswa yang lemah dalam belajar.
Siswa di dalam kelas dibagi menjadi 5-6 kelompok, karena jumlah siswa
kelas 4 ada 38 maka ada 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 7
hingga 8 orang siswa. Guru menjelaskan kegiatan kelompok yang akan
dilakukan yakni di dalam kelompok siswa akan melakukan kerjasama
menyelesaikan pertanyaan mengenai bilangan bulat, baik penjumlahan
maupun pengurangan dan siswa juga harus menggunakan manik-manik
agar pemahaman siswa yang lainnya dalam kelompok bisa bertambah
baik. Guru menyebarkan beberapa kertas tertutup yang berisi pertanyaan-
pertanyaan tentang operasi hitung bilangan hingga puluhan. Guru juga
membagikan lembar kerja kelompok pada masing-masing kelompok
sebelum siswa melakukan mengerjakan tugas kelompok. Setelah itu guru
bersama siswa melaksanakan kegiatan refleksi. Guru bertanya kepada
siswa tentang apa saja pengalaman yang didapat selama pembelajaran.
Guru juga menanyakan kendala atau kesulitan yang dihadapi siswa
selama menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tertera pada lembar kerja
masing-masing kelompok. Beberapa siswa ditunjuk untuk menceritakan
pengalaman yang didapat serta kendala atau kesulitan yang dihadapi.
72
Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan materi
yang yang telah dipelajari. Setelah itu guru memberikan tindak lanjut
berupa tugas kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru
menyampaikan rencana pembelajaran berikutnya serta mengakhiri
pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
b. Pertemuan kedua
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 pertemuan kedua dilaksanakan
pada tanggal 8 Agustus 2016 dan dilaksanakan sama seperti pada
pertemuan sebelumnya yakni pembelajaran dilakukan oleh peneliti
sendiri dan diamati oleh guru kolaborator. Kegiatan pembelajaran terdiri
dari empat kegiatan yaitu kegiatan pra pembelajaran, kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan pra
pembelajaran diawali dengan ketika masuk ke ruang kelas, guru
mengucapkan salam, menanyakan kabar siswa dan tidak lupa
memperkenalkan diri, memeriksa kehadiran siswa serta memeriksa
kesiapan belajar siswa.
Pada awal pembelajaran guru bertanya,”apakah yang akan kita
pelajari hari ini?” siswa menjawab dengan bermacam-macam jawaban,
mereka sudah tahu akan mempelajari Matematika hanya materinya saja
yang belum diketahui, guru menegaskan akan melanjutkan materi yang
yang sudah pernah dipelajari.
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam
kepada siswa, kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk
memimpin doa, dilanjutkan dengan guru melakukan presensi untuk
memeriksa kehadiran siswa. Selanjutnya guru menyampaikan apersepsi
pada siswa dengan bertanya pada siswa, “Mengapa kita perlu
mempelajari bilangan negatif dan bilangan positif?”. Siswa diberi
73
kesempatan untuk menjawab pertanyaan guru. Setelah menyampaikan
apersepsi, guru menjelaskan tentang kegiatan dan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan
mengajak siswa untuk peregangan sendi. Guru menjelaskan bahwa hari
ini akan mempelajari tentang pengertian hubungan antara bilangan
negatif dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam kegiatan inti, Pada kegiatan inti, guru memberikan penjelasan
mengenai keterkaitan antara materi sebelumnya, guru menanyakan
sejauh mana pemahaman siswa tehadap materi operasi hitung bilangan
bulat dan pernahkah melakukan penjumlahan bilangan negative
sebelumnya. Guru kembali merencanakan aktivitas yang siswa lakukan
selama menggunakan alat peraga manik-manik. Kali ini siswa harus lebih
memperhatikan penjelasan guru karena, operasi hitung adalah bilangan
negatif dan positif pada satu pertanyaan.
Seperti pada siklus I, guru pernah mengatakan bahwa jika bilangan
negatif arah operasi hitung yang dilakukan adalah ke kiri dan jika positif
ke kanan, siswa harus lebih berhati-hati, karena ada banyak lambing
bilangan yang tentunya membuat konsep terlihat lebih abstrak. Guru
memberikan penjelasan mengenai penjumlahan bilangan positif dengan
bilangan negatif menggunakan garis bilangan.
