BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek...
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilakukan di SDN Dukuh 02 Salatiga Kecamatan
Sidomukti,Provinsi Jawa Tengah.Berdasarkan letak geografisnya lumayan
jauh dari kota Salatiga meskipun begitu kondisi lingkungan SDN Dukuh
02 Salatiga biasa digolongkan cukup tenang, hal ini tidak menganggu
kelacaran proses belajar mengajar,yang dikarenakan oleh letak sekolahnya
terletak jauh dari kota salatiga
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April yang terdiri dari tiga kali
pertemuan. Pertemuan pertama yaitu metode pembelajaran Konvensional
yang biasa digunakan oleh guru, pertemuan kedua dengan menerapkan
treatment pertama yaitu dengan mengunakan alat peraga, selanjutnya pada
pertemuan ketiga adalah lanjutan pembelajaran menggunakan alat peraga
dengan menerapkan model pembelajaran Cooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD).
4.2 Gambaran Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas 5 SDN Dukuh 02 Salatiga Kecamatan
Sidomukti.yang berjumlah 24 siswa terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 17
siswa perempuan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan
materi “Sifat-sifat Cahaya”.
Berdasarkan hasil obsevasi di SDN Dukuh 02 Salatiga Kecamatan
Sidomukti, pada pembelajaran sebelumnya khusus mata pelajaran
IPA,materi „‟Sifat –sifat Cahaya”. Guru belum pernah menggunakan
model pembelajaran Student Teams Achievement Division ( STAD). Guru
hanya menjelaskan materinya saja,guru tidak secara lansung
mempraktikannya kepada siswa atau meminta siswa untuk berkerja
kelompok, sehingga dalam penelitian ini guru IPA SDN Dukuh 02
42
Salatiga sangat mendukung penelitian dengan menerapkan model
pembelajaran Student Teams Achievement Divisions STAD.
4.3 Kondisi Awal
Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru cenderung
mengajar menggunakan model pembelajaran konvensional, dengan metode
ceramah. Guru cenderung mentransfer ilmu pada siswa, guru lebih aktif
daripada siswa, sehingga siswa menjadi pasif dan cenderung bosan. Melihat
kondisi pembelajaran yang monoton, suasana pembelajaran tampak kaku,
berdampak pada kekurang aktifan siswa kelas 5 dalam menerima materi
pada mata pelajaran IPA semester II. Nilai rata-rata ulangan harian pada
pelajaran IPA masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (70) yaitu
67.88. Distribusi hasil belajar IPA selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1
di bawah ini:
Tabel 4. 1
Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Sebelum Tindakan
Siswa Kelas 5 Semester II SDN Dukuh 02 Salatiga
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 < 50 1 4.1 Belum tuntas
2 50 – 59 4 16.7 Belum tuntas
3 60 – 69 10 41.7 Belum tuntas
4 70 – 79 4 16.7 Tuntas
5 80 – 89 4 16.7 Tuntas
6 90 – 100 1 4.1 Tuntas
Jumlah 24 100
Rata-rata 67.21
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 40
Mengacu pada tabel 4.1 terlihat bahwa perbandingan siswa yang
mencapai KKM adalah 15 siswa atau 62.5% dan siswa yang belum
mencapai KKM berjumlah 15 siswa atau 37.5%, yang diuraikan dengan
43
data pada tabel di atas yaitu siswa yang mendapat nilai < 50 sebanyak 1
siswa atau 4.1%, siswa mendapat nilai antara 50–59 sebanyak 4 siswa atau
16.7% siswa mendapat nilai antara 60–69 sebanyak 10 siswa atau 41.7%,
siswa yang mendapat nilai antara 70–79 berjumlah 4 siswa, dengan
persentase sebesar 16.7%, siswa yang mendapat nilai antara 80–89
berjumlah 4 siswa, dengan persentase sebesar 16.7%, serta 1 siswa
mendapatkan nilai 90–94 atau dengan persentase 4.1%. Nilai rata-rata yang
diperoleh kelas adalah 67.21%, dengan perolehan nilai terendah yaitu 40
dan tertinggi 90. Adapun data rekapitulasi ketuntasan belajar sebelum
diberikan tindakan disajikan pada diagram berikut ini
Diagram 4. 1 Hasil Belajar IPA Sebelum Tindakan
Mengacu pada KKM = 70, maka persentase keseluruhan siswa
yang mencapai kriteria ketuntasan mapun belum tuntas belajar, disajikan
pada tabel berikut ini:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
<50 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
1
4
10
4 4
1
Ju
mla
h S
isw
a
Rentang Nilai
44
Tabel 4.2
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan
No Nilai
KKM
Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 < 70 15 62.5 Belum tuntas
2 ≥ 70 9 37.5 Tuntas
Jumlah 24 100
Rata-rata 67.21
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 40
Berdasarkan tabel 4.2, tampak bahwa ketuntasan belajar siswa
sebelum diadakan tindakan ada 9 siswa dan yang tidak tuntas belajar ada 15