Guru memberikan contoh soal mengenai penjumlahan dua bilangan
positif hingga puluhan, guru mengingatkan siswa pada materi nilai
tempat untuk bisa melakukan penjumlahan bilangan positif hingga
puluhan setelah itu guru memberikan LKS kepada siswa sebagai tugas
Guru mengecek tugas siswa, guru melakukan evaluasi terhadap proses
belajar mengajar. Guru meminta siswa menuliskan kesulitan belajar
menggunakan alat peraga garis bilangan.
74
Guru menjelaskan kegiatan kelompok yang akan dilakukan yakni
di dalam kelompok siswa akan melakukan kerjasama menyelesaikan
pertanyaan mengenai bilangan bulat, baik penjumlahan maupun
pengurangan. Guru menyebarkan beberapa kertas tertutup yang berisi
pertanyaan-pertanyaan tentang operasi hitung bilangan hingga puluhan
dan ratusan. Guru juga membagikan lembar kerja kelompok pada
masing-masing kelompok sebelum siswa melakukan mengerjakan tugas
kelompok. Setelah ada kelompok yang lebih dahulu mencapai kotak
terakhir, guru menyelesaikan permainan dan melakukan tanya jawab
dalam pembelajaran bilangan bulat. Setelah itu, guru bersama siswa
melaksanakan kegiatan refleksi. Guru bertanya kepada siswa tentang apa
saja pengalaman yang didapat selama pembelajaran. Guru juga
menanyakan kendala atau kesulitan yang dihadapi siswa selama
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tertera pada lembar kerja masing-
masing kelompok. Beberapa siswa ditunjuk untuk menceritakan
pengalaman yang didapat serta kendala atau kesulitan yang dihadapi.
Pada kegiatan penutup, guru memberikan tugas sebagai tindak lanjut
dan penilaian. Untuk mengetahui perkembangan pemahaman siswa guru
mengoreksi pekerjaan siswa. Setelah mengoreksi guru mengetahui masih
sebagian besar belum begitu mengerti dengan penjelasan guru, tetapi
untuk melanjutkan guru belum bisa karena alokasi waktu, guru hanya
menyimpulkan bahwa pembelajan berjalan sesuai rencana, walaupun
masih banyak siswa yang kurang paham. Untuk meninggalkan kelas,
guru menyampaikan salam.
75
2. Hasil Pengamatan Tindakan
Pada subbab ini, akan diuraikan tentang hasil tindakan pada Siklus II.
Hasil tindakan menguraikan hasil analisis data dari lembar observasi
kegiatan guru dan kegiatan siswa sesuai dengan menggunakan alat peraga
garis bilangan dan manik-manik, hasil minat belajar siswa serta hasil
belajar siswa yang diperoleh dari nilai soal evaluasi yang diberikan pada
pertemuan kedua.
a. Hasil Analisis Lembar Observasi
1. Pertemuan Pertama
Observasi bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan garis bilangan dan manik-manik. Pada
pertemuan pertama, observasi masih dilakukan oleh peneliti sendiri
dengan mengisi lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa
sesuai dengan penggunaan alat peraga manipulatif. Hasil dari analisis
lembar observasi terhadap kegiatan guru dan siswa sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran pada RPP secara rinci disajikan dalam
Tabel 4.7:
Tabel 4.7 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II Pertemuan pertama
No
. Indikator
Butir
pengamatan
Hasil Observasi
ya tidak
1. Pra pembelajaran 2 2
2. Kegiatan Awal 4 4
3. Kegiatan Inti 12 11 1
4. Kegiatan Penutup 3 3
Jumlah 21
Berdasarkan Tabel 4.7, dapat dianalisis bahwa dari empat
indikator kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dalam 21 butir
pengamatan, semuanya telah dilakukan oleh guru. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik, guru
76
telah melakukan semua langkah-langkah pembelajaran sesuai yang
tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan guru, terdapat
catatan yang dituliskan oleh observer yaitu pembelajaran sudah
berlangsung dengan baik. Hal ini terlihat dari semua butir pengamatan
pada lembar observasi telah dilakukan oleh guru selama pembelajaran
berlangsung.
2. Pertemuan Kedua
Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan
melakukan pembelajaran menggunakan garis bilangan dan manik-
manik. Pada pertemuan pertama, observasi masih dilakukan oleh
peneliti sendiri dengan mengisi lembar observasi kegiatan guru dan
kegiatan siswa sesuai dengan pembelajaran menggunakan garis
bilangan dan manik-manik. Hasil dari analisis lembar observasi
terhadap kegiatan guru dan siswa sesuai dengan metode rencana
pelaksanaan secara rinci disajikan dalam Tabel 4.8:
Tabel 4.8 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 2 Pertemuan Kedua
No
. Indikator
Butir
pengamatan
Hasil Observasi
ya tidak
1. Pra pembelajaran 2 2
2. Kegiatan Awal 4 4
3. Kegiatan Inti 12 12
4. Kegiatan Penutup 3 2
Jumlah 21
Berdasarkan Tabel 4.8, dapat ditarik analisis bahwa dari empat
indikator kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dalam 21 butir
pengamatan, semuanya telah dilakukan oleh guru. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik, guru
telah melakukan semua langkah-langkah pembelajaran sesuai yang
77
tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berdasarkan
hasil lembar observasi kegiatan guru, terdapat catatan yang dituliskan
oleh observer yaitu pembelajaran sudah berlangsung dengan baik. Hal
ini terlihat dari semua butir pengamatan pada lembar observasi telah
dilakukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung.
Analisis hasil belajar matematika siswa pada siklus 2 diperoleh
dari nilai soal evaluasi yang dikerjakan siswa pada pertemuan kedua.
Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari 20 butir soal.
Nilai siswa diperoleh dengan menghitung skor yang diperoleh
kemudian mengubahnya menjadi nilai akhir. Hasil dari analisis hasil
belajar siswa secara rinci disajikan dalam Tabel 4.9:
Tabel 4.9 Nilai Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 4 SD Negeri Kutowinanngun 01
Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017 Siklus 2
No. Interval nilai Siklus 2
Jumlah siswa Persentase (%)
˂65 2 5,3
3. 65-74 6 15,8
4. 75-84 12 31,6
5. 85-94 14 36,8
>95 4 10,5
Total 38 100
Nilai tertinggi 100
Nilai rata-rata 83,1
Nilai terendah 57
Berdasarkan tabel 4.9, distribusi frekuensi nilai mata pelajaran
matematika pada Siklus II, maka dapat dikaji tentang rentang nilai,
frekuensi, persentase dan juga perolehan nilai rata-rata, nilai tertinggi
dan juga nilai terendah. Perbandingan rentang pada pra siklus, siklus I
dan siklus II terus mengalami peningkatan, hal ini dilakukan karena
hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 01
78
terus mengalami peningkatan seiring dilakukannya pembelajaran
menggunakan alat peraga garis bilangan dan manik-manik.
Berdasarkan Tabel 4.9, terdapat 2 orang siswa (5,3%) yang masih
belum tuntas, sementara yang lainnya telah tuntas. 6 orang siswa
(15,8%) memperoleh nilai pada rentang 65-74, kemudian siswa yang
memperoleh nilai pada rentang 75-84 adalah 12 orang siswa (31,6%),
selanjutnya terdapat 14 orang siswa (36,8%) memperoleh nilai pada
rentang 84-94 dan 4 orang siswa (10,5%) sudah mampu mencapai
angka ≥95.