siswa.Terlihat pula ada ketimpangan yang besar antara nilai tertinggi yaitu
90 dan nilai terendah yaitu 40.Disamping itu, dengan menghitung rata-rata
kelas, diketahui bahwa siswa kelas 5 SDN Dukuh 02 belum mencapai
ketuntasan klasikal yaitu ≥ 70 (berdasarkan kriteria KKM yang ditetapkan
sekolah). Berikut, persentase siswa yang belum ataupun telah mencapai
KKM disajikan pada diagram berikut ini:
Diagram 4.2 Persentase Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan
Dengan mengacu pada data sebelum tindakan hasil belajar IPA
inilah, upaya-upaya tindakan perbaikan dilakukan, yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran cooperative learning pada mata
pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, dengan alur sebagai berikut:
62,5
37,5 Belum Tuntas
Tuntas
45
4.1.1 Siklus I
a) Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang dilakukan adalah memilih
materi yang akan disampaikan dan menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berkolaborasi dengan guru kelas, serta
menyiapkan lembar observasi kegiatan dan terakhir menyiapkan tes
akhir tiap siklus dengan materi yang akan diberikan. Siklus I
dilaksanakan dalam satu kali tindakan, adapun materi pelajaran IPA
kelas 5 pada semester II yang dipilih dalam penelitian ini adalah
Sifat-Sifat Cahaya.
4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan I
Pelaksanaan pertemuan siklus I dilaksanakan disesuaikan dengan
jadwal pelajaran kelas 5 SDN Dukuh 02 Salatiga.Pertemuan
dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2013. Pertemuan diawali
dengan memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Tujuan memberikan penjelasan ini agar siswa
memahami pembelajaran yang sedang dilakukan, yaitu bahwa
pembelajaran akan dilaksanakan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) melakukan apersepsi, yaitu
mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dibahas; (2)
memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3)
menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang
dilakukan; (4) membagi siswa dalam beberapa kelompok yang
heterogen; (5) pemberian tugas kepada masing-masing kelompok;
(6) siswa mendiskusikan tugas yang diberikan, dan; (7) pemberian
kuis. Secara umum, kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1
harusnya dilakukan seperti langkah-langkah yang tersebutkan di
atas.Namun demikian, ternyata dilapangan ada beberapa kendala
46
yang dihadapi terkait dengan pelaksanaan pembelajaran tersebut.
Pertama, pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative
learning sebenarnya bukan merupakan pembelajaran yang baru
pertama kali dilakukan di sekolah ini, namun demikian, karena
pernah mengalami kegagalan dalam pelaksanaannya, guru
memutuskan untuk kembali ke model pembelajaran ceramah.Karena
itu, ketika mulai dilaksanakan, guru tampak sangat kaku dengan
menerapkan model pembelajaran ini.Dalam melaksanakan langkah-
langkah pembelajaran ini, dimulai dengan pembagian siswa,
pembagian siswa dalam kelompok yang heterogen tidak dapat
dilakukan maksimal. Sewaktu pembagian kelompok, siswa
cenderung berkelompok dengan “teman kelompoknya” sendiri,
dimana ada kelompok siswa yang justru didominasi oleh mereka
yang berprestasi dan ada siswa yang akhirnya harus berkelompok
dengan sesama siswa yang kurang berprestasi. Kedua, karena tanpa
pengarahan yang benar berdasarkan langkah pembelajaran
cooperative learning, selama pembagian kelompok, siswa sangat
gaduh.Hal ini menjadikan pembelajaran menjadi tertunda dari jadwal
yang direncanakan sebelumnya, karena guru harus fokus
menenangkan siswa yang membuat keributan sewaktu pembagian
kelompok. Ketiga, karena siswa tidak terbagi dalam kelompok yang
heterogen, ada kelompok siswa yang akhirnya tidak dapat
mengerjakan tugas yang diberikan setelah materi tersebut
diberikan.Keempat, pada akhir pelajaran, guru masih belum
memberikan penghargaan dalam bentuk skor pada siswa secara
individu maupun kelompok yang mendapatkan nilai terbaik
2) Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2013.Sama
seperti pertemuan sebelumnya, sebelum pembelajaran dilakukan,
guru mengingatkan pada materi yang dibahas sebelumnya, guru juga
memberikan motivasi agar siswa bersemangat di dalam
47
belajar.Pertemuan kedua ini diawali dengan melakukan apersepsi,
menyampaikan tujuan pembelajaran dan kemudian membagi siswa
dalam beberapa kelompok; guru memberikan materi; meminta
kelompok mengerjakan tugas berdasarkan materi yang diberikan;
guru memberikan kuis.