Pada Siklus 2, nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 83,1 dengan
nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 57. Berdasarkan tabel nilai mata
pelajaran matematika pada Siklus 2, maka dapat digambarkan dalam
diagram tabel pada Gambar 4.5:
Gambar 4.5
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 4 SD Negeri
Kutowinangun 01 Tahun Pelajaran 2016/2017 Siklus 2
<65 65-74 75-84 85-94 >95
Series1 2 6 12 14 4
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
79
Berdarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM≥ 65) maka dapat
dialakukan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan
belum tuntas. Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada Siklus 2
dapat disajikan dalam Tabel 4.10:
Tabel 4.10 Analisis Ketuntasan Belajar Siklus 2
No Ketuntasan
Belajar
Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Presentase(%)
1 Tuntas ≥ 65 36 94.75
2 Belum Tuntas < 65 2 5.25
Jumlah 38 100
Berdasarkan tabel 4.10, maka dapat dianalisis bahwa jumlah
siswa yang tuntas mencapai 94,75% artinya sebagian besar siswa telah
tuntas dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65). Ketutasan
belajar disajikan dalam diagram lingkaran pada gambar 4.6 sebagai
berikut:
Gambar 4.6 Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 4 SD Negeri
Kutowinangun 01 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017 Siklus 2
0%
95%
5%
Persentase
Tuntas
Tidak Tuntas
80
4.3.3. Refleksi Siklus 2
Setelah dilakukannya kegiatan pembelajaran Siklus 2 dari pertemuan
pertama dan kedua, maka selanjutnya diadakan refleksi atas tindakan
pembelajaran di Siklus 2. Refleksi dilakukan dengan membandingkan hasil
tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator aktivitas yang telah
ditetapkan. Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi yang dilakukan
oleh peneliti, guru kolaborator dan siswa kelas 4.
Pada pelaksanaan tindakan Siklus 2, peneliti dan guru kolaborator telah
melakukan berbagai upaya perbaikan tindakan berdasarkan hasil refleksi pada
siklus 1. Berdasarkan hasil refleksi diketahui bahwa peneliti sudah dapat
menggunakan alat peraga manipulatif dengan sangat efektif sehingga hasil
belajar siswa meningkat tajam. Hal ini tampak pada instrumen penilaian yang
berupa soal tes yang dikerjakan siswa.
Berdasarkan indikator keberhasilan ketuntasan belajar yang telah
ditentukan oleh peneliti yaitu 80%, maka dapat dinyatakan bahwa indikator
keberhasilan telah tercapai karena persentase ketuntasan telah mencapai
94,75%. Untuk perolehan nilai rata-rata belajar secara klasikal telah mencapai
83,1. Hasil tersebut menunjukkan adanya keberhasilan dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Kutowinagun 01 pada
pelajaran matematika.
Dari hasil pelaksanaan siklus 2, maka dapat disimpulkan bahwa
permasalahan-permasalahan yang muncul pada siklus 1 dapat diselesaikan
dengan tepat melalui upaya yang direncanakan pada refleksi siklus 1 dan
dilakukan pada Siklus 2. Hasil tindakan yang diperoleh pada Siklus 2 juga
telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti.
81
4.4. Hasil Analisis Data
Pada bab analisis data, akan diuraikan tentang perbandingan hasil belajar
dan ketuntasan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 01 Salatiga
pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2. Melalui perbandingan belajar dan
ketuntasan hasil belajar pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2, maka dapat
diketahui perbedaan dan peningkatan yang ditemukan. Perbandingan ketuntasan
belajar matematika ditunjukan pada Tabel 4.11:
Tabel 4.11 Perbandingan Ketuntasan Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
No Ketuntasan
Belajar
Nilai Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Tuntas ≥ 65 12 31,6 25 65,8 36 94,75
2. Belum Tuntas <65 26 68,4 13 34,2 2 5,25
Jumlah 38 100 38 100 38 100
Nilai Rata-rata 56,8 67,5 83,1
Berdasarkan Tabel 4.11, terdapat peningkatan hasil belajar dari kondisi
awal, siklus I dan siklus II. Pada kondisi awal, siswa yang tuntas berjumlah 12
siswa (31,6%), sementara siswa yang belum tuntas berjumlah 26 siswa (68,4%).
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 1, tampak peningkatan jumlah siswa
yang tuntas yaitu dari 12 (31,6%) menjadi 25 orang siswa (65,8%), sedangkan
siswa yang awalnya tidak tuntas 26 (68,4%) turun drastis menjadi hanya 13
siswa (34,2%), walaupun ketuntasan siswa pada siklus 1 telah mengalami
peningkatan, namun secara klasikal, ketuntasan belum mencapai indikator
keberhasilan yaitu mencapai 80% dari total keseluruhan siswa, untuk itu masih
diperlukan perbaikan pada Siklus 2.
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas
mencapai 94,75% atau sebagian besar siswa telah tuntas dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Berdasarkan hasil tindakan pada siklus II, dapat diketahui
82
bahwa ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai atau berhasil, karena
lebih tinggi dari indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu mencapai 80% dari
total keseluruhan siswa.
Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 dapat
dilihat dalam diagram tabel pada Gambar 4.7:
Gambar 4.7
Diagam Batang Ketuntasan Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus
Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa selain ketuntasan hasil
belajar klasikal yang meningkat, nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa
juga mengalami peningkatan. Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar
matematika siswa kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 01 Salatiga pada kondisi
awal, siklus 1 dan Siklus 2 ditunjukan dalam Tabel 4.12:
Tabel 4.12 Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Matematika
Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
Hasil Tindakan Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Nilai Rata-rata Hasil Belajar
Matematika
56,7 67,5 83,1
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Tuntas 12 25 36
Tidak tuntas 26 13 2
12
25
36
26
13
2
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Jum
lah
Sis
wa
83
Berdasarkan Tabel 4.12, terdapat peningkatan nilai rata-rata hasil belajar
siswa pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2. Pada kondisi awal, nilai rata-
rata hasil belajar matematika siswa hanya mencapai 56,7%. Setelah dilakukan
tindakan pada siklus 1, nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi
67,5%. Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat diketahui bahwa
perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa juga belum mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 80% dari jumlah keseluruhan siswa
mengalami ketuntasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan melalui
pelaksanaan tindakan pada siklus II. Setelah melakukan tindakan pada siklus II,
hasil belajar matematika siswa semakin mengalami peningkatan. Nilai rata-rata
hasil belajar matematika siswa pada siklus II mencapai 83,1.
Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD
Negeri Kutowinangun 01 pada kondisi awal, siklus 1 dan Siklus 2 dilihat
dalam diagram batang pada Gambar 4.8:
Gambar 4.8
Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Beajar Matematika
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Rata-rata 62.7 73.25 85.6
0
20
40
60
80
100
Axi
s Ti
tle
Rata-rata
84
4.5. Pembahasan
4.5.1. Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti
di kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 01 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
ditemukan beberapa permasalah yang muncul pada pembelajaran
Matematika. Permasalahan yang ditemukan yaitu terkait dengan
kreativitas guru mengembangkan media dan alat peraga untuk mengajar.
Kondisi tersebut membuat siswa kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.
Hasil dokumentasi awal menunjukkan hasil belajar matematika siswa
masih rendah yaitu kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65).
Data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh dari nilai ulangan
harian Semseter I Tahun Ajaran 2016/2017 menunjukkan bahwa dari
keseluruhan jumlah siswa yaitu 38 siswa terdapat 26 siswa (68,4%) yang
belum tuntas dan hanya 12 siswa (31,6%) saja yang tuntas.
Untuk mengatasi permasalahan yang telah dikemukakan maka
diperlukan model pembelajaran yang tepat serta pengembangan alat
peraga dalam pembelajaran matematika dan sesuai dengan karakteristik
pembelajaran matematika. Berdasarkan kondisi yang demikian, maka
peneliti merasa diperlukan adanya tindakan perbaikan sebagai upaya
untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan alat
peraga garis bilangan dan manik-manik untuk menanamkan konsep
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dan bilangan bulat
negatif. Penelitian tindakan kelas ini dianggap mampu menjadi solusi bagi
permasalahan di kelas 4 SD Negeri 01Salatiga, karena penelitian tindakan
kelas (PTK) yang dilaksanakan mengangkat masalah aktual yang dihadapi
oleh sekolah, guru dan bahkan siswa SD Negeri Kutowinangun 01 dalam
85
pembelajaran matematika. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus
dengan masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Pelaksanaan
tindakan pembelajaran dilakukan oleh peneliti sendiri dan sebagai guru
kolaborator untuk membuktikan kesasihan data.
4.5.2. Siklus 1
Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus
2016, sedangkan untuk pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 8
Agustus 2016. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru peneliti, dan
yang menjadi observer adalah guru. Melalui penggunaan alat peraga pada
siklus I, Guru hanya memberikan gambaran secara umum tentang materi
atau topik yang akan dipelajari kemudian memancing siswa dengan
konsep-konsep dari materi yang dipelajari dengan adanya kegiatan dan
pertanyaan mengenai bilangan bulat. Pada tahap ini, guru memberikan
penjelasan secara singkat tentang materi yang akan dipelajari dengan
bantuan alat peraga. Langkah selanjutya adalah guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk menjawab soal-soal yang dilemparkan guru.
Ketika eksplorasi berlangsung guru memberikan gambaran umum
mengenai operasi hitung bilangan bulat. Guru bertanya mengenai apa
yang telah diketahui siswa tentang bilangan positif dan negatif. guru
bersama siswa menyanyik
Pada tahap elaborasi guru meminta siswa menunjukkan letak
bilangan pada garis bilangan serta berdiskusi mengenai apa saja aktivitas
yang melibatkan bilangan bulat dala kehidupan sehari-hari. Dari itu siswa
tahu bagaimana menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat baik bilangan bulat positif
86
maupun bilangan negatif. Pada tahap konfirmasi guru melakukan evaluasi
dan meminta siswa menuliskan kesulitan belajar pada lembar yang telah
diseiakan guru agar pembelajaran berikutnya bisa lebih bermakna dan
efektif.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, guru bertanggung jawab untuk
menciptakan suasana belajar mengajar yang lebih menyeluruh dan
mendalam. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dan
catatan dari guru secara umum pembelajaran sudah terpantau berjalan
dengan baik dan sesuai dengan RPP. Perubahan perilaku guru dan siswa
sudah dapat teramati. Namun pelaksanaan pembelajaran belum terlaksana
secara maksimal. Hal ini dikarenakan masih terdapat beberapa kegiatan
yang tidak nampak dilakukan oleh guru dan siswa. Pada pelaksanaan
tindakan siklus 1, dapat diketahui bahwa guru kurang dalam membimbing
siswa.Berdasarkan catatan yang dituliskan observer pada dua kali
pertemuan, guru kurang dalam memberikan bimbingan pada siswa.
Diantaranya pada tahap 2, guru tidak memberikan contoh dalam
melakukan percobaan.Pada tahap 3 dan tahap 4, siswa juga nampak
kesuliatan. Respon siswa yang muncul pada pertemuan pertama yaitu
sebagian besar siswa terlihat kesulitan dalam beberapa kegiatan
pembelajaran. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang kurang terlibat
aktif dalam proses pembelajaran.Hal ini dikarenakan belum maksimalnya
bimbingan yang diberikan oleh guru.
Pada pertemuan kedua, respon siswa sudah terlihat lebih baik.
Namun masih ada siswa yang nampak kesulitan dalam mengerjakan dan
ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas kelompok dengan
baik.Hal ini menjadi catatan penting bagi guru sehingga perlunya upaya
dalam mengatasi respon siswa. Hasil tindakan pada siklus 1 yang
87
diperoleh nilai siswa pada soal evaluasi siklus 1 menunjukkan ketuntasan
belajar telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal.
Ketuntasan belajar mencapai 65,8% atau 25 siswa sudah dinyatakan
tuntas dan masih terdapat 13 siswa (34,2%) yang belum tuntas.
Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar mencapai 67,5.
Hasil analisis terhadap minat siswa juga tergolong baik yakni dengan
presentase 85,4% dengan kategori baik. Berdasarkan hasil tindakan pada
siklus 1, dapat dianalisis bahwa hasil tindakan belum mencapai indikator
keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti. Ketuntasan belajar belum
mencaapi 80% dari keseluruhan siswa. Berdasarkan analisis hasil
tindakan siklus 1, baik dari analisis hasil belajar maupun proses masih
diperlukan upaya perbaikan. Upaya dilakukan agar dapat mencapai
indikator keberhasilan.Upaya perbaikan diperoleh setelah melakukan
kegiatan refleksi siklus 1.
Seperti yang telah dijelaskan dalam proses pelaksanaan tindakan
siklus 1, terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh guru pada
pelaksanaan siklus 2. Peneliti bersama guru melakukan perencanaan
untuk tindakan siklus 2. Peneliti bersama guru juga mendiskusikan
tentang hal-hal yang perlu diperbaiki pada pelaksanaan siklus 2. Guru
harus lebih memahami langkah-langkah kegiatan pembelajaran sehingga
semua kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Guru harus lebih
melakukan bimbingan terhadap siswa sehingga siswa tidak bingung dan
kesulitan saat mengerjakan tugas. Ketika guru memberikan gambaran
umum topik yang akan dipelajari, guru dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya, atau guru dapat menunjuk acak beberapa
siswa dan diberikan pertanyaan. Hal tersebut sekaligus dapat mengecek
pemahaman siswa dan memantau perhatian siswa.