Sepanjang pengamatan pada pertemuan kedua siklus I ini, ada
beberapa hal yang kemudian telah menjadi koreksi.Pertama, untuk
menghindari pembagian kelompok, dimana siswa hanya bergabung
dengan teman-temannya sendiri, guru mengambil inisiatif untuk
membagi siswa dalam kelompok.Pembagian kelompok dilakukan
dengan melihat hasil belajar siswa sebelumnya, dimana siswa yang
berprestasi digabungkan dengan siswa yang kurang
berprestasi.Selain prestasi, guru juga menggunakan jenis kelamin
siswa sebagai pembeda untuk membagi dalam kelompok.Akhirnya
siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana satu kelompok ada
yang terdiri dari 4 orang dan ada yang 5 orang.Dalam tiap kelompok
ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis
kelamin perempuan dan 2 atau 3 berjenis kelamin laki-laki.Kedua,
agar menghemat waktu dan sekaligus mencegah keributan, selama
proses pembentukan kelompok, guru meminta siswa satu persatu
untuk bergabung dengan kelompoknya; dan bukan seperti pada
pertemuan pertama, dimana siswa dibiarkan sendiri mencari
kelompoknya. Dalam pertemuan kedua ini, guru mengarahkan siswa
satu persatu untuk bergabung dengan masing-masing kelompoknya.
Ketiga, untuk menghindari siswa menjadi pasif dalam diskusi, guru
berinisiatif untuk memberikan sub topik pada masing-masing siswa,
dan meminta siswa bertanggungjawab dengan sub topik tersebut-
yaitu bertanggungjawab menjelaskan kepada kelompoknya.Keempat,
selama proses pembelajaran guru juga mengamati siswa yang aktif
bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan, tetapi juga
melemparkan pertanyaan tersebut kepada kelompok lain untuk dapat
48
menajwab pertanyaan. Setelah siswa selesai berdiskusi, guru
meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam
presentasi ini, masih terlihat bahwa siswa yang menonjol masih
mendominasi menajwab pertanyaan yang diberikan kelompok dan
belum memberikan kesempatan kepada anggota kelompok lain
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh anggota kelompok
lain. Setelah presentasi selesai dilakukan, guru meminta siswa untuk
kembali ke tempat duduknya semula dan memberikan kuis.
b) Pengamatan
Pada pertemuan siklus I, yang diamati adalah kegiatan guru dan
siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe STAD. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam
proses belajar mengajar. Adapun hasil pengamatan pembelajaran
pada materi sifat-sifat cahaya, tersaji dalam tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3
Aktivitas Guru Menerapkan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe STAD
Siklus Aspek Kinerja
Guru Total
skor
Nilai
aktivitas
Kriteria
I 1) Pra Pembelajaran
2) Memuka Pembelajaran
3) Kegiatan Inti
Pembelajaran
4) Pendekatan/strategi
pembelajaran
5) Pemanfaatan
media/sumber
Belajar
6) Penilaian proses dan
hasil belajar
7) Penutup
47 58.75 Cukup
baik
Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan model
kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah
ini (Depdiknas, 2003):
49
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = baik sekali
70 – 85% = baik
55 – 69% = cukup baik
<54% = kurang
Skor maksimum = 40
Pada siklus I, berdasarkan hasil skor penilaian yang berjumlah 47 atau
persentasenya adalah 58.75%.Meskipun berada pada kategori cukup baik,
namun secara umum dapat dikatakan pembelajaran pada siklus I
dilaksanakan kurang maksimal.Selama pembelajaran, siswa masih ramai
dan sebagian besar siswa masih berkelompok berdasarkan teman-teman
yang dikenalnya sendiri, sementara itu gurupun masih kaku dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Meskipun upaya
perbaikan telah dilakukan pada pertemuan II siklus I, masih tampak bahwa
dalam presentasi kelompok, siswa yang pandai mendominasi presentasi
maupun tanya jawab, sedangkan siswa yang lain masih pasif dalam
pembelajaran.
Selain mengamati aktivitas guru dalam menerapkan model
pemebalajran kooperatif tipe STAD, juga diamati aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ini pada materi sifat-
sifat cahaya.Berikut dipaparkan melalui tabel hasil aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
50
Tabel 4.4
Keaktifan Siswa Mengikuti Pembelajaran IPA dengan Model
Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD
Siklus Aspek keaktivan
siswa
Total
skor
Nilai
aktivitas
Kriteria
I 1) Pra Pembelajaran
2) Kegiatan Awal
Pembelajara
3) Kegiatan Inti
Pembelajaran
4) Pendekatan/strategi
pembelajaran
5) Pemanfaatan
media/sumber
belajar
6) Penilaian proses
dan hasil belajar
7) Penutup
47 47.05 Kurang
Data hasil observasi aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, dengan
menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai
dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = baik sekali
70 – 85% = baik
55 – 69% = cukup baik
<54% = kurang
Skor maksimum = 40
Mengacu pada lembar observasi siswa, dibantu oleh observer yang
mengamati selama proses pembelajaran, diketahui bahwa siswa yang
terlibat dalam pembelajaran berada pada nilai aktivitas kurang atau 47.05
% dari total keseluruhan perolehan nilai aktivitas. Dari hasil ini tampak
bahwa pada saat pembelajaran siklus I dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa belum menunjukkan antusiasme
di dalam belajar
51
c) Hasil Tindakan Siklus I
1) Hasil Belajar dan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Untuk mengetahui perubahan pada hasil belajar, dilakukan tes
setelah pertemuan pada siklus I. Adapun hasil belajar IPA pada materi
sifat-sifat cahaya pada kelas 5 siswa SDN Dukuh 02 Salatiga, tersaji
dalam tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I
Siswa Kelas 5 Semester II SDN Dukuh 02 Salatiga
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 < 50 - - Belum tuntas
2 50 – 59 2 8.3 Belum tuntas
3 60 – 69 7 29.2 Belum tuntas
4 70 – 79 8 33.3 Tuntas
5 80 – 89 4 16.7 Tuntas
6 90 – 100 3 12.5 Tuntas
Jumlah 24 100
Rata-rata 73.96
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 52
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat jelas perbandingan hasil belajar
siswa pada kondisi sebelum tindakan dan setelah diberikan tindakan
pada siklus I, yang mencapai kentuntasan belajar (KKM = 70)
sebanyak 15 siswa atau 62.5% dari kondisi awal yang hanya
mencapai 37.5%, sedangkan siswa yang belum mencapai
kentuntasan belajar sebanyak 9 siswa atau sebanyak 37.5%, dari
kondisi awal sebelum tindakan yaitu 62.5%. Pada kondisi awal,
diketahui bahwa ada 1 siswa atau 4.1% dari total siswa yang
memperoleh nilai <50. Kondisi ini berubah setelah diberikan
tindakan pada siklus I, dimana tidak ada siswa yang mendapatkan
nilai <50. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 50-59 juga
52
mengalami perubahan, dimana pada kondisi awal sebelum tindakan
ada 4 siswa atau berada pada 16.7%, dan berkurang menjadi 2 siswa
dengan persentase 8.3%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 60-
69, juga mengalami pengurangan jumlah, dimana pada kondisi
sebelum tindakan ada 10 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang
ini atau dengan persentase 41.7%, kemudian menjadi 4 siswa atau
dengan persentase 16.7%. Siswa yang mendapatkan nilai pada
rentangan skor 70-79 mengalami pertambahan, dimana sebelum
tindakan, ssiwa yang mendapatkan nilai pada rentangan ini
berjumlah 4 siswa atau 16.7%, dan berubah setelah tindakan pada
siklus I menjadi 8 siswa atau 33.3%. Siswa yang mendapatkan nilai
pada rentangan skor 80-89 tidak mengalami perubahan baik sebelum
tindakan maupun setelah tindakan pada siklus I yaitu berjumlah 4
siswa dengan persentase 16.7%. Sementara siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang antara 90-100, mengalami
pertambahan dari sebelum tindakan hanya 1 siswa atau 4.1%
berubah menjadi 3 siswa atau 12.5%. Nilai rata-rata siswa meningkat
dari awal sebelum tindakan yaitu 67.21 menjadi 73.96 pada siklus I.
Nilai terendah dicapai dengan nilai 52 dan nilai tertinggi adalah 95.
Rekapitulasi perolehan hasil belajar pada siklus I tersebut, disajikan
pada diagram berikut ini
Diagram 4.3 Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I
Berikut disajikan dalam tabel, persentase ketuntasan belajar pada
siklus I. hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini
0
5
10
<50 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
2
7 8
4 3
Ju
mla
h S
isw
a
53
Tabel 4. 6
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I
No Nilai
KKM
Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1 < 70 9 37.5 Belum tuntas
2 ≥ 70 15 62.5 Tuntas
Jumlah 24 100
Rata-rata 73.96
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 52
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa SDN Dukuh 02
Salatiga, sebelum dilakukan tindakan diketahui bahwa siswa yang
memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 15
siswa atau 62.5%; sedangkan yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal sebanyak 9 siswa dengan persentase 37.5%. Kondisi ini
berubah setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, dimana siswa
yang berhasil lulus KKM sebanyak 15 siswa atau 62.5% dan siswa
yang belum berhasil lulus KKM sebanyak 9 siswa atau 37.5%.
Berikut persentase hasil belajar siklus I disajikan pada
diagram di bawah ini:
Diagram 4.4 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa
Siklus I
Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA
siswa, setelah tindakan pada siklus I, bahkan dapat dikatakan bahwa
siswa telah mengalami ketuntasan klasikal dalam belajar (≥ 70, yaitu
37,5
62,5
Belum Tuntas
Tuntas
54
73.96), namun demikian, secara individual, siswa belum dikatakan
tuntas, sebab, berdasarkan ketentuan, maka siswa yang mencapai
ketuntasan belum mencapai 75% dari total siswa di kelas, dimana
pencapaian ketuntasannya baru mencapai 62.5
Adapun perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dan setelah
tindakan pada siklus I disajikan pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum
Tindakan Dengan Siklus I
No. Kategori Sebelum Tindakan Siklus I
Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1 Tuntas 9 37.5 15 62.5
2 Belum
Tuntas
16 62.5 9 36.5
Jumlah 24 100% 24 100%
Mengacu pada tabel 4.7 dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah
siswa yang tuntas dalam belajar setelah diberikan tindakan pada siklus I.
Meskipun, peningkatan tersebut belum mencapai kriteria yaitu 75% dari
total jumlah siswa. Adapun perbandingan hasil belajar sebelum tindakan
dan tindakan pada siklus I, tersaji pada diagram berikut ini
Diagram 4.5 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa
Sebelum Tindakan Pada Siklus I
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Sebelum Tindakan Siklus I
9
15 15
9
frek
uen
si
Tuntas
Belum Tuntas
55
d) Refleksi
Pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SDN Dukuh 02 Salatiga,
materi sifat-sifat cahaya pada siklus I ini, dikatakan belum berhasil
sesuai kriteria yang ditentukan, karena persentase ketuntasan belajar
siswa baru mencapai 62.5% dari 75% yang ditetapkan oleh sekolah.
Hasil diskusi guru dengan observer dapat mengungkapakan faktor
penyebab kekurang keberhasilan dalam pembelajaran yaitu:
a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat
siswa mulai diminta untuk membuat kelompok, maupun
berdiskusi kelompok sendiri dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b) Presentasi, diskusi dan tanya jawab masih didominasi oleh siswa
yang pandai, sementara itu sisa siswa lainnya, tampak masih
pasif dalam pembelajaran.
c) Guru masih kaku dalam menerapkan langkah-pembelajaran
kooperatif tipe STAD, juga dalam memandu siswa untuk
berdiskusi dengan kelompok, agar tidak diskusi hingga
presentasi tidak didominasi oleh siswa yang pandai dan aktif
semata.
Berdasarkan data yang telah dianalisis dan data hasil diskusi,
penulis melakukan penelaahan dan mencoba menyimpulkan
hasil tindakan yang telah dilakukan. Hasil ini menunjukkan
bahwa penguasaan siswa sudah meningkat, meskipun belum
sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan karena
persentase ketuntasan belajar baru menacapai 62.5%, atau baru
15 dari 24 siswa yang tuntas belajar atau mendapat nilai ≥ 70.
Berdasarkan hasil evaluasi observasi, peneliti memutuskan
untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II
sebagai berikut:
56
1) Memandu siswa dalam membentuk kelompok, sehingga
pembentukan kelompok tidak lagi gaduh dan situasi menjadi
tidak terkendali.
2) Memandu siswa dalam melakukan diskusi maupun presentasi,
agar diskusi dan presentasi tidak lagi didominasi oleh siswa
yang pandai dan aktif semata.
4.1.2. Siklus II
4.1.2.2 Pelaksanakan Tindakan
1) Pertemuan I
Hasil refleksi pada siklus I menjadi salah satu pertimbangan
untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik pada siklus
II. Tindakan awal perencanaan pada siklus II yaitu: (1) membuat
rencana pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) menyiapkan lembar
observasi (3) lembar evaluasi yang diberikan pada akhir
pertemuan siklus.
a) Pelaksanaan
Pada pertemuan 1 siklus II dilaksanakan pada beberapa hari
berikutnya yaitu pada tanggal 9 April 2013. Adapun tindakan
awal yang dilakukan adalah: (1) melakukan apersepsi; 1)
melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai
materi yang dibahas; (2) memotivasi siswa dengan cerita pendek
tentang cuaca dan pengaruhnya terhadap manusia; (3)
menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang
dilakukan; (4) pemberian tugas kepada masing-masing
kelompok; (5) siswa mendiskusikan tugas yang diberikan, dan;
(6) pemberian kuis.
Pada pertemuan pertama siklus II ini, kelompok yang telah
dibentuk pada pertemuan 1 siklus II tetap digunakan.Untuk
57
menghindari hal-hal yang seperti pada pertemuan II siklus I,
guru meminta siswa yang berprestasi untuk sementara menjadi
pendengar, sementara siswa yang masih pasif, diminta
bergantian untuk mempresentasikan hasilnya.Kendala-kendala
yang masih dihadapi guru pada siklus I mulai diperbaiki, yaitu
guru memberikan pujian tidak saja kepada siswa yang
berprestasi, tetapi juga kepada yang pasif dengan memberikan
semangat dan dorongan dengan kalimat positif seperti “saya
percaya dan satu kelas ini percaya kamu pasti bisa, ayo gantian
kamu sekarang yang presentasi”. Dengan dorongan seperti itu,
meskipun agak kaku, tapi siswa mulai dapat menunjukkan
keberaniannya untuk mengambil tanggungjawab yang diberikan
kepadanya.
2) Pertemuan II
Pada pertemuan kedua ini, sama seperti pada pertemuan-
pertemuan sebelumnya, kegiatan belajar mengajar didahului
dengan memberikan motivasi dan apersepsi, juga guru
melemparkan pertanyaan-pertanyaan, dan dengan sengaja
meminta kepada siswa yang minggu lalu pasif untuk
memberikan tanggapan pada pertanyaan yang diajukan. Sambil
memberikan kata-kata penguatan agar siswa berani untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan, sehingga secara tidak
sengaja ada beberapa siswa yang sebelumnya pasif, berani
mengajukan tangan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan
guru.Melihat perkembangan kelompok, dimana siswa pasif
mulai diberikan kesempatan dan berani untuk mempresentasikan
hasil kelompoknya, guru memutuskan untuk tetap
mempertahankan kelompok yang telah dibentuk dan tidak
merombak lagi atau membentuk kelompok baru. Selama proses
pembelajaran, siswa sudah mulai berani mengajukan pertanyaan
ketika guru menyampaikan materi, dan selama proses diskusi
58
(presentasi) kelompok, siswa sudah bisa mendengarkan
presentasi dengan tenang, dan memberikan pertanyaan dengan
tepat. Juga, teman-teman kelompok yang biasanya aktif, mulai
bersedia memberikan kesempatan kepada siswa yang biasanya
pasif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
b) Pengamatan
Pada pertemuan 1 dan 2 siklus II, yang diamati adalah
kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan
model pembelajaran cooperative learning tipe STAD.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun
hasil pengamatan pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya,
tersaji dalam tabel berikut ini
Tabel 4.8
Aktivitas Guru Menerapkan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe STAD
Siklus Aspek Kinerja
Guru Total
skor
Nilai
aktivitas
Kriteria
II 1) Pra
Pembelajaran
2) Membuka
Pembelajaran
3) Kegiatan Inti
Pembelajaran
4) Penguasaan
materi
pelajaran
5) Pendekatan/strat
egi pembelajaran
6) Pemanfaatan
media/sumber
belajar
7) Penilaian proses
dan hasil belajar
8) Penutup
71 88.75 Baik
sekali
59
Data hasil observasi aktivitas siswa mengikuti pembelajaran,
dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran,
dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = baik sekali
70 – 85% = baik
55 – 69% = cukup baik
<54% = kurang
Skor maksimum = 40
Pada siklus II, berdasarkan hasil skor penilaian kinerja guru
berjumlah 71 atau persentasenya adalah 88.75%, atau berada pada kategori
baik sekali.Dari hasil ini tampak bahwa pada saat pembelajaran siklus I
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kinerja
guru menunjukkan peningkatan dalam melaksanakan
pembelajaran.Berikut disajikan aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasilnya
disajikan dalam tabel 4.9 berikut ini
Tabel 4.9
Keaktifan Siswa Mengikuti Pembelajaran IPA dengan Model
Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD
Siklus Aspek Keaktivan Siswa Total
skor
Nilai
aktivitas
Kriteria
II 1) Pra Pembelajaran
2) Kegiatan Awal
Pembelajara
3) Kegiatan Inti
Pembelajaran
4) Pendekatan/strategi
pembelajaran
5) Pemanfaatan
media/sumber
belajar
6) Penilaian proses
56 82.35 Baik
60
dan hasil belajar
7) Penutup
Data hasil observasi aktivitas siswa mengikuti pembelajaran,
dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran,
dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = baik sekali
70 – 85% = baik
55 – 69% = cukup baik
<54% = kurang
Skor maksimum = 40
Pada siklus II, berdasarkan hasil skor penilaian aktivitas siswa
mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berjumlah 56 atau persentasenya adalah 82.35%, atau berada pada kategori
baik. Dari hasil ini tampak bahwa pada saat pembelajaran siklus I dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa
menunjukkan antusiasme di dalam belajar.
c) Hasil Tindakan Siklus II
1) Hasil Belajar dan Persentase Ketuntasan Belajar Siklus II
Untuk mengetahui perubahan pada hasil belajar setelah dilakukan
perbaikan-perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I, dilakukan tes
setelah pertemuan pada siklus II. Adapun hasil belajar IPA pada materi
sifat-sifat cahaya pada kelas 5 siswa SDN Dukuh 02 Salatiga, tersaji
dalam tabel berikut ini
61
Tabel 4. 10
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II
Siswa Kelas 5 Semester II SDN Dukuh 02 Salatiga
No Nilai Siklus I Keterangan
Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1 < 50 - -
2 50 – 59 - -
3 60 – 69 - -
4 70 – 79 3 12.5 Tuntas
5 80 – 89 9 37.5 Tuntas
6 90 – 100 12 50 Tuntas
Jumlah 24 100
Rata-rata 87.86
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 70
Berdasarkan tabel 4.10 terlihat jelas perbandingan hasil belajar
siswa pada siklus I, mencapai kentuntasan belajar (KKM=70) sebanyak 15
siswa atau 62.5%, kemudian berubah menjadi 100% pada siklus II.
Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan bahwa setelah dilakukan perbaikan-
perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I, dan dilaksanakan tindakan
pada siklus II, terjadi perubahan hasil belajar menjadi 37.5% dari siklus I
yang hanya mencapai 62.5%. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa
dengan demikian, guru berhasil menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.
Berikut diuraikan perolehan hasil belajar siswa berdasarkan
rentang nilai, yaitu tidak ada siswa yang mendapatkan nilai antara rentang
nilai <50-69;3 siswa mendapatkan nilai pada rentang nilai 70-79 dengan
persentase 12.5%; 9 siswa mendapatkan nilai pada rentang nilai 80-89
dengan persentase 37.5% dan 12 siswa mendapatkan nilai pada rentang
nilai 90-100 dengan persentase 50%. Perolehan nilai pada masing-masing
rentang nilai tersebut disajikan melalui diagram berikut ini:
62
Diagram 4.6 Hasil Belajar IPA Siswa Siklus II
Berikut disajikan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 11
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
No Nilai
KKM
Siklus II Keterangan
Jumlah
Siswa
Persentase (%)
1 < 70 - - Belum tuntas
2 ≥ 70 24 100 Tuntas
Jumlah 24 100
Rata-rata 87. 86
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 70
Mengacu pada tabel 4.11 diketahui bahwa terjadi
peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan hasil belajar
siswa. Sebelum tindakan, jumlah siswa yang tuntas yaitu 9 siswa
dengan persentase 37.5%, meningkat menjadi 15 siswa pada siklus
I dengan persentase 63.5% atau terjadi kenaikan 26%, kemudian
mengalami lagi peningkatan pada siklus II menjadi 100% atau
mengalami kenaikan 63.5% dibandingkan sebelum tindakan atau
37.5% setelah tindakan pada siklus I. Sedangkan jumlah siswa
yang belum tuntas pada siklus I yaitu 15 siswa dengan persentase
0
2
4
6
8
10
12
<50 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
3
9
12
jum
lah
Sis
wa
63
63.5% dan turun menjadi 9 siswa dengan persentase 37.5%, setelah
diberikan tindakan pada siklus I; atau mengalami penurunan 26%,
dan mengalami penurunan lagi menjadi tidak ada lagi siswa yang
belum tuntas pada siklus II.
Berikut ini disajikan jumlah siswa dan persentase
ketuntasan belajar siswa baik siklus I maupun siklus II.
Tabel 4.12
Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
No. Nilai Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
Jumlah
siswa
Persentase
(%)
1 Tuntas 15 63.5 24 100
2 Belum
Tuntas
9 37.5 - -
Jumlah 18 100% 24 100%
Jumlah dan persentase ketuntasan belajar siswa disajikan
dalam diagram berikut ini:
Diagram 4.7 Perbandingan Jumlah Ketuntasan Belajar
Siswa
Pada pemaparan berikut ini, akan disajikan perbandingan
keseluruahan hasil belajar maupun jumlah dan persentase
ketuntasan belajar siswa mulai sebelum tindakan, siklus I hingga
siklus II. Berikut disajikan perbandingannya melalui tabel berikut
ini
0
5
10
15
20
25
Siklus I Siklus II
15
24
9 Tuntas
Belum Tuntas
64
Tabel 4. 13
Perbandingan Jumlah Siswa dan Persentase
Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I
dengan Siklus II
No Nilai Tuntas Belum Tuntas
Jumlah
Siswa
% Jumlah
Siswa
%
1 Pra Tindakan 9 37.5 15 63.5
2 Siklus I 15 63.5 9 37.5
3 Siklus II 24 100 - -
Data tabel 4.13 menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar siswa.Sebelum (pra) tindakan, siswa yang tuntas hasil
belajar 9 siswa (37.5) dan yang tidak tuntas belajar 15 siswa
(63.5%). Pada siklus I, terjadi peningkatan dimana siswa yang
tuntas hasil belajar 15 siswa (63.5%), siswa yang belum tuntas
belajar mencapai 9 siswa (37.5%) dari total 24 siswa, dengan nilai
rata-rata pada siklus I yaitu 73.71. Pada siklus II, peningkatan hasil
belajar meningkat mencapai 24 siswa (100%) dari 24 siswa, nilai
rata-rata dari studi awal 87.85 naik menjadi 77.22. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, dan
pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil, karena semua siswa
berhasil lulus dari KKM. Berikut disajikan perbandingan jumlah
ketuntasan siswal belajar pada siklus I dengan siklus II.
Diagram 4.8 Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas
Belajar Sebelum Tindakan, siklus I dan Siklus II
0
10
20
30
SebelumTindakan
Siklus I Siklus II
15
9 9
15
24
Belum Tuntas
Tuntas
65
e. Refleksi
Pelaksanaan penelitiansiklus I dan siklus II telah dilakukan oleh guru
kelas 5 dan didampingi peneliti di kelas 5 SDNDukuh 02 Salatiga.Dari
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan dalam penelitian
ini,terlihat peningkatan antusias siswa mengikuti pembelajaran IPA. Pada
pembelajaran yang menggunakan model STAD dengan menggunakan
benda-benda konkrit, siswa lebih aktif dan berani untuk berperan serta
dalam pembelajaran.memberikan hasil sesuai yang diharapkan, dimana
semua siswa pada siklus II berhasil tuntas dalam belajarnya.
4.2. Pembahasan
Pada studi awal, siswa yang tuntas belajar sebanyak 9 siswa (37.5%) dari
24 siswa, dengan nilai rata-rata 67.21. Setelah dilaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 15
siswa (63.5%) dengan nilai rata-rata 73.71.Dari hasil ini dapat dikatakan
bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal ke siklus I
yaitu 26%, Setelah mempertimbangkan berbagai kekurangan-kekurangan
yang dilakukan pada siklus I, dilakukan lagi perbaikan pembelajaran pada
siklus II.Pada siklus II, diketahui bahwa semua siswa berhasil tuntas
dalam belajarnya, dengan perolehan nilai rata-rata 87.85.Mengacu pada
hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil
belajar dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 14.14%.Berdasarkan pada
hasil ini maka dikatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan
yang direncanakan.
Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, kendala-kendala yang
dihadapi antara lain:
a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat
siswa mulai diminta untuk membuat kelompok, maupun berdiskusi
kelompok sendiri dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
66
b) Presentasi, diskusi dan tanya jawab masih didominasi oleh siswa
yang pandai, sementara itu sisa siswa lainnya, tampak masih pasif
dalam pembelajaran.
c) Guru masih kaku dalam menerapkan langkah-pembelajaran
kooperatif tipe STAD, juga dalam memandu siswa untuk berdiskusi
dengan kelompok, agar tidak diskusi hingga presentasi tidak
didominasi oleh siswa yang pandai dan aktif semata.
Demi memperbaiki hasil belajar yang disebutkan pada siklus I dan
siklus II , sebelum dilakukan tindakan pada siklus II, terlebih dahulu
peneliti berdiskusi dengan observer tentang hal-hal yang perlu
diperbaiki dan lebih difokuskan pada siklus II. Telah dipaparkan
bahwa setelah melakukan perbaikan dari kekurangan-kekurangan
hasil belajar pada siklus I, setelah diberikan tindakan pada siklus II,
terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar sebesar 14.14%. Semua
siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD mata pelajaran IPA materi
sifat-sifat cahaya, lulus dari kriteria KKM, dengan nilai rata-rata
87.85.
Demikian juga dengan keaktifan belajar siswa. Jika pada siklus I,
keaktifan belajar siswa untuk menggunakan model pembelajaran
kooperatif adalah 47.05%, atau masuk dalam kategori kurang, terjadi
peningkatan keaktifan belajar untuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif sebanyak 35.3% lagi sehingga menjadi
82.35%. Hasil ini mengindikasikan bahwa pembelajaran kooperatif
tipe STAD sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran, terutama
pembelajaran IPA.Model pembelajaran ini cocok diterapkan, karena
model ini sesungguhnya memfokuskan pada kerjasama dan saling
menghargai baik itu pengetahuan, jenis kelamin maupun suku di
antara siswa.Pada siklus II, tampak bahwa keberhasilan belajar siswa
ini didukung oleh sikap kerjasma dan saling menghargai yang makin
baik diantara siswa.