88
4.5.3. Siklus 2
Pelaksanaan tindakan siklus 2 dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2016
sedangkan untuk pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus
2016. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti di kelas 4 dan critical
friend sebagai observer. Pelaksanaan siklus 2 merupakan upaya perbaikan
dari pelaksanaan tindakan pada siklus 1. Upaya perbaikan tindakan
dilakukan agar hasil tindakan pada siklus 2 ini dapat mencapai indikator
keberhasilan. Selain itu, agar proses pembelajaran yang dirasa masih
kurang pada siklus 1 dapat berjalan lebih baik pada siklus 2. Melalui
penggunaan media dan alat peraga manipulatif garis bilangan dan manik-
manik ini, tampak bahwa permasalahan yang dihadapi pada siklus I sudah
diselesaikan.
Berdasarkan hasil observasi, semua langkah kegiatan telah dilakukan
oleh guru dan siswa. Kelemahan-kelemahan seperti (1) guru tidak
sepenuhnya membimbing siswa dalam kerja kelompok, (2) guru juga tidak
menyampaikan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya, (3) siswa masih belum begitu mengenal manik-manik untuk
melakukan pembelajaran, (4) siswa menganggap guru hanya melakukan
praktek, sehingga tidak begitu menyimak penjelasan guru, (5) alokasi
waktu melebihi yang sudah ditetapkan, telah diselesaikan dalam
pelaksanaan tindakan siklus II penelitian. Ditemukannya solusi merupakan
sebab-akibat dari refleksi yang dilakukan bersama guru kelas. Kekurangan
seperti guru tidak sepenuhnya membimbing siswa tidak lagi terjadi guru
memantau secara menyeluruh kegiatan kelompok yang dikerjakan siswa,
sehingga siswa terbimbing, kekurangan kedua yaitu guru tidak
menyampaikan rancangan kegiatan pembelajaran juga diatasi dengan
89
sebelum meninggalkan kelas, guru memberitahu kepada siswa bahwa
pertemuan berikutnya, aktivitas pembelajaran akan lebih menarik lagi pada
pertemuan kedua siklus II, guru akan menggunakan 3 varian warna manik-
manik yang tentunya memiliki fungsi masing-masing.
Siswa yang menganggap manik-manik adalah aksesoris kini lebih
tahu kegunaan lain dari manik-manik, guru mengupayakan agar siswa
tidak menggunakan manik-manik sebagai bahan mainan, dengan cara
pergi menuju kelompok yang sedang menggunakan maniik-manik, untuk
beberapa siswa yang menganggap peneliti guru praktek akhirnya
menyadari, bahwa kegiatan yang dilakukan peneliti tidak hanya untuk saat
itu saja, melainkan masih ada langkah selanjutnya, yaitu dengan
menyerahkan daftar pencapaian mereka kepada guru wali kelas.
Kekurangan selanjutnya adalah berasal dari peneliti sendiri, peneliti yang
awalnya kurang efisien dalam menajemen waktu, akhirnya mampu
memanajemen waktu tepat seperti yang dirancang, berkat refleksi atas
siklus I, peneliti bisa mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi.
Berdasarkan analisis dari proses pelaksanaan tindakan pada siklus 2,
dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan tindakan siklus 2 lebih baik
dibandingkan dengan siklus 1. Semua tahapan kegiatan pembelajaran telah
dilakukan oleh guru dan siswa dengan sangat baik, selanjutnya hasil
tindakan yang diperoleh pada siklus 2 menunjukan peningkatan hasil
belajar yang signifikan yaitu ketuntasan belajar mencapai 94,75% atau
sebagian besar telah tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tindakan
pada siklus 2 telah mencapai indikator keberhasilan, ketuntasan belajar
siswa telah mencapai lebih dari indikator keberhasilan yaitu 80%,
sedangkan untuk nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa juga telah
mengalami peningkatan dari kondisi sebelumnya.
90
Hasil tersebut membuktikan bahwa menggunakan alat peraga manipulatif
garis bilangan dan manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar matematika
pada siswa kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 01 Semester I Tahun Pelajaran
2016/2017.
Azhar. (2007),mengemukakan bahwa media adalah segala bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media ini
berisikan pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung
maksud-maksud pembelajaran. Sama seperti kondisi yang dialami peneliti saat
melakukan penelitian, media mampu menyampaikan pesan yaitu konsep
penjumlahan dan pengurangan secara instruksional, media yang peneliti gunakan
adalah alat peraga manipulatif garis bilangan dan manik-manik, efektif atau
tidaknya suatu alat peraga bergantung pada keterampilan guru dalam
mempresntasikan kegunaan serta cara kerja alat peraga manipulatif tersebut.
Menurut Muhsetyo. (2008), anak akan belajar dengan baik jika melalui 3
tahap, yakni tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Tahap enaktif merupakan tahap
pengalaman langsung dimana siswa berhubungan dengan benda–benda nyata.
Pada tahap enaktif siswa harus menggunakan benda nyata dalam memulai belajar
matematika. Senada dengan Muhsetyo. (2008), peneliti menyadari begitu penting
untuk menghadirkan alat peraga dalam pembelajaran, terbukti ketika guru belum
menggunakan alat peraga manipulatif hasil belajar siswa rata-rata masih di bawah
KKM, atau belum tuntas, sebaliknya ketika menggunakan alat peraga manipulatif
hasil belajar serta masalah yang ditemukan guru sudah dapat teratasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyati dalam skripsinya yang berjudul
”Usaha meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas 1
Semester I tahun ajaran 2006/2007 Pokok Bahasan Menggunakan Nilai Tempat
dalam Penjumlahan dan Pengurangan dengan Menggunakan Metode
Demonstrasi di SD Perumnas Banyumanik 14 Kecamatan Banyumanik Kota
91
Semarang”, menunjukkan hubungan yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dalam skripsi ini. Penelitian yang dilakukan
mengungkapkan beberapa gambaran mengenai situasi belajar di SD Perumnas
yaitu antusias siswa untuk belajar masih sangat rendah sehingga hasil belajarnya
juga kurang memuaskan. Metode pembelajaran aktif merupakan salah satu
jawaban untuk menarik minat siswa. Alat peraga mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa, terdapat peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-
rata pre-test sebesar 6,55 meningkat pada siklus I menjadi 7,93. Pada siklus II
peningkatannya menjadi 8,66. Hal ini menunjukkan bahwa 90% siswa berhasil
meningkatkan prestasi belajar matematikanya setelah berbantu alat peraga.
Penelitian yang dilakukan Slamet Giarto (2010) dengan judul “Penerapan
Metode Permainan Dengan Alat Peraga Mobil dan Garis Bilangan Bulat dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Operasi Hitung Bilangan Bulat
Bagi Siswa Kelas 5 SDN Terasan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Tahun
2009/2010” menyimpulkan bahwa adanya peningkatan Ketuntasan belajar mulai
dari prasiklus/kondisi awal (57,14%) meningkat menjadi (85,71%) pada siklus I
kemudian meningkat menjadi (100%) pada siklus II, oleh karena itu penggunaan
alat peraga “Mobil Bilangan Bulat” dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan Kristanto. Danu (2010) dalam Skripsi yang
berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Matematika Dengan
Menggunakan Alat Peraga Penggaris Bilangan Di Kelas 5 Semester I SDN
Tempurejo 2 Blora Tahun Pelajaran 2009/2010” penelitian ini menyebutkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan penggaris bilangan dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika dibuktikan dari kondisi awal ketuntasan
belajar hanya (29%) kemudian meningkat pada siklus I menjadi (71%) dan
meningkat lagi pada siklus II menjadi (82%) dan hasil pengamatan menunjukkan
92
perubahan positif yaitu siswa lebih aktif dan bersemangat dalam proses
pembelajaran.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika
menggunakan menggunakan alat peraga garis bilangan dan manik-manik pada
materi operasi hitung bilangan berjalan sesuai rencana yang telah dirancang
sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna.